NAMA : Fretty Vivin Valentiah NIM : 115040201111321 Kelas : C Geomorfologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang bentuk alam dan proses yang membentuknya. Para ahli geomorfologi mencoba untuk memahami kenapa sebuah bentang alam terlihat seperti itu, untuk memahami sejarah dan dinamika bentang alam, dan memprediksikan perubahan di masa depan dengan menggunakan kombinasi pengamatan lapangan, percobaan dan modeling. Geomorfologi dipejari di geografi, geologi, geodesi, archaeology, dan teknik kebumian. Bentuk lahan merupakan hasil dari proses geomorfologi. Proses pembentukannya sangat dipengaruhi oleh proses pelapukan dan proses erosi pada jenis batuan yang berbeda, bergantung pada kondisi iklim, alam dan struktur batuan penyusunnya serta lama terjadinya proses morfogenesis. Bentuklahan merefleksikan jenis batuan dan kepekaan jenis batuan terhadap erosi dan pelapukan. Para fisiograf mendefinisikan bentuk lahan adalah berbagai kenampakan (multitudinous features), secara bersama yang memberikan wujud pada permukaan bumi. Unsur-unsur bentuk lahan meliputi seluruh kenampakan-kenampakan luas, seperti dataran (plain), dataran tinggi (plateau), dan pegunungan (mountain), dan demikian juga kenampakan-kenampakan lebih sempit misalnya bukit (hill), lembah (valley), lereng (slope), ngarai (canyon), kipas alluvial (alluvial fan), dan lain-lain. Bentuk lahan berdasarkan genesisnya terbagi menjadi sepuluh kelas utama, yaitu : a. Bentuk lahan asal struktural b. Bentuk lahan asal vulkanik c. Bentuk lahan asal denudasi d. Bentuk lahan asal fluvial e. Bentuk lahan asal marine f. Bentuk lahan asal glasial g. Bentuk lahan asal aeolin h. Bentuk lahan asal solusional i. Bentuk lahan asal organik j. Bentuk lahan asal antropogenik A. Bentuk lahan asal struktural Bentuklahan asal proses struktural ini terbentuk karena adanya tenaga endogen yang mendorong lempeng samudra menunjam lempeng benua. Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pergeseran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh control struktural. Pada awalnya struktural antiklin akan memberikan kenampakan cekung, dan structural horizontal nampak datar. Umumnya, suatu bentuk lahan structural masih dapat dikenali, jika penyebaran structural geologinya dapat dicerminkan dari penyebaran reliefnya. Bentuklahan asal proses struktural ini terbentuk karena adanya tenaga endogen yang mendorong lempeng samudra menunjam lempeng benua. Wilayah Kabupaten Jombang terletak di antara 1110 20’13” sampai dengan 111040’47” bujur timur dan antar 7018’35” sampai dengan 70 47” lintang selatan, dengan luas wilayah 692,15 km2 . Secara geografis Kabupaten Jombang tidak berbatasan dengan pantai, hanya berbatasan dengan wilayah Kabupaten lainnya : Sebelah Utara : Kabupaten Lamongan Sebelah Timur : Kabupaten Sidoarjo Sebelah Selatan : Kabupaten Malang Sebelah Barat : Kabupaten Nganjuk Topografi Topografi wilayah Kabupaten Jombang cenderung di tengah dan tinggi di bagian selatan dan utara. Bagian selatan merupakan wilayah pegunungan yang subur, meliputi Kecamatan Tunggorono,Megaluh. Bagian tengah merupakan wilayah dataran, sedangkan bagian utara merupakan daerah perbukitan kapur yang kurang subur. Sekitar 30% dari seluruh wilayah Kabupaten Jombang kemiringan tanahnya lebih dari 15 derajat, sedangkan sisanya merupakan wilayah dataran dengan tingkat kemiringan lahan kurang dari 15 derajat. Letak ketinggian kecamatan-kecamatan di wilayah Kabupaten Jombang rata-rata berada dibawah 500 m dari permukaan laut, kecamatan yang memiliki