Laporan Penelitian Pola bakteri aerob dan kepekaan antibiotik pada otitis media supuratif kronik yang dilakukan mastoidektomi Edi Handoko, Melania Soedarmi, Hendro Dwi Purwanto Laboratorium Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya/ Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang - Indonesia ABSTRAK Latar belakang: Operasi mastoidektomi untuk terapi otitis media supuratif kronik (OMSK) di RS Dr. Saiful Anwar Malang masih belum memberi hasil yang memuaskan disebabkan berbagai hal, antara lain pengobatan yang kurang sesuai dengan infeksi bakterinya. Untuk itu dibutuhkan pemilihan antibiotik yang tepat berdasarkan pengetahuan pola bakteri dan kepekaannya terhadap antibiotik. Tujuan: Mengetahui pola bakteri dan kepekaan antibiotik penderita otitis media supuratif kronik (OMSK) di RS Dr. Saiful Anwar, Malang. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan sampel adalah semua penderita OMSK yang dilakukan operasi mastoidektomi di RS Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2007–31 Desember 2007, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemeriksaan bakteriologi dan kepekaan antibiotik hanya dilakukan terhadap bakteri aerob. Semua data yang terkumpul dalam status penelitian diolah secara deskriptif dan disusun dalam bentuk diagram dan tabel. Hasil: P. aeruginosa adalah bakteri yang paling banyak didapatkan (30,43%), diikuti oleh P. mirabilis (13,04%), S. aureus, S. coagulase negative, dan A. baumannii masing-masing 8,70%, K. oxytoca dan Streptococcus sp masing-masing (4,35%). Uji kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang paling sensitif adalah siprofloksasin (52,63%), kemudian diikuti sefotaksim (47,37%), gentamisin (42,11%), dan fosfomisin (31,58%). Kesimpulan: Sebagian besar bakteri sensitif terhadap beberapa antibiotik, tetapi memiliki resistensi yang lebih kuat dan lebih luas. Kata kunci: Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK), bakteri aerob, antibiotik ABSTRACT Background: The outcome of mastoidectomy in management for cronic suppurative otitis media (CSOM) patients at Dr. Saiful Anwar hospital, Malang was still unsatisfied due to various reasons. Among others was in appropriate antibiotic therapy for the 1 bacterial infection. To overcome this antibiotic selection should be based on bacterial pattern in CSOM and their susceptibility to antibiotics. Purpose: To find out bacteria and antibiotic sensitivity pattern of chronic suppurative otitis media (CSOM) at Dr. Saiful Anwar hospital. Methods: Descriptive experimental with samples was all of CSOM patients underwent surgery on the period of January 1st–Desember 31st, 2007 which fulfilled the inclusion and exclusion criteria. Bacterial and antibiotic sensitivity study was only performed to the aerob bacterial. The collected data were processed by descriptive method and shown as graphic and tables. Results: P. aeruginosa was the mostly found (30.43%), P. mirabilis (13.04%), S. aureus, S. coagulase negative, and A. baumannii (8.70% respectively), K. oxytoca and Streptococcus (4.35% respectively). The results of bacterial sensitivity test were ciprofloxacin (47.37%), gentamycin (42.11%), and fosfomycin (31.58%). Conclusion: The bacteria found was mostly sensitive to some antibiotics but