Module 5 Line Fishing - Universitas Brawijaya

advertisement
METODE PENANGKAPAN IKAN:
Line Fishing
Dr. Ir. Gatut Bintoro, M.Sc dan Ir. Sukandar, MP
Agrobisnis Perikanan, FPIK Universitas Brawijaya
Email : [email protected]
1. PENDAHULUAN
- Pengantar
- Tujuan
- Definisi
2. LONGLINE
- Karakteristik
- Bahan dan Spesifikasi
- Hasil Tangkapan
- Daerah Penangkapan
- Definisi
- Konstruksi
- Teknik Operasi
3. POLE AND LINE
- Hasil Tangkapan
- Karakteristik
- Bahan dan Spesifikasi
- Hasil Tangkapan
- Daerah Penangkapan
4. VERTICAL LINE
- Definisi
- Konstruksi
- Teknik Operasi
- Daerah Penangkapan
1. PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
 Pada dasarnya line fishing mempunyai ciri khas yaitu berupa
tali temali, mata pancing, dan umpan. Tali berfungsi untuk
melekatkan mata pancing sedangkan mata pancing itu sendiri
berfungsi untuk mengait ikan. Adapu umpan berfungsi sebagai
penarik ikan target agar mau memangsa sehingga ikan target
dapat terkait di mata pancing. Beberapa jenis line fishing
adalah longline, pole and line, pancing tonda, pancing vertical,
fishing sport, dan pancing cumi. Mata pancing merupakan
bagian yang paling penting dari satu unit pancing. Tanpa
adanya mata pancing mustahil kita dapat melakukan kegiatan
memancing (Wudianto, 2003). Menurut Bjordal dan Lokkeborg
(1996) mata pancing pada umumnya terdiri dari bagian-bagian
yang sederhana, yaitu : shank (tangkai), bend (lengkungan),
point, gap, throat, dan eye (mata) yang digunakan untuk
mengikat tali cabang (branch line) (Gambar 1).


Gambar 1. Bagian-bagian mata pancing
5
SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT
(SPEED)
Tatap Muka ke 9
MODUL
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
1.2 Tujuan
Penguasaan materi dalam modul ini, yang dirancang sebagai landasan untuk
memahami metode penangkapan ikan, akan dapat
 Menjelaskan pengertian alat tangkap line fishing dalam menunjang metode
penangkapan ikan
 Menjelaskan metode pengoperasian alat tangkap line fishing dalam proses
penangkapan ikan
1.3 Definisi
 Line fishing merupakan alat tangkap yang memanfaatkan tingkah laku ikan yang
meliputi kebiasaan makan dan swimming layer. Fungsi umpan yang dipasang
pada mata pancing adalah untuk menarik perhatan ikan melalui visualisasi dan
bau sehingga ikan teropsesi untuk memangsa umpan tersebut. Pancing tersebut
bisa dibuat statis atau bergerak tergantung sifat ikan tujuan penangkapan
apakah jenis pemburu atau tidak. Peletakan mata pancing yang berumpan di
dalam kolom air tergantung swimming layer ikan dimana dia beraktivitas.
 Ada banyak variasi desain atau model mata pancing yang dibuat oleh pabrikpabrik dan diperkirakan sebanyak  50.000 desain, namun jumlah ini sebenarnya
masih jauh bila dibandingkan dengan banyaknya jenis (spesies) ikan yang ada di
dunia. Untuk olahraga pancing (sport fishing) model mata pancing lebih beragam
bila dibandingkan dengan mata pancing yang digunakan untuk tujuan komersil
(commersial fishing).Ukuran mata pancing dapat diketahui melalui nomor mata
pancing tersebut. Penomoran ini ditentukan oleh lebar celah mata pancing dan
juga diameter batang mata pancing. Semakin besar nomor mata pancing,
semakin kecil ukurannya (Wudianto, 2003). Penomoran tersebut sering disebut
sebagai penomoran dengan sistem Norwegia atau Amerika. Sedangkan menurut
sistem Jepang semakin besar nomor mata pancing, semakin besar pula
ukurannya. Yami (1989) menerangkan bahwa pancing Jepang yang digunakan
untuk menangkap ikan tuna kecil sampai sedang berukuran 3,3 sampai 3,6 cm,
sedangkan untuk yang lebih besar berukuran 3,5 sampai 6,4 cm.
 Menurut Bjordal dan Lokkeborg (1996) ukuran mata pancing sangat beragam.
Ukuran mata pancing digambarkan dengan nomor. Menurut aturan yang dipakai
bahwa bila penomoran dengan menggunakan angka biasa (1, 2, 3,…), ukuran
mata pancing akan semakin menurun (kecil) dengan bertambahnya atau semakin
besar nomor mata pancing tersebut. Dan bila penomoran dengan ‘/0’ maka
semakin besar angka pada nomor mata pancing semakin besar pula ukuran mata
pancing tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini :
Gambar 2. Penomoran ukuran mata pancing (tanpa skala)
Page 72 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
2.PANCING LONG LINE
Salah satu kebijakan pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan pada saat ini
diarahkan pada peningkatan produksi komoditas ekspor hasil perikanan yang bernilai
tinggi, termasuk diantaranya adalah berbagai jenis ikan tuna. Adapun jenis-jenis ikan
ini yang ada di ZEEI meliputi : Madidihang (yellow fin tuna), Tuna Mata Besar (Big eye
tuna), Albakora (Albacore tuna), dan Tuna Sirip Biru (Bluefin tuna).
Jenis-jenis ikan tuna (Thunnus spp) merupakan komoditi ekspor kedua setelah
udang. Daerah penangkapannya terutama terpusat di perairan Indonesia sebelah timur
dan daerah lain yang langsung berhadapan dengan Samudra Indonesia maupun yang
termasuk perairan ZEE. Ikan tuna mempunyai karakteristik : merupakan ikan perenang
cepat, hidup di perairan dalam, laut bebas ( “oceanic”), lepas pantai dan sering
berpindah-pindah (Subani dan Barus, 1989).
Ciri-ciri perairan Indonesia baik dilihat dari segi oceanografi , keadaan topografi
dasar perairan, banyaknya jenis ikan, udang dan biota lainnya. Dengan potensi yang
ada pada perairan berdampak pada cara-cara pengusahaanya terutama dalam
penggunaan alat penangkapan dan teknologi penangkapan. Untuk perairan laut dalam
dapat digunakan alat tangkap seperti : rawai tuna, rawai cucut, rawai tegak lurus
(“vertical long line”), jaring insang hanyut, soma antoni, bubu hanyut (pakaja), jala
lompo yang umpannya dilengkapi dengan payos atau bila malam hari dengan
menggunakan lampu (fishing light) (Subani dan Barus,1989).
Secara umum “long line” terdiri dari 3 bagian : main line, snood, pancing dan
umpan. Macam-macam type “long line”, dengan jumlah “branch line”dan kail yang
berkisar 100 –500 buah. Panjang dari “long line” dapat mencapai lebih dari 50 km
untuk sekala besar pada perairan oceanic (Bjordal, 1996).
Komponen rawai cucut terdiri dari : (1) Tali utama (main line) adalah PE diameter
10 mm, panjang seluruhnya 825 m, jumlah mata pancing 34 buah; (2) Tali pelampung
(float line) diikatkan pada ujung tali utama yang pada tiap ujungnya diberi pelampung.
Tali pelampung ini berdiameter 10 mm, panjang antara 50-200 m; (3) Pelampung
(float) dibuat dari bahan plastik, bentuk bulat diameter 15 mm; (4) Tali branch line”
dibuat dari bahan PE diameter 8 mm, panjang 20 m, dan pada ujung bawahnya diberi
kili-kili (“swivel”); (5) Kawat baja (“wire leader”) disini perbedaan dengan sistem
terdahulu dengan menggunakan rantai ; (6) Mata pancing (”hook”) dibuat dari besi baja
tahan karat dipakai mata pancing No.5 (Subani dan Barus, 1989).
Penggunaan alat tangkap “long line” ditujukan untuk pemanfaatan sumberdaya
laut secara optimal. Ada berbagai macam konstruksi alat tangkap “long line” sesuai
dengan tujuan penangkapan.
2.1
Definisi Alat Tangkap
Longline yaitu suatu pancing yang terdiri dari tali panjang ( tali utama,
main line ) kemudian pada tali tersebit secara berderet pada jarak tertentu
digantungkan atau dikaitkan tali-tali pendek ( tali cabang, branch line ) yang
ujungnya diberi mata pancing ( hook ) tergantung dari banyaknya satuan
yang dipergunakan, panjang tali tersebut bila direntangkan secara lurus dapat
mencapai panjang ratusan meter bahkan puluhan kilo meter ( km ).
Unit dasar longline meliputi 4 bagian, yaitu :
1. Bagian terpenting ( biasa disebut groundline ) yaitu tali panjang
2. Branch line atau ganglion
3. kait
4. umpan
Bottom longline atau longline dasar adalah suatu pancing yang dipergunakan
untuk menangkap ikan-ikan oceanis yang dilihat dari nama alat tangkapnya, ikan- ikan
yang ditangkap tersebut hidup di dasar perairan.
Page 73 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
2.2
Sejarah Alat Tangkap
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan karena sebagian besar wilayahnya
terdiri dari lautan. Luas wilayah perairan Indonesia meliputi 5,8 juta km2 yang
merupakan 70 % dari luas seluruh wilayah Indonesia. Diperkirakan sumberdaya
perikanan laut yang terkandung mencapai 6,6 juta ton pertahun. Berdasarkan evaluasi
besarnya potensi perikanan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia ( ZEEI ) yang
merupakan daerah perikanan tuna yang potensial adalah sebesar 2,11 juta ton dengan
luas wilayah 2,7 juta km2. Masyarakat Indonesia sejak jaman dulu menggantungkan
kehidupannya pada perikanan dan seperti kita ketahui bahwa jaman dulu menangkap
ikan hanya dengan menggunakan kait, kait yang sering digunakan adalah batu, tulang,
tanduk, rumah kerang/siput, bambu dan logam.Kalau kita pikirkan betapa tidak
efektifnya menangkap ikan dengan menggunakan bahan-bahan tersebut karena kita
akan rugi tenaga dan waktu, hasilnya pun tidak maksimal.
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan tentang tingkah laku ikan
maka semakin banyak muncul alat penangkapan. Ikan tuna itu sendiri memiliki sifat
yang selalu mengembara, selalu dalam keadaan bergerombol, pelagis dan serakah
sehingga sedikit banyak jumlah ikan yang tertangkap dipengaruhi oleh tingkah laku
ikan-ikan tuna didaerah yang bersangkutan, keadaan alat dan keahlian para awak
kapalnya.Dan alat tangkap yang paling potensial digunakan untuk menangkap ikan tuna
adalah longline pada kedalaman 260-525 ft ( 80-160 m ).
Di Indonesia, sesungguhnya alat menyerupai long line jauh sebelum perang dunia
telah ada yaitu alat tangkap tradisional yang disebut “prawe”. Rangkaian tali-tali yang
diberi pancing dimana ujung yang satu diberi pemberat (jangkar) sedangkan ujung
yang satunya diberi pelampung. Tetapi alat ini sejak zaman dahulu hingga sekarang
konstruksinya sama.
Tahun 1954 peralatan tuna ling line resmi diperkenalkan kepada masyarakat
Indonesia. Pengenalan ini dirintis oleh apa yang dinamakan saat itu Pusat Djawatan
Perikanan Laut, dengan menggunakan KM Bima, satu kapal kayu buatan Indonesia
ukuran 68 ton. Pancing yang digunakan rata-rata 500 dengan panjang tali kurang lebih
24 kilometer. Daerah yang dikelola sampai tahun 1957 adalah Samudra Indonesia
bagian Barat Selat Sunda, Samudra Indonesia Bagian Selatan Pulau Bali, Lombok
Sumbawa dan Samudra Indonesia Sumatra Utara. Dengan jarak penangkapan terjauh
dari Nusantara mencapai 60 mil.
2.3
Prospektif Alat Tangkap
Perikanan tuna longline di Indonesia telah mengalami perkembangan pesat. Hal
ini wajar dikarenakan Indonesia mempunyai daerah penangkapan tuna yang cukup
luas, disamping itu ikan tuna juga merupakan salah satu primadona komoditi ekspor
produk perikanan laut.
2.4
Konstruksi Umum
Alat tangkap ini terdiri dari (Gambag 3 dan 4) :
a. Main line atau tali utama, berfungsi sebagai tempat tergantungnya tali cabang
b. Branchline atau tali cabang, diikatkan pada tali utama , panjanngnya tidak boleh
lebih dari ½ x panjang tali utama
c. Pelampung, terbuat dari plastik resin yang dicetak yang ujungnya diberi lubang
untuk mengikatkan tali pelampung. Pelampung ini dipasang setiap 1 basket atau
tiap 7 mata pancing
d. Pemberat, untuk membebani tali pelampung dan tali cabang agar tetap berada
pad kedalaman yang diinginkann Terbuat dari semen yang dicetak berbentuk
lonjong seberat 0,1-3 kg
e. Swivel atau kili-kili, untuk menghindari agar antar tali cabang dan antara tali
cabang dengan tali utama tidak saling terkait. Kili-kili ini terbuat dari stainless
steel
Page 74 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
f. Pancing, terbuat dari stainless steel, mata pancing yang digunakan disesuaikan
dengan kedalaman
g. Tiang bendera dan bendera
h. Lampu pelampung untuk menarik ikan-ikan
2.5
Detail Konstruksi
Gambar 3. Konstruksi umum long line
Gambar 4. Lampu
pelampung
Dalam satu keranjang longline terdiri dari :
a. Beberapa main line yang ujungnya diikatkan branch line, kecuali pada kedua
ujung yang terluar masing-masing diikatkan tali pelampung.
b. Beberapa branch line atau tali cabang yang jumlahnya sebanyak main line
dikurangi satu dengan bahan biasanya seperti main line dengan diameter kecil.
Branch line dihubungkan dengan sekiyama yang merupakan pintalan kawat baja
yang dibalut kawat nylon atau cotton, serta pada ujungnya diikatkan sebuah
pancing.
c. Pada ujung terluar dari branch line yang terletak paling dasar, masing-masing
diberi pemberat agar tali cabang tetap berada pada kedalaman yang diinginkan
Gambar 5 dibawah ini akan lebih memperjelas tentang merangkai longline :
Page 75 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
Gambar 5. Bagian-bagian long line.
2.6
Konponen kontruksi long line
Tuna “long line “ yang dibahas ini adalah tuna “long line” tipe Jepang, dikatakan
demikian karena pada tipe ini dengan menggunakan tali dari bahan “poly ester” sangat
pesat perkembangannya di Jepang. Bahan ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan
bahan yang lain karena memiliki sifat sifat fisik yang baik serta mudah didapatkan
dipasaran atau pabrik-pabrik pembuatnya. Penanganan dan perawatannya relatif sama
dengan “long line” dengan bahan “kuralon” (PVVA), namun perakitannya lebih ringan
karena bahan ini lebih halus dan lunak.
Adapun sifat fisik bahan “polyester” :
- Memiliki nilai densitas yang cukup tinggi (densitas 1,38), artinya sifat bahan ini
tenggelam jika di perairan karena nilai densitasnya lebih besar dari densitas air
tawar (densitas 1.00), maupun densitas air laut (densitas 1,026).
- Memiliki kekuatan yang baik terhadap beban
- Ketentuannya sangat baik
Page 76 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
-
Kemulurannya kurang karena tidak dapat direnggangkan (Prado.J, 1996)
Tidak semua bahan dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan alat
tangkap “long line”. Dalam pemilihan bahan pembuatan alat tangkap “long line” harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ada. Bahan yang digunakan dalam
pembuatan alat tangkap “long line” sudah memenuhi persyaratan bahan, diantaranya :
1. Memiliki berat jenis > 1,05 (lebih besar dari berat jenis air laut, densitas air laut
1,026)
2. Kuat dan memiliki daya tahan putus yang tinggi > 400 lb ( 80 kg), sehingga
mampu untuk menahan bobot ikan hasil tangkapan, mampu menahan hentakan
dan tarikan ikan yang tertangkap
3. Memiliki kelenturan yang tinggi, tidak kaku
4. Tidak mudah kusut, apabila kusut mudah untuk diatasi. Apabila kusut bahan akan
mudah putus
5. Mudah didapatkan dipasaran, harga relatif murah dan terjangkau (Fauzi, 1988).
Rawai tuna tersusun dari satu utas “main line” terbuat dari tali “polyester
multifilament”, panjangnya
55.000 meter tanpa terputus (“continous line”)
dibentangkan hanyut di perairan hingga terjangkau “swimming layer” ikan tuna. Pada
setiap interval 50 meter rangkaian “main line” di pasang satu “branch line”. Pada setiap
interval 850 meter dari rangkaian “main line” terdapat 16 “branch line”.
Pada setiap interval 850 meter “main line” diikatkan satu “buoy” yang memiliki
“extra buoyancy” yang memadai, untuk mempertahankan kedudukan rangkain : main
line” agar tidak tenggelam oleh pengaruh bobot komponennya, bobot dan hentakan
ikan, serta pengaruh arus dan geombang di perairan. Rangkaian “main line” yang
dilengkapi 16 utas “branch line” diantara dua “buoy” dinamakan satu “basket”.
Jumlah “branch line” dalam satu “basket” pada suatu alat sangat ditentukan oleh
“swimming layer” ikan tujuan penangkapan dengan asumsi bahwa semakin banyak
“branch line” dalam suatu alat tangkap “long line”, maka kedalaman yang dapat dicapai
alat tangkap akan semakin dalam pula.
Jika dilihat sekilas satu rangkaian alat tangkap long line akan sangat rumit
karena panjangnya mencapai puluhan bahkan ratusan kilometer. Jika uraikan secara
garis besar pada dasarnya satu rangkaian rawai hanyut tersusun dari beberapa
komponen antara lain: “main line”, “buoy” dan “buoy line” serta “branch line”.
a. Main Line
“Main line “ adalah tempat bergantungnya tali cabang. “Main line” (tali utama)
terbuat dari bahan “polyester multifilament” panjangnya 55.000 meter tanpa terputus.
Pemilihan bahan “poly ester multifilamen” telah memenuhi persyaratan pemilihan bahan
pembuatan alat tangkap “long line” seperti telah dijelaskan diawal. Karena untainanya
sangat panjang tidak mungkin ditarik oleh tenaga manual, maka menggunakan “line
hauler” dalam penarikannya, serta menggunakan “line thrower” untuk melempar main
line (setting). Penyimpanannya di kapal ditempatkan di dalam “main line tank”.
Komponen “main line” dirinci pada Tabel berikut.
Tabel . Susunan komponen “main line”
Komponen
Bahan
Ukuran
Main line
Polyester Ø 6.5 - Continuous line 55.000 m
mm
- Berat 1,7621 kg
- Panjang setiap interval main line 50
m
- Daya tahan putus tali 6000 kg.f
- Mempunyai gaya tenggelam 0,26 x
1,7621 = 503,96 kg.f
Dalam pemilihan bahan tali sebagai bahan pembuatan alat tangkap “long line” maka
sebagai pedoman umum bahwasanya sebuah tali utama yang digunakan daya tahan
putusnya pada saat kering, tak bersimpul (kg) adalah daya tahan putusnya harus lebih
Page 77 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
dari 10 kali tonase kapal, lebih besar kuadrat panjang kapal dan paling sedikit 10 kali
berat ikan terbesar yang tertangkap
Tali “polyester” memiliki keunggulan dibandingkan jenis tali sintetis lainnya,
antara lain:
- Densitasnya ( = 1,38) lebih tinggi dari densitas air laut ( = 1,025), sehingga
tali “poly ester” tenggelam di dalam media air laut, dan “slinking speed”nya
memadai.
- Awet dan relaitf tahan terhadap pembusukan, serta tidak mudah lapuk oleh
aktivitas orgaisme renik, serta tahan terhadap pangaruh zat kimia.
- Dampak radiasi cahaya matahari tidak telalu mengurangi kekuatan dan keawetan
serta sifat fisik lainnya. “Softing point”nya relatif tinggi (20-230°C) sehingga
tahan terhadap panas akibat gesekan terhadap mesin penarik tali (“line hauler”).
- Daya tahan putus tali PES Ø 6,5 mm = 600 kg.f, sedangkan berat ikan sasaran
tangkapan 25-70 kg, dengan daya tahan putusnya memadai.
- Dapat diberi pengawet dan pewarna “coaltar” dan jenis pengawet, pewarna
lainnya.
Gambar Main Line (pengukuran diameter)
b. Komponen Buoy
Pada setiap 850 meter “main line” diikatkan pada “buoy line” untuk
menghubungkan kapada “buoy” (pelampung basket). “Buoy” tersebut harus memiliki
“extra buoyancy” (daya apung cadangan) yang cukup untuk mempertahankan
kedudukan rangkaian tali tersebut agar tidak tenggelam oleh pengaruh bobot
komponennya, serta bobot dan hentakan ikan, pengaruh arus dan gelombang perairan.
Rangkain komponen rawai tuna diantara dua “buoy” dinamakan “satu basket”. Susunan
satu komponen “buoy” dirinci pada Tabel berikut.
Tabel . Susunan Satu Komponen Buoy
No
Komponen Buoy
Bahan
Ukuran(terakit berat
2,634kg)
1.
Buoy
(bola ABS plastic buoy
Ø 300 mm – OT 303 M
2.
pelampung)
Plate and pole
3.
Top buoy
Luminuos plate 3 4.
Fui light
pcs
Berat 60 gram
5.
Swivel
Leaden
barel Panjang
47
cm,berat
6.
Bouy Snap Ring
swivel
33,278gr
Buoy snap
Poly ester Ø 6,5 3,5 x 125 mm, berat 42
mm
gr
Stainless snap
Page 78 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
c. Buoy
Buoy (pelampung basket) terbuat dari bahan plastik HI-zex, ABS “buoy”,
berbentuk bola (“spherical type buoy”) diameter 30 cm, sebuah “buoy” memiliki berat
sebesar 2,934 kg. Melalui formula di bawah ini diketahui ”buoy” pada rawai tuna KM.
Albakora memiliki “buoyancy” 14,50 kg.f.
B = k . r3
B = 0.43 x 15 3 = 14,50 kg.f
Dimana:
B = Buoyancy (kg.f)
K = koeffisien untuk pelampung ABS= 0,43
R = radius (jari-jari) buoy = 15 cm
Gaya apung total pada satu unit rangkaian “long line” :
Gaya apung total = B x ∑ pelampung
= 14,50 x 66
= 957 kg.f
Pelampung yang digunakan pada tuna “long line”, memiliki persyaratan khusus
tidak seperti alat tangkap yang lain. Dalam pemilihan pelampung pada alat tangkap
“long line” harus mengikuti persyaratan :
- Tidak mudah bocor akibat pengaruh tekanan air laut sampai kedalaman 300m
- Bergaris tengah 20-30 cm, tebal 1cm, daya apung lebih dari 3,3 kgf
- Terbuat dari bahan plastik (‘hizex”) PVC, atau bahan lain yang tahan terhadap
kebocoran dan pecah juga dapat dipakai. Misalnya dari pelampung gelas yang
dirajut
- Dipilih yang berwarna jingga (orange) agar mudah terlihat dipermukaan air,
bahkan pada jarak yang sangat jauh
- Dibalut dengan rajutan tali untuk menambah daya tahan terhadap benturan
dengan benda-benda yang lain atau benturan antar pelampung sendiri
Keunggulan dari ABS “plastic buoy” Ø 300 mm-OT 303 M, antara lain:
- “Buoyancy” memadai untuk menahan beban kerja rawai hanyut di perairan
- Kuat, tidak mudah pecah tahan terhadap benturan, dan gesekan, tahan terhadap
tekanan air laut, hingga pada kedalaman 300 meter; serta awet tidak lapuk oleh
pengaruh panas Matahari, zat kimia, maupun organisme renik
d. Radio Buoy dan Fuji Light
“Radio buoy” mengunakan elemen kering sebagai sumber tenaga. Apabila
diaktifkan maka “top buoy” akan memancarkan gelombang yang nantinya akan diterima
oleh “receifer” yang terdapat pada kapal. Fungsi dari alat ini untuk mengetahui arah
dari “long line” yang ditebar diperairan, sehingga dapat diketahui kemana arah dari
“long line” yang hanyut setelah ditebar (setting) agar tidak hilang saat operasi
penangkapan. Besarnya gaya apung dari radio buoy hampir sama dengan “buoy” yaitu
sebesar 14,50 kg.f.
Sedangkan “fuji light” merupakan “refraktor” cahaya bila terkena sinar agar
kedudukan buoy dapat terdeteksi oleh cahaya “search light” dan dilengkapi bahan
“fluoresence”.Pada dasarnya fungsi “fuji light” pada “long line” sama dengan “top
buoy”, namun pada “fuji light” prinsipnya menggunakan cahaya sebagai petunjuk arah
“long line” yang hanyut setelah ditebar (setting). Alat ini menggunakan elemen kering
sebagai sumber tenaga, cara kerjanya secara otomatis lampu akan menyala apabila
kondisi lingkungan gelap.
Page 79 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
Gambar Satu Unit Long Line dengan Top Buoy dan Fuji Light
e. Swivel
Penggunaan “Swivel” dalam komponen “buoy line” dimaksudkan agar dapat
mengembalikan posisi tali yang melintir atau sebagai penetralisir. Karena tali yang
terpelintir daya tahannya semakin berkurang, mudah putus dan sulit dalam penataan
tali dalam kapal. Banyak sekali macam, bahan dan tipe dari “swivel”. Namun dalam
konstruksi penggunaanya menyesuaikan dengan kebutuhan dan besarnya biaya yang
dianggarkan. Dari sekian tipe “swivel” ada satu yang terbaik yaitu “heavy duty swivel”,
karena kontruksinya berbeda dengan tipe yang lain. Perputarannya menggunakan rel
atau laker sehingga beban berat pun masih dapat berputar untuk menetralisir tali yang
melintir.
“Swivel” (kili-kili) yang digunakan adalah “leaden barrel swivel”, (kili-kili yang
diberi pemberat timah) digunakan bahan timah karena disamping tidak mudah berkarat
didalam air laut juga karena berat bahannya dibutuhkan untuk menambah daya
tenggelam tali pelampung.
Berat sebuah “leaden barrel swivel” lebih kurang 60 gram.Adapun fungsi dari
“swivel” ini disamping sebagai penetralisir terpintirnya tali juga sebagai penghubung
antara “buoy snap ring” dan “buoy”.
Dalam media air laut gaya tenggelam “swivel” dapat dihitung dengan formula :

