PMA - Blog UNPAD

advertisement
Tugas MataKuliah Praktek Bisnis di Indonesia
ROSITA KOMALASARI
170610120083
Kelompok 1 ADBIS Kelas A
A.
PENANAMAN MODAL ASING (PMA)
1. Pengertian PMA
Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun,
membeli total atau mengakuisisi perusahaan. Penanaman Modal di Indonesia diatur dengan
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Pengertian Penanaman modal asing (PMA) menurut pasal 1 ayat 2 UU No.25 Tahun 2007
adalah : “kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara RI yang
dilakukan sepenuhnya atau oleh penanaman modal asing maupun yang berpatungan dengan
modal dalam negeri “
Berdasarkan pengertian tersebut menjelaskan PMA harus berlokasi di wilayah RI dan sumber
modalnya bisa seluruhnya atau seratus persen modal asing dan terdapat modal dalam negeri
dengan besarannya tergantung dengan kebutuhan serta kebijakan pemerintah yang diatur
dalam Peraturan Presiden No.36 Tahun 2010 tentang bidang usaha yang tertutup dan terbuka
dengan persyaratan bagi penanaman modal.
Pada Pasal 5 ayat (2) UU No 25 Tahun 2007 yang berbunyi “penanaman modal asing wajib
dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di
wilayah Indonesia, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang”.
Oleh karen itu, perusahaan harus berbentuk Badan Hukum menurut Hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia. Penanaman modal asing oleh seorang asing, dalam statusnya
sebagai orang perseorangan, dapat menimbulkan kesulitan/ketidak tegasan di bidang hukum
Internasional. Dengan kewajiban bentuk badan hukum maka dengan derai-kian akan
mendapat ketegasan mengenai status hukumnya yaitu badan hukum Indonesia yang tunduk
pada hukum Indonesia.
2. Fungsi PMA bagi Indonesia
Penanaman Modal Asing (PMA) lebih banyak mempunyai kelebihan diantaranya sifatnya
jangka panjang, banyak memberikan andil dalam alih teknologi, alih keterampilan
manajemen, membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini, sangat penting bagi negara
1
sedang berkembang mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah untuk penyediaan
lapangan kerja.
Adapun Fungsi Penanaman Modal Asing bagi Indonesia ialah :
1) Sumber dana modal asing dapat dimanfaatkan untuk mempercepat investasi dan
pertumbuhan ekonomi.
2) Modal asing dapat berperan penting dalam penggunaan dana untuk perbaikan
struktural agar menjadi lebih baik lagi.
3) Membantu dalam proses industrilialisasi yang sedang dilaksanakan.
4) Membantu dalam penyerapan tenaga kerja lebih banyak sehingga mampu mengurangi
pengangguran.
5) Mampu meningkatkan kesejahteraan pada masyarakat.
6) Menjadi acuan agar ekonomi Indonesia semakin lebih baik lagi dari sebelumnya.
7) Menambah cadangan devisa negara dengan pajak yang diberikan oleh penanam
modal.
3. Tujuan Penanaman Modal Asing
a) Untuk mendapatkan keuntungan berupa biaya produksi yang rendah, manfaat
pajak lokal dan lain-lain.
b) Untuk membuat rintangan perdagangan bagi perusahaan-perusahaan lain
c) Untuk mendapatkan return yang lebih tinggi daripada di negara sendiri melalui
tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, sistem perpajakkan yang lebih
menguntungkan dan infrastruktur yang lebih baik.
d) Untuk menarik arus modal yang signifikan ke suatu Negara
4. Faktor yang Mempengaruhi Berkurangnya PMA
1) Instabilitas Politik dan Keamanan.
2) Banyaknya kasus demonstrasi/ pemogokkan di bidang ketenagakerjaan.
3) Pemahaman yang keliru terhadap pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah serta
belum lengkap dan jelasnya pedoman menyangkut tata cara pelaksanaan otonomi
daerah.
4) Kurangnya jaminan kepastian hukum.
5) Lemahnya penegakkan hukum.
6) Kurangnya jaminan/ perlindungan Investasi.
2
7) Dicabutnya berbagai insentif di bidang perpajakkan
8) Masih maraknya praktek KKN
9) Citra buruk Indonesia sebagai negara yang bangkrut, diambang disintegrasi dan tidak
berjalannya hukum secara efektif makin memerosotkan daya saing Indonesia dalam
menarik investor untuk melakukan kegiatannya di Indonesia.
10) Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia
5. Hal – Hal yang Perlu Dipertimbangkan dalam PMA
a. Bagi Investor

Adanya kepastian hukum.

