BAHAN AJAR ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI OLEH IGNASENSIA D. MIRONG, SST,MKES KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES KUPANG JURUSAN KEBIDANAN TAHUN 2014 Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 1 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan Rahmat-Nya sehingga Bahan Ajar “Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui” ini bisa terselesaikan. Bahan Ajar ini berisi materi yang akan memberikan kemampuan pada mahasiswa untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal dengan bantuan, didasari konsepkonsep, sikap dan ketrampilan serta hasil evidence based dalam praktik pemeriksaan fisik yang menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dengan pokok-pokok konsep dasar masa nifas, mendemonstrasikan proses laktasi dan menyusui, respon orang tua terhadap bayi baru lahir, perubahan fisiologis masa nifas, adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas, kebutuhan dasar masa nifas, Asuhan ibu nifas normal, Merumuskan diagnose/masalah actual, mendemonstrasikan tindak lanjut asuhan nifas di rumah, komplikasi pada masa nifas dan penanganannya, dan pendokumentasian asuhan masa nifas. Dalam Bahan Ajar ini mahasiswa akan mempelajari Asuhan ibu nifas normal. Kemampuan tersebut sangat penting bagi mahasiswa semester III, karena kemampuan ini akan menjadi bekal saat belajar di klinik dan Rumah Sakit untuk bisa memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan baik. Masa Nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika organ-organ reproduksi kembali seperti semula dan berlangsung kira-kira 6 minggu. Untuk membantu anda menguasai kemampuan diatas, dalam Bahan Ajar ini akan disajikan pembahasan dan latihan. Penyusunan Bahan Ajar ini bisa selesai atas bantuan berbagai pihak. Tetapi dalam penyusunan Bahan Ajar ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan masukan perbaikan untuk kedepan. Akhirnya kiranya Bahan Ajar ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Penulis Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS A. Perubahan sistem reproduksi B. Perubahan sistem pencernaan C. Perubahan sistem perkemihan D. Perubahan sisitem muskuloskelektal E. Perubahan sistem endokrin F. Perubahan tanda-tanda vital G. Perubahan sistem kardiovaskuler H. Perubahan sistem hematologi BAB II PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU MASA NIFAS A. Adaptasi psikologis ibu masa nifas B. Postpartum blues C. Postpartum psikosis D. Kesedihan dan duka cita BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASA NIFAS DAN MENYUSUI A. Faktor fisik B. Faktor psikologis C. Faktor lingkungan ,sosial , budaya dan ekonomi D. Kesedihan dan duka cita BAB 1V KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS A. Nutrisi B. Ambulasi C. Eliminasi D. Kebersihan diri/perineum E. Istirahat F. Seksual G. Latihan /senam nifas BAB V RESPON ORANG TUA TERHADAP BAYI BARU LAHIR A. Bounding attachment B. Respon ayah dan keluarga C. Sibling rivalry BAB VI KONSEP DASAR ASUHAN MASA NIFAS A. Pengertian masa nifas B. Tujuan asuhan masa nifas C. Peran dan tanggungjawab bidan masa nifas D. Tahapan masa nifas E. Kebijakan program nasional masa nifas BAB VII PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI A. Anatomi dan fisiologi payudara B. Dukungan bidan dalam pemberian ASI C. Manfaat pemberian ASI D. Tanda bayi cukup ASI 2 3 5 6 8 9 9 9 10 11 11 14 14 17 18 18 23 23 27 28 11 32 32 34 35 35 36 36 36 39 39 41 43 47 47 48 48 48 48 52 53 59 62 70 Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 3 BAB VIII BAB IX BAB X E. ASI eksklusif F. Cara merawat payudara G. Cara menyusui yang baik dan benar H. Masalah dalam pemberian ASI DETEKSI DINI KOMPLIKASI MASA NIFAS DAN PENANGANANNYA A. Infeksi masa nifas B. Masalah payudara C. Hematoma D. Hemoragi postpartum E. Subinvolusi F. Tromboplebitis G. Sisa plasenta H. Inversio uteri I. Masalah psikologis ASUHAN MASA NIFAS NORMAL Pengkajian data fisik dan psikososial DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN DENGAN SOAP A. Pengertian B. Metode dokumentasi C. Tindakan asuhan kebidanan 70 72 73 75 88 88 90 92 93 93 94 95 95 96 99 100 111 111 111 121 Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 4 BAB I PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS I. PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT Masa nifas atau postpartum disebut juga puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” yang berarti melahirkan. Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Selama hamil, terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi perubahan pada sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem musculoskeletal, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem hematologi, dan perubahan pada tanda-tanda vital. Pada masa postpartum perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi seperti saat sebelum hamil. B. TIK Pada akhir perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi : 1. Perubahan Sistem Reproduksi 2. Perubahan Sistem Pencernaan 3. Perubahan Sistem Perkemihan 4. Perubahan Sistem Musculoskeletal 5. Perubahan Sistem Endokrin 6. Perubahan Tanda-tanda Vital 7. Perubahan Sistem Kardiovaskuler 8. Perubahan Sistem Hematologi II. URAIAN Apa yang terjadi pada ibu nifas? Perubahan fisik apa saja yang terjadi secara alamiah pada seorang ibu nifas? Berbagai pertanyaan tentunya telah berkecamuk dalam pikiran Anda. Sebagai seorang bidan, untuk dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan kebutuhan klien, tentunya kita harus dapat memahami perubahan – perubahan fisik yang terjadi, sehingga asuhan yang diberikan tepat sasaran. Selama hamil, terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi perubahan pada sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem muskuloskeletal, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 5 hematologi dan perubahan tanda- tanda vital. Pada masa postpartum perubahan – perubahan tersebut akan kembali menjadi seperti saat sebelum hamil. Sebagai seorang bidan, sebelum memberikan asuhan kita harus fahami, perubahan apa yang sedang berlangsung pada diri seorang ibu yang baru melahirkan, sehingga kita bisa mengetahui kebutuhan ibu dan menyesuaikan dengan asuhan yang akan kita berikan. Baiklah, pertama – tama kita akan membahas tentang sistem reproduksi. A. PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI a. Involusi Uterus Involusi Uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Proses involusio uterus adalah sebagai berikut : Autolysis Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Terdapat polymorphagolitik dan macrophages di dalam system vascular dan system limphatik Efek oksitosin (cara bekerjanya oksitosin) Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan perubahan-perubahan normal di dalam uterus selama postpartum : Periode Bobot DiameterUterus Uterus Pada akhir 900 gram Palpasi Serviks 12,5 cm Lembut/lunak persalinan Akhir minggu ke-1 450 gram 7,5 cm 2 cm Akhir minggu ke-2 200 gram 5,0 cm 1 cm Akhir minggu ke-6 60 gram 2,5 cm Menyempit Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 6 Sumber : Varney’s (2004) b. Lokia Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi necrotic (layu/mati). Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan lokia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat. Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, seperti pada tabel berikut ini: Lokia Rubra Waktu 1-3 hari Sanginolenta 3-7 hari Serosa 7-14 hari Alba >14 hari Warna Merah kehitaman Ciri-ciri Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah Putih bercampur Sisa darah bercampur lender merah Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan kecoklatan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta Putih Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 7 c. Laktasi Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI), yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap ibu yang melahirkan akan tesedia makanan bagi bayinya, dan bagi si anak akan merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa aman, tenteram, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan faktor yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya. Produksi ASI masih sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI. Ibu yang sedang menyusui juga jangan terlalu banyak dibebani urusan pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan lainnya karena hal ini juga dapat mempengaruhi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang. Ada 2 refleks yang sangat dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, yaitu : 1 ) Refleks Prolaktin Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima rangsangan neurohormonal pada putting dan areola, rangsangan ini melalui nervus vagus diteruskan ke hypophysa lalu ke lobus anterior, lobus anterior akan mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk melalui peredaran darah sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI dan merangsang untuk memproduksi ASI. 2 ) Refleks Let Down Refleks ini mengakibatkan memancarnya ASI keluar, isapan bayi akan merangsang putting susu dan areola yang dikirim lobus posterior melalui nervus vagus, dari glandula pituitary posterior dikeluarkan hormon oxytosin ke dalam peredaran darah yang menyebabkan adanya kontraksi otot-otot myoepitel dari saluran air susu, karena adanya kontraksi ini maka ASI akan terperas ke arah ampula. Skema Reflek pada Laktasi Sumber : http://jurnalbidandiah.blogspot. com/2012/04/anatomi-payudara-danfisiologis.html B. PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 8 usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau glyserin spuit atau diberikan obat yang lain. C. PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN Dinding kandung kencing memperlihatkan oedem dan hyperemia. Kadang-kadang oedema trigonum, menimbulkan abstraksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tertinggal urine residual (normal + 15 cc). Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan pyolum normal dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri akibat proses katalitik involusi. Acetonurie terutama setelah partus yang sulit dan lama yang disebabkan pemecahan karbohidrat yang banyak, karena kegiatan otot-otot rahim dan karena kelaparan. Proteinurine akibat dari autolisis sel-sel otot. D. PERUBAHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan. E. PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN a. Hormon plasenta Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 9 b. Hormon pituitary Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi. c. Hipotalamik Pituitary Ovarium Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi. F. PERUBAHAN TANDA-TANDA VITAL a. Suhu Badan Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C - 38°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau sistem lain. b. Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. c. Tekanan darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklampsi postpartum. d. Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 10 G. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterin. Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresis terjadi, yang secara cepat mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan. Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300 – 400 cc. Bila kelahiran melalui seksio sesarea, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah (blood volume) dan hematokrit (haemoconcentration). Bila persalinan pervaginam, hematokrit akan naik dan pada seksio sesaria, hematokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu. Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan decompensation cordia pada penderita H. PERUBAHAN SISTEM HEMATOLOGI Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000 atau 30000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah hemoglobine, hematokrit dan erytrosyt akan sangat bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 11 diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobine pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum. III. KESIMPULAN 1. Perubahan yang terjadi selama kehamilan akan kembali normal seperti sebelum hamil dalam waktu 6 minggu, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. 2. Seorang bidan harus memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas agar dapat memberikan asuhan yang tepat pada ibu nifas. IV. LATIHAN 1. Pada hari ke 7 post partum, tinggi fundus uteri berada pada posisi : a. Sepusat b. 2 jari bawah pusat c. Setengah pusat symphisis d. 1 jari diatas symphisis 2. Lokea pada hari ke 3 adalah a. Lokea rubra b. Lokea serosa c. Lokea alba d. Lokea sanguilenta 3. Hormon yang penting bagi proses menyusui adalah a. Estrogen b. Progesteron c. Prolaktin d. Oksitosin V. BUKU SUMBER 1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. 2. Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC. 3. Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes 4. Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 12 5. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta. 6. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. 7. Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett Publisher. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 13 BAB II PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU MASA NIFAS I. PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT Wanita banyak yang mengalami perubahan emosi selama masa nifas, sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Hal ini perlu diketahui tentang penyesuaian psikologis yang normal, sehingga dapat dimulai apakah ibu nifas tersebut membutuhkan asuhan khusus dalam masa ini dan dapat diketahui secara dini untuk penyimpangan normal yang umum terjadi pada penyesuaian psikologis seorang ibu nifas. Mengidentifikasi perubahan peran yang B. TIK Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu: 1. Menguraikan adaptasi psikologi ibu masa nifas dengan tepat 2. Mengidentifikasi perubahan peran yang dialami ibu dengan tepat 3. Menjelaskan post partum blues dengan tepat 4. Menjelaskan depresi post partum dengan tepat 5. Menjelaskan post partum psikosis dengan tepat 6. Mengidentifikasi kesedihan dan griefing dengan tepat II. URAIAN 1. Adaptasi psikologis ibu masa nifas Masa nifas merupakan masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali kekeadaan semula seperti sebalum hamil. Masa nifas ini berlangsung kira-kira 6 minggu. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas dapat menimbulkan adanya perubahan psikologis pada ibu karena itu ibu nifas perlu beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi setelah kelahiran bayinya. Keberhasilan masa transisi menjadi orang tua pada masa nifas dipengaruhi oleh beberapa factor: Respon dan dukungan dari keluarga Hubungan antara pengalaman saat melahirkan dengan harapan Pengalaman melahirkan dengan membesarkan anak sebelumnya Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 14 Pengaruh budaya Ada empat fase adaptasi postpartum: Physica recovery (pemulihan kembali fisik) Achievement phase dari 2-4/5 bulan postpartum Mulai menempatkan posisi sesuai peran Distribution phase dari 6-8 bulan postpartum Mulai meramu pengalaman-pengalaman dan menemukan satu ilmu dalam dirinya sendiri Reorganization phase dari 8-12 bulan postpartum Mulai mencoba apa yang dilihat Menurut REVA RUBIN (1997) mengklasifikasikan adaptasi psikologi ibu pada masa nifas menjadi 3 tahap yakni: a. Periode Taking - In (hari 1-2 setelah melahirkan) Ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain Perhatian tertuju pada kekhawatiran terhadap perubahan tubuh Ibu akan mengulangi pengalaman waktu melahirkan Memerlukan ketanangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh ke kondisi semula Napsu makan ibu bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi. Kurangnya napsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh ke normal. b. Periode Taking - Hold (hari 2-4 setelah melahirkan) Ibu mulai memperhatikan kemampuan menjadi orangtua dan meningkatkan tanggung jawab akan bayinya Memfokuskan perhatian pada control fungsi tubuh, BAB,BAK, dan ketahanan tubuh Ibu berusaha menguasai ketrampilan merawat bayi, seperti menggendong, menyusui dan mengganti popok. Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu mengurus bayinya c. Periode Letting - Go Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 15 Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memenuhi kebutuhan bayinya sehingga akan menggurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan sosial Tidak mengherankan kalau ia membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri untuk menjadi seorang ibu dan mungkin menderita gangguan psikologik. Sejumlah wanita menjadi sedih sebentar-sebentar dan emosional antara hari ke 3 dan ke 5 setelah melahirkan (murung hari ketiga) dan kira-kira 10 % wanita mengalami depresi berat. Murung hari ketiga (Third Day Blues) Mengapa begitu banyak wanita murung pada hari ketiga tidak diketahui. Spekulasi etiologinya antara lain adalah gangguan keseimbangan hormonal (walaupun tidak diketahui), reaksi terhadap kegembiraan melahirkan anak, dan keraguan ibu mengenai kemampuannya merawat anak yang bergantung padanya. Factor lain pada kultur barat adalah harapan bahwa seorang ibu segera mencintai bayinya, sementara pada kenyataannya kasih saying ibu merupakan suatu perilaku yang harus dipelajari. Keadaan ini menyebabkan ledakan isakan tangis, mudah tersinggung dan pada beberapa kasus, depresi umum. Penyesuaian tehadap kedudukan sebagai orang tua dan depresi masa nifas Para wanita dididik untuk percaya bahwa mereka harus menjadi ibu rumah tangga yang baik, kekasih yang baik dan ibu yang berpengalaman pada saat yang samam. Namun sesampainya dirumah setelah melahirkan, tuntutan bayi yang terus-menerus dan menguras tenaga, waktu dan emosi seorang ibu dapat menyebabkan stress yang berat. Stress ini lebih berat lagi karena mereka membentuk keluarga inti dan keluarga muda cenderung tinggal ditempat yang jauh dari sanak saudara, pada budaya lain, siap memberikan bantuan dan hiburan. Stress ini menjadi lebih hebat lagi jika ia tersebut menyadari bahwa dialah satusatunya yang bertanggung jawab atas bayi kecil yang tidak dapat mudah dipahami serta membutuhkan perhatian siang dan malam. Ia tidak tahu bahwa bayi akan menangis kuat-kuat hanya karena penyebab yang demikian sepele. Tidurnya sering terganggu dan rasa letihnya diperberat oleh perasaan tidak mampu. Hubungan dengan suami memerlukan penyesuaian, dan ini seecara emosional dapat sangat mengganggu terutama jika suami tidak ikut ambil bagian sebagai orang tua.karena bayi banyak menyita waktunya, ia tidak dapat menjaga rumah sebersih yang diinginkannya, dan merasa bersalah karena ia bukan lagi ibu rumah tangga yang efisien seperti yang dulu diyakininya. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 16 Keletihan yang timbul karena tuntutan bayi, penyesuaian emosi kembali dalam hubungan perkawinan, rasa bersalah karena rumah tidak rapid an kurangnya bantuan dari penasehat sering menimbulkan depresi. Pada kira-kira 5%, depresinyamenjadi begitu berat sehingga memerlukan bantuan medis, biasanya antara minggu kedua dan ketujuh dalam masa nifas. Gejala utama yang muncul adalah perubahan mood: mudah menangis, perasaan tak berdaya, dan tidak mampu mengatasi beban. Perubahan-perubahan ini bersifat labil dan cenderung memburuk pada malam hari, dengan disertai keluhan keletihan, anoreksia, dan mual yang bersifat psikosomatik. 2. Pospartum blues Postpartum Blues adalah kemurungan yang dialami pada masa setelah melahirkan. Postpartum Blues adalah hal yang normal terjadi pada ibu melahirkan dan biasanya hilang sendiri dalam 2 minggu setelah melahirkan. Penyebanya adalah: perasaan kehilangan secara fisik sesudah melahirkan seperti bentuk tubuh yang tidak bagus, ketidakmampuan seorang ibu dalam merawat bayinya nanti, perasaan tidak menjadi seorang ibu yang baik, kurangnya dukungan dari pihak keluarga akan penerimaan terhadap ibu baru dan bayinya dan trauma terhadap proses persalinan. Postpartum blues merupakan wujud fenomena psikologis yang dialami oleh ibu postpartum. Secara fisiologis postpartum blues merupakan wujud fenomena psikologis yang dialami oleh ibu postpartum. Secara fisiologis postpartum blues disebabkan oleh emosi postpartum yang dipengaruhi oleh ketidaknyamanan fisik dan kurang tidur, biasanya berlangsung 3-5 hari postpartum. Tanda-gejala dari postpartum blues adalah: sangat sedih, emosi, kuatir, mudah tersinggung, cemas, merasa hilang semangat, mudah marah, sedih tanpa sebab, menangis berulang kali, dan sering termenung sendiri. Tanda gejala diatas kemungkinan akan menjadi lebih parah jika tidak segera diatasi yakni adanya ketidaknyamanan jasmani, rasa letih, stress, kecemasan yang tidak diharapkan dan mengarah pada keadaan yang lebih serius yakni depresi postpartum yang merupakan hal yang sangat serius sehingga dibutuhkan penanganan yang serius. Jika postpartum blues tidak ditangani dengan baik akan berpengaruh pada ibu dan bayi antara lain: 1. Bagi ibu Terjadinya penurunan kesehatan pada ibu Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 17 Ibu tidak memperhatikan keadaan bayinya Ibu tidak memperdulikan keadaan dan kesehatan dirinya 2. Bagi bayi Bayi tidak mendapat perhatian dari ibu, pemberian ASI dan kasih sayang Bayi dari ibu postpartum blues berkelanjutan cenderung mengalami kemurungan atau dikenal dengan baby blues. 3. Post Partum Psikosis Sangat jarang terjadi, 1 atau 2 dalam setiap 1000 kelahiran dan biasanya dimulai pada minggu ketiga dalam 6 minggu setelah melahirkan. Para wanita yang rentan terhadap depresi postpartum yang lebih berat adalah mereka yang kehamilannya tidak diharapkan, atau mereka yang mempunyai masalah- masalah yang sulit dihadapi, beresiko untuk terkena postpartum psikosis. Gejala dari postpartum psikosis adalah munculnya halusinasi, gangguan saat tidur dan perilaku yang kurang wajar. Etiologi dari postpartum psikosis adalah perubahan tingkat hormonal, stres psikologis dan fisik serta sistem pendukung yang tidak memadai. Sering dialami oleh ibu yang mengalami abortus, kematian bayi dalam kandungan dan kematian bayi setelah lahir. Apabila Anda menemukan ibu yang mengalami kelainan psikologis seperti depresi post partum dan post partum psikosis, sebaiknya rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi untuk mendapatkan penanganan lanjutan. 4. Kesedihan dan duka cita Kira-kira 12 bayi dari setiap 1000 kelahiran lahir mati atau mati dalam 28 hari pertama setelah lahir. Kematian ini disebut kematian perinatal. Kebanyakan bayi ini lahir preterm, berat badan lahir rendah, dan kira-kira 25 % menderita malformasi congenital berat. Orang tua yang bayinya meninggal pada masa perinatal bereaksi berduka, sama seperti kehilangan orang lain yang dicintai. Mula-mula ibu (dan sering ayahnya juga) merasa kehilangan dan merasa “syok”. Setelah beberapa hari, reaksinya berubah berusaha memahami mengapa bayinya meninggal atau menjadi ungkapan rasa marah atau menyesal tentang kejadian-kejadian yang terjadi selama kehamilan atau sewaktu melahirkan. Lebih 2 atau 3 bulan kemudian, banyak orangtua mungkin meninjau kembali kejadian-kejadian seputar kematian bayinya, sering berulang-ulang. Lebih dari 50 % ibu menderita depresi dan ansietas yang dapat berlangsung Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 18 selama berbulan-bulan, tetapi pada saat yang sama, pasangan tersebut saling menyesuaikan diri dan sering memulai kehamilan baru. Keparahan dan lamanya reaksi duka cita dapat dikurangi jika orang tua diberi kesempatan untuk berbicara dengan staf penolong dan staf perawat segera setelah bayinya meninggal. Pembicaraan tersebut harus dilakukan ditempat yang tenang, jangan dibangsal yang terbuka. Kebanyakan orangtua mau mengerti apa yang terjadi bila diberi penjelasan dengan bahasa yang sederhana yang jelas. Beberapa menjadi marah, menyalahkan staf atas kematian anaknya. Dokter atau perawat harus mendengarkan orangtua tersebut dengan penuh simpatik dan pengertian dan menerangkan sejelas mungkin atas kejadian seputar kematian tersebut. Disamping itu, anggota staf harus memberikan informasi kepada orang tua tentang reaksi duka cita yang dapat terjadi dan memberikakn penghiburan bahwa tidak ada tindakan atau kegagalan ibu yang mmenyebabkan anak meninggal. Satu dari lima wanita yang bayinya lahir mati atau meninggal pada masa neonatus menderita gejala duka yang dalam (tidak bisa tidur, depresi dan menarik diri). Wanita yang mendapat sedikit atau tidak mendapat dukungan dari suami, pasangan atau keluarga yang dirawat oleh tenaga kesehatan yang acuh tak acuh dan kurang mendapat perhatian dari lingkungan yang merawatnya lebih cenderung mengalaminya lebih berat. Wanita-wanita ini terutama lebih memerlukan bantuan tenaga kesehatan professional yang simpatik atau mau mendengarkan, berkomunikasi dan memberikan nasehat. Peran bidan dalam hal ini adalah memberitahukan kepada keluarga untuk memberikan suppport dan perhatian yang penuh bagi ibu dan menemani ibu selama beberapa hari atau minggu. Bidan juga menganjurkan kepada ibu untuk lebih banyak istirahat, mengkonsumsi makanan yang bergizi, menjaga diri sendiri, mengungkapkan perasaan yang mengganjal baik pada anggota keluarga atau petugas kesehatan dan terlebih mendekatkan diri pada Tuhan. Davidson (1984) menjelaskan 4 (empat) dimensi berkabung: 1. Syok dan hilang rasa Dialami oleh orangtua ketika mereka megungkapkan perasaan tidak percaya, panik, tertekan atau marah. Pengalaman ini dapat diinterupsi oleh letupan emosi. Pengambilan keputusan sulit dilakukan pada saat ini dan fungsi normal menjadi terganggu. Fase ini mendominasi selama 2 minggu pertama setelah kehilangan. Para orang tua mengatakan bahwa mereka seperti berada dalam mimpi buruk dan bahwa meraka akan bangun dan segala sesuatu akan menjadi baik. