nasional demokrat - Repository | UNHAS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gerakan sosial saat ini, menjadi bahasan pokok yang popular bagi
kalangan sosiolog di barat, khususnya di amerika serikat. Studi ini mengenai
gerakan hak-hak sipil yang merespon ketimpangan sosial atapun kebijakan
negara, seperti gerakan mahasiswa, gerakan lingkunagn hidup, gerakan
perdamaian, atau pun gerakan perempuan. Kesemuanya membawa akibat
lahirnya berbagai macam-macam pendekatan dan teori tentang gerakan
sosial.
Gerakan sosial ataupun gerakan massa, merupakan sebuah
fenomena penting dalam sejarah kemajuan bangsa-bangsa. Hampir semua
peristiwa besar yang mengubah tatanan, baik itu politik, ekonomi maupun
sosial budaya, seringkali muncul berawal dari sebuah gerakan sosial.
Gerakan sosial merupakan sebuah upaya untuk melakukan kontrol
terhadap pemerintah, bahkan ada juga yang sampai menjatuhkan sebuah
rezim yang dianggap tidak pro rakyat lagi. Gerakan ini disebut gerakan sosial
karena sifatnya yang berjuang bukan melalui lembaga atau instistusi Negara,
melainkan bergerak diluarnya. Melakukan unjuk rasa dan demontrasi,
menguasasi pemberitaan media, ataupun pendudukan kantor milik Negara.
Menurut Piotr Sztompka, kendala yang sering muncul dari gerakan
sosial adalah sifat dari gerakan sosial, yaitu tindakan kolektifnya diorganisir
1
secara tidak terlalu ketat, Sifatnya ini jugalah yang membuat gerakan sosial
sosial sulit mencapai tujuan utama terbentuknya. Selain itu, gerakan sosial
gampang dijadikan permainan politik elite partai politik yang lebih dahulu siap
mengisi pemerintahan ketika sebuah rezim telah jatuh, seperti gerakan
mahasiswa 98 silam, ketika berhasil menjatuhkan rezim orde baru, mereka
justru tidak mengisi pemerintahan. Tapi diisi oleh elite lama yang melihat
kesempatan emas menggantikan rezim soeharto. Meskipun judulnya
berubah dari orde baru ke zaman reformasi.
Ada dua kriteria sebuah perubahan sosial, Pertama, perubahan yang
berasal dari “bawah”, melalui aktivitas yang dilakukan oleh massa rakyat
biasa dengan derajat kebersamaan yang berbeda-beda1. Untuk kriteria
macam ini, gerakan yang muncul setelah adanya kesadaran akan
keterasingan2 dirinya atau merasa hak-haknya digugat oleh kelompok
tertentu, misalkan gerakan buruh yang menduduki pabrik karena persoalan
kontrak yang tidak ditepati oleh pemilik perusahaan. Ketika pemilik pabrik
memenuhi tuntutan buruh, maka aksi itupun akan berangsur redam. Namun,
jika tidak diindahkan oleh pemilik pabrik, gerakan buruh akan semakin tidak
terkendali dan bisa mencapai kerusuhan.
Perubahan lain berasal “dari atas”, melalui aktivitas elite yang
berkuasa (penguasa, pemerintah, manager, administrator, dan lain-lain)
1
2
Sztompka piotr, sosiologi perubahan sosial 2004,. Jakarta, prenada media hal 323
Karl marx menggunakan kata aleniasi untuk menjelas kan tentang keterasingan buruh oleh mode
produksi sistem kapitalisme di eropa abad 19. marx menjelaskan ketika para buruh sadar akan
keterasingannya maka disitulaha akan muncul kesadaran kelas dan akan mengarah pada perubahan
sosial
2
mampu memaksakan kehendak anggota masyarakat yang lain3. Kedua,
perubahan mungkin diinginkan oleh agen, dilaksanakan sebagai realisasi
poyek yang mereka rencanakan sebelumnya; perubahan lain mungkin
muncul sebagai efek samping dari tindakan yang tujuannya sama sekali
berlainan.4
Gerakan sosial di Indonesia, hampir dapat ditemukan di media
ataupun disekitar kita. Salah satu organisasi yang banyak muncul di media
saat ini adalah Nasional Demokrat. Organisasi ini dipimpin oleh Surya Paloh,
pria keturunan aceh. Struktur Nasional Demokrat cukup rapi sebagai
organisasi masyarakat. Sehingga hal itu juga dapat membantah pernyataan
dari Piotr Sztompka, yang mengatakan bahwa gerakan sosial adalah
gerakan yang terorganisir secara longgar, tanpa cara terlembaga untuk
menghasilkan perubahan dalam masyarkat mereka5. Setidaknya sejauh ini
dapat terlihat organisasi yang mempertontonkan format organisasi yang
mampu mewadahi para politisi, akademisi, budayawan, serta pengusaha
dalam satu wadah yang terorganisir dan rapi dibawah Surya Paloh sebagi
ketua umum dan Sri Hamengku Buwono X sebagai Dewan Penesehat
Nasional Demokrat.
Kehadiran Nasional Demokrat sebagai organisasi masyarakat (ormas)
bisa dikatakan tepat momentunya. Ketika masyarakat sudah mulai tidak
3
Sztompka piotr, sosiologi perubahan sosial 2004,. Jakarta, prenada media hal 324
hal 324
4Ibid
5
Ibid hal 325.
3
percaya pada partai politik sebagai penyampai aspirasi, Surya Paloh justru
datang dengan kendaraan ormas dan mengaku siap menjadi alternatif dari
kejenuhan orang terhadap carut marut kondisi perpolitikan bangsa.
Propaganda yang dilakukan oleh Nasional Demokrat selama ini,
masih dominan lewat media massa. Baik itu internet, media cetak, dan
media elekteronik. Media massa merupakan instrument yang sangat kuat
untuk
mengartikulasikan,
membentuk,
dan
menyatukan
keyakinan,
merumuskan, menyebarkan pesan ideologis, serta membentuk pendapat
umum6. Hampir tiap hari orang dapat meng-update tiap gerak dari Nasional
Demokrat, entah tampil secara tidak sengaja di media, atau mengunjungi
sirus resmi dari Nasional Demokrat sendiri di internet
Ada hal menarik dari kehadiran Nasional Demokrat, yaitu : Pertama,
kehebatan Surya Paloh menjaring anggota dari berbagai kalangan, yang
paling menonjol ketika deklarasi pertama adalah tokoh-tokohnya sebagian
berasal dari partai politik, dan kebanyakan dari mereka adalah tokoh yang
tersingkir di partai masing-masing. Surya paloh dan Sri Sultan Hamengku
Buwono X adalah tokoh yang berasal dari partai golkar. Sebelumnya Surya
Paloh sempat mencalonkan diri menjadi ketua umum partai golkar, namun
dikalahkan secara demokratis oleh saingannya, Aburizal Bakri, dan akhirnya
menginisiasikan membentuk organisasi masyarakat Nasional Demokrat.
Kedua, proses institusionalisasi dari pusat hingga daerah Nasional
Demokrat. Hadirnya Nasional Demokrat di bulan februari 2010 hingga kini,
6
Ibid, hal 331
4
sudah memiliki jejaring sosial (politik) yang cukup luas, gerakannya yang
cepat dan massif membuatnya tak luput dari perhatian media. Di tingkatan
pusat, banyak politisi dan akademisi ternama menjadi anggota, sedangkan di
tingkatan daerah Nasional Demokrat berhasil meyakinkan para pejabat
nomor satu lokal. Di Makassar Ilham Arif Sirajuddin masuk menjadi insiator
Nasional Demokrat. Di wilayah akademisi, Guru Besar UIN Prof Dr Qasyim
Mathar, rektor UMI Prof Dr Nazir Hamzah. Dalam menjaring anggota
Nasional Demokrat tidak memberi batasan anggota menurut profesi tertentu,
misalkan HKTI dari Kelompok tani, atau HIPMI yang merupakan wadah para
pengusaha.
Kedatangan Nasional Demokrat yang dimotori oleh Surya Paloh, kini
turut meramaikan perdebatan persoalan kemajuan kebangsaan. Dengan
motto “Restorasi Indonesia”nya, ada banyak tafsiran mengenai orientasi dari
arah gerakan nasional demokrat.
Pola yang dilakukan oleh nasional demokrat, telah memenuhi syarat
sebagai gerakan sosial dengan melihat aksi-aksi sosial yang dilakukan tim
Nasional Demokrat jika di pandang dari luar. Kelihatan Nasional Demokrat
ingin memperlihatkan diri sebagai ormas yang peka dengan masalahmasalah sosial. Pola yang sebenarnya yang hampir tidak pernah dilakukan
oleh partai politik di indonesia pasca reformasi, kecuali dekat dengan
momentum pemilu, baru partai poltik berusaha merapat ke masyarakat.
5
Selain itu, Nasional Demokrat aktif melakukan agenda sosialiasi
tentang organisasi Nasional Demokrat, tujuan kelahirannya, dan posisi
eksistensi organisasi. Kedatangan pengurus ke daerah selain merekrut
anggota juga menawarkan sebuah nilai baru buat pengembangan bangsa
dengan mengusung ‘Restorasi Indonesia’ sebagai tema gerakan itu.
Istilah ”restorasi” indonesia sebagai tema yang diusung Nasional
Demokrat menunjukkan kedalaman pertimbangan ketika memilih dan
memilah istilah. Itu semacam semantik dalam politik, bila disejajarkan
dengan istilah revolusi yang berkonotasi keras atau reformasi yang justru tak
tentu arah. restorasi juga berkesan inspiratif dan historik, sebagaimana
berhasil dilakukan jepang pada era meiji7.
Secara teoritis, gerakan ini masuk kedalam gerakan sosial yang
berorientasi norma adalah tindakan yang memobilisasi atas nama keyakinan
umum (ideologi bersama) yang memimpikan penataan ulang norma.
Gerakan berorientasi nilai adalah tindakan kolektif yang dimobilisasi atas
nama keyakinan umum yang menginginkan penataan ulang nilai (Neil
Smelser:1980).
Propaganda yang terus-menerus yang dilakukan pada individu atau
kelompok, berakhir akan melahirkan radikalisasi pemikiran dan mengarah
pada gerakan dan perubahan sosial.
Nasional Demokrat sampai saat ini menampilkan 2 pola varian gerak,
yaitu, pertama, di level sosial. Contohnya, Nasional Demokrat membentuk
7
http:///suaramerdeka/Nasional Demokrat%20new/Arah-Pendulum-Nasional Demokrat.htm
6
tim Badan Rescue (BR) Nasional Demokrat yang bergerak cepat membantu
masyarakat yang sedang tertimpa bencana alam. Pada bencana alam
Wasior, Nasional Demokrat mengirim 2 tim BR Nasional Demokrat, yaitu Tim
relawan BR dan tim medis BR. Ditambah dengan pengaktivan kembali
puskesmas Wondiboi, Kecamatan Wasior Selatan, Teluk Wondama, Papua
Barat. Kedua, di level politik. Nasional Demokrat mampu merekrut tokoh
politik nasional dan lokal. Pada deklarasi pertama, Surya Paloh bersama Sri
Sultan Hemengkubuwono X yang merupakan politisi nasional mampu
merekrut tokoh politisi nasional lainnya, semisal Khofifah Indar Parawansa
(Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 1999-2004).
Untuk Wilayah Sulawesi Selatan, Ilham Arif Sirajuddin terpilih sebagai
Ketua Umum Nasional Demokrat Sulawesi Selatan. Ia juga merangkap
sebagai Walikota Makassar sekaligus terpilih sebagai Ketua DPD partai
Demokrat. Menilai Ilham Arif tidak bisa dengan cara sepotong-sepotong,
membaca gerak Ilham Arif harus berdasarkan ketiga-tiganya, karena pilihan
politiknya pasti sesuai dengan konfigurasi politik internal partai dan
ormasnya.
Banyak juga tokoh politik lainnya yang masuk sebagai anggota
nasional demokrat. Seperti. Aziz Kahar Muzakkar (Anggota DPD RI),
Budiman Sudjatmiko, M.Sc, M. Phil (anggota DPR-RI Jawa Tengah VIII),
Drs. Akbar Faizal, M.Si (anggota DPR-RI Sulawesi-Selatan II), dan lain-
7
lainnya. Makanya, agak sulit menerka kedepannya arah Nasional Demokrat,
butuh analisa yang serius dan seksama.
Telaah analisis kehadiran Ormas ini menarik untuk dicermati dalam
rangka untuk melihat sejauhmana konstelasi dan kepentingan politik terkait
kecenderungan arah peta politik nasional kedepan, serta sejauhmana latar
belakang berdirinya ormas ini dalam upaya mempengaruhi persepsi
masyarakat terkait dengan situasi dan kondisi aktual yang sedang
berkembang ditengah hegemoni kekuasaan koalisi partai politik yang tengah
berkuasa.
Dari pemaparan diatas, membuat penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai gerakan Nasional Demokrat dalam perpektif politik.
Untuk menjawab orientasi Nasional Demokrat ke depannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu apa orientasi dari
gerakan Nasional Demokrat?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan
untuk :
1. Mengetahui orientasi dari gerakan Nasional Demokrat
2. Memberikan gambaran jejaring sosial (politik) dan proses institusionalisasi
Nasional Demokrat
3. Mengatahui prospek kedepan Nasional Demokrat.
8
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Kegunaan penelitian ini terbagi atas dua manfaat, yaitu:
1. Manfaat akademik
a) Sebagai tambahan literatur atau bahan kajian dalam studi ilmu politik
b) Sebagai bahan informasi ilmiah bagi peneliti-peneliti lain
2. Manfaat praktis
a) Sebagai salah satu bahan untuk melihat model gerakan organisasi
masyarakat (ormas)
b) Sebagai masukan bagi para pelaku politik lokal sampai nasional.
9
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Konsep Orientasi
Defenisi orientasi adalah kecenderungan atau arah gerak. Dalam
politik, konsep tentang orientasi banyak berhubungan dengan budaya politik,
sebagaimana Austin Ranney menyebutkan defenisi budaya politik adalah
sebuah pola orientasi terhadap objek-objek politik8. Adapun tentang rumusan
tipe-tipe orientasi politik dengan mengikuti rumusan Parson dan Shils, yaitu 9:
1. Orientasi kognitif : berisikan kesadaran, pengetahuan, dan kepercayaan
pada politik, peranan dan segala kewajiban, serta input dan output-nya.
2. Orientasi afektif : berisikan emosi-emosi dan perasaan terhadap sistem
politik, objek, peranannya, para aktor, dan penampilannya.
3. Orientasi evaluaif : keputusan dan pendapat tentang objek-objek politik
secara tipikal melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria dengan
informasi dan perasaan.
Selanjutnya, objek orientasi politik meliputi keterlibatan seseorang terhadap:
1. Pada sistem: sebagai suatu keseluruhan dan temasuk berbagai perasaan
tertentu seperti patriotisme dan alienasi, kognisi evaluasi suatu bangsa;
8
Gatara Said, Sosiologi Politik :Konsep Dan Dinamika Perkembangnnya, 2007,Pustaka Setia,
Bandung. Hal-237
9 Ibid,hal-242
10
2. Pada pribadi sebagai aktor politik: isi dan kualitas, norma-norma
kewajiban politik seseorang serta isi dan kualitas kemampuan diri setiap
orang vis a vis sistem politik.
Ada pula pandangan terhadap objek orientasi politik yang diuraikan
diatas. Rusadi Kantaprawita misalnya, dengan redaksi yang berbeda namun
subtansinya sama menjelaskan bahwa objek orientasi politik meliputi
keterlibatan seseorang terhadap:
1. Sistem politik secara keseluruhan yang mliputi intensitas pengetahuan,
ungkapan perasaan yang ditandai oleh apresiasi terhadap sejarah,
ukuran lingkup lokasi, persoalan kekuatan, karakteristik konstitusional
negara atau sistem politiknya.
2. Proses input yang meliputi intensitas pengetahuan dan perbuatan tentang
proses penyaluran segala tuntutan yang diajukan atau yang diorganisasi
oleh masyarakat, termasuk prakarsa untuk menerjemahkan atau
mengovensi tuntutan tersebut sehingga menjadi kebijaksanaan yang
otentif sifatnya. Dengan demikian menurutnya, proses input antara lain
meliputi pula pengamatan atas partai politik, kelompok kepentingan, dan
alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan
politik sebagai alat penampung berbagai tuntutan.
3. Proses
output
yang
berkenan
dengan
fungsi
pembuatan
aturan/perundang-undangan oleh badan legislatif, fungsi pelaksanaan
aturan oleh eksekutif dan fungsi peradilan.
11
Diri sendiri yakni yang dipersoalkan adalah apakah yang menjadi
hak, kekuasaan, dan kewajiban. Apakah yang bersangkutan dapat
memasuki lingkungan orang atau kelompok yang mempunyai pengaruh
bahkan bagaimana caranya untuk mengingatkan pengaruhnya sendiri.
Meskipun
demikian,
ada
komponen-komponen
utama
yang
diberikan Rosembum dalam melihat budaya politik sebagai orientasi yang
mengarah pada elemen politik. Komponen-komponen tersebut antara lain
1. Orientasi terhadap pemerintahan
a. Orientasi terhadap rezim, yaitu bagaimana kelompok mengevaluasi
dan merespon terhadap lembaga-lembaga pemerintah, simbol-simbol
dan norma-norma.
b. Orientasi terhadap input dan output pemerintah, yaitu bagaimana
kelompok merespon terhadap permintaan terhadap permintaan
kebijakan publik (input) dan kebijakan yang dibuat pemertintah
(output). Hal ini meliputi inventarisasi terhadap pengetahuan kelompok
terhadap bagaimana proses dapat berjalan, apa permintaan kelompok
terhadap pemerintah, serta bagaimana kelompok percaya terhadap
kebijakan yang dibuat pemerintah.
2. Orientasi terhadap sistem politik
a. Identifikasi politik
Meliputi unit-unit politik, seperti bangsa, negara, kota, wilayah, area,
geografi.
12
b. Kepercayaan politik
Sejauh mana kelompok dapat bekerjasama atau mempunyai sikap
toleransi dalam bekerjasama dengan pihak lain dalam kehidupan
berbangsa.
c. Aturan main
Sejauhmana kelompok mempunyai konsepsi tentang peraturanperaturan yang harus diikuti dalam kehidupan berbangsa.
3. Orientasi terhadap aktivitas politik
Orientasi terhadap aktivitas politik yang perlu diperhatikan adalah:
a. Kompetensi politik (kekuasaan)
Berapa sering dan apa yang mendorong kelompok berpartisipasi
dalam kehidupan berbangsa. Perebutan kekuasaan merupakan salah
satu
faktor
yang
mendorong
manusia
untuk
terlibat
untuk
berpartisipasi politik di tingkatan lokal maupun nasional, namun dalam
mengapresiasikan hasrat tersebut, kecenderungan mencari atau
membuat wadah menjadi suatu keharusan. Wadah tersebut bisa
berupa partai politik atau organisasi non politik (ormas).
b. Manfaat politik
Perasaan
yang
menunjukkan
kegiatan
politik
kelompok yang
mempunyai dampak terhadap proses politik. Hal ini berkaitan dengan
keyakinan bahwa perubahan politik adalah mungkin dan dapat
menyelesaikan/menyempurnakan
perubahan
bangsa.
Biasanya
13
penilaian dapat dilihat dari barometer apakah mereka mempunyai
kepedulian terhadap manfaat politik.
