BAB IV Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini, hasil yang dicari pada setiap tahap adalah pertumbuhan kultur yang tinggi dengan periode kultur yang panjang. Hal ini berhubungan dengan nilai ekonomis selama proses kultur. Pertumbuhan populasi yang tinggi akan meningkatkan produktivitas kultur, sedangkan periode kultur yang panjang dapat menghemat sumber daya air, waktu dan tenaga untuk penggantian kultur. Secara umum, populasi kultur D. magna menurun pada hari pertama periode kultur, kemudian meningkat hingga mencapai titik optimum dan kemudian turun kembali. Kepadatan dan panjang periode kultur dapat berbeda, tergantung pada perlakuan yang diberikan. Penurunan kepadatan populasi D. magna pada awal kultur disebabkan oleh adanya proses adaptasi terhadap lingkungan yang baru. Sedangkan, penurunan kepadatan populasi setelah kultur mencapai kepadatan optimum disebabkan oleh adanya faktor pembatas berupa penurunan kualitas air yang meliputi penurunan kadar oksigen terlarut (DO), kenaikan kadar NH 4+, dan perubahan pH yang melewati rentang toleransi adaptasi D. magna Hasil dari setiap tahap optimasi dapat dilihat pada setiap sub-bab berikut ini. Untuk data temperatuur tidak dicantumkan karena suhu air tetap pada kondisi stabil 250C. 4.1 Perlakuan Inokulasi Bakteri Pertumbuhan populasi dan panjang periode kultur D. magna Dengan tiga perlakuan berbeda yaitu penambahan bakteri Bacillus subtilis (S), Bakteri nitrifikasi (N) dan Kontrol (K) dapat dilihat pada Gambar 4 Kontrol B. subtilis Nitrifikasi Gambar 4. Pertumbuhan populasi dan panjang periode kultur D. magna Dengan tiga perlakuan berbeda. Penambahan bakteri dengan konsentrasi 0,1 % Kepadatan tertinggi kultur D. magna didapat dari perlakuan penambahan bakteri nitrifikasi. Pada perlakuan bakteri nitrifikasi, puncak populasi kultur D. magna dicapai pada hari ke-10 kultur dengan kepadatan (58.3±6.65) individu/L. Pada perlakuan penambahan bakteri B. subtilis, kultur D. magna mencapai puncak populasi dengan kepadatan (37.5±15.1) individu/L pada hari ke-9 periode kultur, sedangkan pada perlakuan kontrol kultur D. magna mencapai puncak populasi dengan kepadatan (11.22±1.63) individu/L pada hari ke-3 periode kultur. Gambar 4 menunjukkan kepadatan kultur yang diberi bakteri nitrifikasi D. magna yang meningkat kemudian menurun pada periode akhir kultur. Kurva demikian menunjukkan adanya faktor pembatas yang muncul apabila kultur telah mencapai kepadatan tertentu. Hal ini diduga berkaitan dengan kualitas kultur air yang menurun disebabkan meningkatnya kepadatan kultur D. magna seiring dengan akumulasi materi organik yang berasal dari sisa pakan, ekskresi dan jasad renik D. magna yang mati. Hal ini dapat dilihat dari warna air kultur perlakuan kontrol dan penambahan bakteri Bacillus subtilis berwarna lebih keruh dibandingkan kultur yang diberi bakteri nitrifikasi. Hasil uji statistik menggunakan ANOVA menunjukkan perlakuan penambahan bakteri nitrifikasi mulai berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan kontrol mulai hari ke-2 periode kultur, lalu hari ke-3 tidak berbeda nyata dan kemudian kembali berbeda pada hari ke-4 periode kultur. Sedangkan perlakuan penambahan bakteri nitrifikasi mulai berbeda nyata dengan perlakuan