174 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015 PENERAPAN PERMAINAN BERBURU BOLA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA SISWA KELOMPOK A TK DHARMAWANITA 1 JATIPRAHU KECAMATAN KARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2013/2014 Oleh: Tri Astuti TK Dharmawanita 1 Jatiprahu, Karangan, Trenggalek Abstrak: Penelitian tindakan Kelas ini bertujuan untuk: Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Melalui Permainan berburu bola Pada Siswa Kelompok A TK Dharma Wanita I Jatiprahu Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek Semester 1 Tahun 2013/2014. Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Dharma Wanita I Jatiprahu, Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. Dan dilaksanakan pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2013/2014 selama dua bulan sejak bulan Oktober sampai Nopember 2013. Obyek dalam kegiatan penelitian ini adalah siswa Kelompok A TK Dharma Wanita I Jatiprahu Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah siswa 18. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah permainan berburu bola dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan dengan persentase ketuntasan belajar siswa mulai dari sebelum diberi tindakan yaitu 38,89%, pada siklus I menjadi 77,78% dan pada akhir siklus II dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 88,89%. Ratarata hasil belajar pun mengalami peningkatan, mulai dari sebelum diberi tindakan yaitu 65,00 pada siklus I menjadi 73,89 dan pada akhir siklus II sebesar 82,22. Kata Kunci: Permainan Bola, Konsep Bilangan, Kelompk A Salah satu aktivitas pembelajaran yang menyenangkan adalah bermain. Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Upaya pendidikan yang diberikan oleh pendidik hendaknya dilakukan dengan kegiatan yang menyenangkan yang mengunakan strategi, metode, materi/bahan, media yang menarik dan mudah dipahami peserta didik. Melalui kegiatan bermain peserta didik diajak untuk bereksplorasi menemukan dan memanfatkan objek-objek yang dekat denganya, sehinga pembelajaran jadi menyenangkan. Aktivitas bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak karena dengan bermain anak dapat melakukan apa yang dinginkanya. Bruner (dalam Suyanto 2005:102) menyatakan bahwa: “anak belajar dari kongkrit ke abstrak melalui tiga tahapan, salah satunya adalah symbolic”. Pada tahap simbolik (4-5 tahun) anak mulai mampu menghubungkan ketertarikan antara berbagai benda, orang atau objek dalam suatu urutan kejadian. Ia mulai mengembangkan arti atau makna dari suatu kejadian. Dalam kurikulum TK bahwa tujuan pendidikan TK adalah; membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai agama sosial, emosional, kognitf, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk memasuki pendidikan dasar. Salah satu Pengembangan kognitif pada anak usia dini yaitu pikiran yang digunakan misalnya untuk mengenali yaitu mengenali lambang bilangan yang berbeda-beda. Anak bisa melatih ingatan dan melakukan penalaran misalnya dalam mengurutkan bilangan dan Tri Astuti, Penerapan Permainan Berburu Bola Meningkatkan... memahami konsep bilangan, sehingga dengan pengetahuan yang didapatnya tersebut anak akan dapat mencari solusi sehubungan dengan bilangan yang tidak lepas dengan kehidupan sehari-hari.kemampuan mengenal bilangan merupakan kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh anak dalam mengenal unsur-unsur penting yang terdapat dalam bilangan seperti nama, urutan, lambang dan jumlah dengan tingkat kesulitan sesuai tingkatan usia dan tahapan tumbuh dan berkembang anak. Menurut Delphie Bandi (2009:4) “Pengertian konsep atau concepts mengacu pada penanaman dasar. Peserta didik menge mbangkan suatu konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan/ mengelompokkan benda-benda dan mampu mengasoiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep bilangan merupakan pondasi matematika. Menurut Sudaryanti (2006:1) Bilangan adalah suatu obyek matematika yang sifatnya abstrak dan termasuk kedalam unsur yang tidak didefinisikan, maka diperlukan adanya simbol atau lambang untuk mewakili suatu bilangan. Untuk menyatakan bilangan dinotasikan dengan lambing bilangan yang disebut angka. Bilangan berkenaan dengan nilai. Kemampuan anak untuk mengenal bilangan yang berkaitan dengan nama yaitu kemampuan membilang, sedangkan