Siaran Pers Untuk disiarkan segera DJARUM APRESIASI BUDAYA MEMPERSEMBAHKAN “THE LEGENDARY JOURNEY” SEBUAH KARYA ANAK BANGSA UNTUK 50 TAHUN HOTEL INDONESIA Jakarta, 19 September 2012 – Dalam memperingati 50 tahun perjalanan Hotel Indonesia, Djarum Apresiasi Budaya, dalam konsistensinya untuk melestarikan warisan kebudayaan Indonesia salah satunya bangunan cagar budaya, mempersembahkan sebuah pertunjukan musikal karya Garin Nugroho yang berjudul “The Legendary Journey” hari Rabu, 19 September 2012 di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempinski. “Dukungan terhadap 50 tahun Hotel Indonesia merupakan bukti keseriusan kami dalam upaya pelestarian kebudayaan asli dan warisan Indonesia. Hotel Indonesia merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah Indonesia. Bangunannya pun sudah ditetapkan sebagai cagar budaya yang tentunya harus dijaga dengan baik. Kami ingin masyarakat tidak lupa akan keberadaan hotel pertama yang merepresentasikan kebudayaan dan karakter bangsa Indonesia ini,” ujar Renitasari, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation. “The Legendary Journey” merupakan pertunjukan karya sutradara ternama di Indonesia, Garin Nugroho, yang menggabungkan orkestra, musikal tari, lagu dan visual yang menceritakan perjalanan Hotel Indonesia selama 50 tahun dan memberi memori kebangsaan karena Hotel Indonesia merupakan bagian dari sejarah Indonesia itu sendiri. Perjalanan ini dikisahkan lewat tokoh door man (yang diperankan Aryo Wahab) dan kekasihnya (diperankan oleh Widi B3), kedua tokoh anak muda ini membawa kisah-kisah seputar Hotel Indonesia yang menjadi pintu gerbang Indonesia ke dunia sekaligus mempertemukan kebangsaan, bisnis, gaya hidup. Kedua anak muda ini juga memberi kesaksian bahwa Hotel Indonesia adalah bagian dari sejarah ke Ibukota Jakarta untuk menjadi ikon dunia. “Saya sangat senang sekali saat ditawarkan untuk menggarap pertunjukan ini. Hotel Indonesia bagi saya merupakan hotel yang bersejarah bagi Indonesia dan sangat mencerminkan kebudayaan Indonesia. Rasa nasionalisme saya mengatakan harus mengambil kesempatan ini untuk memberikan apa yang saya mampu untuk melestarikan warisan bangsa,” ujar Garin Nugroho, sang sutradara. Lagu dan musik merupakan elemen yang terpenting yang harus dapat mewakili inti dari cerita dan pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah pertunjukan seperti yang akan dihadirkan di 50 tahun Hotel Indonesia ini. Garin Nugroho membagi lagu dan musikalitas dari pertunjukannya ke dalam 4 (empat) era, yakni : era 60-an yang menceritakan Jakarta tempo dulu dan pembangunan Hotel Indonesia, era 70-80-an yang menggambarkan Hotel Indonesia sebagai pintu gerbang dunia dan globalisasi Indonesia, era 90-an yang merupakan era kemunduran Hotel Indonesia, dan era 2000-an yang menjelaskan mengenai kebangkitan Hotel Indonesia hingga kini. Pertunjukan yang melibatkan sekitar 350 crew ini dibagi menjadi 5 (lima) bagian cerita. Bagian pertama dibuka dengan lagu ‘Nasi Goreng’ dari penyanyi tahun 1960-an, Tante Liem, dipadu narasi gaya keroncong The Legendary Journey ǀ 50 tahun Hotel Indonesia Page 1 lama yang mengucapkan selamat datang dan membuka cerita tentang Jakarta. Pada bagian ini, sangat ditonjolkan lagu-lagu lama yang menggambarkan kota Jakarta dan Indonesia, seperti Binaria , Bis Sekolah, Nonton Bioskop, dan Si Jago Mogok lengkap dengan suasana lalu lintas Jakarta lengkap dengan becak, oplet, dan serta diakhiri orang nonton di bioskop. Koreografi tersebut didukung oleh layar besar yang memperlihatkan suasana Jakarta pada masa itu lewat stock-shot