BAB I

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan perekonomian masa kini perusahaan
dituntut mempunyai daya kompetensi tinggi. Perusahaan besar
maupun kecil harus mempunyai strategi-strategi tersendiri agar dapat
bertahan dan berkembang seiring perkembangan zaman. Strategi
perusahaan sangat banyak dan bervariasi, selain strategi yang fokus
pada kondisi didalam perusahaan juga strategi pada kondisi diluar
perusahaan. Diluar perusahaan ada beberapa strategi yang dapat
digunakan, misal strategi perolehan bahan baku maupun strategi
pemasaran produk jadi ataupun produk setengah jadi. Didalam
perusahaan, strategi juga banyak dilakukan , salah satunya adalah
strategi pengaturan tata letak pabrik dan segala fasilitasnya, yang
didalam bahasa perusahaan disebut layout fasilitas produksi.
Layout fasilitas produksi merupakan hal yang potensial didalam
perusahaan.
Layout
fasilitas
produksi
harus
diperhatikan
oleh
organisasi agar dapat memaksimalkan provitabilitas, tapi sering kali
perusahaan tidak begitu memperhatikan hal ini. Pengelolaan tata letak
fasilitas produksi harus dilakukan sacara terus-menerus agar efisiensi
dapat dicapai sehingga produktivitas dapat tercapai pula. Begitu
pentingnya masalah penataan tata letak fasilitas terhadap berjalannya
proses produksi, membuat perusahaan harus meluangkan pemikiran
yang lebih fokus agar efektivitaslah yang harus peroleh, bukan hanya
sekedar keindahan dipandang saja. Penataan layout fasilitas sangat
1
mempengaruhi kegiatan produksi, disini menegaskan bahwa penataan
layout fasilitas bukan masalah yang sepele.
Kurangnya kepedulian tentang penataan tata letak fasilitas dapat
berakibat fatal. Akibat yang akan timbul bila tidak menerapkan
penataan yang baik adalah kegiatan proses produksi yang terganggu,
pembengkakan biaya produksi yang muncul dari aktifitas yang
seharusnya tidak perlu, sampai titik akhir yaitu kebangkrutan
perusahaan sampai tidak bisa menjalankan proses produksi lagi.
Mengingat pentingnya masalah penataan layout fasilitas produksi,
perusahaan harus senantiasa memikirkan hal ini agar tidak merugikan
perusahaan baik kecil maupun besar. Pengelolaan tempat didalam
perusahaan harus saling mendukung kelancaran segala aspek proses
produksi. Penataan Layout fasilitas produksi memang sulit dilakukan,
walaupun perusahaan telah melakukannya, tetap saja kesempurnaan
tidak pernah ada, tapi diharapkan nantinya perusahaan memperoleh
keuntungan yang maksimal.
Perusahaan Roti “Satria Bakery” merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang pembuatan produk berupa roti. Sejak awal berdiri
perusahaan ini sudah melakukan beberapa strategi efisiensi layout
fasilitas
produksi,
ketidakseimbangan
tetapi
antar
penulis
departemen
melihat
sehingga
masih
melihat
mempengaruhi
perpindahan bahan dan personil tidak efisien. Dan perlu kita ketahui
juga
bahwa
kesempurnaan
itu
tidak
pernah
ada.
Mengingat
perkembangan ekonomi pada masa sekarang, khususnya perusahaan
yang bergerak dibidang yang sama, perusahaan harus mempunyai
2
daya kompetensi yang tinggi, dan selalu memperhatikan masalah
layout yang sudah ada, agar mampu berkembang dan bersaing
dipasar global yang tentunya menjadi leader perusahaan sejenis.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam menyusun Tugas Akhir
penulis mengambil judul:
“ANALISIS EFISIENSI LAYOUT FASILITAS PRODUKSI PADA
PERUSAHAAN ROTI “SATRIA BAKERY” DIKARANGANYAR ”.
B. Rumusan Masalah
Masalah pokok
Perusahaan
Roti “Satria Bakery” mengenai
analisis layout untuk mencapai efisiensi adalah :
1. Bagaimana urutan proses produksi dari bahan baku menjadi produk
jadi pada Perusahaan Roti “Satria Bakery”?
2. Bagaimana efisiensi layout fasilitas produksi pada Perusahaan Roti
“Satria Bakery”?
3. Bagaimana revisi layout yang efisien bagi Perusahaan Roti “Satria
Bakery” terhadap pelaksanaan layout yang kurang optimal ?
C. Batasan Masalah
Dalam pengamatan penelitian, penulis hanya mengamati urutan
proses produksi, jarak antara stasiun kerja satu dengan yang lain, dan
waktu yang digunakan tiap departemen.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui urutan proses produksi dari bahan baku menjadi
produk jadi pada Perusahaan Roti “Satria Bakery”.
2. Untuk
mengetahui
efisiensi
layout
fasilitas
produksi
pada
Perusahaan Roti “Satria Bakery”.
3
3. Untuk mengetahui revisi layout yang efisien bagi Perusahaan Roti
“Satria Bakery” terhadap pelaksanaan layout yang kurang optimal.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan perbandingan
antara kebijakan yang digunakan selama ini dengan hasil penelitian.
2. Bagi Penulis
a. Menambah pengetahuan tentang bagaimana cara pembuatan
roti.
b. Penerapan ilmu yang telah diperoleh dari bangku perkuliahan.
c. Mengetahui bagaimana kondisi dunia kerja yang sebanarnya.
3. Bagi pihak lain
a. Dapat dijadikan referensi untuk pemecahan kasus sejenis.
b. Menambah pengetahuan khususnya bagaimana cara
pembuatan roti.
4
F. Kerangka Pemikiran
Alur Kerangka Pemikiran
Layout fasilitas
produksi
Analisis Keseimbangan Lini
Efektivitas dan
efisiensi
Kurang
efisien
Efisien
relayout
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Langkah pertama untuk menentukan efektivitas dan efisiensi layout
pada Perusahaan Roti “Satria Bakery” adalah mengetahui terlebih
dahulu posisi layout yang diterapkan perusahaan saat ini. Dengan data
yang diperoleh dari pengamatan tesebut, langkah selanjutnya adalah
menganalisis data dengan menggunakan metode Keseimbangan Lini,
setelah pengolahan data dan mendapatkan hasil, maka hasil yang
diperoleh
tersebut
digunakan
sebagai
acuan
tentang
berapa
prosentase efisiensi layout yang diterapkan Perusahaan Roti “Satria
Bakery” tersebut. Hasil tersebut juga digunakan untuk mengetahui
apakah layout yang diterapkan oleh perusahaan tersebut masih bisa
5
dipertahankan, atau harus dilakukan relayout untuk mendapatkan
efisiensi yang maksimal.
G. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang penulis gunakan adalah desain kasus yang
diperoleh dari penelitian tentang layout fasilitas produksi pada
Perusahaan Roti “Satria Bakery” apakah layout yang diterapkan
sudah maksimal apa belum. Serta dengan melihat hal tersebut
apakah perusahaan perlu melakukan perubahan atau tetap
mempertahankan penerapan layout yang sudah ada.
2. Obyek Penelitian
Tempat yang menjadi obyek penelitian adalah pada Perusahaan
Roti “Satria Bakery” yang berlokasi di Teken, Kecamatan Kaliwuluh,
Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
3. Sumber Data
Data diperoleh dengan penelitian dan pengamatan secara langsung
yang dilakukan pada Perusahaan Roti “Satria Bakery”.
4. Jenis Data
a Data Primer
Adalah data yang diperoleh dari pengamatan secara langsung
pada Perusahaan
Roti “Satria Bakery” yang berhubungan
dengan proses produksi dan layout yang diterapkan yang
didalamnya mencakup jenis pekerjaan dan waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut.
6
b Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang
berkaitan dengan proses produksi dan tata letak/ layout fasilitas
poduksi dengan membaca literatur, dokumen, buku-buku serta
teori yang berhubungan dengan penelitian.
5. Metode Pengumpulan data
a Wawancara
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara melakukan
tanya jawab secara langsung dengan manajer, personalia, staf
serta dengan karyawan perusahaan.
b Dokumentasi
Yaitu suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mencatat atau mengcopy data dari perusahaan.
c
Observasi
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara pengamatan
secara langsung pada proses produksi dan layout fasilitas
produksi yang diterapkan Perusahaan Roti “Satria Bakery”.
6. Metode Pembahasan
a Menginventariskan kegiatan yang ada.
Melakukan inventaris dengan membuat tabel yang berisi jenis
kegiatan, kegiatan yang mendahului serta waktu penyelesaian
pekerjaan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah
dalam melakukan analisis dan pengolahan data.
b Membuat jaringan kerja
7
Setelah menginventariskan kegiatan yang ada kemudian dibuat
jaringan kerja untuk mempermudah dalam menentukan jumlah
stasiun kerja .
c
Melakukan analisis keseimbangan lini
Melakukan analisis keseimbangan lini dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
1) Menentukan cycle time.
Cycle time adalah selang waktu yang terjadi pada saat
produk yang sudah selesai dikerjakan meninggalkan garis
produksi atau waktu terpanjang yang diperlukan antara
bagian-bagian proses produksi yang harus dilalui suatu
produk.