B. Gerakan Sosial
Dalam dinamika sosial, gerakan sebuah kelompok atau komunitas
yang melakukan konvoi, pemogokan, atau unjuk rasa yang didasari oleh satu
kekecewaan atau ketertindasan yang disebabkan oleh pemerintah, misalnya
unjuk rasa oleh mahasiswa di depan kampus mereka membawa spanduk
dan berorasi tentang kenaikan BBM, gerakan para ibu-ibu yang bekerja di
pabrik dengan melakukan mogok kerja, atau LSM yang melakukan seminar
tantang kerusakan lingkungan. Dari contoh tersebut dapat dikatakan itulah
gerakan sosial.
Gerakan sosial adalah salah satu pencipta dari perubahan sosial.
Ada banyak perubahan dari suatu bangsa yang berasal dari gerakan sosial.
Hal terkecil misalnya gerakan penolakan UU BHP, dengan adanya gerakan
sosial
pemerintah
memperhatikan
berbagai
aspek
sosial
dalam
mengeluarkan sebuah undang-undang. Masyarakat akan selalu melakukan
respon terhadap kebijakan pemerintah dengan sifat positif ataupun negatif.
Dari semua elemen negara, rakyat berada pada posisi yang lemah
dan marginal. Dibandingkan dengan pemerintah, partai politik, dan swasta.
Kelompok ini yang menjadi dominan menggerakkan perubahan kancah
perpolitikan suatu negeri padahal jumlah mereka sedikit dibandingkan rakyat.
14
Untuk mengekspresikan kondisi persaan rakyat, salah satu jalannya adalah
sebuah gerakan sosial yang dirancang sebelumnya.
B.1. Konsep Gerakan Sosial
Menurut kamus besar Indonesia, gerakan sosial adalah tindakan
atau agitasi terencana yang dilakukan oleh suatu kelompok masyrakat yang
disertai program terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau
sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan lembaga
masyarakat yang ada10
Antony Giddens menyatakan gerakan sosial sebagai upaya kolektif
untuk mengejar kepentingan bersama, gerakan mencapai tujuan bersama
atau gerakan bersama melalui tindakan kolektif (action collective) di luar
ruang lingkup lemabaga-lembaga yang mapan11. Sedangkan Mansoer Fakih
menyatakan bahwa gerakan sosial dapat diaertikan sebagai kelompok yang
terorganisir secara tidak ketat dalam rangka tujuan sosial terutama dalam
usaha merubah struktur maupun nilai sosial12.
Piotr Sztompka mendefenisikan gerakan sosial secara mendalam,
dengan melihat komponen-komponen dari gerakan sosial.
10
http://globalisasi.wordpress.com/2006/07/10/gerakan sosial : kajian teoritis, hal. 3-4
Fadillah putra, dkk, gerakan sosial, konsep, strategi, actor, hambatan dan tantangan gerakan sosial
diindonesia, malang: plaCID’s dan avveros press, 2006 halaman 1
12 [4] Mansoer fakih, tiada transformasi tanpa gerakan sosial dalam Zaiyardan Ubir, radikalisme kaum
terpinggir : studi tentang ideologi, isu, strategi dan dampak gerakan, Yogyakarta, insist press, 2002,
halaman Xxvii
11
15
Komponen- Komponen dari gerakan sosial yaitu 13:
1. Kolektivitas orang yang bertindak sama.
2. Tujuan
bersama
tindakannya
adalah
perubahan
tertentu
dalam
masyarakat mereka yang ditetapkan partisispan menurut cara yang
sama.
3. Kolektivitasnya relatif tersebar namun lebih rendah derajatnya dari pada
organisasi formal.
4. Tindakannya mempunyai derajat spontanitas relatif tinggi namun tak
terlembaga dalam bentuk formal dan bentuknya tak konvensioanal.
Jadi menurut Sztompka, gerakan sosial adalah tindakan kolektif
yang diorganisir secara longgar, tanpa cara terlembaga untuk menghasilkan
perubahan dalam masayarakat mereka14.
Secara formal gerakan sosial didefinisikan sebagai suatu kolektivitas
yang melakukan kegiatan dengan kadar kesinambungan tertentu untuk
menunjang atau menolak perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau
kelompok yang mencakup kolektivitas itu sendiri (Turner dan Killan (1972)).
Dengan defenisi tersebut, sebuah gerakan sosial dapat dirumuskan sebagai
sejumlah besar orang yang bertindak bersama atas nama sejumlah tujuan
atau gagasan. Biasanya, gerakan ini melibatkan cara-cara yang tidak
terlembagakan, seperti pawai, demonstrasi, protes, untuk mendukung atau
menentang suatu perubahan sosial. Gerakan sosial melibatkan sejumlah
13
Sztompka Piotr, Sosiologi Perubahan Sosial 2004, Jakarta, Prenada Media hal 325
14 Ibid
16
orang yang cukup banyak dan biasanya berlanjut untuk rentang waktu yang
cukup panjang. Dengan demikian, bisa diidealkan bahwa gerakan sosial
sesungguhnya
berangkat
dari
kesadaran
sekelompok
orang
atas
kepentingannya.15
Berikut merupakan ciri-ciri gerakan sosial :
1. Gerakan sosial bukanlah sebuah ekspresi sosial yang bersifat istimewa.
Gerakan-gerakan tersebut ada kaitannya dengan kerangka nilai dari
masyarakat dimana masyarakat ini sendiri pada hakekatnya digerakkan
oleh perjuangan untuk mendapatkan kebebasan, kesetaraan dan
keadilan sosial.
2. Gerakan-gerakan sosial merupakan agen historis dan menunjukkan
fungsinya sebagai agen historis lewat aksi-aksi perubahan sosial yang
berusaha menciptakan kerangka nilai-nilai baru dalam masyarakat
3. Struktur gerakan sosial dalam sejarah mengikuti sebuah jalur dialektis
yang terus-menerus berusaha mewujudkan kebebasan dan keadilan, dan
bukannya menuju ke sebuah takdir revolusi kelas yang telah tertentu dan
baru yang akan mejadi tujuan akhir dari sejarah seperti yang dianut oleh
Marx dan para pengikutnya.
4. Terdapat agen-agen dan aktor yang menjalankan fungsi sebagai agen
historis dan melakukan aksi-aksi sosial, dengan kata lain terdapat
individu-individu atau kelompok kecil individu yang akan menjalankan
15
Bowo, esai “Partai Politik Dan Gerakan Sosial”. 20 april 2009
17
proses mengarah perubahan-perubahan ke arah yang diinginkan dalam
tubuh kerangka nilai masyarakat.
Dalam hal tipe gerakan sosial Timur Mahardika (2000) menjelaskan
tipe gerakan menjadi 2 kelompok, yaitu gerakan yang muncul secara
spontan, dan gerakan yang terorganisir. Tipe gerakan yang spontan, sifatnya
longgar dan kurang terorganisir. Bentuk gerakannya biasanya bentuk kritik
yang langsung diaplikasikan sebagai bentuk luapan emosi gerakannya cepat
ketika isu bergulir. Jumlah massanya juga banyak tergantung kadar dan
bobot isu, namun lemahnya massa tidak terkontrol karena kurang
teroganisir.
Kategori
Tipe 1
Bentuk/sifat
Spontan/ emosional, Terencana/kalkulas
Tujuan
Tipe 2
tidak teroganisir
i/ teroganisir
Mempertahankan
Mengubah secara
/memperbaiki/ bukan mendasar/dengan
perubahan
analisis sosial
mendasar
Pada pola yang kedua, gerakannya lebih rasional ketimbang
gerakan yang spontan. Bentuk gerakan telah menggunakan orgasnisasi dan
memanfaatkan instrumen demokrasi yang ada, seperti parlemen, pers, atau
18
institusi non-pemerintah dalam mengedepankan persoalan yang ada16.
Jumlah massa dalam gerakan ini relatif sedikit dibandingkan tipe yang
pertama, namun massa dalam gerakan terorganisir adalah massa yang lebih
ideologis. Pembagian dua tipe diatas dilihat dari sifat dan tujuan gerakan.
Dalam pendekatan fungsionalisme struktural melihat gerakan sosial,
menekankan
keseimbangan
bahwa
gerakan
sistem
sosial.
sosial
Hal
ini
muncul
muncul
dari
dari
terganggunya
subtansi
teori
fungsionalisme struktural yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis
yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari
organ-organ
yang
saling
ketergantungan,
ketergantungan
tersebut
merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat
bertahan hidup. Ketika sistem sosial tersebut berjalan tidak seimbang maka
akan muncul sebuah ketimpangan sosial. Berangkat dari rasa ketimpangan
ini berefek pada munculnya sebuah gerakan sosial.
Pendekatan structural adalah konsep pertama yang relatif sering
digunakan oleh para akademisi studi gerakan sosial dalam menjelaskan
fenomena gerakan sosial. Konsep ini begitu popular, bukan karena struktural
yang menjadi pembendaharaan kata dalam ilmu politik, tetapi karena istilah
ini telah berkembang menjadi eponymous school, seperti structural
fungsionalisme, structural dan pasca structural17.
16
Timur Mahardika, Gerakan Massa: mengupayakan demokrasi dan keadilan secara damai, 2000,
Yogyakarta,Lapera Pustaka,
17 William outhwaite, kamus lengkap pemikiran sosial edisi ke -2, Jakarta , kencana prenada media
group, 2008, hal-784
19
Dalam fungsionalisme structural, istilah struktural dan fungsional
tidak selalu perlu dihubungkan, kia dapat memperlajari struktur masyarakat
tanpa perlu mengetahui fungsinya, begitu juga sebaliknya. Fungsionalisme
masyarakat (societal fungsionalism), sebagai salah satu pendekatan paling
dominan digunakan para fungsionalis struktural. Perhatian utama dari
fungsionalisme kemasyarakatan ini adalah struktur sosial dan institusi
masyarakat secara luas, hubungannya dan pengaruh terhadap anggota
masyarakat.
Ada dua penjelasan tentang kemunculan dari suatu gerakan sosial.
Pertama, Munculnya gerakan sosial bisa terjadi akibat citra penguasa, publik
dapat mengetahui segala gerak-gerik penguasa melalui media massa. Ada
dua proses pembentukannya. Pertama, hubungan antara proses framing18
dan suatu pemikiran tentang perubahan politik objektif yang memfasilitasi
kemunculan gerakan sosial. Perubahan politik tertentu mendorong mobilissi
tidak hanya melalui pengharuh objektif yang diakibatkan oleh perubahan
relasi kekuasaan tetapi juga oleh seting dalam pergerakan proses framing
yang selanjutnya menggerogoti legitimasi sistem.
Kedua, suatu gerakan sosial juga bisa muncul karena kaitan
resiprokal antara proses framing dan mobilisasi. Proses framing secara jelas
mendorong mobilisasi ketika orang-orang berupaya mengorganisasi dan
18
Merujuk pada defenisi David Snow, proses framing diartikan sebagai upaya-upaya strategis secara
sadar oleh kelompok-kelompok orang untuk membentuk pemahaman bersama tentang dunia dan diri
mereka sendiri yang mengabsahakn dan mendorong aksi kolektif. Dalam kasus gerakan sosial, isu
ketidakadilan merupakan bingkai yang paling sering digunakn untuk mendefenisikan kondisi yang
dialami dan dihadapi oleh partisipan gerakan.
20
bertindak pada basis kesadaran yang berkembang tentang ketidak absahan
dan kerentann sitem. Pada saat yang sama, potensi bagi proses framing
yang kritis dikondisikan oleh akses orang kepada berbagai struktur
mobuilisasi. Dan hal ini akan lebih mungkin terjadi dalam kondisi organisasi
yang kuat daripada kondisi organisasi yng lemah. Dengan kata lain, proses
framing tidak akan terjadi dalam kondisi ketiadaan organisasi, karena
ketiadaan struktur mobilisasi hampir pasti akan mencegah penyebaran
framing ke jumlah minimal yamng diperlukan untuk basis tindakan kolektif
(Suharko, 2006).
Ketiga, Gerakan sosial yang terjadi didasari atas kenginan dari
masyarakat yang sadar atau dari pergolakan elite. Pertama, perubahan yang
berasal dari “bawah”, melalui aktivitas yang dilakukan oleh massa rakyat
biasa dengan derajat kebersamaan yang berbeda-beda19. Perubahan lain
mungkin berasal “dari atas”, melalui aktivitas elite yang berkuasa (pengausa,
pemerintah, manager, administrator, dan laim-lain) mampu memaksakan
kehendak anggota masyarakat yang lain.20
Adapun berikut merupakan Sebab-Sebab Munculnya Gerakan Sosial:
1. Teori deprivasi
Teori Deprivasi relatif dikembangkan oleh Stouffer (1949),menurut konsep
ini seseorang merasa kecewa karena adanya kesenjangan antara
harapan dan kenyataan. Deprivasi relatif semakin mengalami peningkatan
19
20
Sztompka piotr, sosiologi perubahan sosial 2004,. Jakarta, prenada media hal 323
Ibid, hal 324
21
pada kebanyakan negara terbelakang seperti orang miskin beranggapan
penyakit dan kemiskinan tidak diperlukan. Mereka lebih mendambakan
kebutuhan materi, sehingga timbullah suatu kesenjangan antara harapan
dan kenyataan.Teori ini memang masuk akal tapi tidak dapat dibuktikan
kebenarannya. Karena perasaan memang mudah diduga, namun sulit
untuk diukur, contohnya, seorang gelandangan yang menginginkan hidup
di apartemen yang mewah. Maka muncullah sikap kecewa dalam dirinya
karena ia sadar harapan yang ia mimpikan tidak akan menjadi kenyataan.
Teori ini mengatakan bahwa gerakan sosial muncul karena sebagian
orang dalam masyarakat mederita deprivasi (kekurangan, kehilangan,
penderitaan). Mereka tidak menikmati kesejahteraan. Deprivasi yang
paling umum adalah deprivasi ekonomi. Teori ini juga adalah sejenis
varian sosial psikologis dari teori tekanan. Tekanan yang dimaksud bukan
diakibatkan faktor structural, tetapi berasal dari kondisi perasaan yang
subjektif, orang merasa relative gagal menggapai harapannya. Kebutuhan
yang terpenuhi tidak sesuai yang diharapkan. Perbaikan kondisi ekonomi
dan politik, yang membesarkan harapan bagi beberapa kelompok akan
mudah memunculkan gerakan sosial apabila realitas tampak tidak sesuai
harapan.
Ketidakpuasan
menyebabkan
gerakan
dan
frustasi
sosial.Dalam
akan
hal
bermunculan
dan
mengekspresikan
rasa
ketertindasan, individu kemudian saling mengidentifikasi persaan masingmasing dan menemukan satu tujuan, dengan satu atau beragam masalah
22
dan terbentuklah sebuah perkumpulan guna menuntut keadilan dengan
merubah sesuatu nilai atau struktur, akhirnya perkumpulan tersebut
mengarah pada gerakan sosial
2. Mass-Society Teory (William Kornhauser)
Menurut teori ini gerakan sosial muncul karena dibentuk oleh orang-orang
yang merasa secara sosial terisolasi dan secara personal tidak merasa
bermakna dalam masa yang besar, masyarakat yang kompleks. William
Kornhauser berpendapat bahwa tatanan sosial adalah faktor penting.
Jumlah terbesar orang untuk gerakan massa berada di segmen-segmen
masyarakat yang memiliki hubungan paling sedikit untuk perubahan
sosial.
Dalam Buku William Kornhauser (the politic of Mass Society) mengacu
pada berbagai macam bahan-dari teori klasik analisis politik kontemporer
sosiologis, studi sejarah dan intuisi, survei opini publik, dan data
diterbitkan dan dipublikasikan lainnya. Kornhauser menjelaskan fenomena
politik sebagai salah satu faktor munculnya gerakan sosial. Ia memeriksa
kaitan untuk komunisme dan fasisme di berbagai negara dalam kaitannya
dengan tingkat urbanisasi dan industrialisasi , pekerjaan, dan bunuh diri
dan pembunuhan di antara fenomena lain. Irving Louis Horowit
mengidentifikasi buku Kornhausers sebagai karya besar dari tradisi besar
dalam sosiologi politik di pertengahan abad kedua puluh. Kornhauser
menunjukkan bahwa sistem demokrasi modern memiliki kerentanan
23
berbeda untuk gerakan massa. Dia merinci dan mengidentifikasi faktorfaktor yang cenderung untuk menambah atau mengurangi kerentananpaling
tidak
kesehatan
dan
kekuatan
elit.
William
Kornhauser
mengungkapkan petunjuk baru untuk asal-usul dan sifat gerakan politik
massa. Politik Masyarakat massa (mass society) dianggap analisis yang
paling lengkap dari pendekatan sosiologis terhadap masyarakat massa
dalam masyarakat industri maju, dimana terjadi perasaan terisolasi
personal dalam sebuah tatanan sosial politik yang mampu menciptakan
sebuah gerakan sosial. William Kornhauser juga merasa bahwa
demokrasi membawa dalam diri mereka potensi gerakan massa dan
bahwa kekuatan elit merupakan variabel penting dalam menentukan
apakah sebuah gerakan massa untuk menjadi sukses politik dan sosial. 21
B.2. Fungsi Gerakan Sosial
Dapat dilihat dari referensi sejarah betapa banyaknya perubahan
sosial (politik) yang terjadi akibat gerakan sosial, ada beberapa yang berhasil
seperti revolusi Kuba yang dimotori oleh Fidel Castro dan Che Guevara, dan
ada juga yang tidak mencapai tujuan awalnya tapi tetap mempengaruhi
kebijakan penguasa, seperti banyaknya pemeberontakan yang berlangsung
pada tahun 1900 sampai 1930-an di Indonesia pra kemerdekaan yang
memaksa
21
pemerintah
Hindia-Belanda
untuk mengeluarkan kebijakan
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.powells.com/biblio/749781412807722-0
24
mengadakan volksraad22. Inilah fungsi utama atau yang manifest dari
gerakan-gerakan sosial. Saat gerakan sosial tumbuh, fungsi-fungsi sekunder
atau laten dapat dilihat sebagai berikut:
1. Gerakan Sosial memberikan sumbangsih ke dalam pembentukan opini
publik dengan memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik dan
melalui penggabungan sejumlah gagasan-gagasan gerakan kedalam
opini publik yang dominan.
2. Gerakan Sosial memberikan pelatihan para pemimpin yang akan
menjadi bagian dari elit politik dan mungkin meningkatkan posisinya
menjadi negarawan penting. Gerakan-gerakan buruh sosialis dan
kemerdekaan nasional menghasilkan banyak pemimpin yang sekarang
memimpin negaranya.
3. Gerakan sosial dapat menjadi penyeimbang dari pemerintah agar tidak
melahirkan kebijakan yang menyimpang dari kondisi sosial masyarakat
tertentu. Gerakan sosial bisa saja membuat kebijakan pemerintah yang
dikeluarkan dicabut kembali jika ada penyimpangan pada tatana
implementasinya.
Dengan melihat rincian gerakan sosial di atas, maka tidak menutup
kemungkinan sebuah gerakan sosial juga mengandung gerakan politik. Ada
beberapa jenis gerakan sosial yang memang mengarahkan pada perubahan
sturktural negara, misalkan penjatuhan sebuah rezim melalui mekanisme
22
Volksraad adalah majelis perwakilan di masa hindia belanda yang memperbolehkan pribumi masuk
kesitu sebagai anggota legislati.
25
paksaan (revolusi) ataupun dengan cara demokratis; sebuah gerakan sosial
yang kemudian membentuk partai dan mengikuti pemilu. Dengan begitu
sebenarnya hubungan antara gerakan sosial dan gerakan politik, beberapa
sisi sangat dekat.
