damianus - Jurnal Elektro Unika Atma Jaya

advertisement
ISSN 2086-4256
DJM 12(1) 1-88 February 2013
DAMIANUS
Journal of Medicine
VOLUME 12, NOMOR 1, 2013
PUBLISHED SINCE 2002
February 2013
ARTIKEL PENELITIAN
1-7
KETEBALAN TUNIKA INTIMA-MEDIA ARTERI KAROTIS PADA DEWASA MUDA
Poppy Kristina Sasmita, Herlina Uinarni, Tena Djuartina
8-15
UJI MIKROBIOLOGIS ES BATU KONSUMSI DI KANTIN SEKITAR LINGKUNGAN FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA
Yulia Tanti Narwati, Ignatio Rika, Dicky Adi Putra, Maria Clarissa Wiraputranto
16-24
25-32
GAMBARAN KADAR KOLESTEROL TOTAL SERUM KARYAWAN RUMAH SAKIT ATMA JAYA DENGAN
OBESITAS SENTRAL
Andika Surya Atmadja, Sheella R Bororing, Nanny Djaja
PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU TERHADAP KELENGKAPAN IMUNISASI
DASAR PADA BAYI DI KECAMATAN PENJARINGAN, JAKARTA
Meiliyana Wijaya, Elsye Angella Wanda, Nelly Tina Widjaja
TINJAUAN PUSTAKA
33-41potensi sel nk untuk imunosurveilans kerentanan, prognosis, dan tingkat
keparahan penyakit kronis
Daniel Edbert Liang, Yossico Ria Wibowo
42-52
STEM CELL SEBAGAI MODALITAS TERAPI SIROSIS HEPATIS
Randy Adiwinata, Ana Lucia Ekowati, Tena Djuartina
53-60
PENGHAMBATAN SPHINGOSINE KINASE 1 PADA PENGOBATAN SEPSIS
Sandy Vitria Kurniawan
61-67
PERAN ANGKAK DALAM MENURUNKAN KADAR KOLESTEROL DARAH
Riki Tenggara, Alice Angelina, Marissa Gondo Suwito, Andika Surya Atmadja
LAPORAN KASUS
68-81
82-88
PENATALAKSANAAN ANESTESI KASUS SINDROM PRUNE-BELLY PADA BAYI PEREMPUAN USIA
6 BULAN DI RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO
Tommy Nugroho Tanumihardja
SARKOMA STROMA ENDOMETRIUM: SEBUAH LAPORAN KASUS DAN RELEVANSI DIAGNOSTIK
IMUNOHISPATOLOGIKNYA
Dyonesia Ary Harjanti, Cyprianus Murtono, Matius Lesmana
Damianus Journal of Medicine; Vol.12 No.1 Februari 2013: hlm. 8-15
ARTIKEL PENELITIAN
UJI MIKROBIOLOGIS ES BATU KONSUMSI DI KANTIN SEKITAR
LINGKUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA
ICE CUBE’S MICROBIOLOGICAL EXAMINATION SERVED BY FOOD VENDORS
IN SCHOOL OF MEDICINE ATMA JAYA CATHOLIC UNIVERSITY OF INDONESIA
Yulia Tanti Narwati1, Ignatio Rika2, Dicky Adi Putra3, Maria Clarissa Wiraputranto3
Departemen Mikrobiologi, Fakultas
Kedokteran Unika Atma Jaya, Jalan
Pluit Raya 2, Jakarta Utara 14440
ABSTRACT
Departemen Fisiologi, Fakultas
Kedokteran Unika Atma Jaya, Jalan
Pluit Raya 2, Jakarta Utara 14440
the vendor stalls, or canteen, or a fancy restaurant. The establishment of the
1
2
Fakultas Kedokteran Unika Atma
Jaya, Jalan Pluit Raya 2, Jakarta
Utara 14440
3
Background: Ice cubes can be easily found, especially in drinks, either from
consumption of ice cubes through many stages and each stage has the potential
to be contaminated by pathogenic bacteria.