had stronger and wider resistency. Key words: Chronic Suppurative Otitis Media (CSOM), aerob bacteria, antibiotic Alamat korespondensi: Edi Handoko, Laboratorium Ilmu Penyakit THT FK Universitas Brawijaya, Malang. E-mail: [email protected] Indonesia PENDAHULUAN telinga gendang adalah tengah radang dengan telinga dan umum adalah 3,9%.2 Di poliklinik THT RS Dr. Otitis media supuratif kronik (OMSK) secara Saiful Anwar Malang pada tahun kronik 2006 terdapat 461 kasus baru OMSK perforasi dari 14.349 pasien (3,212 %).3 riwayat Terapi OMSK maligna adalah keluarnya sekret dari telinga (otore) operasi. Pada umumnya di RS Dr. tersebut lebih dari dua bulan, baik Saiful terus menerus atau hilang timbul. Anwar, jenis operasi mastoidektomi radikal yang paling Sekret mungkin encer atau kental, banyak bening atau berupa nanah.1 dilakukan dibandingkan dengan operasi mastoid jenis lain, Beban dunia akibat OMSK hal ini karena kondisi patologis melibatkan 65-330 juta orang dengan jaringan telinga penderita waktu otore, 60% di antaranya (39-200 datang sudah juta) menderita kurang pendengaran sedemikian parah. Sedangkan hasil yang baik dari yang signifikan. Prevalensi OMSK di 2 tindakan dicapai tersebut karena masih berbagai sukar dan Klebsiella Vartiainen,6 macam (4,55%). sp. melaporkan kultur sebab, antara lain adalah infeksi sekret bakteri akibat pengobatan yang tidak kolesteatoma tepat dan operasi yang tidak bersih. didapatkan Staphylococcus aureus Untuk (23%), pengobatan infeksinya dibutuhkan antibiotik yang tepat, di Ketepatan antibiotik dapat berdasarkan OMSK dari 201 Pseudomonas dengan kasus aeruginosa (17%) dan Proteus sp. (8%). samping daya tahan dari penderita sendiri. telinga Pengetahuan mengenai pola pemilihan bakteri dan kepekaan antibiotik dari dilakukan penelitian diharapkan dapat melalui membantu memberikan modalitas penyebab terapi antibiotik yang tepat sambil penyakit, dan akan lebih baik lagi menunggu hasil biakan bakteri dan apabila disertai adanya hasil uji uji kepekaan antibiotik. pola pengetahuan ini, bakteri kepekaan sebagai pada pemeriksaan METODE mikrobiologi.2,4 Penelitian mengenai pola dan Jenis penelitian ini merupakan kepekaan bakteri terhadap antibiotik penelitian pada otitis media supuratif kronik mengetahui pola bakteri aerob pada telah banyak dilakukan. 2,4-7 deskriptif, untuk Namun penderita OMSK yang dilakukan penelitian lebih banyak dilakukan mastoidektomi di RS Dr. Saiful pada kasus OMSK benigna aktif, Anwar Malang. sedangkan khusus pada kasus OMSK semua penderita maligna belum banyak dilakukan. dilakukan operasi mastoidektomi di 5 OMSK adalah yang hasil RS Dr. Saiful Anwar Malang periode penelitiannya pada penderita OMSK 1 Januari 2007–31 Desember 2007 dengan atau tanpa jaringan patologis yang memenuhi kriteria inklusi dan dengan urutan penemuan bakteri eksklusi. Losin, melaporkan Sampel aerob sebagai berikut: Proteus sp. Kriteria inklusi sampel adalah (34,39%), Bacillus sp. (29,44%), semua penderita OMSK yang (15,90%), dilakukan operasi mastoidektomi di Staphylococcus patogen (11,36%) RS Dr. Saiful Anwar Malang periode Pseudomonas sp. 3 1 Januari 2007–31 Desember 2007. Pseudomonas aeruginosa Sekret diambil dari rongga mastoid adalah bakteri yang paling banyak saat didapatkan (30,43%), diikuti