penerapan permainan berburu bola meningkatkan

advertisement
174
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
PENERAPAN PERMAINAN BERBURU BOLA MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP BILANGAN PADA SISWA KELOMPOK A TK DHARMAWANITA 1
JATIPRAHU KECAMATAN KARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK
SEMESTER I TAHUN 2013/2014
Oleh:
Tri Astuti
TK Dharmawanita 1 Jatiprahu, Karangan, Trenggalek
Abstrak: Penelitian tindakan Kelas ini bertujuan untuk: Meningkatkan Pemahaman Konsep
Bilangan Melalui Permainan berburu bola Pada Siswa Kelompok A TK Dharma Wanita I Jatiprahu
Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek Semester 1 Tahun 2013/2014. Penelitian Tindakan
kelas ini dilaksanakan di TK Dharma Wanita I Jatiprahu, Kecamatan Karangan Kabupaten
Trenggalek. Dan dilaksanakan pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2013/2014 selama dua bulan sejak
bulan Oktober sampai Nopember 2013. Obyek dalam kegiatan penelitian ini adalah siswa Kelompok
A TK Dharma Wanita I Jatiprahu Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek Semester I Tahun
Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah siswa 18. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah
permainan berburu bola dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan dengan
persentase ketuntasan belajar siswa mulai dari sebelum diberi tindakan yaitu 38,89%, pada siklus I
menjadi 77,78% dan pada akhir siklus II dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 88,89%. Ratarata hasil belajar pun mengalami peningkatan, mulai dari sebelum diberi tindakan yaitu 65,00 pada
siklus I menjadi 73,89 dan pada akhir siklus II sebesar 82,22.
Kata Kunci: Permainan Bola, Konsep Bilangan, Kelompk A
Salah satu aktivitas pembelajaran yang menyenangkan adalah bermain. Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak.
Upaya pendidikan yang diberikan oleh
pendidik hendaknya dilakukan dengan
kegiatan yang menyenangkan yang mengunakan strategi, metode, materi/bahan, media yang menarik dan mudah dipahami peserta didik. Melalui kegiatan bermain peserta
didik diajak untuk bereksplorasi menemukan
dan memanfatkan objek-objek yang dekat
denganya, sehinga pembelajaran jadi
menyenangkan.
Aktivitas bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak karena
dengan bermain anak dapat melakukan apa
yang dinginkanya. Bruner (dalam Suyanto
2005:102) menyatakan bahwa: “anak belajar
dari kongkrit ke abstrak melalui tiga tahapan,
salah satunya adalah symbolic”. Pada tahap
simbolik (4-5 tahun) anak mulai mampu
menghubungkan ketertarikan antara berbagai
benda, orang atau objek dalam suatu urutan
kejadian. Ia mulai mengembangkan arti atau
makna dari suatu kejadian.
Dalam kurikulum TK bahwa tujuan
pendidikan TK adalah; membantu anak didik
mengembangkan berbagai potensi baik
psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai
agama sosial, emosional, kognitf, bahasa,
fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk
memasuki pendidikan dasar. Salah satu
Pengembangan kognitif pada anak usia dini
yaitu pikiran yang digunakan misalnya untuk
mengenali yaitu mengenali lambang
bilangan yang berbeda-beda. Anak bisa
melatih ingatan dan melakukan penalaran
misalnya dalam mengurutkan bilangan dan
Tri Astuti, Penerapan Permainan Berburu Bola Meningkatkan...
memahami konsep bilangan, sehingga dengan pengetahuan yang didapatnya tersebut
anak akan dapat mencari solusi sehubungan
dengan bilangan yang tidak lepas dengan
kehidupan sehari-hari.kemampuan mengenal
bilangan merupakan kemampuan yang
diharapkan dimiliki oleh anak dalam mengenal unsur-unsur penting yang terdapat
dalam bilangan seperti nama, urutan, lambang dan jumlah dengan tingkat kesulitan
sesuai tingkatan usia dan tahapan tumbuh dan
berkembang anak.
Menurut Delphie Bandi (2009:4)
“Pengertian konsep atau concepts mengacu
pada penanaman dasar. Peserta didik menge
mbangkan suatu konsep ketika mereka
mampu mengklasifikasikan/ mengelompokkan benda-benda dan mampu mengasoiasikan suatu nama dengan kelompok benda
tertentu”. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa konsep bilangan merupakan pondasi
matematika.
