makalah kolokium

advertisement
1
MAKALAH KOLOKIUM
Nama Pemrasaran/NIM
Departemen
Pembahas
Dosen Pembimbing/NIP
Judul Rencana Penelitian
:
:
:
:
:
Tanggal dan Waktu
:
Ahmad Fauzi/I34100050
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Maulidani Tresnaputri/I34100085
Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo A, MS/19630904 199002 2 001
Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja
Pelayanan Publik di Pemerintahan Desa
7 Maret 2014, 15.00-16.00 WIB
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Masa desentralisasi telah belangsung dan berkembang cukup lama di Indonesia.
Desentralisasi yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 2001 di Indonesia melibatkan semua
administrasi pemerintah daerah dan serangkaian wewenang dan tanggung jawab yang luas
(Worldbank 2008). Penerapan kebijakan desentralisasi yang dipahami sebagai penyerahan
wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan tercantum dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut UU
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yakni bertujuan untuk efisiensi pelayanan
publik, efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, dan pengembangan sistem demokrasi, serta
sebagai alat untuk pembangunan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik (Djohan 2013). Jelas
bahwa eksistensi peraturan ini sudah berlangsung setidaknya tujuh hingga delapan tahun yang
lalu. Kemudian pentingnya organisasi pelayanan publik mengacu pada Keputusan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara No 63/KEP/M.PAN/7/2003 bahwa dalam menghadapi era
globalisasi, aparatur negara dalam hal ini dititikberatkan pada aparatur pemerintah hendaknya
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan
penerima pelayanan, sehingga dapat meningkatkan daya saing dalam pemberian pelayanan.
Pemerintah daerah di seluruh Indonesia selain memiliki peran yang lebih besar dalam mengelola
daerah sebagaimana yang amanatkan dalam peraturan di atas juga dituntut untuk melaksanakan
tanggung jawab secara maksimal.
Permasalahan pada tubuh organisasi pemerintahan daerah seperti tidak optimalnya kinerja
masih banyak ditemukan di berbagai daerah. Peluang desentralisasi untuk mengatur daerahnya
secara mandiri dan lebih baik masih bukan sebagai tujuan utama pemerintah daerah dalam
mengelola daerahnya sendiri. Di sisi lain laporan mengenai akuntabilitas kinerja Kabupaten/Kota
cenderung mengalami kenaikan. Sebagaimana laporan dari Kementrian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan) pada tahun 2013 bahwa ada peningkatan yang
signifikan pada tahun 2012 terhadap apa yang telah dilakukan penilaian akuntabilitas terhadap 435
(89 persen) dari 491 pemerintah kabupaten/kota. Hasilnya, sebanyak 106 kabupaten/kota atau
hampir mencapai 25 persen jumlah kabupaten/kota yang berkinerja baik (mendapat nilai CC ke
atas) serta dari hasil penilaian, dua kabupaten/kota diantaranya mendapat nilai B, dibanding tahun
sebelumnya hanya satu Kota, adapun 104 lainnya mendapat nilai CC.
Masalah kinerja yang masih belum optimal ini diduga karena hubungan interaksi yang tidak
solid di tubuh organisasi pelayanan publik. Interaksi ini berkaitan dengan komunikasi yang
berlangsung di dalam organisasi tersebut. Interaksi yang di dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa
komunikasi ini jika dalam suasana mendukung akan menghasilkan kinerja yang baik dan optimal.
Sebaliknya jika komunikasi yang berlangsung tidak mendukung, penurunan kinerja dapat saja
terjadi. Dinamika komunikasi yang ada di dalam organisasi mendukung terhadap pencapaian
kinerja yang diinginkan. Kinerja dapat dianalisis dan diukur dari berbagai sudut pandang dan
kebutuhan. Salah satu yang dapat mempengaruhi kinerja adalah iklim komunikasi organisasi.
Menurut hasil penelitian terdahulu dari Yoanne pada tahun 2013 menunjukkan bahwa besar
pengaruh iklim komunikasi organisasi PT. Djarum Super Cooking Oil Surabaya terhadap kinerja
2
karyawan adalah 25,2 persen. Hal ini menunjukkan bahwa iklim komunikasi organisasi
memberikan sumbangsih dalam mempengaruhi kinerja pegawai dalam suatu organisasi. Iklim
komunikasi organisasi berkaitan dengan bentuk interaksi, persepsi-persepsi, dan jaringan
komunikasi internal organisasi yang mempengaruhi efektivitas fungsi organisasi. Iklim komunikasi
organisasi adalah suasana komunikasi yang diciptakan oleh pola dari hubungan interpersonal
yang berlaku dalam organisasi (Nurlita 2012). Hubungan interpersonal yang kondusif akan
membentuk kepercayaan satu sama lain antara atasan dan bawahan dalam menghasilkan kinerja
yang diinginkan sesuai dengan visi-misi organisasi yang telah disusun dan disepakati.
Iklim komunikasi pada organisasi pelayanan publik penting untuk didukung oleh tata kelola
atau manajemen yang baik pula. Manajemen pemerintahan daerah berkaitan dengan bagaimana
pemerintahan daerah memiliki standar operasional yang terukur dan sesuai dengan visi misi
daerah tersebut. Konsep good governance juga menjadi acuan untuk dapat melihat sejauh mana
manajemen dan tata kelola pemerintahan daerah. Menurut Pohan (2000) di dalam Ambraw (2009)
bahwa good governance tidak sebatas pada bagaimana pemerintah menjalankan wewenangnya
dengan baik, tetapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana masyarakat dapat berpartisipasi dan
mengontrol pemerintah untuk menjalankan wewenangnya tersebut dengan baik. Kinerja atau
performance menurut Bastaman (2010) adalah tingkat pencapaian yang dapat diukur dan dilihat
dari kriteria dan standar yang telah ditetapkan oleh organisasi. Pemerintah sebagai organisasi
publik dalam mewujudkan good governance membutuhkan kinerja optimal. Kinerja dapat
dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satu nya adalah iklim komunikasi organisasi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja adalah kepemimpinan, kualitas personil, struktur organisasi, sistem
dan prosedur, prasarana dan sarana, komunikasi, motivasi dan iklim organisasi (Wibawa 2010).
Selain itu, Worldbank (2008) memberikan rancangan mengenai indikator-indikator penilaian kinerja
pemda dalam pembangunan sebagai berikut :
Gambar 1. Rancangan Indikator Kinerja Pemerintah Daerah1
Gambar 1. Rancangan Indikator Kinerja Pemerintah Daerah1
Pada gambar diatas Worlbank (2008) menetapkan empat pilar utama dalam menilai kinerja
keseluruhan pemerintah daerah (pemda) yaitu, pengelolaan keuangan pemerintah, kinerja fiskal,
penyediaan layanan, dan iklim investasi. Sebagai fokus bahwa tulisan ini mengacu pada kinerja
pemerintah daerah (pemda) dalam penyediaan layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan
prasarana daerah. Kecenderungan yang terjadi di dalam tubuh pemerintahan daerah adalah
kurangnya perhatian pada tujuan berkinerja tinggi. Organisasi pelayanan publik seperti pemerintah
daerah berbeda dengan organisasi publik yang dikelola oleh swasta. Pada intinya pelayanan
masyarakat (public service) lebih menekankan kepada mendahulukan kepentingan publik,
mempermudah urusan publik, mempersingkat waktu proses pelaksanaan publik dan memberikan
kepuasan kepada publik (Mulyadi 2013). Sebagai tambahan bahwa pemerintah memiliki nilai
1
http://wwwwds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2008/12/31/000334955_20081231034617
/Rendered/PDF/470090BAHASA0W1blic10LGPM1indonesia.pdf [diunduh pada tanggal 24 Desember 2013,
pukul 23.15 ]
3
tanggung jawab sosial yang tinggi. Dengan demikian kinerja tidak hanya dilihat mengenai
pencapaian hasil namun juga dilihat bagaiamana proses kinerja yang berlangsung dan tanggungjawabnya terhadap publik.
Desa Situ Udik merupakan desa yang terletal di wilayah Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor. Desa Situ Udik merupakan desa dengan tipe pertanian sawah yang terdiri dari
12 RW dan 43 RT. Struktur pemerintahan Desa Situ Udik sama seperti desa pada umumnya di
Indonesia yang dipimpin oleh seorang Kepala Desa beserta perangkat-perangkat desa di
bawahnya seperti Sekretaris Desa, Kepala Urusan, Kepala Teknis, Unsur Wilayah, Kepala RW,
dan Kepala RT. Saat ini Desa Dukuh Jati dipimpin oleh Bapak Enduh Nuhudawi. Perkembangan
Desa Situ Udik dari tahun ke tahun telah terlihat hasilnya. Sederet prestasi yang telah diraih
menjadikan Desa Situ Udik memperoleh penghargaan Desa Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa
Barat tahun 2012, tidak hanya itu Bapak Enduh Nuhudawi dinobatkan sebagai Kepala Desa
Teladan Tingkat Nasional. Prestasi yang bukan hal yang mudah untuk dicapai ini dinilai
berdasarkan upaya desa dalam mewujudkan kinerja tata kelola (governance) serta upaya desa
dalam mewujudkan desa yang mandiri melalui program pemberdayaan masyarakatnya. Hasil
penilaian ini penting bagi peneliti untuk menganalisis sampai sejauh mana keadaan iklim
komunikasi, kinerja dan tata kelola pemerintahan desa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pelayanan Publik
di Pemerintahan Daerah.
1.2. MASALAH PENELITIAN
Kegiatan pemerintahan sebagai bagian dari organisasi pelayanan publik memerlukan
komunikasi yang baik dalam membangun hubungan antar anggota di dalamnya. Hubungan yang
berlangsung ini juga dapat mempengaruhi iklim komunikasi yang berkaitan erat dengan rasa
kepercayaan, kejujuran dan komitmen satu sama lain dalam mewujudkan kegiatan pemerintahan
yang optimal. Maka dari itu, Bagaimana keadaan iklim komunikasi yang berlansung saat ini di
Pemerintahan Desa Situ Udik?
