Kesesuaian Media Promosi Kesehatan Penyakit

advertisement
KESESUAIAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN PENYAKIT
TROPIS DEMAM BERDARAH OLEH DINAS KESEHATAN
SURABAYA
Oleh: Tria Hasbi Akbar Ilmas (070610288)
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis terhadap kesesuaian media
promosi kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya dalam
menyampaikan pesan atau tindakan preventif kepada masyarakat terhadap
penyakit tropis demam berdarah. Adapun media promosi yang digunakan oleh
Dinas Kesehatan Surabaya adalah dalam bentuk poster, stiker dan leaflet.
Permasalahan yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Surabaya adalah media
promosi yang digunakan kurang dapat diterima oleh masyarakat yang disebabkan
oleh design yang kurang menarik, ukuran dan Desain tersebut dibuat bukan dari
ahlinya, sehingga desain yang dihasilkan tidak memenuhi unsur grafis yang baik
dan kurang menarik masyarakat. Sehingga promosi yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan kota Surabaya kurang diminati oleh masyarakat. Media promosi yang
disampaikan oleh Dinas Kesehatan kota Surabaya melalui poster, stiker dan leaflet
terlalu kecil sehingga kurang dalam penyampaian pesan promosi, karena
masyarakat kurang dapat membacanya dengan jelas dari kejauhan.
Kata kunci: media promosi kesehatan, penyakit tropis, demam berdarah
PENDAHULUAN
Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk
Aedes Aegypti betina. Penyebaran populasi nyamuk Aedes Aegypti berkaitan
dengan perkembangan pemukiman penduduk. Mengingat nyamuk Aedes Aegypti
tersebar
luas,
maka
untuk
membrantas
penyakit
ini
perlu
dilakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) oleh seluruh lapisan masyarakat di rumah
dan di tempat-tempat umum serta lingkungannya masing-masing secara serentak
dan terus-menerus. Oleh karena itu untuk mencegah meluasnya penyakit demam
berdarah dengue perlu dilakukan pembinaan peran serta masyarakat yaitu dengan
penyuluhan kesehatan (Depkes RI, 1995). Keadaan lingkungan di sekitar rumah
maupun di sekitar tempat nelayanan kesehatan yang kurang bersih bisa
mendukung perkembangan nyamuk Aedes Aegypti. Itulah sebabnya, aspek
pencegahan penyakit yang berkelanjutan tersebut sangat mensyaratkan peranan
pemerintah di tengah-tengah masyarakat.
1
Oleh
karena
itu,
perlu
dipertimbangkan
banyak
hal
dengan
memperhitungkan faktor pendukung atau faktor yang menghalanginya dengan
memperhitungkan dan meperhatikan komponen komunikasi. Pertama, mengenali
sasaran promosi.1 Masyarakat sebagai sasaran komunikasi kesehatan perlu
dikenali agar pesan dapat disampaikan sesuai dengan situasi dan kondisi
masyarakat yang akan dituju. Bila ternyata penyakit Demam Berdarah disebabkan
perilaku masyarakat yang masih enggan berperilaku bersih dan kurang informasi
akan bahaya Demam Berdarah, sudah saatnya masyarakat sebagai pemangku
kepentingan utama dari setiap program pencegahan penyakit akan lebih manis bila
ditempatkan sebagai pelaku utama penurunan prevalensi penyakit Demam
Berdarah. Dengan menempatkan masyarakat sebagai subyek program pencegahan
penyakit, beban pemerintah untuk memberikan akses pada fasilitas sanitasi akan
berkurang seiring dengan munculnya kemandirian.
Kedua, pemilihan media promosi.2 Penggunaan beberapa jenis media
dalam komunikasi dapat saja terjadi, tetapi kelebihan dan kekurangan tiap media
perlu diperhitungkan agar sesuai dengan situasi dan kondisi komunikasi. Gunakan
komunikasi interpersonal, edukasi, dan konseling. Komunikasi tatap muka dengan
sasaran komunikasi umumnya memiliki efek jangka panjang yang lebih dalam
mengubah tingkah laku. Ketiga, pengkajian tujuan pesan komunikasi. Tujuan
komunikasi dan pesan komunikasi memiliki hubungan sangat erat. Oleh karena
itu, tujuan awal komunikasi kesehatan perlu dikaji dengan baik agar pesan dapat
dibentuk dan disesuaikan dengan tujuan komunikasi. Mencegah penyakit Demam
Berdarah dan mengenali tanda-tanda bahayanya adalah dua hal penting yang
harus diketahui masyarakat. Keempat, peran komunikator dalam komunikasi.
