Sistim Akuisisi Parameter Hujan Menggunakan Wireless Sensor Network ( Software ) Imam M. Iqbal Lubis1), Wakhyu Dwiono2), Wahyuni Khabzli3) 1) 2) 3) Jurusan teknik Elektro Politeknik Caltex Riau, Pekanbaru 28265, email: [email protected] Jurusan teknik Elektro Politeknik Caltex Riau, Pekanbaru 28265, email: [email protected] Jurusan teknik Elektro Politeknik Caltex Riau, Pekanbaru 28265, email: [email protected] ABSTRAK Dalam memperkirakan cuaca suatu area untuk keperluan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai Meteorologi dan Geofisika, diperlukan suatu alat yang dapat mengambil data parameter hujan. Alat yang digunakan pada saat ini masih bersifat manual dimana user harus melakukan pengambilan data langsung melalui pengamatan pada alat. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem akuisisi parameter hujan yang bersifat otomatis sehingga mempermudah dalam pengambilan data tersebut. Dengan memperhatikan hal diatas, penulis tertarik untuk mewujudkan suatu alat yang dapat membantu mengambil data parameter hujan secara otomatis. Pada proyek akhir ini, diwujudkan suatu alat yang dapat mengambil data parameter hujan secara otomatis dengan memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti: kecepatan angin, arah angin, temperatur udara, tekanan udara, kelembaban udara, dan intensitas panas matahari. Untuk mendeteksi faktor-faktor tersebut digunakan 6 buah sensor diantaranya: anemometer, mekanik arah angin, LM-35, DT-Sense Barometric Pressure & Temperature Sensor, dan DT-Sense Humidity Sensor. Alat yang digunakan terdiri dari 2 sensor node, 1 repeater dan 1 server. Data yang didapat dari masing – masing sensor dikirim ke node repeater secara bergantian dan diteruskan ke server sehingga dapat dimonitoring perubahan data yang telah diterima. Proses transmisi data dilakukan secara wireless menggunakan KYL-500S dengan kondisi LOS dan NLOS. Hasil data yang telah diterima ditampilkan pada server menggunakan visual basic dan disimpan di database. Dari hasil yang diterima dapat simpulkan bahwa semakin besar kelembaban nisbi, maka semakin besar juga nilai tekanan udara. Akan tetapi, temperatur udara akan selalu berbanding terbalik terhadap tekanan udara dan kelembaban nisbi. Kata kunci: Wireless Sensor Network, Parameter Hujan ABSTRACT Weather forecasting of certain area for scientific purpose, especially in relation with Meteorology and Geophysics, needs certain devices to acquire rain parameter data automatically. Nowadays, the data acquisition is manually obtained by BMKG, that is restored every 60 minutes. This final project implements certain devices to acquire rain parameter data automatically, such as air temperature, air humidity, air pressure, wind velocity, wind direction, and sun light intensity. This system uses 6 type of sensors such as anemometer, wind direction sensor, LM-35, DT-Sense Barometric Pressure and Temperature Sensor, and DT-Sense Humidity Sensor. A device are consisted of 2 sensor nodes, 1 repeater and 1 server. The Data from each sensor sent to server interchangeably, so data can be observed. The process of data transmission using wireless kyl-500s with the condition of LOS and NLOS. The results of data is displayed on the server using visual basic, then data is stored in a database. From the results can be concluded that the greater value of relative humidity, then the greater value of the air pressure. However, the air temperature will always inversely proportional to the air pressure and relative humidity. Keywords : Wireless Sensor Network, Rain Parameters 1 1. Pendahuluan 2.2 Sensor 2.2.1. Mikrokontroler AVR ATMEGA8535 Kemajuan teknologi sekarang ini sebenarnya sudah dapat membantu manusia dalam hal melakukan pengambilan data