Menurut Sudaryanti (2006:1) Bilangan adalah suatu obyek matematika
yang sifatnya abstrak dan termasuk kedalam
unsur yang tidak didefinisikan, maka diperlukan adanya simbol atau lambang untuk
mewakili suatu bilangan. Untuk menyatakan
bilangan dinotasikan dengan lambing bilangan yang disebut angka. Bilangan berkenaan
dengan nilai.
Kemampuan anak untuk mengenal
bilangan yang berkaitan dengan nama yaitu
kemampuan membilang, sedangkan urutan
yaitu kemampuan mengurutkan dalam menyebutkan bilangan atau mengurutkan banyaknya suatu benda, lambang yaitu kemampuan untuk mengenali lambang-lambang
masing-masing bilangan, jumlah yaitu
kemampuan untuk menghitung banyak benda. Coopley (2000:10) mengemukakan lima
kemampuan yang diajarkan dalam bilangan
175
dan operasi bilangan, yaitu: (1) counting; (2)
quantity; (3) change operation; (4) comparison; (5) place value. Adapun kemampuankemampuan yang akan dibahas dalam pembelajaran mengenal bilangan pada anak adalah; (1) berhitung; (2) kuantitas; dan (3) mengenal angka.
Seorang anak memerlukan pemahaman mengenal bilangan dan keterampilan
matematis bukan hanya pada pembelajaran
matematika melainkan juga dalam ilmu
alam, pelajaran sosial dan berbagai mata
pelajaran lainnya kelak dalam tahap pendidikan di jenjang pendidikan lebih lanjut.
Mengingat betapa pentingnya mengenal bilangan dalam kehidupan manusia, maka
pembelajaran mengenal bilangan perlu diperkenalkan kepada anak sedini mungkin.
Dalam pembelajaran mengenal bilangan pada anak usia dini tidak dapat dilakukan secara asal maupun tergesa-gesa, tetapi harus dilakukan secara bertahap mulai dari
yang termudah sampai dengan yang tersulit,
yaitu mulai dari mengenai konsep bilangan,
menghubungkan konsep ke lambang
bilangan dan mengenalkan lambang
bilangan. Melalui tahapan yang benar, maka
diharapkan anak dapat mengenal bilangan
dengan mudah. Dalam tahap ini anak belum
disuruh menulis, tetapi bisa dilakukan
meniru lambang bilangan dengan menulis di
udara atau media tanpa goresan.
Harjanto (2011:11-18) dalam eksperimennya menyatakan bahwa “Angka adalah simbol yang mewakili jumlah, untuk dapat menguasainya maka anak harus mengingat bentuk dari masing-masing simbol. Hanya ada sepuluh simbol dasar, yaitu:
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 0, sedangkan bilangan adalah jumlah yang menunjukkan banyaknya benda/ peristiwa saat dihitung, untuk dapat menguasainya maka anak
175
176
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
harus memahami konsep dari masing-masing jumlah. Mulai dari memahami
= sa-
tu bintang,
= dua bintang dan seterusnya. Menurut Lestari KW (dalam
Kemendiknas 2011:18) “Konsep matematika
yang paling penting dipelajari anak usia 3-6
tahun adalah pengembangan kepekaan pada bilangan, yangberarti lebih dari seke
dar berhitung”.
Akan tetapi realita dilapangan, pembelajaran dengan materi pengenalan konsep
bilangan khususnya di Taman kanak-kanak
Dharma Wanita 1 Jatiprahu sering kali belum
sesuai, baik dari segi psikologis maupun
pedagogis sehingga tidak mendapatkan hasil
yang optimal. Sebagian besar guru TK masih
menggunakan penyampaian secara verbal
dan formal dalam menjelaskan tentang
bilangan dengan system drilling tanpa
memperhatikan unsur bermain bahkan tanpa
demonstrasi penggunaan alat peraga.
Salah satu kegiatan pembelajaran
untuk anak yang dapat membantu mereka
dalam mengenalkan konsep lambang bilangan yaitu berupa implementasi permainan
berburu bola. Permainan berburu bola
merupakan permainan outdoor yang akan
membantu siswa dalam mengenalkan konsep
bilangan sehingga siswa dapat bermain dan
belajar.