Peran pemerintah (komunikator) dalam meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat mutlak dibutuhkan.3 Kunci upaya pencegahan penyakit Demam
Berdarah ada pada prioritas dan komitmen politik pemerintah. Komitmen ini
1
Ronald E. Rice & Charles K. Atkin, 2001. Public Communication Campaigns. Third Edition,
Sage Publication Inc. London. New Delhi.p.364
2
Ronald E. Rice & Charles K. Atkin, 2001. Public Communication Campaigns. Third Edition,
Sage Publication Inc. London. New Delhi.p.366
3
Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue. 1995. Depkes RI.
2
hanya bisa berjalan dengan adanya kepemimpinan yang kuat, termasuk di daerah.
Tanpa kepemimpinan yang kuat, aturan tidak akan bisa ditegakkan dan
masyarakat tidak dapat digerakkan. Meski demikian, upaya preventif di bidang
kesehatan harus tetap dikedepankan.4 Misalnya, dinas kesehatan dan UPTD di
bawah dinas kesehatan, termasuk bidan, harus memulai dengan memberikan
kampanye program pencegahan penyakit.
Komunikasi dan Promosi Kesehatan
Komunikasi
Kesehatan,
kesehatan
Pemerintah
dan
merupakan
Masyarakat
komunikasi
untuk
Antara
Organisasi
meningkatkan
kesehatan
masyarakat. Jadi sifat komunikasi kesehatan adalah komunikasi yang interaktif
dan partisipatif. Interaktifitas terjadi tatkala medium yang digunakan, yakni media
massa, melibatkan masyarakat sebagai unsur yang tidak pasif, melainkan aktif.
Sementara partisipatif tercukupi oleh dukungan kelompok-kelompok sosial (civil
society), NGO, pemerintah maupun korporasi.5
Instruktif artinya isi pesan/informasi kesehatan merupakan serangkaian
informasi yang mengandung unsur sebab akibat berkaitan dengan penyakit, sakit
tidak sakit.yang harus disampaikan kepada komunikan. Konstruktif karena pesan
disusun secara sengaja agar dapat dipahami oleh penerima pesan. Disinilah
relevansinya penelitian ini menggunakan perspektif komunikasi kesehatan untuk
melihat bagaimana sesungguhnya masyarakat memahami pesan yang telah
disampaikan melalui media massa.
Disini terjadi perubahan paradigma yang sangat penting. Sebelumnya,
banyak dilihat bahwa pasien atau klien cenderung bersikap submissive sekaligus
cenderung pasif menerima apa yang menjadi keputusan dokter dalam pengobatan.
Begitu pula dalam pelaksanaan program program kesehatan. Kenyataan ini harus
diubah seturut dengan makin majunya teknologi komunikasi, serta semakin
kuatnya partisipasi masyarakat.
4
Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue. 1995. Depkes RI.
Slamet, J.S. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
5
3
Definisi Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni dalam membantu masyarakat dalam
upaya menjadikan gaya hidup masyarakat yang sehat dan optimal. Kesehatan yang
optimal didefinisikan sebagai suatu keseimbangan kesehatan antara kesehatan fisik,
emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Adapun pengubahan gaya hidup dapat
difasilitasi melalui penggabungan :
1. Menciptakan lingkungan yang mendukung
2. Mengubah perilaku masyarakat terhadap kesehatan
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan bagi hidupnya.6
Promosi kesehatan adalah kombinasi dari berbagai dukungan yang
menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk
perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan. Promosi
kesehatan juga merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara
dan meningkatkan kesehatannya.
Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, yang artinya adalah proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui
kelompok-kelompok yang potensial di dalam masyarakat itu sendiri, bahkan oleh
seluruh komponen yang ada di dalam sebuah komunitas masyarakat. Proses
pemberdayaan tersebut dilakukan sesuai dengan sosial budaya setempat, sesuai
dengan keadaan, permasalahan dan potensi daerah setempat. Proses pemberdayaan
tersebut pun juga harus secara bersama-sama dilakukan seiring dengan upaya
mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik maupun nonfisik, termasuk
didalamnya peraturan perundangan dan kebijakan.7
Kegiatan promosi kesehatan ini ialah seseorang yang sering kali
mempengaruhi sikap orang lain terhadap produk konsumsi. Konkretnya, orang-orang
ini menjadi sumber informasi mengenai produk yang ditawarkan (termasuk jasa
pelayanan seperti jasa kesehatan), dapat memberi nasihat atau saran mengenai apa
yang diperbolehkan (atau tidak) sehingga mengurangi resiko (finansial) serta juga
dapat menawarkan umpan balik (feedback) yang bersifat positif untuk mendukung
dan menguatkan keputusan yang telah dibuat oleh pengikut sarannya. Jadi opinion
6
www.wikipedia.org/Promosi Kesehatan.
www.promosikesehatan.com/profile/index.php?page=2
7
4
leader mempunyai peran penting sebagai pembawa informasi, pembujuk dan
penguat, yang dari aspek pemasaran dapat disetarakan dengan alat promosi kesehatan.
Fungsi yang hampir sama dijalankan oleh market mavens, sebagai aspek sumber
informasi kepada setiap keluarga di dalam sebuah masyarakat.8
Selain berfungsi sebagai pembawa informasi, opinion leader juga merupakan
seseorang yang berfungsi sebagai agen perubahan yang memegang peranan penting
dalam menginternalisasi nilai guna mewujudkan masyarakat yang semakin harmonis.
Karena setiap promosi kesehatan akan berorientasi pada sebuah perubahan yang
hendak dicapai terutama untuk menambah intensitas derajat kesehatan manusia
menjadi lebih baik dan terbaik.9
Pengertian strategi berasal dari bahasa Yunani, yang artinya adalah
“kepimpinan” (leadership). Strategi adalah keseluruhan tindakan-tindakan yang
ditempuh oleh sebuah organisasi untuk mencapai sasaran-sasarannya. “Strategi
adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untukmencapai suatu
tujuan. Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai
peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan
bagaimana taktik operasionalnya.”
Pada hakikatnya, strategi adalah sebuah taktik atau cara operasional dari suatu
perencanaan dan menejemen suatu organisasi atau instansi dalam upaya untuk
mencapai sasaran dan tujuannya. Dalam hal ini strategi akan sangat menunjang pada
keberhasilan target yang hendak dicapai. Promosi yang berhubungan dengan
kesehatan masyarakat, pada hakikatnya merupakan sebuah cara untuk memperoleh
asil yang diinginkan sesuai dengan visi dan misi yang hendak diraih. Selain itu pula
promosi kesehatan akan sangat membutuhkan strategi komunikasi yang cukup efektif
ang pada akhirnya dapat diterima oleh masyarakat nantinya.
Media Promosi Kesehatan
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai
alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa
atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi.
8
www.pdpersi.co.id?show=detailnews&kode=429
www.pontianakpost.com/berita/index.asp?= opini&id
9
5
Poster
Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambarr dengan tujuan
untuk mempengaruhi sesorang agar tertarik pada sesuatu, atau mempengaruhi
agar seseorang bertindak akan sesuatu hal. Poster tidak dapat member pelajaran
dengan sendirinya, karena keterbatasan kata-kata. Poster lebih cocok kalau
diperuntukan sebagai tindak lanjut dari suatu pesan yang sudah disampaikan
beberapa waktu yang lalu. Dengan demikian poster bertujuan untuk mengingat
kembali dan mengarahkan pembaca kearah tindakan tertentu sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh komunikator.
Berdasar isi pesan, poster dapat disebut sebagai Thematic poster, Tactrical
poster dan Practical poster. Thematic poster yaitu poster yang menerangkan apa
dan mengapa, Tractical poster menjawab kapan dan dimana, sedangkan Practical
poster menerangka siapa, untuk siapa, apa, mengapa dan dimana.
