53 PERBEDAAN MENGENALI DIRI SENDIRI DI KALANGAN MAHASISWA Musaheri (Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumenep) Abstrak Dalam dunia pendidikan persekolahan, mengenal diri sendiri secara wajar merupakan modal dasar yang sangat berharga untuk pencapaian prestasi. Sebab, mengenal diri sendiri merupakan perilaku yang merefleksikan perasaan menerima diri sendiri, yang dapat berimplikasi pada diri dengan mampu berbuat dan mandiri, bertanggung jawab, serta mampu mengatasi perasaan negatif dan positif. Mahasiswa sebagai komponen penting dalam dunia pendidikan tinggi perlu sekali dipupuk untuk mengenal diri sendiri, sehingga kepercayaan terhadap kemampuan diri mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan dinamika yang ada, dan dapat mengantarkannya pada pribadi yang bisa menyelesaikan berbagai persolana diri dengan baik. Dengan demikian, kemampuan dan prakarsa pribadi khususnya di kalangan mahasiswa merupakan salah satu landasan penting yang harus mendapatkan perhatian dan penanganan serius dalam mewujudkan pencapaian tujuan pendidikan. Kata Kunci: konsep diri, mengenal diri sendiri, mahasiswa Pendahuluan Tujuan pendidikan nasional; kaidah, moral dan etika ilmu pengetahuan; kepentingan masyarakat serta memperhatikan minat, kemampuan dan prakarsa pribadi dijadikan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi (PP RI Nomor 60 tahun 1999). Kemampuan dan prakarsa pribadi mahasiswa merupakan salah satu landasan penting yang harus mendapatkan perhatian dan penanganan serius dalam mewujudkan pencapaian tujuan pendidikan tinggi. Bagi lembaga pendidikan tinggi tenaga kependidikan yang salah satunya mencetak calon guru, pemahaman pribadi mahasiswa dalam rangka terbentuknya kemampuan dan prakarsa positif sebagai fondasi bagi terbentuknya guru profesional perlu dibangun (Suparno dkk, 2002). Menurut Smith, pengenalan diri yang dikenal dengan konsep diri adalah sangat bermakna bagi mahasiswa, karena dengan mengenal diri sendiri akan mengetahui kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Target, arah dan intensitas konsep diri sebagai wujud pengenalan terhadap diri sendiri tersebut bisa positif atau negatif, dan intensitasnya dapat dinyatakan dalam suatu daerah kontinu mulai dari yang rendah sampai yang tinggi. Namun demikian, konsep diri mahasiswa tetaplah penting untuk diketahui guna menentukan jenjang karier mahasiswa. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri mahasiswa dapat dipilih alternatif karier yang tepat bagi masa depannya. Selain itu, informasi konsep diri ini penting bagi institusi pendidikan untuk memotivasi belajar mahasiswa dengan tepat (Mardapi, 2004). Mengenal pada diri sendiri perlu sekali dipupuk sebagai salah satu persiapan rohani untuk berjuang di perguruan tinggi. Pengenalan diri sendiri dapat dipupuk dan dikembangkan selama belajar di perguruan tinggi. Persoalan berat yang muncul dan sering kali tak terduga, dapat diselesaikan dengan baik, berkat kemampuannya dalam mengenal dirinya sendiri. Kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri akan Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 54 PERBEDAAN MENGENALI DIRI SENDIRI tumbuh dan berkembang sesuai dengan dinamika yang ada, jika mahasiswa dapat mengenal dirinya sendiri dengan baik (The Liang Gie, 1985). Ternyata banyak bukti kuat memberikan keyakinan, bahwa mengenal diri sendiri perlu lebih dikembangkan pada peserta didik sejak usia dini. Dengan kemampuan mahasiswa mengenal dirinya sendiri mendasari keterampilan seorang mahasiswa di tengah masyarakat kelak sehingga akan membuat seluruh potensinya dapat berkembang dan dikembangkan secara lebih optimal. Hal ini diperkuat oleh pendapat Robert Coles (1997) dalam bukunya yang berjudul The Moral