oleh operasi untuk pemeriksaan bakteriologi dan uji kepekaan bakteri Proteus aerob terhadap antibiotik. Staphylococcus mirabilis (13,04%), aureus, Kriteria eksklusi sampel adalah Staphylococcus coagulase negative, status yang tidak lengkap. Variabel dan A. baumannii masing-masing yang akan diteliti adalah pola bakteri 8,70%, Klebsiella oxytoca %) dan dan kepekaan antibiotik. Streptococcus masing-masing sp (4,35%) (Diagram 1). Semua data yang terkumpul dalam status penelitian diolah secara Diagram 1. Distribusi jenis bakteri aerob yang dapat diisolasi dari sekret OMSK deskriptif dan disusun dalam bentuk tabel. HASIL Terdapat 35 penderita OMSK yang dirawat di bagian THT RS Dr. Saiful Anwar Malang, mulai 1 Januari 2007 sampai 31 Desember 2007 dan operasi semuanya mastoidektomi. dilakukan Dari 36 penderita tersebut terdapat 13 status yang tidak diikutkan pada penelitian (hasil kultur dan tes sensitivitas tidak Jaringan ada), sehingga didapatkan 23 sampel kolesteatoma, Dari 23 sampel, 18 (78%) dilakukan mastoidektomi. dan granulasi. Kolesteatoma ditemukan dengan pada infeksi telinga yang disebabkan rekonstruksi dan sisanya dilakukan timpano granulasi campuran antara kolesteatoma dan mastoidektomi radikal, 4% dilakukan radikal yang ditemukan waktu operasi adalah (11 laki-laki dan 12 perempuan). mastoidektomi patologis oleh Umur Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis dan A. baumannii. penderita berkisar antara 7–55 tahun. 4 Komplikasi paling didapatkan pada Pseudomonas aeruginosa banyak Uji kepekaan bakteri terhadap bakteri antibiotik yang paling sensitif adalah dan siprofloksasin (52,63%), kemudian kerusakan tulang-tulang pendengaran diikuti sefotaksim (47,37%), didapatkan hampir sama pada semua gentamisin (42,11), dan fosfomisin jenis bakteri. (31,58%) (Tabel 1 dan 2). Tabel 1. Hasil uji kepekaan bakteri terhadap antibiotik (sensitif kuat) No Antibiotik 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Siprofloksasin Sefotaksim Gentamisin Fosfomisin Kloramfenikol Amikasin Meropenem Seftriakson Kotrimoksasol Amox-Clav.acid Z Erythromisin Doksisiklin Tetrasiklin Kanamisin Metilmicin Amoksisilin Linesolid Sulfonamid Ampisilin-sulbaktam Norfloksasin Sefuroksim Jumlah N 10 9 8 6 6 5 5 4 4 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 5 % 52,63 47,37 42,11 31,58 31,58 26,31 26,31 21,05 21,05 15,79 10,53 10,53 10,53 10,53 10,53 10,53 5,26 5,26 5,26 5,26 5,26 Tabel 2. Hasil uji kepekaan jenis bakteri terhadap antibiotik P. aeruginosa No Antibiotik S R n (%) n (%) P. mirabilis S n (%) S. aureus S. Coagulase negative A. baumannii K. oxytoca Streptococc. Sp. R S R S R S R S R S R n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) 1. Siprofloksasin 2 (29) 5 (71) 3 (100) 0 1 (50) 1 (50) 2 (100) 0 1 (50) 1 (50) 0 1 (100) 1 (100) 0 2. Sefotaksim 1 (14) 6 (86) 3 (100) 0 1 (50) 1 (50) 1 (50) 1 (50) 2 (100) 0 0 1 (100) 1 (100) 0 3. Gentamisin 2 (29) 5 (71) 1 (33) 2 (67) 1 (50) 1 (50) 2 (100) 0 1 (50) 1 (50) 0 1 (100) 1 (100) 0 4. Fosfomisin 3 (43) 4 (57) 1 (33) 2 (67) 1 (50) 1 (50) 0 2 (100) 0 2 (100) 1 (100) 0 0 1 (100) 5. Kloramfenikol 1 (14) 6 (86) 2 (67) 1 (33) 1 (50) 1 (50) 1 (50) 1 (50) 0 2 (100) 0 1 (100) 1 (100) 0 6. Amikasin 2 (29) 5 (71) 0 3 (100) 1 (50) 1 (50) 0 2 (100) 1 (50) 1 (50) 1 (100) 0 0 1 (100) 7. Meropenem 2 (29) 5 (71) 1 (33) 2 (67) 0 2 (100) 0 2 (100) 1 (50) 1 (50) 0 1 (100) 1 (100) 0 8. Seftriakson 2 (29) 5 (71) 0 3 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 2 (100) 0 0 1 (100) 0 1 (100) 9. Kotrimoksazole 1 (14) 6 (86) 1 (33) 2 (67) 1 (50) 1 (50) 1 (50) 1 (50) 0 2 (100) 0 1 (100) 0 1 (100) 10. Amoksiklav. 