penambahan bakteri Bacillus subtilis pada hari ke-2, lalu selanjutnya tidak berbeda nyata dan mulai kembali berbeda nyata pada hari ke-7 periode kultur (Tabel 2). Tabel 2. Rata – rata dan standar deviasi kepadatan individu D. magna magna (ind/L) dengan tiga perlakuan berbeda yaitu penambahan bakteri Bacillus subtilis (S), Bakteri nitrifikasi (N) dan Kontrol (K). Hari Ke- K S N 1 10a 10a 10a 2 10a 10a 11.5±1.83b 3 11.22±1.63a 12.83±3.18a 13.4±2.58a 4 10.25±1.3a 14.67±3.38b 14.3±4.14b 5 10.125±0.54a 16.3±2.8b 18.3±6.18b 6 17.3±2.87a 22.3±8.81a 7 20.83±2.4a 34.3±10.93b 8 23.5±3.39a 42.1±12.59b 9 37.5±15.1a 52.1±9.85b 10 35.67±16.5a 58.3±6.65b 11 34.17±17.4a 55.3±8.98b 12 54±13.53 *Huruf yang sama pada satu baris menunjukkan nilai rata-rata yang tidak berbeda secara signifikan (P>0,05) Melalui kurva pertumbuhan dan analisa statistik, jenis bakteri yang optimal untuk meningkatkan kepadatan dan panjang periode kultur D. magna adalah bakteri nitrifikasi. Bakteri inilah yang akan digunakan untuk tahap optimasi selanjutnya. Kualitas Air Kultur Hasil pengukuran kualitas air kultur secara umum dapat dilihat pada gambar 5 sampai 8. Kandungan oksigen terlarut pada kultur cenderung stabil, namun pada perlakuan kontrol kadar oksigen terlarut cenderung lebih rendah (tidak signifikan). Hal ini diduga disebabkan karena sebagian besar ragi tidak dilisiskan seperti pada perlakuan B. subtilis sehingga sisa ragi yang berlebih menjadi sulit dicerna D. magna. Kemudian sisa ragi tersebut akan melakukan proses metabolisme salah satunya adalah siklus krebs yang memerlukan oksigen untuk proses oksidasi yang terjadi. Di samping itu, kekeruhan air yang tampak pada perlakuan kontrol juga berpengaruh pada difusi oksigen dari udara ke air (Odum, 1971). a b c Gambar 5,6,7 dan 8 Hasil pengukuran a)DO b)pH c)NH4+ d)T-suhu pada kultur D. magna Dengan dengan tiga perlakuan berbeda Pada pengukuran pH, perlakuan penambahan bakteri B. subtilis dan kontrol menunjukkan nilai rata-rata yang relatif lebih rendah daripada perlakuan penambahan bakteri nitrifikasi. Tinggi rendahnya pH disebabkan karena konsentrasi H+ di air. Konsentrasi H+ yang tinggi ini berbanding lurus dengan tingginya tingkat konsumsi oksigen dalam proses oksidasi amonium berdasarkan reaksi (Ward, 1996) 2NH3 +3 O2 2NO2- + 2 H+ + 2 H2O 2NO2 + O2 2 NO3 Pada perlakuan bakteri nitrifikasi, oksigen terlarut yang digunakan efektif sehingga pH dapat kembali stabil dengan lebih cepat, sedangkan pada dua perlakuan lainnya karena ketidakhadiran bakteri nitrifikasi, menyebabkan oksigen terlarut tidak digunakan bakteri dengan efektif. Sehingga kestabilan pH dua perlakuan tersebut berada pada tingkat yang lebih rendah. Amonium adalah zat yang dihasilkan dari aktivitas metabolisme hewan perairan dan juga hasil proses dekomposisi materi organik. Terlebih lagi, ragi merupakan bahan makanan yang tinggi protein dan vitamin. Pada kultur ini, hasil dekomposisi ragi akan sangat mempengaruhi kadar amonium terlarut pada sistem kultur. Pada perlakuan B. subtilis, konsentrasi amonium cukup tinggi karena bakteri ini memiliki enzim proteolitik sehingga protein ragi dapat terurai/dekomposisi menjadi lebih sederhana, sehingga semakin dapat terdifusi dengan baik pada saluran pencernaan