BAB II KUALIFIKASI PENDIDIKAN GURU A. Guru 1. Pengertian Guru Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetatp bisa juga di masjid,surau, rumah, dan sebagainya.1 Guru adalah salah satu diantara faktor pendidik yang paling strategis, sebab gurulah sebetulnya pemain yang paling menentukan di dalam terjadinya proses belajar mengajar. Di tangan guru yang cekatan fasilitas dan sarana yang kurang memadai dapat diatasi, tetapi sebaliknya di tangan guru yang kurang cakap, sarana, dan fasilitas yang canggih tidak banyak memberi manfaat.2 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia karya W. J. S Purwadarminto, guru adalah seseorang yang mempunyai pekerjaan mengajar. Istilah guru sebetulnya sudah ada sejak dulu. Dalam Islam, guru berkaitan erat dengan Nabi Muhammad Saw. Karena beliau merupakan 1 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaktif Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), Cet. 1, hlm. 31. 2 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 75. 20 21 guru pertama dalam Islam yang mengajarkan tentang segala sesuatu kepada sesama manusia atau dengan kata lain sebagai Rahmatan Lil A’lamin. Kemudian setelah beliau wafat, maka tugas selanjutnya diemban oleh para ulama-ulama sebagai pewaris para Nabi. Istilah guru mengalami perubahan tetapi intinya sama yaitu orang yang mempunyai pekerjaan mengajar seperti di lingkungan sekolah dasar sampai sekolah menengah guru masih tetap dengan istilah guru.3 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun kedudukan di luar sekolah. Guru memang menempati yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati. Sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia.4 Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam konteks ini, guru dikatakan profesional jika ia mempunyai keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang 3 Ibid, hlm. 13. Soetjibto, Profesi Keguruan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), hlm. 17. 4 22 memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.5 Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implicit telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang ada di pundak orang tua. Sejalan dengan tuntutan kebutuhan manusia dan pekerjaan, maka orang tua tidak bisa bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pendidikan anak. Karena itulah orang tua melimpahkan sebagian tanggung jawabnya kepada orang lain. Dalam hal ini adalah guru. Pelimpah tanggung jawab ini menunjukkan bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru atau sekolah, maka tidak sembarang orang dapat menjabat menjadi guru.6 Guru sebagai pendidik adalah tokoh yang paling banyak bergaul dan berinteraksi dengan para murid dibandingkan dengan personal lainnya di sekolah. Tugas utama guru adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, melakukan pelatihan dan pengkajian, dan membuka komunikasi dengan masyarakat.7 Guru bagaikan “buku yang berjalan”, maksudnya adalah bahwa guru harus bersikap sebagaimana ajaran yang disampaikan tentang kebaikan dan kebajikan yang bersumber dari buku dan pranata agama dan 5 UU RI No. 14 Tahun 2005, Undang-Undang Guru dan Dosen (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 18. 6 Zakiyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 35. 7 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 6. 23 sosial. Sehingga ketika guru bertindak tidak sebagaimana pesan yang disampaikan guru dan pranata agama dan sosial maka akan menjadi bahan cercaan bahkan akan menurunkan kredibilitas profesi guru secara menyeluruh.8 Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan sebagai guru tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru profesional yang harus menguasai dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan penjabatan.9 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk pengetahuan dan berperilaku layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan. 8 Rosyid, Guru (Kudus: STAIN Kudus Press, 2007), hlm. 6-7. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 5. 9 24 2. Syarat-syarat Guru Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki oleh guru sebagai sebuah profesi keahlian memiliki tiga persyaratan, yaitu prasyarat, syarat formal, dan syarat subtansial yang terpapar dalam kajian berikut ini. a. Prasyarat guru Prasyarat adalah sesuatu yang perlu mendapat perhatian sejak awal terlibat dalam suatu sistem. Adapun bagi calon guru dipersyaratkan adanya: 1. Adanya niat atau keinginan untuk mencapai profesi. 