 airlaut
S  Wkomponen 
1


 material





S  Wkomponen  k
S  0.060 kg  0.88  0.053 kg. f
f. Buoy Snap Ring
“Buoy snap ring” merupakan pengait berbentuk peniti terbuat logam tahan karat.
Penggunaan “buoy snap ring” pada komponen “buoy” untuk mengganti penggunaan
simpul sebagai penghubung antara “buoy” dengan “buoy line”. Karena dirasa
pengguanaan simpul sebagai penghubung kurang efektif dan efisien dalam
menghubungkan kompoen yang terlalu lama.
Page 80 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
Dengan menggunaan “ Buoy snap ring” akan memudahkan dalam memasang dan
melepas komponen konstruksi tuna “long line”. Sebuah “buoy snap ring” pada
konstruksi “long line” ini berukuran 35 x 125 mm, beratnya 32 gram.
Berat sebuah “buoy line snap ring” dalam media air laut :

 airlaut
S  Wkomponen 
1  
material

S  Wkomponen  k




S  0.032 kg  0.26  0.0087 kg.f
g. Buoy Line (Tali pelampung)
“Buoy line” merupakan tali penghubung “buoy” kepada “main line”. Panjang
“buoy line” berpengaruh terhadap kedalaman penempatan “main line” agar dapat
menjangkau “swimming” layar ikan sasaran penangkapan. Panjang buoy line
disesuaikan dengan “swimming layer” ikan tujuan penangkapan. Semakin panjang
‘buoy line”, maka akan semakin dalam pula swimming layer ikan yang dapat dicapai.
“Buoy line” berfungsi menghubungkan pelampung dengan “main line”. Untuk
mempertahankan kedudukan rawai tuna agar tetap pada kedalamam perairan yang
dikehendaki. Panjang setiap utas “buoy line” berkisar antara 25-35m, atau disesuaikan
dengan kedalaman renang ikan yang menjadi tujuan penangkapan (“swimming layer”)
(Fauzi, 1988). Komponen buoy line dirinci pada Tabel berikut.
Tabel . Komponen buoy line
Komponen
Bahan
Ukuran
Buoy
line
(tali
Setelah
terakit
seluruh
pelampung)
komponennya:
Panjang =35,87m,
berat
1238,8gr
1.Buoy line snap
Stainless snap
L 3,5 x 35,87 mm, berat 42 gr
- Buoy line snap ring Polyester Ø 6,5 Panjang 47 cm, berat 33,276
- Buoy line
mm
gram
Polyester Ø 6,5 Panjang 35 meter, berat 13,
mm
52 gram
Sumber : BPPI, Semarang
Dalam media air laut gaya tenggelam “buoy line” dapat dihitung dengan rumus :

 airlaut
S  Wkomponen 
1


 material





S  Wkomponen  k
S  1.2388 kg  0.26  0.322 kg.f
h. Buoy Line Snap
“Buoy snap ring” merupakan pengait berbentuk peniti terbuat logam tahan karat
ukuran 35 x 125 mm. Penggunaan “buoy snap ring” pada komponen “buoy” untuk
mengganti penggunaan simpul sebagai penghubung antara “buoy” dengan “buoy line”.
Karena dirasa penggunan simpul sebagai penghubung kurang efektif dan efisien dalam
menghubungkan kompoen yang terlalu lama. Dengan menggunaan “ Buoy snap ring”
akan memudahkan dalam memasang dan melepas “buoy line” yang terkait pada “main
Page 81 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
line” sehingga dapat efektir dan efesien dalam operasi penangkapan. “buoy line snap”
merupakan peniti pengait antara “buoy line” dengan “ main line” pada setiap satu
basket rangkaian long line.
i. Buoy Line Snap Ring
“Buoy line snap ring” merupakan lingkaran tali “poly ester” diameter 6,5 mm
panjang 47 cm, berat 33,27 gram, menghubungkan “buoy line snap kepada “buoy line”.
Dalam media air laut gaya tenggelam “bouy line snap ring” dapat dihitung
dengan rumus:

 airlaut
S  Wkomponen 
1  
material

S  0.032 kg  0.26  00087 kg.f




S  Wkomponen  k
j. Buoy Line
“Buoy line” (tali pelampung) terbuat dari tali “polyester” diameter 6,5 mm,
panjang 35 meter. Berdasarkan perhitungan empirik, setiap utas beratnya 1.121,52
gram, menghubungkan antara “buoy line snap ring” terhadap “buoy snap”, yang
merupakan bagian dari komponen “buoy”.
Dalam media air laut gaya tenggelam “bouy line” dapat dihitung dengan rumus:

 airlaut
S  Wkomponen 
1


 material





S  Wkomponen  k
S  1.2388 kg  0.26  0.322 kg.f
k. Branch Line
“Branch line” merupakan tali penghubung antara “main line” dan pancing. Bagian
ujung atas “branch line” tersebut dikaitkan pada “main line” di setiap interval 50 meter,
dengan menggunakan “branch line snap”. ”Satu utas “branch line” tersusun dari
rangkaian komponennya seperti dirinci pada Tabel berikut.
Bahan yang digunakan sebagai “branch line” sama jenisnya dengan bahan yang
digunakan pada “main line”, dapat dirangkai dengan ukuran yang sama atau sedikit
labih kacil. Bahan yang digunakan harus dapat menahan hentakan ikan yang tertangkap
setidak-tidaknya mempunyai daya tahan putus 150 kg.f (Fauzi, 1988).
Page 82 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
Gambar Rangkaian Branch line
Tabel . Rangkaian Komponen Branch Line
No
Komponen
Bahan
Ukuran
Branch line (Tali cabang)
Setelah terakit, panjang
37,37
meter,
berat
0,6788 kg
1.
Branch line snap
Stainless snap
L 3,5 x 125 mm, berat
2.
Branch line snap Polyester Ø 4,5 mm 42 gr
3.
ring
Polyester Ø 4,5 mm Panjang
47cm,
berat
Branch line snood
15,70 gr
4.
(pangkal
branch Leaden barell swivel Panjang 25 meter, berat
5.
line)
Polyester Ø 4,5mm 417,5 gr
6.
Swivel no. 1
Berat 60 gram
Sakite
Armor
spring Panjang 40 cm, berat
Skiyama:
Ø3,2mm
6,75 gr
- Armor spring
Silver lock Ø3,3mm
- Silver lock
Fuji braid Ø3mm
Panjang 10 cm
- Tali skiyama
Silver lock Ø 3,3mm Panjang 30 mm
7.
- Silver lock
Armor
spring
Ø Panjang 10 m, berat 75
8.
- Armor spring
3,3mm
gr
Swivel no.2
Silver type 8-3S
Pajang 20 mm
Wire leader :
Panjang 10 cm
- Armor spring
Armor
spring Berat 11 gram
- Fuji lock
Ø3,2mm
- Wire leader
No. 5; Ø1,5 mm
Panjang 10 cm
- Luminuos led
Fuji wire no.30/3
Panjang 15 mm
- Fuji lock
No. 6 (small)
Panjang 1,5 m, berat 42
9.
- Kanseki spring
Fuji lock no. 5;Ø1,5 gr
- Aimata
mm
Pancing :
No. 4: Ø1,9 mm
15 mm
- Tuna hook
panjang 30 mm
Galvanized
tuna
- Ring hook
hook 3,8 sun
- Zinc anode
Galvanized
ring Ø 5,1 mm, panjang 104
hook
mm, berat 12 gram
Page 83 of 160
2011
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
Zinc anode
Sumber : BPPI, Semarang
l. Branch Line Branch Line Snap
“Branch line snap” terbuat dari logam tahan karat berukuran 35 x 125 mm,
beratnya 42 gram , merupakan peniti rawai untuk mengaitkan “branch line” ke “ main
line”.Ada berbagai macam tipe dan ukuran pada “branch line snap”, namun bahan yang
terbaik sebagai bahan “branch line snap” adalah bahan logam tahan karat. Hal ini untuk
menghindari kerusakan “branch line snap akibat kerosi air laut, sehingga akan dapat
menghambat saat operasi penangkapan dilakukan.
Gambar Snap dan Branch Line snap Ring
Penggunaan “branch line snap” untuk menghubungkan antara “branch line” ke
“main line” menggantikan simpul yang digunakan pada saat sebelumnya. Dalam
perikanan tuna “long line” penggunaan snap dalam oprasi penangkapan sangat efektif
dan efisien, karena tidak memerlukan waktu yang banyak dalam menghubungkan
branch line” dengan “main line”. “Snap” biasanya digunakan pada kapal kapal “long
line” yang telah maju, dalam artian dalam operasi penangkapannya telah menggunakan
alat bantu penangkapan dalam operasi penangkapan dilaut.
Dalam media air laut gaya tenggelam “branch line snap” dapat dihitung dengan
rumus :