Intelligence of Children, bahwa di samping IQ (Intelligence Quotient) ada suatu jenis kecerdasan yang disebut sebagai kecerdasan moral yang juga memegang peranan sangat penting bagi kesuksesan seorang dalam hidupnya. Kecerdasan moral tersebut adalah mengenal dan menghargai dirinya sendiri maupun diri orang lain, memahami perasaan terdalam orang-orang di sekelilingnya, dan mengikuti aturanaturan yang berlaku, yang semuanya ini merupakan kunci keberhasilan bagi seorang peserta didik di masa depan (Sofyan, 2004). Dengan demikian, dapat disimpulkan betapa pentingnya mengenal dirinya sendiri sebagai salah satu ciri kecerdasan emosional itu dikembangkan pada diri peserta didik. Banyak dijumpai peserta didik yang begitu cerdas di sekolah, begitu cemerlang prestasi akademiknya, namun tidak mampu mengelola emosinya, seperti mudah marah, mudah putus asa, atau angkuh dan sombong, karena tidak mengenal dirinya sendiri sehingga prestasi tersebut tidak banyak bermanfaat untuk dirinya. Kecakapan mengenal diri sendiri merupakan kecakapan menghayati diri sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara, serta Jurnal Pelopor Pendidikan menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki; sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya (Depdiknas, 2002). Dengan demikian, mengenal diri sendiri merupakan bentuk penghargaan terhadap diri sendiri. Dalam dunia pendidikan persekolahan, mengenal diri sendiri secara wajar merupakan modal dasar yang sangat berharga. Coopersmith (1990) menjelaskan, bahwa mengenal diri sendiri secara tepat sangat penting dan menghargai diri sendiri untuk kepentingan pendidikan di sekolah memberi makna pada pencapaian prestasi. Sebagaimana diungkap Smith (1990): “peserta didik tidak dilahirkan dengan halhal baik atau buruk, pintar atau tidak pintar, dicintai atau tidak dicintai. Mereka mengembangkan gagasan dan perasaan mereka sendiri. Mereka membentuk kepribadiannya berdasar-kan orang-orang seperti orang tua, guru, teman sebaya; dan memperlakukan mereka dalam kehidupan mereka. Membentuk rasa mengenal diri sendiri bukanlah merupakan pilihan kedua dalam komponen dasar program-program sekolah, melainkan utama yang bertujuan untuk memotivasi tingkat belajar. Mengenal diri sendiri bukanlah sesuatu yang terpisah dari pencapaian tujuan sekolah. Membaca, matematika, dan sosial juga keahlian-keahlian fisik lainnya terkait erat dengan mengenal diri sendiri. Mengenal diri sendiri merupakan sesuatu yang sangat penting dan saling mempengaruhi”. Mengenal diri sendiri sebagaimana layaknya adalah kunci utama mencapai sukses dalam kehidupan. Perkembangan konsep diri yang positif dan menhargai diri sendiri secara objektif sangat penting bagi kebahagiaan dan keberhasilan remaja, terutama saat yang bersangkutan menempuh ilmu pada lembaga pendidikan. Musaheri Mengenal diri sendiri merupakan perilaku yang merefleksikan perasaan menerima diri sendiri. Dengan mengenal diri sendiri secara tepat, remaja yang sedang menempuh pendidikan mampu berbuat dan mandiri; memiliki tanggung jawab; bangga terhadap tugas-tugasnya; menghilangkan frustasi; mencoba dan senang tugas-tugas dan tantangan baru; mampu mengatasi perasaan negatif dan positif; serta dapat menawarkan bantuan pada orang lain sesuai dengan potensi yang dimilikinya (Branden, 1992). Tampaknya tidak sedikit mahasiswa yang tidak mampu memahami dirinya sendiri secara benar. Sikap gampang menyalahkan orang lain, egois, suka memaksakan ke-hendak, mudah putus asa, tidak memiliki pendirian tetap, dan pada gilirannya sering melakukan perselisihan antartemannya sendiri, merupakan bukti sebagai akibat kurangnya memahami dirinya sendiri. Karena itu, seperti yang dikemukakan Franken (1994), sejumlah besar hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri dengan mengenal dirinya sendiri adalah basis bagi semua motif perilaku. Konsep diri mengakibatkan munculnya pemahaman diri dan dapat menciptakan motivasi perilaku. Konsep diri tersebut berhubungan dengan orang yang memiliki rasa penghargaan diri yang baik. Jika seseorang memahami dirinya sendiri, tentu dapat memaksimalkan hasil prestasinya karena mengetahui apa yang dapat dan tidak dapat di lakukannya. Dengan demikian, penulis tertari untuk melakukan penelitian terkait dengan persoalan perbedaan mengenal diri sendiri di kalangan mahasiswa. Pengertian Mengenal Diri Sendiri Banyak literatur telah mendefinisikan konsep pengenalan diri sendiri. Dalam usahanya untuk mengetahui makna dan esensi pengertian mengenal diri sendiri, Mruk (1999) mendefinisikan mengenal diri sendiri atas gagasan-gagasan James pada tahun 1890 yang menyatakan bahwa mengenal diri sendiri merupakan sesuatu yang berhubungan dengan perasaan, orientasi kemampuan dan dinamika perkembangan sosial. James juga menyatakan bahwa mengenal diri sendiri merupakan sebuah pengenalan rasio kesuksesan dan keinginan, serta mengenal diri sendiri tersebut lebih ditentukan oleh sumbersumber luar. Definisi mengenal diri sendiri dapat diidentifikasi datang dari karya-karya white pada tahun 1963 yang mendefinisikan mengenal diri sendiri dalam sebuah konteks pengembangan. White, mengaitkan definisi mengenal diri sendiri pada: 1) pemahaman yang berkaitan dengan tugas-tugas kehidupan secara kompeten (menguasai), 2) munculnya kemampuan-kemampuan kognitif, dan 3) timbulnya perasaan diri sendiri atau identitas diri. Definisi-definisi white dikategorikan sebagai pengertian menghargai diri sendiri yang stabil, afektif dan tertuju pada orientasi kemampuan peserta didik (Mruk, 1999). Roserberg (1965) kemudian mengikuti karya White dengan sebuah pandangan lain terhadap pengertian mengenal diri sendiri. Mengenal diri sendiri merupakan perilaku positif atau negatif terhadap sebuah objek tertentu yang disebut diri sendiri. Seseorang merasa bahwa dirinya sangat berharga, menghargai diri sendiri seperti apa adanya, tetapi tidak menunjukkan rasa kekagumannya pada dirinya sendiri dan juga mengharapkan orang lain untuk tidak menunjukkan rasa kekaguman pada dirinya. Dua tahun setelah Rosenberg mengenalkan definisi mengenal diri sendiri, Coopersmith (1967) mengembangkan dengan gagasan-gagasan cemerlangnya. Berdasarkan pandangan Coopersmith Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 55 56 PERBEDAAN MENGENALI DIRI SENDIRI (1967), mengenal diri sendiri merupakan ekspresi yang mengindikasikan seseorang percaya bahwa dia adalah orang yang berarti, mampu melakukan sesuatu, berharga, sukses dan berguna. Branden (1978) mendefinisikan mengenal diri sendiri sebagai dua aspek yang saling berhubungan: 1) perasaan kemanjuran personal, 2) perasaan berharga/berarti. Definisi mengenal diri sendiri disebutkan Branden dengan menyatakan bahwa mengenal diri sendiri adalah a) kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi tantangan dasar dalam hidup ini, dan b) kepercayaan pada diri sendiri merupakan hak untuk sukses dan senang, perasaan menjadi orang yang berharga dan berguna, berhak mendapatkan sesuatu, dan berhak me-nyatakan keinginan dan kebutuhan, memperoleh sesuatu yang sangat berharga dan menikmati hasil dari kerja kerasnya. Ada banyak cara untuk mengenal diri sendiri. Di antaranya, konsep diri dipandang sebagai aspek kogntitif atau berpikir tentang diri sendiri (terkait dengan imej diri seseorang) serta biasanya berhubungan dengan keseluruhan sistem yang rumit, terorganisir, dan dinamis dari keyakinan, sikap yang telah dipelajari dan pikiran bahwa setiap orang memiliki kebenaran mengenai