二零 - GKA GLORIA

advertisement
|
219
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 219 | JULI 2014
“...demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan
yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” — Roma 12:1
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh
PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat
penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan
sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible!
PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu
tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab.
Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut:
Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit.
Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda.
Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan
Tuhan.
Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga
paham benar, kemudian renungkanlah.
Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan
refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan
pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu.
Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu
kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman
Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari
sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya
Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272
Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282
Email: [email protected]
Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777
a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria
Penulis edisi 219:
Alfred Jobeanto, Alex Lim, Andree Kho, Bambang Alim
Bambang Tedjokusumo, Hendry Heryanto, Herty Togatorop
Johannes Aurelius, Liem Sien Liong, Liona Margareth
Musa Akbar HIM., Otniol H. Seba, Sahala Marpaung
Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Alkitab dan Orang Percaya
A
da kalanya orang Kristen tidak menyadari betapa
pentingnya Alkitab dalam kehidupan mereka.
Alkitab, yang adalah firman Allah, sering diperlakukan dengan tidak semestinya. Alkitab dipandang sebagai
buku pelengkap dalam ibadah atau buku yang memberikan
identitas, bahwa dirinya adalah seorang Kristen.
Lebih celaka lagi adalah, Alkitab hanya dipegang sekali seminggu,
yaitu ketika mereka akan menjalankan ibadah. Dengan demikian, selama
hampir satu minggu, Alkitab berada di tempatnya, tanpa tersentuh atau
terbaca isinya. Ini adalah perlakukan yang ironis dari seorang Kristen, yang
memiliki Alkitab.
Dalam Suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus mengingatkan anak
rohaninya agar tidak melupakan Alkitab dalam kehidupannya. Bahkan
sejak kecil, Alkitab telah menjadi bacaannya. Karena itu, sekalipun Timotius
telah dewasa, bahkan terlibat dalam pelayanan jemaat, ia tidak boleh
melupakan Alkitab; sebab Alkitab adalah firman Allah yang menuntun dan
mendatangkan hikmat kehidupan bagi orang yang membacanya. Alkitab
akan mengajar dan mendidik orang dalam kebenaran; sebagai suatu
perlengkapan hidup yang membawa hidup yang memuliakan Allah (2Tim.
3:15-17). Alkitab adalah suluh dan pelita bagi perjalanan hidup orang benar,
di mana ia tidak akan terjatuh atau tersesatkan, apabila dengan sungguhsungguh hidup di dalamnya (Mzm. 119:105). Karena itu, marilah kita
sebagai orang Kristen yang takut akan Tuhan dan menyadari kebutuhan
kita akan firman-Nya, kita mulai dengan “gerakan membaca Alkitab dan
melakukannya dalam hidup kita.” Setidaknya, dalam satu hari kita memiliki
kesempatan untuk membaca dan merenungkannya, sehingga kemajuan
iman dan pertumbuhan rohani kita menjadi nyata. Jangan lagi kita menjadi
orang Kristen yang memiliki Alkitab, tetapi tidak pernah berinteraksi
dengannya. Jadikan Alkitab menjadi makanan rohani, yang setiap hari kita
renungkan!
Apa dampak dari membaca Alkitab, jika kita rajin membacanya? Jelas,
sangat banyak! Paulus mengatakan, dengan membaca Alkitab, maka kita
akan memiliki pengetahuan, tentang mana yang benar dan mana yang
salah di pemandangan Tuhan. Kita disadarkan akan kesalahan kita dan
diberikan pencerahan bagaimana menjalani kehidupan ini dengan baik dan
benar. Bahkan orang yang rajin merenungkan Alkitab, hidupnya bagaikan
pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang daunnya selalu hijau, berbuah
pada musimnya dan tidak kuatir akan tahun kering (Mzm. 1:1-3). Karena itu,
hidup tanpa merenungkan Alkitab, adalah hidup dengan jiwa dan
kerohanian yang kering!
01
SELASA
JULI 2014
“Sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata
dalam bahasa roh dan memuliakan Allah…”
(Kisah Para Rasul 10:46)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 10:24-48
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 10:24-48
ANUGERAH ALLAH BAGI BANGSA NON YAHUDI
O
rang Yahudi-Kristen, bahkan para rasul, paska kebangkitan Tuhan
Yesus, masih berpikir bahwa anugerah keselamatan hanya bagi
orang Yahudi saja. Itulah sebabnya, orientasi pelayanan mereka
hanya tertuju pada orang-orang Yahudi saja.
Sesungguhnya ini bukanlah kehendak Tuhan. Sekalipun pernyataan
anugerah Allah dalam Kristus Yesus pertama kali dinyatakan bagi mereka
(lih. Rm. 1:16), bukan berarti bangsa-bangsa lain tidak mendapat anugerah
Allah. Berdasar janji-Nya, pertama-tama Allah berurusan dengan bangsa
Yahudi, karena mereka adalah keturunan Abraham, dan melalui mereka,
Mesias hadir di tengah dunia. Namun, urusan Allah tidak berhenti kepada
mereka, sebab rancangan Allah sejak semula bukanlah menyelamatkan
satu suku bangsa saja, melainkan segala suku bangsa (Kej. 12:3, Gal. 3:8;
Mat. 28:19-20; Why. 7:9). Bagaimana para rasul (terutama Petrus sebagai
soku guru jemaat) mengerti bahwa anugerah Allah juga bagi bangsa lain?
Pertama, Allah memberikan analogi kepada Petrus lewat sebuah
pernyataan (ay. 9-23). Bagi bangsa Yahudi, adalah suatu pantangan untuk
memakan binatang yang telah mereka haramkan; sehingga tatkala Allah
memerintahkan Petrus menyembelih dan memakan binatang itu, Petrus
pun menolak. Namun Allah menyatakan, apa yang tidak diharamkan olehNya, maka manusia tidak berhak mengharamkannya. Lewat penyataan itu,
Allah memberikan analogi tentang bangsa-bangsa non-Yahudi, bahwa
merekapun berhak mendapatkan anugerah Allah, karena Allah mengasihi
mereka juga (ay. 34-36).
Kedua, Allah memberikan Roh Kudus yang ditandai dengan bahasa
roh (ay. 44-46). Pada masa pentakota di Yerusalem, para rasul hanya
memahami, bahwa pemberian Roh Kudus yang ditandai dengan bahasa
roh, hanya bisa terjadi pada orang Yahudi saja. Nyatanya tidak demikian.
Kepada Kornelius dan orang-orang Yunani yang percaya kepada Tuhan
Yesus, mereka juga mengalaminya. Oleh karena itu, ini menjadi tanda
bahwa anugerah Allahpun diberikan kepada bangsa-bangsa lain.
STUDI PRIBADI: Apa yang Allah lakukan agar Petrus memahami bahwa bangsa-bangsa lain
juga mendapatkan anugerah keselamatan dari Allah dalam Kristus Yesus?
Berdoalah bagi gereja Tuhan agar mereka tidak membeitakan Injil hanya
kepada suatu suku tertentu saja, tetapi juga kepada berbagai suku bangsa
yang Allah telah ciptakan.
02
RABU
JULI 2014
“Ketika mereka mendengar hal itu,
mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah…”
(Kisah Para Rasul 11:18)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 11:1-18
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 11:1-30
PERTANGGUNGJAWABAN PETRUS
P
ertobatan dan baptisan Kornelius melalui pelayanan Petrus, seperti
yang Tuhan telah kerjakan dalam pelayanannya, tidak serta merta
membuat para rasul dan para murid Kristus perdana, dengan mudah
menerimanya. Mereka justru mempertanyakan pelayanan yang Petrus
lakukan terhadap Kornelius. Hal ini terjadi karena mereka masih berpikir
bahwa firman Tuhan dan anugerah keselamatan-Nya hanya diperuntukkan
bagi orang Yahudi saja, sedangkan bangsa-bangsa lain tidak layak untuk
menerimanya. Karena itu, Petrus harus mempertanggungjawabkan semua
pelayanannya. Bagaimana Petrus meyakinkan mereka?
Dari bacaan Alkitab yang telah kita baca hari ini, kita melihat bahwa
Petrus kembali mengutarakan dua hal penting, yang menjadi peneguhan
bahwa bangsa-bangsa lain juga mendapatkan kasih karunia Tuhan, yaitu
melalui penyataan analogi binatang yang tidak diharamkan oleh Allah dan
pemberian Roh Kudus atas bangsa-bangsa non-Yahudi. Mendengar
kesaksian Petrus tersebut, mereka barulah mengerti bahwa Allah juga
telah mengaruniakan pertobatan yang memimpin mereka pada kehidupan
kekal (ay. 18).
Melalui kisah ini, apakah yang kita pelajari? Bahwa: (1) Allah memakai
Petrus sebagai “kunci” untuk membuka jalan Injil bagi bangsa-bangsa lain.
Hal yang sama juga Allah dapat lakukan kepada kita, ketika kita mengerti
maksud Allah dalam pelayanan pemberitaan Injil. Mungkin saja Tuhan
memakai kita menjadi “kunci” bagi sebuah ladang pelayanan,
penjangkauan keluarga tertentu atau suku tertentu. Karena itu belajarlah
peka terhadap pimpinan Tuhan. (2) Keberhasilan pelayanan Petrus
terhadap Kornelius, bukanlah karena pengalaman dan statusnya sebagai
rasul, tetapi karena Allah yang memberikan “buah” pelayanan itu. Demikian
pula dalam pelayanan yang kita lakukan. Jika kita berhasil, janganlah kita
menjadi sombong dan “mendewakan” pengalaman kita. Sadarilah bahwa
Tuhanlah yang memberikan buah, dan kita hanyalah para penanam atau
penyiram di ladang yang Tuhan punya (bdk. 1Kor. 3:8).
STUDI PRIBADI: Dari kesaksian Petrus, apakah keberhasilannya adalah karena faktor
pengalaman atau karena pimpinan Tuhan? Jelaskan!
Berdoalah bagi para misionaris di manapun mereka berada agar mereka
tidak menyombongkan diri karena keahlian dan pengalaman mereka, tetapi
tetap mau bergantung pada pimpinan Tuhan.
03
KAMIS
JULI 2014
“Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan
karena ia tidak memberi hormat kepada Allah,
ia mati dimakan cacing-cacing.”
(Kisah Para Rasul 12:23)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 12:20-23
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 12:1-23
BUAH KESOMBONGAN
R
aja Herodes dalam bacaan hari ini adalah Herodes Agripa I, cucu
dari Herodes Agung. Ia adalah raja yang menguasai wilayah Yudea
dan Galilea pada masa itu. Dikisahkan Lukas, penulis Kitab Kisah
Para Rasul, bahwa suatu kali tanpa alasan yang jelas, Herodes sangat
marah terhadap dua kota yang bukan wilayah kekuasaannya, yaitu Tirus
dan Sidon. Kedua kota tersebut sebenarnya kota-kota bebas, tapi sangat
bergantung pada gandum yang datang dari wilayah kerajaan Herodes.
Agar pasokan gandum tetap berjalan baik, maka mereka harus melakukan
perdamaian dengan Herodes. Untuk itu, pemimpin Tirus dan Sidon
berusaha menyuap Blastus agar mereka dapat menghadap Raja Herodes.
Nampaknya mereka berhasil menyuap Blastus sehingga Herodes
mengizinkan para utusan kota Tirus dan Sidon menghadapnya. Maka pada
satu hari yang telah ditentukan, diadakan suatu pesta untuk menghormati
Raja Herodes. Untuk menghiasi dirinya, Herodes mengenakan jubah yang
berlapis-lapis yang sarat dengan perak. Dan berpidatolah Raja Herodes di
tengah-tengah kerumunan undangan dan rakyatnya. Pada masa itu,
orang-orang non-Yahudi menganggap Raja sebagai keturunan dewa.
Ketika Herodes selesai berpidato, rakyatnya bersorak dan menganggap
pidato Herodes sebagai “suara Allah.” Seketika itu juga Herodes jatuh sakit
yang tidak jelas asal usulnya. Menurut catatan Yosephus, ia terserang sakit
perut yang tidak kunjung sembuh, sampai meninggal dunia di hari yang ke
lima. Namun Lukas memberikan catatan, bahwa peristiwa itu bukanlah
suatu kebetulan saja, melainkan karena ia ditampar malaikat Tuhan akibat
dari pidatonya yang tidak menghormati Tuhan dan hanya menyombongkan
dirinya (ay. 23). Maka ketika jasadnya dimakamkan, banyak cacing yang
menggerogotinya.
