| 219 | 二零 BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 219 | JULI 2014 “...demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” — Roma 12:1 Saran-saran Praktis Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan) PERSPEKTIF www.gkagloria.or.id Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email: [email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 219: Alfred Jobeanto, Alex Lim, Andree Kho, Bambang Alim Bambang Tedjokusumo, Hendry Heryanto, Herty Togatorop Johannes Aurelius, Liem Sien Liong, Liona Margareth Musa Akbar HIM., Otniol H. Seba, Sahala Marpaung Penerjemah: Tertiusanto EDITORIAL Alkitab dan Orang Percaya A da kalanya orang Kristen tidak menyadari betapa pentingnya Alkitab dalam kehidupan mereka. Alkitab, yang adalah firman Allah, sering diperlakukan dengan tidak semestinya. Alkitab dipandang sebagai buku pelengkap dalam ibadah atau buku yang memberikan identitas, bahwa dirinya adalah seorang Kristen. Lebih celaka lagi adalah, Alkitab hanya dipegang sekali seminggu, yaitu ketika mereka akan menjalankan ibadah. Dengan demikian, selama hampir satu minggu, Alkitab berada di tempatnya, tanpa tersentuh atau terbaca isinya. Ini adalah perlakukan yang ironis dari seorang Kristen, yang memiliki Alkitab. Dalam Suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus mengingatkan anak rohaninya agar tidak melupakan Alkitab dalam kehidupannya. Bahkan sejak kecil, Alkitab telah menjadi bacaannya. Karena itu, sekalipun Timotius telah dewasa, bahkan terlibat dalam pelayanan jemaat, ia tidak boleh melupakan Alkitab; sebab Alkitab adalah firman Allah yang menuntun dan mendatangkan hikmat kehidupan bagi orang yang membacanya. Alkitab akan mengajar dan mendidik orang dalam kebenaran; sebagai suatu perlengkapan hidup yang membawa hidup yang memuliakan Allah (2Tim. 3:15-17). Alkitab adalah suluh dan pelita bagi perjalanan hidup orang benar, di mana ia tidak akan terjatuh atau tersesatkan, apabila dengan sungguhsungguh hidup di dalamnya (Mzm. 119:105). Karena itu, marilah kita sebagai orang Kristen yang takut akan Tuhan dan menyadari kebutuhan kita akan firman-Nya, kita mulai dengan “gerakan membaca Alkitab dan melakukannya dalam hidup kita.” Setidaknya, dalam satu hari kita memiliki kesempatan untuk membaca dan merenungkannya, sehingga kemajuan iman dan pertumbuhan rohani kita menjadi nyata. Jangan lagi kita menjadi orang Kristen yang memiliki Alkitab, tetapi tidak pernah berinteraksi dengannya. Jadikan Alkitab menjadi makanan rohani, yang setiap hari kita renungkan! Apa dampak dari membaca Alkitab, jika kita rajin membacanya? Jelas, sangat banyak! Paulus mengatakan, dengan membaca Alkitab, maka kita akan memiliki pengetahuan, tentang mana yang benar dan mana yang salah di pemandangan Tuhan. Kita disadarkan akan kesalahan kita dan diberikan pencerahan bagaimana menjalani kehidupan ini dengan baik dan benar. Bahkan orang yang rajin merenungkan Alkitab, hidupnya bagaikan pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang daunnya selalu hijau, berbuah pada musimnya dan tidak kuatir akan tahun kering (Mzm. 1:1-3). Karena itu, hidup tanpa merenungkan Alkitab, adalah hidup dengan jiwa dan kerohanian yang kering! 01 SELASA JULI 2014 “Sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah…” (Kisah Para Rasul 10:46) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 10:24-48 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 10:24-48 ANUGERAH ALLAH BAGI BANGSA NON YAHUDI O rang Yahudi-Kristen, bahkan para rasul, paska kebangkitan Tuhan Yesus, masih berpikir bahwa anugerah keselamatan hanya bagi orang Yahudi saja. Itulah sebabnya, orientasi pelayanan mereka hanya tertuju pada orang-orang Yahudi saja. Sesungguhnya ini bukanlah kehendak Tuhan. Sekalipun pernyataan anugerah Allah dalam Kristus Yesus pertama kali dinyatakan bagi mereka (lih. Rm. 1:16), bukan berarti bangsa-bangsa lain tidak mendapat anugerah Allah. Berdasar janji-Nya, pertama-tama Allah berurusan dengan bangsa Yahudi, karena mereka adalah keturunan Abraham, dan melalui mereka, Mesias hadir di tengah dunia. Namun, urusan Allah tidak berhenti kepada mereka, sebab rancangan Allah sejak semula bukanlah menyelamatkan satu suku bangsa saja, melainkan segala suku bangsa (Kej. 12:3, Gal. 3:8; Mat. 28:19-20; Why. 7:9). Bagaimana para rasul (terutama Petrus sebagai soku guru jemaat) mengerti bahwa anugerah Allah juga bagi bangsa lain? Pertama, Allah memberikan analogi kepada Petrus lewat sebuah pernyataan (ay. 9-23). Bagi bangsa Yahudi, adalah suatu pantangan untuk memakan binatang yang telah mereka haramkan; sehingga tatkala Allah memerintahkan Petrus menyembelih dan memakan binatang itu, Petrus pun menolak. Namun Allah menyatakan, apa yang tidak diharamkan olehNya, maka manusia tidak berhak mengharamkannya. Lewat penyataan itu, Allah memberikan analogi tentang bangsa-bangsa non-Yahudi, bahwa merekapun berhak mendapatkan anugerah Allah, karena Allah mengasihi mereka juga (ay. 34-36). Kedua, Allah memberikan Roh Kudus yang ditandai dengan bahasa roh (ay. 44-46). Pada masa pentakota di Yerusalem, para rasul hanya memahami, bahwa pemberian Roh Kudus yang ditandai dengan bahasa roh, hanya bisa terjadi pada orang Yahudi saja. Nyatanya tidak demikian. Kepada Kornelius dan orang-orang Yunani yang percaya kepada Tuhan Yesus, mereka juga mengalaminya. Oleh karena itu, ini menjadi tanda bahwa anugerah Allahpun diberikan kepada bangsa-bangsa lain. STUDI PRIBADI: Apa yang Allah lakukan agar Petrus memahami bahwa bangsa-bangsa lain juga mendapatkan anugerah keselamatan dari Allah dalam Kristus Yesus? Berdoalah bagi gereja Tuhan agar mereka tidak membeitakan Injil hanya kepada suatu suku tertentu saja, tetapi juga kepada berbagai suku bangsa yang Allah telah ciptakan. 02 RABU JULI 2014 “Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah…” (Kisah Para Rasul 11:18) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 11:1-18 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 11:1-30 PERTANGGUNGJAWABAN PETRUS P ertobatan dan baptisan Kornelius melalui pelayanan Petrus, seperti yang Tuhan telah kerjakan dalam pelayanannya, tidak serta merta membuat para rasul dan para murid Kristus perdana, dengan mudah menerimanya. Mereka justru mempertanyakan pelayanan yang Petrus lakukan terhadap Kornelius. Hal ini terjadi karena mereka masih berpikir bahwa firman Tuhan dan anugerah keselamatan-Nya hanya diperuntukkan bagi orang Yahudi saja, sedangkan bangsa-bangsa lain tidak layak untuk menerimanya. Karena itu, Petrus harus mempertanggungjawabkan semua pelayanannya. Bagaimana Petrus meyakinkan mereka? Dari bacaan Alkitab yang telah kita baca hari ini, kita melihat bahwa Petrus kembali mengutarakan dua hal penting, yang menjadi peneguhan bahwa bangsa-bangsa lain juga mendapatkan kasih karunia Tuhan, yaitu melalui penyataan analogi binatang yang tidak diharamkan oleh Allah dan pemberian Roh Kudus atas bangsa-bangsa non-Yahudi. Mendengar kesaksian Petrus tersebut, mereka barulah mengerti bahwa Allah juga telah mengaruniakan pertobatan yang memimpin mereka pada kehidupan kekal (ay. 18). Melalui kisah ini, apakah yang kita pelajari? Bahwa: (1) Allah memakai Petrus sebagai “kunci” untuk membuka jalan Injil bagi bangsa-bangsa lain. Hal yang sama juga Allah dapat lakukan kepada kita, ketika kita mengerti maksud Allah dalam pelayanan pemberitaan Injil. Mungkin saja Tuhan memakai kita menjadi “kunci” bagi sebuah ladang pelayanan, penjangkauan keluarga tertentu atau suku tertentu. Karena itu belajarlah peka terhadap pimpinan Tuhan. (2) Keberhasilan pelayanan Petrus terhadap Kornelius, bukanlah karena pengalaman dan statusnya sebagai rasul, tetapi karena Allah yang memberikan “buah” pelayanan itu. Demikian pula dalam pelayanan yang kita lakukan. Jika kita berhasil, janganlah kita menjadi sombong dan “mendewakan” pengalaman kita. Sadarilah bahwa Tuhanlah yang memberikan buah, dan kita hanyalah para penanam atau penyiram di ladang yang Tuhan punya (bdk. 1Kor. 3:8). STUDI PRIBADI: Dari kesaksian Petrus, apakah keberhasilannya adalah karena faktor pengalaman atau karena pimpinan Tuhan? Jelaskan! Berdoalah bagi para misionaris di manapun mereka berada agar mereka tidak menyombongkan diri karena keahlian dan pengalaman mereka, tetapi tetap mau bergantung pada pimpinan Tuhan. 03 KAMIS JULI 2014 “Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah, ia mati dimakan cacing-cacing.” (Kisah Para Rasul 12:23) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 12:20-23 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 12:1-23 BUAH KESOMBONGAN R aja Herodes dalam bacaan hari ini adalah Herodes Agripa I, cucu dari Herodes Agung. Ia adalah raja yang menguasai wilayah Yudea dan Galilea pada masa itu. Dikisahkan Lukas, penulis Kitab Kisah Para Rasul, bahwa suatu kali tanpa alasan yang jelas, Herodes sangat marah terhadap dua kota yang bukan wilayah kekuasaannya, yaitu Tirus dan Sidon. Kedua kota tersebut sebenarnya kota-kota bebas, tapi sangat bergantung pada gandum yang datang dari wilayah kerajaan Herodes. Agar pasokan gandum tetap berjalan baik, maka mereka harus melakukan perdamaian dengan Herodes. Untuk itu, pemimpin Tirus dan Sidon berusaha menyuap Blastus agar mereka dapat menghadap Raja Herodes. Nampaknya mereka berhasil menyuap Blastus sehingga Herodes mengizinkan para utusan kota Tirus dan Sidon menghadapnya. Maka pada satu hari yang telah ditentukan, diadakan suatu pesta untuk menghormati Raja Herodes. Untuk menghiasi dirinya, Herodes mengenakan jubah yang berlapis-lapis yang sarat dengan perak. Dan berpidatolah Raja Herodes di tengah-tengah kerumunan undangan dan rakyatnya. Pada masa itu, orang-orang non-Yahudi menganggap Raja sebagai keturunan dewa. Ketika Herodes selesai berpidato, rakyatnya bersorak dan menganggap pidato Herodes sebagai “suara Allah.” Seketika itu juga Herodes jatuh sakit yang tidak jelas asal usulnya. Menurut catatan Yosephus, ia terserang sakit perut yang tidak kunjung sembuh, sampai meninggal dunia di hari yang ke lima. Namun Lukas memberikan catatan, bahwa peristiwa itu bukanlah suatu kebetulan saja, melainkan karena ia ditampar malaikat Tuhan akibat dari pidatonya yang tidak menghormati Tuhan dan hanya menyombongkan dirinya (ay. 23). Maka ketika jasadnya dimakamkan, banyak cacing yang menggerogotinya. Apa yang kita pelajari dari kisah ini? (1) Janganlah kita sombong akan apa yang kita miliki. Sadarilah, semua yang kita miliki adalah anugerah Tuhan. (2) Pakailah apa yang Tuhan beri, bukan untuk memamerkan diri seperti Herodes, melainkan untuk melayani Tuhan dan sesama. STUDI PRIBADI: Mengapa Herodes ditampar oleh malaikat Tuhan? Pelajaran apa yang kita dapatkan dari kisah ini? Bersyukur dan berdoalah kepada Tuhan agar Ia mengaruniakan hikmat dan ketaatan dalam hidup Anda, sehingga Anda dapat mengelola segala berkatNya dan memakainya bagi kemuliaan Tuhan. 