Strategi Manajemen Krisis

advertisement
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
PERAN PUBLIC RELATIONS DALAM MANAJEMEN KOMUNIKASI
KRISIS UNTUK MEMPERTAHANKAN CITRA BAIK PERUSAHAAN
Oleh:
FITHRIYAH SHOLIHAH
I34120066
Dosen Pembimbing:
Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih M.Si
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “Peran Public
Relations dalam Manajemen Komunikasi Krisis untuk Mempertahankan
Citra Baik Perusahaan” benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah
diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga lain manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari pustaka yang diterbitkan atau
tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Laporan Studi Pustaka. Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia
mempertanggung jawabkan pernyataan ini.
Bogor, 21 Desember 2015
Fithriyah Sholihah
I34120066
ABSTRAK
FITHRIYAH SHOLIHAH. Peran Public Relations dalam Manajemen
Komunikasi Krisis untuk Mempertahankan Citra Baik Perusahaan. Dibawah
bimbingan NINUK PURNANINGSIH.
Public relations merupakan suatu profesi yang sangat penting bagi setiap
perusahaan. Keberadaannya sangat diperlukan selama perusahaan berjalan dengan
baik hingga saat perusahaan mendapatkan krisis yang menyebabkan perusahaan
itu jatuh dan reputasi/citranya menjadi berubah drastis. Pada saat krisis itu terjadi,
public relations perlu melakukan komunikasi krisis untuk memberikan informasi
kepada publik eksternal maupun internal agar tercapai tujuan manajemen krisis
yakni menghindari krisis bertambah parah. Dalam pelaksanaannya, public
relations menjalankan fungsi manajemen agar hubungan antara perusahaan
dengan publik yang bersangkutan dapat terjalin harmonis. Sehingga pada saat
terjadi krisis, publik tidak panik dan bahkan dapat membantu perusahaan untuk
mengatasi krisis tersebut. Apabila penanganan krisis tersebut dilakukan dengan
benar, maka public relations dapat mengembalikan citra perusahaan ke posisi
semula atau menjadi baik kembali.
Kata kunci: Public Relations, Citra Perusahaan, Krisis, Komunikasi Krisis
ABSTRACT
FITHRIYAH SHOLIHAH. The Role of Public Relations in Crisis
Communications Management for Maintaining a Good Corporate Image.
Supervised by NINUK PURNANINGSIH.
Public relations is a profession that is vital for any company. It's presence is
indispensable for companies running well until the company gets a crisis that led
to the company's fall and reputation/image be changed drastically. At the time the
crisis occurs, public relations need to do crisis communications to provide
information to external and internal public in order to achieve the purpose of
crisis management which avoid the crisis from getting worse. In practice, public
relations run management functions so that the relationship between the
companies concerned with the public can be harmoniously intertwined So that in
times of crisis, the public not to panic and can even help companies to overcome
the crisis. If crisis management is done correctly, then the public relations firm
can restore the image to its original position or be good again.
Keywords: Public Relations, Corporate Image, Crisis, Communication Crisis.
PERAN PUBLIC RELATIONS DALAM MANAJEMEN
KOMUNIKASI KRISIS UNTUK MEMPERTAHANKAN
CITRA BAIK PERUSAHAAN
Oleh
Fithriyah Sholihah
I34120066
Laporan Studi Pustaka
sebagai syarat kelulusan KPM 403
pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Studi Pustaka berjudul “Peranan Public Relations dalam Manajemen
Komunikasi Krisis untuk Mempertahankan Citra Baik Perusahaan” ini dengan
baik. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK.
Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ninuk Purnaningsih, selaku
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan
kritikan dan saran selama proses penulisan hingga laporan Studi Pustaka ini
terselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Lusiana Yunita dan
Solihin selaku orangtua tercinta, serta Hikmah Sholihah, Adilah Sholihah dan
Muhammad Zikri Najib Sholih selaku adik yang selalu memberikan dukungan,
motivasi, serta doa yang bermanfaat untuk penulisan ini. Aini, Eii, Rohmah, Devi,
dan Mitha sebagai sahabat-sahabat yang selalu memberikan support dan menjadi
teman belajar terbaik selama di IPB. Juga kepada Ika, Umu, Ria, dan Patra yang
menjadi teman seperjuangan bimbingan bersama yang saling mensupport dan
memberikan arahan yang baik selama penulisan laporan Studi Pustaka ini. Tidak
lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 49 yang selalu menemani
dalam proses perkuliahan selama beberapa tahun ini dan memberikan pelajaran
dan pengalaman bermakna kepada penulis.
Semoga laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, 21 Desember 2015
Fithriyah Sholihah
I34120066
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................................ 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 2
Kegunaan Penulisan ........................................................................................................ 2
Metode Penelitian ........................................................................................................... 2
RINGKASAN PUSTAKA
Analisis Empiris Pengaruh Public Relations terhadap Citra Hero Supermarket ............ 3
Analisis Krisis pada Organisasi berdasarkan Model Anatomi Krisis dan
Perspektif Public Relations ............................................................................................. 4
Citra Telkomsel Pasca Kasus Pailit dalam Bisnis Indonesia dan Investor Daily............ 5
Kajian Peran Public Relations dalam Meningkatkan Citra Perguruan Tinggi
Swasta di Jawa Tengah ................................................................................................... 6
Manajemen Krisis PT. Lion Mentari Airlines dalam Menangani Berita-Berita
Negatif di Media Massa (Kasus Maskapai Sering Delayed dan Pilot Sabu) .................. 7
Optimalisasi Fungsi Media Relations untuk Keberhasilan Komunikasi Krisis .............. 9
Penerapan Manajemen Krisis di Indonesia: Memotret Krisis dalam Kacamata
Public Relations ............................................................................................................ 11
Pengaruh Marketing Public Relations terhadap Citra Perusahaan dan
Dampaknya terhadap Loyalitas Pelanggan (Survei pada Pelanggan Toyota Auto
2000 Jl. Letjend Sutoyo No.25, Malang) ...................................................................... 13
Sistem Kendali dan Strategi Penanganan (Manajemen) Krisis dalam Kajian
Public Relations ............................................................................................................ 13
Strategi Public Relation dalam Pelayanan Informasi.................................................... 15
Public Relations dan Manajemen Krisis ....................................................................... 16
Analisa Manajemen Krisis PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang
Pontianak dalam Peristiwa Tenggelamnya Kapal di Alur Pelayaran Pelabuhan .......... 17
ANALISIS DAN SINTESIS
Public Relations ............................................................................................................ 21
Krisis ............................................................................................................................. 23
Tahapan Krisis .......................................................................................................... 24
Manajemen Krisis ..................................................................................................... 24
Strategi Penanggulangan Krisis ................................................................................ 25
Faktor Penyebab Krisis ............................................................................................. 25
Peran Public Relations di Masa Krisis ...................................................................... 26
vii
Komunikasi Krisis ......................................................................................................... 27
Komunikasi ............................................................................................................... 27
Krisis Komunikasi dan Komunikasi Krisis ............................................................... 27
Media......................................................................................................................... 29
Media Relations......................................................................................................... 29
Optimalisasi Fungsi Media Relations........................................................................ 29
Citra ............................................................................................................................... 30
Peran Public Relations dalam Mempertahankan Citra dalam Situasi Krisis ............ 31
SIMPULAN
Hasil Analisis dan Sintesis ............................................................................................ 33
Kerangka Pemikiran ...................................................................................................... 34
Pertanyaan Penelitian .................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 37
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 39
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Peran Public Relations dan
Komunikasi Krisis dalam membentuk Citra Perusahaan ..................34
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Public Relations (PR) atau dalam arti hubungan masyarakat (humas)
merupakan suatu profesi yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Hal tersebut
dikarenakan tugas seorang PR adalah menjaga citra baik dan kepercayaan dengan
pihak di luar perusahaan. Sesuai menurut Jefkins (1982)1 yang mengutip pada
Institute of Public Relations, definisi PR adalah keseluruhan upaya yang
dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan
memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan
segenap khalayaknya. Lalu menurut Soemirat dan Ardiantoro (2002), PR
berfungsi ke dalam juga ke luar yang bertujuan untuk mencapai citra baik, itikad
baik, saling pengertian, saling percaya, saling menghargai, dan toleransi.
PR dalam suatu manajemen perusahaan mempunyai peran untuk
memberikan identitas perusahaan dengan tepat dan benar serta mampu
mengomunikasikannya, sehingga publik menaruh kepercayaan dan mempunyai
pengertian yang jelas dan benar terhadap perusahaan tersebut. Dengan demikian
pihak lain menjadi tertarik dengan senang hati, serta merasa puas membangun
relasi maupun menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan.
Krisis merupakan suatu masa kritis yang hampir bisa dipastikan dialami
oleh semua perusahaan. Setiap perusahaan harus selalu siap dengan kedatangan
krisis agar bisa melakukan pencegahan ataupun penanganan untuk
mengantisipasinya. Secara umum penanganan krisis dilakukan dengan cara
Preventive Public Relations, yaitu perencanaan penanganan krisis dengan
Rencana Aksi yang dilakukan dalam waktu cepat, tetapi efektif. Assegaf dalam
Soemirat dan Ardiantoro (2002) menyatakan ada dua hal yang harus dilakukan
jika terjadi krisis, yaitu (1) menghubungi pejabat pemerintah yang bersangkutan
dan (2) menghubungi media massa untuk dipublikasikan.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 Pasal 7 mengamanatkan bahwa
setiap badan publik wajib membangun dan mengembangkan sistem informasi dan
dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien sehingga
layanan informasi dapat memberikan akses dengan mudah. Bahkan setiap badan
publik perlu melakukan pengelolaan informasi dan dokumentasi yang dapat
menjamin penyediaan informasi yang mudah, cermat, cepat, dan akurat.
Pengelolaan informasi dan dokumentasi dimaksud mengacu Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Sesuai dengan pernyataan diatas menggambarkan bahwa setiap
perusahaan harus dapat memberikan pelayanan informasi yang baik dan efisien
agar khalayak dapat mengakses informasi mengenai perusahaan tersebut dengan
mudah. Tujuan dari kemudahan akses informasi itu sendiri adalah untuk
memberikan dan menghasilkan opini publik yang baik terhadap perusahaan. Hal
1
Jefkins, Frank dan Daniel Yadin. 2004. Public Relations. Jakarta: PT Gelora Aksara
Partama.
2
inilah yang dianggap sangat penting bagi suatu perusahaan agar perusahaan
tersebut terjaga eksistensi dan citra baiknya. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk mengetahui peranan public relations dalam manajemen komunikasi
krisis untuk menjaga citra baik perusahaan.
Tujuan Penelitian
Penulisan studi pustaka
mengidentifikasi mengenai:
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
dan
1. Peranan public relations dalam penanganan krisis
2. Strategi komunikasi krisis untuk memperbaiki citra baik perusahaan
3. Strategi public relations dalam mempertahankan citra baik perusahaan
Kegunaan Penulisan
Penulisan studi pustaka ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
mengenai peran public relations dalam manajemen komunikasi krisis untuk
mempertahankan citra perusahaan. Selain itu, penulisan studi pustaka ini juga
diharapkan dapat membantu penulis dalam menyusun kerangka pemikiran dan
pertanyaan penelitian yang akan digunakan sebagai acuan untuk penelitian
berikutnya.
Metode Penelitian
Penulisan studi pustaka ini dilakukan dengan metode analisis data
sekunder. Data ini diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnya, seperti skripsi,
dan jurnal ilmiah yang berkaitan dengan tema studi pustaka. Bahan pustaka yang
telah dikumpulkan kemudian dipelajari, diringkas, dan dianalisis sehingga
menjadi tulisan ilmiah yang berisi tinjauan teoritis bersama analisis dan
sintesisnya. Studi pustaka ini membahas mengenai peran public relations dalam
manajemen komunikasi krisis untuk mempertahankan citra baik perusahaan. Pada
akhirnya, studi pustaka ini akan menghasilkan kerangka pemikiran yang
digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.
3
RINGKASAN PUSTAKA
2.1 Judul
: Analisis Empiris Pengaruh Public Relations
terhadap Citra Hero Supermarket
Tahun
: 2011
Jenis Pustaka
: Jurnal
Nama Penulis
: Yumei Lianty
Nama Jurnal
: Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanegara
Volume (Edisi); hal : Tahun ke III, No. 01, 2011; 88, 96-97
Alamat URL
: http://journal.tarumanagara.ac.id/index.php/FIKOM
/article/
view/1143
Tanggal diunduh
: 05 Oktober 2015 pukul 6:43
Jurnal ini membahas tentang bagaimana perusahaan PT. Hero Supermarket Tbk.
memperbaiki citra perusahaan dan mempertahankan eksistensinya menghadapi
berbagai kompetitor se-level yang sudah banyak bermunculan dengan penanganan
yang dilakukan oleh Public Relations. Dalam jurnal ini, variabel independen (x)
yang digunakan adalah peran PR dan variabel dependen (y) adalah citra.
PUBLIC RELATIONS
Public Relations (PR) terdiri dari semua bentuk komunikasi dua arah yang
terselenggara di antara organisasi dengan publiknya secara timbal balik. Selain
itu, ia juga melakukan kegiatan eksternal guna mengeratkan hubungan dengan
orang-orang di luar badan hukum atau instansi sehingga terbentuk opini publik
yang favorable sesuai dengan tujuan PR yaitu untuk mengubah opini publik agar
tercipta opini publik yang favorable (imej positif). PR memegang peranan penting
dalam mengelola komunikasi dalam perusahaan agar senantiasa berjalan dengan
baik.