Apa yang kita pelajari dari kisah ini? (1) Janganlah kita sombong akan
apa yang kita miliki. Sadarilah, semua yang kita miliki adalah anugerah
Tuhan. (2) Pakailah apa yang Tuhan beri, bukan untuk memamerkan diri
seperti Herodes, melainkan untuk melayani Tuhan dan sesama.
STUDI PRIBADI: Mengapa Herodes ditampar oleh malaikat Tuhan? Pelajaran apa yang kita
dapatkan dari kisah ini?
Bersyukur dan berdoalah kepada Tuhan agar Ia mengaruniakan hikmat dan
ketaatan dalam hidup Anda, sehingga Anda dapat mengelola segala berkatNya dan memakainya bagi kemuliaan Tuhan.
04
JUMAT
JULI 2014
“Maka berpuasa dan berdoalah mereka,
dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu,
mereka membiarkan keduanya pergi.”
(Kisah Para Rasul 13:3)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 13:1-25
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 13:1-25
JEMAAT ANTIOKHIA
K
ota Antiokhia adalah sebuah kota metropolitan sekaligus merupakan
kota pelabuhan yang penting. Di kota inilah jemaat Antiokhia berada.
Jemaat Antiokhia berasal dari latar belakang yang berbeda-beda,
dengan kecukupan anugerah yang Tuhan berikan bagi mereka, terutama
dalam hal banyaknya pengajar di sana. Di kota inilah sebutan “Kristen”
pertama kali diberikan kepada para pengikut Kristus. Beberapa hal dari
jemaat ini bisa menjadi contoh bagi umat Tuhan saat ini, antara lain:
1. Mereka bertekun dalam ibadah, doa, dan pengajaran firman Tuhan.
“Bertekun dalam pengajaran” merupakan fokus mereka. Dikatakan jemaat
Antiokhia memiliki banyak pengajar, dua di antaranya adalah Barnabas dan
Paulus (dulu bernama Saulus). Ini merupakan hal yang penting dalam
gereja Tuhan, dimana pengajaran firman Tuhan diberitakan dan diajarkan
agar jemaat memahami apa yang menjadi kehendak Tuhan dan juga dapat
menghidupinya.
2. Mereka mau dipakai Tuhan lebih lagi, khususnya untuk menggenapi
rencana Tuhan dalam misi keselamatan bagi bangsa-bangsa. Dari gereja
ini, Tuhan memakai dua pengajar mereka, yaitu Barnabas dan khususnya
Paulus untuk mengabarkan Injil keselamatan bagi banyak orang. Anugerah
Tuhan atas gereja mereka, pengajaran baik yang mereka alami di dalam
Tuhan, ternyata tidak membuat mereka lupa diri dan menjadi egois. Mereka
mau menjadi saluran berkat Tuhan bagi orang yang lainnya, yakni dengan
meresponi panggilan Tuhan atas diri Barnabas dan Paulus.
3. Keaktifan setiap jemaat untuk sehati dan hidup dalam pimpinan Roh
Kudus. Ini nampak ketika mereka menggumulkan panggilan Tuhan atas
Barnabas dan Paulus. Mereka berdoa dan berpuasa sebagai satu jemaat
Tuhan untuk meresponi panggilan Tuhan ini. Akhirnya, dengan satu hati,
mereka melepaskan Barnabas dan Paulus untuk pergi mengabarkan Injil.
Bagaimana dengan kita? Mari kita berdoa agar gereja kita juga boleh
menjadi gereja yang rindu untuk belajar firman Tuhan, dan dipakai Tuhan
bagi rencana-Nya, serta sehati dalam pimpinan Roh Kudus.
STUDI PRIBADI: Apa saja contoh keteladanan jemaat Antiokhia bagi gereja pada masa
kini? Apa pentingnya teladan itu bagi kita? Jelaskan!
Berdoa bagi jemaat Tuhan agar mempunyai kerinduan untuk selalu belajar
firman Tuhan, mengerti kehendak Tuhan, dan dipimpin Roh Kudus sehingga
mampu menghidupi Firman itu dengan kehidupannya.
05
SABTU
“Mendengar itu bergembiralah semua orang
yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan;
dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal,
JULI 2014
menjadi percaya.” (Kisah Para Rasul 13:48)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 13:26-52
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 13:26-52
INJIL BAGI SEGALA BANGSA
B
agian firman Tuhan ini menunjukkan pelayanan misi Paulus dan
Barnabas yang di bagian sebelumnya telah diutus untuk menjawab
panggilan Tuhan. Dari bagian ini, ada 2 hal yang bisa kita pelajari,
khususnya yang berkaitan dengan misi dan pengabaran Injil.
Pertama, Injil keselamatan dalam Tuhan Yesus adalah bagi segala
bangsa. Pada ayat 45 dikatakan bahwa banyak orang Yahudi menghujat
dan mempertanyakan mengapa Paulus dan Barnabas juga menerima dan
mengabarkan Injil kepada orang non Yahudi. Orang Yahudi tidak suka jika
harus berdekatan dan berelasi dengan orang non Yahudi (contoh lainnya,
Yohanes 4:9), yang mereka tuduh sebagai orang kafir. Tetapi justru Paulus
dan Barnabas menerima mereka semua, tanpa perbedaan. Hal ini ingin
mengingatkan kita sebagai Gereja Tuhan agar tidak membedakan manusia
karena Tuhan pun tidak berlaku demikian kepada kita. Kita juga melihat
banyak misionaris yang pergi ke daerah asing, suku-suku lain, dan negara
lain. Semuanya karena Injil keselamatan harus dikabarkan kepada segala
bangsa (Matius 28:19). Bagi kita pun berlaku hal yang sama, hendaknya
dalam kehidupan sehari-hari, pengertian ini menjadikan kita saksi Tuhan
bagi siapapun yang ada di sekitar kita.
Kedua, ada tantangan dalam mengabarkan Injil. Kita melihat adanya
beberapa tantangan dalam pengabaran Injil. Pertama, seperti disebutkan
dalam poin ke-1, yaitu kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan
satu sama lain. Yang kedua adalah, tantangan dari orang lain yang tidak
suka akan Injil Tuhan Yesus, selalu menghalangi pengabaran Injil dengan
berbagai cara. Terkadang kita bertanya-tanya, mengapa mereka begitu
membenci Tuhan Yesus. Tetapi Tuhan Yesus sendiri telah mengingatkan
hal itu pada kita semua (Yoh. 15:18). Namun demikian, seperti Paulus dan
Barnabas, pengabaran Injil tetap dijalankan karena sumber kekuatan dan
pengharapan kita bukanlah pada kehebatan kita sendiri tetapi bersumber
dari Tuhan. Sehingga kita dapat melihat Paulus dan Barnabas tetap setia
mengabarkan Injil, meskipun tantangan akan selalu ada.
STUDI PRIBADI: Apa sajakah tantangan yang ada dalam mengabarkan Injil Tuhan Yesus?
Pernahkah Anda menghadapi tantangan dalam pemberitaan Injil yang Anda alami?
Berdoa bagi pengabaran Injil yang dilakukan para misionaris dan lembaga
misi, khususnya yang dilakukan di Indonesia, supaya Tuhan memberikan
kekuatan dan perlindungan bagi mereka.
06
MINGGU
JULI 2014
“Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian?
Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu.
Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu…”
(Kisah Para Rasul 14:15)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 14:8-18
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 14
PELAYAN TUHAN, BUKAN TUHAN
K
isah ini terjadi di kota Listra, tempat Paulus melakukan mujizat untuk
menyembuhkan seorang yang lumpuh. Setelah peristiwa ajaib itu,
orang-orang yang melihat kejadian itu berpikir bahwa Paulus dan
Barnabas adalah dewa yang sedang hadir di tengah-tengah mereka.
Mereka berpikir, hanya dewa yang mampu melakukan tindakan luar biasa
seperti itu. Paulus dan Barnabas serta merta menolak penyembahan
mereka dan mereka mencoba menjelaskan yang sebenarnya; sekaligus
menyaksikan tentang Allah yang hidup, yang seharusnya mereka sembah.
Kisah ini bisa mengingatkan kita semua, terutama kita yang menjadi
pelayan Tuhan, baik sebagai majelis, pengurus komisi, hamba Tuhan,Guru
sekolah minggu, atau pelayan yang lainnya.
1. Kita mampu melayani, bahkan dinilai berhasil, terjadi hanya karena
pertolongan Tuhan semata. Paulus melakukan satu mujizat, tetapi dia
sadar bahwa itu terjadi hanya karena kuasa Tuhan, dan bukan kuasanya!
Dia adalah manusia biasa, seperti manusia lainnya. Karena itu tidak tepat
apabila orang-orang menyembah dia. Kita perlu menyadari hal ini dalam
pelayanan kita. Memang, beberapa orang bisa saja mengagumi dan
mengakui keberhasilan pelayanan kita. Tetapi hendaknya kita berhati-hati
dan jangan sampai kita mencuri kemuliaan Tuhan.
2. Ketika kita mencuri kemuliaan Tuhan, maka sebenarnya kita sedang
menghalangi orang yang kita layani untuk datang kepada Tuhan. Justru kita
sedang menuntun mereka untuk datang kepada kita, dan bukan Tuhan. Ini
yang disadari Paulus ketika banyak orang menyembah dia dan Barnabas.
Oleh karena itu, dia kemudian mengkhotbahkan tentang Allah yang hidup,
karena sebenarnya Allah lah yang harus mereka sembah dan kenal, dan
bukan dirinya. Ketika kita melayani dan kemudian menerima semua pujian
dan menjadi sombong, maka pelayanan tersebut tidak lagi bertujuan untuk
memuliakan Tuhan. Itu artinya, pelayanan yang kita lakukan, kita pakai
untuk memulliakan diri kita sendiri, membawa orang lain untuk melihat dan
memuliakan diri kita. Pada saat itulah, mereka yang kita layani, tidak kita
bawa untuk datang kepada Tuhan!
STUDI PRIBADI: Apa bahayanya mencuri kemuliaan Tuhan melalui pelayanan kita?
Berdoa bagi para hamba Tuhan, majelis, pengurus komisi dan aktivis gereja
Tuhan, agar motivasinya dimurnikan dan mencintai Tuhan dalam pelayanan
yang mereka lakukan.
07
SENIN
JULI 2014
“Sebaliknya kita percaya, bahwa oleh kasih karunia
Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh
keselamatan sama seperti mereka juga.”
(Kisah Para Rasul 15:11)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 15:1-21
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 15:1-21
KESELAMATAN HANYA KARENA ANUGERAH
S
ekelompok orang Farisi yang bertobat rupanya masih melanjutkan
kebiasaan mereka untuk menaati Hukum Taurat. Mereka datang dari
Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan orang-orang non Yahudi: “Jika
kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan Musa, kamu tidak
dapat selamat” (ay. 1,5). Jadi bagi mereka, untuk diselamatkan, tidak cukup
jika hanya percaya kepada Yesus . Hal ini mengakibatkan kebingungan dan
perselisihan dalam gereja Antiokhia, sehingga mereka perlu mengirimkan
sebuah delegasi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem
untuk bersidang menyelesaikan masalah ini.
Dalam persidangan, Petrus menegaskan bahwa tidak ada perbedaan
antara orang Yahudi, atau non Yahudi untuk selamat, yaitu hanya oleh
anugerah Tuhan Yesus semata (ay. 9,11). Ketika orang Yahudi percaya
kepada Yesus sebagai Mesias, mereka dibebaskan dari tuntutan hukum
Taurat yang tidak mampu mereka tanggung. Jadi merekapun diselamatkan
oleh anugerah Allah. Demikian pula orang non Yahudi yang percaya Yesus,
tidak seharusnya dituntut melaksanakan hukum Taurat itu. Sunat maupun
kebiasaan melakukan hukum Taurat tidak dapat menambah keselamatan,
karena Yesus sendiri telah menggenapi hukum Taurat. Yesus telah mati
mengorbankan diri-Nya untuk menjadi korban pendamaian antara manusia
dan Allah. Sedangkan apa yang dikemukakan Yakobus di ayat 21 bukanlah
sebagai syarat diselamatkan, namun supaya dalam kehidupan bersama,
orang Kristen Yahudi dan non Yahudi, dapat saling menghargai sehingga
tidak menimbulkan kebencian antara kedua pihak. Bagi orang non Yahudi,
masalah makan dari binatang yang mati tidak karena disembelih & makan
darahnya, ialah perkara biasa, namun tidaklah demikian bagi orang Yahudi.