Fasilitas yang memudahkan transfer keuntungan ke negara asal.

Prospek rentabilitas, tak ada beban pajak yang berlebihan.

Adanya kemungkinan repatriasi modal (pengambilalihan modal oleh
pemerintah pusat dan daerah) atau kompensasi lain apabila keadaan memaksa.

Adanya jaminan hukum yang mencegah kesewenang-wenangan.
b. Bagi Penerima Investasi
 Pihak penerima investasi harus sadar bahwa kondisi sosial, politik, ekonomi
negaranya menjadi pusat perhatian investor.
 Dicegah tindakan yang merugikan negara penerima investasi dalam segi
ekonomis jangka panjang dan pendek.
 Transfer teknologi dari para investor.
 Pelaksanaan investasi langsung atau investasi tidak langsung betul-betul
dilakukan dengan prinsip saling menguntungkan (mutual benefit) dan terutama
pembangunan bagi negara/ daerah penerima.
6. Faktor Penarik Investor Asing

Transparansi pasar keuangan dalam informasi yang terpercaya yang mengalir
dalam suatu aliran yang stabil. Tidak adanya transparansi selama proses
investasi dapat sangat membatasi rentang perhatian para investor asing.

Pasar finansial yang terbuka harus dibebaskan dari kendali pemerintah
langsung dan perdagangan bawah tangan (insider trading).