 airlaut
S  Wkomponen 
1


 material





S  Wkomponen  k
S  0.042 kg  0.86  0.0361kg.f
m. Branch line snap ring
“Branch line snap ring” berupa lingkaran tali “polyester” diameter 4,5 mm,
panjang 47 cm, beratnya 15,70 gram, menghubungkan “branch line snap” kepada
“branch line”. Walaupun kurang dipentingkan nanun fungsi “branch line snap ring”
Page 84 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
dalam konstruksi “long line” sangat diperlukan karena dimungkinkan apabila terjadi
kerusakan pada “branch line snap” maka akan memudanhkan dalam penggantiannya
(memotong “branch line snap ring”) untuk kemudian diganti dengan “branch line snap
yang baru”. Kerusakan pada “branch line snap diakibatkan karena karatan maupun
dikarenakan masuk dalam “ line hauler”.
Bentuk daripada “branch line snap ring” memang berupa lingkaran. Dimana pada
sisi sisi yang berhubungan dengan “snap” digunakan simpul, sedangkan pada bagian
yang berhubungan dengan “branch line snood” digunakan simpul “reef knot”.
Penggunaan simpul pada konstruksi “ long line” memang dapat mengurangi kekuatan
benang (berkurang 55 % pada “reef knot”). Namun hal ini telah diperhitungkan,
bahwasannya daya putus talinya masih lebih besar dari berat ikan yang menjadi tujuan
penangkapan.
Dalam media air laut gaya tenggelam “branch line snap ring” dapat dihitung
dengan rumus :

 airlaut
S  Wkomponen 
1  
material





S  Wkomponen  k
S  0.0157 kg  0.26  0.0040 kg.f
n. Branch Line Snood (pangkal tali cabang)
“Branch line Snood” terbuat dari tali “polyester” diameter 4,5mm, panjangnya 25
m, beratnya 417,5 gram, memiliki daya tahan putus 350 kg.f, menghubungkan “branch
line snap ring” kepada “swivel”.Besarnya “branch line snood”. Besarnya tali pada
“branch line snood” paling tidak sama dengan tali utama atau sedikit lebih kecil, namun
memiliki kekuatan yang hampir sama.
Penggunaan “branch line snood” dalam komponen alat tangkap “long line”
memungkinkan untuk dapat menjangkau “swimming layer” ikan tujuan panangkapan.
Dalan komponen “branch line”, “ branch line snood” merupakan komponen yang
terpanjang dibandingkan komponen yang lain yang terdapat pada “branch line”.
Dalam media air laut gaya tenggelam “branch line snood” dapat dihitung dengan
rumus :

 airlaut
S  Wkomponen 
1


 material

S  0.4175 kg  0.26  0.1086 kg.f




S  Wkomponen  k
Page 85 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
Gambar Satu Rangkaian Branch Line Snood
o. Swivel
“Swivel” (kili-kili) pada “branch line snood” adalah type “leaden barrel swivel”,
(kili-kili yang diberi pemberat timah). Berat setiap “swivel” 60 gram. Kili-kili dalam
komponen tuna “long line” merupakan komponen yang harus ada. Dikarenakan pada
alat tangkap “long line” yang menggunakan tali sebagai komponen utamanya sangat
mungkin terjadinya kekusutan pada talli. Apabila hal ini terjadi maka akan dapat
mengurangai kekuatan dari bahan benang yang digunakan dan sulit dalam
penanganannya sehingga padat menghambat pada saat operasi penangkapan.
Adanya “swivel” dalam “branch line” tidak mutlak tidak akan terjadi kekusutan
pada: long line”. Pada prakteknya fungsi “swivel” dapat terganggu diakibatkan oleh
pengaratan yang diakibatkan oleh air laut. Dan pada tegangan yang sangat tinggi
“swivel” tidak dapat berputar sebagaimana yang diharapkan untuk menetralisir
pergerakan meronta-ronta ikan yang tertangkap. Sehingga memungkinkan terjadinya
kekusutan pada alat tangkap. Hal ini dapat dihindari apabila “swivel” yang digunakan
memiliki kualitas yang baik,namun harganya sangat mahal. Seperti penggunaan
“swivel” tipe “hevy duty swivel” yang tetap dapar berputar pada beban yang sangat
tinggi dikarenakan menggunakan laker pada komponen didalamnya untuk dapat
memutar.
Dalam media air laut gaya tenggelam “swivel” dapat dihitung dengan rumus :

 airlaut
S  Wkomponen 
1


 material





S  Wkomponen  k
S  0.060 kg  0.88  0.0528 kg.f
p. Sakite
“Sakite” terbuat dari tali “polyester” berdiameter 4.5 mm, panjang 40 cm,
beratnya 6,75 gram, memiliki kekuatan putus 350 kg.f. Merupakan penghubung antara
“swivel” kepada “sekiyama”. Pada dasarnya fungsinya sama dengan “branch line snap
ring” hanya penampatannya saja yang berbeda pada komponen “rawai tuna”. Dengan
adanya “sakite” pada kontruksi “long line” dimungkinkan dalam penggantian komponen
“swivel” maupun “ sekiyama” yang aus dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
Pada bagian yang menghubungkan
dengan “swivel” digunakan simpul
“splashing” tunggal sedangkan pada bagian yang menghubungkan dengan “sekiyama”
digunakan simpul mata “eye splash”.
Page 86 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
Dalam media air laut gaya tenggelam “sekite” dapat dihitung dengan rumus :

 airlaut
S  Wkomponen 
1


 material





S  Wkomponen  k
S  0.0067 kg  0.26  0.0017 kg.f
q. Sekiyama
“Sekiyama” terbuat dari “fuji braid” diameter 3mm, panjang 10 m, dan beratnya
75 gram. Salah satu ujungnya dibuat simpul mata, dilengkapi “armor spring” dan “silver
lock” untuk dihubungkan kepada “sakite”. Pada ujung lainnya dibuat simpul mata
dilengkapi “silver lock” dan “armor spring” diikatkan kepada “wire leader”. Tidak ada
terjemahan dari “sekiyama” dalam bahasa Indonesia, namun secara harfiah dapat
diartikan sebagai “wire” yang dibalut dengan “polyetylene” dengan arah pintalan
dikepang (berjalin) untuk memperkuat. Walaupun memiliki diameter yang lebih kecil
dibandingkan dengan tali yang digunakan pada “branch line snood” namun memiliki
kekuatan yang hampir sama.
Gambar Sekiyama
Pada bagian pada “sekiyama” terdapat bagian yang dinamakan dengan
“ammor spting”, yaitu bagian yang melapisi simpul mata pada ujung-ujung “sekiyama”.
“Ammor spring” berfungsi untuk memperkuat ujung-ujung “sekiyama” yang dibentuk
menjadi simpul mata. Selain itu juga berfungsi untuk mencegah penghubung antara
“sekiyama dengan komponen yang lain menjadi menjadi sumpul mati sehingga
menyulitkan dalam penggantian “sekiyama” apabila terjadi kerusakan pada “sekiyama”.
Dalam media air laut gaya tenggelam “sekiyama” dapat dihitung dengan rumus :

 airlaut
S  Wkomponen 
1  
material





S  Wkomponen  k
S  0.075 kg  0.25  0.0188 kg.f
Page 87 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
r. Sekiyama Swivel
“Sekiyama” merupakan kili-kili pada “sekiyama” terbuat dari “silver type swivel”,
beratnya 11 gram. Dikarenakan pada “sekiyama” menggunakan “wire” yang dibalut
dengan tali “polyamide” sebagai penguat. Semua tali sangat mungkin terjadinya
kekusutan sama halnya pada “sekiyama”, apabila hal ini terjadi maka akan dapat
mengurangi kekuatannya penanganannya sehingga padat menghambat pada saat
operasi penangkapan dam menyebabkan ikan lolos dari alat tangkap.
Adanya “swivel” dalam “branch line” tidak mutlak tidak akan terjadi kekusutan
pada “long line”. Pada prakteknya fungsi “swivel” dapat terganggu oleh pengaratan
yang diakibatkan oleh air laut. Dan pada tegangan yang sangat tinggi “swivel” tidak
dapat berputar sebagaimana yang diharapkan untuk menetralisir pergerakan merontaronta ikan yang tertangkap. Sehingga memungkinkan terjadinya kekusutan pada alat
tangkap. Selain itu dapat pula diakibatkan ausnya “sekiyama” akibat kerosi olah air
laut.
Dalam media air laut gaya tenggelam “sekiyama swivel” dapat dihitung dengan
rumus :

 airlaut
S  Wkomponen 
1


 material





S  Wkomponen  k
S  0.011kg  0.86  0.0095 kg.f
s. Wire Leader
“Wire leader” menghubungkan “sekiyama swivel” dan “tuna hook”. Pada salah
satu ujungnya dibuat simpul mata dilengkapi “armor spring” dan “fuji lock”,
dihubungkan ke “sekiyama”. Pada ujung lainnya diikatkan pada “tuna hook“ dilengkapi
“luminuous lead”, “fuji lock”. “kanseki spring” dan “aimata”.
“Wire leader” terbuat dari tali kawat baja nomor 30 diameter 1,3mm. Panjangnya
1,5 meter dan beratnya 42 gram, memiliki kekuatan putus 140 kg.f. “Wire leader”
merupakan komponen “branch line” (tali cabang) yang menerima beban langsung dari
bobot ikan sasaran penangkapan (khususunya tuna). Kekuatan putus “wire leader”
tersebut memadai untuk menahan beban ikan sasaran penangkapan yang beratnya
berkisar antara 35-70 kg.f.
Bahan yang digunakan terbuat dari kawat baja dan memiliki daya tahan
putus yang baik, diharapkan tidak putus akibat gigitan ikan cucut saat operasi
penangkapan dilakukan. Pada sisi pangkal “wire” dirangkai membentuk simpul mata
“eye splash” yang dihubungkan dengan “sekiyama dengan dilapisi “ammor spring”
sebagai penguat, kemudian pada pertemuan keduanya dihubungkan dengan “silver
lock” untuk mengunci simpul. Hal ini dilakukan untuk memperkuat untaian tali terhadap
hentakan ikan yang tertangkap. Sedangkan pada bagian ujung “wire” dihubungkan
dengan “hook” yang terbuat dari bahan tahan karat. Pada pertemuan antara “wire”
dengan “hook”(“aimata”) digunakan “kanseki spring” untuk memperkuatnya. Bahan
yang digunakan berbeda dengan yaang digunakan sebagai “ammor spring”, pada “
kenseki spring” bahan yang digunakan terbuat dari rangkaian besi baja tahan karat
yang menyerupai slang.
Pada media air laut gaya tenggelam “wire leader” dapat dihitung dengan rumus:
Page 88 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah

 airlaut
S  Wkomponen 
1  
material

Brawijaya University
2011




S  Wkomponen  k
S  0.042 kg  0.86  0.0361kg.f
t. Tuna Hook
“Tuna hook” merupakan pancing khusus tuna, bernomor 38, beratnya 12 gram,
terbuat dari besi tempa dilapisi bahan galvanis. Pancing tuna dilengkapi cincin pancing
(“hook ring”) dan “zinc anoda” yaitu pelindung pancing menghindari pengikisan logam
oleh proses elektrolisa (“galvanic action”) di dalam media air laut.
Gambar Wire yang menghubungkan hook, dan ammor spring (hijau)
Dipilih pancing dengan nomer 38, pancing khusus tuna dikarenakan sangat
sesuai dengan bukaan mulut ikan tujuan penangkapan. Jenis pancing yang dipilih
merupakan jenis “Fllated and holed with ring” pada bentuk pancing model ini
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan tipe yang lain. Dengan adanya “ring”
memungkinkan umpan ikan yang terpasang pada “hook” dapat bergerak-gerak
menyerupai ikan hidup, hal ini merupakan daya tarik sendiri bagi ikan tuna yang
menjadi tujuan penangkapan.
Dalam media air laut gaya tenggelam “hook” dapat dihitung dengan formula :

 airlaut
S  Wkomponen 
1


 material





S  Wkomponen  k
S  0.0012 kg  0.86  0.0086 kg.f
2.7 Karakteristik
Kata “long line” sering diterjemahkan menjadi “ rawai tuna” sungguhpun
demikian istilah “long line” yang akan dipakai. Dan perikanan long line sering diartikan
Page 89 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
langsung perikanan tuna long line mengingat bahwa tujuan penangkapannya adalah
adalah jenis-jenis ikan tuna, walaupun dengan prinsip yang sama juga dipakai untuk
menangkap ikan salmon, makarel, spanish, shark dan lain lainnya. “long line” untuk
ikan tuna pada kenyataannya operasinya disamping menangkap jenis-jenis ikan tuna
juga menangkap janis-janis ikan lainnya seperti : ikan layaran, ikan hiu dan lain-lain.
Jenis-jenis ikan tuna adalah oceanis, yang dapat juga dikatakan perikanaan laut bebas.
Akibatnya, perikanan tuna long line tentunya harus mempunyai struktur yang organisasi
yang teratur (Ayodhyoa,1981).
Menurut Subandi dan Barus (1988), long line adalah suatu pancing yang terdiri
dari tali panjang (tali utama atau”main line”). Kemudian pada tali tersebut seara
berderet pada jarak tertentu dikaitkan tali-tali endek (tali cabang atau “branch line”)
yang ujungnya diberi mata pancing (“hook”) yang banyaknya tergantung dari satuan
yang dipergunakan. Panjang tali tersebut apabila dibentangkan secara lurus akan dapat
mencapai panjang ratusan meter, bahkan puluhan kilometer. Jepang yang dianggap
sebagai asal tuna long line tidak mengetahui kapan pastinya perikanan tuna long line
dimulai. Namun para ahli perikanan di Jepang sepakat bahwa kurang tahun 1800
nelayan-nelayan Jepang telah menggunakan tali sepanjang 2.250 m dengan 75
pancing, untuk menangkap ikan tuna. Kapal yang dipergunakan pada saat itu hanya
beberapa meter, sehingga penangkapan hanya dapat dilakukan di dekat pantai. Dengan
adanya perbaikan bentuk dan bertambahnya besar perahu, pada akhir abad XIX daerah
penangkapan telah meluas sampai dengan 50 mil dari pantai. Tahun 1906 satu kapal
bermesin dicoba untuk pertama kali dan berhasil. Akibatnya, tiga tahun kemudian
jumlah kapal penangkap tuna bermesin mencapai angka 150 dengan ukuran rata-rata
20 ton. Penyempurnaan kapal sedikit demi sedikit dilakukan sesuai dengan
perkembangan teknologi saat ini hingga ukuran kapal mencapai 200 ton (Simongkir,
1982).
Longline dasar ini mempunyai ciri khas, pada kapal longline memiliki ruang yang
besar untuk ikan hasil tangkapan, dan kapasitas minyak bahan bakar yang besar.
karena perjalanan penangkapan ikan dengan longline memakan waktu 3 – 4 bulan.
Longline merupakan modifikasi dari alat tangkap rawai yang terdiri dari main line,
branch line, tali pelampung, pelampung, tali pancing, pancing, bendera dan lain-lain.
Dimana antara pelampung dengan pelampung lain dipasang branch line sbanyak 4 – 6
buah, yang berarrti tiap satu basket terdapat 4 – 6 mata pancing, dan pada ujung main
line bagian dasar masing-masing diberi pemberat.
2.8
Bahan dan Spesifikasinya
Melihat dari segi materialnya, rawai tuna atau longline ini dapat dibagi dua jenis
yaitu yang bahan utamanya monofilament ( biasanya PA ) dan multifilament ( biasanya
PVA seperti kuralon ). Perbedaan pemakaian bahan ini akan mempangaruhi jenis line
hauler yang digunakan. Adapun perbedaan dari kedua jenis bahan ini dipandang dari
segi perikanan adalah :
a. Bahan monofilament lebih murah dan ringan disbanding dengan multifilament dan
Page 90 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
juga monofilament lebih mudah dirakit serta sesuai untuk kapal-kapal kecil.
b. Bahan monofilament lebih mudah ditangani
c. Bahan monofilament lebih kecil, halus dan transparan dan dinilai
memberikan hasil tangkapan yang lebih baik disbanding multifilament
2.9
2011
akan
Perhitungan Komponen Long line
a.Rasio Perbandingan Buoy Line Terhadap Main line
Berdasarkan formula di bawah ini rasio antara panjang buoy line terhadap panjang
main line pada satu interval jarak antara branch line sama dengan 0,72.
FL
ML
35,87
c
 0,72
50
c
Dimana :
c
= nilai ratio
FL = panjang buoy line, 35,87 meter
ML
= panjang main line, 50 meter
b.Perbandingan Branch line Terhadap Main line
Berdasarkan formula dibawah ini, rasio perbandingan antara panjang branch line
terhadap panjang main line peda suatu interval jarak antara branch line sama
dengan 0,75.
BL
ML
37,37
c
 0,75
50
C
Dimana :
C
= nilai ratio
BL
= panjang branch line, 37,37 meter
ML
= panjang main line, 50 meter
c.Perbandingan Panjang Branch Line Terhadap Buoy Line
Berdasarkan formula dibawah ini, rasio nilai perbandingan antara panjang satu
utas rangkaian komponen “branch line” terhadap panjang “buoy line” sama dengan
1,04
BL
FL
37,37
c
 1,04
36,87
C
Dimana :
C
= nilai rasio
BL
= panjang branch line, 37,37 meter
ML
= panjang buoy line, 35,87 meter
d.Berat Komponen Long Line di Udara
Berat komponen Long line perlu duketahui berkaitan dengan kemampuan daya
muat kapal, serta untuk mempertimbangkan stabilitas kapal dan keselamataan
pelayaran. Berat komponen rawai tuna seperti dirinci pada Tabel berikut.
Page 91 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
Tabel . Berat Komponen Long line di Udara (tiap utas, tiap basket dan tiap
unit)
No. NAMA KOMPONEN
BERAT SETIAP BERAT
PER BERAT PER
UTAS (kg)
BASKET
(16 UNIT
(kg)
branch line)
(65 basket)
1.
Unit Buoy
2,934
152,568
- Buoy
2,800
- Swivel
0,060
- Buoy snap ring
0,032
- Buoy snap
0,0420
Total
2,934
2.
Unit Buoy Line
1,313
68,276
- Buoy line snap
0,0420
Buoy line snap 0,0320
ring
1,2388
- Bouy line
1,313
Total
3.
Main Line
1,762
29,955
1.557,650
4.
Unit Branch Line
10,880
565,760
- Branch line snap
0,0420
- Branch line snap 0,0157
ring
0,4175
- Branch line snood 0,0600
- Branch line swivel 0,0067
- Branch line sakite 0,0750
Branch
line 0,0110
sekiyama
0,0420
- Branch line swivel 0,0100
- Wire leader
0,680
- Tunna hook
Total
JUMLAH
6,689
45,082
2.344,268
Sumber : BPPI, Semarang
Berat diudara setiap komponen penyusun “Long line” pada setiap basket adalah
45,082 kg / basket. Berat diudara rata-rata satu unit alat tangkap “long line” yang
dibawa pada sutu operasi penangkapan adalah 2.344,264 kg / unit.
u. Berat Komponen Dalam di Air laut
Berat komponen dalan media air laut dapat dihitung dengan formula :



