I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam industri pangan. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak hanya dilihat berdasarkan kuantitas, namun kualitas pun perlu diperhatikan. Kualitas pangan seperti kesegaran bahan, daya awet bahan juga cemaran-cemaran yang terdapat dalam bahan pangan. Susu merupakan bahan makanan yang memiliki kandungan protein yang tinggi. Variasi produk susu pun mudah dijumpai dengan harga yang lebih terjangkau. Susu segar adalah suatu cairan yang keluar dari ambing sapi diperoleh dari hasil pemerahan yang benar yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambahkan. Batas cemaran bakteri dalam susu menurut SNI 3141.1:2011 mengenai susu segar ialah 1 x 106 CFU/ml. Sumber cemaran dalam air susu ialah lingkungan, ruangan, pekerja, ternak dan peralatan. Namun bila dilihat dari lama kontak dengan susu, ruangan dan peralatan penyimpanan susu merupakan tempat sensitif bagi susu. Ruangan dan peralatan harus selalu dalam keadaan bersih, sehingga diharapkan cemaran yang berasal dari ruangan dan peralatan dapat diminimalisir. Lingkungan yang tidak bersih memungkinkan ditemukannya berbagai macam bakteri pada susu. Bakteri tersebut merupakan bakteri penghuni susu yang alami dan bakteri pencemar dari lingkungan. Bakteri pencemar inilah yang kehadirannya tidak diinginkan, karena apabila dalam jumlah yang besar, akan menyebabkan susu menjadi rusak dan tidak dapat dikonsumsi. 2 Selama ini yang dilakukan masyarakat untuk menjaga kebersihan ruang penyimpanan adalah dengan melakukan desinfeksi. Bahan desinfektan yang umum digunakan yaitu berbahan kimia. Kelebihan dari desinfektan bahan kimia ialah dapat mereduksi bakteri dengan cepat dengan ketersediaan bahan yang mudah ditemukan, namun kekurangannya dapat meninggalkan residu pada tempat yang dibersihkan. Lingkungan yang dibersihkan dengan menggunakan desinfektan bahan kimia pun akan tercemar karena bahan kimia yang digunakan tidak mudah terurai. Lingkungan yang tercemar dapat menurunkan kualitas susu yang disimpan. Oleh karena itu, penggunaan desinfektan kimia perlu dibatasi dan digantikan dengan desinfektan alami. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai desinfektan alami adalah sarang lebah. Lebah (Apis cerana) merupakan hewan kecil yang menghasilkan produk yang memiliki banyak manfaat karena khasiatnya dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit. Lebah menghasilkan madu, malam (lilin), propolis, royal jelly dan manna (honeydew). Dalam peternakan lebah tradisional, proses pemanenan dan pengolahan produk lebah hingga siap dijual dilakukan dengan proses sederhana, sehingga limbah yang dihasilkan pun belum dapat dimanfaatkan dengan baik. Limbah yang dihasilkan dalam peternakan lebah tradisional yaitu sarang lebah. Sarang lebah merupakan tempat menampung madu dan mengandung senyawa flavonoid yang memiliki aktivitas antibakteri. Antibakteri merupakan kelompok senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan maupun membunuh bakteri. Jika antibakteri ini dimanfaatkan dengan baik akan menghambat perkembangan bakteri dan dapat menjaga sanitasi lingkungan. Melihat 3 karakteristik yang dimiliki oleh sarang lebah, diharapkan limbah ini dapat diaplikasikan sebagai desinfektan alami. Kelebihan dari limbah sarang lebah bila digunakan sebagai desinfektan, selain dapat membunuh bakteri juga ramah lingkungan karena berasal dari bahan organik yang mudah terurai. Kekurangan dari desinfektan ini ialah perlu dilakukan pengolahan sebelum digunakan. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Kajian Efektivitas Sarang Lebah sebagai Desinfektan Alami Terhadap Daya Hambat dan Penurunan Jumlah Bakteri Ruang Penyimpanan Susu”. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Sejauhmana pengaruh desinfektan sarang lebah terhadap daya hambat dan penurunan jumlah bakteri total. 2. Pada konsentrasi sarang lebah berapakah yang menunjukkan daya hambat dan penurunan jumlah bakteri total terbaik. 1.3 Maksud dan Tujuan 1. Mengetahui sejauhmana pengaruh desinfektan sarang lebah terhadap daya hambat dan penurunan jumlah bakteri total. 2. Mengetahui pada konsentrasi sarang lebah berapakah yang menunjukkan daya hambat dan penurunan jumlah bakteri total terbaik. 4 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber informasi ilmiah mengenai bahan alami sarang lebah yang mengandung senyawa flavonoid dan dapat dijadikan bahan desinfektan. Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menjaga sanitasi dan mengurangi pencemaran lingkungan serta memanfaatkan limbah peternakan lebah. 