C. Gerakan Politik
Gerakan politik adalah sebuah gerakan yang berorentasi untuk
sebuah perubahan struktur negara dan pemerintahan. Berbeda dengan
gerakan sosial yang hanya berorentasi perubahan nilai saja. Gerakan politik
biasanya berbareng bergerak bersamaan dengan gerakan sosial. Hal itu
terjadi ketika gerakan sosial diarahkan pada perubahan struktur negara dan
pemerintahan. Adapun varian-varian gerakan politik.
1. Gerakan reformasi
Gerakan sosial yang berbeda menurut bidang perubahan yang diinginkan.
Ada yang terbatas tujuannya; hanya untuk mengubah aspek tertentu
kehidupan masyarakat tanpa menyentuh inti strukur institusinya, gerakan
yang hanya menginginkan perubahan di dalam ketimbang perubahan
masyarakat sebagai keseluruhan. Contohnya gerakan pro dan anti UU
pornografi dan pornoaksi, gerakan perlindungan flora dan fauna yang
hampir punah.
2. Gerakan radikal
Gerakan lain mengupayakan perubahan yang lebih mendalam dan
menyentuh landasan organisasi sosial. Karena lndasan sentral (strategis)
26
institusi yeng mereka serang, maka, bila efektif, perubahan akan meluas
melampaui
target
semula
dan
akan
mengahasilkan
transformasi
masyarakatnya ketimbang perubahan di dalam masyarakat itu semata.
Contohnya gerakan Anti Apartheif di Afrika Selatan dan gerakan
pembebasan di negara kolonial.
3. Gerakan revolusioner
Dalam kasus extrem, bila perubahan yang didingnkan meliputi selua spek
struktur sosial (politik, ekonomi, dan kultural) dan ditujukan untuk
mencapai transformasi total masyarakat ke arah ‘masyarakat alternatif’
atau utopia sosial yang dicitakan sebelumnya, Contohnya perjuangan
kemerdekaan nasional, gerakan fasis, dan komunis.
4. Grakan progresif
Gerakan sosial yang berbeda dalam kualitas perubahan tang didinginkan.
Ada
gerakan
yang
menekankan
pada
inovasi,
berjuang
untuk
memperkenalkan institusi baru, hukum baru, bentuk kehidupan baru, dan
keyakinan baru. Singkatnya, gerakan ingin membentuk masyarakat
kedalam satu pola yang belum pernah ditemukan sebelumnya. Orientasi
gerakan ini adalah masa depan. Perubahan diarahkan ke masa depan
dan menekankan pada sesuatu pada yang baru. Contohnya gerakan
republik, soisalis, dan gerakan wanita.
27
5. Gerakan logika instrumental
Gerakan yang berbeda dalam strategi yang melandasi atau logika
tindakan mereka. Ada yang mengikuti logika instrumental; gerakan ini
berjuang untuk mendapatkan kekuasaan politik dan dengan kekuatan
politik itu memaksakan perubahan yang diingnkan dalam peraturan
hukum, institusi, dan organisasi masyarakat. Tujuan utama mereka adalah
kontrol politik. Bila berhasil, gerakan seperti itu, gerakan itu berubah
menjadi kelompok penekan atau partai politik, masuk ke parlemn dan
pemerintahan. Contohnya Partai Hijau di Jerman dan gerakan solidaritas
di Polandia.. gerakan ini mengikuti logika perasaan yang berjuang untuk
menegakkan identitas, untuk mendapatkan pengakuan nilai-nilai mereka
atau pandangan hidup mereka, untuk mencapai otonomi mereka,
persamaan hak, emansispasi politik, dan kultural bagi anggotanya atau
untuk mendapatkan dukungan lebih banyak.
6. Gerakan elitis
Gerakan elitis, merupakan upaya yang dilancarkan oleh kalangan elite,
yang ditujukan dengan maksud memperkuat posisi mereka, atau
meningkatkan kualitas posisi mereka. Elite yang kuantitas sedikit (bila
dilihat dari struktur sosial, membuat kekuatan gerakan
ditentukan
oleh
kuantitas
massa.
Sebagaimana
elite tidak
gerakan
rakyat,
melainkan manuver, trik politik, atau dengan menggunakan teknik-teknik
lobi. Teknik mengandalkan kapasitas dan sumber daya yang besar, sebab
28
dalam upaya ini berbagai cara akan dilakukan. Pilihan teknik tersebut.
Selain cerminan dari jumlah massa juga nerupakan dari watak elite
sendiri. Yang sangat dikhawatirkan menonjolkan ciri gerakan rakyat,
padahal sesungguhnya merupakan siasat elite untuk bisa mendesakkan
kepentingn mereka sendiri.
D. Jaringan Sosial
Secara etimologi, pengertian dari jaringan dapat dijelaskan dengan
berbagai cara. Jaringn yang dimaksud disini adalah yang berasal dari kata
network. Jika dipisah terdapat kata net dan work. Penekanannya bukan
terletak pada jaring, melainkan sebagai kerja (work) dalam hubungan antar
simpul-simpul jaringan (net). berdasarkan hal tersebut, menurut Lawang
(2004: 50-51) dimengerti sebagai 23:
1. Ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan
dengan media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikat dengan
kepercayaan. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat
kedua belah pihak.
2. Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui media
hubungan sosial menjadi satu kerja sama, bukan kerja bersama-sama.
3. Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus) kerja yang terjalin antar
simpul itu pasti kuat menahan beban bersama.
4. Dalam kerja jaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri sendiri.
Malah kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jaring itu tidak
23
Damsar, pengantar sosial ekonomi, jakarta kencana, 2009, hal. 157-158
29
bisa berfungsi lagi, sampai simpul itu diperbaiki. Semua simpul menjadi
satu kesatuan dan ikatan yang kuat. Dalam hal ini, analogi tidak
seluruhnya tepat terutama kalau orang yang membentuk jaring itu hanya
dua saja.
5. Media dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau antara orang-orang dan
hubungannya tidak dapat dipisahkan.
6. Ikatan atau pengikat (simpul) adalah norma yang mengatur dan menjaga
bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan.
Sedangkan sosial dimengerti sebagai sesuatu yang dikaitkan atau
dihubungkan dengan orang lain atau menunjuk pada makna subjektif yang
mempertimbangkan prilaku atau tindakan orang lain yang berkaitan dengan
pemaknaan tersebut.
Dengan melihat kategori diatas, jejaring sosial atau jaringan sosial
adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang
umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih
tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lain-lain.
Analisis jaringan sosial memandang hubungan sosial sebagai simpul dan
ikatan. Simpul adalah aktor individu di dalam jaringan, sedangkan ikatan
adalah hubungan antar aktor tersebut. Bisa terdapat banyak jenis ikatan
antar simpul. Penelitian dalam berbagai bidang akademik telah menunjukkan
bahwa jaringan sosial beroperasi pada banyak tingkatan, mulai dari keluarga
hingga negara, dan memegang peranan penting dalam menentukan cara
30
memecahkan masalah, menjalankan organisasi, serta derajat keberhasilan
seorang individu dalam mencapai tujuannya24.
Dalam bentuk yang paling sederhana, suatu jaringan sosial adalah
peta semua ikatan yang relevan antar simpul yang dikaji. Jaringan tersebut
dapat pula digunakan untuk menentukan modal sosial aktor individu. Konsep
ini sering digambarkan dalam diagram jaringan sosial yang mewujudkan
simpul sebagai titik dan ikatan sebagai garis penghubungnya.
Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar
banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok
dengan kelompok lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam
bentuk yang formal maupun informal. Hubungan sosial adalah cerminan dari
kerjasama dan koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang
aktif dan bersifat resiprosikal (Ibrahim, 2002: 67).
George, Ritzer-Goodman J Daungleas (2004: 383) mengatakan
bahwa satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatiannya pada
struktur mikro hingga makro. Artinya, bagi teori jaringan, aktor (pelaku)
mungkin saja individu tetapi mungkin pula kelompok, perusahaan dan
masyarakat.
Salah satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatian pada
struktur mikro hingga makro. Artinya bahwa bagi teori jaringan, aktor dapat
saja terjadi pada individu, kelompok maupun masyarakat (Barker, 1990).
Konteks ini menunjukkan bahwa hubungan dapat saja terjadi di tingkat
24http:
wikipedia/jejaring sosial.co.id
31
struktur sosial skala luas maupun tingkat yang lebih miskroskopik.
Granoveter (1985) melukiskan hubungan di tingkat mikro itu seperti tindakan
yang melekat dalam hubungan pribadi konkret dan dalam struktur (jaringan)
itu. Hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor (individu atau
kolektivitas) mempunyai akses berbeda terhadap sumber daya yang bernilai
(kekayaan, kekuasaan, informasi dan sebagainya). Akibatnya adalah bahwa
sistem yang terstruktur cenderung terstratifikasi, sehingga komponen
tertentu akan tergantung pada komponen yang lain.
Menurut Wellman (1993) bahwa perspektif jaringan yang ditulis oleh
banyak ahli dalam jurnal jaringan sosial telah memperlihatkan pemikiran
yang bersandar pada sekumpulan prinsip yang berkaitan logis dengan
pendekatan sebagai berikut25 :
1. Ikatan antara aktor biasanya adalah simetris baik dalam kadar maupun
intensitasnya. Aktor saling memasok dengan sesuatu yang berbeda dan
mereka berbuat demikian dengan intesitas yang makin besar atau makin
kecil.
2. Ikatan antara individu harus dianalisa dalam konteks struktur jaringan
lebih luas.
3. Terstrukturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan non
acak.
Disatu
pihak,
jaringan
adalah
transitif
(transitive)
dengan
pemisahlah bahwa bila ada ikatan antara A dan B dan C, ada
kemungkinan ada ikatan tersendiri dengan A dan C. Akibatnya adalah
25
Damsar, pengantar sosial ekonomi, jakarta kencana, 2009, hal. 159-160
32
bahwa lebih besar kemungkinan adanya jaringan yang meliputi A, B, dan
C. Dilain pihak, ada keterbatasan tentang berapa banyak hubungan yang
dapat muncul dan seberapa kuatnya hubungan itu dapat terjadi, sehingga
ada kemungkinan terbentuknya kelompok-kelompok jaringan dengan
batas tertentu, yang saling terpisah satu sama lain.
4. Adanya kelompok jaringan menyebabkan terciptanya hubungan silang
antar kelompok jaringan maupun antara individu.
5. Ada ikatan simetris antara unsur-unsur didalam sebuah sistem jaringan
dengan akibat bahwa sumber daya yang terbatas akan terdistribusi
secara tak merata.
6. Distribusi yang timpang akan bergabung untuk mendapatkan sumber
daya yang terbatas itu dengan bekerjasama, sedangkan kelompok lain
bersaing dan memperbutkannya.
D.1. Tingkatan jaringan
Jaringan sosial dapat dilihat dengan tiga tingkatan, yaitu jaringan
mikro, jaringan meso, dan jaringan makro.
1. Jaringan mikro
Manusia hakekatnya selalu memiliki keinginan berkomunikasi dengan
sesamanya, hal tersebut meruakan konsekuensi manusia sebagai
mahluk sosial. Interaksi antar individu dengan individu dikenal dengan
jaringan mikro.
33
Jaringan yang terjalin antar individu ini memiliki nilai posistif karena
dapat mengisi kekurangan masing-masing. Sebagai perekat jaringn
sosial antar individu memberikan tatanan dan makna pad kehidupan
sosial. Jaringan sosial pada tingkat mikro dapat memudahkan antara
satu pihak dengan pihak lainnya.
2. Jaring meso
Jaringan sosial yang terbangun pada tingkatan jaringan meso adalah
tingkatan kelompok, berbeda dengan jaringn mikro yang melihat jaringan
antara individu. Hubungan yang terbangun para aktor dengan dan atau
di dalam kelompok sehingga terbentuk suatu ikatan maka dapat disebut
sebagai jaringan sosial pada tingkat meso. Bentuk jaringan meso
contohnya ikatan alumni sekolah SMA, paguyuban (ikatan keluarga
berdasarkan etnis atau marga), ikatan profesi (misalkan Ikatan Dokter
Indonesia (IDI).
Fungsi perekat dari tatanan meso jaringan dapat dipahami melalui
kelompok sebagai satu entitas yang objektif memberikan tatanan dana
makna kehidupan sosial. Melalui tatanan yang diberikan tersebut,
individu direkat kedalam kelompok.
3. Jaringan makro
Jaringnan makro merupakan ikatan yang terbangun dari beberapa
kelompok. Kelompok atau ikatan yang sudah ada sebelumnya
34
melakukan interaksi dengan kelompok lain, dari hasil interkasi tersebut
terbentuklah sebuah jaringan atau kelompok baru yang volumenya lebih
besar dari sebelumnya. Dengan demikian jaringan makro dapat berupa
ikatan antara institusi atau organisasi, bahkan bisa pula negara. Contoh
dari jaringan makro adalah KNPI, forum rektor indonesia, atau ASEAN.
D.2. Tipe-tipe Jaringan Sosial
Jaringan sosial ditinjau dari tujuan hubungan sosial yang membentuk
jaringan-jaringan. Dari sisi ini jaringan sosial dapat di bedakan dalam tiga
jenis yaitu :
1. Jaringan interest (kepentingan),
Jaringan ini terbentuk dari hubungan-hubungan sosial yanng bermuatan
kepentingan. Hubungan sosial yang bermakna pada tujuan-tujuan
tertentu atau khusus yang ingin dicapai oleh para pelaku, sehingga
tindakan dan interaksi juga dievaluasi berdasarkan tujuan rasionalnya
tadi.
Pertukaran
yang
terjadi
dalam
jaringan
juga
diatur
oleh
kepentingan-kepentingan pelaku didalamnya. Kecenderungan pelaku
untuk memanipulasi hubungan-hubungan sosial yang dimilikinya demi
pencapaian tujuan sangat besar.
2. Jaringan power
Hubungan-hubungan sosial yang membentuk jaringan bermuatan power.
Power merupakan suatu kemampuan seseorang atau unit sosial untuk
mempengaruhi perilaku dan pengambil keputusan orang atu unit sosial
35
lainnya melalui pengendalian (Adams: 1977 dalam Agusanto, 2007).
Konfigurasi-konfigurasi saling keterhubungan antar pelaku di dalamnya
sengaja atau diatur. Ketika pencapaian tujuan yang telah ditargetkan
dengan bantuan tindakan kolektif, dan konfigurasi saling keterhubungan
permanen antar pelakunya, maka jaringan power juga telah terbentuk.
Unit-unit sosialnya merupakan bentukan yang direncanakan atau
distrukturkan secara sengaja oleh power. Pusat power pada jaringan ini
selalu mengevaluasi kinerja unit-unit sosialnya dan memulai kembali
strukturnya untuk meningkatkan efisiensinya. Setiap anggota yang
terhubung di jaringan ini tidak terjadi secara sukarela dan kesadaran
untuk memenuhi kewajiban masing-masing tanpa mengharap insentif.
Sangat diperlukan adanya penghargaan bahkan ganjaran (reward and
punish) yang terstruktur secara formal guna mendorong timbulnya
kerelaan dengan peraturan-peraturan dan perintah-perintah oleh pusatpusat power mereka.
3. Jaringan sentiment (emosi)
Jaringan ini terbentuk atas dasar hubungan-hubungan sosial yang
bermuatan emosi. Hubungan sosial itu sendiri sebenarnya menjadi
tujuan tindakan sosial misalnya percintaan, pertemanan atau hubungan
kerabat, dan sejenisnya. Struktur sosial yang terbentuk dari hubunganhubungan emosi pada umumnya lebih mantap atau permanen. Mengacu
pada kata emosi yang didalamnya juga mengandung unsur menyukai
36
atau tidak menyukai, sehingga dalam jaringan ini terdapat saling suka
atau tidak suka antar pelaku. Kemudian muncullah norma-norma dan
nilai-nilai akibat dari adanya kewajiban saling kontrol yang relatif kuat
diantara para pelaku menjaga keberlangsungan hubungan-hubungan
sosial emosional yang terdapat dalam jaringan ini. Tipe jaringan ini
dengan segala kecenderungan-kecenderungan hubungan emosional
didamnya dapat menghasilkan rasa solidaritas.
Ketiga tipe jaringan sosial ini dalam kehidupan nyata sering kali
berpotongan.
Pertemuan-pertemuan
tersebut
membangkitkan
suatu
ketegangan bagi pelaku yang bersangkuatan karena logika situasional atau
struktur sosial dari masing-masing tipe jaringan berbeda atau belum sesuai
satu sama lain. Oleh karena itu, sering kali terlihat kontradiksi antara
tindakan-tindakan dengan sikap yang pelaku wujudkan.
E. Perspektif Politik
Dalam mengenal ilmu politik, ada dua pokok yang menjadi fondasi
dari ilmu politik, yaitu ruang lingkup dan konsep-konsep ilmu politik. Pada
ruang lingkup politik ada empat hal yang berkenan dengan ilmu politik,
yaitu26;
1. Teori Poltik; meliputi dasar-dasar teoritis ilmu politik.
2. Sejarah perkembangan ide-ide politik
26
Budiardjo, Miriam : Dasar-dasar ilmu politik . 1977 Gramedia Pustaka Utama, Bandung hal- 40
37
3. Lembaga-lembaga politik; meliputi undang-undang Dasar, pemerintah
Nasional, pemerintah local dan daerah, fungsi ekonomi dan sosial dari
pemerintah dan perbandingan lembaga-lembaga politik.
4. Partai-partai, golongan (groups),dan pendapatan umum; meliputi
partai-partai
politik,
Golongan-golongan
dan
asosiasi-asosiasi,
partisipasi warga Negara dalam pemerintah dan administrasi dan
pendapatan umum.
5. Hubungan Internasional; meliputi politik internasional, organisasiorganisasi dan administrasi internasional serta, hukum Internasional.
Dari ruang lingkup di atas, hal yang relevan dalam penulisan skripsi ini
adalah golongan-golongan dan asosiasi-asosiasi karena penulisan skripisi ini
mengenai organisasi masyarakat. Dalam sistem politik Indonesia golongangolongan dan asosiasi-asosiasi berada pada posisi sebagai input dengan
memberikan pengaruh dalam proses output kebijakan.
Golongan-golongan dan asosiasi-asosiasi diantaranya berbentuk
organisasi Kemasyarakatan. Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi
yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warganegara Republik Indonesia
secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperanserta dalam
pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.27
27
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_massa
38
Untuk konsep ilmu politik ada lima hal yang berkenan dengan ilmu
politik, yaitu:
1. Negara (state). Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah
yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh
rakyatnya.
2. Kekuasaan (power). Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau
suatu kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau
kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelakunya.
3. Pengambilan keputusan (decision making). Pengambilan keputusan
adalah membuat pilihan diantara beberapa alternative sedangkan
istilah pngambilan keputusan menunjukkan pada proses yang terjadi
sampai keputusan itu tercapai.
4. Kebijakan (policy). Kebijakan umum adalah kumpulan keputusan yang
diambil oleh seseorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha
memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
5. Pembagian
(distribution).
Pembagian
adalah
pembagian
dan
penjatahan dari nilai-nilai dalam masyarakat, yang ditekankan bahwa
pembagian selalu tidak merata sehingga timbul konflik.
Dalam hal organisasi masyarakat, perannya dapat berorientasi pada
kekuasaan. Kekuasaan merupakan konsep politik yang paling banyak
dibahas, bahkan kekuasaan dianggap identik dengan politik. Harold D.