S  Wkomponen 1  airlaut 
  material 
Dimana :
S
= Sinking power
W komponen = Berat komponen diudara
 air laut
= Densitas air laut
 materi
= Densitas komponen
Berdasarkan formula tersebut maka diketahui berat komponen rawai hanyut tuna
dalam rangkaian satu basket, seperti dirinci pada Tabel berikut.
Page 92 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
Tabel . Berat Komponen Long line di Udara dan di Air Laut
(Konversi berat di udara dengan besarnya faktor pengali)
No.
Mana Komponen
Berat
Berat
Berat
Gaya
Kompo
Satu
Komponen
Dalam Air
Nen
Rangkai Dalam Media
(Kg.F)
Diudara
(Kg)
Air Laut
(Kg)
(Kg.F)
1.
Unit Buoy
2,934
(-) 14,402
(-)14,402
- Buoy
2,800
(-) 14,500
- Swivel
0,060
0,0528
- Buoy snap ring
0,320
0,0087
- Buoy snap
0,420
0,0361
Total
2,933
2.
Unit Buoy Line
1,313
(+) 0,336
(+)0,366
- Buoy line snap
0,420
- Buoy line snap 0,0320
ring
1,2388
- Buoy line
1,313
Total
3.
Main Line
1,762
29,956
(+) 0,458
(+) 7,788
4.
Unit Brach Line
0,679
10,878
(+) 0,278
(+) 4,419
Branch line 0,0420
(+)0,361
snap
0,0157
(+)0,0040
Branch line
snap
0,4175
(+)0,1086
ring
0,0600
(+)0,0528
Branch line
snood
0,0067
(+)0.0017
Swivel for 0,0750
(+)0,0188
Branch
0,0110
(+)0,0095
line
0,0420
(+)0,0361
Branch line 0,0100
(+)1,0086
Sakite
- Sekiyama
Swivel
sekiyama
- Wire leader
- Tunna hook
JUMLAH
45,082
(-) 1,859
Sumber : BPPI, Semarang
Keterangan :
(-) = komponen terapung dipermukaan laut
(+) = komponen tenggelam dipermukaan laut
e.Perhitungan Daya Apung Terhadap Daya Tenggelam
Berdasarkan rincian berat komponen diudara dan didalam air laut, maka
“buoyancy” dan “sinking power” setiap basket perlu diketahui seperti dirinci pada Tabel.
berikut .
Page 93 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Tabel.
line”
No
Brawijaya University
2011
Perbandingan “bouyancy” dengan “sinking power” komponen “long
Komponen Rawai Tuna
Bouyancy
Sinking
Power
1.
Daya apung buoy (pelampung 14,402 kg.f
basket) di air laut
2. Daya tenggelam komponen buoy
0,33 kg.f
line (tali pelampung)
Daya
tenggelam
komponen
7,788 kg.f
“main line” (tali utama)
Daya
tenggelam
komponen
4,419 kg.f
“branch line” (tali cabang)
JUMLAH
14,402
12,543
Sumber : BPPI, Semarang
Dari rincian tersebut diatas diketahui bahwa :
- Jumlah “buoyancy” pada satu “buoy” disetiap basket (B) = 14,402 kg.f. Jika
dikalikan dengan jumlah “buoy” peda satu unit “long line” maka,
B total  B   pelampung
-
-
-
Btotal = 14,402 x 66 = 950,53 kg.f
Jumlah “sinking power” pada satu basket “long line” (S) = 12,543 kg.f.
Jika dikalikan dengan jumlah “buoy” peda satu unit “long line”
B total  B   pemberat
Btotal = 12,543 x 65 = 815,29 kg.f
maka,
“Surplus buoyancy” pada satu basket “long line” adalah selisih antara “sinking
power” komponen dalam satu basket terhadap “buoyancy” yang dihasilkan satu
“buoy” (pelampung) (B-S) = 14,402 kg.f - 12,534 kg.f
= 1,859 kg.f
Rasio antara sinking power komponen satu basket terhadap “buoyancy” satu
”buoy” “long line” ( B/S ) = 14,402 kg.f / 12,543 kg.f = 1,148 kg.f
2.10 Perawatan Alat Tangkap Long Line
Setiap alat yang digunakan dalam usaha penangkapan ikan lambat laun akan
berkurang kekuatannya dan dalam waktu tertentu akan rusak, sehingga tidak dapat
dipergunakan lagi. Alat tangkap “long line” ini dioperasikan dilaut yang tingkat
perisakannya sengat cepat apabila tidak dirawat dengan baik. Walaupun bahan yang
dipergunakan memiliki kualitas yang baik belum menjamin alat tangkap tersebut
memiliki umur yang panjang jika tidak dilakukan perawatan. Disamping kualitas bahan
ada faktor lain yang sangat mempengaruhi keawetan alat tangkap “long line” yaitu
faktor lingkungan yang dapat merusak tidak dihindarkan, yaitu dengan jalan perawatan
“long line” secara berkala dan penempatan “long line” pada tempat yang terlindung.
Menurut Sadhori (1985), penurunan kekuatan ini disebabkan oleh :
- Pengaruh mekanis
- Perubahan sifat-sifat bahan
- Perusakan oleh jasad-jasad renik
- Pengaruh alam
Kerusakan atau penurunan kekuatan tersebut sangat sulit untuk dicegah, tetapi
kita berusaha sedapat mungkin untuk menjaga keawetan alat tangkap. Dalam hal
pemeliharaan alat tangkap memerlukan penanganan yang baik, karena pemeliharaan
yang kurang baik akan memperpendek umur “long line” Salah satu cara menghambat
kerusakan alat tangkap adalah dengan merawat atau memelihara alat tangkap tersebut
dengan baik dan benar.
Page 94 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
Perawatan dan pemeliharaan alat tangkap pada alat tangkap long line antara lain
adalah :
- Keadaan tali dan pancing harus bersih dari sisa umpan atau darah ikan yang
melekat
- Pada saat “hauling” diusahakan kotoran-kotoran yang melekat pada alat tangkap
segera dibersihkan
- Memeriksa keadaan tali, mungkin ada yang aus atau putus, bila ada sebaiknya
diganti, diperbaiki atau disambung
- Tempat penyimpanan tali harus terhindar dari pengaruh sinar matahari langsung
dari minyak yang dapat merusak, begitu juga dari gangguan tikus dan hewan
perusak lainnya
- Alat-alat dari bahan baja yang tidak dipakai disimpan dengan cara dicelupkan
atau direndam didalam minyak agar tidak cepat berkarat
- Tali dijaga dari gesekan atau benturan dari benda-benda tajam. Gesekan dengan
benda kapal akan menyebabkan tali cepat aus, sehingga laju penyusutan alat
sangat besar
- Alat tangkap dijaga dari tekanan benda berat secara langsung, sehingga tali tidak
berubah bentuk
- Bagian-bagian atau pancing yang berkarat sebaiknya segera diganti
- Sekiyama yang aus atau melilit secepatnya diperbaiki dengan jalan mengganti
dengan senar yang baru
Perawatan alat tangkap biasanya dilakukan sebelum dan sesudah operasi
penangkapan dilakukan. Hal ini dilakukan agar alat tangkap dalam kondisi yang baik.
Sehingga apabila dioperasikan akan dapat dioparasikan tanpa menemui kandala yang
berarti dan akan menunjang keberhasilan operasi penangkapan. Setelah operasi
penangkapan dilakukan sebaiknya alat tangkap dibersihkan dari darah maupun sisa
umpan yang melekat dikarenakan sisa darah dan umpan yang melekat pada alat
tangkap akan memicu terjadinya pembusukan yang akan mengakibatkan tali menjadi
aus, dan akan mengakibatkan karatan pada komponen yang terbuat dari logam.
Disamping itu yang perlu dilakukan adalah memeriksa apakah pada bagian alat tangkap
tersebuat terdapat bagian yang aus atau putus, apabila ada segera diganti dengan
bagian yang lain yang kondisinya baik.
Sebelum ditempatkan pada tempat penyimpanan harus diperhatikan agar tali
dijaga dari gesekan benda-benda tajam yang dapat mengakibatkan tali menjadi aus
atau bahkan putus. Dan yang perlu diperhatikan agar dalam penyimpanannya dihindari
dari tekanan benda berat secara langsung yang dpat mengakibatkan tali berubah
bentuk sehingga mengurangi efektifitas penangkapan.
Dalam penyimpanan alat tangkap harus dihindarkan dari pengaruh sinar matahari
langsung karena dapat mengakibatkan alat tangkap menjadi cepat aus. Sebaiknya
ditempatkan pada tempat yang terhindar dari gangguan hewan yang dapat merusak
alat tangkap seperti tikus dan hewan lainnya yangn bersifat merusak. Untuk bahan
yang terbuat dari logam sebaiknya dalam penyimpanannya dicelupkan kedalam minyak
terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan agar komponen tersebut tidak cepat berkarat
karena pengaruh air laut dan udara.Apabila terdapat komponen yang berkarat
sebaiknya segera diganti dengan komponen yang baru.
Semua yang dilakukan diatas untuk mempertahankan kondisi alat tangkap agar
dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang panjang. Komponen “long line”
merupakan komponen yang sederhana namun harganya relatif tinggi. Oleh karena itu
perawatan alat tangkap dilakukan agar dapat menekan biaya perbaikan alat tangkap.
Pada akhirnya kondisi alat tangkap yang baik akan meningkatkan keberhasilan operasi
penangkapan.
Page 95 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
2.11 Hasil Tangkapan
Pada operasi penangkapan longline ini yang tertangkap yaitu ikan-ikan dengan
ukuran besar
seperti tuna, salmon, Spanish mackerel, shark, dll. Tetapi pada
kenyataannya operasi tertangkap juga ikan layaran, hiu, dll.
Contoh ikan yang tertangkap pada operasi longline seperti pada tabel di bawah :
NO SCIIENTIFIC NAME
ENGLISH
INDONESIAN
AREA
NAME
NAME
1
Thunus
thynnus Bluefin tuna
?
North pacific,
orientalis
Atlantic
2
T. Thynnus thynnus
Bluefin tuna
?
North pacific,
Atlantic
3
T. Thynnus macoyi
Southerm
?
South pacific,
bluefin
Indian ocean
4
T. alalunga
Albacore
Albacore
All ocean
5
T. oberus
Big eye tuna
Mata besar
All ocean
6
T. Albacares
Yellow fin tuna
Madidihang,
All ocean
beulang
kedawung
7
T. tonggol
Northerm
?
Pacific, Indian
bluefin
ocean.
Atlantic
8
T. atlanticus
Blackfin
?
Atlantic
9
Katsowonus pelamis
Skipjack
Cakalang
All ocean
10
11
Tetrapturus
angustirustris
Istiophorus orientalis
Shortbill
spearfish
Sailfish
12
Tetrapturus audax
Striped marlin
13
Macaira nigricans
Blue marlin
14
Macaira indica
Black marlin
15
Xiphias gladias
Sword fish
16
Xiphias
Shark
?
Pacific, Indian
ocean
Ikan layaran
Pacific, Indian
ocean
Setuhuk
Pacific, Indian
loreng
ocean
Setuhuk hitam Pacific, Indian
ocean
Setuhuk putih Pacific, Indian
ocean
Ikan pedang, Pacific, Indian
ikan todak
ocean
Hyu, cucut
All ocean
2.12 Daerah Penangkapan
 Penyebaran Ikan Tuna di Perairan Indonesia
Tuna dan cakalang adalah ikan perenang cepat dan hidup bergerombol
(schooling) sewaktu mencari makan. Kecepatan renang ikan dapat mencapai 50
km/jam. Kemampuan renang ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
penyebarannya dapat meliputi skala ruang (wilayah geografis) yang cukup luas,
termasuk diantaranya beberapa spesies yang dapat menyebar dan bermigrasi
lintas samudera. Pengetahuan mengenai penyebaran tuna dan cakalang sangat
penting artinya bagi usaha penangkapannya (Cascorbi, 2002).
Jenis tuna dan cakalang menyebar luas di seluruh perairan tropis dan subtropis.
Penyebaran jenis-jenis tuna dan cakalang tidak dipengaruhi oleh perbedaan garis
bujur (longitude) tetapi dipengaruhi oleh perbedaan garis lintang (latitude). Pada
Perairan Samudera Hindia dan Samudera Atlantik, ikan tuna dan cakalang
menyebar di antara 40ºLU dan 40ºLS. Khususnya di Indonesia, tuna hampir
didapatkan menyebar di seluruh perairan di Indonesia. Wilayah Indonesia bagian
barat meliputi Samudera Hindia, sepanjang pantai utara dan timur Aceh, pantai
Page 96 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
barat Sumatera, selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Perairan Indonesia bagian
timur meliputi Laut Banda Flores, Halmahera, Maluku, Sulawesi, perairan Pasifik
di sebelah utara Irian Jaya dan Selat Makasar (Collete dan Nauen, 1983 dalam
Diniah. et al, 2002).
Distribusi ikan tuna dan cakalang di laut sangat ditentukan oleh berbagai faktor,
baik faktor internal dari ikan itu sendiri maupun faktor eksternal dari lingkungan.
Faktor internal meliputi jenis (genetis), umur dan ukuran, serta tingkah laku
(behaviour). Perbedaan genetis ini menyebabkan perbedaan dalam morfologi,
respon fisiologis dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Faktor eksternal
merupakan faktor lingkungan, diantaranya adalah parameter oseanografis,
seperti : suhu, salinitas, densitas dan kedalaman lapisan thermoklin, arus dan
sirkulasi massa air, oksigen dan kelimpahan makanan Kedalaman renang tuna
dan cakalang bervariasi tergantung jenisnya. Umumnya tuna dan cakalang dapat
tertangkap di kedalaman 0-400 meter. Salinitas perairan yang disukai berkisar
32-35 ppt atau di perairan oseanik. Suhu perairan berkisar 17-31 oC (Diniah. et
al, 2002).
Mengenai jenis ikan tuna yang sering tertangkap adalah sebagai berikut
:Madidihang (Thunnus albacares) tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia.
Panjang madidihang bisa mencapai lebih dari 2 meter. Jenis tuna ini menyebar di
perairan dengan suhu yang berkisar antara 17-31oC dengan suhu optimum
berkisar antara 19-23oC, sedangkan suhu yang baik untuk kegiatan penangkapan
berkisar antara 20-28oC.
Tuna mata besar (Thunnus obesus) menyebar dari Samudera Pasifik melalui
perairan di antara pulau-pulau di Indonesia sampai ke Samudera Hindia. Ikan ini
terutama ditemukan di perairan sebelah selatan Jawa, sebelah barat daya
Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara, Laut Banda dan Laut Maluku. Tuna mata
besar merupakan jenis yang memiliki toleransi suhu yang paling besar, yaitu
berkisar antara 11-28oC dengan kisaran suhu penangkapan antara 18-23oC.
Tuna albakora (Thunnus alalunga) daerah penyebaranya sangat dipengaruhi oleh
suhu. Jenis ini menyenangi suhu yang relatif lebih rendah. Albakora juga memiliki
ukuran yang relatif lebih kecil dibandingkan dua jenis tuna di atas.
Tuna sirip biru (Thunnus maccoyi) didapatkan menyebar hanya di belahan bumi
selatan. Oleh karena itu jenis ini sering disebut sebagai southern bluefin tuna.
Ikan ini tidak terlalu banyak tertangkap oleh para nelayan Indonesia (Laevastu
dan Hela, 1970).
 Faktor Tingkah Laku Ikan
Migrasi adalah berpindah dari suatu daerah ke daerah lain dan tinggal di daerah
baru itu selama waktu yang relatif agak tertentu atau mungkin menetap di daerah
baru tersebut. Migrasi pada ikan merupakan perpindahan yang periodis,
merupakan gerakan yang dilakukan atas kehendak dan kekuatanya sendiri
dengan tujuan dan arah tertentu pula. Ikan pelagik tertentu yang hidup dalam
lapisan 200 m teratas, antara lain ikan tuna, selalu melakukan migrasi dalam
siklus hidupnya, antara lain karena faktor temperatur yang terjadi pada setiap
musim serta ketersediaan makanan (Mulbyantoro. et al, 1999).
Ikan tuna sebagai salah satu jenis ikan pelagis merupakan ikan yang sangat peka
terhadap setiap perubahan lingkungan yang ada disekitarnya. Perubahan sekecil
apapun dapat membuat ikan melakukan migrasi dari satu tempat ke tempat lain
dalam rangka mencari tempat yang sesuai dengan kondisi dirinya. Alasan
kebiasaan ikan tuna yang suka bermigrasi ini adalah pilihan akan suhu yang
sesuai dengan kondisi tubuhnya, tempat berkumpulnya makanan dan gradien
suhu dimana proses migrasi bisa dilakukan secara soliter (sendiri) maupun
berkelompok. Perubahan suhu dapat mempengaruhi ikan melalui beberapa
peranannya sebagai modifier dalam proses metabolisme dan aktifitas ikan serta
sebagai stimulus syaraf. Reaksi yang muncul pada ikan terhadap suhu bisa jadi
Page 97 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
merupakan pengaruh yang sangat komplek yang menyangkut beberapa proses
diantaranya adalah perubahan area makan melalui migrasi dan pencarian atau
beberapa dampak terhadap tingkat pertumbuhan, pemasakan gonad bahkan
recruitment ikan disuatu perairan (Gunarso, 1990).
Secara umum, faktor iklim tersebut sangat mempengaruhi kebiasaan hidup ikan
tuna baik dalam mencari makan, migrasi, pemijahan dan aktifitas yang lain,
sehingga hal tersebut dapat digunakan sebagai faktor pendukung dalam
penentuan area fishimg ground dan dilakukan penangkapan.
 Dispersi ikan tuna
Dispersi atau dispersion adalah fenomena dalam populasi yang mempengaruhi
jarak perenggangan antar individu ikan atau spesies ikan. Dispersi itu adalah
gerakan ikan, terutama ikan tuna muda tanpa tujuan tertentu dan dapat juga
sebagai gerakan pasif bersama arus air laut dan keluar dari populasi asal dan
menempati daerah baru untuk waktu yang lama, oleh karena adanya dispersi itu
maka suatu populasi ikan laut yang telah lama ada disuatu daerah dapat berubah.
Disamping itu ada gerakan pindah keluar dari kumpulan populasi asal, ada pula
gerakan pindah memasuki populasi yang telah ada yang biasanya dilakukan oleh
ikan-ikan muda dan inilah yang disebut dengan recruitment. Beberapa faktor
berpengaruh pada dispersi ikan yaitu faktor lingkungan alam (fisik dan kemis),
faktor biologis (reproduksi), faktor adanya ketersediaan makanan serta mortalitas
alami (Mulbyantoro. et al, 1999).
Pola dispersi dapat bersifat random atau bersifat kelompok (clumped). Ikan-ikan
karnivor biasanya menyebar secara random, sedang ikan herbivor secara
berkelompok membentuk kumpulan. Gerakan dispersi itu dapat dilakukan secara
bebas oleh berbagai jenis ikan berdasarkan naluri, terutama untuk mencari
makan. Pola dispersi ikan ini dapat dipengaruhi oleh adanya kepadatan dalam
populasi yang disebabkan oleh reproduksi maupun persaingan dalam mencari
makan. Pola tersebut merupakan salah satu faktor penyebab berkumpulnya ikan
di sekitar rumpon sebagai tempat berlindung maupun mencari makan (Laevastu
dan Hela, 1970).
2.13 Tehnik Operasi
a. Setting
Seperempat jam sebelum setting dimulai dilakukan persiapan-persiapan agar
setting berjalan dengan lancar. Persiapan itu adalah membuka umpan dan
disemprot air laut agar tidak kaku karena pembekuan sebelumnya. Basket dibuka