1.5 Kerangka Pemikiran Dewasa ini keamanan bahan pangan menjadi sorotan masyarakat. Pangan yang memiliki kualitas yang baik diperoleh dari pengolahan yang menjaga sanitasinya. Cemaran yang terdapat dalam bahan pangan salah satunya ialah karena mikroorganisme. Pangan dan bakteri erat kaitannya baik dalam produk mentah hingga produk tersebut sampai pada tangan konsumen (Rahayu, 2011). Bakteri pada alam bebas sangat erat kaitannya baik dengan hewan, tumbuhan, udara, air maupun tanah, dan sedikit sekali tempat yang benar-benar bebas dari bakteri (Bukle, 2009). Susu merupakan bahan makanan yang hampir sempurna bila dipandang dari segi gizinya, dan merupakan bahan alamiah yang disekresikan dari kelenjar susu (Muchtadi dkk, 2010). Susu dapat dimanfaatkan langsung dalam bentuk segar maupun diolah dahulu. Terdapat beberapa masalah yang dihadapi dalam pengolahan susu, seperti saat pengolahan, penyimpanan maupun pemasaran. Permasalahan tersebut ialah mengenai sanitasi lingkungan. Sanitasi merupakan sikap hidup dan tidakan aseptik yang dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan baik yang berinteraksi langsung dengan pangan maupun tidak. Tindakan aseptik yang dikehendaki ialah kondisi dimana lingkungan tidak 5 terkontaminasi oleh bakteri. Bakteri ini diduga datang karena kondisi lingkungan yang tidak bersih dan adanya cemaran (Soekarto, 1990). Cemaran bakteri dalam susu dapat berasal dari ternak itu sendiri maupun dari lingkungan (Hadiwiyoto, 1994). Bakteri pencemar pada susu dapat berasal dari peralatan maupun ruangan yang kotor dan tidak terjaga kebersihannya. Bakteri yang terdapat dalam susu seperti bakteri dari kelompok Lactobacteriaceae dan Streptococcaeae, tetapi dalam susu juga sering kali ditemukan bakteri kelompok Enterobacteriaceae (Dwidjoseputro, 2005). Permukaan bahan makanan yang berhubungan dengan udara akan memungkinkan masuknya cemaran dan perkembangan jenis-jenis mikroba oksidatif (Supardi dan Sukamto, 1998). Susu yang masih terdapat dalam ambing sapi masih bersifat steril, namun bila sudah diluar maka akan mudah terkontaminasi. Sumber kontaminasi baik yang bersifat fisik maupun kimia dapat membahayakan kesehatan manusia (Budinuryanto, 2000). Cara kerja yang bersih dan septik dalam bidang persiapan pengolahan, pengepakan, penyiapan maupun transpotasi merupakan bagian dari sanitasi dalam industri pangan (Rachmawan, 2001). Kamar susu merupakan kamar penampungan air susu dari kandang pemerahan sebelum susu itu disebarkan ke konsumen langsung atau ke pusatpusat penampungan air susu. Adapun syarat dari konstruksi dari kamar susu ialah dinding lantai harus kedap air, tinggi dinding berporselin 2 meter, warna dinding dan tegel putih, berlangit-langit dari bahan yang tidak mengotori air susu dan tertutup rapat dan bersih, batas dinding dan lantai tidak bersudut, pintu dan jendela dapat menutup sendiri dengan bebas dan luas jendela 15% dari luas lantai, ventilasi baik dan memakai kawat kasa sedangkan persyaratan sanitasi dan 6 hygiene dari kamar susu seperti manusia, mikroorganisme, zat kimia yang merugikan dan benda asing. Kapasitas/ ukuran dari kamar susu ialah ukuran minimal untuk 10 ekor sapi laktasi ialah 4x5 meter serta dapat dilengkapi dengan alat penimbang, pemeriksa susu, ember susu, tangki pendingin, pengaduk, termometer, alat pemanas air dan peralatan sterilisasi. Serta persyaratan lokasi kamar susu ialah jarak optimal 5-15 meter dari kandang sapi perah. Demikian pula jauh dari gudang pakan, dapur dan saluran pembuangan bebas dari angin keras, debu, bau-bauan insekta harus terpisah dari kamar-kamar lainnya (BSN, 1987). Kegiatan sanitasi yang dilakukan dalam kamar susu ialah membersihkan dengan menggunakan desinfektan. Desinfektan adalah suatu bahan yang digunakan untuk membunuh jasad renik yang bersifat patogenik dengan cara kimia atau fisik. Semua desinfektan efektif terhadap sel vegetatif tetapi tidak selalu efektif terhadap sporanya (Fardiaz, 1992). Bahan yang umum digunakan peternak rakyat sebagai desinfektan ialah bahan kimia. Bahan kimia bila digunakan dalam jumlah yang besar akan mencemari lingkungan ataupun terpapar melalui udara maupun kontak langsung dan mencemari susu. Penggunaan dan penyimpanan bahan ini harus sangat diperhatikan, karena beberapa senyawa kimia ini dapat membahayakan jika digunakan tanpa aturan (Gaman, 1994). Selain itu, dalam memilih desinfektan perlu diusahakan untuk bernilai ekonomis, stabil kelarutannya, sifat racun yang ditimbulkan, dan warna yang ditinggalkan (Fardiaz, 1992). Limbah yang dihasilkan bila menggunakan desinfektan kimia ialah air limbah akan sulit untuk diuraikan (Sugiharto, 2008). Oleh sebab itu, penggunaan desinfektan kimia perlu dikurangi. 