Rumus : C 
60  t
D
Keterangan :
C
: cycle time atau waktu daur
t
: waktu kerja per hari
D
: permintaan per hari
8
Sedangkan untuk memperoleh kapasitas yang memadai
dengan cara :
Maksimum output /hari =
waktu / hari
c / unit
2) Perhitungan untuk mendapatkan stasiun kerja terkecil
Untuk mendapatkan stasiun kerja terkecil dapat dicari
Rumus : N=
D T
60  t
Keterangan
N
: stasiun kerja yang dibuat.
T
: waktu proses total.
3) Melakukan
penugasan
kestasiun kerja
dari
elemen-elemen
penugasan
dengan aturan LOT (Longest Operation
Time).
Yaitu melakukan penugasan elemen tugas-tugas berikutnya
dengan tetap memperhatikan urutan proses. Penundaan
(balancing delay) dipakai sebagai ukuran tentang bagaimana
baiknya alokasi penugasan beban kerja pada stasiun kerja
yang merupakan suatu indikator efisiensi.
4) Untuk mengetahui penundaan dapat dicari dengan
rumus :
Total waktu yang menganggur
Penundaan =
X100%
Total waktu kerja
9
Keterangan :
Total waktu menganggur
= Jumlah stasiun kerja X cycle
time
total
waktu
elemen
pekerjaan.
Total waktu kerja
= Jumlah stasiun kerja X cycle
time
Tingkat efisiensi
= 100% - balancing
delay
5) Menentukan efektifitas
Rumus :
Output perhari yang dicapai
Efektifitas =
 100%
Output perhari yang dikehendaki
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Proses Produksi.
Menurut Agus Ahyari ( 1994 : 12 ) proses adalah “cara, metode,
maupun teknik untuk menyelenggarakan atau pelaksanaan dari suatu
hal tertentu”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud
dengan proses produksi adalah suatu cara, metode, maupun teknik
bagaimana kegiatan penciptaan faedah baru atau penambahan faedah
tersebut dilaksanakan. Sedangkan menurut Sofjan Assauri ( 1997 : 83
) proses produksi adalah “cara, metode dan teknik untuk menciptakan
kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumbersumber ( tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dan dana) yang ada”.
B. Pengertian Layout
Layout / Tata letak
adalah landasan utama dalam industri.
Pengertian Layout yang lebih detail adalah susunan letak fasilitas
produksi didalam pabrik yang sangat perlu direncanakan dan diatur
dengan baik sesuai dengan pelaksanaan produksi yang ada didalam
pabrik tersebut. Agus Ahyari (1994 : 35)
Layout yang baik dapat diartikan sebagai penyusunan yang teratur
dan efisien semua fasilitas-fasilitas pabrik dan buruh (personil) yang
ada didalam pabrik. (Sofjan Assauri, 1996 : 45)
Layout fasilitas harus dirancang untuk memungkinkan perpindahan
yang ekonomis dari orang-orang dan bahan –bahan dalam berbagai
proses dan operasi perusahaan. (T. Hani Handoko, 1992 : 45)
11
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Layout merupakan suatu desain
penempatan fasilitas dalam perusahaan, agar produksi lancar dan
biaya total semakin minimal sehingga keuntungan perusahaan
meningkat.
Secara garis besar tujuan layout adalah mengatur area kerja dan
penempatan segala macam produk serta fasilitas produksi yang paling
ekonomis
untuk
operasi
produksi
yang
aman
dan
nyaman.
Perencanaan layout merupakan perencanaan yang menyeluruh dari
tata letak produksi yang ada, sehingga pelaksanaan layout ini akan
senantiasa
diperlukan
masing-masing
perusahaan.
Karena
perencanaan layout merupakan perencanaan dari pembagian dan
penataan ruangan perusahaan sehingga pelaksanaan produksi dalam
perusahaan tersebut bisa dilaksanakan seefisien mungkin. Suatu
perencanaan layout akan selalu diperlukan disuatu perusahaan oleh
karena adanya hal-hal berikut. Seperti yang diungkapkan Agus Ahyari
dalam bukunya “Manajemen Produksi”, ada beberapa faktor yang
mendorong perencanaan layout antara lain :
1. Adanya perubahan dari desain produksi.
2. Adanya produk baru.
3. Adanya perubahan volume permintaan.
4. Fasilitas yang sudah ada ketinggalan zaman.
5. Adanya kecelakaan dalam proses produksi.
6. Kondisi kerja yang tidak memuaskan.
7. Pemindahan lokasi pasar produk perusahaan.
8. Penghematan biaya.
12
Tujuan perencanaan layout antara lain :
1. Meminimalkan biaya material handling diantara fungsi berbeda.
2. Mengurangi kemacetan material dan tenaga kerja.
3. Menaikkan keamanan karyawan.
4. Menaikkan efisiensi tenaga kerja.
5. Memperbaiki moral
6. Memperindah komunikasi dan koordinasi bila diperlukan.
7. Meningkatkan kualitas lingkungan pekerjaan secara fisik ( sinar,
temperatur, suara gaduh ) dan secara psikis ( sosial, dan
komunikasi ) (Atmaji, 1989 : 97 )
Didalam penyusunan perencanaan layout pabrik, sebelum
ditentukan layout apa yang akan digunakan dalam pabrik tersebut
terlebih dahulu harus diketahui seberapa besar atau berapa bagian
yang akan terlibat dalam penerapan dari perencanaan layout yang
akan disusun tersebut. Ada 4 macam klasifikasi layout, yaitu :
1) Adanya perubahan kecil dalam layout yang sudah ada.
2) Adanya penambahan fasilitas produksi yang baru.
3) Adanya perubahan karena tambahan fasilitas produksi yang
baru.
4) Pembangunan pabrik baru.
5)
C. Jenis-jenis layout
1. Layout Proses
Layout proses atau layout fungsional adalah penyusunan tata
letak dimana alat yang sejenis atau yang mempunyai fungsi sama
ditempatkan dalam bagian yang sama. Model ini cocok jika proses
13
produksi tidak baku, yaitu perusahaan membuat berbagai jenis
produk yang berbeda atau suatu produk dasar yang diproduksi
dalam berbagai macam variasi.
Keuntungan tata letak proses menurut T. Hani Handoko
yaitu :
a Memungkinkan utilisasi mesin yang tinggi
Memungkinkan
penggunaan
mesin-mesin
yang
multiguna
sehingga dengan cepat mengikuti perubahan jenis produksi
b Memperkecil
terhentinya
produksi
yang
diakibatkan
oleh
kerusakan mesin
c
Sangat fleksibel dalam mengalokasikan personel dan peralatan
d Memungkinkan spesialisasi supervise.
Kerugian tata letak proses :
a Meningkatnya kebutuhan material handling karena aliran proses
yang beragam dan tidak dapat digunakannya ban berjalan
b Pengawasan produksi yang lebih sulit
c
Meningkatnya persediaan barang dalam proses
d Total waktu produksi per unit yang lebih lama
e Memerlukan skill yang lebih tinggi
f
Pekerjaan routing, penjadwalan dan akunting biaya yang lebih
sulit karena setiap ada order baru harus dilakukan perencanaan
perhitungan kembali.
14
2. Layout Produk
Tata letak produk dipilih apabila proses produksinya telah
distandarisasikan dan berproduksi dalam jumlah yang besar. Setiap
produk akan melalui tahapan operasi yang sama sejak dari awal
sampai akhir.
Keuntungan model tata letak produk :
a Aliran material yang simpel dan langsung
b Persediaan barang dalam proses yang rendah
c
Total waktu produksi per unit yang rendah
d Tidak memerlukan skill tenaga kerja yang tinggi
e Kebutuhan material handling yang rendah
f
Pengawasan proses produksi yang lebih mudah
g Dapat menggunakan mesin khusus atau otomatis
h Dapat menggunakan ban berjalan karena aliran material sudah
tertentu
i
Kebutuhan material dapat diperkirakan dan dijadwalkan dengan
lebih mudah
Kerugian model tata letak produk :
a Kerusakan pada sebuah mesin dapat menghentikan produksi
b Perubahan desain produk dapat mengakibatkan tidak efektifnya
tata letak yang bersangkutan
c
Biasanya memerlukan investasi mesin / peralatan yang besar
15
d Karena sifat pekerjaannya yang monoton dapat mengakibatkan
pemborosan
3. Layout posisi tetap
Tata letak posisi tetap dipilih apabila karena ukuran, bentuk
ataupun karakteristik lain menyebabkan produknya tidak mungkin
atau sukar untuk dipindahkan. Dengan demikian produk tetap
ditempat sedangkan peralatan dan tenaga kerja yang mendatangi
produk.
Keuntungan tata letak posisi tetap :
a Berkurangnya gerakan material
b Adanya kesempatan untuk melakukan pengayaan tugas
c Sangat fleksibel, dapat mengakomodasi perubahan dalam
desain produk, bauran produk ataupun volume produksi
d Memberikan
kebanggaan
pada
pekerja
karena
dapat
menyelesaikan seluruh pekerjaan
Kerugian tata letak posisi tetap :
a Gerakan personel dan peralatan yang tinggi
b Dapat terjadi duplikasi mesin dan peralatan
c Memerlukan tenaga kerja yang berketrampilan tinggi
d Memerlukan ruang yang besar dan persediaan barang dalam
proses yang tinggi
e Memerlukan koordinasi dalam penjadwalan produksi.
