0522 Mr. Atsushi TSUKUI 2015 Seputar Pengamatan/Observasi Kelas 1.Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Pengamatan kelas/kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang dipraktekkan oleh para pengamat/observer secara bersama untuk mengungkapkan fakta-fakta di ruang kelas yang sebelumnya tidak terlihat dengan kasat mata atau luput dari perhatian guru. Pengamatan ini dilakukan secara individu, merupakan kegiatan terbuka dan dilakukan bersama-sama dengan orang lain sehingga fakta-fakta yang terungkap dapat dimaknai. Misi pendidikan publik (public education) adalah menjamin semua anak untuk mendapat kesempatan belajar yang berkualitas tinggi. Nah, bagaimana kita dapat menjamin semua anak mendapat kesempatan belajar yang berkualitas tinggi? Cukupkah kita mengecek hasil nilai ujian saja? Jawabannya bisa “iya” bisa pula “tidak”. Tetapi nilai ujian hanya mencerminkan sebagaian dari hasil pembelajaran. Artinya meski skor ujiannya tinggi pun, belum tentu siswa itu benar-benar telah berkembang. Cukupkah kita bertanya kepada guru? Jawabannya bisa “iya” bisa pula “tidak”. Memang bagi guru yang berpengalaman bisa mengetahui keadaan anak dengan baik, namun, apa yang diketahui oleh guru tetap terbatas sebab ia juga merupakan salah seorang warga di ruang kelas, dengan cakupan pandangan fisik yang terbatas, sehingga tidak mungkin ia mampu mengetahui keadaan yang terjadi di setiap siswa setiap saat dalam jumlah yang sekian banyak ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Disitulah kelebihan dari kehadiran pengamat/observer. Pengamat dapat memahami atau mengetahui pembelajaran siswa yang bersifat kualitatif yang tidak terukur dengan nilai ujian. Dan juga melalui mata para pengamat, kita dapat mengetahui keadaan pembelajaran setiap siswa di setiap saat dari berbagai sudut pandang. Tentunya pengamatan dua orang lebih baik daripada satu orang, dan pengamatan tiga orang lebih baik daripada dua orang, sehingga fakta-fakta di ruang kelas yang tidak terlihat dengan kasat mata atau luput dari perhatian guru dapat diungkap. Dengan mengungkapkan fakta-fakta yang luput dari perhatian guru, maka guru di sekolah itu lebih mudah menjamin pembelajaran masing-masing siswa. Pendek kata, apa yang dilakukan dalam kegiatan pengamatan tersebut adalah menemukan apa yang belum terlihat dan belum diketahui. Namun, kesalahan yang sering dilakukan oleh pengamat pemula adalah justru terbalik, yakni ia menemui dan memastikan apa yang telah ia ketahui dan apa yang dapat ia prediksikan. Ditambah, ia menilai cara dan hasil pembelajaran yang begitu beragam di masing-masing siswa dengan ukuran yang bersifat kuantitatif (misalnya, berapa kali si siswa menjawab secara benar, atau memaparkan pendapatnya dan sebagainya) 1 0522 Mr. Atsushi TSUKUI 2015 2.Pengamatan Sekolah secara Menyeluruh ・ Dengan melihat perilaku dan reaksi siswa, kita dapat memahami karakter masing-masing guru. ・ Jangan memandang dan menilai suatu kelas dengan membandingkan atau menyamakan dengan kelas lain, tetapi berusahalah memahami kultur kelas yang terbentuk oleh warga rombel tersebut. Dan mengetahui kebutuhan dan permintaan masing-masing guru. Siswa tidak bisa memilih gurunya. Secara acak, siswa dibagi ke salah satu kelas/rombel dan dari situlah ia mengikuti kegiatan pelajaran. Jika kita menjunjung tinggi filosofi “selalu memberikan jaminan kepada semua siswa untuk mendapat kesempatan belajar yang bermutu tinggi”, tentu tidaklah cukup jika hanya para siswa di satu kelas saja yang dapat belajar dengan baik, tetapi juga harus menjamin semua kelas. Kita harus menghindarkan fenomena dimana hanya sebagian siswa yang beruntung mendapatkan pembelajaran yang bermutu tinggi dibawah bimbingan guru yang berpengalaman, tetapi siswa lain menderita dengan mutu pembelajaran yang kurang memadai. Disitulah muncul kebutuhan pengamatan terhadap sekolah secara menyeluruh. Bila terdapat kesenjangan mutu pembelajaran diantara kelas, pengamat perlu menemukan hal itu dan menjamin akan meningkatkan mutu semua guru. Para guru di sekolah juga memiliki karakter yang sangat beragam. Mengamati interaksi serta relasi antara siswa dan guru dan menemukan fakta yang tidak terlihat dengan kasat mata, dapat memberikan kesempatan untuk meningkatkan mutu kelas tersebut. Tetapi karena guru maupun siswa berbeda kepribadiannya, maka janganlah memandang mereka secara seragam, tetapi memandang perbedaan tersebut sebagai peluang bagi guru untuk belajar dari berbagai demensi. 