BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan sosial saat ini, menjadi bahasan pokok yang popular bagi kalangan sosiolog di barat, khususnya di amerika serikat. Studi ini mengenai gerakan hak-hak sipil yang merespon ketimpangan sosial atapun kebijakan negara, seperti gerakan mahasiswa, gerakan lingkunagn hidup, gerakan perdamaian, atau pun gerakan perempuan. Kesemuanya membawa akibat lahirnya berbagai macam-macam pendekatan dan teori tentang gerakan sosial. Gerakan sosial ataupun gerakan massa, merupakan sebuah fenomena penting dalam sejarah kemajuan bangsa-bangsa. Hampir semua peristiwa besar yang mengubah tatanan, baik itu politik, ekonomi maupun sosial budaya, seringkali muncul berawal dari sebuah gerakan sosial. Gerakan sosial merupakan sebuah upaya untuk melakukan kontrol terhadap pemerintah, bahkan ada juga yang sampai menjatuhkan sebuah rezim yang dianggap tidak pro rakyat lagi. Gerakan ini disebut gerakan sosial karena sifatnya yang berjuang bukan melalui lembaga atau instistusi Negara, melainkan bergerak diluarnya. Melakukan unjuk rasa dan demontrasi, menguasasi pemberitaan media, ataupun pendudukan kantor milik Negara. Menurut Piotr Sztompka, kendala yang sering muncul dari gerakan sosial adalah sifat dari gerakan sosial, yaitu tindakan kolektifnya diorganisir 1 secara tidak terlalu ketat, Sifatnya ini jugalah yang membuat gerakan sosial sosial sulit mencapai tujuan utama terbentuknya. Selain itu, gerakan sosial gampang dijadikan permainan politik elite partai politik yang lebih dahulu siap mengisi pemerintahan ketika sebuah rezim telah jatuh, seperti gerakan mahasiswa 98 silam, ketika berhasil menjatuhkan rezim orde baru, mereka justru tidak mengisi pemerintahan. Tapi diisi oleh elite lama yang melihat kesempatan emas menggantikan rezim soeharto. Meskipun judulnya berubah dari orde baru ke zaman reformasi. Ada dua kriteria sebuah perubahan sosial, Pertama, perubahan yang berasal dari “bawah”, melalui aktivitas yang dilakukan oleh massa rakyat biasa dengan derajat kebersamaan yang berbeda-beda1. Untuk kriteria macam ini, gerakan yang muncul setelah adanya kesadaran akan keterasingan2 dirinya atau merasa hak-haknya digugat oleh kelompok tertentu, misalkan gerakan buruh yang menduduki pabrik karena persoalan kontrak yang tidak ditepati oleh pemilik perusahaan. Ketika pemilik pabrik memenuhi tuntutan buruh, maka aksi itupun akan berangsur redam. Namun, jika tidak diindahkan oleh pemilik pabrik, gerakan buruh akan semakin tidak terkendali dan bisa mencapai kerusuhan. Perubahan lain berasal “dari atas”, melalui aktivitas elite yang berkuasa (penguasa, pemerintah, manager, administrator, dan lain-lain) 1 2 Sztompka piotr, sosiologi perubahan sosial 2004,. Jakarta, prenada media hal 323 Karl marx menggunakan kata aleniasi untuk menjelas kan tentang keterasingan buruh oleh mode produksi sistem kapitalisme di eropa abad 19. marx menjelaskan ketika para buruh sadar akan keterasingannya maka disitulaha akan muncul kesadaran kelas dan akan mengarah pada perubahan sosial 2 mampu memaksakan kehendak anggota masyarakat yang lain3. Kedua, perubahan mungkin diinginkan oleh agen, dilaksanakan sebagai realisasi poyek yang mereka rencanakan sebelumnya; perubahan lain mungkin muncul sebagai efek samping dari tindakan yang tujuannya sama sekali berlainan.4 Gerakan sosial di Indonesia, hampir dapat ditemukan di media ataupun disekitar kita. Salah satu organisasi yang banyak muncul di media saat ini adalah Nasional Demokrat. Organisasi ini dipimpin oleh Surya Paloh, pria keturunan aceh. Struktur Nasional Demokrat cukup rapi sebagai organisasi masyarakat. Sehingga hal itu juga dapat membantah pernyataan dari Piotr Sztompka, yang mengatakan bahwa gerakan sosial adalah gerakan yang terorganisir secara longgar, tanpa cara terlembaga untuk menghasilkan perubahan dalam masyarkat mereka5. Setidaknya sejauh ini dapat terlihat organisasi yang mempertontonkan format organisasi yang mampu mewadahi para politisi, akademisi, budayawan, serta pengusaha dalam satu wadah yang terorganisir dan rapi dibawah Surya Paloh sebagi ketua umum dan Sri Hamengku Buwono X sebagai Dewan Penesehat Nasional Demokrat. Kehadiran Nasional Demokrat sebagai organisasi masyarakat (ormas) bisa dikatakan tepat momentunya. Ketika masyarakat sudah mulai tidak 3 Sztompka piotr, sosiologi perubahan sosial 2004,. Jakarta, prenada media hal 324 hal 324 4Ibid 5 Ibid hal 325. 3 percaya pada partai politik sebagai penyampai aspirasi, Surya Paloh justru datang dengan kendaraan ormas dan mengaku siap menjadi alternatif dari kejenuhan orang terhadap carut marut kondisi perpolitikan bangsa. Propaganda yang dilakukan oleh Nasional Demokrat selama ini, masih dominan lewat media massa. Baik itu internet, media cetak, dan media elekteronik. Media massa merupakan instrument yang sangat kuat untuk mengartikulasikan, membentuk, dan menyatukan keyakinan, merumuskan, menyebarkan pesan ideologis, serta membentuk pendapat umum6. Hampir tiap hari orang dapat meng-update tiap gerak dari Nasional Demokrat, entah tampil secara tidak sengaja di media, atau mengunjungi sirus resmi dari Nasional Demokrat sendiri di internet Ada hal menarik dari kehadiran Nasional Demokrat, yaitu : Pertama, kehebatan Surya Paloh menjaring anggota dari berbagai kalangan, yang paling menonjol ketika deklarasi pertama adalah tokoh-tokohnya sebagian berasal dari partai politik, dan kebanyakan dari mereka adalah tokoh yang tersingkir di partai masing-masing. Surya paloh dan Sri Sultan Hamengku Buwono X adalah tokoh yang berasal dari partai golkar. Sebelumnya Surya Paloh sempat mencalonkan diri menjadi ketua umum partai golkar, namun dikalahkan secara demokratis oleh saingannya, Aburizal Bakri, dan akhirnya menginisiasikan membentuk organisasi masyarakat Nasional Demokrat. Kedua, proses institusionalisasi dari pusat hingga daerah Nasional Demokrat. Hadirnya Nasional Demokrat di bulan februari 2010 hingga kini, 6 Ibid, hal 331 4 sudah memiliki jejaring sosial (politik) yang cukup luas, gerakannya yang cepat dan massif membuatnya tak luput dari perhatian media. Di tingkatan pusat, banyak politisi dan akademisi ternama menjadi anggota, sedangkan di tingkatan daerah Nasional Demokrat berhasil meyakinkan para pejabat nomor satu lokal. Di Makassar Ilham Arif Sirajuddin masuk menjadi insiator Nasional Demokrat. Di wilayah akademisi, Guru Besar UIN Prof Dr Qasyim Mathar, rektor UMI Prof Dr Nazir Hamzah. Dalam menjaring anggota Nasional Demokrat tidak memberi batasan anggota menurut profesi tertentu, misalkan HKTI dari Kelompok tani, atau HIPMI yang merupakan wadah para pengusaha. Kedatangan Nasional Demokrat yang dimotori oleh Surya Paloh, kini turut meramaikan perdebatan persoalan kemajuan kebangsaan. Dengan motto “Restorasi Indonesia”nya, ada banyak tafsiran mengenai orientasi dari arah gerakan nasional demokrat. Pola yang dilakukan oleh nasional demokrat, telah memenuhi syarat sebagai gerakan sosial dengan melihat aksi-aksi sosial yang dilakukan tim Nasional Demokrat jika di pandang dari luar. Kelihatan Nasional Demokrat ingin memperlihatkan diri sebagai ormas yang peka dengan masalahmasalah sosial. Pola yang sebenarnya yang hampir tidak pernah dilakukan oleh partai politik di indonesia pasca reformasi, kecuali dekat dengan momentum pemilu, baru partai poltik berusaha merapat ke masyarakat. 5 Selain itu, Nasional Demokrat aktif melakukan agenda sosialiasi tentang organisasi Nasional Demokrat, tujuan kelahirannya, dan posisi eksistensi organisasi. Kedatangan pengurus ke daerah selain merekrut anggota juga menawarkan sebuah nilai baru buat pengembangan bangsa dengan mengusung ‘Restorasi Indonesia’ sebagai tema gerakan itu. Istilah ”restorasi” indonesia sebagai tema yang diusung Nasional Demokrat menunjukkan kedalaman pertimbangan ketika memilih dan memilah istilah. Itu semacam semantik dalam politik, bila disejajarkan dengan istilah revolusi yang berkonotasi keras atau reformasi yang justru tak tentu arah. restorasi juga berkesan inspiratif dan historik, sebagaimana berhasil dilakukan jepang pada era meiji7. Secara teoritis, gerakan ini masuk kedalam gerakan sosial yang berorientasi norma adalah tindakan yang memobilisasi atas nama keyakinan umum (ideologi bersama) yang memimpikan penataan ulang norma. Gerakan berorientasi nilai adalah tindakan kolektif yang dimobilisasi atas nama keyakinan umum yang menginginkan penataan ulang nilai (Neil Smelser:1980). Propaganda yang terus-menerus yang dilakukan pada individu atau kelompok, berakhir akan melahirkan radikalisasi pemikiran dan mengarah pada gerakan dan perubahan sosial. Nasional Demokrat sampai saat ini menampilkan 2 pola varian gerak, yaitu, pertama, di level sosial. Contohnya, Nasional Demokrat membentuk 7 http:///suaramerdeka/Nasional Demokrat%20new/Arah-Pendulum-Nasional Demokrat.htm 6 tim Badan Rescue (BR) Nasional Demokrat yang bergerak cepat membantu masyarakat yang sedang tertimpa bencana alam. Pada bencana alam Wasior, Nasional Demokrat mengirim 2 tim BR Nasional Demokrat, yaitu Tim relawan BR dan tim medis BR. Ditambah dengan pengaktivan kembali puskesmas Wondiboi, Kecamatan Wasior Selatan, Teluk Wondama, Papua Barat. Kedua, di level politik. Nasional Demokrat mampu merekrut tokoh politik nasional dan lokal. Pada deklarasi pertama, Surya Paloh bersama Sri Sultan Hemengkubuwono X yang merupakan politisi nasional mampu merekrut tokoh politisi nasional lainnya, semisal Khofifah Indar Parawansa (Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 1999-2004). Untuk Wilayah Sulawesi Selatan, Ilham Arif Sirajuddin terpilih sebagai Ketua Umum Nasional Demokrat Sulawesi Selatan. Ia juga merangkap sebagai Walikota Makassar sekaligus terpilih sebagai Ketua DPD partai Demokrat. Menilai Ilham Arif tidak bisa dengan cara sepotong-sepotong, membaca gerak Ilham Arif harus berdasarkan ketiga-tiganya, karena pilihan politiknya pasti sesuai dengan konfigurasi politik internal partai dan ormasnya. Banyak juga tokoh politik lainnya yang masuk sebagai anggota nasional demokrat. Seperti. Aziz Kahar Muzakkar (Anggota DPD RI), Budiman Sudjatmiko, M.Sc, M. Phil (anggota DPR-RI Jawa Tengah VIII), Drs. Akbar Faizal, M.Si (anggota DPR-RI Sulawesi-Selatan II), dan lain- 7 lainnya. Makanya, agak sulit menerka kedepannya arah Nasional Demokrat, butuh analisa yang serius dan seksama. Telaah analisis kehadiran Ormas ini menarik untuk dicermati dalam rangka untuk melihat sejauhmana konstelasi dan kepentingan politik terkait kecenderungan arah peta politik nasional kedepan, serta sejauhmana latar belakang berdirinya ormas ini dalam upaya mempengaruhi persepsi masyarakat terkait dengan situasi dan kondisi aktual yang sedang berkembang ditengah hegemoni kekuasaan koalisi partai politik yang tengah berkuasa. Dari pemaparan diatas, membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gerakan Nasional Demokrat dalam perpektif politik. Untuk menjawab orientasi Nasional Demokrat ke depannya. B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu apa orientasi dari gerakan Nasional Demokrat? C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui orientasi dari gerakan Nasional Demokrat 2. Memberikan gambaran jejaring sosial (politik) dan proses institusionalisasi Nasional Demokrat 3. Mengatahui prospek kedepan Nasional Demokrat. 8 D. KEGUNAAN PENELITIAN Kegunaan penelitian ini terbagi atas dua manfaat, yaitu: 1. Manfaat akademik a) Sebagai tambahan literatur atau bahan kajian dalam studi ilmu politik b) Sebagai bahan informasi ilmiah bagi peneliti-peneliti lain 2. Manfaat praktis a) Sebagai salah satu bahan untuk melihat model gerakan organisasi masyarakat (ormas) b) Sebagai masukan bagi para pelaku politik lokal sampai nasional. 9 BAB II KERANGKA KONSEPTUAL A. Konsep Orientasi Defenisi orientasi adalah kecenderungan atau arah gerak. Dalam politik, konsep tentang orientasi banyak berhubungan dengan budaya politik, sebagaimana Austin Ranney menyebutkan defenisi budaya politik adalah sebuah pola orientasi terhadap objek-objek politik8. Adapun tentang rumusan tipe-tipe orientasi politik dengan mengikuti rumusan Parson dan Shils, yaitu 9: 1. Orientasi kognitif : berisikan kesadaran, pengetahuan, dan kepercayaan pada politik, peranan dan segala kewajiban, serta input dan output-nya. 2. Orientasi afektif : berisikan emosi-emosi dan perasaan terhadap sistem politik, objek, peranannya, para aktor, dan penampilannya. 3. Orientasi evaluaif : keputusan dan pendapat tentang objek-objek politik secara tipikal melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan. Selanjutnya, objek orientasi politik meliputi keterlibatan seseorang terhadap: 1. Pada sistem: sebagai suatu keseluruhan dan temasuk berbagai perasaan tertentu seperti patriotisme dan alienasi, kognisi evaluasi suatu bangsa; 8 Gatara Said, Sosiologi Politik :Konsep Dan Dinamika Perkembangnnya, 2007,Pustaka Setia, Bandung. Hal-237 9 Ibid,hal-242 10 2. Pada pribadi sebagai aktor politik: isi dan kualitas, norma-norma kewajiban politik seseorang serta isi dan kualitas kemampuan diri setiap orang vis a vis sistem politik. Ada pula pandangan terhadap objek orientasi politik yang diuraikan diatas. Rusadi Kantaprawita misalnya, dengan redaksi yang berbeda namun subtansinya sama menjelaskan bahwa objek orientasi politik meliputi keterlibatan seseorang terhadap: 1. Sistem politik secara keseluruhan yang mliputi intensitas pengetahuan, ungkapan perasaan yang ditandai oleh apresiasi terhadap sejarah, ukuran lingkup lokasi, persoalan kekuatan, karakteristik konstitusional negara atau sistem politiknya. 2. Proses input yang meliputi intensitas pengetahuan dan perbuatan tentang proses penyaluran segala tuntutan yang diajukan atau yang diorganisasi oleh masyarakat, termasuk prakarsa untuk menerjemahkan atau mengovensi tuntutan tersebut sehingga menjadi kebijaksanaan yang otentif sifatnya. Dengan demikian menurutnya, proses input antara lain meliputi pula pengamatan atas partai politik, kelompok kepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai alat penampung berbagai tuntutan. 3. Proses output yang berkenan dengan fungsi pembuatan aturan/perundang-undangan oleh badan legislatif, fungsi pelaksanaan aturan oleh eksekutif dan fungsi peradilan. 11 Diri sendiri yakni yang dipersoalkan adalah apakah yang menjadi hak, kekuasaan, dan kewajiban. Apakah yang bersangkutan dapat memasuki lingkungan orang atau kelompok yang mempunyai pengaruh bahkan bagaimana caranya untuk mengingatkan pengaruhnya sendiri. Meskipun demikian, ada komponen-komponen utama yang diberikan Rosembum dalam melihat budaya politik sebagai orientasi yang mengarah pada elemen politik. Komponen-komponen tersebut antara lain 1. Orientasi terhadap pemerintahan a. Orientasi terhadap rezim, yaitu bagaimana kelompok mengevaluasi dan merespon terhadap lembaga-lembaga pemerintah, simbol-simbol dan norma-norma. b. Orientasi terhadap input dan output pemerintah, yaitu bagaimana kelompok merespon terhadap permintaan terhadap permintaan kebijakan publik (input) dan kebijakan yang dibuat pemertintah (output). Hal ini meliputi inventarisasi terhadap pengetahuan kelompok terhadap bagaimana proses dapat berjalan, apa permintaan kelompok terhadap pemerintah, serta bagaimana kelompok percaya terhadap kebijakan yang dibuat pemerintah. 2. Orientasi terhadap sistem politik a. Identifikasi politik Meliputi unit-unit politik, seperti bangsa, negara, kota, wilayah, area, geografi. 12 b. Kepercayaan politik Sejauh mana kelompok dapat bekerjasama atau mempunyai sikap toleransi dalam bekerjasama dengan pihak lain dalam kehidupan berbangsa. c. Aturan main Sejauhmana kelompok mempunyai konsepsi tentang peraturanperaturan yang harus diikuti dalam kehidupan berbangsa. 