parameter hujan dengan berbagai faktor alam. Kemajuan teknologi ini dipicu begitu pesatnya perkembangan teknologi terutama dibidang sensor maupun mikrokontroler. Mikrokontroler merupakan single chip processor yang mampu melakukan pekerjaan manusia dalam dimensi yang kecil, kemampuan mikrokontroler ini juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan monitoring ataupun melakukan pengiriman data kesuatu wilayah tanpa diperlukan seorang manusia. Dengan memperhatikan hal diatas, maka penulis tertarik mewujudkan suatu alat yang dapat membantu mengambil data parameter hujan secara otomatis, kemudian data yang diperoleh dikirim ke server menggunakan media wirelesss. Hal ini didasari pengambilan data yang masih manual oleh petugas BMKG, yang dalam proses pengambilan data dimonitoring setiap 60 menit sekali ke taman alat. Sementara alat ukur yang digunakan masih alat pengukur sederhana, seperti: alat pengukur suhu menggunakan termometer , pengukur tekanan udara menggunakan barometer, dan pengukur kelembaban udara menggunakan termometer bola basah dan bola kering. ATMega8535 digunakan karena mikrokontroler ini menggunakan arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computing) 8 bit yang memiliki konsumsi daya rendah dan memiliki perfoma yang tinggi karena semua instruksinya dalam kode 16 bit dan sebagian besar dieksekusi dalam 1 siklus membuat salah satu jenis AVR ini berbeda dengan keluarga MCS51 yang instruksinya membutuhkan 12 siklus. Sehingga ATMega8535 dapat digunakan untuk aplikasi sederhana maupun aplikasi yang komplek.[1] Gambar 2.1 Konfigurasi Pin ATMEGA8535 2.2.2 LM35 Untuk memudahkan pengolahan temperatur diukur dengan sebuah tranduser sehingga tanpa perlu memikirkan konversi dari besaran sensor menjadi besaran listrik. Transduser juga harus mempunyai daerah pengukuran yang luas. IC LM35 ini mempunyai presisi yang tinggi dengan lineraritas +10.0 mV terhadap suhu Celcius. Suhu yang dapat diukur cukup lebar yakni antara –55C sampai dengan 150C. Sedangkan konfigurasi pin LM35 terlihat pada gambar dibawah ini[1]. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Wireless Sensor Network WSN merupakan sebuah sistem monitoring berbasis teknologi nirkabel (Wireless) sebagai media transmisinya, yang dapat melakukan pembacaan data pada sebuah sensor atau lebih. Sistem monitoring ini terdiri dari beberapa node, dimana tiap node nya terdiri dari beberapa sensor. Hasil pembacaan sensor pada tiap node tersebut yang akan dikirimkan menggunakan media Wireless dan akan ditampilkan pada sebuah grafik pada client.[1] Wireless Sensor Network(WSN) adalah kelas baru dalam jaringan komputer yang terdiri dari beberapa sensor nodes yang saling berkomunikasi dan bekerja sama untuk mengumpulkan data-data dari lingkungan sekitar, misalnya suhu, tekanan udara, kelembaban udara dan beberapa parameter lingkungan lainnya. Untuk keperluan ini suatu node diperlengkapi dengan peralatan sensor yang digunakan untuk mendeteksi lingkungan sekitar dan peralatan komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan sensor node yang lain.[1] Gambar 2.2 Konfigurasi pin LM35 2.2.3 Optocoupler Opto coupler adalah merupakan komponen elektronik opto isolator yang terdiri dari pemancar cahaya atau emitter yang mengkopel secara optik terhadap photo detector melalui media yang terisolasi. Pemancar cahaya dapat berupa penerang lampu ataupun LED. Media isolasi berupa udara, plastik, gelas atau fiber. Sedangkan photo detector dapat berupa photo konduktor, photo dioda, photo transistor, photo SCR atau rangkaian photo dioda/amplifier[3]. 