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan :
a. Dibuat dalam tata letak yang menarik, misal besarnya huruf, gambar warna
yang, mencolok
b. Dapat dibaca (eye catcher) orang yang lewat
c. Kata-kata tidak lebih dari tujuh kata
d. Menggunakan kata yang provokatif, sehingga menarik perhatian
e. Dapat dibaca dari jarak enam meter
f. Harus dapat menggugah emosi, misal dengan menggunakan faktor iri, bangga,
dan lain-lain
g. Ukuran yang besar (50X70) cm, kecil (35X50) cm
Tempat Pemasangan Poster
a. Poster biasanya dipasang ditempat-tempat umum dimana orang sering
berkumpul, seperti pemberhentian bus, dekat pasar, dekat toko/warung
b. Persimpangan jalan desa, kantor kelurahan, balai desa, posyandu, dan lain-lain
Leaflet
Leaflet atau sering juga disebut pamphlet merupakan selembar kertas yang
berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khusus untuk suatu sasaran dan tujuan
tertentu. Ukuran leaflet biasanya 20 x 30 cm, berisi tulisan 200 – 400 kata. Isi
6
harus bisa ditangkap dengan sekali baca. Misal leaflets tentang diare untuk orangorang yang tinggal di bantaran sungai dan buang buang air besar sembarangan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat Leaflets
a. Tentukan kelompok sasaran yang ingin dicapai
b. Tuliskan apa tujuannya
c. Tentukan isi singkat hal-hal yang mau ditulis dalam leaflets
d. Kumpulkan tentang subyek yang akan disampaikan
e. Buat garis-garis besar cara penyajian pesan, termasuk didalamnya bagaimana
bentuk tulisan gambar serta tata letaknya
f. Buatkan konsepnya
g. Konsep dites terlebih dahulu pada kelompok sasaran yang hamper sama
dengan kelompok sasaran
h. Perbaiki konsep dan buat ilustrasi yang sesuai dengan isi
PEMBAHASAN
Promosi dalam Bentuk Poster, Stiker dan Leaflet
Temuan data dari Dinas Kesehatan Surabaya mengenai kesesuaian media
promosi kesehatan memperlihatkan jika Dinkes Surabaya lebih banyak
mempraktikkan kesesuaian media promosi melalui poster, stiker dan leaflet.
Wawancara yang peneliti lakukan kepada bagian Sub Penyusunan Program
didapatkan bahwa Dinkes memfokuskan promosi kesehatan melalui poster, stiker
dan leaflet. Berdasarkan penelitian internal dari Dinkes kesehatan, kesesuaian
media promosi melalui poster, stiker dan leaflet dianggap dapat membantu dalam
menyebarkan informasi mengenai Demam Berdarah. Dinkes memasukkan pesanpesan dalam isi media berdasarkan identifikasi masalah menurut penelitian
Dinkes, yaitu:
1. Gaya hidup yang kumuh
2. Tempat toilet yang jarang dikuras
3. Buruknya lingkungan karena sampah atau barang bekas.
7
4. Perilaku-perilaku buruk bagi kesehatan yang lain yang masih sering dilakukan
oleh masyarakat dan anak-anak (di sekolah), seperti pemilik kantin/warung/
penjual makanan tidak menutup makanan jajanan, kebiasaan buruk lainnya
5. Tingginya
angka
kematian
Demam
Berdarah
karena
keterlambatan
penanganan (terlambat dibawa ke dokter atau tidak mendapatkan pertolongan
pertama yang baik).
6. Media komunikasi tentang kesehatan masih minim, baik cetak maupun
elektronik
Berkaitan dengan identifikasi persoalan diatas, maka berikut ini peneliti
lampirkan bentuk-bentuk promosi kesehatan yang memanfaatkan poster, stiker
dan leaflet. Ada dua media dominan yang dipakai untuk mensosialisasikan
penyakit tropik demam berdarah, yaitu poster, stiker dan leaflet. Secara ideal,
poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan
sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan
dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih enam meter. Poster biasanya
ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang
misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain.
Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau
photo. Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan
pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya
berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang
mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat
mendorong untuk bertindak. Sementara itu, stiker adalah media cetak yang dapat
ditempel di tembok atau luar ruangan, berisi pesan, hanya saja berukuran lebih
kecil dan relatif terbatas pesan yang mampu disampaikan dalam media ini.
Media yang lain adalah leaflet. Leaflet adalah selembaran kertas yang
berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan
gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat.
Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah,
misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare
dan pencegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada
8
saat pertemuanpertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan
Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan
perbanyakan sederhana seperti di photo copy.
Kelebihan promosi kesehatan dengan menggunakan kedua promosi diatas
(yakni media cetak) adalah karena bahan kertas dapat tahan lama dan hemat, tidak
membutuhkan biaya terlalu tinggi. Disamping itu, Dinas Kesehatan menilai
bahwa media cetak berupa poster dapat dijadikan sebagai medium yang mampu
menjangkau sebanyak-banyaknya khalayak atau target. Promosi kesehatan
semacam ini dapat sangat ekonomis tetapi mampu menghasilkan daya jangkau
yang lumayan luas. Aspek lain yang juga penting adalah karena media cetak
sebagai media promosi kesehatan adalah karena sederhana dan dapat dibawa
kemanapun sasaran (masyarakat) pergi. Sedangkan kelemahan terbesarnya
dibandingkan media elektronik adalah kurang dapat menciptakan stimulasi efek
suara maupun efek gerak (audio-visual). Kelemahan lain adalah mudah terlipat
dan rentan terhadap air jika dipasang di luar ruangan.
Media cetak perlu dipilih dalam jangkauan daerah karena Iklan Layanan
Masyarakat pada dasarnya memiliki kelemahan dalam hal ruang untuk mengisi
tag line, isi pesan tidak dapat lengkap terbatas oleh spase, dan waktu serta
mahalnya biaya penayangan iklan jika menggunakan medium elektronik. Maka
dari sini dapat disimpulkan alasan-alasan mengapa Dinas Kesehatan Surabaya
mengambil medium cetak untuk melakukan teknik promosi kesehatannya.
Pelaksanaan Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surabaya
Berdasar hasil penelusuran dan wawancara yang peneliti lakukan selama
riset di Dinas Kesehatan Kota Surabaya dapat ditemukan satu hal yang
menghambat kesesuaian media promosi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kota Surabaya terhadap penyakit tropis deman berdarah yakni pelaksanaan
promosi dilakukan oleh bagian Sekretariat SubPenyusunan Program, tidak
dilakukan oleh bagian yang secara khusus ditugaskan dalam pelaksanaan promosi.
Bagian khusus yang peneliti maksudkan adalah mengenai design yang dipakai
dalam promosi terhadap tindakan preventif terhadap penyakit demam berdarah.
9
Pihak Dinas Kesehatan Kota Surabaya seharusnya menempatkan staf
khusus yang memiliki latar belakang pendidikan desain grafis yang menangani
desain promosi, sehingga dapat dihasilkan desain promosi yang dapat dterima dan
pahami dengan jelas oleh masyarakat. Promosi yang dilakukan sudah tidak lagi
sekedar himbauan atau ajakan saja, melainkan masyarakat diajak untuk
melaksanakan tindakan nyata dengan bentuk tindakan preventif sebelum
terjangkit penyakit demam berdarah.
Promosi dilakukan oleh Bagian Sekretariat Sub Penyusunan Program
Hasil temuan data dari pelaksanaan promosi dengan media poster, stiker
dan leflet yang dilakukan oleh bagian Sekretariat Sub Penyusunan Program Dinas
Kesehatan Surabaya dapat diilihat dari job description atau SOP struktur
organisasi Dinas Kesehatan, maka ketiadaan struktur kehumasan telah membuat
Dinas Kesehatan kesulitan dalam menempatkan tugas dan peran penyelenggara
media promosi.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan informan, terdapat kelemahan
dalam penjalanan peran tersebut. Terbukti masih banyak staf yang menyatakan
tidak pas dengan tugas yang diberikan, atau atasan yang menilai stafnya tidak bisa
bekerja dengan baik. Padahal karena memang kompetensi dan kemampuannya
tidak pas dibidang yang diberikan.