Kita diselamatkan hanyalah oleh anugerah Tuhan, dan bukan karena
perbuatan atau usaha kita! Sebagai orang yang sudah diselamatkan
karena anugerah Tuhan, kita harus menunjukkan jati diri kita yang baru
dengan melakukan apa yang dikehendaki Tuhan. Apa yang dikehendaki
Tuhan, pastilah hal-hal yang baik dan benar di mata Tuhan.
STUDI PRIBADI: Mengapa keselamatan hanya oleh anugerah, dan bukan ditambahkan
perbuatan baik? Apakah keselamatan akan hilang ketika kita gagal berbuat baik?
Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab karena anugerah-Nya semata kita bisa
diselamatkan. Berdoalah agar hidup kita dapat menunjukkan jati diri kita
sebagai orang yang sudah diselamatkan.
08
SELASA
JULI 2014
“Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam,
sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa
Markus juga sertanya berlayar ke Siprus.”
(Kisah Para Rasul 15:39)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 15:35-41
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 15:22-41
PERSELISIHAN DALAM PELAYANAN
S
etelah membantu menyelesaikan permasalahan di Antiokhia,
Paulus dan Barnabas masih mengajar dan memberitakan firman
Tuhan di sana. Namun beberapa waktu kemudian, Paulus mengajak
Barnabas untuk mengunjungi lagi kota-kota, tempat mereka pernah pergi
memberitakan firman Tuhan. Muncullah gagasan dari Barnabas untuk
mengajak Yohanes Markus, yang adalah kemenakannya. Tetapi sayang,
Paulus tidak menyetujuinya, dengan alasan Yohanes Markus pernah
meninggalkan mereka dan kembali ke Yerusalem, ketika mereka hendak
melayani ke Antiokhia. Paulus menganggap Yohanes Markus tidak siap
dan takut menghadapi perjalanan pelayanan yang berat dan penuh bahaya
(Kis.13:13)
Perbedaan pendapat ini ternyata menimbulkan perselisihan yang
cukup tajam. Baik Paulus maupun Barnabas sama-sama teguh pada
pendiriannya. Perselisihan yang tajam antara dua pemuka agama jemaat
Antiokhia ini dapat menimbulkan perpecahan jemaat. Namun Tuhan
menghindarkan bahaya ini. Barnabas dan Yohanes Markus menarik diri,
dan memisahkan diri lalu pergi ke Siprus. Sedangkan Paulus memilih Silas,
pengganti Barnabas untuk mengelilingi Siria dan Kilikia. Akhirnya, Paulus
menghargai Markus (Gal. 2:9, Kol. 4:10), setelah Markus memperoleh
latihan di Siprus, di bawah pimpinan Barnabas.
Perbedaan pendapat wajar terjadi dalam kelompok manapun, bahkan
gereja. Namun perbedaan pendapat itu berpotensi menjadi perselisihan
bahkan perpecahan apabila perbedaan pendapat itu tidak disikapi dengan
bijak. Perpecahan terjadi jika pihak yang berselisih sama-sama bersikeras
mempertahankan pendapatnya, tidak mau belajar memahami pendapat
lain, merasa pendapatnya paling benar, pendapatnya yang harus diikuti.
Karena itu, mari kita belajar menyelesaikan perbedaan pendapat dengan
bijak dan rendah hati. Kita lebih melihat kepada masalahnya, tujuannya,
bukan pada kepentingan pribadi, atau harga diri. Jadi, mari kita melakukan
apa yang Tuhan kehendaki, bukan apa yang kita kehendaki.
STUDI PRIBADI: Apa saja yang biasanya menyebabkan perselisihan, bahkan perpecahan
dalam suatu kelompok? Bagaimanakah menyelesaikan konflik tersebut?
Berdoalah agar para pemimpin gereja dapat bersehati dan bersatu dalam
melayani pekerjaan Tuhan membangun gereja Tuhan. Apapun yang menjadi
keputusan dan dikerjakan adalah untuk memuliakan nama Tuhan.
09
RABU
JULI 2014
“Timotius ini dikenal baik oleh saudara-saudara
di Listra dan di Ikonium.”
(Kisah Para Rasul 16:2)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 16:1-3
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 16:1-18
TIMOTIUS, LAYAK DIPILIH
S
ebentar lagi kita (GKA Gloria) akan melangsungkan pemilihan
Majelis periode 2015-2017. Tentu kita mengenal para calon Majelis
tersebut dan mungkin saja kita lebih tahu pribadinya daripada orang
lain. Jika demikian, manakah yang Anda akan pilih? Kriteria apa yang
membuat Anda memilihnya?
Dalam bacaan kita hari ini, kita menjumpai seorang pribadi yang
bernama Timotius, yang dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan di
ikonium (ay. 2). Istilah “dikenal baik” yang dicatat dalam ayat ini, dalam
bahasa Yunaninya ialah “martureo” (bersaksi), yang menunjukkan bahwa
Timotius memiliki sikap, karakter, dan keimanan yang baik dan telah
disaksikan dan dirasakan oleh orang-orang Kristen di Listra, maupun di
Ikonium. Sekalipun ia masih sangat muda (bdk. 1Tim. 4:12), tetapi telah
memiliki reputasi yang baik di hadapan jemaat Tuhan. Maka tidak heran,
jika Paulus menghendaki dan memilihnya menyertainya dalam perjalanan
misinya. Jika Paulus berani memilih Timotius, itu berarti Timotius sungguhsungguh layak dipilih, sebab Paulus tidak sembarangan dalam memilih
orang untuk menyertai dia dalam pelayanan. Coba bandingkan dengan
peristiwa Paulus menolak tawaran Barnabas yang ingin mengikutsertakan
Yohanes Markus dalam pelayanan mereka, sehingga Paulus dan
Barnabas berselisih tajam (bdk. Kis. 15:35-40).
Bercermin dari sikap Paulus yang berani memilih Timotius tersebut,
maka kita pun harus memilih calon majelis yang sama seperti Timotius,
yaitu orang yang berintegritas, orang yang terkenal baik dalam iman, sikap
dan karakternya. Jika pertimbangan ini menjadi pertimbangan Paulus
mengajak Timotius melayani bersama, marilah kita juga menjadikan hal ini
kriteria dalam memilih Majelis gereja, agar mereka kelak mengerjakan
panggilan pelayanan tanpa digugat oleh siapapun, karena intergritasnya
yang tidak baik. Karena itu, berdoalah bagi para calon Majelis Gereja agar
mereka benar-benar dapat menjadi teladan iman bagi jemaat Tuhan yang
mereka pimpin.
STUDI PRIBADI: Mengapa Paulus memilih Timotius untuk menyertainya dalam perjalanan
misinya? Mengapa sebuah integritas itu perlu, baik bagi hamba Tuhan atau Majelis?
Berdoalah bagi para calon Majelis agar mereka memiliki kecintaan yang
besar akan pelayanan dan berani menggembalakan jemaat Tuhan untuk
kemajuan gereja Tuhan.
10
KAMIS
JULI 2014
“Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat,
supaya aku selamat.”
(Kisah Para Rasul 16:30)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 16:19-40
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 16:19-40
KEPALA PENJARA FILIPI
M
ungkin Anda telah sekian kali membaca kisah tentang Paulus dan
Silas yang dipenjarakan di kota Filipi. Dan bagian yang mungkin
Anda sukai adalah adegan pertolongan Tuhan yang
membebaskan mereka dari penjara Filipi dengan gempa bumi; atau kita
tertarik dengan teks Alkitab ini, karena di dalamnya kita menjumpai “adanya
kuasa pujian dan doa.”
Semua yang kita pikirkan tentang ayat ini tentu tidaklah salah, tetapi
pernahkah kita menempatkan diri kita pada posisi kepala penjara yang
sedang ketakutan dan ingin bunuh diri karena beranggapan bahwa para
“napi” telah kabur meninggalkan penjara? Dalam kondisi yang seperti itu,
Paulus segera menahan kepala penjara tersebut untuk mencelakai dirinya
sendiri (ay. 28), dan kemudian kepala penjara itu bertanya: “Tuan-tuan,
apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat” (ay. 30)? Singkat
cerita, sejak peristiwa itu, kepala penjara dan seisi rumahnya memiliki
kesempatan untuk mendengarkan Injil Tuhan yang disampaikan Paulus,
dan mereka menjadi percaya.
Dari kisah ini kita dapat melihat cara kerja Tuhan yang ajaib untuk
menyelamatkan kepala penjara Filipi. Melalui, “gempa bumi” sampai “pintu
penjara yang terbuka,” Tuhan dapat memakainya menjadi sebuah “batu
loncatan” agar kepala penjara Filipi dan keluarganya dapat mendengarkan
Injil Tuhan. Bagaimana dengan kita?
Terkadang dalam hidup, Tuhan juga mengizinkan kesulitan-kesulitan
menimpa kita. Namun marilah kita tidak meresponinya dengan sikap yang
salah, seperti kepala penjara Filipi yang ingin bunuh diri. Sebaliknya, dalam
kesulitan apapun, percayalah bahwa Tuhan sedang mengerjakan
keajaiban-Nya dalam hidup kita, agar iman dan kerohanian kita dapat
bertumbuh, atau setidaknya kita disadarkan untuk menaruh pengharapan
kita hanya kepada-Nya. Ingatlah, di luar Tuhan, kita tidak menemukan
keselamatan bagi jiwa kita. Karena itu, marilah kita percaya pada pimpinan
dan penyertaan Tuhan dalam setiap aspek hidup kita.
STUDI PRIBADI: Bagaimana cara Tuhan memakai situasi untuk menolong kepala penjara
Filipi mendengar Injil Tuhan? Pelajaran apa yang dapat kita terapkan bagi hidup kita?
Berdoalah bagi jemaat yang sedang menghadapi kesulitan agar mereka
merendahkan hati di hadapan Tuhan dan percaya, bahwa Tuhan sanggup
mendatangkan kebaikan, sekalipun dari situasi yang sulit.
11
JUMAT
JULI 2014
“Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan,
bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara
orang mati, lalu ia berkata: Inilah Mesias, yaitu Yesus…”
(Kisah Para Rasul 17:3)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 17:1-15
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 17:1-15
INJIL DI TESALONIKA DAN BEREA
K
hotbah-khotbah Paulus membawa banyak orang menjadi beriman
kepada Yesus Kristus. Beberapa orang Yahudi menjadi yakin dan
menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas, termasuk sejumlah
besar orang Yunani yang takut kepada Allah, dan tidak sedikit perempuanperempuan terkemuka, yang bergabung. Paulus memuji orang percaya di
Tesalonika karena “ketabahan” mereka dalam iman meskipun mereka
berasal dari latar belakang agama-agama berhala Yunani.
Tetapi orang-orang Yahudi yang tidak percaya menjadi “iri hati” dan
dengan dibantu oleh beberapa penjahat dari petualang-petualang di pasar,
mereka mengadakan keributan dan mengacau kota itu, sambil berteriak:
“orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia telah datang kemari.”
Aniaya yang hebat dari orang-orang yang tidak percaya, memaksa Paulus
dan Silas untuk melarikan diri dari kota Tesalonika menuju ke Berea.
Ketika firman Tuhan diberitakan di Berea, orang-orang Yahudi di kota
Berea lebih baik dari orang-orang Yahudi di Tesalonika, mereka menerima
firman itu dengan kerendahan hati dan setiap hari menyelidiki Kitab Suci
untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. Banyak di antara
mereka menjadi percaya, termasuk di antaranya perempuan-perempuan
terkemuka dan laki-laki Yunani, ikut bergabung.
Salib Kristus adalah peristiwa yang paling “mempersatukan” dan juga
paling “memecah-belah” umat manusia sepanjang sejarah. Orang dapat
dengan mudah berbicara tentang berbagai macam filsafat dan agama,
tetapi ketika seseorang mengangkat topik kematian Kristus di kayu salib,
percakapan sering kali berubah secara radikal. Ada yang marah, ada yang
mencemooh dan ada yang merasa bingung. Konsep Salib Kristus sama
sekali tidak masuk hitungan. Itu adalah suatu kebodohan bagi mereka yang
tidak percaya, persis seperti pendapat orang-orang saat ini yang tidak
memahami pesan Injil. Kita memahaminya bukan karena kita lebih pintar
daripada para filsuf, melainkan karena Allah terlebih dulu memegang kita;
untuk itulah sepatutnya kita bersyukur.