2 Gambar 2.3 Rangkaian Optocoupler 2.2.4 DT-SENSE Humidity Sensor Gambar 2.5 Modul DT-SENSE BAROMETRIC PRESSURE & TEMPERATURE SENSOR DT-SENSE HUMIDITY SENSOR merupakan sebuah modul sensor cerdas berbasis sensor HH10D yang dapat digunakan untuk mendeteksi besarnya kelembaban nisbi (Relatif Humidity disingkat RH) di sekitar sensor. Keluaran DT-SENSE HUMIDITY SENSOR berupa data digital yang sudah terkalibrasi penuh sehingga dapat dipakai langsung tanpa perhitungan tambahan. Modul sensor ini dilengkapi dengan antarmuka UART TTL dan I2C. Contoh aplikasi DTSENSE HUMIDITY SENSOR antara lain untuk sistem HVAC (Heating, Ventilating, and Air Conditioning), pengendali iklim mikro, stasiun cuaca (weather station), pengendali kelembaban udara (humidifiers atau dehumidifier), atau aplikasiaplikasi lain yang menggunakan informasi kelembaban nisbi.[2] 2.3 KYL-500S KYL-500S adalah sebuah modul wireless transciever yang digunakan sebagai wireless data transciever pada jarak jauh dengan ukuran yang kecil, ringan, dan konsumsi daya yang rendah dan dengan stabilitas dan reliabilitas yang baik. KYL500S dapat dioperasikan pada frekuensi 433Mhz, 868Mhz dan 915Mhz. Jarak maksimal KYL-500S adalah 200m dan dapat mencapai 1 km dengan tambahan antena eksternal.[4] Gambar 2.6 KYL-500S 2.4 Visual Basic 2006 Visual Basic Merupakan bahasa pemrograman Visual sehingga dapat mempermudah dalam mendesain tampilan program atau lebih dikenal dengan istilah user interface. Hal ini sangat bermanfaat untuk membuat program yang bekerja dalam lingkungan windows yang tampilannya lebih rumit. Dengan Bahasa Pemrograman biasa / Non Visual, Waktu seorang programmer lebih banyak dihabiskan untuk mendesain tampilan program dibandingkan dengan penulisan program utamanya.[5] Gambar 2.4 Modul DT-SENSE HUMIDITY SENSOR 2.2.5 DT-SENSE Barometric Pressure & Temperature Sensor DT-SENSE BAROMETRIC PRESSURE & TEMPERATURE SENSOR merupakan sebuah modul sensor cerdas berbasis sensor HP03 yang dapat digunakan untuk mendeteksi besarnya tekanan dan temperatur udara di sekitar sensor. Keluaran DT-SENSE BAROMETRIC PRESSURE & TEMPERATURE SENSOR berupa data digital yang sudah terkalibrasi penuh sehingga dapat dipakai langsung tanpa terlalu banyak perhitungan tambahan. Modul sensor ini dilengkapi dengan antarmuka UART TTL dan I2C. Contoh aplikasi DT-SENSE BAROMETRIC PRESSURE & TEMPERATURE SENSOR antara lain untuk sistem pengukuran dan kendali tekanan udara, sistem barometer/altimeter, produk-produk perkiraan cuaca, atau aplikasi-aplikasi lain yang menggunakan informasi tekanan udara dan temperatur.[2] Gambar 2.7 Tampilan awal aplikasi Visual Basic 6 2.5 SQL Server 2005 SQL Server 2005 atau disebut juga dengan SQL Server 9 merupakan pengembangan dari 3 SQL Server versi 2000. SQL Server 2005 mempunyai desain yang sudah modern. SQL Server 2005 adalah sebuah mesin database client/server yang berbeda dengan database komputer tunggal tradisional yang memakai sistem pemakaian file secara bersama-sama ANSI-SQL mendefinisikan empat perintah dasar untuk manipulasi data yaitu : SELECT, INSERT, UPDATE, DELETE dan sejumlah perintah untuk mendefinisikan struktur database.[5] Gambar 3.2 Alat sistem akuisisi parameter hujan Dapat dilihat pada blok diagram sistem akuisisi parameter hujan menggunakan Wireless Sensor Network, pada modul pengukur, proses pengambilan data menggunakan 6 buah sensor, yaitu sensor kecepatan angin, sensor arah angin, sensor temperatur udara, sensor tekanan udara, sensor kelembaban nisbi, dan sensor pengukur tingkat intensitas panas matahari. Proses kerja dari sensor tersebut yaitu ketika terjadinya perubahan data yang terukur pada setiap faktor yang menjadi penyebab terjadinya hujan seperti kecepatan angin, temperatur udara, tekanan udara, dan kelembaban nisbi, maka semua sensor akan mengukur perubahan-perubahan data yang merupakan faktor penyebab terjadinya hujan, tidak adapun perubahan data yang terukur oleh