Laswell dan A. Kaplan dalam Power and Society: “Ilmu politik mempelajari
39
pembentukan dan pembagian kekuasaan”. Menurut W. A. Robson, ilmu
politik mempelajari kekuasaan dalam masyarakat yang bersifat hakiki, dasar,
proses-proses, ruang lingkup, hasil-hasil. Sedangkan Harold menjelaskan
ilmu politik mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan28.
Timbal balik antara organisasi masyarakat (golongan-golongan) dan
kekeuasaan itu secara niscaya dapat dikatakan agar proses politik tidak
berjalan
sekehendaknya,
melainkan
atas
dasar
pertimbangan-
pertimbangan masyarakat baik yang berposisi selaku subjek politik maupun
objek politik.
F. Kerangka Pemikiran
Melihat konsep di atas penelitian ini akan melihat gerakan yang
dilakukan oleh Nasional Demokrat, dengan memperhatikan lingkungn sosial
dan politik sebagai faktor external dari Nasional Demokrat, kemudian
mengamati proses internal Nasional Demokrat, yaitu proses rekruitmen,
institusionalisasi, dan jejaring sosialnya, setelah mendapatkan data tentang
itu, dari situ akan dilihat apakah Nasional Demokrat sebagai ormas mesuk
kategori gerakan sosial atau gerakan politik, atau bahkan masuk dalam
kategori keduanya.
Penelitian ini akan melihat begaimana bentuk jejaring sosial yang
membentuk organisasi nasional demokrat. Dari jejaring ini tentunya
menentukan pula modal sosial yang dimiliki Nasional Demokrat dalam
mempengaruhi pemerintahan yang ada.
28
Budiardjo, Miriam : Dasar-dasar ilmu politik . 1977 Gramedia Pustaka Utama, Bandung hal- 34
40
G. Skema Kerangka Pemikiran
Lingkungan
Sosial
NASIONAL
DEMOKRAT
rekruitmen
Lingkungan
Politik
Orientasi gerakan
Jejaring sosial
institusionalisasi
Gambar 1. Skema kerangka pemikiran
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Pembahasan ini akan menjelaskan bebrapa aspek, yakni : lokasi
penelitian, jenis data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di kota Makassar, Provinsi Sulawesi
Selatan. Dengan pertimbangan di wilayah Indonesia Timur, Makassar yang
menjadi tampat deklarasi pertama Nasional Demokrat. Hal inilah yang
menjadi pertimbangan utama dari penulis, sehingga memfokuskan penelitian
di wilayah tersebut. Untuk lokasi yang lebih spesifik, berupa kecamatan atau
kelurahan, akan disesuaikan den ditentukan pada saat penulis sudah berada
di lokasi penelitian.
B. Tipe Dan Dasar Penelitian
Tipe penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analisis untuk
memenuhi
tujuan
dimaksudkan
untuk
dan
kerangka
pikir
menggambarkan
diatas.
atau
Penelitian
deskriptif
mendiskripsikan
sejumlah
variabel-variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang sedang
diteliti. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
yang dimaksudkan disini adalah penelitian yang menghasilkan data deskriftif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati. Dasar dari penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif , dimana
42
penulis ingin ingin melakukan penelitian secara mendalam kepada para
informan untuk mendapatkan sebuah fakta yang relevan.
C. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini ada 2 yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer didapatkan dari lapangan menggunakan teknik
wawancara. Dalam pelaksanaan teknik penulis mengumpulkan data melalui
komunikasi langsung dari beberapa informan. Sedangkan data sekunder
adalah data yang didapatkan dari buku, esai, makalah dan tulisan lainnya
yang berkaitan dengan hal penelitian ini. Selain itu, peneliti juga
memanfaatkan fasilitas internet untuk mendapatkan data, karena di internet
kit dapat menemukan data yang aktual.
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui studi lapangan dengan menggunakan
teknik wawancara. Dalam pelaksanaannya, peneliti mengumpulkan data
melalui komunikasi langsung dengan para informan. Informan yang
dimaksud disini adalah orang-orang yang berhubungan dekat dengan
kandidat. Informan yang akan penulis wawancarai pada saat penelitian
yaitu terdiri dari :
a. Tiga orang Pengurus inti Nasional Demokrat Provinsi Sulawesi
Selatan, yaitu Baharuddin Hafid, Mohc. Zakri DJ, S.Hi, dan Hardiansyah.
Mereka merupakan Pengurus Harian Nasional Demokrat Sulawesi
Selatan.
43
b. Satu orang Deklarator Nasional Demokrat Provinsi Sulawesi
Selatan, yaitu Prof. Dr. Armin. M.Si. Beliau berlatar sebagai
pengajar di Jurusan Politik Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin.
c. Satu orang Pakar sosilogi politik, yaitu Dr. Saifullah Cangara. M.Si.
Beliau merupakan Pakar Sosiologi Politik Universitas Hasanuddin
Jurusan Sosiologi.
Adapun alasan peneliti memilih orang-orang tersebut sebagai informan
karena orang-orang tersebut yang dianggap paham dan mengetahui
dengan jelas masalah yang akan diteliti.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data diperoleh dari studi kepustakaan dengan
membaca buku, literatur-literatur, serta informasi tertulis lainnya yang
berkenaan dengan masalah yang diteliti. Data sekunder dimaksudkan
sebagai data-data penunjang untuk melengkapi penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode yang dijadikan
acuan untuk mengumpulkan data, yaitu sebagai berikut :
1. Wawancara Mendalam
Dalam wawancara ini, penulis secara langsung berkomunikasi dengan
key informan terpilih yang dianggap paham dengan apa yang akan
diteliti, yaitu mengenai gerakan Nasional Demokrat ditinjau dari
44
perspektif politik.. Pencarian data dengan wawancara dilakukan dengan
mendatangi sekertariat Nasional Demokrat Sulawesi Selatan, wawncara
mendalam
dilakukan
terhadap
beberapa
tokoh
yang
dianggap
mempunyai informasi mengenai orientasi gerakan Nasional Demokrat
ditinjau dari perspektif politik.
2. Study Pustaka
Penulis memperoleh pengetahuan baik tentang teori maupun data-data
dengan membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti, dan tak lupa pula membaca literatur lain yang berhubungan erat
dengan judul yang diteliti.
E. Teknik Analisis Data
Data dan informasi yang telah dikumpulkan dari informankan diolah dan
dianalisa secara kualitatif dengan melihat gerakan Nasional Demokrat.
Analisa ini bertujuan agar temuan-temuan dari kasus-kasus yang tejadi
dilokasi penelitian dapat dikasi lebih mendalam dan fenomena yang ada
dapat digambarkan secara terperinci. Sehingga apa yang menjadi
pertanyaan dalam penelitian akan terjawab dengan maksimal.
Analisa merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian, termasuk bila diinginkan generalisasi atau untuk
memperoleh kesimpulan yang tegas dari hasil penelitian yang dilakukan.
Penelitian ini merupakan deskriptif analisis yaitu untuk menggambarkan atau
mendiskripsikan sejumlah variabel-variabel yang berkenaan dengan masalah
45
dan unit yang sedang diteliti. Dengan menggunakan teknik analisis data
kualitatif menurut Miles dan Hubermen terdiri atas tiga alur kegiatan, yaitu29
yang pertama reduksi data yang diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan
perhatian
pada
penyederhanaan,
pengabstrakan,
dan
transformasi data kasar yang muncul dari cacatan-cacatan tertulis di
lapangan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan
mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan.
Metode kedua yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sajian data
dimana suatu susunan informasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian
dapat dilakukan. Dengan melihat sajian data, penulis dapat lebih memahami
berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu
pada analisis atau pun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut.
Sajian data yang baik dan jelas sistematikanya akan banyak membantu.
Sajian data dapat meliputi deskripsi, matriks, gambar/skema, dan tabel.
Kesemuanya itu dirancang guna merakit informasi secara teratur supaya
mudah dilihat dan dimengerti dalam bentuk yang lebih baik. Metode terakhir
adalah penarikan kesimpulan pada tahap ini, penulis seringkali membuat
kesimpulan pada saat pencarian data. Kesimpulan tidak hanya diproduksi
satu kali, akan tetapi berkali-kali selama masa penelitian berlangsung.
Sekumpulan informasi yang tersusun memungkinkan adanya penarikan
29
Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Penerbit
Alfabeta.
46
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan hanyalah
sebagian dari suatu kegiatan. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung.
Proses analisis data secara keseluruhan dimulai dengan menggelar
seluruh data mentah yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara,
pengamatan dan yang ditulis dalam catatan lapangan dan dokumentasi.
Data tersebut kemudian dibaca, dipelajari, ditelaah, kemidian direduksi atau
dipilah sesuai dengan kategori-kategori tertentu (tema atau topik) sehingga
mendapatkan gambaran yang jelas. Selanjutnya mengabstraksikan data
tersebut dengan berpegang pada keaslian data. Hasil abstraksi kemudian
dianalisa berdasarkan kerangka pemikiran, konsep-konsep atau teori-teori
yang digunakan kemudian dideskripsikan, setelah itu baru diinterpretasikan.
47
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Organisasi Masyarakat Nasional Demokrat
Cita-cita proklamator bangsa indonesia telah secara jelas memberikan
gambaran kepada masyarakat tentang sebuah konsep kebangsaan yang
sangat ideal. Konsep itu adalah bagaimana memberikan kemerdekaan yang
seutuhnya bagi rakyat bangsa ini. Deskripsinya jelas dari cita-cita itu adalah
terciptanya masyarakat adil dan makmur. Rakyat melihat cita-cita itu belum
sepenuhnya diimplementasikan dan untuk itulah mengapa
Nasional
Demokrat (Nasional Demokrat) lahir30.
Nasional Demokrat adalah sebuah ormas yang terbentuk tanggal 1
februari 2010 di Istora Senayan Jakarta, Dengan alasan menyikapi
perkembangan kondisi bangsa dan negara akhir-akhir ini, beberapa tokoh
nasional
bersekutu
mendeklarasikan
terbentuknya
organisasi
massa
Nasional Demokrat. Organisasi ini digagas oleh Surya Paloh dan Sri Sultan
HB XI beserta dengan beberapa tokoh nasional lainnya.
Tokoh-tokoh nasional lain yang juga turut mendeklarasikan ormas ini
adalah Anis Baswedan, Syafii Maarif, Khofifah Indarparawansa, Siswono
Yudohusodo, Ferry Mursyidan Baldan, Syamsul Mua’rif, Didiek J. Rachbini,
30
Surya paloh ed. Dalam pengantar: Nasional Demokrat sejati. (Pustaka ma’ca makkarang. Makassar.
2010). Hal-x
48
Budiman Sujatmiko, Patrice Rio Capella, Akbar Faisal dan Enggar Tyasto
Lukito sebagai sebagai pendiri utama.
Deklarasi Nasional Demokrat Di Sulawesi Selatan adalah hari Senin
22 Februari 2010 di kota makassar. Khususnya di Sulawesi Selatan, para
deklarator didominasi oleh akademisi, di antaranya para Guru besar yang
menjadi deklarator antara lain, Rektor Universitas Muslim Indonesia Prof Dr
Natsir Hamzah, Prof Dr Qasim Mathar MA, Prof Dr Aswanto, Drs Alwi
Rachman MA, dan Prof Dr Tahir Kasnawi.
Surya Paloh menyebutkan, Indonesia memerlukan sebuah pergulatan
yang lebih besar untuk mengangkat pemahaman citra, kebanggaan, harkat,
dan martabat sebagai bangsa. Nadsem mencita-citakan Indonesia menjadi
bangsa yang berdaulat di bidang politik, bangsa yang mampu berdiri sendiri
di bidang ekonomi serta berkepribadian
Pandangan Nasional Demokrat menolak demokrasi yang hanya
menghasilkan rutinitas sirkulasi, kekuasaan tanpa kehadiran pemimpin yang
berkualitas dan layak diteladani. Nasional Demokrat menolak demokrasi
tanpa orientasi pada publik, menolak demokrasi yang sekadar menjadi
proyek reformasi tanpa arti, mencita-citakan demokrasi Indonesia yang
matang yang menjadi tempat persandingan keberagaman dengan kesatuan,
dinamika dengan ketertiban, kompetisi dengan persamaan, dan kebebasan
dengan
kesejahteraan.
Organisasi
ini
juga
mencita-citakan
sebuah
demokrasi berbasis warga negara yang kuat yang terpanggil untuk merebut
49
masa depan yang gemilang dengan keringat dan tangan sendiri. Nasional
Demokrat juga adalah gerakan perubahan yang berikhtiar menggalang
seluruh warga negara dari beragam lapisan dan golongan untuk merestorasi
Indonesia.31.
B. Landasan Visi Dan Misi Nasional Demokrat
1. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan hak setiap manusia.
a. Berdaulat di bidang politik – dalam bentuk suatu pemerintahan
nasional yang efektif, demokratik, desentralistik dan konstitusional;
Bagi rakyat, berdaulat di bidang politik, berarti demokrasi dengan
partisipasi yang subtansial dan perlindungan atas hak asasi manusia.
b. Berdikari di bidang ekonomi adalah kemandirian ekonomi nasional,
pemerataan-keadilan dan pertumbuhan-kemakmuran; Bagi rakyat,
berdikari
di
bidang
ekonomi
berarti
kesempatan
kerja
yang
bermartabat, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.
c. Berkepribadian di bidang budaya (kearifan lokal, karakter nasional,
kemajuan ilmu pengetahuan, kesetaraan gender, dan kecintaan akan
ekologi yang berkelanjutan); bagi rakyat kepribadian di bidang
budaya,
berarti
pluralisme,
kebebasan
ekspresi,
penghargaan
terhadap budaya lokal; dan kelestarian ekologi.
2. Kebersamaan
dalam
keberagaman
dan
keberagaman
dalam
kebersamaan, wujud persatuan nasional dengan semboyan bhineka
tunggal ika tan hana dharma mangrwa yang berasaskan Pancasila.
31
www.nasional-demokrat.com
50
3. Persatuan nasional dengan dasar solidaritas dan kesetaraan merupakan
energi kolektif yang sinergis, modal dasar bagi kekuatan nasional dalam
keutuhan sebagai satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa untuk
mencapai Manusia Indonesia yang Merdeka Seutuhnya.
4. Negara, bangsa dan rakyat yang merdeka adalah keniscayaan sejarah,
sebuah pekerjaan yang never ending proses. Indonesia bukan sekedar
karunia (gabe), sebuah tugas (aufgabe) sejarah yang harus terus
menerus mengalami perubahan dan pembaruan.
5. Maka proses ke-Indonesia-an saat ini membutuhkan gerakan restorasi,
yang dialogis, positif, kreatif, inovatif, produktif dan kritis. Gerakan
Restorasi yang dimaksud dibangun di atas tiga landasan, yaitu:
1. Politik Solidaritas
2. Ekonomi Emansipatif dan Partisipatif
3. Budaya Gotong Royong.
Pada deklarasi Nasional Demokrat di Istora Gelora Bung Karno,
Senayan, 1 Februari 2010, ke-45 deklarator memberikan mandat kepada
Surya Paloh untuk membentuk kepengurusan.
C. Platform Nasional Demokrat
1. Kekuatan Nasional
a. “Nilai” – kearifan, kemanusiaan, spirit pembebasan, kemerdekaan, pluralitas,
nasionalisme, budaya dan cita-cita nasional, yang tertuang dalam
Pancasila, yang merupakan dasar negara;
51
b. “Diri” – manusia (jumlah penduduk), kekayaan alam, sejarah dan
kebudayaan – sebagai karunia Tuhan Yang Maha Kuasa, yang tiada
bernilai;
c. “Posisi” – letak strategis Indonesia – diantara dua benua dan diantara
dua samudera, dan posisi di bibir pasifik, yang merupakan pasar yang
diperebutkan dunia.
d. “Kemerosotan
nilai”
(fundamentalisme,
dst);
(“erosi
defisit
nilai”):
“erosi
spiritualitas”
kemanusiaan
(kekerasan,
ekonomisme, dst); defisit kebangsaan (krisis pluralisme, krisis
integrasi nasional, dst).
e. “Kemiskinan” – krisis keadilan; krisis SDM; krisis produksi dan
lingkungan (“kerusakan alam”) – negara tidak mampu menjalankan
perintah konstitusi.
f. “Globalisasi” – krisis budaya, krisis kedaulatan, ketergantungan –
Perubahan geopolitik, geoekonomi, geopertahanan global, dan makin
kompetitifnya kawasan Asia Pasifik, pergeseran kekuatan adi daya,
“hegemoni” (termasuk hegemoni dalam iptek), ancaman menjadi
negara “boneka” atau sekedar menjadi pasar, dst.
g. “Lingkungan” – krisis air bersih, banjir, perubahan iklim, pemanasan global.
52
2. Manifesto Nasional Demokrat
Reformasi telah dan tengah mengantar Indonesia sebagai negara
demokrasi.
Tetapi,
kami
menolak
demokrasi
yang
hanya
sekedar
merumitkan tata cara berpemerintahan tanpa mewujudkan kesejahteraan
umum. Kami menolak demokrasi yang hanya menghasilkan rutinitas sirkulasi
kekuasaan tanpa kehadiran pemimpin yang berkualitas dan layak diteladani.
Kami menolak demokrasi tanpa orientasi pada publik. Kami menolak
demokrasi yang sekadar menjadi proyek reformasi tanpa arti.
Kami mencita-citakan demokrasi Indonesia yang matang, yang
menjadi tempat persandingan keberagaman dengan kesatuan, dinamika
dengan ketertiban, kompetisi dengan persamaan, dan kebebasan dengan
kesejahteraan. Kami mencita-citakan sebuah demokrasi berbasis warga
negara yang kuat, yang terpanggil untuk merebut masa depan yang
gemilang, dengan keringat dan tangan sendiri. Maka, pada hari ini kami
berketetapan hati menggalang sebuah gerakan bernama:
NASIONAL DEMOKRAT: RESTORASI INDONESIA
Nasional Demokrat adalah gerakan perubahan yang berikhtiar
menggalang seluruh warga negara dari beragam lapisan dan golongan untuk
merestorasi Indonesia. Nasional Demokrat tidak hanya bertumpu dan
berpusat di Jakarta, melainkan gerakan perubahan yang titik-titik sumbunya
terpencar di seluruh penjuru Indonesia.
53
BAB V
PEMBAHASAN
Ada empat variabel yang menjadi tolak ukur untuk menemukan
orientasi gerakan Nasional Demokrat, yaitu lingkungan sosial politik Nasional
Demokrat, pola rekruitmen Nasional Demokrat, jaringan sosial Nasional
Demokrat, dan institusionalisasi Nasional Demokrat. Keempat variable
tersebut merupakan tinjauan untuk menemukan orientasi gerakan Nasional
Demokrat ditinjau dari perspektif politik.
A. Lingkungan Sosial-Politik Sebagai Elemen External Orientasi Nasional
Demokrat
Pada sub-bab ini akan menjelaskan fakta-fakta external dari Nasional
Demokrat yang menjadi faktor dan momentum munculnya ormas Nasional
Demokrat, karena kelahiran Nasional Demokrat tentunya mempunyai kondisi
external yang mempengaruhi internal ormas Nasional Demokrat. Selain itu,
berjalannya ormas Nasional Demokrat sampai saat ini, juga tetap melakukan
reflexi fakta sosial politik indonesia. dalam sub-bab ini akan menjelaskan dua
faktor, yaitu lingkungan politik dan lingkungan sosial yang mempengaruhi
gerak Nasional Demokrat sebagai ormas.
Sebelum Nasional Demokrat muncul sebagai ormas, ada beberapa
fakta politik yang penulis cermati karena turut mempengaruhi dari lahirnya
Nasional Demokrat hingga berjalannya kepengurusan struktur organisasi.