16
D. Prinsip Dasar Penyusunan Layout.
Berdasarkan tujuan dan manfaat yang dapat diperolah dalam
pengaturan tata letak fasilitas pabrik, dapat disimpulkan prinsip dasar
penyusunan layout adalah sebagai berikut :
1. Integrasi secara total
2. Jarak perpindahan bahan paling minimum
3. Memperlancar aturan kerja
4. Kepuasan dan keselamatan kerja
5. Fleksibilitas
Pada dasarnya tahapan pengaturan semua fasilitas pabrik dapat
dibedakan menjadi dua tahapan :
1. Mengatur tata letak mesin dan fasilitas
produksi lainnya dalam
setiap departemen
2. Mengatur tata letak departemen serta hubungannya dengan
departemen yang lain dalam pabrik.
Untuk mengatur letak mesin dan fasilitas produksi maupun letak
departemen dalam pabrik, prosedur yang dilaksanakan sebagai
langkah-langkah proses perencanaan tata letak fasilitas pabrik, baik
menyangkut masalah fasilitas produksi yang sudah ada ( relayout )
maupun masalah pengaturan fasilitas produksi dari pabrik baru adalah
sebagai berikut :
1. Analisis produk dan proses produksi yang diperlukan
2. Penentuan jumlah mesin dan luas area yang dibutuhkah
3. Penentuan tipe layout yang dikehendaki
17
4. Penentuan aliran kerja dan bahan
5. Rencana secara detail layout yang dipilih
Dari langkah-langkah tersebut diatas pengaturan tata letak fasilitas
harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut
1. Jenis produk yang dibuat, baik manyangkut desain maupun volume
produksi yang dikehendaki.
2. Urutan proses, apakah atas dasar arus (flow) atau atas dasar
proses.
3. Peralatan yang digunakan, baik menyangkut jenis teknologi,
maupun kapasitas mesin.
4. Pemeliharaan dan penggantian (maintenance and replacement)
5. Keseimbangan kapasitas antar mesin atau antar departemen
(balancing capacity).
6. Area tenega kerja (employee area).
7. Area pelayanan (servica area)
8. Fleksibilitas (flexibility).
[Zulian Yamit, M. Si,. 1998 : 122]
Jika terjadi perubahan metode-metode kerja dan lain-lain maka
relayout itu perlu.
Kerugian layout yang buruk adalah :
1. Bahan-bahan dalam pabrik bergerak lambat, dimana urutan proses
berliku-liku karena susunan tata letak barang dan ruangan yang
ada.
18
2. Ruangan produksi, mesin-mesin dan fasilitas lainnya disusun
sacara tidak teratur (berserakan) sehingga mengganggu kelancaran
produksi.
3. Service area sempit sekali dan letaknya tidak memuaskan.
4. Bahan-bahan/
produk-produk
tidak
dapat
bergerak
segera
dikosongkan, sehingga memperlambat pembongkaran barangbarang yang tiba dipabrik. (Sofjan Assauri, 1996 : 45 ).
E. Cara melakukan Perencanaan Layout
Pekerjaan layout tidak dapat dikerjakan sendiri oleh satu orang.
Dalam membuat
disebutkan
diatas
layout yang baru, semua faktor-faktor yang
harus
diperhatikan
benar-benar
dan
harus
dipertimbangkan, terutama faktor-faktor yang penting, yaitu:
1. Flow material
2. Product
3. Peralatan/ Machine
4. Minimum movement
5. Sequence (urutan) dari operasi produksi
Tahapan-tahapan perencanaan layout :
1. Plan Inventory
a Daftar mesin
b Ukuran mesin
c Gambar-gambar mesin
19
2. Group outline
Didalam menggambar perlu diperhatikan macam-macam mesin
serta kelompok yang terdiri dari mesin-mesin yang sama dan ukuran
yang sama.
Alat-alat pembantu misal, lori (trailer), tool boxes standard dan
lain-lain.
3. Method investigation
Dari hasil method study, layout suatu mesin, operator dan alatalat pembantu digambar dan diskala.
4. Daerah mesin
Ruangan
untuk
maintenance
harus
ditambahkan
pada
ruangan kerja mesin, demikian pula dengan ruangan tempat hasil
pembongkaran akibat perbaikan.
a Machine blok plan
Pengaturan mesin sesuai dengan proses produksi terdiri dari
kumpulan mesin-mesin sejenis atau sekelompok mesin.
b Shop floor layout
Ditinjau dari segi :
1) Flow of production.
2) Pembagian gang
3) Dimensi machine shop
4) Kedudukan daripada penghalang-penghalang yang tidak
dapat bergerak seperti tiang-tiang/ kolam.
5) Penempatan daripada gudang ( Sofjan Assauri, 1996 : 66).
20
F. Keseimbangan Lini (Line Balancing)
Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan
kedalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang
jumlah pekerja yang ditugaskan kesetasiun-stasiun tersebut, sehingga
dapat diperoleh jumlah waktu yang menganggur sedikit sehingga
efisiensi proses produksi tinggi. Sedangkan secara umum penerapan
keseimbangan lini bertujuan untuk meminimalkan jumlah waktu yang
menganggur. Merencanakan suatu keseimbangan lintas kerja meliputi
usaha yang bertujuan untuk mencapai suatu kapasitas yang optimal
dan tidak terjadi penghamburan kapasitas.
Tujuan tersebut akan tercapai apabila lintasan produksi bersifat
seimbang, stasiun kerja berjumlah minimum, jumlah waktu yang
menganggur disetiap stasiun kerja sepanjang lintasan produksi
minimum.
Apabila proses produksi pada suatu perusahaan mengalami
hambatan-hambatan, salah satu kemungkinan penyebabnya adanya
ketidaksesuaian
antara
model
layout
yang diterapkan
dengan
kebutuhan proses produksi. Apabila hal ini terjadi pada perusahaan,
maka harus segera dilakukan peninjauan ulang terhadap layout yang
diterapkan
diperusahaan tersebut. Pengaturan kembali layout yang
ada hendaknya dilakukan agar tercapai keseimbangan antar stasiun
kerja yang ada.
Untuk mencapai keseimbangan kapasitas yang baik maka hal-hal
yang perlu diperhatikan, antara lain waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan keseluruhan proses produksi, urutan teknis dari pekerjaan
21
dan kapasitas output yang diinginkan. Penentuan besarnya tingkat
keseimbangan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Menentukan cycle time.
Cycle time adalah selang waktu yang terjadi pada saat produk yang
sudah selesai dikerjakan meninggalkan garis produksi atau waktu
terpanjang yang diperlukan antara bagian-bagian produksi yang
harus dilalui suatu produk.
Rumus C 
60  t
D
C
: cycle time
t
: waktu kerja per hari
D
: permintaan per hari
Sedangkan
untuk memperoleh
kapasitas yang memadai
dengan cara :
Maksimum output/ per hari =
waktu / hari
c / unit
2. Perhitungan untuk mendapatkan stasiun kerja terkecil
Untuk mendapatkan stasiun kerja terkecil dapat dicari dengan :
Rumus : N=
D T
60  t
Keterangan
N
: stasiun kerja yang dibuat.
T
: waktu proses total.
D
: permintaan per hari.
22
3. Melakukan penugasan dari elemen-elemen penugasan kestasiun
kerja dengan aturan LOT (Longest Operation Time).
Yaitu melakukan penugasan elemen tugas-tugas berikutnya
dengan tetap memperhatikan urutan proses. Penundaan (balancing
delay) dipakai sebagai ukuran tentang bagaimana baiknya alokasi
penugasan beban kerja pada stasiun kerja yang merupakan suatu
indikator efisiensi.
Untuk mengetahui penundaan dapat dicari dengan :
Rumus :
Total waktu yang menganggur
Penundaan =
X100%
Total waktu kerja
Total waktu kerja
= Jumlah stasiun kerja X cycle time
Tingkat efisiensi
= 100% - balancing delay
G. Pengertian Efisiensi.
Efisiensi
adalah
usaha
meminimalkan
input
dan
berusaha
mendapatkan ouput yang optimal.
Menurut Handoko ( 1992 : 7 ), efisiensi adalah kemampuan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan lancar. Hal ini merupakan
konsep matematik atau merupakan perhitungan rasio antara keluaran
(output) dengan masukan (input).
Menurut Atmaji (1989 : 7 ), Efektifitas adalah perbandingan ukuran
output
nyata
dengan
output
yang
direncanakan.
Peningkatan
produktivitas perusahaan tidak lepas dari kesempurnaan layout
23
fasilitas yang diterapkan. Apabila layout yang diterapkan perusahaan
terdapat sedikit jumlah waktu yang menganggur atau bahkan tidak
ada, maka efisiensi produksi telah dicapai oleh perusahaan. Efisiensi
tercapai bila terjadi keseimbangan antar stasiun kerja yang ada. Oleh
karena itu perencanaan layout perlu mendapat perhatian yang serius
dari pihak perusahaan.
