Kuliah Pembuka

advertisement
MATERI
HUKUM LINGKUNGAN
PENGAJAR:
-Dr. Andri G. Wibisana, SH, LLM (AGW),
-Bono Priambodo (BP),
-Dr. R. Bambang Prabowo Sudarso, SH, MES (BPS),
-Dr. Harsanto Nursadi, SH, M.Si (HN—Penanggungjawab kelas A),
-Mas Achmad Santosa, SH, LL.M. (MAS),
-Wiwiek Awiati, SH, M.Hum (WA—Penanggungjawab Kelas B),
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
SESSION 2
PEMANASAN GLOBAL DAN
KEBIJAKAN PENURUNAN GAS
RUMAH KACA DI INDONESIA
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
Outline
• Resiko
• Protokol Kyoto
• Long-term objective: Pasal 2 UNFCCC dan kegagalan Protokol
Kyoto (PK)
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
RESIKO DARI PERUBAHAN IKLIM
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
UNFCCC
UNITED NATION FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE
Pasal 2
“to achieve …stabilization of greenhouse gas concentrations
in the atmosphere at a level that would prevent dangerous
anthropogenic interference with the climate system”
– Stabilisasi bukan pengembalian
– Yg distabilkan adalah konsentrasi (bukannya emisi dan suhu)
Pasal 3: Prinsip
– intra dan intergenerational equity
– Common but differentiated responsibility
– Precautionary principle
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
Pasal 4: Komitmen pasal 4 (2)
Negara annex I memiliki komitmen:
– 4 (2) a: Mengadopsi kebijakan nasional dan menurunkan GHGs serta
meningkatkan kapasitas sinks dan reservoir.
– 4 (2) b: Dalam 6 bulan setelah berlakunya UNFCCC melaporkan secara
periodik informasi ttg kebijakan dan langkah2 yang telah diambil
(terkait penurunan GHGs dan peningkatan sinks) “with the aim of
returning individually or jointly to their 1990 levels”
• COP 1995, BerlinBerlin Mandate
– Strengthening the commitments in 4 (2) a and b of the convention for
developed countries/other parties included in Annex I, both to
elaborate policies and measures, as well as to set quantified limitation
and reduction objectives within specified time-frames…
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
KYOTO PROTOKOL
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
• Komitmen:
– Kewajiban negara2 tertentu untuk menurunkan emisi sekitar 5% di
bawah emisi mereka tahun 1990 (pasal 3 (1)) antara thn 2008-12
• Negara berkembang dibebaskan dari kewajiban tersebut
Common but differentiated responsibility, mengapa?
– Konsentrasi GRK sebagian besar (sekitar 80%) berasal dari negara maju
– Negara berkembang membutuhkan energi untuk pembangunan mereka
– Negara berkembang tidak memiliki dana dan teknologi untuk menurunkan
GRK
• Tidak ada rujukan ke pasal 2 UNFCCC
– 3 (2):Thn 2005 melaporkan progress report
– 3 (3): net changes dihitung dari “GHGs emission from sources” dan “removals
by sinks from LULUCF (Land-Use, Land-Use Change and Forestry) limited to aforestation, reforestation, and deforestation since 1990”
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
Target Emisi GRK
–
Assigned amount: emisi thn 1990 X jatah komitmen x 5
–
Aktifitas pada LULUCF (Land-Use, Land-Use Change and Forestry)
dihitung sebagai sumber emisi atau penghapusan emisi
•
Penghapusan emisi menghasilkan Removal Unit (RMU), yang
dapat dikonversi menjadi Assigned Amount Unit (AAU)
Mekanisme pemenuhan komitmen
1.
Emission Trading
2.
Joint Implementation
3.
Clean Development Mechanism
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
1.
Emission Trading (ET)
–
Sesama Annex I countries
–
Membeli boleh bebas, tapi menjual tidak bebas:
•
–
2.