Di tingkat nasional, era perpolitikan yang ada masih merupakan era
kemenangan Partai Demokrat yang telah menjadi partai yang mampu
54
mendominasi Indonesia, terbukti dengan memenangkan pemilu sekaligus
figurnya, yakni Susilo Bambang Yudoyono (SBY), terpilih menjadi presiden
RI dua priode.
Partai Demokrat di tahun 2009 hingga 2010 sempat mendapat
guncangan dari publik. Hal itu terkait kasus Skandal Century, yang membuat
partai demokrat dianggap ikut terlibat dengan isu dana talangan dari bank
Century mengalir masuk ke kas Tim Kampanye partai Demokrat dalam
Pemilu Pilihan Presiden. Seiring dengan pemberitaan media mengenai
masalah ini, citra partai ini pun merosot.
Pada pemilu sebelumnya, Partai Demokrat adalah partai yang
membuat sensasi di tahun 2004 yang mampu menjadi partai baru yang
memiliki suara terbanyak dan mampu memenangkan Pilihan Presiden
(pilpres) 2004, kemenangan itu diraih kembali pada pilpres 2009 dengan
mengususng tokoh yang sama yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Hubungan SBY dengan mitra koalisinya selama tahun 2010 ini
merupakan
lanjutan
dari
format
koalisi
sebelumnya,
SBY
masih
mengandalkan politik pencitraan berbasis retorika verbal dalam membangun
legitimasi verbal dari rakyat, dan mengedapankan kompromi politik berbasis
politik transaksional dan barter politik untuk memperkuat basis legitimasi
horisontal dari parlemen dan partai-partai32.
Dalam pemerintahan SBY tahun 2009, hampir semua partai besar
menjadi koalisi (mitra) dalam pemerintahan SBY. Namun hal itu terkecuali
32
Yuda, Hanta AR Update Indonesia. Volume V. Edisi Januari 2011. The Indonesian Institute.
55
salah satu partai besar yang memilih menjadi oposisi adalah Partai
Demokrat Indonesia-Perjuangan (PDI-P). Sedangkan Partai Golkar dalam
pola gerak politiknya lebih memilih menjadi koalisi dalam pemerintahan SBY.
Ketua umum Partai Golkar, Aburizal Bakri juga sempat menjadi ketua harian
institusi Koalisi sejumlah Parpol mendukung SBY dengan nama Sekretariat
Gabungan (Setgab) Koalisi Parpol pendukung Pemerintahan SBY. Wadah ini
dibentuk di kediaman SBY, Puri Cikeas, Bogor,
Pemerintahan dan oposisi sama-sama memiliki pegangan untuk
melakukan tawar menawar dalam situasi politik. Pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono-Boediono memiliki reshuffle untuk mengancam partai
lain, sedangkan kelompok oposisi mewacanakan pemakzulan untuk
melawannya. Siklus politik yang model seperti ini saja yang selalu nampak,
mengutamakan perebutan kekuasaan dan mengenyampingkan kebijakan
yang pro pada rakyat.
Kecenderungan kurangnya nalar kritis partai disebabkan karena
model politik transaksional. Pola hubungan transaksional tersebut di dalam
koalisi semakin menguat disebabkan partai-partai besar tersandera oleh
perkara hukum. P-Demokrat sejak awal pemerintahan SBY-Boediono
tersandera kasus century. Partai Keadilan Sejahtra (PKS) yang juga mitra
koalisi pemerintahan tersandera kasus Misbakhum. PDI-P sang oposisi
tersangkut kasus hukum juga karena sejumlah politisi PDI-P menjadi
tersangka kasus cek perjalanan pemilihan Deputi Gubernur Senior BI
56
Miranda Gultom. Partai golkar pun juga turut tersandera kasus mafia
perpajakan Gayus Tambunan yang membawa-bawa nama Abirizal Bakri
yang kini menjaba sebagai ketua umum P-Golkar. Kasus hukum masingmasing partai inilah yang membuat partai memilih bungkam satu- persatu.
Ibaratnya pencuri menegur pencuri adalah melanggar etika pencuri.
Kondisi perpolitikan indonesia di atas merupakan latar berdirinya
Organisasi Masyarakat Nasional Demokrat. Kaitannya dengan organisasi
masyarakat, setiap menusia memilki sikap dasar berkumpul dan berserikat
melalui jalur formal ataupun non formal. Formal dimisalkan keluarga, partai
poltik dan organisasi masyarakat (ormas), sedangkan non formal adalah
sebuah perkumpulan yang diikat oleh perasaan atau nilai, tanpa ada ikatan
dan hukum tertulis. Antara partai poltik dan organisasi masyarakat, sering
terdapat ketegangan antara organisasi masyarakat sipil dan partai politik
yang dapat mempersulit koperasi antaranya, karena sering berbeda
pandangan dan metode aplikasi meskipun tujuannya sama.
Berkaitan dengan kenegaraan, tiap-tiap masyarakat memiliki hak dan
kewajiban untuk turut serta dalam mengisi kemerdekaan karena suara rakyat
adalah subtansi dari hadirnya sebuah Negara, selain itu tiap-tiap rakyat jug
memilki tujuan yang berbeda-beda mengenai dinamika kebangsaan, dan
masing-masing merealisasikanya dengan cara yang berbeda-beda pula.
Salah satunya adalah organisasi masyarakat.
57
Organisasi massa atau disingkat ormas adalah suatu istilah yang
digunakan di Indonesia untuk bentuk organisasi berbasis massa yang tidak
bertujuan politis. Bentuk organisasi ini digunakan sebagai lawan dari
istilah partai politik. Ormas dapat dibentuk berdasarkan beberapa kesamaan
atau tujuan, misalnya agama, pendidikan, dan sosial..
Pasca reformasi tampak muncul banyak organiasi kemasyarakatan.
Dalam hal ini penulis mengkaitkan dengan konstitusi Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yaitu Undang-undang Dasar 1945
amandemen
keempat. Pasal mengenai Hak Asasi Manusia menjiwai ketetapan-ketepan
Pasal 28 C tentang hak memajukan diri dan memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk masyarakat, bangsa dan negaranya. Pasal 28 E (2) tentang
kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan bersikap seusai
hati nurani, (2) hak berserikat, berkumpul dan berpendapat. Pasal 28 F
tentang hak berkomunikasi untuk mengembangkan pribadi & lingkungan.
Sebelum UUD '45 diamandemen bolak-balik, kita telah memiliki aturan
tentang organisasi yang didirikan masyarakat atau yang dewasa ini dikenal
dengan NGO (Non Goverment Organization), yaitu Undang-undang R.I
Nomor 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan.
Keberadaan lembaga sosial tidak lepas dari adanya nilai dan norma
dalam masyarakat. Di mana nilai merupakan sesuatu yang baik, dicitacitakan, dan dianggap penting oleh masyarakat. Oleh karenanya, untuk
mewujudkan nilai sosial, masyarakat menciptakan aturan-aturan yang tegas
58
yang disebut norma sosial. Nilai dan norma inilah yang membatasi setiap
perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Sekumpulan norma akan
membentuk suatu sistem norma. Inilah awalnya lembaga sosial terbentuk.
Sekumpulan
nilai
dan
norma
yang
telah
mengalami
proses institutionalization menghasilkan lembaga sosial33.
Organisasi didirikan oleh sekelompok orang tentu memiliki alasan.
Herbert G. Hicks mengemukakan dua alasan mengapa orang memilih untuk
berorganisasi: Pertama, alasan Sosial (sosial reason), sebagai “zoon
politicon ” artinya mahluk yang hidup secara berkelompok, maka manusia
akan merasa penting berorganisasi demi pergaulan maupun memenuhi
kebutuhannya. Hal ini dapat kita temui pada organisasi-organisasi yang
memiliki sasaran intelektual, atau ekonomi, Kedua, alasan Materi (material
reason), melalui bantuan organisasi manusia dapat melakukan tiga macam
hal yang tidak mungkin dilakukannya sendiri, yaitu dapat memperbesar
kemampuannya, dapat menghemat waktu yang diperlukan untuk mencapai
suatu sasaran, melalui bantuan sebuah organisasi dan dapat menarik
manfaat dari pengetahuan generasi-generasi sebelumnya yang telah
dihimpun.
Nasional Demokrat merupakan salah satu ormas yang ada di
Indonesia. Layak ormas lain, tentu memiliki visi dan tujuan lahirnya Nasional
Demokrat. Lingkungan sosial yang merupakan latar dari ormas Nasional
33
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_sosial#Alasan_berorganisasi
59
Demokrat, yaitu, pertama, rasio masyarakat yang tengah dihimpit ketidak
percayaan kepada Negara dengan berbagai kasus hukum yang melibatkan
pejabat Negara sebagai terdakwa. Kedua, kecenderungan masyarakat untuk
berserikat dan berorganisasi, dalam teks sejarah dari pra kemerdekaan
sampai hari ini, aspirasi dan harapan masyarakat sering di tuangkan,
diaplikasikan, dan dilakukan bersama-sama dalam sebuah organisasi. Selain
itu, pilihan masyarakat untuk berorganiasi, juga persoalan karier dan
perluasan jaringan sosial.
Menurut Dr. Syaifullah Cangara, M.Si34, ada tiga pilar relasi
masyarakat dan Negara. Pertama, warga Negara membutuhkan rasa aman,
maka dibentuklah Militer untuk memnuhi kebutuhan pilar pertama. Kedua,
warga Negara membutuhkan pelayanan, maka dibentuklah birokrasi untuk
melayani masyarakat. Ketiga, warga Negara membutuhkan perundangundangan (aturan), maka dibentuklah
legislative yang diisi oleh politisi.
Ketika salah satu saja pilar ini rapuh dan tidak bekerja optimal disitulah celah
hadirnya ormas untuk menuntut dan menjadi alternative mengisi kekosongan
tuntutan pilar di atas. Hadirnya Nasional Demokrat, mengambil celah dari
kerapuhan ketiga pilar di atas yang tidak berfungsi secara maksimal.
Tertama pilar terakhir, politisi bangsa hari ini tidak memainkan fungsinya.
Ketika sebagian masyarakat sosial mengalami ketidakadilan atas
fakta yang diamatinya, kecewa dengan keadaan perpolitikan, mengalami
34
Merupakan pakar sosiologi Unhas, Diwawancarai di kantor akademik Jurusan Sosiologi FISIP unhas
pada tanggal 20 juni 2011 pukul 13.00 wita
60
kesulitan mengakses ekonomi, maka ia akan cenderung melakukan aksi
atas rasa yang ia alami, ada beberapa alternative untuk mengungkapkan
kekecewaan,
ketidakadilan,
dan
kesulitannya,
yaitu
mencari
atau
membentuk wadah melakukan protes yang mengarah pada perubahan
sosial. Inilah yang dikatakan teori deprivasi, yaitu kedaan psikolois dimana
seseorang
(kelompok)
merasakan
ketidak
puasan
atas
kesenjangan/kekurangan subjektif atas kondisi sosial . Hadirnya Nasional
Demokrat mencoba menawarkan alternatif atas keresahan sosial tersebut.
Menurut
Prof.Dr.Armin,
M.si35,
kehadiran
Organisasi
Nasional
Demokrat dengan tujuan untuk penataan ulang kondisi kebangsaan,
melingkupi bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Makanya Nasional
Demokrat mengusung manifesto restorasi Indonesia sebagai visi dari
Nasional Demokrat.
Manifesto Restorasi Indonesia—akan dijelaskan lebih detail pada 5—
merupakan proganda dari Nasional Demokrat untuk menawarkan suatu
alternatif bagi masyarakat. Dimana hadirnya Nasional Demokrat sebagai
ormas sudah seharusnya berlaku demikian, menjadi pelapis dari kerapuhan
kinerja Negara dan partai politik. Kerapuhan tersebut berasal dari
kesenjangan sosial , korupsi pemerintah, dan citra pemerintahan yang buruk.
Dalam tinjauan Mass-Society Teory (William Kornhauser: 1959)
Terbentuknya sebuah ormas, dalam hal ini Nasional Demokrat, berangkat
35
Diwawancarai di kantor akademik Jurusan Politik –Pemerintahan FISIP unhas pada tanggal 23 Mei
2011 pukul 10.00 wita
61
dari orang-orang yang merasa secara sosial terisolasi dan secara personal
tidak merasa bermakna dalamx masa yang besar, masyarakat yang
kompleks. Ia tidak mampu menggerakkan dirinya mencapai tujuan awalnya.
Hal ini bisa saja dari sebuah kelompok atau menyoroti pemerintahan. Di awal
pembentukan ormas Nasional Demokrat ada beberapa orang yang
mengalami
hal
tersebut,
misalnya
Surya
Paloh
dan
Sri
Sulstan
Hemngkubuwono X yang merasakan kekecewaan terhadap partai Golkar
setelah masing-masing mengalami kekalahan pemilihan ketua partai Golkar
dan tidak terlalu mendapatkan ruang di partai Golkar. Begitu juga di Sulsel
yang di alami Ilham Arif Sirajuddin setelah kalah dalam pemilihan ketua
golkar untuk sulsel oleh Syahrul Yasin Limpo. Mereka kemudian mencoba
membentuk sebuah wadah baru untuk merealisasikan harapan dan
tujuannya. Berangkat dari psikologi seperti di atas kemudian melakukan
konsolidasi serius guna membentuk sebuah ormas, dan akhirnya bernama
Nasional Demokrat.
Selain itu, ada juga beberapa tokoh sosial
dan inteketual lainnya
yang bersama-sama merumuskan Nasional Demokrat karena kekecewaan
terahadap kondisi bangsa yang makin menunjukkan kepunahan Negara
bangsa kareana dipimpin dan digerakkan oleh personal yang tidak mampu
menjalankan tugas kenegaraan, penulis sebutkan beberapa yaitu Prof. Dr.
Thomas Suyatno (Guru Besar Universitas Atma Jaya), Prof. Dr. Bachtiar Aly,
M.A (Guru besar Universitas Indonesia), dan Anies Baswedan, Ph.D (Rektor
62
Universitas
Paramadina).
Meraka
merupakan
tokoh
intelektual
dan
akademisi yang terdorong melakukan sesuatu untuk memperbaiki kondisi
sosial, mereka memilih bergabung mendeklarasikan Nasional Demokrat
untuk tujuan tersebut.
Pada skema pemikiran di Bab 2, dituliskan untuk menggambarkan
bagaimana pola rekruitmen, jaringan sosial, dan gerakan Nasional
Demokrat. Penting untuk menemukan fakta yang terjadi di ketiga bidang itu
karena merupakan landasan utama untuk menemukan orientasi dari gerakan
Nasional Demokrat dari skala nasional hingga tingkatan daerah. Sebelum
menjelaskan orientasi Gerakan Ditinjau Dari Segi Rekruitmen Nasional
Demokrat, terlebih dahulu dipaparkan proses rekruitmen Nasional Demokrat.
Proses
membahas
perekrutan
kondisi
Nasional
internal
Demokrat
Nasional
menjadi
Demokrat,
awal
penulis
dalam
mencoba
menemukan mekanisme dan format kaderisasi Nasional Demokrat. Dari
proses rekruitmen, akan kelihatan jaringan sosial yang terbangun di ormas
Nasional Demokrat. Proses institusionalisasi merupakan bagain selanjutnya
yang akan dibahas dengan melihat proses pelembagaan pada level nasional
hingga ketingkat daerah dan nilai-nilai yang dipropagandakan oleh ormas
Nasional Demokrat..
B. Orientasi Gerakan Ditinjau Dari Segi Rekruitmen Nasional Demokrat
Seperti halnya ormas lain, Nasional Demokrat memiliki proses
rekruitmen anggota yang ingin masuk ke ormas tersebut. Dalam pola
63
rekruitmen, Nasional Demokrat menjaring seluas-luasnya anggota tanpa ada
batasan golongan kecuali berdasarkan umur, yaitu tujuh belas tahun atau
sudah kawin asalkan mereka menerima segala ketentuan Nasional
Demokrat 36.
Anggota saat ini Nasional Demokrat adalah 128.000 orang di
Sulawssi Selatan37. Ormas yang umurnya baru setahun lebih ini sudah
mampu menjadi ormas yang besar dengan terlihat jumlah anggota yang
sudah terdaftar dalam Nasional Demokrat.
Berikut skema proses rekruitmen Nasional Demokrat Sulawsi Selatan:
Calon anggota
Menyetor
biodata dan
KTP
anggota
Data di input
di komputer
Gambar 2. proses rekruitmen
Mekanisme perekrutan Nasional Demokrat yaitu:
1. Calon anggota harus mengisi formulir angoota baru Nasional Demokrat
2. Formulir diserahkan kepengurus Nasional Demokrat sesuai dengan
tingkatannya
Data ini diperoleh dari Anggaran Rumah Tangga (ART), “ setiap warga Negara indonesia yang telah
mencapai usia tujuh belas tahun atau sudah kawin yang menerima Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga. Program Umum, dan Peraturan Organisasi Nasional Demokrat serta bersedia untuk
bergabung, bekerja secara aktif, melaksanakan stiap keputusan organisasi, dapat mendaftar menjadi
anggota Nasional Demokrat
37 Tercatat di database Kantor Sekertariat Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Nasional Demokrat
Sulawesi Selatan, alamat jalan batu putih bundar no.11 makassar kode pos 90287
36
64
3. Pemberian kartu tanda anggota Nasional Demokrat diberika oleh
pengurus pusat dan ditanda tangani oleh ketua umum Nasional Demokrat
Salah satu yang membuat orang tertarik untuk masuk menjadi
anggota Nasional Demokrat adalah setiap warga yang mendaftatarkan diri
anggota Nasional Demokrat langsung dapat asuransi kecelakaan dan
asuransi jiwa seumur hidup dari PT. Sinarmas. Hal ini merupakan salah satu
faktor yang membuat perekrutan Nasional Demokrat berlangsung cepat.
Skema penerimaan anggota terbilang mudah, cukup membawa foto
dan mengisi lembar formulir, maka langsung di anggap sebagai anggota
Nasional Demokrat dengan penyerahan Kartu Tanda Anggota Nasional
Demokrat, kartu tanda anggota Nasional Demokrat ini juga berfungsi sebagai
kartu asuransi jiwa bagi anggota Nasional Demokrat. Dalam perekrutan
Nasional Demokrat tidak ada pembatasan golongan atau penolakan
golongan tertentu karena berdasarkan
AD/ART Nasional Demokrat yang
sifatnya sebagai organisasi terbuka.
Meskipun baru berusia setahun lebih, struktur Nasional Demokrat
sudah cukup mapan untuk skala nasional. Hal tersebut dikarenakan Nasional
Demokrat telah memilki pengurus pusat (nasional) dan Dewan Pengurus
Wilayah (DPW) di seluruh provinsi di Indonesia. Sedangkan untuk Dewan
Pengurus Daerah (DPD) untuk kota dan kabupaten masih sementara
dikembangkan oleh pengurus DPW dengan melakukan konsolidasi dan
deklarasi untuk persiapan DPD di tiap kota dan kabupaten.
65
Di
awal
pembentukan
Nasional
Demokrat
di
tingkatan
daerah/provinsi38. Pengurus pusat melakukan pertemuan dengan tokohtokoh lokal guna membahas pembentukan DPW
din tingkatan provinsi.
