Karakteristik Metodologi Ekonomi Kelembagaan

advertisement
Metodologi
Ekonomi Kelembagaan
Kuliah Ekonomi Kelembagaan
MPKP – FE UI
9 September 2008
Oleh: Yohanna Hardiyanto-Gultom
Mainstream Economics
• Institusi dianggap sebagai variabel nonekonomi dan diasumsikan tidak berubah
(asumsi ceteris paribus)
• Institusi tidak dianalisa sebagai variabel
sebab atau akibat dari fenomena ekonomi
• Pasar diasumsikan hanya digerakkan oleh
hukum supply dan demand
Why Institution Matter?
• Mainstream economics gagal menjelaskan dan
memprediksi fenomena ekonomi riil:
– Proses pertumbuhan di negara berkembang  institusi berbeda
– Kejatuhan Soviet Union  absennya institusi dasar kapitalisme
(property rights & hukum kontrak)
– Tingginya biaya koordinasi dalam produksi & distribusi dalam
ekonomi modern  fokus hanya kepada masalah produksi dan
distribusi
– Dominasi biaya transaksi dalam sektor jasa yang memegang
peran penting dalam ekonomi
Institusi
• Definisi umum:
“Humanly devised constraints that structure political, economic and
social interaction” (North 1991).
• Jenis:
1. Batasan informal (informal contraints): sangsi, kebiasaan, adat,
norma, dll.
2. Batasan formal (formal constraints): konstitusi, hukum, hak
kepemilikan, peraturan, dll.
• Fungsi:
membawa keteraturan dan meminimalkan ketidakpastian
dalam hubungan/interaksi dan pertukaran.
meminimalkan perilaku oportunistik
menyediakan struktur insentif bagi ekonomi.
Peran institusi dalam ekonomi
• Mendorong terjadinya kesepakatan untuk melakukan
transaksi/pertukaran
Analisa game theory: individu dengan motivasi maksimisasi
akan memilih untuk bekerjasama (cooperate) saat “permainan”
itu akan berulang, ada informasi yang lengkap tentang pemain
(player), dan jumlah pemain yang kecil.
• Institusi dan pengawasannya mempengaruhi biaya transaksi
Institusi yang efektif mendorong terjadinya kerjasama,
mengurangi biaya transaksi (dan biaya produksi/transaksi)
Institusi dalam analisa Ekonomi Neoklasik
• Economics as a science of means-ends relationships, with the
choice of ends (preferences) being of no account (Robbins, 1932).
• Economics as a science of prediction and testing
“Invisible Hand” dalam teori general equilibrium Adam Smith,
yang merupakan preferensi, teknologi, property rights dan
institusi dianggap “given.”
Tidak menjawab bagaimana “Invisible Hand.”
• Asumsi “Economic Man” mengesampingkan kenyataan
kompleksitas perilaku manusia
“Simplifying Assumption”
dalam Ekonomi Neoklasik
• Agen ekonomi memiliki informasi yang sempurna
• Seseorang akan mencapai tujuannya dengan rasional dan akan
berusaha untuk memaksimalkan profit (berdasarkan budget
constraints)
• Membuat representasi dari rumahtangga, produser-investor, dan
pemerintah
• Transaksi di pasar tanpa friksi (tidak ada masalah koordinasi) dan
tanpa biaya
Axiom dalam perilaku rational choice
dalam Ekonomi Neoklasik
• Axiom 1: Completeness
There is no indecision: the individual can always compare (i.e.
stated his/her preference) between two distinct bundle of
consumptions
• Axiom 2: Reflexivity
The individual can always compare (i.e. stated his/her preference),
and the similar bundle of consumption is at least as good as itself.
• Axiom 3: Transitivity
The individual preference is internally consistent. Thus, when one say A
is preferred to B, and B is preferred to C, he/she will not say that C is
preferred to A.