04 JUMAT JULI 2014 “Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi.” (Kisah Para Rasul 13:3) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 13:1-25 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 13:1-25 JEMAAT ANTIOKHIA K ota Antiokhia adalah sebuah kota metropolitan sekaligus merupakan kota pelabuhan yang penting. Di kota inilah jemaat Antiokhia berada. Jemaat Antiokhia berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, dengan kecukupan anugerah yang Tuhan berikan bagi mereka, terutama dalam hal banyaknya pengajar di sana. Di kota inilah sebutan “Kristen” pertama kali diberikan kepada para pengikut Kristus. Beberapa hal dari jemaat ini bisa menjadi contoh bagi umat Tuhan saat ini, antara lain: 1. Mereka bertekun dalam ibadah, doa, dan pengajaran firman Tuhan. “Bertekun dalam pengajaran” merupakan fokus mereka. Dikatakan jemaat Antiokhia memiliki banyak pengajar, dua di antaranya adalah Barnabas dan Paulus (dulu bernama Saulus). Ini merupakan hal yang penting dalam gereja Tuhan, dimana pengajaran firman Tuhan diberitakan dan diajarkan agar jemaat memahami apa yang menjadi kehendak Tuhan dan juga dapat menghidupinya. 2. Mereka mau dipakai Tuhan lebih lagi, khususnya untuk menggenapi rencana Tuhan dalam misi keselamatan bagi bangsa-bangsa. Dari gereja ini, Tuhan memakai dua pengajar mereka, yaitu Barnabas dan khususnya Paulus untuk mengabarkan Injil keselamatan bagi banyak orang. Anugerah Tuhan atas gereja mereka, pengajaran baik yang mereka alami di dalam Tuhan, ternyata tidak membuat mereka lupa diri dan menjadi egois. Mereka mau menjadi saluran berkat Tuhan bagi orang yang lainnya, yakni dengan meresponi panggilan Tuhan atas diri Barnabas dan Paulus. 3. Keaktifan setiap jemaat untuk sehati dan hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Ini nampak ketika mereka menggumulkan panggilan Tuhan atas Barnabas dan Paulus. Mereka berdoa dan berpuasa sebagai satu jemaat Tuhan untuk meresponi panggilan Tuhan ini. Akhirnya, dengan satu hati, mereka melepaskan Barnabas dan Paulus untuk pergi mengabarkan Injil. Bagaimana dengan kita? Mari kita berdoa agar gereja kita juga boleh menjadi gereja yang rindu untuk belajar firman Tuhan, dan dipakai Tuhan bagi rencana-Nya, serta sehati dalam pimpinan Roh Kudus. STUDI PRIBADI: Apa saja contoh keteladanan jemaat Antiokhia bagi gereja pada masa kini? Apa pentingnya teladan itu bagi kita? Jelaskan! Berdoa bagi jemaat Tuhan agar mempunyai kerinduan untuk selalu belajar firman Tuhan, mengerti kehendak Tuhan, dan dipimpin Roh Kudus sehingga mampu menghidupi Firman itu dengan kehidupannya. 05 SABTU “Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, JULI 2014 menjadi percaya.” (Kisah Para Rasul 13:48) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 13:26-52 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 13:26-52 INJIL BAGI SEGALA BANGSA B agian firman Tuhan ini menunjukkan pelayanan misi Paulus dan Barnabas yang di bagian sebelumnya telah diutus untuk menjawab panggilan Tuhan. Dari bagian ini, ada 2 hal yang bisa kita pelajari, khususnya yang berkaitan dengan misi dan pengabaran Injil. Pertama, Injil keselamatan dalam Tuhan Yesus adalah bagi segala bangsa. Pada ayat 45 dikatakan bahwa banyak orang Yahudi menghujat dan mempertanyakan mengapa Paulus dan Barnabas juga menerima dan mengabarkan Injil kepada orang non Yahudi. Orang Yahudi tidak suka jika harus berdekatan dan berelasi dengan orang non Yahudi (contoh lainnya, Yohanes 4:9), yang mereka tuduh sebagai orang kafir. Tetapi justru Paulus dan Barnabas menerima mereka semua, tanpa perbedaan. Hal ini ingin mengingatkan kita sebagai Gereja Tuhan agar tidak membedakan manusia karena Tuhan pun tidak berlaku demikian kepada kita. Kita juga melihat banyak misionaris yang pergi ke daerah asing, suku-suku lain, dan negara lain. Semuanya karena Injil keselamatan harus dikabarkan kepada segala bangsa (Matius 28:19). Bagi kita pun berlaku hal yang sama, hendaknya dalam kehidupan sehari-hari, pengertian ini menjadikan kita saksi Tuhan bagi siapapun yang ada di sekitar kita. Kedua, ada tantangan dalam mengabarkan Injil. Kita melihat adanya beberapa tantangan dalam pengabaran Injil. Pertama, seperti disebutkan dalam poin ke-1, yaitu kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan satu sama lain. Yang kedua adalah, tantangan dari orang lain yang tidak suka akan Injil Tuhan Yesus, selalu menghalangi pengabaran Injil dengan berbagai cara. Terkadang kita bertanya-tanya, mengapa mereka begitu membenci Tuhan Yesus. Tetapi Tuhan Yesus sendiri telah mengingatkan hal itu pada kita semua (Yoh. 15:18). Namun demikian, seperti Paulus dan Barnabas, pengabaran Injil tetap dijalankan karena sumber kekuatan dan pengharapan kita bukanlah pada kehebatan kita sendiri tetapi bersumber dari Tuhan. Sehingga kita dapat melihat Paulus dan Barnabas tetap setia mengabarkan Injil, meskipun tantangan akan selalu ada. STUDI PRIBADI: Apa sajakah tantangan yang ada dalam mengabarkan Injil Tuhan Yesus? Pernahkah Anda menghadapi tantangan dalam pemberitaan Injil yang Anda alami? Berdoa bagi pengabaran Injil yang dilakukan para misionaris dan lembaga misi, khususnya yang dilakukan di Indonesia, supaya Tuhan memberikan kekuatan dan perlindungan bagi mereka. 06 MINGGU JULI 2014 “Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu…” (Kisah Para Rasul 14:15) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 14:8-18 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 14 PELAYAN TUHAN, BUKAN TUHAN K isah ini terjadi di kota Listra, tempat Paulus melakukan mujizat untuk menyembuhkan seorang yang lumpuh. Setelah peristiwa ajaib itu, orang-orang yang melihat kejadian itu berpikir bahwa Paulus dan Barnabas adalah dewa yang sedang hadir di tengah-tengah mereka. Mereka berpikir, hanya dewa yang mampu melakukan tindakan luar biasa seperti itu. Paulus dan Barnabas serta merta menolak penyembahan mereka dan mereka mencoba menjelaskan yang sebenarnya; sekaligus menyaksikan tentang Allah yang hidup, yang seharusnya mereka sembah. Kisah ini bisa mengingatkan kita semua, terutama kita yang menjadi pelayan Tuhan, baik sebagai majelis, pengurus komisi, hamba Tuhan,Guru sekolah minggu, atau pelayan yang lainnya. 1. Kita mampu melayani, bahkan dinilai berhasil, terjadi hanya karena pertolongan Tuhan semata. Paulus melakukan satu mujizat, tetapi dia sadar bahwa itu terjadi hanya karena kuasa Tuhan, dan bukan kuasanya! Dia adalah manusia biasa, seperti manusia lainnya. Karena itu tidak tepat apabila orang-orang menyembah dia. Kita perlu menyadari hal ini dalam pelayanan kita. Memang, beberapa orang bisa saja mengagumi dan mengakui keberhasilan pelayanan kita. Tetapi hendaknya kita berhati-hati dan jangan sampai kita mencuri kemuliaan Tuhan. 2. Ketika kita mencuri kemuliaan Tuhan, maka sebenarnya kita sedang menghalangi orang yang kita layani untuk datang kepada Tuhan. Justru kita sedang menuntun mereka untuk datang kepada kita, dan bukan Tuhan. Ini yang disadari Paulus ketika banyak orang menyembah dia dan Barnabas. Oleh karena itu, dia kemudian mengkhotbahkan tentang Allah yang hidup, karena sebenarnya Allah lah yang harus mereka sembah dan kenal, dan bukan dirinya. Ketika kita melayani dan kemudian menerima semua pujian dan menjadi sombong, maka pelayanan tersebut tidak lagi bertujuan untuk memuliakan Tuhan. Itu artinya, pelayanan yang kita lakukan, kita pakai untuk memulliakan diri kita sendiri, membawa orang lain untuk melihat dan memuliakan diri kita. Pada saat itulah, mereka yang kita layani, tidak kita bawa untuk datang kepada Tuhan! STUDI PRIBADI: Apa bahayanya mencuri kemuliaan Tuhan melalui pelayanan kita? Berdoa bagi para hamba Tuhan, majelis, pengurus komisi dan aktivis gereja Tuhan, agar motivasinya dimurnikan dan mencintai Tuhan dalam pelayanan yang mereka lakukan. 07 SENIN JULI 2014 “Sebaliknya kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.” (Kisah Para Rasul 15:11) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 15:1-21 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 15:1-21 KESELAMATAN HANYA KARENA ANUGERAH S ekelompok orang Farisi yang bertobat rupanya masih melanjutkan kebiasaan mereka untuk menaati Hukum Taurat. Mereka datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan orang-orang non Yahudi: “Jika kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan Musa, kamu tidak dapat selamat” (ay. 1,5). Jadi bagi mereka, untuk diselamatkan, tidak cukup jika hanya percaya kepada Yesus . Hal ini mengakibatkan kebingungan dan perselisihan dalam gereja Antiokhia, sehingga mereka perlu mengirimkan sebuah delegasi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk bersidang menyelesaikan masalah ini. Dalam persidangan, Petrus menegaskan bahwa tidak ada perbedaan antara orang Yahudi, atau non Yahudi untuk selamat, yaitu hanya oleh anugerah Tuhan Yesus semata (ay. 9,11). Ketika orang Yahudi percaya kepada Yesus sebagai Mesias, mereka dibebaskan dari tuntutan hukum Taurat yang tidak mampu mereka tanggung. Jadi merekapun diselamatkan oleh anugerah Allah. Demikian pula orang non Yahudi yang percaya Yesus, tidak seharusnya dituntut melaksanakan hukum Taurat itu. Sunat maupun kebiasaan melakukan hukum Taurat tidak dapat menambah keselamatan, karena Yesus sendiri telah menggenapi hukum Taurat. Yesus telah mati mengorbankan diri-Nya untuk menjadi korban pendamaian antara manusia dan Allah. Sedangkan apa yang dikemukakan Yakobus di ayat 21 bukanlah sebagai syarat diselamatkan, namun supaya dalam kehidupan bersama, orang Kristen Yahudi dan non Yahudi, dapat saling menghargai sehingga tidak menimbulkan kebencian antara kedua pihak. Bagi orang non Yahudi, masalah makan dari binatang yang mati tidak karena disembelih & makan darahnya, ialah perkara biasa, namun tidaklah demikian bagi orang Yahudi. Kita diselamatkan hanyalah oleh anugerah Tuhan, dan bukan karena perbuatan atau usaha kita! Sebagai orang yang sudah diselamatkan karena anugerah Tuhan, kita harus menunjukkan jati diri kita yang baru dengan melakukan apa yang dikehendaki Tuhan. Apa yang dikehendaki Tuhan, pastilah hal-hal yang baik dan benar di mata Tuhan. STUDI PRIBADI: Mengapa keselamatan hanya oleh anugerah, dan bukan ditambahkan perbuatan baik? Apakah keselamatan akan hilang ketika kita gagal berbuat baik? Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab karena anugerah-Nya semata kita bisa diselamatkan. Berdoalah agar hidup kita dapat menunjukkan jati diri kita sebagai orang yang sudah diselamatkan. 08 SELASA JULI 2014 “Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus.” (Kisah Para Rasul 15:39) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 15:35-41 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 15:22-41 PERSELISIHAN DALAM PELAYANAN S etelah membantu menyelesaikan permasalahan di Antiokhia, Paulus dan Barnabas masih mengajar dan memberitakan firman Tuhan di sana. Namun beberapa waktu kemudian, Paulus mengajak Barnabas untuk mengunjungi lagi kota-kota, tempat mereka pernah pergi memberitakan firman Tuhan. Muncullah gagasan dari Barnabas untuk mengajak Yohanes Markus, yang adalah kemenakannya. Tetapi sayang, Paulus tidak menyetujuinya, dengan alasan Yohanes Markus pernah meninggalkan mereka dan kembali ke Yerusalem, ketika mereka hendak melayani ke Antiokhia. Paulus menganggap Yohanes Markus tidak siap dan takut menghadapi perjalanan pelayanan yang berat dan penuh bahaya (Kis.13:13) Perbedaan pendapat ini ternyata menimbulkan perselisihan yang cukup tajam. Baik Paulus maupun Barnabas sama-sama teguh pada pendiriannya. Perselisihan yang tajam antara dua pemuka agama jemaat Antiokhia ini dapat menimbulkan perpecahan jemaat. Namun Tuhan menghindarkan bahaya ini. Barnabas dan Yohanes Markus menarik diri, dan memisahkan diri lalu pergi ke Siprus. Sedangkan Paulus memilih Silas, pengganti Barnabas untuk mengelilingi Siria dan Kilikia. Akhirnya, Paulus menghargai Markus (Gal. 2:9, Kol. 4:10), setelah Markus memperoleh latihan di Siprus, di bawah pimpinan Barnabas. Perbedaan pendapat wajar terjadi dalam kelompok manapun, bahkan gereja. Namun perbedaan pendapat itu berpotensi menjadi perselisihan bahkan perpecahan apabila perbedaan pendapat itu tidak disikapi dengan bijak. Perpecahan terjadi jika pihak yang berselisih sama-sama bersikeras mempertahankan pendapatnya, tidak mau belajar memahami pendapat lain, merasa pendapatnya paling benar, pendapatnya yang harus diikuti. Karena itu, mari kita belajar menyelesaikan perbedaan pendapat dengan bijak dan rendah hati. Kita lebih melihat kepada masalahnya, tujuannya, bukan pada kepentingan pribadi, atau harga diri. Jadi, mari kita melakukan apa yang Tuhan kehendaki, bukan apa yang kita kehendaki. STUDI PRIBADI: Apa saja yang biasanya menyebabkan perselisihan, bahkan perpecahan dalam suatu kelompok? Bagaimanakah menyelesaikan konflik tersebut? Berdoalah agar para pemimpin gereja dapat bersehati dan bersatu dalam melayani pekerjaan Tuhan membangun gereja Tuhan. Apapun yang menjadi keputusan dan dikerjakan adalah untuk memuliakan nama Tuhan. 09 RABU JULI 2014 “Timotius ini dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan di Ikonium.” (Kisah Para Rasul 16:2) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 16:1-3 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 16:1-18 TIMOTIUS, LAYAK DIPILIH S ebentar lagi kita (GKA Gloria) akan melangsungkan pemilihan Majelis periode 2015-2017. Tentu kita mengenal para calon Majelis tersebut dan mungkin saja kita lebih tahu pribadinya daripada orang lain. Jika demikian, manakah yang Anda akan pilih? Kriteria apa yang membuat Anda memilihnya? Dalam bacaan kita hari ini, kita menjumpai seorang pribadi yang bernama Timotius, yang dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan di ikonium (ay. 2). Istilah “dikenal baik” yang dicatat dalam ayat ini, dalam bahasa Yunaninya ialah “martureo” (bersaksi), yang menunjukkan bahwa Timotius memiliki sikap, karakter, dan keimanan yang baik dan telah disaksikan dan dirasakan oleh orang-orang Kristen di Listra, maupun di Ikonium. Sekalipun ia masih sangat muda (bdk. 1Tim. 4:12), tetapi telah memiliki reputasi yang baik di hadapan jemaat Tuhan. Maka tidak heran, jika Paulus menghendaki dan memilihnya menyertainya dalam perjalanan misinya. Jika Paulus berani memilih Timotius, itu berarti Timotius sungguhsungguh layak dipilih, sebab Paulus tidak sembarangan dalam memilih orang untuk menyertai dia dalam pelayanan. Coba bandingkan dengan peristiwa Paulus menolak tawaran Barnabas yang ingin mengikutsertakan Yohanes Markus dalam pelayanan mereka, sehingga Paulus dan Barnabas berselisih tajam (bdk. Kis. 15:35-40). Bercermin dari sikap Paulus yang berani memilih Timotius tersebut, maka kita pun harus memilih calon majelis yang sama seperti Timotius, yaitu orang yang berintegritas, orang yang terkenal baik dalam iman, sikap dan karakternya. Jika pertimbangan ini menjadi pertimbangan Paulus mengajak Timotius melayani bersama, marilah kita juga menjadikan hal ini kriteria dalam memilih Majelis gereja, agar mereka kelak mengerjakan panggilan pelayanan tanpa digugat oleh siapapun, karena intergritasnya yang tidak baik. Karena itu, berdoalah bagi para calon Majelis Gereja agar mereka benar-benar dapat menjadi teladan iman bagi jemaat Tuhan yang mereka pimpin. STUDI PRIBADI: Mengapa Paulus memilih Timotius untuk menyertainya dalam perjalanan misinya? Mengapa sebuah integritas itu perlu, baik bagi hamba Tuhan atau Majelis? Berdoalah bagi para calon Majelis agar mereka memiliki kecintaan yang besar akan pelayanan dan berani menggembalakan jemaat Tuhan untuk kemajuan gereja Tuhan. 10 KAMIS JULI 2014 “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat.” (Kisah Para Rasul 16:30) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 16:19-40 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 16:19-40 KEPALA PENJARA FILIPI M ungkin Anda telah sekian kali membaca kisah tentang Paulus dan Silas yang dipenjarakan di kota Filipi. Dan bagian yang mungkin Anda sukai adalah adegan pertolongan Tuhan yang membebaskan mereka dari penjara Filipi dengan gempa bumi; atau kita tertarik dengan teks Alkitab ini, karena di dalamnya kita menjumpai “adanya kuasa pujian dan doa.” Semua yang kita pikirkan tentang ayat ini tentu tidaklah salah, tetapi pernahkah kita menempatkan diri kita pada posisi kepala penjara yang sedang ketakutan dan ingin bunuh diri karena beranggapan bahwa para “napi” telah kabur meninggalkan penjara? Dalam kondisi yang seperti itu, Paulus segera menahan kepala penjara tersebut untuk mencelakai dirinya sendiri (ay. 28), dan kemudian kepala penjara itu bertanya: “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat” (ay. 30)? Singkat cerita, sejak peristiwa itu, kepala penjara dan seisi rumahnya memiliki kesempatan untuk mendengarkan Injil Tuhan yang disampaikan Paulus, dan mereka menjadi percaya. Dari kisah ini kita dapat melihat cara kerja Tuhan yang ajaib untuk menyelamatkan kepala penjara Filipi. Melalui, “gempa bumi” sampai “pintu penjara yang terbuka,” Tuhan dapat memakainya menjadi sebuah “batu loncatan” agar kepala penjara Filipi dan keluarganya dapat mendengarkan Injil Tuhan. Bagaimana dengan kita? Terkadang dalam hidup, Tuhan juga mengizinkan kesulitan-kesulitan menimpa kita. Namun marilah kita tidak meresponinya dengan sikap yang salah, seperti kepala penjara Filipi yang ingin bunuh diri. Sebaliknya, dalam kesulitan apapun, percayalah bahwa Tuhan sedang mengerjakan keajaiban-Nya dalam hidup kita, agar iman dan kerohanian kita dapat bertumbuh, atau setidaknya kita disadarkan untuk menaruh pengharapan kita hanya kepada-Nya. Ingatlah, di luar Tuhan, kita tidak menemukan keselamatan bagi jiwa kita. Karena itu, marilah kita percaya pada pimpinan dan penyertaan Tuhan dalam setiap aspek hidup kita. STUDI PRIBADI: Bagaimana cara Tuhan memakai situasi untuk menolong kepala penjara Filipi mendengar Injil Tuhan? Pelajaran apa yang dapat kita terapkan bagi hidup kita? Berdoalah bagi jemaat yang sedang menghadapi kesulitan agar mereka merendahkan hati di hadapan Tuhan dan percaya, bahwa Tuhan sanggup mendatangkan kebaikan, sekalipun dari situasi yang sulit. 11 JUMAT JULI 2014 “Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: Inilah Mesias, yaitu Yesus…” (Kisah Para Rasul 17:3) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 17:1-15 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 17:1-15 INJIL DI TESALONIKA DAN BEREA K hotbah-khotbah Paulus membawa banyak orang menjadi beriman kepada Yesus Kristus. Beberapa orang Yahudi menjadi yakin dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas, termasuk sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah, dan tidak sedikit perempuanperempuan terkemuka, yang bergabung. Paulus memuji orang percaya di Tesalonika karena “ketabahan” mereka dalam iman meskipun mereka berasal dari latar belakang agama-agama berhala Yunani. Tetapi orang-orang Yahudi yang tidak percaya menjadi “iri hati” dan dengan dibantu oleh beberapa penjahat dari petualang-petualang di pasar, mereka mengadakan keributan dan mengacau kota itu, sambil berteriak: “orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia telah datang kemari.” Aniaya yang hebat dari orang-orang yang tidak percaya, memaksa Paulus dan Silas untuk melarikan diri dari kota Tesalonika menuju ke Berea. Ketika firman Tuhan diberitakan di Berea, orang-orang Yahudi di kota Berea lebih baik dari orang-orang Yahudi di Tesalonika, mereka menerima firman itu dengan kerendahan hati dan setiap hari menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. Banyak di antara mereka menjadi percaya, termasuk di antaranya perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani, ikut bergabung. Salib Kristus adalah peristiwa yang paling “mempersatukan” dan juga paling “memecah-belah” umat manusia sepanjang sejarah. Orang dapat dengan mudah berbicara tentang berbagai macam filsafat dan agama, tetapi ketika seseorang mengangkat topik kematian Kristus di kayu salib, percakapan sering kali berubah secara radikal. Ada yang marah, ada yang mencemooh dan ada yang merasa bingung. Konsep Salib Kristus sama sekali tidak masuk hitungan. Itu adalah suatu kebodohan bagi mereka yang tidak percaya, persis seperti pendapat orang-orang saat ini yang tidak memahami pesan Injil. Kita memahaminya bukan karena kita lebih pintar daripada para filsuf, melainkan karena Allah terlebih dulu memegang kita; untuk itulah sepatutnya kita bersyukur. STUDI PRIBADI: Apa yang Paulus alami dalam pelayanannya di Tesalonika dan Berea? Apa hasil yang mereka dapatkan dari pemberitaan Injil? Berdoalah bagi mereka yang memberitakan Injil di berbagai tempat yang belum terjangkau oleh Injil, agar mereka beroleh keberanian dan tetap setia dalam panggilan hidup mereka. 