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 19 2. Mencari dan merindukan Dapat didefenisikan sebagai perasaan gelisah, marah, bersalah dan mendua. Dimensi ini merupakan suatu kerinduan akan sesuatu yang dapat terjadi dan merupakan proses pencari jawaban mengapa kesedihan terjadi. Fase ini dimulai saat kehilangan terjadi dan memuncak empat bulan setelah kehilangan. Orang tua mengatakan bahwa mereka begitu ingin memeluk seorang bayi, mereka bangun karena menengar tangisan bayi, dan mereka mengalami mimpi yang mengganggu. Mereka terpaku pada pikiran apa yang terjadi, apa yang telah mereka lakukan sehingga kejadian yang mengerikan itu terjadi sampai pada kematian itu sendiri sehingga mereka bersedih. 3. Disorganisasi Diidentifikasikan setelah individu berkabung mulai berbalik dari menguji apa yang nyata menjadi sadar terhadap realitas kehilangan. Perasaan tertekan, sedih, sulit konsentrasi pada pekerjaan dan penyelesaian masalah dan perasaan bahwa ia merasa tidak nyaman dengan kondisi fisik dan emosinya muncul. Fase ini memuncak sekitar 5-9 bulan dan secara perlahan menghilang. Banyak orangtua merasa bahwa mereka tidak akan pernah kelua dari rasa kehilangan, bahwa mereka kehilangan pikiran mereka dan merasa nyeri secara fisik. 4. Reorganisasi Terjadi bila individu yang berduka dapat berfungsi dirumah dan ditempat kerja dengan lebi baik disertai peningkatan harga diri dan rasa percaya diri. Individu yang berduka memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan baru dan menempatkan kehilangan tersebut dalam perspektif. Fase ini terjadi bila orang tua tertawa dan bila mereka mulai menikmati hal-hal sederhana dalam hidupnya tanpa merasa bersalah. Fase ini mulai memuncak setelah tahun pertama yakni saat orang tua mulai melanjutkan hidupnya. Keluarga mengatakan mereka tidak akan melupakan bayi mereka yang telah meninggal tetapi mereka akan memulai kembali kehidupan mereka. Tanda – Gejala berduka: a. Efek fisik Letih Selera makan hilang Pandangan kabur Sulit bernapas Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 20 Masalah tidur Kurang tenaga Berat badan menurun/meningkat Nyeri kepala Palpitasi Gelisah b. Efek emosional atau psikologi Menyangkal Rasa bersalah Marah Benci Pahit/gentir Depresi Iritabilitas (mudah tersinggung) Sedih Merasa gagal Konsentrasi pada masalah Gagal menerima kenyataan Terpaku pada kematian c. Efek sosial Menarik fisik dari aktifitas normal Isolasi dari pasangan, keluarga dan teman-teman. III. KESIMPULAN Periode postpartum menggambarkan suatu waktu stress emosional bagi ibu postpartum. Fakktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan transisi peran menjadi orangtua selama masa postpartum adalah: Respon dan dukungan keluarga Hubungan pengalaman melahirkan dengan harapan Pengalaman melahirkan dengan membesarkan anak sebelumnya Pengaruh budaya Menurut REVA RUBIN periode ini terbagi dalam 3 tahap yaitu: Taking – On Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 21 Taking – In Letting – Go Sedangkan postpartum blues adalah kemurungan yang dialami pada masa setelah melahirkan. Kemurungan ini menimbulkan kesedihan dan duka cita pada postpartum yang manalami masalah dalam peralinannya seperti: bayinya meninggal atau cacat. IV. LATIHAN 1. Perubahan psikologis yang dialami oleh ibu pada masa post partum di hari pertama berada pada fase : a. Letting go b. Taking in c. Taking on d. Taking hold 2. Penyebab terjadinya post partum blues adalah a. Rasa senang akan kehadiran buah hati b. Ketakutan tidak bisa melahirkan normal c. Kelelahan akibat kurang istirahat d. Infeksi pada masa nifas 3. Gejala dari post partum blues adalah a. Sedih b. Euphoria c. Insomnia d. Peningkatan nadi V. BUKU SUMBER 1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. 2. Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC. 3. Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes 4. Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 5. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta. 6. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. 7. Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett Publisher. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 22 BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASA NIFAS DAN MENYUSUI I. PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT Seperti yang kita ketahuai masa nifas adalah suatu rentang waktu yang amat penting bagi kesehatan ibu dan anak, setelah melewati masa hamil dan melahirkan. Pada masa ini banyak sekali perubahan-perubahan penting yang berpengaruh penting pada ibu. Perubahan peran ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya mendukung positif untuk ibu. B. TIK Pada akhir perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi : a. Mengetahui faktor fisik yang mempengaruhi mempengaruhi masa nifas. b. Mengetahui faktor psikologi yang mempengaruhi masa nifas. c. Mengetahui faktor lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi yang mempengaruhi masa nifas. II. URAIAN 1. Faktor Fisik A. Status Kesehatan 1. Rahim Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu. Berangsur-angsur rahim akan mengecil seperti sebelum hamil. 2. Jalan lahir (servik,vulva dan vagina) Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, sehingga penyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan yang memerlukan penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3 pekan (tergantung elastis tidak atau seberapa sering melahirkan). Jaga kebersihan daerah kewanitaan agar tidak timbul infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau busuk, rasa perih, panas, merah dan terdapat nanah). Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 23 3. Darah nifas (Lochea) Darah nifas hingga hari ke dua terdiri dari darah segar bercampur sisa ketuban, berikutnya berupa darah dan lendir, setelah satu pekan darah berangsur-angsur berubah menjadi berwarna kuning kecoklatan lalu lendir keruh sampai keluar cairan bening di akhir masa nifas. 4. Payudara Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar puting susu, ini menandakan dimulainya proses menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum keluar). Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body, dan protein. 5. Sistem Perkemihan Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Namun usahakan tetap kencing secara teratur, buang rasa takut dan khawatir, karena kandung kencing yang terlalu penuh dapat menghambat kontraksi rahim yang berakibat terjadi perdarahan. 6. Sistem Pencernaan Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan menurunnya fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa ingin atau sulit BAB (buang air besar). Terkadang muncul wasir atau ambein pada ibu setelah melahirkan, ini kemungkinan karena kesalahan cara mengejan saat bersalin juga karena sembelit berkepanjangan sebelum dan setelah melahirkan. 7. Peredaran Darah Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta hemoglobin (keping darah) akan berkurang, Namun akan normal kembali setelah 1 minggu. Tekanan dan jumlah darah ke jantung akan lebih tinggi dan kembali normal hingga 2 pekan. 8. Suhu Badan Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak meningkat dan setelah 12 jam akan kembali normal. Hal ini terjadi karena perubahan metabolisme pada ibu, selain itu karena ibu merasa kelelahan sehingga terjadi dehidrasi. Waspadai jika sampai terjadi panas tinggi, karena dikhawatirkan sebagai salah satu tanda infeksi atau tanda bahaya lain. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 24 B. Status Gizi Gizi atau nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayinya. Semua itu akan meningkat 3 kali dari kebutuhan biasanya. Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI, serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna. Disamping itu harus mengandung: 1. Sumber tenaga (energi) Untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, penghematan protein(jika sumber tenaga kurang, protein dapat digunakan sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi). Contohnya: nasi, jagung dan makanan yang mengandung karbohidrat. 2. Sumber pembangun(protein) Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Contohnya: telur, tempe tahu, daging, ikan, dan kacang-kacangan. 3. Sumber pengatur dan pelindung(mineral, vitamin, dan air) Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Contohnya: sayur-sayuran, buah-buahan, dan air putih. Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya yang berasal dari bayi, ari-ari, air ketuban dan perdarahan persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha tubuh untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil. C. Status Gaya Hidup Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup masyarakat sekarang, ternyata ada beberapa gaya hidup lain yang cukup merugikan kesehatan seorang wanita hamil. Misalnya kebiasaan begadang, berpergian jauh dengan berkendara motor, dan lain – lain. Gaya hidup ini akan mengganggu kesejahteraan bayi yang dikandungnya karena kebutuhan istirahat mutlak harus dipenuhi. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 25 1. Substance abuse ( Konsumsi alkohol ) Pada hakekatnya semua wanita tahu tentang akibat dari meminum alkohol. Resiko dari minum alkohol yang terus-memerus, tentunya juga berhubungan dengan dosis yang akan menyebabkan berbagai masalah yang serius seperti meningkatkan resiko keguguran,lahir prematur,berat lahir yang rendah,komplikasi selama masa persiapan kelahiran, persalinan dan FAE (Fetal Alkohol effect). Di Amerika Serikat,penggunaan alkohol selama kehamilan merupakn penyebab terbesar dari keterbelakangan mental dan cacat lahir. Makin cepat seorang peminum menghentikan kebiasaanya selama kehamilan akan lebih kecil resikonya pada bayi. 2. Perokok Ibu hamil yang merokok akan sangat merugikan dirinya dan bayinya. Bayi akan kekurangan oksigen dan racun yang diisap melalui rokok dapat di transfer lewat plasenta ke dalam tubuh bayi. Pada ibu hamil dengan merokok berat kita harus waspada akan risiko keguguran, kelahiran prematur, BBLR, bahkan kematian janin. 3. Hamil dilur nikah / Kehamilan tidak diharapkan Jika kehamilan tidak diharapkan, maka secara otomatis ibu akan sangat membenci kehamilannya, sehingga tidak ada keinginan dari ibu untuk melakukan hal – hal positif yang dapat meningkatkan kesehatan bayinya. Pada kasus ini kita waspadai adanya keguguran, prematur, dan kematian janin. Tindakan Abortus yang tidak bertanggung jawab akan menyebabkan kematian Ibu hamil, perdarahan, infeksi, perasaan bersalah menghantui pelaku abortus sepanjang hidupnya dapat megakibatkan gangguan jiwa, perbuatan abortus tanpa alasan yang dapat diterima adalah perbuatan dosa besar sama dengan membunuh manusia. Hal ini juga disebabkan karena remaja wanita merupakan populasi resiko tinggi terhadap komplikasi dalam kehamilan, penyulit terjadi karena inadekuatnya nutrisi, perawatan antenatal yang minimal, terlambatnya penanganan oleh tenaga medis, meningkatnya mortalitas perinatal dan morbiditas maternal pada kehamilan remaja, remaja telah matang seksual tetapi tidak matang secara emoisional dan sosial, perawatan bayi diserahkan kepada orang lain. Pada kehamilan diluar nikah hampir bisa dipastikan bahwa pasangan masih belum siap dalam hal ekonomi. Selain itu kekurangsiapan ibu untuk merawat bayinya juga perlu diwaspadai agar tidak terjadi postpartum blues. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 26 2. Faktor Psikologis A. Stres Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain: 1. Fase Taking In Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua melahirkan. Pada fase ini ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyaman fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti menangis, dan mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung lebih pasif terhadap lingkungannya. Pada fase ini petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati fase ini dengan baik. Ibu hana ingin didengarkan dan diperhatikan. Kemampuan mendengarkan ( listening skills ) dan menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami atau keluarga sangat diperlukan pad fase ini. Gangguan fisiologis yang mungkin dirasakan ibu adalah : a. Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya misal jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut dan lainnya. b. Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu misal rasa mules karena rahim berkontraksi untuk kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka jahitan. c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya. d. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayi dan cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasakan tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu semata. 2. Fase Taking Hold Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3 – 10 hari setelah melahirkan. Pada fase ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif, sehingga mudah Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 27 tersinggung dan marah. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas. Tugas kita adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara merawt luka jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu seperti gizi,istirahat, kebersihan diri dan lainnya. 3. Fase Letting Go Fase letting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam mnjalani peran barunya. Pendidikan kesehatan yang diberikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. B. Support Keluarga Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan ibu. Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak terlalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya. 3. Faktor Lingkungan, Sosial, Budaya, dan Ekonomi A. Kebiasaan Dan Adat Istiadat Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun temurun masih dianut sampai saat ini. Berikut beberapa kebiasaan dan tradisi dari daerah : Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 28 Antara lain : 1. Biasanya orang-orang dahulu melahirkan dengan dukun beranak. Jadi semua hal tentang nifas dikerjakan berdasarkan anjuran dukun. Persis setelah melahirkan ibu dibuatkan gelang dengan Benang Tujuh Ragam, dan di pasang selama 40 hari pada pergelangan tangannya. Setelah itu baru boleh dibuka. 2. Ibu mandi walladah untuk membersihkan diri. 3. Pada hari ke 3 setelah melahirkan ibu diurut oleh dukun. 4. Selama 3 hari berturut-turut sejak awal nifas ibu ”Disembur” dengan kunyahan kunyit, bawang putih, merica hitam, merica putih pada bagian keningnya. 5. Selama nifas ibu harus memakai stagen panjang untuk dililitkan diperutnya. Kira-kira berukuran 4 m (dimulai setelah hari ke 3 ). 6. Jika duduk ibu harus dengan posisi bersimpuh. Dilarang keras untuk mengangkang, karna akan mengakibatkan perut jatuh atau lepas. 7. Jika ibu bepergian selama nifas, maka harus membawa bawang putih atau gunting kecil, untuk penangkal mahluk halus. Dan menjaga air susu ibu dari gangguannya. 8. Sesekali ibu berkelumun di bawah kain dengan asap rebusan air kunyit. Untuk menghilangkan bau badan atau aroma tidak sedap. 9. Ibu harus memakai sarung selama nifas. 10. Ibu tidak boleh keluar rumah pada saat magrib. Untuk menjaga ibu dan ASInya. 11. Selama ibu menyusui dalam masa nifas (40 hari), anak harus dialas atau disambut dengan bantal. 12. Ibu dan bayi tidur di luar kamar dengan membentang kasur. 13. Dilarang menjahit selama nifas. 14. Pantang makan ikan, pedas dan asin. 15. Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari karena bisa sawan 16. Khitan pada bayi laki-laki dan perempuan 17. Minum jamu dapat memperlancar ASI 18. Upacara adat seperti brokohan, sepasaran dan selapanan 19. Menaruh ramuan pada tali pusat 20. Tidak boleh makan terong karena bisa membuat bayi panas dingin B. Fasilitas Kesehatan 1. Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menentukan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat, Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 29 sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilias kesehatan ini sangat menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka kematian ibu ( AKI ). 2. Untuk mencapai suatu kondisi yang sehat diperlukan adanya sarana dan prasarana (fasilitas kesehatan) yang memadai. Masalah yang timbul karena faktor 3 keterlambatan, yaitu: a. Keterlambatan dalam pengambilan keputusan dalam mencari pelayanan kesehatan. Hal ini dipengaruhi oleh status ekonomi, status pendidikan, status wanita, karakteristik penyakit. b. Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatn itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh jarak, transportasi, jalan dan biaya. c. Keterlambatan dalam menerina penanganan yang tepat dipengaruhi oleh kualitas tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang tersedia. C. Ekonomi Status ekonomi merupakan simbol status sosial di masyarakat. Pendapatan yang tinggi menunjukkan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi zat gizi. Sedangkan kondisi ekonomi keluarga yang rendah mendorong ibu nifas melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan kesehatan. Misalnya: ibu dengan kondisi keluarga yang ekonominya rendah tidak dapat membeli makanan 4 sehat 5 sempurna, jadi ibu hanya makan nasi dengan garam atau dengan sayur saja sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarganya. III. KESIMPULAN Faktor-faktor yang mempengaruhi pada masa nifas yaitu faktor fisik, faktor psikologi, dan faktor lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi. Dimana faktor-faktor tersebut bisa membuat ibu dapat beradaptasi dengan lingkungan atau keadaan setelah melahirkan. IV. LATIHAN 1. Jelaskan apa saja faktor fisik yang mempengaruhi mempengaruhi masa nifas. 2. Sebutka faktor-faktor psikologi yang mempengaruhi masa nifas. 3. Jelaskan faktor lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi yang mempengaruhi masa nifas. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 30 V. BUKU SUMBER 1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. 2. Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC. 3. Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes 4. Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 5. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta. 6. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. 7. Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett Publisher. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 31 BAB IV KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS I. PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT Seorang ibu yang baru melahirkan memiliki kebutuhan kebutuhan dasar yang berbeda dari saat kehamilannya dan harus dipahami oleh seorang bidan dalam memberikan asuhannya. Sebagai bidan yang professional, seyogyanya asuhan yang diberikan berdasarkan kebutuhan ibu nifas, bukan keinginan dari petugas kesehatan. Dengan demikian, diharapkan asuhan yang diberikan akan tepat sasaran dan memberikan kepuasan bagi klien. Bahan Ajar ini, membantu Anda dalam hal memahami kebutuhan – kebutuhan apa saja yang harus dipenuhi oleh seorang bidan sehingga masa nifas yang dialami oleh ibu dapat berlangsung secara normal. B. TIK Setelah perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu: 1. Menjelaskan kebutuhan nutrisi dan cairan. 2. Menjelaskan kebutuhan ambulasi 3. Menjelaskan eliminasi: BAK, BAB 4. Menjelaskan kebersihan diri/perineum 5. Menjelaskan kebutuhan istirahat 6. Menjelaskan kebutuhan seksual 7. Menjelaskan kebutuhan latihan/senam nifas 8. Menjelaskan cara menyusui yang benar 9. Menjelaskan masalah dalam pemberian ASI II. URAIAN A. NUTRISI Bagi penderita atau ibu nifas, nutrisi dan cairan merupakan factor yang sangat penting untuk memulihkan kesehatannya kembali dan untuk pembentukan dan pengeluaran ASI. 1) Untuk memulihkan kesehatan Dalam melahirkan anak, ibu memerlukan tenaga banyak dan kuat sehingga persediaan tenaga akan dihabiskan dalam persalinan itu. Jadi tenaga ini memerlukan Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 32 pangantian. Penggantian tenaga terjadi apabila cukup zat-zat makanan yang diperlukan sehingga ada metabolisme yang lancer. Selain terjadi pengeluaran tenaga, juga terjadi pengeluaran cairan terutama darah. Darah memegang peranan penting dalam kehidupan kelancaran fungsi organ-organ tubuh, sebagian besar akan tergantung pada darah. Oleh karena itu bila kekurangan darah maka fungsi tubuh akan mengalami gangguan. Kekurangan darah ini dapat ditanggulangi oleh makanan dan minuman yang baik, kecuali bila kekurangan darah itu cukup berat. Selain makanan dan minuman yang berkualitas tinggi, perlu ditambah dengan obat-obatan, mungkin ditambah darah juga. Biasanya beberapa jam setelah melahirkan, ibu akan merasa haus bahkan merasa lapar, hal ini disebabkan karena pengeluaran tenaga dan cairan. Oleh karena itu makanan dan minuman yang berkualitas tinggi, dengan begitu kebutuhan zat-zat makanan untuk mengganti tenaga dan cairan yang dikeluarkan dapat segera terpenuhi. 2) Untuk pembentukan dan pengeluaran ASI Air susu ibu merupakan makanan pokok yang terbaik bagi bayi. Makanan dan minuman merupakan salah satu factor penting dalam pembentukan ASI ini telah dimulai waktu hamil. Kebutuhan ASI bagi bayi umur 2 bulan akan lebih banyak dari pada bayi umur satu bulan atau bayi yang baru dilahirkan. Kebutuhan ASI bagi anak makin bertambah sesuai dengan tambahnya usia anak. Adapun kebutuhan air susu bayi sesuai dengan berat badan dan usia anak yaitu: 1. Hari pertama : 80 cc tiap kg BB/hari 2. Hari kedua : 90 cc tiap kg BB/hari 3. Hari ketiga : 120 cc tiap kg BB/hari 4. Hari keempat : 150 cc tiap kg BB/hari Ini berlangsung hingga pada hari ke XIV, kebutuhan ini akan naik menjadi 200 cc taiap kg BB/hari. Porsi pertama diberikan sebelum ibu mengeluarkan susu ibu ialah glukosa 5 %. Bila air susu ibu belum keluar diberi susu buatan yang cukup cair, zat-zat yang berbanding dalam air susu ibu antara lain: kalori, protein, lemak, hidrat arang, vitamin, mineral. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 33 KEBUTUHAN MAKAN IBU MENYUSUI DALAM SEHARI Bahan makanan Ibu menyusui bayi/anam Bayi umur 7-12 Bayi umur 13-24 bulan bulan 5 piring 4½ piring 4 ppiring 2½ piring 2 potong 3 potong 5 potong 4 potong 5 potong 3 mangkuk 3 mangkuk 3 mangkuk 2 potong 2 potong 2 potong 5 sdm 5 sdm 5 sdm 1 gelas 1 gelas 1 gelas 8 gelas 8 gelas 8 gelas Catatan: gunakan minyak atau santan pada waktu memasak Bayi umur 0-6 bulan Nasi Ikan Tempe Sayuran Buah Gula Susu Air PERBANDINGAN KEBUTUHAN ZAT GIZI WANITA TIDAK HAMIL, HAMIL DAN MENYUSUI MAKANAN Kalori (kal) Protein (gram) Kalsium (gram) Ferum (Fe) (mg) Vitamin A (IU) Vitamin B (mg) Vitamin C (mg) Vitamin D (SI) Riboflavin Asam nikotin NORMAL 2500 60 0,8 12 5000 1,5 70 2,2 15 - HAMIL 2500 85 1,5 15 6000 1,8 100 2,5 18 600 MENYUSUI 3000 100 2 15 8000 2,3 150 3 23 700 B. AMBULASI Ambulasi merupakan pergerakan segera setelah persalinan kira-kira 4-6 jam. Ambulasi dini merupakan kebiasaan untuk selekas mungkin membimbing ibu keluar dari tempat tidurnya dan membimbing selakas mungkin berjalan (24 – 48 jam) Keuntungan dari ambulasi dini adalah: 1. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat dengan ambulasi dini 2. Faal usus dan kandung kencing lebih baik 3. Ambulasi dini memungkinkan kita membantu dan memelihara anaknya, memandikan, mengganti pakaian, pemberian makanan. Ini terjadi selama masih berada dirumah sakit. 4. Lebih sesuai dengan keadaan, secara sosial ekonomi 5. Perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka diperut tidak memperbenarkan prolaps/retroflekxio. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 34 Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu dengan penyulit: Anemia Jantung Paru-paru Demam Tahapan ambulasi yaitu; Tarik napas Miring kiri dan kanan Duduk Bangun dan berdiri jalan C. ELIMINASI BAB BAB diusahakan setiap hari seperti kebiasaan sebelum melahirkan. Apabila sampai hari kedua/ketiga belum bisa BAB maka gunakan klisma dan hubungi bidan atau dokter dengan segera. BAK BAK 2 jam setelah proses melahirkan, bila 6 jam setelah melahirkan belum bisa buang air kecil, maka segera hubungi bidan atau dokter. d. KEBERSIHAN DIRI/PERINEUM Daya tahan dan kesehatan ibu setelah melahirkan ini lebih rendah dari biasanya, bukan saja kurang karena adanya kehamilan tetapi karena persalinan. Oleh karena itu dalam masa nifas ini kebersihan diri bersifat menghindarkan dan meniadakan adanya kuman-kuman harus diadakan seperti desinfeksi dan sterilisasi yang disebut pula bebas hama dan suci hama. Kebersihan tubuh penderita dilakukan dengan mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Apabila penderita panas, atau terdapat gejala-gejala kelainan, penderita terus dimandikan. Selain itu kebersihan mulut dan gigi harus diperhatikan. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 35 e. ISTIRAHAT Setelah melahirkan ibu membutuhkan istirahat Dalam nifas normal sebetulnya ibu tidak sakit, tetapi butuh waktu istirahat untuk mengembalikan keadaan umumnya yang mengalami perubahan yaitu menjadi lebih mutlak tidak saja setelah melahirkan tapi mulai sejak permulaan hamil. Istirahat mutlak yang artinya penderita harus tetap tidur dan segala keperluannya dilayani ditempat tidur, hanya diperlukan ditempat tidur, hanya diperlukan selama 24 jam. Apabila keadaan ibu itu normal, ibu biasanya sudah dapat mandi sendiri sambil duduk ditempat tidur, tentu saja alat-alat keperluan untuk mandi dilayani oleh bidan dan vulva hygiene oleh bidan. f. SEKSUAL Secara fisik aman, untuk melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu jari atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai melakukan hubungan seksual kapan saja ibu siap. g. LATIHAN/SENAM NIFAS Kehamilan dan persalinan menyebabkan perubahan kendornya dinding perut karena pembesaran kehamilan dan longgarnya liag senggama serta otot dasar panggul. Keadaan dan kenyataan tersebut sebagian dapat dikembalikan sehingga mendekati normal, untuk selanjutnya dapat mulai lagi hamil dengan kesehatan yang tetap prima Untuk mencapai sasaran tersebut dapat dilakukan senam kesegaran jasmani setelah persalinan. Latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu: memperkuat otot jalan lahir dan dasar panggul (latihan kegel) III. KESIMPULAN Seorang ibu yang baru melahirkan memiliki kebutuhan khusus yang berbeda dengan ibu hamil. Kebutuhan yang perlu diperhatikan oleh seorang bidan dalam memberikan asuhan pada ibu nifas meliputi : 1. Kebutuhan nutrisi dan cairan 2. Kebutuhan ambulasi Mobilisasi 3. Kebutuhan eliminasi Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 36 4. Kebutuhan kebersihan diri 5. Kebutuhan istirahat 6. Kebutuhan olahraga/ senam IV. LATIHAN 1. Berapakah jumlah kalori tambahan yang harus dikonsumsi oleh ibu nifas yang menyusui…….. a. 300 kalori b. 400 kalori c. 500 kalori d. 750 kalori e. 100 kalori 2. Salah satu fungsi penting dari ambulasi dini adalah……….. a. Menurunkan frekuensi trombosis dan emboli paru pada masa nifas b. Mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi c. Memperlambat proses involusi uterus d. Mempererat hubungan antara ayah dan bayi e. Memperlancar peredaran darah 3. Di bawah ini merupakan manfaat senam nifas,kecuali……… a. Membantu penyembuhan rahim, perut dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk normal. b. Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar akibat kehamilan dan persalinan serta mencegah perlemahan lebih lanjut. c. Menghasilkan manfaat psikologis, menambah kemampuan menghadapi stres dan bersantai d. Mengurangi depresi pasca persalinan. e. Menambah berat badan ibu dan meningkatkan kadar Hb dalam darah 4. Pengeluaran urin akan meningkat pada 24-48 jam pertama sampai sekitar hari ke-5 setelah melahirkan,ini terjadi karena …….. a. Gangguan perubahan hormon b. Proses involusi uterus c. Gangguan pada kontraksi rahim Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 37 d. Volume darah ekstra yang dibutuhkan waktu hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan e. Peningkatan tekanan darah V. BUKU SUMBER 1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. 2. Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC. 3. Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes 4. Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 5. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta. 6. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. 7. Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett Publisher. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 38 BAB V RESPON ORANG TUA TERHADAP BAYI BARU LAHIR I. PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang wanita dan keluarganya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi selama kehamilan dan masa nifas untuk menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting sekali bagi seorang bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian ini sehingga dapat menilai apakah ibu memerlukan asuhan yang khusus dalam masa itu. Respon dari setiap ibu dan ayah kepada bayi mereka dan cara mereka mengasuh anak berbeda-beda dan meliputi keseluruhan bagian dari reaksi dan emosi, mulai dari tingkatantingkatan kebahagian sampai pada kesedihan. Sehingga bidan harus memahami dan menunjukkan respon psikologis terhadap masalah yang timbul agar dapat membantu orang tua melalui masa postpartum yang wajar dan sehat serta memberikan asuhan kebidanan yang dibutuhkan. B. TIK Pada akhir perkulihan diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi: 1. Respon ayah dan keluarga 2. Sibling rivalry II. URAIAN MATERI 1. Bounding attachment Pengertian Bounding attachment / keterikatan awal / ikatan batin adalah suatu proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan. Proses ikatan batin antara ibu dengan bayinya ini diawali dengan kasih sayang terhadap bayi yang dikandung, dan dapat dimulai sejak kehamilan. Ikatan batin antara bayi dan orang tuanya berkaitan erat dengan pertumbuhan psikologi sehat dan tumbuh kembang bayi.. Beberapa pemikiran dasar dari keterkaitan ini antara lain : Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 39 - Keterkaitan atau ikatan batin ini tidak dimulai saat kelahiran. Tetapi si ibu telah memelihara bayinya selama kehamilan, baik si ibu maupun si ayah telah berangan-angan tentang bayi mereka kelak. Hal ini bisa menjadi perasaan positif, negatif, netral. - Kelahiran merupakan sebuah momen didalam kontinum keterkaitan ibu dengan bayinya ketika si bayi bergerak keluar dari dalam tubuhnya. - Hubungan antara ibu dan bayi adalah suatu simbiosis yang saling membutuhkan.. Rasa cinta menimbulkan ikatan batin /keterikatan. Untuk memperkuat ikatan ibu dengan bayi (marshall Kalus) menyarankan ibu agar menciptakan waktu berduaan bersama bayi untuk saling mengenal lebih dalam dan menikmati kebersamaan yang disebut babymoon. Ada tiga bagian dasar periode dimana keterikatan antara ibu dan bayi berkembang 1. Periode prenatal Merupakan periode selama kehamilan , dalam masa prenatal ini ketika wanita menerima fakta kehamilan dan mendefinisikan dirinya sebagai seorang ibu, mengecek kehamilan, mengidentifikasi bayinya sebagai individu yang terpisah dari dirinya, bermimpi dan berfantasi tentang bayinya serta membuat persiapan untuk bayi. Para peneliti telah memperlihatkan bahwa melodi yang menenangkan dengan ritme yang tetap, seperti musik klasik atau blues membantu menenangkan kebanyakan bayi, sedang sebagian besar dari mereka menjadi gelisah danmenendang-nendang jika yang dimainkan adalah musik rock, ini berarti bahwa para ibu dapat berkomunikasi dengan calon bayinya, jadi proses pembentukkan ikatan batin yang begitu penting dapat dimulai sejak kehamilan. 2. Waktu kelahiran dan sesaat setelahnya Ketika persalinan secara langsung berpengaruh terhadap proses keterkaitan ketika kelahiran bayi. Faktor yang paling menonjol yang bisa mempengaruhi keterikatan selama periode ini adalah pengaruh pengobatan. Proses keterikatan ini dapat terhenti apabila si ibu maupun bayi mengantuk akibat pengaruh pengobatan. Keterkaitan pada waktu kelahiran ini dapat dimulai dengan ibu menyentuh kepala bayinya pada bagian introitus sesaat sebelum kelahiran, bahkan ketika sibayi ditempatkan diatas perut ibu sesaat setelah kelahiran. Perilaku keterikatan ini seperti penyentuhan si ibu pada bayinya ini dimulai dengan jari-jari tangan (ekstrimitas) bayi lalu meningkat pada saat melingkari dada bayi dengan kedua tangannya dan berakhir Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 40 ketika dia melindungi keseluruhan tubuh bayi dalam rengkuhan lengannya. Perilaku lain dalam periode ini meliputi kontak mata dan menghabiskan waktu dalam posisi en face (tatap muka), berbicara dengan bayi, membandingkan sibayi dengan bayi yang telah diimpikannya selama kehamilan (jenis kelamin) dan menggunakan nama pada sibayi. Keterkaitan ini menyebabkan respon yang menciptakan interaksi dua arah yang menguatkan antara ibu dan bayinya hal ini difasilitasi karena bayi dalam fase waspada selama satu jam pertama setelah kelahiran, ini membuat bayi reseptif terhadap rangsangan. 3. Postpartum dan pengasuhan awal Suatu hubungan berkembang seiring berjalannya waktu dan bergantung pada partisipasi kedua pihak yang terlibat. Ibu mulai berperan mengasuh bayinya dengan kasih sayang .kemampuan untuk mengasuh agar menghasilkan bayi yang sehat hal ini dapat menciptakan perasaan puas, rasa percaya diri dan perasaan berkompeten dan sukses terhadap diri ibu. Ada ayah yang cepat mendapatkan ikatan kuat dengan bayinya adapula yang membutuhkan waktu agak lama. Ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi terciptanya bounding salah satunya keterlibatan ayah saat bayi dalam kandungan. Semakin terlibat ayah, semakin mudah ikatan terbentuk. 2. Respon ayah dan keluarga Jika ibu sudah mengandung bayi selama sembilan bulan, ayah benar-benar merasakan kebersamaan dengan bayi saat bayi lahir. Perkenalan ayah dengan bayi dimulai saat mereka saling bertatapan. Seperti halnya ikatan ibu dengan bayi, kedekatan ayah dengan bayi penting bagi tumbuh kembang bayi, hasil penelitian Robert A Veneziano dalam the importance of father love menyebutkan kedekatan ayah dan bayi sangat membantu mengembangkan kemampuan sosial, kecerdasan emosi dan perkembangan kognitif bayi. Hasil penelitian menunjukkan 62% ayah mengalami depresi pasca lahir atau baby blues, perasaan cemas, khawatir dan takut dapat muncul saat seorang pria menyadari dirinya kini memiliki peran baru yaitu sebagai ayah. Berikut ini kekhawatiran yang paling umum terjadi : 1. Dapatkah saya membiayai keluarga yang kini lebih besar? Karena biaya pemeliharaan dan pendidikan anak memang semakin mahal, bnayak ayah baru tidak bias tidur memikirkan hal ini. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 41 2. Apakah saya akan menjadi ayah yang baik? Seorang ayah takut jika ia tidak dapat mendidik anaknya dengan baik karena sedikit orang terlahir umtuk menjadi ayah – ibu yang baik kebanyakkan mereka belajar dari praktek langsung, ketabahan dan cinta. 3. Bagaimana berbagi tugas memelihara anak? Ayah zaman dulu tidak memikirkan ini karena pemeliharaan anak dianggap tugas perempuan tetapi sekarang merela menyadari sebagai orang tua adlah tugas bersama 4. Haruskah menghentikan kehidupan social? Keadaan sebelum mempunyai bayi akan sedikit berubah karena memang perlu bayi menjadi pusat perhatian sehingga aktifitaspun menjadi terbatas. 5. Apakah hubungan suami-istri akan berubah? Dengan hadirnya bayi baru keinginan untuk berdua saja tidak semudah dulu. Privasi dan keintiman yang spontan menjadi sering kali sulit didapat.sehingga diperlukan usaha berdua utnuk saling menyediakan waktu bagi yang lain. Respon keluarga seperti kakek atau nenek akan merasakan kepuasan besar karena melihat satu generasi baru dalam keluarganya dan bahagia karena cucunya akan mengetahui warisan dan tradisi mereka. Dengan adanya anggota keluarga lain seperti kakek, nenek dan para sepupu akan memberikan kesempatan yang ideal bagi bayi untuk membentuk lebih dari satu ikatan dan masing-masing ikatan akan mempunyai nilai sendiri. Bagaimana ibu dan ayah serta keluarga berprilaku terhadap bayi baru lahir sebagian dipengaruhi oleh faktor internal dan ekterna Bagaimana seorang ibu dan ayah berprilaku terhadap bayi baru lahir sebagian dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal. Faktor internal ; - Bagaimana mereka diurus oleh orang tua mereka; bila si ayah atau individu lain pada waktu kecil dia dididik orang tua mereka dengan cara keras atau sering diberikan hukuman apabila ada kesalahan sedikit sehingga kemungkinan kedekatan antara ayah dan bayi akan sulit terbentuk dan cara ini akan diterapkan untuk mendidik anaknya kelak. - Kebudayaan yang diinternalisasikan dalam diri mereka; di banyak masyarakat masih terdapat kepercayaan bahwa ibu dan bayinya yang baru lahir tidaklah bersih, dan diisolasi dari ayahnya selama periode yang ditetapkan, tentu saja hal ini menyulitkan terbentuknya ikatan batin dengan sang ayah Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 42 - Nilai-nilai kehidupan ; kepercayaan dan nilai- nilai dalam kehidupan mempengaruhi prilaku dan respon sesorang, dalam agama islam bayi yang baru lahir sesegera mungkin di adzankan oleh sang ayah keadaan ini memberikan kesempatan ayah unutk mencoba mengendong bayi pertama kalinya dan bayi mendengarkan suara sang ayah. - Hubungan antar sesama ; hubungan antar sesama akan menciptakan suatu pengalaman seperti bila sang ayah melihat atau mendengar cerita dari temannya bagaimana temannya bersikap terhadap anak pertamanya, bila sang ayah mempunyai hubungan dalam lingkungannya harmonis, mudah bersolialisasi hal ini akn menciptakan respon yang positif terhadap bayinya. - Riwayat kehamilan sebelumnya ; apabila pada kehamilan terdahulu ibu mengalami komplikasi dalam kehamilan seperti abortus, plasenta previa dll, akan membuat ayah/ ibu maupun keluarga sangat menjaga dan melindungi bayi dengan sebaiknya. Faktor eksternal ; - Keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan ; pasangan suami istri yang sangat menginginkan anak tentu saja akan merespon kelahiran bayi dengan bangga dan bahagia. - Perhatian yang diterima selama kehamilan, persalinan dan post partum ; perhatian dari suami dan keluarga akan menciptakan perasaan kebahagian dan bangga akan peran nya sebagi seorang ibu persalinan. - Sikap dan perilaku pengunjung ; pengunjung memberikan pujian dan ucapan selamat dan melihatkan persaan bangga terhadap sibayi, hal ini akan menumbuhkan perasaan bahagia akan kehadiran bayi. 3. Sibling rivalry Pengertian Merupakan suatu perasaan cemburu atau menjadi pesaing dengan bayi atau saudara kandung yang baru dilahirkan. Perasaan cemburu inipun dapat timbul terhadap sang ayah. Kenyataannya semua anak akan merasa terancam oleh kedatangan seorang bayi baru meskipun dengan derajat yang berbeda-beda, baik selama kehamilan maupun setelah kelahiran. Anak-anak yang lebih tua yang telah membentuk semacam independensi dan ikatan batin yang kuat biasanya tidak begitu merasa terancam oleh kedatangan bayi baru dari pada anak-anak yang belum mencapai kekuatan ikatan batin yang sama; anak-anak yang berusia 3 tahun atau lebih akan cenderung menunggu-nunggu kelahiran adiknya Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 43 sedangkan anak-anak yang lebih muda dari itu mungkin merasa cemas dalam proses pembentukan ikatan batin. Jika anak yang lebih tua merasakan aman didalam kedudukannya dalam keluarga maka ia akan merasa bebas untuk memberikan/mengikuti perubahan dalam keluarganya tetapi jika ia merasa terancam akan kedudukannya maka perasaan saudara kandung sebagai pesaing/rival yang akan muncul. Apabial hal ini berlanjut dapat mnegakibatkan sifat kakak berubah setelah adiknya lahir dapat menyakiti atau memusuhi adiknya. Hal terpenting untuk meminimalkan masalah yang akan datang anak perlu dipersiapkan untuk menerima saudaranya yang baru lahir dimulai sejak masa kehamilan, ini ditujukan untuk meneruskan jaminan bahwa anak yang lebih tua masih mendapatkan kasih sayang walaupun hadir adiknya nanti. Hal yang dapat dilakukan : 1. Informasikan kehamilan, dengan mempekenalkan kakaknya kepada bayi didalam kandungan, libatkan dia dalam kehamilan seperti : mengantar ke dokter, belanja baju bayi dll. 2. Perluas lingkup sosial anak pertama 3. Jujurlah soal perubahan fisik dan mental seperti gampang lelah, disertai minta maaf karena tidak bisa mengendongnya sesuka hati 4. Dihari-hari pertama kelahiran bayi bersikaplah sewajarnya seperti biasanya dan libatkan ia dalam menyambu tamu Sumber : http://www.childology.in/parenting_handl dan tugas- tugas ringan perawatan bayi. ing_ Sibling_rivalry.aspx Perasaan cemburu inipun dapat timbul terhadap sang ayah. Kadang-kadang para ayah menjadi cemburu terhadap hubungan antara ibu/ istrinya dengan anak-anak mereka sendiri, bayi adalah produk dari hubungan mereka dan semestinya memperkaya hubungan itu. Meskipun demikian kadang para ayah merasa ditinggalkan terutama bila ibu dan bayi adalah pusat perhatian dalam keluarga, sehingga muncullah perasaan “disingkirkan” pada diri sang ayah. Untuk mencegah kecemburuan sang ayah ini agar diupayakan keterlibatan ayah dalam merawat bayi karena merawat dan mengasuh bayi dewasa ini bukan hanya tugas seorang Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 44 ibu, ayah diupayakan sebanyak mungkinterlibat dalam proses mengasuh bayi seperti memberi makan, menganti popok, menidurkan bayi dll. III. KESIMPULAN Bonding merupakan suatu ketertarikan mutual pertama antara individu, misalnya antara orang tua dan anak, saat pertama kali mereka bertemu. Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu dengan individu lain.Elemenelemen bonding attachment meliputi: entuhan, kontak mata, suara, aroma, entraiment, bioritme dan kontak dini. Sewaktu menyaksikan kelahiran bayi, perasaan komitmen dan cinta membanjir ke permukaan menghilangkan kekhwatiran bahwa sang ayah tidak akan pernah mempunyai keterikatan dengan bayinya. Sang ayah juga merasakan penghargaan yang besar dan cinta kepada istri lebih dari pada sebelumnya. Ayah harus dilibatkan dalam perawatan anak dan pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan berbagai pikiiran bahwa sang ayah tidak akan pernah mempunyai keterikatan dengan bayinya. Sang ayah juga merasakan penghargaan yang besar dan cinta kepada istri lebih dari pada sebelumnya. Ayah harus dilibatkan dalam perawatan anak dan pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan berbagai tanggung jawab seperti ini, mereka menjadi bagian dari pengalaman mengasuh anak. Sebagai akibat, pasangan menjadi lebih dekat. Sebagai ayah baru, peran ayah tidak kurang rumitnya dibandingkan peran istri. Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan anak adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri merupakan waktu ideal bagi anak-anak untuk memahami darimana bayi berasal dan bagaimana bayi itu dilahirkan. Tidak mudah memang untuk menjaga keseimbangan yang tepat antara menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi baru dan membantu anak yang lebih besar mengatasi perubahan itu. Dengan mempersiapkan dia selama kehamilan, orang tua dapat membantu mengurangi kebingungan atau rasa dirinya. IV. LATIHAN 1. Salah satu komponen dari proses menjadi orang tua adalah, …. a. Memiliki penghasilan untuk membayar baby sitter b. Memberikan kepercayaan kepada nenek untuk mengasuh c. Memiliki keterampilan dan pengetahuan merawat bayi d. Memberikan pendidikan sedini mungkin Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 45 2. Faktor- faktor yang mempengaruhi respon orang tua terhadap anaknya adalah: a. Umur, budaya, pekerjaan b. Umur, budaya, dukungan sosial c. Budaya, dukungan sosial, ekonomi d. Dukungan sosial, pekerjaan, budaya 3. Proses penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan asuhan perawatannya merupakan pengertian dari…. a. Bonding b. Attachment c. Bonding Attachment d. Rooming In V. BUKU SUMBER 1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. 2. Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC. 3. Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes 4. Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 5. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta. 6. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. 7. Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett Publisher. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 46 BAB VI KONSEP DASAR ASUHAN MASA NIFAS I. PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya merupakan peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa kehamilan yang telah lama ditunggu-tunggu, dan dimulainya suatu kehidupan baru. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu. Kemungkinan timbul masalah atau pemyulit, yang bila tidak ditangani segera secara efektif dan dapat membahayakan kesehatan atau mendtangkan kematian bagi ibu. Lebih dari separuh kematiain ibu terjadi dalam masa nifas, sehingga masa nifas ini sangat penting untuk dipantau oleh bidan. B. TIK Setelah perkuliahan ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tujuan asuhan masa nifas 2. Menjelaskan peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas 3. Menjelaskan tahapan masa nifas 4. Menjelaskan kebijakan program nasional masa nifas II. URAIAN A. Pengertian Masa Nifas Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung selama kira-kira 6 minggu. B. Tujuan Asuhan Masa Nifas 1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis 2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 47 3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. 4. Memberikan pelayanan keluarga berencana C. Peran dan tanggung jawab bidan masa nifas 1. Memberikan dukungan yang terus – menerus selama masa nifas, yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa persalinan dan nifas. 2. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan psikologis. 3. Mengkondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan rasa nyaman. D. Tahapan masa nifas 1. Immediate Post Partum Periode : masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Masa ini sering terdapat banyak masalah misalnya perdarahan karena atonia uteri oleh karena itu bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lockea, TD, dan suhu. 2. Early Post Partum Periode : 24 jam – 1 minggu Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan dan lockea tidak berbau busuk, tidak ada peningkatan suhu, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, dapat menyusui dengan baik. 3. Late Post Partum Periode : masa 1 minggu – 6 minggu Periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari – hari dan konseling KB. E. Kebijakan program nasional masa nifas Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir , dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. 1. Kunjungan pertama ( 6-8 jam setelah persalinan ) Tujuannya: Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 48 Penberian ASI awal Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia Jika penolong kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah persalinan, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil. 2. Kunjungan kedua ( 6 hari setelah persalinan ) Tujuannya: Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikalis, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. 3. Kunjungan ketiga ( 2 minggu setelah persalinan ) Tujuannya: Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikalis, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. 4. Kunjungan keempat (6 minggu setelah persalinan) Tujuannya: Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami Memberikan konseling untuk KB secara dini. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 49 III. KESIMPULAN Masa nifas merupakan masa yang diawali dari beberapa jam setelah plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu postpartum yang memerlukan penanganan secara aktif. Masa nifas merupakan masa yang memerlukan asuhan yang efektif dan optimal. Adapun tujuan umum dan khusus dari asuhan pada masa nifas adalah : 1. Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak 2. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis 3. Mencegah dan mendeteksi dini komplikasi pada ibu nifas. 4. Merujuk ke tenaga ahli bila diperlukan 5. Mendukung dan memperkuat 6. Keyakinan diri ibu dan memungkinkan 7. Melaksanakan peran sebagai orang tua. 8. Memberikan pelayanan KB Tahapan masa nifas terbagi dalam tiga tahap dan terjadi kurang lebih selama 6 minggu. 1. Tahap Immediate puerperium / Puerperium dini 2. Tahap Early puerperium 3. Tahap Late puerperium Peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain : 1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan. 2. Sebagai promotor 3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya 4. Membuat kebijakan setempat, 5. perencana program kesehatan ibu dan bayi 6. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. 7. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya 8. Melakukan manajemen asuhan kebidanan secara profesional 9. Membuat dokumentasi asuhan kebidanan pada masa nifas. IV. LATIHAN 1. Yang dimaksud masa nifas adalah : a. Periode transisi dari proses persalinan untuk menerima kebahagiaan dan tanggung jawab dalam kehidupan keluarga Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 50 b. Periode yang dimulai setelah kelahiran bayi dari proses persalinan untuk menerima tanggung jawab sebagai keluarga c. Masa setelah persalinan dimulai dari kelahiran plasenta hingga kembalinya alat reproduksi pada keadaan sebelum hamil d. Periode transisi tanpa membutuhkan perawatan yang integritas antara keluarga 2. Apa tujuan dari asuhan yang diberikan pada masa nifas : a. Membantu ibu mengasuh bayinya b. Meringankan kerja ayah dalam mengawasi bayinya c. Mencegah dan mendeteksi komplikasi pada masa nifas d. Mengobati bayi yang sakit 3. Bagaimana prinsip yang harus diterapkan bidan dalam memberikan asuhan pada ibu nifas? a. Meningkatkan kesehatan fisik ibu dan bayi b. Meningkatkan motivasi ibu dalam mengasuh anak c. Meningkatkan jumlah akseptor KB d. Meningkatkan program JAMPERSAL V. BUKU SUMBER 1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. 2. Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC. 3. Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes 4. Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 5. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta. 6. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. 7. Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett Publisher. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 51 BAB VII PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI I. PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara laki-laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder seorang wanita dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Selain itu untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya maka organ ini akan menjadi sumber utama dari kehidupan, karena ASI adalah makanan bayi yang paling perting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan. Wanita hamil sering khawatir tentang mampu tidaknya mereka memberikan ASI. Namun, sebagian besar wanita dapat menyusui bayinya dengan sukses, selama mereka menerima bahwa diperlukan sedikit waktu untuk memantapkan pola makan yang baik dan tidak perlu harus menyerah kalah. Karena kita tahu bahwa ASI sangat baik untuk bayi apalagi dengan adanya ASI ekslusif diharapkan bayi tersebut mendapatkan nutrisi serta zat-zat anti bodi yang dibutuhkan dengan baik. Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa didalam penatalaksanaan pemberian ASI. Sebagian besar aspek penatalaksanaan kebidanan dari pemberian ASI adalah didasarkan pada pemahaman atas perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi dalam wanita yang sedang berlaktasi postpartum. Karena inilah, maka kita akan meninjau anatomi dan fisiologi ini secara mendetail. B. TIK Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi tentang: 1. Anatomi fisiologi payudara 2. Dukungan bidan dalam pemberian ASI 3. Manfaat pemberian ASI 4. Komposisi gizi dalam ASI 5. Upaya memperbanyak ASI 6. Tanda bayi cukup ASI 7. ASI eksklusif 8. Cara merawat payudara 9. Cara menyusui yang benar Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 52 10. Masalah dalam pemberian ASI II. URAIAN A. ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA Letak : Vertikal Diantara kosta II dan IV, secara Horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada dijaringan subkutan, tepatnya diantara jaringan subkutan superfisisl dan profundus, yang menutupi muskulus pektoralis mayor, sebagian kecil seratus anterior dan obliqus eksterna. Bentuk dan Ukuran : Bervariasi menurut aktifitas fungsionalnya, seperti apa yang didapatkan pada masa sebelum pubertas, pubertas, adolesen, dewasa, menyusui dan multipara Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopause, Pembesaran ini terutama disebabkan oleh karena pertumbuhan stroma jaringan penyangga dan penimbunan lemak Berbagai bangsa, golongan dan zaman juga menunjukkan bentuk dan ukuran payudara yang berlainan. Bagian Payudara : Kalang payudara(aerola mammae) : Letaknya mengelilingi putting susu ,warna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perunahan warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap. Selama kehamilan warnanya akan menjadi lebih gelap dan warna ini akan menetap untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi seperti warna aslinya semula. Pada daerah ini terdapat kelenjar keringat, kelenjar lemak dari Montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan yang dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui. Kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu. Luasnya kalang payudara bisa ½ dari payudara. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 53 Putting Susu : Terletak setinggi kosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknyapun akan bervariasi juga. Pada tempat ini terdapat lubang lubang kecil merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung –ujung serat syaraf,pembuluh getah bening, serat –serat otot polos yang tersusun sirkulair sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan seratserat otot yang longitudinal akan menarik putting susu tersebut. Lobus Payudara terdiri dari 15-25 lobus, masing masing lobus terdiri dari 20 – 40 lobulus, tiap lobulus terdiri dari 10 –100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu (system duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Duktus laktiferus Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada putting susu, akan didapatkan saluran air susu yang disebut: Duktus laktiferus. Didaerah kalang payudara duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus tempat penampunagn air susu. Selanjutnay duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus Tiap-tiap duktulus yang pada perjalanan selanjutnya disusun oleh sekelompok alveoli. Alveoli Didalam alveoli terdiri dari duktus yang terbuka. Mengandung sel –sel acini yang menghasilkan susu serta dikekelingi oleh sel –sel mioepitel yang berkontraksi memeras air susu keluar dari alveoli. Laktiferus sinus / Ampula Bertindak sebagai waduk sementara bagi air susu Payudara mendapat pasokan darah dari arteri mammary internal dan eskternal serta bercabang dari arteri – arteri intercostalis . Venanya diatur dalam bentuk bundar disekeliling putting susu. Cairan limfa mengalir bebas keluar diantara payudara dan terus ke node – node limfa didalam axial dan mediastinum. FISIOLOGI PENGELUARAN AIR SUSU IBU Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf, dan bermacam-macam hormon. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu: Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 54 Pembentukan Kelenjar Payudara a. Sebelum pubertas Duktus primer dan sekunder sudah terbentuk pada masa fetus. Mendekati pubertas terjadi pertumbuhan alveoli oleh hormon progesteron. Hormon yang juga ikut berperan dalam pertumbuhan kelenjar payudara adalah prolaktin yang dikeluarkan oleh kelenjar adenohipofise (hipofise anterior). Hormon yang kurang perannya adalah hormon kelenjar adrenalin, tiroid, paratiroid dan hormon pertumbuhan. b. Masa Pubertas Pada masa ini terjadi pertumbuhan percabangan-percabangan system duktus, proliferasi dan kanalisasi dari unit-unit lobulo alveolar yang terletak pada ujung-ujung distal duktulus. Jaringan penyangga stroma mengalami organisasi dan membentuk septum interlobular. Duktus-duktus tersebut semakin berkembang c. Masa siklus menstruasi Perubahan-perubahan kelenjar payudara wanita dewasa berhubungan dengan siklus menstruasi dan perubahan-perubahan hormonal yang mengatur siklus tersebut sperti estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh korpus luteum. Bila kadar hormone ini meningkat maka akan terjadi edema lobulus, penebalan dari basal membrane epitel dan keluarnya bahan dalam alveoli. Secara klinis akan dirasakan payudara berat dan penuh. Setelah menstruasi dimana kadar progesterone dan estrogen berkurang yang berperan hanya prolaktin saja, terjadi degenerasi dari sel-sel kelenjar air susu beserta jaringan yang mengalami proliferasi, edema berkurang namun tidak kembali seperti besar sebelumnya. Hal ini menyebabkan payudara selalu bertambah besar pada tiap siklus ovulasi dari permulaan tahun menstruasi sampai umur 30 tahun. (Pada saat ovulasi kadar estrogen dan progesteron meningkat sehingga payudara akan terasa penuh dan berat, namun sebaliknya setelah menstruasi kadar keduanya menurun yang berperan hanya prolaktin sehingga bentuk payudara sedikit mengecil) d. Masa kehamilan Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jalas dari duktulus yang baru, percabangan-percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon-hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon-hormon yang ikut mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta, korionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratiroid, hormon pertumbuhan. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 55 e. Pada 3 bulan kehamilan. Prolaktin dan adenohipofise (hipofise anterior) mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin yang meningkat hanya aktifitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan. f. Pada trimester kedua kehamilan Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormon-hormon terdapat pengeluaran air susu telah didemontrasikan kebenarannya bahwa seorang ibu yang melahirkan bayi berumur 4 bulan dimana bayinya meninggal, tetap keluar kolostrum. Pembentukan Air susu Ada dua refleks yang membantu dalam pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu reflek prolaktin dan refleks let down 1. Refleks Prolaktin Setelah persalinan kadar estrogen dan pogesteron menurun, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang putting susu dan kalang payudara, akan merangsang ujung – ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini akan di lanjutkan ke hipotalamus yang akan menekan pengeluaran factor – factor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya. Faktor – faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel – sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu yang melahirkan anak tapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3. pada ibu menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaankeadaan seperti: stres atau pengaruh psikis, anastesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, obat-obatan tranqulizer hipotalamus seperti reserpin, klorpromazin, fenotiasid, sedangkan keadaan-keadaan yang menghambat pengeluaran Prolaktin adalah: gizi ibu yang jelek, obat-obat seperti ergot, I-dopa. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 56 2. Refleks Let down Dengan di bentuknya hormone prolaktin, rangsangan yang berasal dari isapan bayi akan di lanjutkan ke neurohipofise yang kemudian di keluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormone ini akan menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke system duktulus yang untuk selanjutnya akan mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi. Factor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah: Melihat bayi Mendengarkan suara bayi Mencium bayi Memikirkan untuk menyusui bayi Factor-faktor yang yang menghambat refleks let down adalah:stress seperti: Keadaan bingung/pikiran kacau Takut Cemas Bila ada stress dari ibu yang menyusui maka akan terjadi suatu blockade dari refleks let down. Ini di sebabkan karena adanya pelepasan dari adrenalin yang menyebabkan vasokontriksi dari pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin sedikit harapannya untuk dapat mencapai target organ mioepitelium. Sehingga payudara akan membesar dan timbul abses yang berakibat pada proses menyusui karena akan timbul rasa sakit. Karena refleks let down yang tidak sempurna maka bayi yang haus akan tidak puas. Ketidakpuasan ini akan merupakan tambahan stress bagi ibunya. Bayi yang haus akan tidak puas ini akan berusaha untuk dapat air susu yang cukup dengan cara menambah kuat isapan nya sehingga tidak jarang dapat menimbulkan luka – luka pada putting susu yang akhirnya akan menambah stress-nya tadi. Pemeliharaan pengeluaran air susu Hubungan antara hipolatamus dan hipofise akan mengatur kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah. Hormon – hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran dan pemeliharaan penyediaan air susu. Proses menyusui memerlukan pembuatan dan pengeluaran air susu dari alveoli ke system duktus. Bila duktus tidak dikeluarkan akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 57 proses menyusui. Berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya bila kekuatan isapan berkurang, frekuensi isapan yang kurang dan singkatnya waktu menyusui ini berarti pelepasan prolaktin dari hipofise berkurang, sehingga pembuatan air susu berkurang, karena di perlukan prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama kelahiran. Pengeluaran oksitosin selain di pengaruhi oleh isapan bayi juga oleh suatu reseptor yang terletak pada system duktus. Bila duktus melebar maka secara reflectoris dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang berperan untuk memeras keluar air susu dari alveoli. MEKANISME MENYUSUI Bayi yang sehat mempunyai 3 refleks intrinsik, yang diperlukan untuk behasil meyusui seperti: Refleks mencari (Rooting refleks) Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut kemudian puting susu ditarik masuk kedalam mulut. Refleks mengisap (Sucking refleks) Putting susu yang sudah masuk kedalam mulut dengan bantuan lidah, dimana lidah dijulurkan diatas gusi bawah, putting susu ditarik lebih jauh sampai pada orofaring dan rahang menekan kalang payudara dibelakang putting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit-langit bawah (palatum durum). Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir ke putting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan putting susu pada langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari putting susu. Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap (tekanan negative) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi Refleks menelan (swallowing refleks) Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap (tekanan negative) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung. Keadaan akan terjadi berbeda bila bayi diberi susu botol dimana rahang mempunyai peranan sedikit didalam menelan dot, sebab susu dengan mudah mengalir dari Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 58 lubang dot. Dengan adanya gaya berat yang disebabkan oleh posisi botol yang dipegang kearah bawah dan selanjutnya dengan adanya isapan pipi (tekanan negative) kesemuanya ini akan membantu aliran susu, sehingga tenaga yang dibutuhkan oleh bayi untuk mengisap susu menjadi minimal. B. DUKUNGAN BIDAN DALAM PEMBERIAN ASI Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI Yakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu mempunyai bayinya sendiri Bagaimana bidan dapat memberikan dukungan bagi pemberian ASI 1. Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa jam pertama Ini penting sekali untuk membina hubungan/ikatan disamping bagi pemberian ASI. Bayi yang normal berada dalam keadaan bangun dan sadar selama beberapa jam pertama sesudah lahir. Kemudian mereka akan memasuki suatu masa tidur pulas. Penting untuk membuat bayi menerima ASI pada waktu masih terbangun tersebut. Seharusnya dilakukan perawatan mata bayi pada jam pertama sebelum dan sesudah bayi menyusui untuk pertama kalinya. Buatlah bayi merasa hangat dengan membaringkannya dan menempel pada kulit ibunya dan menyelimuti mereka. Jika mungkin lakukan ini paling sedikit 30 menit, karena saat itulah kebanyakan bayi siap menyusu. 2. Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul Ibu harus menjaga agar tangan dan putting susunya selalu bersih untuk mencegah kotoran dan kuman masuk kedalam mulut bayi. Ini juga mencegah luka pada putting susu dan infeksi pada payudara. Seorang ibu harus mencuci tangannya dengan sabun dan air sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum menyusui bayinya. Ia juga harus mencuci tangan sesudah buang air besar atau kecil atau menyentuh sesuatu yang kotor. Ia juga harus membersihkan payudaranya dengan air bersih satu kali sehari. Ia tidak boleh mengoleskan krim, minyak, alcohol atau sabun pada putting susunya. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 59 3. Bantulah ibu pada waktu pertama kali memberi ASI Posisi menyusu yang benar disini adalah penting. a. Berbaring miring Ini posisi yang paling baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau merasakan nyeri. b. Duduk Penting untuk memberikan topangan/sandaran pada punggung ibu dalam posisinya tegak lurus (90 derajat) terhadap pengakuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila diatas tempat tidur atau dilantai, atau duduk di kursi. Baik berbaring miring maupun duduk (dengan punggung dan kaki ditopang) akan membantu bentuk payudaranya dan memberikan ruang untuk menggerakkan bayinya keposisi yang baik. Badan bayi harus dihadapkan kearah badan ibu dan mulutnya berada dihadapan putting susu ibunya. Leher bayi harus sedikit ditengadahkan. Bayi sebaiknya ditopang pada bahunya sehingga posisi kepala yang agak tengadah dapat dipertahankan. Kepala dapat ditopang dengan jari-jari tangan yang terentang atau pada lekukan siku ibunya. Mungkin akan membantu dengan membungkus bayi sehingga tangannya berada disisi badan. Bila mulut bayi disentuhkan dengan lembut ke putting susu ibunya, ia kan membuka mulutnya lebar-lebar (refleks rooting). Para ibu mungkin akan melihat kegunaan peragaan menyentuhkan bibir atas pada putting susu ibu. Pada saat mulut bayi terbuka, gerakan dengan cepat pada payudara ibu. Sasarannya adalah memposisikan bibir bawah paling sedikit 1,5 cm dari panggkal putting susu. Bayi harus mengulum sebagian besar dari aerola didalam mulutnya, bukan hanya ujung putting susu saja. Hal ini kan memungkinkan bayi menarik sebagian dari jaringan payudara masuk kedalam mulutnya dengan lidah dan rahang bawah. Bila diposisikan dengan benar, bayi akan membentuk suatu pentil dari jaringan putting susu dan payudara dan sinus laktiferus sekarang akan berada didalam rongga mulut bayi. Putting susu akan masuk sampai sejauh langit-langit lunak (velum pelatinum) dan bersentuhan dengan langit-langit tersebut. Sentuhan ini akan merangsang refleks pengisapan akan terjadi dan putting susu ditangkap dengan baik didalam rongga mulut, sementara lidah memberikan penekanan yang berulang-ulang secara teratur sehingga ASI akan keluar dari duktus laktiferus. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 60 Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada payudara 1. Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu. 2. Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara 3. Aerola tidak akan bisa terlihat dengan jelas 4. Anda dapat melihat bayi melakukan hisapan yang lamban dan dalam, dan menelan ASI-nya. 5. Bayi terlihat tenang dan senang 6. Ibu tidak merasa adanya nyeri pada putting susu. 4. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya dikamar yang sama (rawat gabung, roomingin) Dengan demikian ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila lapar. Bila ibu berpisah tempatnya dari bayi, maka ia akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda tersebut. 5. Memberikan ASI pada bayi SESERING MUNGKIN Biasanya bayi baru lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24 jam. Bila bayi tidak minta diberi ASI, katakan pada ibu untuk memberikan ASI-nya pada bayi setidaknya setiap 4 jam. Namun, selama dua hari pertama sesudah lahir, beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASI pada bayi setiap/sesudah 4 jam, yang paling baik adalah membangunkannya selama siklus tidurnya. Pada hari ketiga setelah lahir, sebagian besar bayi menyusu setiap 2-3 jam. 6. HANYA berikan kolostrum dan ASI saja Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi sakit dan menurunkan persediaan ASI ibunya karena ibu memproduksi ASI tergantung pada seberapa banyak ASI-nya dihisap oleh bayi. Bila minuman lain atau air diberikan, bayi tidak akan merasa lapar, sehingga ia tidak akan mengisap dengan baik. 7. Hindari susu botol dan “dot empeng”. Susu botol dan kepengan membuat bayi binggung dan dapat membuatnya menolak pentil ibunya atau tidak mengisap dengan baik. Mekanisme mengisap botol atau kempengan berbeda dari mekanisme mengisap putting susu pada payudara ibu. Ini akan membingungkan bayi. Bila bayi diberi susu botol atau kempengan, ia akan lebih susah belajar mengisap ASI ibunya. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 61 C. MANFAAT PEMBERIAN ASI 1. Bagi bayi a. Kandungan gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan perkembangan kecerdasannya. b. Pertumbuhan sel otak secara optimal terutama kandungan protein khusus, yaitu taurin,selain mengandung laktosa dan asam lemak ikatan panjang lebih banyak susu sapi/kaleng. c. Mudah dicerna, penyerapan lebih sempurna,terdapat kandungan berbagai enzim untuk penyerapan makanan,komposisi selalu menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi. d. Mengandung zat anti diare e. Protein ASI adalah spesifik species sehingga jarang menyebabkan alergi untuk manusia f. Membantu pertumbuhan gigi g. Mengandung Zat Antibodi mencegah infeksi, merangsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh h. Mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi.Ini akan menjadi dasar si kecil percaya pada orang lain ,lalu diri sendiri, dan akhirnya berpotensi untuk mengasihi orang lain. i. Bayi tumbuh optimal dan sehat tidak kegemukan atau terlalu kurus. 2. Bagi Ibu : Mudah ,murah, praktis tidak merepotkan dan selalu tersedia kapan saja Mempercepat involusi/ memulihkan dari proses persalinan dan dapat mengurangi perdarahan karena otot – otot di rahim mengerut ,otomatis pembuluh darah yan terbuka itu akan terjepit sehingga perdarahan akan segera berhenti. Mencegah kehamilan karena kadar prolaktin yang tinggi menekan hormon FSH dan ovulasi,bisa mencapai 99% , apabila ASI diberikan secara terus menerus tanpa tambahan selain ASI . Meningkatkan rasa kasih sayang dan membuat rasa lebih nyaman. Mengurangi Penyakit kanker ,Mekanisme belum diketahui secara pasti Ibu yang memberi ASI eksklusif memiliki risiko kanker ovarium lebih kecil dibanding yang tidak menyusui secara eksklusif. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 62 3. Bagi masyarakat : Murah, ekonomis, mengurangi pengeluaran keluarga karena tidak perlu membeli susu buatan Menambah ikatan kasih sayang suami dan istri Membantu program KB Mengurangi subsidi biaya perawatan rumah sakit Membentuk generasi mandiri Menghemat devisa negara Menurunkan angka kesakitan dan kematian. B. KOMPOSISI GIZI DALAM ASI ASI merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, garam-garam organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi yang bersifat alamiah. Komposisi ASI ini ternyata tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu. Factor-faktor yang mempengaruhi komposisi air susu ibu adalah: Stadium laktasi Ras Keadaan nutrisi Diit ibu Variasi Komposisi ASI : Colustrum : Merupakan cairan yang pertama diproduksi oleh kelenjar payudara, mengadung tissue debris da residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelu dan setelah masa puerperium. Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat dari masa laktasi Merupakan cairan viscous kental dengan warna kuning lebih kuning dibanding dengan ASI mature Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 63 Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekoneum dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang Banyak mengandung protein dibanding dengan ASI mature, tetapi berlainan dengan ASI yang matur pada kolostrum protein yang utama adalah globulin (gamma globulin) Lebih banyak mengandung antibody dibanding dengan ASI yang mature, dapat memberikan perlindungan bayi sampai enam bulan pertama. Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan dengan ASI matur Mineral, terutama natrium, kalium dan klorida lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu matur Total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matur, hanya 58 kal/100 ml kolostrum Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah Bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak Lipidnya lebih banyak mengandung koletrol dan lesitin dibandingkan dengan ASI matur Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam ASI masa peralihan Transisi : Merupakan ASI peralihan dari kolustrum sampai menjadi ASI yang matue Disekresi dari hari keempat sampai kesepuluh dari masa laktasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI tipe mature baru terjalin pada minggu ketiga sampai minggu kelima Kadar protein makin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi. Juga volume akan makin meningkat ASI mature ASI yang disekresi pada hari ke-10 setelah komposisinya relatif konstan Makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan Merupakan makanan yang bebas dari kuman dan paling aman bagi bayi. Tidak menggumpal jika dipanaskan Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 64 PRODUKSI ASI SELAMA 2 TAHUN Umur bayi Produksi ASI ml/hari Kalori/hari 0-6 bulan 850 600 7-12 bulan 500 385 13-18 bulan 500 385 19-24 bulan 200 154 0-24 bulan 512,5 381 Nilai Gizi Air Susu Ibu Sama dengan Susu sapi Susu gula 155,5 183 91,5 105 91,5 105 36,5 42 375 437 Susu bubuk Gram 24.600 14.000 14.000 5.700 58.300 1. Protein Dibanding susu sapi, protein yang terdapat dalam ASI jauh lebih sedikit , Namun lebih mudah dicerna usus bayi . Protein didalam ASI dapat membantu menghancurkan bakteri dan melindungi bayi dari infeksi. Protein yang paling banyak terdapat adalah laktabulmin ( whey protein) dan karsinogen ada dalam jumlah yang lebih sedikit. Ini memberikan aliran terus - menerus dari zat gizi kepada bayi. Dua jenis asam amino ,cystine dan taurin , terdapat dia air susu manuasia tetapi tidak ada di dalam air susu sapi.Asam ini penting untukpertumbuhan dan yang kedua untuk perkembangan otak.Colustrum mengandung semua dari sepuluh asam amino . 