Axiom dalam perilaku rational choice
dalam Ekonomi Neoklasik
• Axiom 4: Non-Satiation
If a consumption bundle X consist of at least more than one good than
X’, and no less of any other consumption bundle X’, then X is always
preferred than X’ (more is better than less)
• Axiom 5: Continuity
If an individual prefers A to B, then any closed set of
consumption bundle closed to A would also be preferred to B
• Axiom 6: Strict Convexity
The consumption of more of both goods (variety) induces
higher utility than more of one single good”
Sejarah Perkembangan
Ekonomi Kelembagaan
• Ekonomi Kelembagaan mencoba memasukan isu-isu
kelembagaan (institutions) dan perubahan kelembagaan
(institutional change) kedalam teori-teori ekonomi.
• Upaya untuk memperluas konsep perilaku manusia
(behavioral foundation) dalam ilmu ekonomi untuk mencakup
faktor-faktor “non-ekonomi” seperti:
-
Imperfect information
Social institutions (value, habit, routine, etc)  mempengaruhi
biaya produksi dan transaksi dalam ekonomi.
Sejarah Perkembangan
Ekonomi Kelembagaan
• Upaya ini dianggap membuat teori ekonomi menjadi lebih realistis
 dasar filosofi “Realism” yaitu anggapan bahwa “science primarily
aims at formulating true, explanatory theories.”
• Kritik terhadap asumsi perilaku manusia dalam ekonomi neo-klasik:
unrealistic. Realitas ekonomi dalam masyarakat sangat kompleks
sehingga kurang dapat dijelaskan oleh asumsi yang
disederhanakan: rational economic actor.
• Ekonomi kelembagaan mencoba mencari “the truth about the world”
dengan mencoba melonggarkan (relaxed) asumsi dasar “rational
man” untuk mengakomodasi fakta-fakta seperti keterbatasan
informasi kedalam asumsi perilaku manusianya.
Institusi dalam ilmu ekonomi
• American institutionalist: Veblen, Mitchell, Commons,
Ayres.
• Classical economists: Adam Smith, J.S. Mill.
• German, English and American historical school: Marx
(other Marxian).
• Austrian school: Menger, von Wieser, Hayek.
• Evolutionist economists: Schumpeter.
• Neoclassical: Marshall.
Institusi dalam ilmu ekonomi
• American institutionalist: Veblen, Mitchell, Commons,
Ayres.
• Classical economists: Adam Smith, J.S. Mill.
• German, English and American historical school: Marx
(other Marxian).
• Austrian school: Menger, von Wieser, Hayek.
• Evolutionist economists: Schumpeter.
• Neoclassical: Marshall.
2 Tradisi Pemikiran Kelembagaan
dalam ilmu Ekonomi
• Old Institutional Economics (OIE)
Berusaha menggantikan kerangka teori Ekonomi Neoklasik dengan
kerangka teori yang baru, yaitu yang memperhitungkan variabel
institusi
• New Institutional Economics (NIE)
Berusaha memasukkan variabel institusi kedalam kerangka teori
Ekonomi Neoklasik
* Perbedaan kedua aliran pemikiran ini dapat dipelajari lebih lanjut di:
Rutherford, Malcolm. 1996. Institutions in Economics: The Old and New
Institutionalism, Cambridge University Press, Cambridge.
Focus of Research Programs
OIE
1.
2.
NIE
Investigates the effects of new
technology on institutional schemes
and the way in which established
social conventions and vested
interests result such change 
Thorstein Veblen, Clarence Ayres.
1.
Concentrates on law, property rights
and organizations, their evolution and
impact on legal and economic power,
economic transactions, and the
distribution of income (institutions are
seen as the outcome of formal and
informal process of conflict
resolution)  John Commons,
Warren Samuels, Allan Schmid
(Commons tradition has closer links
with the NIE, although still differs in
significant way).
3.
2.
4.
5.
6.
Property rights (Demsetz, Alchian)
and common law (Posner).
Public choice processes, including
rent seeking and the activities of
distributive coalitions (Olson,
Mueller).
Deals with organization, includes the
agency theory (Jensen and
Meckling), transaction costs (Coase,
Williamson)
The use of game theory to model
action within given institutional
situations (Shubik); The evolution of
the social institutions themselves
(Schotter)
Economic history (Douglas North).
