HAND OUT - Selamat Datang Di Jurusan Kebidanan Kupang

advertisement
BAHAN AJAR
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI
OLEH
IGNASENSIA D. MIRONG, SST,MKES
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2014
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
Rahmat-Nya sehingga Bahan Ajar “Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui” ini bisa
terselesaikan.
Bahan Ajar ini berisi materi yang akan memberikan kemampuan pada mahasiswa
untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal dengan bantuan, didasari konsepkonsep, sikap dan ketrampilan serta hasil evidence based dalam praktik pemeriksaan fisik
yang menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dengan pokok-pokok konsep dasar
masa nifas, mendemonstrasikan proses laktasi dan menyusui, respon orang tua terhadap bayi
baru lahir, perubahan fisiologis masa nifas, adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas,
kebutuhan dasar masa nifas, Asuhan ibu nifas normal, Merumuskan diagnose/masalah actual,
mendemonstrasikan tindak lanjut asuhan nifas di rumah, komplikasi pada masa nifas dan
penanganannya, dan pendokumentasian asuhan masa nifas.
Dalam Bahan Ajar ini mahasiswa akan mempelajari Asuhan ibu nifas normal.
Kemampuan tersebut sangat penting bagi mahasiswa semester III, karena kemampuan ini
akan menjadi bekal saat belajar di klinik dan Rumah Sakit untuk bisa memberikan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan baik. Masa Nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika organ-organ reproduksi kembali seperti semula dan berlangsung kira-kira 6
minggu. Untuk membantu anda menguasai kemampuan diatas, dalam Bahan Ajar ini akan
disajikan pembahasan dan latihan.
Penyusunan Bahan Ajar ini bisa selesai atas bantuan berbagai pihak. Tetapi dalam
penyusunan Bahan Ajar ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis
mengharapkan masukan perbaikan untuk kedepan. Akhirnya kiranya Bahan Ajar ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS
A. Perubahan sistem reproduksi
B. Perubahan sistem pencernaan
C. Perubahan sistem perkemihan
D. Perubahan sisitem muskuloskelektal
E. Perubahan sistem endokrin
F. Perubahan tanda-tanda vital
G. Perubahan sistem kardiovaskuler
H. Perubahan sistem hematologi
BAB II
PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU MASA NIFAS
A. Adaptasi psikologis ibu masa nifas
B. Postpartum blues
C. Postpartum psikosis
D. Kesedihan dan duka cita
BAB III
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASA
NIFAS DAN MENYUSUI
A. Faktor fisik
B. Faktor psikologis
C. Faktor lingkungan ,sosial , budaya dan ekonomi
D. Kesedihan dan duka cita
BAB 1V
KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS
A. Nutrisi
B. Ambulasi
C. Eliminasi
D. Kebersihan diri/perineum
E. Istirahat
F. Seksual
G. Latihan /senam nifas
BAB V
RESPON ORANG TUA TERHADAP BAYI BARU
LAHIR
A. Bounding attachment
B. Respon ayah dan keluarga
C. Sibling rivalry
BAB VI
KONSEP DASAR ASUHAN MASA NIFAS
A. Pengertian masa nifas
B. Tujuan asuhan masa nifas
C. Peran dan tanggungjawab bidan masa nifas
D. Tahapan masa nifas
E. Kebijakan program nasional masa nifas
BAB VII
PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI
A. Anatomi dan fisiologi payudara
B. Dukungan bidan dalam pemberian ASI
C. Manfaat pemberian ASI
D. Tanda bayi cukup ASI
2
3
5
6
8
9
9
9
10
11
11
14
14
17
18
18
23
23
27
28
11
32
32
34
35
35
36
36
36
39
39
41
43
47
47
48
48
48
48
52
53
59
62
70
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
3
BAB VIII
BAB IX
BAB X
E. ASI eksklusif
F. Cara merawat payudara
G. Cara menyusui yang baik dan benar
H. Masalah dalam pemberian ASI
DETEKSI DINI KOMPLIKASI MASA NIFAS DAN
PENANGANANNYA
A. Infeksi masa nifas
B. Masalah payudara
C. Hematoma
D. Hemoragi postpartum
E. Subinvolusi
F. Tromboplebitis
G. Sisa plasenta
H. Inversio uteri
I. Masalah psikologis
ASUHAN MASA NIFAS NORMAL
Pengkajian data fisik dan psikososial
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN DENGAN
SOAP
A. Pengertian
B. Metode dokumentasi
C. Tindakan asuhan kebidanan
70
72
73
75
88
88
90
92
93
93
94
95
95
96
99
100
111
111
111
121
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
4
BAB I
PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS
I. PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT
Masa nifas atau postpartum disebut juga puerperium yang berasal dari bahasa latin
yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” yang berarti melahirkan. Masa nifas
dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara
keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.
Selama hamil, terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi
perubahan pada sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem
musculoskeletal, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem hematologi, dan perubahan
pada tanda-tanda vital. Pada masa postpartum perubahan-perubahan tersebut akan kembali
menjadi seperti saat sebelum hamil.
B.
TIK
Pada akhir perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi :
1.
Perubahan Sistem Reproduksi
2.
Perubahan Sistem Pencernaan
3.
Perubahan Sistem Perkemihan
4.
Perubahan Sistem Musculoskeletal
5.
Perubahan Sistem Endokrin
6.
Perubahan Tanda-tanda Vital
7.
Perubahan Sistem Kardiovaskuler
8.
Perubahan Sistem Hematologi
II. URAIAN
Apa yang terjadi pada ibu nifas? Perubahan fisik apa saja yang terjadi secara alamiah
pada seorang ibu nifas? Berbagai pertanyaan tentunya telah berkecamuk dalam pikiran Anda.
Sebagai seorang bidan, untuk dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan kebutuhan klien,
tentunya kita harus dapat memahami perubahan – perubahan fisik yang terjadi, sehingga
asuhan yang diberikan tepat sasaran. Selama hamil, terjadi perubahan pada sistem tubuh
wanita, diantaranya terjadi perubahan pada sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem
perkemihan, sistem muskuloskeletal, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
5
hematologi dan perubahan tanda- tanda vital. Pada masa postpartum perubahan – perubahan
tersebut akan kembali menjadi seperti saat sebelum hamil. Sebagai seorang bidan, sebelum
memberikan asuhan kita harus fahami, perubahan apa yang sedang berlangsung pada diri
seorang ibu yang baru melahirkan, sehingga kita bisa mengetahui kebutuhan ibu dan
menyesuaikan dengan asuhan yang akan kita berikan. Baiklah, pertama – tama kita akan
membahas tentang sistem reproduksi.
A. PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI
a. Involusi Uterus
Involusi Uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Proses involusio uterus adalah
sebagai berikut :
 Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim
proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10
kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama
kehamilan.
 Terdapat polymorphagolitik dan macrophages di dalam system vascular dan system
limphatik
 Efek oksitosin (cara bekerjanya oksitosin)
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan
menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta
mengurangi perdarahan.
Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan perubahan-perubahan normal di
dalam uterus selama postpartum :
Periode
Bobot
DiameterUterus
Uterus
Pada
akhir 900 gram
Palpasi
Serviks
12,5 cm
Lembut/lunak
persalinan
Akhir minggu ke-1
450 gram
7,5 cm
2 cm
Akhir minggu ke-2
200 gram
5,0 cm
1 cm
Akhir minggu ke-6
60 gram
2,5 cm
Menyempit
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
6
Sumber : Varney’s (2004)
b. Lokia
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi necrotic (layu/mati). Desidua yang mati akan keluar bersama
dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan lokia, yang
biasanya berwarna merah muda atau putih pucat.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi
asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun
tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia
mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, seperti pada
tabel berikut ini:
Lokia
Rubra
Waktu
1-3 hari
Sanginolenta 3-7 hari
Serosa
7-14
hari
Alba
>14 hari
Warna
Merah kehitaman
Ciri-ciri
Terdiri dari sel desidua,
verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekoneum
dan sisa darah
Putih bercampur Sisa darah bercampur lender
merah
Kekuningan/
Lebih sedikit darah dan
kecoklatan
lebih banyak serum, juga
terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta
Putih
Mengandung
leukosit,
selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang
mati.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
7
c. Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI), yang
merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap ibu yang
melahirkan akan tesedia makanan bagi bayinya, dan bagi si anak akan merasa puas dalam
pelukan ibunya, merasa aman, tenteram, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini
merupakan faktor yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya.
Produksi ASI masih sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam
keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai ketegangan emosional akan
menurunkan volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI. Ibu yang sedang menyusui
juga jangan terlalu banyak dibebani urusan pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan
lainnya karena hal ini juga dapat mempengaruhi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI
yang baik harus dalam keadaan tenang.
Ada 2 refleks yang sangat dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, yaitu :
1 ) Refleks Prolaktin
Pada waktu bayi menghisap payudara ibu,
ibu menerima rangsangan neurohormonal pada
putting dan areola, rangsangan ini melalui
nervus vagus diteruskan ke hypophysa lalu ke
lobus anterior, lobus anterior akan mengeluarkan
hormon prolaktin yang masuk melalui peredaran
darah sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat
ASI dan merangsang untuk memproduksi ASI.
2 ) Refleks Let Down
Refleks ini mengakibatkan memancarnya
ASI keluar, isapan bayi akan merangsang
putting susu dan areola yang dikirim lobus
posterior melalui nervus vagus, dari glandula
pituitary posterior dikeluarkan hormon oxytosin
ke dalam peredaran darah yang menyebabkan
adanya kontraksi otot-otot myoepitel dari
saluran air susu, karena adanya kontraksi ini
maka ASI akan terperas ke arah ampula.
Skema Reflek pada Laktasi
Sumber : http://jurnalbidandiah.blogspot.
com/2012/04/anatomi-payudara-danfisiologis.html
B. PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada
waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi
kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang
makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat
diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
8
usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian
huknah atau glyserin spuit atau diberikan obat yang lain.
C. PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedem dan hyperemia. Kadang-kadang
oedema trigonum, menimbulkan abstraksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine.
Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga
kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tertinggal urine residual (normal + 15
cc). Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan
terjadinya infeksi.
Dilatasi ureter dan pyolum normal dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya berlebihan
(poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai
akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri
akibat proses katalitik involusi. Acetonurie terutama setelah partus yang sulit dan lama
yang disebabkan pemecahan karbohidrat yang banyak, karena kegiatan otot-otot rahim dan
karena kelaparan. Proteinurine akibat dari autolisis sel-sel otot.
D. PERUBAHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah
bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang
uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi
kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama
akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk
sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan.
E. PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN
a. Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam
hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3
postpartum
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
9
b. Hormon pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam
waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c. Hipotalamik Pituitary Ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia
mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang
dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar
15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara
wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan
90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan
untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.
F. PERUBAHAN TANDA-TANDA VITAL
a. Suhu Badan
Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C - 38°C) sebagai
akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan
normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena
adanya pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena
banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,
mastitis, tractus genitalis atau sistem lain.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan
biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat
menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila
suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan
khusus pada saluran nafas.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
10
G. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER
Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah
yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterin. Penarikan
kembali esterogen menyebabkan diuresis terjadi, yang secara cepat mengurangi volume
plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah
kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya
progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya
vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama
persalinan.
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300 – 400 cc. Bila kelahiran
melalui seksio sesarea, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari
volume darah (blood volume) dan hematokrit (haemoconcentration). Bila persalinan
pervaginam, hematokrit akan naik dan pada seksio sesaria, hematokrit cenderung stabil
dan kembali normal setelah 4-6 minggu.
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan
bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan
decompensation cordia pada penderita
H. PERUBAHAN SISTEM HEMATOLOGI
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta
faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis
yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15000 selama persalinan
akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa postpartum.
Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000 atau 30000 tanpa
adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah
hemoglobine, hematokrit dan erytrosyt akan sangat bervariasi pada awal-awal masa
postpartum sebagai akibat dari volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah
yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi
wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah
sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
11
diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobine pada hari ke 3-7
postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.
III. KESIMPULAN
1. Perubahan yang terjadi selama kehamilan akan kembali normal seperti sebelum
hamil dalam waktu 6 minggu, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3
bulan.
2. Seorang bidan harus memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas
agar dapat memberikan asuhan yang tepat pada ibu nifas.
IV. LATIHAN
1. Pada hari ke 7 post partum, tinggi fundus uteri berada pada posisi :
a. Sepusat
b. 2 jari bawah pusat
c. Setengah pusat symphisis
d. 1 jari diatas symphisis
2. Lokea pada hari ke 3 adalah
a. Lokea rubra
b. Lokea serosa
c. Lokea alba
d. Lokea sanguilenta
3. Hormon yang penting bagi proses menyusui adalah
a. Estrogen
b. Progesteron
c. Prolaktin
d. Oksitosin
V. BUKU SUMBER
1.
Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
2.
Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC.
3.
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes
4.
Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
12
5.
Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta.
6.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
7.
Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett Publisher.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
13
BAB II
PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU MASA NIFAS
I. PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT
Wanita banyak yang mengalami perubahan emosi selama masa nifas, sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Hal ini perlu diketahui tentang penyesuaian
psikologis yang normal, sehingga dapat dimulai apakah ibu nifas tersebut membutuhkan
asuhan khusus dalam masa ini dan dapat diketahui secara dini untuk penyimpangan normal
yang umum terjadi pada penyesuaian psikologis seorang ibu nifas.
Mengidentifikasi perubahan peran yang
B. TIK
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menguraikan adaptasi psikologi ibu masa nifas dengan tepat
2. Mengidentifikasi perubahan peran yang dialami ibu dengan tepat
3. Menjelaskan post partum blues dengan tepat
4. Menjelaskan depresi post partum dengan tepat
5. Menjelaskan post partum psikosis dengan tepat
6. Mengidentifikasi kesedihan dan griefing dengan tepat
II. URAIAN
1. Adaptasi psikologis ibu masa nifas
Masa nifas merupakan masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandungan kembali kekeadaan semula seperti sebalum hamil. Masa nifas ini
berlangsung kira-kira 6 minggu.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas dapat menimbulkan adanya
perubahan psikologis pada ibu karena itu ibu nifas perlu beradaptasi terhadap perubahan
yang terjadi setelah kelahiran bayinya.
Keberhasilan masa transisi menjadi orang tua pada masa nifas dipengaruhi oleh
beberapa factor:
 Respon dan dukungan dari keluarga
 Hubungan antara pengalaman saat melahirkan dengan harapan
 Pengalaman melahirkan dengan membesarkan anak sebelumnya
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
14
 Pengaruh budaya
Ada empat fase adaptasi postpartum:
 Physica recovery (pemulihan kembali fisik)
 Achievement phase dari 2-4/5 bulan postpartum
Mulai menempatkan posisi sesuai peran
 Distribution phase dari 6-8 bulan postpartum
Mulai meramu pengalaman-pengalaman dan menemukan satu ilmu dalam dirinya
sendiri
 Reorganization phase dari 8-12 bulan postpartum
Mulai mencoba apa yang dilihat
Menurut REVA RUBIN (1997) mengklasifikasikan adaptasi psikologi ibu pada masa nifas
menjadi 3 tahap yakni:
a.
Periode Taking - In (hari 1-2 setelah melahirkan)
 Ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain
 Perhatian tertuju pada kekhawatiran terhadap perubahan tubuh
 Ibu akan mengulangi pengalaman waktu melahirkan
 Memerlukan ketanangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh ke kondisi
semula
 Napsu makan ibu bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi. Kurangnya
napsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh ke normal.
b. Periode Taking - Hold (hari 2-4 setelah melahirkan)
 Ibu mulai memperhatikan kemampuan menjadi orangtua dan meningkatkan tanggung
jawab akan bayinya
 Memfokuskan perhatian pada control fungsi tubuh, BAB,BAK, dan ketahanan tubuh
 Ibu berusaha menguasai ketrampilan merawat bayi, seperti menggendong, menyusui
dan mengganti popok.
 Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.
 Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu
mengurus bayinya
c.
Periode Letting - Go
 Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian
keluarga
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
15
 Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memenuhi kebutuhan
bayinya sehingga akan menggurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan sosial
Tidak mengherankan kalau ia membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri untuk menjadi
seorang ibu dan mungkin menderita gangguan psikologik. Sejumlah wanita menjadi sedih
sebentar-sebentar dan emosional antara hari ke 3 dan ke 5 setelah melahirkan (murung hari
ketiga) dan kira-kira 10 % wanita mengalami depresi berat.
Murung hari ketiga (Third Day Blues)
Mengapa begitu banyak wanita murung pada hari ketiga tidak diketahui. Spekulasi
etiologinya antara lain adalah gangguan keseimbangan hormonal (walaupun tidak diketahui),
reaksi terhadap kegembiraan melahirkan anak, dan keraguan ibu mengenai kemampuannya
merawat anak yang bergantung padanya. Factor lain pada kultur barat adalah harapan bahwa
seorang ibu segera mencintai bayinya, sementara pada kenyataannya kasih saying ibu
merupakan suatu perilaku yang harus dipelajari. Keadaan ini menyebabkan ledakan isakan
tangis, mudah tersinggung dan pada beberapa kasus, depresi umum.
Penyesuaian tehadap kedudukan sebagai orang tua dan depresi masa nifas
Para wanita dididik untuk percaya bahwa mereka harus menjadi ibu rumah tangga
yang baik, kekasih yang baik dan ibu yang berpengalaman pada saat yang samam. Namun
sesampainya dirumah setelah melahirkan, tuntutan bayi yang terus-menerus dan menguras
tenaga, waktu dan emosi seorang ibu dapat menyebabkan stress yang berat. Stress ini lebih
berat lagi karena mereka membentuk keluarga inti dan keluarga muda cenderung tinggal
ditempat yang jauh dari sanak saudara, pada budaya lain, siap memberikan bantuan dan
hiburan. Stress ini menjadi lebih hebat lagi jika ia tersebut menyadari bahwa dialah satusatunya yang bertanggung jawab atas bayi kecil yang tidak dapat mudah dipahami serta
membutuhkan perhatian siang dan malam. Ia tidak tahu bahwa bayi akan menangis kuat-kuat
hanya karena penyebab yang demikian sepele. Tidurnya sering terganggu dan rasa letihnya
diperberat oleh perasaan tidak mampu. Hubungan dengan suami memerlukan penyesuaian,
dan ini seecara emosional dapat sangat mengganggu terutama jika suami tidak ikut ambil
bagian sebagai orang tua.karena bayi banyak menyita waktunya, ia tidak dapat menjaga
rumah sebersih yang diinginkannya, dan merasa bersalah karena ia bukan lagi ibu rumah
tangga yang efisien seperti yang dulu diyakininya.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
16
Keletihan yang timbul karena tuntutan bayi, penyesuaian emosi kembali dalam
hubungan perkawinan, rasa bersalah karena rumah tidak rapid an kurangnya bantuan dari
penasehat sering menimbulkan depresi.
Pada kira-kira 5%, depresinyamenjadi begitu berat sehingga memerlukan bantuan
medis, biasanya antara minggu kedua dan ketujuh dalam masa nifas.
Gejala utama yang muncul adalah perubahan mood: mudah menangis, perasaan tak
berdaya, dan tidak mampu mengatasi beban. Perubahan-perubahan ini bersifat labil dan
cenderung memburuk pada malam hari, dengan disertai keluhan keletihan, anoreksia, dan
mual yang bersifat psikosomatik.
2.
Pospartum blues
Postpartum Blues adalah kemurungan yang dialami pada masa setelah melahirkan.
Postpartum Blues adalah hal yang normal terjadi pada ibu melahirkan dan biasanya hilang
sendiri dalam 2 minggu setelah melahirkan.
Penyebanya adalah: perasaan kehilangan secara fisik sesudah melahirkan seperti
bentuk tubuh yang tidak bagus, ketidakmampuan seorang ibu dalam merawat bayinya nanti,
perasaan tidak menjadi seorang ibu yang baik, kurangnya dukungan dari pihak keluarga akan
penerimaan terhadap ibu baru dan bayinya dan trauma terhadap proses persalinan.
Postpartum blues merupakan wujud fenomena psikologis yang dialami oleh ibu
postpartum. Secara fisiologis postpartum blues merupakan wujud fenomena psikologis yang
dialami oleh ibu postpartum. Secara fisiologis postpartum blues disebabkan oleh emosi
postpartum yang dipengaruhi oleh ketidaknyamanan fisik dan kurang tidur, biasanya
berlangsung 3-5 hari postpartum.
Tanda-gejala dari postpartum blues adalah: sangat sedih, emosi, kuatir, mudah
tersinggung, cemas, merasa hilang semangat, mudah marah, sedih tanpa sebab, menangis
berulang kali, dan sering termenung sendiri.
Tanda gejala diatas kemungkinan akan menjadi lebih parah jika tidak segera diatasi
yakni adanya ketidaknyamanan jasmani, rasa letih, stress, kecemasan yang tidak diharapkan
dan mengarah pada keadaan yang lebih serius yakni depresi postpartum yang merupakan hal
yang sangat serius sehingga dibutuhkan penanganan yang serius.
Jika postpartum blues tidak ditangani dengan baik akan berpengaruh pada ibu dan
bayi antara lain:
1.
Bagi ibu
 Terjadinya penurunan kesehatan pada ibu
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
17
 Ibu tidak memperhatikan keadaan bayinya
 Ibu tidak memperdulikan keadaan dan kesehatan dirinya
2.
Bagi bayi
 Bayi tidak mendapat perhatian dari ibu, pemberian ASI dan kasih sayang
 Bayi dari ibu postpartum blues berkelanjutan cenderung mengalami kemurungan atau
dikenal dengan baby blues.
3. Post Partum Psikosis
Sangat jarang terjadi, 1 atau 2 dalam setiap 1000 kelahiran dan biasanya dimulai pada
minggu ketiga dalam 6 minggu setelah melahirkan. Para wanita yang rentan terhadap depresi
postpartum yang lebih berat adalah mereka yang kehamilannya tidak diharapkan, atau mereka
yang mempunyai masalah- masalah yang sulit dihadapi, beresiko untuk terkena postpartum
psikosis.
Gejala dari postpartum psikosis adalah munculnya halusinasi, gangguan saat tidur dan
perilaku yang kurang wajar. Etiologi dari postpartum psikosis adalah perubahan tingkat
hormonal, stres psikologis dan fisik serta sistem pendukung yang tidak memadai. Sering
dialami oleh ibu yang mengalami abortus, kematian bayi dalam kandungan dan kematian
bayi setelah lahir. Apabila Anda menemukan ibu yang mengalami kelainan psikologis seperti
depresi post partum dan post partum psikosis, sebaiknya rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang
lebih tinggi untuk mendapatkan penanganan lanjutan.
4. Kesedihan dan duka cita
Kira-kira 12 bayi dari setiap 1000 kelahiran lahir mati atau mati dalam 28 hari
pertama setelah lahir. Kematian ini disebut kematian perinatal. Kebanyakan bayi ini lahir
preterm, berat badan lahir rendah, dan kira-kira 25 % menderita malformasi congenital berat.
Orang tua yang bayinya meninggal pada masa perinatal bereaksi berduka, sama seperti
kehilangan orang lain yang dicintai. Mula-mula ibu (dan sering ayahnya juga) merasa
kehilangan dan merasa “syok”.
Setelah beberapa hari, reaksinya berubah berusaha memahami mengapa bayinya
meninggal atau menjadi ungkapan rasa marah atau menyesal tentang kejadian-kejadian yang
terjadi selama kehamilan atau sewaktu melahirkan. Lebih 2 atau 3 bulan kemudian, banyak
orangtua mungkin meninjau kembali kejadian-kejadian seputar kematian bayinya, sering
berulang-ulang. Lebih dari 50 % ibu menderita depresi dan ansietas yang dapat berlangsung
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
18
selama berbulan-bulan, tetapi pada saat yang sama, pasangan tersebut saling menyesuaikan
diri dan sering memulai kehamilan baru.
Keparahan dan lamanya reaksi duka cita dapat dikurangi jika orang tua
diberi
kesempatan untuk berbicara dengan staf penolong dan staf perawat segera setelah bayinya
meninggal. Pembicaraan tersebut harus dilakukan ditempat yang tenang, jangan dibangsal
yang terbuka. Kebanyakan orangtua mau mengerti apa yang terjadi bila diberi penjelasan
dengan bahasa yang sederhana yang jelas. Beberapa menjadi marah, menyalahkan staf atas
kematian anaknya. Dokter atau perawat harus mendengarkan orangtua tersebut dengan penuh
simpatik dan pengertian dan menerangkan sejelas mungkin atas kejadian seputar kematian
tersebut.
Disamping itu, anggota staf harus memberikan informasi kepada orang tua tentang
reaksi duka cita yang dapat terjadi dan memberikakn penghiburan bahwa tidak ada tindakan
atau kegagalan ibu yang mmenyebabkan anak meninggal.
Satu dari lima wanita yang bayinya lahir mati atau meninggal pada masa neonatus
menderita gejala duka yang dalam (tidak bisa tidur, depresi dan menarik diri). Wanita yang
mendapat sedikit atau tidak mendapat dukungan dari suami, pasangan atau keluarga yang
dirawat oleh tenaga kesehatan yang acuh tak acuh dan kurang mendapat perhatian dari
lingkungan yang merawatnya lebih cenderung mengalaminya lebih berat. Wanita-wanita ini
terutama lebih memerlukan bantuan tenaga kesehatan professional yang simpatik atau mau
mendengarkan, berkomunikasi dan memberikan nasehat.
Peran bidan dalam hal ini adalah memberitahukan kepada keluarga untuk memberikan
suppport dan perhatian yang penuh bagi ibu dan menemani ibu selama beberapa hari atau
minggu. Bidan juga menganjurkan kepada ibu untuk lebih banyak istirahat, mengkonsumsi
makanan yang bergizi, menjaga diri sendiri, mengungkapkan perasaan yang mengganjal baik
pada anggota keluarga atau petugas kesehatan dan terlebih mendekatkan diri pada Tuhan.
Davidson (1984) menjelaskan 4 (empat) dimensi berkabung:
1.
Syok dan hilang rasa
Dialami oleh orangtua ketika mereka megungkapkan perasaan tidak percaya,
panik, tertekan atau marah. Pengalaman ini dapat diinterupsi oleh letupan emosi.