2. Karbohidrat ASI mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi tertutama karbohidrat berupa laktosa yang merupakan jenis karbohidrat paling sesuai untuk bayi, karena pada alat pencernaan bayi terdapat enzim laktosa tersebut dan jumlah relatif jauh lebih tinggi dari pada laktosa tersebut, an jumlah relatif tinggi dari pada laktosa dalam pencernaan anak. 3. Lemak Kadar lemak yang terdapat dalam ASI maupun susu sapi umumnya hampir sama, yang berbeda adalah komposisi lemaknya. Komposisi lemak dalam ASI dapat membantu meningkatkan nafsu makan bayi dan lebih mudah diserap serta dimanfaatkan oleh tubuh bayi. 4. Mineral Zat mineral yag terdapat dalam ASI jauh lebih sedikit dibanding susu sapi. Akan tetapi mineral seperti seng dan tembaga terdapat dalam jumlah yang besar yang lama kelamaan akan berkurang. Mineral lain seperti kalsium dan phosfor terdapat dalam jumlah yang tetap. Zat besi yang terkandung dalam ASI maupun dalam susu sapi hampir sama, hanya daya serapnya berbeda. Bayi dapat menyerap lebih banyak zat besi dari ASI. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 65 Vitamin ,mineral dan unsure - unsure renik : - Vitamin A Air susu manusia yang sudah masak ( dewasa mengandung 280 internasionalunit (IU) vitamin A dan colustrum mengandug sejumlah dua kali itu . Susu sapi mengandung hanya 18 IU. - Vitamin D Vitamin D larut dalam air danlarut dalam lemak ada didalam air susu manusia. - Vitamin E Colustrum manusi kaya akan vitamin E, Fungsi utama adalah untuk mencegah hemolytic anemia akan tetapi juga membantu melindugi paru –paru dan retina dari cedera akibat oxida. - Vitamin K Diperlukan untuk sintesis faktor –faktor pembekuan darah. Bayi yang diberi Asi memperoleh vitamin Kdalam jumlah yang lebih banyak. - Vitamin B complex Semua vitamin B ada pada tingkat yang diyakini memberikan kepada bayi kebutuhan harian yang diperlukan - Vitamin C Vitamin C sangat penting dalam sintesa collage.ASI mengandung 43 mg/100ml vitamin C disbanding yang ada dalam susu sapi - Zat besi Bayi yang cukup bulan tidak memiliki cadangan zat bsi yang baik dan akan memerlukan suplentasi zat besi oral. - Zat sine Kekurangan zat sine ini bisa berakibat gagalnya penyembuhan dan penutupan luka –luka kulit tertentu. Meskipunn lebih banyak zat sine dalam susu sapi disbanding dalam air susu manusia, namun ketersedian bio-nya lebih banyak didalam air susu manusia. - Mineral lain ASI memiliki kalsium,fosfor,sodiumdan potassium dalam tingkat yang lebih rendah disbanding dalam susu sapi.Bayi yang diberi ASI tidak akan meneria pemasukan suatu muatan garam yang berlebihan dan oleh karena itu tidak mngkin akan memerlukan air tambahan dibawah kondisi- kondisi umum. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 66 Zat – zat kekebalan yang terdapat dalam ASI : - Immunoglobulin ( IgC ,IgM , IgA, IgD,IgE ) Melindungi tubuh dari infeksi, dari semua yang paling penting adalah IgAZat ini melindungi permukaan mukosa terhadap serangan masuknya bakteri pathogenesis serta entovirus.Zat ini memungkinkan masuknya kuman –kuman E.coli,Salmonela,Shihella,Steptococcus, Staphylococcus, Pneumonococcus,poliovirus, dan rotavirus. - Zat anti staphiylococus Menghambat pertumbuhan staphilococus - Complemen C3 dan C4 Membuat daya opsenik - Lysezyme Menghancurkan dinding sel bakteri, Terdapat dalam ASI dalam konsentrasi 5000 kali lebih banyak dari susu sapi. - Laktoperoxidace Membunuh streptococcus - Laktoferrin Membuat terserapnya Zat besi enteric.Mencegah kuman penyakit. - Sel darah putih Phagosytesis, membuat C3 dan C4, Laktoferin, S Ig A Melindungi tubuh terhadap infeksi - Faktor – Faktor anti alergi Mukosa usus bayi mudah ditembus oleh protein sebelum bayi berumur 6 –9 bulan sedag protein didalam susu sapi bisa bekerja sebagai allergen. - Faktor bifidus ASI Mendorong pertumbuhan baksil gram positif didalam flora usus , khusunya lactobacilius bifidus, yang mencegah perkembagbiakan kuman –kuman penyakit. Bayi yang diberi makan dengan formula susu sapi akan mempunyai baksil gram negatif ( yang menyebakan potensil didalam flora usus. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 67 C. UPAYA MEMPERBANYAK ASI ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Selama kehamilan, terjadilah perubahan pada hormon yang berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Faktor – faktor yang meningkatkan dan menghambat refleks oksitoksin : Yang dapat meningkatkan Pengeluaran ASI : - Bila melihat bayi - Memikirkan bayinya dengan perasaan kasihsayang - Mendengarkan bayinya menangis - Mencium bayi atau ibu dalam keadaan tenang. Yang dapat menghambat pengeluaran ASI - Ibu yang sedang bingung atau pikirannya kacau - Apabila ibu khawatir atau takut ASI –nya tidak cukup - Apabila seorang ibu merasa kesakitan, terutama saat menyusui - Apabila ibu merasa sedih, cemas, marah atau kesal - Apabila ibu malu menyusui. Upaya –upaya untuk memperbanyak ASI : 1. Untuk bayi - Pemberian ASI segera 30 menit setelah melahirkan - Menyusui bayi setiap 2 jam, siang dan malam hari dengan lama menyusui 10 sampai 15 menit disetiap payudara. - Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah dan duduklah selama menyusui - Pastikan bayi menyusui dengan posisi menempel yang baik dan dengarkan suara menelan yang aktif. - Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali menyusui - Tidurlah bersebelahan dengan bayi 2. Untuk ibu - Ibu harus meningkatkan istirahat dan banyak minum (6-8 gelas sehari); air matang, sari buah atau susu, dan hindarilah minum kopi - Banyak makan-makanan bergizi seperti tahu, tempe, sayuran berwarna hijau dan buah-buahan. Selain itu baik juga makan telur, ikan, ayam dan daging sapi. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 68 - Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan. - Yakinkan bahwa dapat memproduksi susu lebih banyak dengan melakukan hal-hal tersebut diatas. Usaha dan Upaya yang dilakukan untuk membantu ibu untuk mencapai keberhasilan menyusui : Pada masa Antenatal : - Menanamkan keyakinan pada diri sendiri akan keberhasilan menyusui - Pola makan teratur dan nutrisi seimbang - Melaksanakan pemeriksaan kehamilan secar teratur - Menjaga kebersihan diri,istirahat cukup Pada Masa Natal : - Bersihkan payudara sebelum kelahiran - Gunakan obat sedapat mungkin tidak mempengaruhi ASI - Segera Beri Asi setelah lahir - Jangan berikan makanan / minuman selain ASI - Jangankan berikan dot / kempengan - Susui bayi kapan saja / jika payudara terasa penuh - Gunakan payudara secara bergantian Pada masa menyusui - Jangan gunakan obat – obat yang menghambat produksi ASI juga gunakan kontrasepsi yang sesuai - Menyusui hingga 2 tahun Selain itu Gizi Seimbang bagi ibu pasca salin dapat meningkatkan produksi ASI : Dibawah ini gizi ibu hamil yamg seimbang pada ibu pasca salin per harinya : 1. Nasi /pengganti 5 –6 piring 2. Lauk hewani 4-5 potong 3. Lauk nabati 3- 4 potong 4. Sayuran 2-3 mangkok 5. Buah –buahan 3 potong 6. Baik sekali ditambah 1 gelas susu 7. minum seikinya 3 liter air setiap hari (12 gelas) Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 69 8. Tablet tambah darah (TTD) 9. Minumkapsul vitaminA Cukup satukali pasca salin 10. Garam beryodium dalam masakan sehari – hari ( minum 1 kapsul minyak beryodium untuk ibu yang tinggal di kecamatan endemis gondok sedang dan berat . Pijat bayi meningkatkan produksi ASI Pada penelitian Cyntia Marsman, bila bayi dipijat terutama oleh ayah atau ibu ternyata akan menyebabkan produksi ASI perah menjadi lebih banyak. Jadi dengan meningkatkan volume ASI perah, pijat bayi juga dapat meningkatkan periode pemberian ASI eksklusif oleh ibu - ibu karyawati D. TANDA BAYI CUKUP ASI Bayi B.A.K minimal 6 kali per hari dan warna urine jernih atau kekuningan Bayi sering B.A.B kuning dan tampak seperti “berbiji” Bayi tampak puas, dengan saat-saat lapar, tenang dan mengantuk (bukan hal yang baik bila bayi tidu terus) Bayi menyusu paling sedikit 10 kali dalam 24 jam Payudara ibu terasa kosong dan lunak setelah menyusui Ibu dapat merasakan turunnya ASI ketika bayi pertama kali menyusui Ibu dapat mendengar bunyi menelan ketika bayi menelan ASI Berat bayi naik. E. ASI EKSKLUSIF ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Rulina menegaskan bahwa ASI eksklusif adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. "Tidak ada yang bisa menggantikan ASI karena ASI didesain khusus untuk bayi, sedangkan susu sapi komposisinya sangat berbeda sehingga tidak bisa saling menggantikan," jelasnya. Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia berlandaskan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 70 7 April 2004. Ini juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA.2001). Di situ dikatakan, untuk mencapai pertumbuhan perkembangan dan kesehatan optimal, bayi harus diberi ASI eksklasif selama 6 bulan pertama, selanjutnya untuk kecukupan nutrisi bayi harus mulai diberi makan pendamping ASI cukup dan aman dengan pemberian ASI dilanjutkan sampai usia 2 tahun atau lebih. ASI merupakan santapan pertama dan utama bagi bayi baru lahir serta terbaik dan alamiah, mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Permasalahan dalam pemberian ASI eksklusif adalah masih rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI. Kebiasaan memberi makanan/minuman secara dini dari sebagian masyarakat juga memberi pemicu dari kurang berhasilnya pemberian ASI eksklusif. Memberikan ASI eksklusif terutama sangat dianjurkan untuk bayi2 yang dilahirkan dengan cara caesar. Bayi "caesar" mengalami intensitas kesakitan yang sangat tinggi dibandingkan dengan bayi lahir normal yang sudah mengalami exercise dalam proses kelahiran sebelum khirnya muncul ke dunia dan beradaptasi dengan dunia luar. Dengan memberikan ASI, maka dapat membantu mencegah infeksi dan mengurangi rasa akit yang diderita bayi. ASI eksklusif enam bulan Menyusui adalah suatu proses yang terjadi secara alami. Jadi, jarang sekali ada ibu yang gagal atau tidak mampu menyusui bayinya. Meskipun demikian, menyusui juga perlu dipelajari, terutama oleh ibu yang baru pertama kali memiliki anak agar tahu cara menyusui yang benar. Kendati prosesnya alami, kemampuan ibu memberi ASI tidak datang tiba-tiba. Ada serangkaian proses yang turut memberi andil dalam kelancaran pemberian ASI, mulai dari persiapan fisik sampai batin calon ibu. Makin dini bayi disusui, maka kian cepat dan lancar proses menyusui si kecil. Kualitas dan kuantitas produksi ASI juga perlu dijaga agar perkembangan fisik dan mental bayi bisa optimal. Caranya antara lain dengan mengonsumsi makanan bergizi, terutama sayuran, minum cairan, cukup beristirahat dan sering menyusui, serta memijat payudara. Jika jarang disusukan, produksi ASI dikhawatirkan akan menurun. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar bayi baru lahir mendapat ASI eksklusif (tanpa tambahan apa-apa) Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 71 selama enam bulan. Sebab, menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia DKI Jakarta (IDAI Jaya) dr Badriul Hegar SpA (K), ASI adalah nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal. Tidak ada jadwal khusus yang bisa diterapkan untuk pemberian ASI pada bayi. Jadi, ibu harus siap setiap saat bayi membutuhkan ASI. Akibatnya, jika ibu diharuskan kembali bekerja penuh di luar rumah sebelum bayi berusia enam bulan, pemberian ASI eksklusif ini tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya. Maka, Akida M Widad, Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam artikelnya menuturkan, sejumlah negara memberikan kelonggaran kepada ibu hamil dan melahirkan. Di Inggris ibu yang hamil dan melahirkan bisa mendapatkan cuti 40 minggu. Di Denmark, ibu mendapat cuti empat atau delapan minggu sebelum melahirkan dan 14 minggu sesudah melahirkan ditambah 10 minggu cuti untuk merawat bayi. Di Indonesia, sesuai kebijakan pemerintah, sebagian besar perusahaan menerapkan kebijakan pemberian cuti melahirkan hanya tiga bulan. Karena itu, kendati kampanye nasional pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dicanangkan, kenyataannya hal itu sulit dilakukan bagi ibu yang bekerja di luar rumah. Kondisi fisik dan mental yang lelah setelah bekerja sepanjang hari telah menghambat kelancaran produksi ASI. Kendati demikian, hal itu tidak berarti kesempatan ibu yang bekerja untuk eksklusif kepada bayinya hilang sama sekali. Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif bagi sang buah hati. Selain diberikan secara langsung, yakni dengan menyusui si kecil, ASI juga dapat diberikan secara tidak langsung dengan cara memberikan ASI perah. F. CARA MERAWAT PAYUDARA Ajarkan ibu untuk menjaga kebersihan payudara terutama putting susu, menggunakan BH yang menyokong payudara Ajarkan posisi menyusui yang benar karena posisi yang salah dapat menyebabkan lecet dan melelahkan baik ibu maupun bayi. Apabila putting susu lecet ketika menyusui oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak lecet Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 72 Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok Untuk menghilangkan nyeri dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan: a. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit b. Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting. c. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak d. Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat mengisap seluruh ASI keluarkan dengan tangan e. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui f. Payudara dikeringkan G. Menjelaskan cara menyusui yang baik dan benar 1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada putting dan sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu. 2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) pada punggung ibu bersandar pada sandaran kursi Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu didepan Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara 9tidak hanya membelokkan kepala bayi) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang. 3. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah, jangan menekan putting susu atau kalang payudaranya saja. 4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara: Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 73 Menyentuh pipi dengan putting susu atau Menyentuh sisi mulut bayi 5. Setelah bayi mebuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan kepayudara ibu dan putting serta kalang payudara dimasukkan kemulut bayi: a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga putting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap pada putting susu saja, akan mengakibatkan masukkan ASI yang tidak adekuat dan putting susu lecet. b. Setelah bayi mulai mengisap payudara tidak perlu dipegang atau disanga lagi. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, dapat dilihat: - Bayi tampak tenang - Badan bayi menempel pada perut ibu - Mulut bayi terbuka lebar - Dagu menempel pada payudara ibu - Sebagian besar kalang payudara masuk kedalam mulut bayi - Bayi tampak mengisap kuat dengan irama perlahan - Putting susu ibu tidak terasa nyeri - Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus - Kepala tidak menengadah 6. Melepas isapan bayi Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi: - jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau - dagu bayi ditekan kebawah 7. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan sekitar kalang payudara; biarkan kering dengan sendirinya. 8. Menyendawakan bayi. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 74 Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh-jawa) setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah: - Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan - Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan. H. MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI a. Payudara bengkak (Engorgement) Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkn, payudara sering terasa lebih penuh atau tegang serta nyeri. Keadaan seperti ini disebut engorgement (payudara bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis di vena atau pembuluh darah bening. Hal ini semua merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusu karena alasan nyeri kemudian memberikan prelacteal feeding pada bayi, keadaan tersebut akan berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI tetap berlangsung sementara bayi tidak disusukan; dengan demikian tidak terjadi perangsangan pada putting susu sehingga refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan. Akhirnya ASI yang disekresi menumpuk dalam payudara, akibatnya aerola lebih menonjol, putting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi apabila disusukan. Bila keadan sudah sampai demikian, kulit pada payudara nampak lebih merah mengkilat, ibu merasa demam seperti influenza, payudara terasa nyeri sekali. Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan antara lain sebagai berikut: 1. Susukan bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan 2. Susukan bayi tanpa jadwal (on demand) 3. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi 4. Laksanakan perawatan payudara pascapersalinan secara teratur 5. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga putting lebih mudah ditangkap/dihisap oleh bayi 6. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin 7. Untuk memudahkan bayi mengisap ( menangkap) putting susu berikan kompres sebelum menyusui. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 75 8. Untuk mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara, lakukanlah pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putting susu kearah korpus mamae. b. Kelainan putting susu Kebanyakan ibu tidak mempunyai kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai juga kelainan anatomis yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusu, misalnya putting susu datar dan putting susu terpendam/ mendalam Untuk mengetahui kelainan putting, caranya adalah sebagai berikut: 1. Putting susu datar Apabila aerola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari belakang putting susu, putting yang normal akan menonjol keluar, tetapi bial tidak, berarti putting datar. Pada waktu laktasi putting menjadi lebih tegang dan menonjol, karena terangsang oleh bayi sehingga otot polos putting berkontraksi, meskipun demikian tetap masih sulit untuk ditangkap (dihisap) oleh mulut bayi. 2. Putting susu mendalam/terpendam dan putting susu tertarik kedalam Putting susu tampak terpendam atau masuk ke dalam aerola. Putting susu tampak tertarik sebagian atau seluruhnya. Hal ini karena ada sesuatu dibawahnya yang menarik putting kedalam, misalnya tumor dan penyempitan saluran susu. Kelainan putting tersebut diatas seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya sehingga dapat diperbaiki dengan melakukan gerakan menurut Hoffman yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari didaerah aerola mamae, kemudian dilakukan urutan menuju kearah berlawanan. Selama hamil ibu tetap melakukan perawatan payudara prenatal, secara teratur. Perlu diketahui bahwa tidak semua kelainan tersebut diatas dapat dikoreksi dengan cara Hoffman. Untuk hal ini, ibu menyusui dianjurkan mengeluarkan ASI-nya dengan manual/pompa kemudian diberikan dengan sendok/gelas/pipet. 3. Putting susu nyeri (Sore Nipple) dan putting susu lecet (Cracked Nipple) Masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui adalah putting susu nyeri (sore nipple). Hal ini terjadi karena posisi bayi saat menyusu salah, yaitu bahwa putting tidak masuk kedalam mulut bayi sampai pada aerola sehingga bayi mengisap pada putting susu saja. Dengan demikian hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu kan menimbulkan rasa nyeri waktu dihisap, meskipun kulitnya masih utuh. Sebab lain Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 76 yang dapat menimbulkan putting nyeri adalah karena penggunaan sabun, lotion, cream, alcohol dan lain-lain untuk membersihkan putting susu sehingga terjadi iritasi. Keadaan ini juga dapat terjadi pada bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga menyebabkan bayi sulit mengisap sampai aerola dan isapan hanya pada puttingnya saja. Rasa nyeri ini juga dapat timbul bila meghentikan menyusu (mengisap) kurang hati-hati. Putting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan teknik menyusui yang benar, khususnya letak putting susu dalam mulut bayi yaitu: i. Bibir bayi menutup aerola sehingga tidak tampak dari laur. ii. Putting diatas lidah bayi iii. Aerola diantara gusi atas dan bawah Dengan demikian waktu diisap putting ibu tidak terasa sakit. Untuk menghindari putting susu nyeri atu lecet/luka, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. a. Tidak membersihkan putting susu dengan sabun, alcohol, lotion, cream dan obatobatan iritan lainnya. b. Sebaiknya selesai menyuukan untuk mlepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu bayi atau pijat hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi. c. Ibu dianjurkan tetap menyusu bayinya mulai dari putting yang tidak sakit serta menghindari tekanan local pada putting dengan cara merubah-rubah posisi menyusui. Untuk putting susu yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. Untuk menghindari payudara bengkak, ASI dikeluarkan dengan manual kemudian diberikan dengan sendok, gelas atau pipet. c. Saluran susu tersumbat (Obstructive Duct) Suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi payudara bengkak berlanjut yang mengakibatkan kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan. Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya. Untuk mencegah dan mengatasi hal ini, ibu dianjurkan untuk melaksanakan perawatan payudara post-natal secara teratur agar tidak terjadi statis dalam payudara Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 77 yang mengakibatkan terjadinya radang payudara (mastitis). Ibu perlu dianjurkan untuk mengenakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara. Ibu juga dianjurkan megeluarka ASI dengan manual atau pompa setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh. Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara dapat diberikan kompres hangat diberikan sebelum menyusui dengan tujuan mempermudah bayi mengisap putting susu dan kompres dingin diberikan sesudah bayi menyusu untuk mengurangi rasa sakit/bengkak. d. Radang payudara (Mastitis) Radang payudara adalah infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik pada ibu seperti demam. Hal ini biasanya terjadi pada 1-3 minggu setelah melahirkan dan sebagai komplikasi saluran susu tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan putting susu lecet/luka. Gejala-gejala yang biasa diamati pada radang payudara: kulit nampak lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol/merongkol Untuk mengatasi hal tersebut diatas, ibu perlu dianjurkan agar tetap menyusui bayinya supaya tidak terjadi statis dalam payudara yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi abses. Ibu perlu mendapatkan pengobatan (antibiotic dan analgesic) serta banyak minum dan istirahat untuk megurangi reaksi sistemik/ demam. Bilamana mungkin ibu dianjurkan melaksanakan senam laktasi, yaitu menggerakkan lengan secara berputar sehingga persendian bahu ikut bergerak kearah yang sama. Gerakan demikian ini akan membantu memperlancar peredaran darah dan linfe didaerah payudara sehingga statis dapat dihindarkan yang berarti megurangi terjadinya abses payudara e. Abses payudara Kelanjutan atau komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut dan menyebabkan ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan sekeras seperti pada radang payudara, tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila payudara seperti ini, perlu segera dirujuk kedokter ahli yang membidangi agar mendapat tindakan medis yang lebih cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi dan drainase, pemberian antibiotika dosis tinggi dan analgesic. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 78 Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan menyusui untuk beberapa hari/sementara pada payudara yang sakit dan setelah sembuh dapat disusukan kembali. Akan tetapi, bayi tetap menyusui tanpa dijadwal pada payudarara yang sehat. f. Air susu ibu kurang Masih banyak ibu mengira bahwa mereka tidak mempuyai cukup banyak ASI untuk bayinya, sehingga keinginan untuk menambah susu formula atau makanan tambahan sangat besar. Dengan demikian kuat apabila bayi sering menangis, ingin selalu menyusu pada ibunya, dan payudara terara kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancer. Menilai kecukupan ASI bukan dari hal tersebut diatas tetapi terutama dari kenaikan berat badan bayi. Apabila kecukupan gizi, cara menyusui benar, secara psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan untuk menyusui bayinya serta tidak ada kelainan payudara, maka 4-6 bulan pertama usia bayi akan terjadi kenaikan berat badan yang baik. g. Bayi bingung putting Istilah binggung putting dipakai untuk mengartikan keadaan bayi yang mengalami nipple confusion karena diberi susu formula dalam botol bargantian dengan menyusu pada ibu. Mekanisme menyusu dan minum dari botol. Pada saat menyusu bayi mempergunakan otot-otot pipi, gusi, langit-langit/palatum durum dan lidah untuk menarik dan mengurut putting susu aerolanya untuk membentuk sustu “dot”, kemudian ditekan gusi oleh atas dan bawah sehingga sinus laktiferus tertekan dan keluarlah ASI. Selanjutnya dengan gerakan berirama ASI diisap dan ditelan. Tidak demikian halnya dengan bayi yang mendapat minuman dari botil sebab dot mempunyai lubang dan tanpa berusaha keras bayi dapat menelan PASI karena susu dapat terus keluar tanpa diisap. Oleh sebab itu, bayi yang telah terbiasa minum botol, sulit/enggan menyusu ibunya. Ibu yang menggunakan botol dan dot, biasanya beralasan produksi ASI-nya berkurang atau ibu sakit, misalnya payudaranya bengkak, putting susu nyeri atau luka dan sebagainya. Tanda-tanda bingung putting adalah sebagai berikut: Bayi mengisap putting seperti mengisap dot Waktu menyusui cara mengisapnya terputus-putus/sebentar-sebantar Bayi menolak menyusu di ibunya Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 79 Untuk mencegah terjadinya bingung putting adalah sbb: Ibu harus mengusahakan agar bayi hanya menyusu ibu saja Cara menyusui yang benar Menyusu lebih sering dan lebih lama tak terjadwal (on demand) Perlu lebih bersabar dan lebih teliti/telaten waktu menyusui Ibu melaksanakan perawatan payudara post natal, secara sistematis dan teratur h. Bayi enggan menyusu Bayi enggan menyusu perlu mendapat perhatian secara teliti dan khusus terutama terhadap bayi dengan muntah, diare, mengantuk, kuning dan kejang-kejang. Bayi-bayi tersebut diatas bila dianggap perlu dirujuk ke dokter ahli agar mendapat tindakan medis secara cepat dan tepat. Penyebab bayi enggan menyusu lainnya, adalah sebagai berikut: Hidung tertutup lender/ingus, karena pilek sehingga sulit untuk megisap/bernafas. Bayi dengan sariawan/moniliasis, nyeri untuk mengisap Terlambat dimulainya meyusu waktu dirumah sakit, karena tidak dirawat gabung Ditinggalkan lama karena ibu sakit atau bekerja Bayi dengan bingung putting karena disamping menyusui bayi diberi minuman dengan dot atau botol Bayi dengan prelacteal feeding atau mendapat makanan tambahan terlalu dini Teknik menyusui yang salah ASI kurang lancer atau terlalu deras/memancar Bayi dengan frenulum linguae (tali lidah) pendek/short tongue tie Penanggulangan bayi enggan menyusu dapat dilakukan sebagai berikut: Apabila bayi pilek, ibu diajarkan cara membersihkan lubang hidung Bila mulut bayi sakit sariawan/moniliasis berikan pengobatan Beri lebih banyak kesempatan kepada ibu untuk merawat bayinya sendiri agar lebih mengenal sifat/cirinya. Teknik menyusui yang benar Tidak memberi prelacteal feeding/makanan tambahan terlalu dini Apabila ASI memancar/terlalu deras, keluarkan ASI sedikit sebelum menyusui, baru kemudian bayi disusukan bayi disusukan dengan posisi tegak/berdiri Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 80 Bila ASI kurang lancar, menyusui lebih sering dan lebih lama (on demand) serta pada waktu menyusui posisi kepala bayi lebih didekatkan pada payudara, tangan ibu menahan kepala bayi agar tetap pada posisinya. Dengan demikian ASI akan dapat keluar lebih sempurna Tindakan operatif pada frenulum linguae yang pendek. i. Bayi sering menangis Menangis merupakan cara bayi berkomunikasi sehingga apabila seorang bayi menangis pasti ada sebabnya dan perlu ditolong. Oleh karena itu perlu dicari sebabnya dengan sabar, teliti dan cermat agar dapat diambil suatu tindakan yang cepat dan tepat. Untuk hal itu perlu meneliti terlebi dahulu penyebabnya yang mungkin sekali disebabkan antara lain karena lapar, takut, kesepian, bosan, popok basah/kotor atau sakit. 80 % dari penyebab tersebut diatas dapat ditanggulangi dengan cara menyusukan bayi dengan teknik menyusu yang benar, maka tanggis bayi dapat dihentikan. Terkecuali bila bayi itu sakit, perlu mendapat penanganan tersendiri. Misalnya bayi perlu dirujuk kedokter ahli. j. Bayi Berat Lahir rendah Istilah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dipakai untuk meggolongkan semua bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan umur kehamilan. Hal-hal yang sering ditemui pada BBLR 1. Refleks mengisap/menelan lemah bahkan kadang-kadang tidak ada 2. Bayi cepat lelah 3. Waktu meyusu sering terdesak, malas mengisap, dll Telah diakui bahwa minuman yang terbaik untuk bayi tersebut adalah ASI. Namun kebutuhan gizi dan cara pemberiannya berbeda. Karena kemampuan mengisap dan menelan serta mencerna juga tidak sama, biasanya bayi ini membutuhkan gizi lebih banyak dan volume cairan relative lebih besar sehingga minuman perlu diberikan dalam jumlah sedikit dengan frekuensi lebih sering. Khususnya terhadapp bayi premature yang dilahirkan sebelum 33 minggu, yang refleks mengisap dan menelan lemah atau tidak sama sekali. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 81 ASI cenderung diberikan melalui sonde lambung atau tetes untuk menghindari peregangan lambung yang mendadak (karena cairan yang banyak) yang akan mengganggu fungsi organ lain Untuk menangani masalah menyusui pada BBLR perlu diperhatikan hal-hal sbb: 1. Perlu memberi dukungan dan dorongan semangat agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya 2. WAktu menyusui bayi selalu dalam keadaan hangat 3. Waktu menyusui sebaiknya singkat ( 2-3 menit), tetapi sering (1-2 jam) atau ASI diberikan dalam jumlah sedikit, tetapi sering 4. Ibu dianjurkan untuk melaksanakan perawatan payudara postnatal secara sistematis dan teratur 5. Kepala bayi harus ditahan supaya tetap menempel pada payudara, posisi yang timbul sebaiknya posisi memegang bola 6. Waktu menyusui, menahan dibawah dagu akan merangsang bayi untuk megisap 7. Sebelum bayi disusui sudah dilakukan pengurutan supaya ASI telah mengalir 8. Kalau perlu, bayi dapat dibantu dengan lactaid untuk melatih belajar mengisap dan menelan. k. Bayi kembar Ibu yang hamil atau beru melahirkan bayi kembar perlu diyakinkan bahwa ibu akan mampu memprodusi ASI bagi anak kembarnya. Produksi ASI akan lebih banyak karena rangsangan atau isapan oleh bayi kembar lebih sering. Bila salah seorang bayi kembar terpaksa harus ditinggalkan dirumah sakit, ibu dapat menyusui yang satu dan memompa ASI untuk yang lain. Biasanya salah satu bayi lebih kuat mengisap dari yang lain, sehingga sebaiknya jangan ditentukan satu payudara untuk masing-masing, tetapi keduanya menetek dari payudara secara bergantian supaya rangsangan kedua payudara sama. Bayi dapat disusui bersama atau bergantian. Bila bersama ibu dapat mengambil posisi “memegang bola”, posisi kombinasi atau posisi biasa. Posisi memegang bola dalah emegang kepala bayi dengan salah satu tangan, seluruh badannya berada dilengan ibu, kedua kaki menghadap kearah punggung ibu. Posisi demikian dapat dipakai untuk menyusui dua bayi kembar bersama pada waktu yang sama. Posisi kombinasi yaitu salah satu bayi disusui dengan posisi dengan posisi biasa, sedang bayi kembar lain dengan posisi memegang bola. Posisi biasa sebaiknya diberikan Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 82 dengan cara bayi dipangku, kepala atau tengkuk berada disiku ibu bagian dalam, lengan menopang punggung dan tangan memgang pantat. Yang perlu diperhatikan dalam posisi ini bahwa perut bayi hendaknya berhadapan dengan perut ibu, kepala/muka bayi menghadap payudara, aerola tidak nampak, dagu lebih mendekat payudara dan bila diisap tidak sakit. Bagi ibu yang terpaksa menyusui bayinya secara bergantian, mulailah lebih dahulu dengan menyusui bayi yang lebih kecil. Untuk ibu dengan bayi kembar, karena menyusui dua bayi, sangat dianjurkan untuk mencukupi kebutuhan gizinya, agar produksi cukup serta status gizi ibu terpelihara baik. l. Bayi sumbing Banyak orang mengira bahwa bayi sumbing tidak mungkin dapat menyusu. Pendapat ini tidak benar, karena pada bayi dengan sumbing langit-langit lembek/palatum mole, bayi dapat menyusu tanpa kesulitan, yaitu dengan memberikan posisi tegak/berdiri agar ASI tidak masuk kedalam hidung bayi. Apabila sumbing itu hanya pada bibir atas saja maka bayi dapat menyusui sambil ibu menutup sumbing tersebut dengan jarinya agar bayi dapat mengisap dengan sempurna. Hal ini dapat dimaklumi karena mekanisme menyusui tidak terganggu, asalkan teknik menyusui dilaksanakan dengan baik dan benar. Yang paling sulit bilamana sumbing itu ganda, yaitu sumbing pada langit-langit keras/palatum durum dan bibir, sehingga bayi sulit untuk mengisap/menangkap putting susu dengan sempurna. Untuk bayi yang demikian ibu dapat mengeluarkan ASI dengan manual/pompa kemudian diberikan dengan sendok/pipet atau botol dan dot. Apabila digunakan botol dan dot, maka ukuran dot harus lebih panjang dari pada dot biasa yaitu dot yang mempunyai bentuk seperti putting susu sapi atau kambing. Apabila sulit untuk mendapatkan dot tersebut dapat digunakan dua dot yang dipasang dan disambung menjadi satu sehingga ukurannya lebih panjang. Dengan demikian, ASI dapat masuk lebih sempurna. Perlu diketahui bahwa untuk menyusukan bayi-bayi tersebut diperlukan waktu yang lebih lama dan dibutuhkan lebih banyak kesabaran serta ketelitian. Oleh sebab itu diperlukan dukungan dan dorongan semangat dari keluarga dan petugas kesehatan agar bayi sumbingpun mendapat haknya untuk menikmati air susu dari ibunya. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 83 m. Icterus pada neonatus Icterus pada neonatus dapat bersifat fisiologis, tetapi dapat juga patologis. Icterus yang fisiologis tidak berbahaya bagi ibu. Biasanya terjadi pada sekitar hari ketiga/keempat sesudah kelahiran. Keadaan tersebut dapat membaik saat bayi berusia kira-kira 7-10 hari. Kekuningan ini disebabkan pada minggu terakhir masa kehamilan janin membentuk eritrosit ekstra banyak untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Setelah bayi lahir, bayi dapat menghirup udara segar dengan bebas sehingga kebutuhan oksigen dapat terpenuhi, sementara eritrosit yang berlebihan rusak. Kekuningan yang terjadi pada bayi ini dapat disebabkan oleh karena kerusakan mendadak yang berlebihan dari eritrosit atau bisa juga karena hepar bayi belum dapat berfungsi normal untuk menetralisir eritrosit yang rusak dan menghasilkan bilirubin yang merupakan pigmen kuning, akibatnya bayi nampak kekuningan. Icterus patologis terjadi pada 24 jam pertama stelah bayi dilahirkan. Hal itu dapat terjadi karena suatu infeksi atau karena intoksikasi obat. Misalnya preparat sulfa yang diberikan kepada ibu. Pada icterus yang terjadi dini salah satu tindakan yang dikerjakan adalah memberi terapi sinar (photo therapy). Dengan cara ini energi sinar yang diberikan kepada bayi akan merubah senyawa bilirubin tersebut menjadi senyawa yang mudah larut dala air untuk diekskresi. Icterus karena air susu ibu biasanya terjadi pada usia bayi 4 hari atau lebih. Hal ini dapat berlangsung lama. Kekuningan yang terjadi pda bayi ini disebabkan oleh suatu hormone pregnane 3 alpha 20 beta diol yang terkandung didalam air susu ibu yang kerjanya akan menghambat konjugasi bilirubin. Hingga bilirubin tidak bisa diekskresi. Pada icterus karena air susu ibu, bayi tetap sehat, tetapi perlu tetap dipantau kadar bilirubin darahnya. Air susu ibu tetap dapat diberikan apabila: i. Kadar bilirubin darah bayi kurang atau sama dengan 15 miligram/100 cc dalam minggu pertama, ii. Kadar bilirubin darah bayi kurang atau sama dengan 18 miligram/100 cc dalam minggu kedua iii. Kadar bilirubin darah bayi kurang atau sama dengan 20 miligram/100 cc dalam minggu-minggu selanjutnya. Bila kadar bilirubin lebih dari yang tersebut diatas, pemberian ASI kepada bayi dihentikan untuk sementara (24-36 jam). Dengan cara begitu, kadar bilirubin darah bayi Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 84 akan segera turun. Kemudian bayi dapat disusukan kembali. Pemantauan seperti itu uterus terus dikerjakan sampai keadaan membaik. Selama menyusui dihentikan, ASI tetap dikeluarkan dengan manual pompa untuk mempertahankan produksinya. Kadar bilirubin yang tinggi pada bayi dengan icterus mempunyai dampak negative terhadap otak, terutama pada bayi dengan berat badan lahi rendah. Tetapi pebgaruh tersebut sangat berkurang pada usia lepas 6 hari. n. Laktasi pada persalinan dengan seksio sesarea Pada beberapa keadaan persalinan kadang-kadang perlu tindakan seksio sesarea. Misalnya panggul sempit, plasenta previa, dan perdarahan lainnya. Persalinan cara ini dapat menimbulkan masalah dalam laktasi baik terhadap ibu maupun terhadap anak. Ibu yang mengalami tindakan seksio sesarea tidak mungkin segera dapat menyusui bayinya, karena ibu belum sadar akibat pembiusan. Apabila keadaan ibu mulai membaik (sadar), penyusunan dini dapat segera dimulai dengan bantuan tenaga perawat. Bayipun mengalami akibat yang serupa dengan ibu apabila tindakan seksio sesarea tersebut dengan anestesi umum, karena narkose yang diterima ibu dapat sampai ke bayi melalui plasenta hingga bila disusukan disamping masi lemah akibat narkose juga akan mendapat tambahan narkose yang terkandung didalam ASI, sementara ibu masih belum sadar. Apabila ibu dan anak sudah membaik, dapat dilakukan rawat gabung. Posisi menyusui yang dianjurkan pada ibu sbb: 1. Ibu dapat dalam posisi berbaring miring dengan bahu dan kepala yang ditopang bantal, sementara bayi disusukan dengan kakinya kerah keala ibu, seperti terliht pada gambar 2. Apabila ibu sudah dapat duduk, bayi dapat ditidurkan dibantal diatas pangkuan ibu dengan posisi kaki bayi mengarah kebelakang ibu dibawah lengan ibu. o. Laktasi pada ibu bekerja Bagi ibu yang bekerja diluar rumah pada masa laktasi, meyusui merupakan maslah tersendiri karena harus meninggalkan rumah selama berjam-jam kerja. Oleh karena itu untuk kelompok ibu-ibu ini petugas kesehatan perlu memberi bimbingan serta menjelaskan keuntungan pemberian ASI sebanyak-banyaknya bagi bayi. Bimbingan tersebut adalah berupa nasihat bagi ibu megenai bagaiman apelaksanaan pemberian ASI agar selama ibu masih dalam cuti bayi mendapat kesempatan memperoleh ASI sebanyakVisi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 85 banyaknya.demikian juga, sewaktu ibu sudah mulai kerja kembali dinasehatkan agar selama ibu dirumah diberi kesempatan menyusu ibu saja. Sebelum berangkat bekerja ibu harus menyusui bayinya dengan kedua payudara dan segera datang dirumah dianjrkan untuk segera menyusui. Kalau kesempatan memungkinkan, pada jam-jam bekerja ibu dianjurkan untuk menyusui bayinya, hal ini hanya mungkin apabila fasilitas penitipan bayi dilingkungan tempat ibu bekerja. Apabila terpaksa meninggalkan bayinya dirumah, selama ditempat kerja ibu dianjurkan mengeluarkan ASI-nya baik dengan tangan maupun dengan pompa. Hal ini perlu untuk menghindari terjadinya engorgement (pembengkakan payudara). Apabila fasilitas ditempat kerja ada, yaitu ruang istirahat ibu dilengkapi dengan alat penampung ASI, pompa air susu ibu yang manual atau elektrik, lemari pendingin dan sebagainya, maka air susu ibu yang dikeluarkan dianjurkan untuk disimpan dilemari pendingin yang dapat diberikan pada bayi bila kesempatan memungkinkan, misanya dikirim ke rumah untuk disusukan kepada bayinya. III. KESIMPULAN ASI sangat baik untuk bayi apalagi dengan adanya ASI ekslusif diharapkan bayi tersebut mendapatkan nutrisi serta zat-zat anti bodi yang dibutuhkan dengan baik. Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa didalam penatalaksanaan pemberian ASI. Sebagian besar aspek penatalaksanaan kebidanan dari pemberian ASI adalah didasarkan pada pemahaman atas perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi dalam wanita yang sedang berlaktasi postpartum. Peraturan Pemerintah (PP) no 33 tahun 2012 yang telah diputuskan tanggal 1 Maret 2012 berisi tentang Pemberian ASI eksklusif. Tujuan diterbitkannya PP ini adalah untuk menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan sumber makanan terbaik sejak dilahirkan sampai berusia 6 bulan, disamping itu kebijakan ini juga untuk melindungi ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. IV. LATIHAN 1. Jelaskan manfaat pemberian ASI. 2. Sebutkan Komposisi gizi dalam ASI. 3. Jelaskan upaya memperbanyak ASI. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 86 4. Sebutkan tanda bayi cukup ASI. V. BUKU SUMBER 1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. 2. Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC. 3. Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes 4. Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 5. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta. 6. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. 7. Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett Publisher. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 87 BAB VIII DETEKSI DINI KOMPLIKASI MASA NIFAS DAN PENANGANANNYA I. PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT Komplikasi pada masa nifas dapat terjadi pada setiap ibu. Hal ini dapat dideteksi dengan melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif. Sebagai seorang bidan, Anda dituntut untuk memahami berbagai macam penyulit dan komplikasi yang dapat terjadi, mendeteksinya dan melakukan tindakan yang tepat sehubungan dengan komplikasi tersebut. Materi ini, membantu Anda dalam hal mengidentifikasi komplikasi apa saja yang harus diwaspadai oleh seorang bidan sehingga masa nifas yang dialami oleh ibu dapat berlangsung secara normal. B. TIK Setelah mengikut perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi: 1. Infeksi nifas 2. Hematoma 3. Hemoragi post partum lambat 4. Subinvolusi 5. Tromboflebitis 6. Sisa plasenta 7. Inversio uteri 8. Masalah psikologis II. URAIAN MATERI A. INFEKSI NIFAS Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut infeksi nifas. Suhu 38°C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2 – 10 post partum dan diukur per oral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak diketemukan sebab – sebab ekstragenital. Sebagai bidan, Anda harus mengetahui beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan infeksi pada ibu nifas : Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 88 1. Kurang gizi atau malnutrisi 2. Anemia 3. Masalah kebersihan 4. Kelelahan 5. Proses persalinan bermasalah seperti partus lama / macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, Pencegahan Infeksi yang tidak baik, manipulasi intrauteri (ekplorasi uteri dan manual plasenta) Beberapa diagnosa demam post partum G e j a l a dan tanda yang selalu didapat Nyeri perut bagian bawah Lokea yang purulen dan berbau Uterus tegang dan subinvolusi Nyeri perut bagian bawah Pembesaran perut bagian bawah Demam yang terus menerus Nyeri perut bagian bawah Bising usus tidak ada Nyeri payudara dan tegang Gejala lain yang mungkin Kemungkinan didapat diagnosa Perdarahan pervaginam, Syok, Metritis (Endometritis/ Peningkatan sel darah putih, Endomiometritis) terutama polimorfonuklear lekosit Dengan antibiotic tidak membaik Abses Pelvik Pembengkakan pada adneksa atau kavum douglas Perut yang tegang (rebound tenderness) Anoreksia / muntah Payudara yang mengeras dan Membesar (pada kedua payudara). Biasanya terjadi antara hari 3 -5 pasca persalinan Nyeri payudara dan tegang Ada inflamasi yang didahului / bengkak Bendungan kemerahan yang batasnya jelas pada payudara Biasanya hanya satu payudara Biasanya terjadi antara 3 -4 minggu pasca persalinan Payudara yang tegas dan Pembengkakan dengan adanya padat Kemerahan Fluktuasi Mengalir nanah Nyeri pada luka / irisan Luka / irisan pada perut dan dan tegang /indurasi perineal yang mengeras (indurasi) Keluar pus Kemerahan Bila terjadi luka yang mengeras disertai dengan Pengeluaran cairan serous atau kemerahan dari luka; tidak ada / sedikit erithema dekat luka insisi Disuria Nyeri dan tegang pada daerah pinggang Nyeri suprapubik Uterus tidak mengeras Menggigil Peritonitis Bendungan pada Payudara Mastitis Abses payudara Selulitis pada luka (perineal / abdominal) Abses atau hematoma pada luka insisi Infeksi pada traktus Urinarius Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 89 Demam yang tinggi walau mendapat antibiotika Menggigil Ketegangan pada otot kaku Komplikasi pada paru, ginjal, persendian, mata dan jaringan sub kutan Thrombosis vena yang dalam (deep vena thrombosis) Thromboflebitis : - Pelviotromboflebitis - Femoralis Sumber : Saifuddin (2007) Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik, thrombosis vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvic yang menahun, dispareunia, penyumbatan tuba dan infertilitas. Penanganan metritis adalah : (kolaborasi dengan dokter) 1) Berikan transfusi bila dibutuhkan. Berikan Packed Red Cell 2) Berikan antibiotika, spektrum luas, dalam dosis yang tinggi 3) Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis 4) Bika dicurigai sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital /dengan kuret yang lebar) 5) Bila ada pus lakukan drainase (kalau perlu kolpotomi), ibu dalam posisi fowler 6) Bila tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda peritonitis generalisata lakukan laparotomi dan keluarkan pus. Bila pada evaluasi uterus nekrotik dan septic, maka dilakukan histerektomi subtotal oleh dokter. B. MASALAH PAYUDARA 1. Bendungan Payudara Setiap ibu akan mengalami bendungan atau pembengkakan pada payudara. Hal ini merupakan kondisi yang alamiah, bukan disebabkan overdistensi dari saluran sistem laktasi. Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 90 Penanganan yang dilakukan bila ibu menyusui bayinya : 1) Susukan sesering mungkin 2) Kedua payudara disusukan 3) Kompres hangat payudara sebelum disusukan 4) Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui 5) Sangga payudara 6) Kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui 7) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg peroral setiap 4 jam 8) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya Bila ibu tidak menyusui : 1) Sangga payudara 2) Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit 3) Bika diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam 4) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara. Gambar. Bendungan ASI Sumber : ADAM dalam http:// dvdsilat.com/ tag/prolaktin 2. Mastitis Mastitis adalah infeksi payudara. Mastitis terjadi akibat invasi jaringan payudara oleh organisme infeksius atau adanya cedera payudara. cedera payudara mungkin disebabkan memar karena manipulasi yang kasar, pembesaran payudara, stasis air susu ibu dalam duktus, atau pecahnya atau fisura putting susu. Putting susu yang pecah atau fisura dapat menjadi jalan masuk terjadinya infeksi S. aureus. Pengolesan beberapa tetes air susu di area putting pada akhir menyusui dapat mempercepat penyembuhan. Tanda gejala mastitis biasanya tidak ada sebelum akhir minggu pertama post partum. Nyeri ringan pada salah satu lobus payudara, yang diperberat jika bayi menyusu dan gejala seperti flu: nyeri otot, sakit kepala dan keletihan. Mastitis hampir selalu terbatas pada satu payudara. Tanda dan gejala actual mastitis meliputi : 1. Peningkatan suhu yang cepat dari (39,5°C sampai 40°C) 2. Peningkatan kecepatan nadi 3. Menggigil 4. Malaise umum, sakit kepala 5. Nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area payudara keras 6. Payudara tegang / indurasi dan Sumber : ©Healthwise Incorporated dalam 7. Kemerahan. http://obatipenyakit.com/obat-penyakit-mastitis/ Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 91 Tindakan : 1) Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang 2) Sangga payudara 3) Kompres dingin 4) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam 5) Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus 6) Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan 3. Abses Payudara Mastitis yang tidak ditangani memiliki hampir 10% risiko terbentuknya abses. Tanda dan gejala abses payudara adalah adanya Discharge putting susu purulenta, munculnya demam remiten (suhu naik turun) disertai menggigil dan terjadi pembengkakan payudara dan sangat nyeri; massa besar dan keras dengan area kulit berwarna fluktuasi kemerahan dan kebiruan mengindikasikan lokasi abses berisi pus. Terdapat massa padat, mengeras di bawah kulit yang kemerahan. Penanganan: 1) Diperlukan anestesi umum (ketamin) 2) Insisi radial dari tengah dekat pinggir areola, kepinggir supaya tidak memotong saluran ASI 3) Pecahkan kantung pus dengan tissue forceps atau jari tangan 4) Pasang tampon dan drain 5) Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari 6) Sangga payudara 7) Kompres dingin 8) Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan 9) Ibu didorong tetap memberikan ASI walau ada pus 10) Lakukan follow up setelah pemberian pengobatan selama 3 hari Gambar Abses Payudara Sumber : http://jurnalbidandiah.blogspot. com/2012/07/komplikasi-masa-nifasinfeksi- payudara_19.html C. HEMATOMA Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah. Bahaya hematoma adalah kehilanagan sejumlah darah karena hemoragi, anemia dan infeksi. Hematoma terjadi karena rupture pembuluh darah spontan atau akibat trauma. Penyebab hematoma adalah : Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 92 1) Persalinan operatif 2) Laserasi yang tidak dijahit selama injeksi anesthesia lokal atau pudendus 3) Kegagalan hemostatis lengkap sebelum penjahitan laserasi atau episiotomi 4) Pembuluh darah diatas apeks insisi atau laserasi tidak dibendung atau kegagalan melakukan jahitan pada titik tersebut 5) Penanganan kasar pada jaringan vagina kapanpun atau pada uterus selama masase. Tanda – tanda umum hematoma: nyeri ekstrem di luar proporsi ketidaknyaman dan nyeri yang diperkirakan. Tanda dan gejala hematoma vulva atau vagina adalah : 1) Penekanan yang lama pada perineum, vagina, uretra, kandung kemih atau rectum dan nyeri hebat 2) Pembengkakan yang tegang dan berdenyut 3) Perubahan warna jaringan Hematoma vulva dapat