7 Pertimbangan dalam pemilihan bahan desinfektan ialah toksisitas terhadap mikroorganisme, kelarutan dalam air, stabilitas, tidak beracun terhadap manusia maupun hewan, homogenitas, kemampuannya untuk mencegah kombinasi dengan bahan organik, toksisitas terhadap mikroorganisme pada suhu kamar, kemampuan berpenetrasi, tidak korosif dan tidak menimbulkan warna, kemampuan menghilangkan bau, kemampuan sebagai detergen dan ketersediaan di masyarakat (Jenie dan Fardiaz, 1989) selain itu pH dari desinfektan pembersih lantai dengan senyawa fenol dan turunannya diantara 6 - 11 (SNI 06-1842-1995). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka desinfektan berbahan dasar alami pun dapat digunakan, seperti limbah peternakan lebah yaitu sarang lebah. Sarang lebah pada peternak tradisional di Taman Raya Djuanda Dago Pakar dibuang begitu saja setelah masa panen, meskipun sarang lebah tersebut masih memiliki manfaat. Sarang lebah telah memenuhi sebagian besar dasar dalam pertimbangan syarat desinfektan tersebut, selain itu penggunakan sarang lebah sebagai desinfektan alami juga dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan. Lebah (Apis cerana) selain menghasilkan madu juga menghasilkan royal jelly, pollen, venom, dan propolis (Sabir, 2005). Limbah yang dihasilkan peternakan lebah tradisional adalah sarang lebah. Sarang lebah mengandung 50% senyawa resin (flavonoid dan asam fenolat), 30% lilin lebah, 10% minyak aromatik, 5% polen, dan 5% berbagai senyawa aromatik (Pietta, 2002). Flavonoid merupakan zat antibakteri yang telah banyak ditelili. Aktivitas antibakteri ditemukan pada senyawa golongan fenol (flavonoid, flavon) (Bankova, 2005). Aktivitas antibakteri tersebut dapat terlihat dari kegiatan membungkus yang dilakukan lebah ketika hewan pengganggu mati disekitar sarangnya, hal ini dilakukan agar menjaga lingkungan sarang yang bersifat aseptik (Fitriannur, 8 2009). Mekanisme kerja dari senyawa flavonoid dalam menghambat pertumbuhan bakteri ialah dengan merusak permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri (Sabir, 2005). Ekstrak flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dengan ditunjukkannya zona hambat pada uji hambat dengan konsentrasi dibawah 0,02% (Prasetyorini dkk, 2011). Bakteri ini merupakan bakteri kelompok koliform dan merupakan bakteri indikator sanitasi lingkungan. Ekstrak flavonoid juga menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutants dengan menggunakan konsentrasi 0,1% (Sabir, 2005). Selain itu, ekstrak flavonoid juga dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan Pseudomonas aeruginosa (Angraini, 2006). Sarang lebah dapat diaplikasikan menjadi bahan desinfektan. Desinfektan merupakan suatu bahan yang dapat mengurangi populasi mikroba sampai pada batas yang dianggap aman menurut persyaratan kehidupan masyarakat (Pelezar dan Chan, 1988). Bahan desinfektan biasanya digunakan terhadap benda mati dan pada umumnya dipergunakan dalam pemeliharaan sehari-hari. Kunci keberhasilan sanitasi ialah jenis bahan yang digunakan dan mikroorganisme yang ditangani (Budinuryanto, 2000). Flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri kelompok koliform (Prasetyorini dkk, 2011). Penggunaan flavonoid tersebut diambil dengan menggunakan metode ekstraksi murni. Penggunaan senyawa fenol murni akan membunuh bakteri dalam waktu 10 menit (Fardiaz, 1992) dan bila semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin tinggi pula daya bunuh bakterinya (Widiana, 2012). 9 Penggunaan sarang lebah yang memiliki kandungan senyawa flavonoid dapat meningkatkan nilai manfaat limbah sarang lebah secara aplikatif di masyarakat. Berdasarkan penelitian pendahuluan, larutan sarang lebah dengan konsentrasi kecil tidak memberikan perbedaan dengan tidak menunjukkan zona hambat. Namun jika menggunakan konsentrasi yang besar, larutan sarang lebah menunjukkan zona hambat yang besar. Oleh sebab itu berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik hipotesis bahwa penggunaan sarang lebah dengan konsetrasi 60% dapat menurunkan jumlah bakteri total dan menghasilkan daya hambat terbesar. 1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Penanganan Limbah Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran selama sepuluh hari. Pengambilan sampel dilakukan di Ruang Penyimpanan Susu Laboratorium Ternak Perah, Kandang Sapi Perah Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.