Objective: In accordance with the high consumption of food and beverages that
use ice cubes in canteen of School of Medicine Atma Jaya Catholic University of
Indonesia, the researchers conducted a screening to determine the feasibility of
Korespondensi:
quality ice cubes that served.
Yulia Tanti Narwati. Departemen
Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran
Unika Atma Jaya. E-mail: yulia_tnt@
yahoo.com
Method: Bacterial count uses the most probable number (MPN) method for
determining concentration of faecal coliform bacteria. The basic principle of this
method is the indirect determination of the concentration of microorganisms in
water samples using MPN statistical table. This test gives the value of the amount
of bacteria in the culture of the sample results. Sampling was done once in four
canteens of School of Medicine Atma Jaya Catholic University of Indonesia.
Samples were analyzed in three stages of the test, i.e., presumptive test, confirmed
test, and the complete test
Result: All samples have bacteria: samples P 1600 CFU/100 ml samples; samples
L 1600 CFU/100 ml samples; samples B 1600 CFU/100 ml samples; and samples
N 1600 CFU/100 ml samples.
Conclusion: The ice cubes that are used in all canteen are not in accordance
with the standard of Permenkes RI No. 416/Men.Kes/Per/IX/1990 which requires
0 bacteria/100 ml samples in a test with the MPN method
Key Words: Coliform, ice cubes, most probable number (MPN) method
ABSTRAK
Latar Belakang: Es batu banyak ditemui pada minuman, baik dari warung kaki
lima, kantin, maupun restoran mewah. Pembuatan es batu konsumsi melalui
banyak tahapan dan pada setiap tahapannya memiliki potensi untuk tercemar
oleh bakteri patogen.
Tujuan: Sejalan dengan tingginya konsumsi makanan dan minuman yang
menggunakan es batu pada kantin Fakultas Kedokteran Universitas Katolik
Indonesia (Unika) Atma Jaya, maka dilakukan screening untuk mengetahui
8
Vol. 12, No. 1, Februari 2013
Uji mikrobiologis es batu konsumsi di kantin sekitar lingkungan Fakultas Kedokteran
Unika Atma Jaya
kelayakan dari es batu yang dikonsumsi.
Metode: Perhitungan kandungan bakteri diperiksa menggunakan metode Most
Probable Number (MPN) yang merupakan metode yang terpilih untuk menentukan
kandungan bakteri fecal coliform. Prinsip dasar metode ini adalah penentuan
secara tidak langsung kandungan mikroorganisme dalam sampel air dengan
menggunakan tabel statistik MPN, sehingga tes ini memberikan nilai jumlah bakteri
pada hasil kultur sampel. Pengambilan sampel sekaligus di empat kantin Fakultas
Kedokteran Unika Atma Jaya. Sampel tersebut diuji dalam tiga tahap pengujian,
yaitu uji penduga, uji penguat, dan uji lengkap.
Hasil: Hasil setelah inkubasi 24 jam didapatkan sebagai berikut: sampel P 1600
unit pembentuk koloni/100 ml sampel; sampel L 1600 unit pembentuk koloni/100
ml; sampel B 1600 unit pembentuk koloni/100 ml sampel; dan sampel N 1600
unit pembentuk koloni/100 ml sampel.
Kesimpulan: Es batu konsumsi yang dipakai di kantin Fakultas Kedokteran
Unika Atma Jaya tidak sesuai dengan standar pada Permenkes RI No. 416/Men.
Kes/Per/IX/1990 yang mensyaratkan ditemukan 0 Unit pembentuk koloni/100 ml
sampel pada pengujian dengan metode MPN.
Kata Kunci: Es batu, koliform, most probable number (MPN)
PENDAHULUAN
Es batu merupakan komponen yang banyak dite-
Water-borne disease berarti penyakit yang disebarkan oleh air minum yang terkontaminasi.1
Pada tahun 2005-2006, 11 negara bagian di
Amerika Serikat mencatat terjadinya 20 wabah
yang disebabkan oleh patogen terkait air minum.