Pengambilan keputusan sulit dilakukan pada saat ini dan fungsi normal menjadi
terganggu. Fase ini mendominasi selama 2 minggu pertama setelah kehilangan. Para
orang tua mengatakan bahwa mereka seperti berada dalam mimpi buruk dan bahwa
meraka akan bangun dan segala sesuatu akan menjadi baik.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
19
2.
Mencari dan merindukan
Dapat didefenisikan sebagai perasaan gelisah, marah, bersalah dan mendua.
Dimensi ini merupakan suatu kerinduan akan sesuatu yang dapat terjadi dan merupakan
proses pencari jawaban mengapa kesedihan terjadi. Fase ini dimulai saat kehilangan
terjadi dan memuncak empat bulan setelah kehilangan. Orang tua mengatakan bahwa
mereka begitu ingin memeluk seorang bayi, mereka bangun karena menengar tangisan
bayi, dan mereka mengalami mimpi yang mengganggu. Mereka terpaku pada pikiran apa
yang terjadi, apa yang telah mereka lakukan sehingga kejadian yang mengerikan itu
terjadi sampai pada kematian itu sendiri sehingga mereka bersedih.
3.
Disorganisasi
Diidentifikasikan setelah individu berkabung mulai berbalik dari menguji apa
yang nyata menjadi sadar terhadap realitas kehilangan. Perasaan tertekan, sedih, sulit
konsentrasi pada pekerjaan dan penyelesaian masalah dan perasaan bahwa ia merasa
tidak nyaman dengan kondisi fisik dan emosinya muncul. Fase ini memuncak sekitar 5-9
bulan dan secara perlahan menghilang. Banyak orangtua merasa bahwa mereka tidak
akan pernah kelua dari rasa kehilangan, bahwa mereka kehilangan pikiran mereka dan
merasa nyeri secara fisik.
4.
Reorganisasi
Terjadi bila individu yang berduka dapat berfungsi dirumah dan ditempat kerja
dengan lebi baik disertai peningkatan harga diri dan rasa percaya diri. Individu yang
berduka memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan baru dan menempatkan
kehilangan tersebut dalam perspektif. Fase ini terjadi bila orang tua tertawa dan bila
mereka mulai menikmati hal-hal sederhana dalam hidupnya tanpa merasa bersalah. Fase
ini mulai memuncak setelah tahun pertama yakni saat orang tua mulai melanjutkan
hidupnya. Keluarga mengatakan mereka tidak akan melupakan bayi mereka yang telah
meninggal tetapi mereka akan memulai kembali kehidupan mereka.
Tanda – Gejala berduka:
a. Efek fisik
 Letih
 Selera makan hilang
 Pandangan kabur
 Sulit bernapas
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
20
 Masalah tidur
 Kurang tenaga
 Berat badan menurun/meningkat
 Nyeri kepala
 Palpitasi
 Gelisah
b. Efek emosional atau psikologi
 Menyangkal
 Rasa bersalah
 Marah
 Benci
 Pahit/gentir
 Depresi
 Iritabilitas (mudah tersinggung)
 Sedih
 Merasa gagal
 Konsentrasi pada masalah
 Gagal menerima kenyataan
 Terpaku pada kematian
c. Efek sosial
 Menarik fisik dari aktifitas normal
 Isolasi dari pasangan, keluarga dan teman-teman.
III. KESIMPULAN
Periode postpartum menggambarkan suatu waktu stress emosional bagi ibu postpartum.
Fakktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan transisi peran menjadi orangtua selama
masa postpartum adalah:
 Respon dan dukungan keluarga
 Hubungan pengalaman melahirkan dengan harapan
 Pengalaman melahirkan dengan membesarkan anak sebelumnya
 Pengaruh budaya
Menurut REVA RUBIN periode ini terbagi dalam 3 tahap yaitu:
 Taking – On
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
21
 Taking – In
 Letting – Go
Sedangkan postpartum blues adalah kemurungan yang dialami pada masa setelah
melahirkan. Kemurungan ini menimbulkan kesedihan dan duka cita pada postpartum
yang manalami masalah dalam peralinannya seperti: bayinya meninggal atau cacat.
IV. LATIHAN
1. Perubahan psikologis yang dialami oleh ibu pada masa post partum di hari pertama
berada pada fase :
a. Letting go
b. Taking in
c. Taking on
d. Taking hold
2. Penyebab terjadinya post partum blues adalah
a. Rasa senang akan kehadiran buah hati
b. Ketakutan tidak bisa melahirkan normal
c. Kelelahan akibat kurang istirahat
d. Infeksi pada masa nifas
3. Gejala dari post partum blues adalah
a. Sedih
b. Euphoria
c. Insomnia
d. Peningkatan nadi
V. BUKU SUMBER
1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
2. Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC.
3. Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes
4. Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
5. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta.
6. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
7. Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett Publisher.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
22
BAB III
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASA NIFAS DAN MENYUSUI
I. PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT
Seperti yang kita ketahuai masa nifas adalah suatu rentang waktu yang amat penting
bagi kesehatan ibu dan anak, setelah melewati masa hamil dan melahirkan. Pada masa ini
banyak sekali perubahan-perubahan penting yang berpengaruh penting pada ibu. Perubahan
peran ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan
hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya
mendukung positif untuk ibu.
B. TIK
Pada akhir perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi :
a. Mengetahui faktor fisik yang mempengaruhi mempengaruhi masa nifas.
b. Mengetahui faktor psikologi yang mempengaruhi masa nifas.
c. Mengetahui faktor lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi yang mempengaruhi masa
nifas.
II. URAIAN
1. Faktor Fisik
A. Status Kesehatan
1. Rahim
Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk merapatkan
dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan rasa
mulas pada perut ibu. Berangsur-angsur rahim akan mengecil seperti sebelum hamil.
2. Jalan lahir (servik,vulva dan vagina)
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, sehingga penyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan yang
memerlukan penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3 pekan (tergantung elastis tidak
atau seberapa sering melahirkan). Jaga kebersihan daerah kewanitaan agar tidak timbul
infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau busuk, rasa perih, panas, merah dan terdapat nanah).
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
23
3. Darah nifas (Lochea)
Darah nifas hingga hari ke dua terdiri dari darah segar bercampur sisa ketuban,
berikutnya berupa darah dan lendir, setelah satu pekan darah berangsur-angsur berubah
menjadi berwarna kuning kecoklatan lalu lendir keruh sampai keluar cairan bening di
akhir masa nifas.
4. Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar puting susu, ini menandakan
dimulainya proses menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI
belum keluar). Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi kolostrum atau susu jolong
yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body, dan protein.
5. Sistem Perkemihan
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain khawatir nyeri
jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat
proses melahirkan. Namun usahakan tetap kencing secara teratur, buang rasa takut dan
khawatir, karena kandung kencing yang terlalu penuh dapat menghambat kontraksi
rahim yang berakibat terjadi perdarahan.
6. Sistem Pencernaan
Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan menurunnya fungsi
usus, sehingga ibu tidak merasa ingin atau sulit BAB (buang air besar). Terkadang
muncul wasir atau ambein pada ibu setelah melahirkan, ini kemungkinan karena
kesalahan cara mengejan saat bersalin juga karena sembelit berkepanjangan sebelum dan
setelah melahirkan.
7. Peredaran Darah
Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta hemoglobin (keping darah)
akan berkurang, Namun akan normal kembali setelah 1 minggu. Tekanan dan jumlah
darah ke jantung akan lebih tinggi dan kembali normal hingga 2 pekan.
8. Suhu Badan
Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak meningkat dan setelah 12 jam akan
kembali normal. Hal ini terjadi karena perubahan metabolisme pada ibu, selain itu karena
ibu merasa kelelahan sehingga terjadi dehidrasi. Waspadai jika sampai terjadi panas
tinggi, karena dikhawatirkan sebagai salah satu tanda infeksi atau tanda bahaya lain.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
24
B. Status Gizi
Gizi atau nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat
25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk
memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayinya. Semua itu akan meningkat 3
kali dari kebutuhan biasanya.
Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme,
cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI, serta sebagai ASI itu sendiri yang akan
dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak
terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet
atau pewarna. Disamping itu harus mengandung:
1. Sumber tenaga (energi)
Untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, penghematan protein(jika
sumber tenaga kurang, protein dapat digunakan sebagai cadangan untuk memenuhi
kebutuhan energi). Contohnya: nasi, jagung dan makanan yang mengandung karbohidrat.
2. Sumber pembangun(protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati.
Contohnya: telur, tempe tahu, daging, ikan, dan kacang-kacangan.
3. Sumber pengatur dan pelindung(mineral, vitamin, dan air)
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan
mengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Contohnya: sayur-sayuran, buah-buahan,
dan air putih.
Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya yang berasal dari bayi,
ari-ari, air ketuban dan perdarahan persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai
usaha tubuh untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil.
C. Status Gaya Hidup
Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup masyarakat sekarang, ternyata
ada beberapa gaya hidup lain yang cukup merugikan kesehatan seorang wanita hamil.
Misalnya kebiasaan begadang, berpergian jauh dengan berkendara motor, dan lain – lain.
Gaya hidup ini akan mengganggu kesejahteraan bayi yang dikandungnya karena kebutuhan
istirahat mutlak harus dipenuhi.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
25
1. Substance abuse ( Konsumsi alkohol )
Pada hakekatnya semua wanita tahu tentang akibat dari meminum alkohol. Resiko
dari minum alkohol yang terus-memerus, tentunya juga berhubungan dengan dosis yang
akan menyebabkan berbagai masalah yang serius seperti meningkatkan resiko
keguguran,lahir prematur,berat lahir yang rendah,komplikasi selama masa persiapan
kelahiran, persalinan dan FAE (Fetal Alkohol effect). Di Amerika Serikat,penggunaan
alkohol selama kehamilan merupakn penyebab terbesar dari keterbelakangan mental dan
cacat lahir. Makin cepat seorang peminum menghentikan kebiasaanya selama kehamilan
akan lebih kecil resikonya pada bayi.
2. Perokok
Ibu hamil yang merokok akan sangat merugikan dirinya dan bayinya. Bayi akan
kekurangan oksigen dan racun yang diisap melalui rokok dapat di transfer lewat plasenta
ke dalam tubuh bayi. Pada ibu hamil dengan merokok berat kita harus waspada akan risiko
keguguran, kelahiran prematur, BBLR, bahkan kematian janin.
3. Hamil dilur nikah / Kehamilan tidak diharapkan
Jika kehamilan tidak diharapkan, maka secara otomatis ibu akan sangat membenci
kehamilannya, sehingga tidak ada keinginan dari ibu untuk melakukan hal – hal positif
yang dapat meningkatkan kesehatan bayinya.
Pada kasus ini kita waspadai adanya keguguran, prematur, dan kematian janin.
Tindakan Abortus yang tidak bertanggung jawab akan menyebabkan kematian Ibu hamil,
perdarahan, infeksi, perasaan bersalah menghantui pelaku abortus sepanjang hidupnya
dapat megakibatkan gangguan jiwa, perbuatan abortus tanpa alasan yang dapat diterima
adalah perbuatan dosa besar sama dengan membunuh manusia. Hal ini juga disebabkan
karena remaja wanita merupakan populasi resiko tinggi terhadap komplikasi dalam
kehamilan, penyulit terjadi karena inadekuatnya nutrisi, perawatan antenatal yang
minimal, terlambatnya penanganan oleh tenaga medis, meningkatnya mortalitas perinatal
dan morbiditas maternal pada kehamilan remaja, remaja telah matang seksual tetapi tidak
matang secara emoisional dan sosial, perawatan bayi diserahkan kepada orang lain.
Pada kehamilan diluar nikah hampir bisa dipastikan bahwa pasangan masih belum
siap dalam hal ekonomi. Selain itu kekurangsiapan ibu untuk merawat bayinya juga perlu
diwaspadai agar tidak terjadi postpartum blues.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
26
2. Faktor Psikologis
A. Stres
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
1. Fase Taking In
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari pertama sampai
hari kedua melahirkan. Pada fase ini ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri.
Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai
akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri.
Ketidaknyaman fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti mules, nyeri pada
jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal
tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang
mungkin dialami, seperti menangis, dan mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu
cenderung lebih pasif terhadap lingkungannya. Pada fase ini petugas kesehatan harus
menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati fase ini dengan baik. Ibu
hana ingin didengarkan dan diperhatikan.
Kemampuan mendengarkan ( listening skills ) dan menyediakan waktu yang cukup
merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami atau keluarga sangat
diperlukan pad fase ini.
Gangguan fisiologis yang mungkin dirasakan ibu adalah :
a. Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya misal
jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut dan lainnya.
b. Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu misal rasa
mules karena rahim berkontraksi untuk kembali pada keadaan semula, payudara
bengkak, nyeri luka jahitan.
c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
d. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayi dan
cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasakan tidak nyaman
karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu semata.
2. Fase Taking Hold
Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3 – 10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung
jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif, sehingga mudah
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
27
tersinggung dan marah. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan
kepercayaan diri ibu.
Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk
memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas.
Tugas kita adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara merawt
luka jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu seperti
gizi,istirahat, kebersihan diri dan lainnya.
3. Fase Letting Go
Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan
bayinya. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu
memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan
bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu
akan lebih percaya diri dalam mnjalani peran barunya. Pendidikan kesehatan yang
diberikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
B. Support Keluarga
Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan ibu. Suami dan keluarga dapat
membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak terlalu
terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup sehingga mendapatkan kondisi fisik yang
bagus untuk dapat merawat bayinya.
3. Faktor Lingkungan, Sosial, Budaya, dan Ekonomi
A. Kebiasaan Dan Adat Istiadat
Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan.
Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan,
ada pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang menyebabkan berbagai aspek
kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau
kurangnya perhatian dari instansi kesehatan, antara lain masih adanya pengaruh sosial
budaya yang turun temurun masih dianut sampai saat ini.
Berikut beberapa kebiasaan dan tradisi dari daerah :
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
28
Antara lain :
1. Biasanya orang-orang dahulu melahirkan dengan dukun beranak. Jadi semua hal
tentang nifas dikerjakan berdasarkan anjuran dukun. Persis setelah melahirkan ibu
dibuatkan gelang dengan Benang Tujuh Ragam, dan di pasang selama 40 hari pada
pergelangan tangannya. Setelah itu baru boleh dibuka.
2. Ibu mandi walladah untuk membersihkan diri.
3. Pada hari ke 3 setelah melahirkan ibu diurut oleh dukun.
4. Selama 3 hari berturut-turut sejak awal nifas ibu ”Disembur” dengan kunyahan kunyit,
bawang putih, merica hitam, merica putih pada bagian keningnya.
5. Selama nifas ibu harus memakai stagen panjang untuk dililitkan diperutnya. Kira-kira
berukuran 4 m (dimulai setelah hari ke 3 ).
6. Jika duduk ibu harus dengan posisi bersimpuh. Dilarang keras untuk mengangkang,
karna akan mengakibatkan perut jatuh atau lepas.
7. Jika ibu bepergian selama nifas, maka harus membawa bawang putih atau gunting
kecil, untuk penangkal mahluk halus. Dan menjaga air susu ibu dari gangguannya.
8. Sesekali ibu berkelumun di bawah kain dengan asap rebusan air kunyit. Untuk
menghilangkan bau badan atau aroma tidak sedap.
9. Ibu harus memakai sarung selama nifas.
10. Ibu tidak boleh keluar rumah pada saat magrib. Untuk menjaga ibu dan ASInya.
11. Selama ibu menyusui dalam masa nifas (40 hari), anak harus dialas atau disambut
dengan bantal.
12. Ibu dan bayi tidur di luar kamar dengan membentang kasur.
13. Dilarang menjahit selama nifas.
14. Pantang makan ikan, pedas dan asin.
15. Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari karena bisa sawan
16. Khitan pada bayi laki-laki dan perempuan
17. Minum jamu dapat memperlancar ASI
18. Upacara adat seperti brokohan, sepasaran dan selapanan
19. Menaruh ramuan pada tali pusat
20. Tidak boleh makan terong karena bisa membuat bayi panas dingin
B. Fasilitas Kesehatan
1. Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menentukan kualitas pelayanan
kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat,
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
29
sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilias kesehatan ini sangat
menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka kematian ibu ( AKI ).
2. Untuk mencapai suatu kondisi yang sehat diperlukan adanya sarana dan prasarana
(fasilitas kesehatan) yang memadai. Masalah yang timbul karena faktor 3 keterlambatan,
yaitu:
a. Keterlambatan dalam pengambilan keputusan dalam mencari pelayanan kesehatan. Hal
ini dipengaruhi oleh status ekonomi, status pendidikan, status wanita, karakteristik
penyakit.
b. Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatn itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh
jarak, transportasi, jalan dan biaya.
c. Keterlambatan dalam menerina penanganan yang tepat dipengaruhi oleh kualitas tenaga
kesehatan dan fasilitas kesehatan yang tersedia.
C. Ekonomi
Status ekonomi merupakan simbol status sosial di masyarakat. Pendapatan yang
tinggi menunjukkan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang
memenuhi zat gizi. Sedangkan kondisi ekonomi keluarga yang rendah mendorong ibu
nifas melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan kesehatan. Misalnya: ibu
dengan kondisi keluarga yang ekonominya rendah tidak dapat membeli makanan 4 sehat 5
sempurna, jadi ibu hanya makan nasi dengan garam atau dengan sayur saja sesuai dengan
kemampuan ekonomi keluarganya.
III. KESIMPULAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi pada masa nifas yaitu faktor fisik, faktor psikologi,
dan faktor lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi. Dimana faktor-faktor tersebut bisa
membuat ibu dapat beradaptasi dengan lingkungan atau keadaan setelah melahirkan.
IV. LATIHAN
1. Jelaskan apa saja faktor fisik yang mempengaruhi mempengaruhi masa nifas.
2. Sebutka faktor-faktor psikologi yang mempengaruhi masa nifas.
3. Jelaskan faktor lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi yang mempengaruhi masa nifas.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
30
V. BUKU SUMBER
1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
2. Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC.
3. Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes
4. Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
5. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta.
6. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
7. Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett Publisher.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
31
BAB IV
KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS
I. PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT
Seorang ibu yang baru melahirkan memiliki kebutuhan kebutuhan dasar yang berbeda
dari saat kehamilannya dan harus dipahami oleh seorang bidan dalam memberikan
asuhannya. Sebagai bidan yang professional, seyogyanya asuhan yang diberikan berdasarkan
kebutuhan ibu nifas, bukan keinginan dari petugas kesehatan. Dengan demikian, diharapkan
asuhan yang diberikan akan tepat sasaran dan memberikan kepuasan bagi klien.
Bahan Ajar ini, membantu Anda dalam hal memahami kebutuhan – kebutuhan apa
saja yang harus dipenuhi oleh seorang bidan sehingga masa nifas yang dialami oleh ibu dapat
berlangsung secara normal.
B. TIK
Setelah perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan kebutuhan nutrisi dan cairan.
2. Menjelaskan kebutuhan ambulasi
3. Menjelaskan eliminasi: BAK, BAB
4. Menjelaskan kebersihan diri/perineum
5. Menjelaskan kebutuhan istirahat
6. Menjelaskan kebutuhan seksual
7. Menjelaskan kebutuhan latihan/senam nifas
8. Menjelaskan cara menyusui yang benar
9. Menjelaskan masalah dalam pemberian ASI
II. URAIAN
A. NUTRISI
Bagi penderita atau ibu nifas, nutrisi dan cairan merupakan factor yang sangat penting
untuk memulihkan kesehatannya kembali dan untuk pembentukan dan pengeluaran ASI.
1) Untuk memulihkan kesehatan
Dalam melahirkan anak, ibu memerlukan tenaga banyak dan kuat sehingga
persediaan tenaga akan dihabiskan dalam persalinan itu. Jadi tenaga ini memerlukan
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
32
pangantian. Penggantian tenaga terjadi apabila cukup zat-zat makanan yang diperlukan
sehingga ada metabolisme yang lancer.
Selain terjadi pengeluaran tenaga, juga terjadi pengeluaran cairan terutama darah.
Darah memegang peranan penting dalam kehidupan kelancaran fungsi organ-organ
tubuh, sebagian besar akan tergantung pada darah. Oleh karena itu bila kekurangan
darah maka fungsi tubuh akan mengalami gangguan. Kekurangan darah ini dapat
ditanggulangi oleh makanan dan minuman yang baik, kecuali bila kekurangan darah itu
cukup berat. Selain makanan dan minuman yang berkualitas tinggi, perlu ditambah
dengan obat-obatan, mungkin ditambah darah juga.
Biasanya beberapa jam setelah melahirkan, ibu akan merasa haus bahkan merasa
lapar, hal ini disebabkan karena pengeluaran tenaga dan cairan. Oleh karena itu
makanan dan minuman yang berkualitas tinggi, dengan begitu kebutuhan zat-zat
makanan untuk mengganti tenaga dan cairan yang dikeluarkan dapat segera terpenuhi.
2) Untuk pembentukan dan pengeluaran ASI
Air susu ibu merupakan makanan pokok yang terbaik bagi bayi. Makanan dan
minuman merupakan salah satu factor penting dalam pembentukan ASI ini telah
dimulai waktu hamil.
Kebutuhan ASI bagi bayi umur 2 bulan akan lebih banyak dari pada bayi umur satu
bulan atau bayi yang baru dilahirkan. Kebutuhan ASI bagi anak makin bertambah
sesuai dengan tambahnya usia anak.
Adapun kebutuhan air susu bayi sesuai dengan berat badan dan usia anak yaitu:
1. Hari pertama : 80 cc tiap kg BB/hari
2. Hari kedua
: 90 cc tiap kg BB/hari
3. Hari ketiga
: 120 cc tiap kg BB/hari
4. Hari keempat : 150 cc tiap kg BB/hari
Ini berlangsung hingga pada hari ke XIV, kebutuhan ini akan naik menjadi 200 cc
taiap kg BB/hari. Porsi pertama diberikan sebelum ibu mengeluarkan susu ibu ialah
glukosa 5 %. Bila air susu ibu belum keluar diberi susu buatan yang cukup cair, zat-zat
yang berbanding dalam air susu ibu antara lain: kalori, protein, lemak, hidrat arang,
vitamin, mineral.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
33
KEBUTUHAN MAKAN IBU MENYUSUI DALAM SEHARI
Bahan makanan
Ibu menyusui bayi/anam
Bayi umur 7-12
Bayi umur 13-24
bulan
bulan
5 piring
4½ piring
4 ppiring
2½ piring
2 potong
3 potong
5 potong
4 potong
5 potong
3 mangkuk
3 mangkuk
3 mangkuk
2 potong
2 potong
2 potong
5 sdm
5 sdm
5 sdm
1 gelas
1 gelas
1 gelas
8 gelas
8 gelas
8 gelas
Catatan: gunakan minyak atau santan pada waktu memasak
Bayi umur 0-6 bulan
Nasi
Ikan
Tempe
Sayuran
Buah
Gula
Susu
Air
PERBANDINGAN KEBUTUHAN ZAT GIZI WANITA TIDAK
HAMIL, HAMIL DAN MENYUSUI
MAKANAN
Kalori (kal)
Protein (gram)
Kalsium (gram)
Ferum (Fe) (mg)
Vitamin A (IU)
Vitamin B (mg)
Vitamin C (mg)
Vitamin D (SI)
Riboflavin
Asam nikotin
NORMAL
2500
60
0,8
12
5000
1,5
70
2,2
15
-
HAMIL
2500
85
1,5
15
6000
1,8
100
2,5
18
600
MENYUSUI
3000
100
2
15
8000
2,3
150
3
23
700
B. AMBULASI
Ambulasi merupakan pergerakan segera setelah persalinan kira-kira 4-6 jam.
Ambulasi dini merupakan kebiasaan untuk selekas mungkin membimbing ibu keluar dari
tempat tidurnya dan membimbing selakas mungkin berjalan (24 – 48 jam)
Keuntungan dari ambulasi dini adalah:
1. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat dengan ambulasi dini
2. Faal usus dan kandung kencing lebih baik
3. Ambulasi dini memungkinkan kita membantu dan memelihara anaknya, memandikan,
mengganti pakaian, pemberian makanan. Ini terjadi selama masih berada dirumah sakit.
4. Lebih sesuai dengan keadaan, secara sosial ekonomi
5. Perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau
luka diperut tidak memperbenarkan prolaps/retroflekxio.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
34
Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu dengan penyulit:
 Anemia
 Jantung
 Paru-paru
 Demam
Tahapan ambulasi yaitu;
 Tarik napas
 Miring kiri dan kanan
 Duduk
 Bangun dan berdiri
 jalan
C. ELIMINASI
 BAB
BAB diusahakan setiap hari seperti kebiasaan sebelum melahirkan. Apabila sampai
hari kedua/ketiga belum bisa BAB maka gunakan klisma dan hubungi bidan atau dokter
dengan segera.
 BAK
BAK 2 jam setelah proses melahirkan, bila 6 jam setelah melahirkan belum bisa
buang air kecil, maka segera hubungi bidan atau dokter.
d. KEBERSIHAN DIRI/PERINEUM
Daya tahan dan kesehatan ibu setelah melahirkan ini lebih rendah dari biasanya,
bukan saja kurang karena adanya kehamilan tetapi karena persalinan. Oleh karena itu
dalam masa nifas ini kebersihan diri bersifat menghindarkan dan meniadakan adanya
kuman-kuman harus diadakan seperti desinfeksi dan sterilisasi yang disebut pula bebas
hama dan suci hama.
Kebersihan tubuh penderita dilakukan dengan mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore
hari. Apabila penderita panas, atau terdapat gejala-gejala kelainan, penderita terus
dimandikan. Selain itu kebersihan mulut dan gigi harus diperhatikan.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
35
e. ISTIRAHAT
Setelah melahirkan ibu membutuhkan istirahat Dalam nifas normal sebetulnya ibu
tidak sakit, tetapi butuh waktu istirahat untuk mengembalikan keadaan umumnya yang
mengalami perubahan yaitu menjadi lebih mutlak tidak saja setelah melahirkan tapi mulai
sejak permulaan hamil.