Dukungan iklim komunikasi yang positif memungkinkan untuk
menghasilkan kinerja yang optimal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kinerja
pemerintahan daerah saat ini masih banyak yang perlu diperbaiki. Keluhan dan ketidakpuasan
masyarakat menjadi bukti bahwa kinerja pemerintahan daerah merupakan hal yang penting dalam
mewujudkan kepercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya. Idealnya dalam suatu organisasi
pelayanan publik seperti pemerintahan desa memiliki evaluasi dan standar operasional kinerja
anggota yang terukur. Dari hal inilah, maka Bagaimana kinerja aparatur publik saat ini di
Pemerintahan Desa Situ Udik?
Dalam mewujudkan pemerintahan daerah yang baik perlu adanya tata kelola atau
governance yang dirancang dan diimplementasikan dengan baik. Tata kelola yang meliputi
akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi merupakan dasar penilaian umum sampai sejauh mana
dimensi-dimensi tersebut diterapkan dalam tata kelola yang ada saat itu. Tata kelola mencakup
bagaimana pemerintah mampu berkerja dalam tatanan yang efisien, efektif, amanah, professional,
serta membentuk hubungan atau interaksi politik antara pemerintah dengan masyarakat. Dalam
pemerintahan, tata kelola yang baik mencerminkan pula pada kinerja pemerintahaan yang
maksimal dan memenuhi standar. Dengan latarbelakang prestasi yang diraih oleh Pemerintahan
Desa Situ Udik, maka Bagaimana tata kelola yang saat ini diimplementasikan oleh
Pemerintahan Desa Situ Udik?
Kinerja berkaitan dengan target dalam sebuah organisasi, dan bagaiamana berbagai
elemen mendukung target itu sendiri. Kinerja tidak hanya dilihat pada hasil kerja saja namun juga
pada proses kerja itu berlangsung. Ada beberapa faktor yang memungkinkan baik atau buruknya
kinerja individu, kelompok atau organisasi. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi adalah
iklim komunikasi, disiplin, responsibilitas, kualitas dan kuantitas kerja. Desa Situ Udik melakukan
evaluasi sederhana dengan memperbanyak intensitas komunikasi melalui obrolan langsung antara
kepala desa dengan jajarannya atau dalam forum yang lebih resmi seperti pengajian dan rapat
bulanan. Aparatur desa saat ini yang bekerja di kantor desa adalah aparatur yang telah bekerja
beberapa periode kepemimpinan desa dan memiliki reputasi kinerja yang baik menurut Bapak
Enduh Nuhudawi (Kepala Desa Situ Udik). Faktor penentu kinerja dalam suatu organisasi dapat
4
berbeda-beda yang disesuaikan pada jenis organisasi tersebut. Oleh karena itu, Faktor-faktor
apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja pelayanan publik di lingkungan Pemerintahan
Desa Situ Udik?
Iklim komunikasi di dalam sutu organisasi dapat menjadi suatu acuan untuk melihat dinamika
organisasi dan budaya kerja yang ada. Komunikasi yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan organisasi dapat menghasilkan iklim komunikasi yang berubah-ubah
pula. Kinerja yang optimal dalam sebuah organisasi menunjukkan bahwa komunikasi yang terjadi
di dalamnya efektif. Iklim komunikasi organisasi yang terjadi demikian memungkinkan akan
mempengaruhi kinerja individual atau anggota organisasi. Maka dari itu, Berapa besar pengaruh
iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja pelayanan publik di Pemerintahan Desa Situ
Udik?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja pelayanan umum di
Pemerintahan Desa Situ Udik. Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis keadaan iklim komunikasi yang berlangsung saat ini di Pemerintahan Desa Situ
Udik.
2. Menganalisis kinerja pelayanan publik saat ini di Pemerintahan Desa Situ Udik.
3. Menganalisis tata kelola (governance) yang saat ini diimplementasikan oleh Pemerintahan
Desa Situ Udik.
4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pelayanan publik di lingkungan
Pemerintahan Desa Situ Udik.
5. Menganalisis besar pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja pelayanan publik
Pemerintahan Desa Situ Udik.
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi akademisi, pembuat kebijakan
dan masyarakat pada umumya mengenai kajian iklim komunikasi dan kinerja pemerintahan
daerah. Secara spesifik dan terperinci manfaat yang didapatkan oleh berbagai pihak adalah
sebagai berikut :
1.
2.
3.
Bagi akademisi
Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian mengenai
ilmu komunikasi secara khusus iklim komunikasi dan pengaruhnya terhadap kinerja pelayanan
publik di pemerintahan daerah. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi literatur bagi akademisi
yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai iklim komunikasi organisasi dan kinerja pelayanan
publik di pemerintahan daerah.
Bagi pembuat kebijakan
Bagi pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menjadikan acuan dan kesadaran
bagi pembuat kebijakan dalam hal ini pemerintah daerah agar tetap mampu bekerja optimal
melayani masyarakat. Diharapkan penelitian ini pula dapat berguna bagi penilaian kinerja
aparatur di pemerintahan daerah dan pertimbangan langkah strategis selanjutnya.
Bagi masyarakat
Bagi masyarakat khusunya pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan mengenai iklim komunikasi organisasi dan kinerja pelayanan publik di
pemerintahan daerah.
5
2. PENDEKATAN TEORETIS
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin
communicatio, yang bersumber dari kata communis yang berarti sama, yang diperjelas dengan
sama makna (Effendy 2007). Manusia adalah makhluk sosial yang tidak lepas dengan kebutuhan
komunikasi sebagai bentuk interaksinya. Tubbs dan Moss di dalam Mulyana (2005)
mendefinisikan komunikasi sebagai proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih.
Sedangkan menurut Effendy (2007) menjelaskan pada intinya proses komunikasi adalah proses
penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan)
di mana pikiran tersebut dapat berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dalam
benaknya.
Tubbs dan Moss (1983) serta De Vito (1996) di dalam Mugniesyah (2010) menjelaskan
tipologi model komunikasi yang terbagi menjadi tiga. Berikut karakteristik dari tiga tipologi model
komunikasi tersebut:
a.
Model Linier
Dalam model komunikasi ini, pembicara berbicara pada pendengar dan pendengar
mendengarkannya. Proses komunikasi dimulai oleh pembicara (sumber) yang menciptakan
pesan yang dikirim agar menimbulkan pengaruh pada pendengarnya (penerima). Dalam
kata lain, model ini menggambarkan proses komunikasi searah.
b.
Model Interaksional
Peristiwa komunikasi pada model interaksional terjadi ketika sumber berbicara dan penerima
mendengarkannya. Sebaliknya, ketika penerima (pendengar) berbicara maka giliran
pembicara yang mendengarkannya. Dalam model ini, komunikasi berlangsung dua-arah, di
mana pendengar memberikan umpan balik kepada pembicara (sumber).
c.
Model Transaksional
Tipe model komunikasi transaksional berlangsung hanya jika komunikasi dipandang dalam
konteks hubungan antara dua orang atau lebih, di mana arah pesan atau pengaruh bukan
terjadi dua arah, namun berlangsung secara simultan selama pihak-pihak yang terlibat
(partisipan) berkomunikasi. Dalam model ini parisipan memberikan pengaruh satu sama lain
(mempengaruhi-dipengaruhi).
Menurut Berlo (1960) di dalam Lubis (2010), terdapat enam unsur komunikasi, yaitu sebagai
berkut:
a.
Sumber merupakan orang atau sekelompok orang yang sengaja dan bertujuan untuk
berkomunikasi, dalam beberapa model komunikasi sumber disamakan dengan pengirim
pesan (encoder).
b.
Penerima yaitu orang atau sekelompok orang yang menjadi sasaran komunikasi, atau
disamakan dengan decoder
c.
Pesan sangat diutamakan dalam proses komunikasi, apakah mencapai kesamaan makna
antara pengirim dan penerima pesan. Pesan dapat berupa ide atau tujuan, yang
dikemukakan dalam bentuk kode atau kumpulan simbol yang tersusun secara sistematis.
d.
Saluran mencakup tiga pengertian, yaitu moda pesan, kendaraan pesan, dan pembawa
pesan.
e.
Akibat adalah hasil komunikasi atau respon penerima terhadap pesan yang disampaikan
oleh sumber. Ada akibat komunikasi yang langsung terlihat, misalnya mengangguk atau
memberi sesuatu karena terpengaruh oleh iklan. Ada juga akibat yang tidak terlihat
langsung, seperti perubahan motivasi.
f.
Umpan-balik adalah respon penerima yang diterima oleh sumber. Umpan-balik dapat berupa
isyarat non-verbal, dapat berupa verbal.
6
Berlo (1960) di dalam Lubis (2010) menyatakan ada tiga tujuan komunikasi yaitu :
a.
Memberitahu; artinya kita berkomunikasi untuk menyampaikan sesuatu hal (gagasan,
pemikiran, perasaan, dan sejenisnya. Agar komunikasi untuk memberitahu efektif, informasi
yang disampaikan adalah factual dan obyektif.
b.
Membujuk; artinya komunikasi dipergunakan untuk mengubah perasaan, dari tidak suka
menjadi suka. Dalam hal ini, komunikasi tidak hanya empengaruhi pikiran, tetaapi juga
mengubah emosi seseorang.
c.
Menghibur; artinya komunikasi dipergunakan untuk menghibur atau menyenangkan
seseorang.
Konsep Dasar Organisasi
Weber (1947) di dalam Little John dan Foss (2009) mendefinisikan organisasi sebagai
sebuah sistem kegiatan interpersonal yang memiliki maksud tertentu yang dirancang untuk
menyelaraskan tujuan-tujuan individu, di mana dalam hal ini tidak dapat dilakukan tanpa adanya
otoritas, spesialisasi, dan regulasi. Menurut perspektif ilmu komunikasi, organisasi tidak terbentuk
karena adanya surat atau dokumen persetujuan, tetapi organisasi ada sejak adanya interaksi atau
komunikasi tertentu di antara orang-orang yang menunjukkan bahwa mereka tengah berorganisasi
(Morissan 2009). Hal yang membedakan organisasi dan kelompok menurut Weber (1947) di dalam
Morissan (2009) adalah terletak pada birokrasi, organisasi memiliki sistem yang mengatur dirinya
yaitu birokrasi namun tidak demikian halnya dengan kelompok. Sebelum memahami iklim
komunikasi organisasi akan menjadi lebih baik jika konsep organisasi dipahami terlebih dahulu.