Austrian and neo-Schumpeterian
efforts to explain various types of
institutional development in invisiblehand or evolutionary terms (Hayek,
Methodological & Theoretical Approach
OIE
1. Anti – formalist
2. Holist
3. Behaviorist (rule
following)
4. Evolutionary and
invisible hand
5. Interventionist
NIE
1.
2.
3.
4.
5.
Formalist
Individualist
Rational choice
Collectivist
Non interventionist
Criticism
OIE
1.
2.
3.
4.
NIE (neoclassical and Austrian)
criticizes OIE for its:
lack of theory
tendency to argue in holistic
terms rather than individualistic
terms
use of a behavioristic rather than
rational choice framework
failure to appreciate the
importance of unintended and
evolutionary process in
institutional development as
opposed to processes of
collective decision making in
institutional design.
NIE
OIE criticizes NIE for its:
1.
2.
3.
4.
theory is often too abstract and
formal
adopts an extreme, reductionist,
version of individualism
view individual as overly rational
and overly autonomous being;
constrained but not otherwise
influenced by his institutional and
social setting
use of orthodox welfare criteria
are not appropriate for appraising
institutional change
2 Asumsi dasar perilaku manusia
dalam New Institutional Economics
1. Bounded rationality
Human behaviour that is “intendedly” rational, but only limitedly so
(Simon, 1961, p. xxiv)
2. Opportunism
Economic agents are guided by considerations of self-interest to
make allowance for strategic behavior
Bounded Rationality
Perilaku rational choice tidak realistis karena:
• Kompleksitas
– Agen ekonomi tidak dapat memprediksi segala kemungkinan
pilihan yang ada
• Uncertainty
– Ketidakpastian lingkungan tidak dapat diperhitungkan
• Language
– Keterbatasan agen ekonomi dalam mengartikulasikan
pengetahuan dan perasaannya melalui kata, angka atau grafis
membatasinya untuk dapat dimengerti sepenuhnya oleh orang
lain
BOUNDED/LIMITED RATIONALITY
(Herbert Simon)
•
Menggantikan konsep “economic man” menjadi “administrative man”
– Model umum dari rational choice gagal melihat bukti empiris dari proses
pengambilan keputusan.
– Evaluasi atas seluruh alternatif dilakukan sebelum melakukan pilihan
– Fakta: alternatif pengambilan keputusan sering dilakukan berurutan
(sequentially)
•
Global/substantive rationality vs limited/procedural rationality
– Simple pay-off function vs. partial ordering pay-off
– Information gathering problem & mental map: seek for “best” vs. seek for “good”
– Rational vs. reasonable
•
Seorang individu tidak selalu tahu segala biaya (pay-off) dari seluruh
alternatif pilihan yang ada, dan tidak memiliki kemampuan untuk
membandingkan berbagai variasi pay-off yang ada.
•
Isu:
– bagaimana seseorang bertindak rasional dalam situasi ini?
– Perilaku yang “intendedly” rasional
BOUNDED RATIONALITY…
• Agen ekonomi yang “rasional tapi terbatas” (bounded rationality):
– Akses terhadap informasi yang terbatas
– Kapasitas komputasi yang terbatas
• Perilaku rasional dalam konteks situasi tertentu
– Pilihan-pilihan/preferensi ada dalam kondisi yang tidak tetap
(uncertainty)
– Perlu melihat proses dari pilihan rasional itu, bukan hasilnya
(rasionalitas dari maksimisasi kepuasan).
• Lack of knowledge/limited information
– Ketidaktahuan tentang masa depan  membuat keputusan dengan
perkiraan akan masa depan.
– Ketidaktahuan tentang perilaku partner dalam kegiatan ekonomi
(cooperatif/tidak).