Istirahat mutlak yang artinya penderita harus tetap tidur dan segala keperluannya
dilayani ditempat tidur, hanya diperlukan ditempat tidur, hanya diperlukan selama 24 jam.
Apabila keadaan ibu itu normal, ibu biasanya sudah dapat mandi sendiri sambil duduk
ditempat tidur, tentu saja alat-alat keperluan untuk mandi dilayani oleh bidan dan vulva
hygiene oleh bidan.
f. SEKSUAL
Secara fisik aman, untuk melakukan hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu jari atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa
nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai
melakukan hubungan seksual kapan saja ibu siap.
g.
LATIHAN/SENAM NIFAS
Kehamilan dan persalinan menyebabkan perubahan kendornya dinding perut karena
pembesaran kehamilan dan longgarnya liag senggama serta otot dasar panggul. Keadaan
dan kenyataan tersebut sebagian dapat dikembalikan sehingga mendekati normal, untuk
selanjutnya dapat mulai lagi hamil dengan kesehatan yang tetap prima
Untuk mencapai sasaran tersebut dapat dilakukan senam kesegaran jasmani setelah
persalinan. Latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu: memperkuat otot
jalan lahir dan dasar panggul (latihan kegel)
III. KESIMPULAN
Seorang ibu yang baru melahirkan memiliki kebutuhan khusus yang berbeda
dengan ibu hamil. Kebutuhan yang perlu diperhatikan oleh seorang bidan dalam
memberikan asuhan pada ibu nifas meliputi :
1. Kebutuhan nutrisi dan cairan
2. Kebutuhan ambulasi Mobilisasi
3. Kebutuhan eliminasi
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
36
4. Kebutuhan kebersihan diri
5. Kebutuhan istirahat
6. Kebutuhan olahraga/ senam
IV. LATIHAN
1. Berapakah jumlah kalori tambahan yang harus dikonsumsi oleh ibu nifas
yang menyusui……..
a. 300 kalori
b. 400 kalori
c. 500 kalori
d. 750 kalori
e. 100 kalori
2. Salah satu fungsi penting dari ambulasi dini adalah………..
a. Menurunkan frekuensi trombosis dan emboli paru pada masa nifas
b. Mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi
c. Memperlambat proses involusi uterus
d. Mempererat hubungan antara ayah dan bayi
e. Memperlancar peredaran darah
3. Di bawah ini merupakan manfaat senam nifas,kecuali………
a. Membantu penyembuhan rahim, perut dan otot pinggul yang mengalami trauma serta
mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk normal.
b. Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar akibat kehamilan dan
persalinan serta mencegah perlemahan lebih lanjut.
c. Menghasilkan manfaat psikologis, menambah kemampuan menghadapi stres dan
bersantai
d. Mengurangi depresi pasca persalinan.
e. Menambah berat badan ibu dan meningkatkan kadar Hb dalam darah
4. Pengeluaran urin akan meningkat pada 24-48 jam pertama sampai sekitar
hari ke-5 setelah melahirkan,ini terjadi karena ……..
a. Gangguan perubahan hormon
b. Proses involusi uterus
c. Gangguan pada kontraksi rahim
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
37
d. Volume darah ekstra yang dibutuhkan waktu hamil tidak diperlukan lagi setelah
persalinan
e. Peningkatan tekanan darah
V. BUKU SUMBER
1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
2. Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC.
3. Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes
4. Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
5. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta.
6. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
7. Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett Publisher.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
38
BAB V
RESPON ORANG TUA TERHADAP BAYI BARU LAHIR
I. PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang wanita dan
keluarganya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi selama kehamilan dan masa nifas
untuk menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting sekali bagi seorang bidan untuk
mengetahui tentang penyesuaian ini sehingga dapat menilai apakah ibu memerlukan asuhan
yang khusus dalam masa itu.
Respon dari setiap ibu dan ayah kepada bayi mereka dan cara mereka mengasuh anak
berbeda-beda dan meliputi keseluruhan bagian dari reaksi dan emosi, mulai dari tingkatantingkatan kebahagian sampai pada kesedihan. Sehingga bidan harus memahami dan
menunjukkan respon psikologis terhadap masalah yang timbul agar dapat membantu orang
tua melalui masa postpartum yang wajar dan sehat serta memberikan asuhan kebidanan yang
dibutuhkan.
B. TIK
Pada akhir perkulihan diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi:
1. Respon ayah dan keluarga
2. Sibling rivalry
II. URAIAN MATERI
1. Bounding attachment

Pengertian
Bounding attachment / keterikatan awal / ikatan batin adalah suatu proses dimana sebagai
hasil dari suatu interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling
mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
Proses ikatan batin antara ibu dengan bayinya ini diawali dengan kasih sayang terhadap bayi
yang dikandung, dan dapat dimulai sejak kehamilan.
Ikatan batin antara bayi dan orang tuanya berkaitan erat dengan pertumbuhan psikologi sehat
dan tumbuh kembang bayi..
Beberapa pemikiran dasar dari keterkaitan ini antara lain :
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
39
-
Keterkaitan atau ikatan batin ini tidak dimulai saat kelahiran. Tetapi si ibu telah
memelihara bayinya selama kehamilan, baik si ibu maupun si ayah telah berangan-angan
tentang bayi mereka kelak. Hal ini bisa menjadi perasaan positif, negatif, netral.
-
Kelahiran merupakan sebuah momen didalam kontinum keterkaitan ibu dengan bayinya
ketika si bayi bergerak keluar dari dalam tubuhnya.
-
Hubungan antara ibu dan bayi adalah suatu simbiosis yang saling membutuhkan..
Rasa cinta menimbulkan ikatan batin /keterikatan. Untuk memperkuat ikatan ibu
dengan bayi (marshall Kalus) menyarankan ibu agar menciptakan waktu berduaan bersama
bayi untuk saling mengenal lebih dalam dan menikmati kebersamaan yang disebut
babymoon.
Ada tiga bagian dasar periode dimana keterikatan antara ibu dan bayi berkembang
1. Periode prenatal
Merupakan periode selama kehamilan , dalam masa prenatal ini ketika wanita
menerima fakta kehamilan dan mendefinisikan dirinya sebagai seorang ibu, mengecek
kehamilan, mengidentifikasi bayinya sebagai individu yang terpisah dari dirinya,
bermimpi dan berfantasi tentang bayinya serta membuat persiapan untuk bayi.
Para peneliti telah memperlihatkan bahwa melodi yang menenangkan dengan
ritme yang tetap, seperti musik klasik atau blues membantu menenangkan kebanyakan
bayi, sedang sebagian besar dari mereka menjadi gelisah danmenendang-nendang jika
yang dimainkan adalah musik rock, ini berarti bahwa para ibu dapat berkomunikasi
dengan calon bayinya, jadi proses pembentukkan ikatan batin yang begitu penting
dapat dimulai sejak kehamilan.
2. Waktu kelahiran dan sesaat setelahnya
Ketika persalinan secara langsung berpengaruh terhadap proses keterkaitan ketika
kelahiran bayi. Faktor yang paling menonjol yang bisa mempengaruhi keterikatan
selama periode ini adalah pengaruh pengobatan.
Proses keterikatan ini dapat terhenti apabila si ibu maupun bayi mengantuk akibat
pengaruh pengobatan.
Keterkaitan pada waktu kelahiran ini dapat dimulai dengan ibu menyentuh kepala
bayinya pada bagian introitus sesaat sebelum kelahiran, bahkan ketika sibayi
ditempatkan diatas perut ibu sesaat setelah kelahiran. Perilaku keterikatan ini seperti
penyentuhan si ibu pada bayinya ini dimulai dengan jari-jari tangan (ekstrimitas) bayi
lalu meningkat pada saat melingkari dada bayi dengan kedua tangannya dan berakhir
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
40
ketika dia melindungi keseluruhan tubuh bayi dalam rengkuhan lengannya. Perilaku
lain dalam periode ini meliputi kontak mata dan menghabiskan waktu dalam posisi en
face (tatap muka), berbicara dengan bayi, membandingkan sibayi dengan bayi yang
telah diimpikannya selama kehamilan (jenis kelamin) dan menggunakan nama pada
sibayi. Keterkaitan ini menyebabkan respon yang menciptakan interaksi dua arah yang
menguatkan antara ibu dan bayinya hal ini difasilitasi karena bayi dalam fase waspada
selama satu jam pertama setelah kelahiran, ini membuat bayi reseptif terhadap
rangsangan.
3. Postpartum dan pengasuhan awal
Suatu hubungan berkembang seiring berjalannya waktu dan bergantung pada
partisipasi kedua pihak yang terlibat. Ibu mulai berperan mengasuh bayinya dengan
kasih sayang .kemampuan untuk mengasuh agar menghasilkan bayi yang sehat hal ini
dapat menciptakan perasaan puas, rasa percaya diri dan perasaan berkompeten dan
sukses terhadap diri ibu.
Ada ayah yang cepat mendapatkan ikatan kuat dengan bayinya adapula yang
membutuhkan waktu agak lama. Ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi
terciptanya bounding salah satunya keterlibatan ayah saat bayi dalam kandungan.
Semakin terlibat ayah, semakin mudah ikatan terbentuk.
2. Respon ayah dan keluarga
Jika ibu sudah mengandung bayi selama sembilan bulan, ayah benar-benar
merasakan kebersamaan dengan bayi saat bayi lahir. Perkenalan ayah dengan bayi dimulai
saat mereka saling bertatapan. Seperti halnya ikatan ibu dengan bayi, kedekatan ayah
dengan bayi penting bagi tumbuh kembang bayi, hasil penelitian Robert A Veneziano dalam
the importance of father love menyebutkan kedekatan ayah dan bayi sangat membantu
mengembangkan kemampuan sosial, kecerdasan emosi dan perkembangan kognitif bayi.
Hasil penelitian menunjukkan 62% ayah mengalami depresi pasca lahir atau baby
blues, perasaan cemas, khawatir dan takut dapat muncul saat seorang pria menyadari dirinya
kini memiliki peran baru yaitu sebagai ayah.
Berikut ini kekhawatiran yang paling umum terjadi :
1. Dapatkah saya membiayai keluarga yang kini lebih besar?
Karena biaya pemeliharaan dan pendidikan anak memang semakin mahal, bnayak ayah
baru tidak bias tidur memikirkan hal ini.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
41
2. Apakah saya akan menjadi ayah yang baik?
Seorang ayah takut jika ia tidak dapat mendidik anaknya dengan baik karena sedikit
orang terlahir umtuk menjadi ayah – ibu yang baik kebanyakkan mereka belajar dari
praktek langsung, ketabahan dan cinta.
3. Bagaimana berbagi tugas memelihara anak?
Ayah zaman dulu tidak memikirkan ini karena pemeliharaan anak dianggap tugas
perempuan tetapi sekarang merela menyadari sebagai orang tua adlah tugas bersama
4. Haruskah menghentikan kehidupan social?
Keadaan sebelum mempunyai bayi akan sedikit berubah karena memang perlu bayi
menjadi pusat perhatian sehingga aktifitaspun menjadi terbatas.
5. Apakah hubungan suami-istri akan berubah?
Dengan hadirnya bayi baru keinginan untuk berdua saja tidak semudah dulu. Privasi dan
keintiman yang spontan menjadi sering kali sulit didapat.sehingga diperlukan usaha
berdua utnuk saling menyediakan waktu bagi yang lain.
Respon keluarga seperti kakek atau nenek akan merasakan kepuasan besar karena
melihat satu generasi baru dalam keluarganya dan bahagia karena cucunya akan mengetahui
warisan dan tradisi mereka.
Dengan adanya anggota keluarga lain seperti kakek, nenek dan para sepupu akan
memberikan kesempatan yang ideal bagi bayi untuk membentuk lebih dari satu ikatan dan
masing-masing ikatan akan mempunyai nilai sendiri.
Bagaimana ibu dan ayah serta keluarga berprilaku terhadap bayi baru lahir sebagian
dipengaruhi oleh faktor internal dan ekterna Bagaimana seorang ibu dan ayah berprilaku
terhadap bayi baru lahir sebagian dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal.
Faktor internal ;
- Bagaimana mereka diurus oleh orang tua mereka; bila si ayah atau individu lain pada
waktu kecil dia dididik orang tua mereka dengan cara keras atau sering diberikan
hukuman apabila ada kesalahan sedikit sehingga kemungkinan kedekatan antara ayah
dan bayi akan sulit terbentuk dan cara ini akan diterapkan untuk mendidik anaknya
kelak.
- Kebudayaan yang diinternalisasikan dalam diri mereka; di banyak masyarakat masih
terdapat kepercayaan bahwa ibu dan bayinya yang baru lahir tidaklah bersih, dan
diisolasi dari ayahnya selama periode yang ditetapkan, tentu saja hal ini menyulitkan
terbentuknya ikatan batin dengan sang ayah
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
42
- Nilai-nilai kehidupan ; kepercayaan dan nilai- nilai dalam kehidupan mempengaruhi
prilaku dan respon sesorang, dalam agama islam bayi yang baru lahir sesegera
mungkin di adzankan oleh sang ayah keadaan ini memberikan kesempatan ayah unutk
mencoba mengendong bayi pertama kalinya dan bayi mendengarkan suara sang ayah.
- Hubungan antar sesama ; hubungan antar sesama akan menciptakan suatu pengalaman
seperti bila sang ayah melihat atau mendengar cerita dari temannya bagaimana
temannya bersikap terhadap anak pertamanya, bila sang ayah mempunyai hubungan
dalam lingkungannya harmonis, mudah bersolialisasi hal ini akn menciptakan respon
yang positif terhadap bayinya.
- Riwayat kehamilan sebelumnya ; apabila pada kehamilan terdahulu ibu mengalami
komplikasi dalam kehamilan seperti abortus, plasenta previa dll, akan membuat ayah/
ibu maupun keluarga sangat menjaga dan melindungi bayi dengan sebaiknya.

Faktor eksternal ;
- Keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan ; pasangan suami istri yang sangat
menginginkan anak tentu saja akan merespon kelahiran bayi dengan bangga dan
bahagia. - Perhatian yang diterima selama kehamilan, persalinan dan post partum ;
perhatian dari suami dan keluarga akan menciptakan
perasaan kebahagian dan
bangga akan peran nya sebagi seorang ibu persalinan.
- Sikap dan perilaku pengunjung ; pengunjung memberikan pujian dan ucapan selamat
dan melihatkan persaan bangga terhadap sibayi, hal ini akan menumbuhkan perasaan
bahagia akan kehadiran bayi.
3. Sibling rivalry

Pengertian
Merupakan suatu perasaan cemburu atau menjadi pesaing dengan bayi atau saudara
kandung yang baru dilahirkan. Perasaan cemburu inipun dapat timbul terhadap sang ayah.
Kenyataannya semua anak akan merasa terancam oleh kedatangan seorang bayi baru
meskipun dengan derajat yang berbeda-beda, baik selama kehamilan maupun setelah
kelahiran. Anak-anak yang lebih tua yang telah membentuk semacam independensi dan
ikatan batin yang kuat biasanya tidak begitu merasa terancam oleh kedatangan bayi baru
dari pada anak-anak yang belum mencapai kekuatan ikatan batin yang sama; anak-anak
yang berusia 3 tahun atau lebih akan cenderung menunggu-nunggu kelahiran adiknya
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
43
sedangkan anak-anak yang lebih muda dari itu mungkin merasa cemas dalam proses
pembentukan ikatan batin.
Jika anak yang lebih tua merasakan aman didalam kedudukannya dalam keluarga maka
ia akan merasa bebas untuk memberikan/mengikuti perubahan dalam keluarganya tetapi
jika ia merasa terancam akan kedudukannya maka perasaan saudara kandung sebagai
pesaing/rival yang akan muncul. Apabial hal ini berlanjut dapat mnegakibatkan sifat kakak
berubah setelah adiknya lahir dapat menyakiti atau memusuhi adiknya.
Hal terpenting untuk meminimalkan masalah yang akan datang anak perlu dipersiapkan
untuk menerima saudaranya yang baru lahir dimulai sejak masa kehamilan, ini ditujukan
untuk meneruskan jaminan bahwa anak yang lebih tua masih mendapatkan kasih sayang
walaupun hadir adiknya nanti.
Hal yang dapat dilakukan :
1. Informasikan
kehamilan,
dengan
mempekenalkan kakaknya kepada bayi
didalam kandungan, libatkan dia dalam
kehamilan seperti : mengantar ke dokter,
belanja baju bayi dll.
2. Perluas lingkup sosial anak pertama
3. Jujurlah soal perubahan fisik dan mental
seperti gampang lelah, disertai minta
maaf karena tidak bisa mengendongnya
sesuka hati
4. Dihari-hari pertama kelahiran bayi
bersikaplah sewajarnya seperti biasanya
dan libatkan ia dalam menyambu tamu Sumber :
http://www.childology.in/parenting_handl
dan tugas- tugas ringan perawatan bayi.
ing_
Sibling_rivalry.aspx
Perasaan cemburu inipun dapat timbul terhadap sang ayah. Kadang-kadang para ayah
menjadi cemburu terhadap hubungan antara ibu/ istrinya dengan anak-anak mereka sendiri,
bayi adalah produk dari hubungan mereka dan semestinya memperkaya hubungan itu.
Meskipun demikian kadang para ayah merasa ditinggalkan terutama bila ibu dan bayi
adalah pusat perhatian dalam keluarga, sehingga muncullah perasaan “disingkirkan” pada
diri sang ayah.
Untuk mencegah kecemburuan sang ayah ini agar diupayakan keterlibatan ayah dalam
merawat bayi karena merawat dan mengasuh bayi dewasa ini bukan hanya tugas seorang
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
44
ibu, ayah diupayakan sebanyak mungkinterlibat dalam proses mengasuh bayi seperti
memberi makan, menganti popok, menidurkan bayi dll.
III. KESIMPULAN
Bonding merupakan suatu ketertarikan mutual pertama antara individu, misalnya
antara orang tua dan anak, saat pertama kali mereka bertemu. Attachment adalah suatu
perasaan menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu dengan individu lain.Elemenelemen bonding attachment meliputi: entuhan, kontak mata, suara, aroma, entraiment,
bioritme dan kontak dini.
Sewaktu menyaksikan kelahiran bayi, perasaan komitmen dan cinta membanjir ke
permukaan menghilangkan kekhwatiran bahwa sang ayah tidak akan pernah mempunyai
keterikatan dengan bayinya. Sang ayah juga merasakan penghargaan yang besar dan cinta
kepada istri lebih dari pada sebelumnya. Ayah harus dilibatkan dalam perawatan anak dan
pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan berbagai pikiiran bahwa sang ayah tidak akan pernah
mempunyai keterikatan dengan bayinya. Sang ayah juga merasakan penghargaan yang besar
dan cinta kepada istri lebih dari pada sebelumnya. Ayah harus dilibatkan dalam perawatan
anak dan pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan berbagai tanggung jawab seperti ini, mereka
menjadi bagian dari pengalaman mengasuh
anak. Sebagai akibat, pasangan menjadi lebih dekat. Sebagai ayah baru, peran ayah tidak
kurang rumitnya dibandingkan peran istri. Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan anak
adalah kelahiran adik baru.
Kehamilan itu sendiri merupakan waktu ideal bagi anak-anak untuk memahami
darimana bayi berasal dan bagaimana bayi itu dilahirkan. Tidak mudah memang untuk
menjaga keseimbangan yang tepat antara menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi baru dan
membantu anak yang lebih besar mengatasi perubahan itu. Dengan mempersiapkan dia
selama kehamilan, orang tua dapat membantu mengurangi kebingungan atau rasa dirinya.
IV. LATIHAN
1. Salah satu komponen dari proses menjadi orang tua adalah, ….
a. Memiliki penghasilan untuk membayar baby sitter
b. Memberikan kepercayaan kepada nenek untuk mengasuh
c. Memiliki keterampilan dan pengetahuan merawat bayi
d. Memberikan pendidikan sedini mungkin
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
45
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi respon orang tua terhadap anaknya adalah:
a. Umur, budaya, pekerjaan
b. Umur, budaya, dukungan sosial
c. Budaya, dukungan sosial, ekonomi
d. Dukungan sosial, pekerjaan, budaya
3. Proses penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari
orang tua terhadap anaknya dan memberikan asuhan perawatannya merupakan
pengertian dari….
a. Bonding
b. Attachment
c. Bonding Attachment
d. Rooming In
V. BUKU SUMBER
1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
2. Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC.
3. Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes
4. Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
5. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta.
6. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
7. Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett Publisher.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
46
BAB VI
KONSEP DASAR ASUHAN MASA NIFAS
I. PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT
Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya merupakan
peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa kehamilan yang telah lama
ditunggu-tunggu, dan dimulainya suatu kehidupan baru. Namun kelahiran bayi juga
merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu. Kemungkinan timbul masalah atau
pemyulit, yang bila tidak ditangani segera secara efektif dan dapat membahayakan kesehatan
atau mendtangkan kematian bagi ibu. Lebih dari separuh kematiain ibu terjadi dalam masa
nifas, sehingga masa nifas ini sangat penting untuk dipantau oleh bidan.
B. TIK
Setelah perkuliahan ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tujuan asuhan masa nifas
2. Menjelaskan peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
3. Menjelaskan tahapan masa nifas
4. Menjelaskan kebijakan program nasional masa nifas
II. URAIAN
A. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung selama kira-kira 6
minggu.
B. Tujuan Asuhan Masa Nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
47
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana
C. Peran dan tanggung jawab bidan masa nifas
1. Memberikan dukungan yang terus – menerus selama masa nifas, yang baik dan sesuai
dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa
persalinan dan nifas.
2. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan psikologis.
3. Mengkondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan rasa nyaman.
D. Tahapan masa nifas
1. Immediate Post Partum Periode : masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24
jam. Masa ini sering terdapat banyak masalah misalnya perdarahan karena atonia uteri
oleh karena itu bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lockea, TD, dan suhu.
2. Early Post Partum Periode : 24 jam – 1 minggu
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan dan lockea tidak berbau busuk, tidak ada peningkatan suhu, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, dapat menyusui dengan baik.
3. Late Post Partum Periode : masa 1 minggu – 6 minggu
Periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari – hari dan
konseling KB.
E. Kebijakan program nasional masa nifas
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir , dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang
terjadi.
1.
Kunjungan pertama ( 6-8 jam setelah persalinan )
Tujuannya:
 Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
 Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut
 Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
48
 Penberian ASI awal
 Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
Jika penolong kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi
baru lahir untuk 2 jam pertama setelah persalinan, atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.
2.
Kunjungan kedua ( 6 hari setelah persalinan )
Tujuannya:
 Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikalis, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
 Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
 Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3.
Kunjungan ketiga ( 2 minggu setelah persalinan )
Tujuannya:
 Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikalis, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
 Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
 Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
4.
Kunjungan keempat (6 minggu setelah persalinan)
Tujuannya:
 Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami
 Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
49
III. KESIMPULAN
Masa nifas merupakan masa yang diawali dari beberapa jam setelah plasenta lahir dan
berakhir setelah 6 minggu postpartum yang memerlukan penanganan secara aktif. Masa nifas
merupakan masa yang memerlukan asuhan yang efektif dan optimal. Adapun tujuan umum
dan khusus dari asuhan pada masa nifas adalah :
1. Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak
2. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
3. Mencegah dan mendeteksi dini komplikasi pada ibu nifas.
4. Merujuk ke tenaga ahli bila diperlukan
5. Mendukung dan memperkuat
6. Keyakinan diri ibu dan memungkinkan
7. Melaksanakan peran sebagai orang tua.
8. Memberikan pelayanan KB
Tahapan masa nifas terbagi dalam tiga tahap dan terjadi kurang lebih selama 6 minggu.
1. Tahap Immediate puerperium / Puerperium dini
2. Tahap Early puerperium
3. Tahap Late puerperium
Peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan.
2. Sebagai promotor
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya
4. Membuat kebijakan setempat,
5. perencana program kesehatan ibu dan bayi
6. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
7. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya
8. Melakukan manajemen asuhan kebidanan secara profesional
9. Membuat dokumentasi asuhan kebidanan pada masa nifas.
IV. LATIHAN
1. Yang dimaksud masa nifas adalah :
a. Periode transisi dari proses persalinan untuk menerima kebahagiaan dan tanggung
jawab dalam kehidupan keluarga
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
50
b. Periode yang dimulai setelah kelahiran bayi dari proses persalinan untuk menerima
tanggung jawab sebagai keluarga
c. Masa setelah persalinan dimulai dari kelahiran plasenta hingga kembalinya alat
reproduksi pada keadaan sebelum hamil
d. Periode transisi tanpa membutuhkan perawatan yang integritas antara keluarga
2. Apa tujuan dari asuhan yang diberikan pada masa nifas :
a. Membantu ibu mengasuh bayinya
b. Meringankan kerja ayah dalam mengawasi bayinya
c. Mencegah dan mendeteksi komplikasi pada masa nifas
d. Mengobati bayi yang sakit
3. Bagaimana prinsip yang harus diterapkan bidan dalam memberikan asuhan
pada ibu nifas?
a. Meningkatkan kesehatan fisik ibu dan bayi
b. Meningkatkan motivasi ibu dalam mengasuh anak
c. Meningkatkan jumlah akseptor KB
d. Meningkatkan program JAMPERSAL
V. BUKU SUMBER
1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
2. Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC.
3. Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes
4. Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
5. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta.
6. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
7. Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett Publisher.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
51
BAB VII
PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI
I. PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT
Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara laki-laki dan
perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin
sekunder seorang wanita dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Selain itu
untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya maka organ ini akan menjadi
sumber utama dari kehidupan, karena ASI adalah makanan bayi yang paling perting terutama
pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Wanita hamil sering khawatir tentang mampu tidaknya mereka memberikan ASI.
Namun, sebagian besar wanita dapat menyusui bayinya dengan sukses, selama mereka
menerima bahwa diperlukan sedikit waktu untuk memantapkan pola makan yang baik dan
tidak perlu harus menyerah kalah. Karena kita tahu bahwa ASI sangat baik untuk bayi apalagi
dengan adanya ASI ekslusif diharapkan bayi tersebut mendapatkan nutrisi serta zat-zat anti
bodi yang dibutuhkan dengan baik. Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa didalam
penatalaksanaan pemberian ASI. Sebagian besar aspek penatalaksanaan kebidanan dari
pemberian ASI adalah didasarkan pada pemahaman atas perubahan anatomis dan fisiologis
yang terjadi dalam wanita yang sedang berlaktasi postpartum. Karena inilah, maka kita akan
meninjau anatomi dan fisiologi ini secara mendetail.