Adanya aturan hukum para ahli ekonomi yang telah disepakati.
3

Nilai tukar yang fleksibel. Sehingga memudahkan para investor untuk
berinvestasi.
7. Kebijakan Penanaman Modal Asing
Jangka Waktu Penanaman Modal Asing, Hak Transfer dan Repatriasi
Pasal 18 UPMA menegaskan, bahwa dalam setiap izin penanaman modal asing
ditentukan jangka waktu berlakunya yang tidak melebihi 30 (tigapuluh) tahun.
Selanjutnya (menurut Penjelasan Pasal 18 UPMA) diadakan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
a. Perusahaan Modal Asing harus mengadakan pembukaan ter-sendiri dari modal
asingnya.
b. Untuk menetapkan besarnya modal asing maka jumlahnya harus dikurangi dengan
jumlah-jumlah yang dengan jalan repatriasi telah ditransfer.
c. Tiap tahun perusahaan diwajibkan menyampaikan kepada Pemerintah suatu
ikhtisar dari modal asingnya. Mengenai hak transfer, dalam pasal 19 UPMA
ditetapkan sebagai berikut:
1) Kepada perusahaan modal asing diberikan hak transfer dalam valuta asing dari
modal atas dasar nilai tukar yang berlaku untuk:
a. Keuntungan yang diperoleh modal sesudah dikurangi pajak-pajak dan
kewajiban-kewajiban pembayaran lain.
b. Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga asing yang dipekerjakan di
Indonesia.
c. Biaya-biaya lain yang ditentukan lebih lanjut.
d. Penyusutan atas alat-alat perlengkapan tetap.
e. Kompensasi dalam hal nasionalisasi.
2) Pelaksanaan
transfer
ditentukan
lebih
lanjut
oleh
Pemerintah
Modal asing dirasakan adil apabila perusahaan-perusahaan yang menggunakan
modal asing tidak diperbolehkan merepatriasi modalnya mentransfer
penyusutan
selama
perusahaan-perusahaan
itu
masih
memperoleh
kelonggaran-kelonggaran perpajakan dan pungutan-pungutan lain. Perlu
diterangkan bahwa transfer keuntungan modal asing dapat dilakukan juga
selama perusahaan itu memperoleh kelonggaran-kelonggaran perpajakan dan
pungutan-pungutan lain.
4
8. Perkembangan PMA di Indonesia
1) Kontroversi dan Dilema Penanaman Modal Asing di Indonesia (tahun 1967)
Pemerintah Orde Baru di bawah Presiden Soeharto mewarisi kondisi perekonomian yang
sangat buruk. Sebelumnya pada masa pemerintahan di bawah Presiden Soekarno,
perekonomian Indonesia seakan-akan hendak mengalami keruntuhan. Pada waktu itu,
Indonesia tidak mampu membayar utang luar negeri dan laju inflasi sangat tinggi.
Menghadapi kenyataan ini, pemerintah Orde Baru mengadakan pendekatan baru dengan
kebijaksanaan ekonomi antara lain mengundang kembali masuknya modal asing dengan
melahirkan undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.
Lahirnya Undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing mendapat
respon yang sangat mengesanan dari investor asing terutama dari Amerika Serikat, Jepang
dan Eropa. Namun demikian, dalam perkembangannya kehadiran modal asing di Indonesia
telah menimbulkan kontroversi dan dilema.
Pada satu sisi modal asing di Indonesia telah membawa pengaru positif berupa terbukanya
lapangan kerja dan alih teknologi. Pada sisi lain peningkatan investasi asing ini ini telah
menimbulkan pengaruh negatif berupa tuduhan lahirnya dominasi asing atas perekonomian
Indonesia dan ketergantungan Indonesia pada pasar internasional. Bentuk reaksi atas
kehadiran modal asing diantaranya protes dari sebagian kelompok masyarakat dan mahasiswa
yang mencapai puncaknya pada peristiwa 15 Januari 1974 atau yang di kenal dengan Malari.
Untuk mengundang kembali modal asing, pemerintah menyediakan insentif baru bagi modal
asing, diantaranya :
a) Penanaman modal asing menjadi penanaman modal dalam negeri dan perpanjangan
jangka waktu penanaman modal asing. Hal ini dilakukan dengan beberapa langkah
berikut. Pertama, pemerintah mengizinkan para investor asing memiliki saham sampai
95% dari perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor. Kedua, akses yang lebih
luas di bidang keuangan untuk perusahaan patungan. Perusahaan patungan harus
diperlakukan sama seperti perusahaan domestik dan diizinkan untuk meminjamkan
dari bank-bank negara dan berpartisipasi dalam rencana kredit dengan syarat bahwa
mitra asing paling sedikit telah mendivestasi 75 sahamnya untuk di jual di bursa
saham. Ketiga, penangguhan pembayaran PPN (maksimal 5 tahun) sejak perusahaan
5
dapat berproduksi secara komersial atas impor. Keempat, terbukanya kesempatan bagi
pengusaha kecil untuk meminta dan memperoleh fasilitas penanaman modal
meskipun mereka melakukan proyek non-penanaman modal asing.
b) Peningkatan kepemilikan saham perusahaan modal asing. Untuk menarik modal
asing, pemerintah memberikan insentif kepada perusahaan modal asing berupa
peningkatan kepemilikan saham. Hal ini diatur dalam PP No. 17 Tahun 1992. Untuk
mendirikan suatu perusahaan penanaman modal asing baru, sumber dana yang dapat
digunakan adalah laba yang ditanam kembali dan/atau sumber dana lain. Sedangkan
untuk membeli saham perusahaan yang sudah beroperasi, hanya dibenarkan dengan