D. magna. Pada saat yang bersamaan amonium juga merupakan turunan dari penyederhanaan senyawa protein tersebut, sehingga amonium pada kultur yang diberi inokulasi B. subtilis berasal dari sisa pakan yang telah dilisiskan oleh bakteri dan dari keluaran proses metabolisme D. magna. Dari hasil pengujian tiga perlakuan tersebut menunjukkan bahwa pengontrolan faktor fisika-kimia kultur dengan bakteri nitrifikasi berpengaruh secara signifikan pada pertumbuhan jumlah D. magna dibandingkan dengan penggunaan bakteri B. subtilis. Berdasarkan hasil penelitian tahap pertama, bakteri nitrifikasi digunakan untuk tahap optimasi selanjutnya. 4.2 Optimasi Waktu Inokulasi Bakteri Nitrifikasi Tahap penelitian selanjutnya bertujuan untuk mengetahui waktu inokulasi bakteri nitrifikasi yang paling optimal untuk meningkatkan produktivitas kultur D. magna. Dalam tahap ini dilakukan tiga buah perlakuan yaitu : 1). Penambahan bakteri nitrifikasi dengan konsentrasi 0,1 % dilakukan 24 jam sebelum kultur D. magna (H-1), 2). Bersamaan dengan kultur D. magna (H), dan 3). 24 jam setelah kultur D. magna (H+1). H-1 H+1 H Gambar 9. Pertumbuhan populasi dan panjang kultur D. magna Dengan tiga waktu inokulasi bakteri nitrifikasi yang berbeda Pertumbuhan kultur D. magna pada perlakuan H+1 lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya dengan kepadatan 127±38.94 individu/L pada hari ke-13 periode kultur. Kemudian pertumbuhan kultur D. magna pada perlakuan H-1 lebih rendah daripada perlakuan H+1 dengan kepadatan 84.67±22.43 individu/L dicapai pada hari ke-12 periode kultur. Hasil terendah didapat pada perlakuan inokulasi bakteri pada perlakuan H dengan kepadatan 58.3±6.65 individu/L dicapai pada hari ke-10 periode kultur. Berdasarkan hasil uji statistik dengan ANOVA, perlakuan inokulasi bakteri H+1 menunjukkan perbedaan signifikan (P < 0,05) dengan perlakuan lainnya mulai hari ke-4 periode kultur (tabel 3). Pada perlakuan H+1 kultur dapat tumbuh dengan optimum karena bakteri nitrifikasi diinokulasi saat jumlah amonium dari sisa pakan dan ekskresi D. magna telah terkumpul dari hari pertama. Hal ini menyebabkan bakteri nitrifikasi dapat tumbuh dengan optimal sehingga kondisi fisika-kimia kultur dapat terjaga dan D. magna dapat tumbuh dengan optimum. Pada kultur H-1 kultur D. magna tidak tumbuh secara optimum karena bakteri diinokulasikan saat jumlah amonium terlarut belum ada atau terlalu rendah/belum mencukupi kebutuhan bakteri nitrifikasi, sehingga saat memasuki hari periode kultur selanjutnya diduga sebagian dari populasi bakteri mati atau melemah sehingga kemampuan bakteri nitrifikasi mempertahankan kondisi optimal kultur sehingga pertumbuhan D. magna tidak seoptimum perlakuan H+1. Pertumbuhan kultur D. magna pada perlakuan H lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini terkait dengan perilaku makan D. magna yang merupakan filter feeder. Berdasarkan ukuran bakteri jauh lebih kecil dibandingkan dengan pakan sehingga yang lebih berpeluang lebih besar untuk dimakan terlebih dahulu adalah bakteri nitrifikasi. Tidak semua bakteri dimakan sehingga tetap dapat menjaga kondisi fisika-kimia kultur, meskipun performanya tidak sebaik dua perlakuan sebelumnya. Hal ini diduga disebabkan kemampuan bakteri mempertahankan