Dari hasil penelitian jurnal ini menyatakan bahwa pengaruh PR terhadap citra PT.
Hero Supermarket ditinjau dari empat peran PR yaitu sebagai Penasehat Ahli
(Expert Prescriber), Fasilitator Komunikasi (Communication Fasilitator),
Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process Fasilitator), dan
sebagai Teknisi Komunikasi (Communication Technician).
CITRA
Menurut Soemirat (dalam Lianty 2011), citra diartikan sebagai kesan seseorang
atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan
pengalamannya (dalam Lianty 2011). Citra merupakan tujuan utama yang hendak
dicapai oleh PR sebagai suatu lembaga. Penilaian terhadap citra itu sendiri sangat
abstrak karena tidak dapat diukur menggunakan rumus tertentu, karena persepsi
yang diberikan oleh publik berbeda satu sama lain.
Dari hasil penelitian, PR berpengaruh terhadap citra PT. Hero Supermarket Tbk.
seperti kesediaan turut memikul tanggung jawab sosial, inovatif, siap membantu,
dan bervariasi dalam produk. Pengaruh citra ada di level baik atau biasa
disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah keberadaan kompetitor dan
4
ketatnya persaingan di dunia ritel, sehingga yang diperlukan PT Hero
Supermarket, Tbk saat ini adalah meningkatkan pelayanan yang lebih baik lagi
daripada sekarang dan juga mengadakan kegiatan-kegiatan PR, yang bertujuan
agar konsumen PT Hero Supermarket, Tbk semakin mempunyai citra yang baik
terhadap PT Hero Supermarket, Tbk. Oleh karena itu, PR mempunyai pengaruh
terhadap citra PT Hero Supermarket, Tbk.
2.2 Judul
: Analisis Krisis pada Organisasi berdasarkan Model
Anatomi Krisis dan Perspektif Public Relations
Tahun
: 2013
Jenis Pustaka
: Jurnal
Nama Penulis
: Suharyanti dan Achmad Hidayat Sutawidjaya
Nama Jurnal
: Journal Communication Spectrum
Volume (Edisi); hal : Vol. 2 No. 2, 2012-2013;
Alamat URL
: http://journal.bakrie.ac.id/index.php/Journal_Comm
unication_
spectrum/article/view/281
Tanggal diunduh
: 05 Oktober 2015 pukul 6:31
Jurnal ini membahas tentang dimana letak krisis yang terjadi pada kasus Citibank
di Indonesia yang mengalami keterpurukan. Analisis krisis yang digunakan
mengacu pada model anatomi krisis dan juga perspektif public relations.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode
studi kasus. Sifatnya eksplanatif yang ditunjang dengan data primer yang
didapatkan melalui wawancara mendalam dan observasi, dan data sekunder
melalui studi pustaka.
KRISIS
Krisis mempunyai implikasi negatif bagi perusahaan. Pengertian krisis adalah
sebuah situasi yang tidak terduga, artinya organisasi umumnya tidak dapat
menduga bahwa akan muncul krisis yang dapat mengancam keberadaannya.
Selain itu, krisis dapat didefinisikan sebagai ancaman signifikan terhadap operasi
yang dapat memiliki konsekuensi negatif jika tidak ditangani dengan baik.
Ancaman adalah potensi kerusakan yang bisa menyebabkan krisis pada sebuah
organisasi, stakeholder, dan industri.
Pada penelitian ini, fokus penelitian tertuju pada kasus Citibank yang
mendapatkan reputasi negatif. Untuk mengetahui dimana letak krisis yang terjadi
pada kasus tersebut, peneliti menggunakan anatomi krisis yang meliputi: (1) tahap
prodromal, (2) tahap akut, (3) tahap kronik, dan (4) tahap resolusi.
KOMUNIKASI KRISIS DAN PUBLIC RELATIONS
Dalam penelitian ini, komunikasi krisis dibagi dalam tiga tahap: (1) Pra krisis:
Organisasi berkomunikasi dengan berbagai stakeholder dalam rangka
menciptakan, mempertahankan atau meningkatkan citra positif organisasi.
Apabila hubungan organisasi dengan stakeholder terjalin dengan baik, maka
stakeholder akan memberikan dukungan pada saat organisasi dilanda krisis,
begitupun sebaliknya. Dikarenakan hubungan antara organisasi dengan media
5
massa begitu erat, mutual understanding antara organisasi dengan media menjadi
penting. Organisasi yang bersikap terbuka dan jujur terhadap media cenderung
memperoleh perlakuan yang adil dari media. (2) Krisis: Diperlukannya crisis
communication plan yang menjadi bagian dari aktivitas crisis management team.
Penanganan krisis melibatkan banyak aspek dan divisi dalam perusahaan. PR
sendiri merupakan ujung tombak bagi perusahaan yang menjadi tumpuan
perusahaan, khususnya dalam menyiapkan dan melaksanakan strategi komunikasi
guna menghadapi berbagai pertanyaan, kritik, saran, hingga hujatan dan caci maki
dari berbagai pihak. (3) Pasca krisis: Menindaklanjuti semua yang komitmen dan
membangun kembali hubungan positif dengan stakeholder. Aktivitas yang
dilakukan menurut antara lain: crisis tracking, dengan memberikan informasi
kepada stakeholder langkah-langkah penyelesaian krisis; cooperation with
investigator, menyanggupi langkah-langkah untuk mengatasi krisis sesuai
komitmen organisasi; dan follow up, dengan mengembalikan situasi normal.
2.3 Judul
: Citra Telkomsel Pasca Kasus Pailit dalam Bisnis
Indonesia dan Investor Daily
Tahun
: 2013
Jenis Pustaka
: Jurnal
Nama Penulis
: Ratnasari Puspa Wijaya
Nama Jurnal
: Jurnal E-Komunikasi
Volume (Edisi); hal : Vol. 1 No. 2, 2013;
Alamat URL
: http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/ilmukomunikasi/ar
ticle/view/901
Tanggal diunduh
: 15 September 2015 pukul 9:25
Jurnal ini membahas tentang kasus perusahaan Telkomsel yang mengalami pailit
pada tahun 2012 yang dinyatakan oleh Pengadilan Negeri Niaga Jakarta Pusat.
Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode analisis isi
secara sistematis, objektif secara kuantitatif. Kategori yang digunakan untuk
mengetahui citra perusahaan Telkomsel adalah characteristic, familiarity,
position, reference, value assessment.
CITRA
Menciptakan citra organisasi yang positif merupakan salah satu tugas penting dari
Public Relations. Segala tindakan ataupun keputusan yang diambil oleh
perusahaan akan mempengaruhi citra perusahaan tersebut di mata publiknya, jika
apa yang dilakukan negatif maka publik akan memberikan penilaian yang buruk
pada perusahaan, begitu juga sebaliknya apabila perusahaan memberikan
kontribusi yang positif, maka publik pun akan memberikan penilaian yang baik
terhadap perusahaan.
Citra korporat sendiri memiliki empat elemen, yakni familiarity: mengarah kepada
pengenalan publik mengenai organisasi, baik tentang produk-produk dari
organisasi, layanan, kebijakan yang diambil oleh organisasi, dan hal-hal lainnya.
Characteristic: mengarah kepada kesan yang ditunjukkan oleh publik dengan
menggunakan kata ganti tertentu yang diingat oleh publik. Position: yang
6
menunjukkan posisi perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain. Terakhir
adalah Reference: merupakan elemen yang melihat pernyataan dari narasumber
yang dipilih oleh media untuk menggambarkan persepsinya tentang organisasi
yang bersangkutan.
Hasil citra positif Telkomsel dalam Bisnis Indonesia dan Investor Daily dapat
diasumsikan bahwa Bisnis Indonesia dan Investor Daily menjaga iklim investasi
agar tetap aman, sehingga baik wirausahawan maupun investor tetap menaruh
kepercayaan terhadap Telkomsel.
PUBLIC RELATIONS
Cutlip, Center, dan Broom (dalam Wijaya 2013) mengemukakan pendapat bahwa
Public Relations merupakan fungsi manajemen secara khusus yang mendukung
terbentuknya saling pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan dan
kerjasama antara organisasi dengan berbagai publiknya.
KRISIS PUBLIC RELATIONS
Krisis dapat menimbulkan berbagai dampak terhadap perusahaan itu sendiri.
Selain itu, krisis sering kali dianggap sebagai “turning point in history life”, yaitu
suatu titik balik dalam kehidupan yang dampaknya memberikan pengaruh
signifikan, ke arah negatif maupun positif, tergantung reaksi yang diperlihatkan
oleh individu dan kelompok masyarakat. Sehingga segala tindakan serta
keputusan yang diambil oleh perusahaan saat krisis terjadi, akan menentukan
bagaimana publik mencitrakan perusahaan tersebut.
2.4 Judul
: Kajian Peran Public Relations dalam Meningkatkan
Citra Perguruan Tinggi Swasta di Jawa Tengah
Tahun
: 2008
Jenis Pustaka
: Jurnal
Nama Penulis
: Lina Sinatra dan Rini Darmastuti
Nama Jurnal
: Jurnal Ilmiah SCRIPTURA
Volume (Edisi); hal : Vol. 2 No. 2, 2008;
Alamat URL
: http://scriptura.petra.ac.id/index.php/iko/article/vie
w/16943
Tanggal diunduh
: 06 Oktober 2015 pukul 9:37
Jurnal ini membahas tentang bagaimana suatu Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
memanfaat peran PR untuk meningkatkan citra PTS tersebut. Dalam pelaksanaan
program PR, hanya beberapa perguruan tinggi swasta saja yang memberi
perhatian pada publik internal, dalam hal ini mahasiswa, pengajar maupun staff
non-akademik. Karena menurut mereka perhatian yang diberikan kepada pihak
internal ini akan berimbas pada pelayananan yang baik dari staff pengajar maupun
staff non-akademik terhadap mahasiswa sehingga secara otomatis akan terbentuk
citra yang baik dari perguruan tinggi swasta tersebut dimata mahasiswa. Metode
penelitian yang digunakan adalah menggali data kualitatif, pengambilan data
secara observasi, wawancara mendalam, dan dokumen statistik deskriptif.
7
PUBLIC RELATIONS
Dalam pandangan masyarakat selama ini, public relations (PR) diidentikkan
sebagai profesi yang dimiliki seorang wanita, digambarkan sebagai seorang
wanita yang cantik, seksi dan biasanya ditugaskan untuk menyambut tamu-tamu
yang datang ke suatu perusahaan atau organisasi. Padahal profesi PR sangat
berbeda dengan apa yang digambarkan masyarakat selama ini.
Di dalam PR, suatu kegiatan selalu mempunyai tujuan menanamkan dan
memperoleh pengertian dan kepercayaan dari masyarakat umum, begitu juga
dalam suatu institusi seperti sebuah perguruan tinggi. Urgensi PR di perguruan
tinggi bukan monopoli PTN saja namun juga bagi PTS-PTS, terutama PTS yang
mapan dan sadar akan upaya membangun citra excellence bagi produknya
maupun institusinya.
CITRA PERUSAHAAN
Sebagai suatu lembaga kepercayaan bagi masyarakat maka citra menjadi lebih
penting dalam situasi pendidikan dewasa ini. Suatu institusi pendidikan dalam hal
ini perguruan tinggi selalu berusaha untuk menjaga citra yang dimiliki agar
masyarakat pengguna institusi pendidikan ini tetap memiliki kepercayaan
terhadap institusi/perguruan tinggi tersebut.
PUBLIC RELATIONS DALAM ORGANISASI
PR memiliki peran yang sangat besar ketika terjadi gejolak atau konflik. Ketika
terjadi konflik maka PR officer atau bagian Humas sibuk secara tiba-tiba dan PR
difungsikan secara maksimal. Tetapi apabila situasi tenang, maka PR dibuat mati
suri. Eksistensi PR dipandang hanya sebatas “pemadam kebakaran” dan celakanya
apabila tidak berhasil dalam mengobati permasalahan tersebut maka PR dianggap
tidak efektif.
Fungsi PR tidak sekedar berorientasi pada sosialisasi program yang hendak
dijalankan oleh perusahaan saja, namun juga bicara soal sejauh mana roh PR bisa
melekat pada seluruh komponen SDM perusahaan sehingga siapapun punya
tanggung jawab mem-PR kan dirinya sendiri dan institusinya sesuai dengan visi
misi perusahaan. Upaya mewujudkan sosialisasi nilai ini menjadi tantangan dalam
pengembangan kualitas SDM yang tidak sekedar cakap secara teknis dibidangnya
saja akan tetapi juga cakap dalam communications skill (kemampuan
berkomunikasi) dan berjiwa services (melayani).
2.5 Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Nama Penulis
Alamat URL
Tanggal diunduh
: Manajemen Krisis PT. Lion Mentari Airlines dalam
Menangani Berita-Berita Negatif di Media Massa
(Kasus Maskapai Sering Delayed dan Pilot Sabu)
: 2012
: Skripsi
: Ocha Witnesteka Miela Putra
: http://lib.ui.ac.id/detail.jsp?id=20320430&lokasi=lo
kal#horiz
ontalTab2
: 05 Oktober 2015 pukul 6:37
8
Penelitian ini membahas mengenai bagaimana kinerja seorang humas untuk
mempertahankan citra baik bagi organisasi. Dalam pelaksanaannya, humas
bekerja dengan berbagai strategi dan tahap untuk mempertahankan citra,
menghadapi krisis, maupun melakukan promosi yang berhubungan dengan
masyarakat. Paradigma yang digunakan adalah dengan paradigma konstruktivis,
dengan metode penelitian kualitatif, sifatnya deskriptif, dan menganalisis kasus
PT. Lion Air Mentari Airlines.