Setiap negara harus menyimpan cadangan emisi yang jumlahnya tidak
boleh lebih rendah dari 90% dari Initial Assigned amountcadangan ini
disebut dengan commitment period reserve (CPR)
Komoditas ET: Assigned Amount Unit (AAU), Emission Reduction
Unit (ERU) dan “hot air”
Joint Implementation
–
Setiap negara Annex I dapat melakukan investasi pada proyek2
penurunan emisi di negara Annex I lainnya
–
Investasi ini akan menghasilkan Emission Reduction Unit (ERU)
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
3.
Clean Development Mechanism
–
Negara Annex I dapat melakukan investasi di negara non-Annex I
yang meliputi investasi pada proyek2 pengurangan emisi di negara
non-Annex I, aforestasi (penghijauan di lahan bekas hutan yang
telah mengalami deforestasi selama lebih dari 50 tahun), dan
reforestasi (penghijauan untuk hutan yang mengalami deforestasi
pada kurun waktu kurang dari 50 tahun)
–
CDM menghasilkan Certified Emission Reductions
–
CDM pada sektor LULUCF maksimum 1% dari total jatah emisi
–
CER dapat dikonversi menjadi AAU, sehingga dapat diperjualbelikan
dalam mekanisme ET
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
• Cara penghitungan:
Total emisi 2008 s.d. 2012 + emisi dari LULUCF - RMU - emisi
yang diperoleh dari CER atau ERU atau ET + emisi yang dijual
TIDAK BOLEH LEBIH BESAR DARI
Jatah emisi awal untuk 2008 s.d. 2012
• Contoh:
Emisi jepang pada thn 1990 adalah: 1,272 Gton
Jatah jepang tiap tahun adalah 94% dari 1990 = 1,272 x 0,94 = 1,196 Gt.
Selama 5 tahun berarti 1,196 x 5 = 5,98 Gt
Total emisi Jepang tahun 2006 (termasuk emissions/ removals dari
LULUCF) = 1,249 Gt. Asumsikan bahwa emisi Jepang per tahun tetap,
maka selama 5 tahun emisi total Jepang adalah 1,249 x 5 = 6,245 Gt.
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
• Jika lebih:
– Pengurangan jatah emisi sebesar 1,3 kali kelebihan emisi. Misalnya:
1,196 – {(1,249 - 1,196)1,3} Gt = 1,127 Gt per tahunnya. Selama 5
tahun, jatah emisi Jepang turun sebanyak:
(6,245 - 5,98) x 1,3 = 0.3445 Gt
– Pembuatan rencana penurunan emisi
– Penangguhan keabsahan untuk melakukan pemindahan AAU ke
periode berikutnya
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
HUKUM YG MENGATUR MITIGASI GRK
OUTLINE
1. OVERVIEW KEBIJAKAN MITIGASI GRK
2. POSISI INDONESIA DALAM POLITIK PERUBAHAN IKLIM
3. REDD DAN KEBIJAKAN NASIONAL PERUBAHAN IKLIM
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
1. OVERVIEW KEBIJAKAN MITIGASI
GRK
A. Rencana Aksi Nasional mengenai Perubahan Iklim
tahun 2007
•
•
Menyediakan petunjuk utk beberapa institusi dalam
melaksanakan upaya menghadapi perubahan iklim
Membuat persyaratan bagi kordinasi kelembagaan
•
Upaya yang akan dilakukan:
1.
–
Pengurangan emisi dan peningkatan kapasitas penyerapan karbon
(“sink”).
Sektor kehutanan:
• Pemberantasan illegal logging
• Pada tahun 2025 mampu merehabilitasi 36.31 juta ha dari 53.9
juta ha hutan yang rusak.
• Mengurangi deforestasi dan kerusakan hutan sampai dengan
23.63 juta ha dalam periode 2007-2009, 6.15 juta ha antara thn
2009-2012, dan 10 juta ha dalam periode thn 2012-2025.
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
•
Pencegahan kebakaran hutan: pengurangan titik api sebanyak 50%
pada thn 2009, 75% pada thn 2012, dan 95% pada thn 2025.