12 SABTU JULI 2014 “Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia.” (Kisah Para Rasul 17:24) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 17:16-34 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 17:16-34 INJIL DI ATENA S esampainya di Atena, Paulus tidak henti-hentinya memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut kepada Allah, termasuk mereka yang ada di pasar setiap hari dan beberapa ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa. Mereka mengira, Paulus adalah pemberita ajaran dewa-dewa asing, sebab kota Atena adalah kota kuil, karena banyaknya, bahkan kota itu penuh dengan patung-patung berhala, dan dalam segala hal mereka sangat setia beribadah kepada dewa-dewa itu, sehingga mereka tidak mempunyai waktu untuk lainnya, selain untuk mengatakan atau mendengar sesuatu yang baru. Paulus mendapatkan kesempatan yang baik untuk memberitakan Injil dalam sidang Areopagus, bukit di Atena, tempat dewan kota mengadakan rapat. Dalam pidatonya, Paulus memulai dengan sebuah mezbah dengan tulisan: “Kepada Allah yg tidak dikenal.” Mezbah ini didirikan karena mereka takut melakukan suatu hal yang tidak menyenangkan dewa-dewi yang belum mereka kenal. Pemberitaan Paulus dimulai dengan “siapakah Allah dan karya-Nya.” Topik ini disampaikan untuk menjawab kelompok Epikuros yang mengutamakan “kekuatan intelektual” dan kelompok Stoa yang mengutamakan “kekuatan alam semesta.” Disertai keberanian, Paulus mengatakan, bahwa dengan tidak memandang pada zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di manapun mereka, mereka semua harus bertobat (ay. 30). Di akhir pidatonya, Paulus menutup dengan topik “kebangkitan orang mati dan penghakiman.” Ketika pemberitaan selesai disampaikan, respon pendengar adalah: ada yang mengejek, ada yang tidak percaya, tetapi ada juga yang percaya. Bicara tentang Salib Kristus adalah peristiwa yang paling “mempersatukan” dan juga paling “memecah-belah.” Orang dapat dengan mudah berbicara tentang berbagai macam filsafat dan agama, tetapi ketika seseorang mengangkat topik kematian Kristus di kayu salib, percakapan seringkali berubah secara radikal, sebab konsep Salib Kristus sama sekali tidak masuk hitungan. STUDI PRIBADI: Apa yang Paulus lakukan agar Injil dapat dimengerti oleh orang-orang di Atena? Bagaimana hasil pelayanan Paulus di Atena? Berdoalah bagi sekolah teologi, lembaga misi, serta para hamba Tuhan yang mengalami tantangan karena Injil, agar mereka diberikan hikmat untuk dapat menyampaikan pesan Injil dengan tepat. 13 MINGGU JULI 2014 “Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau…” (Kisah Para Rasul 18:9, 10) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 18:9-16 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 18:1-28 TERUSLAH BERITAKAN FIRMAN P enolakan adalah hal yang tidak menyenangkan. Setiap orang pasti berharap bahwa kehadirannya akan disambut baik dan diterima oleh orang lain. Namun, ketika seseorang melakukan sebuah kebenaran, maka dia harus menghadapi sebuah resiko ditolak dan dibenci orang lain. Inilah yang kadang membuat orang percaya menjadi dilema, ketika ia harus melakukan kebenaran berdasarkan firman Tuhan. Firman Tuhan bagian ini mengungkapkan pergumulan Paulus sebagai seorang manusia biasa. Rupanya, pertentangan dan kebencian terhadap Paulus dan Injil makin bertambah, sehingga Paulus mulai takut dan raguragu, apakah harus meninggalkan Korintus atau bertahan. Kadang-kadang perasaan yang sama akan timbul dalam hati orang percaya ketika mereka berada dalam kondisi tertekan karena memberitakan Injil ataupun karena mempertahankan sebuah kebenaran. Namun, dalam situasi semacam itu, Allah menguatkan hati Paulus. Janji kehadiran-Nya dalam Kisah Para Rasul 18:10 memberikan kepastian dan kedamaian untuk melaksanakan kehendak Allah di dalam hidupnya. Kehadiran Allah ini adalah kehadiran secara khusus bagi setiap anak-Nya yang setia melakukan kebenaran-Nya. Dia akan hadir untuk memberkati, menolong, melindungi, dan menuntun anak-Nya. Perintah yang Allah berikan kepada Paulus untuk terus memberitakan firman dimanapun Tuhan menempatkannya, juga dapat berlaku bagi kita. Hal yang sama juga Tuhan janjikan bagi kita ketika kita memberitakan Injil, maupun ketika kita melakukan kebenaran-Nya. Tuhan akan memberkati, menolong, melindungi, dan menuntun kita di manapun kita berada, untuk memberitakan firman Tuhan, baik itu melalui perkataan maupun melalui kesaksian hidup kita. Karena itu, janganlah takut dan gentar menghadapi tantangan dalam pelayanan, tapi marilah kita tetap mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang Tuhan telah berikan kepada kita sampai kepada kesudahannya, sehingga nama Tuhan dipermuliakan dan kita menjadi berkat bagi banyak orang. STUDI PRIBADI: Tantangan apa yang Paulus hadapi dalam pelayanannya? Bagaimanakah janji Tuhan terhadap Paulus? Pelajaran apa yang bisa kita dapatkan dari kisah ini? Berdoalah bagi para misionaris, pelayan Tuhan, Majelis, dan aktivis gereja yang melayani penjangkauan terhadap orang-orang yang belum mengenal keselamatan di dalam Tuhan Yesus. 14 SENIN JULI 2014 “… dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak.” (Yohanes 14:13) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 19:1-20 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 19:1-20 NAMA YESUS YANG AJAIB K uasa Allah tidaklah dibatasi oleh apapun. Allah bisa menggunakan segala cara untuk menolong setiap umat-Nya, khususnya ketika hal itu berkaitan dengan perluasan pekerjaan-Nya. Pada masa Paulus, Allah mengizinkan mujizat terjadi melalui sapu tangan dan jubah yang tersentuh olehnya. Itupun anugerah Allah. Tidak setiap saat hal itu terjadi dalam perjalanan pelayanan Paulus. Hal itu terjadi atas perkenan dari Allah untuk menguatkan kesaksian dan pelayanan Paulus; sehingga ketika yang lainnya berusaha untuk melakukan sebuah mujizat yang sama tanpa ada perkenan dari Allah, maka hal itu justru menjadi musibah. Ketujuh anak Skewa telah menyaksikan bagaimana Allah bekerja melalui beberapa orang Yahudi yang percaya Yesus. Mereka berusaha untuk melakukan hal yang sama dengan menggunakan nama Yesus. Tapi justru menghasilkan sesuatu yang mencelakakan diri mereka sendiri. Hal apakah yang dapat kita pelajari melalui kebenaran firman Tuhan ini? Pertama, nama Tuhan Yesus adalah nama yang penuh kuasa. Tuhan Yesus adalah Allah, sehingga nama-Nya memiliki kuasa dan tidak boleh disebut sembarangan. Setiap orang yang telah sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus dapat menggunakan nama-Nya untuk memohonkan pertolongan-Nya (Yoh. 14:13,14). Kedua, mujizat adalah kedaulatan Allah. Hanya Allah yang berhak memutuskan waktu dan menentukan cara yang digunakan dalam bertindak menolong setiap orang percaya. Adapun tujuan akhir dari mujizat tersebut adalah bagi kemuliaan Allah, pertumbuhan iman, dan kesaksian bagi orang yang belum percaya. Ketika mempelajari hal ini, apakah itu berarti bahwa seseorang tidak boleh mendoakan atau mengharapkan sebuah mujizat? Tentu setiap orang percaya bisa berdoa agar sebuah mujizat terjadi dalam hidupnya, namun dengan sebuah kerendahan hati dan menyerahkan setiap keputusan pada Allah. Allah memiliki hikmat yang tidak terbatas untuk memutuskan kapan dan bagaimana suatu mujizat terjadi dalam kehidupan seseorang. STUDI PRIBADI: Apakah mujizat terjadi menurut keinginan kita, ataukah kehendak Allah? Mengapa? Bolehkah meminta mujizat pada Tuhan? Apa sikap kita, jika tidak ada mujizat? Berdoalah bagi jemaat Tuhan yang sedang menghadapi pergumulan hidup, agar tetap percaya kepada pimpinan dan rencana Tuhan, karena apa yang dikerjakan Tuhan bagi kita, adalah baik adanya. 15 SELASA JULI 2014 “...Besarlah Artemis dewi orang Efesus.” (Kisah Para Rasul 19:28) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 19:21-40 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 19:21-40 KRISTUS ATAU ARTEMIS K adang hidup seseorang sulit ditebak, maunya jadi orang berhasil dan berguna, namun nasib buruk membawa dia ke jalan yang tidak benar. Apakah benar bahwa nasib lah yang harus disalahkan, atau dirinya yang salah memilih jalan hidup? Jika kita melihat dasar kehidupan Paulus dan Demetrius, pada umumnya keduanya sama, baik pikiran maupun perbuatannya, sama-sama menolak Tuhan dengan cara berbeda. Paulus sangat gencar menganiaya pengikut Kristus, sedangkan Demetrius menyembah Artemis. Namun akhirnya bagaimana nasib kedua orang ini? Paulus menjadi pemberita Injil Kristus dan memperkenalkan jalan Tuhan pada orang-orang Efesus yang menyembah dewa Artemis (19:23). Ini menimbulkan reaksi kemarahan dari pengusaha kuil dan patung dewa Artemis, karena banyak orang telah menjadi percaya dan meninggalkan penyembahan berhala mereka, sehingga penghasilan mereka menjadi berkurang. Takut penghasilan mereka terancam karena pemberitaan Injil Paulus, maka para pedagang patung-patung dewa Artemis melampiaskan kemarahan mereka dengan mengadakan huru-hara pro Artemis dan juga menolak pemberitaan Injil Kristus. Meski tujuan Paulus adalah ke Roma, tapi Tuhan ijinkan Injil Kristus singgah di Efesus, sehingga banyak orang berpaling kepada Kristus dan meninggalkan Artemis. Demetrius berikeras tetap pada pendiriannya dan mempropagandakan dagangannya berupa patung-patung Artemis meskipun mempunyai kesempatan mendengar Injil Kristus dari Paulus. Seperti yang dikatakan pada ayat 20, “Sekarang kamu sendiri melihat dan mendengar, bagaimana Paulus, bukan saja di Efesus, tetapi juga hampir di seluruh Asia telah membujuk dan menyesatkan banyak orang dengan mengatakan, bahwa apa yang dibuat oleh tangan manusia bukanlah dewa.” Sesungguhnya Injil Kristus telah menyapa Demetrius, tapi ia tetap mengeraskan hatinya. Saudara, janganlah menyalahkan nasib kita, jika kita tetap bersikap seperti Demetrius, yang telah dibutakan Artemis. Bukalah hati bagi Kristus, seperti yang Paulus lakukan, dan Dia akan mengubah nasibmu. STUDI PRIBADI: Mengapa di Efesus terjadi huru hara? Bagaimanakah reaksi orang Efesus mendengar berita Injil? Berdoalah bagi mereka yang belum mengenal Tuhan Yesus sebagai Juruselamat hidupnya, agar Tuhan berkenan membuka dan mencelikkan mata hati mereka, sehingga mereka dapat mengenal kebenaran. 