Setelah memperoleh data DPW Nasional Demokrat, dari 33 DPW Nasional
Demokrat se-Indonesia hanya 10 ketua DPW yang bukan berlatar pejabat
politik. 23 lainnya adalah pejabat politik, yaitu pengurus partai wakil
gubernur, bupati, dan walikota. Dari ketujuh DPW tersebut, berasal dari
akademisi (maluku utara, Dr Abdurahman Marasabessy, Ketua STAIN
Ternate), olahragawan (Riau, Iskandar Hoesin, Ketua Umum PODSI),
Pegawai Negeri Sipil (Sumatera Barat, James Hellward, mantan Kepala
Dinas Provinsi Sumatera Barat), DI Yogyakarta (Gusti Kanjeng Ratu
Pambayun, putri sri sultan hamengkubuwono X), dan masyarakat sipil (Kep.
Bangka Belitung, NTB dan Maluku).
Berikut tabel daftar DPW Nasional Demokrat se-indonesia:
38
Latar posisi
Jumlah
Partai poltik
7
Non-partai politik
7
Wakil gubernur
4
Walikota/bupati
9
Anngota DPR/DPRD
3
Ex-TNI
3
Total
33
Dalam struktur NASIONAL DEMOKRAT, tingkatan Nasional disebut Dewan Pengurus Pusat (DPP),
Provinsi disebut Dewan Pengurus Wilayah (DPW) dan tingkatan Kota/Kabupaten disebut Dewan
Pengurus Daerah (DPD)
66
Untuk Sulawesi Selatan, acara deklarasi dihadiri penggagas Nasional
Demokrat Surya Paloh dan Sri Sultan Hamengku Buwono. Selain keduanya,
sejumlah tokoh pusat juga ikut dalam rombongan, seperti (Alm) Franky
Sahilatua, Ferry Mursyidan Baldan, dan pengamat komunikasi politik Effendi
Ghazali. Acara tersebut bertempat di Hotel Sahid Makassar tanggal 22
februari 2010.
Di Makassar. setelah Ilham Arif Sirajuddin terpilih menjadi ketua DPW
Nasional Demokrat, tugas utamanya adalah segera membentuk dan
mendeklarasikan Nasional Demokrat di tingkat daerah sampai lurah/desa di
Sulawsi Selatan. Di Sulawsi Selatan, pembentukan Dewan Pimpinan Daerah
(DPD) Nasional Demokrat telah ada di 4 kota /kabupaten.
Sejumlah nama besar berada di balik Nasional Demokrat untuk di
daerah. Di Parepare, anggota DPRD Parepare HM Siradz A Sapada terpilih
menjadi Ketua Nasional Demokrat Parepare berduet dengan Sekretaris
Saharuddin Rahman dan Bendahara Syarifuddin Sjamsu Alam. Di
belakangnya ada nama HA Faisal A Sapada, mantan calon wali kota
Parepare yang menjadi inisiator Nasional Demokrat Parepare. Sementara di
Sidrap, dipimpin oleh HA Insan P Tanri, mantan calon wakil bupati Sidrap, di
Pinrang HA Irwan Hamid, mantan calon bupati dari Golkar memimpin
Nasional Demokrat Pinrang, dan Palopo dipimpin oleh Haidir Basir.
Untuk wilayah Nasional Demokrat Sulawesi Selatan bagian utara,
Luwu utara dipmpin oleh A. Mahmud Lompegading (mantan direktur rumah
67
sakit), Luwu timur dipmpin oleh A. Hatta Marakarma (Bupati Luwu Timur),
Luwu selatan dipmpin oleh dr. Anton (ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten
Luwu).39
Pada perekrutan DPD Nasional Demokrat, memiliki kesamaan
dengan pola rekrutmen DPW Nasional Demokrat, yaitu menjaring politisi
lokal memimpin Nasional Demokrat tingkat daerah. Dengan merekrut elit
local, memudahkan langkah Nasional Demokrat menjaring massa yang
banyak. Faktor tokoh ketua DPW maupun DPD yang berpengaruh pada
banyaknya orang mendaftar menjadi anggota Nasional Demokrat.
Ada dua faktor sehingga proses perekrutan berlangsung cepat dalam
struktur Nasional Demokrat. Pertama, Banyaknya masyarakat yang masuk
mejadi anggota Nasional Demokrat, bukan karena melihat latar ideologi atau
visi dan misi dari Nasional Demokrat, tapi dikarenakan oleh faktor figur
politisi yang membuat orang dengan cepat mengenal dan masuk menjadi
anggota Nasional Demokrat. Para politisi tesebut merupakan elit lokal dan
sudah terkenal di bidang poltik. Perekrutan seperti ini terjadi dalam memilih
ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW), misalkan wilayah Sulawesi Selatan,
Ilham Arif Sirajuddin dipilih sebagai ketua DPW Nasional Demokrat,
sekaligus juga merupakan walikota Makassar dan ketua DPW P-Demokrat.
Jauh sebelum Nasional Demokrat muncul sebagai ormas. Ilham Arif
Sirajuddin sudah menjadi elit kota Makassar dan Sulawesi Selatan. Di
39
Data ini diperoleh dari seorang kader Nasional Demokrat palopo, febrianto syam, diwawancarai di
BTN Asal Mula No, 193 pada tanggal 10 juni 2010 pukul 20.00 wita
68
Sulawesi Selatan, hampir semua orang sudah mengenal Ilham Arif
Sirajuddin sebagai elit politik kota Makassar khususnya, dan Sulawesi
Selatan pada umumnya.
Kedua, faktor asuransi jiwa yang ditawarkan Nasional Demokrat
terhadap anggota baru Nasional Demokrat. Tiap anggota baru Nasional
Demokrat akan mendapatkan kartu pengenal sebagai anggota Nasional
Demokrat. Kartu ini sekaligus menjadi asuransi jiwa dari PT Sinar Mas.
Nampaknya terjalin kerjasama antara pihak Nasional Demokrat dengan
pihak asuransi PT Sinar Mas. Di internal Nasional Demokrat sendiri
memberikan kelonggaran bagi bagi anggota baru, dalam rekrutmen anggota
Nasional Demokrat Sulawesi Selatan misalnya, banyak yang cuma menyetor
biodata saja, diwakili oleh anggota lainnya,Kedua faktor inilah yang mejadi
sebab utama masyarakat masuk menjadi anggota Nasional Demokrat, faktor
ideologi nampaknya tidak menjadi sebab utama para anggota baru untuk
masuk ke Nasional Demokrat.
Dari pihak Nasional Demokrat pun, tidak melakukan penanaman
ideologi dan wacana para anggota baru secara intens dan teragendakan,
setelah para pengurus Nasional Demokrat hanya meminta nomor para
anggota baru, untuk diundang ketika ada acara Nasional Demokrat.
Semestinya jika Nasional Demokrat ingn menjadi ormas yang mapan
semisal
NU
dan
Muhammadiyah
ia
harus
mencanangkan
dan
mengaplikasikan format kaderisasi yang mapan juga.
69
Prof.Dr.Armin, M.si40, pencapaian cita-cita ideal Nasional Demokrat
sulit akan tercapai dan diragukan jika saja pola kaderisasi Nasional
Demokrat masih melakukan pola yang sama sebelumnya. Kerapuhan
Nasional Demokrat sebagai ormas adalah proses rekruitmen yang tidak
berbasis ideologi. Dalam menjaring anggota Nasional Demokrat tidak
memperlihatkan proses kaderisasi yang mapan seperti halnya ormas lain.
Dalam hal perekrutan organisasi yang mapan, yang pertama menjadi
saringan adalah ideologi yang dipegang mesti pengikat bersama sebagai
pengikat organisasi. Dari ideologi turun mengejewantah melalui visi misi.
Nasional Demokrat tidak memperlihatkan hal tersebut, kader yang ada di
Nasional Demokrat merupakan kader instan yang sudah jadi sebelumnya.
Masing-masing kader merupakan anggota dari ormas sebelumnya dan
matang di sana. Hal ini mengakibatkan dalam hal gerakan terjadi tumpang
tindih antara kerelaan membantu sosial dan kepentingan politik disatu
sisinya.
Jika didekatkan dengan pola rekruitmen partai politik, pola rekruitmen
Nasional Demokrat memiliki kemiripan dengan pola rekruitmen partai
politik41, yaitu merekrut politisi sekaligus kepala daerah menjadi anggota
bahkan menjadi ketua DPW/DPD di tiap daerah provinsi dan kota/kabupaten.
Antara pihak organisasi Nasional Demokrat dan elit politk yang masuk ke
Diwawancarai di kantor akademik Jurusan Politik –Pemerintahan FISIP unhas pada tanggal 23 Mei
2011 pukul 10.00 wita
41 Menurut Hanta Yuda (2011), ada 3 motif migrasi politik di Indonesia. Pertama, politik electoral (politik
pemilu). Kedua, motif kekuasaan atau jabatan partai. Ketiga, motif politik sekuritas (pengaman).
Lebih jelas baca, Hanta AR Update Indonesia. Volume V. Edisi Januari 2011. The Indonesian
Institute.
40
70
Nasional
Demokrat
terjadi
relasi
simbosis
mutualisme
(saling
menguntungkan). Relasi keuntungan tersebut yaiut; pertama, sebagai daya
tarik massa, kehadiran politisi popular ini berpotensi besar akan menjadi
magnet electoral bagi organisasi, banyaknya masyarakat yang masuk mejadi
anggota Nasional Demokrat, bukan karena melihat latar ideologi atau visi
dan misi dari Nasional Demokrat, tapi dikarenakan oleh faktor figur politisi
yang membuat orang dengan cepat mengenal dan masuk menjadi anggota
Nasional Demokrat. Kedua, masuknya politisi yang juga menjadi kepala
daerah bisa menjadi sumber finansial yang potensial bagi organisasi.
Ketiga,, keuntungan kaderisasi instan42,
elit politik yang menjadi ketua
DPW/DPD merupakan kader partai politik yang sudah matang melewati
proses di partai masing-masing.
Melihat fakta yang muncul dari gerakan Nasional Demokrat ditinjau
dari pola rekruitmennya yang tercipta adalah gerakan elitis. Gerakan elitis
merupakan upaya yang dilancarkan oleh kalangan elite, yang ditujukan
dengan maksud memperkuat posisi mereka, atau meningkatkan kualitas
posisi mereka. Organisasi masyarakat Nasional Demokrat lebih menjadi
tempat konsolidasi politik.Dengan melihat dominannya politisi dan kepala
daerah yang menjabat sebagai ketua DPW dan DPD Nasional Demokrat,
maka tentunya arah gerakan Nasional Demokrat tak bisa di lepaskan dengan
momentum politik (Pilkada).
42
Hanta yuda menyebutnya kaderisasi instan karena mendapatkan ‘kader telah jadi’ secara instan
71
Nasional Demokrat di Sulawesi Selatan misalnya, semua ketua DPD
Nasional Demokrat untuk provinsi Sulawesi Selatan merupakan politisi
sehingga ketika melakukan deklarasi di daerah, tidak bisa dipungkiri diselingi
dengan konsolidasi menjelang pilgub. Maka sangat sulit untuk memisahkan
Nasional Demokrat dengan pilkada saat ini, utamanya di Sulawesi Selatan.
Efek yang muncul dari gerakan elitis Nasional Demokrat adalah model
perekrutan anggota dan struktur Nasional Demokrat, cenderung menyerupai
model perekrutan partai politik dalam hal mengisi struktur DPW dan DPD
terutama untuk ketua-ketuanya. Di Sulawesi Selatan misalnya, yang menjadi
ketua DPW adalah walikota Makassar Ilham Arif Sirajuddin yang juga
merangkap sebagai ketua Partai Demokrat Sulawesi Selatan, di daerah
contoh lainnya adalah Luwu timur yang dipmpin oleh A. Hatta Marakarma
yang juga merangkap jabatan sebagai Bupati Luwu Timur.
C. Orientasi Gerakan Ditinjau Dari Segi Jaringan Sosial Nasional Demokrat
Restorasi indonesia merupakan manifesto Nasional Demokrat,
berawal dari deklarasi nasional awal pembentukan Nasional Demokrat
sampai pada deklarasi tingkat daerah. Dalam penjabaran restorasi
indonesia,
manifesto
Nasional
Demokrat
ini
menjelaskan
3
tujuan
perubahan, yaitu perubahan kepemimpinan baru, kehidupan rakyat, dan
kebijakan internasional.
Nasional Demokrat memiliki visi dan misi untuk menuju masyrakat
yang merdeka. Merdeka yang dimaksudkan adalah berdikari di bidang
72
ekonomi dan berdaulat di bidang politik. Hal inilah yang ditanamkan dalam
proses aksi Nasional Demokrat
Dengan melihat visi, misi dan manifesto Nasional Demokrat, jaringan
yang dibangun adalah tipe jaringan power. Dalam tipologi jaringan sosial,
jaringan power adalah tipe jaringan yang menjelaskan suatu kemampuan
seseorang atau unit sosial untuk mempengaruhi perilaku dan pengambil
keputusan orang atu unit sosial lainnya melalui pengendalian (Adams: 1977
dalam Agusanto, 2007). Hubungan-hubungan sosial yang membentuk
jaringan bermuatan power.. Konfigurasi-konfigurasi saling keterhubungan
antar pelaku di dalamnya sengaja atau diatur. Ketika pencapaian tujuan yang
telah ditargetkan dengan bantuan tindakan kolektif, dan konfigurasi saling
keterhubungan permanen antar pelakunya, maka jaringan power juga telah
terbentuk.
Unit-unit sosialnya merupakan bentukan yang direncanakan atau
distrukturkan secara sengaja oleh power. Pusat power pada jaringan ini
selalu mengevaluasi kinerja unit-unit sosialnya dan memulai kembali
strukturnya untuk meningkatkan efisiensinya. Setiap anggota yang terhubung
di jaringan ini tidak terjadi secara sukarela dan kesadaran untuk memenuhi
kewajiban masing-masing tanpa mengharap insentif. Sangat diperlukan
adanya penghargaan bahkan ganjaran (reward and punish) yang terstruktur
secara formal guna mendorong timbulnya kerelaan dengan peraturanperaturan dan perintah-perintah oleh pusat-pusat power mereka.
73
Pola jaringan yang terbangun di anggota adalah mencita-citakan
sebuah perubahan dari persoalan perpolitikan nasional hingga perubahan
yang bersentuha dengan peri kehidupan langsung dan terdekat.
Setiap ikatan atau organisasi tentunya memiliki kekuatan atau nilai
dalam jaringan tersebut. Kekuatannya biasa berdasarkan golongan antar
anggota seperti KORPRI (Korps Pegawai Negeri) dan nilai yang merekatkan
biasanya berdasarkan ideologi atau kepentingan sekelompok orang seperti
Nadlatul Ulama (NU). Namun, Nasional Demokrat memperlihatkan dirinya
sebagai ormas yang berbeda dengan ormas lainnya. Perbedaan tersebut
yaitu, pertama, Hal ini disebabkan pola rekritumen Nasional Demokrat yang
menjaring tanpa membatasi golongan. Dalam proses rekruitmen anggota
yang cukup mudah masuk menjadi anggota dibandingkan dengan ormas
lainnya, hal ini bisa di lihat pada sub-bab rekruitmen Nasional Demokrat.
Tokoh-tokoh
deklarator
Nasional
Demokrat
pada
awal
pembentukannya dalam skala nasional. Ada banyak golongan yang masuk
menjadi deklarator. Dra. Khofifah Indar Parawansa berlatar NU sebagai
ketua MUSLIMAT NU, Prof. Dr. Syafii Maarif dari Muhammadiyah, Anies
Baswedan, Ph.D berasal dari golongan akademisi, lham Arif Siradjudin, M.M
sebagai Walikota Makassar, Sulawesi Selatan, (Alm)Franky Sahilatua yang
berlatarkan sebagai musisi dan budayawan. dan Surya Paloh sebagai
inisiator yang memiliki latar politisi terkenal di P-Golkar. Banyaknya golongan
yang masuk ke Nasional Demokrat memperlihatkan keterbukaan Nasional
74
Demokrat dalam menjaring anggota.Untuk deklarasi Nasional Demokrat
Sulawsi Selatan, terdapat banyak golongan juga yang turut menjadi
deklarator. Golongan akademisi : Rektor Universitas Muslim Indonesia Prof
Dr Natsir Hamzah, Prof Dr Qasim Mathar MA, Prof Dr Aswanto, Drs Alwi
Rachman MA, dan Prof Dr Tahir Kasnawi. Politisi : Ilham Arif Sirajuddin, Aziz
Kahar Muzakkar, Amin Syam.
Kadua, nilai yang menjadi pendorong etos gerak Nasional Demokrat,
tidak memperlihatkan sebuah ideologi khusus yang dapat menjadi pembeda
dari ormas lain. Misalnya saja ormas NU yang menganut nilai islam
tradisional, menekankan pada pentingnya menjaga budaya sebagai nilai
yang tidak boleh ditinggalkan atas nama apapun. Islam yang datang dari
arab coba dikawinkan dengan budaya indonesia. Berbeda dengan
Muhammadiyah yang justru bertetangan dengan nilai yang dipegang oleh
orang-orang NU. Bagi orang Muhammadiyah, justru islam harus murni dan
islamalah yang harus menjadi panutan mengembangkan budaya, segala
budaya yang dianggap bertentangan dengan islam di anggap bid’ah.
Perbedaan pendapat dua ormas ini menjadikan keduanya tidak ketemu dari
sisi pandangan maupun gerak.
Faktor perekat ormas Nasional Demokrat dalam tinjauan perekat
jejaring sosial adalah keinginan dan keperihatinan terhadap kondisi sosial
dan politik, makanya kelas menengah (middle clas) merupakan kelas
dominan dalam kepengurusan dan deklarator Nasional Demokrat pusat dan
75
derah. Keperihatian dan keinginan perubahan sosial tersebut terangkum
menjadi sebuah manifesto Restorasi Indonesia. Inilah yang menjadi
nilai
sebagai tujuan organisasi.
Nasional Demokrat dari kelahirannya mampu mewadahi lintas
golongan dari berbagai ormas dan partai yang tentunya memiliki nilai
pegangan di golongan asalnya. Restorasi indonesia mempu menjadi tawaran
nilai yang dianggap mewakili berbagai golongan dan kepentingan. Hal ini
tercermin dari beragamnya tokoh-tokoh deklarator saat pertama kali
Nasional Demokrat terbentuk.
Baharuddin Hafid43 mengungkapkan Pada proses perekrutan di
tingkatan wilayah, saat ini anggota yang sudah terdaftar di database
Nasional Demokrat adalah 128.000 orang untuk Nasional Demokrat Sulawsi
Selatan. Dari jumlah tersebut 90% di antaranya adalah Pegawai Negeri Sipil
(PNS).
Hardiansyah44 mengungkapkan, ada beberapa komunitas-komunitas
kecil yang menggabungkan organisasinya masuk ke Nasional Demokrat
untuk wilayah Makassar, yaitu Aco Community yang juga kebetulan
bersampingan sekertariat dengan Nasional Demokrat Sulawsi Selatan, dan
ormas ini juga diinisiasikan oleh Ilham Arif Sirajuddin, Team Honda Beat
Makassar, Komunitas Pengamen Jalanan. Secara person banyak juga dari
43
Merupakan Sekrtaris Eksekutif Nasional Demokrat, di wawancarai di sekertariat Nasional Demokrat
sulsel, jalan batu putih makassar pada tanggal 25 mei 2011 pukul 14.00 wita
44 Merupakan anngota divisi data Nasional Demokrat Sulawesi Selatan, diwawancarai disekertariat
pada tanggal 10 22 mei 2010 pukul 13.00 wita
76
kalangan supir dan mahasiswa yang turut meramaikan Nasional Demokrat
Makassar.