dan ditaruh di meja setting hingga penuh. Antar basket yang satu dengan basket
yang lain disambung. Bola penampung dikeluarkan dari tempatnya dan kemudian
disambung dengan tali bola. Semua ABK sudah berada ditempatnya dimana ia
bekerja. ABK ini dibagi menjadi dua grup setting, jika grup A setting, maka grup B
istirahat, begitu pula sebaliknya. Yang istirahat menyediakan umpan terlebih
dahulu.
Umpan yang dipakai untuk menangkap ikan tuna ada tiga jenis yaitu bandeng,
lemuru, dan laying. Untuk ikan bandeng bila keadaannya masih baik bisa dipakai
dua kali, sedangkan untuk umpan lemuru hanya sekali pakai karena umpan
tersebut mudah rusak.
Teknik pemasangan umpan ada ( 3 ) tiga cara, yaitu :
1. Mengaitkan mata pancing antara kedua mata umpan
2. Mengaitkan mata pancing dengan menusukkan bagian atas kepala
3. Mengaitkan mata pancing di daerah punggung ( dorsal ), tepatnya dibawah
sirip dorsal tersebut.
Pemasangan umpan biasanya dilakukan dengan mengaitkan mata pancing
diantara kedua mata umpan. Ini dilakukan agar sewaktu umpan berada di air
terlihat seperti hidup karena pengaruh arus. Untuk pemasangan biasanya juga
Page 98 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
sangat bervariasi, kadang dalam beberapa basket berlainan jenis, terkadang juga
dipasang umpan yang sejenis. Ini semua tergantung pengalaman dan keinginan
kapten kapal.
Setelah persiapan selesai maka setting segera dimulai dan kapal dijalankan  6
knot. Pertama kali lightbuoy dilego, kemudian main line yang pertama dibuang,
main line ini tidak tidak dipasang branch line. Main line habis , tali pelampung
dibuang yang disusul dengan pembuangan pelampung. Basket yang kedua
digeser, basket ini dipasang branch line yang ujungnya terdapat pancing yang
telah diberi umpan lalu dibuang.
Jumlah basket yang digunakan sebanyak 160 buah , dengan 1440 mata pancing.
Dlam setiap basket yang dipakai terdiri dari dua buah ikatan tali main line yang
telah disisipi branch line pada ikatan yang pertama, dibagian atasnya diberi tali
pelampung dan pada ikatan yang kedua diberi branch line yang disambungkan ke
main line. Petugas setting berada di buritan kapal dengan tugasnya masingmasing, yaitu : 1 orang memasang umpan dan membuang pancing, 1 orang
membuang main line, 1 orang membuang tali pelampung, 1 orang membuang
basket, 1 orang memegang kemudi setting. Setting biasanya dimulai pukul 06.00
sampai dengan 11.00.
b. Hauling
Sebelum hauling dimulai, dilakukan persiapan-persiapan terlebih dahulu.
Persiapan itu misalnya pisau diasah, roller diberi minyak pelumas, karet line
hauler dalam keadaan baik, deck disiram air laut dan line hauler dijalankan serta
handle dicoba. Stelah bendera berada didekat kapal, bendera diganco lalu
dinaikkan keatas dck. Main line dilepas dari tiang bendera untuk kemudian
dihubungkan ke line hauler untuk ditarik. Hauling dimulai sekitar pukul 16.00 dan
berakhir biasanya pukul 01.00 dan akan bertambah waktunya kalau ikan yang
tertangkap lebih banyak atau ada kekusutan pada tali.
Petugas hauling terdiri dari :
2.13.1
Pemegang handle, tugasnya mengawasi kekenduran dan ketegangan tali
utama. Bila tali kendur jangan sering mengerem, karena tali bisa masuk ke
propeller kapal dan bila kusut dijalankan perlahan atau direm.
2.13.2
Penjaga main line, bertugas menjaga gulungan tali utama agar rapi dan
tidak kusut. Bila sudah satu basket, harus membuka simpul, demikian juga jika
ada tanda yang rusak diberi tanda dengan simpul.
2.13.3
Penggulung branch line, tugasnya menggulung branch line dan diusahakan
jangan sampai merusak dinding kapal juga pancing harus dibersihkan dari sisa
umpan lalu diikatkan ke branch line.
2.13.4
Penerima pancing, bertugas menerima gulungan branch line dan
meletakkannya pada gulungan main line. Tiap basket terdiri dari dua yaitu satu
ikatan yang terdiri dari gulungan main line dan branch line serta satunya lagi
main line yang diatasnya terdapat tali bola ( pelampung ).
2.13.5
Penyusun basket, dalam menyusun basket dibantu oleh penerima pancing
agar susunan basket menjadi rapi. Lalu diikatkan dengan tali salang yang sudah
tersedia.
2.14.Ikan Umpan
Ikan umpan merupakan pemikat agar ikan sasaran (target species) yang
memakannya dapat terkait pada mata pancing. Beberapa jenis ikan umpan yang umum
dipakai untuk rawai tuna di Indonesia, antara lain: Kembung (Rastrelliger, sp.), Layang
(Decapterus sp.), Lemuru (Sardinella sp.), dan Bandeng (Chanos chanos). Pada
umumnya mata pancing dikaitkan di bawah gurat sisi (lateral line) ikan umpan. Nelayan
Taiwan lebih menyukai umpan bandeng hidup, dan penempatan mata pancing dikaitkan
diatas gurat sisi. Contoh pemasangan umpan pada Gambar berikut .
Page 99 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
(a). pancing dikaitkan
di bawah gurat sisi
Gambar
Brawijaya University
2011
(b). pancing dikaitkan
di atas gurat sisi
Pemasangan Ikan Umpan
2.14 Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan
1. Semua ABK sudah berada ditempatnya dimana ia bekerja dan melaksanakan
tugasnya masing-masing dengan baik.
2. Pengaitan mata pancing, tergantung dari pengalaman dan keinginan kapten kapal
3. Roller harus diberi minyak pelumas agar pada saat hauling line hauler tidak kusut
dan tali tidak kusut.
4. Umpan yang diberikan, biasanya disemprot air laut agar tidak kaku karena
pembekuan sebelumnya.
Page 100 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
Tatap Muka ke 10
3 POLE AND LINE
3.1 Definisi Alat Tangkap
Pole / Rod and line atau disebut biasa juga dengan “pancing gandar” karena pancing
ini menggunakan gandar, walesan, joran atau tangkal ( rod or pole ). Jadi semua pancing
yang menggunakan gandar sebenarnya adalah pole and line, walaupun terakhir salah kaprah
karena sebutan pole and line hanya untuk penagkapan cakalang. Pada pengoperasiannya ia
dilengkapi dengan umpan, baik umpan benar ( true bait ) dalam bentuk mati atau hidup
maupun umpan tipuan ( imitasi ).
3.2
Sejarah alat tangkap
Ikan tuna sudah dikenal manusia sejak zaman batu, hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya alat penangkap ikan dengan menggunakan pancing dari tanduk dan perahu
jukung kuno. Pada awalnya pole atau gandar terbuat dari bahan tradisional seperti bambu
atau kayu namun seiring dengan kemajuan zaman, bahan pole atau gandar berkembang
sehingga terbuat dari metal atau fiberglaas.
Di Jepang, pancing pertama dikenalkan pada abad 8 yang terbuat dari metal, dan
kemudian ditemukan jaring untuk skipjack atau cakalang pada abad 12. Pada awalnya
penangkapan ikan menggunakan pole and line menggunakan perahu jukung kemudian
berkembang menjadi perahu dayung, perahu layar dan akhirnya berkembang menjadi kapal
layar besar pada abad 19. Dan sekarang kapal pole and line sudah menggunakan
mesin/motor yang modern.
3.3
Prospektif Alat Tangkap
Seperti yang telah diketahui Indonesia memiliki lautan yang sangat luas, meliputi
kurang lebih duapertiga dari seluruh luas wilayah negara. Disamping itu sebagai negara
kepulauan Indonesia memiliki  13.607 buah pulau. Dan memiliki kuranglebih 90.000 km
garis pantai. Lautan Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa, beriklim tropis ternyata
membawa konsekuensi kaya akan jenis-jenis maupun potensi sumberdaya perikanan. Untuk
ikan saja diperkirakan ada 6000 jenis dimana 3000 jenis diantaranya telah diidentifikasikan
Sehubungan dengan hal diatas, penggunaan pole and line di Indonesia masih memiliki
kesempatan yng besar karena wilayah Indonesia masih menyimpan potensi yang besar untuk
perikanan tangkap, yaitu sekitar 1,8 juta ton pertahun (Kompas; 3-04-04 ) terutama di
wilayah timur Indonesia seperti laut Arafura, laut Seram, laut Banda, dan laut Flores serta
perairan lainnya seperti Laut Cina Selatan, Samudera Pasifik dan Lautan Hindia.Namun
demikian perlu adanya kewaspadaan akan terjadinya pencurian ikan oleh pihak asing.
Menurut harian Kompas ( 3-04 2004 ), pada tahun 2003 sebanyak 144 kapal ikan asing
tertangkap di perairan Indonesia dan 28 kapal diantaranya berada di Kalbar. Dan salah satu
kelemahan utama penegakan hukum dilaut, menurut Rohmin adalah terlalu lemahnya proses
hukum.
3.4 Konstruksi umum
Pole and line terdiri dari gandar yang bisanya terbuat dari bambu ( bamboes pole), tali
pancing dan mata pancing. Bentuk kapal pole and line memiliki beberapa kekhususan antara
lain :
 Bagian atas dek kapal bagian depan terdapat plataran ( flat form ) yang digunakan
sebagai tempat memancing.
 Dalam kapal harus tersedia bak-bak untuk penyimpanan ikan umpan yang masih hidup.
 Pada kapal pole and line ini harus dilengkapi sistem semprotan air ( water splinkers
system ) yang dihubungkan dengan suatu pompa.
Sedangkan tenaga pemancing jumlahnya bervariasi misalnya saja untk kapal ukuran 20
GT dengan kekuatan 40-60 HP, tenaga pemancingnya berjumlah 22-26 orang, dengan
Page 101 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
ketentuan sebagai berikut 1 orang sebagai kapten, 1 motoris, 1-2 orang pelempar umpan, 1
orang sebagai koki dan sisanya sebagai pemancing.
Gambar diatas dek kapal pole and line yang sedang operasi
3.5 Detail Konstruksi
Panjang galah biasanya tergantung ukuran perahu yaitu semakin besar ukuran perahu yang
digunakan, ukuran gandar / joran juga semakin panjang dan terbuat dari bambu maupun
fiberglass karena ringan dan lentur Tali utama terbuat dari bahan nylon monofilament warna
merah atau hijau dan panjangnya  2/3 dari panjang galah/ gandar.
Mata pancing untuk pole and line ini ada 2 macam yaitu yang berkait balik dan tidak
berkat balik, namun yang sering digunakan adalah yang tidak berkait balik. Mata pancing ini
diselipkan seakan akan disembunyikan pada umpan tiruan / palsu, sehingga tidak secara
langsung kelihatan menyolok. Untuk mata pancing yang berkait balik memakai umpan, yaitu
umpan hidup atau masih segar. Penggunaan mata pancing ini hanya dilakukan kalau
nantinya ikan yang akan ditamgkap tidak suka menyambar umpan tiruan.
3.6 Karakteristik
Pole and line atau pancing gandar ini memiliki beberapa jenis antara lain mackerel pole
and line, skipjack pole and line dan squid pole and line atau pole and line untuk cumi-cumi.
Dan berikut ini dalah penjelasannya:
a.Mackerel pole and line
Untuk di Jepang metode pemancingan ikan makarel yang efisien pada malam hari. Berat
kapal sekitar 1-50 ton.Lama pelayaran dari satu malam hingga dua minggu. Nelayan lebih
suka menggunakan galah bambu, buatan jepang, karena ringan dan lentur. Jarak galah
biasanya 1,5 sampai 2 meter panjangnya tergantung ukuran perahu. Tali utama
panjangnya hampir sama dengan panjang galah. Pengait atau ikan yng dipasang pada
mata pancing dihubungkan dengan tali utama oleh tali mata pancing sepanjang 10-15 cm
dan warnanya sama dengan tali utama. Ada dua jenis umpan ( untuk pengait dan untuk
ditabur ) umpan untuk pengait yaitu terbuat daridaging makarel bagian luar dengan lebar
10mm, panjang 50-60 mm, dan tebal 2 sampai 3 mm. Untuk pemasangannya , bagian
kulit di sisi dalam sedangkan bagian daging di sisi luar.
b. Skipjack pole and line
Pemancingan skipjack dengan pole and line di perairan jepang menggunakan tangkai
bambu dengan panjang 4,5 sampai 6 meter unuk di jepang dan 3,5 sampai 4 meter untuk
di kep pasifik dan Tahiti. Pada kapal skipjack ini biasanya memiliki banyak awak kapal
namun dengan ditemukannya mesin untuk penangkapan cakalang maka mengurangi
sejumlah awak kapal. Mesin yang digunakan untuk tiap-tiap kapal antara 4 sampai 12
unit mesin. Mesin ini dirancang untuk melakukan gerakan sebagai mana yang dilakukan
nelayan, contohnya untuk menarik ikan dengan cara gerakan vertikal dari tangkai dan
untuk membuka tangkapan ikan.
Sedangkan untuk ukuran kapal bervariasi antara 20 sampai 500 GT. Kapal yang
berukuran lebih dari 70 GT terbuat dari baja, sedangkan yang kurang dari 60 GT terbuat
dari fiberglass. Umpan hidup dari jenis ikan sardin sangatlah diperlukan, agar sardin
tersebut teap hidup untuk masa 50-60 hari sampai kapal sampai di tempat pemancingan,
Page 102 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
maka sarden disimpan di tangki air laut dn air diganti 4 sampai 6 kali tiap jamnya oleh
sistem sirkulasi air mekanik dengan pompa air laut.
c. Squid pole and line
Pemancingan ikan cumi- cumi dilakukan malam hari dengan bantuan lampu. Sepanjang
operasi spanker digunakan untuk melawan angin. Ukuran kapal cumi-cumi ini bervariasi
yaitu 2-3 GT untuk penagkapan di pantai dan 500 GT untuk laut bebas. Untuka kapal 100
GT biasanya memiliki awak kapal sejumlah 16-20 orang dengan waktu perjalanan 2
minggu hingga 2 bulan dan kecepatan 9-10 knots.
Di Indonesia sendiri terdapat bermacam-macam pancing gandar dan beberapa
diantaranyayang penting adalah sebagai berikut :
a.Huhate ( skipjack pole and line )
Alat ini banyak digunakan di wilayah Indonesia bagian timuer. Penangkapan dengan
menggunakan pole and line tersebut dapat menggunakan kapal motor ( kapal motor
khusus cakalang, yuna clipper ), tetapi untuk nelayan-nelayan kecil biasanya
menggunakan perahu dayung ( rowing boat ) yang biasa disebut Funai dan atau Rurche.
Alat pemancingnya sendiri bentuknya umum sepeti pancing cakalang pada umumnya.
Umpan hidup yang digunakan terdiri dari sejenis ikan teri, sardin, selar, kembung, lolosi
(Caesio spp ). Ikan-ikan umpan hidup ini biasanya diperoleh dari pengusaha penagkapan
ikan umpan.
b. Pole and line dengan perahu dayung
Untuk nelayan skala kecil, penggunaan perahu motor memaang dirasa terlalu mahal
biayanya, kecuali untuk perikanan industri. Bagi nelayan kecil penangkapan dengan pole
and line dapat menggunakan perahu dayung ( rowing boat ). Di daerah kepulauan maluku
bagian utara perahu yang digunakan disebut Bloto dengan panjang 7 m, lebar 1-1,25 m,
dalam 0,5 m, menggunakan tenaga 4 orang, sedang untuk ukuran lebih besar
menggunakan tenaga 6-8 orang. Sebagian nelayan daerah Ambon, Ceram, Banda juga
ada yang menggunakan perrahu dayung yang disebut Arambai, yang berukuran panjang
10 m, lebar 1-1,25m, dalam 0,50 m. tenaga yang diperlukan sejumlah 14 orang yaitu 7
orang pemancing, 5 orang pendayung dan 2 orang pengumpan.
c. Beberapa tipe pancing gandar
①. Pancing kakap
Suatu pancing yang dikhususkan memancing ikan kakap. Gandar berukuran panjang
4 m. pancing ini menggunakan umpan hidup, biasanya lundu ( Macrones gulio ) yang
diperoleh dari hasil menjala. Cara menggunakan umpan ini adalah dengan
memasukkan ujung mata pancing tepat dibawah kepala dibawah tulang punggung
atau di atas irip dada. Lokasi penagkapan yaitu I pantai, muara sungai, dan dekat
pelabuhan. Hasil tangkapan terutama ikan kakap. Daerah distribusi di Merauke,
Kaimana, Agat, muara sungai Mapi dan Digul.
②. Pancing bobara
Pancing bobara mempunyai panjang joran 3-3,5 m, berdiameter 2cm pada bagian
pangkalnya dan 0,75 m pada ujungnya. Tali pancing sepanjang  3,5 m dibuat dari
bahan nilon atau senar (plastik ). Pada ujung tali pancing diikat dengan kawat
tembaga ( panjang 25 cm )kemudian disambung lagi dengan kawat no 1 yang
panjangnya  10 cm dan baru pada ujung kawat ini dikaitkan mata pncing ( no 6 ).
Pada waktu penangkapan pancing ini menggunakan umpan hidupdari jenis tembang
atau japuh yang diperoleh dari hasil menjala. Lokasi penagkapan dilakukan di pantaipantai dimana banyak terdapat karang-karang. Hasil tangkapan kecuali bobara
(Carank spp ), juga ikan – ikan besar lainnya seperti kerapu ( Ephinephelus, spp ),
dan lain=lainnya. Penangkapan dengan menggunakan bobara banyak ditemukan di
daerah perikanan sekitar Gorontalo.
③. Pancing Tandipang
Mata pancing yang digunakan untuk mata pancing tandipang, berukuran yang paling
kecil dan idak berkait balik, dan dalam pengoperasiannya menggunakan umpan yang
terdiri dari udang halus atau udang rebon. Penangkapan dilakukan dengan bedramaiPage 103 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
ramai. Biasanya terdiri dari 15-20 perahu yang berukuran panjang 5m, lebar 0,5 m,
dalam 0,45 m dan dilengkapai dengan katir / sema bila telah ditemukan kawanan
ikan tembang, kemudian sebelum melakukan pemancingan ditaburi dulu dengan
udang halus. Sementara pancing yang telah diberi umpan dilemparkan ke dalam
airdan umumnya segera disambar. Umpan yang telah disambar ini dengan cepat
diangkat ke atas perahu. cara pemancingan ini sama dengan pole and line tapi khusus
untuk ikan kecil. Distibusi dari pancing ini adalah di daerah perikanan sekitar
Gorontalo.
3.7.Gambar tehnis
a. Pancing ini digunakan untuk menangkap blue fin tuna di Gulf of Biscay, Prancis
①. Diameter pole 30 mm
②. Panjang pole 1,35 m
③. Yaps,d : 4 , spread : 20
④. Tali mata pancing: PA MONO, d : 0,6 - 0,8
b. Pancing untuk Mackerel dari Jepang
①. Pole dari bambu 1,5 – 2 m
②. Tali pancing : PA MONO, d / 0,52 , panjang : 1.5 – 2 m