3.Kiat-kiat Pengamatan ・ Karena pemikiran seseorang tidak dapat dilihat, maka amatilah ketika mereka berpikir ・ Karena perasaan seseorang tidak dapat dilihat, maka amatilah ketika terjadi persentuhan/interaksi sesama siswa atau siswa dengan guru. ・ Fokus pada seorang siswa. Seperti penulis katakan di atas, dalam mengamati sesuatu, kita cenderung pada apa yang sudah kita ketahui dan dapat terlihat dengan jelas, tetapi apa yang belum kita ketahui luput dari mata kita. Seringkali meskipun tujuan awalnya ingin mengungkapkan hal-hal yang belum diketahui di ruang kelas, ternyata kebanyakannya dari kita lebih memilih serta memastikan apa yang telah diketahui sebelumnya (“Ini loh”, “Iya, kan?” dan sebagainya). Jadi seharusnya bagaimana? [Karena pemikiran seseorang tidak dapat dilihat, maka amatilah ketika mereka berpikir] Memang kita tidak bisa melihat dalam otak siswa. Tetapi kita bisa melihat perilaku siswa yang sedang mengerjakan sesuatu atau berpikir sesuatu ketika sedang berhadapan dengan alat. Melalui cara penggunaan 2 0522 Mr. Atsushi TSUKUI 2015 alat itu, kita dapat mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh siswa. Selain itu, potongan kata-kata juga tergolong sebagai sarana untuk mengetahui apa yang dipikirkan oleh siswa. Pada saat guru dan siswa berkomunikasi secara verbal, menjalankan proses pembelajaran, pengamat mengamati (mendengarkan) dengan cermat kata-kata apa saja yang mendorong siswa untuk berpikir lebih jauh. [Karena perasaan seseorang tidak dapat dilihat, maka amatilah ketika terjadi persentuhan/interaksi sesama siswa atau siswa dengan guru] “Apakah si siswa A dapat berkolaborasi dengan siswa sebelahnya?” atau “kedua siswa ini kelihatannya sangat cocok, sehingga mereka dapat mengerjakan tugasnya dengan baik” dan lain-lain. Perasaan atau emosi siswa semacam itu tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Barangkali siswa sendiri juga tidak dapat menjelaskannya. Tetapi jika relasi antara dua siswa itu berjalan dengan baik saat mereka berinteraksi, pasti akan terlihat ciri-cirinya (misalnya, potongan kata, alat, jeda dalam dialog, urutan kerja dan sebagainya). Barangkali saat mereka berinteraksi terlihat kegembiraan atau kesenangan mereka terhadap pembelajaran. Sebaliknya jika relasi mereka kurang berjalan dengan baik, tidak ada “saat persentuhan atau interaksi” atau cara interaksinya agak berbeda dibanding dengan bila relasinya baik. Kesalahan yang sering dilakukan oleh pengamat pemula adalah meskipun ia sudah mengamati saat terjadinya interaksi sesama siswa, tetapi masih kurang menggali atau mengkaji apa yang sebenarnya terjadi saat mereka berinteraksi. Misalnya hanya dua siswa saling berhadapan saja langsung dianggap seolah-olah terjadi interaksi yang baik antara mereka. Atau melihat guru yang mendekati seorang siswa, langsung dianggap siswa bersangkutan telah memahami materi pelajarannya. Tanggapan yang terlalu dini tersebut persis sama seperti di atas, yaitu pengamat pemula hanya memastikan “apa yang telah ia ketahui”. Jika dikatakan secara lebih tepat adalah pengamat pemula cenderung “memastikan apa yang ia harapkan”. Ia hanya memastikan harapannya kalau guru membantu siswa secara pribadi, pemahaman siswa tersebut akan meningkat, tetapi ia tidak mengamati lebih jauh, bantuan apa yang diberikan oleh guru dan kemudian apa yang terjadi pada siswa yang bersangkutan. Secara konkret apa yang harus diamati oleh pengamat dalam contoh pemberian bantuan guru kepada siswa secara pribadi adalah apa yang diinteraksikan oleh guru dan siswa (“percakapan konkret mengenai cara penggunaan alat” dan sebagainya), persamaan dan perbedaan antara pikiran guru dengan siswa (permintaan siswa adalah ○○, sedangkan guru memandang permintaan siswa adalah XX, maka cocok atau berbeda ?). 