Pola
jejaring
sosial
dan
rekruitmen
Nasional
Demokrat
ini,
memperlihatkan tingkatan jaringan sosial Nasional Demokrat adalah
tingkatan jaringan makro. Karena ikatan yang terbangun dari beberapa
kelompok. Kelompok atau ikatan yang sudah ada sebelumnya melakukan
interaksi dengan kelompok lain, dari hasil interkasi tersebut terbentuklah
sebuah jaringan atau kelompok baru yang volumenya lebih besar dari
sebelumnya.
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa dominan yeng
menjadi ketua DPW dan DPD merupakan golongan politisi, namun bukan
berarti ormas Nasional Demokrat nantinya akan berubah menjadi partai
poltik dengan melihat pola jejaring sosial yang terbangun dalam organisasi
Nasional Demokrat. Hal ini dikarenakan ada banyaknya PNS yang menjadi
anggota. Selain itu, para elit poltisi lokal tersebut masih memegang posisi
yang strategis di tiap partai masing-masing. Kedua faktor ini yang membuat
Nasional Demokrat sulit untuk menjadi partai karena akn kehilangan banyak
kader dan anggota.
Mohc. Zakri DJ, S.Hi45 mengatakan ancaman keluarnya Sulawesi
Selatan seperti yang dilontarkan Ilham Arif Sirajuddin cukup beralasan
karena Nasional Demokrat Sulawesi Selatan didominasi oleh Pengawai
45
Merupakan staf administrasi Nasional Demokrat Sulawesi Selatan, di wawancarai di sekertariat
Nasional Demokrat sulsel, jalan batu putih makassar pada tanggal 25 mei 2011 pukul 13.00 wita
77
Negeri Sipil (PNS), dari keseluruhan anggota Nasional Demokrat Sulawesi
Selatan sekitar 90% anggota berasal dari dolongan PNS.
D. Orientasi Gerakan Ditinjau Dari Segi Institusionalisasi Nasional
Demokrat
Ketika Nasional Demokrat di deklarasikan pertama kalinya Nasional
Demokrat oleh 2 inisiatornya, Surya Paloh dan Sri Sultan HB X, Nasional
Demokrat mendeklarasikan juga sebuah manifesto “Restorasi Indonesia”.
Manifesto ini juga tertuang dalam Anggaran Dasar (AD) Nasional Demokrat.
Dalam penjabaran makna dari Restorasi Indonesia, ada 3 hal yang
menjadi pokok untuk mencapai restorasi indonesia. Yaitu, pertama, restorasi
negara-bangsa yang berupa upaya membangun keteladanan kepemimpinan,
membangun karakter gotong royong sesuai dengan dasar negara dan
membangun kepercayaan rakyat terhadap institusi negara. Kedua, restorasi
kehidupan rakyat yang berupa upaya membangun gerakan arus bawah atas
prakarsa
rakyat,
yang
membawa
nilai-nilai
kebajikan,
spiritualitas
kebangsaan, solidaritas sosial, kearifan budaya lokal, dan etos kerja yang
produktif. Ketiga, restorasi kebijakan internasional yang berupa upaya
membangun keseimbangan baru dalam tata dunia yang lebih adil, damai dan
menjaga kelestarian alam semesta. Setelah mencapai ketiganya akan
terwujud manusia yang merdeka seutuhnya.
78
Gambar.3 skema restorasi Indonesia Nasional Demokrat
Manifesto inilah yang menjadi propaganda Nasional Demokrat
sebagai nilai dalam gerakan Nasional Demokrat. Manifesto ini ditekankan
pada tiap-tiap agenda-agenda Nasional Demokrat secara tersirat maupun
lisan langsung.
Prof.Dr.Armin, M.si46 yang merupakan salah satu deklarator Nasional
Demokrat Sulawesi Selatan mengungkapkan bahwa restorasi adalah
penataan ulang kelambagaan sistem sehingga kelembagaan itu menjadi baik
dan upayanya adalah untuk menolong orang tidak berdaya. Inilah cita-cita
ideal yang membuat para cendikiawan merasa perlu terlibat dalam
organisasi ini.
Dalam hal perubahan sosial, Nasional Demokrat mencoba menjadi
alternatif dalam hal gerakan sosial. Mantan ketua umum PP Muhammadiyah,
Safi’i Ma’arif berharap Nasional Demokrat menjadi alternatif saluran politik
46
Diwawancarai di kantor akademik Jurusan Politik –Pemerintahan FISIP unhas pada tanggal 23 Mei
2011 pukul 10.00 wita
79
bagi masyarakat. Kalau partai bias merenovasi diri, ormas tidak diperlukan
lagi, “kalau tidak, memang diperlukan alternatif” ujarnya47.
Manifesto restorasi Indonesia ternyata mampu menjadi energi
penggerak dalam hal gerakan yang dibangun Nasional Demokrat dalam
bidang sosial. Dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) Nasional Demokrat,
terdapat 2 lembaga sayap organisasi. Pertama, yaitu : Badan Rescue
Nasional Demokrat (BR Nasional Demokrat) dan Badan Kesenian Dan
Kebudayaan Nasional Demokrat
1. Badan Rescue Nasional Demokrat (BR Nasional Demokrat):
Tugas dari badan ini adalah tanggap bencana alam. Ketua Badan
Rescue Nasional Demokrat Jeanette Sudjunadi memaparkan secara
garis besar setidaknya ada tiga program yang akan dilakukan BR.
Pertama adalah program tanggap darurat. Melalui program ini BR akan
terjun
langsung
membantu
masyarakat
yang
terkena
bencana.
Berikutnya adalah program peduli. Dengan program ini BR akan
membantu berbagai kebutuhan dasar masyarakat secara proaktif tanpa
menunggu bencana.48 Dalam aksi dari tim BR Nasional Demokrat, bukan
anggota yang ikut bekerja, namun masyarakat yang ingin menjadi
relawan boleh ikut membantu.
47
48
Muh.idris patarai dan syahruddin hasen, restorasi Indonesia, CV jengki satria, Jakarta 2010, hal-47
http://nasionaldemokrat.org/articles/viewColumnWithTitle/kabar/badan-rescue-Nasional Demokrattitikberatkan-aksi-nyata
80
a. Bentuk aksi BR Nasional Demokrat: Lingkungan : dalam bidang ini,
BR Nasional Demokrat melakukan gerakan menanam pohon sebagai
wujud dari restorasi Indonesia. Seperti menanam pohon di Kawasan
Konservasi Taman Buru Masigit Kareumbi (TBMK), Sumedang, Garut,
Jawa Barat pada 13 Juni 2010.
b. Bedah kampung, kelurahaan lette, kecamatan mariso, kota Makassar.
Membenah desa dengan membersihkan wilyah yang dianggap
kumuh.
c. Bencana alam : BR Nasional Demokrat tanggap dalam hal bencana
alam yang merupakan musibah yang lazim di Indonesia, gerakannya
yang ada yaitu menerjunkan tim Badan Rescue Kemanusiaan Wasior
untuk membantu penanganan korban banjir bandang di Wasior,
Papua Barat, sebanyak 50 dokter yang diterbangkan langsung dari
Jakarta untuk memberikan bantuan medis buat warga yang terkena
bencana. Bantuan korban gempa berkekuatan 7,1 SR yang
mengguncang Kabupaten Kepulauan Yapen, papua, pada 16 Juni
2010. Bantuan berupa bahan makanan, minuman, obat-obatan,
kelambu, selimut, dan tenda diserahkan oleh pengurus Badan Rescue
Nasional Demokrat Jeannette S dan sejumlah pengurus lain di Papua
kepada Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Kepulauan
Yapen49.
49
www.metrotvnews.com/metromain/newsvideo/2010/06/27/107984/Nasional
Korban-Gempa-Yapen+gempa+
Demokrat-Bantu-
81
2. Badan Kesenian Dan Kebudayaan Nasional Demokrat :
Seminar budaya mingguan. Tiap hari rabu Nasional Demokrat Sulawsi
Selatan mengadakan diskusi budaya dengan tema tentang kebudayaan.
Seminar yang diadakan bertemakan ‘Dialog Sinrili’. Kegiatan ini
dilaksanakan sekali seminggu di café yang berbeda tiap meinggunya di
Makassar. Tema-tema yang dikaji adalah masalah sosial dalam tinjauan
budaya. Nilai-nilai local coba diangkat kembali untuk menjawab segala
persoalan sosial. Misalnya Dialog Sinrili’ yang sempat penulis hadiri
tanggal 13-5-2011, yang didiskusikan saat itu adalah “Wartawan
Menjawab..” yang diundang adalah beberapa kalangan wartawan senior
sebagai narasumber. Saat itu banyak wartawan mengungkapkan
diperhadapkan
pada
persoalan
independensi
jurnalistik
dengan
kepentingan pemodal dalam hal pemberitaan. Moderator kemudian
mencoba mengarahkan forum untuk merelasikan persoalan wartawan
dengan nilai sipakainge’dan sipakalebbi’ dalam siri’ na pacce
Drs. H.aswar hasan, Msi50 menyebutkan akan perlu adanya reformulasi
komitmen budaya, khususnya dalam format demokrasi ke depan.
Selama ini Cuma mengakui adanya siri na pacce dengan nilai sipakatau,
sipakalebbi, dan sipakainge, itu semua dalam batas normatif.
Tidak
dalam bentuk prilaku dan tindakan, salah satu penyebabnya karena telah
50
Salah satu deklarator Nasional Demokrat Sulawesi Selatan
82
terjadi degradasi nilai-nilai budaya. Yang bisa memberi solusi adalah
restorasi (Nasional Demokrat).
Dari bentuk gerakan Nasional Demokrat, implementasi cita-cita
Restorasi Indonesia dalam bentuk gerakan ril Nasional Demokrat sendiri
baru pada tahap bidang budaya, sedangkan untuk bidang lain seperti politik,
hukum, dan kebijakan lainnya belum menyentuh ke dalamnya. Dalam bidang
budayapun, sosialisasi restorasi budaya konteks wilayah Makassar sifatnya
masih menyentuh kaum elit dan sifatnya formal, misalnya mengadakan
agenda mingguan dialog budaya. Menurut penulis jika ingin utuh dalam
restorasi budaya, yang dididik semestinya masyarakat awam dan kelas
mengengah ke bawah, karena efeknya akan lebih panjang dan mendalam.
Menurut kamus bahasa indonesia51 restorasi adalah pengembalian
atau pemulihan kepada keadaan semula. Surya paloh dalam situs resmi
Nasional Demokrat mngungkapkan Restorasi yang di gaungkan oleh
Nasional Demokrat mempunyai arti “pemugaran kembali”. Pemugaran yang
dimaksud adalah pemugaran terhadap semangat patriotik dan heroisme
bangsa.52
Restorasi Meiji merupakan usaha besar-besaran kaisar Meiji untuk
menciptakan Jepang baru, yaitu transformasi dari negara yang terisolasi dan
miskin menjadi negara yang modern. Restorasi Meiji membawa perubahan
51
Menggunakan kamus bahasa Indonesia di situs http://kamusbahasaindonesia.org
52http://nasionaldemokrat.org/articles/viewColumnWithTitle/kabar/surya-paloh-restorasi-adalah-
pemugaran-kembali
83
besar dalam kehidupan bangsa Jepang, terutama pendidikan. Sebelum
Restorasi Meiji, Jepang melaksanakan pendidikannya berdasarkan sistem
masyarakat feodal, yaitu pendidikan untuk samurai, petani, tukang,
pedagang, serta rakyat jelata53.
Dalam kurun waktu bergulirnya Restorasi Meiji (Meiji Ishin) tahun
1868 dan dekade sesudahnya, bangsa Jepang telah membuktikan diri
kepada dunia sebagai bangsa yang memiliki kompetensi ilmu pengetahuan
dan teknologi maju yang dapat disejajarkan dengan Amerika dan negara
maju lainnya. Hal yang terpenting dari restorasi ini adalah restorasi dibidang
pendidikan, yaitu mengubah sistem pendidikan dari tradisional menjadi
modern (saat itu dimulai dengan mengadopsi sistem Jerman), program wajib
belajar, mengirim mahasiswa Jepang untuk belajar ke luar negeri (ke Francis
dan Jerman), dan meningkatkan anggaran sektor pendidikan secara drastis.
Semenjak Restorasi Meiji dikibarkan pemerintah Jepang terus menjalankan
kebijaksanaannya dengan mulai giat menerjemahkan dan menerbitkan
pelbagai macam buku, di antaranya tentang ilmu pengetahuan, sastra,
maupun filsafat. Para pemuda banyak dikirim ke luar negeri untuk belajar
sesuai dengan bidangnya masing-masing, tujuannya jelas yaitu mencari ilmu
dan menanamkan keyakinan bahwa Jepang akan dapat setara dengan
kemajuan dunia Barat.
53http://mandaazzahra.wordpress.com/2008/06/10/restorasi-meiji-sebuah-pembelajaran-bagi-
indonesia/
84
Melihat format perubahan jepang dibawah restorasi meiji, pendidikan
anak bangsa merupakan hal yang paling mendasar untuk merubah sebuah
nasib bangsa. Semestinya hal inilah yang mesti dilakukan Nasional
Demokrat jika ingin seutuhnya melakukan Restorasi Indonesia, yaitu melalui
jalur pendidikan. Meskipun gerakan Nasional Demokrat hari ini sudah cukup
memberi pengaruh terhadap kondisi sosial di daerah, namun dalam hal
restorasi (penataan ulang) sebuah bangsa belum memenuhi syarat jika ingin
dikatakan melakukan ‘Restorasi Indonesia’ yang sebenarnya.
Orientasi
Nasional Demokrat
ditinjau
dari institusionalisasinya,
Nasional Demokrat menjalankan fungsinya sebagai ormas dan gerakan
sosial, yaitu; pertama, diskusi masalah sosial. Nasional Demokrat sebagai
ormas cukup memberikan sumbangsih ke dalam pembentukan opini publik
dengan memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik dan melalui
penggabungan sejumlah gagasan-gagasan gerakan kedalam opini publik
yang dominan. Meskipun dalam dalam diskusi tersebut masih berada lingkar
elit dan kelas menengah, diskusi dengan masyarakat akar rumput masih
minim. Kedua, aksi sosial. Nasional Demokrat cukup berperan dalam
membantu korban bencana alam di Indonesia. Hal ini tercermin dengan
pembnetukan Tim Badan Rescue (BR) Nasional Demokrat. Dengan melihat
kedua faktor ini. Orientasi gerakan Nasional Demokrat terhadap bidang
sosial masih melekat dengan melihat model gerakan Nasional Demokrat
terhadap basis sosial.
85
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan dua hal mengenai gerakan Nasional
Demokrat ditinjau dari perspektif politik dengan lokasi penelitian di Kota
Makassar. Pertama, kesimpulan yang berisi pembahasan singkat dari hasil
penelitian yang peneliti lakukan mengenai gerakan Nasional Demokrat
ditinjau dari perspektif politik. Kedua, saran yang berisi solusi yang
ditawarkan oleh penulis untuk gerakan Nasional Demokrat.
A. Kesimpulan
Dari pembahasan singkat sebelumnya mengenai gerakan Nasional
Demokrat ditinjau dari perspektif politik sesuai dengan rumusan masalah ada
beberapa hal yang dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembentukan ormas Nasional Demokrat berangkat dari personal yang
tidak terakomodir dari kelompok sebelumnya, misalnya Surya Paloh dan
Sri Sulstan Hemngkubuwono X yang merasakan kekecewaan terhadap
partai Golkar setelah masing-masing mengalami kekalahan pemilihan
ketua partai Golkar dan tidak terlalu mendapatkan ruang di partai Golkar.
Begitu juga di Sulsel yang di alami Ilham Arif Sirajuddin setelah kalah
dalam pemilihan ketua golkar untuk sulsel oleh Syahrul Yasin Limpo.
Mereka kemudian mencoba membentuk sebuah wadah baru untuk
merealisasikan harapan dan tujuannya. Selain itu, ada juga beberapa
86
tokoh sosial dan inteketual lainnya yang bersama-sama merumuskan
Nasional Demokrat,. Mereka memiliki kondisi lain namun, yaitu berasal
dari kekecewaan terahadap kondisi bangsa yang makin menunjukkan
kepunahan Negara bangsa kareana dipimpin dan digerakkan oleh
personal yang tidak mampu menjalankan tugas kenegaraan, penulis
sebutkan beberapa yaitu Prof. Dr. Thomas Suyatno (Guru Besar
Universitas Atma Jaya), Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A (Guru besar
Universitas Indonesia), dan Anies Baswedan, Ph.D (Rektor Universitas
Paramadina). Meraka merupakan tokoh intelektual dan akademisi yang
terdorong melakukan sesuatu untuk memperbaiki kondisi sosial , mereka
memilih bergabung mendeklarasikan Nasional Demokrat untuk tujuan
tersebut.
2. Melihat fakta yang muncul dari gerakan Nasional Demokrat ditinjau dari
pola rekruitmennya yang tercipta adalah gerakan elitis. Organisasi
masyarakat Nasional Demokrat lebih menjadi tempat konsolidasi
politik.Dengan melihat dominannya politisi dan kepala daerah yang
menjabat sebagai ketua DPW dan DPD Nasional Demokrat, maka
tentunya arah gerakan Nasional Demokrat tak bisa di lepaskan dengan
momentum politik (Pilkada). Nasional Demokrat di Sulawesi Selatan
misalnya, semua ketua DPD Nasional Demokrat untuk provinsi Sulawesi
Selatan merupakan politisi sehingga ketika melakukan deklarasi di
daerah, tidak bisa dipungkiri diselingi dengan konsolidasi menjelang
87
pilgub. Maka sangat sulit untuk memisahkan Nasional Demokrat dengan
pilkada saat ini, utamanya di Sulawesi Selatan. Efek yang muncul dari
gerakan elitis Nasional Demokrat adalah model perekrutan anggota dan
struktur Nasional Demokrat, cenderung menyerupai model perekrutan
partai politik dalam hal mengisi struktur DPW dan DPD terutama untuk
ketua-ketuanya.
3. Tingkatan jaringan ormas Nasional Demokrat merupakan tingkatan
jaringan makro. Karena ikatan yang terbangun dari beberapa kelompok.
Nasional Demokrat sulsel, didominasi golongan PNS sekitar 90% dari
128.000 anggota yang tercatat. Selain itu, untuk wilayah Makassar, ada
beberapa
komunitas-komunitas
kecil
yang
menggabungkan
organisasinya masuk ke Nasional Demokrat, yaitu Aco Community yang
juga kebetulan bersampingan sekertariat dengan Nasional Demokrat
Sulawsi Selatan, Team Honda Beat Makassar, Komunitas Pengamen
Jalanan. Secara person banyak juga dari kalangan supir dan mahasiswa
yang turut meramaikan Nasional Demokrat Makassar. Hal inilah yang
menjadi dinding penghalang Nasional Demokrat untuk berubah menjadi
partai poltik dengan melihat pola jejaring sosial yang terbangun dalam
organisasi Nasional Demokrat. Hal ini dikarenakan ada banyaknya PNS
yang menjadi anggota. Selain itu, para elit poltisi lokal tersebut masih
memegang posisi yang strategis di tiap partai masing-masing. Kedua
88
faktor ini yang membuat Nasional Demokrat sulit untuk menjadi partai
karena akn kehilangan banyak kader dan anggota.