•
Penerapan praktek penebangan hutan yang ramah lingkungan,
penguatan pengelolaan daerah konservasi, dan perumusan Road Map
untuk mengimplementasikan REDD.
–
Sektor pertanian: penggunaan pupuk dan pestisida organik serta
pemanfaatan mesin pertanian yang lebih efisien.
2.
Impelementasi Kebijakan pemberian insentif utk sektor LULUCF.
•
3.
Melanjutkan program “Menuju Indonesia Hijau”: pemberian
penghargaan kepada bupati yang berhasil mempertahankan hutan
lindung dan menigkatkan wilayah hijau di daerahnya
Pengembangan kebijakan pendukung, tmsk kebijakan terkait tata
ruang nasional dan wilayah, penegakan hukum, pengentasan
kemiskinan, litbang, dan rekayasa sosial.
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
B. Rencana Aksi Nasional Penurunan GRK (RAN-GRK)
• Per.Pres No. 61 thn 2011 tentang RAN-GRK
– RAN-GRK adalah rencana kerja utk melakukan berbagai
kegiatan yang secara langsung atau tidak langsung akan
mengurangi tingkat emisi GRK Indonesia.
– RAN-GRK terhdiri dari berbagai kegiatan inti dalam sektor
pertanian, kehutanan dan lahan gambut, energi dan
transportasi, pengelolaan limbah, dan berbagai kegiatan
pendukung
– Fungsi RAN-GRK:
• Arahan bagi kementrian/instansi terkait utk merencanakan,
menerapkan, mengawasi, dan mengevaluasi berbagai upaya
penurunan emisi GRK
• Arahan bagi pemda dalam menyusun rencana aksi daerah
• Arahan bagi masyarakat dan pelaku usaha dalam perencanaan
dan implementasi kegiatan penurunan emisi GRK
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
• Lampiran I dari Perpres menjelaskan berbagai
rencana kegiatan di berbagai sektor, antara lain:
– RAN-GRK sektor pertanian diarahkan pada penurunan
sebanyak 0.008 GtCO2e bagi target penurunan 26% dan
0.011 GtCO2e bagi target penurunan 41%
• Contoh kegiatan alih fungsi hutan yang rusak menjadi lahan
perkebunan (860 ribu ha menjadi perkebunan kelapa sawit, 105
ribu ha menjadi perkebunan karet). Alih fungsi ini dilakukan di 19
provinsi antara tahun 2011-2014, dengan target penurunan emisi
sebesar 74.53 MtCO2e.
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
– RAN-GRK sektor kehutanan dan lahan gambut diharapkan
mampu mencapai pengurangan emisi sebesar 0.672
GtCO2e (utk target penurunan 26%) dan 1.039 GtCO2e
(utk target penurunan 41%).
• Contoh kegiatan: pengembangan pertanian berkelanjutan di
daerah lahan gambut seluas 325,000 ha di 11 provinsi pada tahun
2011 dan 2020, dengan target pengurangan emisi sebesar 103.98
MtCO2e
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
– RAN-GRK dalam sektor energi dan transportasi ditargetkan
mampu mengurangi emisi sebesar 0.038 GtCO2e (untuk
target penurunan 26%) dan 0.056 GtCO2e (untuk target
penurunan emsisi 41%), yang antara lain dilakukan dengan
jalan:
• Pembangunan PLTA skala kecil dan mikro, PLT surya, PLT angin,
PLT biomassa, dan pengembangan desa swasembada energi,
dengan target penurunan sebanyak 1.27 MtCO2e antara periode
2010-2014,
• Pembangunan bus rapid transit (BRT) di 12 kota besar, jalur KRL
baru di Bandung dan Jabodetabek, serta jalur monorail dan mass
rapid transit (MRT) di Jakarta, yang akan dilakukan antara tahun
2010-2020
• RAN-GRK juga memperkenalkan kemungkinan penerapan
pajak/pungutan macet dan penggunaan jalan raya (congestion
charges dan road pricing)
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
C. Sektor Energi
• PP No. 5 thn 2006 ttg kebijakan energi nasional: dalam
energi mix pada tahun 2025 ditargetkan peningkatan peran
batu bara sebagai sumber energi menjadi lebih dari 33%
konsumsi energi nasional.