sensor-sensor tersebut, mikrokontroller tetap akan mengirim data secara terus-menerus dimana urutan pengiriman datanya dari node 1 dan 2 yang dapat saling berkomunikasi dan setelah kedua node sudah mendapakan data, kemudian dikirimkan ke node 3. Pada node 3 akan di cek apakah node 1 dan 2 sudah mengirim data, jika ada data yang diterima maka diteruskan ke server. Ketika semua sensor mendapatkan data, maka data akan disimpan ke mikrokontroller, kemudian data diolah kembali dan dikirimkan ke server menggunakan modul tranceiver KYL-500S . Data ditampilkan pada server dalam bentuk grafik. Gambar 2.8 Tampilan Awal SQL Server 2005 2.6 BASCOM AVR BASCOM-AVR v1.11.8.3 merupakan salah satu software yang berfungsi sebagai text editor dalam menulis baris perintah sekaligus sebagai compiler yang dapat mengubah file sumber menjadi file hexa. BASCOM-AVR menyediakan berbagai fasilitas yang memudahkan pengguna. Pengguna dapat membuat dan menjalankan program yang ditulis, kemudian mengujinya langkah demi langkah sehingga pengguna dapat mengamati perubahan data pada setiap register dan port I/O.[5] 3 PERANCANGAN 3.1 Blok Diagram Pada perancangan terdapat 2 bagian utama, yaitu bagian hardware dan software. Dan pada bagian ini akan dijelaskan blok diagram sistem secara keseluruhan. Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Akuisisi Parameter Hujan Menggunakan Wireless Sensor Network 4 3.2 Flowchart Sistem Start Inisialisasi Ambil Data Intensitas Panas Matahari Ambil Data Kecepatan Angin Gambar 3.4 Flowchart Rutin Komunikasi Modul Pengukur Ambil Data Arah Angin 3.4 Perancangan Program Visual Basic (VB) Perancangan program Visual Basic untuk dapat menampung data maupun melakukan monitoring terhadap suhu, kecepatan angin, arah angin, tekanan, kelembaban, dan intensitas panas matahari. Data yang diterima dari modul pemantau berupa data suhu, kecepatan angin, arah angin, tekanan, kelembaban, dan intensitas panas matahari yang mana kemudian disimpan kedalam 2 buah database, dimana setiap node memiliki masing-masing database. Data ditampilkan pada server dalam bentuk grafik. Flowchart perancangan program VB dapat dilihat pada Gambar 3.5 Ambil Data Kelembaban Nisbi Ambil Data Tekanan Udara Ambil Data Temperatur Kirim Data dari Seluruh Sensor melalui Port Serial Delay 800 ms Gambar 3.3 Flowchart Sistem 3.3 Komunikasi Modul Pengukur Sub program ini digunakan agar supaya mikrokontroler dapat mengirimkan data suhu, kecepatan angin, arah angin, kelembaban, tekanan, dan intensitas panas matahari melalui jalur komunikasi wireless. Flowchartnya dapat dilihat pada Gambar 3.4. 5 Start Inisialisasi komunikasi Terima data dari modul wireless Masukkan data melalui serial com Gambar 4.2 Form Graphic Ambil data waktu sekarang Sedangkan untuk melihat untuk melihat table history data pada tanggal yang ditentukan tinggal mengklik tombol “History”. Setelah itu akan muncul form tabel, seperti pada gambar 4.3 Simpan data suhu, kecepatan dan arah angin, kelembaban, tekanan, dan panas intensitas matahari ke database Tampilkan data dalam bentuk grafik end Gambar 3.5 Flowchart Program Visual Basic PENGUJIAN dan ANALISIS PROGRAM 4.1 Pengujian Sistem 4.1.1 User Interface Interface user merupakan aplikasi yang berfungsi untuk menampilkan data-data yang diterima dari sensor. Ketika pertama kali VB dijalankan terdapat halaman sistem monitoring seperti pada gambar 4.1 4 Gambar 4.3 Form History 4.1.2 Database Pada proyek akhir ini database berfungsi untuk menyimpan data yang diinputkan dari masing-masing node. Sebelum dimasukkan ke database, data diolah dulu di VB dengan tujuan agar proses memasukkan data ke database lebih gampang. Pada database digunakan 2 buah tabel yaitu tabel Node1dan Node2. Setiap tabel memiliki fungsi