Sebanyak 135 dari 612 orang menderita penyakit akibat infeksi bakteri cemaran, 212 orang
akibat infeksi virus, dan 51 orang akibat infeksi
mui terutama pada minuman, baik dari warung
kaki lima, kantin, maupun restoran mewah. Cara
penyajian es batu pun beragam, baik yang digunakan langsung pada minuman maupun yang
hanya digunakan sebagai pendingin dari luar. Es
batu sendiri didapat dari berbagai tempat oleh
penjual minuman, seperti pabrik pembuatan es
atau dibuat sendiri.
parasit.2 Di Indonesia sendiri, tidak ada data
Proses pembuatan es batu dari air sampai ter-
yang pasti untuk water-borne disease, namun
saji sebagai es batu untuk konsumsi, banyak
pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) De-
tahapan produksi. Diawali pengumpulan pada
partemen Kesehatan RI tahun 2007 prevalensi
sumber air, pendinginan, pendistribusian, sam-
rerata untuk food-borne disease dari beberapa
pai proses penyajian ke konsumen. Banyaknya
penyakit, seperti tifoid sebesar 1,6% dan diare
tahapan yang dilalui ini merupakan jalan masuk
sebesar 9%.3 Prinsip utama mikroorganisme
dari cemaran yang dapat membahayakan ke-
patogen mencapai persediaan air minum adalah
sehatan, salah satunya adalah cemaran bakteri
kontaminasi feses (fecal contamination).4-6 Salah
patogen pencernaan yang dapat menimbul-
satu sumber penyebaran penyakit berasal dari
kan penyakit, seperti diare dan demam tifoid.
es batu yang tidak layak konsumsi.
Mencegah penyebaran penyakit infeksi, penting
Vol. 12, No. 1, Februari 2013
9
DAMIANUS Journal of Medicine
untuk memastikan bahwa es batu yang disajikan
uji penduga selanjutnya diuji dengan uji penguat
pada konsumen layak dikonsumsi, yaitu sesuai
dengan cara ditanam (diinokulasi) ke dalam
dengan definisi mutu pangan seperti tercantum
media Endo Agar (EA) dan dimurnikan dengan
pada Bab I pasal 13 Undang-Undang Republik
metode penipisan streak quadrant. Uji lengkap
Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan,
merupakan pemeriksaan terakhir untuk memas-
yang berbunyi mutu pangan adalah nilai yang
tikan bakteri positif pada uji penguat benar-benar
ditentukan atas dasar kriteria keamanan pa­ngan,
merupakan bakteri koliform dengan melakukan
kandungan gizi, dan standar perdagangan ter-
inokulasi bakteri dari hasil penipisan uji penguat
hadap bahan makanan dan minuman. 7
LB dengan tabung Durham dan pada agar nutrisi.
Sejalan dengan tingginya konsumsi makanan
Inkubasi pada suhu 35°C selama 24 jam. Penga-
dan minuman yang menggunakan es batu pada
matan dilakukan untuk melihat hasil positif atau
kantin sekitar Fakultas Kedokteran Universitas
negatif pada bakteri yang ditumbuhkan di media
Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya, Pluit, maka
LB dan dilakukan pewarnaan Gram cuplikan
perlu dilakukan screening untuk mengetahui
bakteri yang ditumbuhkan pada media nutrient
kelayakan dari es batu yang akan dikonsumsi.
agar (NA).8,9 Hasil uji positif koliform pada tiap
pengambilan sampel akan dihitung jumlah unit
pembentuk koloni dengan menggunakan tabel
MPN untuk mendapatkan jumlah unit pembentuk
METODE
Penelitian ini dilaksanakan dengan observa-
koloni tiap ml sampel.10
sional analitik terhadap sampel es batu, yang
diambil satu kali dalam bulan Maret 2011. Sampel es batu yang diambil dari empat kantin yang
HASIL
menjual bahan konsumsi dengan es, yaitu Kantin
Sampel diambil pada 28 Maret 2011 pada empat
N, Kantin B, Kantin P, dan Kantin L. Es batu yang
lokasi berbeda dengan cara membeli minuman
diambil adalah es batu yang disajikan bersama
yang dijual dan meminta es batunya dipisah,
minuman. Sampel diambil menggunakan wadah
kemudian dimasukkan ke dalam wadah steril
dan alat steril kemudian ditutup dan dibiarkan
untuk dilakukan uji penduga pada es batu dan
sampai mencair selanjutnya dilakukan peme-
diinkubasi selama 24 jam. Hasil uji penduga
riksaan. Pengukuran dan pengamatan dilakukan
dicatat dan didokumentasikan tanggal 29 Maret
dengan menggunakan metode MPN.