• KEPMEN ESDM No. 2 thn 2004 ttg konservasi energi dan
pemanfaatan energi hijau
• Inpres No. 10 thn 2005 and PerMen ESDM No. 31 thn 2005
ttg implementasi penghematan energI
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
D. Sektor Kehutanan
•
•
•
•
•
UU No. 41 thn 1999 ttg Kehutanan
PPNo. 45 thn 2004 ttg perlindungan hutan
PP No. 4/2001 ttg penanggulangan pencemaran dan
kerusakan lingkungan karena kebakaran hutan dan lahan
PP No. 6/2007 (diubah dgn PP No. 3/2008) ttg
perencanaan hutan, perencanaan pengelolaan hutan, dan
pemanfaatan hutan dan kawasan hutan
Inpres No No. 4 /2005 ttg penghapusan illegal logging
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
E. CDM DI INDONESIA
Procedures for CDM project approval used by Komnas MPB
Source: CDM Country Guide for Indonesia, 2006, p. 61
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
F. Kesimpulan umum
i.
Ratifikasi UNFCCC dan Protokol Kyoto
–
Ratifikasi UNFCCC melalui UU No. 6/1994
–
Ratifikasi Protokol Kyoto Melalui UU No. 17/2004.
Question: Apakah ratifikasi tsb cukup?
ii.
Tidak ada peraturan perundangan-undangan yang
terintegrasi mengenai perubahan iklim
iii.
Tidak ada institusi yang kuat untuk membuat dan
mengimplementasikan kebijakan perubahan iklim
terintegrasI
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
iv. Tidak adanya kewajiban Indonesia untuk menurunkan
GRK (menurut UNFCCC dan Protokol Kyoto) tampaknya
menjadi sebab mengapa kebijakan perubahan iklim
Indonesia masih sangat mengandalkan pada pendekatan
sukarela dan instrumen ekonomi yang longgar (dalam
bentuk subsidi atau tax holiday), meskipun Perpres No.
61/2011 sudah memperkenalkan congestion charges
dan road pricing
v.
Beberapa peraturan kadang memberikan sanksi yang
berbeda, bahkan kadang tidak ada sanksi sama sekali
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
2. POSISI INDONESIA DALAM
POLITIK PERUBAHAN IKLIM
• komitmen pengurangan emisi secara sukarela sebesar 26%
dari skenario Business As Usual (BAU) di tahun 2020 dan 41%
dari BAU dengan kerjasama internasional di tahun 2020,
• Mekanisme penaatan dalam pasal 18 Kyoto Protokol perlu
untuk dilaksanakan sebagai bagian dari evaluasi pelaksanaan
protokol.
• Besar kemungkinan Accord dijadikan dasar dari negosiasi di
masa yang akan datang. Sedangkan seharusnya rejim pasca
2012 harus dilandasi pada track AWG-KP (Ad Hoc Working
Group on Further Commitments for Annex I Parties under the
Kyoto Protocol) dan AWG-LCA ((Ad Hoc Working Group on
Long-term Cooperative Action under the Convention)
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
• Copenhagen Accord tidak belajar dari kelemahan yang
dianut oleh Kyoto Protokol
– The Wrong Targets: Reductions Rather than Limits
• The targets have been determined by measuring the level of inconvenience
they will produce, not by calculating the level of reduction that is necessary
to solve the problem.
• Pengurangan tanpa ditentukan batas aman emisi
– Differentiated Responsibilities: Targets Vary from Country to
Country
– The Greater the Emissions, the More Lenient the Standards
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
Pelajaran dari Kyoto Protocol
• Pembagian negara-negara annex tidak dilandasi pada
pembagian secara scientifik.