16 RABU JULI 2014 “Jangan ribut, sebab ia masih hidup.” (Kisah Para Rasul 20:10) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 20:1-12 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 20:1-16 EUTIKHUS HIDUP KEMBALI H idup seseorang tidak bisa diduga, kapan ia masih hidup dan kapan ia meninggal. Kadang orangtua dengan usia hampir satu abad dan fisik yang lemah, bertahan hidup, sedangkan orang yang muda dan dikatakan sangat sehat, sudah tiada. Dalam perjalanan pelayanan Paulus ke Makedonia melalui Troas, ada peristiwa yang mangagetkan yaitu ada seorang anak muda mati mendadak karena jatuh. Lalu bagaimana dengan ia bisa hidup lagi? Paulus ketika tiba di Troas langsung mengadakan perkumpulan untuk memecah-mecahkan roti, hal ini sudah bisa dilakukan oleh Paulus dengan orang-orang percaya, sama seperti jemaat mula-mula di pasal 2-4. Dalam persekutuan memecah-mecah roti, Paulus menyampaikan firman Tuhan sampai fajar menyingsing; ini adalah khotbah terpanjang Paulus selama perjalanan misinya. Ini menunjukkan bahwa jemaat mula-mula haus akan firman Tuhan dan mereka memiliki sikap yang positif terhadap pengajaran Paulus. Bagaimana dengan sikap kita terhadap khotbah yang kita dengar? Kadang tidak sampai satu jam, kita sudah gelisah dan tidak punya hati untuk mendengar firman-Nya. Eutikhus, anak muda yang rindu mendengarkan pengajaran Paulus, namun saking tidak kuat menahan kantuknya, akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat tiga ke bawah, dan mati seketika itu juga. Kita bisa bayangkan keadaan waktu itu seperti apa, karena musibah kematian anak muda itu tidak diduga-duga. Lalu apa yang dilakukan Paulus? Ia turun dan merebahkan dirinya ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata kepada yang lainnya: “Jangan ribut, sebab ia masih hidup.” Tentu berita ini menggemparkan dan semakin meneguhkan iman mereka. Ketika melihat anak muda itu hidup kembali, semua orang menjadi terhibur dan dikuatkan, baik melalui firman Tuhan maupun melalui peristiwa kebangkitan anak muda ini. Bagian ini memperlihatkan, apabila kita memiliki kerinduan firman Tuhan seperti Eutikhus, sekalipun kita akan mengalami musibah, Tuhan akan senantiasa menyertai kita. Percayalah! STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Eutikhus jatuh? Apa yang terjadi dengan Eutikhus akibat dari kantuknya tersebut? Pelajaran apa yang dapat kita peroleh dari kisah ini? Berdoa bagi pemuda/i Kristen, agar mereka memiliki kerinduan untuk belajar firman Tuhan dan menerapkan firman Tuhan itu dalam kehidupan mereka, sehingga menjadi berkat bagi sekeliling mereka. 17 KAMIS JULI 2014 “Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir…” (Kisah Para Rasul 20:24) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 20:18-24 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 20:17-24 PENGABDIAN SEORANG RASUL R asul bisa dikatakan merupakan jabatan paling tinggi dan terhormat pada zaman gereja mula-mula, karena rasul adalah jabatan yang sangat eksklusif, yang hanya diberikan kepada murid-murid Tuhan saja. Setelah posisi Yudas Iskariot digantikan oleh Matias (Kis.1:24-26), maka hanya Paulus—satu-satunya orang di luar kelompok 12 murid Tuhan, yang menyebut dirinya dengan sebutan Rasul. Tidak bisa disangkal, bahwa sebutan Rasul ini memang benar-benar menyiratkan kehormatan tertinggi sebagai utusan Tuhan Yesus Kristus, di masa kelahiran gereja Tuhan yang paling awal. Yang dapat dipelajari dari para Rasul, bukan saja tentang kehormatan sebagai utusan Tuhan Yesus Kristus dan kemuliaan tugas yang terkandung dalam jabatan tersebut, melainkan juga bagaimana panggilan terhormat sebesar itu diwujudkan secara nyata dalam bentuk pengabdian total kepada Tuhan. Kita sungguh bangga bahwa setelah kejatuhan Yudas, Rasul-rasul lain telah memberikan teladan yang sangat baik. Pengabdian total sampai pada titik kehilangan nyawa, dialami oleh semua Rasul, dimulai dengan pembunuhan Yakobus (Kis.12:1-2), kecuali Yohanes yang Tuhan izinkan mati sampai hari tuanya. Contoh penganiayaan sudah ada, mulai dari penganiayaan terbuka (Kis. 8:1b) sampai pembunuhan Rasul. Namun hal itu sama sekali tidak membuat Rasul lain mundur dari panggilan kerasulan mereka. Paulus adalah contoh nyata seorang Rasul yang menjalani panggilan Tuhan dalam pengabdian total. Kehidupannya terbuka untuk dinilai oleh semua orang, tidak ada kepura-puraan, tidak ada sisi kegelapan yang tersembunyi. Dia melayani dengan rendah hati, tidak pernah sekalipun merebut kemuliaan Tuhan meskipun dia dipakai oleh Tuhan secara heran. Banyak kedukaan yang harus dia alami dalam pelayanan, difitnah orang-orang sebangsa, bahkan nyawanya sendiri terancam. Namun, semua itu tidak membuat dia kehilangan fokus; dia tetap melayani dengan sepenuh hati. Bagaimana dengan Anda sebagai pekerja Tuhan pada masa kini? STUDI PRIBADI: Apakah Rasul Paulus hanya membanggakan jabatannya semata atau ia justru menyatakan jabatan itu dalam kerja nyata dan penuh pengabdian? Jelaskan! Berdoalah bagi para pekerja Tuhan yang melayani, baik di gereja maupun di luar gereja, agar mereka hidup dalam pengabdian yang tulus ikhlas, bahkan rela bekorban bagi kemuliaan Tuhan. 18 JUMAT JULI 2014 “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik…” (Kisah Para Rasul 20:28) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 20:25-38 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 20:25-38 KEHORMATAN SEORANG PENATUA D i bawah jabatan Rasul, maka dapat dikatakan bahwa penatua gereja merupakan jabatan terhormat lainnya. Dalam Kis. 14:23 dan Tit. 1:5, penatua adalah jabatan tertinggi dalam pemerintahan sebuah gereja lokal. Ini bukan opsi, tapi ketetapan. Tuhan berkenan bahwa gereja-Nya di berbagai tempat, dipimpin oleh sekelompok pemimpin dengan sebutan “presbuteros” atau penatua-penatua. Kedua bagian inilah yang menjadi dasar acuan utama pembentukan sistem pemerintahan gereja Presbiterian yang berlatar belakang teologi Reformed. Di dalam pertemuan perpisahan Paulus dengan para penatua dari Efesus, diungkapkan suatu rahasia besar dalam jabatan seorang penatua. Memang secara kasat mata, penatua adalah orang yang berasal dan dipilih dari gereja lokal. Tapi secara teologis, istilah “kamulah yang ditetapkan Roh Kudus” ini menunjukkan makna teologis, bahwa di balik jabatan tersebut, sesungguhnya seorang penatua adalah orang yang mewakili Tuhan untuk menjadi penilik, yaitu menjalankan fungsi pengawasan terhadap kehidupan bergereja dan kehidupan jemaat, lebih jauh mewakili Tuhan dalam menggembalakan jemaat Allah. Tugas dan kewajiban ini tidak didelegasikan oleh jemaat, tetapi datang dari Allah sendiri. Penatua adalah wakil Allah untuk menggembalakan jemaat, yang adalah aset Allah yang paling berharga, yang untuknya Allah telah membayar harga paling mahal, yaitu dengan nyawa Anak-Nya sendiri. Seiring dengan proses pencalonan dan pemilihan majelis gereja yang sedang berlangsung, kiranya artikel ini bisa memberi pemahaman yang bermanfaat bagi jemaat tentang kehormatan jabatan seorang penatua sebagai pemimpin gereja, tapi terlebih lagi bagi para anggota majelis yang terpilih. Siapapun yang terpilih, dia terpilih karena ditetapkan Roh Kudus untuk menjadi wakil Allah mengurus aset-Nya yang paling berharga, untuk menggembalakan jemaat-Nya. Jika kita memahami nilai dan kehormatan yang terkandung dalam jabatan pemimpin gereja, niscaya kita akan menerima dan menghargai kepercayaan yang Tuhan berikan kepada kita. STUDI PRIBADI: Mengapa pekerjaan sebagai penatua gereja merupakan pekerjaan yang mulia dalam melayani Tuhan? Bagaimana respons kita jika kita dipilih sebagai penatua? Berdoalah bagi calon-calon majelis yang telah dipilih agar mereka memiliki kesadaran dan menghargai panggilan yang Tuhan berikan dalam memimpin dan menggembalakan umat Tuhan. 19 SABTU JULI 2014 “Karena ia tidak mau menerima nasihat kami, kami menyerah dan berkata: Jadilah kehendak Tuhan.” (Kisah Para Rasul 21:14) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 21:1-14 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 21:1-40 KONSEP TENTANG HARGA MELAYANI TUHAN M ajed El Shafie—seorang warga Mesir yang percaya Tuhan Yesus, menuturkan pengalamannya dianiaya orang-orang sebangsanya karena imannya pada Kristus, dan karena pekerjaannya membela orang-orang Kristen yang teraniaya di Mesir. Berbagai macam siksaan dan aniaya pernah ia alami. Ketika dia ditanya; kenapa dia bisa tahan menerima semua perlakuan yang kejam itu? Ia menjawab singkat dan sederhana, “Tergantung... Engkau menerima semua itu dengan, atau tanpa Tuhan.” Bagi Majid, dia rela menderita karena dia tahu, Tuhan menyertai dia. Kesaksian Majed El Shafie yang diwawancarai oleh Sid Roth adalah gambaran dari konsep nilai seorang anak Tuhan yang mengerti nilai penebusan. Dia sudah mendapatkan anugerah pengampunan, dia sudah menerima hidup kekal, dia sudah mengerti kebenaran yang sejati, dan dia menjadi pembela hak teman-teman sebangsanya. Itu adalah bentuk pelayanannya bagi Tuhan, demi anugerah yang sudah Allah berikan kepadanya. Menderita bagi Tuhan dan kebenaran, menjadi kehormatan bagi Majed, dan bukan suatu ancaman yang menakutkan. Konsep seperti itulah yang ada pada diri Paulus. Apabila Allah masih berkenan menyatakan anugerah kepadanya, seorang musuh-Nya yang dengan penuh kebencian pergi menangkap & memenjarakan orang-orang Kristen, maka berapapun harga yang harus ia bayar dalam pengabdiannya kepada Kristus, tidak akan menggoyahkan imannya kepada Tuhan. Dia tahu apa yang disampaikan oleh Agabus sungguh-sungguh akan dia alami, namun itu sama sekali tidak menggentarkan hatinya, apalagi membuat dia lari dari panggilan hidupnya. Jangankan cuma diikat, dia bahkan rela untuk mati bagi nama Tuhan. Membayar harga dalam melayani Tuhan, menjadi suatu kehormatan yang membanggakan bagi Paulus. Bagaimana dengan kita? Mari kita berdoa supaya Tuhan memberikan kerelaan kepada kita untuk membayar harga dalam mengikut dan melayani Tuhan, karena kita mengerti apa yang Tuhan sudah terlebih dahulu lakukan dan anugerahkan kepada kita. STUDI PRIBADI: Mengapa penderitaan dan aniaya tidak membuat gentar dan takut mereka yang telah menemukan kebenaran sejati dalam Kristus dan pelayannannya? Jelaskan! Berdoalah bagi orang-orang yang baru mengenal kebenaran dalam Kristus Yesus Tuhan, agar iman mereka semakin bertumbuh dan mereka dipakai Tuhan menjadi saksi-Nya, di manapun mereka berada. 