film lama. Bagian kedua lebih menceritakan pembukaan Hotel Indonesia sebagai pintu gerbang Indonesia di kancah internasional dan kisah dimulainya door man bekerja di Hotel Indoensia. Door man merupakan lini depan dari sebuah hotel yang mencerminkan karakter hotel itu sendiri. Para penonton akan disuguhkan narasi yang bercerita tentang generasi muda dan harapan Indonesia diiringi oleh lagu ‘Gambang Kromong’ dengan gaya khas Alm. Benyamin dan Ida Royani di tahun 1960-an. Di bagian ini lagu Payung Fantasi dinyanyikan sebagai simbol impian sambil mengiringi door man mengajak penonton kembali ke 50 tahun lalu lewat koreografi yang menggambarkan pembangunan Hotel Indonesia. Kebesaran Hotel Indonesia ditunjukan oleh visualisasi foto-foto dan koreorafi yang mewakili tamu-tamu yang datang pada saat pembukaan Hotel Indonesia. Lagu ‘Sapu Tangan’ juga dinyanyikan untuk menceritakan keramahan door man Hotel Indonesia yang akhirnya mendapat hadiah sapu tangan dari tamu karena kesan baik dari pelayanannya. Selanjutnya di bagian ketiga, Garin mengajak para penonton untuk mengenang kembali para tokoh-tokoh yang pernah mengisi 50 tahun perjalanan Hotel Indonesia serta gaya hidup yang menjadi tres saat itu. Penyanyi Indonesia senior yang legendaris, Bob Tutupoly, mulai muncul di bagian ini dengan menyanyikan lagu ‘Unforgettable’. Gaya hidup dan fashion era 70-an sangat kental ditonjolkan dalam lagu ‘Dansa Yok Dansa’ yang mengiringi Bob Tutupoply mengajak beberapa public figure yang hadir seperti Rima Melati, Widyawati, dan sebagainya untuk menyanyi dan berdansa bersama. Bubur ayam juga termasuk ke dalam ciri khas yang sangat dikenal dari Hotel Indonesia. Narator kemudian mengajak para penonton memasuki dapur Hotel Indonesia dengan koreografi ala ‘Kitchen Musical’ untuk mengenang bubur ayam legendaris dan suasana café pada masa itu. Bagian keempat dari pertunjukan ini memasuki salah satu babak perjalanan yang tidak menyenangkan, yaitu ketika pamor Hotel Indonesia mulai menurun. Situasi tersebut digambarkan secara visual dengan siluet Hotel Indonesia yang menjadi gelap, dan diikuti kesedihan door man dan warga Jakarta. Muncul lah lagu ‘Lilin-Lilin Kecil’ yang dibawakan oleh Once yang menjadi simbol dari harapan ketika Hotel Indonesia mulai dibangun kembali. Eka Deli dan Once kemudian berduet menyanyikan lagu ‘Badai Pasti Berlalu’ yang mempresentasikan hadirnya kembali Hotel Indonesia dengan konsep yang baru dan segar di tengah tata kota Jakarta yang tentunya memberi harapan baru. Door man mulai berdandan lagi untuk menyambut tamu-tamu baru sebagai gambaran masa itu. Bagian terakhir merupakan representasi dari era baru bagi Hotel Indonesia. Sang door man melalui lagu ‘Bumi Indonesia’ menunjukan semangat untuk membangun Hotel. Lagu ‘Belaian Sayang’ yang menggabungkan masa lampau dan kini juga menceritakan harapan dan cita-cita dengan munculnya generasi baru yang membawa Hotel Indonesia kepada kejayaannya. The Legendary Journey ǀ 50 tahun Hotel Indonesia Page 2 Garin menutup pertunjukan ini dengan lagu ‘Indonesia Pusaka’ dan ucapan terima kasih serta Penghargaan kepada orang-orang yang memiliki peran dalam 50 tahun perjalanan Hotel Indonesia sambil mengakhirinya dengan salam khas door man. Pertunjukan yang dibintangi oleh beberapa artis senior yang memiliki kenangan tersendiri dengan Hotel Indonesia seperti Bob Tutupoli dan Titiek Puspa yang berkolaborasi dengan artis muda seperti Aryo Wahab, Once, B-Three, dan Eka Deli ini tertutup untuk umum dan hanya akan dihadiri oleh para undangan yang terdiri dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kedutaan