• Pelajaran tersebut tidak diperbaiki dalam Copenhagen
Accord.
• Komitmen pengurangan emisi negara-negara yang terdapat
dalam annex Accord tidak dapat menjamin pencapaian target
2°.
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
Pentingnya kekuatan posisi Indonesia
pada pertemuan pasca COP 15
• Pembentukan Instrumen Penanganan Dampak Perubahan
lklim yang Bersifat Mengikat (binding) Pasca komitmen I
Kyoto Protocol hanya dapat dilakukan dengan menyelesaikan
2 track perundingan di AWG-KP dan AWG LCA.
– AWG-KP (Ad Hoc Working Group on Further Commitments
for Annex I Parties under the Kyoto Protocol)
• 1st session: Bonn, May 2006
• 10th session: Copenhagen, Dec. 2009
– AWG-LCA (Ad Hoc Working Group on Long-term
Cooperative Action under the Convention):
• 1st session: Bangkok, March-April 2008
• 9th session: Bonn, April 2010
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
• FCCC/AWGLCA/2009/17 Annex I art. 2
– A long-term aspiration and ambitious global goal for emission
reductions, as part of the shared vision for long-term cooperative
action, should be based on the best available scientific knowledge and
supported by medium-term goals for emission reductions, taking into
account historical responsibilities and an equitable share in the
atmospheric space
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
– Accordingly:
(a) Parties shall cooperate to avoid dangerous climate change, in
keeping with the ultimate objective of the Convention, recognizing
[the broad scientific view] that the increase in global average
temperature above pre-industrial levels [ought not to] exceed [2oC]
[1.5 oC][1oC] [preceded by a paradigm for equal access to global
atmospheric resources];
(b) [Parties should collectively reduce global emissions by at least [50]
[85] [95] per cent from 1990 levels by 2050 and should ensure that
global emissions continue to decline thereafter;]
(c) Developed country Parties as a group should reduce their
greenhouse gas emissions by [[75–85] [at least 80–95] [more than
95] per cent from 1990 levels by 2050] [more than 100 per cent
from 1990 levels by 2040];]
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
• Keterkaitan antara FCCC/AWGLCA/2009/17 Annex I
art. 2 dengan pasal 2 UNFCCC
– “to achieve …stabilization of greenhouse gas
concentrations in the atmosphere at a level that would
prevent dangerous anthropogenic interference with the
climate system”
• Copenhagen Accord:
1. ….To achieve the ultimate objective of the Convention to
stabilize greenhouse gas concentration in the atmosphere
at a level that would prevent dangerous anthropogenic
interference with the climate system, we shall, recognizing
the scientific view that the increase in global temperature
should be below 2 degrees Celsius…
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
Maksimum temperatur dan konsentrasi
Sumber: L. Bernstein, et.al., Climate Change 2007: Synthesis Report, hal. 67
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
Suhu Max., Konsentrasi, dan Emisi
Suhu Max. = 2oC
Konsentrasi 450ppm
Trajektori emisi per tahun emisi peak sekitar 10.5 Gt C pada pada 2020
Emisi global dibagi populasi dunia
Emisi per capita
National Allowable annual emissions =
Emisi per capita x populasi nasional
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
• Penurunan emisi berdasarkan emisi per kapita
– Negara yang wajib menurunkan emisi adalah negara yang emisinya
melebihi National Allowable Annual Emissions
• Mengapa?