urutan yaitu kemampuan mengurutkan dalam menyebutkan bilangan atau mengurutkan banyaknya suatu benda, lambang yaitu kemampuan untuk mengenali lambang-lambang masing-masing bilangan, jumlah yaitu kemampuan untuk menghitung banyak benda. Coopley (2000:10) mengemukakan lima kemampuan yang diajarkan dalam bilangan 175 dan operasi bilangan, yaitu: (1) counting; (2) quantity; (3) change operation; (4) comparison; (5) place value. Adapun kemampuankemampuan yang akan dibahas dalam pembelajaran mengenal bilangan pada anak adalah; (1) berhitung; (2) kuantitas; dan (3) mengenal angka. Seorang anak memerlukan pemahaman mengenal bilangan dan keterampilan matematis bukan hanya pada pembelajaran matematika melainkan juga dalam ilmu alam, pelajaran sosial dan berbagai mata pelajaran lainnya kelak dalam tahap pendidikan di jenjang pendidikan lebih lanjut. Mengingat betapa pentingnya mengenal bilangan dalam kehidupan manusia, maka pembelajaran mengenal bilangan perlu diperkenalkan kepada anak sedini mungkin. Dalam pembelajaran mengenal bilangan pada anak usia dini tidak dapat dilakukan secara asal maupun tergesa-gesa, tetapi harus dilakukan secara bertahap mulai dari yang termudah sampai dengan yang tersulit, yaitu mulai dari mengenai konsep bilangan, menghubungkan konsep ke lambang bilangan dan mengenalkan lambang bilangan. Melalui tahapan yang benar, maka diharapkan anak dapat mengenal bilangan dengan mudah. Dalam tahap ini anak belum disuruh menulis, tetapi bisa dilakukan meniru lambang bilangan dengan menulis di udara atau media tanpa goresan. Harjanto (2011:11-18) dalam eksperimennya menyatakan bahwa “Angka adalah simbol yang mewakili jumlah, untuk dapat menguasainya maka anak harus mengingat bentuk dari masing-masing simbol. Hanya ada sepuluh simbol dasar, yaitu: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 0, sedangkan bilangan adalah jumlah yang menunjukkan banyaknya benda/ peristiwa saat dihitung, untuk dapat menguasainya maka anak 175 176 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015 harus memahami konsep dari masing-masing jumlah. Mulai dari memahami = sa- tu bintang, = dua bintang dan seterusnya. Menurut Lestari KW (dalam Kemendiknas 2011:18) “Konsep matematika yang paling penting dipelajari anak usia 3-6 tahun adalah pengembangan kepekaan pada bilangan, yangberarti lebih dari seke dar berhitung”. Akan tetapi realita dilapangan, pembelajaran dengan materi pengenalan konsep bilangan khususnya di Taman kanak-kanak Dharma Wanita 1 Jatiprahu sering kali belum sesuai, baik dari segi psikologis maupun pedagogis sehingga tidak mendapatkan hasil yang optimal. Sebagian besar guru TK masih menggunakan penyampaian secara verbal dan formal dalam menjelaskan tentang bilangan dengan system drilling tanpa memperhatikan unsur bermain bahkan tanpa demonstrasi penggunaan alat peraga. Salah satu kegiatan pembelajaran untuk anak yang dapat membantu mereka dalam mengenalkan konsep lambang bilangan yaitu berupa implementasi permainan berburu bola. Permainan berburu bola merupakan permainan outdoor yang akan membantu siswa dalam mengenalkan konsep bilangan sehingga siswa dapat bermain dan belajar. Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka penelitian tindakan Kelas ini bertujuan untuk: Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Melalui Permainan berburu bola Pada Siswa Kelompok A TK Dharma Wanita 1 Jatiprahu Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek Semester 1 Tahun 2013/2014. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan model Kemmis dan Mc Taggart. Metode ini terdiri dari siklus-siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 komponen yaitu perencanaan, tindakan, observasi (pengamatan) dan refleksi. Adapun gambaran pelaksanaan model tersebut dapat dilihat dari gambar berikut. Keterangan: 1. Plan (perencanaan) 2. Act & observe (pelaksanaan dan observasi) 3. Reflect (refleksi) 4. Revised plan (revisi perencanaan) Gambar 3.1. Model PTK Kemmis & Taggart (Sumber: Denzin, K Norman & Lincoln Yvonna, 2009:470) Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Dharma Wanita 1 Jatiprahu, Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. Penelitian dilakukan di Kelompok A TK Dharma Wanita 1 Jatiprahu dan dilaksanakan pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2013/2014 selama dua bulan sejak bulan Oktober sampai Nopember 2013. Yang menjadi subyek dalam kegiatan penelitian ini adalah siswa Kelompok A TK Dharma Tri Astuti, Penerapan Permainan Berburu Bola Meningkatkan... Wanita 1 Jatiprahu Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 18 siswa. Adapun instrumen penelitian yang dipergunakan adalah sebagai berikut: (1) Lembar Observasi; (2) Lembar Tes Tertulis; (3) Dokumen Siswa. 