jati dirinya. Dengan demikian, mengenal diri sendiri adalah penghargaan terhadap diri sendiri yang sifatnya tidak menyombongkan atau membuai tentang keberadaan dirinya, tetapi memandang dan menilai keberadaan dirinya secara nyata dan bertanggung jawab dengan segala kekurangan dan kelebihan dirinya secara objektif disertai rasa untuk bertanggung jawab. Manfaat Mengenal Diri Sendiri Dengan mengenal diri sendiri, dapat berbuat secara meyakinkan dan mandiri; memiliki rasa tanggung jawab; bangga Jurnal Pelopor Pendidikan terhadap tugas-tugas yang dipercayakannya; menghilangkan frustasi; senang mencoba tugas-tugas dan tantangan baru; mengatasi perasaan negatif dan positif; mengetahui kelemahan dan kekurangan dirinya serta mampu menawarkan bantuan pada orang lain. Menurut Franken (1994), ada sejumlah besar penelitian yang menunjukkan bahwa mengenal diri sendiri adalah basis bagi semua motif perilaku. Konsep diri mengakibatkan munculnya diri, dan yang menciptakan motivasi perilaku. Dengan konsep diri yang tepat memberi kemungkinan dalam mengembangkan visi; dan merupakan salah satu isu utama yang ada pada kalangan pelajar sekarang dalam meraih masa depannya (Huitt, 2004). Franken (1994) menegaskan, bahwa orang yang memiliki rasa penghargaan diri dengan mengenal dirinya secara baik dapat memaksimalkan hasil kerjanya karena mereka tahu apa yang dapat dan tidak dapat mereka lakukan. Konsep diri dalam bentuk memberikan penghargaan pada diri sendiri melalui proses pengambilan tindakan dan kemudian merefleksikan pada apa yang telah dilakukan dan apa yang telah orang katakan mengenai apa yang telah dilakukan. Me-refleksikan pada apa yang telah dilakukan dan dapat melakukan perbandingan dengan dugaan atau harapan serta harapan orang lain dan dengan karakteristik serta prestasi orang lain merupakan prasyarat pemahaman terhadap diri sendiri (Brigham, 1986; James, 1890). Mengenal diri diri sendiri sama dengan Kesuksesan/Keinginan. Meningkatnya penghargaan terhadap diri sendiri akan membawa hasil jika kesuksesan diperbarui secara relatif menurut keinginan. Bandura (1997) menyatakan bahwa kemanjuran diri seseorang adalah salah satu prediksi terbaik tentang prestasi yang sukses. la juga menyatakan bahwa pengalaman keunggulan Musaheri seseorang yang berhubungan dengan kesuksesan adalah pengaruh utama pada kemanjuran diri seseorang. Karena kemanjur-an diri sama sama dibuat atau dibentuk oleh refleksi kesadaran seseorang, maka akan tampak bahwa para pendidik dan orangtua seharusnya memberikan pengalaman yang dapat dikuasai oleh para murid, daripada berusaha langsung menaikkan rasa percaya diri dengan cara yang lainnya. Mengenal diri sendiri adalah penting karena dapat membantu untuk menumbuhkan rasa yakin dan bangga terhadap dirinya sendiri dan apa yang dapat dilakukan. Mengenal diri sendiri dapat membangun keberanian untuk mencoba hal baru dan kekuatan untuk percaya pada dirinya sendiri. Dengan mengenal diri dapat menghargai dirinya sendiri, bahkan jika dilakukan kesalahan sekalipun. Jika menghargai dirinya sendiri, maka orang akan mengharga juga. Memiliki pengenalan diri yang baik juga merupakan tiket untuk membuat pilihan yang bagus mengenai tubuh dan pikiran seseorang. Jika dianggap penting dan memiliki penghargaan diri yang baik, maka cukup pintar untuk membuat keputusan sendiri. Terbangun dalam menghargai keamananmu, perasaanmu, kesehatanmu – keseluruhan hal tentang dirimu sendiri. Di lain pihak, tingginya keyakinan diri sendiri terdiri atas pikiran dan perasaan positif yang dimiliki tentang dirinya sendiri. Lagi pula, hal tersebut mempengaruhi pikiran, tindakan, dan perasaan seseorang tentang orang lain. Perolehan keyakinan diri yang tinggi bisa membuat menjadi orang seperti yang