2. Siap dlohir dan batin, dlohir berupa terpenuhinya persyaratan formal dan subtansional dan batin adanya keinginan atau niat. 3. Menerima segala konsekuensi jika melibatkan diri dalam profesi guru, yaitu hidup sederhana, menjadi tauladan bagi lingkungan, dan siap mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan sekaligus mempraktekakannya dalam kontek praktek pendidikan. b. Syarat formal 1. Berpendidikan formal sesuai dengan jenjang yang akan diterjuni. 2. Sehat jasmani dan rohani. 3. Memiliki dedikasi dan semangat juang tinggi dalam bidang ilmu pengetahuan. 4. Siap dijadikan figur masyarakat. 25 c. Syarat subtansional Syarat subtansional guru adalah syarat yang melekat pada diri guru karena potensi yang harus dimilikinya. Adapun syarat subtansional bagi guru, yaitu: 1. Kecakapan pribadi (kesadaran diri, mengatur diri, motivasi diri, dan keteladanan). 2. Kecakapan sosial (empati, pelayanan, memberikan semangat, mampu memahami prospek hidup, dan menumbuhkan sikap saling percaya). 3. Keterampilan sosial (mampu berkomukasi dengan orang lain, kepemimpinan, katalisator perubahan, berinteraksi dengan baik, bermusyawarah, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan). 4. Kemampuan profesional (penguasaan materi ajar, penguasaan landasan kependidikan, dan penguasaan keterampilan pembelajaran). 5. Mampu melaksanakan evaluasi pembelajaran.10 3. Tugas Pokok Guru Guru sebagai figur seorang pemimpin dan sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik, mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan 10 Rosyid, op. cit., hlm. 59-63. 26 manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara.11 Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas guru tidak hanya sebagai profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan. Tugas sebagai profesi menuntut kepada guru untuk mengemban profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, melatih anak didik adalah tugas guru sebagai prifesi. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneurskan dan mengembangkan ilmu pengethuan dan teknologi kepada anak didik.12 Guru harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik. Dengan begitu anak didik dididik agar mempunyai sifat kesetiakawanan sosial. Guru harus dapat menempatkan diri sebagi orang tua kedua, dengan mengemban tugas yang dipercayai orang tua kandung/wali anak didik dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan kemasyarakatan merupakan tugas guru yang juga tidak kalah pentingnya. Pada bidang ini, guru mempunyai tugas mendidik da mengajar masyarakat untuk menjado warga negara Indonesia yang bermoral pancasila.13 11 Ibid, hlm. 32. Abdul Mujib, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), 12 hlm. 41. 13 Ibid, hlm. 42. 27 Bila dipahami tugas guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Guru dalam mendidik anak didik bertugas, antara lain:14 a. menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan dan pengalaman-pengalaman. b. Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar negara pancasila. c. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik. d. Sebagai perantara dalam belajar. e. Membawa anak didik kearah kedewasaan. f. Sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. g. Sebagai penegak disiplin. h. Sebagai administrator dan manager. i. Sebagai suatu profesi. j. Sebagai perencana kurikulum. k. Sebagai pemimpim. l. Sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.15 Dengan mengetahui point-point tersebut, tahukan bahwa tugas guru tidaklah ringan. Profesi guru harus berdasarkan panggilan jiwa, sehinga dapat menunaikan tugas dengan baik, dan ikhlas. Guru harus mendapatkan haknya secara proposional dengan gaji yang patut diperjuangkan melebihi 14 M. Uzer usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 8. 15 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hlm. 38. 28 profesi-profesi lainnya, sehingga keinginan peningkatan kompetensi guru dan kualitas belajar anak didik bukan hanya sebagai slogan di atas kertas. Tugas pendidik dipetakan sebagai pendidik, pengajar, fasilitator, pembimbing, pelayan, perancang, pengelola, inovator dan penilai. Sebagaimana tabel di bawah ini:16 Dengan berbagai definisi sebagaimana terpaparkan di atas, penulis dapat memberikan makna bahwa pendidikan adalah pembentukan moral peserta didik yang berusia muda (produktif) agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrahnya. Dengan demikian, tugas guru yang tertera dalam tabel di atas secara terpadu dan berkesinambungan yang tidak dapat dipisahkan apalagi ditinggalkan. Karena hal itu menyatu pada profesi guru itu sendiri. 4. Peran Guru Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua perana yang diharapkan dari guru, antara lain:17 a. Korektor Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai itu harus betul-betul dipahami dalam kehidupan masyarakat. 16 Moh. Rasyid, Op. Cit, hlm. 83. Ibid, hlm. 43-48. 