3. Orientasi terhadap aktivitas politik Orientasi terhadap aktivitas politik yang perlu diperhatikan adalah: a. Kompetensi politik (kekuasaan) Berapa sering dan apa yang mendorong kelompok berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa. Perebutan kekuasaan merupakan salah satu faktor yang mendorong manusia untuk terlibat untuk berpartisipasi politik di tingkatan lokal maupun nasional, namun dalam mengapresiasikan hasrat tersebut, kecenderungan mencari atau membuat wadah menjadi suatu keharusan. Wadah tersebut bisa berupa partai politik atau organisasi non politik (ormas). b. Manfaat politik Perasaan yang menunjukkan kegiatan politik kelompok yang mempunyai dampak terhadap proses politik. Hal ini berkaitan dengan keyakinan bahwa perubahan politik adalah mungkin dan dapat menyelesaikan/menyempurnakan perubahan bangsa. Biasanya 13 penilaian dapat dilihat dari barometer apakah mereka mempunyai kepedulian terhadap manfaat politik. B. Gerakan Sosial Dalam dinamika sosial, gerakan sebuah kelompok atau komunitas yang melakukan konvoi, pemogokan, atau unjuk rasa yang didasari oleh satu kekecewaan atau ketertindasan yang disebabkan oleh pemerintah, misalnya unjuk rasa oleh mahasiswa di depan kampus mereka membawa spanduk dan berorasi tentang kenaikan BBM, gerakan para ibu-ibu yang bekerja di pabrik dengan melakukan mogok kerja, atau LSM yang melakukan seminar tantang kerusakan lingkungan. Dari contoh tersebut dapat dikatakan itulah gerakan sosial. Gerakan sosial adalah salah satu pencipta dari perubahan sosial. Ada banyak perubahan dari suatu bangsa yang berasal dari gerakan sosial. Hal terkecil misalnya gerakan penolakan UU BHP, dengan adanya gerakan sosial pemerintah memperhatikan berbagai aspek sosial dalam mengeluarkan sebuah undang-undang. Masyarakat akan selalu melakukan respon terhadap kebijakan pemerintah dengan sifat positif ataupun negatif. Dari semua elemen negara, rakyat berada pada posisi yang lemah dan marginal. Dibandingkan dengan pemerintah, partai politik, dan swasta. Kelompok ini yang menjadi dominan menggerakkan perubahan kancah perpolitikan suatu negeri padahal jumlah mereka sedikit dibandingkan rakyat. 14 Untuk mengekspresikan kondisi persaan rakyat, salah satu jalannya adalah sebuah gerakan sosial yang dirancang sebelumnya. B.1. Konsep Gerakan Sosial Menurut kamus besar Indonesia, gerakan sosial adalah tindakan atau agitasi terencana yang dilakukan oleh suatu kelompok masyrakat yang disertai program terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan lembaga masyarakat yang ada10 Antony Giddens menyatakan gerakan sosial sebagai upaya kolektif untuk mengejar kepentingan bersama, gerakan mencapai tujuan bersama atau gerakan bersama melalui tindakan kolektif (action collective) di luar ruang lingkup lemabaga-lembaga yang mapan11. Sedangkan Mansoer Fakih menyatakan bahwa gerakan sosial dapat diaertikan sebagai kelompok yang terorganisir secara tidak ketat dalam rangka tujuan sosial terutama dalam usaha merubah struktur maupun nilai sosial12. Piotr Sztompka mendefenisikan gerakan sosial secara mendalam, dengan melihat komponen-komponen dari gerakan sosial. 10 http://globalisasi.wordpress.com/2006/07/10/gerakan sosial : kajian teoritis, hal. 3-4 Fadillah putra, dkk, gerakan sosial, konsep, strategi, actor, hambatan dan tantangan gerakan sosial diindonesia, malang: plaCID’s dan avveros press, 2006 halaman 1 12 [4] Mansoer fakih, tiada transformasi tanpa gerakan sosial dalam Zaiyardan Ubir, radikalisme kaum terpinggir : studi tentang ideologi, isu, strategi dan dampak gerakan, Yogyakarta, insist press, 2002, halaman Xxvii 11 15 Komponen- Komponen dari gerakan sosial yaitu 13: 1. Kolektivitas orang yang bertindak sama. 2. Tujuan bersama tindakannya adalah perubahan tertentu dalam masyarakat mereka yang ditetapkan partisispan menurut cara yang sama. 3. Kolektivitasnya relatif tersebar namun lebih rendah derajatnya dari pada organisasi formal. 4. Tindakannya mempunyai derajat spontanitas relatif tinggi namun tak terlembaga dalam bentuk formal dan bentuknya tak konvensioanal. Jadi menurut Sztompka, gerakan sosial adalah tindakan kolektif yang diorganisir secara longgar, tanpa cara terlembaga untuk menghasilkan perubahan dalam masayarakat mereka14. Secara formal gerakan sosial didefinisikan sebagai suatu kolektivitas yang melakukan kegiatan dengan kadar kesinambungan tertentu untuk menunjang atau menolak perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau kelompok yang mencakup kolektivitas itu sendiri (Turner dan Killan (1972)). Dengan defenisi tersebut, sebuah gerakan sosial dapat dirumuskan sebagai sejumlah besar orang yang bertindak bersama atas nama sejumlah tujuan atau gagasan. Biasanya, gerakan ini melibatkan cara-cara yang tidak terlembagakan, seperti pawai, demonstrasi, protes, untuk mendukung atau menentang suatu perubahan sosial. Gerakan sosial melibatkan sejumlah 13 Sztompka Piotr, Sosiologi Perubahan Sosial 2004, Jakarta, Prenada Media hal 325 14 Ibid 16 orang yang cukup banyak dan biasanya berlanjut untuk rentang waktu yang cukup panjang. Dengan demikian, bisa diidealkan bahwa gerakan sosial sesungguhnya berangkat dari kesadaran sekelompok orang atas kepentingannya.15 Berikut merupakan ciri-ciri gerakan sosial : 1. Gerakan sosial bukanlah sebuah ekspresi sosial yang bersifat istimewa. Gerakan-gerakan tersebut ada kaitannya dengan kerangka nilai dari masyarakat dimana masyarakat ini sendiri pada hakekatnya digerakkan oleh perjuangan untuk mendapatkan kebebasan, kesetaraan dan keadilan sosial. 2. Gerakan-gerakan sosial merupakan agen historis dan menunjukkan fungsinya sebagai agen historis lewat aksi-aksi perubahan sosial yang berusaha menciptakan kerangka nilai-nilai baru dalam masyarakat 3. Struktur gerakan sosial dalam sejarah mengikuti sebuah jalur dialektis yang terus-menerus berusaha mewujudkan kebebasan dan keadilan, dan bukannya menuju ke sebuah takdir revolusi kelas yang telah tertentu dan baru yang akan mejadi tujuan akhir dari sejarah seperti yang dianut oleh Marx dan para pengikutnya. 4. Terdapat agen-agen dan aktor yang menjalankan fungsi sebagai agen historis dan melakukan aksi-aksi sosial, dengan kata lain terdapat individu-individu atau kelompok kecil individu yang akan menjalankan 15 Bowo, esai “Partai Politik Dan Gerakan Sosial”. 20 april 2009 17 proses mengarah perubahan-perubahan ke arah yang diinginkan dalam tubuh kerangka nilai masyarakat. Dalam hal tipe gerakan sosial Timur Mahardika (2000) menjelaskan tipe gerakan menjadi 2 kelompok, yaitu gerakan yang muncul secara spontan, dan gerakan yang terorganisir. Tipe gerakan yang spontan, sifatnya longgar dan kurang terorganisir. Bentuk gerakannya biasanya bentuk kritik yang langsung diaplikasikan sebagai bentuk luapan emosi gerakannya cepat ketika isu bergulir. Jumlah massanya juga banyak tergantung kadar dan bobot isu, namun lemahnya massa tidak terkontrol karena kurang teroganisir. Kategori Tipe 1 Bentuk/sifat Spontan/ emosional, Terencana/kalkulas Tujuan Tipe 2 tidak teroganisir i/ teroganisir Mempertahankan Mengubah secara /memperbaiki/ bukan mendasar/dengan perubahan analisis sosial mendasar Pada pola yang kedua, gerakannya lebih rasional ketimbang gerakan yang spontan. Bentuk gerakan telah menggunakan orgasnisasi dan memanfaatkan instrumen demokrasi yang ada, seperti parlemen, pers, atau 18 institusi non-pemerintah dalam mengedepankan persoalan yang ada16. Jumlah massa dalam gerakan ini relatif sedikit dibandingkan tipe yang pertama, namun massa dalam gerakan terorganisir adalah massa yang lebih ideologis. Pembagian dua tipe diatas dilihat dari sifat dan tujuan gerakan. Dalam pendekatan fungsionalisme struktural melihat gerakan sosial, menekankan keseimbangan bahwa gerakan sistem sosial. sosial Hal ini muncul muncul dari dari terganggunya subtansi teori fungsionalisme struktural yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Ketika sistem sosial tersebut berjalan tidak seimbang maka akan muncul sebuah ketimpangan sosial. Berangkat dari rasa ketimpangan ini berefek pada munculnya sebuah gerakan sosial. Pendekatan structural adalah konsep pertama yang relatif sering digunakan oleh para akademisi studi gerakan sosial dalam menjelaskan fenomena gerakan sosial. Konsep ini begitu popular, bukan karena struktural yang menjadi pembendaharaan kata dalam ilmu politik, tetapi karena istilah ini telah berkembang menjadi eponymous school, seperti structural fungsionalisme, structural dan pasca structural17. 16 Timur Mahardika, Gerakan Massa: mengupayakan demokrasi dan keadilan secara damai, 2000, Yogyakarta,Lapera Pustaka, 17 William outhwaite, kamus lengkap pemikiran sosial edisi ke -2, Jakarta , kencana prenada media group, 2008, hal-784 19 Dalam fungsionalisme structural, istilah struktural dan fungsional tidak selalu perlu dihubungkan, kia dapat memperlajari struktur masyarakat tanpa perlu mengetahui fungsinya, begitu juga sebaliknya. Fungsionalisme masyarakat (societal fungsionalism), sebagai salah satu pendekatan paling dominan digunakan para fungsionalis struktural. Perhatian utama dari fungsionalisme kemasyarakatan ini adalah struktur sosial dan institusi masyarakat secara luas, hubungannya dan pengaruh terhadap anggota masyarakat. Ada dua penjelasan tentang kemunculan dari suatu gerakan sosial. Pertama, Munculnya gerakan sosial bisa terjadi akibat citra penguasa, publik dapat mengetahui segala gerak-gerik penguasa melalui media massa. Ada dua proses pembentukannya. Pertama, hubungan antara proses framing18 dan suatu pemikiran tentang perubahan politik objektif yang memfasilitasi kemunculan gerakan sosial. Perubahan politik tertentu mendorong mobilissi tidak hanya melalui pengharuh objektif yang diakibatkan oleh perubahan relasi kekuasaan tetapi juga oleh seting dalam pergerakan proses framing yang selanjutnya menggerogoti legitimasi sistem. Kedua, suatu gerakan sosial juga bisa muncul karena kaitan resiprokal antara proses framing dan mobilisasi. Proses framing secara jelas mendorong mobilisasi ketika orang-orang berupaya mengorganisasi dan 18 Merujuk pada defenisi David Snow, proses framing diartikan sebagai upaya-upaya strategis secara sadar oleh kelompok-kelompok orang untuk membentuk pemahaman bersama tentang dunia dan diri mereka sendiri yang mengabsahakn dan mendorong aksi kolektif. Dalam kasus gerakan sosial, isu ketidakadilan merupakan bingkai yang paling sering digunakn untuk mendefenisikan kondisi yang dialami dan dihadapi oleh partisipan gerakan. 20 bertindak pada basis kesadaran yang berkembang tentang ketidak absahan dan kerentann sitem. Pada saat yang sama, potensi bagi proses framing yang kritis dikondisikan oleh akses orang kepada berbagai struktur mobuilisasi. Dan hal ini akan lebih mungkin terjadi dalam kondisi organisasi yang kuat daripada kondisi organisasi yng lemah. Dengan kata lain, proses framing tidak akan terjadi dalam kondisi ketiadaan organisasi, karena ketiadaan struktur mobilisasi hampir pasti akan mencegah penyebaran framing ke jumlah minimal yamng diperlukan untuk basis tindakan kolektif (Suharko, 2006). Ketiga, Gerakan sosial yang terjadi didasari atas kenginan dari masyarakat yang sadar atau dari pergolakan elite. Pertama, perubahan yang berasal dari “bawah”, melalui aktivitas yang dilakukan oleh massa rakyat biasa dengan derajat kebersamaan yang berbeda-beda19. Perubahan lain mungkin berasal “dari atas”, melalui aktivitas elite yang berkuasa (pengausa, pemerintah, manager, administrator, dan laim-lain) mampu memaksakan kehendak anggota masyarakat yang lain.20 Adapun berikut merupakan Sebab-Sebab Munculnya Gerakan Sosial: 1. Teori deprivasi Teori Deprivasi relatif dikembangkan oleh Stouffer (1949),menurut konsep ini seseorang merasa kecewa karena adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Deprivasi relatif semakin mengalami peningkatan 19 20 Sztompka piotr, sosiologi perubahan sosial 2004,. Jakarta, prenada media hal 323 Ibid, hal 324 21 pada kebanyakan negara terbelakang seperti orang miskin beranggapan penyakit dan kemiskinan tidak diperlukan. Mereka lebih mendambakan kebutuhan materi, sehingga timbullah suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan.Teori ini memang masuk akal tapi tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Karena perasaan memang mudah diduga, namun sulit untuk diukur, contohnya, seorang gelandangan yang menginginkan hidup di apartemen yang mewah. Maka muncullah sikap kecewa dalam dirinya karena ia sadar harapan yang ia mimpikan tidak akan menjadi kenyataan. Teori ini mengatakan bahwa gerakan sosial muncul karena sebagian orang dalam masyarakat mederita deprivasi (kekurangan, kehilangan, penderitaan). Mereka tidak menikmati kesejahteraan. Deprivasi yang paling umum adalah deprivasi ekonomi. Teori ini juga adalah sejenis varian sosial psikologis dari teori tekanan. Tekanan yang dimaksud bukan diakibatkan faktor structural, tetapi berasal dari kondisi perasaan yang subjektif, orang merasa relative gagal menggapai harapannya. Kebutuhan yang terpenuhi tidak sesuai yang diharapkan. Perbaikan kondisi ekonomi dan politik, yang membesarkan harapan bagi beberapa kelompok akan mudah memunculkan gerakan sosial apabila realitas tampak tidak sesuai harapan. Ketidakpuasan menyebabkan gerakan dan frustasi sosial.Dalam akan hal bermunculan dan mengekspresikan rasa ketertindasan, individu kemudian saling mengidentifikasi persaan masingmasing dan menemukan satu tujuan, dengan satu atau beragam masalah 22 dan terbentuklah sebuah perkumpulan guna menuntut keadilan dengan merubah sesuatu nilai atau struktur, akhirnya perkumpulan tersebut mengarah pada gerakan sosial 2. Mass-Society Teory (William Kornhauser) Menurut teori ini gerakan sosial muncul karena dibentuk oleh orang-orang yang merasa secara sosial terisolasi dan secara personal tidak merasa bermakna dalam masa yang besar, masyarakat yang kompleks. William Kornhauser berpendapat bahwa tatanan sosial adalah faktor penting. Jumlah terbesar orang untuk gerakan massa berada di segmen-segmen masyarakat yang memiliki hubungan paling sedikit untuk perubahan sosial. Dalam Buku William Kornhauser (the politic of Mass Society) mengacu pada berbagai macam bahan-dari teori klasik analisis politik kontemporer sosiologis, studi sejarah dan intuisi, survei opini publik, dan data diterbitkan dan dipublikasikan lainnya. Kornhauser menjelaskan fenomena politik sebagai salah satu faktor munculnya gerakan sosial. Ia memeriksa kaitan untuk komunisme dan fasisme di berbagai negara dalam kaitannya dengan tingkat urbanisasi dan industrialisasi , pekerjaan, dan bunuh diri dan pembunuhan di antara fenomena lain. Irving Louis Horowit mengidentifikasi buku Kornhausers sebagai karya besar dari tradisi besar dalam sosiologi politik di pertengahan abad kedua puluh. Kornhauser menunjukkan bahwa sistem demokrasi modern memiliki kerentanan 23 berbeda untuk gerakan massa. Dia merinci dan mengidentifikasi faktorfaktor yang cenderung untuk menambah atau mengurangi kerentananpaling tidak kesehatan dan kekuatan elit. William Kornhauser mengungkapkan petunjuk baru untuk asal-usul dan sifat gerakan politik massa. Politik Masyarakat massa (mass society) dianggap analisis yang paling lengkap dari pendekatan sosiologis terhadap masyarakat massa dalam masyarakat industri maju, dimana terjadi perasaan terisolasi personal dalam sebuah tatanan sosial politik yang mampu menciptakan sebuah gerakan sosial. William Kornhauser juga merasa bahwa demokrasi membawa dalam diri mereka potensi gerakan massa dan bahwa kekuatan elit merupakan variabel penting dalam menentukan apakah sebuah gerakan massa untuk menjadi sukses politik dan sosial. 21 B.2. Fungsi Gerakan Sosial Dapat dilihat dari referensi sejarah betapa banyaknya perubahan sosial (politik) yang terjadi akibat gerakan sosial, ada beberapa yang berhasil seperti revolusi Kuba yang dimotori oleh Fidel Castro dan Che Guevara, dan ada juga yang tidak mencapai tujuan awalnya tapi tetap mempengaruhi kebijakan penguasa, seperti banyaknya pemeberontakan yang berlangsung pada tahun 1900 sampai 1930-an di Indonesia pra kemerdekaan yang memaksa 21 pemerintah Hindia-Belanda untuk mengeluarkan kebijakan http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.powells.com/biblio/749781412807722-0 24 mengadakan volksraad22. Inilah fungsi utama atau yang manifest dari gerakan-gerakan sosial. Saat gerakan sosial tumbuh, fungsi-fungsi sekunder atau laten dapat dilihat sebagai berikut: 1. Gerakan Sosial memberikan sumbangsih ke dalam pembentukan opini publik dengan memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik dan melalui penggabungan sejumlah gagasan-gagasan gerakan kedalam opini publik yang dominan. 2. Gerakan Sosial memberikan pelatihan para pemimpin yang akan menjadi bagian dari elit politik dan mungkin meningkatkan posisinya menjadi negarawan penting. Gerakan-gerakan buruh sosialis dan kemerdekaan nasional menghasilkan banyak pemimpin yang sekarang memimpin negaranya. 3. Gerakan sosial dapat menjadi penyeimbang dari pemerintah agar tidak melahirkan kebijakan yang menyimpang dari kondisi sosial masyarakat tertentu. Gerakan sosial bisa saja membuat kebijakan pemerintah yang dikeluarkan dicabut kembali jika ada penyimpangan pada tatana implementasinya. Dengan melihat rincian gerakan sosial di atas, maka tidak menutup kemungkinan sebuah gerakan sosial juga mengandung gerakan politik. Ada beberapa jenis gerakan sosial yang memang mengarahkan pada perubahan sturktural negara, misalkan penjatuhan sebuah rezim melalui mekanisme 22 Volksraad adalah majelis perwakilan di masa hindia belanda yang memperbolehkan pribumi masuk kesitu sebagai anggota legislati. 