STUDI PRIBADI: Apa yang Paulus alami dalam pelayanannya di Tesalonika dan Berea? Apa
hasil yang mereka dapatkan dari pemberitaan Injil?
Berdoalah bagi mereka yang memberitakan Injil di berbagai tempat yang
belum terjangkau oleh Injil, agar mereka beroleh keberanian dan tetap setia
dalam panggilan hidup mereka.
12
SABTU
JULI 2014
“Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya,
Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi,
tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia.”
(Kisah Para Rasul 17:24)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 17:16-34
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 17:16-34
INJIL DI ATENA
S
esampainya di Atena, Paulus tidak henti-hentinya memberitakan Injil
kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut kepada
Allah, termasuk mereka yang ada di pasar setiap hari dan beberapa
ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa. Mereka mengira, Paulus adalah
pemberita ajaran dewa-dewa asing, sebab kota Atena adalah kota kuil,
karena banyaknya, bahkan kota itu penuh dengan patung-patung berhala,
dan dalam segala hal mereka sangat setia beribadah kepada dewa-dewa
itu, sehingga mereka tidak mempunyai waktu untuk lainnya, selain untuk
mengatakan atau mendengar sesuatu yang baru.
Paulus mendapatkan kesempatan yang baik untuk memberitakan Injil
dalam sidang Areopagus, bukit di Atena, tempat dewan kota mengadakan
rapat. Dalam pidatonya, Paulus memulai dengan sebuah mezbah dengan
tulisan: “Kepada Allah yg tidak dikenal.” Mezbah ini didirikan karena mereka
takut melakukan suatu hal yang tidak menyenangkan dewa-dewi yang
belum mereka kenal. Pemberitaan Paulus dimulai dengan “siapakah Allah
dan karya-Nya.” Topik ini disampaikan untuk menjawab kelompok Epikuros
yang mengutamakan “kekuatan intelektual” dan kelompok Stoa yang
mengutamakan “kekuatan alam semesta.” Disertai keberanian, Paulus
mengatakan, bahwa dengan tidak memandang pada zaman kebodohan,
maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di manapun
mereka, mereka semua harus bertobat (ay. 30). Di akhir pidatonya, Paulus
menutup dengan topik “kebangkitan orang mati dan penghakiman.”
Ketika pemberitaan selesai disampaikan, respon pendengar adalah:
ada yang mengejek, ada yang tidak percaya, tetapi ada juga yang percaya.
Bicara tentang Salib Kristus adalah peristiwa yang paling “mempersatukan”
dan juga paling “memecah-belah.” Orang dapat dengan mudah berbicara
tentang berbagai macam filsafat dan agama, tetapi ketika seseorang
mengangkat topik kematian Kristus di kayu salib, percakapan seringkali
berubah secara radikal, sebab konsep Salib Kristus sama sekali tidak
masuk hitungan.
STUDI PRIBADI: Apa yang Paulus lakukan agar Injil dapat dimengerti oleh orang-orang di
Atena? Bagaimana hasil pelayanan Paulus di Atena?
Berdoalah bagi sekolah teologi, lembaga misi, serta para hamba Tuhan yang
mengalami tantangan karena Injil, agar mereka diberikan hikmat untuk dapat
menyampaikan pesan Injil dengan tepat.
13
MINGGU
JULI 2014
“Jangan takut! Teruslah memberitakan firman
dan jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau…”
(Kisah Para Rasul 18:9, 10)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 18:9-16
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 18:1-28
TERUSLAH BERITAKAN FIRMAN
P
enolakan adalah hal yang tidak menyenangkan. Setiap orang pasti
berharap bahwa kehadirannya akan disambut baik dan diterima oleh
orang lain. Namun, ketika seseorang melakukan sebuah kebenaran,
maka dia harus menghadapi sebuah resiko ditolak dan dibenci orang lain.
Inilah yang kadang membuat orang percaya menjadi dilema, ketika ia harus
melakukan kebenaran berdasarkan firman Tuhan.
Firman Tuhan bagian ini mengungkapkan pergumulan Paulus sebagai
seorang manusia biasa. Rupanya, pertentangan dan kebencian terhadap
Paulus dan Injil makin bertambah, sehingga Paulus mulai takut dan raguragu, apakah harus meninggalkan Korintus atau bertahan. Kadang-kadang
perasaan yang sama akan timbul dalam hati orang percaya ketika mereka
berada dalam kondisi tertekan karena memberitakan Injil ataupun karena
mempertahankan sebuah kebenaran.
Namun, dalam situasi semacam itu, Allah menguatkan hati Paulus.
Janji kehadiran-Nya dalam Kisah Para Rasul 18:10 memberikan kepastian
dan kedamaian untuk melaksanakan kehendak Allah di dalam hidupnya.
Kehadiran Allah ini adalah kehadiran secara khusus bagi setiap anak-Nya
yang setia melakukan kebenaran-Nya. Dia akan hadir untuk memberkati,
menolong, melindungi, dan menuntun anak-Nya.
Perintah yang Allah berikan kepada Paulus untuk terus memberitakan
firman dimanapun Tuhan menempatkannya, juga dapat berlaku bagi kita.
Hal yang sama juga Tuhan janjikan bagi kita ketika kita memberitakan Injil,
maupun ketika kita melakukan kebenaran-Nya. Tuhan akan memberkati,
menolong, melindungi, dan menuntun kita di manapun kita berada, untuk
memberitakan firman Tuhan, baik itu melalui perkataan maupun melalui
kesaksian hidup kita. Karena itu, janganlah takut dan gentar menghadapi
tantangan dalam pelayanan, tapi marilah kita tetap mengerjakan tugas dan
tanggung jawab yang Tuhan telah berikan kepada kita sampai kepada
kesudahannya, sehingga nama Tuhan dipermuliakan dan kita menjadi
berkat bagi banyak orang.
STUDI PRIBADI: Tantangan apa yang Paulus hadapi dalam pelayanannya? Bagaimanakah
janji Tuhan terhadap Paulus? Pelajaran apa yang bisa kita dapatkan dari kisah ini?
Berdoalah bagi para misionaris, pelayan Tuhan, Majelis, dan aktivis gereja
yang melayani penjangkauan terhadap orang-orang yang belum mengenal
keselamatan di dalam Tuhan Yesus.
14
SENIN
JULI 2014
“… dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan
melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak.”
(Yohanes 14:13)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 19:1-20
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 19:1-20
NAMA YESUS YANG AJAIB
K
uasa Allah tidaklah dibatasi oleh apapun. Allah bisa menggunakan
segala cara untuk menolong setiap umat-Nya, khususnya ketika hal
itu berkaitan dengan perluasan pekerjaan-Nya. Pada masa Paulus,
Allah mengizinkan mujizat terjadi melalui sapu tangan dan jubah yang
tersentuh olehnya. Itupun anugerah Allah. Tidak setiap saat hal itu terjadi
dalam perjalanan pelayanan Paulus. Hal itu terjadi atas perkenan dari Allah
untuk menguatkan kesaksian dan pelayanan Paulus; sehingga ketika yang
lainnya berusaha untuk melakukan sebuah mujizat yang sama tanpa ada
perkenan dari Allah, maka hal itu justru menjadi musibah.
Ketujuh anak Skewa telah menyaksikan bagaimana Allah bekerja
melalui beberapa orang Yahudi yang percaya Yesus. Mereka berusaha
untuk melakukan hal yang sama dengan menggunakan nama Yesus. Tapi
justru menghasilkan sesuatu yang mencelakakan diri mereka sendiri. Hal
apakah yang dapat kita pelajari melalui kebenaran firman Tuhan ini?
Pertama, nama Tuhan Yesus adalah nama yang penuh kuasa. Tuhan
Yesus adalah Allah, sehingga nama-Nya memiliki kuasa dan tidak boleh
disebut sembarangan. Setiap orang yang telah sungguh-sungguh percaya
kepada Tuhan Yesus dapat menggunakan nama-Nya untuk memohonkan
pertolongan-Nya (Yoh. 14:13,14).
Kedua, mujizat adalah kedaulatan Allah. Hanya Allah yang berhak
memutuskan waktu dan menentukan cara yang digunakan dalam bertindak
menolong setiap orang percaya. Adapun tujuan akhir dari mujizat tersebut
adalah bagi kemuliaan Allah, pertumbuhan iman, dan kesaksian bagi orang
yang belum percaya.
Ketika mempelajari hal ini, apakah itu berarti bahwa seseorang tidak
boleh mendoakan atau mengharapkan sebuah mujizat? Tentu setiap orang
percaya bisa berdoa agar sebuah mujizat terjadi dalam hidupnya, namun
dengan sebuah kerendahan hati dan menyerahkan setiap keputusan pada
Allah. Allah memiliki hikmat yang tidak terbatas untuk memutuskan kapan
dan bagaimana suatu mujizat terjadi dalam kehidupan seseorang.
STUDI PRIBADI: Apakah mujizat terjadi menurut keinginan kita, ataukah kehendak Allah?
Mengapa? Bolehkah meminta mujizat pada Tuhan? Apa sikap kita, jika tidak ada mujizat?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan yang sedang menghadapi pergumulan hidup,
agar tetap percaya kepada pimpinan dan rencana Tuhan, karena apa yang
dikerjakan Tuhan bagi kita, adalah baik adanya.
15
SELASA
JULI 2014
“...Besarlah Artemis dewi orang Efesus.”
(Kisah Para Rasul 19:28)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 19:21-40
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 19:21-40
KRISTUS ATAU ARTEMIS
K
adang hidup seseorang sulit ditebak, maunya jadi orang berhasil
dan berguna, namun nasib buruk membawa dia ke jalan yang tidak
benar. Apakah benar bahwa nasib lah yang harus disalahkan, atau
dirinya yang salah memilih jalan hidup? Jika kita melihat dasar kehidupan
Paulus dan Demetrius, pada umumnya keduanya sama, baik pikiran
maupun perbuatannya, sama-sama menolak Tuhan dengan cara berbeda.
Paulus sangat gencar menganiaya pengikut Kristus, sedangkan Demetrius
menyembah Artemis. Namun akhirnya bagaimana nasib kedua orang ini?
Paulus menjadi pemberita Injil Kristus dan memperkenalkan jalan
Tuhan pada orang-orang Efesus yang menyembah dewa Artemis (19:23).
Ini menimbulkan reaksi kemarahan dari pengusaha kuil dan patung dewa
Artemis, karena banyak orang telah menjadi percaya dan meninggalkan
penyembahan berhala mereka, sehingga penghasilan mereka menjadi
berkurang. Takut penghasilan mereka terancam karena pemberitaan Injil
Paulus, maka para pedagang patung-patung dewa Artemis melampiaskan
kemarahan mereka dengan mengadakan huru-hara pro Artemis dan juga
menolak pemberitaan Injil Kristus. Meski tujuan Paulus adalah ke Roma,
tapi Tuhan ijinkan Injil Kristus singgah di Efesus, sehingga banyak orang
berpaling kepada Kristus dan meninggalkan Artemis.
Demetrius berikeras tetap pada pendiriannya dan mempropagandakan dagangannya berupa patung-patung Artemis meskipun mempunyai
kesempatan mendengar Injil Kristus dari Paulus. Seperti yang dikatakan
pada ayat 20, “Sekarang kamu sendiri melihat dan mendengar, bagaimana
Paulus, bukan saja di Efesus, tetapi juga hampir di seluruh Asia telah
membujuk dan menyesatkan banyak orang dengan mengatakan, bahwa
apa yang dibuat oleh tangan manusia bukanlah dewa.” Sesungguhnya Injil
Kristus telah menyapa Demetrius, tapi ia tetap mengeraskan hatinya.
Saudara, janganlah menyalahkan nasib kita, jika kita tetap bersikap
seperti Demetrius, yang telah dibutakan Artemis. Bukalah hati bagi Kristus,
seperti yang Paulus lakukan, dan Dia akan mengubah nasibmu.
STUDI PRIBADI: Mengapa di Efesus terjadi huru hara? Bagaimanakah reaksi orang Efesus
mendengar berita Injil?