ketinggian tertinggi adalah Kecamatan Wonosalam, dimana ketinggiannya berada pada lebih 700 m dari permukaan laut. Secara administrative wilayah Kabupaten Jombang terdiri dari 16 kecamatan, 312 desa. Luas wilayah secara keseluruhan Kabupaten Jombang adalah 692,15 km2, dimana bila kita amati wilayah Kecamatan Kabuh merupakan kecamatan dengan luas wilayah terbesar. Hidrologi Wilayah Kota Jombang mempunyai beberapa daerah aliran sungai yang manfaatnya cukup besar bagi kehidupan penduduk, khususnya untuk keperluan irigasi pertanian. Potensi hidrologi yang terdapat di Kota Jombang, ialah sungai, sumber mata air, serta model pengairannya. Menurut (Balitbang,2011), Kabupaten Jombang dilalui oleh 4 (empat) buah sungai yang cukup potensial yaitu: 1.Sungai Brantas di sebelah utara kota sepanjang 3,5 Km arah alirannya ke timur. 2. Sungai Brangkal di sebelah barat kota sepanjang 2,25 Km arah alirannya ke utara. 3. Sungai Sadar di sebelah timur kota sepanjang 2,00 Km arah alirannya ke utara. 4. Sungai Gedeg di sebelah barat kota sepanjang 2,00 Km. Kondisi hidrologi ini dalam kegiatannya akan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah, dan jenis tanaman yang tumbuh, karena ekosistem dalam suatu lingkungan akan berlangsung dan saling ketergantungan. Begitu pula dengan pola kehidupan dan penghidupan masyarakat. Kondisi Tanah Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kab. Jombang sebagian besar terdiri dari aluvial (62.74%) dan grumosol (37.26%). Dari kondisi tersebut jenis tanah di Kota Jombang merupakan tanah yang cukup baik untuk usaha pertanian terutama untuk jenis tanaman padi, polowijo dan tanaman tebu. Kemampuan tanah di wilayah Kota Jombang didukung oleh: Ø Kedalaman efektivitas tanah mencakup keseluruhan wilayah Kab. Jombang yakni kedalaman 90 cm dan lebih. Wilayah tersebut menunjukkan wilayah yang baik bagi pertumbuhan perakaran tanaman. Ø Tekstur tanah secara keseluruhan mempunyai kelas tekstur halus/ liat yang ditentukan oleh perbandingan fraksi pasir, debu dan tanah liat. Ø Drainase tabah yang menunjukkan lama dan seringnya tanah jenuh terhadap kandungan air serta kecepatan meresapnya air dari permukaan tanah mencapai 1575,44 Ha (95,68%) tidak pernah tergenang dan 71,095 Ha (4,32%) tergenang secara periodik. Ø Erosi di wilayah Kab. Jombang hampir sama sekali tidak terjadi mengingat jenis tanahnya aluvial dan grumosol. (Anonymous,2014) Geomorfologi di Daerah Jombang Proses pembentukan tanah di Jombang, di dominasi dengan adanya pengaruh pegunungan vulkanik yang berada pada wilayah selatan daerah Mojokerto. Selain itu ada juga sedikit pengaruh pegunungan kapur yang berada di daerah Utara Jombang. Sedangkan pada bagian tengah, memanjang aliran sungai Brantas, yang kawasannya tersebut disebut Daerah Aliran Sungai Brantas, sehingga otomatis akan mempengaruhi pembentukan tanahnya. Sedangkan wilayah vulkan pada daerah mojokerto dipengaruhi oleh Gunung penanggungan serta kompleks pegunungan Arjuna-Welirang, yang ketika meletus abu vulkannya ikut terbawa aliran lahar serta hembusan angin hingga ke wilayah perbatasan antara MojokertoMalang, Mojokerto-Pasuruan. Sehingga hal ini mempengaruhi pembentukan tanah yang berada di wilayah Jombang. DENUDASI Denudasi adalah proses pengelupasan batuan induk yang telah mengalami proses pelapukan, akibat pengaruh air sungai, panas matahari, angin, hujan , embun beku dan es yang bergerak ke laut. Denudasi dapat meliputi pengikisan partikel padat dan material yang sudah larut. Pada umumnya denudasi terdapat pada lereng-lereng pegunungan