STRATEGI HUMAS
Kegiatan dalam humas bertujuan untuk menegakkan dan mengembangkan suatu
“citra yang menguntungkan” bagi organisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut
strategi kegiatan humas semestinya diarahkan pada upaya menggarap persepsi
para stakeholder, sikap tindak dan persepsi mereka.
Terdapat empat tahap dalam strategi hubungan masyarakat menurut Mcelreath
dalam Putra (2012), yakni: (1) mengetahui permasalahan, (2) perencanaan, (3)
mengambil tindakan dan komunikasi, dan (4) evaluasi program.
Menurut Ruslan dalam Putra (2012), public relations mempunyai beberapa
kegiatan dan sasaran untuk menjalankan tugasnya, antara lain: membangun
identitas dan citra perusahaan, menghadapi krisis, dan mempromosikan aspek
kemasyarakatan
KRISIS
Krisis merupakan suatu situasi yang membuat perusahaan menjadi subyek
pembicaraan kalangan luas, yang memiliki potensi untuk tidak disukai, mendapat
perhatian dari berbagai media baik nasional maupun internasional dan kelompok
lainnya seperti konsumen, pemegang saham, karyawan serta keluarganya, politisi,
serikat perdagangan, dan kelompok lingkungan hidup yang memiliki ketertarikan
terhadap segala kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
TAHAPAN KRISIS
Menurut Nova dalam Putra (2012), ada lima tahapan dalam siklus hidup krisis,
yaitu: (1) Tahap pre-krisis: Kondisi sebelum sebuah krisis muncul. Benih krisis
yang timbul biasanya tidak diperhatikan karena beberapa aspek dalam perusahaan
memang penuh resiko. Dan tidak adanya perencanaan untuk menghadapi krisis.
(2) Tahap peringatan: Suatu masalah dikenali, dapat dipecahkan dan diakhiri
selamanya, atau dibiarkan berkembang menuju kepada kerusakan yang
menyeluruh. Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah kaget atau menyangkal dan
pura-pura merasa aman. (3) Tahap akut: Krisis mulai terbentuk dan media
maupun publik mulai mengetahui adanya masalah. Perusahaan tidak berdiam diri
karena sudah mulai menimbulkan kerugian. (4) Tahap pembersihan: Tahap
pemulihan perusahaan dari kerugian dan/atau menyelamatkan apa saja yang
tersisa, baik produk, reputasi, citra perusahaan, kinerja, dan lini produksi. (5)
Tahap post-krisis: Tahap akhir penanggulangan krisis untuk mengembalikan
kepercayaan publik dan beroperasi kembali dengan normal.
9
MANAJEMEN KRISIS
Manajemen krisis adalah sebuah proses dimana terjadi tindakan-tindakan seperti
perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan yang dilakukan
seorang PR untuk mengatasi krisis yang menimpa organisasi atau perusahaan.
Definisi lainnya adalah kemampuan seorang PR untuk memimpin, melakukan
peranan komunikasi dan mengatur atau mengelola arus informasi untuk
menciptakan pemahaman dari permasalahan, mengatasi krisis, kepentingan
publikasi dan menciptakan citra positif bagi lembaga atau perusahaan yang
diwakilinya.
Situasi krisis pada suatu perusahaan akan menimbulkan hal-hal sebagai berikut:
(1) peningkatan intensitas masalah, (2) masalah-masalah menjadi sorotan publik,
(3) dapat mengganggu kelancaran kegiatan dan aktifitas bisnis, dan mengganggu
nama baik serta citra perusahaan (4) merusak sistem kerja, etos kerja, sendi-sendi
perusahaan secara total yang mengakibatkan lumpuhnya kegiatan perusahaan, (5)
membuat perusahaan maupun masyarakat menjadi panik, (6) tekanan dan campur
tangan pemerintah untuk mengatasi masalah, (7) dampak atau efek dari krisis
tersebut tidak saja merugikan perusahaan yang bersangkutan, tetapi masyarakat
tertentu juga ikut merasakan akibatnya.
LANGKAH DALAM MENGELOLA KRISIS
Menurut Wasesa dalam Putra (2012) terdapat langkah-langkah yang harus diambil
oleh public relations, yakni: pendalaman data dan fakta, menyiapkan paket
informasi, membuat batasan isu dan dampaknya, posisi citra perusahaan, siapkan
tim Pusat Krisis, menunjuk unofficial spokeperson.
Dalam manajemen krisis yang dilakukan oleh PT. Lion Mentari Airlines, humas
Lion Air telah melaksanakan konsep-konsep strategi humas dalam manajemen
krisis menurut Mcelreath yaitu, pendalaman fakta, perencanaan, mengambil
tindakan dan berkomunikasi. Namun humas tidak ikut serta dalam perancangan
dan penentuan mengenai strategi untuk mengelola krisis. Perusahaan pun
menunjuk spokeperson untuk mewakili perusahaan dalam menyampaikan
informasi kepada publik.
2.6 Judul
: Optimalisasi Fungsi Media Relations untuk
Keberhasilan Komunikasi Krisis
Tahun
: 2005
Jenis Pustaka
: Jurnal
Nama Penulis
: Zainal Abidin Partao
Nama Jurnal
: Jurnal Komunikasi
Volume (Edisi); hal : Vol. 2 No. 1, 2005;
Alamat URL
: http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Kom/article
/view/171
Tanggal diunduh
: 05 Oktober 2015 pukul 19:29
Jurnal ini membahas tentang bagaimana mencari strategi yang tepat guna
mengoptimalkan peran media dalam mendukung tugas-tugas public relations
(PR) manakala PR perlu berkomunikasi saat perusahaan menghadapi krisis.
10
Metodologi yang digunakan didasarkan pada hasil studi kepustakaan ditambah
dengan beberapa informasi hasil wawancara terhadap para pelaku PR yang
kerap harus berkomunikasi dengan media manakala perusahaannya sedang
menghadapi masalah atau sedang didera krisis.
KRISIS
Krisis adalah kejadian atau peristiwa yang dapat mengganggu, merusak,
menghancurkan atau mempengaruhi jalannya seluruh kegiatan perusahaan.
Dampak yang timbul selain kerugian material, merusak lingkungan, juga dapat
menyebabkan jatuh korban jiwa atau minimal mengalami luka-luka – ringan
maupun berat – hingga cacat tetap (permanen).
Krisis bisa mengubah image sebuah perusahaan yang sudah dibangun selama
bertahun-tahun dengan drastis. Krisis juga merusak kredibilitas perusahaan, salah
satunya ia menyebabkan orang takut berhubungan dengan perusahaan tersebut.
Perusahaan ditinggalkan oleh pemegang saham, dimusuhi publik ataupun
ditinggal konsumennya. Akibatnya, tidak saja identitas perusahaan hancur,
reputasi hilang, kinerja keuangan morat-marit, pegawai menuntut jaminan
nasibnya, konsumen menjauh, lingkungan memusuhi dan terakhir muncul
tuntutan class action. Puncak dari seluruh krisis tersebut adalah perusahaan mati.
STRATEGI PENANGGULANGAN KRISIS
Kasali (dalam Partao 2005) menjelaskan, ada 3 pilihan tindakan yang dapat
dilakukan untuk menghadapi krisis. Pertama, Defensive Strategy yaitu dengan
cara mengulur waktu, tidak melakukan apa-apa, atau melakukan upaya
membentengi diri. Kedua, Adaptive Strategy yaitu dengan cara mengubah
kebijakan, memodifikasi operasional, kompromi, meluruskan citra. Ketiga,
Dynamic Strategy yaitu melakukan merger atau akuisisi, investasi baru, menjual
saham, meluncurkan produk baru dan menarik yang lama, menggandeng
kekuasaan (pemerintah) atau mengalihkan perhatian dengan membuat aksi
tandingan dan sebagainya.
KRISIS KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI KRISIS
Krisis komunikasi adalah masalah atau krisis yang terjadi dalam sebuah
perusahaan yang disebabkan oleh unsur-unsur komunikasi. Hal itu dicirikan sepeti
humas gagal memproduksi informasi, tidak dipercaya dan orang mencari ke
sumber informasi lain; gagal meredam rumors; tidak mengetahui perkembangan
yang terjadi dalam internal organisasi; dan manajer enggan menggunakan
informasi dari humas.
Sedangkan, komunikasi krisis adalah kegiatan pemberian informasi untuk
menjelaskan tentang terjadinya krisis, baik yang disebabkan oleh bencana alam,
gangguan teknis, kesalahan manusia maupun karena krisis komunikasi, termasuk
upaya-upaya yang telah dilakukan dan akan dilakukan oleh manajemen
perusahaan untuk dapat segera menyelesaikan atau membantu menyelesaikan
krisis sehingga krisis tersebut bisa segera ditanggulangi, tidak menimbulkan
kerugian yang lebih besar lagi dan tentunya tidak menimbulkan korban jiwa
manusia maupun korban luka-luka.
11
Tujuan komunikasi krisis adalah mencapai tujuan manajemen krisis yakni
menghindari krisis lebih di atas segalanya. Namun bila tidak dapat dihindari,
tujuannya adalah menghentikan krisis dengan cepat, membatasi kerugian,
memulihkan dan mengembalikan kepercayaan publik, meraih kembali reputasi
perusahaan yang sudah rusak atau hilang.
OPTIMALISASI FUNGSI MEDIA RELATIONS
Media relations yang optimal adalah hubungan yang mengedepankan berbagai
kepentingan untuk keuntungan bersama. Dengan tanpa mengorbankan
kepentingan publik, humas mampu menjadikan pers berpihak pada
perusahaannya. Menjadikan sosok pers lebih manusiawi menurut ukuran
perusahaan. Pers juga dapat dimanfaatkan untuk berperan sebagai Early Warning
Sistem, memberi informasi awal sehingga perusahaan dapat terhindar dari masalah
atau krisis. Dengan tindakan tersebut, seluruh fungsi dan potensi yang terkandung
dalam hubungan tersebut dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga akhirnya
penanganan komunikasi krisis berjalan dengan baik dan krisis dapat lebih cepat
selesai.
Komunikasi krisis berkaitan erat dengan vulnerable analysis. Vulnerable analysis
adalah analisis berbagai kemungkinan yang dapat menyebabkan perusahaan
terjatuh ke dalam krisis. Karena kemungkinan penyebab sudah diketahui,
perusahaan bisa bersiap-siap, dan bisa mengantisipasi. Perusahaan bisa
menyiapkan crises planning sehingga saat krisis terjadi mereka tidak terlalu
terkejut, sudah bersiap-siap sehingga kecepatan penanggulangannya bisa diraih.
Terakhir, masyarakat, publik dan semua pihak yang terkait mendapatkan manfaat
dan memperoleh hikmah positif lainnya.
2.7 Judul
: Penerapan Manajemen Krisis di Indonesia:
Memotret Krisis dalam Kacamata Public Relations
Tahun
: 2008
Jenis Pustaka
: Jurnal
Nama Penulis
: Marsefio S. Luhukay
Nama Jurnal
: Jurnal Ilmiah SCRIPTURA
Volume (Edisi); hal : Vol. 2 No. 1, 2008;
Alamat URL
: http://scriptura.petra.ac.id/index.php/iko/article/vie
w/16953
Tanggal diunduh
: 29 September 2015 pukul 19:29
Jurnal ini membahas tentang pentingnya peran seorang public relations bagi suatu
perusahaan untuk menghadapi krisis yang dapat terjadi pada perusahaan. Tugas
dari seorang public relations pun dianggap sangat penting dalam manajemen
perusahaan, terutama dalam hal penanganan krisis.
PUBLIC RELATIONS
Public relations (PR) hadir sebagai suatu kebutuhan, kebutuhan untuk
menjembatani organisasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) dan
bahkan lebih jauh lagi dengan para investor dan shareholders. Jembatan yang
12
dibangun PR sungguh-sungguh kokoh, berdiri atas dasar Trust, Honest dan
Credibility. PR merupakan fungsi manajemen proaktif yang melakukan upaya
memantau trends, kejadian, issue-issue yang dapat timbul dan menganggu
hubungan-hubungan penting di perusahaan.
PR membangun citra dan reputasi organisasi lewat opini publik yang
menguntungkan (favourable) melalui kaca mata publik yang memotret aktivitas
organisasi di media massa. Lewat citra dan reputasi, organisasi tetap dapat berdiri
kokoh dalam ranah kompetisi yang sangat tajam merebut pangsa pasar dan
konsumen yang loyal pada produk dan servis dari organisasi.
KRISIS
Krisis dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, pada siapa saja. Krisis tidak
pernah memandang bulu ataupun pilih-pilih kasih. Krisis bisa datang tanpa
menunggu kesiapan kita. Dan ketika krisis yang tidak pernah diperhitungkan
terjadi, semua menjadi bingung, tanpa arah, dan kehilangan kendali. Begitu pula
dalam suatu perusahaan atau organisasi. Ketika terjadi krisis, maka seluruh
aktivitas organisasi bisa menjadi lumpuh. Terutama jika krisis yang terjadi adalah
krisis dalam skala yang cukup besar. Semua komponen dalam suatu perusahaan
merasakan akan dampaknya.
Penyebab krisis dapat dikategorikan menjadi: karena kesalahan manusia (human
error), karena kegagalan teknologi, karena alasan social (kerusuhan, perang,
sabotase, teroris, dll), berkaitan dengan bencana alam (natural disaster), dan
karena ketidakbecusan manajemen.