2011, lalu dilanjutkan dengan uji penguat. Hasil
Uji MPN dilakukan melalui tiga tahap uji, yaitu
uji penguat diamati dan dilakukan dokumentasi
uji penduga, uji penguat, dan uji lengkap. Uji
terhadap beberapa sampel yang mewakili pada
penduga digunakan media lactose broth (LB)
tanggal 30 Maret 2011, kemudian dilanjutkan
dan dilakukan inkubasi selama 24 jam pada suhu
dengan uji lengkap. Hasil uji lengkap diwarnai
35°C, dengan menggunakan 3 seri pengenceran
dengan pewarnaan Gram pada tanggal 31 Maret
masing-masing lima tabung. Hasil positif pada
2011 dan dilakukan analisis. (Gambar 1)
10
Vol. 12, No. 1, Februari 2013
Uji mikrobiologis es batu konsumsi di kantin sekitar lingkungan Fakultas Kedokteran
Unika Atma Jaya
Hasil positif pada uji penduga menunjukkan
Uji penguat dilakukan dengan cara menanam se-
bahwa bakteri yang tumbuh dapat menggunakan
luruh tabung positif ke dalam media EA dengan
laktosa sebagai sumber karbonnya, ditandai de-
menggunakan metode streak quadrant. Hasil
ngan adanya pertumbuhan (positif) pada media
penipisan uji penduga sampel P dengan metode
LB, sedangkan gas yang dihasilkan dalam fer-
streak quadrant endo agar setelah inkubasi 24
mentasi laktosa dapat dilihat dengan adanya gas
jam dengan suhu 35°C dan didapatkan pada
gelembung gas di dalam tabung Durham. Hasil
EA koloni berwarna pink dengan bercak merah
uji penduga yang dilakukan terhadap semua
keunguan, ungu gelap, dan hijau metalik dan
sampel yang diambil diperoleh hasil yang sama,
terjadi perubahan warna media dari merah muda
yaitu keseluruhan tabung menunjukkan hasil
menjadi merah gelap. Hasil penipisan uji pen-
positif (Tabel 1). Pada seri pengenceran pertama
duga sampel L didapatkan koloni berwarna pink
diperoleh seluruh tabung positif, demikian juga
dengan bercak merah keunguan, ungu gelap,
seri pengenceran kedua dan ketiga. Data yang
dan hijau metalik dan terjadi perubahan media
diperoleh kemudian dibandingkan dengan tabel
warna dari merah muda menjadi merah gelap.
MPN dan diperoleh skor 5-5-5, hal ini menun-
Hasil penipisan uji penduga sampel N diperoleh
jukkan perkiraan terdapat 1600 unit pembentuk
koloni berwarna ungu kemerahan, ungu gradasi
koloni/100 mL sampel.
metalik, dan hijau metalik dan terjadi perubahan
Gambar 1. Gambar uji penduga sampel L menunjukkan media lactose broth yang menjadi keruh
setelah diinkubasi selama 24 jam
Tabel 1. Hasil Uji Penduga
Sampel
Seri 1
Seri 2
Seri 3
P
5
5
5
L
5
5
5
N
5
5
5
B
5
5
5
Vol. 12, No. 1, Februari 2013
11
DAMIANUS Journal of Medicine
warna dari merah muda menjadi merah gelap.
sampel diperoleh hasil positif dari media LB.