17 29 b. Inspirator Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. c. Informator Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. d. Organisator Sebagai organisator adalah peranan yang diperlukan guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, dan sebagainya. e. Motivator Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak-anak agar bergairah dan aktif dalam belajar. f. Inisiator Sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pengajaran g. Fasilitator Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. 30 h. Pembimbing Sebagai pembimbing, guru diharapkan dapat membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. i. Demontrator Untuk bahan pelajar yang sukar dipahami, guru harus berusaha membantunya, dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didakti, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik. j. Pengelola kelas Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik k. Mediator Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang pendidikan dalam berbagai bentuk jenisnya. l. Supervisor Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. m. Evaluator Sebagai evaluator, guru dituntut untuk mejadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. 31 Dari berbagai peran di atas, dapat di simpulkan bahwa untuk menjadi guru harus berdasarkan tuntutan hati nurani. Tidak semua orang dapat melakukannya, karena orang harus merelakan sebagian besar dari seluruh hidup dan kehidupannya mengabdi kepada negara dan bangsa guna mendidik anak manusia susila yang cakap, demokratis, dan bertanggung jawab. B. Standar Pendidik dan Tenaga Pendidik Guru adalah salah satu bentuk jasa profesional yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, standar pendidik dan tenaga kependidikan merupakan sebuah kebutuhan mendasar yang sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Hal ini tercermin dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasl 3 ayat 1 bahwa lingkup standar nasional pendidikan meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.18 Dari indikator yang tercantum diatas tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) salah satunya adalah mengenai standar pendidik dan tenaga kependidikan yang menyatakan seorang pendidik haruslah memenuhi Standar Nasional Pendidikan yang meliputi: 1. Pendidik memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 18 Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan Cet. Ke-1 (Jakarta: Cemerlang, 2005), hlm. 6. 32 2. Kualifikasi akademik sebagaimana termaksud di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 3. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang dasar dan menengah serta pendidikan usia dini antara lain, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. 4. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan atau sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud di atas, tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan. 5. Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh peraturan menteri.19 Beberapa dasar hukum lain yang menjelaskan tentang standar kualifikasi akademik seorang pendidik, antara lain dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik profesional. Seorang guru atau pendidik profesional harus memiliki kualifikasi akademik minimun sarjana (S1) atau diploma empat (D4), menguasai kompetensi, memilki sertifikat pendidik, 19 Khaerudin dan Mahfud Junaedi Dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Yogyakarta: MDC Jateng dan Pilar Media, 2007), hlm. 59. 33 sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.20 Standar yang dimaksud adalah suatu kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan berdasarkan atas sumber, prosedur dan manajemen yang efektif. Sedangkan kriteria adalah sesuatu yang menggambarkan ukuran keadaan yang dikehendaki.21 Penggunaan standar sangat vital dalam pengembangan suatu profesi. Dalam berbagai bentuknya, standar merupakan gambaran suatu profesi. Standar suatu profesi menetapkan siapa yang boleh atau tidak boleh masuk ke dalam kategori profesi tersebut. Secara konseptual, standar juga dapat berfungsi sebagai alat untuk menjamin bahwa program-program pendidikan suatu profesi dapat memberikan kualifikasi kemampuan yang harus dipenuhi oleh calon sebelum masuk ke dalam profesi yang bersangkutan. Sedangkan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widya swara, tutor, instruktor, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggakan pendidikan.22 20 Suyatno, Panduan Sertifikasi Guru (Jakarta: Indeks Anggota IKAPI, 2007), hlm. 24. Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru Cet. Ke-2 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 5. 