【Fokus pada seorang siswa】 Dalam rangka Lesson Study, setelah pengamatan kelas diadakan refleksi dengan lebih dari satu pengamat mengenai hasil pengamatannya. Maka menurut premis itu, satu metoda refleksi telah berkembang, yaitu setiap pengamat fokus pada seorang siswa yang berbeda dan hasil pengamatan tersebut disampaikan untuk mengungkapkan fakta-fakta di kelas yang tidak terlihat pada waktu kegiatan pelajaran sedang 3 0522 Mr. Atsushi TSUKUI 2015 berlangsung. Metode refleksi ini termasuk metode yang rasional dan efektif. Namun, yang perlu diperhatikan dalam penerapan metode ini adalah karena seorang pengamat fokus pada seorang siswa saja, ia akan luput dari perhatian tentang keadaan di sekitar siswa tersebut. Ini sama dengan penafsiran suatu lukisan potret, kita tidak dapat memahami fenomena yang tidak dilukis dalam lukisan tersebut. Pengamat yang fokus dan hanya mengamati satu orang siswa saja, ia tidak akan dapat memahami apa yang terjadi di sekeliling siswa tersebut (karena tidak dilihat, sehingga tanggapan pengamat hanya menjadi penafsiran yang kurang bukti). Bahkan pengamat pemula cenderung terlalu memihak pada perasaan seorang siswa yang ia amati. Demi menjamin hak belajar setiap siswa, memang pengamatan kondisi seorang siswa sangat penting. Akan tetapi seorang siswa senantiasa berada di lingkungan bersama dengan siswa lain atau guru, maka pengamat tidak boleh melupakan bahwa siswa selalu berinteraksi dengan orang atau lingkungan di sekitarnya. 4.Cara Pengambilan Video dalam rangka Pengamatan Kelas Mengingat cara pengamatan kelas di atas, otomatis cara pengambilan video yang semestinya dapat ditujukan sebagai berikut : ・ Mengambil gambar supaya cara penggunaan alat terlihat lebih jelas. ・ Mengambil gambar supaya saat-saat interaksi dengan sesamanya terlihat lebih jelas. ・ Mengambil gambar supaya baik seorang siswa maupun kondisi lingkungan sekitarnya dapat dilihat dengan baik (ditambah mengambil dua jenis gambar seseorang, pada suatu saat dan di saat yang lain sebagai sample/pembanding). 【Teknik Pengambilan Video】 ・ Berdiri di bagian depan ruang kelas dan dari posisi itu mengambil gambar agar raut wajah siswa terekam. ・ Bila beralih ke obyek lain, sedapat mungkin kamera digerakkan pelan-pelan. ・ Jika menggunakan tripot, gambarnya tidak akan bergetar. ・ Menggunakan satu tangan untuk mengambil gambar, dan satu lagi untuk mencatat. ・ Jika zooming dengan mengambil 3 hingga 4 orang dalam satu potongan gambar/adegan, dapat direkam keadaan siswa dengan baik. ・ Tidak hanya mengambil gambar sebagian siswa, melainkan semua siswa satu demi satu. Tetapi waktu durasi shooting untuk satu orang harus dibatasi sebab situasi ruang kelas akan kabur. ・ Jangan sering mengambil gambar keseluruhan ruang kelas sebab keadaan siswa yang lebih detil akan menjadi kabur. ・ Ambilah gambar raut wajah dan benda/alat menjadi lebih jelas. Utamakan “angle” daripada “image komposisi” mari praktek secara langsung! 4 0522 Mr. Atsushi TSUKUI 2015 【Teknik Pencatatan】 ・ Dalam refleksi tidak mungkin kita berdiskusi hanya berdasarkan memori/ingatan. Maka perlu mencatat proses pengamatan. ・ Idealnya pengambilan video dilakukan di seluruh proses pembelajaran dari awal hingga akhir dalam satu jam pelajaran secara utuh (karena mudah digunakan sebagai dokumen). Untuk itu sebaiknya menggunakan “satu tangan untuk mengambil video dan satu lagi untuk mencatat”. Tetapi dengan satu tangan mencatat memang tidak mudah, maka perlu kreatifitas. Apabila hal tersebut masih tidak memungkinkan, bisa juga hanya sebagian adegan saja diambil video. Adegan-adegan yang ingin Anda ambil, dishooting atau diambil foto, dan sebagian yang lain dicatat di buku catatan. ・ Bisanya digunakan buku catatan yang berukuran kecil (sekitar A6). Mencatat kronologi menurut waktu, pada pukul ○○:△△, terjadi ini-ini, dan apa yang saya pikirkan/tanggapi. Bila perlu satu halaman buku catatan dibagi menjadi dua bagian kanan dan kiri, dan di bagian kanan ditulis fakta atau kenyataan dan di sampingnya ditulis penafsiran anda. Dengan demikian akan mudah dimengerti nantinya. ・ Bila tidak menggunakan buku catatan, bisa juga mencatat langsung di gambar denah tempat duduk siswa. Di situ mencatat “kapan, dimana dan apa yang terjadi”, catatan ini nantinya akan digunakan sebagai bahan refleksi. 5