25 paksaan (revolusi) ataupun dengan cara demokratis; sebuah gerakan sosial yang kemudian membentuk partai dan mengikuti pemilu. Dengan begitu sebenarnya hubungan antara gerakan sosial dan gerakan politik, beberapa sisi sangat dekat. C. Gerakan Politik Gerakan politik adalah sebuah gerakan yang berorentasi untuk sebuah perubahan struktur negara dan pemerintahan. Berbeda dengan gerakan sosial yang hanya berorentasi perubahan nilai saja. Gerakan politik biasanya berbareng bergerak bersamaan dengan gerakan sosial. Hal itu terjadi ketika gerakan sosial diarahkan pada perubahan struktur negara dan pemerintahan. Adapun varian-varian gerakan politik. 1. Gerakan reformasi Gerakan sosial yang berbeda menurut bidang perubahan yang diinginkan. Ada yang terbatas tujuannya; hanya untuk mengubah aspek tertentu kehidupan masyarakat tanpa menyentuh inti strukur institusinya, gerakan yang hanya menginginkan perubahan di dalam ketimbang perubahan masyarakat sebagai keseluruhan. Contohnya gerakan pro dan anti UU pornografi dan pornoaksi, gerakan perlindungan flora dan fauna yang hampir punah. 2. Gerakan radikal Gerakan lain mengupayakan perubahan yang lebih mendalam dan menyentuh landasan organisasi sosial. Karena lndasan sentral (strategis) 26 institusi yeng mereka serang, maka, bila efektif, perubahan akan meluas melampaui target semula dan akan mengahasilkan transformasi masyarakatnya ketimbang perubahan di dalam masyarakat itu semata. Contohnya gerakan Anti Apartheif di Afrika Selatan dan gerakan pembebasan di negara kolonial. 3. Gerakan revolusioner Dalam kasus extrem, bila perubahan yang didingnkan meliputi selua spek struktur sosial (politik, ekonomi, dan kultural) dan ditujukan untuk mencapai transformasi total masyarakat ke arah ‘masyarakat alternatif’ atau utopia sosial yang dicitakan sebelumnya, Contohnya perjuangan kemerdekaan nasional, gerakan fasis, dan komunis. 4. Grakan progresif Gerakan sosial yang berbeda dalam kualitas perubahan tang didinginkan. Ada gerakan yang menekankan pada inovasi, berjuang untuk memperkenalkan institusi baru, hukum baru, bentuk kehidupan baru, dan keyakinan baru. Singkatnya, gerakan ingin membentuk masyarakat kedalam satu pola yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Orientasi gerakan ini adalah masa depan. Perubahan diarahkan ke masa depan dan menekankan pada sesuatu pada yang baru. Contohnya gerakan republik, soisalis, dan gerakan wanita. 27 5. Gerakan logika instrumental Gerakan yang berbeda dalam strategi yang melandasi atau logika tindakan mereka. Ada yang mengikuti logika instrumental; gerakan ini berjuang untuk mendapatkan kekuasaan politik dan dengan kekuatan politik itu memaksakan perubahan yang diingnkan dalam peraturan hukum, institusi, dan organisasi masyarakat. Tujuan utama mereka adalah kontrol politik. Bila berhasil, gerakan seperti itu, gerakan itu berubah menjadi kelompok penekan atau partai politik, masuk ke parlemn dan pemerintahan. Contohnya Partai Hijau di Jerman dan gerakan solidaritas di Polandia.. gerakan ini mengikuti logika perasaan yang berjuang untuk menegakkan identitas, untuk mendapatkan pengakuan nilai-nilai mereka atau pandangan hidup mereka, untuk mencapai otonomi mereka, persamaan hak, emansispasi politik, dan kultural bagi anggotanya atau untuk mendapatkan dukungan lebih banyak. 6. Gerakan elitis Gerakan elitis, merupakan upaya yang dilancarkan oleh kalangan elite, yang ditujukan dengan maksud memperkuat posisi mereka, atau meningkatkan kualitas posisi mereka. Elite yang kuantitas sedikit (bila dilihat dari struktur sosial, membuat kekuatan gerakan ditentukan oleh kuantitas massa. Sebagaimana elite tidak gerakan rakyat, melainkan manuver, trik politik, atau dengan menggunakan teknik-teknik lobi. Teknik mengandalkan kapasitas dan sumber daya yang besar, sebab 28 dalam upaya ini berbagai cara akan dilakukan. Pilihan teknik tersebut. Selain cerminan dari jumlah massa juga nerupakan dari watak elite sendiri. Yang sangat dikhawatirkan menonjolkan ciri gerakan rakyat, padahal sesungguhnya merupakan siasat elite untuk bisa mendesakkan kepentingn mereka sendiri. D. Jaringan Sosial Secara etimologi, pengertian dari jaringan dapat dijelaskan dengan berbagai cara. Jaringn yang dimaksud disini adalah yang berasal dari kata network. Jika dipisah terdapat kata net dan work. Penekanannya bukan terletak pada jaring, melainkan sebagai kerja (work) dalam hubungan antar simpul-simpul jaringan (net). berdasarkan hal tersebut, menurut Lawang (2004: 50-51) dimengerti sebagai 23: 1. Ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikat dengan kepercayaan. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak. 2. Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui media hubungan sosial menjadi satu kerja sama, bukan kerja bersama-sama. 3. Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus) kerja yang terjalin antar simpul itu pasti kuat menahan beban bersama. 4. Dalam kerja jaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri sendiri. Malah kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jaring itu tidak 23 Damsar, pengantar sosial ekonomi, jakarta kencana, 2009, hal. 157-158 29 bisa berfungsi lagi, sampai simpul itu diperbaiki. Semua simpul menjadi satu kesatuan dan ikatan yang kuat. Dalam hal ini, analogi tidak seluruhnya tepat terutama kalau orang yang membentuk jaring itu hanya dua saja. 5. Media dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau antara orang-orang dan hubungannya tidak dapat dipisahkan. 6. Ikatan atau pengikat (simpul) adalah norma yang mengatur dan menjaga bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan. Sedangkan sosial dimengerti sebagai sesuatu yang dikaitkan atau dihubungkan dengan orang lain atau menunjuk pada makna subjektif yang mempertimbangkan prilaku atau tindakan orang lain yang berkaitan dengan pemaknaan tersebut. Dengan melihat kategori diatas, jejaring sosial atau jaringan sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lain-lain. Analisis jaringan sosial memandang hubungan sosial sebagai simpul dan ikatan. Simpul adalah aktor individu di dalam jaringan, sedangkan ikatan adalah hubungan antar aktor tersebut. Bisa terdapat banyak jenis ikatan antar simpul. Penelitian dalam berbagai bidang akademik telah menunjukkan bahwa jaringan sosial beroperasi pada banyak tingkatan, mulai dari keluarga hingga negara, dan memegang peranan penting dalam menentukan cara 30 memecahkan masalah, menjalankan organisasi, serta derajat keberhasilan seorang individu dalam mencapai tujuannya24. Dalam bentuk yang paling sederhana, suatu jaringan sosial adalah peta semua ikatan yang relevan antar simpul yang dikaji. Jaringan tersebut dapat pula digunakan untuk menentukan modal sosial aktor individu. Konsep ini sering digambarkan dalam diagram jaringan sosial yang mewujudkan simpul sebagai titik dan ikatan sebagai garis penghubungnya. Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun informal. Hubungan sosial adalah cerminan dari kerjasama dan koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal (Ibrahim, 2002: 67). George, Ritzer-Goodman J Daungleas (2004: 383) mengatakan bahwa satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatiannya pada struktur mikro hingga makro. Artinya, bagi teori jaringan, aktor (pelaku) mungkin saja individu tetapi mungkin pula kelompok, perusahaan dan masyarakat. Salah satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatian pada struktur mikro hingga makro. Artinya bahwa bagi teori jaringan, aktor dapat saja terjadi pada individu, kelompok maupun masyarakat (Barker, 1990). Konteks ini menunjukkan bahwa hubungan dapat saja terjadi di tingkat 24http: wikipedia/jejaring sosial.co.id 31 struktur sosial skala luas maupun tingkat yang lebih miskroskopik. Granoveter (1985) melukiskan hubungan di tingkat mikro itu seperti tindakan yang melekat dalam hubungan pribadi konkret dan dalam struktur (jaringan) itu. Hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor (individu atau kolektivitas) mempunyai akses berbeda terhadap sumber daya yang bernilai (kekayaan, kekuasaan, informasi dan sebagainya). Akibatnya adalah bahwa sistem yang terstruktur cenderung terstratifikasi, sehingga komponen tertentu akan tergantung pada komponen yang lain. Menurut Wellman (1993) bahwa perspektif jaringan yang ditulis oleh banyak ahli dalam jurnal jaringan sosial telah memperlihatkan pemikiran yang bersandar pada sekumpulan prinsip yang berkaitan logis dengan pendekatan sebagai berikut25 : 1. Ikatan antara aktor biasanya adalah simetris baik dalam kadar maupun intensitasnya. Aktor saling memasok dengan sesuatu yang berbeda dan mereka berbuat demikian dengan intesitas yang makin besar atau makin kecil. 2. Ikatan antara individu harus dianalisa dalam konteks struktur jaringan lebih luas. 3. Terstrukturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan non acak. Disatu pihak, jaringan adalah transitif (transitive) dengan pemisahlah bahwa bila ada ikatan antara A dan B dan C, ada kemungkinan ada ikatan tersendiri dengan A dan C. Akibatnya adalah 25 Damsar, pengantar sosial ekonomi, jakarta kencana, 2009, hal. 159-160 32 bahwa lebih besar kemungkinan adanya jaringan yang meliputi A, B, dan C. Dilain pihak, ada keterbatasan tentang berapa banyak hubungan yang dapat muncul dan seberapa kuatnya hubungan itu dapat terjadi, sehingga ada kemungkinan terbentuknya kelompok-kelompok jaringan dengan batas tertentu, yang saling terpisah satu sama lain. 4. Adanya kelompok jaringan menyebabkan terciptanya hubungan silang antar kelompok jaringan maupun antara individu. 5. Ada ikatan simetris antara unsur-unsur didalam sebuah sistem jaringan dengan akibat bahwa sumber daya yang terbatas akan terdistribusi secara tak merata. 6. Distribusi yang timpang akan bergabung untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas itu dengan bekerjasama, sedangkan kelompok lain bersaing dan memperbutkannya. D.1. Tingkatan jaringan Jaringan sosial dapat dilihat dengan tiga tingkatan, yaitu jaringan mikro, jaringan meso, dan jaringan makro. 1. Jaringan mikro Manusia hakekatnya selalu memiliki keinginan berkomunikasi dengan sesamanya, hal tersebut meruakan konsekuensi manusia sebagai mahluk sosial. Interaksi antar individu dengan individu dikenal dengan jaringan mikro. 33 Jaringan yang terjalin antar individu ini memiliki nilai posistif karena dapat mengisi kekurangan masing-masing. Sebagai perekat jaringn sosial antar individu memberikan tatanan dan makna pad kehidupan sosial. Jaringan sosial pada tingkat mikro dapat memudahkan antara satu pihak dengan pihak lainnya. 2. Jaring meso Jaringan sosial yang terbangun pada tingkatan jaringan meso adalah tingkatan kelompok, berbeda dengan jaringn mikro yang melihat jaringan antara individu. Hubungan yang terbangun para aktor dengan dan atau di dalam kelompok sehingga terbentuk suatu ikatan maka dapat disebut sebagai jaringan sosial pada tingkat meso. Bentuk jaringan meso contohnya ikatan alumni sekolah SMA, paguyuban (ikatan keluarga berdasarkan etnis atau marga), ikatan profesi (misalkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Fungsi perekat dari tatanan meso jaringan dapat dipahami melalui kelompok sebagai satu entitas yang objektif memberikan tatanan dana makna kehidupan sosial. Melalui tatanan yang diberikan tersebut, individu direkat kedalam kelompok. 3. Jaringan makro Jaringnan makro merupakan ikatan yang terbangun dari beberapa kelompok. Kelompok atau ikatan yang sudah ada sebelumnya 34 melakukan interaksi dengan kelompok lain, dari hasil interkasi tersebut terbentuklah sebuah jaringan atau kelompok baru yang volumenya lebih besar dari sebelumnya. Dengan demikian jaringan makro dapat berupa ikatan antara institusi atau organisasi, bahkan bisa pula negara. Contoh dari jaringan makro adalah KNPI, forum rektor indonesia, atau ASEAN. D.2. Tipe-tipe Jaringan Sosial Jaringan sosial ditinjau dari tujuan hubungan sosial yang membentuk jaringan-jaringan. Dari sisi ini jaringan sosial dapat di bedakan dalam tiga jenis yaitu : 1. Jaringan interest (kepentingan), Jaringan ini terbentuk dari hubungan-hubungan sosial yanng bermuatan kepentingan. Hubungan sosial yang bermakna pada tujuan-tujuan tertentu atau khusus yang ingin dicapai oleh para pelaku, sehingga tindakan dan interaksi juga dievaluasi berdasarkan tujuan rasionalnya tadi. Pertukaran yang terjadi dalam jaringan juga diatur oleh kepentingan-kepentingan pelaku didalamnya. Kecenderungan pelaku untuk memanipulasi hubungan-hubungan sosial yang dimilikinya demi pencapaian tujuan sangat besar. 2. Jaringan power Hubungan-hubungan sosial yang membentuk jaringan bermuatan power. Power merupakan suatu kemampuan seseorang atau unit sosial untuk mempengaruhi perilaku dan pengambil keputusan orang atu unit sosial 35 lainnya melalui pengendalian (Adams: 1977 dalam Agusanto, 2007). Konfigurasi-konfigurasi saling keterhubungan antar pelaku di dalamnya sengaja atau diatur. Ketika pencapaian tujuan yang telah ditargetkan dengan bantuan tindakan kolektif, dan konfigurasi saling keterhubungan permanen antar pelakunya, maka jaringan power juga telah terbentuk. Unit-unit sosialnya merupakan bentukan yang direncanakan atau distrukturkan secara sengaja oleh power. Pusat power pada jaringan ini selalu mengevaluasi kinerja unit-unit sosialnya dan memulai kembali strukturnya untuk meningkatkan efisiensinya. Setiap anggota yang terhubung di jaringan ini tidak terjadi secara sukarela dan kesadaran untuk memenuhi kewajiban masing-masing tanpa mengharap insentif. Sangat diperlukan adanya penghargaan bahkan ganjaran (reward and punish) yang terstruktur secara formal guna mendorong timbulnya kerelaan dengan peraturan-peraturan dan perintah-perintah oleh pusatpusat power mereka. 3. Jaringan sentiment (emosi) Jaringan ini terbentuk atas dasar hubungan-hubungan sosial yang bermuatan emosi. Hubungan sosial itu sendiri sebenarnya menjadi tujuan tindakan sosial misalnya percintaan, pertemanan atau hubungan kerabat, dan sejenisnya. Struktur sosial yang terbentuk dari hubunganhubungan emosi pada umumnya lebih mantap atau permanen. Mengacu pada kata emosi yang didalamnya juga mengandung unsur menyukai 36 atau tidak menyukai, sehingga dalam jaringan ini terdapat saling suka atau tidak suka antar pelaku. Kemudian muncullah norma-norma dan nilai-nilai akibat dari adanya kewajiban saling kontrol yang relatif kuat diantara para pelaku menjaga keberlangsungan hubungan-hubungan sosial emosional yang terdapat dalam jaringan ini. Tipe jaringan ini dengan segala kecenderungan-kecenderungan hubungan emosional didamnya dapat menghasilkan rasa solidaritas. Ketiga tipe jaringan sosial ini dalam kehidupan nyata sering kali berpotongan. Pertemuan-pertemuan tersebut membangkitkan suatu ketegangan bagi pelaku yang bersangkuatan karena logika situasional atau struktur sosial dari masing-masing tipe jaringan berbeda atau belum sesuai satu sama lain. Oleh karena itu, sering kali terlihat kontradiksi antara tindakan-tindakan dengan sikap yang pelaku wujudkan. E. Perspektif Politik Dalam mengenal ilmu politik, ada dua pokok yang menjadi fondasi dari ilmu politik, yaitu ruang lingkup dan konsep-konsep ilmu politik. Pada ruang lingkup politik ada empat hal yang berkenan dengan ilmu politik, yaitu26; 1. Teori Poltik; meliputi dasar-dasar teoritis ilmu politik. 2. Sejarah perkembangan ide-ide politik 26 Budiardjo, Miriam : Dasar-dasar ilmu politik . 1977 Gramedia Pustaka Utama, Bandung hal- 40 37 3. Lembaga-lembaga politik; meliputi undang-undang Dasar, pemerintah Nasional, pemerintah local dan daerah, fungsi ekonomi dan sosial dari pemerintah dan perbandingan lembaga-lembaga politik. 4. Partai-partai, golongan (groups),dan pendapatan umum; meliputi partai-partai politik, Golongan-golongan dan asosiasi-asosiasi, partisipasi warga Negara dalam pemerintah dan administrasi dan pendapatan umum. 5. Hubungan Internasional; meliputi politik internasional, organisasiorganisasi dan administrasi internasional serta, hukum Internasional. Dari ruang lingkup di atas, hal yang relevan dalam penulisan skripsi ini adalah golongan-golongan dan asosiasi-asosiasi karena penulisan skripisi ini mengenai organisasi masyarakat. Dalam sistem politik Indonesia golongangolongan dan asosiasi-asosiasi berada pada posisi sebagai input dengan memberikan pengaruh dalam proses output kebijakan. Golongan-golongan dan asosiasi-asosiasi diantaranya berbentuk organisasi Kemasyarakatan. Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperanserta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.27 27 http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_massa 38 Untuk konsep ilmu politik ada lima hal yang berkenan dengan ilmu politik, yaitu: 1. Negara (state). Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. 