H. Cara melakukan Relayout
Untuk melakukan Relayout harus memperhatikan kriteria layout.
Kriteria layout yang baik menurut James M. Apple (1994), yakni :
1. Aliran yang lurus dan langkah balik minimum.
2. Gang yang lurus.
3. Operasi pertama harus dekat dengan penerimaan bahan baku.
4. Operasi terakhir harus dekat dengan pengiriman produk.
5. Pemindahan antar operasi minimum.
6. Ruang penyimpanan yang cukup.
7. Penyediaan ruang yang cukup antar peralatan.
24
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah dan perkembangan Perusahaan.
Perusahaan Roti “Satria Bakery” adalah perusahaan yang
bergerak dibidang pembuatan roti, Perusahaan Roti “Satria Bakery”
ini
beralamat
di
desa
Teken,
Kebakkramat,
Karanganyar.
Perusahaan mempunyai izin dari departemen kesehatan dengan
nomor DEP.Kes.RI.P-IRT.No. 206331301005. perusahaan juga
dilengkapi sertifikat izin usaha yaitu : TANDA DAFTAR USAHA
PERDAGANGAN (TDUP) Nomor:43/ 11-34/ TDUP/V/1998. Juga
TANDA
DAFTAR
PERUSAHAAN
Nomor:11345604771.
Perusahaan ini berdiri pada tanggal 15 Juni 2001 dengan pemilik
Bapak
Sawidi.
Tetapi
perusahaan
sepenuhnya
menjadi
tanggungjawab Ibu Ngatiyem selaku Direktur Utama. Perusahaan
ini
merupakan
usaha
keluarga,
sehingga
semua
urusan
perusahaan yang menangani adalah semua anggota keluarga.
Pada awal berdiri perusahaan hanya membuat satu jenis, dan satu
bentuk roti saja, dengan seiring berjalannya waktu, perusahaan ini
mampu berkembang dan bersaing dan sekarang perusahan ini
mampu membuat beberapa jenis dan bentuk roti. Pada mulanya
perusahaan ini berproduksi dengan spekulasi penjualan, ternyata
produk roti yang dihasilkan perusahaan ini diterima pasar, dan
mampu memikat hati konsumen, dan sekarang perusahaan sudah
25
mempunyai pelanggan tetap yang disalurkan oleh distributor atau
perusahaan sering menyebut sales tetap. Dengan sudahnya
perusahaan
mempunyai
banyak
distributor
tetap,
sekarang
perusahaan berproduksi berdasarkan pesanan oleh para distributor
tersebut.
2. Pemilihan Lokasi Perusahaan
a Harga Tanah
Harga tanah sangat mempengaruhi pembangunan suatu industri,
Harga tanah perusahaan pada awalnya adalah 600.000 per
meter, karena masih murahnya harga tanah, maka perusahaan
mampu
meminimalkan
modal
yang
dikeluarkan
guna
membangun perusahaan tersebut.
b Tenaga Kerja
Faktor tenaga kerja adalah faktor yang sangat penting bagi
perusahaan khususnya dalam menjalankan roda industri. Tenaga
kerja yang diperoleh perusahaan adalah tenaga kerja yang
didapat
dari
sekitar
perusahan,
hal
tersebut
dilakukan
perusahaan karena kemudahan menerima karyawan, dan
sebagian sudah mengerti watak dan perilaku karyawan sehingga
perusahaan lebih mudah menyeleksi para karyawan tersebut.
Disamping alasan tersebut perusahaan ingin membangun desa
sekitar perusahaan agar menjadi desa yang maju dengan
membuka
lapangan
meminimalkan
pekerjaan
pengangguran.
para
pemuda-pemudi
Walaupun
perusahaan
dan
juga
26
merekrut
karyawan
diluar
daerah,
perusahaan
tetap
memprioritaskan karyawan dari daerah sekitar.
c Transportasi
Jalur transportasi perusahaan tergolong mudah, karena hanya
berjarak kurang lebih satu kilometer dari jalur yang dilewati bus
atau angkutan umum jurusan Sragen-Tawangmangu.
d Jaringan listrik dan telepon
Jaringan Listrik dan telepon sangat penting bagi perusahaan
dalam menjalankan industri, jaringan listrik juga digunakan untuk
penerangan perusahaan. Dilokasi perusahaan sudah terdapat
jaringan listrik dari PLN dan jaringan telepon, sehingga
perusahaan lebih mudah berhubungan dengan pelanggan
ataupun konsumennya.
27
3. Struktur Oganisasi Perusahaan Roti”Satria Bakery”
Gambar Struktur Oranganisasi Perusahaan Roti “Satria Bakery”
Gambar 3.1
Stuktur Oranganisasi
Perusahaan Roti “Satria Bakery”
Direktur
Manajer
Produksi
Manajer
Keuangan
Manajer
Pemasaran
Karyawan
Produksi
Sales
Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery”
4. Produksi
Perusahaan
ini
dalam
satu
kali
produksi
mampu
menghasilkan roti sebanyak 12.500 bungkus roti dengan bentuk
yang berbeda-beda.
28
a Jenis Produksi
Jenis produk yang dihasilkan perusahaan adalah produk
roti
siap saji
b Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Dalam pemilihan bahan baku, perusahaan mempunyai lebih dari
satu alternatif pilihan kualitas dan perusahaan juga mempunyai
lebih dari satu alternatif pilihan pemasok, hal itu dilakukan
perusahan karena perusahan selalu antisipasi jika suatu saat
terjadi kekosongan bahan baku ataupun terjadi hubungan yang
tidak harmonis antara perusahaan dengan pemasok. Dalam
pembuatan roti perusahaan menggunakan bahan baku dan
bahan pembantu, antara lain :
1) Bahan Baku
a) Gandum
Gandum merupakan bahan utama dalam pembuatan roti.
Perusahaan tidak hanya menggunakan satu jenis gandum
saja, tetapi perusahaan juga menggunakan gandum
dengan merk yang berbeda dan pemasok yang berbeda
pula. Hal itu dilakukan perusahaan guna mengantisipasi
apabila
terjadi
mengantisipasi
kekosongan
apabila
bahan
terjadi
baku
dan
juga
ketidakharmonisan
hubungan dengan pemasok. Perlu diingat bahwa bahan
baku yang berbeda-beda bukan berarti kualitas yang
berbeda.
Perusahaan
tetap
menjaga
rasa
dengan
29
memberikan
kepuasan
konsumen.
Dalam
satu
kali
produksi perusahaan mampu menghabiskan bahan baku
gandum sebanyak 10 sak gandum dengan berat 250 Kg.
b) Gula pasir.
Gula pasir juga merupakan bahan baku utama karena gula
pasir adalah bahan baku yang wajib digunakan untuk
proses pembuatan roti. Gula pasir didapat dari pemasok
agen bahan baku. Gula pasir yang diperlukan dan dipesan
akan diantar oleh agen keperusahaan. Hal itu akan lebih
meminimalkan biaya transportasi, sehingga perusahaan
akan
mampu
mamaksimalkan
laba
yang
akan
diperolehnya nanti. Dalam satu kali produksi perusahaan
mampu menghabiskan gula pasir sebanyak 2 sak, yang
beratnya 100 Kg.
c) Mentega
Mentega merupaka bahan baku utama yang digunakan
dalam
pembuatan
roti.
Perusahaan
juga
tidak
mengandalkan satu pemasok saja untuk mendapatkan
bahan baku mentega. Tetapi perusahaan mengambil
bahan baku lebih dari satu pemasok. Dalam satu kali
produksi perusahaan mampu menghabiskan mentega
sebanyak 4 karton mentega dengan berat 60 Kg.
2) Bahan pembantu
30
a) Obat pengempuk roti.
Obat pengempuk roti digunakan perusahaan agar roti yang
diproduksinya bisa empuk dan tidak keras. Dalam satu kali
produksi
perusahaan
mampu
menghabiskan
obat
pengempuk roti sebanyak 2,5 Kg.
b) Obat pengembang roti.
Obat pengembang roti digunakan perusahaan agar roti
yang diproduksinya bisa terlihat besar-besar dan berisi.
Perusahaan tidak mengharapkan roti yang diproduksinya
tidak
mengembang
atau
bantat.
Dalam
satu
kali
produksinya perusahaan mampu menghabiskan obat
pengembang roti sebanyak 3 Kg.
c) Selay.
Selay merupakan bahan pembantu pada pembuatan roti,
karena selay dibutuhkan tidak pada semua roti yang ada
tetapi hanya pada roti tertentu yaitu pada roti yang disebut
roti tabur sokade saja. Pada perusahaan ini mampu
membuat selay sendiri. Hal itu dilakukan karena mengingat
harga selay terlalu tinggi sehingga perusahaan tidak bisa
memaksimalkan labanya. Perusahaan membuat selay
dengan roti yang tidak memenuhi standar kualitas
kemudian diolah kembali menjadi selay roti buatan sendiri
dengan rasa yang khas, karena selay tersebut merupakan
cairan roti buatan sendiri dengan resep yang rahasia.