B. TIK
Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi tentang:
1.
Anatomi fisiologi payudara
2.
Dukungan bidan dalam pemberian ASI
3.
Manfaat pemberian ASI
4.
Komposisi gizi dalam ASI
5.
Upaya memperbanyak ASI
6.
Tanda bayi cukup ASI
7.
ASI eksklusif
8.
Cara merawat payudara
9.
Cara menyusui yang benar
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
52
10. Masalah dalam pemberian ASI
II. URAIAN
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA
Letak :
 Vertikal Diantara kosta II dan IV, secara Horizontal mulai dari pinggir sternum sampai
linea aksilaris medialis.
 Kelenjar susu berada dijaringan subkutan, tepatnya diantara jaringan subkutan superfisisl
dan profundus, yang menutupi muskulus pektoralis mayor, sebagian kecil seratus anterior
dan obliqus eksterna.
Bentuk dan Ukuran :
 Bervariasi menurut aktifitas fungsionalnya, seperti apa yang didapatkan pada masa
sebelum pubertas, pubertas, adolesen, dewasa, menyusui dan multipara
 Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah
menopause, Pembesaran ini terutama disebabkan oleh karena pertumbuhan stroma
jaringan penyangga dan penimbunan lemak
 Berbagai bangsa, golongan dan zaman juga menunjukkan bentuk dan ukuran payudara
yang berlainan.
Bagian Payudara :
 Kalang payudara(aerola mammae) :
 Letaknya mengelilingi putting susu ,warna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan
dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perunahan warna ini tergantung dari corak kulit
dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan berwarna
jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap. Selama
kehamilan warnanya akan menjadi lebih gelap dan warna ini akan menetap untuk
selanjutnya, jadi tidak kembali lagi seperti warna aslinya semula.
 Pada daerah ini terdapat kelenjar keringat, kelenjar lemak dari Montgomery yang
membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan
menghasilkan suatu bahan yang dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui.
Kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air
susu. Luasnya kalang payudara bisa ½ dari payudara.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
53
 Putting Susu :
 Terletak setinggi kosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara
maka letaknyapun akan bervariasi juga. Pada tempat ini terdapat lubang lubang kecil
merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung –ujung serat syaraf,pembuluh getah
bening, serat –serat otot polos yang tersusun sirkulair sehingga bila ada kontraksi maka
duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan seratserat otot yang longitudinal akan menarik putting susu tersebut.
 Lobus
 Payudara terdiri dari 15-25 lobus, masing masing lobus terdiri dari 20 – 40 lobulus, tiap
lobulus terdiri dari 10 –100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air
susu (system duktus) sehingga merupakan suatu pohon.
 Duktus laktiferus
 Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada putting susu, akan didapatkan saluran air
susu yang disebut: Duktus laktiferus.
 Didaerah kalang payudara duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus
tempat penampunagn air susu.
 Selanjutnay duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus
 Tiap-tiap duktulus yang pada perjalanan selanjutnya disusun oleh sekelompok alveoli.
 Alveoli
Didalam alveoli terdiri dari duktus yang terbuka. Mengandung sel –sel acini yang
menghasilkan susu serta dikekelingi oleh sel –sel mioepitel yang berkontraksi memeras air
susu keluar dari alveoli.
 Laktiferus sinus / Ampula
Bertindak sebagai waduk sementara bagi air susu
Payudara mendapat pasokan darah dari arteri mammary internal dan eskternal serta
bercabang dari arteri – arteri
intercostalis . Venanya diatur dalam bentuk bundar
disekeliling putting susu. Cairan limfa mengalir bebas keluar diantara payudara dan terus
ke node – node limfa didalam axial dan mediastinum.
FISIOLOGI PENGELUARAN AIR SUSU IBU
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan
mekanik, saraf, dan bermacam-macam hormon. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran
ASI dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu:
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
54
Pembentukan Kelenjar Payudara
a. Sebelum pubertas
Duktus primer dan sekunder sudah terbentuk pada masa fetus. Mendekati pubertas
terjadi pertumbuhan alveoli oleh hormon progesteron. Hormon yang juga ikut berperan
dalam pertumbuhan kelenjar payudara adalah prolaktin yang dikeluarkan oleh kelenjar
adenohipofise (hipofise anterior). Hormon yang kurang perannya adalah hormon kelenjar
adrenalin, tiroid, paratiroid dan hormon pertumbuhan.
b. Masa Pubertas
Pada masa ini terjadi pertumbuhan percabangan-percabangan system duktus,
proliferasi dan kanalisasi dari unit-unit lobulo alveolar yang terletak pada ujung-ujung
distal duktulus. Jaringan penyangga stroma mengalami organisasi dan membentuk septum
interlobular. Duktus-duktus tersebut semakin berkembang
c. Masa siklus menstruasi
Perubahan-perubahan kelenjar payudara wanita dewasa berhubungan dengan siklus
menstruasi dan perubahan-perubahan hormonal yang mengatur siklus tersebut sperti
estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh korpus luteum. Bila kadar hormone ini
meningkat maka akan terjadi edema lobulus, penebalan dari basal membrane epitel dan
keluarnya bahan dalam alveoli. Secara klinis akan dirasakan payudara berat dan penuh.
Setelah menstruasi dimana kadar progesterone dan estrogen berkurang yang berperan
hanya prolaktin saja, terjadi degenerasi dari sel-sel kelenjar air susu beserta jaringan yang
mengalami proliferasi, edema berkurang namun tidak kembali seperti besar sebelumnya.
Hal ini menyebabkan payudara selalu bertambah besar pada tiap siklus ovulasi dari
permulaan tahun menstruasi sampai umur 30 tahun. (Pada saat ovulasi kadar estrogen
dan progesteron meningkat sehingga payudara akan terasa penuh dan berat, namun
sebaliknya setelah menstruasi kadar keduanya menurun yang berperan hanya prolaktin
sehingga bentuk payudara sedikit mengecil)
d. Masa kehamilan
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jalas dari duktulus yang baru,
percabangan-percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon-hormon plasenta
dan korpus luteum. Hormon-hormon yang ikut mempercepat pertumbuhan adalah
prolaktin, laktogen plasenta, korionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid,
hormon paratiroid, hormon pertumbuhan.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
55
e. Pada 3 bulan kehamilan.
Prolaktin dan adenohipofise (hipofise anterior) mulai merangsang kelenjar air susu
untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini pengeluaran
kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin yang
meningkat hanya aktifitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.
f. Pada trimester kedua kehamilan
Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum. Keaktifan dari
rangsangan hormon-hormon terdapat pengeluaran air susu telah didemontrasikan
kebenarannya bahwa seorang ibu yang melahirkan bayi berumur 4 bulan dimana bayinya
meninggal, tetap keluar kolostrum.
Pembentukan Air susu
Ada dua refleks yang membantu dalam pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu reflek
prolaktin dan refleks let down
1. Refleks Prolaktin
Setelah persalinan kadar estrogen dan pogesteron menurun, ditambah lagi dengan
adanya isapan bayi yang merangsang putting susu dan kalang payudara, akan merangsang
ujung – ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini
akan di lanjutkan ke hipotalamus yang akan menekan pengeluaran factor – factor
penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya. Faktor – faktor yang memacu sekresi
prolaktin akan merangsang adenohipofise sehingga keluar prolaktin. Hormon ini
merangsang sel – sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan
prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu yang melahirkan anak tapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal
pada minggu ke 2-3. pada ibu menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaankeadaan seperti: stres atau pengaruh psikis, anastesi, operasi, rangsangan puting susu,
hubungan kelamin, obat-obatan tranqulizer hipotalamus seperti reserpin, klorpromazin,
fenotiasid, sedangkan keadaan-keadaan yang menghambat pengeluaran Prolaktin adalah:
gizi ibu yang jelek, obat-obat seperti ergot, I-dopa.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
56
2. Refleks Let down
Dengan di bentuknya hormone prolaktin, rangsangan yang berasal dari isapan bayi
akan di lanjutkan ke neurohipofise yang kemudian di keluarkan oksitosin. Melalui aliran
darah, hormone ini akan menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus
sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan
mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi sel akan memeras air susu yang telah terbuat
keluar dari alveoli dan masuk ke system duktulus yang untuk selanjutnya akan mengalir
melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.
Factor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah:
 Melihat bayi
 Mendengarkan suara bayi
 Mencium bayi
 Memikirkan untuk menyusui bayi
Factor-faktor yang yang menghambat refleks let down adalah:stress seperti:
 Keadaan bingung/pikiran kacau
 Takut
 Cemas
Bila ada stress dari ibu yang menyusui maka akan terjadi suatu blockade dari refleks
let down. Ini di sebabkan karena adanya pelepasan dari adrenalin yang menyebabkan
vasokontriksi dari pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin sedikit harapannya untuk
dapat mencapai target organ mioepitelium. Sehingga payudara akan membesar dan timbul
abses yang berakibat pada proses menyusui karena akan timbul rasa sakit. Karena refleks
let down yang tidak sempurna maka bayi yang haus akan tidak puas. Ketidakpuasan ini
akan merupakan tambahan stress bagi ibunya. Bayi yang haus akan tidak puas ini akan
berusaha untuk dapat air susu yang cukup dengan cara menambah kuat isapan nya
sehingga tidak jarang dapat menimbulkan luka – luka pada putting susu yang akhirnya
akan menambah stress-nya tadi.
Pemeliharaan pengeluaran air susu
Hubungan antara hipolatamus dan hipofise akan mengatur kadar prolaktin dan
oksitosin dalam darah. Hormon – hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran dan
pemeliharaan penyediaan air susu. Proses menyusui memerlukan pembuatan dan
pengeluaran air susu dari alveoli ke system duktus. Bila duktus tidak dikeluarkan akan
mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
57
proses menyusui. Berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya bila kekuatan
isapan berkurang, frekuensi isapan yang kurang dan singkatnya waktu menyusui ini berarti
pelepasan prolaktin dari hipofise berkurang, sehingga pembuatan air susu berkurang,
karena di perlukan prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu
mulai sejak minggu pertama kelahiran.
Pengeluaran oksitosin selain di pengaruhi oleh isapan bayi juga oleh suatu reseptor
yang terletak pada system duktus. Bila duktus melebar maka secara reflectoris dikeluarkan
oksitosin oleh hipofise yang berperan untuk memeras keluar air susu dari alveoli.
MEKANISME MENYUSUI
Bayi yang sehat mempunyai 3 refleks intrinsik, yang diperlukan untuk behasil meyusui
seperti:
Refleks mencari (Rooting refleks)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan
yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar
menuju puting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut kemudian puting
susu ditarik masuk kedalam mulut.
Refleks mengisap (Sucking refleks)
Putting susu yang sudah masuk kedalam mulut dengan bantuan lidah, dimana lidah
dijulurkan diatas gusi bawah, putting susu ditarik lebih jauh sampai pada orofaring dan
rahang menekan kalang payudara dibelakang putting susu yang pada saat itu sudah
terletak pada langit-langit bawah (palatum durum). Dengan tekanan bibir dan gerakan
rahang secara berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus,
sehingga air susu akan mengalir ke putting susu, selanjutnya bagian belakang lidah
menekan putting susu pada langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari putting
susu. Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap
(tekanan negative) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi
Refleks menelan (swallowing refleks)
Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap
(tekanan negative) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu
akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung.
Keadaan akan terjadi berbeda bila bayi diberi susu botol dimana rahang
mempunyai peranan sedikit didalam menelan dot, sebab susu dengan mudah mengalir dari
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
58
lubang dot. Dengan adanya gaya berat yang disebabkan oleh posisi botol yang dipegang
kearah bawah dan selanjutnya dengan adanya isapan pipi (tekanan negative) kesemuanya
ini akan membantu aliran susu, sehingga tenaga yang dibutuhkan oleh bayi untuk
mengisap susu menjadi minimal.
B. DUKUNGAN BIDAN DALAM PEMBERIAN ASI
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI
 Yakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya
 Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu mempunyai bayinya sendiri
Bagaimana bidan dapat memberikan dukungan bagi pemberian ASI
1. Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam
pertama
Ini penting sekali untuk membina hubungan/ikatan disamping bagi pemberian ASI.
Bayi yang normal berada dalam keadaan bangun dan sadar selama beberapa jam pertama
sesudah lahir. Kemudian mereka akan memasuki suatu masa tidur pulas. Penting untuk
membuat bayi menerima ASI pada waktu masih terbangun tersebut. Seharusnya dilakukan
perawatan mata bayi pada jam pertama sebelum dan sesudah bayi menyusui untuk
pertama kalinya. Buatlah bayi merasa hangat dengan membaringkannya dan menempel
pada kulit ibunya dan menyelimuti mereka.
Jika mungkin lakukan ini paling sedikit 30 menit, karena saat itulah kebanyakan
bayi siap menyusu.
2. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah
umum yang timbul
Ibu harus menjaga agar tangan dan putting susunya selalu bersih untuk mencegah
kotoran dan kuman masuk kedalam mulut bayi. Ini juga mencegah luka pada putting susu
dan infeksi pada payudara. Seorang ibu harus mencuci tangannya dengan sabun dan air
sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum menyusui bayinya. Ia juga harus
mencuci tangan sesudah buang air besar atau kecil atau menyentuh sesuatu yang kotor.
Ia juga harus membersihkan payudaranya dengan air bersih satu kali sehari. Ia tidak
boleh mengoleskan krim, minyak, alcohol atau sabun pada putting susunya.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
59
3. Bantulah ibu pada waktu pertama kali memberi ASI
Posisi menyusu yang benar disini adalah penting.
a. Berbaring miring
Ini posisi yang paling baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu
merasa lelah atau merasakan nyeri.
b. Duduk
Penting untuk memberikan topangan/sandaran pada punggung ibu dalam posisinya
tegak lurus (90 derajat) terhadap pengakuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan
duduk bersila diatas tempat tidur atau dilantai, atau duduk di kursi.
Baik berbaring miring maupun duduk (dengan punggung dan kaki ditopang) akan
membantu bentuk payudaranya dan memberikan ruang untuk menggerakkan bayinya
keposisi yang baik.
Badan bayi harus dihadapkan kearah badan ibu dan mulutnya berada dihadapan
putting susu ibunya. Leher bayi harus sedikit ditengadahkan.
Bayi sebaiknya ditopang pada bahunya sehingga posisi kepala yang agak tengadah
dapat dipertahankan. Kepala dapat ditopang dengan jari-jari tangan yang terentang atau
pada lekukan siku ibunya. Mungkin akan membantu dengan membungkus bayi sehingga
tangannya berada disisi badan. Bila mulut bayi disentuhkan dengan lembut ke putting susu
ibunya, ia kan membuka mulutnya lebar-lebar (refleks rooting). Para ibu mungkin akan
melihat kegunaan peragaan menyentuhkan bibir atas pada putting susu ibu. Pada saat
mulut bayi terbuka, gerakan dengan cepat pada payudara ibu.
Sasarannya adalah memposisikan bibir bawah paling sedikit 1,5 cm dari panggkal
putting susu. Bayi harus mengulum sebagian besar dari aerola didalam mulutnya, bukan
hanya ujung putting susu saja. Hal ini kan memungkinkan bayi menarik sebagian dari
jaringan payudara masuk kedalam mulutnya dengan lidah dan rahang bawah. Bila
diposisikan dengan benar, bayi akan membentuk suatu pentil dari jaringan putting susu
dan payudara dan sinus laktiferus sekarang akan berada didalam rongga mulut bayi.
Putting susu akan masuk sampai sejauh langit-langit lunak (velum pelatinum) dan
bersentuhan dengan langit-langit tersebut. Sentuhan ini akan merangsang refleks
pengisapan akan terjadi dan putting susu ditangkap dengan baik didalam rongga mulut,
sementara lidah memberikan penekanan yang berulang-ulang secara teratur sehingga ASI
akan keluar dari duktus laktiferus.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
60
Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada payudara
1. Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.
2. Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara
3. Aerola tidak akan bisa terlihat dengan jelas
4. Anda dapat melihat bayi melakukan hisapan yang lamban dan dalam, dan menelan
ASI-nya.
5. Bayi terlihat tenang dan senang
6. Ibu tidak merasa adanya nyeri pada putting susu.
4. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya dikamar yang sama (rawat gabung, roomingin)
Dengan demikian ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila lapar. Bila ibu
berpisah tempatnya dari bayi, maka ia akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda
tersebut.
5. Memberikan ASI pada bayi SESERING MUNGKIN
Biasanya bayi baru lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24
jam. Bila bayi tidak minta diberi ASI, katakan pada ibu untuk memberikan ASI-nya pada
bayi setidaknya setiap 4 jam. Namun, selama dua hari pertama sesudah lahir, beberapa
bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASI pada bayi setiap/sesudah 4
jam, yang paling baik adalah membangunkannya selama siklus tidurnya. Pada hari ketiga
setelah lahir, sebagian besar bayi menyusu setiap 2-3 jam.
6. HANYA berikan kolostrum dan ASI saja
Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi sakit dan menurunkan persediaan ASI
ibunya karena ibu memproduksi ASI tergantung pada seberapa banyak ASI-nya dihisap
oleh bayi. Bila minuman lain atau air diberikan, bayi tidak akan merasa lapar, sehingga ia
tidak akan mengisap dengan baik.
7. Hindari susu botol dan “dot empeng”.
Susu botol dan kepengan membuat bayi binggung dan dapat membuatnya menolak
pentil ibunya atau tidak mengisap dengan baik. Mekanisme mengisap botol atau
kempengan berbeda dari mekanisme mengisap putting susu pada payudara ibu. Ini akan
membingungkan bayi. Bila bayi diberi susu botol atau kempengan, ia akan lebih susah
belajar mengisap ASI ibunya.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
61
C. MANFAAT PEMBERIAN ASI
1. Bagi bayi
a. Kandungan gizi paling sempurna
untuk pertumbuhan bayi dan perkembangan
kecerdasannya.
b. Pertumbuhan sel otak secara optimal terutama kandungan protein khusus, yaitu
taurin,selain mengandung laktosa dan asam lemak ikatan panjang lebih banyak susu
sapi/kaleng.
c. Mudah dicerna, penyerapan lebih sempurna,terdapat kandungan berbagai enzim untuk
penyerapan makanan,komposisi selalu menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi.
d. Mengandung zat anti diare
e. Protein ASI adalah spesifik species sehingga jarang menyebabkan alergi untuk manusia
f. Membantu pertumbuhan gigi
g. Mengandung Zat Antibodi mencegah infeksi, merangsang pertumbuhan sistem
kekebalan tubuh
h. Mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi.Ini akan menjadi dasar si kecil percaya
pada orang lain ,lalu diri sendiri, dan akhirnya berpotensi untuk mengasihi orang lain.
i. Bayi tumbuh optimal dan sehat tidak kegemukan atau terlalu kurus.
2. Bagi Ibu :
 Mudah ,murah, praktis tidak merepotkan dan selalu tersedia kapan saja
 Mempercepat involusi/ memulihkan dari proses persalinan dan dapat
mengurangi
perdarahan karena otot – otot di rahim mengerut ,otomatis pembuluh darah yan terbuka
itu akan terjepit sehingga perdarahan akan segera berhenti.
 Mencegah kehamilan karena kadar prolaktin yang tinggi menekan hormon FSH dan
ovulasi,bisa mencapai 99% , apabila ASI diberikan secara terus menerus tanpa
tambahan selain ASI .
 Meningkatkan rasa kasih sayang dan membuat rasa lebih nyaman.
 Mengurangi Penyakit kanker ,Mekanisme belum diketahui secara pasti Ibu yang
memberi ASI eksklusif memiliki risiko kanker ovarium lebih kecil dibanding yang
tidak menyusui secara eksklusif.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
62
3. Bagi masyarakat :
 Murah, ekonomis, mengurangi pengeluaran keluarga karena tidak perlu membeli susu
buatan
 Menambah ikatan kasih sayang suami dan istri
 Membantu program KB
 Mengurangi subsidi biaya perawatan rumah sakit
 Membentuk generasi mandiri
 Menghemat devisa negara
 Menurunkan angka kesakitan dan kematian.
B. KOMPOSISI GIZI DALAM ASI
ASI merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, garam-garam
organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi
bayi yang bersifat alamiah. Komposisi ASI ini ternyata tidak konstan dan tidak sama dari
waktu ke waktu.
Factor-faktor yang mempengaruhi komposisi air susu ibu adalah:
 Stadium laktasi
 Ras
 Keadaan nutrisi
 Diit ibu
Variasi Komposisi ASI :
 Colustrum :
 Merupakan cairan yang pertama diproduksi oleh kelenjar payudara, mengadung tissue
debris da residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar
payudara sebelu dan setelah masa puerperium.
 Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat dari
masa laktasi
 Merupakan cairan viscous kental dengan warna kuning lebih kuning dibanding dengan
ASI mature
 Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
63
 Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekoneum dari usus bayi yang
baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang
akan datang
 Banyak mengandung protein dibanding dengan ASI mature, tetapi berlainan dengan
ASI yang matur pada kolostrum protein yang utama adalah globulin (gamma globulin)
 Lebih banyak mengandung antibody dibanding dengan ASI yang mature, dapat
memberikan perlindungan bayi sampai enam bulan pertama.
 Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan dengan ASI matur
 Mineral, terutama natrium, kalium dan klorida lebih tinggi jika dibandingkan dengan
susu matur
 Total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matur, hanya 58 kal/100 ml
kolostrum
 Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI matur,
sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah
 Bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak
 Lipidnya lebih banyak mengandung koletrol dan lesitin dibandingkan dengan ASI
matur
 Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam
 ASI masa peralihan Transisi :
 Merupakan ASI peralihan dari kolustrum sampai menjadi ASI yang matue
 Disekresi dari hari keempat sampai kesepuluh dari masa laktasi, tetapi ada pula
pendapat yang mengatakan bahwa ASI tipe mature baru terjalin pada minggu ketiga
sampai minggu kelima
 Kadar protein makin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi.
 Juga volume akan makin meningkat
 ASI mature
 ASI yang disekresi pada hari ke-10 setelah komposisinya relatif konstan
 Makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan
 Merupakan makanan yang bebas dari kuman dan paling aman bagi bayi.
 Tidak menggumpal jika dipanaskan
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
64
PRODUKSI ASI SELAMA 2 TAHUN
Umur bayi
Produksi ASI
ml/hari
Kalori/hari
0-6 bulan
850
600
7-12 bulan
500
385
13-18 bulan
500
385
19-24 bulan
200
154
0-24 bulan
512,5
381
Nilai Gizi Air Susu Ibu
Sama dengan
Susu sapi
Susu gula
155,5
183
91,5
105
91,5
105
36,5
42
375
437
Susu bubuk
Gram
24.600
14.000
14.000
5.700
58.300
1. Protein
Dibanding susu sapi, protein yang terdapat dalam ASI jauh lebih sedikit , Namun
lebih mudah dicerna usus bayi . Protein didalam ASI dapat membantu menghancurkan
bakteri dan melindungi bayi dari infeksi. Protein yang paling banyak terdapat adalah
laktabulmin ( whey protein) dan karsinogen ada dalam jumlah yang lebih sedikit. Ini
memberikan aliran terus - menerus dari zat gizi kepada bayi. Dua jenis asam amino
,cystine dan taurin , terdapat dia air susu manuasia tetapi tidak ada di dalam air susu
sapi.Asam ini penting untukpertumbuhan dan yang kedua untuk perkembangan
otak.Colustrum mengandung semua dari sepuluh asam amino .
2. Karbohidrat
ASI mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi tertutama karbohidrat berupa laktosa
yang merupakan jenis karbohidrat paling sesuai untuk bayi, karena pada alat pencernaan
bayi terdapat enzim laktosa tersebut dan jumlah relatif jauh lebih tinggi dari pada laktosa
tersebut, an jumlah relatif tinggi dari pada laktosa dalam pencernaan anak.
3. Lemak
Kadar lemak yang terdapat dalam ASI maupun susu sapi umumnya hampir sama,
yang berbeda adalah komposisi lemaknya. Komposisi lemak dalam ASI dapat membantu
meningkatkan nafsu makan bayi dan lebih mudah diserap serta dimanfaatkan oleh tubuh
bayi.
4. Mineral
Zat mineral yag terdapat dalam ASI jauh lebih sedikit dibanding susu sapi. Akan
tetapi mineral seperti seng dan tembaga terdapat dalam jumlah yang besar yang lama
kelamaan akan berkurang. Mineral lain seperti kalsium dan phosfor terdapat dalam jumlah
yang tetap.
Zat besi yang terkandung dalam ASI maupun dalam susu sapi hampir sama, hanya
daya serapnya berbeda. Bayi dapat menyerap lebih banyak zat besi dari ASI.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
65
Vitamin ,mineral dan unsure - unsure renik :
- Vitamin A
Air susu manusia yang sudah masak ( dewasa mengandung 280 internasionalunit (IU)
vitamin A dan colustrum mengandug sejumlah dua kali itu . Susu sapi mengandung hanya
18 IU.
- Vitamin D
Vitamin D larut dalam air danlarut dalam lemak ada didalam air susu manusia.
- Vitamin E
Colustrum manusi kaya akan vitamin E, Fungsi utama adalah untuk mencegah hemolytic
anemia akan tetapi juga membantu melindugi paru –paru dan retina dari cedera akibat
oxida.
- Vitamin K
Diperlukan untuk sintesis faktor –faktor pembekuan darah. Bayi yang diberi Asi
memperoleh vitamin Kdalam jumlah yang lebih banyak.
- Vitamin B complex
Semua vitamin B ada pada tingkat yang diyakini memberikan kepada bayi kebutuhan
harian yang diperlukan
- Vitamin C
Vitamin C sangat penting dalam sintesa collage.ASI mengandung 43 mg/100ml vitamin C
disbanding yang ada dalam susu sapi
- Zat besi
Bayi yang cukup bulan tidak memiliki cadangan zat bsi yang baik dan akan memerlukan
suplentasi zat besi oral.