– each person shares equal entitlements of the atmospheric resource
• Konsekuensi: people in developed countries should significantly reduce
their current excessive emissions, while people in developing countries
are still allowed to emit more than their current emissions level
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
Per Capita Emissions + Historical Emissions
• Alasan:
• consistent with the polluter pays principle
• science is on the side of historical accountability
– each person shares an equal opportunity to use atmospheric resource,
regardless of when and where this person lives
– Neumayer: pengabaian historical per capita emissions = “privilege
those who lived in the past in the developed countries and to
discriminate against those who live in the present or will live in the
future developing countries”
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
KESIMPULAN
• Hal positif dari Copenhagen Accord adalah adanya batasan
temperatur jalan untuk penentuan long term objective
• Batasan ini harus dikaitkan dengan stabilisasi konsentrasi GRK, yg
kemudian dikaitkan dengan batasan emisi global
• Pentingnya AWG-LCA: Per Capita Emissions + Historical Emissions
Debt (HED)
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
• Pelaksanaan per capita emissions + historical emissions tergantung
pada kesepakatan mengenai (E. Nuemayer, 2000, hal. 186-187 ):
– long-term target
– total emission global
– a base year untuk penghitungan kapan terjadinya Historical Emissions
Debt (HED)
– Berapa banyak HED dari sebuah negara
– Berapa lama kompensasi (dari negara yang memiliki HED kepada
negara yang tidak memiliki HED) akan berlangsung
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
• Posisi Indonesia
– DELRI menyampaikan intervensi mengenai usulan format dan struktur
keputusan COP-15 di Kopenhagen. Pada intinya usulan tersebut berisikan
skenario “jalan tengah”dimana akan dihasilkan dua keputusan utama:
(1) umbrella decision berisikan komitmen politis dari AWG-LCA berisi goal,
process, timeline dan key elements untuk menstabilkan konsentrasi emisi gas
rumah kaca dunia yang juga mencakup satu target pengurangan emisi dunia
pada tahun 2050
(2) keputusan untuk melanjutan periode komitmen kedua protokol kyoto
yang intinya adalah target pengurangan emisi gas rumah kaca bagi negara
maju, yang juga berisikan process, tmeline (yang sama dengan AWG-LCA) dan
key elements.
(Sumber: presentasi DNPI)
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
• Persiapan RI
– Penyusunan Posisi RI atas teks negosiasi
– Kajian target penurunan emisi global jangka panjang:
• Angka penurunan emisi secara aggregate untuk semua negara
yang akan memberikan dampak stabilisasi konsentrasi gas rumah
kaca di atmosfir pada tingkat 450 ppm dan 350 ppm.
• Angka penurunan emisi secara aggregate untuk negara maju,
dalam persentase, agar didapatkan angka penurunan emisi negara
berkembang, secara aggregate, yang tidak menghambat
pembangunan di negara tersebut.
– Strategi untuk mewujudkan komitmen pengurangan emisi secara
sukarela sebesar 26% dari skenario Business As Usual (BAU) di tahun
2020 dan 41% dari BAU dengan kerjasama internasional di tahun
2020, yang telah disampaikan Presiden RI di Pittsburgh dan di KTT
APEC.
(Sumber: presentasi DNPI)
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
3. REDD dan kebijakan nasional
perubahan iklim
• Kebijakan di tingkat nasional
– Rencana Aksi Nasional Perubahan Iklim (mitigasi dan
adaptasi)
– Pembentukan Dewan Nasional Perubahan Iklim
– Perencanaan nasional pengurangan GRK
• RAN PI
• Strategi Nasional REDD
– LoI antara RI dgn Norwegia
– Keppres 10 thn 2010 ttg pembentukan Satgas REDD
– Pembentukan Pokja Bersama Pemberantasan Mafia Hutan
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
• Pengurangan dilakukan dengan jalan:
– Pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan
– Mencegah deforestasi dan degradasi hutan
– Mempromosikan efisiensi energi
– Mengurangi limbah padat dan cair dari rumah tangga dan industri
– Moda transportasi beremisi rendah
Materi Ajar Hukum Lingkungan FHUI
• Persoalan REDD di Indonesia
– Ketidakjelasan hak masyarakat adat (benefit sharing)
– Perencanaan tata ruang dan perizinan yang mengabaikan aspek
governance
– Lemahnya kordinasi horizontal dan vertikal
– Disharmonisasi dan ketidakjelasan peraturan per-UU-an
– Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum
Download