22 Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005, op. cit, hlm. 86. 21 34 C. Kualifikasi Guru Proses berjalannya kegiatan belajar mengajar, tugas seorang pendidik adalah menjadi sentral, dalam arti dia harus mampu mengkoordinir peserta didik, mampu menguasai kelas secara keseluruhan, dan jelas diharuskan pula menguasai apa yang menjadi materi pembahasan dalam pembelajaran dengan tentunya mengacu pada kurikulum yang telah ditentukan. Sebenarnya tidak hanya itu saja yang menjadi tugas seorang pendidik, karena masih banyak lagi tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawab pendidik. Posisi yang begitu sentral pada seorang guru dalam menjalankan proses belajar mengajar maka dibutuhkan standar kualifikasi tenaga pendidik dalam proses pengadaan dan pengangkatannya, karena itu sangatlah berpengaruh dalam pengembangan dunia pendidikan dan pemberdayaan kompetensi tenaga pendidik kelak. Standar kualifikasi menjadi guru adalah salah satu syarat penting untuk menunjukkan bahwa pekerjaan profesional itu memiliki basis keilmuan dan teori tertentu. Kualifikasi akademik guru diperoleh melalui proses pendidikan dan persiapan yang cukup lama dilakukan melalui seleksi secara terus menerus. Karena itu sebagai guru profesional guru harus diuji kemampuan-kamampuan teknisnya yang berkaitan dengan kemampuan pedagogis, kemampuan profesional, kemampuan komunikasi, kemampuan kepribadian, dan kemampuan sosial.23 23 hlm. 16. Marseleus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru (Jakarta: Permata Puri Media, 2001), 35 Kualifikasi merujuk kepada syarat formal yang harus diselesaikan melalui aktivitas akademik tertentu dan itu dibuktikan dengan ijazah atau setifikat yang dimiliki setelah yang bersangkutan menyelesaikan studi pada jenjang pendidikan tertentu. Kualifikasi bersifat statis, artinya pengakuan terhadap kemampuan akademik seseorang yang dibuktikan dengan pemberian ijazah atau sertifikat tidak berubah sejauh yang bersangkutan menyandang gelar akademik yang sesuai. Orang yang menyandang gelar S1 dianggap sebagai sarjana dan layak untuk memasuki bidang pekerjaan tertentu.24 Kualifikasi yang harus dimiliki oleh seorang guru khususnya yaitu guru TK/RA/PAUD (Permendiknas No. 16 Tahun 2007) yaitu guru pada TK/RA/PAUD harus memilki kualifikasi akademik pendidikan minimum D-4 atau S1 dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.25 Berikut Undang-Undang mengenai kualifikasi yang harus dimiliki oleh calon pendidik dalam perekrutannya, diantaranta: 1. UU RI No. 20 Tahun 2003, diantaranya: a. Pasal 42 yang berisi: Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.26 24 Ibid., hlm. 16-17. Rugaiyah, op .cit, hlm. 84. 26 UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang GURU dan DOSEN serta UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Bandung: Citra Umbara, ), hlm. 97-98. 25 36 2. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, diantaranya: a. Pasal 1 ayat (9) yang berisi: Kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan.27 a. Pasal 8 yang berisi: Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memilki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. b. Pasal 9 yang berisi: Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program Diploma empat.28 3. PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diantaranya: a. Pasal 28 yang berisi: Ayat 1: Pendidik memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 27 Ibid., hlm. 4. Ibid., hlm. 8. 28 37 Ayat 2 : Kualifikasi akademik sebagaimana termaksud di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Ayat 3 : Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang dasar dan menengah serta pendidikan usia dini antara lain, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Ayat 4 : Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan atau sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud di atas, tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan. Ayat 5 : Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh peraturan menteri.29 b. Pasal 29 ayat 1 yang berisi: Pendidik pada pendidikan anak usia dini memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1), latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan anak usia 29 PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Cet. Ke-3 (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 17-18. 38 dini, kependidikan lain, atau psikologi, dan sertifikat profesi guru untuk PAUD/TK/RA.30 Dengan diberlakukannya Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut merupakan dasar untuk meningkatkan kualifikasi tenaga pendidik sesuai dengan profesinya. Di sisi lain bagi guru atau pendidik, UndangUndang dan Peraturan Pemerintah tersebut merupakan pendorong untuk selalu meningkatkan diri agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dimasa datang. Tanpa adanya upaya pengembangan diri untuk meningkatkan profesi, maka penigkatan kualitas pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah menjadi tumpang tindih dan tidak optimal. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan harus dilakukan secara komprehensif meliputi unsur sarana dan prasarana (termasuk di dalamnya kurikulum), tenaga pengajaran (tenaga pendidik), tenaga administrasi (tenaga kependidikan) dan kesemuanya itu akan berhasil bila terdapat adanya dukungan masyarakat. D. Kompetensi Guru Seseorang baru disebut memiliki kompetensi jika ia dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan dengan baik. Begitu juga seorang guru, ia bisa dikatakan memiliki kompetensi mengajar jika ia mampu mengajar siswanya dengan baik. Kompetensi pada dasarnya merupakan deskripsi tentang apa yang dapat dilakukan seseorang dalam bekerja, serta apa yang wujud dari 30 Ibid., hlm. 18. 39 pekerjaan tersebut yang terlihat. Untuk dapat melakukan suatu pekerjaan, seseorang harus memiliki kemampuan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan yang relevan dengan bidang pekerjaannya. Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang harus dilakukan seorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, perilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan dalam proses belajar mengajar.31 Menurut Suyanto dan Asep jihad (2013) ada tiga kompetensi guru, berikut penjelasanya. a. Kompetensi profesional, yaitu memiliki pengetahuan yang luas pada bidang studi yang diajarkan, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar-mengajar yang diselenggarakan. b. Kompetensi kemasyarakatan, yaitu mampu berkomunikasi dengan siswa, sesama guru, dan masyarakat luas dalam konteks sosial. c. Kompetensi personal, yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladeni. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran: ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.32 Guru harus menyadari bahwa manusia adalah sosok yang mudah menerima perubahan. Dengan membuka diri untuk terus berkembang, guru akan menjadi orang yang kompeten dalam profesinya. Kompetensi sangat 31 Suyanto dan Asep Jihad, Menjad Guru Profesional (Bandung: Erlangga, 2013), hlm. 32 Ibid., hlm. 40. 39. 40 terkait dengan keterampilan dan kecerdasan kognitif. Oleh karena itu, agar keterampilan dan kecerdasan kognitif guru tetap terjaga, maka guru harus mengikuti berbagai lokakarya, kursus, dan berkarya. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tantang Standar Pendidikan Nasional, yaitu: 1. Kompetensi kepribadian Kompetensi kepribadian bagi guru merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berakhlak mulia dan berwibawa, dan dapat menjadi teladan bagi siswa.33Secara rinci subkompetensi kepribadian terdiri atas: a. Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat, baik sosial maupun agama. b. Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi. c. Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi. d. Memiliki pengetahuan tentang estetika. e. Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial. f. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan. g. Setia terhadap harkat dan martabat manusia.34 33 Khaerudin dan Mahfud junaedi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(Yogyakarta: MDC Jateng dan Pilar Media, 2007), hlm. 317. 34 Mulyasa, Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 69. 41 2. Kompetensi profesional Kompetensi profesional sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan terkait penguasaan terhadap struktur keilmuan dari mata pelajaran yang diasuh secara luas dan mendalam, sehingga dapat membantu guru membimbing siswa untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan optimal. Kompetensi guru yang terkait dengan standar kompetensi profesional, antara lain: a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan, baik filosofis maupun psikologis. b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik. c. Mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya. d. Mengerti dan dapat metode pembelajaran yang tepat. e. Mampu menggunakan berbagai media, fasilitas, dan sumber-sumber belajar lainnya secara efektif. f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. g. Mampu melaksanakan evaluasi belajar. h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.35 35 Ibid., hlm. 69. 42 3. Kompetensi pedagogik Guru tidak hanya sebagai pengajar yang mentransfer ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada siswa tetapi juga merupakan pendidik dan pembimbing yang membantu siswa untuk mengembangkan segala potensinya terutama terkait dengan potensi akademis maupun non akademis. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang standar kompetensi guru yang terkait dengan standar kompetensi pedagogik, antara lain: a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual. b. Menguasai teori-teori belajar prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang pengembangannya yang diampu. d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 43 i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.36 4. Kompetensi sosial Kemampuan sosial guru dan tenaga kependidikan adalah salah satu daya atau kemampuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menhadapi kehidupan di masa yang akan datang. Kompetensi sosial tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Tenaga kependidikan sebagai petugas kemasyarakatan Guru memegang peranan sebaagai wakil masyarakat yang representatif sehingga jabatan guru sekaligus merupakan jabatan kemasyarkatan yang bertugas membina masyarakat agar masyarkat berpartisipasi dalam pembangunan. b. Tenaga kependidikan di mata masyarakat Kedudukan guru bukan hanya terbatas pada keempat dinding sekolah tetapi jauh menembus batas halaman sekolah dan berada langsung di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu, guru harus memiliki kompetensi sebagai berikut: 1. Mampu berkomunikasi dengan masyarakat, 2. Mampu bergaul dan melayani masyarakat, 36 Marseleus R. Payong, op. cit., hlm. 29. 44 3. Mampu mendorong dan menunjang kreativitas masyarakat, 4. Menjaga emosi dan perilaku yang kurang baik. c. Tanggung jawab sosial guru Peranan guru di sekolah tidak lagi terbatas untuk memberikan pembelajara, tetapi harus memiliki tanggung jawab yang lebih banyak, yaitu bekerja sama dengan pengelola pendidikan lainnya di dalam lingkungan masyarakat. Itu itu, guru harus mempunyai kesempatan lebih banyak melibatkan diri dalam kegiatan di luar sekolah.37 Perangkat kompetensi yang dijabarkan secara operasional di atas merupakan bekal bagi calon guru dalam menjalankan tugas tanggung jawabnya di sekolah sekaligus di masyarakat. E. Teknik Rekruitmen Guru 1. Pengertian Dalam rangka memiliki guru yang berkualitas sangat tergantung pada kualitas proses rekruitmennya. Semakin baik prosesnya, semakin besar pula kemungkinan didapatkannya individu-individu yang sangat memenuhi kualifikasi sesuai dengan yang diharapkan oleh sekolah . Perekrutan diartikan sebagai proses penarikan sejumlah calon yang berpotensi untuk diseleksi menjadi pegawai.38Sedangkan rekruitmenadalah 37 38 Mulyasa, op.cit, hlm. 71-72. Marihot Tua Efendi,Menejemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Gramedia, 2002) hlm.96. 45 proses mencari, menemukan, dan menarik para pelamar yang kapabel untuk dipekerjakan dalam dan oleh suatau organisasi.39 Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang efektif dan efisien membantu tercapainya tujuan perusahaan.40 Penarikan adalah usaha mencari dan mempengaruhi tenaga kerja, agar mau melamar lowongan pekerjaan yang ada dalam suatu perusahaan. Rekruitment is the process of searching for prospective employees and stimulating them to apply for job in the organizational. (Penarikan adalah proses pencarian dan pemikatan para calon pegawai yang mampu bekerja di dalam organisasi). Jadi, penarikan adalah usaha mencari dan menarik tenaga kerja agar melamar lowongan kerja yang ada pada suatu perusahaan.41 2. Faktor Yang Mempengaruhi Rekruitmen Sebelum penarikan tenaga kerja dilakukan oleh suatu organisasi, maka ada dua faktor yang harus mandapat perhatian organisasi agar penarikan tenaga kerja tersebut dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor Intern Organisasi 1. Kebijakan promosi 2. Kebijakan tentang kompensasi 39 Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 102. 40 HasibuanMalayu,Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm.28. 41 Ibid, hlm. 40. 46 3. Kebijakan tentang status pegawai 4. Rencana sumber daya manusia b. Faktor Ekstern Organisasi 1. Faktor-faktor lapangan kerja dan angkatan kerja yang tersedia di masyarakat. 2. UU kerja yang dibuat pemerintah. 3. Situasi dan kondisi perusahaan yang sejenis. 4. Situasi dan kondisi tenaga kerja yang tersedia.42 3. Prinsip Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan rekruitmen tenaga pendidikan adalah: a. Formasi,memang sangat dibutuhkan tambahan tenaga edukatif untuk dapat menyelesaikan tugas b. Mengacu pada analisa jabatan yang telah disusun, agar sesuai dengan kualifikasi maupun ketentuan/syarat yang ditentukan, c. Obyektif,artinya dalam penarikan tenaga kependidikan tidak menganut unsur KKN. Jadi, apa adanya, yang lulus, tetap lulus, yang tidak ya tidak. Tidak memperdulikan siapa dia dan latarbelakangnya. d. The right man on the place, yaitu hasil penarikan akan ditempatkan dan ditugaskan , maka harus ada kesesuaian tugas dengan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai baru.43 42 Marihot Tua Efendi,op. cit, hlm. 35-37. Sukirman Hartati,Manajemen Tenaga Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), 43 hlm. 31. 