0 7 (100) 1 (33) 2 (67) 0 2 (100) 1 (50) 1 (50) 1 (50) 1 (50) 0 1 (100) 0 1 (100) 11. Erythromisin 0 7 (100) 0 3 (100) 0 2 (100) 2 (100) 0 0 2 (100) 0 1 (100) 0 1 (100) 12. Doksisiklin 0 7 (100) 0 3 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 1 (50) 1 (50) 0 1 (100) 1 (100) 0 13. Tetrasiklin 0 7 (100) 0 3 (100) 0 2 (100) 1 (50) 1 (50) 1 (50) 1 (50) 0 1 (100) 0 1 (100) 14. Kanamisin 1 (14) 6 (86) 1 (33) 2 (67) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 1 (100) 0 1 (100) 15. Metilmicin 1 (14) 6 (86) 0 3 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 1 (50) 1 (50) 0 1 (100) 0 1 (100) 16. Amoksisilin 0 7 (100) 1 (33) 2 (67) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 1 (100) 1 (100) 0 17. Linezolid 0 7 (100) 0 3 (100) 1 (50) 1 (50) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 1 (100) 0 1 (100) 18. Sulfonamid 0 7 (100) 0 3 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 1 (50) 1 (50) 0 1 (100) 0 1 (100) Ampisilin19. sulbaktam 0 7 (100) 1 (33) 2 (67) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 1 (100) 0 1 (100) 20. Norfloksasin 1 6 (86) 0 3 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 1 (100) 0 1 (100) 21. Sefuroksim 0 7 (100) 1 (33) 2 (67) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 1 (100) 0 1 (100) 6 Pada penelitian ini didapatkan DISKUSI hasil uji kepekaan bakteri terhadap Dalam penelitian ini, hanya beberapa dilakukan pemeriksaan bakteriologi dilakukan kemudian diikuti oleh sefotaksim operasi mastoidektomi, sedangkan bakteri anaerob tidak dilakukan. Proteus ini tidak bisa dikontrol pemberian antibiotik sebelumnya. negative (8,696%), A. baumannii (4,348%) dan Pada penelitian ini, diketahui oxytoca Streptococcus sp. (4,349%). Bakteri terbanyak yang didapatkan adalah Pseudomonas aeruginosa sensitif terhadap fosfomisin (43%), siprofloksasin (29%), gentamisin resisten 100% terhadap amoksiklav, Indudharan7 dan Helmi2 (OMSK eritromisin, doksisiklin, tetrasiklin, tanpa kolesteatoma). Bakteri ini juga amoksisilin, ampisilin-sulbaktam dan selalu masuk dalam tiga besar bakteri sulfonamid. yang ditemukan pada penelitian oleh Helmi2 Sedangkan melaporkan Psedomonas aeruginosa Arjana,4 Losin5 dan Vartiainen.6 sensitif terhadap amikasin (93,1%) Sedangkan Proteus mirabilis dan dan siprofloksasin (93,1%), tetapi Staphylococcus aureus juga hampir hanya selalu ditemukan dalam jumlah yang resisten amoksisilin. besar pada penelitian-penelitian lain, persentasenya Psedomonas (29%) dan seftriakson (29%), tetapi aeruginosa, sesuai dengan penelitian meskipun pada disebabkan karena pada penelitian (8,696%), Staphylococcus coagulase Klebsiella Sedangkan (35,71%). Perbedaan ini mungkin mirabilis (13,043%), Staphylococcus aureus (8,696%), (34,783%). gentamisin (39,28%) dan kanamisin aeruginosa (30,434%), gentamisin sebagai berikut: amikasin (97%), berikut: Pseudomonas dan uji kepekaan dengan hasil sensitif kasus OMSK