PERAN PR DALAM KRISIS
Krisis harus direspon dengan baik oleh perusahaan, biasanya dapat dilakukan
melalui public relations yang menjembatani antara organisasi dengan publiknya.
Tindakan komunikasi perlu dilakukan untuk dapat mengkomunikasikan apa yang
harus dikatakan oleh perusahaan mengenai krisis. Dalam hal ini informasi harus
betul-betul dikemas dengan baik. Kebutuhan informasi menjadi sangat tinggi.
Karena itu informasi harus cepat tetapi juga akurat dan selalu di update. Ini
merupakan prioritas utama.
Media harus digandeng untuk memberikan informasi yang tepat dan akurat pada
publik dan masyarakat secara luas. Informasi harus terpusat dan satu pintu, untuk
memudahkan lalu lintas informasi, karena itu perlu dibuat crisis center atau
emergency centre dengan staf yang terlatih.
Public relations harus berperan dalam memberitahukan publik tentang apa yang
terjadi, apa yang sedang dan akan dilakukan perusahaan dan apa yang harus di
lakukan oleh publik. pada waktu krisis telah selesai ditanggulangi, peran PR
adalah memperbaiki hubungan dan posisi perusahaan di masyarakat secara umum
dan stakeholders secara khusus. Ini dapat dilakukan dengan pertemuan-pertemuan
penting dengan pemerintah, karyawan dan keluarganya, media internal
perusahaan, media massa dan melanjutkan strategi komunikasi jujur dan terbuka.
13
2.8 Judul
: Pengaruh Marketing Public Relations terhadap
Citra Perusahaan dan Dampaknya terhadap
Loyalitas Pelanggan (Survei pada Pelanggan
Toyota Auto 2000 Jl. Letjend Sutoyo No.25,
Malang)
Tahun
: 2014
Jenis Pustaka
: e-journal
Nama Penulis
: Tri Akbar Vellayati, Zainul Arifin, dan Edy
Yulianto
Nama Jurnal
: Jurnal Administrasi Bisnis
Volume (Edisi); hal : Vol. 11 No. 1; hal 2-4
Alamat URL
: http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/ind
ex.php/jab/
article/view/472
Tanggal diunduh
: 05 Oktober 2015 pukul 6:46
Jurnal ini membahas tentang bagaimana marketing public relation dapat
memberikan dampak positif terhadap citra perusahaan dan loyalitas pelanggan
bagi PT. Toyota Astra Motor cabang Letjend Sutoyo, Malang. Metode penelitian
yang digunakan adalah explanatory (penjelasan) dengan pendekatan kuantitatif.
Variabel yang diteliti salah satunya adalah citra perusahaan Toyota. Data yang
diambil dalam penelitian berasal dari data primer yang diperoleh langsung dari
responden melalui kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari lokasi
penelitian.
CITRA PERUSAHAAN
Menurut Jefkins dalam Vellayati, Arifin dan Yulianto (2014) citra perusahaan
adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas
produk atau layanannya. Selain itu menurut Lianty dalam Vellayati, Arifin dan
Yulianto (2014) berpendapat bahwa citra merupakan tujuan utama, sekaligus
prestasi atau reputasi yang hendak dicapai oleh public relations sebagai lembaga.
Namun, penilaian terhadap citra itu sendiri sangat abstrak. Tidak dapat diukur
menggunakan rumus tertentu, karena persepsi yang diberikan oleh publik berbeda
satu sama lain.
Hasil pengaruh publikasi, sponsorship, pemberian berita, pelayanan ramah atau
pidato, dan media identitas, terhadap citra perusahaan Toyota sudah berhasil
membentuk citra positif di benak pelanggan Toyota. Namun untuk variabel
kegiatan sosial dan event yang diadakan oleh Auto2000 Sutoyo tidak dapat
membentuk citra positif terhadap perusahaan. Walaupun begitu, pengaruh citra
perusahaan Toyota terhadap loyalitas pelanggan dirasa sudah baik karena sudah
tergambar dibenak pelanggan untuk selalu memilih dan mempertahankan
menggunakan produk dari PT. Toyota Astra Motor.
2.9 Judul
Tahun
Jenis Pustaka
: Sistem Kendali dan Strategi Penanganan
(Manajemen) Krisis dalam Kajian Public Relations
: 2011
: e-journal
14
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (Edisi); hal
Alamat URL
Tanggal diunduh
:
:
:
:
Arief Fajar
Jurnal Komunikasi
Vol. 1 No. 3
http://jurnal.aspikom.org/wpcontent/uploads/2015/02/jka-vol-1-no-3-juli-2011fajar1.pdf
: 06 Oktober 2015 pukul 9:08
Jurnal ini membahas tentang bagaimana peran public relations dalam membentuk
sistem kendali dan strategi penanganan krisis. Kasus yang digunakan pada
penelitian ini adalah kasus PT Newmont Minahasa Raya.
PUBLIC RELATIONS
Keberadaan public relations dalam sebuah organisasi sangat ditentukan oleh
bagaimana manajemen organisasi itu dalam memahami urgenitas membangun
hubungan sinergis dengan publiknya. Tidak adanya ukuran dengan adanya bagian
khusus yang menangani aktifitas public relations. Ukuran yang dapat digunakan
dengan memperluas fungsi public relations secara sistematis.
TIPE DAN SISTEM DARI SEBUAH ORGANISASI.
Pada tipe sistem organisasi yang tertutup, Public Relations mempunyai
kewenangan terbatas dalam manajemen untuk mempengaruhi lingkungan
organisasi dan manajemen organisasi sendiri yang mempunyai kewenangan utama
dalam melakukan hal tersebut.
Tipe dan sistem organisasi yang terbuka Public Relations dalam tipe organisasi ini
menjalankan peran utama sebagai mediator atau komunikasi yang resiprokal
antara organisasi dengan publiknya.
KOMUNIKASI KRISIS
Secara terminologi; krisis adalah malapetaka yang dapat muncul secara alami,
hasil kesalahan, intervensi, dan niat jahat (Argenti dalam Fajar, 2011).
Komunikasi krisis merupakan bagian tindakan public relations yang terukur untuk
menanggapi sebuah situasi krisis yang dapat menghancurkan reputasi sebuah
perusahaan atau disebut public relations krisis (crisis public relations).
Model strategi manajemen krisis menurut Kasali dalam Fajar (2011) adalah: (1)
Tahap Prodomal: disebut juga warning stage atau bagian dari turning point,
dimana ada tanda sirine bahaya mengenai sintom-sintom yang harus segera
diatasi. (2) Tahap Akut: dapat disebut dengan the point of no return. Artinya
sekali sinyal-sinyal yang muncul pada tahap prodomal tidak digubris, ia akan
masuk ke tahap akut dan tidak bisa kembali lagi. Kerusakan sudah mulai
bermunculan, reaksi mulai berdatangan, dan isu menyebar luas. (3) Tahap Kronik:
tahap ini sering juga disebut sebagai the clean of phase atau recovery. Tahap ini
ditandai dengan perubahan struktural, baik pergantian manajemen, penggantian
pemilik, memasukkan nama-nama baru sebagai pemilik atau dilikuidasi. (4)
Tahap Resolusi: tahap penyembuhan atau pulih. Disini perusahaan harus tetap
waspada terhadap krisis karena krisis tidak akan berhenti begitu saja, ia bersifat
siklus yang dapat membawa kembali ke tahap prodomal.
15
2.10 Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (Edisi); hal
Alamat URL
Tanggal diunduh
: Strategi Public Relation dalam Pelayanan
Informasi
: 2005
: e-journal
: Pudji Utomo
: Jurnal Komunikasi
: Vol. 2 No. 1
: http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Kom/artic
le/view/ 174
: 05 Oktober 2015 pukul 6:42
Jurnal ini membahas mengenai tugas seorang public relations (PR) yang menjadi
juru bicara bagi lembaga pemerintahan. Peran PR menjadi sangat penting untuk
menyampaikan dan menyerap informasi dari dan untuk publik. Hal itu dilakukan
untuk dapat menjaga corporate image lembaga pemerintahan.
PUBLIC RELATIONS
Praktisi PR adalah perantara antara lembaga atau organisasinya dengan
masyarakat, maka praktisi PR haruslah menjadi komunikator yang efektif dalam
arti yang sebenarnya. Praktisi PR harus mampu menjadi juru bicara. Tugas
seorang juru bicara mengharuskannya bersikap tegas – mencoba memberi
penekanan terhadap aspek tertentu sebuah berita, serta reaktif – menjawab
pertanyaan – pertanyaan wartawan. Seorang juru bicara tidak hanya
menyampaikan informasi kepada publik, tapi ia dituntut dapat menciptakan
komunikasi dua arah, ia harus dapat menyerap informasi dari luar untuk dijadikan
sebagai bahan masukan.
Untuk dapat menjelaskan informasi, maka juru bicara sebaliknya terlibat dalam
proses pengambilan keputusan. Sehingga pihak-pihak yang merumuskan
kebijakan sejak awal dapat mengantisipasi efek dan reaksi masyarakat atas
kebijakan yang dihasilkan.
Inti dari kegiatan PR sebagai juru bicara adalah melakukan komunikasi, baik ke
dalam maupun ke luar lembaga. Komunikasi tersebut penting sebagai upaya
membangun corporate image. Tanpa adanya koordinasi dalam penyampaian
informasi, dapat menimbulkan kontroversi yang dapat merugikan citra lembaga.
Koordinasi adalah kunci keberhasilan dari tugas PR. Pekerjaan hubungan
masyarakat yang sukses banyak bertumpu pada koordinasi dengan departemen
lain, baik di lingkungan internal maupun eksternal lembaga/instansi.
Dalam melaksanakan kegiatan Public Relations, terdapat empat komponen
kegiatan yang perlu mendapat perhatian, yaitu Public Relations Officer (PRO),
Hubungan PRO dengan sumber informasi, koordinasi dan pesan. Public Relations
Officer yang berfungsi sebagai juru bicara dituntut beberapa persyaratan yang
akan mendukung tugas dan pekerjaan sebagai juru bicara. Seorang juru bicara
harus memiliki kredibilitas, karena hal ini merupakan aset yang paling penting.
16
Hubungan dengan sumber informasi. Adanya akses langsung dengan sumber
informasi adalah hal mutlak diperlukan bagi seorang juru bicara. Kali ini
dimaksudkan untuk mengejar kecepatan dan akurasi informasi yang akan
disampaikan kepada publik. keterlambatan penyampaian informasi, akan dapat
menimbulkan munculnya isu yang dapat merugikan lembaga/instansi. Adanya
hubungan interdependensi antara Humas dengan pers, menyebabkan humas harus
dapat mengetahui dan menyesuaikan diri dengan pola kerja pers.
Kegiatan koordinasi merupakan kunci keberhasilan bagi tugas hubungan
masyarakat. Koordinasi mutlak diperlukan dalam setiap organisasi karena adanya
pembagian peran dan spesialisasi dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Tanpa
koordinasi, maka masing – masing karyawan akan berjalan sendiri – sendiri yang
mungkin menuju ke perbagai arah atau tidak pernah bertemu pada tujuan yang
sama.
Pesan. Atau message, yang baik dapat menimbulkan perhatian (attention) dan
persepsi yang relative sama bagi public yang menjadi sasaran (target audience).
Untuk dapat mengemas pesan dengan baik dan mencapai sasaran, maka PRO
harus mengetahui apa motif komunikasi yang hendak diwujudkan serta
bagaimana karakteristik sasaran. PRO harus dapat menyampaikan dalam
penyajian dan penyampaian pesan secara kreatif kepada khalayak sasaran.
2.11 Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (Edisi); hal
Alamat URL
Tanggal diunduh
:
:
:
:
:
:
:
Public Relations dan Manajemen Krisis
2013
e-journal
Melly Maulin Purwaningwulan
Majalah Ilmiah UNIKOM
Vol. 11 No. 2
http://jurnal.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/volume11-2/01-miu-11-2-melly.pdf/pdf/01-miu-11-2melly.pdf
: 06 Oktober 2015 pukul 8:05
Majalah ilmiah ini membahas tentang peran public relations dalam manajemen
krisis. Dipaparkan bahwa banyak faktor penyebab terjadinya krisis yang diringkas
menjadi empat faktor, yakni bencana alam, masalah teknis, kesalahan manusia,
dan keputusan manajemen. Dalam penanganan krisis, public relations berperan
untuk mengantisipasi dan juga mengemas informasi agar khalayak ataupun
stakeholder yang berhubungan dengan perusahaan masih memiliki kepercayaan
terhadap perusahaan.
Krisis Dan Manajemen Krisis
Kata krisis berasal dari bahasa Yunani krisis (kpion), yang berarti “keputusan”.
Ketika krisis terjadi, perusahaan harus memutuskan apa yang harus dilakukan
bergerak ke kiri, atau bergeser ke kanan, ke bawah atau ke atas, bertarung atau
melarikan diri.
17
Krisis pada dasarnya adalah sebuah situasi yang tidak terduga, artinya organisasi
umumnya tidak dapat menduga bahwa akan muncul krisis yang dapat mengancam
keberadaanya. Sebagai ancaman ia harus ditangani secara cepat agar organisasi
dapat berjalan normal kembali setelah itu. Krisis juga dianggap sebagai “turning
point in history life”, yaitu suatu titik balik dalam kehidupan yang dampaknya
memberikan pengaruh signifikan, kearah negatif maupun positif, tergantung
reaksi yang diperlihatkan oleh individu, kelompok masyarakat, atau suatu bangsa.