menggunakan laba yang dimilikinya. Semua penyertaan laba perusahaan penanaman
modal asing itu akan tetap dianggap sebagai penyertaan asing yang tunduk pada
peraturan perundangan-undangan yang berlaku di Indonesia.
c) Perpanjangan dan pembaruan Hak atas Tanah. Dalam rangka meningkatkan gairah
dan iklim investasi. Pemerintah memberikan fasilitas Hak atas Tanah kepada modal.
Hal ini diatur dalam Keputusan Presiden No. 23 Tahun 1980 tentang Pemanfaatan
Tanah Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan untuk Usaha Patungan dalam rangka
Penanaman Modal Asing.
2) Kontroversi dan Dilema Penanaman Modal Asing di Indonesia (1997)
Sejak tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang sangat berat. Krisis ini bermula
dari merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat sebagai akibat krisis mata
uang di kawasan Asia, antara lain Korea Selatan dan Thailand. Pada saat itu, nilai tukar mata
uang Korea Selatan dan Thailand terdeprisiasi hingga 60-70 persen dari nilai nominalnya,
sementara nilai tukar rupiah turun sampai 20 persen dari nilai nominalnya, sementara nilai
tukar rupiah turun sampai 20 persen dari nilai nominal sebelumnya.
Selain karena fenomena global, krisis ekonomi Indonesia juga di sebabkan moral hazard di
berbagai sektor ekonomi dan politik, akibat dari lemahnya sistem ekonomi, struktur sosial
dan sistem kenegaraan yang terlalu terpusat pada kekuasaan eksekutif.
Kemudian faktor stabilitas politik, dimana merupakan salah satu keharusan untuk datangnya
modal asing ke suatu negara, di samping faktor “economic opportunity” dan kepastian
hukum. Pada saat terjadi krisis ekonomi, stabilitas politik di Indonesia tidak tercipta. Hal ini
6
dapat di lihat dari tidak adanya stabilitas pemerintahan, terjadinya ketidakpuasan daerah dan
ketidakpuasan sosial serta meningkatnya kriminalitas.
Sejak terjadi krisis ekonomi, sistem hukum Indonesia tidak mampu menciptakan
predictabilty, stability dan fairness. Hal ini dapat dilihat dari substansi peraturan perundangundangan yang tidak sinkron, aparatur penegak hukum yang tidak mendukung perbaikan
iklim investasi dan kualitas budaya hukum yang rendah.
Penanaman modal akan meningkat secara signifikan jika Indonesia mampu menjamin adanya
kepastian hukum dan stabilitas politik. Untuk itu di perlukan aparatur hukum yang memiliki
integritas dan profesionalitas yang tinggi. Selain itu juga di perlukan adanya kepemimpinan
politik yang mampu mengendalikan dinamika demokrasi, termasuk demokrasi di daerah.
3) Penanaman Modal Asing di Indonesia (hingga 2010)
Sebenarnya pertanyaan apakah kehadiran investasi asing, khususnya investasi langsung,
umum disebut Penanaman Modal Asing (PMA) atau Foreign Direct Investment (FDI) di
suatu negara menguntungkan negara tersebut, khususnya dalam hal pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi tidak perlu dipertanyakan lagi. Banyak bukti empiris seperti
pengalaman-pengalaman di Korea Selatan, Malaysia, Thailand, China, dan banyak lagi
negara lainnya yang menunjukkan bahwa kehadiran PMA memberi banyak hal positif
terhadap perekonomian dari negara tuan rumah.
Untuk kasus Indonesia, bukti paling nyata adalah semasa pemerintahan Orde Baru. Tidak
mungkin ekonomi Indonesia bisa bangkit kembali dari kehancuran yang dibuat oleh
pemerintahan Orde Lama dan bisa mengalami pertumbuhan ekonomi rata-rata 7% per tahun
selama periode 1980-an kalau tidak ada PMA. Tentu banyak faktor lain yang juga berperan
sebagai sumber pendorong pertumbuhan tersebut seperti bantuan atau utang luar negeri dan
keseriusan pemerintah Orde Baru untuk membangun ekonomi nasional saat itu yang
tercerminkan oleh adanya Repelita dan stabilitas politik dan sosial. Literatur teori juga
memberi argumen yang kuat bahwa ada suatu korelasi positif antara FDI dan pertumbuhan
ekonomi di negara penerima.
PMA terbesar terjadi di DKI Jakarta senilai 6,43 miliar dolar AS, Jawa Timur 1,77 miliar
dolar, Jawa Barat 1,69 miliar dolar dan Banten 1,54 miliar dolar AS.Singapura terbesar
BKPM juga mengumumkan Singapura menempati urutan pertama realisasi PMA terbesar
berdasarkan asal negara dengan investasi senilai 5.005 miliar dolar AS, Inggris 1.892 miliar
7
dolar, Amerika Serikat 930,8 miliar dolar AS.Selanjutnya Jepang 712,6 miliar dolar, Belanda
608 miliar dolar dan negara-negara lainnya 7.065,3 miliar dolar AS.
BKPM juga mengumumkan, bahwa realisasi penyerapan tenaga kerja selama 2010 mencapai
463.012 orang, meningkat dari tenaga kerja yang diserap selama 2009 sebanyak 303.537
orang.“Pencapaian total investasi ini, tentu didukung perbaikan pelayanan investasi di daerah
dengan semakin banyaknya Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang Penanaman
Modal yang telah diimplementasikan oleh berbagai Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/kota serta koordinasi pusat daerah yang semakin baik.
9. Contoh PMA di Indonesia
PT Excelcomindo Pratama Tbk