Adapun hasil penipisan uji penduga sampel B
Hasil pewarnaan Gram didapatkan bakteri Gram
koloni berwarna metalik dan pink. Selain itu,
negatif pada sampel P berbentuk batang, kokus,
pada media EA yang ditumbuhi koloni terjadi
dan kokobasil; begitupula dengan sampel L di-
perubahan warna dari merah muda menjadi
peroleh bakteri Gram negatif berbentuk batang,
merah gelap. (Tabel 2).
kokus, dan kokobasil. Pada sampel N diperoleh
Uji pelengkap dilakukan dengan menginokulasi
cuplikan koloni dari media EA pada LB tunggal
dan media NA kemudian diinkubasi selama
24 jam dengan suhu 35°C. Hasil positif pada
media lactose broth ditandai dengan adanya
bakteri Gram negatif berbentuk batang, batang
pendek, dan kokus, serta bakteri Gram positif
berbentuk kokus; sedangkan sampel B diperoleh
bakteri Gram negatif berbentuk batang, kokus,
dan kokobasil. (Gambar 2)
pertumbuhan yang menandakan terdapat bakteri
yang memfermentasikan laktosa dan perubahan
media LB menjadi keruh yang menandakan
PEMBAHASAN
adanya pertumbuhan bakteri. Isolat yang ditum-
Hasil kultur setelah inkubasi 24 jam dengan
buhkan pada media NA diwarnai dengan Gram
suhu 35°C didapatkan perubahan warna pada
dan diamati di bawah mikroskop. Pada semua
media pertumbuhan EA menjadi berwarna
Tabel 2. Hasil Uji Penguat
Sampel
Hasil
P
Koloni pink dengan bercak merah keunguan, ungu gelap, hijau metalik, terjadi
perubah­an warna media dari merah muda menjadi merah gelap
L
Koloni berwarna pink dengan bercak merah keunguan, ungu gelap, hijau metalik,
terjadi perubahan media warna dari merah muda menjadi merah gelap.
N
Koloni ungu kemerahan, ungu gradasi metalik dan hijau metalik dan terjadi perubahan
warna dari merah muda menjadi merah gelap
B
Koloni berwarna metalik dan pink. Selain itu, pada media EA yang ditumbuhi koloni
terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi merah gelap
Gambar 2. Bakteri Gram positif berbentuk kokus (A), bakteri Gram negatif berbentuk batang (B),
bakteri berbentuk kokobasil Gram negatif (D)
12
Vol. 12, No. 1, Februari 2013
Uji mikrobiologis es batu konsumsi di kantin sekitar lingkungan Fakultas Kedokteran
Unika Atma Jaya
merah gelap di daerah yang ditumbuhi koloni
ngan adanya hasil positif adanya E. coli sebagai
bakteri lactose fermenter. Hal ini disebabkan
indikator, maka ada kemungkinan pula terdapat
media EA mengandung indikator fuchsin sulphite
bakteri patogen lain dalam es batu konsumsi
yang memudahkan untuk identifikasi fermentasi
tersebut. Cemaran ini dapat masuk pada setiap
laktosa. Pada uji lengkap dilakukan pewarnaan
langkah pembuatan es batu mulai dari sumber-
Gram dan diamati melalui mikroskop didapatkan:
nya sampai proses penyajian, antara lain:
a) Bakteri berwarna merah (Gram negatif) ber-
a. Sumber air. Terdapat dua macam sumber air
bentuk batang panjang dan bakteri berwarna
yang digunakan pada pembuatan sampel es
merah keunguan (Gram negatif) berbentuk
batu, yaitu air tanah yang diproses (disaring
batang pendek. Bakteri batang Gram nega-
dan diberi zat kimia untuk pembersihan) oleh
tif yang dapat memfermentasikan laktosa
pabrik pembuatan es batu dan air galon isi
antara lain E. coli, Citrobacter freundii, En-
ulang. Potensi cemaran pada kedua sumber
terobacter aerogenes, Klebsiella pneumonia,
ini berbeda. Pada air tanah yang diproses,
dan Klebsiella oxytoca. Namun, bila meng-
cemaran dapat terjadi pada sumber air ta-
gabungkan sifat yang dapat muncul pada
nahnya bila daerah sekitar tidak memenuhi
ketiga uji, yaitu memberi warna hijau metalik
standar, misalnya dekat dengan septic tank
pada media agar menghasilkan gas pada
atau limbah. Pipa saluran air yang bocor juga
fermentasi laktosa dan batang Gram negatif,
dapat berpotensi sebagai tempat masuknya
maka kemungkinan besar bakteri yang dite-
cemaran. Air tanah dan galon isi ulang me-
mukan adalah jenis E. coli yang merupakan
miliki masalah yang sama di mana proses
indikator cemaran pada uji MPN.