Berdoalah bagi mereka yang belum mengenal Tuhan Yesus sebagai Juruselamat hidupnya, agar Tuhan berkenan membuka dan mencelikkan mata
hati mereka, sehingga mereka dapat mengenal kebenaran.
16
RABU
JULI 2014
“Jangan ribut, sebab ia masih hidup.”
(Kisah Para Rasul 20:10)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 20:1-12
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 20:1-16
EUTIKHUS HIDUP KEMBALI
H
idup seseorang tidak bisa diduga, kapan ia masih hidup dan kapan
ia meninggal. Kadang orangtua dengan usia hampir satu abad dan
fisik yang lemah, bertahan hidup, sedangkan orang yang muda dan
dikatakan sangat sehat, sudah tiada. Dalam perjalanan pelayanan Paulus
ke Makedonia melalui Troas, ada peristiwa yang mangagetkan yaitu ada
seorang anak muda mati mendadak karena jatuh. Lalu bagaimana dengan
ia bisa hidup lagi?
Paulus ketika tiba di Troas langsung mengadakan perkumpulan untuk
memecah-mecahkan roti, hal ini sudah bisa dilakukan oleh Paulus dengan
orang-orang percaya, sama seperti jemaat mula-mula di pasal 2-4. Dalam
persekutuan memecah-mecah roti, Paulus menyampaikan firman Tuhan
sampai fajar menyingsing; ini adalah khotbah terpanjang Paulus selama
perjalanan misinya. Ini menunjukkan bahwa jemaat mula-mula haus akan
firman Tuhan dan mereka memiliki sikap yang positif terhadap pengajaran
Paulus. Bagaimana dengan sikap kita terhadap khotbah yang kita dengar?
Kadang tidak sampai satu jam, kita sudah gelisah dan tidak punya hati
untuk mendengar firman-Nya.
Eutikhus, anak muda yang rindu mendengarkan pengajaran Paulus,
namun saking tidak kuat menahan kantuknya, akhirnya ia tertidur lelap dan
jatuh dari tingkat tiga ke bawah, dan mati seketika itu juga. Kita bisa
bayangkan keadaan waktu itu seperti apa, karena musibah kematian anak
muda itu tidak diduga-duga. Lalu apa yang dilakukan Paulus? Ia turun dan
merebahkan dirinya ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata
kepada yang lainnya: “Jangan ribut, sebab ia masih hidup.” Tentu berita ini
menggemparkan dan semakin meneguhkan iman mereka. Ketika melihat
anak muda itu hidup kembali, semua orang menjadi terhibur dan dikuatkan,
baik melalui firman Tuhan maupun melalui peristiwa kebangkitan anak
muda ini. Bagian ini memperlihatkan, apabila kita memiliki kerinduan firman
Tuhan seperti Eutikhus, sekalipun kita akan mengalami musibah, Tuhan
akan senantiasa menyertai kita. Percayalah!
STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Eutikhus jatuh? Apa yang terjadi dengan Eutikhus
akibat dari kantuknya tersebut? Pelajaran apa yang dapat kita peroleh dari kisah ini?
Berdoa bagi pemuda/i Kristen, agar mereka memiliki kerinduan untuk belajar
firman Tuhan dan menerapkan firman Tuhan itu dalam kehidupan mereka,
sehingga menjadi berkat bagi sekeliling mereka.
17
KAMIS
JULI 2014
“Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun,
asal saja aku dapat mencapai garis akhir…”
(Kisah Para Rasul 20:24)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 20:18-24
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 20:17-24
PENGABDIAN SEORANG RASUL
R
asul bisa dikatakan merupakan jabatan paling tinggi dan terhormat
pada zaman gereja mula-mula, karena rasul adalah jabatan yang
sangat eksklusif, yang hanya diberikan kepada murid-murid Tuhan
saja. Setelah posisi Yudas Iskariot digantikan oleh Matias (Kis.1:24-26),
maka hanya Paulus—satu-satunya orang di luar kelompok 12 murid Tuhan,
yang menyebut dirinya dengan sebutan Rasul. Tidak bisa disangkal, bahwa
sebutan Rasul ini memang benar-benar menyiratkan kehormatan tertinggi
sebagai utusan Tuhan Yesus Kristus, di masa kelahiran gereja Tuhan yang
paling awal.
Yang dapat dipelajari dari para Rasul, bukan saja tentang kehormatan
sebagai utusan Tuhan Yesus Kristus dan kemuliaan tugas yang terkandung
dalam jabatan tersebut, melainkan juga bagaimana panggilan terhormat
sebesar itu diwujudkan secara nyata dalam bentuk pengabdian total
kepada Tuhan. Kita sungguh bangga bahwa setelah kejatuhan Yudas,
Rasul-rasul lain telah memberikan teladan yang sangat baik. Pengabdian
total sampai pada titik kehilangan nyawa, dialami oleh semua Rasul,
dimulai dengan pembunuhan Yakobus (Kis.12:1-2), kecuali Yohanes yang
Tuhan izinkan mati sampai hari tuanya.
Contoh penganiayaan sudah ada, mulai dari penganiayaan terbuka
(Kis. 8:1b) sampai pembunuhan Rasul. Namun hal itu sama sekali tidak
membuat Rasul lain mundur dari panggilan kerasulan mereka. Paulus
adalah contoh nyata seorang Rasul yang menjalani panggilan Tuhan dalam
pengabdian total. Kehidupannya terbuka untuk dinilai oleh semua orang,
tidak ada kepura-puraan, tidak ada sisi kegelapan yang tersembunyi. Dia
melayani dengan rendah hati, tidak pernah sekalipun merebut kemuliaan
Tuhan meskipun dia dipakai oleh Tuhan secara heran. Banyak kedukaan
yang harus dia alami dalam pelayanan, difitnah orang-orang sebangsa,
bahkan nyawanya sendiri terancam. Namun, semua itu tidak membuat dia
kehilangan fokus; dia tetap melayani dengan sepenuh hati. Bagaimana
dengan Anda sebagai pekerja Tuhan pada masa kini?
STUDI PRIBADI: Apakah Rasul Paulus hanya membanggakan jabatannya semata atau ia
justru menyatakan jabatan itu dalam kerja nyata dan penuh pengabdian? Jelaskan!
Berdoalah bagi para pekerja Tuhan yang melayani, baik di gereja maupun di
luar gereja, agar mereka hidup dalam pengabdian yang tulus ikhlas, bahkan
rela bekorban bagi kemuliaan Tuhan.
18
JUMAT
JULI 2014
“Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan,
karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik…”
(Kisah Para Rasul 20:28)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 20:25-38
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 20:25-38
KEHORMATAN SEORANG PENATUA
D
i bawah jabatan Rasul, maka dapat dikatakan bahwa penatua
gereja merupakan jabatan terhormat lainnya. Dalam Kis. 14:23 dan
Tit. 1:5, penatua adalah jabatan tertinggi dalam pemerintahan
sebuah gereja lokal. Ini bukan opsi, tapi ketetapan. Tuhan berkenan bahwa
gereja-Nya di berbagai tempat, dipimpin oleh sekelompok pemimpin
dengan sebutan “presbuteros” atau penatua-penatua. Kedua bagian inilah
yang menjadi dasar acuan utama pembentukan sistem pemerintahan
gereja Presbiterian yang berlatar belakang teologi Reformed.
Di dalam pertemuan perpisahan Paulus dengan para penatua dari
Efesus, diungkapkan suatu rahasia besar dalam jabatan seorang penatua.
Memang secara kasat mata, penatua adalah orang yang berasal dan dipilih
dari gereja lokal. Tapi secara teologis, istilah “kamulah yang ditetapkan Roh
Kudus” ini menunjukkan makna teologis, bahwa di balik jabatan tersebut,
sesungguhnya seorang penatua adalah orang yang mewakili Tuhan untuk
menjadi penilik, yaitu menjalankan fungsi pengawasan terhadap
kehidupan bergereja dan kehidupan jemaat, lebih jauh mewakili Tuhan
dalam menggembalakan jemaat Allah. Tugas dan kewajiban ini tidak
didelegasikan oleh jemaat, tetapi datang dari Allah sendiri. Penatua adalah
wakil Allah untuk menggembalakan jemaat, yang adalah aset Allah yang
paling berharga, yang untuknya Allah telah membayar harga paling mahal,
yaitu dengan nyawa Anak-Nya sendiri.
Seiring dengan proses pencalonan dan pemilihan majelis gereja yang
sedang berlangsung, kiranya artikel ini bisa memberi pemahaman yang
bermanfaat bagi jemaat tentang kehormatan jabatan seorang penatua
sebagai pemimpin gereja, tapi terlebih lagi bagi para anggota majelis yang
terpilih. Siapapun yang terpilih, dia terpilih karena ditetapkan Roh Kudus
untuk menjadi wakil Allah mengurus aset-Nya yang paling berharga, untuk
menggembalakan jemaat-Nya. Jika kita memahami nilai dan kehormatan
yang terkandung dalam jabatan pemimpin gereja, niscaya kita akan
menerima dan menghargai kepercayaan yang Tuhan berikan kepada kita.
STUDI PRIBADI: Mengapa pekerjaan sebagai penatua gereja merupakan pekerjaan yang
mulia dalam melayani Tuhan? Bagaimana respons kita jika kita dipilih sebagai penatua?
Berdoalah bagi calon-calon majelis yang telah dipilih agar mereka memiliki
kesadaran dan menghargai panggilan yang Tuhan berikan dalam memimpin
dan menggembalakan umat Tuhan.
19
SABTU
JULI 2014
“Karena ia tidak mau menerima nasihat kami,
kami menyerah dan berkata: Jadilah kehendak Tuhan.”
(Kisah Para Rasul 21:14)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 21:1-14
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 21:1-40
KONSEP TENTANG HARGA MELAYANI TUHAN
M
ajed El Shafie—seorang warga Mesir yang percaya Tuhan Yesus,
menuturkan pengalamannya dianiaya orang-orang sebangsanya
karena imannya pada Kristus, dan karena pekerjaannya membela
orang-orang Kristen yang teraniaya di Mesir. Berbagai macam siksaan dan
aniaya pernah ia alami. Ketika dia ditanya; kenapa dia bisa tahan menerima
semua perlakuan yang kejam itu? Ia menjawab singkat dan sederhana,
“Tergantung... Engkau menerima semua itu dengan, atau tanpa Tuhan.”
Bagi Majid, dia rela menderita karena dia tahu, Tuhan menyertai dia.
Kesaksian Majed El Shafie yang diwawancarai oleh Sid Roth adalah
gambaran dari konsep nilai seorang anak Tuhan yang mengerti nilai
penebusan. Dia sudah mendapatkan anugerah pengampunan, dia sudah
menerima hidup kekal, dia sudah mengerti kebenaran yang sejati, dan dia
menjadi pembela hak teman-teman sebangsanya. Itu adalah bentuk
pelayanannya bagi Tuhan, demi anugerah yang sudah Allah berikan
kepadanya. Menderita bagi Tuhan dan kebenaran, menjadi kehormatan
bagi Majed, dan bukan suatu ancaman yang menakutkan.
Konsep seperti itulah yang ada pada diri Paulus. Apabila Allah masih
berkenan menyatakan anugerah kepadanya, seorang musuh-Nya yang
dengan penuh kebencian pergi menangkap & memenjarakan orang-orang
Kristen, maka berapapun harga yang harus ia bayar dalam pengabdiannya
kepada Kristus, tidak akan menggoyahkan imannya kepada Tuhan. Dia
tahu apa yang disampaikan oleh Agabus sungguh-sungguh akan dia alami,
namun itu sama sekali tidak menggentarkan hatinya, apalagi membuat dia
lari dari panggilan hidupnya. Jangankan cuma diikat, dia bahkan rela untuk
mati bagi nama Tuhan. Membayar harga dalam melayani Tuhan, menjadi
suatu kehormatan yang membanggakan bagi Paulus.
Bagaimana dengan kita? Mari kita berdoa supaya Tuhan memberikan
kerelaan kepada kita untuk membayar harga dalam mengikut dan melayani
Tuhan, karena kita mengerti apa yang Tuhan sudah terlebih dahulu lakukan
dan anugerahkan kepada kita.
STUDI PRIBADI: Mengapa penderitaan dan aniaya tidak membuat gentar dan takut mereka
yang telah menemukan kebenaran sejati dalam Kristus dan pelayannannya? Jelaskan!