- Zat sine
Kekurangan zat sine ini bisa berakibat gagalnya penyembuhan dan penutupan luka –luka
kulit tertentu. Meskipunn lebih banyak zat sine dalam susu sapi disbanding dalam air susu
manusia, namun ketersedian bio-nya lebih banyak didalam air susu manusia.
- Mineral lain
ASI memiliki kalsium,fosfor,sodiumdan potassium dalam tingkat yang lebih rendah
disbanding dalam susu sapi.Bayi yang diberi ASI tidak akan meneria pemasukan suatu
muatan garam yang berlebihan dan oleh karena itu tidak mngkin akan memerlukan air
tambahan dibawah kondisi- kondisi umum.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
66
Zat – zat kekebalan yang terdapat dalam ASI :
- Immunoglobulin ( IgC ,IgM , IgA, IgD,IgE )
Melindungi tubuh dari infeksi, dari semua yang paling penting adalah IgAZat ini
melindungi permukaan mukosa terhadap serangan masuknya bakteri pathogenesis serta
entovirus.Zat
ini
memungkinkan
masuknya
kuman
–kuman
E.coli,Salmonela,Shihella,Steptococcus, Staphylococcus, Pneumonococcus,poliovirus, dan
rotavirus.
- Zat anti staphiylococus
Menghambat pertumbuhan staphilococus
- Complemen C3 dan C4
Membuat daya opsenik
- Lysezyme
Menghancurkan dinding sel bakteri, Terdapat dalam ASI dalam konsentrasi 5000 kali
lebih banyak dari susu sapi.
- Laktoperoxidace
Membunuh streptococcus
- Laktoferrin
Membuat terserapnya Zat besi enteric.Mencegah kuman penyakit.
- Sel darah putih
Phagosytesis, membuat C3 dan C4, Laktoferin, S Ig A
Melindungi tubuh terhadap infeksi
- Faktor – Faktor anti alergi
Mukosa usus bayi mudah ditembus oleh protein sebelum bayi berumur 6 –9 bulan sedag
protein didalam susu sapi bisa bekerja sebagai allergen.
- Faktor bifidus
ASI Mendorong pertumbuhan baksil gram positif didalam flora usus , khusunya
lactobacilius bifidus, yang mencegah perkembagbiakan kuman –kuman penyakit. Bayi
yang diberi makan dengan formula susu sapi akan mempunyai baksil gram negatif ( yang
menyebakan potensil didalam flora usus.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
67
C. UPAYA MEMPERBANYAK ASI
ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Selama
kehamilan, terjadilah perubahan pada hormon yang berfungsi mempersiapkan jaringan
kelenjar susu untuk memproduksi ASI.
Faktor – faktor yang meningkatkan dan menghambat refleks oksitoksin :
Yang dapat meningkatkan Pengeluaran ASI :
- Bila melihat bayi
- Memikirkan bayinya dengan perasaan kasihsayang
- Mendengarkan bayinya menangis
- Mencium bayi atau ibu dalam keadaan tenang.
Yang dapat menghambat pengeluaran ASI
- Ibu yang sedang bingung atau pikirannya kacau
- Apabila ibu khawatir atau takut ASI –nya tidak cukup
- Apabila seorang ibu merasa kesakitan, terutama saat menyusui
- Apabila ibu merasa sedih, cemas, marah atau kesal
- Apabila ibu malu menyusui.
Upaya –upaya untuk memperbanyak ASI :
1. Untuk bayi
- Pemberian ASI segera 30 menit setelah melahirkan
- Menyusui bayi setiap 2 jam, siang dan malam hari dengan lama menyusui 10 sampai
15 menit disetiap payudara.
- Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah dan duduklah selama
menyusui
- Pastikan bayi menyusui dengan posisi menempel yang baik dan dengarkan suara
menelan yang aktif.
- Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali menyusui
- Tidurlah bersebelahan dengan bayi
2. Untuk ibu
- Ibu harus meningkatkan istirahat dan banyak minum (6-8 gelas sehari); air matang,
sari buah atau susu, dan hindarilah minum kopi
- Banyak makan-makanan bergizi seperti tahu, tempe, sayuran berwarna hijau dan
buah-buahan. Selain itu baik juga makan telur, ikan, ayam dan daging sapi.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
68
- Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi
setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan.
- Yakinkan bahwa dapat memproduksi susu lebih banyak dengan melakukan hal-hal
tersebut diatas.
Usaha dan Upaya yang dilakukan untuk membantu ibu untuk mencapai
keberhasilan menyusui :
Pada masa Antenatal :
- Menanamkan keyakinan pada diri sendiri akan keberhasilan menyusui
- Pola makan teratur dan nutrisi seimbang
- Melaksanakan pemeriksaan kehamilan secar teratur
- Menjaga kebersihan diri,istirahat cukup
Pada Masa Natal :
- Bersihkan payudara sebelum kelahiran
- Gunakan obat sedapat mungkin tidak mempengaruhi ASI
- Segera Beri Asi setelah lahir
- Jangan berikan makanan / minuman selain ASI
- Jangankan berikan dot / kempengan
- Susui bayi kapan saja / jika payudara terasa penuh
- Gunakan payudara secara bergantian
Pada masa menyusui
- Jangan gunakan obat – obat yang menghambat produksi
ASI
juga gunakan
kontrasepsi yang sesuai
- Menyusui hingga 2 tahun
Selain itu Gizi Seimbang bagi ibu pasca salin dapat meningkatkan produksi ASI :
Dibawah ini gizi ibu hamil yamg seimbang pada ibu pasca salin per harinya :
1.
Nasi /pengganti 5 –6 piring
2.
Lauk hewani 4-5 potong
3.
Lauk nabati 3- 4 potong
4.
Sayuran 2-3 mangkok
5.
Buah –buahan 3 potong
6.
Baik sekali ditambah 1 gelas susu
7.
minum seikinya 3 liter air setiap hari (12 gelas)
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
69
8.
Tablet tambah darah (TTD)
9.
Minumkapsul vitaminA Cukup satukali pasca salin
10. Garam beryodium dalam masakan sehari – hari ( minum 1 kapsul minyak beryodium
untuk ibu yang tinggal di kecamatan endemis gondok sedang dan berat .
Pijat bayi meningkatkan produksi ASI
Pada penelitian Cyntia Marsman, bila bayi dipijat terutama oleh ayah atau ibu
ternyata akan menyebabkan produksi ASI perah menjadi lebih banyak. Jadi dengan
meningkatkan volume ASI perah, pijat bayi juga dapat meningkatkan periode pemberian
ASI eksklusif oleh ibu - ibu karyawati
D. TANDA BAYI CUKUP ASI
 Bayi B.A.K minimal 6 kali per hari dan warna urine jernih atau kekuningan
 Bayi sering B.A.B kuning dan tampak seperti “berbiji”
 Bayi tampak puas, dengan saat-saat lapar, tenang dan mengantuk (bukan hal yang baik
bila bayi tidu terus)
 Bayi menyusu paling sedikit 10 kali dalam 24 jam
 Payudara ibu terasa kosong dan lunak setelah menyusui
 Ibu dapat merasakan turunnya ASI ketika bayi pertama kali menyusui
 Ibu dapat mendengar bunyi menelan ketika bayi menelan ASI
 Berat bayi naik.
E. ASI EKSKLUSIF
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur
nol sampai enam bulan.
Rulina menegaskan bahwa ASI eksklusif adalah makanan terbaik yang harus
diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang
dibutuhkan oleh bayi.
"Tidak ada yang bisa menggantikan ASI karena ASI didesain khusus untuk bayi,
sedangkan susu sapi komposisinya sangat berbeda sehingga tidak bisa saling
menggantikan," jelasnya.
Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia berlandaskan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
70
7 April 2004. Ini juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA.2001). Di
situ dikatakan, untuk mencapai pertumbuhan perkembangan dan kesehatan optimal, bayi
harus diberi ASI eksklasif selama 6 bulan pertama, selanjutnya untuk kecukupan nutrisi
bayi harus mulai diberi makan pendamping ASI cukup dan aman dengan pemberian ASI
dilanjutkan sampai usia 2 tahun atau lebih.
ASI merupakan santapan pertama dan utama bagi bayi baru lahir serta terbaik dan
alamiah, mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi yang optimal. Permasalahan dalam pemberian ASI eksklusif adalah
masih rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI. Kebiasaan
memberi makanan/minuman secara dini dari sebagian masyarakat juga memberi pemicu
dari kurang berhasilnya pemberian ASI eksklusif.
Memberikan ASI eksklusif terutama sangat dianjurkan untuk bayi2 yang dilahirkan
dengan cara caesar. Bayi "caesar" mengalami intensitas kesakitan yang sangat tinggi
dibandingkan dengan bayi lahir normal yang sudah mengalami exercise dalam proses
kelahiran sebelum khirnya muncul ke dunia dan beradaptasi dengan dunia luar. Dengan
memberikan ASI, maka dapat membantu mencegah infeksi dan mengurangi rasa akit
yang diderita bayi.
ASI eksklusif enam bulan
Menyusui adalah suatu proses yang terjadi secara alami. Jadi, jarang sekali ada ibu
yang gagal atau tidak mampu menyusui bayinya. Meskipun demikian, menyusui juga
perlu dipelajari, terutama oleh ibu yang baru pertama kali memiliki anak agar tahu cara
menyusui yang benar.
Kendati prosesnya alami, kemampuan ibu memberi ASI tidak datang tiba-tiba. Ada
serangkaian proses yang turut memberi andil dalam kelancaran pemberian ASI, mulai dari
persiapan fisik sampai batin calon ibu. Makin dini bayi disusui, maka kian cepat dan
lancar proses menyusui si kecil.
Kualitas dan kuantitas produksi ASI juga perlu dijaga agar perkembangan fisik dan
mental bayi bisa optimal. Caranya antara lain dengan mengonsumsi makanan bergizi,
terutama sayuran, minum cairan, cukup beristirahat dan sering menyusui, serta memijat
payudara. Jika jarang disusukan, produksi ASI dikhawatirkan akan menurun.
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
merekomendasikan agar bayi baru lahir mendapat ASI eksklusif (tanpa tambahan apa-apa)
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
71
selama enam bulan. Sebab, menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia DKI Jakarta
(IDAI Jaya) dr Badriul Hegar SpA (K), ASI adalah nutrisi alamiah terbaik bagi bayi
dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal.
Tidak ada jadwal khusus yang bisa diterapkan untuk pemberian ASI pada bayi. Jadi,
ibu harus siap setiap saat bayi membutuhkan ASI. Akibatnya, jika ibu diharuskan kembali
bekerja penuh di luar rumah sebelum bayi berusia enam bulan, pemberian ASI eksklusif
ini tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Maka, Akida M Widad, Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Universitas
Muhammadiyah Surakarta dalam artikelnya menuturkan, sejumlah negara memberikan
kelonggaran kepada ibu hamil dan melahirkan. Di Inggris ibu yang hamil dan melahirkan
bisa mendapatkan cuti 40 minggu. Di Denmark, ibu mendapat cuti empat atau delapan
minggu sebelum melahirkan dan 14 minggu sesudah melahirkan ditambah 10 minggu cuti
untuk merawat bayi.
Di Indonesia, sesuai kebijakan pemerintah, sebagian besar perusahaan menerapkan
kebijakan pemberian cuti melahirkan hanya tiga bulan. Karena itu, kendati kampanye
nasional pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dicanangkan, kenyataannya hal itu
sulit dilakukan bagi ibu yang bekerja di luar rumah. Kondisi fisik dan mental yang lelah
setelah bekerja sepanjang hari telah menghambat kelancaran produksi ASI.
Kendati demikian, hal itu tidak berarti kesempatan ibu yang bekerja untuk eksklusif
kepada bayinya hilang sama sekali. Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian
ASI eksklusif bagi sang buah hati. Selain diberikan secara langsung, yakni dengan
menyusui si kecil, ASI juga dapat diberikan secara tidak langsung dengan cara
memberikan ASI perah.
F. CARA MERAWAT PAYUDARA
 Ajarkan ibu untuk menjaga kebersihan payudara terutama putting susu, menggunakan
BH yang menyokong payudara
 Ajarkan posisi menyusui yang benar karena posisi yang salah dapat menyebabkan lecet
dan melelahkan baik ibu maupun bayi.
 Apabila putting susu lecet ketika menyusui oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari
putting susu yang tidak lecet
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
72
 Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan menggunakan sendok
 Untuk menghilangkan nyeri dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam
 Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan:
a. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit
b. Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk mengurut
payudara dengan arah “Z” menuju putting.
c. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu menjadi
lunak
d. Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat mengisap seluruh ASI
keluarkan dengan tangan
e. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
f. Payudara dikeringkan
G. Menjelaskan cara menyusui yang baik dan benar
1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada putting dan
sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga
kelembaban putting susu.
2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
 Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi
yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) pada punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi
 Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan
telapak tangan)
 Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu didepan
 Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara 9tidak hanya
membelokkan kepala bayi)
 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
 Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah, jangan
menekan putting susu atau kalang payudaranya saja.
4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
73
 Menyentuh pipi dengan putting susu atau
 Menyentuh sisi mulut bayi
5. Setelah bayi mebuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan kepayudara ibu dan
putting serta kalang payudara dimasukkan kemulut bayi:
a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk kedalam mulut bayi,
sehingga putting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan
ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah kalang payudara.
Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap pada putting susu saja, akan
mengakibatkan masukkan ASI yang tidak adekuat dan putting susu lecet.
b. Setelah bayi mulai mengisap payudara tidak perlu dipegang atau disanga lagi.
Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet,
ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan
menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, dapat dilihat:
- Bayi tampak tenang
- Badan bayi menempel pada perut ibu
- Mulut bayi terbuka lebar
- Dagu menempel pada payudara ibu
- Sebagian besar kalang payudara masuk kedalam mulut bayi
- Bayi tampak mengisap kuat dengan irama perlahan
- Putting susu ibu tidak terasa nyeri
- Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
- Kepala tidak menengadah
6. Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti diganti
dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi:
- jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau
- dagu bayi ditekan kebawah
7. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu
dan sekitar kalang payudara; biarkan kering dengan sendirinya.
8. Menyendawakan bayi.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
74
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak
muntah (gumoh-jawa) setelah menyusui.
Cara menyendawakan bayi adalah:
- Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggungnya
ditepuk perlahan-lahan
- Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
H. MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI
a. Payudara bengkak (Engorgement)
Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkn, payudara sering terasa
lebih penuh atau tegang serta nyeri. Keadaan seperti ini disebut engorgement (payudara
bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis di vena atau pembuluh darah bening. Hal ini
semua merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Apabila dalam keadaan
tersebut ibu menghindari menyusu karena alasan nyeri kemudian memberikan prelacteal
feeding pada bayi, keadaan tersebut akan berlanjut.
Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI tetap
berlangsung sementara bayi tidak disusukan; dengan demikian tidak terjadi perangsangan
pada putting susu sehingga refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan.
Akhirnya ASI yang disekresi menumpuk dalam payudara, akibatnya aerola lebih
menonjol, putting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi apabila disusukan. Bila
keadan sudah sampai demikian, kulit pada payudara nampak lebih merah mengkilat, ibu
merasa demam seperti influenza, payudara terasa nyeri sekali.
Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan
antara lain sebagai berikut:
1. Susukan bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan
2. Susukan bayi tanpa jadwal (on demand)
3. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4. Laksanakan perawatan payudara pascapersalinan secara teratur
5. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga
putting lebih mudah ditangkap/dihisap oleh bayi
6. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
7. Untuk memudahkan bayi mengisap ( menangkap) putting susu berikan kompres
sebelum menyusui.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
75
8. Untuk mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di vena dan
pembuluh getah bening dalam payudara, lakukanlah pengurutan (masase) payudara
yang dimulai dari putting susu kearah korpus mamae.
b. Kelainan putting susu
Kebanyakan ibu tidak mempunyai kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian,
kadang-kadang dijumpai juga kelainan anatomis yang menghambat kemudahan bayi
untuk menyusu, misalnya putting susu datar dan putting susu terpendam/ mendalam
Untuk mengetahui kelainan putting, caranya adalah sebagai berikut:
1. Putting susu datar
Apabila aerola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari belakang putting susu,
putting yang normal akan menonjol keluar, tetapi bial tidak, berarti putting datar. Pada
waktu laktasi putting menjadi lebih tegang dan menonjol, karena terangsang oleh bayi
sehingga otot polos putting berkontraksi, meskipun demikian tetap masih sulit untuk
ditangkap (dihisap) oleh mulut bayi.
2. Putting susu mendalam/terpendam dan putting susu tertarik kedalam
Putting susu tampak terpendam atau masuk ke dalam aerola. Putting susu tampak
tertarik sebagian atau seluruhnya. Hal ini karena ada sesuatu dibawahnya yang menarik
putting kedalam, misalnya tumor dan penyempitan saluran susu.
Kelainan putting tersebut diatas seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau
sebelumnya sehingga dapat diperbaiki dengan melakukan gerakan menurut Hoffman
yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari didaerah aerola mamae,
kemudian dilakukan urutan menuju kearah berlawanan. Selama hamil ibu tetap
melakukan perawatan payudara prenatal, secara teratur. Perlu diketahui bahwa tidak
semua kelainan tersebut diatas dapat dikoreksi dengan cara Hoffman. Untuk hal ini, ibu
menyusui dianjurkan mengeluarkan ASI-nya dengan manual/pompa kemudian
diberikan dengan sendok/gelas/pipet.
3. Putting susu nyeri (Sore Nipple) dan putting susu lecet (Cracked Nipple)
Masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui adalah putting susu nyeri (sore
nipple). Hal ini terjadi karena posisi bayi saat menyusu salah, yaitu bahwa putting tidak
masuk kedalam mulut bayi sampai pada aerola sehingga bayi mengisap pada putting
susu saja. Dengan demikian hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu
kan menimbulkan rasa nyeri waktu dihisap, meskipun kulitnya masih utuh. Sebab lain
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
76
yang dapat menimbulkan putting nyeri adalah karena penggunaan sabun, lotion, cream,
alcohol dan lain-lain untuk membersihkan putting susu sehingga terjadi iritasi. Keadaan
ini juga dapat terjadi pada bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek
sehingga menyebabkan bayi sulit mengisap sampai aerola dan isapan hanya pada
puttingnya saja. Rasa nyeri ini juga dapat timbul bila meghentikan menyusu (mengisap)
kurang
hati-hati.
Putting
susu
nyeri
biasanya
dapat
disembuhkan
setelah
memperhatikan teknik menyusui yang benar, khususnya letak putting susu dalam mulut
bayi yaitu:
i.
Bibir bayi menutup aerola sehingga tidak tampak dari laur.
ii.
Putting diatas lidah bayi
iii.
Aerola diantara gusi atas dan bawah
Dengan demikian waktu diisap putting ibu tidak terasa sakit.
Untuk menghindari putting susu nyeri atu lecet/luka, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut.
a. Tidak membersihkan putting susu dengan sabun, alcohol, lotion, cream dan obatobatan iritan lainnya.
b. Sebaiknya selesai menyuukan untuk mlepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu bayi
atau pijat hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.
c. Ibu dianjurkan tetap menyusu bayinya mulai dari putting yang tidak sakit serta
menghindari tekanan local pada putting dengan cara merubah-rubah posisi
menyusui. Untuk putting susu yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan
lamanya menyusui. Untuk menghindari payudara bengkak, ASI dikeluarkan
dengan manual kemudian diberikan dengan sendok, gelas atau pipet.
c.
Saluran susu tersumbat (Obstructive Duct)
Suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih susu yang disebabkan
oleh tekanan jari waktu menyusui atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga
dapat terjadi karena komplikasi payudara bengkak berlanjut yang mengakibatkan
kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan
sumbatan. Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai
benjolan yang lunak pada perabaannya.
Untuk mencegah dan mengatasi hal ini, ibu dianjurkan untuk melaksanakan
perawatan payudara post-natal secara teratur agar tidak terjadi statis dalam payudara
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
77
yang mengakibatkan terjadinya radang payudara (mastitis). Ibu perlu dianjurkan untuk
mengenakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara. Ibu
juga dianjurkan megeluarka ASI dengan manual atau pompa setiap kali selesai menyusui
bila payudara masih terasa penuh. Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada
payudara dapat diberikan kompres hangat diberikan sebelum menyusui dengan tujuan
mempermudah bayi mengisap putting susu dan kompres dingin diberikan sesudah bayi
menyusu untuk mengurangi rasa sakit/bengkak.
d. Radang payudara (Mastitis)
Radang payudara adalah infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik pada ibu seperti
demam. Hal ini biasanya terjadi pada 1-3 minggu setelah melahirkan dan sebagai
komplikasi saluran susu tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan putting susu
lecet/luka. Gejala-gejala yang biasa diamati pada radang payudara: kulit nampak lebih
merah, payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol/merongkol
Untuk mengatasi hal tersebut diatas, ibu perlu dianjurkan agar tetap menyusui bayinya
supaya tidak terjadi statis dalam payudara yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi
abses. Ibu perlu mendapatkan pengobatan (antibiotic dan analgesic) serta banyak minum
dan istirahat untuk megurangi reaksi sistemik/ demam. Bilamana mungkin ibu dianjurkan
melaksanakan senam laktasi, yaitu menggerakkan lengan secara berputar sehingga
persendian bahu ikut bergerak kearah yang sama. Gerakan demikian ini akan membantu
memperlancar peredaran darah dan linfe didaerah payudara sehingga statis dapat
dihindarkan yang berarti megurangi terjadinya abses payudara
e. Abses payudara
Kelanjutan atau komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini
disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut dan menyebabkan ibu
tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan sekeras seperti
pada radang payudara, tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila payudara
seperti ini, perlu segera dirujuk kedokter ahli yang membidangi agar mendapat tindakan
medis yang lebih cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi dan drainase,
pemberian antibiotika dosis tinggi dan analgesic.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
78
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan menyusui untuk
beberapa hari/sementara pada payudara yang sakit dan setelah sembuh dapat disusukan
kembali. Akan tetapi, bayi tetap menyusui tanpa dijadwal pada payudarara yang sehat.
f. Air susu ibu kurang
Masih banyak ibu mengira bahwa mereka tidak mempuyai cukup banyak ASI untuk
bayinya, sehingga keinginan untuk menambah susu formula atau makanan tambahan
sangat besar. Dengan demikian kuat apabila bayi sering menangis, ingin selalu menyusu
pada ibunya, dan payudara terara kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancer.
Menilai kecukupan ASI bukan dari hal tersebut diatas tetapi terutama dari kenaikan
berat badan bayi. Apabila kecukupan gizi, cara menyusui benar, secara psikologis percaya
diri akan kemauan dan kemampuan untuk menyusui bayinya serta tidak ada kelainan
payudara, maka 4-6 bulan pertama usia bayi akan terjadi kenaikan berat badan yang baik.
g. Bayi bingung putting
Istilah binggung putting dipakai untuk mengartikan keadaan bayi yang mengalami
nipple confusion karena diberi susu formula dalam botol bargantian dengan menyusu
pada ibu. Mekanisme menyusu dan minum dari botol. Pada saat menyusu bayi
mempergunakan otot-otot pipi, gusi, langit-langit/palatum durum dan lidah untuk menarik
dan mengurut putting susu aerolanya untuk membentuk sustu “dot”, kemudian ditekan
gusi oleh atas dan bawah sehingga sinus laktiferus tertekan dan keluarlah ASI. Selanjutnya
dengan gerakan berirama ASI diisap dan ditelan.
Tidak demikian halnya dengan bayi yang mendapat minuman dari botil sebab dot
mempunyai lubang dan tanpa berusaha keras bayi dapat menelan PASI karena susu dapat
terus keluar tanpa diisap. Oleh sebab itu, bayi yang telah terbiasa minum botol,
sulit/enggan menyusu ibunya.
Ibu yang menggunakan botol dan dot, biasanya beralasan produksi ASI-nya
berkurang atau ibu sakit, misalnya payudaranya bengkak, putting susu nyeri atau luka dan
sebagainya.
Tanda-tanda bingung putting adalah sebagai berikut:

Bayi mengisap putting seperti mengisap dot

Waktu menyusui cara mengisapnya terputus-putus/sebentar-sebantar

Bayi menolak menyusu di ibunya
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
79
Untuk mencegah terjadinya bingung putting adalah sbb:
 Ibu harus mengusahakan agar bayi hanya menyusu ibu saja
 Cara menyusui yang benar
 Menyusu lebih sering dan lebih lama tak terjadwal (on demand)
 Perlu lebih bersabar dan lebih teliti/telaten waktu menyusui
 Ibu melaksanakan perawatan payudara post natal, secara sistematis dan teratur
h. Bayi enggan menyusu
Bayi enggan menyusu perlu mendapat perhatian secara teliti dan khusus terutama
terhadap bayi dengan muntah, diare, mengantuk, kuning dan kejang-kejang. Bayi-bayi
tersebut diatas bila dianggap perlu dirujuk ke dokter ahli agar mendapat tindakan medis
secara cepat dan tepat.
Penyebab bayi enggan menyusu lainnya, adalah sebagai berikut:
 Hidung tertutup lender/ingus, karena pilek sehingga sulit untuk megisap/bernafas.
 Bayi dengan sariawan/moniliasis, nyeri untuk mengisap
 Terlambat dimulainya meyusu waktu dirumah sakit, karena tidak dirawat gabung
 Ditinggalkan lama karena ibu sakit atau bekerja
 Bayi dengan bingung putting karena disamping menyusui bayi diberi minuman
dengan dot atau botol
 Bayi dengan prelacteal feeding atau mendapat makanan tambahan terlalu dini
 Teknik menyusui yang salah
 ASI kurang lancer atau terlalu deras/memancar
 Bayi dengan frenulum linguae (tali lidah) pendek/short tongue tie
Penanggulangan bayi enggan menyusu dapat dilakukan sebagai berikut:
 Apabila bayi pilek, ibu diajarkan cara membersihkan lubang hidung
 Bila mulut bayi sakit sariawan/moniliasis berikan pengobatan
 Beri lebih banyak kesempatan kepada ibu untuk merawat bayinya sendiri agar lebih
mengenal sifat/cirinya.