2. Kekuasaan (power). Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelakunya. 3. Pengambilan keputusan (decision making). Pengambilan keputusan adalah membuat pilihan diantara beberapa alternative sedangkan istilah pngambilan keputusan menunjukkan pada proses yang terjadi sampai keputusan itu tercapai. 4. Kebijakan (policy). Kebijakan umum adalah kumpulan keputusan yang diambil oleh seseorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan itu. 5. Pembagian (distribution). Pembagian adalah pembagian dan penjatahan dari nilai-nilai dalam masyarakat, yang ditekankan bahwa pembagian selalu tidak merata sehingga timbul konflik. Dalam hal organisasi masyarakat, perannya dapat berorientasi pada kekuasaan. Kekuasaan merupakan konsep politik yang paling banyak dibahas, bahkan kekuasaan dianggap identik dengan politik. Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam Power and Society: “Ilmu politik mempelajari 39 pembentukan dan pembagian kekuasaan”. Menurut W. A. Robson, ilmu politik mempelajari kekuasaan dalam masyarakat yang bersifat hakiki, dasar, proses-proses, ruang lingkup, hasil-hasil. Sedangkan Harold menjelaskan ilmu politik mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan28. Timbal balik antara organisasi masyarakat (golongan-golongan) dan kekeuasaan itu secara niscaya dapat dikatakan agar proses politik tidak berjalan sekehendaknya, melainkan atas dasar pertimbangan- pertimbangan masyarakat baik yang berposisi selaku subjek politik maupun objek politik. F. Kerangka Pemikiran Melihat konsep di atas penelitian ini akan melihat gerakan yang dilakukan oleh Nasional Demokrat, dengan memperhatikan lingkungn sosial dan politik sebagai faktor external dari Nasional Demokrat, kemudian mengamati proses internal Nasional Demokrat, yaitu proses rekruitmen, institusionalisasi, dan jejaring sosialnya, setelah mendapatkan data tentang itu, dari situ akan dilihat apakah Nasional Demokrat sebagai ormas mesuk kategori gerakan sosial atau gerakan politik, atau bahkan masuk dalam kategori keduanya. Penelitian ini akan melihat begaimana bentuk jejaring sosial yang membentuk organisasi nasional demokrat. Dari jejaring ini tentunya menentukan pula modal sosial yang dimiliki Nasional Demokrat dalam mempengaruhi pemerintahan yang ada. 28 Budiardjo, Miriam : Dasar-dasar ilmu politik . 1977 Gramedia Pustaka Utama, Bandung hal- 34 40 G. Skema Kerangka Pemikiran Lingkungan Sosial NASIONAL DEMOKRAT rekruitmen Lingkungan Politik Orientasi gerakan Jejaring sosial institusionalisasi Gambar 1. Skema kerangka pemikiran 41 BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan ini akan menjelaskan bebrapa aspek, yakni : lokasi penelitian, jenis data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan pertimbangan di wilayah Indonesia Timur, Makassar yang menjadi tampat deklarasi pertama Nasional Demokrat. Hal inilah yang menjadi pertimbangan utama dari penulis, sehingga memfokuskan penelitian di wilayah tersebut. Untuk lokasi yang lebih spesifik, berupa kecamatan atau kelurahan, akan disesuaikan den ditentukan pada saat penulis sudah berada di lokasi penelitian. B. Tipe Dan Dasar Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analisis untuk memenuhi tujuan dimaksudkan untuk dan kerangka pikir menggambarkan diatas. atau Penelitian deskriptif mendiskripsikan sejumlah variabel-variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang sedang diteliti. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yang dimaksudkan disini adalah penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dasar dari penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif , dimana 42 penulis ingin ingin melakukan penelitian secara mendalam kepada para informan untuk mendapatkan sebuah fakta yang relevan. C. Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini ada 2 yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari lapangan menggunakan teknik wawancara. Dalam pelaksanaan teknik penulis mengumpulkan data melalui komunikasi langsung dari beberapa informan. Sedangkan data sekunder adalah data yang didapatkan dari buku, esai, makalah dan tulisan lainnya yang berkaitan dengan hal penelitian ini. Selain itu, peneliti juga memanfaatkan fasilitas internet untuk mendapatkan data, karena di internet kit dapat menemukan data yang aktual. 1. Data Primer Data primer diperoleh melalui studi lapangan dengan menggunakan teknik wawancara. Dalam pelaksanaannya, peneliti mengumpulkan data melalui komunikasi langsung dengan para informan. Informan yang dimaksud disini adalah orang-orang yang berhubungan dekat dengan kandidat. Informan yang akan penulis wawancarai pada saat penelitian yaitu terdiri dari : a. Tiga orang Pengurus inti Nasional Demokrat Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu Baharuddin Hafid, Mohc. Zakri DJ, S.Hi, dan Hardiansyah. Mereka merupakan Pengurus Harian Nasional Demokrat Sulawesi Selatan. 43 b. Satu orang Deklarator Nasional Demokrat Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu Prof. Dr. Armin. M.Si. Beliau berlatar sebagai pengajar di Jurusan Politik Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin. c. Satu orang Pakar sosilogi politik, yaitu Dr. Saifullah Cangara. M.Si. Beliau merupakan Pakar Sosiologi Politik Universitas Hasanuddin Jurusan Sosiologi. Adapun alasan peneliti memilih orang-orang tersebut sebagai informan karena orang-orang tersebut yang dianggap paham dan mengetahui dengan jelas masalah yang akan diteliti. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data diperoleh dari studi kepustakaan dengan membaca buku, literatur-literatur, serta informasi tertulis lainnya yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Data sekunder dimaksudkan sebagai data-data penunjang untuk melengkapi penelitian. D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode yang dijadikan acuan untuk mengumpulkan data, yaitu sebagai berikut : 1. Wawancara Mendalam Dalam wawancara ini, penulis secara langsung berkomunikasi dengan key informan terpilih yang dianggap paham dengan apa yang akan diteliti, yaitu mengenai gerakan Nasional Demokrat ditinjau dari 44 perspektif politik.. Pencarian data dengan wawancara dilakukan dengan mendatangi sekertariat Nasional Demokrat Sulawesi Selatan, wawncara mendalam dilakukan terhadap beberapa tokoh yang dianggap mempunyai informasi mengenai orientasi gerakan Nasional Demokrat ditinjau dari perspektif politik. 2. Study Pustaka Penulis memperoleh pengetahuan baik tentang teori maupun data-data dengan membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, dan tak lupa pula membaca literatur lain yang berhubungan erat dengan judul yang diteliti. E. Teknik Analisis Data Data dan informasi yang telah dikumpulkan dari informankan diolah dan dianalisa secara kualitatif dengan melihat gerakan Nasional Demokrat. Analisa ini bertujuan agar temuan-temuan dari kasus-kasus yang tejadi dilokasi penelitian dapat dikasi lebih mendalam dan fenomena yang ada dapat digambarkan secara terperinci. Sehingga apa yang menjadi pertanyaan dalam penelitian akan terjawab dengan maksimal. Analisa merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian, termasuk bila diinginkan generalisasi atau untuk memperoleh kesimpulan yang tegas dari hasil penelitian yang dilakukan. Penelitian ini merupakan deskriptif analisis yaitu untuk menggambarkan atau mendiskripsikan sejumlah variabel-variabel yang berkenaan dengan masalah 45 dan unit yang sedang diteliti. Dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif menurut Miles dan Hubermen terdiri atas tiga alur kegiatan, yaitu29 yang pertama reduksi data yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari cacatan-cacatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan. Metode kedua yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sajian data dimana suatu susunan informasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat sajian data, penulis dapat lebih memahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis atau pun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian data yang baik dan jelas sistematikanya akan banyak membantu. Sajian data dapat meliputi deskripsi, matriks, gambar/skema, dan tabel. Kesemuanya itu dirancang guna merakit informasi secara teratur supaya mudah dilihat dan dimengerti dalam bentuk yang lebih baik. Metode terakhir adalah penarikan kesimpulan pada tahap ini, penulis seringkali membuat kesimpulan pada saat pencarian data. Kesimpulan tidak hanya diproduksi satu kali, akan tetapi berkali-kali selama masa penelitian berlangsung. Sekumpulan informasi yang tersusun memungkinkan adanya penarikan 29 Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Penerbit Alfabeta. 46 kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Proses analisis data secara keseluruhan dimulai dengan menggelar seluruh data mentah yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan dan yang ditulis dalam catatan lapangan dan dokumentasi. Data tersebut kemudian dibaca, dipelajari, ditelaah, kemidian direduksi atau dipilah sesuai dengan kategori-kategori tertentu (tema atau topik) sehingga mendapatkan gambaran yang jelas. Selanjutnya mengabstraksikan data tersebut dengan berpegang pada keaslian data. Hasil abstraksi kemudian dianalisa berdasarkan kerangka pemikiran, konsep-konsep atau teori-teori yang digunakan kemudian dideskripsikan, setelah itu baru diinterpretasikan. 47 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Organisasi Masyarakat Nasional Demokrat Cita-cita proklamator bangsa indonesia telah secara jelas memberikan gambaran kepada masyarakat tentang sebuah konsep kebangsaan yang sangat ideal. Konsep itu adalah bagaimana memberikan kemerdekaan yang seutuhnya bagi rakyat bangsa ini. Deskripsinya jelas dari cita-cita itu adalah terciptanya masyarakat adil dan makmur. Rakyat melihat cita-cita itu belum sepenuhnya diimplementasikan dan untuk itulah mengapa Nasional Demokrat (Nasional Demokrat) lahir30. Nasional Demokrat adalah sebuah ormas yang terbentuk tanggal 1 februari 2010 di Istora Senayan Jakarta, Dengan alasan menyikapi perkembangan kondisi bangsa dan negara akhir-akhir ini, beberapa tokoh nasional bersekutu mendeklarasikan terbentuknya organisasi massa Nasional Demokrat. Organisasi ini digagas oleh Surya Paloh dan Sri Sultan HB XI beserta dengan beberapa tokoh nasional lainnya. Tokoh-tokoh nasional lain yang juga turut mendeklarasikan ormas ini adalah Anis Baswedan, Syafii Maarif, Khofifah Indarparawansa, Siswono Yudohusodo, Ferry Mursyidan Baldan, Syamsul Mua’rif, Didiek J. Rachbini, 30 Surya paloh ed. Dalam pengantar: Nasional Demokrat sejati. (Pustaka ma’ca makkarang. Makassar. 2010). Hal-x 48 Budiman Sujatmiko, Patrice Rio Capella, Akbar Faisal dan Enggar Tyasto Lukito sebagai sebagai pendiri utama. Deklarasi Nasional Demokrat Di Sulawesi Selatan adalah hari Senin 22 Februari 2010 di kota makassar. Khususnya di Sulawesi Selatan, para deklarator didominasi oleh akademisi, di antaranya para Guru besar yang menjadi deklarator antara lain, Rektor Universitas Muslim Indonesia Prof Dr Natsir Hamzah, Prof Dr Qasim Mathar MA, Prof Dr Aswanto, Drs Alwi Rachman MA, dan Prof Dr Tahir Kasnawi. Surya Paloh menyebutkan, Indonesia memerlukan sebuah pergulatan yang lebih besar untuk mengangkat pemahaman citra, kebanggaan, harkat, dan martabat sebagai bangsa. Nadsem mencita-citakan Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat di bidang politik, bangsa yang mampu berdiri sendiri di bidang ekonomi serta berkepribadian Pandangan Nasional Demokrat menolak demokrasi yang hanya menghasilkan rutinitas sirkulasi, kekuasaan tanpa kehadiran pemimpin yang berkualitas dan layak diteladani. Nasional Demokrat menolak demokrasi tanpa orientasi pada publik, menolak demokrasi yang sekadar menjadi proyek reformasi tanpa arti, mencita-citakan demokrasi Indonesia yang matang yang menjadi tempat persandingan keberagaman dengan kesatuan, dinamika dengan ketertiban, kompetisi dengan persamaan, dan kebebasan dengan kesejahteraan. Organisasi ini juga mencita-citakan sebuah demokrasi berbasis warga negara yang kuat yang terpanggil untuk merebut 49 masa depan yang gemilang dengan keringat dan tangan sendiri. Nasional Demokrat juga adalah gerakan perubahan yang berikhtiar menggalang seluruh warga negara dari beragam lapisan dan golongan untuk merestorasi Indonesia.31. B. Landasan Visi Dan Misi Nasional Demokrat 1. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan hak setiap manusia. a. Berdaulat di bidang politik – dalam bentuk suatu pemerintahan nasional yang efektif, demokratik, desentralistik dan konstitusional; Bagi rakyat, berdaulat di bidang politik, berarti demokrasi dengan partisipasi yang subtansial dan perlindungan atas hak asasi manusia. b. Berdikari di bidang ekonomi adalah kemandirian ekonomi nasional, pemerataan-keadilan dan pertumbuhan-kemakmuran; Bagi rakyat, berdikari di bidang ekonomi berarti kesempatan kerja yang bermartabat, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. c. Berkepribadian di bidang budaya (kearifan lokal, karakter nasional, kemajuan ilmu pengetahuan, kesetaraan gender, dan kecintaan akan ekologi yang berkelanjutan); bagi rakyat kepribadian di bidang budaya, berarti pluralisme, kebebasan ekspresi, penghargaan terhadap budaya lokal; dan kelestarian ekologi. 2. Kebersamaan dalam keberagaman dan keberagaman dalam kebersamaan, wujud persatuan nasional dengan semboyan bhineka tunggal ika tan hana dharma mangrwa yang berasaskan Pancasila. 31 www.nasional-demokrat.com 50 3. Persatuan nasional dengan dasar solidaritas dan kesetaraan merupakan energi kolektif yang sinergis, modal dasar bagi kekuatan nasional dalam keutuhan sebagai satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa untuk mencapai Manusia Indonesia yang Merdeka Seutuhnya. 4. Negara, bangsa dan rakyat yang merdeka adalah keniscayaan sejarah, sebuah pekerjaan yang never ending proses. Indonesia bukan sekedar karunia (gabe), sebuah tugas (aufgabe) sejarah yang harus terus menerus mengalami perubahan dan pembaruan. 5. Maka proses ke-Indonesia-an saat ini membutuhkan gerakan restorasi, yang dialogis, positif, kreatif, inovatif, produktif dan kritis. Gerakan Restorasi yang dimaksud dibangun di atas tiga landasan, yaitu: 1. Politik Solidaritas 2. Ekonomi Emansipatif dan Partisipatif 3. Budaya Gotong Royong. Pada deklarasi Nasional Demokrat di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, 1 Februari 2010, ke-45 deklarator memberikan mandat kepada Surya Paloh untuk membentuk kepengurusan. C. Platform Nasional Demokrat 1. Kekuatan Nasional a. “Nilai” – kearifan, kemanusiaan, spirit pembebasan, kemerdekaan, pluralitas, nasionalisme, budaya dan cita-cita nasional, yang tertuang dalam Pancasila, yang merupakan dasar negara; 51 b. “Diri” – manusia (jumlah penduduk), kekayaan alam, sejarah dan kebudayaan – sebagai karunia Tuhan Yang Maha Kuasa, yang tiada bernilai; c. “Posisi” – letak strategis Indonesia – diantara dua benua dan diantara dua samudera, dan posisi di bibir pasifik, yang merupakan pasar yang diperebutkan dunia. d. “Kemerosotan nilai” (fundamentalisme, dst); (“erosi defisit nilai”): “erosi spiritualitas” kemanusiaan (kekerasan, ekonomisme, dst); defisit kebangsaan (krisis pluralisme, krisis integrasi nasional, dst). e. “Kemiskinan” – krisis keadilan; krisis SDM; krisis produksi dan lingkungan (“kerusakan alam”) – negara tidak mampu menjalankan perintah konstitusi. f. “Globalisasi” – krisis budaya, krisis kedaulatan, ketergantungan – Perubahan geopolitik, geoekonomi, geopertahanan global, dan makin kompetitifnya kawasan Asia Pasifik, pergeseran kekuatan adi daya, “hegemoni” (termasuk hegemoni dalam iptek), ancaman menjadi negara “boneka” atau sekedar menjadi pasar, dst. g. “Lingkungan” – krisis air bersih, banjir, perubahan iklim, pemanasan global. 52 2. Manifesto Nasional Demokrat Reformasi telah dan tengah mengantar Indonesia sebagai negara demokrasi. Tetapi, kami menolak demokrasi yang hanya sekedar merumitkan tata cara berpemerintahan tanpa mewujudkan kesejahteraan umum. Kami menolak demokrasi yang hanya menghasilkan rutinitas sirkulasi kekuasaan tanpa kehadiran pemimpin yang berkualitas dan layak diteladani. Kami menolak demokrasi tanpa orientasi pada publik. Kami menolak demokrasi yang sekadar menjadi proyek reformasi tanpa arti. Kami mencita-citakan demokrasi Indonesia yang matang, yang menjadi tempat persandingan keberagaman dengan kesatuan, dinamika dengan ketertiban, kompetisi dengan persamaan, dan kebebasan dengan kesejahteraan. Kami mencita-citakan sebuah demokrasi berbasis warga negara yang kuat, yang terpanggil untuk merebut masa depan yang gemilang, dengan keringat dan tangan sendiri. Maka, pada hari ini kami berketetapan hati menggalang sebuah gerakan bernama: NASIONAL DEMOKRAT: RESTORASI INDONESIA Nasional Demokrat adalah gerakan perubahan yang berikhtiar menggalang seluruh warga negara dari beragam lapisan dan golongan untuk merestorasi Indonesia. Nasional Demokrat tidak hanya bertumpu dan berpusat di Jakarta, melainkan gerakan perubahan yang titik-titik sumbunya terpencar di seluruh penjuru Indonesia. 