Berdasarkan pada rumusan masalah
tersebut, maka penelitian tindakan Kelas ini
bertujuan untuk: Meningkatkan Pemahaman
Konsep Bilangan Melalui Permainan berburu
bola Pada Siswa Kelompok A TK Dharma
Wanita 1 Jatiprahu Kecamatan Karangan
Kabupaten Trenggalek Semester 1 Tahun
2013/2014.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
Penelitian Tindakan Kelas dengan model
Kemmis dan Mc Taggart. Metode ini terdiri
dari siklus-siklus. Setiap siklus terdiri dari 4
komponen yaitu perencanaan, tindakan,
observasi (pengamatan) dan refleksi.
Adapun gambaran pelaksanaan model tersebut dapat dilihat dari gambar berikut.
Keterangan:
1. Plan (perencanaan)
2. Act & observe (pelaksanaan dan observasi)
3. Reflect (refleksi)
4. Revised plan (revisi perencanaan)
Gambar 3.1. Model PTK Kemmis & Taggart
(Sumber: Denzin, K Norman & Lincoln Yvonna,
2009:470)
Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Dharma Wanita 1 Jatiprahu,
Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. Penelitian dilakukan di Kelompok A
TK Dharma Wanita 1 Jatiprahu dan dilaksanakan pada Semester 1 Tahun Pelajaran
2013/2014 selama dua bulan sejak bulan
Oktober sampai Nopember 2013. Yang menjadi subyek dalam kegiatan penelitian ini
adalah siswa Kelompok A TK Dharma
Tri Astuti, Penerapan Permainan Berburu Bola Meningkatkan...
Wanita 1 Jatiprahu Kecamatan Karangan
Kabupaten Trenggalek Semester I Tahun
Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 18
siswa. Adapun instrumen penelitian yang
dipergunakan adalah sebagai berikut: (1)
Lembar Observasi; (2) Lembar Tes Tertulis;
(3) Dokumen Siswa.
177
(d) Membuat silabus dan RKH untuk
pertemuan pada siklus pertama dan kedua;
(e) Membuat soal post test yang diberikan
pada akhir siklus pertama dan kedua; (f)
Menyiapkan komponen permainan berburu
bola; (g) Menyusun LKS pada siklus pertama
dan kedua; (h) Mempersiapkan alat
pengamatan handycam dan kamera
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pra Siklus
Berdasarkan hasil pengamatan sebelum siklus, diketahui guru masih menggunakan penyampaian secara verbal dan
formal dalam menjelaskan tentang bilangan
dengan system drilling tanpa memperhatikan
unsur bermain bahkan tanpa demonstrasi
penggunaan alat peraga. Siswa hanya pasif
mendengarkan materi yang disampaikan oleh
guru. Siswa tidak tanggap dan kurang
cekatan dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan. Hasil belajar siswa sangat rendah
dan jauh dari standar kriteria ketuntasan
minimal yang ditetapkan. Adapun hasil
belajar siswa pada Pra siklus adalah sebagai
berikut: (a) Rata-rata hasil belajar adalah
65,00; (b) Persentase ketuntasan individual
(> 70) sebesar 38,89%. Setelah diobservasi
lebih lanjut, ternyata siswa cenderung
mengalami kejenuhan yang ditunjukkan
dengan adanya respon siswa yang rendah
dalam pembelajaran. Ada indikasi munculnya kejenuhan selama pembelajaran ini diantaranya dikarenakan strategi pembelajaran
yang monoton sehingga siswa mengalami
kejenuhan.
Pelaksanaan (Action)
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 3
dan 4 Oktober 2013. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: (a) Guru
menyampaikan salam pembukaan, kemudian
membimbing siswa untuk berdoa; (b) Guru
mendata kehadiran peseta didik sambil
memperhatikan peserta didik yang dipanggil
namanya; (c) Guru memberikan apersepsi
dengan bertanya nama-nama bilangan; (d)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran; (e)
Guru menyiapkan komponen permainan
berburu bola; (f) Guru menjelaskan peraturan
permainan berburu bola; (g) Guru memberikan contoh cara bermain; (h) Guru
menunjuk tiga orang siswa untuk bermain; (i)
Guru memasukkan kartu bilangan pada
kotak; (j) Siswa berlari mengambil bola yang
sesuai dengan kartu bilangan; (k) Guru
memberikan reward kepada siswa yang
dapat menyeleseikan permainan dengan
baik; (l) Guru mengajak siswa kembali ke
kelas; (m) Guru membagikan soal; (n) Guru
menyampaikan ucapan terima kasih dan
mengingatkan anak untuk rajin belajar di
rumah; (o) Guru menyampaikan salam
penutup.