water treatment yang kurang memadai serta
10
b) Bakteri berwarna ungu (Gram positif) ber-
perawatan alat menjadi masalah utama pe-
bentuk kokus. Contoh bakteri Gram positif
nyebab masuknya cemaran. Selain itu, galon
berbentuk kokus, seperti Enterococcus,
yang digunakan tidak terjamin higienitasnya.
Peptostreptococcus, Staphylococcus, dan
b. Pembuatan es. Pada tahap pembuatan
Streptococcus.
11,12
es, masalah utama masuknya cemaran
Hasil penelitian setelah melalui beberapa tahap,
mulai dari uji penduga, uji penguat, dan uji lengkap didapatkan bahwa semua sampel es batu
konsumsi yang diambil menunjukkan hasil positif
adanya cemaran bakteri E. coli. Dengan melihat
hasil penelitian ini, dapat dipastikan bahwa es
adalah kebersihan dari alat yang digunakan
membuat serta menampung es yang sudah
jadi. Selain itu, pada pembuatan es secara
tradisional dengan kulkas, serta kebersihan
orang yang membuat es juga dapat menjadi
potensi masuknya cemaran.
batu konsumsi yang terdapat di sekitar ling-
c. Distribusi. Proses distribusi dari pabrik
kungan Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya
­umumnya merupakan sumber utama ma-
tidak memenuhi standar SNI 01-3839-1995 dan
suknya cemaran. Balok es yang tidak ditutup
Permenkes No. 416/Men.Kes/Per/IX/1990. De-
akan mengalami kontak dengan banyak
Vol. 12, No. 1, Februari 2013
13
DAMIANUS Journal of Medicine
hal, seperti pengungkit es yang berkarat,
Bogor menunjukkan hasil yang sama bahwa
udara selama perjalanan, dan lainnya yang
kualitas es batu yang dijual di daerah tersebut
menyebabkan cemaran pada es tersebut.
juga tidak memenuhi syarat, demikian pula de-
d. Penyimpanan. Pada tahapan penyimpanan,
ngan penelitian yang dilakukan di daerah Yog-
wadah merupakan sumber utama cemaran.
yakarta.14-15 Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
Wadah yang tidak higienis atau diletakkan
es batu yang banyak dijual di masyarakat masih
pada lingkungan terbuka dapat menjadi
memiliki kualitas yang tidak memenuhi standar,
potensi cemaran pada es batu.
sehingga perlu untuk diperhatikan oleh semua
e. Penyajian. Penyajian merupakan proses
pihak yang terkait.
krusial masuknya cemaran yang disebabkan
karena tangan penyaji yang tidak bersih,
peralatan saji yang tidak higienis, serta
KESIMPULAN
proses pengolahan makanan atau minuman
Dari empat sampel es batu yang dihitung dengan
yang disajikan bersama es yang tidak baik,
metode MPN seluruh sampel didapatkan 1600
akan menjadi potensi cemaran pada sajian
bakteri/100 ml sampel. Hal ini menunjukkan
yang menggunakan es.
bahwa es batu konsumsi yang dipakai di kantin
13
Cemaran dalam es batu konsumsi dapat ber-
Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya tidak
dampak buruk bagi kesehatan, antara lain me-
sesuai dengan standar karena ditemukan 1600
nyebabkan penyakit. Contohnya bila ditemukan
bakteri/100 ml sampel, sedangkan pada Per-
bakteri E. coli dalam jumlah banyak seperti pada
menkes RI No. 416/Men.Kes/Per/IX/1990 syarat
sampel, maka orang yang mengonsumsi es batu
yang diharuskan adalah ditemukan 0 bakteri/100
tersebut memiliki kemungkinan risiko terkena
ml sampel pada pengujian dengan metode MPN.