177 (d) Membuat silabus dan RKH untuk pertemuan pada siklus pertama dan kedua; (e) Membuat soal post test yang diberikan pada akhir siklus pertama dan kedua; (f) Menyiapkan komponen permainan berburu bola; (g) Menyusun LKS pada siklus pertama dan kedua; (h) Mempersiapkan alat pengamatan handycam dan kamera HASIL DAN PEMBAHASAN Pra Siklus Berdasarkan hasil pengamatan sebelum siklus, diketahui guru masih menggunakan penyampaian secara verbal dan formal dalam menjelaskan tentang bilangan dengan system drilling tanpa memperhatikan unsur bermain bahkan tanpa demonstrasi penggunaan alat peraga. Siswa hanya pasif mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Siswa tidak tanggap dan kurang cekatan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Hasil belajar siswa sangat rendah dan jauh dari standar kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan. Adapun hasil belajar siswa pada Pra siklus adalah sebagai berikut: (a) Rata-rata hasil belajar adalah 65,00; (b) Persentase ketuntasan individual (> 70) sebesar 38,89%. Setelah diobservasi lebih lanjut, ternyata siswa cenderung mengalami kejenuhan yang ditunjukkan dengan adanya respon siswa yang rendah dalam pembelajaran. Ada indikasi munculnya kejenuhan selama pembelajaran ini diantaranya dikarenakan strategi pembelajaran yang monoton sehingga siswa mengalami kejenuhan. Pelaksanaan (Action) Siklus I dilaksanakan pada tanggal 3 dan 4 Oktober 2013. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: (a) Guru menyampaikan salam pembukaan, kemudian membimbing siswa untuk berdoa; (b) Guru mendata kehadiran peseta didik sambil memperhatikan peserta didik yang dipanggil namanya; (c) Guru memberikan apersepsi dengan bertanya nama-nama bilangan; (d) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran; (e) Guru menyiapkan komponen permainan berburu bola; (f) Guru menjelaskan peraturan permainan berburu bola; (g) Guru memberikan contoh cara bermain; (h) Guru menunjuk tiga orang siswa untuk bermain; (i) Guru memasukkan kartu bilangan pada kotak; (j) Siswa berlari mengambil bola yang sesuai dengan kartu bilangan; (k) Guru memberikan reward kepada siswa yang dapat menyeleseikan permainan dengan baik; (l) Guru mengajak siswa kembali ke kelas; (m) Guru membagikan soal; (n) Guru menyampaikan ucapan terima kasih dan mengingatkan anak untuk rajin belajar di rumah; (o) Guru menyampaikan salam penutup. Pengamatan (Observation) Aktifitas guru dalam pembelajaran pada putaran pertama adalah cukup baik dalam hal memberi motifasi, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan SKH, memantau kemajuan siswa, melaksanakan tindak lanjut. Siklus I Perencanaan Adapun kegiatan yang dilakukan terdiri dari: (a) Menyusun rubrik pedoman penilaian; (b) Menyusun lembar pengamatan kegiatan; (c) Menyusun lembar daftar nilai; 177 178 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015 Deskripsi Data Siklus I Diskripsi hasil pembelajaran tindakan I adalah diskripsi hasil observasi pembelajaran dan hasil tes siswa berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer ditemukan beberapa hal diantaranya: (a) Guru menguasai permainan, sehingga menarik perhatian siswa; (b) Siswa sangat senang belajar di luar kelas meskipun sangat gaduh; (c) Guru tidak bisa menjangkau semua siswa ketika belajar di luar (Rata-rata hasil belajar adalah 73,89; Siswa yang mendapat nilai > 70 berjumlah 14; Persentase ketuntasan individual (> 70) sebesar 77,78 %). Sesuai dengan indikator kinerjanya bahwa 85% siswa telah mengalami ketuntasan klasikal, maka pelaksanaan siklus I yang baru mencapai ketuntasan 77,78% (belum berhasil), sehingga perlu dilakukan siklus II. Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil evaluasi prestasi belajar dapat diketahui belum tercapainya ketuntasan belajar, karena ketuntasan yang tercapai hanya 77,78%. Kegagalan Siklus I disebabkan beberapa hal, sebagai berikut: (a) Siswa kesulitan mencari letak bola, karena letaknya tersembunyi; (b) Siswa masih belum paham aturan permainan; (c) Tidak semua siswa bisa terjangkau oleh guru. Berdasarkan temuan lapangan tersebut di atas maka peneliti melakukan perbaikan kegiatan dalam siklus II, antara lain sebagai berikut: (a) Guru meletakkan bola dalam satu tempat yang terlihat oleh siswa; (b) Siswa menjelaskan kembali aturan permainan; (c) Guru meminta bantuan guru lain untuk mendampingi saat permainan; (d) Guru akan memberikan kesempatan pada semua siswa untuk bermain berburu bola. Siklus II Perencanaan (Planning) Berdasarkan hasil tindakan yang dilakukan pada putaran pertama yang dijelaskan diatas, maka peneliti dan kolaborator merumuskan rencana tindakan untuk putaran kedua yaitu dengan perubahan sebagai berikut ini: (a) Guru lebih mengoptimalkan pembelajaran ini; (b) Mengoptimalkan alokasi waktu dalam pembelajaran. Pelaksanaan (Action) Siklus II dilaksanakan pada tanggal 10 dan 11 Oktober 2013. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: (a) Guru menyampaikan salam pembukaan, kemudian membimbing siswa untuk berdoa; (b) Guru mendata kehadiran peseta didik sambil memperhatikan peserta didik yang dipanggil namanya; (c) Guru memberikan apersepsi dengan bertanya nama-nama bilangan; (d) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran; (e) Guru menyiapkan komponen permainan berburu bola; (f) Guru menjelaskan peraturan permainan berburu bola; (g) Guru memberikan contoh cara bermain; (h) Guru menunjuk tiga orang siswa untuk bermain; (i) Guru memasukkan kartu bilangan pada kotak; (j) Siswa berlari mengambil bola yang sesuai dengan kartu bilangan; (k) Guru memberikan reward kepada siswa yang dapat menyeleseikan permainan dengan baik; (l) Guru mengajak siswa kembali ke kelas; (m) Guru membagikan soal; (n) Guru menyampaikan ucapan terima kasih dan mengingatkan anak untuk rajin belajar di rumah; (o) Guru menyampaikan salam penutup. Pengamatan (Observation) Pada putaran kedua ini pembelajaran sudah terlaksana dengan baik, guru sudah Tri Astuti, Penerapan Permainan Berburu Bola Meningkatkan... 179 optimal dalam mengelola pembelajaran dan juga pengalokasian waktu sudah sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH). Demikian juga respon dan keberanian siswa juga meningkat. Siswa menjadi aktif, antusias, senang dalam pembelajaran ini melalui permainan berburu bola untuk pemahaman konsep mengenal bilangan. Dari hasil pengamatan aktifitas guru adalah bahwa aktifitas guru dalam pembelajaran sudah optimal hal ini dapat dibuktikan dengan skor yang diperoleh siswa meningkat. serangkaian pembelajaran tindakan II ditemukan beberapa hal sebagai berikut: (a) Guru telah berupaya memperbaiki kelemahankelemahan yang terjadi pada siklus pertama; (b) Suasana belajar lebih interaktif, siswa terihat lebih antusias dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru; (c) Interaktif yang terjadi multi arah, tidak hanya guru dengan siswa, tetapi juga antara siswa dengan siswa; (d) Kemampuan guru dalam mengimplementasikan permainan berburu bola dengan baik. Diskripsi Data Siklus II Diskripsi hasil pembelajaran tindakan II adalah hasil observasi yang dilakukan oleh observer dan hasil tes siswa. Dari diskripsi tersebut ditemukan hal-hal sebagai berikut: (a) Suasana proses belajar mengajar semakin interaktif. Siswa terlihat menikmati permainan; (b) Interaksi yang terjadi hampir multi arah yang merupakan interaksi optimal dalam proses belajar mengajar; (c) Sebagian besar siswa terlihat aktif (Rata-rata hasil belajar siswa adalah 82,22; Siswa yang mendapat nilai > 70 berjumlah 25; Persentase ketuntasan individual (> 70) sebesar 92,56%). Sesuai dengan indikator kinerjanya bahwa 85% siswa telah mengalami ketuntasan individual, maka pelaksanaan siklus II yang baru mencapai ketuntasan 92,59% (berhasil), sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus III. Pembahasan Implementasi strategi pembelajaran Permainan berburu bola yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar siswa Kelompok A TK Dharma Wanita 1 Jatiprahu Tahun Pelajaran 2013/2014 Semester 1, ternyata lebih efektif dalam meningkatkan dan menumbuhkan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar siswa. Beberapa alasan penggunaan strategi pembelajaran Permainan berburu bola dalam kegiatan belajar agar didapat hasil belajar yang efektif, maka pengajaran dengan pendekatan Berkaitan dengan usaha meningkatkan hasil belajar, belajar akan lebih mudah dan dapat dirasakan bila belajar tersebut mengetahui hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, maka perubahan-peribahan itu harus dapat diamati dan dinilai. Hasil dari pengamatan dan penilaian inilah umumnya diwujudkan dalam bentuk prestasi belajar. Dalam penelitian tindakan ini, yang dimaksudkan dengan prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai dalam bentuk angka atau nilai pada Bidang Pengembangan Kognitif siswa. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka semakin baik prestasi belajar yang di dapatkan. Hal ini dapat dilihat Analisis dan Refleksi Berdasarkan diskripsi hasil tindakan II maka dapat dipaparkan analisis sebagai berikut: (1) Pembelajaran pada tindakan II difokuskan agar siswa memahami konsep bilangan melalui permainan berburu bola; (2) Berdasarkan observasi dari observer dan 179 180 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015 dari persentase ketuntasan belajar siswa mulai dari sebelum diberi tindakan yaitu 38,89%, pada siklus I menjadi 77,78% dan pada akhir siklus II dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 88,89%. Rata-rata hasil belajar pun mengalami peningkatan, mulai dari sebelum diberi tindakan yaitu 65,00 pada siklus I menjadi 73,89 dan pada akhir siklus II sebesar 82,22 Untuk mengetahui efektifitas penerapan permainan berburu bola terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari Gambar 1. Melakukan inovasi dalam menggunakan strategi belajar merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan oleh guru. Strategi pembelajaran Permainan berburu bola adalah sebagian dari strategi yang ditawarkan dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan kegiatan penelitian tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa Permainan berburu bola dapat meningkatkan NILAI RATA-RATA, SEB. SIKLUS, 65.00 kemampuan mengenal konsep bilangan dengan persentase ketuntasan belajar siswa mulai dari sebelum diberi tindakan yaitu 38,89%, pada siklus I menjadi 77,78% dan pada akhir siklus II dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 88,89 %. Rata-rata hasil belajar pun mengalami peningkatan, mulai dari sebelum diberi tindakan yaitu 65,00 pada siklus I menjadi 73,89 dan pada akhir siklus II sebesar 82,22 Saran Kepada guru mengajarkan konsep bilangan, hendaknya selalu mempunyai kreativitas dalam menggunakan strategi belajar yang diberikan kepada siswa, dan strategi pembelajaran Permainan berburu bola bukan satu-satunya strategi yang harus digunakan dalam proses belajar mengajar. Artinya guru perlu mengembangkan strategi belajar dengan teknik lain agar proses belajar siswa lebih variatif. Dengan peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar, maka diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar secara optimal. KETUNTASAN , NILAI RATA-RATA, SIKLUS I, 77.78 SIKLUS I, 73.89 NILAI RATA-RATA, KETUNTASAN , SIKLUS II,SIKLUS 82.22 II, 88.89 KETUNTASAN , SEB. SIKLUS, 38.89 Gambar 1 Perkembangan Prestasi Belajar Siswa NILAI RATA-RATA KETUNTASAN Tri Astuti, Penerapan Permainan Berburu Bola Meningkatkan... 181 DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Tarsito. Lestari KW. 2011. Konsep Matematika Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Delphie, Bandi. 2009. Pendidikan Anak Autistik. Sleman: KTSP. Ruseffendi, E.T, dkk. (1992), Pendidikan Matematika 3, Jakarta : Depdikbud. Burns dan Lorton (Sudono: 2000: Delphie, Bandi. 2009. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi. Sleman: KTSP. Soetjiningsih. 1995 . Tumbuh Anak. Jakarta: EGC. Fatimah 2009. Matematika Asik dengan Metode Pemodelan. Bandung: Tarsito Kembang Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakata; Depdiknas. Fatimah. 2009. Peningkatan Kemampuan mengenal bilangan pada anak usia dini. Bandung: Tarsito Sudaryanti. 2006. Pengenalan Matematika Anak Usia Dini. Yogyakarta: Universitas Yogyakarta. Harjanto, Bob. 2011. Agar Anak Tidak Takut Matematika. Yogyakarta: Manika Book Tajudin, T. 2008. Pembelajaran Mengenal Bilangan 1-10 Melalui Investasi Bermain Tata Angka PLB. Skripsi tidak diterbitkan. Bandung: PLB UPI. Hurlock, E.B. (1999).Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Zaviera, Ferdinand. (2008). Mengenali Dan Memahami Tumbuh Kembang Anak. Yogyakarta: KATAHATI 181