diinginkan, serta lebih bisa memahami dan menikmati perbedaan orang lain, dan lebih menawarkan dirinya sendiri kepada lingkungannya. Ia lebih terbuka dan tidak memunculkan nilai-nilai egoisme dalam dirinya, dan lebih bisa menerima perbedaan sebagai rahmatal lil alamin. Upaya Mengenal Diri Sendiri Mengenal diri sendiri adalah aspek diri dan berhubungan dengan merasakan atau menilai diri sendiri (penghargaan pada diri sendiri). Konsep diri dapat juga berkaitan dengan ide umum mengenai bagaimana memiliki diri sendiri. Dalam konsep diri yang melahirkan pemahaman dan penghargaan pada diri sendiri bukanlah pembawaan lahir, tapi dikembangkan atau dibentuk oleh individu melalui interaksi dengan lingkungannya dan terefleksi dalam interaksi tersebut. Aspek konsep diri yang dinamis ini (dan, dengan akibat wajar, rasa percaya diri) adalah penting karena menunjukkan bahwa hal itu dapat dimodifikasi atau diubah. Franken (1994) menyatakan bahwa adalah mungkin untuk merubah konsep diri. Perubahan diri bukanlah sesuatu yang dapat orang inginkan tapi lebih bergantung pada proses refleksi diri. Melalui refleksi diri, orang akhirnya sering memandang dirinya sendiri dengan cara yang baru dan lebih kuat, dan melalui cara yang baru dan lebih kuat inilah orang memiliki kemungkinan untuk dapat mengembangkan dirinya. Dengan mengembangkan dirinya, maka terhadap pengenalan dirinya akan semakin mantap. Dalam membangun pengenalan diri, dibutuhkan keyakinan diri yang tinggi, yang menjadikan merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Beberapa strategi untuk meningkatkan keyakinan diri tersebut dengan mengenali dan menerima kekuatan dan kelemahannya dan tidak ada seorang pun yang sempurna. Belajar untuk menjadi sahabat bagi diri sendiri; serta mengatur tujuan secara realistis dan kemudian berbangga atas prestasi yang dicapai. Mengenal diri sendiri dapat terbangun melalui pemberian perhatian pada pikiran dan perasaan, dan bertindak menurut apa yang dianggap benar; menjauhi untuk Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 57 58 PERBEDAAN MENGENALI DIRI SENDIRI menjadi orang lain, melainkan berbangga pada diri sendiri serta melakukan eksplorasi terhadap bakat bakat yang dimiliki dan belajar untuk mencintai dan menghargai suatu keunikan yang ada pada dirinya (Burns, 1993). Perbedaan Mengenal diri Sendiri di Kalangan Mahasiswa Karakter seseorang yang salah satunya berupa konsep diri dengan mengenal diri sendiri tumbuh dan berkembang oleh sejumlah faktor. Tidak hanya dari tempat tinggal, tempat sekolah, teman bergaul, tempat bekerja ataupun tempat tempat yang sering dikunjunginya; tetapi juga tempat tempat yang tidak ia kunjungi; termasuk di dalamnya pengaruh latar belakang pendidikan dan jurusan. Terdapat beberapa komponen berbeda tentang konsep diri: fisik, akademis, sosial, dan antar pribadi (transpersonal). Aspek fisik dari konsep diri berhubungan dengan sesuatu yang konkret: seperti jenis kelamin, tinggi, berat badan, pakaian, kendaraan apa yang kita kemudikan, rumah tempat tinggal dst. Konsep diri akademik berhubungan dengan seberapa baik prestasi di sekolah atau se-berapa baik belajar. Ada dua konsep diri. Pertama, akademik umum tentang seberapa bagus secara keseluruhan dan spesifik menguraikan seberapa bagus dalam bidang matematika, ilmu pengetahuan, seni bahasa, ilmu pengetahuan sosial, dll. Kedua, konsep diri sosial menguraikan bagaimana berhubungan dengan orang lain dan konsep antar­pribadi menguraikan hubungan dengan hal hal yang gaib atau supranatural. (Marsh, 1992) menunjukkan bahwa hubungan konsep diri seseorang dengan prestasi sekolah adalah sangat spesifik. Konsep diri umum dan aspek non­akademik konsep diri tidaklah berhubungan dengan pekerjaan akademik; ukuran prestasi