Sebagian besar staf yang mendesain pesan maupun secara desain teknis
media promosi, bukan berasal dari kompetensi komunikasi atau desain grafis,
melainkan beraneka latar belakang yang tidak ada hubungannya dengan
kompetensi yang dibutuhkan.
Promosi kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Surabaya
berdasar pada standar operasional mengenai apa dan bagaimana promosi
kesehatan, terbukti belum ada sehingga tidak mampu membantu SDM yang
bekerja dalam mencapai promosi kesehatan Demam Berdarah yang berkualitas.
Disamping itu, SDM yang terlibat dan telah dibekali oleh SOP akan lebih dituntut
untuk harus berpikir realistis tentang pentingnya evaluasi sistematis terhadap
semua aspek promosi. Namun keberhasilan dalam mengimplementasikan standar
10
sangat tergantung pada individu itu sendiri, usaha bersama dari semua staf dalam
suatu organisasi, disamping partisipasi dari seluruh anggota profesi.
Jika Sub Penyusunan Program dalam Dinas Kesehatan tidak memiliki
SOP yang memadai dalam mendefinisikan bagaimana bentuk promosi kesehatan
DBD tersebut dikemas, maka berikut peneliti menjelaskan beberapa kesulitan
yang sudah ditemui di lapangan berdasarkan observasi. Pertama, tidak adanya
kejelasan terhadap komponen struktur (peraturan-peraturan), tahapan-tahapan
proses (tindakan/actions) dan evaluasi hasil (outcomes). Standar struktur
menjelaskan peraturan, kebijakan fasilitas dan lainnya. Standar proses
menjelaskan dengan cara bagaimana suatu pelayanan dilakukan dan standar
outcome menjelaskan hasil dari dua komponen lainnya.
Kesesuaian Media Promosi yang Seharusnya Dilakukan oleh Dinas
Kesehatan
Berdasar temuan data yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat dianalisa
beberapa hal yang berhubungan dengan kesesuaian media promosi dengan media
poster, stiker dan leaflet terhadap tindakan preventif penyakit tropis deman
berdarah Dinas Kesehatan Surabaya sebagai berikut:
1. Seharusnya Dinas Kesehatan kota Surabaya belum memiliki bagian khusus
yang menangani promosi yakni bagian desain grafis.
2. Dilakukan koordinasi dengan bagian yang lain untuk memperlancar fungsi
tugas dan wewenang dari bagian desain untuk menentukan kesesuaian media
promosi pemberantasan demam berdarah.
Setelah di lakukan pengamatan serta analisa, maka dapat disampaikan
beberapa hal yang dapat dijadikan evaluasi terhadap kekurangan-kekurangan yang
selama ini dialami oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya, antara lain:
1. Media iklan sebagai sarana promosi yang digunakan serta dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan Kota Surabaya masih kurang bisa diterima oleh masyarakat.
Hal ini dapat kita dapatkan media iklan yang digunakan masih terlalu
sederhana dan kurang menarik bagi masyarakat. Dapat kita bandingkan
dengan media iklan yang digunakan Telkomsel dalam melakukan promosi
kepada masyarakat dengan berbagai macam media dan menggunakan desain
11
terbaru, sehingga promosi yang dilakukan oleh Telkomsel dapat berjalan
dengan baik dan lancar.
2. Diperlukan evaluasi secara menyeluruh terhadap pelaksanaan promosi yang
sudah dilakukan selama ini, sehingga dari hasil evaluasi tersebut dapat
dijadikan barometer bahwa promosi yang dilakukan tidak hanya sekedar
himbauan atau peringatan semata melainkan yang lebih penting adalah upaya
untuk hidup sehat dengan tindakan preventif. Dari hasil pengamatan peneliti
sampai saat ini Dinas Kesehatan Kota Surabaya baru bertindak apabila telah
ada kejadian atau yang menimpa masyarakat.