③. Umpan : sayatan daging ikan 50 – 60 mm
④. Shank : 41 – 47, spread : 14 - 18
c. Pancing untuk tuna digunakan di daerah kep Fiji, Samudera Pasifik
Page 104 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
①. Pancing dengan 1 pole untuk ikan < 8 KG
②. Pancing dengan 2 pole untuk ikan > 8 kg
③. Pole dari bambu panjang 3,20 – 3,40 m, d : 45
④. Tali pancing, PA MONO, d : 1,65 ,panjang 2,60 m
3.8.Bahan dan Spesifikasinya
a.Gandar
Untuk nelayan jepang yang menggunakan pole and line sebagai alat tangkapnya merek
biasanya menggunakan gandar dari bambu,karena disamping ringan juga lentur.
Selain itu ada juga yang menggunakan fiberglass untuk dipakai joran/ gandar, namun
harga fiberglass ini lebih mahal dari bambu.
b. Tali pancing
Tali pancing bisanya menggunakan PA atau polyamide dan ada juga yang
menggunakan benang / nylon monofilament dan senar plastik seperti nelayan di
daerah Ambon dan kepulauan Maluku lainnya.
c. Tali mata pancing
Tali mata pancing yaitu tali yang menghubungkan pancing dengan tali pancing,
biasanya terbuat dari kawat ( wire ) baja.
3.9.Umpan
Umpan yang digunakan untuk pole and line ini terdiri dari dua jenis yaitu umpan benar
( true bait ) dan umpan imitasi. Untuk umpan benar biasanya menggunakan ikan yang masih
hidup yaitu dari jenis ikan teri, sardin, selar, kembung, dan lolosi yang biasanya didapat dari
pengusaha penagkapan ikan umpan. Sedangkan umpan imitasi dapat digunakan bulu ayam
atau umpan palsu yang memang sudah dibuat secara komersil dan telah tersedia di pasaran.
Pada perikanan cakalang (Katsuwonus pelamis), karena dalam usaha menangkap jenis
ikan tersebut diperlukan umpan, maka baik para nelayan maupun para ahli perikanan
berusaha untuk mengetahui jenis umpan yang bagaimana disukai ikan tersebut. Ikan
cakalang termasuk jenis ikan yang rakus dan tidak menunjukkan adanya makanan utama,
tambahan dan sebagainya (Gunarso, 1985).
Pada perikanan tuna dan cakalang, besarnya hasil tangkapan yang dikehendaki
bergantung pada dapat terpenuhi atau tidaknya umpan hidup ataupun umpan mati dalam
jumlah dan kualitas tertentu. Beberapa jenis umpan tertentu, terkadang hanya dapat
diperoleh di perairan tertentu saja, yang mungkin sekali bahwa tempat untuk memperoleh
umpan tersebut sangat jauh dari daerah penangkapan, disamping bahwa beberapa spesies
tertentu tidak dapat diperoleh atau ditangkap secara terus menerus sepanjang tahun, karena
mungkin sekali jenis umpan tersebut dapat diperoleh secara musiman saja (Gunarso, 1985).
Umpan hidup merupakan faktor pembatas dalam penangkapan ikan cakalang dengan
pole and line. Analisa dari hasil-hasil penelitian (Widodo dalam Anonymous, 1986), memberi
petunjuk bahwa banyak sedikitnya hasil tangkapan yang diperoleh dari hasil analisa
menunjukkan rata-rata ratio hasil penangkapan ikan cakalang dan umpan berkisar antara
4,8-8,6 kg. Artinya dalam 1 kg ikan umpan menghasilkan 4,8-8,6 kg ikan cakalang. Besarnya
angka ratio ini dapat di pengaruhi oleh besar kecilnya gerombolan (schooling) cakalang yang
Page 105 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
dijumpai dan keadaan cakalang waktu dijumpai (lapar atau kenyang), juga selera/ nafsu
makan cakalang terhadap jenis umpan (mutu ikan umpan) yang digunakan.
Salah satu faktor pembatas berhasilnya perikanan cakalang adalah dengan cukup
tersedianya umpan hidup, yang dimaksud dengan perikanan cakalang yang berkaitan dengan
“umpan hidup” ialah penangkapan cakalang dengan pole and line. Walaupun pada prinsipnya
penggunaan ikan umpan hidup (life bait fishes) ditujukan khusus untuk menangkap ikan
cakalang dengan pole and line, namun hasilnya tidak hanya ikan cakalang/ skipjack
(Katsuwonus pelamis), tetapi juga jenis-jenis ikan lainnya. Untuk cakalang sendiri meliputi
80-95 %, sedang sisanya terdiri dari : Albakora/ albacore (Thunnus alalunga), Tuna mata
besar/ Big eye tuna (Thunnus obesus), Madidihang/ Yellowfin tuna (Thunnus albacares),
Tongkol (Euthynnus affinis).
Umpan yang digunakan adalah umpan hidup, dimaksudkan agar setelah ikan umpan
dilempar ke perairan akan berusaha kembali naik ke permukaan air. Hal ini mengundang ikan
cakalang untuk mengikuti naik ke dekat permukaan. Selanjutnya diadakan penyemprotan air
melalui sprayer. Penyemprotan air dimaksudkan untuk mengaburkan pandangan ikan
cakalang, sehingga tidak dapat membedakan antara ikan umpan sebagai makanan atau mata
pancing yang sedang dioperasikan. Umpan hidup yang paling sering digunakan adalah jenis
teri (Stolephorus spp.)
Umpan yang baik dan sering dipakai terutama adalah jenis teri, sardin, lolosi dan
layang. Sedangkan alat yang digunakan dalam penangkapan umpan tersebut yang berada di
perairan Teluk Bone, perairan Kendari dan perairan Bau-bau adalah alat tangkap bagan
rambo, bagan apung, sero, dan jala lompo.
3.10.Kapal dan Hasil Tangkapan
Para nelayan tradisional di Indonesia dalam operasinya masih menggunakan kapal kayu,
karena disamping bahan lebih mudah didapat tapi juga harganya lebih murah. Sedangkan
untuk nelayan dari jepang dapt dibedakan menjadi dua yaitu untuk kapal dengan ukuran
kurang dari 60 GT dibuat dari fiberglass, sedangkan yang lebih dari 70 GT dibuat dari baja.
Memancing dilakukan di haluan kapal, sedangkan semprotan air terletak di luar pagar kapal.
Untuk ruangan ikan dilapisi dengan kayu, namun karena terjadi kebocoran maka plat kayu
diganti dengan lapisan palt baja setebal 4,5 sampai 6 milimeter.
Pada penagkapan ikan dengan menggunakn pole and line ini, hasilnya antara lain :
a. Skipjack / cakalang ( Katsuwo pelamis )
b. Albacore ( Thunnus alalunga )
c. Mackerel ( Auxis tazard )
d. Bullet Mackerel ( Auxis rochei )
e. Bonito timur ( Sarda orientalis )
f. Kakap (Lates calcarifer )
g. Ikan-ikan pelagis kecil seperti Euthynnus spp dan Euthynnus affinis.
h. Dll
3.11.Daerah Penangkapan
Di perairan Indonesia, penangkapan dengan menggunakan pole and line banyak
terdapat di wilayah Indonesia timur seperti Minahasa, Gorontalo, Air tembaga, Ambon,
Bacan, Banda, Teratai dan Sorong. Sedangkan daerah penangkapan ikan dunia dengan
menggunakan pole and line sebagai berikut
 Antara lintang 40 0 LU dan 40 0 LS yaitu daerah kep Hawiai, Chilli, North Island , dan
zona ekuator lainnya.
 Daerah kepulauan Hokkaido dan Filipina.
 Samudera Atlantic dan Laut Mediterania
Adapun faktor-faktor yang erat hubungannya dengan fishing ground adalah :
1. Biologis, seperti : jenis ikan, kepadatan populasi, kemungkinan ruaya, behavior,
swimming layer dan lain sebagainya.
2. Keadaan perairan itu sendiri, seperti : kedalaman, tranparansi, arus, suhu,
kandungan O2/ CO2, kesuburan perairan dan bentuk dasar perairan.
Page 106 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
3. Jenis alat penangkapan dan cara penangkapannya.
Ikan akan selalu mencari tempat yang sesuai dengan sifat hidupnya. Biasanya suatu jenis
ikan mempunyai suhu optimum, faktor musim dan perubahan suhu serta berbagai keadaan
lainnya akan mempengaruhi penyebaran serta kelimpahan suatu daerah penangkapan ikan
(fishing ground). Sejauh ini telah diketahui bahwa salah satu daerah penangkapan (fishing
ground) yang baik terdapat di perbatasan atau pertemuan arus panas dengan arus dingin,
pada daerah terjadinya pembalikan lapisan air (up welling), terjadinya arus pengisian
(divergensi) dan lain sebagainya (Gunarso, 1985).
Penentuan daerah penangkapan (fishing ground) tuna dan cakalang secara tepat dapat
dilakukan dengan dukungan berbagai informasi. Informasi dapat diperoleh berdasarkan
pengalaman nelayan dan bantuan teknologi yang terus berkembang. Fishing ground tuna dan
cakalang dapat ditentukan secara visual langsung di perairan, atau secara tidak langsung
berdasarkan data yang diperoleh melalui teknologi penginderaan jauh dan hidroakustik
(Anonymous, 2001b).
Saat pencarian fishing ground merupakan suatu hal yang membutuhkan pengetahuan
dan keterampilan untuk membaca tanda-tanda alam. Biasanya hal ini merupakan tanggung
jawab dari fishing master, tanda-tanda alami di laut yang menunjukkan tentang adanya
kawanan ikan tersebut, antara lain :
①. Kawanan burung yang terkonsentrasi di atas permukaan laut dan sesekali menukik
②. Adanya percikan air di permukaan laut
③. Terdapat kayu, benda-benda terapung
④. Adanya mamalia laut, seperti lumba-lumba dan ikan paus
⑤. Konsentrasi warna yang lebih gelap, berbeda dibandingkan warna air disekitarnya.
Selain menggunakan tanda-tanda alami, kini para nelayan dipermudah dengan adanya
fishing ground buatan yang biasa disebut dengan rumpon. Ide pembuatan rumpon diperoleh
dengan memperhatikan tingkah laku ikan yang suka mengikuti benda-benda atau terapung di
tengah laut (Subani dan Barus, 1998).
Berdasarkan pengalaman nelayan, daerah penangkapan (fishing ground) tuna dan
cakalang yang catchable diantaranya ditandai oleh :
①. Warna perairan lebih gelap dibandingkan perairan sekitarnya
②. Ada banyak burung beterbangan dan menukik-nukik di permukaan air
③. Banyak buih di permukaan air
④. Umumnya jenis ikan ini bergerombol di sekitar batang-batang kayu yang hanyut
diperairan atau bersama ikan berukuran besar seperti ikan paus (Anonymous,
2001b).
Pada suatu daerah penangkapan ikan (fishing ground), kelompok ikan pada umumnya
tidak akan berada dekat pada lapisan permukaan dimana mereka lebih memungkinkan untuk
dapat ditangkap, bila suhu di tempat atau lapisan tersebut tidak sesuai bagi mereka, walau
mungkin saat itu mereka ada di sana (Gunarso, 1985).
Menurut Subani dan Barus (1998), ada beberapa persyaratan umum daerah
penangkapan yang potensial, untuk alat tangkap pole and line adalah :
①. Daerah tersebut ditemukan banyak gerombolan ikan cakalang sepanjang tahun
②. Daerah tersebut mempunyai kadar garam/ salinitas yang tinggi
③. Daerah tersebut merupakan tempat pertemuan arus
④. Daerah tersebut mudah didapatkan umpan hidup
Disamping itu persyaratan lain bagi ikan cakalang adalah kedalaman perairan sekitar 40 m,
warna air laut jernih dan merupakan daerah perairan terbuka.
Daerah penyebaran ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) membentang di sekitar
40ºLU-30ºLS. Daerah penangkapannya yang terbesar berada sepanjang katulistiwa yaitu
antara 10ºLU-10ºLS. Sebagian dari perairan Indonesia merupakan lintasan ikan cakalang
yang bergerak menuju kepulauan Filipina dan Jepang. Itulah sebabnya cakalang dijumpai
hampir sepanjang tahun di perairan Indonesia. Kelompok yang padat sering dijumpai pada
perairan sekitar Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku dan
Irian Jaya (Gunarso, 1985).
Page 107 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
Menurut Gunarso (1985), pola ruaya ikan cakalang dari Utara ke Selatan sepanjang
pantai Barat Sumatera (Samudera Hindia bagian Timur) sebagai berikut: bulan Juli sampai
September di bagian Utara jauh dari pantai Barat Sumatera dan pada bulan Oktober hingga
Desember di bagian Selatan dengan gerakan ke arah Timur. Pada bulan April hingga Juni,
ikan cakalang tersebut muncul diselatan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Bali dan Nusa
Tenggara Barat. Selama kurun waktu bulan April hingga Juni ikan cakalang kembali ke
Selatan menuju Samudera Hindia.
Ikan cakalang dapat mencapai panjang 1 meter dengan berat 25 kg. Ikan ini juga
terdapat di tiga samudra dunia tetapi menghendaki kondisi tertentu, faktor pembatasnya
yang penting adalah suhu dan salinitas. Cakalang lebih banyak hidup di perairan lapisan
permukaan dengan suhu 16-30 oC dan salinitas 32-36 promil dan melakukan pemijahan di
daerah pantai (Nontji, 1993).
3.12.Alat Bantu Penangkapan
Dalam pengoperasian pole and line, diperlukan alat bantu penengkapan yang berguna
unuk membantu mengumpulkan kawanan ikan atau untukk membantu dalam kelancaran
operasi penangkapan.
Alat bantu tersebut antara lain :
a.Jaring tangguk / seser
Jaring tangguk berguna untuk memojokkan umpan ke suatu sudut agar mudah di
tangguk dengan churchill. Sedangkan seser yang besar berguna untuk memindahkan
umpan hidup ke ember dan seser kecil digunakan untuk menyebar umpan
b. Penyemprot air
Penyemprot air yang erbuat dari pipa dan erletak di bagian tepi kapal yitu dibawah parapara . penyemprot air ini bergna untuik menyemprotkan air ke arah kawanan ikaan agar
kawanan ikan tersebut mengira air yang jatuh adalah umpan yang disebar sehingga
mudah untuk ditangkap/ dipancing.
c. Ember
Digunakan untuk menampung umpan hidup sebelum dipindah ke seser keciluntuk disebar
d. Mesin pemancing
Mesin pemncing ini teretak pada bagian pinggir lambung kapal. Ada sebagian pendapat
yang mengatakan bahwa penggunaan mesin ini lebih efektif dari tenaga manusia.
e.Rumpon
Rumpon ini berguna untuk mengumpulkan kawanan ikan dan harus dipasang jauh hari
sebelum operasi penangkapan, jadi tidak perlu menggunakan ikan hidup sebagai umpan
namun semprotan air masih harus terus digunakan.
3.13.Tehnik Operasi
f. Persiapan
Tahap persiapan ini dilakukan sebelum kapal berangkat untuk mencari gerombolan ikan /
fishing ground.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain :
①. Merangkai alat pancing
②. es / freon yang digunakan untuk menyimpan ikan hasil tangkapan agar lebih awet
③. umpan hidup, biasanya menggunakan ikan teri yang diperoleh dari hasil menjla
sendiri atau membeli dari pengusaha ikan umpan
④. ember, kaleng, jaring tangguk, seser yang berguna untuk membantu kelancaran
operasi penagkapan yaitu untuk menyebarkan umpan
⑤. joran / gandar yang telah dirangkai sesuai dengan sejumlah pemancing besreta
cadangannya.
⑥. Bahan bakar untuk berangkat dan kembali dari Fishing Ground
⑦. Bahan Makanan untuk anak buah kapal
⑧. Dan alat- alat lain yang dapat membantu kelancaran operasi penangkapan
Page 108 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
b. Mencari Fishing Ground
①. Mencari gerombolan ikan
Setelah semua alat yang diperlukan dalam operasi penangkapan disiapkan, dilakukan
pencarian gerombolan ikan. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
mencari secara langsung gerombolan ikan dengan berlayar kesana-kemari (
manouvere ) dan dengan memperhatikan kawanan burung laut atau ke tempat rumpon
yang telah disiapkan sebelumnya
②. Mengejar ruaya ikan
Untuk teknik mengejar ruaya ikan dapat digunakan 3 cara seperti diagram berikut ini :
1.
angin
arus
IKAN
kapal
2.
angin
IKAN
arus
kapal
3.
Angin
Arus
IKAN
kapal
b. Pemancingan
Pemancingan dilakukan dengan melemparkaan ikan umpan hidup sebagai perangsang
agar cakalang lebih mendekat ke arah kapal sehingga lebih udah dijangkau oleh pancing.
Setelah ikan mendekat, agar umpan hidup tidak banyak terbuang, maka kran penyemprot
air laut dibuka dan setelah ikan terlihat meloncat-loncat kemudian dipancing. Kegiatan
pemncingan ini dilakukan begitu rupa yaitu dengan menjatuhkan pancing ke atas
permukaan air dan bila disambar oleh cakalang, dengan cepat diangkat melalui atas
kepala dan secara otomatis terlempar ke dalam dek kapal. Hal demikian dilakukan hingga
berulang-ulang. Pemancingan dengan cara seperti ini biasa disebut dengan cara banting.
Disamping itu ada yang disebut dengan cara gepe yaitu cara pemancingan dengan pole
and line dimana setelah ikan terkena pancing dan diangkat dari dalam air kemudian
pengambilan dari mata pancing dilakukan dengan cara menjepit ikan diantara tangan dan
badan si pemancing
Adapun tahapan dalam pengoperasian alat tangkap pole and line sebagai berikut :
1. Setelah tiba di daerah penangkapan ikan cakalang, maka kecepatan kapal dikurangi.
Angin berasal dari lambung kanan kapal agar juru umpan lebih mudah membuang
umpan ke laut dan semburan air mengarah ke depan. Arus sebaiknya berasal dari
Page 109 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
lambung kiri dengan membentuk sudut 450 dengan arah angin. Apabila terjadi arus
kuat maka posisi kapal harus sejajar atau berlawanan arah arus sehingga kapal berada
diatas angin. Kemudian buoy-buoy (pelempar umpan) sudah siap untuk melempar
umpan hidup.
2. Nahkoda memberikan aba-aba pada buoy-buoy untuk mulai melempar ikan umpan
hidup dengan “sipu-sipu” (sejenis gayung yang terbuat dari jaring) dari lambung kiri
kapal. Apabila menggunakan alat bantu rumpon maka jarak kapal dengan rumpon
berkisar 500-1000 m.
3. Apabila ikan cakalang mulai memangsa umpan hidup, kemudian buoy-buoy secara
perlahan menebar ikan umpan hidup lagi dari haluan kapal, dan diusahakan
gerombolan ikan selalu berada di sebelah kiri lambung kapal dan haluan kapal.
4. Laju kapal dihentikan dan pemancing mulai melakukan pemancingan dari bagian
haluan, lambung kiri dan lambung kanan kapal.
3.15.Hal – Hal Yang Mempengaruhi Operasi Penangkapan
Pada penangkapan ikan dengan menggunakan pole and line ini hasil
tangkapan dipengaruhi oleh :