20 MINGGU JULI 2014 “Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kau lihat dan yang kau dengar.” (Kisah Para Rasul 22:15) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 22:1-30 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 22:1-30 PANGGILAN ORANG PERCAYA M enjadi orang Kristen adalah sebuah panggilan, yaitu dipanggil untuk menjadi saksi Kristus. Dalam Kisah Para Rasul 22, dicatat sebuah kesaksian panggilan Paulus di hadapan orang banyak. Pada saat itu, Paulus ditangkap dan diperhadapkan dalam sebuah sidang. Tuduhan yang diberikan kepadanya adalah bahwa dia seorang penentang hukum Taurat dan menajiskan Bait Allah, karena memberitakan Injil kepada orang Yunani. Namun dalam kesempatan itu, Paulus memberikan pembelaan melalui kesaksian pertobatannya. Paulus telah dipanggil dalam sebuah perjalanan untuk menganiaya pengikut Kristus (ay. 4-16). Dia mengalami peristiwa yang luar biasa dan mendapat kesempatan istimewa mendengar langsung suara Tuhan (ay. 710). Paulus dalam perjalanannya ke Damsyik bertujuan untuk membunuh orang Kristen, namun telah “ditangkap” oleh Tuhan. Tujuannya dibelokkan dari seorang pembunuh menjadi seorang penginjil. Perjumpaan Paulus dengan Yesus mengubah hidupnya seratus persen. Dari pengalaman panggilan Paulus ini, kita melihat bahwa panggilan hidup orang Kristen ialah sebuah anugerah (ay. 14). Orang yang dianggap paling tidak layak bisa menjadi perpanjangan tangan Tuhan, untuk memberitakan Injil. Dari catatan kesaksian Paulus ini, bisa dilihat bahwa orang yang dianggap paling hina sekalipun, jika Tuhan pakai, bisa menjadi orang yang luar biasa dalam pelayanan. Demikian halnya orang percaya, Tuhan memanggil tiap orang Kristen untuk menjadi saksi-Nya. Bukan karena kita paling layak untuk melayani, tetapi karena Tuhan memberikan anugerah dan kesempatan untuk kita. Perjumpaan kita dengan Yesus seharusnya memberikan perubahan yang positif bagi diri kita. “The Worst sinner can be the best saint if you meet Jesus.” Orang paling berdosa sekalipun dapat menjadi orang yang paling kudus bila bertemu Yesus. Sudahkah kita mengalami perubahan itu setelah menjadi orang Kristen? Jangan pernah memandang rendah perjumpaan dengan Yesus, tapi jadikan itu momentum kehidupan baru Anda! STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Ananias dan Safira menyembunyikan sebagian uang dari penjualan yang seharusnya mereka berikan kepada Tuhan? Apa hikmatnya bagi kita? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka dapat hidup tulus dan jujur di hadapan Tuhan, agar kehidupan rohani mereka menjadi semakin dewasa dan memuliakan Allah. 21 SENIN JULI 2014 “ …sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah.” (Kisah Para Rasul 23:1) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 23:1-15 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 23:1-15 CERDIK SEPERTI ULAR S etelah terlepas dari hukuman karena kesaksian pertobatan dan pengakuannya sebagai warga negara Roma (Kis. 22: 25-29), Paulus kembali dibawa ke hadapan Mahkamah Agama. Masih dengan tuduhan yang sama, menentang Taurat dan membawa orang non-Yahudi ke Bait Allah. Hal ini membuat Paulus kembali berpikir keras untuk dapat membela dirinya. Paulus dalam pembelaannya menyatakan bahwa dia melakukan hal-hal yang dituduhkan dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah (Kis. 23:1). Artinya, Paulus menyatakan bahwa apa yang dia lakukan tidak bertentangan dengan kehendak Allah. Paulus dengan berani memberi pembelaan di hadapan Mahkamah Agama, meski pernyataannya menuai tamparan (ay. 2). Paulus dengan cerdik melihat suasana pengadilan (ay. 6); di sana ada orang Saduki (berpengaruh besar di Mahkamah Agama) dan Farisi (berpengaruh besar dalam masyarakat Yahudi). Paulus “memanfaatkan” situasi ini, dengan tujuan mendapatkan pembelaan dari kelompok paling banyak, yaitu orang Farisi. Dia mengakui bahwa dirinya termasuk golongan Farisi, yang percaya kebangkitan orang mati. Sebab orang Saduki tidak percaya kebangkitan orang mati. Namun pengakuan Paulus ini bukanlah sebuah kebohongan demi kebebasannya semata, karena pada dasarnya ajaran Kristen meyakini kebangkitan orang mati yang didasari kebangkitan Kristus. Jadi benarlah pengakuan Paulus, bahwa dalam hal keyakinan mengenai kebangkitan orang mati, dia termasuk golongan Farisi. Dengan pengakuan ini, Paulus mendapat dukungan dari orang Farisi yang memiliki suara lebih dominan di masyarakat. Dengan kecerdikan yang dia miliki, Paulus bebas dari hukuman pada hari itu. Dalam kehidupan Kristen, kita bisa saja mengalami tantangan yang berat dalam kehidupan. Mungkin tantangan itu tidak seberat yang Paulus terima, yang dihadapkan berkali-kali di pengadilan oleh karena imannya. Namun kita tetap harus cerdik seperti ular, dan harus meminta hikmat dari Tuhan supaya bisa tetap menjadi saksi iman di mana pun kita berada. STUDI PRIBADI: Apa yang Paulus lakukan dalam usahanya membebaskan diri dari pengadilan? Pelajaran apa yang bisa kita terapkan dalam kehidupan kita? Berdoalah supaya setiap kita diberikan hikmat oleh Tuhan dalam menjalani kehidupan kita dan mempertahakan iman kita kepada Tuhan, ketika kita harus menghadapi ancaman dan tekanan. 22 SELASA JULI 2014 “Sediakan juga beberapa keledai tunggang untuk Paulus dan bawalah dia dengan selamat kepada wali negeri Feliks.” (Kisah Para Rasul 23:24) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 23:16-35 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 23:16-35 PARADOKS PERANAN AGAMA & PEMERINTAH P embacaan hari ini menggambarkan peranan terbalik antara agama dan pemerintahan dalam menanggapi perkembangan kekristenan mula-mula. Agama, pada satu sisi, dalam konteks ini “diwakili” oleh Yudaisme, yang seharusnya berperan untuk dapat mengayomi dan mengarahkan kehidupan, dengan tujuan damai sejahtera dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, ternyata telah menjadi alat teror dan alat permainan kotor. Dengan dalih kemutlakan penafsiran agamanya, yang disertai pula oleh ke-iri-hati-an terhadap perkembangan kepercayaan yang lainnya, menjadikan para tokoh agama Yahudi dipenuhi kebencian, yang mengakibatkan perencanaan pembunuhan atas diri Paulus. Sungguh memalukan! Dari konteks bacaan firman ini, seharusnya kita umat-Nya mengevaluasi kepercayaan iman kita ketika kita diperhadapkan dengan pluralitas kehidupan agama di Indonesia, maupun di dunia. Kekristenan yang bersumberkan pada kasih Allah kepada umat manusia,—didirikan atas pengorbanan Yesus Kristus, yang mendamaikan kita dengan Sang Pencipta, dan ditopang karya Roh Kudus yang melahir-barukan kita, umatNya—,sepatutnya mewujudkan karya Allah Tritunggal di dalam diri kita, bagi sesama untuk menjaga keharmonisan hidup ini. Pemerintah, di sisi lainnya, dalam konteks ini “diwakili” Romawi telah menunjukkan nilai-nilai penting dalam rangka menjalankan pemerintahan yang adil dan bijaksana terhadap rakyatnya. Memang telah terjadi, banyak pemerintahan, termasuk masa-masa tertentu dari Romawi, hanya menjadi komoditas politik sektarian, yakni untuk mendukung golongan tertentu dan membinasakan golongan lainnya. Namun dalam pembacaan firman hari ini, patut disyukuri masih adanya pejabat pemerintah yang diwakili seorang perwira tanpa nama ini, melakukan tugasnya dalam melindungi warganya dalam menegakkan kebenaran melalui peradilan resmi, sehingga mencegah permainan “penghakiman jalanan” yang ingin dilakukan oleh kelompok agamawan. Inilah bukti bahwa Tuhan masih menyisakan orangorang tertentu, yang memiliki nurani tulus & pikiran jernih atas kebenaran. STUDI PRIBADI: Di tengah-tengah kekacauan pemerintahan dan juga kesimpang-siuran kebenaran, apakah Allah tetap memegang kendali atas semuanya itu? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat yang sedang mengalami ketidakadilan agar mereka tidak gentar menghadapi semua hal itu, karena ada Tuhan Yesus Kristus, Ia Mahaadil, dan Ia dapat menegakkan keadilan-Nya. 23 RABU JULI 2014 “Sementara itu ia berharap, bahwa Paulus akan memberikan uang kepadanya. Karena itu, ia sering memanggilnya untuk bercakap-cakap dengan dia.” (Kisah Para Rasul 24:26) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 24:1-27 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 24 INTEGRITAS KESAKSIAN HIDUP PAULUS P engadilan menjadi salah satu arena penting yang menggambarkan siapa saja yang terlibat di dalamnya, baik hakim, jaksa, pengacara, terdakwa, saksi, maupun pendakwa. Pengadilan di dunia ini bersifat paradoks, dan oleh karena itu bisa menjadi arena permainan kepalsuan, sekaligus penegakan keadilan sejati. Apabila kita melihat dari kasus Paulus yang diperhadapkan oleh pengadilan Romawi ini, kita bisa melihat suatu integritas kesaksian hidup Paulus yang tidak terbantahkan. Karena itu, seorang Kristen yang diperhadapkan kepada pengadilan karena imannya, janganlah takut jika kita memiliki integritas hidup. Dari manakah kita bisa melihat integritas Paulus itu? Dalam membagikan pemahaman kepercayaan Jalan Tuhan kepada orang Yahudi, Paulus tidak pernah bertengkar ataupun mengadakan huruhara di mana pun (ay. 12). Dari catatan kitab ini, bisa diperhatikan bahwa huru-hara ataupun perbantahan justru dimulai dan terjadi di kalangan pemimpin Yahudi. Di sini terlihat kebenaran utuh dari Kekristenan untuk bertanggungjawab membela dan mempertahankan kepercayaan iman kita dengan lemah lembut dan hormat (1Ptr. 3:15). Karena itu pembelaan iman Kristen tidak pernah dibenarkan dengan perkataan yang kasar, apalagi dengan tindakan provokatif. Dalam menjalankan kehidupan kepercayaan Taurat Tuhan, Paulus tidak pernah mengabaikan salah satu perintah apapun, baik persembahan, korban, maupun pentahiran (ay. 17-18), yang dilakukan dengan ketulusan hati dan menjadi kesaksian bagi siapapun yang melihatnya, apalagi ketika di Bait Allah. Di sini terlihat keutuhan kehidupan keagamaan yang tidak bisa dijadikan alat fitnah apapun, sebab dilakukannya dengan kesadaran nurani yang murni. Coram Deo: “Hidup di hadapan Allah.” Benarlah pernyataan Yesus, yaitu agar hidup keagamaan harus bersifat utuh (Mat. 5:20; Tit. 2:68). Karena itu, Feliks tidak akan pernah mendapatkan uang sogok ketika mengharapkan penyelesaian kasus ini (ay. 26), sebab kebenaran harus ditegakkan di dalam keadilan yang sejati. STUDI PRIBADI: Apakah yang membuktikan bahwa Paulus memiliki integritas hidup yang baik? Apa yang bisa kita pelajari dari kehidupan Paulus? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka hidup dalam integritas yang baik di hadapan orang lain, agar nama Tuhan dipermuliakan dan hidup mereka pun dapat menjadi berkat bagi banyak orang. 24 KAMIS JULI 2014 “Setelah berunding dengan anggota-anggota pengadilan, Festus menjawab: Engkau telah naik banding kepada Kaisar, jadi engkau harus pergi menghadap Kaisar”. (Kisah Para Rasul 25:12) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 25:1-27 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 25:1-27 KONSISTENSI DIRI K onsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir, suatu hal yang seringkali sulit untuk benar-benar diterapkan. Konsistensi seseorang akan menentukan seberapa kuat seseorang itu memegang teguh prinsip yang dimiliki, seperti yang dilakukan oleh rasul Paulus dalam perikop yang kita baca hari ini (Kis. 25). Dalam Kisah Para Rasul 21, diceritakan bahwa rasul Paulus ditangkap karena sepak terjangnya dalam memberitakan Injil Tuhan Yesus. Dalam pasal-pasal selanjutnya diceritakan bahwa rasul Paulus ditahan dan diperhadapkan kepada beberapa tokoh besar, seperti Mahkamah Agama, Feliks dan Festus. Meskipun sudah diperhadapkan dengan banyak orang, dicerca dengan berbagai macam tuduhan, namun rasul Paulus masih tetap berkeyakinan untuk memberitakan Injil. Perkataan Paulus dalam Kisah 25:10-11 menggambarkan dengan jelas, bahwa Rasul Paulus memegang konsistensitas sebagai hamba Tuhan yang setia. Paulus berkeyakinan teguh bahwa apa yang dilakukannya selama ini tidaklah salah. Dan dalam pasal-pasal selanjutnya bahkan dikatakan bahwa Paulus berharap agar kaisar pun bisa bertobat dan menjadi percaya kepada Tuhan. Kehidupan di dunia ini tidak luput dari tekanan dari pihak yang lebih kuat, yang berkuasa. Umat Kristen tetap menjadi umat yang minoritas di dunia ini, dengan berbagai macam ancaman dan tekanan dari berbagai pihak. Situasi yang seperti ini justru menentukan se-konsisten apakah kita sebagai anak Tuhan dalam membela keyakinan kita. Menjadi seseorang yang memiliki konsistensi tinggi tidaklah mudah, tidak serta merta muncul begitu saja, namun harus diasah dan ditumbuhkan di dalam diri kita. Cara yang paling utama adalah dengan banyak membaca firman Tuhan dan berdoa supaya Tuhan menguatkan kita menjadi orang yang konsisten dalam keyakinan kita akan Tuhan. Kiranya seiring dengan pertumbuhan rohani, kita menjadi anak Tuhan yang semakin konsisten akan keyakinan kita terhadap Tuhan. STUDI PRIBADI: Mengapa Paulus konsisten terhadap pemberitaan Injil? Se-konsisten apakah diri kita ketika kita diperhadapkan pada situasi sulit? Berdoa bagi para hamba Tuhan dan anak Tuhan supaya mereka dikuatkan dan diberikan keteguhan hati dalam mempertahankan keyakinan mereka di hadapan mereka yang tidak percaya. 25 JUMAT JULI 2014 “Jawab Agripa: Hampir-hampir saja kau yakinkan aku menjadi orang Kristen!” (Kisah Para Rasul 26:28) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 26:1-32 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 26:1-32 KESAKSIAN HIDUP YANG MENGUBAHKAN D alam firman Tuhan ini diceritakan mengenai Paulus yang membela dirinya di hadapan raja Agripa, terhadap segala tuduhan yang dilemparkan orang-orang Yahudi yang membencinya. Kedengaran seperti sebuah kisah yang biasa, namun di akhir kisah ini kita menemukan sebuah hal yang sangat menarik, bahwa Agripa mengatakan hampir saja dia diyakinkan Paulus untuk menjadi orang Kristen. Sekarang kisah ini berubah dari kisah biasa menjadi sebuah kisah yang luar biasa. Kenapa? Karena biasanya seorang yang didakwa hanya berpikir bagaimana dia bisa lolos dari hukuman di hadapannya; memalsukan informasi kepada hakim asalkan dia bisa bebas dari segala tuduhan. Namun Paulus berbeda, dia bukan hanya berjuang untuk hidupnya, tapi ia justru membela kesaksian tentang Tuhan Yesus. Kesaksiannya itu hampir saja mempengaruhi raja Agripa untuk mengikuti jalan Tuhan. Bagaimana bisa? Jawabannya sangat sederhana. Karena Paulus menceritakan pengalaman pertobatannya, dari seorang yang membenci Tuhan Yesus dan yang akhirnya bertemu dengan Tuhan Yesus dalam penglihatan. Melalui pertemuan itu, Paulus bertobat dan menjadi seorang pemberita Injil Tuhan Yesus Kristus. Dari sini kita bisa mempelajari satu hal dalam memberitakan Injil. Saat kita ingin membawa seseorang percaya kepada Tuhan, mungkin saja tidak diperlukan pengetahuan Alkitab. Bukan diperlukan kefasihan lidah, seperti pengkhotbah ataupun pengajar. Dari pengalaman Paulus, kita tahu bahwa pengalaman pertobatannya dapat membawa orang lain hampir percaya kepada Yesus. Ini artinya: hal yang paling penting dalam kehidupan kita sebagai pemberita Injil adalah pengalaman pertobatan kita. Pengalaman bagaimana hidup kita yang bobrok, yang berdosa, yang kosong, namun setelah bertemu dengan Tuhan, berubah, menjadi hidup yang baik, yang mulia, dan yang memiliki makna. Oleh karena itu, dalam pemberitaan Injil, menceritakan kesaksian kehidupan bersama Tuhan akan mempermudah kita untuk bersaksi kepada orang yang belum percaya. STUDI PRIBADI: Apa alasan yang membuat Paulus tidak membela dirinya sendiri, tetapi justru menceritakan kisah pertobatannya? Apakah cerita tentang pertobatannya adalah pembelaan dirinya? Berdoalah bagi jemaat agar dalam setiap aktivitas kehidupan mereka, dapat menjadi saksi bagi orang-orang di sekitarnya, yakni melalui perubahan hidup mereka yang semakin mengasihi Tuhan dan sesama. 26 SABTU JULI 2014 “Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang… di kapal ini akan selamat karena engkau.” (Kisah Para Rasul 27:24) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 27:1-26 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 27:1-26 HIDUP YANG MENJADI BERKAT K isah Para Rasul 27 bercerita mengenai perjalanan Paulus menuju ke Roma. Dalam perjalanan tersebut, Paulus menggunakan kapal bersama dengan beberapa orang tahanan. Setelah beberapa hari berlayar, Paulus mengingatkan semua orang di kapal bahwa lebih baik mereka melanjutkan pelayaran setelah kondisi cuaca lebih tenang. Namun perwira di kapal lebih mempercayai perkataan jurumudi dan sang kapten, daripada Paulus (ay.11). Jurumudi dan kapten mengatakan kepada perwira kapal, bahwa lebih baik mereka terus melanjutkan perjalanan. Akhirnya, keputusan diambil. Mereka akan terus berlayar sampai ke kota Feniks, sebuah kota pelabuhan pulau Kreta. Di tengah perjalanan menuju kota Feniks, rupanya apa yang dikatakan oleh Paulus terbukti benar, mereka menghadapi badai yang sangat dahsyat selama beberapa hari. Bahkan, untuk menjaga supaya mereka tidak tenggelam, benda-benda yang ada di dalam kapal, semuanya telah dibuang ke dalam laut. Di dalam kekuatiran mereka, Allah mengutus malaikat-Nya berbicara kepada Paulus. Kisah Para Rasul 27:24 menceritakan malaikat itu berkata kepadanya, “Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersamasama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau.” Sebuah perkataan yang sangat menghiburkan. Ada jaminan keselamatan bagi mereka yang ada di dalam kapal. Allah memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang ada di dalam kapal. Mereka akan selamat. Mereka tidak akan tenggelam ataupun mati karena kelaparan dan kehausan di tengah laut. Mereka akan selamat. Yang menarik, alasan mereka selamat adalah karena Paulus. Dikatakan, karunia Allah itu terpancar kepada setiap orang di dalam kapal karena Paulus. Bagaimana dengan kita? Sebagai orang Kristen, kita sama seperti Paulus. Meski orang-orang di sekitar kita ada yang tidak menyukai kita, tidak mendengarkan apa yang kita katakan, Allah dapat memakai kita menjadi saluran berkat bagi mereka. STUDI PRIBADI: Apakah Paulus ditinggalkan Tuhan ketika mengalami kesulitan dalam perjalanannya? Pelajaran apa yang dapat kita aplikasikan dalam kehidupan kita tentang Paulus ini? Berdoalah bagi jemaat agar mereka tetap memancarkan terang kasih Tuhan melalui kehidupan mereka bagi orang-orang di sekitarnya, sekalipun mereka seringkali dihina, atau bahkan menderita aniaya sekalipun. 27 MINGGU JULI 2014 “...Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat...” (Kisah Para Rasul 27:24) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 27:42-44 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 27:27-44 PEMELIHARAAN ALLAH B acaan Alkitab hari ini kembali menceritakan kisah perjalanan Paulus menunju ke Roma. Perjalanannya menempuh jalur laut ternyata menemui badai yang hebat. Berhari-hari Paulus dan para tahanan yang lain, serta para prajurit Roma yang mengawal mereka merasakan betapa hebatnya badai “Timur Laut” ini. Segala upaya telah dilakukan untuk meringankan beban kapal, yaitu dengan membuang beberapa barang muatan. Tujuannya, supaya kapal tidak kandas. Di tengah-tengah situasi yang demikian sulit, Malaikat Tuhan datang kepada Paulus dan menguatkan Paulus. Kemudian, hal ini diberitahukan kepada semua orang yang ada di atas kapal itu (Kis. 27:24-25). Pada malam yang ke-empat belas, situasi dan kondisi di laut tetap seperti sebelumnya, di mana kapal itu masih terombang-ambing oleh badai laut timur. Di tengah-tengah situasi seperti itu, ada usaha-usaha untuk menyelamatkan diri sendiri, sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa anak buah kapal. Melalui nasihat Paulus kepada perwira dan juga prajurit kerajaan yang mengawal kapal tersebut, usaha tersebut gagal (Kis. 27:2932). Setelah mendapat kekuatan dari mencicipi makanan, kemudian mereka berusaha untuk mengandaskan kapal tersebut; namun di tengah usaha demikian ini, ada sekelompok prajurit berencana untuk membunuh semua tahanan. Karena ingin menyelamatkan Paulus, maka kepala perwira itu menggagalkan usaha para prajurit itu. Pada akhirnya, mereka terdampar di pulau Malta. Melalui bagian ini, kita dapat melihat bagaimana pemeliharaan Tuhan atas kehidupan Paulus. Meskipun ada kesulitan besar yang dialami oleh Paulus di dalam perjalanan menuju ke Roma, serta adanya usaha-usaha untuk membunuh semua orang (tahanan) termasuk Paulus, Allah bekerja melalui “hikmat” manusia untuk menyelamatkan Paulus dan semua orang yang bersama-samanya. Kadang, ada begitu banyak kesulitan kita hadapi, namun Allah bekerja memelihara kita melalui berbagai cara dan hikmat manusia di dalam mengambil keputusan. Itu semua anugerah-Nya. STUDI PRIBADI: Tantangan apa yang Paulus rasakan ketika ia sedang menuju ke Roma? Apa yang Allah perbuat bagi Paulus? Berdoalah bagi jemaat yang sedang menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan karena mempertahankan iman mereka, agar mereka tetap kuat dan percaya pada pemeliharaan tangan Tuhan. 