Organisasi sebagai mana manusia pasti membutuhkan komunikasi. Komunikasi yang ada di
dalam sebuah organisasi secara khusus dinamakan komunikasi organisasi.
Rangkuti (2010) menyatakan bahwa dalam internal suatu organisasi terdiri dari berbagai
elemen yang saling terkait di antaranya struktur sosial, teknologi, tujuan dan partisipan (anggota)
berkaitan langsung dengan faktor lingkungan eksternal organisasi. Semua elemen tersebut akan
membentuk pola bagaimana organisasi tersebut bekerja yang membedakan organisasi satu
dengan lainnya. Menurut Muhammad (2007) di dalam Rangkuti (2010) setiap organisasi dalam
mencapai tujuannya mempunyai struktur yang mengatur hubungan hierarki antar berbagai elemen
yang diatur berdasarkan kesepakatan tiap organisasi yang digambarkan dalam struktur organisasi.
Mulyadi dan Rivai (2012) mendefinisikan struktur organisasi sebagai pola formal bagaimana orang
dan pekerja dikelompokkan dalam suatu organisasi yang biasa digambarkan dengan bagan
kelompok. Struktur organisasi dapat menggambarkan bagaimana pola komunikasi di dalamnya,
apakah antar anggota, bahawan kepada atasan atau sebaliknya.
Konsep organisasi juga erat kaitannya dengan perilaku organisasi. Menurut (Mulyadi dan
Rivai 2012) perilaku organisasi merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang interaksi
antarmanusia dalam organisasi yang meliputi studi secara sistematis tentang perilaku, struktur dan
proses di dalam organisasi. Perilaku organisasi menjelaskan pula bagaimana anggota saling
berbagi informasi. Rangkuti (2010) menjelaskan bahwa untuk mendapatkan informasi, baik dari
dalam organisasi maupun dari luar organisasi memerlukan dukungan kualitas informasi, iklim
komunikasi dan intensitas komunikasi organisasi melalui suatu proses komunikasi organisasi.
Organisasi sebagai sebuah sistem menggunakan informasi untuk mencapai tujuan dan
memelihara keseimbangannya (Heath dan Bryant 2000). Lebih lanjut bahwa informasi yang
berlangsung ini di antara individu dan grup dalam sebuah organisasi menngilustrasikan kondisi
dan kualitas hubungan mereka. Tujuan sebuah organisasi adalah Hasil dari setiap keputusan baru
dalam sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh pola-pola komunikasi dan kemampuan
komunikasi dari orang-orang yang terlibat (Littlejohn dan Foss 2009).
Etzioni (1985) menjelaskan tujuan organisasi dengan keadaan yang diingkinkan pada masa
yang akan datang yang senantiasa dikejar oleh organisasi agar dapat direalisasikan. Setiap
organisasi tentu memiliki semacam visi dan misi yang pada akhirnya sebagai kebutuhan untuk
mencapai tujuannya. Lebih lanjut lagi bahwa kadangkala tujuan sebuah organisasi tidak sesuai
dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Namun sebuah organisasi juga dapat merubah
rumusan tujuannya seiring dengan perkembangan organisasi tersebut.
7
Komunikasi Organisasi
Komunikasi yang berlangsung di dalam organisasi menjadi bagian penting dalam
keberlangsungan hidupnya sebuah organisasi. Menurut Pace dan Faules (2006) definisi
komunikasi organisasi dibagi menjadi dua, yakni definisi fungsional dan definisi interpretatif, secara
fungsional komunikasi organisasi dikatakan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara
unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tersebut sedangkan definisi
secara interpretatif dari komunikasi organisasi adalah proses penciptaaan makna atas interaksi
yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. Mulyana (2005) menjelaskan
komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal, dan juga informal, dan
belangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok.
Komunikasi organisasi mencakup proses interaksi yang terjadi pada orang-orang yang
menjadi bagian dalam organisasi tersebut, sehingga komunikasi organisasi dapat menjadi suatu
cara untuk mengidentifikasikan budaya kerja anggota dalam organisasi tersebut. Konteks
komunikasi organisasi lebih spesifik dengan kontek komunikasi secara umum. Pada komunikasi
organisasi, komunikasi formal dicirikan pada komunikasi menurut struktur organisasi (komunikasi
ke atas, ke bawah dan horizontal), sedangkan komunikasi informal lebih tidak melibatkan pada
struktur organisasi, seperti komunikasi sesama dalam konteks pertemanan atau rekan kerja.
Thoha (2001) menjelaskan komunikasi organisasi secara implisit adalah membicarakan
proses komunikasi dalam struktur formal, yang dibedakan atas tiga dimensi, yaitu:
1.
Dimensi Vertikal
Dimensi komunikasi yang mengalir dari atas ke awah dan sebaliknya, yang menggambarkan
hubungan kerja antara atasan dan bawahan.
2.
Dimensi Horizontal
Merupakan pengiriman dan penerimaan pesan informasi yang dilakukan antara berbagai
anggota organisasi yang memiliki kedudukan yang sama. Tujuan dari komunikasi ini adalah
koordinasi.
3.
Dimensi luar organisasi
Dimensi komunikasi ini timbul sebagai akibat dari kenyataan bahwa suatu organisasi tidak
bisa hidup sendirian. Karena itu organisasi membutuhkan berbicara atau berkomunikasi
dengan pihak luar yang berada dalam lingkungan tersebut.
Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim komunikasi organsasi menurut Pace dan Faules (2006) adalah gabungan dari persepsipersepsi mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon anggota terhadap anggota
lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antar personal, dan kesempatan bagi pertumbuhan
dalam organisasi tersebut. Iklim di sini merupakan suatu bentuk kiasan yang menggambarkan
keadaan internal dan eksternal suatu organisasi yang di dalamnya mampu mempengaruhi
beberapa hal. Serupa dengan hal itu, pentingnya keberadaan iklim komunikasi membuat
Kopelman, Brief dan Guzzo membuat hipotesis yang menyatakan bahwa perubahan iklim
komunikasi organisasi mungkin pada nantinya akan mempengaruhi kinerja (Pace dan Faules
2006). Dalam prosesnya iklim komunikasi organisasi dapat berubah-ubah seiring dengan dinamika
organisasi tersebut. Denis di dalam Masmuh (2010) mengemukakan iklim komunikasi sebagai
kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang
mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian
yang terjadi di dalam organisasi. Iklim komunikasi dapat menjadi dasar pula dalam menilai
bagaiamana kualitas hubungan antar pegawai atau pegawai dengan atasannya dalam sebuah
perusahaan.
Pace dan Faules (2006) menyatakan bahwa paling sedikit ada enam faktor besar yang
mempengaruhi iklim komunikasi organisasi. Keenam faktor tersebut adalah:
1.
Kepercayaan
Personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan
mempertahakan hubungan yang di dalamnya kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas
didukung oleh pernyataan dan tindakan.
8
2.
3.
4.
5.
6.
Pembuatan keputusan bersama
Para pegawai di semua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan
berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang
relevan dengan kedudukan mereka. Para pegawai di semua tingkat harus diberi kesempatan
berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka agar peran serta dalam
proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.
Kejujuran
Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubunganhubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu mengatakan apa yang ada dalam
pikiran mereka. Tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat,
bawahan, atau atasan.
Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah
Anggota organisasi harus
dengan mudah memperoleh informasi rahasia, anggota
organisasi harus relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan
tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan
pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya.
Mendengarkan dalam komunikasi ke atas
Personel di setiap tingkatan dalam organisasi harus mendengarkan saransaran atau
laporan-laporan masalah yang dikemukakan personel di setiap tingkat bawahan dalam
organisasi, dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting
untuk dilaksanakan, kecuali ada petunjuk yang berlawanan.
Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi
Personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukan suatu komitmen terhadap
tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah, dan
menunjukan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.
Organisasi Pelayanan Publik
Organisasi memiliki bentuk dan jenis yang berbeda-beda. Salah satunya adalah organisasi
pelayanan publik. Organisasi pelayanan publik dapat dipula dikatakan sebagai organisasi
pelayanan umum, yang berbasis kebutuhan dan keinginan masyarakat. Pelayanan publik berasal
dari dua kata yaitu pelayanan dan publik. Arti publik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
yaitu hal, cara, atau hasil pekerjaan melayani. Sedangkan publik yang berarti umum, banyak, dan
ramai. Organisasi pelayanan masyarakat (public service) lebih menekankan kepada medahulukan
kepentingan pulik, mempermudah urusan publik, mempersingkat waktu proses pelaksanaan publik
dan memberikan kepuasan kepada publik (Mulyadi 2013). Sedangkan menurut Prasetyani (2009)
Organisasi pelayanan publik adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang atau
masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok atau
tata cara yang telah ditetapkan.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP/25/M.PAN/2/2004
menyatakan bahwa pelayanan publik merupakan segala kegiatan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan,
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Maka sudah
menjadi suatu kewajiban bagi organisasi tersebut dalam hal ini aparatur negara memberikan
pelayanan yang prima dan setulus hati dalam melakukan tugasnya. Pelayanan prima akan
memberikan kepuasan serta hubungan yang baik antara aparatur negara dengan masyarakat.
Savas (1987) di dalam Prasetyani (2009) memberikan penjelasan perbedaan antara pelayanan
publik yang dikelola oleh pemerintah dengan pelayanan publik yang dikelola swasta sebagai
berikut:
Tabel 1. Perbedaan Organisasi Pelayanan Publik yang Dikelola Pemerintah dan Swasta
Organisasi Pelayanan publik yang dikelola
Organisasi Pelayanan publik yang
pemerintah
dikelola swasta
Memiliki
dasar
hukum
yang
jelas Didasarkan pada kebijakan pimpinan.