 Teknik menyusui yang benar
 Tidak memberi prelacteal feeding/makanan tambahan terlalu dini
 Apabila ASI memancar/terlalu deras, keluarkan ASI sedikit sebelum menyusui, baru
kemudian bayi disusukan bayi disusukan dengan posisi tegak/berdiri
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
80
 Bila ASI kurang lancar, menyusui lebih sering dan lebih lama (on demand) serta pada
waktu menyusui posisi kepala bayi lebih didekatkan pada payudara, tangan ibu
menahan kepala bayi agar tetap pada posisinya. Dengan demikian ASI akan dapat
keluar lebih sempurna
 Tindakan operatif pada frenulum linguae yang pendek.
i. Bayi sering menangis
Menangis merupakan cara bayi berkomunikasi sehingga apabila seorang bayi
menangis pasti ada sebabnya dan perlu ditolong. Oleh karena itu perlu dicari sebabnya
dengan sabar, teliti dan cermat agar dapat diambil suatu tindakan yang cepat dan tepat.
Untuk hal itu perlu meneliti terlebi dahulu penyebabnya yang mungkin sekali disebabkan
antara lain karena lapar, takut, kesepian, bosan, popok basah/kotor atau sakit.
80 % dari penyebab tersebut diatas dapat ditanggulangi dengan cara menyusukan bayi
dengan teknik menyusu yang benar, maka tanggis bayi dapat dihentikan. Terkecuali bila
bayi itu sakit, perlu mendapat penanganan tersendiri. Misalnya bayi perlu dirujuk kedokter
ahli.
j. Bayi Berat Lahir rendah
Istilah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dipakai untuk meggolongkan semua bayi
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan umur kehamilan.
Hal-hal yang sering ditemui pada BBLR
1.
Refleks mengisap/menelan lemah bahkan kadang-kadang tidak ada
2.
Bayi cepat lelah
3.
Waktu meyusu sering terdesak, malas mengisap, dll
Telah diakui bahwa minuman yang terbaik untuk bayi tersebut adalah ASI. Namun
kebutuhan gizi dan cara pemberiannya berbeda. Karena kemampuan mengisap dan
menelan serta mencerna juga tidak sama, biasanya bayi ini membutuhkan gizi lebih
banyak dan volume cairan relative lebih besar sehingga minuman perlu diberikan dalam
jumlah sedikit dengan frekuensi lebih sering. Khususnya terhadapp bayi premature yang
dilahirkan sebelum 33 minggu, yang refleks mengisap dan menelan lemah atau tidak sama
sekali.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
81
ASI cenderung diberikan melalui sonde lambung atau tetes untuk menghindari
peregangan lambung yang mendadak (karena cairan yang banyak) yang akan mengganggu
fungsi organ lain
Untuk menangani masalah menyusui pada BBLR perlu diperhatikan hal-hal sbb:
1. Perlu memberi dukungan dan dorongan semangat agar ibu mau dan mampu menyusui
bayinya
2. WAktu menyusui bayi selalu dalam keadaan hangat
3. Waktu menyusui sebaiknya singkat ( 2-3 menit), tetapi sering (1-2 jam) atau ASI
diberikan dalam jumlah sedikit, tetapi sering
4. Ibu dianjurkan untuk melaksanakan perawatan payudara postnatal secara sistematis
dan teratur
5. Kepala bayi harus ditahan supaya tetap menempel pada payudara, posisi yang timbul
sebaiknya posisi memegang bola
6. Waktu menyusui, menahan dibawah dagu akan merangsang bayi untuk megisap
7. Sebelum bayi disusui sudah dilakukan pengurutan supaya ASI telah mengalir
8. Kalau perlu, bayi dapat dibantu dengan lactaid untuk melatih belajar mengisap dan
menelan.
k. Bayi kembar
Ibu yang hamil atau beru melahirkan bayi kembar perlu diyakinkan bahwa ibu akan
mampu memprodusi ASI bagi anak kembarnya. Produksi ASI akan lebih banyak karena
rangsangan atau isapan oleh bayi kembar lebih sering. Bila salah seorang bayi kembar
terpaksa harus ditinggalkan dirumah sakit, ibu dapat menyusui yang satu dan memompa
ASI untuk yang lain. Biasanya salah satu bayi lebih kuat mengisap dari yang lain,
sehingga sebaiknya jangan ditentukan satu payudara untuk masing-masing, tetapi
keduanya menetek dari payudara secara bergantian supaya rangsangan kedua payudara
sama. Bayi dapat disusui bersama atau bergantian. Bila bersama ibu dapat mengambil
posisi “memegang bola”, posisi kombinasi atau posisi biasa.
Posisi memegang bola dalah emegang kepala bayi dengan salah satu tangan, seluruh
badannya berada dilengan ibu, kedua kaki menghadap kearah punggung ibu. Posisi
demikian dapat dipakai untuk menyusui dua bayi kembar bersama pada waktu yang sama.
Posisi kombinasi yaitu salah satu bayi disusui dengan posisi dengan posisi biasa,
sedang bayi kembar lain dengan posisi memegang bola. Posisi biasa sebaiknya diberikan
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
82
dengan cara bayi dipangku, kepala atau tengkuk berada disiku ibu bagian dalam, lengan
menopang punggung dan tangan memgang pantat.
Yang perlu diperhatikan dalam posisi ini bahwa perut bayi hendaknya berhadapan
dengan perut ibu, kepala/muka bayi menghadap payudara, aerola tidak nampak, dagu lebih
mendekat payudara dan bila diisap tidak sakit.
Bagi ibu yang terpaksa menyusui bayinya secara bergantian, mulailah lebih dahulu
dengan menyusui bayi yang lebih kecil. Untuk ibu dengan bayi kembar, karena menyusui
dua bayi, sangat dianjurkan untuk mencukupi kebutuhan gizinya, agar produksi cukup
serta status gizi ibu terpelihara baik.
l. Bayi sumbing
Banyak orang mengira bahwa bayi sumbing tidak mungkin dapat menyusu. Pendapat
ini tidak benar, karena pada bayi dengan sumbing langit-langit lembek/palatum mole, bayi
dapat menyusu tanpa kesulitan, yaitu dengan memberikan posisi tegak/berdiri agar ASI
tidak masuk kedalam hidung bayi. Apabila sumbing itu hanya pada bibir atas saja maka
bayi dapat menyusui sambil ibu menutup sumbing tersebut dengan jarinya agar bayi dapat
mengisap dengan sempurna. Hal ini dapat dimaklumi karena mekanisme menyusui tidak
terganggu, asalkan teknik menyusui dilaksanakan dengan baik dan benar. Yang paling
sulit bilamana sumbing itu ganda, yaitu sumbing pada langit-langit keras/palatum durum
dan bibir, sehingga bayi sulit untuk mengisap/menangkap putting susu dengan sempurna.
Untuk bayi yang demikian ibu dapat mengeluarkan ASI dengan manual/pompa
kemudian diberikan dengan sendok/pipet atau botol dan dot. Apabila digunakan botol dan
dot, maka ukuran dot harus lebih panjang dari pada dot biasa yaitu dot yang mempunyai
bentuk seperti putting susu sapi atau kambing. Apabila sulit untuk mendapatkan dot
tersebut dapat digunakan dua dot yang dipasang dan disambung menjadi satu sehingga
ukurannya lebih panjang. Dengan demikian, ASI dapat masuk lebih sempurna.
Perlu diketahui bahwa untuk menyusukan bayi-bayi tersebut diperlukan waktu yang
lebih lama dan dibutuhkan lebih banyak kesabaran serta ketelitian. Oleh sebab itu
diperlukan dukungan dan dorongan semangat dari keluarga dan petugas kesehatan agar
bayi sumbingpun mendapat haknya untuk menikmati air susu dari ibunya.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
83
m. Icterus pada neonatus
Icterus pada neonatus dapat bersifat fisiologis, tetapi dapat juga patologis. Icterus
yang fisiologis tidak berbahaya bagi ibu. Biasanya terjadi pada sekitar hari ketiga/keempat
sesudah kelahiran. Keadaan tersebut dapat membaik saat bayi berusia kira-kira 7-10 hari.
Kekuningan ini disebabkan pada minggu terakhir masa kehamilan janin membentuk
eritrosit ekstra banyak untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Setelah bayi lahir, bayi dapat
menghirup udara segar dengan bebas sehingga kebutuhan oksigen dapat terpenuhi,
sementara eritrosit yang berlebihan rusak. Kekuningan yang terjadi pada bayi ini dapat
disebabkan oleh karena kerusakan mendadak yang berlebihan dari eritrosit atau bisa juga
karena hepar bayi belum dapat berfungsi normal untuk menetralisir eritrosit yang rusak
dan menghasilkan bilirubin yang merupakan pigmen kuning, akibatnya bayi nampak
kekuningan.
Icterus patologis terjadi pada 24 jam pertama stelah bayi dilahirkan. Hal itu dapat
terjadi karena suatu infeksi atau karena intoksikasi obat. Misalnya preparat sulfa yang
diberikan kepada ibu.
Pada icterus yang terjadi dini salah satu tindakan yang dikerjakan adalah memberi
terapi sinar (photo therapy). Dengan cara ini energi sinar yang diberikan kepada bayi akan
merubah senyawa bilirubin tersebut menjadi senyawa yang mudah larut dala air untuk
diekskresi.
Icterus karena air susu ibu biasanya terjadi pada usia bayi 4 hari atau lebih. Hal ini
dapat berlangsung lama. Kekuningan yang terjadi pda bayi ini disebabkan oleh suatu
hormone pregnane 3 alpha 20 beta diol yang terkandung didalam air susu ibu yang
kerjanya akan menghambat konjugasi bilirubin. Hingga bilirubin tidak bisa diekskresi.
Pada icterus karena air susu ibu, bayi tetap sehat, tetapi perlu tetap dipantau kadar
bilirubin darahnya. Air susu ibu tetap dapat diberikan apabila:
i.
Kadar bilirubin darah bayi kurang atau sama dengan 15 miligram/100 cc dalam
minggu pertama,
ii.
Kadar bilirubin darah bayi kurang atau sama dengan 18 miligram/100 cc dalam
minggu kedua
iii.
Kadar bilirubin darah bayi kurang atau sama dengan 20 miligram/100 cc dalam
minggu-minggu selanjutnya.
Bila kadar bilirubin lebih dari yang tersebut diatas, pemberian ASI kepada bayi
dihentikan untuk sementara (24-36 jam). Dengan cara begitu, kadar bilirubin darah bayi
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
84
akan segera turun. Kemudian bayi dapat disusukan kembali. Pemantauan seperti itu uterus
terus dikerjakan sampai keadaan membaik. Selama menyusui dihentikan, ASI tetap
dikeluarkan dengan manual pompa untuk mempertahankan produksinya.
Kadar bilirubin yang tinggi pada bayi dengan icterus mempunyai dampak negative
terhadap otak, terutama pada bayi dengan berat badan lahi rendah. Tetapi pebgaruh
tersebut sangat berkurang pada usia lepas 6 hari.
n. Laktasi pada persalinan dengan seksio sesarea
Pada beberapa keadaan persalinan kadang-kadang perlu tindakan seksio sesarea.
Misalnya panggul sempit, plasenta previa, dan perdarahan lainnya. Persalinan cara ini
dapat menimbulkan masalah dalam laktasi baik terhadap ibu maupun terhadap anak.
Ibu yang mengalami tindakan seksio sesarea tidak mungkin segera dapat menyusui
bayinya, karena ibu belum sadar akibat pembiusan. Apabila keadaan ibu mulai membaik
(sadar), penyusunan dini dapat segera dimulai dengan bantuan tenaga perawat.
Bayipun mengalami akibat yang serupa dengan ibu apabila tindakan seksio sesarea
tersebut dengan anestesi umum, karena narkose yang diterima ibu dapat sampai ke bayi
melalui plasenta hingga bila disusukan disamping masi lemah akibat narkose juga akan
mendapat tambahan narkose yang terkandung didalam ASI, sementara ibu masih belum
sadar. Apabila ibu dan anak sudah membaik, dapat dilakukan rawat gabung.
Posisi menyusui yang dianjurkan pada ibu sbb:
1. Ibu dapat dalam posisi berbaring miring dengan bahu dan kepala yang ditopang
bantal, sementara bayi disusukan dengan kakinya kerah keala ibu, seperti terliht pada
gambar
2. Apabila ibu sudah dapat duduk, bayi dapat ditidurkan dibantal diatas pangkuan ibu
dengan posisi kaki bayi mengarah kebelakang ibu dibawah lengan ibu.
o. Laktasi pada ibu bekerja
Bagi ibu yang bekerja diluar rumah pada masa laktasi, meyusui merupakan maslah
tersendiri karena harus meninggalkan rumah selama berjam-jam kerja. Oleh karena itu
untuk kelompok ibu-ibu ini petugas kesehatan perlu memberi bimbingan serta
menjelaskan keuntungan pemberian ASI sebanyak-banyaknya bagi bayi. Bimbingan
tersebut adalah berupa nasihat bagi ibu megenai bagaiman apelaksanaan pemberian ASI
agar selama ibu masih dalam cuti bayi mendapat kesempatan memperoleh ASI sebanyakVisi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
85
banyaknya.demikian juga, sewaktu ibu sudah mulai kerja kembali dinasehatkan agar
selama ibu dirumah diberi kesempatan menyusu ibu saja. Sebelum berangkat bekerja ibu
harus menyusui bayinya dengan kedua payudara dan segera datang dirumah dianjrkan
untuk segera menyusui.
Kalau kesempatan memungkinkan, pada jam-jam bekerja ibu dianjurkan untuk
menyusui bayinya, hal ini hanya mungkin apabila fasilitas penitipan bayi dilingkungan
tempat ibu bekerja.
Apabila terpaksa meninggalkan bayinya dirumah, selama ditempat kerja ibu
dianjurkan mengeluarkan ASI-nya baik dengan tangan maupun dengan pompa. Hal ini
perlu untuk menghindari terjadinya engorgement (pembengkakan payudara). Apabila
fasilitas ditempat kerja ada, yaitu ruang istirahat ibu dilengkapi dengan alat penampung
ASI, pompa air susu ibu yang manual atau elektrik, lemari pendingin dan sebagainya,
maka air susu ibu yang dikeluarkan dianjurkan untuk disimpan dilemari pendingin yang
dapat diberikan pada bayi bila kesempatan memungkinkan, misanya dikirim ke rumah
untuk disusukan kepada bayinya.
III. KESIMPULAN
ASI sangat baik untuk bayi apalagi dengan adanya ASI ekslusif diharapkan bayi tersebut
mendapatkan nutrisi serta zat-zat anti bodi yang dibutuhkan dengan baik. Bidan mempunyai
peranan yang sangat istimewa didalam penatalaksanaan pemberian ASI. Sebagian besar
aspek penatalaksanaan kebidanan dari pemberian ASI adalah didasarkan pada pemahaman
atas perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi dalam wanita yang sedang berlaktasi
postpartum.
Peraturan Pemerintah (PP) no 33 tahun 2012 yang telah diputuskan tanggal 1 Maret 2012
berisi tentang Pemberian ASI eksklusif. Tujuan diterbitkannya PP ini adalah untuk menjamin
pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan sumber makanan terbaik sejak dilahirkan sampai
berusia 6 bulan, disamping itu kebijakan ini juga untuk melindungi ibu dalam memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya.
IV. LATIHAN
1. Jelaskan manfaat pemberian ASI.
2. Sebutkan Komposisi gizi dalam ASI.
3. Jelaskan upaya memperbanyak ASI.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
86
4. Sebutkan tanda bayi cukup ASI.
V. BUKU SUMBER
1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
2. Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC.
3. Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes
4. Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
5. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta.
6. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
7. Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett
Publisher.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
87
BAB VIII
DETEKSI DINI KOMPLIKASI MASA NIFAS DAN PENANGANANNYA
I. PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT
Komplikasi pada masa nifas dapat terjadi pada setiap ibu. Hal ini dapat dideteksi dengan
melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif. Sebagai seorang bidan, Anda dituntut
untuk memahami berbagai macam penyulit dan komplikasi yang dapat terjadi,
mendeteksinya dan melakukan tindakan yang tepat sehubungan dengan komplikasi
tersebut. Materi ini, membantu Anda dalam hal mengidentifikasi komplikasi apa saja
yang harus diwaspadai oleh seorang bidan sehingga masa nifas yang dialami oleh ibu
dapat berlangsung secara normal.
B. TIK
Setelah mengikut perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi:
1. Infeksi nifas
2. Hematoma
3. Hemoragi post partum lambat
4. Subinvolusi
5. Tromboflebitis
6. Sisa plasenta
7. Inversio uteri
8. Masalah psikologis
II. URAIAN MATERI
A. INFEKSI NIFAS
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut infeksi nifas.
Suhu 38°C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2 – 10 post partum dan diukur per oral
sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu tubuh yang
terjadi di dalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak diketemukan sebab –
sebab ekstragenital. Sebagai bidan, Anda harus mengetahui beberapa faktor predisposisi yang
menyebabkan infeksi pada ibu nifas :
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
88
1. Kurang gizi atau malnutrisi
2. Anemia
3. Masalah kebersihan
4. Kelelahan
5. Proses persalinan bermasalah seperti partus lama / macet, korioamnionitis, persalinan
traumatik, Pencegahan Infeksi yang tidak baik, manipulasi intrauteri (ekplorasi uteri dan
manual plasenta)
Beberapa diagnosa demam post partum
G e j a l a dan tanda
yang selalu didapat
Nyeri perut bagian bawah
Lokea yang purulen dan
berbau Uterus tegang dan
subinvolusi
Nyeri perut bagian bawah
Pembesaran perut bagian
bawah Demam yang terus
menerus
Nyeri perut bagian bawah
Bising usus tidak ada
Nyeri payudara dan tegang
Gejala lain yang mungkin
Kemungkinan
didapat
diagnosa
Perdarahan pervaginam, Syok, Metritis (Endometritis/
Peningkatan sel darah putih, Endomiometritis)
terutama polimorfonuklear lekosit
Dengan antibiotic tidak membaik Abses Pelvik
Pembengkakan pada adneksa atau
kavum douglas
Perut yang tegang (rebound
tenderness) Anoreksia / muntah
Payudara yang mengeras dan
Membesar (pada kedua payudara).
Biasanya terjadi antara hari 3 -5
pasca persalinan
Nyeri payudara dan tegang Ada inflamasi yang didahului
/ bengkak
Bendungan
kemerahan
yang
batasnya jelas pada payudara
Biasanya hanya satu payudara
Biasanya terjadi antara 3 -4
minggu pasca persalinan
Payudara yang tegas dan Pembengkakan dengan adanya
padat Kemerahan
Fluktuasi Mengalir nanah
Nyeri pada luka / irisan
Luka / irisan pada perut dan
dan tegang /indurasi
perineal yang mengeras (indurasi)
Keluar pus Kemerahan
Bila terjadi luka yang
mengeras disertai dengan
Pengeluaran cairan serous
atau kemerahan dari luka;
tidak ada / sedikit erithema
dekat luka insisi
Disuria
Nyeri dan tegang pada daerah
pinggang Nyeri suprapubik Uterus
tidak mengeras Menggigil
Peritonitis
Bendungan pada
Payudara
Mastitis
Abses payudara
Selulitis pada luka
(perineal / abdominal)
Abses atau hematoma
pada luka insisi
Infeksi pada traktus
Urinarius
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
89
Demam yang tinggi walau
mendapat antibiotika
Menggigil
Ketegangan pada otot kaku
Komplikasi pada paru, ginjal,
persendian, mata dan jaringan
sub kutan
Thrombosis vena
yang dalam (deep
vena thrombosis)
Thromboflebitis :
- Pelviotromboflebitis
- Femoralis
Sumber : Saifuddin (2007)
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab
terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses
pelvik, peritonitis, syok septik, thrombosis vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvic
yang menahun, dispareunia, penyumbatan tuba dan infertilitas. Penanganan metritis adalah :
(kolaborasi dengan dokter)
1) Berikan transfusi bila dibutuhkan. Berikan Packed Red Cell
2) Berikan antibiotika, spektrum luas, dalam dosis yang tinggi
3) Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis
4) Bika dicurigai sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital /dengan kuret yang lebar)
5) Bila ada pus lakukan drainase (kalau perlu kolpotomi), ibu dalam posisi fowler
6) Bila tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda peritonitis
generalisata lakukan laparotomi dan keluarkan pus. Bila pada evaluasi uterus nekrotik dan
septic, maka dilakukan histerektomi subtotal oleh dokter.
B. MASALAH PAYUDARA
1. Bendungan Payudara
Setiap ibu akan mengalami bendungan atau pembengkakan pada payudara. Hal ini
merupakan kondisi yang alamiah, bukan disebabkan overdistensi dari saluran sistem laktasi.
Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka
mempersiapkan diri untuk laktasi.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
90
Penanganan yang dilakukan bila ibu menyusui
bayinya :
1) Susukan sesering mungkin
2) Kedua payudara disusukan
3) Kompres hangat payudara sebelum disusukan
4) Bantu dengan memijat payudara untuk
permulaan menyusui
5) Sangga payudara
6) Kompres dingin pada payudara diantara waktu
menyusui
7) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg
peroral setiap 4 jam
8) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk
mengevaluasi hasilnya
Bila ibu tidak menyusui :
1) Sangga payudara
2) Kompres dingin pada payudara untuk
mengurangi pembengkakan dan rasa sakit
3) Bika diperlukan berikan parasetamol 500 mg per
oral setiap 4 jam
4) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat
pada payudara.
Gambar. Bendungan ASI
Sumber : ADAM dalam http://
dvdsilat.com/
tag/prolaktin
2. Mastitis
Mastitis adalah infeksi payudara. Mastitis terjadi akibat invasi jaringan payudara oleh
organisme infeksius atau adanya cedera payudara. cedera payudara mungkin disebabkan
memar karena manipulasi yang kasar, pembesaran payudara, stasis air susu ibu dalam duktus,
atau pecahnya atau fisura putting susu. Putting susu yang pecah atau fisura dapat menjadi
jalan masuk terjadinya infeksi S. aureus. Pengolesan beberapa tetes air susu di area putting
pada akhir menyusui dapat mempercepat penyembuhan. Tanda gejala mastitis biasanya tidak
ada sebelum akhir minggu pertama post partum. Nyeri ringan pada salah satu lobus payudara,
yang diperberat jika bayi menyusu dan gejala seperti flu: nyeri otot, sakit kepala dan
keletihan. Mastitis hampir selalu terbatas pada satu payudara.
Tanda dan gejala actual mastitis meliputi :
1. Peningkatan suhu yang cepat dari
(39,5°C sampai 40°C)
2. Peningkatan kecepatan nadi
3. Menggigil
4. Malaise umum, sakit kepala
5. Nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area
payudara keras
6. Payudara tegang / indurasi dan
Sumber : ©Healthwise Incorporated dalam
7. Kemerahan.
http://obatipenyakit.com/obat-penyakit-mastitis/
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
91
Tindakan :
1) Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan sebelum
terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
2) Sangga payudara
3) Kompres dingin
4) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
5) Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus
6) Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
3. Abses Payudara
Mastitis yang tidak ditangani memiliki hampir 10% risiko terbentuknya abses. Tanda dan
gejala abses payudara adalah adanya Discharge putting susu purulenta, munculnya demam
remiten (suhu naik turun) disertai menggigil dan terjadi pembengkakan payudara dan sangat
nyeri; massa besar dan keras dengan area kulit berwarna fluktuasi kemerahan dan kebiruan
mengindikasikan lokasi abses berisi pus. Terdapat massa padat, mengeras di bawah kulit
yang kemerahan.
Penanganan:
1) Diperlukan anestesi umum (ketamin)
2) Insisi radial dari tengah dekat pinggir
areola,
kepinggir
supaya
tidak
memotong saluran ASI
3) Pecahkan kantung pus dengan tissue
forceps atau jari tangan
4) Pasang tampon dan drain
5) Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6
jam selama 10 hari
6) Sangga payudara
7) Kompres dingin
8) Berikan parasetamol 500 mg setiap 4
jam sekali bila diperlukan
9) Ibu didorong tetap memberikan ASI
walau ada pus
10) Lakukan follow up setelah pemberian
pengobatan selama 3 hari
Gambar Abses Payudara
Sumber : http://jurnalbidandiah.blogspot.
com/2012/07/komplikasi-masa-nifasinfeksi- payudara_19.html
C. HEMATOMA
Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah. Bahaya hematoma
adalah kehilanagan sejumlah darah karena hemoragi, anemia dan infeksi. Hematoma terjadi
karena rupture pembuluh darah spontan atau akibat trauma. Penyebab hematoma adalah :
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
92
1) Persalinan operatif
2) Laserasi yang tidak dijahit selama injeksi anesthesia lokal atau pudendus
3) Kegagalan hemostatis lengkap sebelum penjahitan laserasi atau episiotomi
4) Pembuluh darah diatas apeks insisi atau laserasi tidak dibendung atau kegagalan
melakukan jahitan pada titik tersebut
5) Penanganan kasar pada jaringan vagina kapanpun atau pada uterus selama masase.
Tanda – tanda umum hematoma: nyeri ekstrem di luar proporsi ketidaknyaman dan nyeri
yang diperkirakan. Tanda dan gejala hematoma vulva atau vagina adalah :
1) Penekanan yang lama pada perineum, vagina, uretra, kandung kemih atau rectum dan nyeri
hebat
2) Pembengkakan yang tegang dan berdenyut
3) Perubahan warna jaringan Hematoma vulva dapat dengan mudah diidentifikasi. Hematoma
vagina dapat diidentifikasi jika dilakukan inspeksi vagina dan serviks dengan cermat.
Hematoma ukuran – kecil dan sedang mungkin dapat secara spontan diabsorpsi. Jika
hematoma terus membesar, tidak menjadi stabil, bidan harus kolaborasi dengan dokter untuk
perawatan lebih lanjut.
D. HEMORAGI POST PARTUM
1. LAMBAT
Hemoragi post partum lambat (tertunda) adalah hemoragi yang terjadi setelah 24 jam
pertama post partum. Penyebab umumnya :
1) Sub involusi di tempat perlekatan plasenta
2) Fragmen plasenta atau membran janin yang tertinggal
3) Laserasi saluran reproduksi yang sebelumnya tidak terdiagnosis
4) Hematoma
Tanda dan gejalanya meliputi : perdarahan eksternal yang jelas, tanda dan gejala syok serta
anemia. Bidan berkolaborasi dengan dokter konsultan untuk mendiagnosis penyebab dan
terapi yang tepat. Hemoragi yang terjadi selama 24 jam ditangani seperti perdarahan post
partum primer. Langkah pertama adalah mendiagnosis penyebab (atonia uteri atau laserasi).