28 SENIN JULI 2014 “Ada yang dapat diyakinkan oleh perkataannya, ada yang tetap tidak percaya.” (Kisah Para Rasul 28:24) Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 28:23-29 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 28:1-31 PEMBERITAAN INJIL KEPADA ORANG YAHUDI K onteks bagian ini adalah pertemuan Paulus dengan para pemuka agama Yahudi yang tinggal di Roma. Tujuan pertemuan itu adalah Paulus ingin menjelaskan “pengharapan Israel” yang dikumandangkan melalui pemberitaan tentang kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus. Mengapa demikian? Karena ternyata para pemuka agama Yahudi di kota Roma tidak mengetahui dengan pasti mengenai ajaran yang diberitakan oleh Rasul Paulus tentang Yesus Kristus. Hal ini jelas, ketika para pemuka agama Yahudi berkata kepada Paulus, “Tetapi kami ingin mendengar dari engkau, bagaimana pikiranmu, sebab tentang mazhab ini kami tahu, bahwa di mana-mana pun ia mendapat perlawanan” (Kis. 28:22). Melalui diskusi ini, Paulus menghendaki agar mereka bisa mendengar pemberitaan tentang Yesus Kristus dan percaya. Di antara sekian banyak orang yang hadir tersebut, ternyata ada sebagian yang percaya dengan apa yang dikatakan Rasul Paulus, tetapi ada pula yang tidak mau percaya. Di antara para pemuka agama Yahudi tersebut, tidak terdapat kesepakatan mengenai apa yang diberitakan oleh Rasul Paulus (Kis. 28:23-24). Oleh sebab itu, Paulus mengingatkan mereka seperti nubuat yang disampaikan oleh nabi Yesaya (Kis. 28:25b-29). Pelajaran penting dari bagian ini menunjukkan bahwa “untuk percaya pada Yesus Kristus” dibutuhkan anugerah Tuhan. Tanpa anugerah Tuhan tersebut, tidak mungkin orang bisa menjadi percaya kepada Yesus Kristus, sebagaimana yang ditunjukkan oleh sebagian pemuka agama Yahudi. Jika kita benar-benar mengaku dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat hidup kita, itu merupakan suatu anugerah dari Allah Bapa. Banyak orang dapat memahami Kitab Suci dengan akal dan pengetahuan mereka dan dapat memahami berbagai ajaran kebaikan/moralitas di dalam dunia. Namun satu hal yang harus dipahami, untuk dapat percaya kepada Yesus Kristus adalah Juruselamat satu-satunya di dalam hidup, dibutuhkan anugerah Tuhan. Tanpa anugerah-Nya, kita sulit untuk bisa mendengar, menerima dan percaya kepada-Nya. STUDI PRIBADI: Mengapa orang Yahudi sulit untuk mempercayai berita Injil Yesus Kristus? Bagaimana dengan pengalaman Anda mengenal Tuhan Yesus? Berdoalah bagi anggota keluarga yang belum mengenal Tuhan Yesus, agar mereka mendapatkan anugerah Tuhan, sehingga dapat mengerti kebenaran dalam Injil yang kita beritakan. 29 SELASA JULI 2014 “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya...” (Roma 1:16) Bacaan hari ini: Roma 1:16 Bacaan setahun: Roma 1:1-32 TELADAN HIDUP SAULUS MENJADI PAULUS R oma 1:16-17 merupakan alasan Paulus ketika memberitakan Injil di Roma. Terjemahan lebih tepatnya, “Aku tidak malu terhadap Injil...” (For I am not ashamed of the gospel). Paulus berkata, “Sebab aku tidak malu terhadap Injil.” Paulus sadar bahwa orang percaya selalu tetap tergoda untuk merasa malu terhadap Injil Kristus. Mengapa demikian? Karena dari segi pandangan manusia, Injil Kristus bukanlah suatu kebanggaan. Menurut mereka yang akan binasa, pemberitaan tentang Injil Kristus adalah suatu kebodohan. Namun bagi mereka yang akan diselamatkan, Injil itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan (1Kor. 1:18). Karena itu, Paulus tidak pernah merasa malu untuk memberitakan Injil, secara khusus bagi orang-orang di Roma. Lebih lanjut Paulus menuliskan, “karena Injil itu adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga kepada orang Yunani.” Keyakinan Paulus ini bukan didasarkan kepada pengetahuan, tetapi kepada pengalaman hidupnya, di mana dia bertemu dengan Kristus secara pribadi; Kristus menjamin akan kehidupan dan keselamatannya. Keselamatan yang dimaksudkan di dalam bagian ini, adalah keselamatan dari murka Allah (Rm. 1:18 dan 5:9). Karena itu, Paulus tidak malu memberitakan Injil Kristus yang menyelamatkan itu di kota Roma, baik mereka adalah orang-orang Yahudi, maupun juga kepada orang-orang Yunani. Belajar dari apa yang dilakukan oleh Rasul Paulus ini, kita seharusnya juga tidak malu untuk memberitakan Injil Kristus. Mengapa? Karena: (1) kita sudah mewarisi keselamatan di dalam Yesus Kristus dan Yesus Kristus telah menjamin kehidupan kita; (2) karena keselamatan itu diberikan kepada umat pilihan Allah, maka sudah seharusnya kita mengutamakan keselamatan ini, sebagai fokus dalam kehidupan dan pelayanan kita. Sebab itu, kita harus mengambil bagian di dalam tugas memberitakan Injil Kristus, agar orang yang belum percaya, boleh mendengar dan percaya kepada Injil Kristus itu. STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Paulus tidak malu dalam memberitakan Injil Tuhan? Kekuatan apa yang ada di balik Injil Yesus Kristus? Berdoalah bagi setiap anak Tuhan di manapun mereka berada di bangsa ini, agar mereka tidak malu mengakui diri sebagai orang Kristen serta memiliki keberanian memberitakan Injil Yesus Kristus dengan hikmat-Nya. 30 RABU JULI 2014 “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya?...” (Roma 2:4) Bacaan hari ini: Roma 2:1-29 Bacaan setahun: Roma 2:1-29 JANGANLAH MENGANGGAP SEPI K ata “menganggap sepi” di sini berarti “menghina,” “mengejek,” atau “menganggap enteng,” sehingga ayat ini dapat diartikan, “Apakah engkau menghina kekayaan kemurahan-Nya?” Demikianlah sikap pengabaian orang Yahudi terhadap kasih karunia Allah atas mereka. Sikap membanggakan kebangsaan dan agama mereka, menyebabkan mereka memandang rendah orang-orang bukan Yahudi dan menjauhi mereka. Teguran Paulus yang dinyatakan dalam suratnya kepada jemaat di Roma, diangggap bukan ditujukan kepada mereka sebagai orang Yahudi yang bersunat, tapi kepada orang-orang yang tidak bersunat, yaitu mereka orang-orang kafir, orang-orang bukan Yahudi (ay. 1-3). Mereka menyangka bahwa mereka akan luput dari hukuman Allah karena mereka adalah bangsa pilihan Allah. Akibatnya, mereka menganggap enteng dan menyianyiakan kesempatan yang Allah berikan kepada mereka untuk bertobat (ay. 4), sehingga menimbun murka Allah atas diri mereka sendiri (ay. 5). Itulah akibat orang yang menganggap sepi kekayaan, kemurahan, kesabaran dan kelapangan hati Allah. Tahukah Anda, dari dulu sampai sekarang Allah masih menunjukkan kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya pada kita, manusia? Dan tahukah Anda, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun kita kepada pertobatan? Sesungguhnya, Allah sangat mengasihi kita. Ia tidak menginginkan kebinasaan manusia yang berdosa ini. Yang Ia inginkan adalah pertobatan dan keselamatan atas kita semua. Janganlah kita jatuh ke dalam kesalahan yang sama, seperti dilakukan orang Yahudi. Oleh karena itu janganlah kita mengabaikan kemurahan kasih Allah dengan menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya yang menuntun kita kepada pertobatan dan keselamatan di dalam Juruselamat kita, Yesus Kristus. Pakailah kesempatan yang Allah berikan dengan menyesali dan meninggalkan segala dosa yang kita perbuat selama ini, datanglah kepada Kristus, menerima keselamatan yang ditawarkan-Nya. STUDI PRIBADI: Mengapa Allah menunjukkan kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hatinya kepada Anda? Bagaimana respon Anda terhadap hal tersebut? Berdoalah agar banyak orang boleh meresponi dengan tepat dan benar akan kekayaan kemurahan Tuhan, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya kepada mereka. Bersyukurlah, Tuhan itu sangat baik kepada kita. 31 KAMIS JULI 2014 “…oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.” (Roma 3:24) Bacaan hari ini: Roma 3:1-31 Bacaan setahun: Roma 3:1-31 DIBENARKAN OLEH KRISTUS T uhan telah menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya untuk mewakili Allah atas ciptaan-Nya dan memuliakan-Nya (Kej. 1:26; Yes. 43:7). Namun sayang, manusia telah memberontak kepada Tuhan, yakni dengan memilih jalannya sendiri. Pemberontakan manusia ini disebut dosa, yang diwujudkan dengan sikap tidak menundukkan diri pada Tuhan dan melawan Tuhan (Rm. 3:9-20). Paulus menegaskan bahwa semua manusia, orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi, telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (ay. 23). Manusia yang seharusnya hidup mengabdi dan memuliakan Allah, kini hidup memberontak dan menghina Allah. Kini kondisi mereka ada di bawah kuasa dosa, seperti tertulis di ay. 9-18, “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak. Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, dan jalan damai tidak mereka kenal; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu”. Semua orang telah di kuasai oleh dosa dan tidak ada seorang pun yang benar dan dapat bebas dari hukuman Allah (Rm. 6:23). Jika demikian, bagaimanakah seseorang mendapatkan pembenaran di mata Allah? Syukur pada Tuhan. Dalam bacaan kita hari ini, Paulus menjelaskan bahwa kasih karunia Allah itu telah dinyatakan kepada kita, melalui Yesus Kristus (ay. 25). Dialah yang telah ditentukan Allah sebagai sarana bagi manusia untuk menerima pembenaran oleh curahan darah-Nya. Di dalam kematian Yesus Kristus, Allah menunjukkan keadilan-Nya, di mana Allah menghukum dosa melalui kematian Kristus di salib (ay. 26), sehinga setiap orang yang mau percaya kepada-Nya, memperoleh pembenaran Allah. Sudahkah Anda menerima-Nya? STUDI PRIBADI: Mengapa manusia tidak dapat membenarkan dirinya? Apakah yang dapat manusia lakukan untuk mendapatkan pembenaran dari Allah? Mengapa demikian? Berdoa agar semakin banyak orang yang boleh mendapatkan kasih karunia Allah, yaitu Yesus Kristus, yang membenarkan dan menyelamatkan mereka dari hukuman Allah. Catatan... “… dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak.” (Yohanes 14:13) Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. © New Church Live — Roma 12:3