didapatkan dominasi sebagai (39,130%) penelitian Arjana,4 dilaporkan hasil Pada penelitian ini, dari 23 bakteri mana terhadap siprofloksasin (43,478%) terhadap antibiotik pada penderita yang di sebagian besar bakteri sensitif kuat dan uji kepekaan bakteri aerob OMSK antibiotik, 100% Proteus terhadap mirabilis sensitif 100% terhadap siprofloksasin berbeda- dan beda. 7 sefotaksim, resisten 100% terhadap seftriakson, eritromisin, sama dengan jenis bakteri yang doksisiklin, tetrasiklin, metilmisin, ditemukan oleh penelitian lain yang sulfonamid norfloksasin. diambil dari kavum timpani. yaitu: sensitif Pseudomonas aeruginosa, Proteus siprofloksasin, mirabilis, Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus (50%) aureus terhadap sefotaksim, resisten Staphylococcus coagulase negative, meropenem, A. baumannii, Klebsiella oxytoca seftriakson, amoksiklav, eritromisin, Streptococcus sp. Dari hasil uji doksisiklin, tetrasiklin, amoksisilin, kepekaan didapatkan sebagian besar sulfonamid, bakteri 100% gentamisin, terhadap ampisilin-sulbaktam, norfloksasin dan sefuroksim. Pada Helmi,2 penelitian proteus sp. sensitif kuat terhadap siprofloksasin, sefotaksim, gentamisin, fosfomisin, sensitif 100% terhadap amikasin dan kloramfenikol dan amikasin, tetapi siprofloksasin, 100% masih memiliki resistensi yang lebih Sedangkan kuat dan lebih luas dibanding hasil staphylococcus aureus sensitif 100% penelitian lain. Agar lebih tepatnya, terhadap amoksiklav, seftriakson dan pengobatan OMSK sebaiknya untuk kotrimoksasol dan resisten 100% tiap terhadap antibiotik tidak didapatkan. berdasarkan biakan dan uji kepekaan terhadap resisten eritromisin. Bakteri-bakteri ditemukan sedikit dalam seperti lain yang jumlah lebih dan antibiotik DAFTAR PUSTAKA Staphylococcus. streptococcus dipilih bakteri. coagulase negative, A. baumannii, K. oxytoca kasus 1. Soemantri sp. JB. penatalaksanaan Diagnosis otitis dan media diketahui mempunyai resistensi yang supurativa kronis. Dalam: Soemantri lebih kuat dan lebih luas terhadap JB dkk, eds. Kumpulan Makalah antibiotik yang diujikan. Hal ini juga Pendidikan perlu mendapat perhatian, karena Berkelanjutan-I THT-KL. Malang kemungkinan 14 Mei 2005. h. 31-44. infeksi nosokomial Kedokteran 2. Helmi. Otitis media supuratif kronis. bisa terjadi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005. Dari penelitian ini, didapati h. 1-178. bahwa bakteri aerob yang hampir 8 3. Soemantri. Laporan tahunan THT Kumpulan Naskah Ilmiah KONAS RS Dr. Saiful Anwar Malang, 2006. VII PERHATI. Surabaya: Balai 4. Arjana IM, Atmohartono S, Adji IS. Penerbit UNAIR; 1983. h. 85-108. Pola kuman aerob pada otitis media supurativa kronik maligna aerobic bacteriology on the clinical (OMSKM). Dalam: Soepardjo dkk, presentation and treatment results of eds. chronic suppurative otitis media. J Kumpulan tipe 6. Vartiainen E, Vartiainen J. Effect of Naskah Ilmiah KONAS XII PERHATI. Semarang: Laryngol Otol 1996; 110:315-8. Badan Penerbit UNDIP; 1999. h. 7. Indudharan R, Hag A, Alyar S. 729-37. Antibiotics in chronic suppurative 5. Losin K. Jenis dan uji kuman otitis media: a bacteriology study. anaerob dan kuman aerob pada Ann Otol Rhinol Laryngol 1999; penderita otitis media kronik di RS 108:440-4. Dr. Sardjito Yogyakarta. Dalam: 9