BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah rusaknya kualitas udara yang tercemar oleh zatzat polutan sehingga mengubah susunan udara yang bisa membahayakan manusia, hewan, dan tumbuhan. Semakin berkembang pesatnya pembangunan khususnya industri dan teknologi, serta meningkatnya jumlah kendaraan bermotor menyebabkan udara disekitar kita menjadi tercemar oleh gas-gas buang hasil pembakaran. Kondisi udara yang buruk mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesehatan. Udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai penyakit saluran pernapasan atau pneumokoniosis yang merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. (Wardhana, Arya, 1999). Jenis polutan yang paling dominan menyebabkan pencemaran udara, antara lain: karbon monoksida, nitrogen dioksida, sulfur dioksida, partikulat, hidrokarbon, CFC, timbal dan karbondioksida. Karbon monoksida adalah polutan yang paling banyak dihasilkan pada kota-kota besar, hal ini disebabkan karena banyaknya gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan proses industri. Wireless Sensor Network (WSN) dapat digunakan untuk memantau pencemaran udara sehingga dapat dijadikan informasi peringatan dini adanya pencemaran udara pada titik tertentu. Dengan mengetahui informasi tersebut 1 2 diharapkan mampu mengurangi tingkat pencemaran udara khususnya gas karbon monoksida dengan salah satu cara melakukan penanaman tumbuhan secara masal. WSN dapat melakukan pemantuan lingkungan terbuka secara langsung dengan memanfaatkan beberapa macam sensor. (Mittal, 2010). Dari sejumlah masalah utama dalam implementasi WSN antara lain: proses komunikasi dan konsumsi energi. Sering kali komunikasi pada WSN hanya mengandalkan protokol komunikasi dari device WSN yang digunakan. Apabila terdapat salah satu node yang mengalamai kegagalan sistem maka node yang berada dibawahnya tidak bisa melakukan proses komunikasi, sehingga data sensor yang berasal dari node tersebut tidak bisa tersampaikan ke pusat. Untuk mengatasi masalah tersebut diusulkan sebuah penelitian mengenai sebuah perancangan protokol komunikasi data pada penerapan WSN, yang bertujuan apabila terdapat kegagalan sistem pada salah satu node terdapat jalur backup komunikasi data sehingga node yang berada dibawahnya masih bisa mengirimkan data sensor menuju node pusat. Permasalahan lain pada WSN adalah konsumsi energi. Hal ini disebabkan oleh catu daya pada node hanya disuplai oleh sebuah baterai. Maka dari itu dalam penelitian ini ditambahkan rangkaian pemantau catu daya yang bertujuan untuk mengetahui informasi penggunaan catu daya pada suatu node, sehingga bisa dijadikan acuan untuk menentukan batas minimum penggunaan catu daya. Dari uraian diatas, maka diusahakan penelitian mengarah pada teknologi WSN dengan topologi tree. Dalam topologi tree terdapat beberapa tingkatan simpul atau node. Node yang lebih tinggi tingkatannya dapat mengatur node lain yang lebih rendah tingkatannya. Selain itu data yang akan dikirim perlu melalui 3 node yang berada diatasnya Perancangan protokol komunikasi data diusahakan mengarah pada topologi tree sehingga proses komunikasi data bisa sesuai dengan penerapan topologi tree. Pemilihan topologi tree diharapkan mampu mengatasi permasalahan komunikasi yang terbatas pada jarak akses yang dimiliki oleh device, sehingga node yang jarak aksesnya lebih jauh masih bisa terjangkau. 1.2. Perumusan Masalah Dari beberapa hal yang telah disebutkan, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana menerapkan protokol komunikasi data dalam pengiriman data sensor gas karbon monoksida serta pemantau catu daya menggunakan WSN dengan topologi tree? 2. Bagaimana menerapkan topologi tree dalam WSN? 3. Bagaimana mendapatkan nilai yang dihasilkan oleh sensor gas karbon monoksida serta pemantau catu daya? 1.3. Pembatasan Masalah Dari permasalahan yang dirumuskan di atas, maka batasan permasalahan yang kami gunakan untuk rancang bangun protokol komunikasi data pada wireless sensor network dengan topologi tree untuk memantau gas karbon monoksida adalah sebagai berikut. 1. Wireless XBee-Pro telah dikonfigurasi sesuai dengan aturan, hal ini dilakukan agar proses komunikasi berjalan sesuai dengan topologi tree. 4 2. Jangkauan radius wireless antara masing-masing device sesuai dengan spesifikasi yang ada pada wireless XBee-Pro series 1. 3. Node 2 menjadi prioritas utama dalam penentuan komunikasi antar node baik komunikasi dari node coordinator atau node 1. 4. Routing komunikasi adalah statis. 5. Jenis pencemaran udara yang akan dipantau adalah karbon monoksida. 6. Output yang dihasilkan dari sensor gas MQ-7 adalah nilai respon sensor terhadap kandungan karbon monoksida dalam udara. 1.4. Tujuan Tujuan dari rancang bangun protokol komunikasi data pada wireless sensor network dengan topologi tree untuk memantau gas karbon monoksida adalah sebagai berikut. 1. Menerapkan protokol komunikasi data dalam pengiriman data sensor gas karbon monoksida serta pemantau catu daya menggunakan WSN dengan topologi tree. 2. Menerapkan topologi tree dalam WSN. 3. Mendapatkan nilai yang dihasilkan oleh sensor gas karbon monoksida serta pemantau catu daya. 1.5. Kontribusi Penelitian ini memberikan wacana pada penerapan protokol komunikasi data dalam pemantuan gas karbon monoksida sebenarnya. Dengan pengumpulan data dari pemantau catu daya sehingga dapat dijadikan acuan dalam penentuan 5 route komunikasi secara dinamis, serta pengumpulan data dari sensor gas karbon monoksida dapat dijadikan acuan keputusan kemungkinan terjadinya pencemaran udara secara berlebih. 1.6. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir ini ditulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut. BAB I : PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, kontribusi serta sistematika penulisan buku tugas akhir. BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang berbagai teori yang mendukung penelitian ini. Teori tersebut meliputi Wireless Sensor Network (WSN), topologi tree, komunikasi serial, modul komunikasi wireless 802.15.4 Xbee-Pro, mikrokontroler AVR, dan sensor gas karbon monoksida (MQ-7). BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang penjelasan penulis dalam merancang dan membuat perangkat keras secara garis besar, Serta perancangan perangkat lunak pada minimum sistem yang digunakan sebagai dasar 6 pembuatan protokol komunikasi data. Bab ini juga berisi penjelasan alat dan bahan penunjang penelitian, alur penelitian, dan langkah pengujian. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang penjelasan hasil pengujian sistem beserta pembahasannya. Pengujian meliputi pengujian modul pendukung seperti sensor MQ-7 untuk mendeteksi gas karbon monoksida, modul minimum sistem sebagai pemroses, rangkaian catu daya sebagai indikator penggunaan catu daya, modul wireless Xbee-Pro sebagai media komunikasi nirkabel, serta pengujian keseluruhan sistem dengan menggunakan protokol komunikasi yang telah dibuat. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh sistem yang dibuat serta diberikan saran untuk pengembangan lebih lanjut dari penelitian ini.