Berdoalah bagi orang-orang yang baru mengenal kebenaran dalam Kristus
Yesus Tuhan, agar iman mereka semakin bertumbuh dan mereka dipakai
Tuhan menjadi saksi-Nya, di manapun mereka berada.
20
MINGGU
JULI 2014
“Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua
orang tentang apa yang kau lihat dan yang kau dengar.”
(Kisah Para Rasul 22:15)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 22:1-30
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 22:1-30
PANGGILAN ORANG PERCAYA
M
enjadi orang Kristen adalah sebuah panggilan, yaitu dipanggil
untuk menjadi saksi Kristus. Dalam Kisah Para Rasul 22, dicatat
sebuah kesaksian panggilan Paulus di hadapan orang banyak.
Pada saat itu, Paulus ditangkap dan diperhadapkan dalam sebuah sidang.
Tuduhan yang diberikan kepadanya adalah bahwa dia seorang penentang
hukum Taurat dan menajiskan Bait Allah, karena memberitakan Injil kepada
orang Yunani. Namun dalam kesempatan itu, Paulus memberikan
pembelaan melalui kesaksian pertobatannya.
Paulus telah dipanggil dalam sebuah perjalanan untuk menganiaya
pengikut Kristus (ay. 4-16). Dia mengalami peristiwa yang luar biasa dan
mendapat kesempatan istimewa mendengar langsung suara Tuhan (ay. 710). Paulus dalam perjalanannya ke Damsyik bertujuan untuk membunuh
orang Kristen, namun telah “ditangkap” oleh Tuhan. Tujuannya dibelokkan
dari seorang pembunuh menjadi seorang penginjil. Perjumpaan Paulus
dengan Yesus mengubah hidupnya seratus persen.
Dari pengalaman panggilan Paulus ini, kita melihat bahwa panggilan
hidup orang Kristen ialah sebuah anugerah (ay. 14). Orang yang dianggap
paling tidak layak bisa menjadi perpanjangan tangan Tuhan, untuk
memberitakan Injil. Dari catatan kesaksian Paulus ini, bisa dilihat bahwa
orang yang dianggap paling hina sekalipun, jika Tuhan pakai, bisa menjadi
orang yang luar biasa dalam pelayanan.
Demikian halnya orang percaya, Tuhan memanggil tiap orang Kristen
untuk menjadi saksi-Nya. Bukan karena kita paling layak untuk melayani,
tetapi karena Tuhan memberikan anugerah dan kesempatan untuk kita.
Perjumpaan kita dengan Yesus seharusnya memberikan perubahan yang
positif bagi diri kita. “The Worst sinner can be the best saint if you meet
Jesus.” Orang paling berdosa sekalipun dapat menjadi orang yang paling
kudus bila bertemu Yesus. Sudahkah kita mengalami perubahan itu setelah
menjadi orang Kristen? Jangan pernah memandang rendah perjumpaan
dengan Yesus, tapi jadikan itu momentum kehidupan baru Anda!
STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Ananias dan Safira menyembunyikan sebagian uang
dari penjualan yang seharusnya mereka berikan kepada Tuhan? Apa hikmatnya bagi kita?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka dapat hidup tulus dan jujur
di hadapan Tuhan, agar kehidupan rohani mereka menjadi semakin dewasa
dan memuliakan Allah.
21
SENIN
JULI 2014
“ …sampai kepada hari ini aku tetap hidup
dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah.”
(Kisah Para Rasul 23:1)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 23:1-15
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 23:1-15
CERDIK SEPERTI ULAR
S
etelah terlepas dari hukuman karena kesaksian pertobatan dan
pengakuannya sebagai warga negara Roma (Kis. 22: 25-29), Paulus
kembali dibawa ke hadapan Mahkamah Agama. Masih dengan
tuduhan yang sama, menentang Taurat dan membawa orang non-Yahudi
ke Bait Allah. Hal ini membuat Paulus kembali berpikir keras untuk dapat
membela dirinya. Paulus dalam pembelaannya menyatakan bahwa dia
melakukan hal-hal yang dituduhkan dengan hati nurani yang murni di
hadapan Allah (Kis. 23:1). Artinya, Paulus menyatakan bahwa apa yang dia
lakukan tidak bertentangan dengan kehendak Allah. Paulus dengan berani
memberi pembelaan di hadapan Mahkamah Agama, meski pernyataannya
menuai tamparan (ay. 2).
Paulus dengan cerdik melihat suasana pengadilan (ay. 6); di sana ada
orang Saduki (berpengaruh besar di Mahkamah Agama) dan Farisi
(berpengaruh besar dalam masyarakat Yahudi). Paulus “memanfaatkan”
situasi ini, dengan tujuan mendapatkan pembelaan dari kelompok paling
banyak, yaitu orang Farisi. Dia mengakui bahwa dirinya termasuk golongan
Farisi, yang percaya kebangkitan orang mati. Sebab orang Saduki tidak
percaya kebangkitan orang mati. Namun pengakuan Paulus ini bukanlah
sebuah kebohongan demi kebebasannya semata, karena pada dasarnya
ajaran Kristen meyakini kebangkitan orang mati yang didasari kebangkitan
Kristus. Jadi benarlah pengakuan Paulus, bahwa dalam hal keyakinan
mengenai kebangkitan orang mati, dia termasuk golongan Farisi. Dengan
pengakuan ini, Paulus mendapat dukungan dari orang Farisi yang memiliki
suara lebih dominan di masyarakat. Dengan kecerdikan yang dia miliki,
Paulus bebas dari hukuman pada hari itu.
Dalam kehidupan Kristen, kita bisa saja mengalami tantangan yang
berat dalam kehidupan. Mungkin tantangan itu tidak seberat yang Paulus
terima, yang dihadapkan berkali-kali di pengadilan oleh karena imannya.
Namun kita tetap harus cerdik seperti ular, dan harus meminta hikmat dari
Tuhan supaya bisa tetap menjadi saksi iman di mana pun kita berada.
STUDI PRIBADI: Apa yang Paulus lakukan dalam usahanya membebaskan diri dari
pengadilan? Pelajaran apa yang bisa kita terapkan dalam kehidupan kita?
Berdoalah supaya setiap kita diberikan hikmat oleh Tuhan dalam menjalani
kehidupan kita dan mempertahakan iman kita kepada Tuhan, ketika kita
harus menghadapi ancaman dan tekanan.
22
SELASA
JULI 2014
“Sediakan juga beberapa keledai tunggang untuk Paulus dan
bawalah dia dengan selamat kepada wali negeri Feliks.”
(Kisah Para Rasul 23:24)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 23:16-35
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 23:16-35
PARADOKS PERANAN AGAMA & PEMERINTAH
P
embacaan hari ini menggambarkan peranan terbalik antara agama
dan pemerintahan dalam menanggapi perkembangan kekristenan
mula-mula. Agama, pada satu sisi, dalam konteks ini “diwakili” oleh
Yudaisme, yang seharusnya berperan untuk dapat mengayomi dan
mengarahkan kehidupan, dengan tujuan damai sejahtera dan menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, ternyata telah menjadi alat teror dan alat
permainan kotor. Dengan dalih kemutlakan penafsiran agamanya, yang
disertai pula oleh ke-iri-hati-an terhadap perkembangan kepercayaan yang
lainnya, menjadikan para tokoh agama Yahudi dipenuhi kebencian, yang
mengakibatkan perencanaan pembunuhan atas diri Paulus. Sungguh
memalukan! Dari konteks bacaan firman ini, seharusnya kita umat-Nya
mengevaluasi kepercayaan iman kita ketika kita diperhadapkan dengan
pluralitas kehidupan agama di Indonesia, maupun di dunia. Kekristenan
yang bersumberkan pada kasih Allah kepada umat manusia,—didirikan
atas pengorbanan Yesus Kristus, yang mendamaikan kita dengan Sang
Pencipta, dan ditopang karya Roh Kudus yang melahir-barukan kita, umatNya—,sepatutnya mewujudkan karya Allah Tritunggal di dalam diri kita,
bagi sesama untuk menjaga keharmonisan hidup ini.
Pemerintah, di sisi lainnya, dalam konteks ini “diwakili” Romawi telah
menunjukkan nilai-nilai penting dalam rangka menjalankan pemerintahan
yang adil dan bijaksana terhadap rakyatnya. Memang telah terjadi, banyak
pemerintahan, termasuk masa-masa tertentu dari Romawi, hanya menjadi
komoditas politik sektarian, yakni untuk mendukung golongan tertentu dan
membinasakan golongan lainnya. Namun dalam pembacaan firman hari
ini, patut disyukuri masih adanya pejabat pemerintah yang diwakili seorang
perwira tanpa nama ini, melakukan tugasnya dalam melindungi warganya
dalam menegakkan kebenaran melalui peradilan resmi, sehingga
mencegah permainan “penghakiman jalanan” yang ingin dilakukan oleh
kelompok agamawan. Inilah bukti bahwa Tuhan masih menyisakan orangorang tertentu, yang memiliki nurani tulus & pikiran jernih atas kebenaran.
STUDI PRIBADI: Di tengah-tengah kekacauan pemerintahan dan juga kesimpang-siuran
kebenaran, apakah Allah tetap memegang kendali atas semuanya itu? Jelaskan!
Berdoalah bagi jemaat yang sedang mengalami ketidakadilan agar mereka
tidak gentar menghadapi semua hal itu, karena ada Tuhan Yesus Kristus, Ia
Mahaadil, dan Ia dapat menegakkan keadilan-Nya.
23
RABU
JULI 2014
“Sementara itu ia berharap, bahwa Paulus akan memberikan
uang kepadanya. Karena itu, ia sering memanggilnya
untuk bercakap-cakap dengan dia.”
(Kisah Para Rasul 24:26)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 24:1-27
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 24
INTEGRITAS KESAKSIAN HIDUP PAULUS
P
engadilan menjadi salah satu arena penting yang menggambarkan
siapa saja yang terlibat di dalamnya, baik hakim, jaksa, pengacara,
terdakwa, saksi, maupun pendakwa. Pengadilan di dunia ini bersifat
paradoks, dan oleh karena itu bisa menjadi arena permainan kepalsuan,
sekaligus penegakan keadilan sejati. Apabila kita melihat dari kasus Paulus
yang diperhadapkan oleh pengadilan Romawi ini, kita bisa melihat suatu
integritas kesaksian hidup Paulus yang tidak terbantahkan. Karena itu,
seorang Kristen yang diperhadapkan kepada pengadilan karena imannya,
janganlah takut jika kita memiliki integritas hidup. Dari manakah kita bisa
melihat integritas Paulus itu?
Dalam membagikan pemahaman kepercayaan Jalan Tuhan kepada
orang Yahudi, Paulus tidak pernah bertengkar ataupun mengadakan huruhara di mana pun (ay. 12). Dari catatan kitab ini, bisa diperhatikan bahwa
huru-hara ataupun perbantahan justru dimulai dan terjadi di kalangan
pemimpin Yahudi. Di sini terlihat kebenaran utuh dari Kekristenan untuk
bertanggungjawab membela dan mempertahankan kepercayaan iman kita
dengan lemah lembut dan hormat (1Ptr. 3:15). Karena itu pembelaan iman
Kristen tidak pernah dibenarkan dengan perkataan yang kasar, apalagi
dengan tindakan provokatif.
Dalam menjalankan kehidupan kepercayaan Taurat Tuhan, Paulus
tidak pernah mengabaikan salah satu perintah apapun, baik persembahan,
korban, maupun pentahiran (ay. 17-18), yang dilakukan dengan ketulusan
hati dan menjadi kesaksian bagi siapapun yang melihatnya, apalagi ketika
di Bait Allah. Di sini terlihat keutuhan kehidupan keagamaan yang tidak bisa
dijadikan alat fitnah apapun, sebab dilakukannya dengan kesadaran nurani
yang murni. Coram Deo: “Hidup di hadapan Allah.” Benarlah pernyataan
Yesus, yaitu agar hidup keagamaan harus bersifat utuh (Mat. 5:20; Tit. 2:68). Karena itu, Feliks tidak akan pernah mendapatkan uang sogok ketika
mengharapkan penyelesaian kasus ini (ay. 26), sebab kebenaran harus
ditegakkan di dalam keadilan yang sejati.