31
d) Meses
Meses tidak digunakan pada semua jenis roti, karena itu
meses merupakan bahan pembantu pada pembuatan roti
ini. Pada satu kali produksi perusahaan meses sebanyak
3Kg.
e) Pisang
Perusahan
menggunakan
pisang
didalam
proses
pembuatan roti ini. Pisang tersebut digunakan dalam
pembuatan roti yang bernama roti isi pisang. Pisang
tersebut didapat pemasok atau penjual pisang yang siap
mengantar keperusahaan, hal itu akan menghemat biaya
transportasi bagi perusahaan. Dalam pemilihan pisang
perusahaan memilih pisang yang berkualitas, karena
dalam pembuatan roti isi pisang jika menggunakan pisang
yang berkualitas rendah maka roti yang dibuat tersebut
akan cepat basi dan dapat mencoreng nama baik
perusahaan.
f) Kelapa.
Kelapa digunakan perusahaan dalam pembuatan roti yang
bernama roti tabur kelapa. Kelapa didapat dari pemasok
yang siap mengantar keperusahaan. Dalam pemilihan
kelapa, perusahaan memilih kelapa yang masih muda,
tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Kelapa yang
32
seperti itu merupakan rasa yang paling enak untuk taburan
roti menurut perusahaan.
g) Cokelat
Cokelat digunakan perusahaan dalam pembuatan roti
yang bernama roti isi pisang. Cokelat didapat dari agen
yang juga siap mengantar keperusahaan. Dalam satu kali
produksi
perusahaan
mampu
menghabiskan
cokelat
sebanyak 2 Kg.
h) Sokade
Sokade merupakan bahan pembantu yang digunakan
perusahaan dalam pembuatan roti yang bernama roti tabur
sokade. Sokade adalah daging buah yang dibuat manisan.
Sokade yang digunakan perusahaan adalah sokade yang
berwarna-warni. Hal itu dilakukan perusahaan untuk
menarik konsumen dengan pemberian warna yang agak
mencolok dan memberi kesan enak jika dimakan.
5. Mesin dan Peralatan Produksi
a Mesin/ Peralatan utama
1) Mesin pres rolling
Mesin pres rolling ini berfungsi untuk mencampurkan semua
bahan
yang
digunakan
dalam
pembuatan
roti,
agar
bercampur, dan bahan-bahan bercampur rata.
33
2) Mesin pengaduk
Mesin pengaduk ini berfungsi untuk mengaduk campuran
pertama dalam pembuatan roti, hal ini dilakukan karena
mengingat bahan yang dicampur terlalu banyak, sehingga
tidak
memungkinkan
untuk
dilakukan
secara
manual.
Digunakan mesin ini dengan tujuan menghemat waktu serta
tenaga kerja dapat dialokasikan kedepartemen tertentu.
3) Mesin oven
Mesin ini berfungsi untuk mengoven bahan roti menjadi roti
siap saji. Mesin oven ini menggunakan kompor yang diatur
suhunya.
4) Kompor
Kompor pada perusahaan ini berguna untuk memanggang
mesin
oven
sehingga
mesin
oven
bisa
digunakan
sebagaimana mestinya. Kompor yang digunakan pada
perusahaan adalah jenis kompor dengan bahan minyak
tanah.
5) Meja kerja
Meja kerja pada perusahaan ini terbuat dari kayu, meja kerja
ini digunakan untuk membentuk bahan roti seperti yang
diinginkan para konsumen
34
6) Tong
Tong ini digunakan untuk mendidihkan air, dan
diambil
uapnya untuk ruang penguapan, sehingga bahan roti dapat
mengembang seperti yang diharapkan.
7) Peralon penghubung
Peralon
penghubung
ini
menghubungkan
antara
tong
pendidih dengan ruang penguapan bahan roti.
b Peralatan Pembantu
1) Ember
Ember digunakan untuk wadah seley, margarin, atau bahan
yang lainnya.
2) Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang bahan roti, agar
nantinya setelah dioven bentuk dan beratnya sama.
3) Kotak
Kotak digunakan untuk wadah roti yang sudah jadi dan sudah
melalui packing, dan siap untuk diambil para tenaga pemasar.
4) Loyang
Loyang adalah jenis wadah yang terbuat dari zeng, yang
digunakan untuk wadah bahan roti yang akan melalui tahap
oven.
35
5) Tenaga Penggerak
a) Diesel
Diesel yang digunakan pada perusahaan ini adalah jenis
diesel dengan daya 20 PK.
b) PLN
Perusahaan
juga
menggunakan
PLN
untuk
memperalancar produksinya, perusahaan menggunakan
PLN dengan daya 1.300 watt.
36
6. Proses Produksi
Gambar 3.2 Alur Proses Produksi
pencampuran
pengadukan
pengerolan
pembentukkan
pengembangan
pengepakan
QC
pengovenan
pendinginan
Sumber : Perusahaan roti “Satria Bakery”
37
a Pencampuran
Sebelum bahan baku akan diproses, maka terlebih dahulu bahan
baku dilakukan pencampuran, pencampuran merupakan tahap
awal dari seluruh proses produksi, pencampuran adalah
dicampurnya semua bahan baku dengan takaran yang sudah
ditentukan.
b Pengadukan
Setelah tahap pencampuran, kemudian selanjutnya bahan baku
tersebut dilakukan pengadukan agar semua bahan baku tersebut
bersatu dan bahan baku tersebut siap menjalani tahap
selanjutnya.
c Pengerolan
Tahap selanjutnya setelah pengadukan yaitu tahap pengerolan.
Pengerolan adalah tahap dimana bahan baku yang telah
melakukan pencampuran di padatkan dengan ukuran pemadatan
yang telah diukur. Pada tahap ini hampir sama
dengan
pencampuran tetapi pada tahap ini bahan baku tersebut
dihalusakan agar roti yang diproduksi nanti terlihat halus, mulus
dan semua bahan baku telah benar-benar tercampur rata pada
semua bagian roti nantinya.
d Pembentukan
Setelah bahan baku melalui tahap pengerolan, maka selanjutnya
bahan baku tersebut melalui tahap pembentukan. Tahap
pembentukan ini adalah tahap dimana bahan baku tersebut
38
dibentuk seperti apa yang diinginkan. Sebelum dibentuk bahan
baku tersebut dipotong dengan ukuran yang telah ditentukan dan
ditimbang sekaligus dilakukan pengecekan apakah bahan
tersebut bagus atau tidak, setelah di cek bahan tersebut. Pada
perusahaan ini terdapat enam bentuk roti yang diproduksi.
Diantaranya adalah roti semir, roti tabur sokade, roti isi pisang,
roti tabur kelapa, roti isi coklat, roti tabur meses. Roti dibentuk
menurut jadwal pembuatan roti apa yang sedang dilakukan.
e Pengembangan
Setelah melalui tahap pembentukan, tahap selanjutnya adalah
tahap pengembangan roti. Tahap pengembangan roti adalah
tahap dimana bahan roti yang telah dibentuk tersebut diletakkan
pada ruangan isolasi. Ruang isolasi tersebut adalah ruang yang
tertutup rapat kemudian dialiri uap air. Pada tahap ini adalah
tahap yang paling lama dilakukan, karena dalam tahap
pengembangan ini membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam lamanya.
f Pengovenan
Setelah bahan baku mengembang seperti yang telah ditentukan,
kemudian bahan baku melalui tahap pengovenan, dan bahan
baku tersebut melalui tahap pengovenan. Tahap pengovenan
yaitu tahap dimana bahan baku tersebut dioven atau disekap
diruang yang panas dengan temperatur yang telah ditentukan
selama waktu yang telah ditentukan pula. Tahap pengovenan ini
memerlukan waktu sekitar 15 menit dalam satu kali pengovenan.
39
g Pendinginan
Setelah dilakukan tahap pengovenan, bahan baku sudah menjadi
produk jadi berupa roti, tetapi produk roti tersebut harus melalui
terlebih dahulu tahap pendinginan, tahap pendinginan adalah
tahap dimana setelah roti dioven dengan suhu yang panas maka
roti harus didinginkan, agar roti bisa dikemas, pendinginan
dilakukan agar roti tidak panas dan mudah untuk dikemas. Tahap
pendinginan harus mendapat perhatian lebih bagi perusahaan,
karena dalam pengemasan roti tidak boleh terlalu panas,
dikarenakan roti akan menguap dan akan cepat menjadi basi dan
akhirnya masa produktif roti akan terlalu pendek dan merugikan
perusahaan.
h Pengemasan
Setelah roti melalui tahap pendinginan, kemudian roti dicek,
apakah roti tersebut bisa keluar pasar. kemudian roti dikemas
dengan wadah plastik yang telah ditentukan, dan roti sudah bisa
dipasarkan.