Pengamatan (Observation)
Aktifitas guru dalam pembelajaran
pada putaran pertama adalah cukup baik
dalam hal memberi motifasi, melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan SKH, memantau
kemajuan siswa, melaksanakan tindak lanjut.
Siklus I
Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan
terdiri dari: (a) Menyusun rubrik pedoman
penilaian; (b) Menyusun lembar pengamatan
kegiatan; (c) Menyusun lembar daftar nilai;
177
178
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
Deskripsi Data Siklus I
Diskripsi hasil pembelajaran tindakan
I adalah diskripsi hasil observasi pembelajaran dan hasil tes siswa berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer
ditemukan beberapa hal diantaranya: (a) Guru menguasai permainan, sehingga menarik
perhatian siswa; (b) Siswa sangat senang
belajar di luar kelas meskipun sangat gaduh;
(c) Guru tidak bisa menjangkau semua siswa
ketika belajar di luar (Rata-rata hasil belajar
adalah 73,89; Siswa yang mendapat nilai >
70 berjumlah 14; Persentase ketuntasan
individual (> 70) sebesar 77,78 %).
Sesuai dengan indikator kinerjanya
bahwa 85% siswa telah mengalami ketuntasan klasikal, maka pelaksanaan siklus I
yang baru mencapai ketuntasan 77,78%
(belum berhasil), sehingga perlu dilakukan
siklus II.
Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi prestasi
belajar dapat diketahui belum tercapainya
ketuntasan belajar, karena ketuntasan yang
tercapai hanya 77,78%. Kegagalan Siklus I
disebabkan beberapa hal, sebagai berikut: (a)
Siswa kesulitan mencari letak bola, karena
letaknya tersembunyi; (b) Siswa masih
belum paham aturan permainan; (c) Tidak
semua siswa bisa terjangkau oleh guru.
Berdasarkan temuan lapangan tersebut di
atas maka peneliti melakukan perbaikan
kegiatan dalam siklus II, antara lain sebagai
berikut: (a) Guru meletakkan bola dalam satu
tempat yang terlihat oleh siswa; (b) Siswa
menjelaskan kembali aturan permainan; (c)
Guru meminta bantuan guru lain untuk
mendampingi saat permainan; (d) Guru akan
memberikan kesempatan pada semua siswa
untuk bermain berburu bola.
Siklus II
Perencanaan (Planning)
Berdasarkan hasil tindakan yang
dilakukan pada putaran pertama yang dijelaskan diatas, maka peneliti dan kolaborator
merumuskan rencana tindakan untuk putaran
kedua yaitu dengan perubahan sebagai
berikut ini: (a) Guru lebih mengoptimalkan
pembelajaran ini; (b) Mengoptimalkan alokasi waktu dalam pembelajaran.
Pelaksanaan (Action)
Siklus II dilaksanakan pada tanggal
10 dan 11 Oktober 2013. Langkah-langkah
pembelajarannya adalah sebagai berikut: (a)
Guru menyampaikan salam pembukaan, kemudian membimbing siswa untuk berdoa; (b)
Guru mendata kehadiran peseta didik sambil
memperhatikan peserta didik yang dipanggil
namanya; (c) Guru memberikan apersepsi
dengan bertanya nama-nama bilangan; (d)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran; (e)
Guru menyiapkan komponen permainan
berburu bola; (f) Guru menjelaskan peraturan
permainan berburu bola; (g) Guru
memberikan contoh cara bermain; (h) Guru
menunjuk tiga orang siswa untuk bermain; (i)
Guru memasukkan kartu bilangan pada
kotak; (j) Siswa berlari mengambil bola yang
sesuai dengan kartu bilangan; (k) Guru
memberikan reward kepada siswa yang
dapat menyeleseikan permainan dengan
baik; (l) Guru mengajak siswa kembali ke
kelas; (m) Guru membagikan soal; (n) Guru
menyampaikan ucapan terima kasih dan
mengingatkan anak untuk rajin belajar di
rumah; (o) Guru menyampaikan salam
penutup.