penyakit diare. Selain itu, dengan tingginya kadar
Namun, dalam uji ini peneliti memiliki keterba-
E. coli sebagai indikator, maka kemungkinan be-
tasan dari segi waktu, alat, dan dana penelitian,
sar ada bakteri patogen lain, seperti Salmonella
sehingga belum dapat meneliti sumber pence-
typhi, yang dapat menyebabkan demam tifoid
maran dari es batu konsumsi, baik dari sumber
bagi orang yang mengonsumsinya. Namun,
air, proses produksi, distribusi, maupun penya-
bila dilihat dari realitas konsumen di lingkungan
jian di kantin. Atas beberapa keterbatasan dalam
yang mengonsumsi es batu tersebut, jarang
penelitian ini, peneliti menyarankan penelitian
terdengar keluhan konsumen yang sakit setelah
lebih lanjut dengan pengambilan sampel pada
mengonsumsi minuman yang mengandung es
batu. Hal ini dapat dijelaskan dengan adaptasi
sistem imun manusia.
setiap langkah pembuatan es batu mulai dari
sumbernya sampai proses penyajian agar dapat
menemukan sumber pencemarannya. Peneliti
Beberapa penelitian mengenai kualitas es batu
juga menyarankan hasil kultur bakteri yang di-
juga telah dilakukan di antaranya di daerah
peroleh dilakukan identifikasi dan uji resistensi.
14
Vol. 12, No. 1, Februari 2013
Uji mikrobiologis es batu konsumsi di kantin sekitar lingkungan Fakultas Kedokteran
Unika Atma Jaya
DAFTAR PUSTAKA
8. Pepper IL, Gerba CP, Brendecke JW.
1. Tim Penerjemah EGC, editor. Kamus kedokteran Dorland Indonesia. Ed ke-26. Jakarta:
EGC; 1996.
Environmental microbiology: A laboratory
manual. 2nd ed. USA: Elsevier; 2004.
9. Benson HJ. Microbiological applications
2. Centers for Disease Control and Prevention
[CDC], US Department of Health and Hu-
laboratory manual in general microbiology.
8th ed. USA: McGraw-Hill; 2002.
man Services. Surveillance for waterborne
10.World Health Organization. Guideline for
disease and outbreaks associated with
drinking-water quality 2nd ed volume 3 sur-
drinking water and water not intended for
veillance and control of community supplies.
drinking — United States, 2005–2006. Sur-
Geneva: WHO; 1997.
veillance Summaries. 2008; 57 (SS-9): 44.
Available from: http://www.cdc.gov/mmwr/
pdf/ss/ss5709.pdf.
11. Kementerian Kesehatan Nasional Republik
Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002. Jakarta:
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan riset kesehatan dasar 2007.
Jakarta: Depkes; 2008.
Depkes; 2002.
12.Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse
SA. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s. Medical
4. Morello JA, Granato PA, Mizer HE. Laboratory manual and workbook in microbiology
application to patient care 7th ed. New York:
McGraw-Hill; 2003.
microbiology. 24th ed. USA: McGraw-Hill;
2007.
13.Unus S. Mikrobiologi Air. Bandung: PT.
Alumni; 2003.
5. World Health Organization. Water safety
plans. Geneva: WHO; 2005.
14. Firleyanti AS. Evaluasi bakteri indikator sanitasi di sepanjang rantai distribusi es batu di
6. Ashbolt NJ, Grabow WOK, Snozzi M. Indicators of microbial water quality. Water Series.
London: IWA Publishing; 2001.
Bogor. J Il Pert Indon. 2006;11(2);28-36.
15.Sopacua FC, Purwijantiningsih LME, Pranata S. Kandungan Coliform dan klorin es
7. Badan Pengawas Obat dan Makanan Re-
batu di Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas
publik Indonesia. Undang-Undang Nomor
Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogya-
7 Tahun 1996 tentang Pangan. Jakarta:
karta. Available from: http://e-journal.uajy.
BPOM; 1996.
ac.id/4842/1/jurnal.pdf.
Vol. 12, No. 1, Februari 2013
15
Download