7. Kondisi Karyawan
a Aspek Tenaga Kerja
Dalam perekrutan tenaga kerja, Perusahaan Roti Satria Bakery
lebih memprioritaskan tenaga kerja yang berasal dari daerahnya
sendiri, hal itu dilakukan perusahaan karena tenaga kerja yang
didapat tersebut lebih mudah, selain memberikan lapangan
pekerjaan
bagi
mengharapkan
masyarakat
kemajuan
sekitar,
desa
Perusahaan
dengan
juga
meminimalkan
40
pengangguran. Alasan yang lain adalah tenaga kerja yang
berasal dari masyarakat sekitar lebih dapat datang tepat waktu
karena dekat dengan lokasi perusahaan tersebut. Selain itu juga
kemudahan perusahaan mengawasi segala bentuk sifat dan
karakteristik tenaga kerja yang tentunya berkaitan dengan
operasional perusahaan. Adapun jumlah dan pendidikan para
karyawan sebagi berikut :
Tabel 3.1
Jumlah karyawan pada
Perusahaan Roti Satria Bakery
Jenis pekerjaan
jumlah
Staf
3
produksi
19
Packing
7
Pemasaran
21
total
50
Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery”
41
Tabel 3.2
Pendidikan Karyawan Staf
Perusahaan Roti “Satria Bakery”
Nama Karyawan Staf
Pendidikan
umur
Kris Widyo Prasetyo
D3
30
Kris Wido Sulistyo
D3
27
Kris Wido Utomo
D3
24
Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery”
Tabel 3.3
Pendidikan dan Umur Karyawan Produksi
Perusahaan “Roti Satria”
Nama Karyawan
Pendidikan
umur
Kar
SD
44
Wiji
SD
34
Sugiyarti
SD
35
Sayem
SD
45
Iyem
SD
33
Parti
SD
37
Mami
SD
31
Nurul
SD
33
Tugiyem
SD
32
Wagiyem
SD
17
Painem
SD
40
Produksi
42
Tini
SD
40
Iyah
SD
39
Sholokin
SMP
22
Tri
SMP
17
Priyono
SMP
19
Riyanto
SMP
25
Agung
SMP
19
Dodo
SMP
18
Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery”
Tabel 3.4
Pendidikan dan Umur Tenaga Pemasar
Perusahaan Roti “Satria Bakery”
Nama
Pendidikan
Umur
Lanjar
SMA
30
Gimin
SMA
28
Rebo
SMA
35
Sunar
SMP
35
Yusi
SMP
35
Hadi
SD
45
Rahmat
SMA
28
Sangat
SMA
25
Jumadi
SMA
20
Purwanto
SMA
31
43
Ngadi
SD
45
Hardi
SMA
25
Mandor
SMA
37
Sularto
SMA
36
Narto
SMA
27
Ngadiyo
SD
46
Bani
SMP
40
Darman
SMP
25
Jum
SMP
29
Joko
S1
37
Wagimin
SD
42
Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery”
Tabel 3.5
Kesimpulan dari tabel karyawan adalah:
No
Jenis kelamin
jumlah
umur
1
Pria
30
17-25 Th= 12
2
Wanita
20
26-50 Th= 38
Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery”
b Hari dan Jam Kerja
Perusahaan
roti
“Satria
Bakery”
menetapkan
jam
kerja
karyawan sebagai berikut :
44
Dalam satu minggu karyawan masuk enam hari.
Perusahaan
meliburkan karyawan pada hari minggu. Pembagian hari dan jam
kerja adalah sebagai berikut :
Hari kerja
: Senin – Sabtu
Jam Kerja
: 7 jam/ hari
Shif I : Senin – Sabtu : 07.00 – 14.00
Istirahat
: 1 jam
Shif II : Senin – Sabtu : 15.00 – 22.00
Istirahat
: 1 jam
c Sistem Pengupahan
Manajemen Perusahaan Roti “Satria Bakery” menerapkan tiga
sistem pengupahan, yaitu sebagai berikut :
1) Upah Mingguan
Yaitu upah yang diberikan kepada karyawan produksi pada
perusahaan roti “Satria Bakery” setiap satu minggu sekali.
2) Upah Lembur
Yaitu upah yang diberikan kepada karyawan yang melakukan
lemburan yang perhitungannya berdasarkan jam lembur.
3) Upah Borongan
Yaitu upah yang diberikan kepada karyawan packing pada
perusahaan roti “Satria Bakery”.
45
4) Jaminan Sosial
Sebagai tambahan selain upah (gaji pokok), perusahaan juga
memberikan sejumlah tunjangan guna mendorong semangat
kerja karyawan. Tunjangan Tenaga Kerja tersebut adalah :
a) Dana Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dari
perusahaan
b) Dana kesehatan atau pengobatan kepada karyawan yang
mengalami kecelakaan kerja.
c) Tunjangan Hari Raya (THR) kepada semua karyawan
pada saat menjelang hari raya.
d) Rekreasi untuk semua karyawan.
d Pemasaran
Perusahaan roti Satria Bakery juga menggunakan Tenaga
pemasar untuk memasarkan hasil produksinya. Agar mampu
memperoleh
pasar
yang
cukup
luas
dan
menjanjikan,
perusahaan harus memilih tenaga pemasar yang tangguh, ulet ,
disiplin, tidak mudah putus asa. Oleh sebab itu perusahaan tidak
sembarangan memilih tenaga kerja.
B. Laporan Kegiatan Magang Kerja
1. Pengertian magang kerja
Magang kerja adalah salah satu kegiatan perkuliahan yang
dilakukan mahasiswa diluar kampus secara berkelompok ataupun
individu dengan terjun langsung dalam dunia kerja maupun
46
dimasyarakat. Kegiatan magang kerja dilakukan mahasiswa untuk
mendapatkan data dalam membuat/ menyususn Tugas Akhir .
2. Tujuan magang kerja
a Memperoleh pengalaman kerja dengan terjun langsung kedunia
kerja atau dalam masyarakat.
b Dapat
menambah
pengalaman,
ilmu
pengetahuan
dan
mengetahui kondisi kerja yang sebenarnya
c Agar mahasiswa mengetahui, memahami permasalahan yang
dihadapi dalam dunia kerja.
3. Tempat dan waktu pelaksanaan magang kerja
Magang kerja dilakukan di Perusahaan Roti “Satria Bakery”
yang beralamat di Teken, Kebakkramat, Karanganyar. Adapun
waktu pelaksanaan magang kerja selama satu bulan mulai
tanggal 2 Oktober s/d 2 November 2007.
Magang kerja dilakukan dari tanggal 2 Oktober s/d 2 November
selama 3 hari dalam seminggu dengan istirahat 2 jam dari pukul
11.00 s/d 13.00 WIB. Dan waktu magang dimulai pukul 08.00 s/d
15.00 WIB dengan rincian sebagai berikut :
a. Minggu pertama
Pada minggu petama magang kerja penulis melakukan tahap
perkenalan pada semua bagian yang ada pada perusahaan
roti “Satria Bakery”.
47
b. Minggu kedua
Pada minggu kedua kegiatan magang kerja yaitu mengamati
proses produksi yang ada dan meninjau layout yang diterapkan
perusahaan roti “Satria Bakery”, serta melakukan wawancara
terhadap para karyawan perusahaan.
c. Minggu ketiga
Pada minggu ketiga kegiatan magang kerja, melakukan
pencatatan data-data pada perusahaan yang berhubungan
dengan permasalahan yang dihadapi perusahaan.
d. Minggu keempat
Pada minggu keempat kegiatan magang kerja, penulis
melakukan evaluasi terhadap data-data yang telah diperoleh
dan melengkapi kekurangan data yang diperlukan serta tahap
perpisahan dengan seluruh karyawan perusahaan roti “Satria
Bakery”.
C. Pembahasan
Dalam melakukan proses produksi di perusahaan roti “Satria
Bakery”, perusahaan menggunakan layout produk karena pengaturan
mesin atau fasilitas produksi berdasarkan atas urutan proses produksi
yang ada. Keseimbangan lini ini diperlukan untuk menentukan stasiun
kerja yang seimbang. Apabila terjadi pembebanan waktu untuk setiap
stasiun kerja, maka akan dapat menghambat proses produksi dan
dapat mengurangi efisiensi.
48
Pembagian pekerjaan pada stasiun kerja dapat menghasilkan
pembagian kerja yang lebih merata, dan untuk memperkecil jumlah
waktu menganggur.
1. Data Urutan Proses Produksi
Langkah awal dalam menganalisis efektivitas dan efisiensi layout
dengan metode line balancing adalah dengan menginventarisir
pekerjaan, yaitu mencatat urutan proses pekerjaan yang ada.
Dalam hal ini kita mencatat urutan pekerjaan beserta waktu tiap
pekerjaan dan pekerjaan yang mendahului pada produksi roti.
Langkah pertama untuk menganalisis layout perusahaan, maka
terlebih dahulu kita harus mengetahui layout perusahaan saat ini.