Pengamatan (Observation)
Pada putaran kedua ini pembelajaran
sudah terlaksana dengan baik, guru sudah
Tri Astuti, Penerapan Permainan Berburu Bola Meningkatkan...
179
optimal dalam mengelola pembelajaran dan
juga pengalokasian waktu sudah sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH). Demikian juga respon dan keberanian siswa juga meningkat. Siswa menjadi aktif, antusias,
senang dalam pembelajaran ini melalui permainan berburu bola untuk pemahaman konsep mengenal bilangan. Dari hasil pengamatan aktifitas guru adalah bahwa aktifitas guru dalam pembelajaran sudah optimal hal ini dapat dibuktikan dengan skor
yang diperoleh siswa meningkat.
serangkaian pembelajaran tindakan II ditemukan beberapa hal sebagai berikut: (a) Guru
telah berupaya memperbaiki kelemahankelemahan yang terjadi pada siklus pertama;
(b) Suasana belajar lebih interaktif, siswa
terihat lebih antusias dalam mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru; (c) Interaktif
yang terjadi multi arah, tidak hanya guru
dengan siswa, tetapi juga antara siswa
dengan siswa; (d) Kemampuan guru dalam
mengimplementasikan permainan berburu
bola dengan baik.
Diskripsi Data Siklus II
Diskripsi hasil pembelajaran tindakan
II adalah hasil observasi yang dilakukan oleh
observer dan hasil tes siswa. Dari diskripsi
tersebut ditemukan hal-hal sebagai berikut:
(a) Suasana proses belajar mengajar semakin
interaktif.
Siswa
terlihat
menikmati
permainan; (b) Interaksi yang terjadi hampir
multi arah yang merupakan interaksi optimal
dalam proses belajar mengajar; (c) Sebagian
besar siswa terlihat aktif (Rata-rata hasil
belajar siswa adalah 82,22; Siswa yang
mendapat nilai > 70 berjumlah 25; Persentase
ketuntasan individual (> 70) sebesar
92,56%). Sesuai dengan indikator kinerjanya
bahwa 85% siswa telah mengalami ketuntasan individual, maka pelaksanaan siklus II
yang baru mencapai ketuntasan 92,59%
(berhasil), sehingga tidak perlu dilanjutkan
pada siklus III.
Pembahasan
Implementasi strategi pembelajaran
Permainan berburu bola yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar siswa Kelompok A TK Dharma Wanita 1 Jatiprahu
Tahun Pelajaran 2013/2014 Semester 1,
ternyata lebih efektif dalam meningkatkan
dan menumbuhkan aktivitas, motivasi dan
prestasi belajar siswa. Beberapa alasan penggunaan strategi pembelajaran Permainan
berburu bola dalam kegiatan belajar agar
didapat hasil belajar yang efektif, maka
pengajaran dengan pendekatan
Berkaitan dengan usaha meningkatkan hasil belajar, belajar akan lebih mudah
dan dapat dirasakan bila belajar tersebut
mengetahui hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti perubahan-perubahan yang terjadi
pada individu, maka perubahan-peribahan itu
harus dapat diamati dan dinilai. Hasil dari
pengamatan dan penilaian inilah umumnya
diwujudkan dalam bentuk prestasi belajar.
Dalam penelitian tindakan ini, yang
dimaksudkan dengan prestasi belajar adalah
hasil belajar yang dicapai dalam bentuk
angka atau nilai pada Bidang Pengembangan
Kognitif siswa. Semakin tinggi nilai yang
dihasilkan, maka semakin baik prestasi
belajar yang di dapatkan. Hal ini dapat dilihat
Analisis dan Refleksi
Berdasarkan diskripsi hasil tindakan
II maka dapat dipaparkan analisis sebagai
berikut: (1) Pembelajaran pada tindakan II
difokuskan agar siswa memahami konsep
bilangan melalui permainan berburu bola; (2)
Berdasarkan observasi dari observer dan
179
180
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
dari persentase ketuntasan belajar siswa
mulai dari sebelum diberi tindakan yaitu
38,89%, pada siklus I menjadi 77,78% dan
pada akhir siklus II dengan persentase
ketuntasan belajar sebesar 88,89%. Rata-rata
hasil belajar pun mengalami peningkatan,
mulai dari sebelum diberi tindakan yaitu
65,00 pada siklus I menjadi 73,89 dan pada
akhir siklus II sebesar 82,22 Untuk
mengetahui efektifitas penerapan permainan
berburu bola terhadap peningkatan prestasi
belajar siswa dapat dilihat dari Gambar 1.