yang sama yaitu untuk menyimpan data tanggal, jam, data arah angin, kecepatan angin, tekanan udara, kelembaban nisbi, temperatur dan intensitas panas matahari. Nama-nama tabel tadi bisa dilihat pada gambar 4.4. Gambar 4.1 Tampilan Utama Pada halaman utama ini data yang didapat dari setiap sensor pada masing-masing node sudah dipisah sesuai dengan kolomnya. Untuk melihat grafik suhu masing-masing node tinggal mengklik tombol “Graphic”, setelah itu akan muncul form grafik, seperti gambar 4.2 Gambar 4.4 Database 6 4.2 Analisa 4.2.1 Pengujian Pengiriman Data Pada Node 1 Menggunakan KYL500S dan Ditampilkan ke PC Tujuan pengujian pengiriman data pada node 1 adalah untuk menguji apakah KYL500S sanggup mengirimkan data setiap sensor pada node 1 ke server, dan untuk melihat apakah data yang dikirim sesuai dengan data yang diterima di server. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada Hyper Terminal yang sudah tersedia di PC, seperti pada gambar 4.5 Gambar 4.7 Data kedua node yang diteruskan node 3 Jika dilihat dari tampilan di hyper terminal angka awal pada setiap data merupakan kode dari node, yaitu 1 dan 2. Selain awal datanya bukan angka tersebut maka data tersebut tidak akan diolah di VB. Tetapi pada saat pengiriman data sensor pada setiap node juga terdapat data yang error, data error ini disebabkan karena banyaknya penghalang (obstacle) saat pengiriman data antar node ke server, seperti pohon dan dinding kampus PCR. Penyebab lainnya karena keterbatasan kemampuan KYL-500S, KYL500-S ini merupakan modul transceiver yang half-duplex dimana modul ini tidak bisa menerima dan mengirim data secara bersamaan.hal ini akan menyebabkan terjadinya collision dalam pengiriman data. Gambar 4.5 Tampilan pada HyperTerminal Dari tampilan Hyper Terminal diatas, KYL500-S bisa mengirimkan data sesuai dengan keadaan sensor pada node1 tanpa ada data error, angka 1 merupakan nomor node, 52 merupakan data arah angin, 0 merupakan data kecepatan angin, 93 merupakan data kelembaban nisbi, 1015 merupakan data tekanan udara, 24 merupakan data temperatur dan 25 merupakan data intensitas panas matahari. 4.2.3 Pengujian output DT-Sense Humidity Sensor 4.2.2 Pengujian Pengiriman Data Pada Node 1, Node2, dan Node 3 Menggunakan KYL500S dan Ditampilkan ke PC Pada pengujian ini semua node dihidupkan secara bersamaan, dimana posisi node1 diletakkan di lantai 4 berdekatan dengan parkir motor PCR, node 2 diletakkan di lantai 4 berdekatan dengan parkir mobil PCR, dan node 3 yang berfungsi sebagai repeater diletakkan di kantin PCR. Sedangkan servernya (PC) diletakkan di sport area Chevron. Untuk pengujian data dt-sense humidity sensor dengan cara membandingkan data tersebut dengan data dari BMKG Pekanbaru. Gambar 4.6 Pengujian Alat Setelah dihidupkan ternyata sistem wireless sensor network dapat berjalan dengan baik, karena seluruh data pada node1, node 2 dan diteruskan oleh node 3 dapat disampaikan ke server. Data yang dikirim setiap node dapat dilihat pada gambar 4.6 NO TANGGAL WAKTU ( WIB ) DATA BMKG PEKANBARU (%RH) DATA TERUKUR (%RH) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 3-Jul-12 3-Jul-12 3-Jul-12 3-Jul-12 3-Jul-12 3-Jul-12 3-Jul-12 4-Jul-12 4-Jul-12 4-Jul-12 4-Jul-12 4-Jul-12 4-Jul-12 4-Jul-12 4-Jul-12 17 : 00 18 : 00 19 : 00 20 : 00 21 : 00 22 : 00 23 : 00 00 : 00 01 : 00 02 : 00 03 : 00 04 : 00 05 : 00 06 : 00 07 : 00 76 77 81 82 87 91 91 91 93 93 93 94 93 93 96 79 78 82 85 86 91 92 94 94 95 95 98 97 96 97 Tabel 4.1 Hasil perbandingan data kelembaban nisbi 7 Dari perbandingan data diatas dapat dianalisa bahwa data yang terukur oleh sensor sudah berjalan dengan baik, karena hasil dari masing – masing data memiliki perbedaan yang kecil. 