Krisis dapat terjadi secara alamiah, tidak terprediksi dan tidak selalu merupakan
hal buruk. Dalam menghadapi krisis, optimisme untuk menyusun langkah-langkah
agar dapat keluar dari krisis merupakan modal utama. Pemberitaan media massa
yang menggiring kearah sisi negatif harus diseimbangkan. Pengertian lainnya,
krisis public relations adalah peristiwa, rumor, atau informasi yang membawa
pengaruh buruk terhadap reputasi, citra, dan kredibilitas perusahaan.
Faktor Penyebab Krisis
Krisis yang terjadi dapat disebabkan oleh: bencana alam; kecelakan industri;
produk kurang sempurna; persepsi publik; hubungan kerja buruk; kesalahan
strategi bisnis: perencanaan atau implementasi strategi bisnis yang keliru atau
tidak tepat yang dilakukan oleh manajemen; masalah kriminal; pergantian
manajemen; persaingan bisnis; keuangan: mempunyai masalah cash flow atau
likuidasi jangka pendek dan kemungkinan pailit di masa yang akan datang; Public
Relations: disebut krisis komunikasi, terjadi karena disebabkan pemberitaan
negatif yang kemudian berimbas buruk pada bisnis perusahaan; Strategi:
perubahan dalam lingkungan bisnis yang menyebabkan kelangsungan hidup
perusahaan terganggu
Strategi Public Relations dalam Merespon Krisis
Perusahaan harus dapat melakukan pencegahan krisis agar perusahaan tidak
terperosok lebih jauh dalam krisis. Apabila perusahaan gagal melakukannya,
perusahaan harus dapat mengambil enam langkah antisipasi, yaitu: melakukan
penilaian objektif terhadap penyebab krisis, menentukan penyebab krisis memiliki
dampak jangka panjang atau hanya sesaat, perhitungkan setiap kejadian dalam
krisis dengan cermat agar dapat diantisipasi dengan baik, memusatkan perhatian
pada upaya menyelesaikan masalah, memanfaatkan setiap peluang yang ada untuk
memperbaiki keadaan, dan segera bertindak untuk melindungi cash flow
perusahaan.
Ketika terjadi krisis, public relations harus dapat mengemas informasi terhadap
publik dengan cara: (1) Instructing information: Memberikan informasi berisi
petunjuk atau pedoman yang harus dilakukan atau tindakan publik terhadap krisis.
(2) Adjusting information: Memberikan informasi untuk mengatasi masalahmasalah emosional mereka. (3) Internalizing information: Pemberian informasi
yang bertujuan untuk membentuk penilaian publik terhadap organisasi dalam
jangka panjang.
2.12 Judul
: Analisa Manajemen Krisis PT. Pelabuhan
Indonesia II (Persero) Cabang Pontianak dalam
Peristiwa Tenggelamnya Kapal di Alur Pelayaran
18
Tahun
Jenis Pustaka
Nama Penulis
Alamat URL
Tanggal diunduh
:
:
:
:
:
Pelabuhan
2011
Skripsi
Fika Suci Windriati
http://repository.upnyk.ac.id/1302/
05 Oktober 2015 pukul 6:50
Penelitian ini membahas tentang bagaimana krisis dapat dikelola oleh pihak
manajemen terutama public relations. Jenis penelitian yang dipakai adalah
penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, dan studi pustaka.
Manajemen Krisis
Krisis merupakan masalah yang mungkin dan hampir pasti terjadi di setiap
organisasi. Begitu pula dengan krisis public relations, dimana permasalahannya
lahir dari adanya mis-komunikasi antar publik dalam organisasi tersebut. Krisis
adalah keadaan gawat dan genting yang berarti organisasi tersebut berada dalam
turning point dimana organisasi bisa menjadi lebih baik ataupun lebih buruk.
Krisis jarang terjadi karena satu faktor, umumnya terjadi karena akumulasi dari
faktor-faktor yang lain.
Teori manajemen krisis pada umumnya didasarkan atas bagaimana menghadapi
krisis, membuat keputusan saat krisis, dan memantau perkembangan krisis.
Manajemen bertanggung jawab untuk mencari pemecah masalah dari krisis yang
muncul dengan menggunakan strategi manajemen krisis yang mungkin dilakukan.
Strategi Manajemen Krisis
Manajemen krisis yang efektif tidak hanya meredakan atau mengakhiri krisis tapi
juga ada kalanya dapat memberikan organisasi reputasi yang lebih positif dari
sebelum terjadi krisis. Krisis dalam kaca mata public relations tidak selalu
diidentikkan dengan ancaman. Krisis dapat disebabkan oleh faktor internal
(konflik karyawan, konflik manajemen, kegagalan produk) ataupun faktor
eksternal (tuntutan konsumen, perubahan kebijakan pemerintah ataupun konflik
elit politis) seringkali dianggap sebagai sebuah kesempatan untuk membangun
citra secara lebih cepat, tergantung dari pengelolaan krisis itu sendiri.
Komunikasi Krisis
Komunikasi krisis adalah komunikasi antara organisasi dengan publik sebelum,
selama, dan setelah kejadian krisis. Ketika organisasi mengalami krisis maka
kebutuhan akan informasi seputar krisis terus meningkat. Hal ini karena berkaitan
dengan berbagai kepentingan publik organisasi tersebut. Publik organisasi yang
memiliki kepentingan akan merasa khawatir ketika organisasi mengalami krisis.
Kekhawatiran ini dapat mengarah pada tindakan-tindakan yang mungkin
19
merugikan organisasi, seperti penarikan modal, mundurnya investor dan
sebagainya.
Sebuah rencana komunikasi krisis yang baik paling tidak mempertimbangkan
publik organisasi, model komunikasi yang mencakup tujuan untuk masing-masing
publik, pesan yang harus disampaikan, juru bicara, dan upaya mendapatkan
dukungan pihak ketiga. Dalam upaya komunikasi krisis, bentuk modis yang biasa
digunakan oleh public relations menurut Prayudi (dalam Windriati 2011) adalah:
Press release, Press kits, Konferensi pers, dan Newsletter.
Komunikasi krisis perlu disusun dengan mempertimbangkan model komunikasi,
strategi pesan, publik organisasi dan tujuan perusahaan secara luas. Upaya
membina hubungan dengan publik sejak dini merupakan faktor pendukung krusial
ketika perusahaan mengalami krisis.
Peran Public Relations
Public relations memiliki arti penting sebagai sumber informasi yang mampu
menjembatani antara kepentingan organisasi dengan kepentingan masyarakat atau
pihak-pihak yang terkait di dalamnya. Peran public relations dalam sebuah
organisasi adalah sebagai mediator atau komunikator antara organisasi yang
bersangkutan dengan publik-publik yang terkait. Melakukan komunikasi untuk
memunculkan pemahaman dan penerimaan dari publiknya, dalam proses
penerimaan publik ini perusahaan perlu memperhatikan hubungan yang harmonis
dengan masyarakatnya, seperti terbuka, jujur, fair, serta konsisten. Ketika
perusahaan dalam kondisi krisis sekalipun, public relations merupakan bagian
dari tim manajemen yang berperan sebagai pemberi masukan sampai pada proses
pengambilan keputusan dalam mengatasi krisis itu sendiri.
Peran Public Relations di Masa Krisis
Pelbagai kegiatan, peristiwa bahkan kasus yang melibatkan kepentingan
masyarakat semakin menuntut hadirnya pengelolaan public relations yang handal.
Terlebih dalam situasi krisis peran public relations menjadi sangat krusial. Peran
public relations dalam mencegah dan menanggulangi krisis sangatlah penting dan
merupakan jawaban untuk pemecahan masalah yang ada.
Public relations merupakan fungsi manajemen pro-aktif yang melakukan upaya
memantau trends, kejadian, issue-issue yang dapat timbul dan mengganggu
hubungan-hubungan penting di perusahaan. Upaya pemantauan secara kontinyu
yang dilakukan oleh public relations melalui hubungan informal, dan lain-lain,
akan memberikan manfaat yang besar pada perusahaan ketika krisis terjadi.
20
Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan public relations dalam krisis menurut
Agung (dalam Windriaty 2011) antara lain: pendalaman data dan fakta,
menyiapkan paket informasi, membuat batasan isu dan dampaknya, posisikan
citra perusahaan, siapkan Tim Crisis Centre, dan menunjuk Unofficial Spoke
Persons.
Fungsi dan Peran Public Relations dalam Manajemen Krisis
Public relations bertujuan menegakkan dan mengembangkan suatu citra yang
menguntungkan bagi organisasi, perusahaan, atau produk barang dan jasa
terhadap para khalayak sasaran yang terkait yaitu publik internal dan publik
eksternal. Adapun peranan public relations dalam manajemen suatu organisasi
terlihat pada aktivitas pokok menurut Ruslan (dalam Windriaty 2011) yaitu: (1)
mengevaluasi sikap opini publik, (2) mengidentifikasi kebijakan dan prosedur
organisasi perusahaan dengan kepentingan publik, dan (3) merencanakan dan
melaksanakan penggiat aktivitas public relations.
Peran public relations menurut Ruslan (dalam Windriaty 2011) dalam melakukan
fungsi-fungsi manajemen yaitu berperan sebagai: (1) Communications:
Kemampuan sebagai komunikator baik secara langsung, melalui media
cetak/elektronik dan lisan, juga bertindak sebagai mediator dan persuader
komunikasi manajemen. (2) Back Up Management: Melaksanakan dukungan atau
menunjang kegiatan lain, seperti bagian manajemen promosi, pemasaran,
operasional, personalia dan sebagainya untuk mencapai tujuan bersama dalam
suatu kerangka tujuan pokok perusahaan. (3) Image Makes: Menciptakan suatu
citra publikasi yang positif merupakan prestasi, reputasi dan sekaligus menjadi
tujuan utama bagi aktivitas public relations di dalam melaksanakan manajemen
kehumasan suatu lembaga organisasi dan produk yang diwakilinya.
ANALISIS DAN SINTESIS
Public relation merupakan suatu profesi yang bertugas untuk menjalankan fungsi
manajemen suatu perusahaan. Setiap perusahaan akan menghadapi krisis yang
dapat menurunkan citra baik perusahaan. Untuk dapat mempertahankan citra baik
perusahaan, peran public relations sangat dibutuhkan dengan melakukan
manajemen komunikasi krisis yang tepat. Untuk melihat peran public relations
dalam mempertahankan citra baik perusahaan, diperlukan pengertian dan
pemahaman mengenai hal-hal berikut ini, yaitu: (1) public relations, (2) krisis, (3)
komunikasi krisis, dan (4) citra perusahaan.
Public Relations
Public relations memegang peranan penting dalam mengelola komunikasi
dalam perusahaan agar senantiasa berjalan dengan baik. Hal itu dilakukan dengan
membentuk komunikasi dua arah yang diselenggarakan di antara perusahaan
dengan publiknya secara timbal balik. Selain itu public relations bertugas untuk
mengeratkan hubungan dengan orang-orang di luar badan hukum atau instansi
sehingga terbentuk opini publik yang favorable (imej positif).
Dari hasil penelitian Lianty (2011) menyatakan bahwa pengaruh public
relations dapat ditinjau dari empat peran public relations yaitu sebagai Penasehat
Ahli (Expert Prescriber): ahli praktisi public relations yang berpengalaman dan
memiliki kemampuan tinggi dalam membantu mencari solusi dalam penyelesaian
masalah hubungan dengan publik; Fasilitator Komunikasi (Communication
Fasilitator): praktisi public relations bertindak sebagai komunikator atau mediator
untuk membantu pihak manajemen dalam hal mendengar apa yang diinginkan dan
diharapkan oleh publik dari perusahaan sekaligus harus mampu menjelaskan
kembali keinginan, kebijakan dan harapan perusahaan kepada publiknya;
Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process Fasilitator): tim
manajemen yang membantu pimpinan perusahaan baik sebagai penasehat
(advisor) hingga mengambil tindakan eksekusi atau keputusan dalam mengatasi
persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara profesional dan rasional; dan
sebagai Teknisi Komunikasi (Communication Technician): menyediakan layanan
teknis komunikasi dan sistem komunikasi dalam organisasi tergantung dari
masing-masing bagian atau tindakan.
Public relations melakukan fungsi manajemen secara khusus untuk
mendukung terbentuknya saling pengertian dalam komunikasi, pemahaman,
penerimaan dan kerjasama antara perusahaan dengan berbagai publiknya (Cutlip,
Center, dan Broom dalam Wijaya 2013). Selain itu untuk melakukan upaya
memantau trends, kejadian, isu-isu yang dapat timbul dan mengganggu
hubungan-hubungan penting di perusahaan (Luhukay 2008).
Peran public relations menurut Ruslan (dalam Windriaty 2011) dalam
melakukan fungsi-fungsi manajemen yaitu berperan sebagai: (1)
22
Communications: Kemampuan sebagai komunikator baik secara langsung,
melalui media cetak/elektronik dan lisan, di samping itu juga bertindak sebagai
mediator dan persuader komunikasi manajemen yang dalam prakteknya bersifat
tiga dimensi yaitu komunikasi verbal dan komunikasi vertikal, horizontal dan
eksternal. (2) Back Up Management: Melaksanakan dukungan atau menunjang
kegiatan lain, seperti bagian manajemen promosi, pemasaran, operasional,
personalia dan sebagainya untuk mencapai tujuan bersama dalam suatu kerangka
tujuan pokok perusahaan. (3) Image Makes: Menciptakan suatu citra publikasi
yang positif merupakan prestasi, reputasi dan sekaligus menjadi tujuan utama bagi
aktivitas public relations di dalam melaksanakan manajemen kehumasan suatu
lembaga organisasi dan produk yang diwakilinya.