Melakukan inovasi dalam menggunakan strategi belajar merupakan syarat mutlak
yang harus dilakukan oleh guru. Strategi
pembelajaran Permainan berburu bola adalah
sebagian dari strategi yang ditawarkan dalam
proses belajar mengajar untuk meningkatkan
kemampuan mengenal konsep bilangan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan kegiatan penelitian tindakan yang telah dilakukan
oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa
Permainan berburu bola dapat meningkatkan
NILAI RATA-RATA,
SEB. SIKLUS,
65.00
kemampuan mengenal konsep bilangan
dengan persentase ketuntasan belajar siswa
mulai dari sebelum diberi tindakan yaitu
38,89%, pada siklus I menjadi 77,78% dan
pada akhir siklus II dengan persentase
ketuntasan belajar sebesar 88,89 %. Rata-rata
hasil belajar pun mengalami peningkatan,
mulai dari sebelum diberi tindakan yaitu
65,00 pada siklus I menjadi 73,89 dan pada
akhir siklus II sebesar 82,22
Saran
Kepada guru mengajarkan konsep bilangan, hendaknya selalu mempunyai kreativitas dalam menggunakan strategi belajar
yang diberikan kepada siswa, dan strategi
pembelajaran Permainan berburu bola bukan
satu-satunya strategi yang harus digunakan
dalam proses belajar mengajar. Artinya guru
perlu mengembangkan strategi belajar dengan teknik lain agar proses belajar siswa lebih variatif. Dengan peningkatan aktivitas
siswa dalam kegiatan belajar, maka diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar secara
optimal.
KETUNTASAN ,
NILAI RATA-RATA,
SIKLUS I, 77.78
SIKLUS I, 73.89
NILAI RATA-RATA,
KETUNTASAN ,
SIKLUS II,SIKLUS
82.22 II, 88.89
KETUNTASAN ,
SEB. SIKLUS,
38.89
Gambar 1 Perkembangan Prestasi Belajar Siswa
NILAI RATA-RATA
KETUNTASAN
Tri Astuti, Penerapan Permainan Berburu Bola Meningkatkan...
181
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Tarsito.
Lestari KW. 2011. Konsep Matematika
Untuk Anak Usia Dini. Jakarta:
Kementrian Pendidikan Nasional
Delphie, Bandi. 2009. Pendidikan Anak
Autistik. Sleman: KTSP.
Ruseffendi, E.T, dkk. (1992), Pendidikan Matematika
3, Jakarta : Depdikbud. Burns dan Lorton
(Sudono: 2000:
Delphie, Bandi. 2009. Pembelajaran Anak
Berkebutuhan Khusus dalam Setting
Pendidikan Inklusi. Sleman: KTSP.
Soetjiningsih. 1995 . Tumbuh
Anak. Jakarta: EGC.
Fatimah 2009. Matematika Asik dengan
Metode Pemodelan. Bandung: Tarsito
Kembang
Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakata;
Depdiknas.
Fatimah. 2009. Peningkatan Kemampuan
mengenal bilangan pada anak usia
dini. Bandung: Tarsito
Sudaryanti. 2006. Pengenalan Matematika
Anak
Usia
Dini.
Yogyakarta:
Universitas Yogyakarta.
Harjanto, Bob. 2011. Agar Anak Tidak
Takut
Matematika.
Yogyakarta:
Manika Book
Tajudin, T. 2008. Pembelajaran Mengenal Bilangan 1-10 Melalui Investasi
Bermain Tata Angka PLB. Skripsi
tidak diterbitkan. Bandung: PLB UPI.
Hurlock, E.B. (1999).Psikologi Perkembangan: Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Zaviera, Ferdinand. (2008). Mengenali Dan
Memahami Tumbuh Kembang Anak.
Yogyakarta: KATAHATI
181
Download