47 4. Proses Proses penarikan karyawan yang baik adalah sebagai berikut: a. Penentuan dasar penarikan b. Penentuan sumber-sumber penarikan c. Metode-metode penarikan d. Kendala-kendala penarikan.44 5. Langkah-langkahRekruitmen Tenaga Kependidikan a. Penentuan jabatan yang kosong b. Penentuan persyaratan jabatan c. Penentuan sumber dan metode perekrutan.45 Tujuan utama dalam proses rekrutmen adalah mendapatkan tenaga kependidikan (guru) yang tepat bagi suatu jabatan tertentu sehingga orang tersebut mampu bekerja secara optimal dan dapat bertahan di sekolah untuk waktu yang lama. Pelaksanaan rekrutmen merupakan tugas yang sangat penting, krusial dan membutuhkan tanggung jawab yang besar. Hal ini karena kualitas sumber daya manusia yang akan digunakan sekolah sangat bergantung pada prosedur rekrutmen dan seleksi yang dilaksanakan. Proses rekrutmen guru bisa dilakukan melalui empat kegiatan yaitu sebagai berikut: a. Persiapan rekrutmen guru 44 HasibuanMalayu, op.cit., hlm. 41. Marihot Tua Efendi, op.cit, hlm. 105-107. 45 48 Kegiatan pertama, dalam proses rekrutmen guru baru, adalah melakukan persiapan rekrutmen guru baru. Persiapan rekrutmen guru baru harus matang sehingga melalui rekrutmen tersebut sekolah bisa memperoleh guru yang baik. Kegiatan persiapan rekrutmen guru baru ini meliputi: 1. Pembentukan panitia rekrutmen guru baru. 2. Pengkajian berbagai undang-undang atau peraturan pemerintah, peraturan yayasan yang berkenaan dengan peraturan penerimaan guru, walaupun akhir-akhir ini telah diberlakukan otonomi daerah. 3. Penetapan persyaratan-persyaratan untuk melamar menjadi guru baru. 4. Penetapan prosedur pendaftaran guru baru. 5. Penetapan jadwal rekrutmen guru baru. 6. Penyiapan fasilitas yang diperlukan dalam proses rekrutmen guru baru, seperti media pengumuman penerimaan guru baru, format rekapitulasi pelamar, dan format rekapitulasi pelamar yang diterima. 7. Penyiapan ruang atau tempat memasukan lamaran guru baru. 8. Penyiapan bahan ujian seleksi, pedoman pemeriksaan hasil ujian dan tempat ujian. b. Penyebaran pengumuman penerimaan guru baru Begitu persiapan telah selesai dilakukan, maka kegiatan berikutnya penyebaran pengumuman dengan melalui media yang ada 49 seperti brosur, siaran radio, surat kabar dan sebagainya. Sudah barang tentuyang digunakan sebaiknya media yang dapat dengan mudah dibaca dan didengar oleh masyarakat. Pengumuman penerimaan guru baru yang baik berisi tentang waktu, tempat, persyaratan, dan prosedur mengajukan lamaran. c. Penerimaan lamaran guru baru Begitu pengumuman Penerimaan lamaran guru baru telah disebarkan tentu masyarakat mengetahui bahwa dalam jangka waktu tertentu, sebagaimana tercantum dalam pengumuman, ada penerimaan guru baru disekolah. Mengetahui ada penerimaan guru baru itu, lalu masyarakat yang berminat memasukkan lamarannya. Panitia pun mulai menerima lamaran tersebut. Kegiatan yang harus dilakukan panitia meliputi: 1. Melayani masyarakat yang memasukkan lamaran kerja. 2. Mengecek semua kelengkapan yang harus disertakan bersama surat lamaran. 3. Mengecek semua isian yang terdapat didalam surat lamaran, seperti nama pelamar, alamat pelamar. 4. Merekap semua pelamar dalam format rekapitulasi pelamar. Untuk melamar, seseorang diharuskan mengajukan surat lamaran. Surat lamaran tersebut harus dilengkapi dengan berbagai surat 50 keterangan, seperti ijazah, surat keterangan kelahiran yang menunjukan umur pelamar, surat.keterangan warga Negara Indonesia (WNI), surat keterangan kesehatan daridokter, surat keterangan kelakukan baik dari kepolisian. d. Seleksi pelamar seleksi merupakansuatu proses pembuatan perkiraan mengenai pelamar yang mempunyaikemungkinan besar untuk berhasil dalam pekerjaanya setelah diangkatmenjadi guru. Ada lima teknik dalam hal ini yaitu wawancara, pemeriksaanbadan, biografis, dan teknik tes. 6. Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan rekruitmen meliputi: a. Pengumuman tentang penerimaan calon pegawai tenaga pengajar/tenaga pendidikan. b. Pendaftaran calon pegawai tenaga edukatif/pendidikan. c. Melaksanakan ujian saringan. d. Mengumumkan hasil ujian saringan. e. Memproses pengusulan untuk diangkat sebagai calon pegawai tenaga pendidikan. f. Mengatur penempatan sesuai dengan surat keputusan.46 46 Hartati Sukirman, Manajemen Tenaga Pendidikan, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 32.