dari berbagai Negara, pemimpin redaksi dari beberapa media massa, public figure senior maupun yang selebriti muda, pengusaha dan kolega lainnya. Dengan pertunjukan ini, Djarum Apresiasi Budaya telah berhasil mengembalikan ingatan masyarakat terhadap keberadaan Hotel Indonesia sebagai representasi dari kebudayaan dan bagian dari sejarah Indonesia yang tidak boleh dilupakan. Djarum Apresiasi Budaya melalui pertunjukan yang dikemas dengan sangat apik oleh Garin Nugroho dan tim nya mampu mengapresiasi unsur-unsur penting dalam sejarah perjalanan Hotel Indonesia. Tim kreatif dan para pengisi acara ”The Legendary Journey”: Bob Tutupoly Music director : Onni Krisnerwinto Titiek Puspa Artistic art director : Onni Koesdarman Aning Katamsi Sound designer : Donny Hardono Aryo Wahab Lighting designer : Maruli Hutabarat B3 Stage manager : Bayu Darmawan Once Production manager : Rina Damayanti Eka Deli Traffic Manager : Poetry Aditya Sahita Koreografer : Andara Molis Onnie and friends orkestra Konsultan penata kostum : Ghea S. Pangabean Paragita Choir Penata make-up dan rambut : Tim Sariayu Martha Tilaar Executive produser : Renitasari Sutradara : Garin Nugroho Sekilas tentang Djarum Apresiasi Budaya Sejak tahun 1992, Djarum Foundation melalui program Djarum Apresiasi Budaya mulai mengembangkan bentuk-bentuk kepedulian terhadap hasil budaya bangsa, sebagai bentuk konsistensi untuk turut serta membangun Negeri Indonesia yang bukan saja kuat secara ekonominya, tapi juga menjaga kelestarian dan kekayaan budaya demi terwujudnya Indonesia di masa depan yang lebih baik dan bermartabat. Djarum Apresiasi Budaya mempunyai misi meningkatkan kecintaan dan apresiasi masyarakat terhadap kekayaan budaya Indonesia, mendukung insan kreatif untuk terus berkarya, menggali potensi, mengembangkan dan melestarikan keindahan, serta keragaman budaya Indonesia. Djarum Apresiasi Budaya telah mendukung lebih dari 1.000 kegiatan budaya dan telah menjalin kerjasama dengan para budayawan, seniman, dan kelompok kesenian dalam mengaktualisasikan gagasan kreatifnya. Sejak tahun 2011, Djarum Apresiasi Budaya mulai menggiatkan dan fokus mendukung berbagai program The Legendary Journey ǀ 50 tahun Hotel Indonesia Page 3 seni pertunjukan Indonesia. Berbagai karya telah dihadirkan dan mendapatkan apresiasi yang sangat besar dari masyarakat, antara lain: Teater Koma “Sie Jin Kwie”, ‘Jakarta Love Riots’, Ali Topan The Musical, Sangkala 9/10, Beta Cinta Indonesia-GSP, Kabaret Keroncong, Teater Koma “Antigoneo”, Opera Diponegoro, Langgam Tiga Hati, Roro Mendut, Kabaret Oriental, NewYorkarto, Indonesia Kita, Monolog Inggit, dan rangkaian kegiatan Indonesian Dance Festival yang mengusung tema besar “Indonesia Menari” dengan menampilkan ribuan penari profesional maupun non-profesional di tempat umum. Usaha untuk memperkenalkan kembali warisan leluhur dengan membuat terobosan-terobosan baru juga terus dilakukan. Salah satunya adalah Pagelaran Drama Sinema, suatu pertunjukan dengan memadukan Sinema, Orkestra, Broadway, Wayang Kulit dan Wayang Orang. Djarum Apresiasi Budaya juga mendukung program lain seperti “Indonesia Exploride” di tahun 2011, yaitu perjalanan menjelajahi 24 propinsi di Indonesia dengan konsep yang unik dan penuh tantangan, yang dilakukan oleh seorang biker dan tim yang mendokumentasikan petualangannya melalui video, foto dan jurnal. Penjelajahan bukan hanya semata mengunjungi suatu tempat, namun juga melibatkan proses mengenal lebih dalam tentang sejarah, hasil budaya, serta kekayaan panorama alam daerah tersebut. Bahkan program penjelajahan ini