4.2.6 Analisa perbandingan perubahan data sensor dengan perubahan cuaca yang diukur Berdasarkan pengambilan data yang dilakukan pada tanggal 06 Agustus 2012 dari pukul 04.30 WIB sampai dengan 06.30 WIB oleh alat sistem akuisisi parameter hujan dengan mengamati perubahan data pada tiap – tiap sensor terhadap perubahan cuaca yang terjadi dengan kategori cuaca saat sebelum hujan hingga hujan turun dan berhenti kembali, maka dapat dilihat grafik perubahan pada gambar 4.8, 4.9, dan gambar 4.10. 4.2.4 Pengujian output DT-Sense Barometric Sensor Untuk pengujian data dt-sense barometric sensor dengan cara membandingkan data tersebut dengan data dari BMKG Pekanbaru. Gambar 4.8 Grafik perubahan data kelembaban nisbi Dari perubahan data kelembaban nisbi pada gambar 4.8, dapat diamati bahwa Kelembaban nisbi yang terukur pada pukul 4.40 WIB sampai dengan pukul 4.50 adalah dari 83 %RH sampai dengan 88 %RH, dimana keadaan cuaca pada saat itu adalah mendung. Perubahan cuaca terjadi saat pukul 4.55 WIB sampai dengan pukul 5.50 WIB dimana pada saat itu hujan deras terjadi. Perubahan kelembaban nisbi yang terjadi pada range waktu tersebut adalah 89 – 91 %RH. Kemudian pada pukul 6.00 WIB hingga pukul 6.20 WIB, hujan mulai berhenti secara perlahan. Data kelembaban nisbi pada range waktu tersebut adalah dari 88 %RH turun menjadi 85 %RH. Berdasarkan penjelasan pada perubahan data kelembaban nisbi yang terjadi, dapat dianalisa bahwa nilai kelembaban nisbi saat cuaca dari keadaan mendung hingga terjadinya hujan, memiliki perubahan nilai yang semakin besar yaitu dari 83 %RH hingga 91 %RH. Hal ini dikarenakan jumlah uap air yang terkandung di udara akan semakin banyak. Jika semakin besar jumlah uap air yang terkandung di udara, maka nilai kelembaban nisbi akan semakin besar. Hal tersebut juga dapat dilihat saat hujan mulai berhenti, dimana nilai kelembaban yang dihasilkan semakin kecil yaitu dari 88 %RH turun menjadi 85 %RH. Perubahan yang semakin kecil tersebut menandakan bahwa uap air yang terkandung di udara juga semakin sedikit. Tabel 4.2 Hasil perbandingan data tekanan udara Dari perbandingan data diatas dapat dianalisa bahwa data yang terukur oleh sensor masih terdapat error yang cukup signifikan, hal ini dikarenakan pengaruh dari posisi dan tempat alat yang kurang sesuai dengan alat pembanding. 4.2.5 Pengujian output DT-Sense Temperature Sensor Untuk pengujian data dt-sense temperatur sensor dengan cara membandingkan data tersebut dengan data dari BMKG Pekanbaru. Tabel 4.3 Hasil perbandingan data temperatur Dari perbandingan data diatas dapat dianalisa bahwa data yang terukur oleh sensor sudah berjalan dengan baik, karena hasil dari masing – masing data memiliki perbedaan yang kecil. 8 pukul 4.50 adalah dari 28 oC turun menjadi 27 oC, dimana keadaan cuaca pada saat itu adalah mendung. Perubahan cuaca terjadi saat pukul 4.55 WIB sampai dengan pukul 5.50 WIB dimana pada saat itu hujan deras terjadi. Perubahan temperatur yang terjadi pada range waktu tersebut adalah dari 27 oC turun hingga 25 oC. Kemudian pada pukul 6.00 WIB hingga pukul 6.20 WIB, hujan mulai berhenti secara perlahan. Data temperatur pada range waktu tersebut adalah dari 26 oC naik menjadi 27 oC. Berdasarkan penjelasan pada perubahan data temperatur yang terjadi, dapat dianalisa bahwa nilai temperatur saat cuaca dari keadaan mendung hingga terjadinya hujan, memiliki perubahan nilai yang semakin kecil yaitu dari 28 oC hingga 25 oC. Hal ini dikarenakan matahari yang tertutup awan mendung sehingga tidak memancarkan sinarnya secara langsung. Temperatur juga berpengaruh terhadap jumlah uap air yang terkandung di udara. Jika semakin tinggi jumlah uap air yang terkandung di udara, maka nilai temperatur akan semakin kecil. Hal tersebut juga dapat dilihat saat hujan mulai berhenti, dimana nilai