Penatalaksanaan meliputi penggunaan oksitosin atau methergin untuk
membuat uterus kontraksi atau penjahitan jika perdarahan karena laserasi.
E. SUBINVOLUSI
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
93
Sub involusi terjadi jika proses kontraksi uterus tidak terjadi seperti seharusnya dan
kontraksi ini lama atau berhenti. Proses involusi mungkin dihambat oleh retensi sisa
plasenta, miomata atau infeksi. Retensi sisa plasenta atau membran janin adalah penyebab
yang paling sering terjadi. Sub involusi dapat didiagnosis selama pemeriksaan postpartum.
Riwayat biasanya meliputi periode lokia lebih lama dari periode normal, diikuti leukorea dan
perdarahan banyak yang tidak teratur. Pemeriksaan panggul akan menunjukkan uterus lunak
yang lebih besar dari ukuran normal sesuai minggu pascapartum saat wanita diperiksa. Sub
involusi awal pada masa puerperium menunjukkan uterus lunak, tidak bergerak, tidak
berkurang ukurannya dan tinggi fundus
tidak berubah, bukan menurun. Lokia banyak dan berwarna merah terang sampai coklat
kemerahan. Kultur lokia harus diambil untuk menyingkirkan adanya endometritis. Pada
kunjungan minggu keempat hingga keenam postpartum, tidak perlu dipertimbangkan adanya
infeksi kecuali terdapat nyeri tekan atau nyeri pada adneksa atau saat pergerakan uterus.
Sub involusi diterapi dengan ergonovin (ergotrate) atau metilergonovin (methergin) 0,2 mg
per oral setiap 4 jam selama 3 hari; ibu dievaluasi kembali dalam 2 minggu. Jika ibu juga
menderita endometritis, bidan menambahkan resep antibiotik spektrum luas.
F. TROMBOFLEBITIS
Tromboflebitis pascapartum lebih umum terjadi pada wanita penderita varikositis atau
yang mungkin secara genetik rentan terhadap relaksasi dinding vena dan stasis vena.
Kehamilan menyebabkan stasis vena dengan sifat relaksasi dinding vena akibat efek
progesterone dan tekanan pada vena oleh uterus. Kompresi vena selama posisi persalinan
dapat berperan juga. Trombofelbitis superficial ditandai dengan nyeri tungkai, hangat
terlokalisasi, nyeri tekan atau inflamasi pada sisi tersebut dan palpasi adanya simpulan atau
teraba pembuluh darah. Tromboflebitis vena profunda ditandai dengan gejala :
1) Kemungkinan peningkatan suhu ringan
2) Takikardia ringan
3) Nyeri sangat berat pada tungkai diperburuk dengan pergerakan atau saat berdiri yang
terjadi secara tiba tiba
4) Edema pergelangan kaki, tungkai dan paha
5) Tanda human positif
6) Nyeri saat penekanan betis
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
94
7) Nyeri tekan sepanjang aliran pembuluh darah yang terkena dengan pembuluh darah dapat
teraba
Tanda HOMANS diperiksa dengan menempatkan satu tangan di lutut ibu dan memberikan
tekanan ringan untuk menjaga kaki tetap lurus. Jika terdapat nyeri betis saat dorsofleksi,
tanda tanda ini positif. Penanganan meliputi tirah baring, elevasi ekstremitas yang terkena,
kompres panas, stoking elastic dan analgesia jika dibutuhkan. Sprei ayun mungkin diperlukan
jika tungkai sangat nyeri saat disentuh. Rujukan ke dokter penting untuk memutuskan
penggunaan terapi antikoagulan dan antibiotik. Tidak ada kondisi apapun yang
mengharuskan masase tungkai.
G. SISA PLASENTA
Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta) merupakan penyebab umum
terjadinya pendarahan lanjut dalam masa nifas (pendarahan pasca persalinan sekunder).
Pendarahan post partum yang terjadi segera jarang disebabkan oleh retensi potonganpotongan kecil plasenta. Inspeksi plasenta segera setelah persalinan bayi harus menjadi
tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta yang hilang, uterus harus dieksplorasi dan potongan
plasenta dikeluarkan. Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal,
maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan.
H. INVERSIO UTERI
Inversio uteri dapat menyebabkan pendarahan pasca persalinan segera, akan tetapi
kasus inversio uteri ini jarang sekali ditemukan. Pada inversio uteri bagian atas uterus
memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri.
Inversio uteri terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar. Inversio uteri
bisa terjadi spontan atau sebagai akibat tindakan. Pada wanita dengan atonia uteri kenaikan
tekanan intraabdominal dengan mendadak karena batuk atau meneran, dapat menyebabkan
masuknya fundus ke dalam kavum uteri yang merupakan permulaan inversio uteri. Tindakan
yang dapat menyebabkan inversio uteri adalah PERASAT CREDE pada korpus uteri yang
tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan plasenta yang belum lepas dari
dinding uterus atau grande multipara. Apabila menemukan kasus ibu yang syok, perdarahan,
dan fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah persalinan
selesai, sedangkan hasil pemeriksaan dalam menunjukkan tumor yang lunak di atas serviks
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
95
atau dalam vagina maka hal tersebut menunjukkan diagnosis inversio uteri. Pada mioma uteri
submukosum yang lahir dalam vagina terdapat pula tumor yang serupa, akan tetapi fundus
uteri ditemukan dalam bentuk dan pada tempat biasa, sedang konsistensi mioma
lebih keras daripada korpus uteri setelah persalinan. Walaupun inversio uteri kadang-kadang
bisa terjadi tanpa gejala dengan penderita tetap dalam keadaan baik, namun umumnya
kelainan tersebut menyebabkan keadaan gawat dengan angka kematian tinggi (15-70%).
Reposisi secepat mungkin memberi harapan bagi ibu yang mengalaminya.
I. MASALAH PSIKOLOGIS
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih 1 tahun ibu post
partum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak pada umumnya, seperti
merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya. Faktor penyebab:
a. Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut yang dialami
kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan
b. Rasa nyeri pada awal masa nifas
c. Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan kebanyakan di
rumah sakit
d. Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah
sakit
e. Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi
Dalam masalah ini sebagai petugas kesehatan memegang peran penting untuk
memotivasi ibu agar tetap bersemangat dalam menjalani hidup. Dan membicarakan masalah
ibu dengan keluarga agar keluarga bisa memahami psikologi ibu dan dapat membantu ibu
merasa tidak sendirian dalam mengasuh bayinya.
III. KESIMPULAN
1. Infeksi masa nifas merupakan infeksi peradangan pada semua alat genetalia pada masa
nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38 0C
tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 hari.
2. Keadaan Abnormal Pada Payudara merupakan keadaan abnormal yang mungkin terjadi
adalah bendungan ASI, Mastistis, dan Abses Mamae.
3. Demam pada masa nifas mungkin terjadi peningkatan suhu badan atau keluhan nyeri.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
96
Demam pada masa nifas menunjukkan adanya infeksi, yang tersering infeksi kandungan
dan saluran kemih.ASI yang tidak keluar, terutama pada hari ke 3-4, terkadang
menyebabkan demam disertai payudara membengkak dan nyeri.Demam ASI ini
umumnya berakhir setelah 24 jam.
4.
Pre-Eklampsia dan Eklampsia merupakan keadaan preeklampsi dan eklampsi ditandai
dengan : tekanan darah tinggi, oedema pada muka dan tangan, pemeriksaan laboratorium
protein urine positif Selama masa nifas di hari ke-1 sampai 28, ibu harus mewaspadai
munculnya gejala preeklampsia.Jika keadaannya bertambah berat bisa terjadi eklampsia,
dimana kesadaran hilang dan tekanan darah meningkat.Sehingga dapat menyebabkan
kematian.
5.
Infeksi Dari Jalan Lahir Ke Rahim
Jalan lahir harus tetap dijaga kebersihannya karena pintu masuk kuman ke dalam rahim.
Resiko ini menjadi semakin besar selama nifas berlangsung karena proses persalinan
mengakibatkan adanya perlukaan pada dinding rahim dan jalan lahir.
6. Perdarahan Pasca persalinan
a. Perdarahan paska persalinan primer (Early Postpartum) Haemorrhage,atau perdaharan
paska persalinan segera). Perdarahan paska persalinan primer terjadi dalam 24 jam
pertama. Penyebab utama perdarahan paska persalinan primer adalah atonia uteri,
retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam
pertama.
b. Perdarahan paska persalinan sekunder (late postpartum haemorrhage), atau perdarahan
masa nifas, perdarahan paska persalinan lambat. Perdarahan paskapersalinan sekunder
terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan paska persalinan sekunder
adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.
IV. LATIHAN
1. Salah satu penyebab infeksi nifas adalah :
a. Obesitas
b. Anemia
c. Masalah psikologis
d. Persalinan pervaginam
2. Faktor predisposisi mastitis pada ibu yang masih menyusui adalah :
a. Putting yang lecet
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
97
b. Putting yang terbenam
c. Putting yang menonjol
d. Putting yang datar
3. Perdarahan post partum sekunder terjadi pada :
a. Kala IV
b. Dalam 24 jam pertama
c. Setelah 24 jam pertama
d. Setelah 1 bulan pertama persalinan
V. BUKU SUMBER
1.
Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
2.
Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC.
3.
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes
4.
Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
5.
Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta.
6.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
7.
Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett
Publisher.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
98
BAB IX
ASUHAN MASA NIFAS NORMAL
I. PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT
Periode pasca salin (6 minggu setelah persalinan) merupakan masa krisis dalam
kehidupan ibu dan bayi sehingga diperlukan asuhan masa post partum karena diperkirakan
bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50 % kematian
masa nifas/post partum terjadi dalam 24 jam pertama. Dan masa neonatal merupakan masa
krisis dari kehidupan bayi dimana dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah
persalinan.
Peranan bidan dalam memberikan asuhan masa nifas adalah memberikan asuhan yang
konsisten, ramah dan memberikan dukungan pada setiap ibu dalam proses penyembuhannya
dari stress fisik akibat persalinan dan meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam merawat
bayinya. Dalam proses penyesuaian ini, dituntut kontribusi bidan dalam melaksanakan
kompetensi, ketrampilan dan sensitivitas terhadap kebutuhan dan harapan setiap ibu dan
keluarga. Bidan harus dapat merencankan asuhan yang akan diberikan pada ibu sesuai
dengan kebutuhan ibu tersebut.
Pada periode ini bidan dituntut untuk dapat memberikan asuhan kebidanan terhadap
perubahan fisik dan psikologis ibu, dimana asuhan fisik lebih mudah diberikan karena dapat
dilihat dan dinilai secara langsung, apabila terjadi ketidaknormalan bidan langsung bisa
mendeteksi dan memberikan intervensi, sedangkan pemberian asuhan terhadap emosi dan
psikologi ibu membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang lebih dari bidan. Untuk mencapai
hasil yang optimal dibutuhkan kerjasama yang baik antara bidan dan keluarga.
B. TIK
Pada akhir perkuliahan diharapkan:
1. Mahasiswa mampu menyebutkan pengkajian data fisik dan psikososial yang
dilakukan pada ibu nifas normal.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan riwayat kesehatan ibu yang harus dikaji pada ibu
nifas normal.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tahapan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu
nifas normal dengan tepat.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
99
II. URAIAN MATERI
1.
Pengkajian data fisik dan psikososial
-
Pengertian
Pengkajian data fisik dan psikososial merupakan tahap pengumpulan data atau
informasi tentang klien dengan menggunakan semua panca indera baik subjektif
maupun objektif. Pengkajian data fisik dan psikososial dilakukan bersamaan pada
waktu melakukan pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
- Tujuan
a. Mendapatkan hasil yang valid
b. Mengetahui keadaan klien secara umum
c. Mengetahui keadaan psikososial klien
-
Aspek yang dikaji
a. Biodata
 Nama
Nama harus ditanyakan dengan jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari. Nama ditanyakan bertujuan agar identitas klien jelas sehingga
memudahkan bidan dalam melakukan pendekatan dalam asuhan kebidanan.
 Umur
Umur menentukan apakah ibu termasuk dalam golongan wanita paritas muda (< 20
th), wanita usia subur (20 – 35 th) atau paritas tua (> 35 th). Hal ini akan
mempengaruhi penatalaksanaan asuhan kebidanan yang akan dilakukan oleh bidan.
 Pendidikan
Pendidikan menunjukkan tingkat intelektualnya, karena tingkat pendidikan ini
dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan mengetahui pendidikan klien
akan membantu dalam melakukan komunikasi dengan klien.
 Pekerjaan
Dengan mengetahui pekerjaan dapat diperkirakan sumber penghasilan klien, juga
apakah pekerjaan klien tersebut kemungkinan mempunyai pengaruh terhadap
permasalahan kesehatan klien.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
100
 Agama
Agama kemungkinan mempunyai pengaruh terhadap kebiasaan kesehatan klien.
Organisasi berafiliasi agama ada kalanya menawarkan bantuan kepada klien yang
sangat membutuhkan seperti dengan jalan memberikan dukungan. Dengan
diketahuinya agama akan memudahkan bidan dalam melakukan pendekatan di
dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
 Alamat
Alamat diketahui dengan tujuan mempermudah hubungan bila diperlukan jika
keadaan mendesak. Dengan diketahuinya alamat tersebut, bidan dapat mengetahui
tempat tinggal klien dan lingkungannya.
b. Riwayat sosial ekonomi
 Status perkawinan
Status perkawinan dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status
perkawinan terhadap masalah klien. Misalnya ibu nifas yang tidak menikah,
kemungkinan dengan kelahiran bayi akan menimbulkan masalah bagi ibu tersebut.
 Pengambil keputusan dalam keluarga
Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui siapa yang mempunyai peranan dalam
memutuskan setiap tindakan yang akan dilakukan pada klien, apakah klien itu
sendiri, suami atau keluarga.
 Kebiasaan makan
Tujuan pengumpulan data tentang kebiasaan makan untuk menilai apakah klien
cukup mendapat protein, vitamin, mineral, lemak dan karbohidrat. Apabila terdapat
kekurangan gizi tertentu, bidan akan mencatat perlunya pendidikan dan
bimbingantentang masalah gizi.
 Kebiasaan hidup sehat
Kebiasaan hidup sehat sangat mempengaruhi perilaku klien. Pola tertentu
seringkali sudah demikian berakarnya sehingga orang bersangkutan malah tidak
menyadarinya.
 KB
Hal-hal yang perlu dikaji meliputi jenis kontrasepsi yang digunakan, efek samping
penggunaan, alasan berhenti menggunakan kontrasepsi dan lamanya menggunakan
kontrasepsi. Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui metode kontrasepsi apa
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
101
yang selanjutnya tepat digunakan bagi klien karena masa nifas merupakan saat
yang paling tepat untuk memberikan penkes KB.
c. Pengkajian psikologis dan pengetahuan ibu
 Respon keluarga terhadap ibu dan bayi
Apabila dengan kelahiran bayi, keluarga mengalami kegembiraan dan situasi yang
penuh dengan pengharapan atau bahagia, maka akhir yang terjadi adalah
memuaskan. Bila tanggapan keluarga tidak penuh dengan kegembiraan, bidan
perlu memahami apa yang terjadi dan memfasilitasi suatu proses atau keadaan
yang sehat.
 Respon ibu terhadap bayinya
Tanggapan ibu terhadap bayinya mencerminkan keadaan ibu dalam hidupnya.
Hubungan antara ibu dengan bayi adalah simbiosis, yaitu satu sama lain saling
membutuhkan. Sehingga kelahiran bayi merupakan suatu hal yang sangat
menggembirakan atau membahagiakan ibu.
 Respon ibu terhadap dirinya
Kelahiran merupakan suatu momen dalam rangkaian ikatan ibu dan bayinya.
Tanggapan ibu tentang kelahiran merupakan suatu pengalaman yang dialami dalam
kemampuan melahirkan, dimana perasaan ini berbeda-beda dialami oleh individu
yaitu dari tingkat kegembiraaan hingga duka cita atau keputus-asaan. Bidan perlu
memahami apa yang sedang terjadi dan memfasilitasi proses atau keadaan yang
sehat melalui tanggapan yang diberikan oleh klien.
 Pengetahuan ibu tentang masa nifas
Hal-hal yang perlu dikaji meliputi tanda-tanda bahaya dalam masa nifas, kebutuhan
nutrisi ibu dan bayi, perawatan diri dan perawatan bayi. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman ibu tentang hal tersebut di atas sehingga
bidan dapat memberikan asuhan kebidanan dengan tepat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kehamilan dan persalinan
- Ibu
Hal-hal yang perlu dikaji meliputi jumlah kehamilan, persalinan dan abortus,
penolong persalinan dan tempat persalinan, kesulitan yang dialami oleh ibu dan bayi
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
102
dalam persalinan, apakah plasenta lahir lengkap dan dalam 30 menit setelah bayi lahir,
adakah robekan jalan lahir, siapa yang merawat ibu dan bayi setelah persalinan. Hal
ini sangat penting dikaji karena data ini akan membantu bidan untuk menegakkan
diagnosa kebidanan sehinggan penatalaksanaan kebidanan da0pat dilakukan dengan
tepat.
- Kelahiran bayi
Hal-hal yang perlu dikaji meliputi berat badan sewaktu lahir, kelainan bawaan bayi,
jenis kelamin bayi dan bayi lahir hidup atau mati. Pertanyaan perlu dikaji untuk
mengetahui keadaan bayi secara umum sehingga bidan dapat membantu ibu dalam
melakukan perawatan yang tepat bagi bayi.
b. Riwayat penyakit yang diderita sekarang
Hal-hal yang dikaji meliputi penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan
ibu pada masa nifas. Penyakit-penyakit yang dapat dikaji misalnya masalah
kardiovaskular, hipertensi, diabetes, malaria, HIV/AIDS, hepatitis B, dll. Hal ini perlu
dikaji karena ini akan menentukan bagaimana penatalaksanaan yang akan dilakukan
oleh bidan terhadap ibu.
c. Gangguan ketidaknyamanan atau nyeri
Periksa dimana lokasinya, kapan nyeri timbul, bagaimana tipe nyeri, apa yang dapat
mengurangi nyeri tersebut.
d. Nutrisi
Apa yang di makan/minum, frekuensi makan, bagaimana nafsu makan, apakah ada rasa
mual dan muntah.
e. Istirahat dan tidur
Apakah tidak ada kesulitan untuk istirahat dan tidur, berapa lama istirahat pada siang
hari dan tidur pada malam hari.
f. BAK dan BAB
Kapan terakhir BAK, nyeri atau tidak saat BAK, ada kesulitan saat BAK.
Kapan terakhir BAB, nyeri atau tidak saat BAB, ada kesulitan saat BAB, konsistensi
BAB
g. Mobilisasi
Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, adakah kesulitan, dengan bantuan
atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
103
h. Menyusui
Bagaimana proses menyusui terhadap dirinya dan bayinya, apakah ada reaksi antara ibu
dan bayi selama menyusui, apakah ada masalah atau pertanyaan-pertanyaan seperti
waktu menyusui, posisi, rasa sakit pada putting, pembengkakan
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada ibu nifas dilakukan untuk mengetahui komplikasi yang mungkin
timbul setelah persalinan sehingga perlu pentalaksanaan terhadap komplikasi yang terjadi.
Tujuan pemeriksaan fisik :
a. Memantau kemajuan involusi uterus
b. Mengetahui keadaan fisik secara umum
c. Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul
Komponen-komponen pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara keseluruhan dan berurutan dari kepala sampai ke kaki.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
1) Keadaan umum
Keadaan umum ditunjukkan dengan gerakan tubuh dan ekspresi wajah klien. Hal yang
perlu dikaji meliputi :
- gerakan tubuh : cara berjalan, berdiri, duduk, berbicara, lemah, dll
- ekspresi wajah : gembira, sedih, kesakitan, ketakutan, pucat
Hal-hal tersebut perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana keadaan klien secara umum,
juga mengetahui apakah ada perbedaan antara gerakan tubuh dengan ekspresi wajah saat
dilakukan pemeriksaan.
2) Berat badan
Wanita pada masa nifas mengalami kehilangan berat badan rata-rata sekitar 12 pon pada
saat proses persalinan. Kehilangan ini representatif akumulasi berat bayi, plasenta dan
cairan amniotik. 5 pon yang lain hilang selama post partum minggu pertama sebagai
akibat kehilangan cairan yang sebagian besar melalui diuresis.
3) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital yang diukur meliputi :
a. Tekanan darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter untuk mengetahui tekanan
sistol dan diastol. Tekanan darah dihitung berdasarkan satuan ukuran mm Hg.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
104
Tekanan darah yang normal < 140/90 mm Hg, mungkin bisa naik dari tingkat di saat
pra persalinan 1 – 3 hari pasca persalinan.
b. Temperatur/suhu tubuh
Temperatur/suhu diukur dengan menggunakan termometer. Satuan ukurannya derajat
Celsius, selama 24 jam pertama suhu bisa meningkat sampai 38C sebagai akibat
dehidrasi persalinan, dan dalam 24 jam ini juga suhu bisa menjadi stabil. Jika setelah
24 jam pertama pasca persalinan, suhu tubuh klien meningkat sampai 38C dan terjadi
lagi atau menetap selama 2 hari, kemungkinan terjadi sepsis puerperalis.
c. Denyut nadi
Ukuran denyut nadi dihitung berdasarkan frekuensi denyut per menit. Denyut nadi
dan volume sekuncup curah jantung tetap tinggi selama jam pertama bayi lahir
kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui. Denyut nadi yang
normal 60 – 100 x/menit. Setiap denyut nadi di atas 100 x/menit selama puerperium
adalah abnormal dan mungkin mengindikasi infeksi atau hemorrhage post partum
tertunda.
Beberapa wanita mungkin memiliki bradikardi puerperal, ini terjadi dengan seketika
setelah persalinan dan sejam post partum. Wanita ini mungkin memiliki tarif denyut
nadi serendah-rendahnya 40 – 50 x/menit. Keadaaa ini bukan merupakan indikasi
adanya penyakit. Pada minggu ke 8 – 10 post partum, denyut nadi kembali ke
frekuensi sebelum hamil.
d. Pernafasan
Ukuran pernafasan dihitung berdasarkan frekuensi pernafasan per menit. Pernafasan
normal 20 – 30 x/menit.
4) Kepala dan leher
a. Rambut
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi warna rambut, ketombe, kerontokan
kelembaban rambut.
b. Muka
Observasi wajah apakah terdapat edema, apakah pucat
c. Mata
Memeriksa apakah pucat pada kelopak mata bagian bawah, apakah sklera kuning.
d. Telinga
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
105
Memeriksa daun telinga, liang telinga dan gendang telinga, apakah terdapat kelainan
atau tidak
e. Hidung
Observasi batang hidung, lobang dan liang hidung, apakah ada kelainan/tidak.
f. Mulut
Observasi bibir dan rongga mulut. Apakah bibir kering atau pucat, apakah ada
sariawan
g. Gigi
Observasi gigi dan gusi. Apakah ada caries, infeksi gusi.
h. Leher
Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah terdapat pembesaran kelenjar
tiroid dan kelenjar limfe.
5) Dada
Dinding thoraks
Observasi bentuk thoraks, palpasi bila ditemukan kelainan
Dengarkan bunyi jantung dan paru
Pemeriksaan pada payudara meliputi :
- Inspeksi payudara dilihat dalam posisi klien yaitu klien duduk dengan lengan
disisinya, atau dengan lengan diangkat tinggi di atas kepalanya, atau dengan
tangan masing-masing menekan pinggulnya atau dengan kedua telapak saling
menekan pada dagunya, dan dengan posisi berdiri dan bungkuk ke depan dari
pinggul dengan dagu ke atas dan lengan dan tangan direntangkan kearah
pemeriksa. Dengan inspeksi payudara dapat diketahui kemungkinan adanya
karsinoma.
- Palpasi payudara untuk memastikan kondisinya (lembut), ketegangan,
konsistensi dan pembesarannya, kemerahan, suhu kulit, nyeri dan dilatasi vena
- Pemeriksan epitelium puting meliputi tanda-tanda iritasi, nyeri, tanda-tanda
petechiae subepithelial, lecet atau abses.
6) Abdomen
Pemeriksaan abdomen post partum dilakukan selama periode awal post partum (1 jam
samapai 5 hari), meliputi pemeriksaan :
- Uterus
Pemeriksaan uterus meliputi lokasi, ukuran dan konsistensi uterus.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
106
Lokasi uterus : apakah fundus berada di atas atau di bawah umbilicus, atau berada
pada garis tengah abdominal atau berpindah ke sisi yang lain.
Ukuran uterus ditentukan dengan mengukut tinggi fundus uteri. Tinggi fundus diukur
dengan jumlah jari diatas fundus, di atas atau di bawah umbilicus. Ukuran tinggi
fundus uteri normal selama masa nifas dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Konsistensi uterus dikarakteristikkan dengan keras atau lunak. Kekerasan uterus
sebenarnya terasa seperti “kekerasan batu”. Uterus yang lunak/lembek terasa dapat
ditekuk dan uterus terasa mengeras saat dimasase. Pada pemeriksaan konsistensi
uterus, amati juga perineum untuk mengevaluasi efek stimulasi uterus pada jumlah
laju lochia. Jika uterus pada awalnya keras, palpasi tidak akan menyebabkan
peningkatan pengeluaran lochia. Jika uterus pada awalnya lembut/lunak, palpasi
uterus akan menyebabkan kontraksi yang akan menyebabkan pengeluaran lochia.
Setelah pengeluaran lochia yang banyak, uterus akan menjadi keras.
- Kandung kemih
Dalam pemeriksaan kandung kemih, periksa distensi kandung kemih yang disebabkan
retensi urin dan hipotonis kandung kemih karena nyeri selama melahirkan. Kondisi ini
dapat menyebabkan infeksi kandung kemih dan dapat menyebakan perdarahan. Oleh
karena itu keadaan kandung kemih yang penuh harus selalu di evaluasi pada
pemeriksaan abdominal.