Untuk lebih jelasnya kita lihat gambar layout perusaahaan saat ini
seperti gambar berikut:
Gambar 3.3
Layout Perusahaan Roti “Satria Bakery” saat ini
21
7
5
E
3
F
8
3
13,5
G
4
2,5
B
2
D
7
6,5
A
3,5
MESS
H+I
5
C
11
3
K
A
N
T
O
R
2,5
13,5
2
5,5
21
49
Adapun urutan pekerjaan dan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan proses produksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 3.6
Urutan Pekerjaan dan Waktu penyelesaian produksi roti
“Satria Bakery”
pekerjaan
yang
No pekerjaan
simbol mendahului
1 pencampuran
A
2 Pengadukan
B
A
3 pengerolan
C
B
4 pembentukan
D
C
5 pengembangan E
D
6 pengovenan
F
E
7 Pendinginan
G
F
8 Quality Control H
G
9 Pengemasan
I
H
waktu
0,0064
0,0128
0,0192
0,0192
0,0192
0.0096
0,0128
0,0064
0,0192
Sumber : Perusahaan Roti Satria Bakery, Karanganyar
Dari tabel diatas, maka dapat dibuat jaringan kerja sebagai berikut :
Gambar 3.4
Jaringan Kerja Produksi
Perusahaan Roti “Satria Bakery”
A
B
F
C
G
D
H
E
I
50
2. Analisis Keseimbangan Lini
Langkah selanjutnya adalah memperhitungkan keseimbangan
stasiun kerja pada proses produksi perusahaan, hal ini merupakan
salah satu cara untuk mendapatkan proses produksi yang efisien
dalam penerapan keseimbangan lini.
a Menentukan
stasiun
kerja
terkecil
dan
cycletime
yang
dikehendaki
1) Menentukan stasiun kerja terkecil
Untuk menentukan banyaknya stasiun kerja yang ada dalam
proses pekerjaan, maka digunakan rumus sebagai berikut:
N=
D T
60  t
Keterangan
N = Stasiun Kerja
D = Permintaan per hari
T = Waktu proses produksi
t = waktu kerja perhari
perusahaan menargetkan jumlah produksi roti per hari
adalah 12.500 unit roti. Sehingga stasiun kerja yang dibuat
adalah sebagai berikut :
N=
D T
60  t
N=
12.500 X 0,1248
60 X 7
N=
1560
420
N= 3,72 dibulatkan menjadi
N= 4 stasiun kerja
51
Jadi jumlah stasiun kerja pada perusahaan roti satria
Bakery adalah 4 stasiun kerja. Pengelompokkan elemen
penugasan beserta jumlah waktu komulatif tiap stasiun
kerja dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :
Gambar 3.5
Pengelompokkan Elemen-elemen Pekerjaan ( 4 Stasiun Kerja )
I
Elemen : A
II
B
C
III
D
E
IV
F
G
H
I
Kerja
Waktu
: 0,0192
0,0384
0,0288
0,0384
2) Menentukan kapasitas maksimum dan siklus kerja (cycletime)
yang diijinkan.
Sebagai dasar struktur kerjanya perusahaan menggunakan
waktu dan elemen terlamanya yaitu
0,0384 menit. Berikut
tabel yang menggambarkan penugasan elemen-elemen
pekerjaan kedalam stasiun kerja beserta jumlah waktu
komulatif dari setiap stasiun kerja.
52
Tabel 3.7
Penugasan elemen-elemen pekerjaan kedalam stasiun kerja
proses produksi roti Perusahaan Roti “Satria Bakery”
( dalam satuan menit )
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pekerjaan
Waktu
Stasiun
Kerja
Pencampuran
0,0064
Pengadukan
0,0128
Pengerolan
0,0192
Pembentukan
0,0192
Pengembangan
0,0192
Pengovenan
0,0096
Pendinginan
0,0128
QC
0,0064
Pengemasan
0,0192
Total waktu penyelesaian
1
1
2
2
3
3
4
4
4
Jumlah
Waktu
( menit )
0,0192
0,0384
0,0288
0,0384
0,1248
Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery”
Untuk
mengetahui
kapasitas
maksimum
apabila
perusahaan memakai siklus kerja 0,0384 menit adalah
dengan perhitungan sebagai berikut:
Q max 
Waktu kerja perhari
Cycle Time
Q max =
60x7
0,0384
Q max = 10938 roti
3) menghitung cycletime yang diijinkan
Waktu yang tersedia perhari
Cycletime yang diijinkan =
Produksi perhari
60menitX 7 jam
=
12500
420
=
12.500
= 0,0336
53
b Analisis penugasan elemen pekerjaan dalam stasiun kerja
Setelah dibuat pengelompokkan elemen pekerjaan, mengetahui
kapasitas maksimum dan cycletime yang diijinkan maka langkah
selanjutnya adalah membuat tabel perhitungan penugasan
elemen-elemen pekerjaan dalam stasiun kerja yang kita ketahui
tersebut.
1) Analisis berdasarkan LOT (Longest Operations Time) pada
siklus kerja
sebagai dasar siklus kerja yang sitentukan oleh
perusahaan
Tabel 3.8
Perhitungan total waktu kerja, waktu siklus dan waktu menganggur
pada cycletime 0,0384 menit
Stasiun Kerja
1
2
3
4
Waktu Komulatif
0,0192
0,0384 0,0288 0,0384
Siklus Kerja
0,0384
0,0384 0,0384 0,0384
Waktu Menganggur 0,0192
0,0096 0
0
Sumber : Perusahaan Roti “Satria Bakery” yang dianalisis
Total Waktu
0,1248
0,1536
0,0288
a) Perhitungan berdasarkan waktu siklus (cycletime) yang
diijinkan yakni 0,0384
(1) Tingkat penundaan
Penundaan 
Penundaan =
total waktu menganggur
total waktu siklus
0,0288
x 100 %
0,1536
Penundaan = 0,19 %
= 19 %
54
(2) Tingkat efisiensi
Efisiensi = 100 % - penundaan
= 100 % - 19 %
= 81 %
b) Perhitungan berdasarkan waktu siklus yang diijinkan
0.0336 menit
Tabel 3.9
Perhitungan Total Waktu Kerja, Siklus Kerja,dan Waktu Menganggur pada
cycletime 0,0336 menit
Stasiun Kerja
1
2
Waktu Komulatif
Siklus Kerja
Waktu Menganggur
0,0192
0,0336
0,0144
0,0384
0,0336
-0,0048
Sumber : Perusahan Roti Satria Bakery.
3
4
0,0288
0,0336
0,0048
0,0384
0,0336
-0,0048
Total
Waktu
0,1248
0,1344
0,0096
(1) Penundaan
Penundaan =
0,0096
X 100 %
0,1344
Penundaan = 0,07 %
= 7%
(2) Efisiensi
Efisiensi = 100 % - penundaan
Efisiensi = 100 % - 7 %
= 93 %
(3) Menghitung efektivitas
Efektivitas lininya adalah tingkat kapasitas yang
diinginkan yang bisa dicapai, yaitu dengan siklus kerja
55
0,0336 menit. Total output perhari yang dapat dicapai
adalah :
(a) Menghitung
efektivitas
berdasarkan
cycletime
yang diijinkan ( 0,0336 menit)
Output perhari yang dicapai 
waktu yang tersedia perhari
output perhari yang diharapkan

420
0,0336
 12.500 unit roti perhari
sehingga
efektivitas
dapat
kita
bandingkan
dengan perhitungan sebagai berikut :
Efektifitas 

output perhari yang dicapai
x 100%
output perhari yang diharapkan
12.500
x 100 %
12.500
 1 x 100 %
 100 %
56
(b) Menghitung
efektivitas
berdasarkan
cycletime
yang diijinkan ( 0,0384 )
Output perhari yang dicapai 

waktu yang tersedia perhari
output perhari yang diharapkan
420
0,0384
 10.938 unit roti perhari
dari perhitungan tersebut maka dapat kita lihat
tingkat efektivitasnya adalah sebagai berikut:
Efektifitas 

output perhari yang dicapai
x 100%
output perhari yang diharapkan
10.938
x 100 %
12.500
 0,87
x 100 %
 87 %
57
3. Hasil analisis
Maka dari keseluruhan perhitungan diatas dapat kita rangkumkan
dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.10
Hasil Analisis Keseimbangan Lini berdasarkan aturan siklus kerja
terlama LOT ( Long Operations Time )
Keterangan
Total Waktu
Menganggur
Efisiensi
Efektivitas
Tingkat Penundaan
Hasil Analisis
Siklus Kerja
Siklus
Siklus
Kerja
Kerja
0,0336 0,0384
0,0096
93%
100%
7%
0,0288
81%
87%
19%
Perbedaan
(selisih)
0,0132
7%
13%
12%
Sumber : Perusahaan Roti “Satria.Bakery”
Dari
penerapan
tabel
diatas,
kebijakan
kita
dapat
siklus
kerja
membandingkan
0,0336
menit
antara
lebih
menguntungkan daripada siklus kerja 0,0384 menit. Sehingga
apabila siklus kerja 0,0336 diterapkan benar, maka keseimbangan
lini kerja menjadi lebih optimal, dimana hal ini akan meningkatkan
produktivitas perusahaan.
Dengan siklus kerja 0,0384 menit, menghasilkan waktu
menganggur 0,0288 menit, tingkat efisiensi dan efektivitas yang
rendah yaitu sebesar 81% dan 87% serta tingkat penundaan yang
cukup besar yaitu sebesar 19%.
Berbeda dengan penerapan waktu siklus kerja 0,0336 menit,
yang mana dari hasil analisis dapat dilihat lebih baik karena
menghasilkan waktu menganggur lebih kecil daripada sebelumnya
58
yaitu sebesar 0,0096 menit, sedangkan tingkat efisiensi dan
efektivitasnya adalah sebesar 100% dan 93%, serta tingkat
penundaan yang jauh lebih rendah yaitu 7%.
