INTERNAL AUDIT Materi ke-7 Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA 1 HUBUNGAN AUDIT Bila selama ini pengawas internal yang berpandangan lama memiliki sikap yang formal, menjaga jarak dan cukup menakutkan pihak auditee, dan memandang perannya sematamata hanya mencari berbagai temuan audit, dan menempatkan diri sebagai pihak yang bertugas untuk menemukan kesalahan, pengawas internal sekarang lebih ditekankan sikap profesional, bersahabat, dan berusaha selalu membantu pihak auditee. Pengawas internal perlu dipandang dirinya sebagai seoarang yang membantu auditee dalam menemukan berbagai cara yang dapat ditempuh auditee agar dapat melakukan pekerjaan lebih baik dan lebih berhasil, bukan untuk menghasilkan berbagai temuan dan pengungkapannya. 2 Ciri khas internal audit Jika akan menemukan pengawas intenal yang baru, kita perlu menemukan paling tidak satu kesamaan antara dirinya dengan pengawas internal lama, yaitu dedikasi yang tinggi kepada keefektifan dan efisiensi. Selain itu juga perlu adanya sifat dasar seperti jujur, benar, akurat, logis, konsisten, ekonomis, yang selalu diwujudkan dalam setiap penugasan dan tindakannya. Konsep Hubungan Dalam setiap penugasan perlu adanya konsep hubungan yang baik dari pihak auditee. Untuk mewujudkannya perlu adanya rasa percaya dari pihak auditee/manajemen, yaitu: 1. Pengakuan terhadap kompetensi pengawas internal 2. Kepercayaan terhadap maksud pengawasan internal 3 Bagaimana kalau ditemukan kesalahan? Pengawas internal adalah seorang profesional yang wajib mematuhi kode etik profesinya. Karena pengawas internal memiliki kewajiban melaporkan temuan, kewajiban etik inilah yang harus diutamakan bila dibandingkan dengan maksud baiknya terhadap auditee. Agar auditee tidak menyalahkan pengawas internal, maka sikap pengawas internal perlu menyadari bahwa auditee tetapbelum sepenuhnya bersalah, sebelum kesalahan tersebut dapat dibuktikan karena sikap ini akan membantu pengembangan lingkungan audit yang kondusif. Untuk menjaga agar lingkungan audit tetap baik, perlu disadari bahwa pengawasan internal adalah suatu konsep mempersatukan pengawas internal, manajer, dan auditee, yang ditandai dengan adanya saling menghargai profesi, kompetensi, maksud serta pihak yang terlibat. 4 DUKUNGAN MANAJEMEN Dari segenapaspek pengawasan internal, tedapat dua aspek yang secara historis selalu menjadi perhatian utama pengawas internal,yaitu dukungan manajemen dan kebebasan audit. Pengawas internal berusaha memperoleh dukungan lebih besar dari pihak manajemen, namaun pada saat bersamaan ia berusaha membebaskan diri dari pengaruh pihak manajemen. Biasanya semakin dekat pengawasan internal pada salah satu tujuan,ia akan semakin jauh dari tujuan yang lain, akan tetapi pengawasan internal tidaklah demikian. Semakin mendapatkan dukungan, maka semakin bebaslah fungsi pemeriksaan, karena semakin mendapat dukungan makan semakin bekembang dalam menjalankan tugasnya. 5 Model dukungan manajemen Model dukungan manajemen pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Secara fungsional, pengawas internal melapor kepada Dirut, dansecara administratif kepada Dewan Komisaris 2. Pada umumnya, aktivitas audit berkaitan dengan masalah pengendalian akuntansi 3. Pembuatan program dan pembentukan staff audit ditinjau secara dekat oleh Dirut 4. Pengawasan internal memeiliki tingkat kebebasan yang tinggi, secara profesional 5. Laporan audit ditinjau secara terinci oleh Dewan Komisaris dan Dirut Dengan model ini Dirut merupakan pendukung fungsi audit yang sangart aktif 6 Perbedaan dukungan manajemen Audit harus membedakan dukungan manajer dalam penugasannya, diantaranya: 1. Sumber Dukungan, ada yang dari internal perusahaan dimana setiap anggota organisasi mendukungnya (primer), dan eksternal perusahaan yang merupakan pengguna utama jasa internal audit (sekunder) 2. Jenis Dukungan, ada yang mendukung keseluruhan (pendukung umum), sebagian (pendukung khusus), mendukung aktifitas tetapi tidak pada manajer (pendukung fungsional) dan mendukung orang-orang yang hanay terlibat (pendukung personal) 3. Tingkat Dukungan, dukungan manajemen dapat berbentuk positif, negatif, dan netral 7 INTERNAL AUDIT Materi ke-8 Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA 8 PERSOALAN PROFESIONALIME Masalah Penulisan Laporan Tidak banyak seorang internal audit bisa membuat laporannya dengan baik, karena rata-rata akan mengalamikesulitan. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya internal auditor akan mengadakan pelatihan untuk menunjang profesionalitas mereka. Internal auditor menyenangi pekerjaannya, namun akan lebih jauh senang apabila tidak perlu berhadapan dengan berbagai masalah penulisan laporan. Pada umumnya para manajer akan memiliki keberatan atas laporan, dan mengharuskan internal audit merefisi laporannya. Inilah yang menjadikan internal auditor enggan dalam menyusun laporan. 9 Profesionalisme dan Penulisan Laporan Banyak pengawas internal tidak memiliki motivasi untuk meningkatkan ketrampilan mereka dalam menuliskan laporan. Mereka beranggapan pemeriksaan lapangan lebih penting dari pada sekedar membuat laporan yang dianggap sebagai pelengkap saja. Padahal, sebenarnya kalau pemeriksaan lapangan tidak didukung dengan laporan yang baik, tidak akan ada gunanya. Sebagus apapun pemeriksaan lapangan, jika laporannya tidak baik akan menimbuklan permasalahan dengan para auditee. Ini merupakan persoalan profesionalitas, dan seorang yang sungguh-sungguh profesional akan selalu berusaha mencapai hasil terbaik dalam segala hal yang ia kerjakan. 10 Empat Hal yang Mendasar dalam Laporan 1. Objektifitas a. Objektif bukan usaha untuk menampakkan diri b. Objektif adalah memberikan uraian tentang dunia auditee c. Objektif adalah bukan usaha untuk menonjolkan diri d. Objektif bukanlah menunjuk pada pribadi tertentu e. Objektif bukanlah maksud untuk menghgerakkan perasaan atau menyinggung orang lain 2. Kewibawaan a. Fakta dan hasil observasi yang kuat b. Kriteria pengevaluasian yang pantas c. Relevansi,Arti penting dan Dampak d. Rekomendasi yang layak 11 3. Keseimbangan a. Perlunya Empati b. Perlunya Penilaian pekerjaan yang seimbang terhadap hasil 4. Penulisan yang Profesional Dalam penulisan yang profesional harus mempertimbangkan berbagai unsur yang ada pada sebuah laporan, yaitu; a. Struktur b. Kejelasan c. Keringkasan d. Nada Laporan e. Pengeditan 12 MAKROSTRUKTUR dan MIKROSTRUKTUR Definisi Laporan Pemeriksaan Kita dapat mendefinisikan laporan pemeriksaan secara sederhana,yaitu sebagai kumpulan sejumlah temuan audit. Definisi ini tampak bersifat terlalu menyederhanakan, namun pada kenyataannya ini merupakan suatu pandangan yang sangat luas bagi setiap penulis laporan pemeriksaan. Dua Aspek dari Struktur Laporan Pemeriksaan Setiap pemeriksaan memiliki Makrostruktur dan Mikrostruktur. Makrostruktur berkaitan dengan cara mengelompokkan dan pembagian segenap temuan dalam laporan. Mikrostruktur berkaitan dengan pengaturan dan penyajian setiap temuan dalam laporan 13 Prinsip-Prinsip Makrostruktur 1. Pengelompokan 2. Perangkaian 3. Kemudahan 4. Kemenarikan 5. Fleksibilitas Proses Pemeriksaan Mikrostruktur 1. Menentukan Tujuan pemeriksaan 2. Mengidentifikasi kriteria pengevaluasian yang pantas 3. Mengumpulkan dan menganalisis fakta 4. Membandingkan antara fakta dan kriteria pengevaluasian 5. Menarik kesimpulan 6. Memberikan rekomendasi 14 Kaitan antara Proses Pemeriksaan dan Penulisan Laporan Kunci mendapatkan kemudahan dalam menuliskan laporan pemeriksaan terletak pada pemahaman akan dua hal; 1. Laporan pemeriksaan pada dasarnya merupakan suatu kumpulan temuan 2. Penulisan tentang temuan pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan ppola logika sama dengan yang diterapkan di dalam proses pemeriksaan. Struktur Temuan Pemeriksaan Setiap temuan pemeriksaan memiliki empat elemen struktural, yaitu; 1. Tujuan 2. Temuan (disajikan fakta-fakta dan evaluasi dengan kriterianya) 3. Kesimpulan 4. Rekomendasi 15