– Keterbatasan pengetahuan/informasi mempengaruhi masalah
koordinasi
Kontroversi dalam paradigma Optimization
(Problem of Self Reference)
• Skandal dalam teori ekonomi: teori persaingan tidak sempurna
– Dalam kondisi pasar hanya ada sedikit supplier, maka konsep profitmaximization tidak berjalan sempurna.
– Pilihan yang seharusnya rasional secara mendasar tidak bekerja
– Pilihan salah satu agen ekonomi sangat bergantung dengan pilihan
agen lainnya
– Tidak ada yang membuat pilihan tanpa membuat asumsi atas
bagaimana agen lainnya akan memilih.
• Dalam pasar oligopoli equilibrium terjadi sebagai hasil dari interaksi
antara ‘profit max’ firms  anomaly
• Segala usaha untuk menjelaskan hal ini dari perspektif substantive
rationality hanya bersifat ad hoc.
Kontroversi dalam paradigma Optimization
(Problem of Self Reference)
Kesimpulan:
• Mustahil seorang agen ekonomi memperoleh informasi yang
sempurna (perfect knowledge/information)
• Keputusan seorang agen ekonomi: tidak sempurna (imperfect
decision)
• Karena informasi ekonomi diperoleh dengan biaya
• Kapasitas untuk membuat keputusan juga merupakan sumberdaya
langka  memerlukan biaya
Opportunism
• Perilaku yang dapat menghasilkan ekspektasi yang
salah atau kosong sehingga keuntungan individu dapat
terealisasi
• Keuntungan (advantage) diperoleh dari:
– Kondisi produktif yang unik yang telah ada sebelumnya (pre-existing
condition)
– Adanya informasi yang terbatas atau terdistorsi
– Perjanjian yang tidak dapat dipercaya tentang perilaku di masa depan
– Termasuk juga manipulasi strategis tentang informasi atau
misrepresentation of intention
• Tidak dapat menjamin self-enforcing commitments
Perilaku “Rule Following”
• Teori rational choice gagal untuk memperhitungkan elemen dasar
dari kehidupan masyarakat:
– Kebiasaan
– Rutinitas
• Pengalaman yang berulang merupakan “trial & error”
• Agen ekonomi melakukan pilihan berdasarkan pengalaman yang
paling “memuaskan”
• Repetisi  kebiasaan dan rutin  pelajaran dan harapan
• Pengetahuan yang terbatas + kebiasaan & rutin = rasional
Perilaku “Rule Following”…
• Teori rational choice
– Maksimisasi terjadi dalam situasional/case by case maximization
• Bounded/procedural/adaptive rationality:
–
–
–
–
Ada situasi yang berulang (recurring situation)
Ada perilaku yang teratur (behavioral regularities)
Pilihan berdasarkan pengalaman di masa lalu
Keterbatasan informasi dan kapasitas reasoning membuat agen
ekonomi memilih untuk mengikuti kebiasaan (follow rules)
• Agen yang “tidak sempurna”: tidak sempurna dalam pilihannya dan
dalam aturan pengambilan keputusan yang dipakainya (masalah
kompetensi).
• Aturan/kebiasaan memfasilitasi pembuatan keputusan dalam situasi
yang kompleks
Metodologi Ekonomi
• Def: “the rationale and the philosophical
assumptions that underlie economics.”
• The foundation of economic theorizing
• Cakupannya:
– Prinsip-prinsip pengujian teori
– Struktur eksplanasi
– Fundamental
Metodologi yang umum dipakai
dalam ilmu ekonomi mainstream:
• Pengujian epistemologi:
– Peran kritis dari bukti empiris negatif dalam pengujian
teori untuk dapat menerima atau menolak suatu teori
ekonomi (rational acceptance)
• Inductive inference
– “the theory of prediction based on observation”
– Penjelasan melalui generalisasi berdasarkan contoh
spesifik/individual
• Contoh: seluruh angsa yang di observasi putih  semua
angsa putih
Poperian Dominance dalam Ekonomi
• Poperian Mainstream dalam Metodologi
Ekonomi
– Prinsip Poperian: hold in economics
– Metodologi falsifikasi: apakah teori ekonomi
dapat difalsifikasikan
– Refutable implication
Lakatosian mainstream
Methodology of Scientific Research Program:
– Hard core
(a set of irrefutable proposition)
– Protective belt
(successive auxiliary and refutable hypotheses)
– Heuristics
(a set of suggestion on how to develop the program)
Teori berkembang saat hard core tidak ditolak:
• Saat menemukan sesuatu yang baru atau tak terduga -- theoretical
progressive
• Saat data mendukung (corroborate) – empirically progressive
Issues
• Konsep ad hoc tidak dapat terjawab (mis.