53 BAB V PEMBAHASAN Ada empat variabel yang menjadi tolak ukur untuk menemukan orientasi gerakan Nasional Demokrat, yaitu lingkungan sosial politik Nasional Demokrat, pola rekruitmen Nasional Demokrat, jaringan sosial Nasional Demokrat, dan institusionalisasi Nasional Demokrat. Keempat variable tersebut merupakan tinjauan untuk menemukan orientasi gerakan Nasional Demokrat ditinjau dari perspektif politik. A. Lingkungan Sosial-Politik Sebagai Elemen External Orientasi Nasional Demokrat Pada sub-bab ini akan menjelaskan fakta-fakta external dari Nasional Demokrat yang menjadi faktor dan momentum munculnya ormas Nasional Demokrat, karena kelahiran Nasional Demokrat tentunya mempunyai kondisi external yang mempengaruhi internal ormas Nasional Demokrat. Selain itu, berjalannya ormas Nasional Demokrat sampai saat ini, juga tetap melakukan reflexi fakta sosial politik indonesia. dalam sub-bab ini akan menjelaskan dua faktor, yaitu lingkungan politik dan lingkungan sosial yang mempengaruhi gerak Nasional Demokrat sebagai ormas. Sebelum Nasional Demokrat muncul sebagai ormas, ada beberapa fakta politik yang penulis cermati karena turut mempengaruhi dari lahirnya Nasional Demokrat hingga berjalannya kepengurusan struktur organisasi. Di tingkat nasional, era perpolitikan yang ada masih merupakan era kemenangan Partai Demokrat yang telah menjadi partai yang mampu 54 mendominasi Indonesia, terbukti dengan memenangkan pemilu sekaligus figurnya, yakni Susilo Bambang Yudoyono (SBY), terpilih menjadi presiden RI dua priode. Partai Demokrat di tahun 2009 hingga 2010 sempat mendapat guncangan dari publik. Hal itu terkait kasus Skandal Century, yang membuat partai demokrat dianggap ikut terlibat dengan isu dana talangan dari bank Century mengalir masuk ke kas Tim Kampanye partai Demokrat dalam Pemilu Pilihan Presiden. Seiring dengan pemberitaan media mengenai masalah ini, citra partai ini pun merosot. Pada pemilu sebelumnya, Partai Demokrat adalah partai yang membuat sensasi di tahun 2004 yang mampu menjadi partai baru yang memiliki suara terbanyak dan mampu memenangkan Pilihan Presiden (pilpres) 2004, kemenangan itu diraih kembali pada pilpres 2009 dengan mengususng tokoh yang sama yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hubungan SBY dengan mitra koalisinya selama tahun 2010 ini merupakan lanjutan dari format koalisi sebelumnya, SBY masih mengandalkan politik pencitraan berbasis retorika verbal dalam membangun legitimasi verbal dari rakyat, dan mengedapankan kompromi politik berbasis politik transaksional dan barter politik untuk memperkuat basis legitimasi horisontal dari parlemen dan partai-partai32. Dalam pemerintahan SBY tahun 2009, hampir semua partai besar menjadi koalisi (mitra) dalam pemerintahan SBY. Namun hal itu terkecuali 32 Yuda, Hanta AR Update Indonesia. Volume V. Edisi Januari 2011. The Indonesian Institute. 55 salah satu partai besar yang memilih menjadi oposisi adalah Partai Demokrat Indonesia-Perjuangan (PDI-P). Sedangkan Partai Golkar dalam pola gerak politiknya lebih memilih menjadi koalisi dalam pemerintahan SBY. Ketua umum Partai Golkar, Aburizal Bakri juga sempat menjadi ketua harian institusi Koalisi sejumlah Parpol mendukung SBY dengan nama Sekretariat Gabungan (Setgab) Koalisi Parpol pendukung Pemerintahan SBY. Wadah ini dibentuk di kediaman SBY, Puri Cikeas, Bogor, Pemerintahan dan oposisi sama-sama memiliki pegangan untuk melakukan tawar menawar dalam situasi politik. Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono memiliki reshuffle untuk mengancam partai lain, sedangkan kelompok oposisi mewacanakan pemakzulan untuk melawannya. Siklus politik yang model seperti ini saja yang selalu nampak, mengutamakan perebutan kekuasaan dan mengenyampingkan kebijakan yang pro pada rakyat. Kecenderungan kurangnya nalar kritis partai disebabkan karena model politik transaksional. Pola hubungan transaksional tersebut di dalam koalisi semakin menguat disebabkan partai-partai besar tersandera oleh perkara hukum. P-Demokrat sejak awal pemerintahan SBY-Boediono tersandera kasus century. Partai Keadilan Sejahtra (PKS) yang juga mitra koalisi pemerintahan tersandera kasus Misbakhum. PDI-P sang oposisi tersangkut kasus hukum juga karena sejumlah politisi PDI-P menjadi tersangka kasus cek perjalanan pemilihan Deputi Gubernur Senior BI 56 Miranda Gultom. Partai golkar pun juga turut tersandera kasus mafia perpajakan Gayus Tambunan yang membawa-bawa nama Abirizal Bakri yang kini menjaba sebagai ketua umum P-Golkar. Kasus hukum masingmasing partai inilah yang membuat partai memilih bungkam satu- persatu. Ibaratnya pencuri menegur pencuri adalah melanggar etika pencuri. Kondisi perpolitikan indonesia di atas merupakan latar berdirinya Organisasi Masyarakat Nasional Demokrat. Kaitannya dengan organisasi masyarakat, setiap menusia memilki sikap dasar berkumpul dan berserikat melalui jalur formal ataupun non formal. Formal dimisalkan keluarga, partai poltik dan organisasi masyarakat (ormas), sedangkan non formal adalah sebuah perkumpulan yang diikat oleh perasaan atau nilai, tanpa ada ikatan dan hukum tertulis. Antara partai poltik dan organisasi masyarakat, sering terdapat ketegangan antara organisasi masyarakat sipil dan partai politik yang dapat mempersulit koperasi antaranya, karena sering berbeda pandangan dan metode aplikasi meskipun tujuannya sama. Berkaitan dengan kenegaraan, tiap-tiap masyarakat memiliki hak dan kewajiban untuk turut serta dalam mengisi kemerdekaan karena suara rakyat adalah subtansi dari hadirnya sebuah Negara, selain itu tiap-tiap rakyat jug memilki tujuan yang berbeda-beda mengenai dinamika kebangsaan, dan masing-masing merealisasikanya dengan cara yang berbeda-beda pula. Salah satunya adalah organisasi masyarakat. 57 Organisasi massa atau disingkat ormas adalah suatu istilah yang digunakan di Indonesia untuk bentuk organisasi berbasis massa yang tidak bertujuan politis. Bentuk organisasi ini digunakan sebagai lawan dari istilah partai politik. Ormas dapat dibentuk berdasarkan beberapa kesamaan atau tujuan, misalnya agama, pendidikan, dan sosial.. Pasca reformasi tampak muncul banyak organiasi kemasyarakatan. Dalam hal ini penulis mengkaitkan dengan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu Undang-undang Dasar 1945 amandemen keempat. Pasal mengenai Hak Asasi Manusia menjiwai ketetapan-ketepan Pasal 28 C tentang hak memajukan diri dan memperjuangkan haknya secara kolektif untuk masyarakat, bangsa dan negaranya. Pasal 28 E (2) tentang kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan bersikap seusai hati nurani, (2) hak berserikat, berkumpul dan berpendapat. Pasal 28 F tentang hak berkomunikasi untuk mengembangkan pribadi & lingkungan. Sebelum UUD '45 diamandemen bolak-balik, kita telah memiliki aturan tentang organisasi yang didirikan masyarakat atau yang dewasa ini dikenal dengan NGO (Non Goverment Organization), yaitu Undang-undang R.I Nomor 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Keberadaan lembaga sosial tidak lepas dari adanya nilai dan norma dalam masyarakat. Di mana nilai merupakan sesuatu yang baik, dicitacitakan, dan dianggap penting oleh masyarakat. Oleh karenanya, untuk mewujudkan nilai sosial, masyarakat menciptakan aturan-aturan yang tegas 58 yang disebut norma sosial. Nilai dan norma inilah yang membatasi setiap perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Sekumpulan norma akan membentuk suatu sistem norma. Inilah awalnya lembaga sosial terbentuk. Sekumpulan nilai dan norma yang telah mengalami proses institutionalization menghasilkan lembaga sosial33. Organisasi didirikan oleh sekelompok orang tentu memiliki alasan. Herbert G. Hicks mengemukakan dua alasan mengapa orang memilih untuk berorganisasi: Pertama, alasan Sosial (sosial reason), sebagai “zoon politicon ” artinya mahluk yang hidup secara berkelompok, maka manusia akan merasa penting berorganisasi demi pergaulan maupun memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat kita temui pada organisasi-organisasi yang memiliki sasaran intelektual, atau ekonomi, Kedua, alasan Materi (material reason), melalui bantuan organisasi manusia dapat melakukan tiga macam hal yang tidak mungkin dilakukannya sendiri, yaitu dapat memperbesar kemampuannya, dapat menghemat waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu sasaran, melalui bantuan sebuah organisasi dan dapat menarik manfaat dari pengetahuan generasi-generasi sebelumnya yang telah dihimpun. Nasional Demokrat merupakan salah satu ormas yang ada di Indonesia. Layak ormas lain, tentu memiliki visi dan tujuan lahirnya Nasional Demokrat. Lingkungan sosial yang merupakan latar dari ormas Nasional 33 http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_sosial#Alasan_berorganisasi 59 Demokrat, yaitu, pertama, rasio masyarakat yang tengah dihimpit ketidak percayaan kepada Negara dengan berbagai kasus hukum yang melibatkan pejabat Negara sebagai terdakwa. Kedua, kecenderungan masyarakat untuk berserikat dan berorganisasi, dalam teks sejarah dari pra kemerdekaan sampai hari ini, aspirasi dan harapan masyarakat sering di tuangkan, diaplikasikan, dan dilakukan bersama-sama dalam sebuah organisasi. Selain itu, pilihan masyarakat untuk berorganiasi, juga persoalan karier dan perluasan jaringan sosial. Menurut Dr. Syaifullah Cangara, M.Si34, ada tiga pilar relasi masyarakat dan Negara. Pertama, warga Negara membutuhkan rasa aman, maka dibentuklah Militer untuk memnuhi kebutuhan pilar pertama. Kedua, warga Negara membutuhkan pelayanan, maka dibentuklah birokrasi untuk melayani masyarakat. Ketiga, warga Negara membutuhkan perundangundangan (aturan), maka dibentuklah legislative yang diisi oleh politisi. Ketika salah satu saja pilar ini rapuh dan tidak bekerja optimal disitulah celah hadirnya ormas untuk menuntut dan menjadi alternative mengisi kekosongan tuntutan pilar di atas. Hadirnya Nasional Demokrat, mengambil celah dari kerapuhan ketiga pilar di atas yang tidak berfungsi secara maksimal. Tertama pilar terakhir, politisi bangsa hari ini tidak memainkan fungsinya. Ketika sebagian masyarakat sosial mengalami ketidakadilan atas fakta yang diamatinya, kecewa dengan keadaan perpolitikan, mengalami 34 Merupakan pakar sosiologi Unhas, Diwawancarai di kantor akademik Jurusan Sosiologi FISIP unhas pada tanggal 20 juni 2011 pukul 13.00 wita 60 kesulitan mengakses ekonomi, maka ia akan cenderung melakukan aksi atas rasa yang ia alami, ada beberapa alternative untuk mengungkapkan kekecewaan, ketidakadilan, dan kesulitannya, yaitu mencari atau membentuk wadah melakukan protes yang mengarah pada perubahan sosial. Inilah yang dikatakan teori deprivasi, yaitu kedaan psikolois dimana seseorang (kelompok) merasakan ketidak puasan atas kesenjangan/kekurangan subjektif atas kondisi sosial . Hadirnya Nasional Demokrat mencoba menawarkan alternatif atas keresahan sosial tersebut. Menurut Prof.Dr.Armin, M.si35, kehadiran Organisasi Nasional Demokrat dengan tujuan untuk penataan ulang kondisi kebangsaan, melingkupi bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Makanya Nasional Demokrat mengusung manifesto restorasi Indonesia sebagai visi dari Nasional Demokrat. Manifesto Restorasi Indonesia—akan dijelaskan lebih detail pada 5— merupakan proganda dari Nasional Demokrat untuk menawarkan suatu alternatif bagi masyarakat. Dimana hadirnya Nasional Demokrat sebagai ormas sudah seharusnya berlaku demikian, menjadi pelapis dari kerapuhan kinerja Negara dan partai politik. Kerapuhan tersebut berasal dari kesenjangan sosial , korupsi pemerintah, dan citra pemerintahan yang buruk. Dalam tinjauan Mass-Society Teory (William Kornhauser: 1959) Terbentuknya sebuah ormas, dalam hal ini Nasional Demokrat, berangkat 35 Diwawancarai di kantor akademik Jurusan Politik –Pemerintahan FISIP unhas pada tanggal 23 Mei 2011 pukul 10.00 wita 61 dari orang-orang yang merasa secara sosial terisolasi dan secara personal tidak merasa bermakna dalamx masa yang besar, masyarakat yang kompleks. Ia tidak mampu menggerakkan dirinya mencapai tujuan awalnya. Hal ini bisa saja dari sebuah kelompok atau menyoroti pemerintahan. Di awal pembentukan ormas Nasional Demokrat ada beberapa orang yang mengalami hal tersebut, misalnya Surya Paloh dan Sri Sulstan Hemngkubuwono X yang merasakan kekecewaan terhadap partai Golkar setelah masing-masing mengalami kekalahan pemilihan ketua partai Golkar dan tidak terlalu mendapatkan ruang di partai Golkar. Begitu juga di Sulsel yang di alami Ilham Arif Sirajuddin setelah kalah dalam pemilihan ketua golkar untuk sulsel oleh Syahrul Yasin Limpo. Mereka kemudian mencoba membentuk sebuah wadah baru untuk merealisasikan harapan dan tujuannya. Berangkat dari psikologi seperti di atas kemudian melakukan konsolidasi serius guna membentuk sebuah ormas, dan akhirnya bernama Nasional Demokrat. Selain itu, ada juga beberapa tokoh sosial dan inteketual lainnya yang bersama-sama merumuskan Nasional Demokrat karena kekecewaan terahadap kondisi bangsa yang makin menunjukkan kepunahan Negara bangsa kareana dipimpin dan digerakkan oleh personal yang tidak mampu menjalankan tugas kenegaraan, penulis sebutkan beberapa yaitu Prof. Dr. Thomas Suyatno (Guru Besar Universitas Atma Jaya), Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A (Guru besar Universitas Indonesia), dan Anies Baswedan, Ph.D (Rektor 62 Universitas Paramadina). Meraka merupakan tokoh intelektual dan akademisi yang terdorong melakukan sesuatu untuk memperbaiki kondisi sosial, mereka memilih bergabung mendeklarasikan Nasional Demokrat untuk tujuan tersebut. Pada skema pemikiran di Bab 2, dituliskan untuk menggambarkan bagaimana pola rekruitmen, jaringan sosial, dan gerakan Nasional Demokrat. Penting untuk menemukan fakta yang terjadi di ketiga bidang itu karena merupakan landasan utama untuk menemukan orientasi dari gerakan Nasional Demokrat dari skala nasional hingga tingkatan daerah. Sebelum menjelaskan orientasi Gerakan Ditinjau Dari Segi Rekruitmen Nasional Demokrat, terlebih dahulu dipaparkan proses rekruitmen Nasional Demokrat. Proses membahas perekrutan kondisi Nasional internal Demokrat Nasional menjadi Demokrat, awal penulis dalam mencoba menemukan mekanisme dan format kaderisasi Nasional Demokrat. Dari proses rekruitmen, akan kelihatan jaringan sosial yang terbangun di ormas Nasional Demokrat. Proses institusionalisasi merupakan bagain selanjutnya yang akan dibahas dengan melihat proses pelembagaan pada level nasional hingga ketingkat daerah dan nilai-nilai yang dipropagandakan oleh ormas Nasional Demokrat.. B. Orientasi Gerakan Ditinjau Dari Segi Rekruitmen Nasional Demokrat Seperti halnya ormas lain, Nasional Demokrat memiliki proses rekruitmen anggota yang ingin masuk ke ormas tersebut. Dalam pola 63 rekruitmen, Nasional Demokrat menjaring seluas-luasnya anggota tanpa ada batasan golongan kecuali berdasarkan umur, yaitu tujuh belas tahun atau sudah kawin asalkan mereka menerima segala ketentuan Nasional Demokrat 36. Anggota saat ini Nasional Demokrat adalah 128.000 orang di Sulawssi Selatan37. Ormas yang umurnya baru setahun lebih ini sudah mampu menjadi ormas yang besar dengan terlihat jumlah anggota yang sudah terdaftar dalam Nasional Demokrat. Berikut skema proses rekruitmen Nasional Demokrat Sulawsi Selatan: Calon anggota Menyetor biodata dan KTP anggota Data di input di komputer Gambar 2. proses rekruitmen Mekanisme perekrutan Nasional Demokrat yaitu: 1. Calon anggota harus mengisi formulir angoota baru Nasional Demokrat 2. Formulir diserahkan kepengurus Nasional Demokrat sesuai dengan tingkatannya Data ini diperoleh dari Anggaran Rumah Tangga (ART), “ setiap warga Negara indonesia yang telah mencapai usia tujuh belas tahun atau sudah kawin yang menerima Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga. Program Umum, dan Peraturan Organisasi Nasional Demokrat serta bersedia untuk bergabung, bekerja secara aktif, melaksanakan stiap keputusan organisasi, dapat mendaftar menjadi anggota Nasional Demokrat 37 Tercatat di database Kantor Sekertariat Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Nasional Demokrat Sulawesi Selatan, alamat jalan batu putih bundar no.11 makassar kode pos 90287 36 64 3. Pemberian kartu tanda anggota Nasional Demokrat diberika oleh pengurus pusat dan ditanda tangani oleh ketua umum Nasional Demokrat Salah satu yang membuat orang tertarik untuk masuk menjadi anggota Nasional Demokrat adalah setiap warga yang mendaftatarkan diri anggota Nasional Demokrat langsung dapat asuransi kecelakaan dan asuransi jiwa seumur hidup dari PT. Sinarmas. Hal ini merupakan salah satu faktor yang membuat perekrutan Nasional Demokrat berlangsung cepat. Skema penerimaan anggota terbilang mudah, cukup membawa foto dan mengisi lembar formulir, maka langsung di anggap sebagai anggota Nasional Demokrat dengan penyerahan Kartu Tanda Anggota Nasional Demokrat, kartu tanda anggota Nasional Demokrat ini juga berfungsi sebagai kartu asuransi jiwa bagi anggota Nasional Demokrat. Dalam perekrutan Nasional Demokrat tidak ada pembatasan golongan atau penolakan golongan tertentu karena berdasarkan AD/ART Nasional Demokrat yang sifatnya sebagai organisasi terbuka. Meskipun baru berusia setahun lebih, struktur Nasional Demokrat sudah cukup mapan untuk skala nasional. Hal tersebut dikarenakan Nasional Demokrat telah memilki pengurus pusat (nasional) dan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) di seluruh provinsi di Indonesia. Sedangkan untuk Dewan Pengurus Daerah (DPD) untuk kota dan kabupaten masih sementara dikembangkan oleh pengurus DPW dengan melakukan konsolidasi dan deklarasi untuk persiapan DPD di tiap kota dan kabupaten. 