9
penyelenggaranya.
Memiliki kelompok kepentingan yang luas
termasuk kelompok sasaran yang ingin dilayani.
Memiliki tujuan sosial.
Dituntut untuk akuntabel kepada publik.
Memiliki susunan indikator kinerja yang perlu
kelugasan.
Sering kali menjadi sasaran isu politik.
Terfokus
pada
pemegang
saham
(stakeholder) dan manajemen.
Memiliki tujuan mencari keuntungan.
Harus akuntabel pada kalangan terbatas.
Kinerja ditentukan atas dasar kinerja
manajemen.
Tidak terlalu terkait dengan isu politik.
Konsep Kinerja
Kinerja atau performance didefinisikan oleh menurut Mangkunegara (2005) di dalam
Gustiandri (2009) menyatakan bahwa kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral ataupun etika.
Kinerja menjadi bagian yang penting dalam sebuah organisasi, karena keberhasilan sebuah
organisasi dapat dilihat dari kinerja yang ada di dalamnya. Sebagaimana pula dikemukakan oleh
Bastaman (2010) bahwa kinerja merupakan tingkat pencapaian yang dapat diukur dan dilihat dari
kriteria dan standar yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kinerja dapat lihat pada tingkat level
yang berbeda, seperti pada level individu, kelompok maupun organisasi secara keseluruhan.
Seperti menurut pandangan Wibawa (2010) bahwa kinerja (performance) adalah hasil kerja dari
suatu individu atau organisasi dibandingkan dengan apa yang seharusnya dicapai oleh yang
bersangkutan, hasil yang seharusnya ini bisa ditemukan dalam pernyataan tujuan (mission
statement), rencana kerja ataupun harapan yang dinyatakan oleh berbagai pihak.
Kinerja organisasi ialah gambaran mengenai bagaimana seorang (baik pimpinan maupun
anggota) melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan atau
peranan dalam organisasi (Ambraw 2009). Suatu kinerja dapat diukur dan dinilai dengan berbagai
metode sesuai dengan kebutuhan dan jenis organisasi yang ada. Dalam pengukurannya setiap
organisasi memiliki standar pengukuran kinerja yang berbeda dan disesuaikan dengan tujuan
organisasi yang bersangkutan.
Kinerja organisasi dan komunikasi merupakan dua hal yang saling berhubungan. Dengan
membangun komunikasi yang positif maka akan terbangun kinerja yang optimal. Sebagaimana
Ambraw (2009) menyatakan bahwa hubungan antara komunikasi dengan kinerja organisasi
secara sederhana dapat dideskripsikan yaitu dengan melakukan komunikasi yang efektif sehingga
dapat meningkatkan kinerja organisasi. Kinerja yang tidak optimal sering kali disebabkan
ketidakharmonisan kerja dan komunikasi di dalam organisasi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Wibawa (2010) adalah
kepemimpinan, kualitas personil, struktur organisasi, sistem dan prosedur, prasarana dan sarana,
serta komunikasi, motivasi dan iklim organisasi. Sedangkan menurut Mangkunegara (2005) di
dalam Gustiandri (2009) yaitu sebagai berikut : Kualitas kerja (ketepatan, ketelitian, keterampilan
serta kebersihan), kuantitas kerja (output rutin serta non rutin atau ekstra.
Konsep Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance)
Istilah tata kelola yang baik atau dalam Bahasa Inggrisnya Good Governance seringkali
dikaitkan pula dengan kinerja suatu pemerintahan. Good governance (tata kelola pemerintahan
yang baik) diartikan sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung
jawab, efisien, dan efektif dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara
domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat (LAN 2003) di dalam Gustiandri (2009).
Good governance merupakan perwujudan pemerintahan yang dekat dengan yang diperintah,
mampu menyediakan pelayanan bagi masyarakat lokal secara efisien, sehingga akan lebih
responsibel, akuntabel, responsif terhadap permasalahan, tuntutan, keinginan dan spirasi rakyat
(Bastaman 2010). Tata kelola mencakup bagaimana pemerintah mampu berkerja dalam tatanan
yang efisien, efektif, amanah, professional, serta membentuk hubungan atau interaksi politik
10
antara pemerintah dengan masyarakat. Dalam pemerintahan, tata kelola yang baik mencerminkan
pula pada kinerja pemerintahaan yang maksimal dan memenuhi standar.
Lebih lanjut Menurut Pohan (2000) di dalam Ambraw (2009) bahwa good governance tidak
sebatas pada bagaimana pemerintah menjalankan wewenangnya dengan baik, tetapi yang lebih
penting lagi adalah bagaimana masyarakat dapat berpartisipasi dan mengontrol pemerintah untuk
menjalankan wewenangnya tersebut dengan baik. Menurut Ambraw (2009) istilah kepemerintahan
yang baik (good governance) mengandung dua pemahaman:
1.
Nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat
meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional) kemandirian,
pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan nasional.
2.
Aspek fungsional pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk
mencapai tujuan tersebut.
Tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan kinerja merupakan hal yang
saling berhubungan. Idealnya bahwa dengan memiliki dan menerapkan tata kelola yang efektif dan
efisien maka kinerja pemerintahan dapat dikatakan optimal. Mengacu pada pendapat Widodo
(2001) kualitas kinerja birokrasi publik dengan demikian sangat tergantung pada perencanaan
strategis, kontrol, aktivitas implementasi dan akuntabilitas, kemudian berjalanannya hal-hal
tersebut dengan baik akan dapat mewujudkan kinerja ke arah “clean and good governance”.
Rahman (2000) di dalam Bastaman (2010) memberikan empat unsur utama good governance
yaitu akuntabilitas, kerangka hukum, informasi dan transparansi. Pohan (2002) di dalam Ambraw
(2009) menyatakan bahwa good governance tidak sebatas pada bagaimana pemerintaha
menjalani wewenangnya dengan baik, tetapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana
masyarakat dapat berpartisipasi dan mengontrol pemerintahan untuk menjalankan wewenangnya
tersebut dengan baik, dan seringkali tata pemerintahan yang baik dipandang sebagai sebuah
bangunan dengan tiga tiang, yaitu :
1.
Transparansi
Terbukanya akses bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap semua informasi terkait.
Artinya bahwa transparansi dibangun atas pijakan kebebasan arus informasi yang memadai
disediakan untuk dipahami. Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan
kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Pemerintah daerah perlu mendayagunakan
berbagai jalur komunikasi seperti melalui brosur, leaflet, atau pengumuman.
2.
Akuntabilitas
Merupakan kapasitas suatu instansi pemerintahan untuk bertanggung gugat atas
keberhasilan maupun kegagalan dalam melaksanakan misinya guna mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan secara periodik. Artinya setiap instansi pemerintah
mempunyai kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pencapaian organisasinya dalam
pengelolaan sumberdaya yang dipercayakan kepadanya, mulai dari tahap perencanaan,
implementasi, sampai pada pemantauan dan evaluasi.
3.
Partisipasi
Merupakan perwujudan dari berubahnya paradigm mengenai peran masyarakat dalam
pembangunan. Partisipasi merupakan tindakan ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan kegiatan di dalam organisasi. Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar
setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi masyarakat.
2.2.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kinerja pemerintahan daerah menjadi penting dalam membangun tata kelola pemerintahan
yang baik dan optimal. Untuk mencapai kinerja yang optimal butuh hubungan komunikasi dan
informasi yang kondusif. Sebagai sebuah organisasi pelayanan publik, pemerintahan daerah juga
memiliki dinamika komunikasi yang berdeda-beda. Dalam memahami komunikasi di pemerintahan
salah satu yang dapat dilihat dengan iklim komunikasi organisasi tersebut. Iklim komunikasi
organisasi merupakan bentuk interaksi karyawan (anggota organisasi) sebagai faktor yang
mempengaruhi kualitas kehidupan kerja dan efektivitas fungsi organisasi (Mohammed dan
Hussein 2013). Kualitas kehidupan kerja dalam suatu organisasi terlebih jika organisasi tersebut
merupakan pelayanan publik akan tidak lepas dengan kinerja masing-masing anggota organisasi.
11
Kinerja dapat dipandang sebagai alat ukur untuk menjelaskan bagaimana sebuah pemerintahan
berjalan dengan baik atau tidak. Kekecewaan dan ketidakpuasan terhadap pemerintahan banyak
disebabkan rendahnya kinerja dan kesadaran akan kinerja tinggi pada aparatur pemerintahan.
Membangun komunikasi antar aparatur atau perangkat dalam suatu pemerintahan merupakan hal
yang penting baik di pemerintahan daerah hingga pusat. Pemerintahan daerah yang menjadi
pondasi dalam pembangunan nasional juga dituntut untuk bekerja secara optimal.
Kerangka pemikiran di bawah ini mengacu pada variabel independen yaitu Iklim Komunikasi
Organisasi dan variabel dependen yaitu Kinerja Pelayanan Publik. Hubungan kedua variabel ini
didasarkan kepada hipotesis Kopelman, Brief, dan Guzzo (1989) di dalam Pace dan Faules (2013)
yang membuat hipotesis bahwa iklim organisasi yang meliputi iklim komunikasi penting karena
menjembatani praktik-praktik pengelolaan sumberdaya manusia dengan produktivitas, lanjutnya
perubahan iklim ini mungkin pada gilirannya mempengaruhi kinerja. Pace dan Faules (2013)
membagi iklim komunikasi terdiri dari dimensi-dimensi, yaitu kepercayaan (trust), pembuatan
keputusan bersama (participative decision making), dukungan (supportiveness), keterbukaan
terhadap komunikasi ke bawah (openness in downward communication), mendengarkan dalam
komunikasi ke atas (listening in upward communication), perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja
tinggi (concern for high performance goals).