Public relations membangun citra dan reputasi perusahaan lewat opini
publik yang menguntungkan (favourable) melalui kacamata publik yang memotret
aktivitas perusahaan di media massa. Lewat citra dan reputasi, perusahaan tetap
dapat berdiri kokoh dalam ranah kompetisi yang sangat tajam merebut pangsa
pasar dan konsumen yang loyal pada produk dan servis dari perusahaan.
Krisis harus direspon dengan baik oleh perusahaan yang ditangani oleh
public relations. Tindakan komunikasi perlu dilakukan untuk dapat
mengkomunikasikan apa yang harus dikatakan oleh perusahaan mengenai krisis
yang terjadi. Dalam hal ini informasi harus betul-betul dikemas dengan baik.
Media harus digandeng untuk memberikan informasi yang tepat dan akurat
kepada publik dan masyarakat secara luas. Informasi harus terpusat, karena itu
perlu dibuat crisis centre atau emergency centre yang dipegang oleh public
relations. Peran public relations dalam mencegah dan menanggulangi krisis
sangatlah penting dan merupakan jawaban untuk pemecahan masalah yang ada.
Public Relations harus berperan dalam memberitahukan publik tentang apa yang
terjadi, apa yang sedang dan akan dilakukan perusahaan dan apa yang harus di
lakukan oleh publik. Pada waktu krisis telah selesai ditanggulangi, peran public
relations adalah memperbaiki hubungan dan posisi perusahaan di masyarakat
secara umum dan stakeholders secara khusus. Ini dapat dilakukan dengan
pertemuan-pertemuan penting dengan pemerintah, karyawan dan keluarganya,
media internal perusahaan, media massa dan melanjutkan strategi komunikasi
jujur dan terbuka (Luhukay 2008).
Peran public relations dalam sebuah perusahaan adalah sebagai mediator
atau komunikator antara perusahaan yang bersangkutan dengan publik-publik
yang terkait. Melakukan komunikasi untuk memunculkan pemahaman dan
penerimaan dari publiknya, dalam proses penerimaan publik ini perusahaan perlu
memperhatikan hubungan yang harmonis dengan masyarakatnya, seperti terbuka,
jujur, fair, serta konsisten. Ketika perusahaan dalam kondisi krisis sekalipun,
public relations merupakan bagian dari tim manajemen yang berperan sebagai
pemberi masukan sampai pada proses pengambilan keputusan dalam mengatasi
krisis itu sendiri.
23
Ketika terjadi krisis, Purwaningwulan (2013) menyatakan bahwa public
relations harus dapat mengemas informasi terhadap publik dengan cara: (1)
Instructing information: Memberikan informasi berisi petunjuk atau pedoman
yang harus dilakukan atau tindakan publik terhadap krisis. (2) Adjusting
information: Memberikan informasi untuk mengatasi masalah-masalah emosional
mereka. (3) Internalizing information: Pemberian informasi yang bertujuan untuk
membentuk penilaian publik terhadap organisasi dalam jangka panjang.
Menurut Utomo (2005) public relations sebagai juru bicara adalah
melakukan komunikasi, baik ke dalam maupun ke luar lembaga. Komunikasi
tersebut penting sebagai upaya membangun corporate image. Tanpa adanya
koordinasi dalam penyampaian informasi, dapat menimbulkan kontroversi yang
dapat merugikan citra lembaga. Koordinasi adalah kunci keberhasilan dari tugas
public relations. Pekerjaan hubungan masyarakat yang sukses banyak bertumpu
pada koordinasi dengan departemen lain, baik di lingkungan internal maupun
eksternal lembaga/instansi.
Public relations memiliki peran penting dalam merencanakan program
persiapan krisis, manajemen krisis pada waktu terjadi krisis dan strategi setelah
krisis selesai ditanggulangi. Hal itu hanya dimungkinkan bila praktisi public
relations mengenal gejala-gejala krisis dari awal dan melakukan tindakan yang
terintegrasi dengan aktor-aktor penting lainnya dalam perusahaan.
Krisis
Kata krisis berasal dari bahasa Yunani “kpion”, yang berarti “keputusan”.
Ketika krisis terjadi, perusahaan harus memutuskan apa yang harus dilakukan
bergerak ke kiri, atau bergeser ke kanan, ke bawah atau ke atas, bertarung atau
melarikan diri. Krisis identik dengan implikasi negatif bagi perusahaan.
Pengertian krisis menurut Suharyati dan Sutawidjaya (2013) adalah sebuah situasi
yang tidak terduga, artinya perusahaan umumnya tidak dapat menduga bahwa
akan muncul krisis yang dapat mengancam keberadaannya. Selain itu, krisis dapat
didefinisikan sebagai ancaman signifikan terhadap operasi yang dapat memiliki
konsekuensi negatif jika tidak ditangani dengan baik. Ancaman adalah potensi
kerusakan yang bisa menyebabkan krisis pada sebuah perusahaan, stakeholder,
dan industri.
Krisis sering kali dianggap sebagai “turning point in history life”, yaitu
suatu titik balik dalam kehidupan yang dampaknya memberikan pengaruh
signifikan, ke arah negatif maupun positif, tergantung reaksi yang diperlihatkan
oleh individu dan kelompok masyarakat. Sehingga segala tindakan serta
keputusan yang diambil oleh perusahaan saat krisis terjadi, akan menentukan
bagaimana publik mencitrakan perusahaan tersebut (Wijaya 2013).
Krisis merupakan suatu situasi yang membuat perusahaan menjadi subyek
pembicaraan kalangan luas, yang memiliki potensi untuk tidak disukai, mendapat
24
perhatian dari berbagai media baik nasional maupun internasional dan kelompok
lainnya seperti konsumen, pemegang saham, karyawan serta keluarganya, politisi,
serikat perdagangan, dan kelompok lingkungan hidup yang memiliki ketertarikan
terhadap segala kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
Menurut Partao (2005) krisis adalah kejadian atau peristiwa yang dapat
mengganggu, merusak, menghancurkan atau mempengaruhi jalannya seluruh
kegiatan perusahaan. Dampak yang timbul selain kerugian material, merusak
lingkungan, juga dapat menyebabkan jatuh korban jiwa atau minimal
mengakibatkan orang yang terkena dampak atau musibah tersebut mengalami
luka-luka –ringan maupun berat– hingga cacat tetap (permanen).
Krisis bisa mengubah image sebuah perusahaan yang sudah dibangun
selama bertahun-tahun dengan drastis. Krisis juga merusak kredibilitas
perusahaan, salah satunya ia menyebabkan orang takut berhubungan dengan
perusahaan tersebut. Perusahaan ditinggalkan oleh pemegang saham, dimusuhi
publik ataupun ditinggal konsumennya. Akibatnya, tidak saja identitas perusahaan
hancur, reputasi hilang, kinerja keuangan morat-marit, pegawai menuntut jaminan
nasibnya, konsumen menjauh, lingkungan memusuhi dan terakhir muncul
tuntutan class action. Puncak dari seluruh krisis tersebut adalah perusahaan mati
(Partao 2005).
Tahapan Krisis
Menurut Nova dalam Putra (2012), ada lima tahapan dalam siklus hidup
krisis, yaitu: (1) Tahap pre-krisis: Ini merupakan kondisi sebelum sebuah krisis
muncul. Benih krisis yang timbul biasanya tidak diperhatikan karena beberapa
aspek dalam perusahaan memang penuh resiko. Dan tidak adanya perencanaan
untuk menghadapi krisis. (2) Tahap peringatan: Suatu masalah dikenali, dapat
dipecahkan dan diakhiri selamanya, atau dibiarkan berkembang menuju kepada
kerusakan yang menyeluruh. Reaksi yang umum terjadi pada tahap ini adalah
kaget atau menyangkal dan pura-pura merasa aman. (3) Tahap akut: Krisis mulai
terbentuk dan media maupun publik mulai mengetahui adanya masalah.
Perusahaan tidak dapat berdiam diri karena sudah mulai menimbulkan kerugian.
(4) Tahap pembersihan: Tahap pemulihan perusahaan dari kerugian dan/atau
menyelamatkan apa saja yang tersisa, baik produk, reputasi, citra perusahaan,
kinerja, dan lini produksi. (5) Tahap post-krisis: Tahap akhir penanggulangan
krisis untuk mengembalikan kepercayaan publik dan beroperasi kembali dengan
normal.
Manajemen Krisis
Manajemen krisis menurut Putra (2012) adalah sebuah proses dimana
terjadi tindakan-tindakan seperti perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan
pengawasan yang dilakukan seorang public relations untuk mengatasi krisis yang
menimpa organisasi atau perusahaan. Definisi lainnya adalah kemampuan seorang
25
public relations untuk memimpin, melakukan peranan komunikasi dan mengatur
atau mengelola arus informasi untuk menciptakan pemahaman dari permasalahan,
mengatasi krisis, kepentingan publikasi dan menciptakan citra positif bagi
lembaga atau perusahaan yang diwakilinya.
Manajemen krisis yang efektif tidak hanya meredakan atau mengakhiri
krisis tapi juga ada kalanya dapat memberikan organisasi reputasi yang lebih
positif dari sebelum terjadi krisis. Krisis dalam kacamata public relations tidak
selalu diidentikkan dengan ancaman. Krisis dapat disebabkan oleh faktor internal
(konflik karyawan, konflik manajemen, kegagalan produk) ataupun faktor
eksternal (tuntutan konsumen, perubahan kebijakan pemerintah ataupun konflik
elit politis) seringkali dianggap sebagai sebuah kesempatan untuk membangun
citra secara lebih cepat. Tentu saja, itu sepenuhnya tergantung pada bagaimana
krisis tersebut dikelola. Dan juga bagaimana krisis bisa diprediksi sejak awal.
Menurut Wasesa dalam Putra (2012) terdapat langkah-langkah yang harus
diambil oleh public relations, yakni: pendalaman data dan fakta, menyiapkan
paket informasi, membuat batasan isu dan dampaknya, posisi citra perusahaan,
siapkan tim Pusat Krisis, menunjuk unofficial spokeperson.
Strategi Penanggulangan Krisis
Kasali (dalam Partao 2005) menjelaskan, ada 3 pilihan tindakan yang
dapat dilakukan untuk menghadapi krisis. Pertama, Defensive Strategy yaitu
dengan cara mengulur waktu, tidak melakukan apa-apa (sehingga krisis tersebut
selesai karena waktunya telah berlalu), atau melakukan upaya membentengi diri.
Kedua, Adaptive Strategy yaitu dengan cara mengubah kebijakan, memodifikasi
operasional, kompromi, dan meluruskan citra. Ketiga, Dynamic Strategy yaitu
melakukan merger atau akuisisi, investasi baru, menjual saham, meluncurkan
produk baru dan menarik yang lama, menggandeng kekuasaan (pemerintah) atau
mengalihkan perhatian dengan membuat aksi tandingan dan sebagainya.
Faktor Penyebab Krisis
Penyebab krisis dapat dikategorikan oleh Luhukay (2008) menjadi: karena
kesalahan manusia (human error), karena kegagalan teknologi, karena alasan
sosial (kerusuhan, perang, sabotase, teroris, dll), berkaitan dengan bencana alam
(natural disaster), dan karena ketidakbecusan manajemen.
Namun, menurut Purwaningwulan (2013) krisis yang terjadi dapat
disebabkan oleh: bencana alam; kecelakan industri; produk kurang sempurna;
persepsi publik; hubungan kerja buruk; kesalahan strategi bisnis: perencanaan
atau implementasi strategi bisnis yang keliru atau tidak tepat yang dilakukan oleh
manajemen; masalah kriminal; pergantian manajemen; persaingan bisnis;
keuangan: mempunyai masalah cash flow atau likuidasi jangka pendek dan
kemungkinan pailit di masa yang akan datang; Public Relations: disebut krisis
komunikasi, terjadi karena disebabkan pemberitaan negatif yang kemudian
26
berimbas buruk pada bisnis perusahaan; Strategi: perubahan dalam lingkungan
bisnis yang menyebabkan kelangsungan hidup perusahaan terganggu.
Peran Public Relations di Masa Krisis
Kehadiran public relations bagi suatu instansi, organisasi, atau perusahaan
memang dirasakan menjadi sebuah keharusan. Pelbagai kegiatan, peristiwa,
bahkan kasus yang melibatkan kepentingan masyarakat semakin menuntut
hadirnya pengelolaan public relations yang handal. Terlebih dalam situasi krisis
peran public relations menjadi sangat krusial. Peran public relations dalam
mencegah dan menanggulangi krisis sangatlah penting dan merupakan jawaban
untuk pemecahan masalah yang ada.
Krisis tidak bisa menjadi pilihan yang dapat ditolak oleh organisasi. Krisis
hidup dan terus berkembang seiring dengan lajunya organisasi dan lajunya
komunikasi organisasi tersebut. Ketika krisis muncul maka peluangnya adalah
memanage krisis tersebut menjadi lebih terkendali. Public relations hadir sebagai
bagian dalam organisasi yang menjembatani antara organisasi dengan publiknya.
Keputusan public relations dalam penanganan situasi krisis bukanlah
keputusan yang mengandalkan intuisi belaka melainkan berdasar pada riset dan
keputusan top manajemen dengan dasar pertimbangan dari public relations,
dimana posisi public relations seharusnya berdekatan atau memiliki akses
langsung dengan top manajemen. Sehingga ketika public relations berperan
sebagai mata, telinga dan corong dari perusahaan, public relations tidak bergerak
sendiri melainkan bergerak bersama seluruh komponen organisasi tersebut.