Selain itu, perusahaan harus juga memperhatikan beberapa
faktor lainnya diantaranya kondisi peralatan produksi, kondisi
karyawan, baik operator mesin maupun tenaga kerja yang lainnya
karena selain faktor sistem, faktor-faktor pendukung lainnya juga
sangat berpengaruh terhadap penerapan konsep line balancing.
Dengan demikian semua aspek dalam perusahaan dapat berjalan
seimbang baik sistem, peralatan serta karyawan perusahaan
sehingga efisiensi dan efektivitas dapat berjalan dengan baik dan
optimal.
Dengan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa layout yang
diterapkan pada Perusahaan Roti “Satria Bakery” masih bisa
dioptimalkan lagi dengan revisi layout sebagai berikut:
59
21
2.5
1
8
6.5
3
F
5
M
e
s
s
D
3
E
7
2.5
C
1.5
13.5
7,5
G
3.5
8
13.5
B
A
H+I
K
a
r
y
a
w
a
n
5.5
2.5
3.5
Meja
1.5 Adm.
K
a
n
t
o
r
5.5
1.5
6
3,5
7
2.5
21
Ket:
Skala 1 : 1 m
Gambar Tata Letak Pabrik Apabila Dilakukan Relayout
Dengan alasan sebagai berikut:
a. Jarak yang ditempuh dari departemen sartu dengan yang lainnya
diperpendek, sehingga mengurangi pergerakan karyawan yang
seharusnya tidak perluy
b. Pengelompokkan pekerjaan disusun berdasarkan stasiun kerja
yang dibuat,karena pengelompokkan tersebut berdasarkan waktu
penyelesaian yang seimbang antar stasiun kerja
c. Dengan
penerapan
layout
demikian,
maka
akan
bisa
menghematbizyz operasional pabrik.
60
BAB IV
PENUTUP
Berikut merupakan kesimpulan yang dikemukakan berdasarkan
pembahasan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
Tentang efektivitas dan efisiensi layout fasilitas produksi perusahaan roti
“Satria Bakery”. Selain itu juga berisi saran-saran bagi perusahaan
sebagai pertimbangan untuk mengevaluasi perusahaan serta sebagai
salah satu langkah perbaikan untuk masa mendatang.
A. KESIMPULAN
1. Alur proses produksi pada perusahaan roti “Satria Bakery” di
Karanganyar meliputi pencampuran, pengadukan, pengerolan,
pembentukan, pengembangan, pengovenan, pendinginan, Quality
Control, dan pengemasan.
2. Departemen produksi pada perusahaan roti “Satria Bakery” di
Karanganyar memiliki pekerjaan yang dapat dikelompokkan menjadi
empat stasiun kerja, pekerjaan AB berada pada stasiun kerja I,
pekerjaan CD berada pada stasiun kerja II, pekerjaan EF berada
pada stasiun kerja III, pekerjaan GHI berada pada stasiun kerja IV.
3. Dari hasil analisis diperoleh tingkat efisiensi dan efektivitas layout
yang ada pada perusahaan roti “Satria Bakery”, Dari dua siklus kerja
yang ada pada perusahaan
61
a. Dengan menggunakan siklus kerja 0,0384 menit (siklus kerja
yang
diterapkan),
menghasilkan
tingkat
efisiensi
sebesar
81%,dan menghasilkan waktu menganggur lebih besar yaitu
sebesar 0,0288 menit, dan tingkat penundaan sebesar 19%,
semacam ini sangat tidak menguntungkan bagi perusahaan.
b. Dengan menggunakan siklus kerja 0,0336 menit (siklus kerja
yang diijinkan), menghasilkan tingkat efisiensi sebesar 93% dan
efektivitas sebesar 100%.
4. Dari hasil analisis ditemukan pula waktu menganggur dan tingkat
penundaan yang muncul pada layout produksi, yakni sebagai
berikut :
a. Dengan
menggunakan
siklus
kerja
0,0384
menit,
akan
menghasilkan waktu menganggur lebih besar yaitu sebesar
0,0288 menit, dan tingkat penundaan sebesar 19%, semacam ini
sangat tidak menguntungkan bagi perusahaan.
b. Dengan
menggunakan
siklus
kerja
0,0336
menit,
akan
menghasilkan waktu menganggur sebesar 0,0096 menit dan
tingkat penundaan sebesar 7%.
5. Keterbatasan penulis dalam mendapatkan data perusahaan adalah
pada saat penulis mencari data waktu yang dibutuhkan dalam
setiap departemen produksi, karena disana harus memerlukan
ketelitian dan pengamatan yang fokus agar data yang diperoleh
nantinya valid.
62
B. SARAN
1. Berdasarkan analisis yang dilakukan, penulis mencoba memberikan
saran yang terkait dengan hasil yang diperoleh. Dengan harapan
dapat dijadikan bahan referensi pertimbangan atau kebijakan
manajemen perusahaan untuk proses produksi roti.
2. untuk meningkatkan keuntungan peruisahaan, penulis menyarankan
untuk melakukan relayout perusahaan seperti gambar dibawah ini:
Gambar 3.6
Gambar Tata Letak Pabrik Apabila Dilakukan Relayout
21
2.5
1
8
6.5
3
F
5
3
M
e
s
s
D
3
2
E
7
2.5
C
1.5
2.5
13.5
8
13.5
B
G
3.5
K
a
r
y
a
w
a
n
4
4
1
A
H+I
5.5
3.5
1.5
Meja
Adm.
K
a
n
t
o
r
5.5
1.5
6
3,5
7
2.5
21
Ket:
Skala 1 : 1 m
Gambar Tata Letak Pabrik Apabila Dilakukan Relayout
Sumber: Perusahaan Roti “Satria Bakery” yang dianalisis
Keterangan gambar:
A : pencampuran
B : pengadukan
C : pengerolan
63
D : pembentukan
E : pembentukan
F : pengovenan
G : pendinginan
H: Quality Control
I : pengemasan
Keuntungan yang akan diperoleh adalah :
a. Pembuatan stasiun kerja akan berpengaruh pada keseimbangan
aliran bahan.
b. Jarak antar depertemen harus dekat sehingga mengurangi
pergerakan
yang
tidak
perlu,
dan
akan
memaksimalkan
pergerakan karyawan untuk melakukan pekerjaannya
c. Akan
menghemat
waktu,
karena
dengan
pengurangan
pergerakan yang tidak perlu, maka akan memaksimalkan waktu
yang disediakan untuk karyawan.
d. Akan menghemat listrik, karena dengan penyelesaian proses
produksi yang cepat, maka perusahaan bisa mematikan aliran
listrik yang tidak perlu digunakan lagi, seperti penerangan, listrik
sanyo penyedot air, dll.
e. Akan menghemat biaya lembur karyawan, karena dengan
penyelesaian proses produksi yang cepat, maka diharapkan
perusahaan tidak melakukan lembur untuk mengejar target
produksi.
64
3. Agar tidak terjadi tingkat penundaan yang tinggi pada proses
perpindaahan material sebaiknya peralatan pendukung pada setiap
stasiun kerja ditempatkan sesuai dengan fungsinya.
4. Siklus kerja yang digunakan hendaknya adalah siklus kerja yang
kecil sehingga perusahaan mendapatkan tingkat efisiensi dan
efektivitas yang lebih baik.
5. Untuk dapat menggunakan siklus kerja yang kecil, maka perlu
dilakukan evaluasi pada tiap-tiap stasiun kerja, sehingga dapat
diketahui kegiatan apa saja yang ditiadakan dan diadakan ataupun
diperbaiki dari kndisi sebelumnya. Hal ini ditujukan agar dapat
mengoptimalkan fungsi produksi dan meminimalkan permasalahan
yang ada pada perusahaan.
6. Memperhatikan produktivitas karyawan dan kondisi peralatan yang
ada, hendaknya selalu dievaluasi dan dipantau secara berkala agar
efisiensi dan efektivitas perusahaan dapat terjaga dengan baik.
65
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Ahyari .1994.
Manajemen Produksi, Perencanaan Sistem
Produksi Edisi keempat. Yogyakarta : BPFE
Atmaji. 1989. Pokok-Pokok Manajemen Produksi Dan Operasi
(Lanjutan Ke-1). Surakarta : UNS
James M. Apple. 1994. Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan.
Bandung : ITB
Sofjan, Assauri. 1996. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi.
Jakarta: FEUI.
. 1997. Manajemen Produksi. Jakarta: FEUI.
T. Hani Handoko. 1992. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan
Operasi. Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE.
. 1997. Manajemen. Edisi kedua Yogyakarta: BPFE.
Zulian, Yamit. 1998. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi pertama.
Yogyakarta : Ekonesia.
66
67
68
Gambar layout perusahaan roti “satria bakery” saat ini
21
7
5
E
3
F
8
3
13,5
G
4
2,5
B
2
D
7
6,5
A
3,5
MESS
H+I
5
C
11
3
K
A
N
T
O
R
2,5
13,5
2
5,5
21
69
Download