a. Kelengkapan alat bantu penangkapan : Apabila alat bantu penangkapan yang diperlukan
tidak lengkap dapat menghambat operasi penangkapan, sehingga mempengaruhi hasil
tangkapan
b. Waktu Penangkapan : Penangkapan dengan pole and Line ini juga tergantung dari waktu
penangkapan. Waktu yang optimal yaitu pukul 09.00 dan 15.00.
c. Keahlian memancing : Keahlian memancing ini mempengaruhi hasil tangkapan yang
diperoleh. Keahlian dibagi 3 yaitu :
①. Kelas 1 = 12 -15 ekor / mnt
②. Kelas 2 = 7 -12 ekor / mnt
③. Kelas 3 = 0 -7 ekor / mnt
Page 110 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
Tatap Muka ke 11
4. VERTICAL LINE ( Pancing Ulur)
4.1 Definisi Alat Tangkap
Alat pancing terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali dan mata kail. Selain itu
komponen lainnya misalnya tangkai (pole), pemberat, pelampung, dan kili – kili (swivel).
Ragam dari pancing ini banyak sekaliyaitu tuna long line, drift long line, set long line, pole
and line, troll line dan lainnya. Long line atau pancing rawai adalah suatu alat tangkap
pancing yang terdiri dari tali panjang ( tali utama / main line ) yang kemudian tali tersebut
secara berderet pada jarak tertentu digantungkan / diikatkan tali – tali pendek ( tali cabang /
branch line ) yang ujungnya diberi mata pancing / hook.
Sedangkan pancing rawai tegak lurus atau vertical long line merupakan salah satu dari
jenis long line yang cara pengoperasiannya secara vertical atau tegak lurus. Dalam satu unit
pancing ini ada yang memakai banyak mata pancing yang diikatkan sepanjang tali utama
pada jarak satu sama lain yang telah ditentukan.
4.2 Sejarah
Di Indonesia yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan dan perairan darat
lainnya, sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan ataupun banyak yang
menggantungkan hidupnya pada laut, sungai atau perairan lainnya. Pada jaman dahulu orang
menangkap ikan dengan peralatan yang seadanya dengan cara yang sederhana. Mereka
menggunakan kerang – kerang sebagai alat tangkap. Seiring kemajuan cara berfikir maka
mereka mulai mencari dan menciptakan suatu peralatan yang dapat memudahkan mereka
dalam menangkap ikan. Pancing pertama kali dibuat sangat sederhana, hanya dengan
tongkat dan satu tali utama. Mereka telah menggunakan umpan untuk menarik ikan.
Selanjutnya sedikit demi sedikit sesuai dengan kemajuan teknologi mulai ada pembaharuan
desain dan banyak modifikasi sehingga banyak tercipta bentuk – bentuk pancing yang sesuai
dengan kegunaannya masing masing dengan konstruksi yang lebih detail dan rumit. Sampai
saat ini alat tangkap yang satu ini dianggap masih berguna baik pada nelayan skala kecil
sampai perikanan industri.
4.3 Prospektif
Selama ini vertical long line atau rawai tegak lurus ini adalah pancing yang umumnya
digunakan oleh nelayan, khususnya nelayan pada skala kecil ( small scale fishery ). Kadang
juga digunakan untuk memenuhi kehidupan sehari – hari ataupun untuk kesenangan semata
– mata atau hobi ( game fish ). Namun seiring dengan kemajuan teknologi, maka alat
tangkap ini mengalami banyak modifikasi baik bentuk maupun bahan yang disesuaikan
dengan tempat dan jenis ikan yang akan di tangkap. Sehingga sekarang ini alat tangkap
pancing rawai tegak lurus / vertical long line ini mulai digunakan pada skala besar
diperuntukkan pada perikanan industri.
Alat tangkap ini juga sangat fleksibel, tidak mengenal siang maupun malam serta
musim apa saja dapat digunakan. Dalam kondisi daerah tangkap yang bervariasi juga dapat
digunakan. Misalnya di karang –karang, tempat dangkal maupun dalam, juga di rumpon –
rumpon maupun rompong ( payaos).
Page 111 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
4.4 Konstruksi Alat Tangkap
4.5 Konstruksi Umum
Secara umum rawai tegak lurus ini terdiri dari komponen – komponen utama yang
biasanya terdiri dari tali utama / main line, tali cabang / branch line / tali pancing, berikut
bagian – bagiannya yaitu tali pelampung dan pelampung, pemberat, tali jangkar atau tali
pemberat serta mata pancing.
b. Detail Konstruksi
Secara khusus pancing landung memiliki bagian – bagian sebagai berikut : tali utama /
main line panjangnya sekitar 50 – 100 m, jerat / kolongan, kawat kuningan dengan
panjang 0,25 m, tali kawat kurang lebih 100cm, mata pancing no.5 – no.14, landung /
sinkers 0,5 – 0,75 kg ( untuk pancing landung yang beroperasi di daerah kep. Masalima).
Sedangkan konstruksi khusus pada hand line di Jepang penangkapan di siang hari terdiri
dari main line dari PA MONO 1,6 , WIRE 1,panjang 5000 – 20000. Swivel 30 – 40. Branch
line PA MONO 0,6 – 1 panjang 300 – 400 m atau lebih dari 250 m. Pemberat yang dipakai
0,5 – 1 kg. Pengoperasian pada malam hari menggunakan lampu terdiri dari main line PA
MONO 1,6 , WIRE 1, panjang 5000 – 20000 m. Swivel 0,80 m, branch line PA MONO 0,6 –
1 panjang 50 – 70 m atau 300 – 400 m. Pemberat 0,5 – 1 kg.
Pancing ulur (untuk pengkapan Layur ) terdiri dari : tali pancing (line) yang bahannya
terbuat dari benang senar (PA. Monofilamen No. 250) dimana panjangnya tergantung dari
kedalaman lokasi tempat memancing dan jenis ikan yang akan dipancing; pemberat
(sinkers) yang bahannya terbuat dari timah atau kuningan dengan ukuran 500 – 750
gram; tali kawat (tali penghubung antara pemberat dengan pancing) yang bahannya
terbuat dari baja dengan panjang 50 – 100 cm; mata pancing (hook) yang terbuat dari
baja (galvanis) dengan ukuran No. 5-9 tergantung dari jenis ikan yang akan dipancing.
Biasanya pancing ulur hanya terdiri dari satu mata pancing, akan tetapi ada juga yang
menggunakan lebih dari satu mata pancing (Anonymous, 1991).
Menurut Subani dan Barus (1989), pancing ulur (hand line) dikategorikan menjadi 2
macam :
a.Pancing Ladung (drop line)
Pancing ladung (hand line) ialah suatu bentuk pancing yang umum digunakan oleh
nelayan, khususnya nelayan skala kecil (small scale fishery). Pancing ladung sering
disebut pancing labuh atau pancing ulur (drop line). Secara garis besar pancing ini
Page 112 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
terdiri dari beberapa komponen, yaitu (1) tali pancing (line); (2) mata pancing (hook)
dan pemberat (sinkers). Dalam satu unit pancing ladung ada yang memakai banyak
mata pancing yang diikat sepanjang tali utama pada jarak satu sama lain yang telah
ditentukan.
b. Cigi-Cigi (Jigger)
Cigi-cigi ada yang menamakan pancing tarik cepat adalah vertical line yang terdiri dari
banyak mata pancing. Biasanya pancing ini tidak diberi umpan, namun ada juga yang
diberi umpan pada pengoperasiannya (cigi cumi-cumi, squid jigger). Cigi biasanya
digunakan pada malam hari dengan memakai lampu sebagai alat bantu menghimpun
ikan.
4.6 Karakteristik
Ciri khusus dari pancing rawai tegak lurus atau vertical long line ini adalah memakai banyak
mata pancing / hook yang diikatkan sepanjang tali utama pada jarak satu sama lain yang
telah ditentukan pada satu unit pancing. Hal tersebut bertujuan agar ikan tertarik dan
menyambar mata pancing karena gemerlapan waktu di dalam air sehingga dikira makanan.
Selain itu pancing ini menggunakan pemberat pada saat operasi penangkapan berlangsung,
di samping cara pengoperasian secara tegak lurus kedalam air.
Page 113 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
Gambar Tehnis
4.7 Bahan dan Spesifikasi
Biasanya tali pancing dibuat dari bahan benang, katun, nilon, polythylin, plastik atau
senar dan lainnya. Sedangkan mata pancingnya / mata kail terbuat dari kawat baja, kawat
kuningan, atau bahan lainnya yang tahan karat. Ukuran berbeda – beda tergantung besar
kecilnya ikan yang akan ditangkap. Bila dilihat dari segi material / bahannya vertical long line
ini dapat dibagi menjdi dua jenis yaitu bahan utamanya monofilament ( biasanya PA ) dan
multifilament ( biasanya PVA seperti kuralon ), namun ada beberapa yang memakai wire.
Perbedaan penggunaan bahan ini akan mempengaruhi jenis line hauler yang akan digunakan.
Adapaun perbedaan dari kedua jenis bahan ini ( PA dan PVA ) yaitu ;
a. Monofilament lebih murah dan ringan dibanding dengan multifilamen serta lebih mudah
dirakit sesuai untuk kapal – kapal kecil.
b. Monofilamen lebih mudah di tangani di banding multifilamen
c. Monofilamen lebih kecil,halus, transparan, dan dinilai memberikan hasil tangkapan yang
lebih baik dibanding dengan multifilamen.
Page 114 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
4.8 Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan pancing rawai tegak lurus atau vertical long line ini bermacam –
macam. Secara umum hasil tangkapan dari vertical long line yaitu ; Tuna sirip biru ( Thunnus
maccoyii), Cakalang ( Katsuwonus pelarnis), Tuna mata besar ( Thunnus obesus ),
Madidihang ( Thunnus albacares ). Namun ada beberapa wilayah di mancanegara yang
mendapat hasil tangkapan yang berbeda misalnya red snapper ( Lutjanus Sanguineus), dan
Yellow Tail di perairan Jepang, Makarel di peraiaran Inggris, venezuela, dan Prancis, ikan Cod
di Island dan Atlantik, untuk tuna big eye juga didapatkan di perairan China dan Taiwan. Cigi
– cigi menghasilkan tangkapan ikan kembung, tandipang, selar, kuwe, malugis, cumi-cumi
dan lain – lain.
4.9 Daerah Penangkapan
Daerah penangkapan iakan dengan menggunakan rawai tegak lurus ini di Nusantara
meliputi daerah : Kepulauan Sepeken-Kangean, Bali, Pegagan-Madura, Puger-Jawa Timur,
Gorontalo-Sulawesi Utara, Masalima, Pelabuhan Ratu, Sumur-Jawa Barat, Air Tembagasulawesi Utara, Luwuk, Tk.Poh-Sulawesi Tengah. Sedangkan Wilayah – wilayah di luar negeri
yang operasi penangkapannya menggunakan vertical long line antara lain meliputi daerah ;
Inggris, Perancis, Jepang , Iceland, North west Atlantic, Venezuela, Taiwan, China, Spanyol,
Luzon, Dan Kepulauan Fiji.
4.10 Alat Bantu Penangkapan
Dalam operasi penangkapan dengan vertical long line ini ada beberapa yang
menggunakan alat bantu. Macam alat bantu yang dipergunakan antara lain Lampu. Lampu ini
digunakan pada malam hari untuk menghimpun kawanan ikan agar mendekati alat tangkap.
Jenis vertical long line yang menggunakan alat bantu lampu misalnya Cigi – cigi dan hand
line pada daerah operasi di Jepang.
Pada jenis vertical long line yang lain misalnya pancing landung ( termasuk
drop line), alat bantu yang digunakan berupa rumpon ataupun payaos. Jadi operasi
penangkapan dengan pancing landung ini diadakan pada daerah yang telah ditanami
rumpon / payaos. Perbedaan Rumpon dan Payaos, Rumpon dipasang pada daerah
perairan dangkal sedangkan Payaos pada perairan dalam ( payaos disebut juga
rumpon laut dalam ). Jenis alat tangkap yang menggunakan alat bantu payaos lebih
banyak dan lebih bervariasi.
4.11 Tehnik Operasi ( Setting Dan Hauling )
Penangkapan dengan pancing dapat dilakukan baik pada siang hari maupun pada
malam hari, dapat juga di gunakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim.
Untuk vertical long line ini ada yang menggunakan umpan dan ada pula yang tidak
menggunakan umpan pada saat pengoperasiannya. Umpan yang dipakai untuk menangkap
ikan tuna ada tiga jenis yaitu bandeng ( Chanos chanos ), Lemuru ( Sardinella longicep ), dan
Layang. Tehnik pemasangan umpan ada tiga macam, yaitu;
a.Mengaitkan mata pancing antara kedua mata umpan.
b.Mengaitkan mata pancing dengan menusukan bagian atas kepala
c.mengaitkan mata pancing di bagian punggung ( dorsal ), tepatnya di bawah sirip dorsal
tersebut.
Selain umpan benar ( ikan asli, baik mati maupun hidup ) ada juga umpan tiruan / umpan
palsu atau benda – benda lain yang sifatnya menarik.
Untuk alat yang dioperasikan pada malam hari maka akan menggunakan alat bantu
lampu untuk menghimpun ikan. Pemancingan dilakukan dengan menurunkan pancing secara
Page 115 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
tegak lurus kedalam air kemudian menggerak – gerakan ke atas dan ke bawah ( up and
down ) dan sekali kali di sentak keatas. Karena hook yang digunakan banyak , maka pada
saat disentakkan ke atas banyak ikan yang tersangkut di hook. Prinsip setting pemancingan
dilakukan demikian rupa, yaitu setelah pancing diturunkan / dijatuhkan kedalam air sampai
menyentuh dasar kemudian diangkat lagi sekitar 1 meter ( untuk tempat yang tidak dalam )
atau 2- 3 meter ( untuk perairan dalam, lebih dari 100 meter).
Setelah beberapa jam ( biasanya antara 5 – 6 jam, penarikan pancing dilakukan
dengan alat penarik line hauler. Dalam melakukan penarikan ini dibagi menjadi beberapa
kegiatan, misalnya pada waktu pelepasan dan merupakan suatu system yang satu dengan
yang lainnya berkaitan erat dan seirama. Secara garis besar kegiatan penarikan pancing
secara berurut dimulai dari tiang bendera, pelampung serta pemberat diangkat di atas
geladak kapal. Tali utama, tali cabang serta mata pancingnya dan begitu seterusnya sampai
keseluruhan pancing terangkat di atas geladak kapal. Kemudian bila pada mata pancing
terdapat ikan maka pengambilan ikan setelah ujung tali cabang dilepas dari tali utama.
Adapun cara operasi pancing ulur layur sebagai mana berikut ini. Cara
pengoperasian alat pancing ulur ini cukup sederhana yaitu dengan menurunkan tali pancing
yang telah diberi umpan pada mata pancingnya ke dasar perairan lokasi pemancingan
kemudian menunggu beberapa saat (sampai umpan pada mata pancing termakan oleh ikan
pemangsa) lalu ditarik keatas ke permukaan laut (diatas perahu/kapal) untuk mengambil
hasil tangkapan, kemudian kembali menurunkan kedalam laut, dan demikian seterusnya
(Anonymous, 1991).
Kayadoe (1983) berpendapat bahwa cara pengoperasian hand line adalah dengan
mengulurkan pancing secara vertikal ke bawah. Ujung tali yang satu berada ditangan nelayan
dan ujung tali lainnya dimana terdapat mata pancing diulurkan sampai ke dasar atau pada
kedalaman tertentu yang diduga tempat berkumpulnya ikan. Bila umpan yang melekat pada
mata pancing dimakan oleh ikan, maka tali pancing ditarik dan ikan yang tertangkap diambil.
Lokasi pemancingan dengan menggunakan pancing ulur dapat dilakukan di sembarang
tempat (di karang-karang, tempat-tempat dangkal maupun dalam, juga di rumpon-rumpon).
Prinsip pemancingan dilakukan sedemikian rupa, yaitu setelah pancing diturunkan kedalam
air sampai menyentuh dasar kemudian diangkat lagi barang satu meter (untuk tempat yang
tidak begitu dalam) atau 2-3 meter untuk tempat-tempat dalam (seratus meter lebih) atau
digantungkan (vertical longline) (Subani dan Barus, 1989).
4.12 Pancing Ulur Layur Prigi
Pancing ulur merupakan salah satu alat tangkap yang sederhana baik dilihat dari segi
fisik maupun cara pengoperasiannya. Secara umum alat tangkap pancing ulur yang
digunakan oleh nelayan di Perairan Teluk Prigi adalah sama. Perbedaan yang dapat dilihat
secara fisik adalah perbedaan pada ukuran (nomor) mata pancing dan jumlah mata pancing
yang digunakan pada satu unit alat tangkap pancing ulur. Perbedaan ini dikarenakan adanya
perbedaan daerah penangkapan (fishing ground) dan jenis ikan yang menjadi tujuan
penangkapan.
Satu unit pancing ulur yang digunakan oleh nelayan di Perairan Teluk Prigi terdiri dari
tali utama (main line), tali cabang (branch line), mata pancing (hook), kili-kili (swivel),
pemberat (sinker), kawat (wire leader), dan penggulung (fishing spool). Untuk penelitian ini
digunakan 4 unit pancing ulur dengan ukuran (nomor) mata pancing yang berbeda-beda,
yaitu nomor 7, 8, 9, dan 10. Adapun spesifikasi pancing ulur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
4.12.1
Tali Utama (Main Line)
Page 116 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
Tali utama terbuat dari bahan PA monofilament dengan warna putih transparan. Tali
utama yang dipakai dalam penelitian bernomor 2500 dan panjangnya 40 meter untuk
satu unit pancing ulur. Tali utama berfungsi untuk mengikat tali cabang dan
pemberat.
4.12.2
Tali Cabang (Branch Line)
Tali cabang adalah tali percabangan yang diikatkan pada tali utama dan mata
pancing. Tali cabang yang dipakai dalam penelitian ini terbuat dari bahan PA
monofilament dengan nomor 500 dan berwarna putih transparan. Jumlah tali cabang
sama dengan jumlah mata pancing yang digunakan yaitu 15 untuk setiap satu unit
pancing ulur. Panjang tiap satu tali cabang adalah 1-1,5 meter dengan jarak antar tali
cabang sebesar 2 meter.
4.12.3
Mata Pancing (Hook)
Mata pancing yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 ukuran (nomor) yaitu
nomor 7, 8, 9, dan 10. Setiap ukuran (nomor) mata pancing dipakai untuk 1 unit
pancing ulur dengan jumlah masing-masing 15 buah. Adapun ukuran bagian-bagian
mata pancing dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel Ukuran Bagian-Bagian Mata Pancing (hook) yang Digunakan dalam Penelitian
Keterangan
t
7(cm)
8 (cm)
9 (cm)
10 (cm)
Gap
1,7
1,4
1,3
1,2
Shank
3
2,7
2,5
2,3
Throa
1,7
1,6
1,3
1,3
Bend
3
2,7
2,4
2,1
Eye
0,8
0,6
0,6
0,5