STUDI PRIBADI: Apakah yang membuktikan bahwa Paulus memiliki integritas hidup yang
baik? Apa yang bisa kita pelajari dari kehidupan Paulus?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka hidup dalam integritas yang baik
di hadapan orang lain, agar nama Tuhan dipermuliakan dan hidup mereka
pun dapat menjadi berkat bagi banyak orang.
24
KAMIS
JULI 2014
“Setelah berunding dengan anggota-anggota pengadilan,
Festus menjawab: Engkau telah naik banding kepada Kaisar,
jadi engkau harus pergi menghadap Kaisar”.
(Kisah Para Rasul 25:12)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 25:1-27
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 25:1-27
KONSISTENSI DIRI
K
onsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir, suatu hal yang seringkali
sulit untuk benar-benar diterapkan. Konsistensi seseorang akan
menentukan seberapa kuat seseorang itu memegang teguh prinsip yang
dimiliki, seperti yang dilakukan oleh rasul Paulus dalam perikop yang kita
baca hari ini (Kis. 25).
Dalam Kisah Para Rasul 21, diceritakan bahwa rasul Paulus ditangkap
karena sepak terjangnya dalam memberitakan Injil Tuhan Yesus. Dalam
pasal-pasal selanjutnya diceritakan bahwa rasul Paulus ditahan dan
diperhadapkan kepada beberapa tokoh besar, seperti Mahkamah Agama,
Feliks dan Festus. Meskipun sudah diperhadapkan dengan banyak orang,
dicerca dengan berbagai macam tuduhan, namun rasul Paulus masih tetap
berkeyakinan untuk memberitakan Injil. Perkataan Paulus dalam Kisah
25:10-11 menggambarkan dengan jelas, bahwa Rasul Paulus memegang
konsistensitas sebagai hamba Tuhan yang setia. Paulus berkeyakinan
teguh bahwa apa yang dilakukannya selama ini tidaklah salah. Dan dalam
pasal-pasal selanjutnya bahkan dikatakan bahwa Paulus berharap agar
kaisar pun bisa bertobat dan menjadi percaya kepada Tuhan.
Kehidupan di dunia ini tidak luput dari tekanan dari pihak yang lebih
kuat, yang berkuasa. Umat Kristen tetap menjadi umat yang minoritas di
dunia ini, dengan berbagai macam ancaman dan tekanan dari berbagai
pihak. Situasi yang seperti ini justru menentukan se-konsisten apakah kita
sebagai anak Tuhan dalam membela keyakinan kita. Menjadi seseorang
yang memiliki konsistensi tinggi tidaklah mudah, tidak serta merta muncul
begitu saja, namun harus diasah dan ditumbuhkan di dalam diri kita. Cara
yang paling utama adalah dengan banyak membaca firman Tuhan dan
berdoa supaya Tuhan menguatkan kita menjadi orang yang konsisten
dalam keyakinan kita akan Tuhan. Kiranya seiring dengan pertumbuhan
rohani, kita menjadi anak Tuhan yang semakin konsisten akan keyakinan
kita terhadap Tuhan.
STUDI PRIBADI: Mengapa Paulus konsisten terhadap pemberitaan Injil? Se-konsisten
apakah diri kita ketika kita diperhadapkan pada situasi sulit?
Berdoa bagi para hamba Tuhan dan anak Tuhan supaya mereka dikuatkan
dan diberikan keteguhan hati dalam mempertahankan keyakinan mereka di
hadapan mereka yang tidak percaya.
25
JUMAT
JULI 2014
“Jawab Agripa: Hampir-hampir saja
kau yakinkan aku menjadi orang Kristen!”
(Kisah Para Rasul 26:28)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 26:1-32
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 26:1-32
KESAKSIAN HIDUP YANG MENGUBAHKAN
D
alam firman Tuhan ini diceritakan mengenai Paulus yang membela
dirinya di hadapan raja Agripa, terhadap segala tuduhan yang
dilemparkan orang-orang Yahudi yang membencinya. Kedengaran
seperti sebuah kisah yang biasa, namun di akhir kisah ini kita menemukan
sebuah hal yang sangat menarik, bahwa Agripa mengatakan hampir saja
dia diyakinkan Paulus untuk menjadi orang Kristen. Sekarang kisah ini
berubah dari kisah biasa menjadi sebuah kisah yang luar biasa. Kenapa?
Karena biasanya seorang yang didakwa hanya berpikir bagaimana dia bisa
lolos dari hukuman di hadapannya; memalsukan informasi kepada hakim
asalkan dia bisa bebas dari segala tuduhan. Namun Paulus berbeda, dia
bukan hanya berjuang untuk hidupnya, tapi ia justru membela kesaksian
tentang Tuhan Yesus. Kesaksiannya itu hampir saja mempengaruhi raja
Agripa untuk mengikuti jalan Tuhan. Bagaimana bisa? Jawabannya sangat
sederhana. Karena Paulus menceritakan pengalaman pertobatannya, dari
seorang yang membenci Tuhan Yesus dan yang akhirnya bertemu dengan
Tuhan Yesus dalam penglihatan. Melalui pertemuan itu, Paulus bertobat
dan menjadi seorang pemberita Injil Tuhan Yesus Kristus.
Dari sini kita bisa mempelajari satu hal dalam memberitakan Injil. Saat
kita ingin membawa seseorang percaya kepada Tuhan, mungkin saja tidak
diperlukan pengetahuan Alkitab. Bukan diperlukan kefasihan lidah, seperti
pengkhotbah ataupun pengajar. Dari pengalaman Paulus, kita tahu bahwa
pengalaman pertobatannya dapat membawa orang lain hampir percaya
kepada Yesus. Ini artinya: hal yang paling penting dalam kehidupan kita
sebagai pemberita Injil adalah pengalaman pertobatan kita. Pengalaman
bagaimana hidup kita yang bobrok, yang berdosa, yang kosong, namun
setelah bertemu dengan Tuhan, berubah, menjadi hidup yang baik, yang
mulia, dan yang memiliki makna. Oleh karena itu, dalam pemberitaan Injil,
menceritakan kesaksian kehidupan bersama Tuhan akan mempermudah
kita untuk bersaksi kepada orang yang belum percaya.
STUDI PRIBADI: Apa alasan yang membuat Paulus tidak membela dirinya sendiri, tetapi
justru menceritakan kisah pertobatannya? Apakah cerita tentang pertobatannya adalah
pembelaan dirinya?
Berdoalah bagi jemaat agar dalam setiap aktivitas kehidupan mereka, dapat
menjadi saksi bagi orang-orang di sekitarnya, yakni melalui perubahan hidup
mereka yang semakin mengasihi Tuhan dan sesama.
26
SABTU
JULI 2014
“Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar;
dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang…
di kapal ini akan selamat karena engkau.”
(Kisah Para Rasul 27:24)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 27:1-26
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 27:1-26
HIDUP YANG MENJADI BERKAT
K
isah Para Rasul 27 bercerita mengenai perjalanan Paulus menuju
ke Roma. Dalam perjalanan tersebut, Paulus menggunakan kapal
bersama dengan beberapa orang tahanan. Setelah beberapa hari
berlayar, Paulus mengingatkan semua orang di kapal bahwa lebih baik
mereka melanjutkan pelayaran setelah kondisi cuaca lebih tenang. Namun
perwira di kapal lebih mempercayai perkataan jurumudi dan sang kapten,
daripada Paulus (ay.11). Jurumudi dan kapten mengatakan kepada perwira
kapal, bahwa lebih baik mereka terus melanjutkan perjalanan. Akhirnya,
keputusan diambil. Mereka akan terus berlayar sampai ke kota Feniks,
sebuah kota pelabuhan pulau Kreta. Di tengah perjalanan menuju kota
Feniks, rupanya apa yang dikatakan oleh Paulus terbukti benar, mereka
menghadapi badai yang sangat dahsyat selama beberapa hari. Bahkan,
untuk menjaga supaya mereka tidak tenggelam, benda-benda yang ada di
dalam kapal, semuanya telah dibuang ke dalam laut.
Di dalam kekuatiran mereka, Allah mengutus malaikat-Nya berbicara
kepada Paulus. Kisah Para Rasul 27:24 menceritakan malaikat itu berkata
kepadanya, “Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan
sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersamasama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau.” Sebuah
perkataan yang sangat menghiburkan. Ada jaminan keselamatan bagi
mereka yang ada di dalam kapal. Allah memberikan karunia-Nya kepada
setiap orang yang ada di dalam kapal. Mereka akan selamat. Mereka tidak
akan tenggelam ataupun mati karena kelaparan dan kehausan di tengah
laut. Mereka akan selamat. Yang menarik, alasan mereka selamat adalah
karena Paulus. Dikatakan, karunia Allah itu terpancar kepada setiap orang
di dalam kapal karena Paulus. Bagaimana dengan kita?
Sebagai orang Kristen, kita sama seperti Paulus. Meski orang-orang di
sekitar kita ada yang tidak menyukai kita, tidak mendengarkan apa yang
kita katakan, Allah dapat memakai kita menjadi saluran berkat bagi mereka.
STUDI PRIBADI: Apakah Paulus ditinggalkan Tuhan ketika mengalami kesulitan dalam
perjalanannya? Pelajaran apa yang dapat kita aplikasikan dalam kehidupan kita tentang
Paulus ini?
Berdoalah bagi jemaat agar mereka tetap memancarkan terang kasih Tuhan
melalui kehidupan mereka bagi orang-orang di sekitarnya, sekalipun mereka
seringkali dihina, atau bahkan menderita aniaya sekalipun.
27
MINGGU
JULI 2014
“...Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar;
dan sesungguhnya oleh karunia Allah,
maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau
di kapal ini akan selamat...” (Kisah Para Rasul 27:24)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 27:42-44
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 27:27-44
PEMELIHARAAN ALLAH
B
acaan Alkitab hari ini kembali menceritakan kisah perjalanan Paulus
menunju ke Roma. Perjalanannya menempuh jalur laut ternyata
menemui badai yang hebat. Berhari-hari Paulus dan para tahanan
yang lain, serta para prajurit Roma yang mengawal mereka merasakan
betapa hebatnya badai “Timur Laut” ini. Segala upaya telah dilakukan untuk
meringankan beban kapal, yaitu dengan membuang beberapa barang
muatan. Tujuannya, supaya kapal tidak kandas. Di tengah-tengah situasi
yang demikian sulit, Malaikat Tuhan datang kepada Paulus dan
menguatkan Paulus. Kemudian, hal ini diberitahukan kepada semua orang
yang ada di atas kapal itu (Kis. 27:24-25).
Pada malam yang ke-empat belas, situasi dan kondisi di laut tetap
seperti sebelumnya, di mana kapal itu masih terombang-ambing oleh badai
laut timur. Di tengah-tengah situasi seperti itu, ada usaha-usaha untuk
menyelamatkan diri sendiri, sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa
anak buah kapal. Melalui nasihat Paulus kepada perwira dan juga prajurit
kerajaan yang mengawal kapal tersebut, usaha tersebut gagal (Kis. 27:2932). Setelah mendapat kekuatan dari mencicipi makanan, kemudian
mereka berusaha untuk mengandaskan kapal tersebut; namun di tengah
usaha demikian ini, ada sekelompok prajurit berencana untuk membunuh
semua tahanan. Karena ingin menyelamatkan Paulus, maka kepala
perwira itu menggagalkan usaha para prajurit itu. Pada akhirnya, mereka
terdampar di pulau Malta.
Melalui bagian ini, kita dapat melihat bagaimana pemeliharaan Tuhan
atas kehidupan Paulus. Meskipun ada kesulitan besar yang dialami oleh
Paulus di dalam perjalanan menuju ke Roma, serta adanya usaha-usaha
untuk membunuh semua orang (tahanan) termasuk Paulus, Allah bekerja
melalui “hikmat” manusia untuk menyelamatkan Paulus dan semua orang
yang bersama-samanya. Kadang, ada begitu banyak kesulitan kita hadapi,
namun Allah bekerja memelihara kita melalui berbagai cara dan hikmat
manusia di dalam mengambil keputusan. Itu semua anugerah-Nya.
STUDI PRIBADI: Tantangan apa yang Paulus rasakan ketika ia sedang menuju ke Roma?
Apa yang Allah perbuat bagi Paulus?
Berdoalah bagi jemaat yang sedang menghadapi berbagai tantangan dan
kesulitan karena mempertahankan iman mereka, agar mereka tetap kuat
dan percaya pada pemeliharaan tangan Tuhan.