dengan mudah diidentifikasi. Hematoma vagina dapat diidentifikasi jika dilakukan inspeksi vagina dan serviks dengan cermat. Hematoma ukuran – kecil dan sedang mungkin dapat secara spontan diabsorpsi. Jika hematoma terus membesar, tidak menjadi stabil, bidan harus kolaborasi dengan dokter untuk perawatan lebih lanjut. D. HEMORAGI POST PARTUM 1. LAMBAT Hemoragi post partum lambat (tertunda) adalah hemoragi yang terjadi setelah 24 jam pertama post partum. Penyebab umumnya : 1) Sub involusi di tempat perlekatan plasenta 2) Fragmen plasenta atau membran janin yang tertinggal 3) Laserasi saluran reproduksi yang sebelumnya tidak terdiagnosis 4) Hematoma Tanda dan gejalanya meliputi : perdarahan eksternal yang jelas, tanda dan gejala syok serta anemia. Bidan berkolaborasi dengan dokter konsultan untuk mendiagnosis penyebab dan terapi yang tepat. Hemoragi yang terjadi selama 24 jam ditangani seperti perdarahan post partum primer. Langkah pertama adalah mendiagnosis penyebab (atonia uteri atau laserasi). Penatalaksanaan meliputi penggunaan oksitosin atau methergin untuk membuat uterus kontraksi atau penjahitan jika perdarahan karena laserasi. E. SUBINVOLUSI Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 93 Sub involusi terjadi jika proses kontraksi uterus tidak terjadi seperti seharusnya dan kontraksi ini lama atau berhenti. Proses involusi mungkin dihambat oleh retensi sisa plasenta, miomata atau infeksi. Retensi sisa plasenta atau membran janin adalah penyebab yang paling sering terjadi. Sub involusi dapat didiagnosis selama pemeriksaan postpartum. Riwayat biasanya meliputi periode lokia lebih lama dari periode normal, diikuti leukorea dan perdarahan banyak yang tidak teratur. Pemeriksaan panggul akan menunjukkan uterus lunak yang lebih besar dari ukuran normal sesuai minggu pascapartum saat wanita diperiksa. Sub involusi awal pada masa puerperium menunjukkan uterus lunak, tidak bergerak, tidak berkurang ukurannya dan tinggi fundus tidak berubah, bukan menurun. Lokia banyak dan berwarna merah terang sampai coklat kemerahan. Kultur lokia harus diambil untuk menyingkirkan adanya endometritis. Pada kunjungan minggu keempat hingga keenam postpartum, tidak perlu dipertimbangkan adanya infeksi kecuali terdapat nyeri tekan atau nyeri pada adneksa atau saat pergerakan uterus. Sub involusi diterapi dengan ergonovin (ergotrate) atau metilergonovin (methergin) 0,2 mg per oral setiap 4 jam selama 3 hari; ibu dievaluasi kembali dalam 2 minggu. Jika ibu juga menderita endometritis, bidan menambahkan resep antibiotik spektrum luas. F. TROMBOFLEBITIS Tromboflebitis pascapartum lebih umum terjadi pada wanita penderita varikositis atau yang mungkin secara genetik rentan terhadap relaksasi dinding vena dan stasis vena. Kehamilan menyebabkan stasis vena dengan sifat relaksasi dinding vena akibat efek progesterone dan tekanan pada vena oleh uterus. Kompresi vena selama posisi persalinan dapat berperan juga. Trombofelbitis superficial ditandai dengan nyeri tungkai, hangat terlokalisasi, nyeri tekan atau inflamasi pada sisi tersebut dan palpasi adanya simpulan atau teraba pembuluh darah. Tromboflebitis vena profunda ditandai dengan gejala : 1) Kemungkinan peningkatan suhu ringan 2) Takikardia ringan 3) Nyeri sangat berat pada tungkai diperburuk dengan pergerakan atau saat berdiri yang terjadi secara tiba tiba 4) Edema pergelangan kaki, tungkai dan paha 5) Tanda human positif 6) Nyeri saat penekanan betis Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 94 7) Nyeri tekan sepanjang aliran pembuluh darah yang terkena dengan pembuluh darah dapat teraba Tanda HOMANS diperiksa dengan menempatkan satu tangan di lutut ibu dan memberikan tekanan ringan untuk menjaga kaki tetap lurus. Jika terdapat nyeri betis saat dorsofleksi, tanda tanda ini positif. Penanganan meliputi tirah baring, elevasi ekstremitas yang terkena, kompres panas, stoking elastic dan analgesia jika dibutuhkan. Sprei ayun mungkin diperlukan jika tungkai sangat nyeri saat disentuh. Rujukan ke dokter penting untuk memutuskan penggunaan terapi antikoagulan dan antibiotik. Tidak ada kondisi apapun yang mengharuskan masase tungkai. G. SISA PLASENTA Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta) merupakan penyebab umum terjadinya pendarahan lanjut dalam masa nifas (pendarahan pasca persalinan sekunder). Pendarahan post partum yang terjadi segera jarang disebabkan oleh retensi potonganpotongan kecil plasenta. Inspeksi plasenta segera setelah persalinan bayi harus menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta yang hilang, uterus harus dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan. Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. H. INVERSIO UTERI Inversio uteri dapat menyebabkan pendarahan pasca persalinan segera, akan tetapi kasus inversio uteri ini jarang sekali ditemukan. Pada inversio uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri. Inversio uteri terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar. Inversio uteri bisa terjadi spontan atau sebagai akibat tindakan. Pada wanita dengan atonia uteri kenaikan tekanan intraabdominal dengan mendadak karena batuk atau meneran, dapat menyebabkan masuknya fundus ke dalam kavum uteri yang merupakan permulaan inversio uteri. Tindakan yang dapat menyebabkan inversio uteri adalah PERASAT CREDE pada korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan plasenta yang belum lepas dari dinding uterus atau grande multipara. Apabila menemukan kasus ibu yang syok, perdarahan, dan fundus uteri tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah persalinan selesai, sedangkan hasil pemeriksaan dalam menunjukkan tumor yang lunak di atas serviks Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 95 atau dalam vagina maka hal tersebut menunjukkan diagnosis inversio uteri. Pada mioma uteri submukosum yang lahir dalam vagina terdapat pula tumor yang serupa, akan tetapi fundus uteri ditemukan dalam bentuk dan pada tempat biasa, sedang konsistensi mioma lebih keras daripada korpus uteri setelah persalinan. Walaupun inversio uteri kadang-kadang bisa terjadi tanpa gejala dengan penderita tetap dalam keadaan baik, namun umumnya kelainan tersebut menyebabkan keadaan gawat dengan angka kematian tinggi (15-70%). Reposisi secepat mungkin memberi harapan bagi ibu yang mengalaminya. I. MASALAH PSIKOLOGIS Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih 1 tahun ibu post partum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak pada umumnya, seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya. Faktor penyebab: a. Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan b. Rasa nyeri pada awal masa nifas c. Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan kebanyakan di rumah sakit d. Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit e. Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi Dalam masalah ini sebagai petugas kesehatan memegang peran penting untuk memotivasi ibu agar tetap bersemangat dalam menjalani hidup. Dan membicarakan masalah ibu dengan keluarga agar keluarga bisa memahami psikologi ibu dan dapat membantu ibu merasa tidak sendirian dalam mengasuh bayinya. III. KESIMPULAN 1. Infeksi masa nifas merupakan infeksi peradangan pada semua alat genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38 0C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 hari. 2. Keadaan Abnormal Pada Payudara merupakan keadaan abnormal yang mungkin terjadi adalah bendungan ASI, Mastistis, dan Abses Mamae. 3. Demam pada masa nifas mungkin terjadi peningkatan suhu badan atau keluhan nyeri. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 96 Demam pada masa nifas menunjukkan adanya infeksi, yang tersering infeksi kandungan dan saluran kemih.ASI yang tidak keluar, terutama pada hari ke 3-4, terkadang menyebabkan demam disertai payudara membengkak dan nyeri.Demam ASI ini umumnya berakhir setelah 24 jam. 4. Pre-Eklampsia dan Eklampsia merupakan keadaan preeklampsi dan eklampsi ditandai dengan : tekanan darah tinggi, oedema pada muka dan tangan, pemeriksaan laboratorium protein urine positif Selama masa nifas di hari ke-1 sampai 28, ibu harus mewaspadai munculnya gejala preeklampsia.Jika keadaannya bertambah berat bisa terjadi eklampsia, dimana kesadaran hilang dan tekanan darah meningkat.Sehingga dapat menyebabkan kematian. 5. Infeksi Dari Jalan Lahir Ke Rahim Jalan lahir harus tetap dijaga kebersihannya karena pintu masuk kuman ke dalam rahim. Resiko ini menjadi semakin besar selama nifas berlangsung karena proses persalinan mengakibatkan adanya perlukaan pada dinding rahim dan jalan lahir. 6. Perdarahan Pasca persalinan a. Perdarahan paska persalinan primer (Early Postpartum) Haemorrhage,atau perdaharan paska persalinan segera). Perdarahan paska persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan paska persalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama. b. Perdarahan paska persalinan sekunder (late postpartum haemorrhage), atau perdarahan masa nifas, perdarahan paska persalinan lambat. Perdarahan paskapersalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan paska persalinan sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran. IV. LATIHAN 1. Salah satu penyebab infeksi nifas adalah : a. Obesitas b. Anemia c. Masalah psikologis d. Persalinan pervaginam 2. Faktor predisposisi mastitis pada ibu yang masih menyusui adalah : a. Putting yang lecet Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 97 b. Putting yang terbenam c. Putting yang menonjol d. Putting yang datar 3. Perdarahan post partum sekunder terjadi pada : a. Kala IV b. Dalam 24 jam pertama c. Setelah 24 jam pertama d. Setelah 1 bulan pertama persalinan V. BUKU SUMBER 1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. 2. Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC. 3. Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes 4. Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 5. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta. 6. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. 7. Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett Publisher. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 98 BAB IX ASUHAN MASA NIFAS NORMAL I. PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT Periode pasca salin (6 minggu setelah persalinan) merupakan masa krisis dalam kehidupan ibu dan bayi sehingga diperlukan asuhan masa post partum karena diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50 % kematian masa nifas/post partum terjadi dalam 24 jam pertama. Dan masa neonatal merupakan masa krisis dari kehidupan bayi dimana dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan. Peranan bidan dalam memberikan asuhan masa nifas adalah memberikan asuhan yang konsisten, ramah dan memberikan dukungan pada setiap ibu dalam proses penyembuhannya dari stress fisik akibat persalinan dan meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya. Dalam proses penyesuaian ini, dituntut kontribusi bidan dalam melaksanakan kompetensi, ketrampilan dan sensitivitas terhadap kebutuhan dan harapan setiap ibu dan keluarga. Bidan harus dapat merencankan asuhan yang akan diberikan pada ibu sesuai dengan kebutuhan ibu tersebut. Pada periode ini bidan dituntut untuk dapat memberikan asuhan kebidanan terhadap perubahan fisik dan psikologis ibu, dimana asuhan fisik lebih mudah diberikan karena dapat dilihat dan dinilai secara langsung, apabila terjadi ketidaknormalan bidan langsung bisa mendeteksi dan memberikan intervensi, sedangkan pemberian asuhan terhadap emosi dan psikologi ibu membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang lebih dari bidan. Untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan kerjasama yang baik antara bidan dan keluarga. B. TIK Pada akhir perkuliahan diharapkan: 1. Mahasiswa mampu menyebutkan pengkajian data fisik dan psikososial yang dilakukan pada ibu nifas normal. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan riwayat kesehatan ibu yang harus dikaji pada ibu nifas normal. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan tahapan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu nifas normal dengan tepat. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 99 II. URAIAN MATERI 1. Pengkajian data fisik dan psikososial - Pengertian Pengkajian data fisik dan psikososial merupakan tahap pengumpulan data atau informasi tentang klien dengan menggunakan semua panca indera baik subjektif maupun objektif. Pengkajian data fisik dan psikososial dilakukan bersamaan pada waktu melakukan pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. - Tujuan a. Mendapatkan hasil yang valid b. Mengetahui keadaan klien secara umum c. Mengetahui keadaan psikososial klien - Aspek yang dikaji a. Biodata Nama Nama harus ditanyakan dengan jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari. Nama ditanyakan bertujuan agar identitas klien jelas sehingga memudahkan bidan dalam melakukan pendekatan dalam asuhan kebidanan. Umur Umur menentukan apakah ibu termasuk dalam golongan wanita paritas muda (< 20 th), wanita usia subur (20 – 35 th) atau paritas tua (> 35 th). Hal ini akan mempengaruhi penatalaksanaan asuhan kebidanan yang akan dilakukan oleh bidan. Pendidikan Pendidikan menunjukkan tingkat intelektualnya, karena tingkat pendidikan ini dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan mengetahui pendidikan klien akan membantu dalam melakukan komunikasi dengan klien. Pekerjaan Dengan mengetahui pekerjaan dapat diperkirakan sumber penghasilan klien, juga apakah pekerjaan klien tersebut kemungkinan mempunyai pengaruh terhadap permasalahan kesehatan klien. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 100 Agama Agama kemungkinan mempunyai pengaruh terhadap kebiasaan kesehatan klien. Organisasi berafiliasi agama ada kalanya menawarkan bantuan kepada klien yang sangat membutuhkan seperti dengan jalan memberikan dukungan. Dengan diketahuinya agama akan memudahkan bidan dalam melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan. Alamat Alamat diketahui dengan tujuan mempermudah hubungan bila diperlukan jika keadaan mendesak. Dengan diketahuinya alamat tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal klien dan lingkungannya. b. Riwayat sosial ekonomi Status perkawinan Status perkawinan dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah klien. Misalnya ibu nifas yang tidak menikah, kemungkinan dengan kelahiran bayi akan menimbulkan masalah bagi ibu tersebut. Pengambil keputusan dalam keluarga Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui siapa yang mempunyai peranan dalam memutuskan setiap tindakan yang akan dilakukan pada klien, apakah klien itu sendiri, suami atau keluarga. Kebiasaan makan Tujuan pengumpulan data tentang kebiasaan makan untuk menilai apakah klien cukup mendapat protein, vitamin, mineral, lemak dan karbohidrat. Apabila terdapat kekurangan gizi tertentu, bidan akan mencatat perlunya pendidikan dan bimbingantentang masalah gizi. Kebiasaan hidup sehat Kebiasaan hidup sehat sangat mempengaruhi perilaku klien. Pola tertentu seringkali sudah demikian berakarnya sehingga orang bersangkutan malah tidak menyadarinya. KB Hal-hal yang perlu dikaji meliputi jenis kontrasepsi yang digunakan, efek samping penggunaan, alasan berhenti menggunakan kontrasepsi dan lamanya menggunakan kontrasepsi. Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui metode kontrasepsi apa Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 101 yang selanjutnya tepat digunakan bagi klien karena masa nifas merupakan saat yang paling tepat untuk memberikan penkes KB. c. Pengkajian psikologis dan pengetahuan ibu Respon keluarga terhadap ibu dan bayi Apabila dengan kelahiran bayi, keluarga mengalami kegembiraan dan situasi yang penuh dengan pengharapan atau bahagia, maka akhir yang terjadi adalah memuaskan. Bila tanggapan keluarga tidak penuh dengan kegembiraan, bidan perlu memahami apa yang terjadi dan memfasilitasi suatu proses atau keadaan yang sehat. Respon ibu terhadap bayinya Tanggapan ibu terhadap bayinya mencerminkan keadaan ibu dalam hidupnya. Hubungan antara ibu dengan bayi adalah simbiosis, yaitu satu sama lain saling membutuhkan. Sehingga kelahiran bayi merupakan suatu hal yang sangat menggembirakan atau membahagiakan ibu. Respon ibu terhadap dirinya Kelahiran merupakan suatu momen dalam rangkaian ikatan ibu dan bayinya. Tanggapan ibu tentang kelahiran merupakan suatu pengalaman yang dialami dalam kemampuan melahirkan, dimana perasaan ini berbeda-beda dialami oleh individu yaitu dari tingkat kegembiraaan hingga duka cita atau keputus-asaan. Bidan perlu memahami apa yang sedang terjadi dan memfasilitasi proses atau keadaan yang sehat melalui tanggapan yang diberikan oleh klien. Pengetahuan ibu tentang masa nifas Hal-hal yang perlu dikaji meliputi tanda-tanda bahaya dalam masa nifas, kebutuhan nutrisi ibu dan bayi, perawatan diri dan perawatan bayi. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana pemahaman ibu tentang hal tersebut di atas sehingga bidan dapat memberikan asuhan kebidanan dengan tepat. 2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kehamilan dan persalinan - Ibu Hal-hal yang perlu dikaji meliputi jumlah kehamilan, persalinan dan abortus, penolong persalinan dan tempat persalinan, kesulitan yang dialami oleh ibu dan bayi Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 102 dalam persalinan, apakah plasenta lahir lengkap dan dalam 30 menit setelah bayi lahir, adakah robekan jalan lahir, siapa yang merawat ibu dan bayi setelah persalinan. Hal ini sangat penting dikaji karena data ini akan membantu bidan untuk menegakkan diagnosa kebidanan sehinggan penatalaksanaan kebidanan da0pat dilakukan dengan tepat. - Kelahiran bayi Hal-hal yang perlu dikaji meliputi berat badan sewaktu lahir, kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi dan bayi lahir hidup atau mati. Pertanyaan perlu dikaji untuk mengetahui keadaan bayi secara umum sehingga bidan dapat membantu ibu dalam melakukan perawatan yang tepat bagi bayi. b. Riwayat penyakit yang diderita sekarang Hal-hal yang dikaji meliputi penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu pada masa nifas. Penyakit-penyakit yang dapat dikaji misalnya masalah kardiovaskular, hipertensi, diabetes, malaria, HIV/AIDS, hepatitis B, dll. Hal ini perlu dikaji karena ini akan menentukan bagaimana penatalaksanaan yang akan dilakukan oleh bidan terhadap ibu. c. Gangguan ketidaknyamanan atau nyeri Periksa dimana lokasinya, kapan nyeri timbul, bagaimana tipe nyeri, apa yang dapat mengurangi nyeri tersebut. d. Nutrisi Apa yang di makan/minum, frekuensi makan, bagaimana nafsu makan, apakah ada rasa mual dan muntah. e. Istirahat dan tidur Apakah tidak ada kesulitan untuk istirahat dan tidur, berapa lama istirahat pada siang hari dan tidur pada malam hari. f. BAK dan BAB Kapan terakhir BAK, nyeri atau tidak saat BAK, ada kesulitan saat BAK. Kapan terakhir BAB, nyeri atau tidak saat BAB, ada kesulitan saat BAB, konsistensi BAB g. Mobilisasi Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, adakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 103 h. Menyusui Bagaimana proses menyusui terhadap dirinya dan bayinya, apakah ada reaksi antara ibu dan bayi selama menyusui, apakah ada masalah atau pertanyaan-pertanyaan seperti waktu menyusui, posisi, rasa sakit pada putting, pembengkakan 3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik pada ibu nifas dilakukan untuk mengetahui komplikasi yang mungkin timbul setelah persalinan sehingga perlu pentalaksanaan terhadap komplikasi yang terjadi. Tujuan pemeriksaan fisik : a. Memantau kemajuan involusi uterus b. Mengetahui keadaan fisik secara umum c. Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul Komponen-komponen pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan secara keseluruhan dan berurutan dari kepala sampai ke kaki. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi : 1) Keadaan umum Keadaan umum ditunjukkan dengan gerakan tubuh dan ekspresi wajah klien. Hal yang perlu dikaji meliputi : - gerakan tubuh : cara berjalan, berdiri, duduk, berbicara, lemah, dll - ekspresi wajah : gembira, sedih, kesakitan, ketakutan, pucat Hal-hal tersebut perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana keadaan klien secara umum, juga mengetahui apakah ada perbedaan antara gerakan tubuh dengan ekspresi wajah saat dilakukan pemeriksaan. 2) Berat badan Wanita pada masa nifas mengalami kehilangan berat badan rata-rata sekitar 12 pon pada saat proses persalinan. Kehilangan ini representatif akumulasi berat bayi, plasenta dan cairan amniotik. 5 pon yang lain hilang selama post partum minggu pertama sebagai akibat kehilangan cairan yang sebagian besar melalui diuresis. 3) Tanda-tanda vital Tanda-tanda vital yang diukur meliputi : a. Tekanan darah Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter untuk mengetahui tekanan sistol dan diastol. Tekanan darah dihitung berdasarkan satuan ukuran mm Hg. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 104 Tekanan darah yang normal < 140/90 mm Hg, mungkin bisa naik dari tingkat di saat pra persalinan 1 – 3 hari pasca persalinan. b. Temperatur/suhu tubuh Temperatur/suhu diukur dengan menggunakan termometer. Satuan ukurannya derajat Celsius, selama 24 jam pertama suhu bisa meningkat sampai 38C sebagai akibat dehidrasi persalinan, dan dalam 24 jam ini juga suhu bisa menjadi stabil. Jika setelah 24 jam pertama pasca persalinan, suhu tubuh klien meningkat sampai 38C dan terjadi lagi atau menetap selama 2 hari, kemungkinan terjadi sepsis puerperalis. c. Denyut nadi Ukuran denyut nadi dihitung berdasarkan frekuensi denyut per menit. Denyut nadi dan volume sekuncup curah jantung tetap tinggi selama jam pertama bayi lahir kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui. Denyut nadi yang normal 60 – 100 x/menit. Setiap denyut nadi di atas 100 x/menit selama puerperium adalah abnormal dan mungkin mengindikasi infeksi atau hemorrhage post partum tertunda. Beberapa wanita mungkin memiliki bradikardi puerperal, ini terjadi dengan seketika setelah persalinan dan sejam post partum. Wanita ini mungkin memiliki tarif denyut nadi serendah-rendahnya 40 – 50 x/menit. Keadaaa ini bukan merupakan indikasi adanya penyakit. Pada minggu ke 8 – 10 post partum, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil. d. Pernafasan Ukuran pernafasan dihitung berdasarkan frekuensi pernafasan per menit. Pernafasan normal 20 – 30 x/menit. 4) Kepala dan leher a. Rambut Pemeriksaan yang dilakukan meliputi warna rambut, ketombe, kerontokan kelembaban rambut. b. Muka Observasi wajah apakah terdapat edema, apakah pucat c. Mata Memeriksa apakah pucat pada kelopak mata bagian bawah, apakah sklera kuning. d. Telinga Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 105 Memeriksa daun telinga, liang telinga dan gendang telinga, apakah terdapat kelainan atau tidak e. Hidung Observasi batang hidung, lobang dan liang hidung, apakah ada kelainan/tidak. f. Mulut Observasi bibir dan rongga mulut. Apakah bibir kering atau pucat, apakah ada sariawan g. Gigi Observasi gigi dan gusi. Apakah ada caries, infeksi gusi. h. Leher Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe. 5) Dada Dinding thoraks Observasi bentuk thoraks, palpasi bila ditemukan kelainan Dengarkan bunyi jantung dan paru Pemeriksaan pada payudara meliputi : - Inspeksi payudara dilihat dalam posisi klien yaitu klien duduk dengan lengan disisinya, atau dengan lengan diangkat tinggi di atas kepalanya, atau dengan tangan masing-masing menekan pinggulnya atau dengan kedua telapak saling menekan pada dagunya, dan dengan posisi berdiri dan bungkuk ke depan dari pinggul dengan dagu ke atas dan lengan dan tangan direntangkan kearah pemeriksa. Dengan inspeksi payudara dapat diketahui kemungkinan adanya karsinoma. - Palpasi payudara untuk memastikan kondisinya (lembut), ketegangan, konsistensi dan pembesarannya, kemerahan, suhu kulit, nyeri dan dilatasi vena - Pemeriksan epitelium puting meliputi tanda-tanda iritasi, nyeri, tanda-tanda petechiae subepithelial, lecet atau abses. 6) Abdomen Pemeriksaan abdomen post partum dilakukan selama periode awal post partum (1 jam samapai 5 hari), meliputi pemeriksaan : - Uterus Pemeriksaan uterus meliputi lokasi, ukuran dan konsistensi uterus. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 106 Lokasi uterus : apakah fundus berada di atas atau di bawah umbilicus, atau berada pada garis tengah abdominal atau berpindah ke sisi yang lain. Ukuran uterus ditentukan dengan mengukut tinggi fundus uteri. Tinggi fundus diukur dengan jumlah jari diatas fundus, di atas atau di bawah umbilicus. Ukuran tinggi fundus uteri normal selama masa nifas dapat dilihat pada gambar di bawah ini Konsistensi uterus dikarakteristikkan dengan keras atau lunak. Kekerasan uterus sebenarnya terasa seperti “kekerasan batu”. Uterus yang lunak/lembek terasa dapat ditekuk dan uterus terasa mengeras saat dimasase. Pada pemeriksaan konsistensi uterus, amati juga perineum untuk mengevaluasi efek stimulasi uterus pada jumlah laju lochia. Jika uterus pada awalnya keras, palpasi tidak akan menyebabkan peningkatan pengeluaran lochia. Jika uterus pada awalnya lembut/lunak, palpasi uterus akan menyebabkan kontraksi yang akan menyebabkan pengeluaran lochia. Setelah pengeluaran lochia yang banyak, uterus akan menjadi keras. - Kandung kemih Dalam pemeriksaan kandung kemih, periksa distensi kandung kemih yang disebabkan retensi urin dan hipotonis kandung kemih karena nyeri selama melahirkan. Kondisi ini dapat menyebabkan infeksi kandung kemih dan dapat menyebakan perdarahan. Oleh karena itu keadaan kandung kemih yang penuh harus selalu di evaluasi pada pemeriksaan abdominal. - Diastasis recti Penentuan ukuran diatasis recti digunakan untuk mengevaluasi denyut otot abdominal. Diastasis adalah derajat pemisahan otot rectus abdominalis. Pemisahan ini diukur dalam satuan lebar jari ketika otot abdominal kontraksi dan relaksasi. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 107 Pengukuran diastasis merupakan suatu latihan pengencangan otot dagu – dada abdomen. Ada dua alasan dilakukannya penggabungan otot rectus abdominalis yaitu 1. Untuk mengembalikan bentuk tubuh 2. Untuk mencegah sakit punggung, khususnya selama kehamilan beriikutnya Cara pencatatan hasil pemeriksaan : Misalnya diastasis terukur 2 jari ketika kontraksi dan 5 jari ketika relaksasi maka dapat dituliskan : 1. Diastasis = 2/5 fb atau 2. Diastasis = 2 fb ketika kontraksi = 5 fb ketika relaksasi 7) Punggung Pemeriksaan CVA Costovertebral Angle (CVA) dibentuk oleh pertemuan dari iga keduabelas atau yang terbawah dengan otot paravertebral, yang sejajar pada kedua sisi tulang punggung. Rasa sakit pada daerah CVA ini merupakan tanda penyakit ginjal. Pemeriksaan CVA ini rutin apabila pada pemeriksaan awal ditemukan adanya riwayat infeksi saluran kencing. Cara pencatatan hasil pemeriksaan pada CVA ini adalah : 1. Jika tidak terdapat kekerasan CVA, dicatat :”tidak ada CVA 2. Jika terdapat kekerasan CVA dicatat dengan lokasinya : “kanan CVAT”, “kiri CVAT” atau “CVAT bilateral”. 8) Genetalia - Genetalia eksterna Observasi vulva, perineum, apakah terdapat edema, hematoma, bekas luka episiotomi/robekan, hecting. Bagaimana kebersihan daerah perineum dan pengeluaran lochia. Lochia mengalami perubahan karena Periksa pengeluaran lochia. Lochia mengalami perubahan karena proses involusi yaitu : Lochia rubra Lochia ini muncul pada hari pertama sampai keempat masa postpartum, warnanya merah dan mengandung darah dari perobekan/luka pada bekas implantasi placenta dan serabut dari desidua dan chorion. Lochia serosa Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 108 Lochia ini warnanya kecoklatan dan muncul pada hari kelima sampai hari kesembilan, mengandung lebih sedikit darah, dan lebih banyak serum , juga terdiri dari leukosit dan robekan atau laserasi placenta Lochia alba Muncul pada hari kesepuluh dan berkurang dalam minggu berikutnya , warnanya lebih pucat , putih kekuningan dan mengandung leukosit , selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati - Genetalia interna Observasi vagina apakah terdapat laserasi, kebersihan vagina. 9) Ekstremitas - Ekstremitas atas Observasi keadaan tangan apakah terdapat edema, pucat dan sianosis pada kuku jari. - Ekstremitas bawah Periksa apakah ada edema, rasa panas pada betis, tanda Homan. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama melakukan pemeriksaan fisik : Pemeriksaan organ reproduksi memberikan respon malu pada ibu Jelaskan pada klien apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan sehingga ibu kooperatif Siapkan tempat pemeriksaan yang membuat ibu nyaman. III. KESIMPULAN Asuhan dalam masa post partum sangat diperlukan karena diperkirakan bahwa 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan. Asuhan pada ibu post partum/ nifas normal meliputi tiga kegiatan yaitu 1) pengkajian data fisik dan psikososial, 2) riwayat kesehatan dan 3) pemeriksaan fisik. 1. Pengkajian data fisik dan psikososial Tujuan pengkajian data fisik dan psikososial Mendapatkan hasil yang valid Mengetahui keadaan klien secara umum Mengetahui keadaan psikososial klien Aspek-aspek yang dikaji o Identitas ibu dan suami o Riwayat sosial ekonomi Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 109 o Pengkajian psikologis dan pengetahuan ibu 2. Riwayat kesehatan 3. Pemeriksaan fisik Tujuan pemeriksaan fisik : Memantau kemajuan involusi uterus Mengetahui keadaan fisik secara umum Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul IV. LATIHAN 1. Pengkajian yang perlu dilakukan bidan dalam membuat asuhan kebidanan meliputi a. Pengkajian data kehamilan b. Pengkajian fisik c. Pengkajian emosional d. Pengkajian fisik dan psikososial 2. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada daerah abdomen adalah pemeriksaan: a. Lokia b. Tinggi fundus uteri c. Pengeluaran ASI d. Oedema 3. Tanda homan adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan bidan di daerah : a. Kepala b. Anogenital c. Tungkai d. Abdomen V. BUKU SUMBER 1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. 2. Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC. 3. Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes 4. Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 5. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 110 BAB X DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN DENGAN SOAP I. PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT Pendokumentasian kebidanan adalah sistem pencatatan yang digunakan agar asuhan yang dilakukan dapat dicatat dengan benar, jelas, sederhana dan logis. B. TIK Setelah kegiatan belajar mengajar diharapkan mahasiswa mampu : 1. Membuat data Subyektif dengan tepat 1. Membuat data Obyektif ibu nifas dengan tepat 2. Membuat Assesment pada ibu nifas dengan tepat 3. Membuat Planning/Penatalaksanaan dengan tepat II. URAIAN MATERI A. PENGERTIAN Pendokumentasian kebidanan adalah sistem pencatatan yang digunakan agar asuhan yang dilakukan dapat dicatat dengan benar, jelas, sederhana dan logis. B. METODE DOKUMENTASI Metode yang digunakan untuk pendokumentasian asuhan kebidanan adalah metode SOAP dengan menggunakan pola pikir manajemen kebidanan Varney. Metode pendokumentasian SOAP yang tediri dari : S : Subjektif Pada data subjektif akan menggambarkan beberapa hal antara lain : 1) Menilai masalah dari sudut pandang klien. 2) Menilai ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya. 3) Dicatat sebagai kutipan langsung yang berhubungan dengan diagnosa. 4) Data tersebut menguatkan diagnosa yang akan dibuat O : Objektif 1) Data ini dapat memberikan bukti gejala klinis klien. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 111 2) Berisi fakta yang berhubungan dengan diagnosa . 3) Memuat data fisiologis dan hasil observasi. 4) Ada informasi hasil kajian secara tekhnologi (missal : hasil laboratorium, USG dan sebagainya yang berarti dalam menegakkan diagnosa. A : Analisa terdiri dari : Diagnosa, masalah, tindakan atau kebutuhan segera 1) Diagnosa yang ditetapkan berdasarkan data dari S dan O yang disimpulkan. 2) Selalu ada informasi baru baik S dan O karena keadaan klien terus berubah. 3) Sehingga proses pengkajian berjalan secara dinamik. 4) Dapat menganalisa suatu kejadian penting dalam perkembangan klien P : Penatalaksanaan 1) Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. 2) Mengusahakan mencapai kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan klien yang harus dicapai dalam waktu tertentu. 3) Tindakan yang harus diambil dalam membantu klien mencapai kemajuan dalam kesejahteraan dan proses selanjutnya. 4) Didukung dengan rencana dokter bila dibuat keputusan dalam manajemen kolaborasi. 5) Pelaksanaan rencana tindakan dalam mengatasi masalah untuk mencapai tujuan terhadap klien. 6) Tindakan harus mendapat persetujuan klien kecuali bila hal tersebut membahayakan klien . 7) Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dan penilaian dalam ketetapan tindakan. 8) Jika tujuan tidak tercapai proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternative sehingga tercapai tujuan. 9) Dapat menjadi perbaikan dengan perubahan intervensi dan tindakan serta menunjukan perubahan baik dari rencana awal atau perlu suatu kolaborasi. SOAP Dalam metode SOAP,S adalah data subjektif O adalah data objektif ,A adalah analysis / assessment dan P adalah planning. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas,logis,dan singkat.prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung dengan Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 112 diagnosis.Pada pasien yang bisu dibagian data dibelakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau ‘X”.Tanda ini akan menjelaskan bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.Data Subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun. Data Objektif merupakan pendokumentasien hasil observasi yang jujur,hasil pemeriksaan fisik pasien,pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain.Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukan dalam data objektif ini sebagai data penunjang.Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis. Analysis/Assessment,merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.Karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan,dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data onjektif.maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis.Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan pasien. Analysis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analysis data adalah melakukakn interpretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup: diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial serta perlunya antisipasi diagnosis/maslah potensial dan tindakan segera. Planning/perencanaan, adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analysis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondidi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain dokter. Meskipun secara istilah, P adalah planning/perencanaan saja, namun P dalam metode SOAP ini juga mengandung Implementasi dan Evaluasi. Pendokumentasian P dalam SOAP ini, adalah pelaksaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah pasien. Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan membahaykan keselamatan pasien. Sebanyak mungkin pasien harus dilibatkan dalam proses implementasi ini. Bila kondisi pasien berubah, analysis juga berubah, maka rencana asuhan maupun implementasinya pun kemungkinan besar akan ikut berubah atau hars disesuaikan. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 113 Dalam planning ini juga harus mencantumkan Evaluation/evaluasi, yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analysis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketetapan nilai tindakan/asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses eveluasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. SOAP Metode pendokumentasian SOAP SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis. Pencatatan ini dipakai untuk mendokumentasikan asuhan kebidanan. 4 (empat) langkah dalam metode ini adalah ini secara rinci adalah sebagai berikut: S Data Subjektif : Merupakan informasi yang diperoleh langsung dari klien. Informasi tersebut dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. O Data Objektif : Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan pada waktu pemeriksaan termasuk juga hasil pemeriksaan laboratorium, USG, dll. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan. A Analisa/assessment : Merupakan kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subjektif dan data objektif yang didapatkan. Merupakan suatu proses yang dinamik, meliputi: Diagnosa Antisipasi diagnosa/masalah potensial Perlunya tindakan segera (Langkah 2,3,4 dalam manajemen varney) P Plan/Planning = perencanaan : Merupakan perencanaan pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan yang dibuat ( berdasarkan langkah 5,6,7 pada manajemen varney) Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 114 Alasan pemakaian SOAP dalam pendokumentaian Asuhan kebidanan, yaitu: 1. SOAP merupakan pencatatan yang memuat kemajuan informasi yang sistematis, mengorganisasikan penemuam kesimpulan sehingga terbentuk suatu rencana asuhan. 2. SOAP merupakan intisari dari manajemen kebidanan untuk penyediaan pendokumentasian. 3. SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan mengorganisasikan pikiran dalam pemberian asuhan yang bersifat komprehensif. Contoh Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN BENDUNGAN PAYUDARA NO. REGISTER : 11224435 MASUK RB TANGGAL, JAM : 26 Oktober 2008, Jam 08.00 DI RAWAT DI RUANG : Poliklinik KIA RB. Yogyakarta Biodata ibu Suami Nama : Ny. M Tn. Z Umur : 30 tahun 27 tahun Agama : Islam Islam Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia Pendidikan : SMA SMA Pekerjaan : ibu rumah tangga Swasta Alamat : Patukan, ambarketawang Sleman DATA SUBJEKTIF 1. Keluhan Utama Ibu mengatakan kedua payudaranya terasa penuh, tegang dan nyeri. 2. Riwayat Perkawinan Kawin 1 kali. Kawin pertama umur 29 tahun. Dengan suami sekarang 1 tahun. 3. Riwayat Menstruasi Menarche umur 13 tahun. Siklus 28 hari. Teratur. Lama 6-7 hari. Sifat darah : encer. Bau khas fluor albus tidak ada. Dismenorroe tidak ada. Banyaknya 50 cc. HPM 17 januari 2008. HPL 24 oktober 2008. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 115 4. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : P1 Ab0 Ah0 Persalinan Ham il ke Komplika Tgl Umur Jenis lahi kehamil Persalin r an an si Penolo ng 20 1 Nifas Ibu Bay i 40 200 minggu spontan bidan Kelam Lahi in r Tak Laki- 0 ada laki gra k ada 8 BB Lakta Komplik si asi iya Tidak ada 320 Ta okt Jenis m 5. Riwayat kontrasepsi yang digunakan N o Mulai memakai Jenis Berhenti/ ganti cara Kontraseps Tangga Oole Tempa Keluha Tangga Oole Tempa Alasa i l h t n l h t n Ibu belum pernah menggunkan metode/ alat kontrasepsi 6. Riwayat kesehatan a. Penyakit sistemik yang pernah/ sedang diderita Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit berat seperti hipertensi, DM, jantung, TBC. b. Penyakit yang pernah/ sedang diderita keluarga Ibu mengatakan dari keluarga tidak ada yang pernan dan sedang menderita penyakit berat seperti hipertensi, DM, jantung, TBC. 2. Riwayat kehamilan dan persalinan terakhir Masa kehamilan : 40 minggu Tempat persalinan : RB. A, Penolong: Bidan Jenis persalinan : Spontan Komplikasi : tidak ada Plasenta : Lengkap a. Lahir : spontan b. Ukuran/ berat : 20x20 cm, berat 500gr c. Tali pusat : Panjang 50 cm, insersio: sentralis d. Kelainan : tidak ada Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 116 Perineum : utuh Perdarahan Kala I : 2 cc Kala II : 10 cc Kala III: 50 cc Kala IV: 50 cc Lama persalinan Kala I 6 jam Kala II 15 menit Kala III 10 menit Kala IV 2 jam Keadaan bayi baru lahir Lahir tanggal 20 Oktober 2008 jam 22.00 Masa gestasi : 40 minggu BB/ PB lahir : 2800 gram/ 47 cm Nilai APGAR : 1 menit/ 5 menit/ 10 menit/ 2 jam : 8/8/9/10 Cacat bawaan : tidak ada Rawat gabung : ya 3. Riwayat pospartum Ambulasi : 1 jam postpartum ibu sudah bisa miring dan duduk. Ibu mulai turun dari tempat tidur 1 ½ jam postpartum. Pola makan : 3 x sehari, jenis : nasi, sayur, lauk. Pola tidur : siang 1-2 jam, malam 7 jam, malam sering terbangun untuk meneteki da mengganti popok bayi. Aktivitas : sehari-hari ibu merawat bayinya dibantu orangtua dan suaminya. Peronal Higiene: ibu mandi 2x sehari, membersihkan genetalia sehabis BAK dan BAB, mengganti pembalut 4x sehari atau apabila sudah penuh. Pakaian dalam yang digunakan berbahan katun. Pola eliminasi a. BAB : 1x sehari, tidak ada keluhan b. BAK : 6-7 kali sehari. Pengalaman menyusui belum ada, ibu mendapat informasi dari bidan setelah melahirkan dan pengalaman orang tuanya. Pengalaman waktu melahirkan belum ada. Ibu menganggap proses persalinannya cukup mudah, tidak seperti gambaran ibu sebelumnnya. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 117 Pendapat ibu tentang bayinya : Ibu sangat bahagia merawat bayinya sendiri, meskipun sekarang pola tidurnya berubah dan sering bangun untuk meneteki. Lokasi ketidaknyamanan : payudara, ibu merasa payudaranya tegang, penuh, nyeri raba dan nyeri tekan. 4. Keadaan psiko sosial spiritual a. Kelahiran ini : √ diinginkan - tidak diinginkan. b. Peneriman ibu terhadap kelahiran bayinya Ibu sangat bahagia dengan kelahiran bayinya. Ibu mengaku menikmati peran barunya menjadi soerang ibu, dibantu orangtua dan suaminya. c. Tinggal serumah dengan suami dan orangtuanya. d. Orang terdekat ibu : suami. e. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayinya. Keluarga sangat menyambut gembira kelahiran bayi ibu dan selalu membantu ibu merawat bayinya sehari-hari. f. Pengetahuan ibu tentang masa nifas dan perawatan bayi. Ibu mengatakan masa nifas adalah masa keluarnya darah sehabis melahirkan untuk mengembalikan rahimnya seperti semula. Ibu merawat bayinya berpedoman pada konseling bidan dan petunjuk dalam buku KIA. Rencana perawatan bayi : ibu berencana merawat bayinya sendiri karena ibu memang tidak bekerja diluar rumah. Keluhan sekarang : payudara terasa tegang penuh dan nyeri. Ibu merasa selalu menyusukan kedua paydaranya setiap bayinya haus, tetapi payudaranya tetap penuh. 5. Pertanyaan yang diajukan : ibu menanyakan apakah cara ibu menyusui selama ini salah, yaitu ibu menyusukan kedua payudarnya bergantian. Apabila bayi tertidur, ibu menghentikan menyusui. Bagaimana teknik menyusui yang benar agar payudaranya tidak tegang dan penuh seperti sekarang ini. DATA OBJEKTIF 1.Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum baik, kesadaran composmenthis. b. status emosional : stabil dan tenang c. tanda vital Tekanan darah : 110/80 mmHg Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 118 Nadi : 88x/menit Pernafasan : 24x/menit Suhu : 36,8 °C d.BB/ TB : 58 kg/ 160 cm e. Kepala dan leher Edema wajah : tidak ada. Mata : simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda. Mulut : bersih, bibir merah muda, lembab, caries tidak ada. Leher : tidak teraba pemberasaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. a. Payudara Bentuk : simteris, membesar Benjolan : tidak, teraba. Payudara teraba tegang dan penuh, nyeri tekan. Puting susu : menonjol, lemas. Pengeluaran : ASI Keluhan : nyeri tekan, ibu jadi takut menyusui b. Abdomen Dinding perut : dinding supel. Bekas luka : tidak ada TFU : pertengahan antara simfisis dan pusat Kontraksi uterus: kuat, uterus teraba keras, TFU sesuai masa postpartum Kandung kemih : kosong c. Ekstremitas Edema : tidak ada Varices : tidak ada Reflek patela : +/+ Kuku : panjang, bersih d. Genetalia luar Edema : tidak ada Varices : tidak ada Perineum : utuh, tidak ada bekas luka Pengeluaran lokhe : sanguiolenta, merah kecoklatan, cair, khas lokhea. e. Anus : tidak ada hemoroid Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 119 2.Pemeriksaan Penunjang Tidak dilakukan ASSESSMENT 1. Diagnosis kebidanan Primipira 30 tahun, postpartum hari keenam, dengan bendungan payudara. 2. Masalah Kurang informasi tentang teknik menyusui yang benar. Kuku jari-jari panjang. 3. Kebutuhan KIE tentang teknik menyusui yang benar dan personal higiene (termasuk kuku). 2. Diagnosis potensial Bendungan payudara potensial terjadi mastitis 3. Masalah potensial Kurang informasi tentang teknik menyusui yang benar potensial mengganggu proses laktasi. Kuku jari-jari panjang, potensial melukai kulit bayi saat merawat bayi. 4. Kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien a. Mandiri KIE tentang teknik menyusui yang benar. b. Kolaborasi Tidak ada untuk saat ini c. Merujuk Tidak ada untuk saat ini PLANNING, tanggal 26 oktober 2008 jam 08.20 1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami bendungan payudara akibat sekresi ASI. 2. Memberikan, KIE tentang bendungan payudara dan cara mengatasinya, yaitu : a. Meneteki bayinya sesering mungkin dan mengeluarkan sisa Asi meskipun sedikit nyeri. b. Melakukan pengompresan dengan air dingin untuk mengurangi nyeri. c. Melakukan masase payudara Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 120 d. Menggunakan BH yang menyangga dan pada payudara yang tegang, agar disusukan lebih sering dan lebih lama. 3. Memberikan KIE tentang teknik menyusui dan perawatan payudara yang benar 4. Menganjurkan ibu melakukan kunjungan ulang 3 hari lagi untuk mengetahui perkembangan kondisi ibu. Evaluasi : 1. Ibu mengerti penjelasan bahwa dirinya mengalami bendungan payudara. 2. Ibu bisa mengulang kembali penjelasan bidan tentang pengertian, penyebab, dan cara mengatasi bendungan payudara. 3. Ibu bisa mengulang kembali penjelasan bidan tentang teknik menyusui dan perawatan payudara yang benar. 4. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 3 hari lagi, yaitu tanggal 29 Oktober 2008. Tandatangan (Bidan Ina) C. TINDAKAN /ASUHAN KEBIDANAN 1. TINDAKAN MANDIRI Mengobservasi keadaan umum, TTV, kontraksi uterus, dan pengeluaran pervaginam Menganjurkan menjaga kebersihan diri seluruh tubuh Mengajarkan cara membersihkan menjaga kebersihan genetalia Menganjurkan untuk mencegah kelelahan yang berlebihan dengan istirahat yang cukup dan teratur. Mengajarkan latihan ringan tertentu yang membantu memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul Menganjurkan makan dengan menu makanan seimbang untuk mendapatkan protein, vitamin dan mineral yang cukup, memperoleh tambahan 500 kalori setiap hari. Menganjurkan minum sedikitnya 2 liter setiap hari Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 121 Menganjurkan minum tablet zat besi (diminum minimal hingga 40 hari pasca persalinan) Menganjurkan untuk melakukan perawatan payudara terutama puting susu, menggunakan BH yang menyokong. Melakukan perawatan luka perineum 2. KOLABORASI Kolaborasi dokter untuk pemberian therapy Kolaborasi dokter jika ada hal-hal yang pathologis 3. TINDAKAN PENGAWASAN Ibu nifas dengan: Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali setengah jam) Pengeluaran vagina yang baunya busuk Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri ulu hati atau masalah penglihatan Pembengkakan diwajah atau ditangan Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kemih, atau jika tidak merasa enak badan Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan atau terasa sakit Kehilangan napsu makan dalam waktu yang lama Rasa sakit, merah, lunak dan/ atau pembengkakan dikaki Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh endiri bayinya atau diri sendiri Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah 4. PENDIDIKAN/PENYULUHAN Nutrisi Olah raga ringan atau senam Istirahat dan tidur Kebersihan diri dan lingkungan Persiapan pemberian ASI Pengenalan tanda bahaya nifas dan cara mencari pertolongan Kontrasepsi pasca bersalin Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 122 Perawatan payudara Hubungan seksual Kegiatan sehari-hari/pekerjaan Imunisasi bayi Pakaian III. KESIMPULAN Pendokumnetasian asuhan kebidanan pada ibu nifas 1. Subjektif ( Menurut Mochtar, 1998) Ibu mengeluh mules, keluar darah dari jalan lahir. 2. Objektif : keadaan umum, kesadaran, keadaan emosional, TTV, paydara, TFU, konsistensi uterus, kontraksi uterus, kandung kemih dan lochea. 3. Analisa : Ibu P…A...nifas hari ke…keadaan ibu… Keadaan ibu … Masalah… Kebutuhan…. 4. Penatalaksanaan : Mobilisasi,nutrisi, BAK/BAB, Personal hygiene, memberi asi, perawatan payudara. Imunisasi bayi, KB. IV. LATIHAN 1. Seorang perempuan berusia 22 tahun melahirkan anak pertama spontan pervaginam di polindes 6 jam yang lalu. Ibu merasa pusing, belum kencing. Hasil pemeriksaan kandung kencing penuh, tinggi fundus uteri setinggi pusat. Kontraksi uterus keras. Apa data subyektif dari kasus diatas? a. Keluhan pusing b. Kontraksi uterus keras c. Kandung kemih penuh d. Nyeri waktu BAK 2. Seorang perempuan berusia 24 tahun melahirkan anak pertama di kliniknya 3 hari yang lalu, pada saat kunjungan rumah Ibu mengeluh demam. Payudara teraba keras, tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 92x/menit, Suhu 38°C, tinggi fundus uteri sepusat, perdarahan satu kain basah. Apa data obyektif dari kasus diatas? a. Ibu tidak mau menyusui bayinya Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 123 b. Ibu mengeluh demam c. Payudara teraba keras d. Payudara dikompres hangat 3. Seorang perempuan berusia 35 tahun melahirkan anak kedua spontan 14 hari yang lalu di rumah bersalin. Saat kunjungan rumah Ibu mengeluh demam dan nyeri pada payudaranya, . Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 92x/menit, Suhu 38°C, payudara keras, terlihat kemerahan, ASI keluar, tinggi fundus uteri tidak teraba, lochea alba. Apakah diagnosa yang paling tepat? a. P2A0 3 hari post partum dengan bendungan ASI b. P2A0 3 hari post partum dengan mastitis c. P2A0 3 hari post partum dengan abses payudara d. P2A0 3 hari post partum dengan metritis V. BUKU SUMBER 1. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. 2. Cunningham, 2004. William Obstetri. Ed 21. Jakarta: EGC. 3. Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes 4. Prawirohadjo, S, 2001. Ilmu kebidanan : Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 5. Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta. 6. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. 7. Varney, 2004. Varney’s Midwifery. Ed 4. Massachusets: Jones and Bartlett Publisher. Visi Program Studi: Mewujudkan Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kupang yang kreatif, inovatif, menghasilkan Ahli Madya Kebidanan berstandar nasional dan berwawasan global yang berkualitas, berkarakter, berdaya saing dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas di tahun 2018 124