Terlebih jika krisis tengah melanda perusahaan. Karena itu peran public
relations yang dewasa ini lebih ditekankan pada membantu pemecahan masalah di
perusahaan menjadi suatu keharusan. Manajemen krisis (Crisis Management)
merupakan area keahlian yang harus dimiliki oleh setiap public relations, yang
berorientasi kepada masa depan dan mencoba mengantisipasi kejadian yang dapat
mengganggu hubungan-hubungan penting.
Public Relations memiliki peran penting dalam merencanakan program
persiapan krisis, manajemen krisis itu sendiri pada waktu terjadi krisis dan strategi
setelah krisis selesai ditanggulangi. Hal itu hanya dimungkinkan bila praktisi
public relations mengenal gejala-gejala krisis dari awal dan melakukan tindakan
yang terintegrasi dengan aktor-aktor penting lainnya dalam perusahaan. Ada
beberapa tahapan yang perlu dilakukan public relations dalam krisis antara lain:
(1) Pendalaman data dan fakta: Melakukan riset mendalam mengenai isu yang
berkembang. Riset yang dikembangkan secara kualitatif. (2) Menyiapkan paket
informasi: Menyiapkan information sheets standar yang berisi berbagai informasi
yang diberikan oleh Public Relations kepada semua stakeholders. (3) Membuat
batasan isu dan dampaknya: Menganalisis dan membuat batasan setiap isu tentang
dampak yang mungkin ditimbulkan bagi masyarakat atau konsumen pengguna
produk. (4) Posisikan citra perusahaan: Pastikan bagaimana citra perusahaan akan
27
diposisikan dihadapan publik berkaitan dengan isu yang sedang berkembang. (5)
Siapkan Tim Crisis Centre: Siapkan tim yang siap dipakai ketika krisis benarbenar terjadi, serta buat simulasi untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi. (6) Menunjuk Unofficial Spoke Persons: Crisis Center sebaiknya
tidak hanya melibatkan internal perusahaan (official person) tapi juga pihak lain
atau pihak ketiga yang direkrut untuk membantu menyelesaikan krisis (Agung
2005: 38).
Komunikasi Krisis
Komunikasi
Menurut Chandra (dalam Partao 2005) komunikasi adalah suatu proses
dan transaksi pengiriman pesan dari pihak tertentu melalui media tertentu dalam
bentuk-bentuk tertentu sehingga mencapai sasarannya yaitu pihak lain sedemikian
rupa sehingga sebagai akibatnya muncullah feedback dan akhirnya terjadi
hubungan tertentu di antara pihak yang berkomunikasi tadi.
Curtis et.al., (dalam Partao 2005) mengatakan bahwa sebuah perusahaan
melakukan komunikasi salah satu tujuannya adalah memberikan informasi kepada
para klien, kolega, bawahan dan penyelia (supervisor). Selain itu, tujuan
komunikasi adalah untuk mempengaruhi orang lain. Komunikasi berguna untuk
merangsang minat, mengurangi permusuhan, dan menggerakkan masyarakat
untuk melakukan sesuatu tugas atau mendidik perilaku. Tujuan lain dari
komunikasi adalah untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan.
Terakhir, adalah mengevaluasi perilaku.
Krisis Komunikasi dan Komunikasi Krisis
Partao (2005) membedakan pengertian krisis komunikasi dengan
komunikasi krisis. Krisis komunikasi adalah masalah atau krisis yang terjadi
dalam sebuah perusahaan yang disebabkan oleh unsur-unsur komunikasi. Hal itu
dicirikan sepeti public relations gagal memproduksi informasi, tidak dipercaya
dan orang mencari ke sumber informasi lain; gagal meredam rumor; tidak
mengetahui perkembangan yang terjadi dalam internal perusahaan; dan manajer
enggan menggunakan informasi dari public relations.
Sedangkan, komunikasi krisis adalah kegiatan pemberian informasi untuk
menjelaskan tentang terjadinya krisis, baik yang disebabkan oleh bencana alam,
gangguan teknis, kesalahan manusia maupun karena krisis komunikasi, termasuk
upaya-upaya yang telah dilakukan dan akan dilakukan oleh manajemen
perusahaan untuk dapat segera menyelesaikan atau membantu menyelesaikan
krisis sehingga krisis tersebut bisa segera ditanggulangi, tidak menimbulkan
kerugian yang lebih besar lagi dan tentunya tidak menimbulkan korban jiwa
manusia maupun korban luka-luka.
28
Windriati (2011) memberikan pengertian komunikasi krisis yaitu
komunikasi antara perusahaan dengan publik sebelum, selama, dan setelah
kejadian krisis. Ketika perusahaan mengalami krisis maka kebutuhan akan
informasi seputar krisis terus meningkat. Hal ini karena berkaitan dengan berbagai
kepentingan publik perusahaan tersebut. Publik yang memiliki kepentingan akan
merasa khawatir ketika perusahaan mengalami krisis. Kekhawatiran ini dapat
mengarah pada tindakan-tindakan yang mungkin merugikan perusahaan, seperti
penarikan modal, mundurnya investor dan sebagainya.
Tujuan komunikasi krisis adalah dalam rangka mencapai tujuan
manajemen krisis yakni menghindari krisis lebih di atas segalanya. Namun bila
tidak dapat dihindari, tujuannya adalah menghentikan krisis dengan cepat,
membatasi kerugian, memulihkan dan mengembalikan kepercayaan publik,
meraih kembali reputasi perusahaan yang sudah rusak atau hilang.
Dalam penelitian Suharyati dan Sutawidjaya (2013), komunikasi krisis
dibagi dalam tiga tahap: (1) Pra krisis: Organisasi berkomunikasi dengan berbagai
stakeholder dalam rangka menciptakan, mempertahankan atau meningkatkan citra
positif perusahaan. Apabila hubungan perusahaan dengan stakeholder terjalin
dengan baik, maka stakeholder akan memberikan dukungan pada saat perusahaan
dilanda krisis, begitupun sebaliknya. Dikarenakan hubungan antara perusahaan
dengan media massa begitu erat, mutual understanding antara perusahaan dengan
media menjadi penting. Perusahaan yang bersikap terbuka dan jujur terhadap
media cenderung memperoleh perlakuan yang adil dari media. (2) Krisis:
Diperlukannya crisis communication plan yang menjadi bagian dari aktivitas
crisis management team. Penanganan krisis melibatkan banyak aspek dan divisi
dalam perusahaan. Public relations sendiri merupakan ujung tombak bagi
perusahaan yang menjadi tumpuan perusahaan, khususnya dalam menyiapkan dan
melaksanakan strategi komunikasi guna menghadapi berbagai pertanyaan, kritik,
saran, hingga hujatan dan caci maki dari berbagai pihak. (3) Pasca krisis:
Menindaklanjuti semua yang komitmen dan membangun kembali hubungan
positif dengan stakeholder. Aktivitas yang dilakukan menurut antara lain: crisis
tracking, dengan memberikan informasi kepada stakeholder langkah-langkah
penyelesaian krisis; cooperation with investigator, menyanggupi langkah-langkah
untuk mengatasi krisis sesuai komitmen organisasi; dan follow up, dengan
mengembalikan situasi normal.
Komunikasi krisis perlu disusun dengan mempertimbangkan model
komunikasi, strategi pesan, publik organisasi dan tujuan perusahaan secara luas.
Upaya membina hubungan dengan publik sejak dini merupakan faktor pendukung
krusial ketika perusahaan mengalami krisis. Sebuah rencana komunikasi krisis
yang baik paling tidak mempertimbangkan publik perusahaan, model komunikasi
yang mencakup tujuan untuk masing-masing publik, pesan yang harus
disampaikan, juru bicara, dan upaya mendapatkan dukungan pihak ketiga. Dalam
upaya komunikasi krisis, bentuk modis yang biasa digunakan oleh public
29
relations menurut Prayudi (dalam Windriati 2011) adalah: (1) Press release,
merupakan pernyataan tertulis yang menjelaskan bagaimana organisasi menangani
krisis dan pimpinan yang berwenang. (2) Press kits, merupakan map yang berisi
beberapa press release yang memiliki nilai berita bagi media massa. Biasanya
perusahaan juga melampirkan profil organisasi, atau daftar telepon juru bicara
perusahaan. (3) Konferensi pers, merupakan upaya agar media massa menerima
informasi yang tepat dari juru bicara organisasi dan menghindari mis-informasi
seandainya wawancara dilakukan secara terpisah. (4) Newsletter, merupakan
publikasi perusahaan yang berisi berita dan perkembangan terbaru perusahaan.
Media
Media adalah saluran komunikasi yang dipergunakan untuk
menyebarluaskan pesan sehingga pesan mampu menjangkau komunikan dalam
jumlah yang lebih besar, tidak terbatas pada ruang dan waktu. Media yang
dimaksudkan dalam penulisan ini adalah media massa meliputi televisi, surat
kabar dan majalah tidak termasuk media surat, SMS via HP dan sebagainya.
Media Relations
Menurut Jefkins (dalam Partao 2005) media relations adalah usaha untuk
mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau
informasi public relations dalam rangka menciptakan pengetahuan dan
pemahaman bagi khalayak dari perusahaan yang bersangkutan. Tujuan pokok
diadakannya hubungan pers adalah menciptakan pengetahuan dan pemahaman,
bukan semata-mata untuk menyebarkan suatu pesan sesuai keinginan perusahaan
induk atau klien demi mendapatkan suatu citra atau sosok yang lebih indah dari
pada aslinya di mata umum.
Jefkins menambahkan, seluruh materi pers harus bebas nilai dan
kepentingan sepihak. Semua pesan atau berita yang disampaikan kepada khalayak
harus sebagaimana adanya. Kepentingan masyarakat harus didahulukan atau
diutamakan. Sehingga, sambutan masyarakat dengan sendirinya akan positif.
Optimalisasi Fungsi Media Relations
Media relations yang optimal adalah hubungan yang mengedepankan
berbagai kepentingan untuk keuntungan bersama. Dengan tanpa mengorbankan
kepentingan publik, public relations mampu menjadikan pers berpihak pada
perusahaannya. Menjadikan sosok pers lebih manusiawi menurut ukuran
perusahaan. Pers juga dapat dimanfaatkan untuk berperan sebagai Early Warning
Sistem, memberi informasi awal sehingga perusahaan dapat terhindar dari masalah
atau krisis. Dengan tindakan tersebut, seluruh fungsi dan potensi yang terkandung
dalam hubungan tersebut dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga akhirnya
penanganan komunikasi krisis berjalan dengan baik dan krisis dapat lebih cepat
selesai (Partao 2005).
30
Partao menambahkan komunikasi krisis berkaitan erat dengan vulnerable
analysis. Vulnerable analysis adalah analisis berbagai kemungkinan yang dapat
menyebabkan perusahaan terjatuh ke dalam krisis. Karena kemungkinan penyebab
sudah diketahui, perusahaan bisa bersiap-siap, dan bisa mengantisipasi.
Perusahaan bisa menyiapkan crises planning sehingga saat krisis terjadi mereka
tidak terlalu terkejut, sudah bersiap-siap sehingga kecepatan penanggulangannya
bisa diraih. Konsekuensi logisnya adalah juru bicara mengetahui benar tentang
krisis tersebut, bisa menjelaskan soal krisis kepada pers dengan detil. Bila
penjelasan tersebut dikaitkan dengan nilai berita dan sejauh tidak merugikan
perusahaan, pers senang dan perusahaan tidak dirugikan. Terakhir, masyarakat,
publik dan semua pihak yang terkait mendapatkan manfaat dan memperoleh
hikmah positif lainnya.
Citra
Menurut Soemirat, citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu
tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya
(dalam Lianty 2011). Citra merupakan tujuan utama yang hendak dicapai oleh
public relations sebagai suatu lembaga. Penilaian terhadap citra itu sendiri sangat
abstrak karena tidak dapat diukur menggunakan rumus tertentu, karena persepsi
yang diberikan oleh publik berbeda satu sama lain.
Sedangkan menurut Jefkins dalam Vellayati, Arifin dan Yulianto (2014)
citra perusahaan adalah citra dari suatu perusahaan secara keseluruhan, jadi bukan
sekedar citra atas produk atau layanannya. Selain itu menurut Lianty dalam
Vellayati, Arifin dan Yulianto (2014) berpendapat bahwa citra merupakan tujuan
utama, sekaligus prestasi atau reputasi yang hendak dicapai oleh public relations
sebagai lembaga.
Menciptakan citra organisasi yang positif merupakan salah satu tugas
penting dari public relations. Segala tindakan ataupun keputusan yang diambil
oleh perusahaan akan mempengaruhi citra perusahaan tersebut di mata publiknya,
jika apa yang dilakukan negatif maka publik akan memberikan penilaian yang
buruk pada perusahaan, begitu juga sebaliknya apabila perusahaan memberikan
kontribusi yang positif, maka publik pun akan memberikan penilaian yang baik
terhadap perusahaan.
Citra korporat sendiri menurut Wijaya (2013) memiliki empat elemen,
yakni Familiarity: mengarah kepada pengenalan publik mengenai perusahaan,
baik tentang produk-produk dari organisasi, layanan, kebijakan yang diambil oleh
perusahaan, dan hal-hal lainnya. Characteristic: mengarah kepada kesan yang
ditunjukkan oleh publik dengan menggunakan kata ganti tertentu yang diingat
oleh publik. Position: yang menunjukkan posisi perusahaan dibandingkan dengan
perusahaan lain. Terakhir adalah Reference: merupakan elemen yang melihat
31
pernyataan dari narasumber yang dipilih oleh media untuk menggambarkan
persepsinya tentang perusahaan yang bersangkutan.