kondisi optimal (menitrifikasi) kultur semakin menurun seiring dengan konsentrasi bakteri yang juga menurun. Tabel 3. Rata – rata dan standar deviasi kepadatan individu D. magna magna (Ind/L) dengan waktu pemberian inokulasi bakteri nitrifikasi yang berbeda. Hari Ke- Jumlah H-1 1 10±0a 2 10.78±1.17a 3 11.44±2.19a 4 12.22±3.25a 5 14.67±5.17a 6 16.78±7.38a 7 25.22±8.57ab 8 29.56±9.5a 9 38.11±6.89a 10 46.22±8.91a 11 62.22±8.96a 12 84.67±22.43a 13 75±22.35a 14 74±25.16a 15 *Huruf yang sama pada satu baris Jumlah H+1 Jumlah H 10±0a 10±0a 12.11±2.32a 11.50±1.83b 13.56±2.61a 13.40±2.58a 19.78±4.43b 14.30±4.14a 23.67±5.29b 18.30±6.18a 29.33±10.52b 22.30±8.81a cd 38.56±18.69 34.3±10.93bc 71.22±15.06b 42.1±12.59c 90.22±11.43b 52.1±9.85c 111.89±19.44b 58.3±6.65a 121.44±21b 55.3±8.98a 126±33.27b 54±13.53c b 127±38.94 123.22±46.93b 120.22±51.42 menunjukkan nilai rata-rata yang tidak berbeda secara signifikan (P>0,05) Perlakuan H+1 mulai berbeda nyata sejak hari ke-4 kultur dibandingkan dua perlakuan lainnya. Sementara meskipun jumlah D. magna pada perlakuan H selalu lebih besar daripada perlakuan H-1, namun karena konsentrasi bakteri yang lebih kecil menyebabkan panjang periode kultur dan pertumbuhannya tidak sebaik perlakuan H-1 dimana konsentrasi bakteri diperkirakan lebih besar. a b c Gambar 10. Hasil pengukuran a)pH b)DO c) NH4+ pada kultur D. magna Dengan waktu inokulasi bakteri nitrifikasi yang berbeda Berdasarkan kondisi fisika-kimia media kultur seluruh parameter pengukuran menunjukkan dalam rentang toleransi D. magna dapat tumbuh dengan normal, kecuali konsentrasi amonium yang sudah melewati batas aman bagi D. magna yaitu 0,2 mg/L. Namun, meskipun pada perlakuan H kondisi fisika-kimia lebih baik, terutama pada konsentrasi amonia yang cukup signifikan berbeda, ternyata justru kultur ini tidak lebih optimum dibandingkan dengan dua perlakuan sebelumnya. Menurut Hargrave,et.al (1993) bahwa semakin tinggi konsentrasi amonium di perairan maka semakin tinggi pula kebutuhan organisme akan oksigen. Pada kondisi ini meski kebutuhan akan oksigennya meninggi dan konsentrasi oksigen pun tetap dijaga agar tetap tinggi dan stabil (lebih dari 5,1 mg/L), sehingga umur periode kultur serta pertumbuhan tetap dapat berlanjut. Pada perlakuan H penurunan laju pertumbuhan disebabkan karena D. magna teracuni oleh amonium yang tidak ternitrifikasi oleh bakteri. Pada dua perlakuan lainnya meski konsentrasi amonium tinggi, tetap didukung oleh konsentrasi bakteri nitrifikasi yang relatif lebih besar sehingga toksisitas amonium dapat segera dikurangi. Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor yang paling penting dalam kultur Daphnia magna adalah konsentrasi amonium dalam medium kultur. Untuk beberapa kondisi fisika-kimia selain konsentrasi amonium dapat dikontrol dengan mengkondisikan medium kultur. Sedangkan untuk konsentrasi amonium cukup dinamis karena dipengaruhi secara endogenous dan eksogenous. Oleh karena itu, dibutuhkan perlakuan tepat untuk menstabilkan konsentrasi amoonium tersebut. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa waktu perlakuan untuk memberikan bakteri inokulasi juga penting. Akibat dari waktu inokulasi yang tidak tepat dapat memberikan hasil kultur yang tidak maksimal.