Jurnal Pelopor Pendidikan akademik umum cukup berhubungan dengan keberhasilan akademis. Ukuran spesifik konsep diri subyek yang terkait sangat ber-hubungan dengan keberhasilan dalam area muatan tersebut. Dengan menggunakan analisa diskriminan linear, Byrne (1990) menunjukkan bahwa konsep diri akademik lebih efektif daripada prestasi akademik dalam perbedaan antara mahasiswa yang lamban dan yang cepat. Hamachek (1995) juga menyatakan bahwa konsep diri dan prestasi akademik adalah berhubungan. Hal yang utama adalah arah dari hubungan konsep diri dengan prestasi. Gagne dan Berliner (1992) menyatakan bahwa tingkat keberhasilan di kampus, terutama selama bertahun tahun, dapat memprediksi tingkat pengenalan pada diri sendiri dan kemampuan yang dimiliki seseorang (Bridgeman & Shipman, 1978; Kifer, 1975). Sedangkan tingkat konsep diri tidak meramalkan tingkat prestasi di sekolah. Implikasinya adalah bahwa para dosen perlu berkonsentrasi pada keberhasilan dan kegagalan akademik murid­-murid mereka. Melalui kisah keberhasilan dan kegagalan muridlah yang dapat memberikan informasi kepada mereka yang diperlukan untuk menilai diri mereka sendiri. Jika prestasi akademik mengakibatkan konsep diri/rasa percaya diri, tapi konsep diri merupakan prediktor yang lebih baik mengenai murid yang belajamya lamban dan cepat, maka akan kelihatan bahwa ada beberapa variabel yang ikut ambil bagian. James (1890) menyatakan bahwa variabel yang turut campur adalah harapan pribadi. Persamaan ini menyatakan bahwa kesuksesan, khususnya batas kesuksesan seseorang, dapat diperbaiki dengan meningkatkan keinginan dan/atau rasa menghargai diri sendiri. Akan tetapi, seperti yang dikatakan oleh Gagne dan Berliner (1992), penelitian tentang hubungan antara konsep Musaheri diri dan prestasi sekolah menganjur-kan bahwa ukuran konsep diri umum ataupun bahkan akademik tidaklah berhubungan secara signifikan dengan prestasi sekolah. Pada tingkat subyek yang sangat spesifik (contoh, membaca, matematika, ilmu pengetahuan) bahwa ada hubungan antara konsep diri/pengenalan terhadap diri dan keberhasilan akademik. Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan tertentu dalam konsep diri seseorang (pengenalan diri sendiri seseorang) atau bahkan rasa percaya diri (evaluasi subyektif seseorang mengenai nilai atau kebaikannya), tempat yang bersangkutan menekuni ilmu; dan juga dapat mempengaruhi harapan seseorang tentang keberhasilan di masa mendatang berdasarkan pengalamannya.[] Paul J. Centi, Mengapa Rendah Diri, Yogyakarta: Kanisius, 1993. R.B. Burns, Konsep Diri, Jakarta: Arcan, 1993. Suparno dkk., Reformasi Pendidikan; Sebuah Rekomendasasi, Yogyakarta: Kanisius, 2002. The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien, Yogyakarta: Pusat Kemajuan Studi (Center for Study Progress), 1988. Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, Jakarta: Puspa Swara, 2002. Daftar Pustaka: Bambang Hartono, Melatih Anak Percaya Diri, Jakarta: Gunung Mulia, 1997. D. Singgih Gunarsah, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Jakarta. PT. BPK gunung mulia, 1997. DJ Schwarts, Berpikir dan Berjiwa Besar, Jakarta: Gunung Jati, 1978. E.B. Hurlock, Adolence Development, Tokyo: Mc Graw Hill Kogakusha, 1976. Gael Linden Field, Mendidik Anak Agar Percaya Diri, Jakarta: Arcan, 1997. Hermiyanto Sofyan, Pedoman Khusus Penelusuran Potensi Siswa, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2004. Nathaniel Branden, The Power Of Self Esteem Health Communications, 1992. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Volume 3, Nomor 1, Januari 2012 59 60 PERBEDAAN MENGENALI DIRI SENDIRI Mengenal diri sendiri sebagaimana layaknya adalah kunci utama mencapai sukses dalam kehidupan. Jurnal Pelopor Pendidikan