yang dipengaruhi oleh gaya berat dan erosi sehingga bagian terluar terangkat dan daerah tersebut akan mengalami ketandusan karena tidak mempunyai lapisan topsoil lagi. Proses denudasi mengakibatkan pengikisan permukaan bumi dan berujung pada berkurangnya ketinggian dari relief bentang alam atau lanskap. Denudasi melibatkan proses pelapukan, erosi, dan mass wasting. Pelapukan adalah perubahan dan disintegrasi batuan oleh pengaruh atmosfer, kimia, dan biologi. Erosi dapat diartikan sebagai proses penghilangan dan peniadaan produk pelapukan. Pelapukan dapat dibedakan menjadi pelapukan mekanis dan pelapukan kimiawi. Pelapukan mekanis disebabkan oleh udara yang membeku, insolasi dan perubahan temperatur, serta aktivitas yang dilakukan oleh akar tumbuhan, cacing, dan lumut. Sedangkan pelapukan kimiawi disebabkan oleh pelarutan, pembentukan karbonat, oksidasi, dan hidrolisis oelh air hujan maupun air sungai. Bentuk-bentuk denudasi dapat berupa slope/lereng puing yang terlepas jatuh, longsoran bukit (rockfall), gelinciran atau longsoran (landslide), dan solifluksi. Macam-macam denudasi antara lain aliran (mudflow), pelelehan/rayapan (soilcreep), dan pembilasan (sheet erosion). Denudasi dengan percepatan tinggi dapat mengakibatkan bencana alam seperti getaran gempa bumi, erosi kaki lereng yang tidak stabil, dan penaikan tinggi air tanah dalam daerah patahan atau gelinciran. Faktor yang mempengaruhi denudasi antara lain (1) topografi permukaan, (2) geologi, (3) iklim, (4) aktivitas tektonik, (5) biosfer (flora dan fauna), (6) aktivitas manusia. PROSES DEPOSISI Proses deposisi sering disamakan dengan sedimentasi. Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Semua batuan hasil pelapukan dan erosi kemudian diendapkan dan selanjutnya dapat menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda. Berikut ini adalah ciri bentang alam akibat proses pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya. Pengendapan oleh air sungai. Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil pengendapan oleh air antara lain meander, dataran banjir, tanggul alam dan delta. Pengendapan oleh Air Laut. Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai. Pengendapan oleh angin. Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi bila terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengedapkan pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir. Pengendapan oleh gletser. Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U. Pada wilayah selatan, terdapat proses deposisi, yang dipengaruhi oleh gunung penanggungan (Balitbang, 2011). Bagian selatan merupakan wilayah pegunungan yang subur, meliputi Kecamatan Ploso dan Kabuh . Dan pada wilayah utara, pembentukan tanahnya dipengaruhi oleh landform karst, layaknya wilayah lamongan yang di dominasi juga oleh landform karst, begitu pula dengan wilayah Gresik, yang selain berlandform karst juga dominan memiliki lanform Marin sehingga kurang subur (Balitbang, 2011). Bentuklahan karst adalah bentuklahan yang terbentuk akibat proses pelarutan batuan yang terjadi pada daerah berbatuan karbonat tertentu. Menurut Jenings (1971), karst merupakan suatu kawasan yang memiliki karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh larutnya batuan yang tinggi oleh air. Sehingga wilayah ini terjadi akibat proses denudasi. daftar pustaka http://dc312.4shared.com/doc/yS_zkK4X/preview.html http://www.jombangkab.go.id/mjk/src/index.php?hf=1120&submenu=geografis http://teachgeograf.blogspot.com/2014/05/makalah-geomorfologi-bentukan-lahan.html