Kinerja menurut Gustiandri (2012) adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang
dicapai dari pekerjaan tersebut kemudian tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara
mengerjakannya. Sejalan dengan hal itu dalam Kep. Men. PAN No: 63 Tahun 2003 tentang prinsip
pelayanan publik membagi orientasi penilaian kinerja menjadi orientasi proses (waktu, biaya dan
produk) dan orientasi hasil (prosedur, sarana, kompetensi, dan petugas). Hubungan antara kedua
variabel ini dilihat juga berdasarkan kerangka tata kelola yang baik (good governance) dalam
organisasi pelayanan publik sebagai acuan yang relevan dalam menganalisis dan mengukur
kinerja. Pohan (2002) di dalam Ambraw (2009) menetapkan tiga unsur utama atau disebut “tiga
tiang” yang dibutuhkan dalam mewujudkan good governance yaitu transparansi, akuntabilitas dan
partisipasi. Namun peneliti memilih unsur kerangka hukum untuk menggantikan partisipasi,
sebagaimana menurut (Rahman 2000) di dalam Bastaman (2010).






Iklim Komunikasi Organisasi
(X1)
Kepercayaan
Pembuatan keputusan bersama
Kejujuran
Keterbukaan dalam komunikasi
ke bawah
Mendengarkan dalam komunikasi
ke atas
Perhatian pada tujuan berkinerja
tinggi
Kinerja Pegawai (Y)
Orientasi Proses :
 Prosedur Waktu
 Sarana dan
Prasarana
 Kompetensi
Orientasi Hasil
 Waktu
Penyelesaian
 Biaya
Penyelesaian
 Produk
Pelayanan
Good Governance
(X2)
 Transparansi
 Akuntabilitas
 Kerangka Hukum
Keterangan :
Mempengaruhi
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
12
2.3.
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesa Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
2.
Semakin baik iklim komunikasi organisasi maka semakin baik kinerja pelayanan
publik di Pemerintahan Desa Situ Udik.
Semakin baik tata kelola pemerintahan (governance) maka semakin baik kinerja
Pemerintahan Desa Situ Udik.
Hipotesa Uji
H0
H1
2.4.
= Terdapat hubungan nyata antara iklim komunikasi organisasi dengan kinerja
pelayanan publik di Pemerintahan Desa Situ Udik.
= Terdapat hubungan nyata antara tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance) dengan kinerja pelayanan publik di Pemerintahan Desa Situ Udik.
DEFINISI OPERASIONAL
Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional yang digunakan untuk mengukur
variabel secara jelas. Masing-masing variabel diberi batasan terlebih dahulu agar dapat ditentukan
indikator pengukurannya. Istilah-istilah yang digunakan adalah:
No
1.
Variabel
Definisi
Operasional
Iklim
Komunikasi
Organisasi
Keadaan
komunikasi di
dalam organisasi
yang diukur
berdasarkan rasa
kepercayaan
anggota
organisasi, rasa
kejujuran anggota
organisasi,
keterbukaan
komunikasi ke
bawah,
mendengarkan
komunikasi ke
atas, dan
kesungguhan atau
perhatian untuk
bekerja dengan
baik.
Indikator

Kepercayaan
Persepsi
pegawai, baik
atasan maupun
bawahan
mengenai
adanya saling
percaya di dalam
kantor.
 Kejujuran
Persepsi
pegawai
mengenai
kejujuran dan
ketulusan hati
dalam hubungan
kerja dengan
pegawai lain di
dalam kantor.

Pembuatan
Keputusan
Bersama
Persepsi para
pegawai
,emgemai
Parameter
Sejauh mana pegawai dan
atasan mempercayai pesan
(baik ucapan dan tindakan)
yang dilakukan di dalam
kantor.
(Skala ordinal)
Sejauh mana persepsi
pegawai mengenai adatidaknya kejujuran dan
ketulusan hati dalam
hubungan kerja di dalam
kantor, baik atasan terhadap
bawahan dan sebaliknya.
(Skala ordinal)
Sejauh mana persepsi
pegawai mengenai
keterlibatan dalam
pembuatan keputusan
bersama, seperti :
- Bawahan diajak
13
keterlibatan
mereka dalam
pembuatan
keputusan
bersama dalam
kantor
 Keterbukaan
dalam
komunikasi ke
bawah
Rasa di mana
atasan tidak
merasa segan
atau dalam kata
lain bebas dan
tidak terbebani
dalam
berkomunikasi ke
bawahan atau
antar pegawai
perihal hal-hal
yang
menyangkut
kepentingan
organisasi.


Mendengarkan
dalam
komunikasi ke
atas
Personel di
setiap tingkatan
dalam organisasi
harus
mendengarkan
saran-saran atau
laporan-laporan
masalah yang
dikemukakan
disetiap tingkat
bawahan dalam
organisasi,
dengan pikiran
terbuka.
Perhatian pada
tujuan
berkinerja
tinggi
berkomunikasi oleh
atasannya.
- Semua pegawai diundang
dalam rapat kegiatan.
- Semua pegawai diajak
berkonsultasi dalam
menentukan kebijakan
organisasi sesuai
kedudukannya. (Skala
ordinal)
- Pegawai dengan mudah
mendapatkan informasi
tugas.
- Atasan dengan mudah
melakukan komunikasi
dengan bawahan perihal
tugas dll.
- Atasan memberikan
kesempatan ketika ada
pertanyaan dari pegawai.
- Atasan tidak segan
memberikan kritik dan
saran kepada bawahan.
(Skala ordinal)
- Pegawai baik atasan
maupun bawahan
menerima saran dan
nasehat dalam bekerja oleh
rekan perangkat desa
lainnya.
(Skala ordinal)
- Semua pegawai dari kepala
desa hingga kepala RT
bersungguh-sungguh
dalam bekerja dan
14
Semua pegawai
di setiap
tingkatan
organisasi
menunjukkan
rasa saling
komitmen,
kesungguhan,
dan semangat
terhadap tujuantujuan berkinerja
tinggi
(produktivitas,
kekompakan,
dan evaluasi)
2.
Good
Governance
Penyelenggaran
pemerintahan yang
diukur berdasarkan
sejauh mana
transparansi
organisasi dalam
menginformasikan
kebijakan,
akuntabilitas atau
tanggung jawab
pegawai yang
dilihat berdasarkan
laporan
pertanggungjawab
an, serta kerangka
hukum yang
tersedia dalam
pelaksanaan
pemerintahan.
 Transparansi
Keterbukaan
pegawai atau
organisasi atas
semua kegiatan,
informasi dan
kebijakan yang
dilaksanakan.
menyelesaikan pekerjaan
dengan cermat.
- Pegawai tulus dalam
melaksanakan kerja dan
mau bekerja sama dengan
baik antar rekan pegawai.
(Skala ordinal)
- Setiap kegiatan desa yang
melibatkan warga diketahui
oleh seluruh warga.
- Seluruh kegiatan/proyek
atau pekerjaan rutin yang
menjadi tugas dan
tanggungjawab dilaporkan
dengan baik.
(Skala ordinal)
 Akuntabilitas
Kewajiban bagi
setiap pegawai
atau organisasi
pemerintahan
untuk
mempertanggung
jawabkan
pencapaian
organisasinya
dalam
pengelolaan
sumberdaya
yang
dipercayakan
kepadanya.
 Kerangka
Hukum
Landasan kerja
yang telah
disahkan secara
hukum terhadap
implementasi
kerja di dalam
organisasi
sehingga tidak
mudah untuk
- Kepala desa melaporkan
pertanggungjawaban kerja
kepada publik dan rekan
lainnya dalam media
formal.
- Pegawai Memberitahukan
setiap laporan
pertanggungjawaban
kepada masyarakat atau
rekan perangkat desa
lainnya.
(Skala ordinal)
- Kegiatan dan semua tata
administrasi berdasarkan
peraturan yang ada.
- Informasi peraturan dan
landasan hukum lainnya
tercantum dengan baik.
- Semua pegawai tunduk
pada hukum yang berlaku
dan telah disepakati oleh
semua perangkat desa.
15
disalahgunakan.
3.
Kinerja
Tingkat
pencapaian kerja
yang dilihat
berdasarkan waktu
penyelesaian kerja,
biaya yang
dikeluarkan,
produk layanan
yang tersedia,
prosedural waktu
kerja dan layanan,
sarana dan
prasarana yang
tersedia serta
kompetensi atau
kemampuan kerja.
 Waktu
Penyelesaian
Waktu yang
dibutuhkan oleh
pegawai dalam
menyelesaikan
satu tugas sesuai
dengan prosedur
yang ada.
 Biaya
Penyelesaian
Biaya yang harus
dibayar oleh
seseorang yang
diberikan
pelayanan untuk
menyelesaikan
suatu produk
layanan.
 Produk
Pelayanan
Jenis-jenis
produk
pelayanan yang
diberikan oleh
pegawai
(perangkat desa)
kepada publik.
 Prosedur Waktu
Sistem
operasional
waktu yang
ditetapkan dalam
peraturan untuk
menyelesaikan
suatu
pekerjaan/tugas.
 Sarana dan
Prasarana
Hal-hal fisik yang
digunakan untuk
menunjang atau
yang dibutuhkan
oleh pegawai
dalam bekerja.
(Skala ordinal)
- Pekerjaan diselesaikan
dengan tepat waktu.
- Pegawai tidak
memperpanjang waktu
penyelesaian produk
layanan dengan semenamena.
(Skala ordinal)
- Biaya yang dikeluarkan
sesuai dengan aturan yang
berlaku.
- Biaya yang dikeluarkan
sesuai dengan akal sehat
dan
dipertanggungjawabkan.
(Skala ordinal)
- Terdapat bebagai jenis
layanan umum yang harus
dimiliki oleh desa.
- Terdapat layanan
tambahan yang diatur
berdasarkan peraturan
pemerintah.
(Skala ordinal)
- Semua sistem operasional
kerja tercantum dalam tata
aturan pemerintahan.
- Prosedur waktu yang ada
saat ini sesuai dengan
sistem yang telah
ditetapkan.
(Skala ordinal)
- Sarana wajib tersedia dan
memadai.
- Terdapat sarana tambahan
yang memadai.