juga didukung oleh 22 artis yang berasal dari daerah-daerah yang disinggahi. Artis-artis inilah yang menjadi sahabat Tim “Indonesia Exploride” untuk berkunjung dan memperkenalkan hasil budaya dari daerah asalnya masing-masing. Djarum Apresiasi Budaya melakukan berbagai usaha untuk memperkenalkan, mengembangkan dan memelihara warisan luhur budaya bangsa, antara lain menggandeng Perkumpulan Rumah Pesona Kain, menyelenggarakan ”Pesona Batik Kudus” yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengangkat daya apresiasi terhadap hasil kerajinan asli Indonesia yang sudah nyaris punah. Usaha ini dilakukan untuk melestarikan batik Kudus dan membantu meningkatkan industri batik di kota Kudus. Program untuk meningkatkan apresiasi terhadap seni sastra juga dibangun, antara lain bekerjasama dengan Yayasan Lontar menerbitkan seri buku "Modern Library of Indonesia", yaitu berupa terjemahan karya-karya sastra Indonesia ke dalam bahasa Inggris supaya karya tersebut dapat dibaca dan dikenal oleh masyarakat internasional. Dukungan terhadap perkembangan seni rupa juga semakin digiatkan, hal ini dibuktikan dengan berpartisipasi di beberapa kegiatan antara lain; ArtJog 2011 dan 2012, Bazaar Art Jakarta 2011 dan 2012, Pembukaan OHD Museum di Magelang, dan lain-lain. Bentuk lain dari komitmen Djarum Apresiasi Budaya untuk memperkenalkan kebudayan Indonesia kepada masyarakat adalah dengan membangun “Galeri Indonesia Kaya”, sebuah tempat yang memadukan konsep edukasi dan digital multimedia agar seluruh masyarakat khususnya generasi muda bisa lebih mudah memperoleh akses untuk mendapatkan informasi dan referensi mengenai kebudayaan Indonesia dengan cara yang menyenangkan. Galeri Indonesia Kaya akan dibuka pada tahun 2013 nanti dan sengaja dibangun di salah satu pusat perbelanjaan pusat kota Jakarta agar mudah dijangkau oleh masyarakat dari berbagai kalangan dengan dilengkapi ruang untuk mengadakan program-program kebudayaan seperti diskusi budaya, workshop, pertunjukan kecil, launching buku, dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk memberikan ruang bagi para budayawan, seniman, sastrawan, dan kelompok kesenian untuk bisa terus berekspresi dan berkarya sehingga masyarakat Indonesia bisa lebih mengenal dan mencintai kebudayaannya sendiri. The Legendary Journey ǀ 50 tahun Hotel Indonesia Page 4 Setelah terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan budaya selama ini, Djarum Apresiasi Budaya melakukan inovasi melalui digital media, memberikan informasi mengenai kekayaan dan keragaman budaya Indonesia melalui sebuah website yang interaktif dan dapat diakses oleh masyarakat luas melalui www.indonesiakaya.com. Konsistensi dalam mengembangkan bentuk-bentuk kepedulian terhadap hasil budaya akan terus dilakukan. Diharapkan dapat meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap kekayaan dan keragaman budaya Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia. Karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia. (*) Informasi lebih lanjut mengenai pertunjukan ”The Legendary Journey” dalam rangka 50 tahun Hotel Indonesia tersebut, mohon hubungi: SET Production Anastasia Rina Damayanti #0811 193 211 Email : [email protected] [email protected] Djarum Apresiasi Budaya Renitasari – Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Email : [email protected] Twitter : @reniitasari @IndonesiaKaya Web : www.indonesiakaya.com Image Dynamics Hanum #0811 134 510 Email : [email protected] Ayunda #0812 200 1411 Email : [email protected] Twitter : @imagedynamicspr The Legendary Journey ǀ 50 tahun Hotel Indonesia Page 5