PT Excelcomindo Pratama Tbk, atau disingkat XL, adalah salah satu perusahaan operator
telekomunikasi seluler di Indonesia. XL mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 8
Oktober 1996, dan merupakan perusahaan swasta pertama yang menyediakan layanan
telepon mobile di Indonesia.
Tahun 1995, seiring dengan kerjasama antara Rajawali Group – pemegang saham – dengan
beberapa investor asing (Nynex, AIF dan Mitsui), PT Grahametropolitan Lestari mengubah
nama menjadi PT Excelcomindo Pratama dengan kegiatan utama usahanya sebagai
penyelenggara jasa telepon dasar. XL mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 8
Oktober 1996 dengan menyediakan jasa teleponi dasar menggunakan teknologi GSM 900.
Komposisi kepemilikan saham PT Excelcomindo saat itu adalah PT Telekomindo
Primabhakti (50%), Nynex (23,1%), AIF (12,7%), Santana Telekomindo (10%), dan Mitsui
& Co (4,2%). Dan kini, kepemilikan saham dari perusahaan Indonesia di XL yang awalnya
sekitar 60% telah menyusut drastis hingga tersisa 15,97% milik PT Telekomindo Primabhakti
(15,97%), anak perusahaan Rajawali Corporation.
Upaya yang dilakukan dalam menghadapi persaingan Excelcomindo Pratama dengan produk
XL yang memberikan kualitas pelayanan yang terbaik kepada konsumen, kualitas pelayanan
tersebut terdiri dari kualitas produk, harga, distribusi dan promosi. Hal ini dilakukan sematamata bertujuan untuk mendapatkan kepuasan yang diinginkan konsumen, sehingga konsumen
8
itu menjadi loyal dalam menggunakan produk yang dihasilkan. XL juga berkomitmen untuk
terus meningkatkan kualitas dan cakupan wilayah selulernya di masa mendatang, agar
kebutuhan komunikasi para pelanggan dapat senantiasa berjalan kapanpun, di manapun.
B. LAHIRNYA UU NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL DAN
TANTANGANNYA
Dalam rangka mengatasi kendala-kendala mengenai penanaman modal dan selaras dengan
ikut sertanya Indonesia dalam GATT/WTO, maka Pemerintah mengajukan Rancangan
Undang-Undang Investasi yang baru ke Parlemen. Setelah mendapat persetujuan Parlemen
dengan iringan “Minderheits Nota” dari Fraksi PDIP dan Fraksi PKB, Presiden
menandatanganinya sebagai Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sudah jauh lebih baik di
bandingkan dengan undang-undang sebelumnya. Substansi dalam undang-undang ini ada
beberapa hal baru, dimana ada yang tidak diatur seperti perlakuan yang sama terhadap
penanam modal, tanggung jawab penanam modal, sanksi bagi penanam modal, hak atas
tanah, larangan pemegang saham nominee, penyelanggaraan urusan penanaman modal,
koordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman modal dan kawasan ekonomi khusus.
Selain memuat ketentuan yang bersifat memberi insentif, undang-undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal juga menyebutkan beberapa ketentuan yang bersifat
pembatasan, yaitu penanaman modal asing harus memprioritaskan tenaga kerja Indonesia dan
pemegang saham “nominee” di larang.
Larangan pemegang saham “nominee” merupakan substansi baru dalam peraturan
perundang-undangan penanaman modal di Indonesia. Tujuan pengaturan larangan pemegang
saham nominee adalah untuk menghindari terjadinya perseroan yang secara normatif dimiliki
seseorang tetapi secara materi atau substansi pemilik perseroan tersebut adalah orang lain.
Secara teknis, praktek kepemilikan saham melalui nominee dilakukan oleh dua pihak. Satu
pihak karena sesuatu pertimbangan tidak dapat atau dapat menjadi pemilik saham, tetapi
tidak menjadi pemilik saham pada perseroan sehingga menggunakan pihak lain sebagai
nomineenya. Dalam keadaan lain, pihak-pihak tertentu sebenarnya dapat menjadi pemegang
saham PT Indonesia tertentu. Pada dasarnya yang bersangkutan adalah warga negara
9
Indonesia yang dapat menjadi pemilik saham. Tetapi, karena berbagai pertimbangan
(diantaranya menghindari public exposure yang berlebihan) yang bersangkutan tidak
memunculkan nama sendiri sebagai pemegang saham pada perseroan namun memilih
menggunakan nominee untuk mewakili kepentingannya.
Terlepas dari prokontra lahirnya UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pada
kenyataannya undang-undang ini telah mampu meningkatkan investasi asing. Sejak Undangundang ini di sahkan, pertumbuhan investasi sudah mencapai 31% melampaui capaian
sebelum krisis ekonomi.
Dalam rangka mewujudkan sistem hukum yang mendukung iklm investasi di perlukan aturan
yang jelas. Untuk itu, dalam rangka pelaksanaan UU No. 25 Tahun 2007 perlu di lakukan
sinkronisasi peraturan perundang-undangan agar lebih relevan.
Sumber :
www.academia.edu/4870433/Penanaman_Modal_Asing_di_Indonesia
http://bp3md.tanahbumbukab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=99
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU25Tahun2007PenanamanModal.pdf
http://angelinasinaga.wordpress.com/2013/05/31/penanaman-modal-asing-dan-penanamanmodal-dalam-negeri/
http://www.xl.co.id
10
Download