Peran Public Relations dalam Mempertahankan Citra dalam Situasi Krisis
Citra perusahaan terbentuk dari segala pengalaman publik akan organisasi.
Sebuah krisis dapat mempengaruhi citra perusahaan di mata publiknya, sehingga
perlu dilakukan evaluasi citra setelah krisis. Salah satu cara untuk melakukan
evaluasi citra perusahaan yaitu melalui pemberitaan di media massa, karena media
massa memiliki peran dalam membentuk opini publik.
Media adalah faktor penting dalam menstransformasi sebuah krisis
menjadi krisis public relations. Kredibilitas dan reputasi perusahaan sangat
bergantung dari keseriusan perusahaan merespon krisis yang terjadi. Dikatakan
krisis public relations apabila krisis yang terjadi mengakibatkan rusaknya citra
dan reputasi perusahaan di mata publik, dan sebuah krisis biasanya menjadi
konsumsi publik lewat media.
Hal ini menunjukan arti penting komunikasi dalam membangun persepsi
atau citra masyarakat mengenai suatu lembaga, tanpa ada komunikasi masyarakat
tidak akan mengetahui apa yang telah dilakukan oleh perusahaan, akibatnya
dukungan masyarakat terhadap perusahaan tidak akan diperoleh. Komunikasi
yang terbuka dan konsisten memainkan peran yang penting dalam berkontribusi
terhadap kesuksesan berkomunikasi selama krisis.
Peran public relations yang cukup urgen dalam situasi krisis adalah
bagaimana upaya komunikasi public relations dalam memulihkan kembali citra
perusahaan yang sempat terganggu oleh krisis. Sebab, sebuah krisis pasti akan
membawa dampak pada citra perusahaan itu sendiri (White dan Mazur, 1995: 208209). Apalagi, ketika krisis muncul, harus segera ditangani. Sebab, jika tidak, krisis
tersebut akan menghancurkan bisnis perusahaan serta buruknya citra perusahaan,
khususnya di mata publik (Newsom, Vanslyke, and Krukerberg, 1996: 516-517).
Maka Inti dari kegiatan public relations adalah melakukan komunikasi,
baik kedalam maupun keluar lembaga. Komunikasi yang baik bersifat kedalam
maupun keluar ini sama pentingnya sebagai upaya membangun corporate image.
Tanpa adanya koordinasi dalam penyampaian informasi, dapat menimbulkan
kontrovesi yang dapat merugikan citra lembaga.
Di samping itu, membuka saluran informasi atau timbal balik serta tetap
menjaga hubungan yang baik dengan kalangan instansi terkait, khususnya pihak
pers atau media massa dengan tetap mempertahankan kepercayaan publik serta
citra baik bagi lembaga atau perusahaan atau produk yang diwakilinya (Ruslan
2008).
SIMPULAN
Hasil Analisis dan Sintesis
Public relations memegang peranan penting dalam mengelola komunikasi
dalam perusahaan dengan publiknya secara timbal balik untuk mengeratkan
hubungan dengan orang-orang di luar badan hukum atau instansi sehingga
terbentuk opini publik yang favorable (citra yang positif). Public relations juga
melakukan fungsi manajemen agar terbentuk saling pengertian dalam komunikasi,
pemahaman, penerimaan dan kerjasama antara perusahaan dengan berbagai
publiknya. Selain itu, public relations berperan penting dalam merencanakan
program persiapan krisis, manajemen krisis pada waktu terjadi krisis dan strategi
setelah krisis selesai ditanggulangi.
Krisis merupakan suatu situasi yang tidak dapat diduga dan dapat
mengancam keberadaan perusahaan maupun publik yang bersangkutan. Krisis
bisa mengubah image sebuah perusahaan yang sudah dibangun selama bertahuntahun dengan drastis. Krisis sering kali dianggap sebagai “turning point in history
life”, yaitu suatu titik balik dalam kehidupan yang dampaknya memberikan
pengaruh signifikan, ke arah negatif maupun positif. Sehingga segala tindakan
serta keputusan yang diambil oleh perusahaan saat krisis terjadi, akan menentukan
bagaimana publik mencitrakan perusahaan tersebut.
Komunikasi krisis adalah kegiatan pemberian informasi untuk
menjelaskan tentang terjadinya krisis, baik yang disebabkan oleh bencana alam,
gangguan teknis, kesalahan manusia maupun karena krisis komunikasi, termasuk
upaya-upaya yang telah dilakukan dan akan dilakukan oleh manajemen
perusahaan untuk dapat segera menyelesaikan atau membantu menyelesaikan
krisis sehingga krisis tersebut bisa segera ditanggulangi, tidak menimbulkan
kerugian yang lebih besar lagi dan tentunya tidak menimbulkan korban jiwa
manusia maupun korban luka-luka.
Citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang
muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya. Citra merupakan
tujuan utama yang hendak dicapai oleh public relations agar perusahaan yang
menjadi tanggungjawabnya memiliki citra baik bagi publik. Terdapat elemen yang
dapat menentukan citra perusahaan, yaitu familiarity, characteristic, position, dan
reference.
34
Kerangka Pemikiran
Public relations memegang peranan penting dalam perusahaan. Peran
public relations dalam penelitian Lianty (2011) terdiri dari penasehat ahli,
fasilitator komunikasi, fasilitator pemecahan masalah, dan teknisi komunikasi.
Keempat peranan tersebut dipengaruhi oleh kondisi perusahaan yang dilihat dari
faktor internal seperti konflik karyawan, konflik manajemen, dan kegagalan
produk; juga faktor eksternal yakni tuntutan konsumen, dan perubahan kebijakan
pemerintah ataupun konflik elit politis. Karakteristik seorang public relations juga
dapat mempengaruhi peran public relations. Hal tersebut berkaitan dengan tugas
yang harus dilakukan oleh public relations dalam menjalankan tugasnya
mengatasi krisis. Dengan penanganan krisis yang tepat, diharapkan public
relations dapat mengembalikan atau memperbaiki citra baik perusahaan.
Kondisi Perusahaan pada
Saat Krisis dipengaruhi:
- Faktor internal
- Faktor eksternal
Peran Public Relations dalam
Komunikasi Krisis
-
Penasehat Ahli
Fasilitator Komunikasi
Fasilitator Pemecahan Masalah
Teknisi Komunikasi
Citra Perusahaan
Karakteristik Public
Relations
- Komunikasi dua arah
- Bersifat terencana
- Sasarannya adalah publik
- Berorientasi pada organisasi
Keterangan
: mempengaruhi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Peran Public Relations dan
Komunikasi Krisis dalam membentuk Citra Perusahaan
35
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan analisis, sintesis, serta simpulan yang telah dibuat, maka
dapat dibuat pertanyaan penelitian yang akan dijadikan dasar pada penelitian
selanjutnya, pertanyaan tersebut diantaranya:
1. Bagaimana kondisi perusahaan pada saat krisis dapat mempengaruhi peran
public relations dalam komunikasikan krisis?
2. Bagaimana pengaruh karakteristik public relations terhadap peran public
relations dalam komunikasi krisis?
3. Bagaimana peran public relations dalam mempertahankan citra baik pasca
krisis yang terjadi pada perusahaan?
DAFTAR PUSTAKA
Fajar A. 2011. Sistem Kendali dan Strategi Penanganan (Manajemen) Krisis
dalam Kajian Public Relations. Jurnal Komunikasi. [Internet]. [Dikutip
tanggal 6 Oktober 2015]. 1(3). Dapat diunduh dari: http://jurnal.aspikom.o
rg/wp-content/uploads/2015/02/jka-vol-1-no-3-juli-2011-fajar1.pdf
Jefkins, Frank dan Daniel Yadin. 2004. Public Relations. Jakarta: PT Gelora
Aksara Partama.
Lianty Y. 2011. Analisis Empiris Pengaruh Public Relations terhadap Citra Hero
Supermarket. Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanegara. [Internet].
[Dikutip tanggal 5 Oktober 2015]. 3(1). Dapat diunduh dari: http://journal.
tarumanagara.ac.id/i ndex.php/FIKOM/article/view/1143
Luhukay MS. 2008. Penerapan Manajemen Krisis di Indonesia: Memotret Krisis
dalam Kacamata Public Relations. Jurnal Ilmiah SCRIPTURA. [Internet].
[Dikutip tanggal 29 September 2015]. 2(1). Dapat diunduh dari: http://scri
ptura.petra.ac.id/index.php/iko/ article/view/16953
Partao ZA. 2005. Optimalisasi Fungsi Media Relations untuk Keberhasilan
Komunikasi Krisis. Jurnal Komunikasi. [Internet]. [Dikutip tanggal 5
Oktober 2015]. 2(1). Dapat diunduh dari: http://ejurnal.esaunggul.ac.id/in
dex.php/Kom/article/view/171
Purwaningwulan MM. 2013. Public Relations dan Manajemen Krisis. Majalah
Ilmiah UNIKOM. [Internet]. [Dikutip tanggal 6 Oktober 2015]. 11(2).
Dapat diunduh dari: http://jurnal.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/volume-11-2/
01-miu-11-2-melly.pdf/pdf/01-mi u-11-2-melly.pdf
Putra OWM. 2012. Manajemen Krisis PT. Lion Mentari Airlines dalam
Menangani Berita-berita Negatif di Media Massa (Kasus Maskapai Sering
Delayed dan Pilot Sabu). [Skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
Sinatra L, Darmastuti R. 2008. Kajian Peran Public Relations dalam
Meningkatkan Citra Perguruan Tinggi Swasta di Jawa Tengah. Jurnal
Ilmiah SCRIPTURA. [Internet]. [Dikutip tanggal 6 Oktober 2015]. 2(2).
Dapat diunduh dari: http://scriptura.petra.ac.id/index.php/iko/article/view/
16943
Suharyanti, Sutawidjaya AH. 2013. Analisis Krisis pada Organisasi berdasarkan
Model Anatomi Krisis dan Perspektif Public Relations. Journal
Communication Spectrum. [Internet]. [Dikutip tanggal 5 Oktober 2015].
2(2). Dapat diunduh dari: http://journal.bakrie.ac.id/index.php/Journal_Co
mmunication_spectrum/article/view/281
38
Utomo P. 2005. Strategi Public Relations dalam Pelayanan Informasi. Jurnal
Komunikasi. [Internet]. [Dikutip tanggal 5 Oktober 2015]. 2(1). Dapat
diunduh dari: http://ejurnal. esaunggul.ac.id/index.php/Kom/article/view/1
74
Vellayati TA, Arifin Z, Yulianto E. 2014. Pengaruh Marketing Public Relations
terhadap Citra Perusahaan dan Dampaknya terhadap Loyalitas Pelanggan
(Survei pada Pelanggan Toyota Auto 2000 Jl. Letjend Sutoyo No. 25,
Malang). Jurnal Administrasi Bisnis. [Internet]. [Dikutip tanggal 5 Oktober
2015]. 11(1). Dapat diunduh dari: http://administrasibisnis.studentjournal.
ub.ac.id/index.php/jab/article/view/472
Wijaya RP. 2013. Citra Telkomsel Pasca Kasus Pailit dalam Bisnis Indonesia dan
Investor Daily. Jurnal E-Komunikasi. [Internet]. [Dikutip tanggal 15
September 2015]. 1(2). Dapat diunduh dari: http://studentjournal.petra.ac.i
d/index.php/ilmu-komunikasi/article/view/901
Windriati FS. 2011. Analisa Manajemen Krisis PT. Pelabuhan Indonesia II
(Persero) Cabang Pontianak dalam Peristiwa Tenggelamnya Kapal di Alur
Pelayaran Pelabuhan. [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”
RIWAYAT HIDUP
Fithriyah Sholihah, putri pertama dari pasangan Solihin dan Lusiana
Yunita. Lahir sebagai seorang muslim di Bogor tanggal 03 Maret 1995. Tahun
2000-2001, pendidikan taman kanak-kanak ditempuh penulis di Taman Kanakkanak Insan Kamil, Bogor. Tahun 2001-2007, penulis melanjutkan pendidikan
dasarnya ke yayasan yang sama yaitu Sekolah Dasar Insan Kamil, Bogor. Tahun
2007-2010, pendidikan menengah pertama ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Insan Kamil, Bogor. Tahun 2010-2012, penulis melanjutkan pendidikannya ke
Sekolah Menengah Atas (SMA) Insan Kamil, Bogor. Pada tahun 2012, penulis
diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
undangan.
Selama penulis menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif
mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan dan juga kepanitiaan. Penulis aktif
menjadi sekretaris divisi HRD, Ketua Divisi HRD, dan Dewan Komisaris HRD
berturut-turut selama tiga tahun periode 2013-2015 di UKM Century IPB. Selain
itu penulis juga memiliki pengalaman menjadi anggota divisi HRD di Leadership
and Entrepreneurship School IPB angkatan IX tahun 2015 dan anggota dari
Komunitas Klub Buku Bogor sejak tahun 2013 hingga saat ini. Di samping itu,
penulis juga mempunyai berbagai pengalaman kepanitiaan yaitu CSR UKM
Century IPB 2013, Kopdar 4 dan 5 KlubBuku Bogor, Century’s Entrepreneur
Week 2013, IPB Business Festival 2013 dan 2014, Kampus Fiksi Road Show
Bogor 2014, Gebyar Nusantara 2014, KPM Garang 2014, dan masih banyak lagi.
Penulis juga pernah menjadi finalis di berbagai kompetisi kewirausahaan nasional
seperti E-day UI Depok 2013, FST Entrepreneurship UIN Jakarta 2014, dan
Business Plan Universitas Padjajaran Bandung 2014.
Download