28
SENIN
JULI 2014
“Ada yang dapat diyakinkan oleh perkataannya,
ada yang tetap tidak percaya.”
(Kisah Para Rasul 28:24)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 28:23-29
Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 28:1-31
PEMBERITAAN INJIL KEPADA ORANG YAHUDI
K
onteks bagian ini adalah pertemuan Paulus dengan para pemuka
agama Yahudi yang tinggal di Roma. Tujuan pertemuan itu adalah
Paulus ingin menjelaskan “pengharapan Israel” yang dikumandangkan melalui pemberitaan tentang kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus.
Mengapa demikian? Karena ternyata para pemuka agama Yahudi di kota
Roma tidak mengetahui dengan pasti mengenai ajaran yang diberitakan
oleh Rasul Paulus tentang Yesus Kristus. Hal ini jelas, ketika para pemuka
agama Yahudi berkata kepada Paulus, “Tetapi kami ingin mendengar dari
engkau, bagaimana pikiranmu, sebab tentang mazhab ini kami tahu,
bahwa di mana-mana pun ia mendapat perlawanan” (Kis. 28:22).
Melalui diskusi ini, Paulus menghendaki agar mereka bisa mendengar
pemberitaan tentang Yesus Kristus dan percaya. Di antara sekian banyak
orang yang hadir tersebut, ternyata ada sebagian yang percaya dengan
apa yang dikatakan Rasul Paulus, tetapi ada pula yang tidak mau percaya.
Di antara para pemuka agama Yahudi tersebut, tidak terdapat kesepakatan
mengenai apa yang diberitakan oleh Rasul Paulus (Kis. 28:23-24). Oleh
sebab itu, Paulus mengingatkan mereka seperti nubuat yang disampaikan
oleh nabi Yesaya (Kis. 28:25b-29).
Pelajaran penting dari bagian ini menunjukkan bahwa “untuk percaya
pada Yesus Kristus” dibutuhkan anugerah Tuhan. Tanpa anugerah Tuhan
tersebut, tidak mungkin orang bisa menjadi percaya kepada Yesus Kristus,
sebagaimana yang ditunjukkan oleh sebagian pemuka agama Yahudi. Jika
kita benar-benar mengaku dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan
dan Juruselamat hidup kita, itu merupakan suatu anugerah dari Allah Bapa.
Banyak orang dapat memahami Kitab Suci dengan akal dan pengetahuan
mereka dan dapat memahami berbagai ajaran kebaikan/moralitas di dalam
dunia. Namun satu hal yang harus dipahami, untuk dapat percaya kepada
Yesus Kristus adalah Juruselamat satu-satunya di dalam hidup, dibutuhkan
anugerah Tuhan. Tanpa anugerah-Nya, kita sulit untuk bisa mendengar,
menerima dan percaya kepada-Nya.
STUDI PRIBADI: Mengapa orang Yahudi sulit untuk mempercayai berita Injil Yesus Kristus?
Bagaimana dengan pengalaman Anda mengenal Tuhan Yesus?
Berdoalah bagi anggota keluarga yang belum mengenal Tuhan Yesus, agar
mereka mendapatkan anugerah Tuhan, sehingga dapat mengerti kebenaran
dalam Injil yang kita beritakan.
29
SELASA
JULI 2014
“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil,
karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan
setiap orang yang percaya...” (Roma 1:16)
Bacaan hari ini: Roma 1:16
Bacaan setahun: Roma 1:1-32
TELADAN HIDUP SAULUS MENJADI PAULUS
R
oma 1:16-17 merupakan alasan Paulus ketika memberitakan Injil di
Roma. Terjemahan lebih tepatnya, “Aku tidak malu terhadap Injil...”
(For I am not ashamed of the gospel). Paulus berkata, “Sebab aku
tidak malu terhadap Injil.” Paulus sadar bahwa orang percaya selalu tetap
tergoda untuk merasa malu terhadap Injil Kristus. Mengapa demikian?
Karena dari segi pandangan manusia, Injil Kristus bukanlah suatu
kebanggaan. Menurut mereka yang akan binasa, pemberitaan tentang Injil
Kristus adalah suatu kebodohan. Namun bagi mereka yang akan
diselamatkan, Injil itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan (1Kor.
1:18). Karena itu, Paulus tidak pernah merasa malu untuk memberitakan
Injil, secara khusus bagi orang-orang di Roma.
Lebih lanjut Paulus menuliskan, “karena Injil itu adalah kekuatan Allah
yang menyelamatkan setiap orang percaya, pertama-tama orang Yahudi,
tetapi juga kepada orang Yunani.” Keyakinan Paulus ini bukan didasarkan
kepada pengetahuan, tetapi kepada pengalaman hidupnya, di mana dia
bertemu dengan Kristus secara pribadi; Kristus menjamin akan kehidupan
dan keselamatannya. Keselamatan yang dimaksudkan di dalam bagian ini,
adalah keselamatan dari murka Allah (Rm. 1:18 dan 5:9). Karena itu,
Paulus tidak malu memberitakan Injil Kristus yang menyelamatkan itu di
kota Roma, baik mereka adalah orang-orang Yahudi, maupun juga kepada
orang-orang Yunani.
Belajar dari apa yang dilakukan oleh Rasul Paulus ini, kita seharusnya
juga tidak malu untuk memberitakan Injil Kristus. Mengapa? Karena: (1)
kita sudah mewarisi keselamatan di dalam Yesus Kristus dan Yesus Kristus
telah menjamin kehidupan kita; (2) karena keselamatan itu diberikan
kepada umat pilihan Allah, maka sudah seharusnya kita mengutamakan
keselamatan ini, sebagai fokus dalam kehidupan dan pelayanan kita.
Sebab itu, kita harus mengambil bagian di dalam tugas memberitakan Injil
Kristus, agar orang yang belum percaya, boleh mendengar dan percaya
kepada Injil Kristus itu.
STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Paulus tidak malu dalam memberitakan Injil Tuhan?
Kekuatan apa yang ada di balik Injil Yesus Kristus?
Berdoalah bagi setiap anak Tuhan di manapun mereka berada di bangsa ini,
agar mereka tidak malu mengakui diri sebagai orang Kristen serta memiliki
keberanian memberitakan Injil Yesus Kristus dengan hikmat-Nya.
30
RABU
JULI 2014
“Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya,
kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya?...”
(Roma 2:4)
Bacaan hari ini: Roma 2:1-29
Bacaan setahun: Roma 2:1-29
JANGANLAH MENGANGGAP SEPI
K
ata “menganggap sepi” di sini berarti “menghina,” “mengejek,” atau
“menganggap enteng,” sehingga ayat ini dapat diartikan, “Apakah
engkau menghina kekayaan kemurahan-Nya?” Demikianlah sikap
pengabaian orang Yahudi terhadap kasih karunia Allah atas mereka. Sikap
membanggakan kebangsaan dan agama mereka, menyebabkan mereka
memandang rendah orang-orang bukan Yahudi dan menjauhi mereka.
Teguran Paulus yang dinyatakan dalam suratnya kepada jemaat di
Roma, diangggap bukan ditujukan kepada mereka sebagai orang Yahudi
yang bersunat, tapi kepada orang-orang yang tidak bersunat, yaitu mereka
orang-orang kafir, orang-orang bukan Yahudi (ay. 1-3). Mereka menyangka
bahwa mereka akan luput dari hukuman Allah karena mereka adalah
bangsa pilihan Allah. Akibatnya, mereka menganggap enteng dan menyianyiakan kesempatan yang Allah berikan kepada mereka untuk bertobat (ay.
4), sehingga menimbun murka Allah atas diri mereka sendiri (ay. 5). Itulah
akibat orang yang menganggap sepi kekayaan, kemurahan, kesabaran
dan kelapangan hati Allah.
Tahukah Anda, dari dulu sampai sekarang Allah masih menunjukkan
kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya pada
kita, manusia? Dan tahukah Anda, bahwa maksud kemurahan Allah ialah
menuntun kita kepada pertobatan?
Sesungguhnya, Allah sangat mengasihi kita. Ia tidak menginginkan
kebinasaan manusia yang berdosa ini. Yang Ia inginkan adalah pertobatan
dan keselamatan atas kita semua. Janganlah kita jatuh ke dalam kesalahan
yang sama, seperti dilakukan orang Yahudi. Oleh karena itu janganlah kita
mengabaikan kemurahan kasih Allah dengan menganggap sepi kekayaan
kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya yang menuntun
kita kepada pertobatan dan keselamatan di dalam Juruselamat kita, Yesus
Kristus. Pakailah kesempatan yang Allah berikan dengan menyesali dan
meninggalkan segala dosa yang kita perbuat selama ini, datanglah kepada
Kristus, menerima keselamatan yang ditawarkan-Nya.
STUDI PRIBADI: Mengapa Allah menunjukkan kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya
dan kelapangan hatinya kepada Anda? Bagaimana respon Anda terhadap hal tersebut?
Berdoalah agar banyak orang boleh meresponi dengan tepat dan benar
akan kekayaan kemurahan Tuhan, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya
kepada mereka. Bersyukurlah, Tuhan itu sangat baik kepada kita.
31
KAMIS
JULI 2014
“…oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma
karena penebusan dalam Kristus Yesus.”
(Roma 3:24)
Bacaan hari ini: Roma 3:1-31
Bacaan setahun: Roma 3:1-31
DIBENARKAN OLEH KRISTUS
T
uhan telah menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya untuk
mewakili Allah atas ciptaan-Nya dan memuliakan-Nya (Kej. 1:26;
Yes. 43:7). Namun sayang, manusia telah memberontak kepada
Tuhan, yakni dengan memilih jalannya sendiri. Pemberontakan manusia ini
disebut dosa, yang diwujudkan dengan sikap tidak menundukkan diri pada
Tuhan dan melawan Tuhan (Rm. 3:9-20).
Paulus menegaskan bahwa semua manusia, orang Yahudi maupun
orang bukan Yahudi, telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan
Allah (ay. 23). Manusia yang seharusnya hidup mengabdi dan memuliakan
Allah, kini hidup memberontak dan menghina Allah. Kini kondisi mereka
ada di bawah kuasa dosa, seperti tertulis di ay. 9-18, “Tidak ada yang benar,
seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada
seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng,
mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun
tidak. Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka
merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. Mulut mereka penuh dengan
sumpah serapah, kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah.
Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, dan jalan
damai tidak mereka kenal; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang
itu”. Semua orang telah di kuasai oleh dosa dan tidak ada seorang pun yang
benar dan dapat bebas dari hukuman Allah (Rm. 6:23). Jika demikian,
bagaimanakah seseorang mendapatkan pembenaran di mata Allah?
Syukur pada Tuhan. Dalam bacaan kita hari ini, Paulus menjelaskan
bahwa kasih karunia Allah itu telah dinyatakan kepada kita, melalui Yesus
Kristus (ay. 25). Dialah yang telah ditentukan Allah sebagai sarana bagi
manusia untuk menerima pembenaran oleh curahan darah-Nya. Di dalam
kematian Yesus Kristus, Allah menunjukkan keadilan-Nya, di mana Allah
menghukum dosa melalui kematian Kristus di salib (ay. 26), sehinga setiap
orang yang mau percaya kepada-Nya, memperoleh pembenaran Allah.
Sudahkah Anda menerima-Nya?
STUDI PRIBADI: Mengapa manusia tidak dapat membenarkan dirinya? Apakah yang dapat
manusia lakukan untuk mendapatkan pembenaran dari Allah? Mengapa demikian?
Berdoa agar semakin banyak orang yang boleh mendapatkan kasih karunia
Allah, yaitu Yesus Kristus, yang membenarkan dan menyelamatkan mereka
dari hukuman Allah.
Catatan...
“… dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya,
supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak.” (Yohanes 14:13)
Berdasarkan kasih karunia yang
dianugerahkan kepadaku,
aku berkata kepada setiap orang di
antara kamu: Janganlah kamu
memikirkan hal-hal yang lebih tinggi
dari pada yang patut kamu pikirkan,
tetapi hendaklah kamu berpikir
begitu rupa, sehingga kamu
menguasai diri menurut ukuran
iman, yang dikaruniakan Allah
kepada kamu masing-masing.
© New Church Live
— Roma 12:3
Download