temperatur yang dihasilkan semakin besar yaitu dari 26 oC naik menjadi 27 oC. Gambar 4.9 Grafik perubahan data tekanan udara Dari perubahan data tekanan udara pada gambar 4.9, dapat diamati bahwa tekanan udara yang terukur pada pukul 4.40 WIB sampai dengan pukul 4.50, berkisar antara 1005 - 1010 hpa, dimana keadaan cuaca pada saat itu adalah mendung. Perubahan cuaca terjadi saat pukul 4.55 WIB sampai dengan pukul 5.50 WIB dimana pada saat itu hujan deras terjadi. Perubahan tekanan udara yang terjadi pada range waktu tersebut berkisar antara 1010 – 1013 hpa. Kemudian pada pukul 6.00 WIB hingga pukul 6.20 WIB, hujan mulai berhenti secara perlahan. Data tekanan udara pada range waktu tersebut berkisar antara 1007 – 1009 hpa. Berdasarkan penjelasan pada perubahan data tekanan udara yang terjadi, dapat dianalisa bahwa nilai tekanan udara saat cuaca dari keadaan mendung hingga terjadinya hujan, memiliki perubahan nilai yang semakin besar yaitu dari 1005 - 1013 hpa. Hal ini dikarenakan temperatur udara yang rendah membuat udara di sekitar tidak memuai, sehingga jumlah udara semakin banyak dan menyebabkan tekanan udara yang semakin besar. Hal tersebut juga dapat dilihat saat hujan mulai berhenti, dimana nilai tekanan udara yang dihasilkan semakin kecil yaitu 1009 – 1007 hpa. Perubahan yang semakin kecil tersebut menandakan bahwa udara di sekitar memuai akibat dari suhu yang semakin tinggi. 5. 5.1 Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Setelah melakukan pengujian pada sistem maka dapat disimpulkan : 1. Sistem ini sudah dapat bekerja secara real time. Ini dibuktikan dengan adanya database yang datanya ter-update setiap detik, dan juga dengan adanya grafik perubahan suhu yang bergerak setiap detik. Gambar 4.10 Grafik perubahan data temperatur Dari perubahan data temperatur pada gambar 4.10, dapat diamati bahwa temperatur yang terukur pada pukul 4.40 WIB sampai dengan 9 2. Tampilan pada user interface pada VB 6 dapat melakukan monitoring perubahan data dari setiap sensor serta dilengkapi tabel dan grafik untuk melihat perubahan yang terjadi pada sensor. 3. Saat semua node dinyalakan, seluruh data dapat disampaikan ke server walaupun masih terdapat data yang Error. 4. KYL-500S mampu bekerja dengan baik sampai jarak 160m dengan kondisi Line Of Sight. Sedangkan pada kondisi NLOS, KYL-500S hanya mampu bekerja dengan baik sampai jarak 80m. 5. Adanya obstacle (penghalang) sangat berpengaruh terhadap KYL-500S dalam pengiriman data dan juga berpengaruh terhadap jarak maksimal KYL tersebut. 6. Kelembaban nisbi berbanding lurus terhadap tekanan udara, sedangkan temperatur berbanding terbalik terhadap kelembaban nisbi dan tekanan udara. 5.2 Saran Untuk menyempurnakan proyek akhir ini maka ada beberapa saran dari penulis yaitu : 1. Sebaiknya pada sistem wireless sensor network digunakan modul transceiver yang full-duplex, dimana modul tersebut bisa mengirim dan menerima data secara bersamaan. 2. Pengembangan sistem dengan menambahkan fitur agar monitoringnya bisa diakses menggunakan web browser. 3. Penggunaan sensor node yang lebih banyak agar dapat memonitoring area yang luas. Daftar Pustaka [1] Saefebri, Yongghi. (2007). Prototipe Wireless Sensor Network (WSN) Sebagai sistem Pendeteksi Dini Kebakaran Hutan Menggunakan Media Wireless ( Hardware ). Pekanbaru: Politeknik Caltex Riau. [2] [3] [4] [5] http://www.innovativeelectronic.com/pro duct/dt-sense Putriasari. (2006). Rancang Bangun Sistem Penghitung KWh Berbasis Power Line Carrier (PLC). Pekanbaru: Politeknik Caltex Riau. http://www.rf-data.com. Senjaya, Ghandy. (2007). Prototipe Wireless Sensor Network (WSN) Sebagai sistem Pendeteksi Dini Kebakaran Hutan Menggunakan Media Wireless ( Software ). Pekanbaru: Politeknik Caltex Riau. 10