0,2
0,15
0,1
0,1
(Sumber : Laili Nisfiana, 2004)
4.12.4
Kili-Kili (Swivel)
Kili-kili (swivel) yang digunakan terbuat dari baja. Ada 2 macam ukuran swivel yang
digunakan dalam penelitian ini. Swivel pertama berukuran nomor 3 yang digunakan
untuk menyambung 2 tali utama bila sewaktu-waktu pancing ulur digunakan pada
perairan yang lebih dalam sehingga membutuhkan lebih banyak mata pancing. Swivel
kedua berukuran nomor 8, swivel ini lebih kecil daripada swivel pertama. Swivel ini
digunakan untuk mengikat tali utama dengan tali cabang. Tujuan penggunaannya
adalah agar tali cabang tidak terbelit sehingga memudahkan pengoperasian pancing
ulur.
4.12.5
Pemberat (Sinker)
Pemberat digunakan dengan tujuan agar pancing cepat tenggelam dan tidak hanyut
terbawa arus. Dalam satu unit pancing ulur dipakai satu buah pemberat dengan
ukuran berat yang berbeda-beda tergantung pada jumlah mata pancing dan
keberadaan ikan yang menjadi sasaran. Pemberat yang digunakan dalam
penelitian ini terbuat dari besi dengan berat 200 – 400 gram.
4.12.6
Kawat (Wire Leader)
Kawat ini digunakan untuk sambungan antara tali cabang dengan mata pancing.
Kawat yang dipakai pada penelitian ini terbuat dari bahan baja dengan nomor 24.
Page 117 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
Kawat yang digunakan tiap satu ikatan tali cabang dan mata pancing adalah
sepanjang 10-15 centimeter. Kawat digunakan dengan tujuan untuk mengurangi
tekanan pada mata pancing yang tersangkut pada mulut ikan sehingga tali cabang
tidak mudah putus karena berat beban ikan layur yang terpancing.
4.12.7
Penggulung (Fishing Spool)
Penggulung terbuat dari bahan plastik dengan bentuk seperti roda. Penggulung ini
digunakan untuk menggulung pancing ulur agar tali-talinya tidak terbelit-belit (ruwet)
sehingga memudahkan dalam pengoperasiannya di lain waktu. Ukuran penggulung
bukan menjadi masalah asal disesuaikan dengan panjang tali dan banyaknya mata
pancing yang digunakan.
a.Armada Pancing Ulur
Pengoperasian pancing ulur ini menggunakan perahu/kapal bermotor. Pada umumnya
kapal yang dipakai untuk operasi alat tangkap pancing ulur di perairan Prigi
menggunakan sistem mesin dalam (in board system). Begitu pula dengan kapal yang
digunakan untuk penelitian ini. Adapun spesifikasi kapal yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1.Awak Kapal : 1 - 2 orang (maksimal 4 orang)
2.Dimensi Kapal (P x L x D) : (7,75 x 2,30 x 0,7) m
3.Bahan Kapal : Kayu Jati
4.Bahan Bakar : Solar
5.Merk Mesin : Donfeng (20 PK)
6.Kecepatan maksimum : 3 knot
7.Kapasitas bahan bakar : 35 liter
8.Kapasitas palkah : 1,5 ton (untuk penangkapan ubur-ubur)
Kapal ini dilengkapi dengan jangkar yang terbuat dari besi dan pelampung yang
digunakan agar kapal tidak terbawa arus pada saat pengoperasian pancing ulur. Selain
itu juga terdapat 2 buah lampu petromaks sebagai alat penerangan pada malam hari, 3
buah keranjang untuk mengangkut ikan layur saat penimbangan dan 3 buah cool box
yang terbuat dari steroform yang digunakan untuk penyimpanan ikan dengan es agar
ikan masih segar bila sampai di Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Gambar Kapal Pancing Ulur yang Digunakan dalam Penelitian (Sumber : Laili Nisfiana, 2004)
b. Operasi Penangkapan
Operasi penangkapan pada perikanan pancing ulur dimulai dengan persiapan sebelum
pemberangkatan Persiapan ini meliputi persiapan alat (pancing ulur), bahan bakar, es
dalam cool box, umpan, dan bekal makanan secukupnya. Setelah semua persiapan
Page 118 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
selesai, kapal diberangkatkan menuju fishing ground. Biasanya pemberangkatan ini
dilakukan sekitar pukul 15.30 – 16.30, namun waktu ini dapat berubah setiap saat
tergantung pada jarak fishing ground yang akan dituju.
Pada saat penelitian fishing ground yang dituju masih dalam wilayah didalam Teluk
Prigi. Waktu yang diperlukan mulai dari fishing base sampai fishing ground pada saat
penelitian sekitar kurang lebih 30 menit. Namun bila fishing ground yang dituju berada
diluar Teluk Prigi biasanya waktu yang diperlukan sekitar 1-2 jam. Penentuan fishing
ground didasarkan pada pengalaman hari sebelumnya dan informasi dari nelayan lain.
Daerah penangkapan antara nelayan satu dengan lainnya jaraknya tidak terlalu jauh
sehingga dapat dikatakan bahwa fishing ground untuk penangkapan ikan layur ini
bersifat menggerombol.
Sesampainya di fishing ground yang diprediksi banyak ikannya, jangkar diturunkan
kedalam air agar kapal tidak hanyut terbawa arus. Setelah itu nelayan menyalakan
lampu petromaks dan membuat umpan dengan cara memfillet ikan yang dijadikan
umpan dan dipotong kecil-kecil dengan ukuran panjang 10 – 15 cm dengan tebal  3
cm. Umpan yang dipakai adalah ikan layur hasil tangkapan hari sebelumnya dan juga
ikan hasil tangkapan yang didapatkan jika umpan yang ada sudah habis.
Umpan yang siap pakai dikaitkan pada mata pancing (hook) dan kemudian diturunkan
secara perlahan kedalam air agar tali pancing tidak terbelit. Setelah sampai pada
kedalaman yang diinginkan, maka pancing ulur dibiarkan dan sekali-kali ditarik sampai
terasa umpan yang dipasang termakan ikan. Apabila umpan telah termakan ikan layur,
maka dengan cepat tali diangkat keatas. Ikan yang terkait pada mata pancing
dilepaskan dan ditaruh pada keranjang. Pada saat ikan dilepaskan dari mata pancing
maka umpan yang sudah rusak sekaligus diganti dengan yang baru. Bila pancing semua
sudah diangkat keatas dan umpan sudah dipasang kembali maka tali pancing
diturunkan kembali kedalam air begitu seterusnya. Ikan yang sudah tertangkap ditata
sedemikian rupa dalam cool box yang sudah diberi es.
Operasi pemancingan biasanya dilakukan mulai tiba di fishing ground (senja hari)
sampai menjelang matahari terbit sekitar pukul 05.00 WIB. Setelah operasi
penangkapan selesai, maka jangkar diangkat dan kapal diberangkatkan pulang menuju
pelabuhan. Setelah sampai di pelabuhan ikan ditata dalam keranjang untuk kemudian
dijual di TPI.
Gambar Pengoperasian Pancing Ulur (Sumber : Laili Nisfiana, 2004)
Page 119 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
Gambar Penataan Ikan Layur Pada Cool Box(Sumber : Laili Nisfiana, 2004)
4.13 Hal – Hal Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan
Dalam operasi penangkapan dengan vertical long line hal – hal yang mempengaruhi
keberhasilan penangkapan antara lain adalah ;
4.14
4.15
4.16
4.17
4.18
Pemilihan jenis bahan dari line / tali yang sesuai dengan ikan yang akan ditangkap
dan sesuai dengan kondisi perairan.
Bahan dari mata pancing serta ukuran mata pancing yang sesuai dengan ikan yang
akan ditangkap.
Alat bantu penangkapan yang digunakan pada saat operasi penangkapan.
Lokasi / daerah tempat operasi penangkapan dilaksanakan
Kemampuan dari nelayan dalam pengoperasian alat tangkap vertical long line.
*
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous,1976, Fisherman’s Manual, World Fishing, England.
__________,1975, FAO Catalogue of Smail Scale Fishing Gier, FAO of UN.
Ayodyoa, A.U., 1972, Kapal Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
___________, 1975, Fishing Methods Diktat Kuliah Ilmu Tekhnik Penangkapan Ikan, Bagian
Penangkapan Fakultas Perikanan IPB, Bogor.
___________, 1983, Metode Penangkapan Ikan. Cetakan pertama. Fakultas Perikanan. IPB.
Bogor.
Damanhuri, 1980, Diktat Fishing Ground Bagian Tehnik Penangkapan Ikan, Fakultas
Perikanan Universitas Brawijaya, Malang.
Dickson, 1959, The Use Of Danish Seine, Modern Fishing Gear Of The World, Japan
International Cooperation Agency, Tokyo.
Fridman, !988, Perhitungan Dalam Merancang Alat Tangkap Ikan, Balai Pengembangan
Penangkapan Ikan, Semarang.
Martosubroto, 1987, Penyebaran Beberapa Sumber Perikanan Di Indonesia, Direktorat Bina
Sumberdaya Hayati, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Muhammad, S. Sumartoyo, M. Mahmudi, Sukandar dan Agus Cahyono, 1997, Studi
Pengembangan Paket Teknologi Alat Tangkap Jaring Dogol (Danish Seine) Dalam
Page 120 of 160
Mata Kuliah / Materi Kuliah
Brawijaya University
2011
Rangka Pemanfaatan Sumberdaya Ikan-Ikan Demersal Di Perairan Lepas Pantai Utara
Jawa Timur, Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya, Malang.
Nedelec W., 2000, Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Ikan, Balai Pengembangan
Penangkapan Ikan, Semarang.
Schmidt, Peter G.Jr., 1989, Fish Boats 2, Mc hills, London.
Subani, W., 1978, Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia, jilid I, LPPL, Jakarta.
Subani, W dan H.R. Barus, 1989, Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia, Balai
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.
Swandaru, 2000, Pengoperasian Alat Tangkap Purse seine dua Kapal di Perairan Selat Bali.
Laporan PKl, Fakultas Perikanan Unibraw, Malang
The Gourack Ropework, Co., ltd., 1961. Deep Sea Trawling and Wing Trawling.
Ward, george, ed., 1964. Stern trawling
Widodo, S., 2002, Identifikasi, Klasifikasi dan Inventarisasi Alat Penangkapan dan Armada
Perikanan di Kabupaten Jember, Fakultas Perikanan Unibraw, Malang.
PROPAGASI
A. Latihan dan Diskusi
1. Mengapa pancing pole and line tidak berkait balik?
2. Jenis ikan apa tujuan penangkapan pancing long line?
B.
Pertanyaan (Evaluasi mandiri)
1. What is the function of water spray?
2. Where is the best fishing ground for longline?
3. What are the differences between long line and pole and lien?
4. Why is life bait needed for pole and line ?
5. What kind of fish is ussually caught by pole and line?
C.
QUIZ -mutiple choice (Evaluasi)
D.
PROYEK (menghitung kedalaman mata pancing longline)
Page 121 of 160
Download