- Ketersediaan Sarana dan
prasarana kerja telah
tercantum dalam peraturan
dan anggaran desa.
(Skala ordinal)
 Kompetensi
- Pegawai mampu
menyelesaikan tugas tepat
16
Daya kerja
pegawai dalam
memahami dan
menguasai apa
yang menjadi
tanggung
jawabnya.
waktu dan benar
- Terdapat laporan hasil
penyelesaian
tugas/pekerjaan.
- Pegawai memahami
permasalahannya dalam
kerja dan mampu
menyelesaikan masalah
tersebut dengan baik.
- Dapat menyelesaikan
setiap komplain dari publik
perihal layanan.
(Skala ordinal)
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1.
LOKASI DAN WAKTU
Penelitian ini dilakukan di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Peneliti memilih lokasi dengan alasan
bahwa desa tersebut memiliki prestasi dan pengakuan yang positif mengenai kinerja
pemerintahannya. Selain itu, dengan kinerja yang positif tersebut peneliti ingin mengetahui
bagaimana iklim komunikasi di Pemerintahan Desa Situ Udik dan pengaruhnya terhadap kinerja.
Pengambilan data sekunder dilakukan pada Maret 2014. Pengambilan data primer dilakukan
pada bulan Maret 2014 minggu ke-tiga sampai dengan April 2014. Pengolahan data dilakukan
pada bulan April 2014 sampai dengan Mei 2014. Analisis data dan penulisan mulai dilakukan pada
bulan April 2014 minggu ke-tiga. Kegiatan penelitian meliputi peyusunan proposal penelitian,
kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan data dan analisis data, penulisan draft skripsi,
sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Lama pelaksanaan penelitian dapat dilihat dalam
tabel berikut :
Tabel 2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan
Penyusunan
proposal skripsi
Kolokium
Perbaikan
proposal
penelitian
Pengambilan
data lapangan
Pengolahan data
dan analisis data
Penulisan draft
skripsi
Uji Petik
Sidang skripsi
Perbaikan skripsi
Februari
Maret
April
Mei
Juni
17
3.2.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perangkat Desa Situ Udik baik laki-laki maupun
perempuan yang bekerja aktif saat penelitian dilakukan. Populasi perangkat Desa Situ Udik
sebanyak 69 orang. Unit analisis penelitian adalah individu. Responden adalah individu yang
bekerja atau berstatus sebagai perangkat Desa Situ Udik, di mana perangkat desa ini meliputi
kepala desa, sekretaris, bendahara, kepala urusan (kaur), urusan, kepala dusun, keamanan,
kepala rukun warga dan kepala rukun tetangga. Perangkat desa tersebut dilihat sebagai organisasi
pelayanan publik di Desa Situ Udik yang dianalisis berdasarkan iklim komunikasi dan tata kelola
(governance) sebagai variabel pengaruh serta kinerja sebagai variabel terpengaruh.
Metode sampling merupakan pedoman bagaimana seorang peneliti menggunakan berbagai
teknik dalam penarikan atau pengambilan sampel penelitian, bagaimana kita merancang cara
pengambilan sampel agar menjadi sampel yang representatif (Bungin 2005). Metode pengambilan
sampel yang digunakan adalah metode pengambilan sensus. Metode sensus ini menjadikan
seluruh populasi merupakan sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan melalui rancangan
nonprobabilitas. Rancangan ini menurut Bungin (2005) merupakan rancangan yang digunakan
pada populasi berstrata yang jelas dan heterogen. Dengan demikian jumlah responden penelitian
adalah 69 orang.
3.3.
TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Data Kuantitatif yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan tabel tabulasi silang
untuk mengetahui keterkaitan antara iklim komunikasi organisasi dengan kinerja pelayanan publik.
Untuk melihat hubungan secara signifikan antar variabel digunakan uji statistik non-parametrik
(analisis kolerasi) melalui uji regresi (untuk data berbentuk ordinal hingga interval). Uji regresi
digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel (independen dan
dependen), kemudian regresi juga mampu menjelaskan besar pengaruh iklim komunikasi
organisasi yang akan diteliti dan kemungkinan pengaruh lainnya diluar iklim komunikasi. Pengujian
data menggunakan program komputer perangkat lunak (software) statistical for social science
(SPSS) versi 20 for windows.
DAFTAR PUSTAKA
Ambraw H. 2009. Hubungan profil individu, iklim komunikasi organisai dan perilaku komunikasi
aparatur dengan pelaksanaan good governance (kasus pada Dinas Pertanian dan
Peternakan, Dinas Perkebunan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Raja Ampat
Provinsi Papua Barat). [tesis]. [Internet]. [dikutip pada tanggal: 1 November 2013]. Bogor:
Insitut
Pertanian
Bogor.
Dapat
diunduh
dari:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/4502
Bastaman K. 2010. Pengaruh iklim dan kepuasan komunikasi serta komitmen terhadap kinerja
pegawai. Jurnal MIMBAR LPPM Unisba. [Internet]. [dikutip pada tanggal: 28 September
2013].
XXVI
(2):
135-136.
Dapat
diunduh
dari:
http://mimbar.lppm.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/152/130#.Una6MnDwmZs
Bungin, MB. 2005. Metode penelitian kuantitatif: komunikasi, ekonomi dan kebijakan publik serta
ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta: Prenada Media. 298 hal.
Effendy, OU. 2007. Ilmu komunikasi: teori dan praktek. Bandung: Rosda
Etzioni, A. 1985. Organisasi modern. Jakarta: Universitas Indonesia-Press. 174 hal.
Gustiandri D. 2012. Pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai direktorat
jenderal pajak pratama kantor pelayanan pajak Serang. [skripsi]. [Internet]. [dikutip pada
tanggal 24 November 2013]. Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dapat diunduh
18
dari:
http://repository.fisip-untirta.ac.id/199/1/SKRIPSI%20KOM%20%20Diskatiya%20Gustiandri%20072887.pdf
Littlejohn SW, Foss KA. 2009. Teori komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika. 572 hal.
Lubis DP et al. 2010. Dasar-dasar komunikasi. Hubeis AVS (ed). Bogor: Sains KPM IPB Press.
382 hal.
Masmuh A. 2013. Komunikasi organisasi dalam perspektif teori dan praktek. Malang: UMM Press.
324 hal.
[Menpan]. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. 2013. Akuntabilitas
kinerja kabupaten/kota makin meningkat. [Internet]. [dikutip pada tanggal: 1 Desember
2013]. Dapat diunduh dari: http://www.menpan.go.id/berita-terkini/1024-akuntabilitas-kinerjakabupaten-kota-makin-meningkat-akuntabilitas-kinerja-kabupaten-kota-makin-meningkatakuntabilitas-kinerja-kabupaten-kota-makin-meningkat
_________________. Kep. Men. PAN No: 63 Tahun 2003 tentang prinsip pelayanan publik.
[Internet]. [dikutip pada tanggal: 1 Desember 2013] Dapat diunduh dari:
http://www.menpan.go.id/pelayanan-publik/593-produk-hukum7
_________________. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
KEP/25/M.PAN/2/2004. [Internet]. [dikutip pada tanggal: 1 Desember 2013]. Dapat diunduh
dari: http://www.menpan.go.id/pelayanan-publik/593-produk-hukum7
Mohammed R, Hussein A. 2013. Communication climate and organizational performances: a
comparison studies between two public organizations. Researchgate Publication. [Internet].
[dikutip pada tanggal: 1 November 2013]. 15 hal. Dapat diunduh dari:
http://www.researchgate.net/publication/236133199_Communication_Climate_and_Organiza
tional_Performances/file/9c96051642aece7bef.doc
Morissan. 2009. Teori komunikasi organisasi. Jakarta: Ghalia Indonesia
Mulyadi A. 2013. Analisis pengaruh perilaku birokrasi dan budaya kerja terhadap kinerja pegawai
pada unit pelayanan pengadaan barang dan jasa Provinsi Jawa Barat. [disertasi]. [Internet].
[dikutip pada tanggal: 30 Oktober 2013]. Bandung: Universitas Pasundan. Dapat diunduh
dari: http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/47/jbptunpaspp-gdl-drhachmadm-2350-1-achmadm7.pdf
Mulyana, D. 2005. Ilmu komunikasi: suatu pengantar. Bandung: Rosda
Nurlita I. 2012. Investigation of organizational communication climate at Bhayangkara Surabaya
University using communication climate inventory (CCI) method. Savap International Journal.
[Internet]. [dikutip pada tanggal: 1 November 2013]. 3 (2): 259-264. Dapat diunduh dari:
http://www.savap.org.pk/journals/ARInt./Vol.3(2)/2012(3.2-33).pdf
Pace RW, Faules DF. 2013. Komunikasi organisasi. Dalam: Mulyana D, editor. Komunikasi
organisasi: strategi meningkatkan kinerja perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hal 3-22.
---------------------------------. Sifat komunikasi organisasi. Dalam: Mulyana D, editor. Komunikasi
organisasi: strategi meningkatkan kinerja perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hal 24-38.
19
-------------------------------. Iklim komunikasi organisasi. Dalam: Mulyana D, editor. Komunikasi
organisasi: strategi meningkatkan kinerja perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hal 146-167.
Prasetyani H. 2009. Analisis kinerja pelayanan publik perusahaan daerah air minum (PDAM)
Kabupaten Demak. [tesis]. [Internet]. [dikutip pada tanggal: 24 November 2013]. Semarang:
Universitas
Diponegoro.
Dapat
diunduh
dari:
eprints.undip.ac.id/18637/1/NURUL_PRASETYANI.pdf
Thoha M. 2001. Perilaku organisasi: konsep dasar dan aplikasinya. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. 328 hal.
Wibawa S. 2010. Kinerja satuan kerja pemerintahan daerah (studi di Kabupaten Ngawen Jawa
Tengah). Jurnal Administrasi Publik dan Pembangunan. [Internet]. [dikutip pada tanggal: 24
November
2013].
1
(2):
93-104.