- Diastasis recti
Penentuan ukuran diatasis recti digunakan untuk mengevaluasi denyut otot
abdominal. Diastasis adalah derajat pemisahan otot rectus abdominalis. Pemisahan ini
diukur dalam satuan lebar jari ketika otot abdominal kontraksi dan relaksasi.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
107
Pengukuran diastasis merupakan suatu latihan pengencangan otot dagu – dada
abdomen.
Ada dua alasan dilakukannya penggabungan otot rectus abdominalis yaitu
1. Untuk mengembalikan bentuk tubuh
2. Untuk mencegah sakit punggung, khususnya selama kehamilan beriikutnya
Cara pencatatan hasil pemeriksaan :
Misalnya diastasis terukur 2 jari ketika kontraksi dan 5 jari ketika relaksasi maka
dapat dituliskan :
1.
Diastasis = 2/5 fb atau
2.
Diastasis = 2 fb ketika kontraksi
= 5 fb ketika relaksasi
7) Punggung
Pemeriksaan CVA
Costovertebral Angle (CVA) dibentuk oleh pertemuan dari iga keduabelas atau yang
terbawah dengan otot paravertebral, yang sejajar pada kedua sisi tulang punggung. Rasa
sakit pada daerah CVA ini merupakan tanda penyakit ginjal. Pemeriksaan CVA ini rutin
apabila pada pemeriksaan awal ditemukan adanya riwayat infeksi saluran kencing. Cara
pencatatan hasil pemeriksaan pada CVA ini adalah :
1. Jika tidak terdapat kekerasan CVA, dicatat :”tidak ada CVA
2. Jika terdapat kekerasan CVA dicatat dengan lokasinya : “kanan CVAT”, “kiri
CVAT” atau “CVAT bilateral”.
8) Genetalia
- Genetalia eksterna
Observasi vulva, perineum, apakah terdapat edema, hematoma, bekas luka
episiotomi/robekan, hecting. Bagaimana kebersihan daerah perineum dan pengeluaran
lochia. Lochia mengalami perubahan karena Periksa pengeluaran lochia. Lochia
mengalami perubahan karena proses involusi yaitu :
 Lochia rubra
Lochia ini muncul pada hari pertama sampai keempat masa postpartum,
warnanya merah dan mengandung darah dari perobekan/luka pada bekas
implantasi placenta dan serabut dari desidua dan chorion.
 Lochia serosa
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
108
Lochia ini warnanya kecoklatan dan muncul pada hari kelima sampai hari
kesembilan, mengandung lebih sedikit darah, dan lebih banyak serum , juga
terdiri dari leukosit dan robekan atau laserasi placenta
 Lochia alba
Muncul pada hari kesepuluh dan berkurang dalam minggu berikutnya , warnanya
lebih pucat , putih kekuningan dan mengandung leukosit , selaput lendir serviks
dan serabut jaringan yang mati
- Genetalia interna
Observasi vagina apakah terdapat laserasi, kebersihan vagina.
9) Ekstremitas
- Ekstremitas atas
Observasi keadaan tangan apakah terdapat edema, pucat dan sianosis pada kuku jari.
- Ekstremitas bawah
Periksa apakah ada edema, rasa panas pada betis, tanda Homan.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan selama melakukan pemeriksaan fisik :
 Pemeriksaan organ reproduksi memberikan respon malu pada ibu
 Jelaskan pada klien apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan sehingga ibu
kooperatif
 Siapkan tempat pemeriksaan yang membuat ibu nyaman.
III. KESIMPULAN
Asuhan dalam masa post partum sangat diperlukan karena diperkirakan bahwa 60 %
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan. Asuhan pada ibu post partum/
nifas normal meliputi tiga kegiatan yaitu 1) pengkajian data fisik dan psikososial, 2)
riwayat kesehatan dan 3) pemeriksaan fisik.
1. Pengkajian data fisik dan psikososial
Tujuan pengkajian data fisik dan psikososial

Mendapatkan hasil yang valid

Mengetahui keadaan klien secara umum

Mengetahui keadaan psikososial klien
Aspek-aspek yang dikaji
o Identitas ibu dan suami
o Riwayat sosial ekonomi
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
109
o Pengkajian psikologis dan pengetahuan ibu
2. Riwayat kesehatan
3. Pemeriksaan fisik
Tujuan pemeriksaan fisik :

Memantau kemajuan involusi uterus

Mengetahui keadaan fisik secara umum

Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul
IV. LATIHAN
1. Pengkajian yang perlu dilakukan bidan dalam membuat asuhan kebidanan meliputi
a. Pengkajian data kehamilan
b. Pengkajian fisik
c. Pengkajian emosional
d. Pengkajian fisik dan psikososial
2. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada daerah abdomen adalah pemeriksaan:
a. Lokia
b. Tinggi fundus uteri
c. Pengeluaran ASI
d. Oedema
3. Tanda homan adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan bidan di daerah :
a. Kepala
b. Anogenital
c. Tungkai
d. Abdomen
V. BUKU SUMBER
1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
2. Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC.
3. Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes
4. Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
5. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
110
BAB X
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN DENGAN SOAP
I. PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT
Pendokumentasian kebidanan adalah sistem pencatatan yang digunakan
agar asuhan yang dilakukan dapat dicatat dengan benar, jelas, sederhana dan logis.
B. TIK
Setelah kegiatan belajar mengajar diharapkan mahasiswa mampu :
1. Membuat data Subyektif dengan tepat
1. Membuat data Obyektif ibu nifas dengan tepat
2. Membuat Assesment pada ibu nifas dengan tepat
3. Membuat Planning/Penatalaksanaan dengan tepat
II. URAIAN MATERI
A. PENGERTIAN
Pendokumentasian kebidanan adalah sistem pencatatan yang digunakan agar asuhan
yang dilakukan dapat dicatat dengan benar, jelas, sederhana dan logis.
B. METODE DOKUMENTASI
Metode yang digunakan untuk pendokumentasian asuhan kebidanan adalah metode
SOAP
dengan menggunakan pola pikir
manajemen kebidanan
Varney.
Metode
pendokumentasian SOAP yang tediri dari :
S : Subjektif
Pada data subjektif akan menggambarkan beberapa hal antara lain :
1) Menilai masalah dari sudut pandang klien.
2) Menilai ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya.
3) Dicatat sebagai kutipan langsung yang berhubungan dengan diagnosa.
4) Data tersebut menguatkan diagnosa yang akan dibuat
O : Objektif
1) Data ini dapat memberikan bukti gejala klinis klien.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
111
2) Berisi fakta yang berhubungan dengan diagnosa .
3) Memuat data fisiologis dan hasil observasi.
4) Ada informasi hasil kajian secara tekhnologi (missal : hasil laboratorium, USG dan
sebagainya yang berarti dalam menegakkan diagnosa.
A : Analisa terdiri dari : Diagnosa, masalah, tindakan atau kebutuhan segera
1) Diagnosa yang ditetapkan berdasarkan data dari S dan O yang disimpulkan.
2) Selalu ada informasi baru baik S dan O karena keadaan klien terus berubah.
3) Sehingga proses pengkajian berjalan secara dinamik.
4) Dapat menganalisa suatu kejadian penting dalam perkembangan klien
P : Penatalaksanaan
1) Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang.
2) Mengusahakan mencapai kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan klien yang harus
dicapai dalam waktu tertentu.
3) Tindakan yang harus diambil dalam membantu klien mencapai kemajuan dalam
kesejahteraan dan proses selanjutnya.
4) Didukung dengan rencana dokter bila dibuat keputusan dalam manajemen kolaborasi.
5) Pelaksanaan rencana tindakan dalam mengatasi masalah untuk mencapai tujuan
terhadap klien.
6) Tindakan harus mendapat persetujuan klien kecuali bila hal tersebut membahayakan
klien .
7) Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dan penilaian dalam ketetapan tindakan.
8) Jika tujuan tidak tercapai proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan
tindakan alternative sehingga tercapai tujuan.
9) Dapat menjadi perbaikan dengan perubahan intervensi dan tindakan serta menunjukan
perubahan baik dari rencana awal atau perlu suatu kolaborasi.
SOAP
Dalam metode SOAP,S adalah data subjektif O adalah data objektif ,A adalah
analysis / assessment dan P adalah planning. Merupakan catatan yang bersifat sederhana,
jelas,logis,dan singkat.prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran
penatalaksanaan manajemen kebidanan.
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.Ekspresi
pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung dengan
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
112
diagnosis.Pada pasien yang bisu dibagian data dibelakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O”
atau ‘X”.Tanda ini akan menjelaskan bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.Data
Subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
Data Objektif merupakan pendokumentasien hasil observasi yang jujur,hasil
pemeriksaan fisik pasien,pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain.Catatan
medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukan dalam data objektif ini
sebagai data penunjang.Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosis.
Analysis/Assessment,merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.Karena keadaan pasien yang setiap saat bisa
mengalami perubahan,dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data
onjektif.maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis.Hal ini juga menuntut
bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti
perkembangan pasien. Analysis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien
akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat. Analysis data adalah melakukakn interpretasi data yang telah
dikumpulkan, mencakup: diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial serta
perlunya antisipasi diagnosis/maslah potensial dan tindakan segera.
Planning/perencanaan, adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang.
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analysis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini
bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondidi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan
yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus
mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi
tenaga kesehatan lain, antara lain dokter.
Meskipun secara istilah, P adalah planning/perencanaan saja, namun P dalam metode
SOAP ini juga mengandung Implementasi dan Evaluasi. Pendokumentasian P dalam SOAP
ini, adalah pelaksaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan
dalam rangka mengatasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien,
kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan membahaykan keselamatan pasien. Sebanyak
mungkin pasien harus dilibatkan dalam proses implementasi ini. Bila kondisi pasien berubah,
analysis juga berubah, maka rencana asuhan maupun implementasinya pun kemungkinan
besar akan ikut berubah atau hars disesuaikan.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
113
Dalam planning ini juga harus mencantumkan Evaluation/evaluasi, yaitu tafsiran dari
efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan.
Evaluasi berisi analysis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketetapan nilai
tindakan/asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses eveluasi ini dapat menjadi dasar
untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
SOAP
Metode pendokumentasian SOAP
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis. Pencatatan ini dipakai
untuk mendokumentasikan asuhan kebidanan.
4 (empat) langkah dalam metode ini adalah ini secara rinci adalah sebagai berikut:
S
Data Subjektif :
Merupakan informasi yang diperoleh langsung dari klien. Informasi tersebut dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.
O
Data Objektif :
Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan pada waktu
pemeriksaan termasuk juga hasil pemeriksaan laboratorium, USG, dll. Apa yang dapat
diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan
ditegakkan.
A Analisa/assessment :
Merupakan kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subjektif dan data objektif yang
didapatkan.
Merupakan suatu proses yang dinamik, meliputi:
 Diagnosa
 Antisipasi diagnosa/masalah potensial
 Perlunya tindakan segera
(Langkah 2,3,4 dalam manajemen varney)
P
Plan/Planning = perencanaan :
Merupakan perencanaan pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan yang
dibuat ( berdasarkan langkah 5,6,7 pada manajemen varney)
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
114
Alasan pemakaian SOAP dalam pendokumentaian Asuhan kebidanan, yaitu:
1. SOAP merupakan pencatatan yang memuat kemajuan informasi yang sistematis,
mengorganisasikan penemuam kesimpulan sehingga terbentuk suatu rencana asuhan.
2. SOAP
merupakan
intisari
dari
manajemen
kebidanan
untuk
penyediaan
pendokumentasian.
3. SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan mengorganisasikan pikiran
dalam pemberian asuhan yang bersifat komprehensif.
Contoh Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
DENGAN BENDUNGAN PAYUDARA
NO. REGISTER
: 11224435
MASUK RB TANGGAL, JAM
: 26 Oktober 2008, Jam 08.00
DI RAWAT DI RUANG
: Poliklinik KIA RB. Yogyakarta
Biodata ibu
Suami
Nama
: Ny. M
Tn. Z
Umur
: 30 tahun
27 tahun
Agama : Islam
Islam
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Jawa/ Indonesia
Pendidikan
: SMA
SMA
Pekerjaan
: ibu rumah tangga
Swasta
Alamat
: Patukan, ambarketawang
Sleman
DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan kedua payudaranya terasa penuh, tegang dan nyeri.
2. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali. Kawin pertama umur 29 tahun. Dengan suami sekarang 1 tahun.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 13 tahun. Siklus 28 hari. Teratur.
Lama 6-7 hari. Sifat darah : encer. Bau khas fluor albus tidak ada. Dismenorroe tidak ada.
Banyaknya 50 cc. HPM 17 januari 2008. HPL 24 oktober 2008.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
115
4. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : P1 Ab0 Ah0
Persalinan
Ham
il
ke
Komplika
Tgl
Umur
Jenis
lahi
kehamil
Persalin
r
an
an
si
Penolo
ng
20
1
Nifas
Ibu
Bay
i
40
200
minggu
spontan
bidan
Kelam
Lahi
in
r
Tak
Laki-
0
ada
laki
gra
k
ada
8
BB
Lakta
Komplik
si
asi
iya
Tidak ada
320
Ta
okt
Jenis
m
5. Riwayat kontrasepsi yang digunakan
N
o
Mulai memakai
Jenis
Berhenti/ ganti cara
Kontraseps
Tangga
Oole
Tempa
Keluha
Tangga
Oole
Tempa
Alasa
i
l
h
t
n
l
h
t
n
Ibu belum pernah menggunkan metode/ alat kontrasepsi
6. Riwayat kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/ sedang diderita
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit berat seperti hipertensi,
DM, jantung, TBC.
b. Penyakit yang pernah/ sedang diderita keluarga
Ibu mengatakan dari keluarga tidak ada yang pernan dan sedang menderita penyakit berat
seperti hipertensi, DM, jantung, TBC.
2. Riwayat kehamilan dan persalinan terakhir
Masa kehamilan : 40 minggu
Tempat persalinan : RB. A, Penolong: Bidan
Jenis persalinan
: Spontan
Komplikasi
: tidak ada
Plasenta
: Lengkap
a. Lahir
: spontan
b. Ukuran/ berat : 20x20 cm, berat 500gr
c. Tali pusat
: Panjang 50 cm, insersio: sentralis
d. Kelainan
: tidak ada
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
116
Perineum
: utuh
Perdarahan Kala I : 2 cc
Kala II : 10 cc
Kala III: 50 cc
Kala IV: 50 cc
Lama persalinan Kala I 6 jam
Kala II 15 menit
Kala III 10 menit
Kala IV 2 jam
Keadaan bayi baru lahir
Lahir tanggal 20 Oktober 2008 jam 22.00
Masa gestasi
: 40 minggu
BB/ PB lahir
: 2800 gram/ 47 cm
Nilai APGAR
: 1 menit/ 5 menit/ 10 menit/ 2 jam : 8/8/9/10
Cacat bawaan
: tidak ada
Rawat gabung
: ya
3. Riwayat pospartum
Ambulasi : 1 jam postpartum ibu sudah bisa miring dan duduk. Ibu mulai turun dari
tempat tidur 1 ½ jam postpartum.
Pola makan : 3 x sehari, jenis : nasi, sayur, lauk.
Pola tidur : siang 1-2 jam, malam 7 jam, malam sering terbangun untuk meneteki da
mengganti popok bayi.
Aktivitas
: sehari-hari ibu merawat bayinya dibantu orangtua dan suaminya.
Peronal Higiene: ibu mandi 2x sehari, membersihkan genetalia sehabis BAK dan BAB,
mengganti pembalut 4x sehari atau apabila sudah penuh. Pakaian dalam yang
digunakan berbahan katun.
Pola eliminasi
a. BAB
: 1x sehari, tidak ada keluhan
b. BAK
: 6-7 kali sehari.
Pengalaman menyusui belum ada, ibu mendapat informasi dari bidan setelah melahirkan dan
pengalaman orang tuanya.
Pengalaman waktu melahirkan belum ada. Ibu menganggap proses persalinannya cukup
mudah, tidak seperti gambaran ibu sebelumnnya.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
117
Pendapat ibu tentang bayinya : Ibu sangat bahagia merawat bayinya sendiri, meskipun
sekarang pola tidurnya berubah dan sering bangun untuk meneteki.
Lokasi ketidaknyamanan : payudara, ibu merasa payudaranya tegang, penuh, nyeri raba dan
nyeri tekan.
4. Keadaan psiko sosial spiritual
a. Kelahiran ini : √ diinginkan - tidak diinginkan.
b. Peneriman ibu terhadap kelahiran bayinya
Ibu sangat bahagia dengan kelahiran bayinya. Ibu mengaku menikmati peran barunya
menjadi soerang ibu, dibantu orangtua dan suaminya.
c. Tinggal serumah dengan suami dan orangtuanya.
d. Orang terdekat ibu : suami.
e. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayinya.
Keluarga sangat menyambut gembira kelahiran bayi ibu dan selalu membantu ibu merawat
bayinya sehari-hari.
f. Pengetahuan ibu tentang masa nifas dan perawatan bayi.
Ibu mengatakan masa nifas adalah masa keluarnya darah sehabis melahirkan untuk
mengembalikan rahimnya seperti semula. Ibu merawat bayinya berpedoman pada
konseling bidan dan petunjuk dalam buku KIA.
Rencana perawatan bayi : ibu berencana merawat bayinya sendiri karena ibu memang
tidak bekerja diluar rumah.
Keluhan sekarang : payudara terasa tegang penuh dan nyeri. Ibu merasa selalu
menyusukan kedua paydaranya setiap bayinya haus, tetapi payudaranya tetap penuh.
5. Pertanyaan yang diajukan : ibu menanyakan apakah cara ibu menyusui selama ini salah,
yaitu ibu menyusukan kedua payudarnya bergantian. Apabila bayi tertidur, ibu
menghentikan menyusui. Bagaimana teknik menyusui yang benar agar payudaranya
tidak tegang dan penuh seperti sekarang ini.
DATA OBJEKTIF
1.Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum baik, kesadaran composmenthis.
b. status emosional : stabil dan tenang
c. tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
118
Nadi
: 88x/menit
Pernafasan
: 24x/menit
Suhu
: 36,8 °C
d.BB/ TB
: 58 kg/ 160 cm
e. Kepala dan leher
Edema wajah
: tidak ada.
Mata
: simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda.
Mulut
: bersih, bibir merah muda, lembab, caries tidak ada.
Leher
: tidak teraba pemberasaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
a. Payudara
Bentuk
: simteris, membesar
Benjolan
: tidak, teraba. Payudara teraba tegang dan penuh, nyeri tekan.
Puting susu
: menonjol, lemas.
Pengeluaran
: ASI
Keluhan
: nyeri tekan, ibu jadi takut menyusui
b. Abdomen
Dinding perut
: dinding supel.
Bekas luka
: tidak ada
TFU
: pertengahan antara simfisis dan pusat
Kontraksi uterus: kuat, uterus teraba keras, TFU sesuai masa postpartum
Kandung kemih : kosong
c. Ekstremitas
Edema
: tidak ada
Varices
: tidak ada
Reflek patela
: +/+
Kuku
: panjang, bersih
d. Genetalia luar
Edema
: tidak ada
Varices
: tidak ada
Perineum
: utuh, tidak ada bekas luka
Pengeluaran lokhe
: sanguiolenta, merah kecoklatan, cair, khas lokhea.
e. Anus
: tidak ada hemoroid
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
119
2.Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
ASSESSMENT
1. Diagnosis kebidanan
Primipira 30 tahun, postpartum hari keenam, dengan bendungan payudara.
2. Masalah
Kurang informasi tentang teknik menyusui yang benar.
Kuku jari-jari panjang.
3. Kebutuhan
KIE tentang teknik menyusui yang benar dan personal higiene (termasuk kuku).
2. Diagnosis potensial
Bendungan payudara potensial terjadi mastitis
3. Masalah potensial
Kurang informasi tentang teknik menyusui yang benar potensial mengganggu proses
laktasi.
Kuku jari-jari panjang, potensial melukai kulit bayi saat merawat bayi.
4. Kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien
a. Mandiri
KIE tentang teknik menyusui yang benar.
b. Kolaborasi
Tidak ada untuk saat ini
c. Merujuk
Tidak ada untuk saat ini
PLANNING, tanggal 26 oktober 2008 jam 08.20
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami bendungan payudara
akibat sekresi ASI.
2. Memberikan, KIE tentang bendungan payudara dan cara mengatasinya, yaitu :
a.
Meneteki bayinya sesering mungkin dan mengeluarkan sisa Asi meskipun sedikit
nyeri.
b.
Melakukan pengompresan dengan air dingin untuk mengurangi nyeri.
c.
Melakukan masase payudara
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
120
d.
Menggunakan BH yang menyangga dan pada payudara yang tegang, agar disusukan
lebih sering dan lebih lama.
3. Memberikan KIE tentang teknik menyusui dan perawatan payudara yang benar
4. Menganjurkan ibu melakukan kunjungan ulang 3 hari lagi untuk mengetahui
perkembangan kondisi ibu.
Evaluasi :
1.
Ibu mengerti penjelasan bahwa dirinya mengalami bendungan payudara.
2.
Ibu bisa mengulang kembali penjelasan bidan tentang pengertian, penyebab, dan cara
mengatasi bendungan payudara.
3.
Ibu bisa mengulang kembali penjelasan bidan tentang teknik menyusui dan perawatan
payudara yang benar.
4.
Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 3 hari lagi, yaitu tanggal 29 Oktober 2008.
Tandatangan
(Bidan Ina)
C. TINDAKAN /ASUHAN KEBIDANAN
1.
TINDAKAN MANDIRI
Mengobservasi keadaan umum, TTV, kontraksi uterus, dan pengeluaran pervaginam
Menganjurkan menjaga kebersihan diri seluruh tubuh
Mengajarkan cara membersihkan menjaga kebersihan genetalia
Menganjurkan untuk mencegah kelelahan yang berlebihan dengan istirahat yang cukup
dan teratur.
Mengajarkan latihan ringan tertentu yang membantu memperkuat tonus otot jalan lahir
dan dasar panggul
Menganjurkan makan dengan menu makanan seimbang untuk mendapatkan protein,
vitamin dan mineral yang cukup, memperoleh tambahan 500 kalori setiap hari.
Menganjurkan minum sedikitnya 2 liter setiap hari
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
121
Menganjurkan minum tablet zat besi (diminum minimal hingga 40 hari pasca
persalinan)
Menganjurkan untuk melakukan perawatan payudara terutama puting susu,
menggunakan BH yang menyokong.
Melakukan perawatan luka perineum
2.
KOLABORASI
Kolaborasi dokter untuk pemberian therapy
Kolaborasi dokter jika ada hal-hal yang pathologis
3.
TINDAKAN PENGAWASAN
Ibu nifas dengan:
Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari
perdarahan biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali setengah jam)
Pengeluaran vagina yang baunya busuk
Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung
Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri ulu hati atau masalah penglihatan
Pembengkakan diwajah atau ditangan
Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kemih, atau jika tidak merasa enak badan
Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan atau terasa sakit
Kehilangan napsu makan dalam waktu yang lama
Rasa sakit, merah, lunak dan/ atau pembengkakan dikaki
Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh endiri bayinya atau diri sendiri
Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah
4.
PENDIDIKAN/PENYULUHAN
Nutrisi
Olah raga ringan atau senam
Istirahat dan tidur
Kebersihan diri dan lingkungan
Persiapan pemberian ASI
Pengenalan tanda bahaya nifas dan cara mencari pertolongan
Kontrasepsi pasca bersalin
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
122
Perawatan payudara
Hubungan seksual
Kegiatan sehari-hari/pekerjaan
Imunisasi bayi
Pakaian
III. KESIMPULAN
Pendokumnetasian asuhan kebidanan pada ibu nifas
1. Subjektif ( Menurut Mochtar, 1998) Ibu mengeluh mules, keluar darah dari jalan lahir.
2. Objektif : keadaan umum, kesadaran, keadaan emosional, TTV, paydara, TFU,
konsistensi uterus, kontraksi uterus, kandung kemih dan lochea.
3. Analisa : Ibu P…A...nifas hari ke…keadaan ibu…
Keadaan ibu …
Masalah…
Kebutuhan….
4. Penatalaksanaan :
Mobilisasi,nutrisi, BAK/BAB, Personal hygiene, memberi asi, perawatan payudara.
Imunisasi bayi, KB.
IV. LATIHAN
1. Seorang perempuan berusia 22 tahun melahirkan anak pertama spontan pervaginam di
polindes 6 jam yang lalu. Ibu merasa pusing, belum kencing. Hasil pemeriksaan kandung
kencing penuh, tinggi fundus uteri setinggi pusat. Kontraksi uterus keras. Apa data
subyektif dari kasus diatas?
a. Keluhan pusing
b. Kontraksi uterus keras
c. Kandung kemih penuh
d. Nyeri waktu BAK
2. Seorang perempuan berusia 24 tahun melahirkan anak pertama di kliniknya 3 hari yang
lalu, pada saat kunjungan rumah Ibu mengeluh demam. Payudara teraba keras, tekanan
darah 110/70 mmHg, Nadi 92x/menit, Suhu 38°C, tinggi fundus uteri sepusat, perdarahan
satu kain basah. Apa data obyektif dari kasus diatas?
a. Ibu tidak mau menyusui bayinya
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
123
b. Ibu mengeluh demam
c. Payudara teraba keras
d. Payudara dikompres hangat
3. Seorang perempuan berusia 35 tahun melahirkan anak kedua spontan 14 hari yang lalu di
rumah bersalin. Saat kunjungan rumah Ibu mengeluh demam dan nyeri pada payudaranya,
. Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 92x/menit, Suhu 38°C, payudara keras, terlihat
kemerahan, ASI keluar, tinggi fundus uteri tidak teraba, lochea alba. Apakah diagnosa
yang paling tepat?
a. P2A0 3 hari post partum dengan bendungan ASI
b. P2A0 3 hari post partum dengan mastitis
c. P2A0 3 hari post partum dengan abses payudara
d. P2A0 3 hari post partum dengan metritis
V. BUKU SUMBER
1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
2. Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC.
3. Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes
4. Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
5. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta.
6. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
7. Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett Publisher.
Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif,
menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas,
berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018
124
Download