Perilaku rational choice dalam pasar oligopoli)
• Bagaimana sebenarnya teori dapat berkembang
(theoretical development) – apakah hanya
dengan empirical falsification?
• Bagaimana menjawab konsep ad hoc?
Metodologi Ekonomi Kelembagaan
• Bagaimana memasukan institusi dalam penelitian ekonomi
• Bagaimana memasukan institusi dalam membangun teori ekonomi:
– Logika dari tindakan kolektif
– Sistem peraturan politik
– Institusi dari perusahaan bisnis
• Pendekatan evolusi (Nelson & Winter), Principal-agency teory
(Jensen & Meckling), pendekatan game teori, pendekatan biaya
transaksi (Williamson 1975, 1985, dan North 1990).
• Agenda baru: upaya untuk memasukan institusi dalam perumusan
teori ekonomi:
– Oposan
– Memasukan institusi kedalam kerangka teori ekonomi yang sudah ada
– Membangun teori tentang institusi terlepas dari batasan teori ekonomi
yang ada
Realism dalam Ekonomi Kelembagaan
• Fokus: pengujian teori dan eksplanasi
teori
• Apa yang perlu diperhatikan dalam
membangun teori institusi dalam konteks
teori ekonomi
– Apa dasar konseptual
– Apa dasar teori
– Apa dasar permasalahan empirisnya
Karakteristik Metodologi Ekonomi Kelembagaan
• Williamson (NIE)
– Ada dalam kerangka/trend teori mikro, sejarah ekonomi,
ekonomi property rights, sistem komparatif, ekonomi buruh dan
organisasi industri.
– 3 pandangan dasar:
• Menerima teori mikro – level abstraksi yang tinggi
• (Transaksi sebagai kasus utama/main case)
• Bersifat komplemen (bukan substitusi) terhadap teori mikro
• William Dugger (OIE)
–
–
–
–
Penekanan terutama pada peran kekuasaan di ekonomi
Ada keraguan atas institusi ekonomi yang ada
Membedakan institusi dari kegiatan teknologi/seremoni/industri
Memakai pendekatan evolusi (ekonomi sebagai proses
perubahan sejarah) bukan dalam konteks tahapan optimum
– Holism – ekonomi dan perilaku individu dilihat sebagai bagian
dari evolusi budaya
– Versi instrumentalis – ide sebagai instrumen yang dapat
dikoreksi
Karakteristik Metodologi Ekonomi Kelembagaan
•
Usulan Uskali Maki:
Setiap upaya penjelasan ekonomi yang melibatkan
institusi/lembaga dalam perannya sebagai eksplanantia atau
explananda atau keduanya, merupakan bagian dari ekonomi
kelembagaan.
•
3 Tema umum program penelitian Ekonomi
Kelembagaan (Richard Langlois):
1.
2.
3.
Rasionalitas maksimalisasi yang sempit  rasionalitas yang
realistis
Penjelasan ekonomi dengan pendekatan evolusi
Selain harga pasar, kegiatan ekonomi juga dikoordinasikan
dengan berbagai institusi lainnya yang perlu dipelajari secara
teoritis.