Dapat
diunduh
dari:
http://fisip.unila.ac.id/jurnal/files/journals/3/articles/82/submission/review/82-252-1-RV.doc
Widodo, J. 2001. Good governance: akuntabilitas dan kontrol birokrasi pada era desentralisasi dan
otonomi daerah. Surabaya: Insan Cendekia. 323 hal.
World Bank. 2008. Mengoptimalkan kontribusi desentralisasi bagi pembangunan: metodologi
kerangka kerja pengukuran kinerja pemerintah daerah (LPGM). [laporan makalah]. [Internet].
[dikutip pada tanggal 1 Desember 2013]. Jakarta: World Bank. Hal 1-42. Dapat diunduh dari:
http://wwwwds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2008/12/31/000334955_2
0081231034617/Rendered/PDF/470090BAHASA0W1blic10LGPM1indonesia.pdf
Yoanne B. 2013. Pengaruh iklim komunikasi organisasi PT. Djarum Super Cooking Oil Surabaya
terhadap kinerja karyawan. Jurnal E-Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya.
[Internet]. [dikutip pada tanggal: 28 September 2013]. Surabaya: Universitas Kristen Petra. 1
(3): 242-251. Dapat diunduh dari: http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/ilmukomunikasi/article/view/938/838
LAMPIRAN 1. PETA DESA SITU UDIK, KECAMATAN CIBUNGBULANG, KABUPATEN
BOGOR
20
LAMPIRAN 2. Kuesioner
Diisi oleh peneliti
Nomor Responden
:
Hari/Tanggal Wawancara
:
Tipe Kuesioner
:
Kuesioner
Tipe A = Kepala Desa
Tipe B = Perangkat Desa
/
B
KUESIONER
PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK
DI PEMERINTAHAN DAERAH
(Kasus: Pemerintahan Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data
dari responden dalam rangka penulisan skripsi program sarjana yang dilakukan oleh:
Nama/NRP
: Ahmad Fauzi/I34100050
Departemen/Fakultas
: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat/Fakultas Ekologi Manusia
Universitas
: Institut Pertanian Bogor
Peneliti meminta kesediaan Anda untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner ini secara jujur,
jelas, dan benar. Informasi yang diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya
digunakan untuk keperluan akademik. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.
I.
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Karakteristik Umum
1.
Nama
:
2.
Jenis Kelamin
:
3.
Usia
:
4.
Alamat
:
5.
Pekerjaan
:
6.
Status/Jabatan Kepegawaian Desa
:
7.
No. HP/Telp
:
8.
Pendidikan terakhir*
: 1. Tidak Sekolah
L/P
21
2. SD/Madrasah Ibtidaiyah
3. SMP/ Madrasah Tsanawiyah
4. SMA/ Madrasah Aliyah
5. Perguruan Tinggi
9. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjabat sebagai perangkat desa? …….. tahun
10. Tugas-tugas Bapak/Ibu saat ini sebagai perangkat desa :
II.
1.
4.
2.
5.
3.
6.
IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI
Berikut beberapa pernyataan yang berkaitan dengan indikator-indikator iklim komunikasi
organisasi seperti Kepercayaan, Kejujuran, Pembuatan Keputusan Bersama, Keterbukaan dalam
Komunikasi ke Bawah, Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas dan Perhatian pada Kinerja.
Pilih jawaban dengan jujur dan benar di setiap pertanyaan.
Skor Jawaban
No.
Pernyataan
Kepercayaan
1
Saya percaya pada perkataan
kepala desa
2.
Saya percaya pada tindakan
kepala desa
3.
Saya percaya pada perkataan
sesama rekan perangkat desa
4.
Saya percaya pada tindakan
sesama rekan perangkat desa
Kejujuran
5.
Saya menjunjung tinggi kejujuran
antar perangkat desa
6.
Saya bersedia mengakui setiap
kekeliriuan atau kesalahan yang
dilakukan
7.
Saya bersedia dihukum jika
melanggar aturan
8.
Saya menemukan ketidakjujuran
perkataan kepala desa
Tidak
Pernah
(1)
Jarang
(2)
Sering
(3)
Selalu
(4)
22
Skor Jawaban
No.
Pernyataan
9.
Saya merasakan ada suasana
ketidakjujuran antar perangkat
desa
10.
Saya merasakan ada suasana
ketidakterbukaan antar perangkat
desa
Tidak
Pernah
(1)
Pembuatan Keputusan Bersama
11.
Saya mengikuti pertemuan
bulanan bersama rekan perangkat
desa lainnya
12.
Saya diundang dalam pertemuan
bulanan, pengajian dan rapat-rapat
lainnya oleh kepala desa
13.
Saya dan kepala desa memiliki
hubungan yang harmonis
14.
Saya mengajak rekan perangkat
desa lainnya dalam pertemuan
desa
15.
Saya dapat menyatakan pendapat
kepada siapapun di
rapat/pertemuan desa
16.
Saya dimintai pendapat oleh
atasan dalam setiap pengambilan
keputusan kebijakan desa
17.
Pendapat saya diterima oleh
atasan
18.
Pendapat saya diterima oleh
perangkat desa lainnya
Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah
19.
Saya memiliki hubungan
komunikasi yang baik dengan
sesama perangkat desa lainnya
20.
Informasi perihal tugas dengan
mudah saya dapatkan dari kepala
desa
Jarang
(2)
Sering
(3)
Selalu
(4)
23
Skor Jawaban
No.
Pernyataan
21.
Saya memberikan kesempatan jika
ada pertanyaan dari perangkat
desa manapun
22.
Kepala desa tidak segan untuk
memberikan teguran atau nasehat
kepada saya
Tidak
Pernah
(1)
Jarang
(2)
Sering
(3)
Selalu
(4)
Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas
23.
Saya menerima saran dan nasehat
dalam bekerja oleh warga desa
24.
Warga desa memberikan saran
atau kritik terhadap saya ketika
melakukan kekeliruan atau
kesalahan dalam bekerja
Saya terbantu dengan saran atau
kritik yang diberikan oleh warga
desa
25.
Perhatian terhadap Tujuan Berkinerja Tinggi
26.
Saya diberikan insentif oleh atasan
setiap menyelesaikan suatu
pekerjaan
27.
Peraturan desa yang ada
memberatkan pekerjaan saya
28.
Saya melakukan setiap pekerjaan
dengan teliti dan hati-hati
29.
Saya melaporkan setiap kemajuan
kerja
Bekerja dengan baik membuat
saya dipercayai oleh banyak pihak
30.
III.
TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE)
Berikut merupakan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan pelaksanaan good governance
yang meliputi Transparansi, Akuntabilitas dan Kerangka Hukum. Pilih jawaban dengan jujur dan
benar di setiap jawaban.
24
Skor Jawaban
No.
Pernyataan
Transparansi dan Akuntabilitas
1.
Saya memastikan setiap kegiatan
desa diketahui oleh seluruh warga
2.
Saya melakukan survei sebelum
menyusun perencanaan kegiatan
3.
Ide/Kegiatan proyek umumnya
datang dari pihak kecamatan
4.
Informasi kegiatan desa saya
berikan sebelum hari pelaksanaan
kegiatan
Saya mengingatkan warga perihal
kegiatan desa
5.
6.
7.
8.
Saya melaporkan seluruh
kegiatan/proyek atau pekerjaan
rutin yang menjadi tugas dan
tanggungjawab kepada
atasan/kepala desa
Saya membuat laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan
kegiatan jika diminta oleh
atasan/kepala desa
Saya melakukan laporan
pertanggungjawaban terhadap
kegiatan yang saya pimpin
9.
Saya memberitahukan setiap
laporan pertanggungjawaban
kepada masyarakat atau rekan
perangkat desa lainnya
Kerangka Hukum
10.
Saya memastikan kegiatan dan
semua tata administrasi
berdasarkan peraturan yang ada
11.
Peraturan yang ditetapkan
membuat saya mudah dalam
bekerja
12.
Informasi peraturan dan landasan
hukum lainnya tercantum dengan
baik
13.
Peraturan yang ada saat ini telah
diketahui oleh semua anggota
pemerintahan desa
Tidak
Pernah
(1)
Jarang
(2)
Sering
(3)
Selalu
(4)
25
Skor Jawaban
No.
Pernyataan
14.
Saya tunduk pada hukum yang
berlaku dan telah disepakati oleh
semua perangkat desa
15.
Saya mempercayai landasan
peraturan desa sudah sesuai dan
adil
IV.
KINERJA
Tidak
Pernah
(1)
Jarang
(2)
Sering
(3)
Selalu
(4)
Berikut merupakan beberapa pertanyaan terkait dengan indikator-indikator penilaian kinerja
pelayanan publik. Penilaian tersebut dibagi menjadi proses kerja dan hasil kerja.
Skor Jawaban
No.
Pernyataan
Proses Kerja
1.
Kepala desa bekerja sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan
2.
Kepala desa datang ke kantor
desa jika hanya ada pekerjaan
3.
Kepala desa datang ke kantor
desa tepat waktu
4.
Sarana penunjang kerja sudah
baik dan memenuhi kebutuhan
7.
Sarana dan prasarana diperbaiki
jika ada yang rusak
8.
Kepala desa memahami tugastugas saya sebagai perangkat
desa dengan baik
Kepala desa tidak segan untuk
meminta tolong jika kesulitan
dalam menyelesaikan tugas
9.
Tidak
Pernah
(1)
Jarang
(2)
Sering
(3)
Selalu
(4)
26
Skor Jawaban
No.
Pernyataan
10.
Kepala desa bertanggung jawab
penuh terhadap tugas yang saya
kerjakan
11. Kepala desa mengikuti pelatihanpelatihan kepemerintahan dari
kecamatan atau instansi resmi
pemerintahan
Hasil Kerja
12.
Kepala desa membutuhkan waktu
yang lama untuk menyelesaikan
tugas
13.
Kepala desa menyelesaikan tugas
dengan waktu yang ditentukan dan
mengikuti prosedur yang ada
14.
Tugas pelayanan publik yang telah
kepala desa kerjakan memenuhi
standar
15.
Biaya administrasi pelayanan
terjangkau oleh masyarakat
16.