65 Di awal pembentukan Nasional Demokrat di tingkatan daerah/provinsi38. Pengurus pusat melakukan pertemuan dengan tokohtokoh lokal guna membahas pembentukan DPW din tingkatan provinsi. Setelah memperoleh data DPW Nasional Demokrat, dari 33 DPW Nasional Demokrat se-Indonesia hanya 10 ketua DPW yang bukan berlatar pejabat politik. 23 lainnya adalah pejabat politik, yaitu pengurus partai wakil gubernur, bupati, dan walikota. Dari ketujuh DPW tersebut, berasal dari akademisi (maluku utara, Dr Abdurahman Marasabessy, Ketua STAIN Ternate), olahragawan (Riau, Iskandar Hoesin, Ketua Umum PODSI), Pegawai Negeri Sipil (Sumatera Barat, James Hellward, mantan Kepala Dinas Provinsi Sumatera Barat), DI Yogyakarta (Gusti Kanjeng Ratu Pambayun, putri sri sultan hamengkubuwono X), dan masyarakat sipil (Kep. Bangka Belitung, NTB dan Maluku). Berikut tabel daftar DPW Nasional Demokrat se-indonesia: 38 Latar posisi Jumlah Partai poltik 7 Non-partai politik 7 Wakil gubernur 4 Walikota/bupati 9 Anngota DPR/DPRD 3 Ex-TNI 3 Total 33 Dalam struktur NASIONAL DEMOKRAT, tingkatan Nasional disebut Dewan Pengurus Pusat (DPP), Provinsi disebut Dewan Pengurus Wilayah (DPW) dan tingkatan Kota/Kabupaten disebut Dewan Pengurus Daerah (DPD) 66 Untuk Sulawesi Selatan, acara deklarasi dihadiri penggagas Nasional Demokrat Surya Paloh dan Sri Sultan Hamengku Buwono. Selain keduanya, sejumlah tokoh pusat juga ikut dalam rombongan, seperti (Alm) Franky Sahilatua, Ferry Mursyidan Baldan, dan pengamat komunikasi politik Effendi Ghazali. Acara tersebut bertempat di Hotel Sahid Makassar tanggal 22 februari 2010. Di Makassar. setelah Ilham Arif Sirajuddin terpilih menjadi ketua DPW Nasional Demokrat, tugas utamanya adalah segera membentuk dan mendeklarasikan Nasional Demokrat di tingkat daerah sampai lurah/desa di Sulawsi Selatan. Di Sulawsi Selatan, pembentukan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Nasional Demokrat telah ada di 4 kota /kabupaten. Sejumlah nama besar berada di balik Nasional Demokrat untuk di daerah. Di Parepare, anggota DPRD Parepare HM Siradz A Sapada terpilih menjadi Ketua Nasional Demokrat Parepare berduet dengan Sekretaris Saharuddin Rahman dan Bendahara Syarifuddin Sjamsu Alam. Di belakangnya ada nama HA Faisal A Sapada, mantan calon wali kota Parepare yang menjadi inisiator Nasional Demokrat Parepare. Sementara di Sidrap, dipimpin oleh HA Insan P Tanri, mantan calon wakil bupati Sidrap, di Pinrang HA Irwan Hamid, mantan calon bupati dari Golkar memimpin Nasional Demokrat Pinrang, dan Palopo dipimpin oleh Haidir Basir. Untuk wilayah Nasional Demokrat Sulawesi Selatan bagian utara, Luwu utara dipmpin oleh A. Mahmud Lompegading (mantan direktur rumah 67 sakit), Luwu timur dipmpin oleh A. Hatta Marakarma (Bupati Luwu Timur), Luwu selatan dipmpin oleh dr. Anton (ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Luwu).39 Pada perekrutan DPD Nasional Demokrat, memiliki kesamaan dengan pola rekrutmen DPW Nasional Demokrat, yaitu menjaring politisi lokal memimpin Nasional Demokrat tingkat daerah. Dengan merekrut elit local, memudahkan langkah Nasional Demokrat menjaring massa yang banyak. Faktor tokoh ketua DPW maupun DPD yang berpengaruh pada banyaknya orang mendaftar menjadi anggota Nasional Demokrat. Ada dua faktor sehingga proses perekrutan berlangsung cepat dalam struktur Nasional Demokrat. Pertama, Banyaknya masyarakat yang masuk mejadi anggota Nasional Demokrat, bukan karena melihat latar ideologi atau visi dan misi dari Nasional Demokrat, tapi dikarenakan oleh faktor figur politisi yang membuat orang dengan cepat mengenal dan masuk menjadi anggota Nasional Demokrat. Para politisi tesebut merupakan elit lokal dan sudah terkenal di bidang poltik. Perekrutan seperti ini terjadi dalam memilih ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW), misalkan wilayah Sulawesi Selatan, Ilham Arif Sirajuddin dipilih sebagai ketua DPW Nasional Demokrat, sekaligus juga merupakan walikota Makassar dan ketua DPW P-Demokrat. Jauh sebelum Nasional Demokrat muncul sebagai ormas. Ilham Arif Sirajuddin sudah menjadi elit kota Makassar dan Sulawesi Selatan. Di 39 Data ini diperoleh dari seorang kader Nasional Demokrat palopo, febrianto syam, diwawancarai di BTN Asal Mula No, 193 pada tanggal 10 juni 2010 pukul 20.00 wita 68 Sulawesi Selatan, hampir semua orang sudah mengenal Ilham Arif Sirajuddin sebagai elit politik kota Makassar khususnya, dan Sulawesi Selatan pada umumnya. Kedua, faktor asuransi jiwa yang ditawarkan Nasional Demokrat terhadap anggota baru Nasional Demokrat. Tiap anggota baru Nasional Demokrat akan mendapatkan kartu pengenal sebagai anggota Nasional Demokrat. Kartu ini sekaligus menjadi asuransi jiwa dari PT Sinar Mas. Nampaknya terjalin kerjasama antara pihak Nasional Demokrat dengan pihak asuransi PT Sinar Mas. Di internal Nasional Demokrat sendiri memberikan kelonggaran bagi bagi anggota baru, dalam rekrutmen anggota Nasional Demokrat Sulawesi Selatan misalnya, banyak yang cuma menyetor biodata saja, diwakili oleh anggota lainnya,Kedua faktor inilah yang mejadi sebab utama masyarakat masuk menjadi anggota Nasional Demokrat, faktor ideologi nampaknya tidak menjadi sebab utama para anggota baru untuk masuk ke Nasional Demokrat. Dari pihak Nasional Demokrat pun, tidak melakukan penanaman ideologi dan wacana para anggota baru secara intens dan teragendakan, setelah para pengurus Nasional Demokrat hanya meminta nomor para anggota baru, untuk diundang ketika ada acara Nasional Demokrat. Semestinya jika Nasional Demokrat ingn menjadi ormas yang mapan semisal NU dan Muhammadiyah ia harus mencanangkan dan mengaplikasikan format kaderisasi yang mapan juga. 69 Prof.Dr.Armin, M.si40, pencapaian cita-cita ideal Nasional Demokrat sulit akan tercapai dan diragukan jika saja pola kaderisasi Nasional Demokrat masih melakukan pola yang sama sebelumnya. Kerapuhan Nasional Demokrat sebagai ormas adalah proses rekruitmen yang tidak berbasis ideologi. Dalam menjaring anggota Nasional Demokrat tidak memperlihatkan proses kaderisasi yang mapan seperti halnya ormas lain. Dalam hal perekrutan organisasi yang mapan, yang pertama menjadi saringan adalah ideologi yang dipegang mesti pengikat bersama sebagai pengikat organisasi. Dari ideologi turun mengejewantah melalui visi misi. Nasional Demokrat tidak memperlihatkan hal tersebut, kader yang ada di Nasional Demokrat merupakan kader instan yang sudah jadi sebelumnya. Masing-masing kader merupakan anggota dari ormas sebelumnya dan matang di sana. Hal ini mengakibatkan dalam hal gerakan terjadi tumpang tindih antara kerelaan membantu sosial dan kepentingan politik disatu sisinya. Jika didekatkan dengan pola rekruitmen partai politik, pola rekruitmen Nasional Demokrat memiliki kemiripan dengan pola rekruitmen partai politik41, yaitu merekrut politisi sekaligus kepala daerah menjadi anggota bahkan menjadi ketua DPW/DPD di tiap daerah provinsi dan kota/kabupaten. Antara pihak organisasi Nasional Demokrat dan elit politk yang masuk ke Diwawancarai di kantor akademik Jurusan Politik –Pemerintahan FISIP unhas pada tanggal 23 Mei 2011 pukul 10.00 wita 41 Menurut Hanta Yuda (2011), ada 3 motif migrasi politik di Indonesia. Pertama, politik electoral (politik pemilu). Kedua, motif kekuasaan atau jabatan partai. Ketiga, motif politik sekuritas (pengaman). Lebih jelas baca, Hanta AR Update Indonesia. Volume V. Edisi Januari 2011. The Indonesian Institute. 40 70 Nasional Demokrat terjadi relasi simbosis mutualisme (saling menguntungkan). Relasi keuntungan tersebut yaiut; pertama, sebagai daya tarik massa, kehadiran politisi popular ini berpotensi besar akan menjadi magnet electoral bagi organisasi, banyaknya masyarakat yang masuk mejadi anggota Nasional Demokrat, bukan karena melihat latar ideologi atau visi dan misi dari Nasional Demokrat, tapi dikarenakan oleh faktor figur politisi yang membuat orang dengan cepat mengenal dan masuk menjadi anggota Nasional Demokrat. Kedua, masuknya politisi yang juga menjadi kepala daerah bisa menjadi sumber finansial yang potensial bagi organisasi. Ketiga,, keuntungan kaderisasi instan42, elit politik yang menjadi ketua DPW/DPD merupakan kader partai politik yang sudah matang melewati proses di partai masing-masing. Melihat fakta yang muncul dari gerakan Nasional Demokrat ditinjau dari pola rekruitmennya yang tercipta adalah gerakan elitis. Gerakan elitis merupakan upaya yang dilancarkan oleh kalangan elite, yang ditujukan dengan maksud memperkuat posisi mereka, atau meningkatkan kualitas posisi mereka. Organisasi masyarakat Nasional Demokrat lebih menjadi tempat konsolidasi politik.Dengan melihat dominannya politisi dan kepala daerah yang menjabat sebagai ketua DPW dan DPD Nasional Demokrat, maka tentunya arah gerakan Nasional Demokrat tak bisa di lepaskan dengan momentum politik (Pilkada). 42 Hanta yuda menyebutnya kaderisasi instan karena mendapatkan ‘kader telah jadi’ secara instan 71 Nasional Demokrat di Sulawesi Selatan misalnya, semua ketua DPD Nasional Demokrat untuk provinsi Sulawesi Selatan merupakan politisi sehingga ketika melakukan deklarasi di daerah, tidak bisa dipungkiri diselingi dengan konsolidasi menjelang pilgub. Maka sangat sulit untuk memisahkan Nasional Demokrat dengan pilkada saat ini, utamanya di Sulawesi Selatan. Efek yang muncul dari gerakan elitis Nasional Demokrat adalah model perekrutan anggota dan struktur Nasional Demokrat, cenderung menyerupai model perekrutan partai politik dalam hal mengisi struktur DPW dan DPD terutama untuk ketua-ketuanya. Di Sulawesi Selatan misalnya, yang menjadi ketua DPW adalah walikota Makassar Ilham Arif Sirajuddin yang juga merangkap sebagai ketua Partai Demokrat Sulawesi Selatan, di daerah contoh lainnya adalah Luwu timur yang dipmpin oleh A. Hatta Marakarma yang juga merangkap jabatan sebagai Bupati Luwu Timur. C. Orientasi Gerakan Ditinjau Dari Segi Jaringan Sosial Nasional Demokrat Restorasi indonesia merupakan manifesto Nasional Demokrat, berawal dari deklarasi nasional awal pembentukan Nasional Demokrat sampai pada deklarasi tingkat daerah. Dalam penjabaran restorasi indonesia, manifesto Nasional Demokrat ini menjelaskan 3 tujuan perubahan, yaitu perubahan kepemimpinan baru, kehidupan rakyat, dan kebijakan internasional. Nasional Demokrat memiliki visi dan misi untuk menuju masyrakat yang merdeka. Merdeka yang dimaksudkan adalah berdikari di bidang 72 ekonomi dan berdaulat di bidang politik. Hal inilah yang ditanamkan dalam proses aksi Nasional Demokrat Dengan melihat visi, misi dan manifesto Nasional Demokrat, jaringan yang dibangun adalah tipe jaringan power. Dalam tipologi jaringan sosial, jaringan power adalah tipe jaringan yang menjelaskan suatu kemampuan seseorang atau unit sosial untuk mempengaruhi perilaku dan pengambil keputusan orang atu unit sosial lainnya melalui pengendalian (Adams: 1977 dalam Agusanto, 2007). Hubungan-hubungan sosial yang membentuk jaringan bermuatan power.. Konfigurasi-konfigurasi saling keterhubungan antar pelaku di dalamnya sengaja atau diatur. Ketika pencapaian tujuan yang telah ditargetkan dengan bantuan tindakan kolektif, dan konfigurasi saling keterhubungan permanen antar pelakunya, maka jaringan power juga telah terbentuk. Unit-unit sosialnya merupakan bentukan yang direncanakan atau distrukturkan secara sengaja oleh power. Pusat power pada jaringan ini selalu mengevaluasi kinerja unit-unit sosialnya dan memulai kembali strukturnya untuk meningkatkan efisiensinya. Setiap anggota yang terhubung di jaringan ini tidak terjadi secara sukarela dan kesadaran untuk memenuhi kewajiban masing-masing tanpa mengharap insentif. Sangat diperlukan adanya penghargaan bahkan ganjaran (reward and punish) yang terstruktur secara formal guna mendorong timbulnya kerelaan dengan peraturanperaturan dan perintah-perintah oleh pusat-pusat power mereka. 73 Pola jaringan yang terbangun di anggota adalah mencita-citakan sebuah perubahan dari persoalan perpolitikan nasional hingga perubahan yang bersentuha dengan peri kehidupan langsung dan terdekat. Setiap ikatan atau organisasi tentunya memiliki kekuatan atau nilai dalam jaringan tersebut. Kekuatannya biasa berdasarkan golongan antar anggota seperti KORPRI (Korps Pegawai Negeri) dan nilai yang merekatkan biasanya berdasarkan ideologi atau kepentingan sekelompok orang seperti Nadlatul Ulama (NU). Namun, Nasional Demokrat memperlihatkan dirinya sebagai ormas yang berbeda dengan ormas lainnya. Perbedaan tersebut yaitu, pertama, Hal ini disebabkan pola rekritumen Nasional Demokrat yang menjaring tanpa membatasi golongan. Dalam proses rekruitmen anggota yang cukup mudah masuk menjadi anggota dibandingkan dengan ormas lainnya, hal ini bisa di lihat pada sub-bab rekruitmen Nasional Demokrat. Tokoh-tokoh deklarator Nasional Demokrat pada awal pembentukannya dalam skala nasional. Ada banyak golongan yang masuk menjadi deklarator. Dra. Khofifah Indar Parawansa berlatar NU sebagai ketua MUSLIMAT NU, Prof. Dr. Syafii Maarif dari Muhammadiyah, Anies Baswedan, Ph.D berasal dari golongan akademisi, lham Arif Siradjudin, M.M sebagai Walikota Makassar, Sulawesi Selatan, (Alm)Franky Sahilatua yang berlatarkan sebagai musisi dan budayawan. dan Surya Paloh sebagai inisiator yang memiliki latar politisi terkenal di P-Golkar. Banyaknya golongan yang masuk ke Nasional Demokrat memperlihatkan keterbukaan Nasional 74 Demokrat dalam menjaring anggota.Untuk deklarasi Nasional Demokrat Sulawsi Selatan, terdapat banyak golongan juga yang turut menjadi deklarator. Golongan akademisi : Rektor Universitas Muslim Indonesia Prof Dr Natsir Hamzah, Prof Dr Qasim Mathar MA, Prof Dr Aswanto, Drs Alwi Rachman MA, dan Prof Dr Tahir Kasnawi. Politisi : Ilham Arif Sirajuddin, Aziz Kahar Muzakkar, Amin Syam. Kadua, nilai yang menjadi pendorong etos gerak Nasional Demokrat, tidak memperlihatkan sebuah ideologi khusus yang dapat menjadi pembeda dari ormas lain. Misalnya saja ormas NU yang menganut nilai islam tradisional, menekankan pada pentingnya menjaga budaya sebagai nilai yang tidak boleh ditinggalkan atas nama apapun. Islam yang datang dari arab coba dikawinkan dengan budaya indonesia. Berbeda dengan Muhammadiyah yang justru bertetangan dengan nilai yang dipegang oleh orang-orang NU. Bagi orang Muhammadiyah, justru islam harus murni dan islamalah yang harus menjadi panutan mengembangkan budaya, segala budaya yang dianggap bertentangan dengan islam di anggap bid’ah. Perbedaan pendapat dua ormas ini menjadikan keduanya tidak ketemu dari sisi pandangan maupun gerak. Faktor perekat ormas Nasional Demokrat dalam tinjauan perekat jejaring sosial adalah keinginan dan keperihatinan terhadap kondisi sosial dan politik, makanya kelas menengah (middle clas) merupakan kelas dominan dalam kepengurusan dan deklarator Nasional Demokrat pusat dan 75 derah. Keperihatian dan keinginan perubahan sosial tersebut terangkum menjadi sebuah manifesto Restorasi Indonesia. Inilah yang menjadi nilai sebagai tujuan organisasi. Nasional Demokrat dari kelahirannya mampu mewadahi lintas golongan dari berbagai ormas dan partai yang tentunya memiliki nilai pegangan di golongan asalnya. Restorasi indonesia mempu menjadi tawaran nilai yang dianggap mewakili berbagai golongan dan kepentingan. Hal ini tercermin dari beragamnya tokoh-tokoh deklarator saat pertama kali Nasional Demokrat terbentuk. Baharuddin Hafid43 mengungkapkan Pada proses perekrutan di tingkatan wilayah, saat ini anggota yang sudah terdaftar di database Nasional Demokrat adalah 128.000 orang untuk Nasional Demokrat Sulawsi Selatan. Dari jumlah tersebut 90% di antaranya adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hardiansyah44 mengungkapkan, ada beberapa komunitas-komunitas kecil yang menggabungkan organisasinya masuk ke Nasional Demokrat untuk wilayah Makassar, yaitu Aco Community yang juga kebetulan bersampingan sekertariat dengan Nasional Demokrat Sulawsi Selatan, dan ormas ini juga diinisiasikan oleh Ilham Arif Sirajuddin, Team Honda Beat Makassar, Komunitas Pengamen Jalanan. Secara person banyak juga dari 43 Merupakan Sekrtaris Eksekutif Nasional Demokrat, di wawancarai di sekertariat Nasional Demokrat sulsel, jalan batu putih makassar pada tanggal 25 mei 2011 pukul 14.00 wita 44 Merupakan anngota divisi data Nasional Demokrat Sulawesi Selatan, diwawancarai disekertariat pada tanggal 10 22 mei 2010 pukul 13.00 wita 76 kalangan supir dan mahasiswa yang turut meramaikan Nasional Demokrat Makassar. Pola jejaring sosial dan rekruitmen Nasional Demokrat ini, memperlihatkan tingkatan jaringan sosial Nasional Demokrat adalah tingkatan jaringan makro. Karena ikatan yang terbangun dari beberapa kelompok. Kelompok atau ikatan yang sudah ada sebelumnya melakukan interaksi dengan kelompok lain, dari hasil interkasi tersebut terbentuklah sebuah jaringan atau kelompok baru yang volumenya lebih besar dari sebelumnya. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa dominan yeng menjadi ketua DPW dan DPD merupakan golongan politisi, namun bukan berarti ormas Nasional Demokrat nantinya akan berubah menjadi partai poltik dengan melihat pola jejaring sosial yang terbangun dalam organisasi Nasional Demokrat. Hal ini dikarenakan ada banyaknya PNS yang menjadi anggota. Selain itu, para elit poltisi lokal tersebut masih memegang posisi yang strategis di tiap partai masing-masing. Kedua faktor ini yang membuat Nasional Demokrat sulit untuk menjadi partai karena akn kehilangan banyak kader dan anggota. Mohc. Zakri DJ, S.Hi45 mengatakan ancaman keluarnya Sulawesi Selatan seperti yang dilontarkan Ilham Arif Sirajuddin cukup beralasan karena Nasional Demokrat Sulawesi Selatan didominasi oleh Pengawai 45 Merupakan staf administrasi Nasional Demokrat Sulawesi Selatan, di wawancarai di sekertariat Nasional Demokrat sulsel, jalan batu putih makassar pada tanggal 25 mei 2011 pukul 13.00 wita 77 Negeri Sipil (PNS), dari keseluruhan anggota Nasional Demokrat Sulawesi Selatan sekitar 90% anggota berasal dari dolongan PNS. D. Orientasi Gerakan Ditinjau Dari Segi Institusionalisasi Nasional Demokrat Ketika Nasional Demokrat di deklarasikan pertama kalinya Nasional Demokrat oleh 2 inisiatornya, Surya Paloh dan Sri Sultan HB X, Nasional Demokrat mendeklarasikan juga sebuah manifesto “Restorasi Indonesia”. Manifesto ini juga tertuang dalam Anggaran Dasar (AD) Nasional Demokrat. Dalam penjabaran makna dari Restorasi Indonesia, ada 3 hal yang menjadi pokok untuk mencapai restorasi indonesia. Yaitu, pertama, restorasi negara-bangsa yang berupa upaya membangun keteladanan kepemimpinan, membangun karakter gotong royong sesuai dengan dasar negara dan membangun kepercayaan rakyat terhadap institusi negara. Kedua, restorasi kehidupan rakyat yang berupa upaya membangun gerakan arus bawah atas prakarsa rakyat, yang membawa nilai-nilai kebajikan, spiritualitas kebangsaan, solidaritas sosial, kearifan budaya lokal, dan etos kerja yang produktif. Ketiga, restorasi kebijakan internasional yang berupa upaya membangun keseimbangan baru dalam tata dunia yang lebih adil, damai dan menjaga kelestarian alam semesta. Setelah mencapai ketiganya akan terwujud manusia yang merdeka seutuhnya. 78 Gambar.3 skema restorasi Indonesia Nasional Demokrat Manifesto inilah yang menjadi propaganda Nasional Demokrat sebagai nilai dalam gerakan Nasional Demokrat. Manifesto ini ditekankan pada tiap-tiap agenda-agenda Nasional Demokrat secara tersirat maupun lisan langsung. Prof.Dr.Armin, M.si46 yang merupakan salah satu deklarator Nasional Demokrat Sulawesi Selatan mengungkapkan bahwa restorasi adalah penataan ulang kelambagaan sistem sehingga kelembagaan itu menjadi baik dan upayanya adalah untuk menolong orang tidak berdaya. Inilah cita-cita ideal yang membuat para cendikiawan merasa perlu terlibat dalam organisasi ini. Dalam hal perubahan sosial, Nasional Demokrat mencoba menjadi alternatif dalam hal gerakan sosial. Mantan ketua umum PP Muhammadiyah, Safi’i Ma’arif berharap Nasional Demokrat menjadi alternatif saluran politik 46 Diwawancarai di kantor akademik Jurusan Politik –Pemerintahan FISIP unhas pada tanggal 23 Mei 2011 pukul 10.00 wita 79 bagi masyarakat. Kalau partai bias merenovasi diri, ormas tidak diperlukan lagi, “kalau tidak, memang diperlukan alternatif” ujarnya47. Manifesto restorasi Indonesia ternyata mampu menjadi energi penggerak dalam hal gerakan yang dibangun Nasional Demokrat dalam bidang sosial. Dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) Nasional Demokrat, terdapat 2 lembaga sayap organisasi. Pertama, yaitu : Badan Rescue Nasional Demokrat (BR Nasional Demokrat) dan Badan Kesenian Dan Kebudayaan Nasional Demokrat 1. Badan Rescue Nasional Demokrat (BR Nasional Demokrat): Tugas dari badan ini adalah tanggap bencana alam. Ketua Badan Rescue Nasional Demokrat Jeanette Sudjunadi memaparkan secara garis besar setidaknya ada tiga program yang akan dilakukan BR. Pertama adalah program tanggap darurat. Melalui program ini BR akan terjun langsung membantu masyarakat yang terkena bencana. Berikutnya adalah program peduli. Dengan program ini BR akan membantu berbagai kebutuhan dasar masyarakat secara proaktif tanpa menunggu bencana.48 Dalam aksi dari tim BR Nasional Demokrat, bukan anggota yang ikut bekerja, namun masyarakat yang ingin menjadi relawan boleh ikut membantu. 47 48 Muh.idris patarai dan syahruddin hasen, restorasi Indonesia, CV jengki satria, Jakarta 2010, hal-47 http://nasionaldemokrat.org/articles/viewColumnWithTitle/kabar/badan-rescue-Nasional Demokrattitikberatkan-aksi-nyata 80 a. Bentuk aksi BR Nasional Demokrat: Lingkungan : dalam bidang ini, BR Nasional Demokrat melakukan gerakan menanam pohon sebagai wujud dari restorasi Indonesia. Seperti menanam pohon di Kawasan Konservasi Taman Buru Masigit Kareumbi (TBMK), Sumedang, Garut, Jawa Barat pada 13 Juni 2010. b. Bedah kampung, kelurahaan lette, kecamatan mariso, kota Makassar. Membenah desa dengan membersihkan wilyah yang dianggap kumuh. c. Bencana alam : BR Nasional Demokrat tanggap dalam hal bencana alam yang merupakan musibah yang lazim di Indonesia, gerakannya yang ada yaitu menerjunkan tim Badan Rescue Kemanusiaan Wasior untuk membantu penanganan korban banjir bandang di Wasior, Papua Barat, sebanyak 50 dokter yang diterbangkan langsung dari Jakarta untuk memberikan bantuan medis buat warga yang terkena bencana. Bantuan korban gempa berkekuatan 7,1 SR yang mengguncang Kabupaten Kepulauan Yapen, papua, pada 16 Juni 2010. Bantuan berupa bahan makanan, minuman, obat-obatan, kelambu, selimut, dan tenda diserahkan oleh pengurus Badan Rescue Nasional Demokrat Jeannette S dan sejumlah pengurus lain di Papua kepada Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Kepulauan Yapen49. 49 www.metrotvnews.com/metromain/newsvideo/2010/06/27/107984/Nasional Korban-Gempa-Yapen+gempa+ Demokrat-Bantu- 81 2. Badan Kesenian Dan Kebudayaan Nasional Demokrat : Seminar budaya mingguan. Tiap hari rabu Nasional Demokrat Sulawsi Selatan mengadakan diskusi budaya dengan tema tentang kebudayaan. Seminar yang diadakan bertemakan ‘Dialog Sinrili’. Kegiatan ini dilaksanakan sekali seminggu di café yang berbeda tiap meinggunya di Makassar. Tema-tema yang dikaji adalah masalah sosial dalam tinjauan budaya. Nilai-nilai local coba diangkat kembali untuk menjawab segala persoalan sosial. Misalnya Dialog Sinrili’ yang sempat penulis hadiri tanggal 13-5-2011, yang didiskusikan saat itu adalah “Wartawan Menjawab..” yang diundang adalah beberapa kalangan wartawan senior sebagai narasumber. Saat itu banyak wartawan mengungkapkan diperhadapkan pada persoalan independensi jurnalistik dengan kepentingan pemodal dalam hal pemberitaan. Moderator kemudian mencoba mengarahkan forum untuk merelasikan persoalan wartawan dengan nilai sipakainge’dan sipakalebbi’ dalam siri’ na pacce Drs. H.aswar hasan, Msi50 menyebutkan akan perlu adanya reformulasi komitmen budaya, khususnya dalam format demokrasi ke depan. Selama ini Cuma mengakui adanya siri na pacce dengan nilai sipakatau, sipakalebbi, dan sipakainge, itu semua dalam batas normatif. Tidak dalam bentuk prilaku dan tindakan, salah satu penyebabnya karena telah 50 Salah satu deklarator Nasional Demokrat Sulawesi Selatan 82 terjadi degradasi nilai-nilai budaya. Yang bisa memberi solusi adalah restorasi (Nasional Demokrat). Dari bentuk gerakan Nasional Demokrat, implementasi cita-cita Restorasi Indonesia dalam bentuk gerakan ril Nasional Demokrat sendiri baru pada tahap bidang budaya, sedangkan untuk bidang lain seperti politik, hukum, dan kebijakan lainnya belum menyentuh ke dalamnya. Dalam bidang budayapun, sosialisasi restorasi budaya konteks wilayah Makassar sifatnya masih menyentuh kaum elit dan sifatnya formal, misalnya mengadakan agenda mingguan dialog budaya. Menurut penulis jika ingin utuh dalam restorasi budaya, yang dididik semestinya masyarakat awam dan kelas mengengah ke bawah, karena efeknya akan lebih panjang dan mendalam. Menurut kamus bahasa indonesia51 restorasi adalah pengembalian atau pemulihan kepada keadaan semula. Surya paloh dalam situs resmi Nasional Demokrat mngungkapkan Restorasi yang di gaungkan oleh Nasional Demokrat mempunyai arti “pemugaran kembali”. Pemugaran yang dimaksud adalah pemugaran terhadap semangat patriotik dan heroisme bangsa.52 Restorasi Meiji merupakan usaha besar-besaran kaisar Meiji untuk menciptakan Jepang baru, yaitu transformasi dari negara yang terisolasi dan miskin menjadi negara yang modern. Restorasi Meiji membawa perubahan 51 Menggunakan kamus bahasa Indonesia di situs http://kamusbahasaindonesia.org 52http://nasionaldemokrat.org/articles/viewColumnWithTitle/kabar/surya-paloh-restorasi-adalah- pemugaran-kembali 83 besar dalam kehidupan bangsa Jepang, terutama pendidikan. Sebelum Restorasi Meiji, Jepang melaksanakan pendidikannya berdasarkan sistem masyarakat feodal, yaitu pendidikan untuk samurai, petani, tukang, pedagang, serta rakyat jelata53. Dalam kurun waktu bergulirnya Restorasi Meiji (Meiji Ishin) tahun 1868 dan dekade sesudahnya, bangsa Jepang telah membuktikan diri kepada dunia sebagai bangsa yang memiliki kompetensi ilmu pengetahuan dan teknologi maju yang dapat disejajarkan dengan Amerika dan negara maju lainnya. Hal yang terpenting dari restorasi ini adalah restorasi dibidang pendidikan, yaitu mengubah sistem pendidikan dari tradisional menjadi modern (saat itu dimulai dengan mengadopsi sistem Jerman), program wajib belajar, mengirim mahasiswa Jepang untuk belajar ke luar negeri (ke Francis dan Jerman), dan meningkatkan anggaran sektor pendidikan secara drastis. Semenjak Restorasi Meiji dikibarkan pemerintah Jepang terus menjalankan kebijaksanaannya dengan mulai giat menerjemahkan dan menerbitkan pelbagai macam buku, di antaranya tentang ilmu pengetahuan, sastra, maupun filsafat. Para pemuda banyak dikirim ke luar negeri untuk belajar sesuai dengan bidangnya masing-masing, tujuannya jelas yaitu mencari ilmu dan menanamkan keyakinan bahwa Jepang akan dapat setara dengan kemajuan dunia Barat. 53http://mandaazzahra.wordpress.com/2008/06/10/restorasi-meiji-sebuah-pembelajaran-bagi- indonesia/ 84 Melihat format perubahan jepang dibawah restorasi meiji, pendidikan anak bangsa merupakan hal yang paling mendasar untuk merubah sebuah nasib bangsa. Semestinya hal inilah yang mesti dilakukan Nasional Demokrat jika ingin seutuhnya melakukan Restorasi Indonesia, yaitu melalui jalur pendidikan. Meskipun gerakan Nasional Demokrat hari ini sudah cukup memberi pengaruh terhadap kondisi sosial di daerah, namun dalam hal restorasi (penataan ulang) sebuah bangsa belum memenuhi syarat jika ingin dikatakan melakukan ‘Restorasi Indonesia’ yang sebenarnya. Orientasi Nasional Demokrat ditinjau dari institusionalisasinya, Nasional Demokrat menjalankan fungsinya sebagai ormas dan gerakan sosial, yaitu; pertama, diskusi masalah sosial. Nasional Demokrat sebagai ormas cukup memberikan sumbangsih ke dalam pembentukan opini publik dengan memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik dan melalui penggabungan sejumlah gagasan-gagasan gerakan kedalam opini publik yang dominan. Meskipun dalam dalam diskusi tersebut masih berada lingkar elit dan kelas menengah, diskusi dengan masyarakat akar rumput masih minim. Kedua, aksi sosial. Nasional Demokrat cukup berperan dalam membantu korban bencana alam di Indonesia. Hal ini tercermin dengan pembnetukan Tim Badan Rescue (BR) Nasional Demokrat. Dengan melihat kedua faktor ini. Orientasi gerakan Nasional Demokrat terhadap bidang sosial masih melekat dengan melihat model gerakan Nasional Demokrat terhadap basis sosial. 85 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan dua hal mengenai gerakan Nasional Demokrat ditinjau dari perspektif politik dengan lokasi penelitian di Kota Makassar. Pertama, kesimpulan yang berisi pembahasan singkat dari hasil penelitian yang peneliti lakukan mengenai gerakan Nasional Demokrat ditinjau dari perspektif politik. Kedua, saran yang berisi solusi yang ditawarkan oleh penulis untuk gerakan Nasional Demokrat. A. Kesimpulan Dari pembahasan singkat sebelumnya mengenai gerakan Nasional Demokrat ditinjau dari perspektif politik sesuai dengan rumusan masalah ada beberapa hal yang dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembentukan ormas Nasional Demokrat berangkat dari personal yang tidak terakomodir dari kelompok sebelumnya, misalnya Surya Paloh dan Sri Sulstan Hemngkubuwono X yang merasakan kekecewaan terhadap partai Golkar setelah masing-masing mengalami kekalahan pemilihan ketua partai Golkar dan tidak terlalu mendapatkan ruang di partai Golkar. Begitu juga di Sulsel yang di alami Ilham Arif Sirajuddin setelah kalah dalam pemilihan ketua golkar untuk sulsel oleh Syahrul Yasin Limpo. Mereka kemudian mencoba membentuk sebuah wadah baru untuk merealisasikan harapan dan tujuannya. Selain itu, ada juga beberapa 86 tokoh sosial dan inteketual lainnya yang bersama-sama merumuskan Nasional Demokrat,. Mereka memiliki kondisi lain namun, yaitu berasal dari kekecewaan terahadap kondisi bangsa yang makin menunjukkan kepunahan Negara bangsa kareana dipimpin dan digerakkan oleh personal yang tidak mampu menjalankan tugas kenegaraan, penulis sebutkan beberapa yaitu Prof. Dr. Thomas Suyatno (Guru Besar Universitas Atma Jaya), Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A (Guru besar Universitas Indonesia), dan Anies Baswedan, Ph.D (Rektor Universitas Paramadina). Meraka merupakan tokoh intelektual dan akademisi yang terdorong melakukan sesuatu untuk memperbaiki kondisi sosial , mereka memilih bergabung mendeklarasikan Nasional Demokrat untuk tujuan tersebut. 2. Melihat fakta yang muncul dari gerakan Nasional Demokrat ditinjau dari pola rekruitmennya yang tercipta adalah gerakan elitis. Organisasi masyarakat Nasional Demokrat lebih menjadi tempat konsolidasi politik.Dengan melihat dominannya politisi dan kepala daerah yang menjabat sebagai ketua DPW dan DPD Nasional Demokrat, maka tentunya arah gerakan Nasional Demokrat tak bisa di lepaskan dengan momentum politik (Pilkada). Nasional Demokrat di Sulawesi Selatan misalnya, semua ketua DPD Nasional Demokrat untuk provinsi Sulawesi Selatan merupakan politisi sehingga ketika melakukan deklarasi di daerah, tidak bisa dipungkiri diselingi dengan konsolidasi menjelang 87 pilgub. Maka sangat sulit untuk memisahkan Nasional Demokrat dengan pilkada saat ini, utamanya di Sulawesi Selatan. Efek yang muncul dari gerakan elitis Nasional Demokrat adalah model perekrutan anggota dan struktur Nasional Demokrat, cenderung menyerupai model perekrutan partai politik dalam hal mengisi struktur DPW dan DPD terutama untuk ketua-ketuanya. 