3. Tindakan preventif menjadi kunci utama dalam upaya pencegahan tertularnya
penyakit demam berdarah serta pengetahuan masyarakat terhadap penyakit
demam berdarah masih kurang, sehingga dibutuhkan upaya edukasi dari Dinas
Kesehatan Kota Surabaya untuk lebih giat dan aktif dalam memberikan
bimbingan dan contoh kepada masyarakat untuk menjaga lingkungan dan
hidup bersih.
4. Lingkungan yang bersih akan dapat menghindarkan masyarakat dari berbagai
penyakit terutama demam berdarah.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan dan analisis data yang peneliti lakukan, maka
dapat disimpulkan beberapa hal penting sebagai berikut, promosi yang dilakukan
oleh Dinas Kesehatan kota Surabaya dalam bentuk poster, stiker dan leaflet masih
belum dapat diterima oleh masyarakat sebagai tindakan preventif terhadap
penyakit tropis demam berdarah. Kurang diterimanya promosi dalam bentuk
bentuk poster, stiker dan leaflet tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
a. Desain Media Promosi
Media poster, stiker dan leaflet yang digunakan untuk promosi yang dilakukan
oleh Dinas Kesehatan kota Surabaya tersebut dari unsur desainnya kurang
menarik masyarakat, karena desain yang digunakan dari tahun ke tahun tidak
mengalami perubahan (tetap), sehingga masyarakat tidak tertarik untuk
mambacanya apalagi memahami isi dari desain yang ada dalam iklan promosi
12
tersebut. Desain tersebut dibuat bukan dari ahlinya, sehingga desain yang
dihasilkan tidak memenuhi unsur grafis yang baik dan kurang menarik
masyarakat. Sehingga promosi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan kota
Surabaya kurang diminati oleh masyarakat.
b. Ukuran Media Promosi
Media promosi yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan kota Surabaya
melalui poster, stiker dan leaflet terlalu kecil sehingga kurang dalam
penyampaian pesan promosi, karena masyarakat kurang dapat membacanya
dengan jelas dari kejauhan, dapat dibaca apabila dilihat dari jarak dekat.
c. Penempatan Media Promosi
Promosi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan kota Surabaya dalam bentuk
poster, stiker dan leaflet ditempatkan di tempat-tempat yang kurang strategis,
sehingga promosi yang dilakukan kurang diterima oleh masyarakat terhadap
penyakit demam berdarah.
Promosi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan kota Surabaya sebagai
tindakan preventif atau himbauan kepada masyarakat terhadap penyakit demam
berdarah kurang berjalan dengan baik, karena tidak dilakukan upaya peningkatan
kualitas promosi dalam bentuk bentuk poster, stiker dan leaflet.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy. 1998. Penyuluhan Penyakit Demam Berdarah. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Fathi., S. Keman., C.U. Wahyuni. 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku
terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue.
Hadari Nawawi, 2003. Metode Penelitian Deskriptif, Erlangga, Jakarta.
Kepala Bidang Pelatihan Sumber Daya Masyarakat beserta staf PSDM Dinas
Kesehatan Kota Surabaya.
Kresno, S., E.N. Hadi., C.E. Wuryaningsih., I. Ariawan. 1999. Aplikasi Penelitian
Kualitatif Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Jakarta.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.
Grasindo. Jakarta.
Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue, Depkes RI, 1995.
Sholihin. 2004. Ekologi Vektor Demam Berdarah Dengue. Warta Kesehatan TNIAL Volume XVIII. Nomor 1 Tahun 2004. Jakarta.
13
Slamet,
J.S. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.
Soedarmo, S.S. 1988. Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung.
http://media+stiker+promosi+kesehatan&oq=media+stiker+promosi+kesehatan&gsl.
http://www.pdpersi.co.id?show=detailnews&kode=429
http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?= opini&id
http://www.promosikesehatan.com,2007.
http://www.promosikesehatan.com/profile/index.php?page=2
http://www.surabaya-ehealth.org/berita/fokuskan-pada-tiga-rangkaian-peringatanhkn, terakhir diakses 1/11/10.
http://www.wikipedia.org/Promosi Kesehatan.
http://www.scribd.com/doc/74579067/Promosi-Kesehatan
www.telkomsel.com/program/promo.
14
Download