Kepala desa meminta “uang lelah”
kepada warga setelah pelayanan
saya kerjakan
17.
Kepala desa hanya menerima
uang sesuai dengan aturan yang
ada
Tugas yang kepala desa kerjakan
sesuai dengan produk layanan
publik
18.
19.
Produk layanan publik yang kepala
desa kerjakan mendapat komplain
dari warga
20.
Kepala desa memastikan hasil
pekerjaannya telah selesai dengan
prosedur
Kepala desa mengoreksi kembali
hasil kerjanya jika terdapat
komplain dari warga
21.
Tidak
Pernah
(1)
Jarang
(2)
Sering
(3)
Selalu
(4)
27
Lampiran 3 Panduan Wawacara Mendalam
PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM
PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK
DI PEMERINTAHAN DAERAH
(Kasus: Pemerintahan Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
A. Profil Lokasi Penelitian
(Untuk Kepala Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dan informan lainnya
yang mampu memberikan informasi tersebut)
Hari/ tanggal wawancara
Lokasi wawancara
Nama dan umur informan
Jabatan
Pertanyaan Penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
:
:
:
:
:
Berapa banyak RW dan RT di Desa Situ Udik?
Berapa banyak anggota perangkat desa yang aktif saat ini?
Bagaimana perkembangan kondisi kependudukan di Desa Situ Udik?
Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjabat sebagai perangkat desa?
Bagaimana perkembangan kondisi pendidikan di Desa Situ Udik?
Siapa saja tokoh yang dihormati di lokasi penelitian? Apa alasannya?
Bisa dijelaskan stuktur organisasi pemerintahan Desa Situ Udik seperti apa?
Bagaimana perkembangan kondisi pemerintahan desa saat ini?
Bisa dijelaskan bagaimana sistem pergantian perangkat desa seperti apa?
Bagaimana proses Bapak/Ibu dapat menjadi perangkat desa seperti saat ini?
B. Keadaan Iklim Komunikasi Organisasi
(Untuk semua perangkat desa yang aktif hingga saat ini di wilayah Desa Situ Udik, Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
Hari/ tanggal wawancara
:
Lokasi wawancara
:
Nama dan umur informan
:
Jabatan
:
Pertanyaan Penelitian
:
1.
2.
Bisa diceritakan bagaimana proses Bapak/Ibu bisa menjadi bagian Perangkat Desa Situ Udik?
Bagaimana keadaan hubungan sosial Bapak/Ibu hingga saat ini dengan perangkat desa
lainnya?
3. Apakah Bapak/Ibu pernah memiliki hubungan sosial yang tidak baik dengan perangkat desa
lainnya?
4. Bagaimana Bapak/Ibu membangun komunikasi antar perangkat desa?
5. Apakah menurut Bapak/Ibu penting untuk menjaga komunikasi antar perangkat desa?
6. Bagaimana Bapak/Ibu membangun kepercayaan satu sama lain dengan perangkat desa?
7. Perangkat desa mana saja yang sangat dekat dengan Bapak/Ibu dalam berkomunikasi?
8. Dalam bekerja apakah Bapak/Ibu merasa mudah untuk berkomunikasi ke semua lapisan
perangkat desa baik ke atasan, ke sesama mapun ke bawahan?
9. Menurut Bapak/Ibu seberapa penting kejujuran dalam bekerja?
10. Bagaimana Bapak/Ibu membangun kejujuran dalam bekerja?
11. Jenis pertemuan desa apa saja yang biasa Bapak/Ibu hadiri?
12. Apakah Bapak/Ibu selalu mengetahui kegiatan-kegiatan rapat atau pertemuan resmi yang
diadakan di desa?
28
13. Apakah Bapak/Ibu pernah memberikan suatu pendapat dalam suatu forum desa?
14. Bagaimana keadaan rasa kerja sama antar perangkat desa saat ini?
15. Apakah Bapak/Ibu pernah meminta bantuan kepada rekan perangkat desa jika sedang
melakukan tugas tertentu?
16. Apakah perangkat desa sulit untuk dimintai pertolongan?
17. Jika ada salah satu perangkat desa yang sakit apakah Bapak/Ibu segera mengetahuinya?
18. Apakah Bapak/Ibu pernah memberikan sebuah saran kepada perangkat desa lainnya?
19. Siapa umumnya yang diberi saran oleh Bapak/Ibu?
20. Seberapa sering Bapak/Ibu berinteraksi dengan kepala desa?
21. Kegiatan apa saja yang biasa dilakukan jika bersama kepala desa atau perangkat desa
lainnya?
22. Menurut Bapak/Ibu seorang perangkat desa yang baik dan teladan seperti apa?
23. Apakah motivasi dari Bapak/Ibu ketika ingin menjadi perangkat desa?
24. Tugas apa saja yang dilakukan Bapak/Ibu sebagai perangkat desa?
25. Apakah Bapak/Ibu selalu menyelesaikan tugas-tugas sebagai perangkat desa dengan baik?
26. Apakah Bapak/Ibu ingin menjadi perangkat desa yang baik dan teladan bagi warga desa?
C. Kinerja Pelayanan Publik
(Untuk semua perangkat desa yang aktif hingga saat ini di wilayah Desa Situ Udik, Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
Hari/ tanggal wawancara
:
Lokasi wawancara
:
Nama dan umur informan
:
Jabatan
:
Pertanyaan Penelitian
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Biasanya kegiatan pertemuan atau rapat desa dilaksanakan pada?
Bagi perangkat desa yang bekerja di kantor desa, bagaimana sistem waktu bekerja di kantor?
Apakah Bapak/Ibu datang dan pulang pada waktu yang telah ditentukan?
Bagaimana kondisi sarana dan prasarana kantor desa saat ini?
Apakah sarana dan prasarana desa dalam memberikan pelayanan kepada publik sudah baik?
Apakah sarana dan prasarana yang ada saat ini telah menunjang kebutuhan kerja Bapak/Ibu?
Jenis layanan publik apa yang disediakan oleh pemerintahan desa saat ini?
Apakah ada program-program pemerintah desa tertentu yang telah, sedang dan akan
dilakukan di Desa Situ Udik?
Jenis tugas atau kewajiban apa yang saat ini diamanatkan kepada Bapak/Ibu?
Adakah biaya-biaya tertentu yang harus dikeluarkan oleh warga desa dalam pelayanan yang
berikan desa?
Berapa rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh warga untuk membayar layanan tersebut?
Apakah biaya dalam tiap layanan telah tercantum dalam peraturan pemerintah?
Apakah tugas/pekerjaan yang Bapak/Ibu lakukan memerlukan keterampilan khusus?
Jenis-jenis tugas apa yang telah Bapak/Ibu lakukan?
Apakah Bapak/Ibu pernah menemukan kesulitan dalam melaksanakan tugas?
Biasanya dalam satu tugas memerlukan waktu berapa lama dalam penyelesaiannya?
Apakah setiap tugas yang telah diselesaikan harus dilaporkan kepada kepala desa atau
perangkat desa utama (sekretaris, bendahara dan kepala urusan)?
Menurut Bapak/Ibu kriteria perangkat desa yang berkinerja baik dan teladan seperti apa?
Apakah kepala desa memberi penghargaan atau hadiah tertentu bagi perangkat desa yang
berprestasi?
D. Pelaksanaan Good Governance
(Untuk semua perangkat desa yang aktif hingga saat ini di wilayah Desa Situ Udik, Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
Hari/ tanggal wawancara
:
Lokasi wawancara
:
29
Nama dan umur informan
Jabatan
Pertanyaan Penelitian
:
:
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Bagaimana keadaan sistem administrasi di Desa Situ Udik saat ini?
Jenis informasi desa apa saja yang diinformasikan ke masyarakat?
Media komunikasi apa yang dipakai untuk menyebarkan informasi desa?
Apakah ada informasi administrasi yang tidak boleh diketahui warga?
Menurut Bapak/Ibu pentingkah transparansi dalam pemerintahan desa?
Adakah kegiatan atau perihal lainnya yang penting untuk diinformasikan ke warga?
Apakah Bapak/Ibu pernah melaporkan hasil suatu pekerjaan kepada kepala desa?
Laporan apa saja yang biasa Bapak/Ibu berikan?
Bagaimana keadaan penerapan hukum di lingkungan perangkat desa?
Bagaimana proses atau kegiatan dalam menyusun tata aturan desa?
Bisa dijelaskan tata aturan apa saja yang harus ditaati oleh seorang perangkat desa?
Apakah hingga saat ini terdapat perangkat desa yang menyalahi aturan?
13. Apakah Bapak/Ibu dilibatkan dalam penyusunan aturan desa?
Lampiran 4. Rancangan Skripsi
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Masalah Penelitian
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Kegunaan Penelitian
2. PENDEKATAN TEORETIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.2. Kerangka Pemikiran
2.3. Hipotesis
2.4. Definisi Operasional
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1. Lokasi dan Waktu
3.2. Teknik Pengumpulan Data
3.3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
4.1. Profil Desa Situ Udik
4.2. Kondisi Geografis Desa Situ Udik
4.3. Kondisi Pendidikan di Desa Situ Udik
4.4. Kondisi Kependudukan di Desa Situ Udik
4.5. Kondisi Sarana dan Prasarana Desa Situ Udik
5. PEMERINTAHAN DESA SITU UDIK
5.1. Profil Kepemerintahan
5.2. Struktur Organisasi
5.3. Pembagian Kerja
5.4. Program Pemerintahan
6. ANALISIS KONDISI IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DI PEMERINTAHAN DESA SITU
UDIK
7. ANALISIS KONDISI TATA KELOLA (GOVERNANCE) DI PEMERINTAHAN DESA SITU UDIK
8. ANALISIS KONDISI KINERJA PERANGKAT KERJA DESA SITU UDIK
9. PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP KINERJA PERANGKAT KERJA
DESA SITU UDIK
10. ANALISIS BESAR PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP KINERJA
PERANGKAT KERJA DESA SITU UDIK
11. PENUTUP
11.1 Kesimpulan
30
11.2 Saran
12. DAFTAR PUSTAKA
13. LAMPIRAN
Download