3. Tingkatan jaringan ormas Nasional Demokrat merupakan tingkatan jaringan makro. Karena ikatan yang terbangun dari beberapa kelompok. Nasional Demokrat sulsel, didominasi golongan PNS sekitar 90% dari 128.000 anggota yang tercatat. Selain itu, untuk wilayah Makassar, ada beberapa komunitas-komunitas kecil yang menggabungkan organisasinya masuk ke Nasional Demokrat, yaitu Aco Community yang juga kebetulan bersampingan sekertariat dengan Nasional Demokrat Sulawsi Selatan, Team Honda Beat Makassar, Komunitas Pengamen Jalanan. Secara person banyak juga dari kalangan supir dan mahasiswa yang turut meramaikan Nasional Demokrat Makassar. Hal inilah yang menjadi dinding penghalang Nasional Demokrat untuk berubah menjadi partai poltik dengan melihat pola jejaring sosial yang terbangun dalam organisasi Nasional Demokrat. Hal ini dikarenakan ada banyaknya PNS yang menjadi anggota. Selain itu, para elit poltisi lokal tersebut masih memegang posisi yang strategis di tiap partai masing-masing. Kedua 88 faktor ini yang membuat Nasional Demokrat sulit untuk menjadi partai karena akn kehilangan banyak kader dan anggota. 4. Orientasi Nasional Demokrat ditinjau dari institusionalisasinya, Nasional Demokrat menjalankan fungsinya sebagai ormas dan gerakan sosial, yaitu; pertama, diskusi masalah sosial. Nasional Demokrat sebagai ormas cukup memberikan sumbangsih ke dalam pembentukan opini publik dengan memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik dan melalui penggabungan sejumlah gagasan-gagasan gerakan kedalam opini publik yang dominan. Meskipun dalam dalam diskusi tersebut masih berada lingkar elit dan kelas menengah, diskusi dengan masyarakat akar rumput masih minim. Kedua, aksi sosial. Nasional Demokrat cukup berperan dalam membantu korban bencana alam di Indonesia. Hal ini tercermin dengan pembnetukan Tim Badan Rescue (BR) Nasional Demokrat. Dengan melihat kedua faktor ini. Orientasi gerakan Nasional Demokrat terhadap bidang sosial masih melekat dengan melihat model gerakan Nasional Demokrat terhadap basis sosial. Melihat dari orientasi gerakan ditinjau dari segi rekruitmen, jejaring sosial, dan institusionalisasi Nasional Demokrat, kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi 2 orientasi yang berbeda menurut bidangnya, yaitu orientasi bidang politik dan orientasi bidang sosial. Orientasi politik bisa diidentifikasi dengan melihat dari segi rekruitmen Nasional Demokrat yang mengarah kepada gerakan elitis, sedangkan orientasi sosial bisa 89 diidentifikasi pada perubahan sosial menuju perubahan norma/nilai dan struktur. Kedua orientasi inilah yang mendominasi proses berjalannya organisasi masyarakat Nasional Demokrat, meskipun sebenarnya keduaduanya saling berkaitan satu sama lain antara orientasi sosial sebagai modal sosial Nasional Demokrat dan orientasi politik yang lebih mengarah pada merubah atau mempertahankan struktur pemerintahan sebagai pengambil kebijakan. Dalam perubahan struktur pemerintahan tersebut, modal sosial menjadi salah satu syarat utama dalam mempertahankan atau merubah struktur pemerintahan. Inilah yang penulis sebut sesuatu yang saling berkaitan dan saling menguntungkan. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, menunjukkan bahwa tidak maksimalnya gerakan Nasional Demokrat ditinjau dari perspektif politik disebabkan oleh adanya berbagai kendala baik secara kultural maupun struktural. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, ada beberapa saran yang dianggap penting oleh penulis dalam upaya gerakan Nasional Demokrat ditinjau. 1. Perkuat sistem kaderisasi, menurut penulis format rekrutmen dan kaderisasi Nasional Demokrat belum matang seperti halnya ormas lain. Perlu ada penjenjangan kader untuk menilai mana yang betul-betul kader yang militan 90 2. Penanaman ideologi yang lebih massif sampai ke akar, model penanaman nilai ideologi Nasional Demokrat masih menyentuh kalangan menengah ke atas, belum terlalu menyentuh ranah akar rumput, lebih benar gerakan Nasional Demokrat jika mampu melakukan perbaikan tatanan sampai level ekar rumput. 3. Konsolidasi pengetahuan dan gerak antar organisasi hingga partai politik. Jaringan yang dibangun Nasional Demokrat belum mampu menyentuh ormas besar lainnya atapun parpol dalam rangka melakukan konsolidasi pengetahuan dan gerak, hal itu guna menghindari sikap eksklusifisme organisasi. Sebuah gerakan tentunya lebih matang jika berbareng bergerak ketimbang bergerak sendiri-sendiri. Selain itu, juga menhindari keterputusan (missed) komunikasi, ketakutannya dapat menimbulkan saling curiga yang mengarah konflik antar organisasi. Konsolidasi ke parpol tidak mesti menjadi underbow sebuah parpol, namun untuk bertukar gagasan mengenai kebijakan yang mesti diambil oleh legislatif dalam merumuskan kebijakan publik guna mengatasi persoalan sosial yang tepat sasaran. 4. Penyelesaian masalah sosial. Cita-cita sosial Nasional Demokrat sudah cukup ideal dalam mengatasi persoal sosial kebangsaan. Namun, aplikasi masih sulit karena disibukkan agenda politis. Semestinya penyelesaian masalah sosial menjadi agenda utama, sebagai konsekuensi dan tanggung jawab sebuah ormas. Setelah berjalan lama 91 dan diterima oleh masyarakat, baru Nasional Demokrat boleh berpikir ke ranah politik. 92 DAFTAR PUSTAKA Ambardi, kuskridho. Mengungkap politik kartel. PT.gramedia. Jakarta 2009, Bowo, esai “Partai Politik Dan Gerakan Sosial”. 20 april 2009 Damsar, Pengantar Sosial Ekonomi, jakarta kencana, 2009 Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Penerbit Alfabeta. Gatara Said, Sosiologi Politik :Konsep Dan Dinamika Perkembangnnya, 2007, Bandung, Pustaka Setia Koentjaraningrat, metode-metode penelitian masyarakat, 1990, jakarta : gramedia. Muh.idris patarai dan syahruddin hasen, Restorasi Indonesia, CV jengki satria, Jakarta 2010, hal-47 Manan mufrizal, gerakan rakyat melawan elite, 2005, yogyakarta, resist book Panuju Redi , Oposisi Demokrasi dan Kemakmuran Rakyat, Pustaka Book Publisher, Jakarta, 2009, Prasetyo Eko, makalah “gerakan Sosial Baru ; Sebuah Pengantar, 30 april 2006 Surya paloh ed.: Nasional Demokrat sejati. Pustaka ma’ca makkarang. Makassar. 2010 Sztompka Piotr, sosiologi perubahan sosial , 2004,. Jakarta : prenada media Timur Mahardika, Gerakan Massa: mengupayakan demokrasi dan keadilan secara damai, 2000, Yogyakarta,Lapera Pustaka, Yuda, Hanta AR Update Indonesia. Volume V. Edisi Januari 2011. The Indonesian Institute. 93 Sumber Literatur Lain : http://azmuharam.blogspot.com/2008/12/sosiologi-33.html http://azmuharam.blogspot.com/2008/12/sosiologi-33.html http://globalisasi.wordpress.com/2006/07/10/gerakan http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/s/surya-paloh/biografi/02.shtml www.wikipedia.com www.mediaindonesia.com www.nasional_demokrat.com www.metrotv.com 94 Lampiran 1 A. DEKLARATOR NASIONAL DEMOKRAT Inisiator Nasional 1. Surya Paloh (Tokoh Masyarakat) 2. Sri Sultan Hamengkubuwono X (Tokoh Masyarakat) Deklarator Nasional 1. Prof. Dr. Syafii Maarif (Tokoh Masyarakat) 2. DR. (HC) Ir. H. Siswono Yudo Husodo (Anggota DPR RI Jawa Tengah I) 3. H. Syamsul Informasi Mu’arif, B.A (Menteri Negara Komunikasi dan 2001-2004) 4. Dra. Khofifah Indar Parawansa (Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 1999-2004) 5. Prof. Dr. Soleh Solahuddin (Menteri Pertanian 1998-1999) 6. Prof. Dr. Thomas Suyatno (Guru Besar Universitas Atma Jaya) 7. Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A (Guru besar Universitas Indonesia) 8. Prof. Dr. Didik J. Rachbini (Ekonom dan Akademisi) 9. Prof. Dr. Fredrik L. Benu, M.Si, Ph.D (Guru Besar Universitas Nusa Cendana) 10. Prof. Dr. T. Bahri Anwar (Guru Besar Universitas Sumatera Utara) 11. Prof. Dr. Tarnama Sinambela (Guru Besar Universitas Mpu Tantular) 12. Anies Baswedan, Ph.D (Rektor Universitas Paramadina) 13. Dr. Rizal Sukma (Direktur Eksekutif CSIS) 14. H. Sayed Fuad Zakaria, S.E (Anggota DPR RI P Nanggroe Aceh Darussalam I) 15. Danny P Thaharsyah 16. Jeffrie Geovanie (Anggota DPR RI Sumatera Barat I) (Anggota DPR RI Sumatera Barat I) 17. Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M (Anggota DPR RI daerah Bangka Belitung) 18. Drs. H.M. Ade Surapriatna, S.H, M.H 19. Erik Satrya Wardhana (Anggota DPR RI DKI Jakarta III) (Anggota DPR RI Jawa Barat III) 95 20. Drs. Enggartiasto Lukita (Anggota DPR RI Jawa Barat VIII) 21. Budiman Sudjatmiko, M.Sc, M. Phil. (Anggota DPR RI Jawa Tengah VIII) 22. Budi Supriyanto, S.H, M.H 23. A. Malik Haramain, M.Si 24. Ir. H. Zulfadhli (Anggota DPR RI Jawa Tengah X) (Anggota DPR RI Jawa Timur II) (Anggota DPR-RI daerah Kalimantan Barat) 25. Edison Betaubun, S.H, M.H (Anggota DPR-RI Maluku) 26. Drs. Akbar Faizal, M.Si (Anggota DPR RI Sulawesi Selatan II) 27. Ir. A. Edwin Kawilarang (Anggota DPR RI Sulawesi Utara) 28. Paskalis Kossay, S. Pd., M.M 29. Ali Umri, S.H., M.Kn (Walikota Binjai, Sumatra Utara) 30. lham Arif Siradjudin, M.M 31. Franky Sahilatua (Anggota DPR RI Papua) (Walikota Makassar, Sulawesi Selatan) (Budayawan) 32. Drs. Djaffar H. Assegaff 33. Sugeng Suparwoto (Wartawan Senior) (Wartawan Senior) 34. Ferry Mursyidan Baldan 35. Drs. Zulfan Lindan (Politisi) (Politisi) 36. Patrice Rio Capella, S.H (Politisi) 37. DR. Poempida Hidayatulloh, B. Eng. Ph.D. DIC 38. Meutya Viada Hafid, B. Eng (Politisi) 39. Martin Manurung, S.E, M.A (Penggiat Sosial) 40. Eep Saefulloh Fatah (Pengamat Politik) 41. Willy Aditya, S. Fil., MDM 42. Romy H. R. Soekarno 43. Samuel Nitisaputra 44. Melkiades Laka Lena 45. Ir. Ahmad Rofiq (Politisi) (Aktivis 1998) (Seniman) (Politisi) (Politisi) (Tokoh Pemuda) 96 B. PENGURUS PUSAT DAN BADAN NASIONAL DEMOKRAT 1. Ketua Umum: Surya Paloh 2. Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan: Ferry Mursyidan Baldan 3. Ketua Bidang Kaderisasi: Akbar Faisal 4. Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi: Jeffrie Geovanie 5. Ketua Bidang Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan: Prof. Dr. Didik J. Rachbini 6. Ketua Bidang Pertanian, Kehutanan, dan Kelautan: Victor Laiskodat 7. Ketua Bidang Hubungan Internasional: John Prasetio 8. Ketua Bidang Pendidikan: Prof.Dr. Radi A. Gany 9. Ketua Bidang Kebijakan dan Partisipasi Publik: Zulfan Lindan 10. Ketua Bidang Pemberdayaan dan Pelayanan Masyarakat: Khofifah Indar Parawansa 11. Ketua Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Nasional: Enggartiasto Lukita 12. Ketua Bidang Hukum, Advokasi, dan HAM: Edison Betaubun 13. Ketua Bidang Perempuan, Pemuda, dan Mahasiswa: Meutya Viada Hafid 14. Sekretaris Jenderal: Syamsul Mu'arif 15. Wakil Sekjen Organisasi & Keanggotaan: Samuel Nitisaputra 16. Wakil Sekjen Kaderisasi: Patrice Rio Capella 17. Wakil Sekjen Komunikasi & Informasi: Sayed Fuad Zakaria 18. Wakil Sekjen Renlitbang: Willy Aditya 19. Wakil Sekjen Pertanian, Kehutanan, & Kelautan: M. Ichsan Loulembah 20. Wakil Sekjen Hubungan Internasional: Guspiabri Sumowigeno 21. Wakil Sekjen Pendidikan: Danny P Thaharsyah 22. Wakil Sekjen Kebijakan & Partisipasi Publik: Irma Chaniago 23. Wakil Sekjen Pemberdayaan & Pelayanan Masyarakat: Ahmad Rofiq 24. Wakil Sekjen Perekonomian & Sumber Daya Nasional: Martin Manurung 25. Wakil Sekjen Hukum, Advokasi, dan HAM: A. Malik Haramain 97 26. Wakil Sekjen Perempuan, Pemuda-Mahasiswa: Melkiades Laka Lena 27. Bendahara Umum: Karli Boenjamin 28. Wakil Bendahara Anggaran: Wawan Iriawan 29. Wakil Bendahara Pengelolaan Kekayaan Organisasi: Franky Turtan 30. Wakil Bendahara Logistik Bantuan Sosial: Sugeng Suparwoto 31. Wakil Bendahara Pengalangan Dana & Usaha Mandiri: Guntur Santosa C. BADAN-BADAN NASIONAL DEMOKRAT 1. Badan Rescue Nasional Demokrat a. Ketua: Jeanette Sudjunadi b. Wakil Ketua: Anthony C. Sunarjo 2. Badan Kesenian : Kebudayaan Nasional Demokrat a. Ketua: Franky Sahilatua b. Wakil Ketua: Romy H.R Soekarno D. DEWAN PERTIMBANGAN NASIONAL DEMOKRAT 1. Sri Sultan Hamengku Buwono (Ketua) 2. Prof. DR. Thomas Suyatno (Sekretaris) 3. Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A (Anggota) 4. Prof. Dr. Ir. Soleh Salahuddin (Anggota) 5. Prof. Dr. M. Surya (Anggota) 6. Prof. DR. KRHT. Tarnama Sinambela Kusumonagoro (Anggota) 7. Prof. Wegy Ruslan (Anggota) 8. Dr. Setyo Sudrajat (Anggota) 9. Djaffar H. Assegaff (Anggota) 10. MTH Pardede (Anggota) 11. Jan Darmadi (Anggota) 12. Bambang Sulistyo (Anggota) 13. Prahastoeti Adhitama (Anggota) 14. Hatta Mustafa (Anggota) 98 E. DEWAN PAKAR NASIONAL DEMOKRAT 1. Dr. (HC) Ir. H. Siswono Yudo Husodo (Ketua) 2. Dr. Silverius Sonny Y. Soeharso (Sekretaris) 3. Prof. Dr. O.C. Kaligis SH, MH (Anggota) 4. Prof. Dr. T. Bahri Anwar (Anggota) 5. Prof. DR. Soediarto (Anggota) 6. Prof. Idrus Paturusi (Anggota) 7. Prof. Dr. Fredrik L. Benu, M.Si, Ph.D (Anggota) 8. Ir. A. Edwin Kawilarang (Anggota) 9. Dr. Poempida Hidayatulloh, Ph.D, DIC (Anggota) F. PENGURUS WILAYAH NASIONAL DEMOKRAT SULAWESI SELATAN Dewan pertimbangan: 1. Ketua: M Amin Syam 2. Sekretaris: Syamsul Bachri AS 3. Anggota: 4. Andi Tjonneng M 5. Abd Azis Kahar Muzakkar 6. Prof Dr dr Dali Amiruddin 7. M Taslim Arifin 8. Litha Brent 9. Zohra A Baso 10. Fatimah Kalla 11. Mubyl Handaling 12. Pdt Paulus Patanduk 13. Rudy Pieter Goni 14. Hidayat Nahwi Rasul 15. Doddy Amiruddin 16. Syamsuri Ismail 99 17. Untung Siradju 18. Daniel Rendeng Dewan pakar: 1. Ketua: Prof Dr Tahir Kasnawi 2. Sekretaris: Muh Saiful Saleh 3. Anggota: a) Prof Dr Nasir Hamzah b) Prof Dr Arief Tiro Mpd c) Prof Dr Amran Razak MA d) Prof Dr Aswanto SH MH e) Prof Dr dr Noer Bahry Noor f) Prof Dr Masrurah Mukhtar MA g) Prof Dr Andi Ima Kesuma h) Prof Amir Imbaruddin PhD i) Prof Dr Ivan Azis PhD j) Dr Marwan Mas SH MH k) Drs Ishak Ngeljaratan MA l) Drs Alwi Rahman MA m) Prof DR Hambali Talib MH n) Dr Abd Rahman Qayyum MAg o) Dr dr Nurdin Mappewali Pengurus wilayah dan badan nasional 1. Ketua: Ilham Arief Sirajuddin 2. Wakil ketua: a) Jayadi Nas b) Prof Dr Muh Qasim Mathar MA c) Dr Hasrullah d) Abd Madjid Sallatu e) Bachriato Bachtiar f) Aswar Hasan 100 g) Ambas Syam, Sittiara h) dr Muh Akbar SpS PhD i) Dr Hamid Paddu MA j) Pahir Halim k) Sakka Pati 3. Sekretaris: Dr Muh Akbar 4. Wakil sekretaris: a) Ilham Jaya b) Arqam Azikin c) Muslim Salam d) Dr Syarkawi Rauf SE ME e) Arman Arfah f) Wahyuddin Halim g) Indriyanti Sudirman h) Lusia Palulungan i) Dr Ir Andi Tamsil MS j) Philips Tangdilintin k) Muh Khudri Arsyad l) Barlianti Hasan 5. Bendahara: Arman Jaya 6. Badan: a) Syamsu Rizal (rescue) b) Asmin Amin (kesenian& budaya) 7. Biro-biro: a) Zakir Sabara HW (organisasi& keanggotaan) b) Harun Al-Rasyid (kaderisasi) c) Mukhramal Azis (komunikasi& informasi) d) Mustari Mustafa (litbang) e) Abd Rasyid J (biro kelautan) f) Hasanuddin Damis (agraria) 101 g) Ilham Jaya (industri) h) Drs Aspianor Masri Msi (hubungan daerah), i) Muh Kasim Wahab (pendidikan) j) Abadi Sirajuddin (kebijakan& partisipasi publik) k) Dr Warsinggih SpB KBD (pelayanan kesehatan) l) Dr Nurhidayat M Said (pemberdayaan masyarakat) m) Budiman Akbar (perekonomian) n) Syamsu Alam Hamid (hukum& HAM) o) Rahmiwati Agustini (perempuan) p) Subhan Alwi Hamu (pemuda& olahraga) q) Zulkarnain Paturuni (mahasiswa) 102 Lampiran 2 Ketua-Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Nasional Demokrat: Sumatera 1. 2. Aceh : HT Pribadi (mantan Pj Bupati Aceh Utara) Sumatera Utara : HM Ali Umri (Wali Kotan Binjai, Ketua Partai Golkar Sumut) 3. Sumatera Barat : James Hellward (mantan Kepala Dinas Provinsi Sumatera Barat) 4. Riau : Iskandar Hoesin (Ketua Umum PODSI) 5. Kepulauan Riau : Muhammad Amin, SE (mantan anggota DPRD Kep.Riau) 6. Jambi : Agus S Roni (politisi PBB) 7. Sumatera Selatan : Herman Deru (Bupati OKU Timur prov.Sumsel) 8. Kep. Bangka Belitung : Ramli Sutanegara 9. Bengkulu : Dedy Ermansyah (Ketua Komisi II DPRD Kota Bengkulu) 10. Lampung : Lukman Hakim (Walikota Metro, Lampung) Jawa 1. DKI Jakarta : Jeffry (Geovani anggota DPR fraksi P-Golkar) 2. Banten : Hasan Maksudi (Mantan Ketua DPRD Kabupaten Serang, Banten) 3. Jawa Barat : Mayjen TNI (Purn) Sudrajat (mantan Duta Besar Cina) 4. Jawa Tengah : Hj Rustriningsih (Wagub jateng ,PDI-P) 5. DI Yogyakarta : Gusti Kanjeng Ratu Pambayun (putrid sri sultan Hamengkubuwono X) 6. Jawa Timur : Drs.H. hasan amiruddin m.si (bupati probolinggo) Kepulauan Sunda Kecil 103 1. Bali : IGK.Manila (purnawirawan TNI) 2. Nusa Tenggara Barat : HM Nashar 3. Nusa Tenggara Timur : Irjen (Purn) Y. Jacki Uly (purnawirawan TNI) Kalimantan 1. Kalimantan Barat : Syarif Abdullah Alkadrie (anggota DPRD Kalbar) 2. Kalimantan Tengah : Faridawaty Darland Atjeh (ketua KPUD Kalteng) 3. Kalimantan Selatan : Guntur Prawira (dewan penasehat DPD PGolkar) 4. Kalimantan Timur : Farid Wadjdy (Wakil Gubernur Kalimantan timur) Sulawesi 2. Sulawesi Utara : NH Eman (PJS kab. tomohon, sulut) 3. Gorontalo : Adnan Dambea (walikota gorontalo, prov. Gorontalo) 4. Sulawesi Tengah : Aswadin Randalembah (bupati kab. Sigi prov. Sulteng) 5. Sulawesi Barat : Ali Baal Masdar (bupati polman, sulbar) 6. Sulawesi Selatan : Ilham Arif Sirajuddin (walikota makassar) 7. Sulawesi Tenggara : Ali Mazi (mantan gubenur sultra 2002-2008) Kepulauan Maluku 1. Maluku : Elya Muskitta 2. Maluku Utara : Dr Abdurahman Marasabessy (Ketua STAIN Ternate) Papua bagian barat 1. Papua Barat : Alex Hesegem (Wakil Gubernur Provinsi Papua) 2. Papua : Rahimin Katjong (wakil gubernur Provinsi Papua Barat) 104