Usulan Richard Langlois:
tema dan program penelitian
Tema umum: Menolak konsep maksimisasi sempit  rasionalitas riil
Program penelitian: metode analisa situasional dengan asumsi
bounded rational
Tema umum: penjelasan ekonomi harus dinamis/evolusioner
Program penelitian: penjelasan invisible-hand (fenomena ekonomi
sebagai unintended consequences dari aksi individu)
Tema umum: selain harga pasar, aktivitas ekonomi dikoordinasikan
oleh variabel institusi
Program penelitian: institusi sebagai situasi dan institusi sebagai hasil
dari invisible-hand
Definisi Institusi:
•
Hayek:
Institution is a result of human action but not of human design.
•
Veblen:
An institution is of the nature of a usage which has become axiomatic
and indispensable by habituation and general acceptance.
•
Commons:
Institution as collective action – from unorganized custom to the many
organized Going Concern.
•
Vanberg:
Institution is systems of interrelated and mutually stabilizing routines.
•
Modern game theory:
A social institution is a regularity in social behaviour that is agreed to
by all members of society, specified behavior in specific recurrent
situations (self policed or policed by external authority).
Definisi Institusi:
1.
2.
Berkaitan dengan kebiasaan dan tradisi (perilaku yang reguler)
Berkaitan dengan aturan normatif yang mengatur perilaku tersebut
Usulan untuk menggabungkan 2 konsep ini:
1.
A social institution is a social organization which, through
the operation of tradition, custom or legal constraint, tends
to create durable and routinized pattern of behaviour (Geoff
Hodgson).
2.
Membedakan antara “institutional environment” dan
“institutional arrangement” (Davis and North)
3.
Membedakan antara institusi internal dan eksternal
(Lachmann)
Hubungan Sebab Akibat Situasional
dalam Teori Ekonomi Kelembagaan
[SA 1] Deskripsi situasi
Agen A berada dalam situasi tipe C
[SA 2] Analisa situasi
Dalam situasi tipe C, tindakan
yang tepat dilakukan adalah X
[SA 3] Prinsip rasionalitas Agen selalu bertindak secara
tepat atas situasi yang dihadapinya
[SA 4] Penjelasan
(maka) A melakukan X
Karakteristik Metodologis Ekonomi Kelembagaan
1.
Teoritis dan Ad hoc
OIE: Versi non teoritis dari institutionalism (ad hoc)
NIE: Non ad hoc (theoretical unity and continuity)
2.
Storytelling (holistic)
Dalam membangun teori tentang suatu fenomena, fakta, teori dan
nilai-nilai tercampur menjadi satu dalam analisa.
3.
Individualism dan holism
OIE: metodologi holism/komprehensif (social entity –
eksplanantia)
NIE: metodologi individualis (individu – eksplanandum)
4.
Isu tentang isolasi
OIE: wholist
NIE: isolation
Kontribusi Ekonomi Kelembagaan
1.
Menggantikan konsep maksimisasi dari Ortodox
Ekonomi dengan konsep rasionalitas yang lebih luas
2.
Komitmen untuk melihat fenomena ekonomi dari
perspektif proses.
3.
Memperluas domain studi dari ilmu ekonomi diluar
studi atas institusi pasar.
Pendekatan Interdisiplin dalam Ekonomi
•
Menganalisa variable endogen dan eksogen dalam
kerangka teori ekonomi
•
Mencoba memasukan variabel-variabel eksogen
tersebut dalam kerangka formulasi teori ekonomi
•
Bertujuan untuk mencari pendekatan yang lebih
realistis dan interdisiplin untuk teori ekonomi atau teori
sosial pada umumnya
Faktor Eksogen dalam Ekonomi Neoklasik:
potensi untuk pendekatan interdisiplin
1.
Taste dan preferensi
–
–
–
2.
Dipengaruhi oleh status sosial-ekonomi, pendidikan, status
pernikahan, ukuran keluarga, usia, gender, sosial-budaya, dll.
Preferensi atas income dan leisure mempengaruhi supply tenaga
kerja
Pengalaman/pelajaran masa lalu mempengaruhi preferensi
Teknologi
–
3.
Peran dari perubahan teknologi terhadap kompetisi, gaya
hidup dan pemerintahan
Pemerintah
–
–
Pengaruh pemerintah terhadap industri
Pendekatan pilihan publik
Download