4. Orientasi Nasional Demokrat ditinjau dari institusionalisasinya, Nasional
Demokrat menjalankan fungsinya sebagai ormas dan gerakan sosial,
yaitu; pertama, diskusi masalah sosial. Nasional Demokrat sebagai
ormas cukup memberikan sumbangsih ke dalam pembentukan opini
publik dengan memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik dan
melalui penggabungan sejumlah gagasan-gagasan gerakan kedalam
opini publik yang dominan. Meskipun dalam dalam diskusi tersebut masih
berada lingkar elit dan kelas menengah, diskusi dengan masyarakat akar
rumput masih minim. Kedua, aksi sosial. Nasional Demokrat cukup
berperan dalam membantu korban bencana alam di Indonesia. Hal ini
tercermin dengan pembnetukan Tim Badan Rescue (BR) Nasional
Demokrat. Dengan melihat kedua faktor ini. Orientasi gerakan Nasional
Demokrat terhadap bidang sosial masih melekat dengan melihat model
gerakan Nasional Demokrat terhadap basis sosial.
Melihat dari orientasi gerakan ditinjau dari segi rekruitmen, jejaring
sosial, dan institusionalisasi Nasional Demokrat, kesimpulan yang dapat
ditarik adalah terjadi 2 orientasi yang berbeda menurut bidangnya, yaitu
orientasi bidang politik dan orientasi bidang sosial. Orientasi politik bisa
diidentifikasi dengan melihat dari segi rekruitmen Nasional Demokrat yang
mengarah
kepada
gerakan
elitis,
sedangkan
orientasi
sosial
bisa
89
diidentifikasi pada perubahan sosial menuju perubahan norma/nilai dan
struktur. Kedua orientasi inilah yang mendominasi proses berjalannya
organisasi masyarakat Nasional Demokrat, meskipun sebenarnya keduaduanya saling berkaitan satu sama lain antara orientasi sosial sebagai modal
sosial Nasional Demokrat dan orientasi politik yang lebih mengarah pada
merubah atau mempertahankan struktur pemerintahan sebagai pengambil
kebijakan. Dalam perubahan struktur pemerintahan tersebut, modal sosial
menjadi salah satu syarat utama dalam mempertahankan atau merubah
struktur pemerintahan. Inilah yang penulis sebut sesuatu yang saling
berkaitan dan saling menguntungkan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis,
menunjukkan bahwa tidak maksimalnya gerakan Nasional Demokrat ditinjau
dari perspektif politik disebabkan oleh adanya berbagai kendala baik secara
kultural maupun struktural. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, ada
beberapa saran yang dianggap penting oleh penulis dalam upaya gerakan
Nasional Demokrat ditinjau.
1. Perkuat sistem kaderisasi, menurut penulis format rekrutmen dan
kaderisasi Nasional Demokrat belum matang seperti halnya ormas lain.
Perlu ada penjenjangan kader untuk menilai mana yang betul-betul kader
yang militan
90
2. Penanaman ideologi yang lebih massif sampai ke akar, model
penanaman nilai ideologi Nasional Demokrat masih menyentuh kalangan
menengah ke atas, belum terlalu menyentuh ranah akar rumput, lebih
benar gerakan Nasional Demokrat jika mampu melakukan perbaikan
tatanan sampai level ekar rumput.
3. Konsolidasi pengetahuan dan gerak antar organisasi hingga partai
politik. Jaringan yang dibangun Nasional Demokrat belum mampu
menyentuh ormas besar lainnya atapun parpol dalam rangka melakukan
konsolidasi pengetahuan dan gerak, hal itu guna menghindari sikap
eksklusifisme organisasi. Sebuah gerakan tentunya lebih matang jika
berbareng bergerak ketimbang bergerak sendiri-sendiri. Selain itu, juga
menhindari keterputusan (missed) komunikasi, ketakutannya dapat
menimbulkan saling curiga yang mengarah konflik antar organisasi.
Konsolidasi ke parpol tidak mesti menjadi underbow sebuah parpol,
namun untuk bertukar gagasan mengenai kebijakan yang mesti diambil
oleh legislatif dalam merumuskan kebijakan publik guna mengatasi
persoalan sosial yang tepat sasaran.
4. Penyelesaian masalah sosial. Cita-cita sosial Nasional Demokrat sudah
cukup ideal dalam mengatasi persoal sosial kebangsaan. Namun,
aplikasi masih sulit karena disibukkan agenda politis. Semestinya
penyelesaian
masalah
sosial
menjadi
agenda
utama,
sebagai
konsekuensi dan tanggung jawab sebuah ormas. Setelah berjalan lama
91
dan diterima oleh masyarakat, baru Nasional Demokrat boleh berpikir ke
ranah politik.
92
DAFTAR PUSTAKA
Ambardi, kuskridho. Mengungkap politik kartel. PT.gramedia. Jakarta 2009,
Bowo, esai “Partai Politik Dan Gerakan Sosial”. 20 april 2009
Damsar, Pengantar Sosial Ekonomi, jakarta kencana, 2009
Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Gatara Said, Sosiologi Politik :Konsep Dan Dinamika Perkembangnnya,
2007, Bandung, Pustaka Setia
Koentjaraningrat, metode-metode penelitian masyarakat, 1990, jakarta :
gramedia.
Muh.idris patarai dan syahruddin hasen, Restorasi Indonesia, CV jengki
satria, Jakarta 2010, hal-47
Manan mufrizal, gerakan rakyat melawan elite, 2005, yogyakarta, resist
book
Panuju Redi , Oposisi Demokrasi dan Kemakmuran Rakyat, Pustaka Book
Publisher, Jakarta, 2009,
Prasetyo Eko, makalah “gerakan Sosial Baru ; Sebuah Pengantar, 30 april
2006
Surya paloh ed.: Nasional Demokrat sejati. Pustaka ma’ca makkarang.
Makassar. 2010
Sztompka Piotr, sosiologi perubahan sosial , 2004,. Jakarta : prenada media
Timur Mahardika, Gerakan Massa: mengupayakan demokrasi dan keadilan
secara damai, 2000, Yogyakarta,Lapera Pustaka,
Yuda, Hanta AR Update Indonesia. Volume V. Edisi Januari 2011. The
Indonesian Institute.
93
Sumber Literatur Lain :
http://azmuharam.blogspot.com/2008/12/sosiologi-33.html
http://azmuharam.blogspot.com/2008/12/sosiologi-33.html
http://globalisasi.wordpress.com/2006/07/10/gerakan
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/s/surya-paloh/biografi/02.shtml
www.wikipedia.com
www.mediaindonesia.com
www.nasional_demokrat.com
www.metrotv.com
94
Lampiran 1
A. DEKLARATOR NASIONAL DEMOKRAT

Inisiator Nasional
1. Surya Paloh (Tokoh Masyarakat)
2. Sri Sultan Hamengkubuwono X (Tokoh Masyarakat)

Deklarator Nasional
1. Prof. Dr. Syafii Maarif (Tokoh Masyarakat)
2. DR. (HC) Ir. H. Siswono Yudo Husodo (Anggota DPR RI Jawa Tengah I)
3. H.
Syamsul
Informasi
Mu’arif,
B.A
(Menteri
Negara
Komunikasi
dan
2001-2004)
4. Dra. Khofifah Indar Parawansa (Menteri Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak 1999-2004)
5. Prof. Dr. Soleh Solahuddin (Menteri Pertanian 1998-1999)
6. Prof. Dr. Thomas Suyatno (Guru Besar Universitas Atma Jaya)
7. Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A (Guru besar Universitas Indonesia)
8. Prof. Dr. Didik J. Rachbini (Ekonom dan Akademisi)
9. Prof. Dr. Fredrik L. Benu, M.Si, Ph.D (Guru Besar Universitas Nusa
Cendana)
10. Prof. Dr. T. Bahri Anwar (Guru Besar Universitas Sumatera Utara)
11. Prof. Dr. Tarnama Sinambela (Guru Besar Universitas Mpu Tantular)
12. Anies Baswedan, Ph.D (Rektor Universitas Paramadina)
13. Dr. Rizal Sukma
(Direktur Eksekutif CSIS)
14. H. Sayed Fuad Zakaria, S.E
(Anggota DPR RI P Nanggroe Aceh
Darussalam I)
15. Danny P Thaharsyah
16. Jeffrie Geovanie
(Anggota DPR RI Sumatera Barat I)
(Anggota DPR RI Sumatera Barat I)
17. Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M
(Anggota DPR RI daerah Bangka
Belitung)
18. Drs. H.M. Ade Surapriatna, S.H, M.H
19. Erik Satrya Wardhana
(Anggota DPR RI DKI Jakarta III)
(Anggota DPR RI Jawa Barat III)
95
20. Drs. Enggartiasto Lukita
(Anggota DPR RI Jawa Barat VIII)
21. Budiman Sudjatmiko, M.Sc, M. Phil.
(Anggota DPR RI Jawa Tengah
VIII)
22. Budi Supriyanto, S.H, M.H
23. A. Malik Haramain, M.Si
24. Ir. H. Zulfadhli
(Anggota DPR RI Jawa Tengah X)
(Anggota DPR RI Jawa Timur II)
(Anggota DPR-RI daerah Kalimantan Barat)
25. Edison Betaubun, S.H, M.H
(Anggota DPR-RI Maluku)
26. Drs. Akbar Faizal, M.Si
(Anggota DPR RI Sulawesi Selatan II)
27. Ir. A. Edwin Kawilarang
(Anggota DPR RI Sulawesi Utara)
28. Paskalis Kossay, S. Pd., M.M
29. Ali Umri, S.H., M.Kn
(Walikota Binjai, Sumatra Utara)
30. lham Arif Siradjudin, M.M
31. Franky Sahilatua
(Anggota DPR RI Papua)
(Walikota Makassar, Sulawesi Selatan)
(Budayawan)
32. Drs. Djaffar H. Assegaff
33. Sugeng Suparwoto
(Wartawan Senior)
(Wartawan Senior)
34. Ferry Mursyidan Baldan
35. Drs. Zulfan Lindan
(Politisi)
(Politisi)
36. Patrice Rio Capella, S.H
(Politisi)
37. DR. Poempida Hidayatulloh, B. Eng. Ph.D. DIC
38. Meutya Viada Hafid, B. Eng
(Politisi)
39. Martin Manurung, S.E, M.A
(Penggiat Sosial)
40. Eep Saefulloh Fatah
(Pengamat Politik)
41. Willy Aditya, S. Fil., MDM
42. Romy H. R. Soekarno
43. Samuel Nitisaputra
44. Melkiades Laka Lena
45. Ir. Ahmad Rofiq
(Politisi)
(Aktivis 1998)
(Seniman)
(Politisi)
(Politisi)
(Tokoh Pemuda)
96
B. PENGURUS PUSAT DAN BADAN NASIONAL DEMOKRAT
1. Ketua Umum: Surya Paloh
2. Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan: Ferry Mursyidan Baldan
3. Ketua Bidang Kaderisasi: Akbar Faisal
4. Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi: Jeffrie Geovanie
5. Ketua Bidang Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan: Prof. Dr.
Didik J. Rachbini
6. Ketua Bidang Pertanian, Kehutanan, dan Kelautan: Victor Laiskodat
7. Ketua Bidang Hubungan Internasional: John Prasetio
8. Ketua Bidang Pendidikan: Prof.Dr. Radi A. Gany
9. Ketua Bidang Kebijakan dan Partisipasi Publik: Zulfan Lindan
10. Ketua Bidang Pemberdayaan dan Pelayanan Masyarakat: Khofifah
Indar Parawansa
11. Ketua Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Nasional: Enggartiasto
Lukita
12. Ketua Bidang Hukum, Advokasi, dan HAM: Edison Betaubun
13. Ketua Bidang Perempuan, Pemuda, dan Mahasiswa: Meutya Viada
Hafid
14. Sekretaris Jenderal: Syamsul Mu'arif
15. Wakil Sekjen Organisasi & Keanggotaan: Samuel Nitisaputra
16. Wakil Sekjen Kaderisasi: Patrice Rio Capella
17. Wakil Sekjen Komunikasi & Informasi: Sayed Fuad Zakaria
18. Wakil Sekjen Renlitbang: Willy Aditya
19. Wakil Sekjen Pertanian, Kehutanan, & Kelautan: M. Ichsan Loulembah
20. Wakil Sekjen Hubungan Internasional: Guspiabri Sumowigeno
21. Wakil Sekjen Pendidikan: Danny P Thaharsyah
22. Wakil Sekjen Kebijakan & Partisipasi Publik: Irma Chaniago
23. Wakil Sekjen Pemberdayaan & Pelayanan Masyarakat: Ahmad Rofiq
24. Wakil Sekjen Perekonomian & Sumber Daya Nasional: Martin Manurung
25. Wakil Sekjen Hukum, Advokasi, dan HAM: A. Malik Haramain
97
26. Wakil Sekjen Perempuan, Pemuda-Mahasiswa: Melkiades Laka Lena
27. Bendahara Umum: Karli Boenjamin
28. Wakil Bendahara Anggaran: Wawan Iriawan
29. Wakil Bendahara Pengelolaan Kekayaan Organisasi: Franky Turtan
30. Wakil Bendahara Logistik Bantuan Sosial: Sugeng Suparwoto
31. Wakil Bendahara Pengalangan Dana & Usaha Mandiri: Guntur Santosa
C. BADAN-BADAN NASIONAL DEMOKRAT
1. Badan Rescue Nasional Demokrat
a. Ketua: Jeanette Sudjunadi
b. Wakil Ketua: Anthony C. Sunarjo
2. Badan Kesenian : Kebudayaan Nasional Demokrat
a. Ketua: Franky Sahilatua
b. Wakil Ketua: Romy H.R Soekarno
D. DEWAN PERTIMBANGAN NASIONAL DEMOKRAT
1.
Sri Sultan Hamengku Buwono (Ketua)
2.
Prof. DR. Thomas Suyatno (Sekretaris)
3.
Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A (Anggota)
4.
Prof. Dr. Ir. Soleh Salahuddin (Anggota)
5.
Prof. Dr. M. Surya (Anggota)
6.
Prof. DR. KRHT. Tarnama Sinambela Kusumonagoro (Anggota)
7.
Prof. Wegy Ruslan (Anggota)
8.
Dr. Setyo Sudrajat (Anggota)
9.
Djaffar H. Assegaff (Anggota)
10.
MTH Pardede (Anggota)
11.
Jan Darmadi (Anggota)
12.
Bambang Sulistyo (Anggota)
13.
Prahastoeti Adhitama (Anggota)
14.
Hatta Mustafa (Anggota)
98
E. DEWAN PAKAR NASIONAL DEMOKRAT
1.
Dr. (HC) Ir. H. Siswono Yudo Husodo (Ketua)
2.
Dr. Silverius Sonny Y. Soeharso (Sekretaris)
3.
Prof. Dr. O.C. Kaligis SH, MH (Anggota)
4.
Prof. Dr. T. Bahri Anwar (Anggota)
5.
Prof. DR. Soediarto (Anggota)
6.
Prof. Idrus Paturusi (Anggota)
7.
Prof. Dr. Fredrik L. Benu, M.Si, Ph.D (Anggota)
8.
Ir. A. Edwin Kawilarang (Anggota)
9.
Dr. Poempida Hidayatulloh, Ph.D, DIC (Anggota)
F. PENGURUS WILAYAH NASIONAL DEMOKRAT SULAWESI SELATAN

Dewan pertimbangan:
1.
Ketua: M Amin Syam
2.
Sekretaris: Syamsul Bachri AS
3.
Anggota:
4.
Andi Tjonneng M
5.
Abd Azis Kahar Muzakkar
6.
Prof Dr dr Dali Amiruddin
7.
M Taslim Arifin
8.
Litha Brent
9.
Zohra A Baso
10.
Fatimah Kalla
11.
Mubyl Handaling
12.
Pdt Paulus Patanduk
13.
Rudy Pieter Goni
14.
Hidayat Nahwi Rasul
15.
Doddy Amiruddin
16.
Syamsuri Ismail
99

17.
Untung Siradju
18.
Daniel Rendeng
Dewan pakar:
1.
Ketua: Prof Dr Tahir Kasnawi
2.
Sekretaris: Muh Saiful Saleh
3.
Anggota:
a) Prof Dr Nasir Hamzah
b) Prof Dr Arief Tiro Mpd
c) Prof Dr Amran Razak MA
d) Prof Dr Aswanto SH MH
e) Prof Dr dr Noer Bahry Noor
f) Prof Dr Masrurah Mukhtar MA
g) Prof Dr Andi Ima Kesuma
h) Prof Amir Imbaruddin PhD
i) Prof Dr Ivan Azis PhD
j) Dr Marwan Mas SH MH
k) Drs Ishak Ngeljaratan MA
l) Drs Alwi Rahman MA
m) Prof DR Hambali Talib MH
n) Dr Abd Rahman Qayyum MAg
o) Dr dr Nurdin Mappewali

Pengurus wilayah dan badan nasional
1. Ketua: Ilham Arief Sirajuddin
2. Wakil ketua:
a) Jayadi Nas
b) Prof Dr Muh Qasim Mathar MA
c) Dr Hasrullah
d) Abd Madjid Sallatu
e) Bachriato Bachtiar
f) Aswar Hasan
100
g) Ambas Syam, Sittiara
h) dr Muh Akbar SpS PhD
i) Dr Hamid Paddu MA
j) Pahir Halim
k) Sakka Pati
3. Sekretaris: Dr Muh Akbar
4. Wakil sekretaris:
a) Ilham Jaya
b) Arqam Azikin
c) Muslim Salam
d) Dr Syarkawi Rauf SE ME
e) Arman Arfah
f) Wahyuddin Halim
g) Indriyanti Sudirman
h) Lusia Palulungan
i) Dr Ir Andi Tamsil MS
j) Philips Tangdilintin
k) Muh Khudri Arsyad
l) Barlianti Hasan
5. Bendahara: Arman Jaya
6. Badan:
a) Syamsu Rizal (rescue)
b) Asmin Amin (kesenian& budaya)
7. Biro-biro:
a) Zakir Sabara HW (organisasi& keanggotaan)
b) Harun Al-Rasyid (kaderisasi)
c) Mukhramal Azis (komunikasi& informasi)
d) Mustari Mustafa (litbang)
e) Abd Rasyid J (biro kelautan)
f) Hasanuddin Damis (agraria)
101
g) Ilham Jaya (industri)
h) Drs Aspianor Masri Msi (hubungan daerah),
i) Muh Kasim Wahab (pendidikan)
j) Abadi Sirajuddin (kebijakan& partisipasi publik)
k) Dr Warsinggih SpB KBD (pelayanan kesehatan)
l) Dr Nurhidayat M Said (pemberdayaan masyarakat)
m) Budiman Akbar (perekonomian)
n) Syamsu Alam Hamid (hukum& HAM)
o) Rahmiwati Agustini (perempuan)
p) Subhan Alwi Hamu (pemuda& olahraga)
q) Zulkarnain Paturuni (mahasiswa)
102
Lampiran 2
Ketua-Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Nasional Demokrat:
Sumatera
1.
2.
Aceh
: HT Pribadi (mantan Pj Bupati Aceh Utara)
Sumatera Utara
: HM Ali Umri (Wali Kotan Binjai, Ketua Partai
Golkar Sumut)
3.
Sumatera Barat
: James Hellward (mantan Kepala Dinas Provinsi
Sumatera Barat)
4.
Riau
: Iskandar Hoesin (Ketua Umum PODSI)
5.
Kepulauan Riau
: Muhammad Amin, SE (mantan anggota DPRD
Kep.Riau)
6.
Jambi
: Agus S Roni (politisi PBB)
7.
Sumatera Selatan
: Herman Deru (Bupati OKU Timur prov.Sumsel)
8.
Kep. Bangka Belitung : Ramli Sutanegara
9.
Bengkulu
: Dedy Ermansyah (Ketua Komisi II DPRD Kota
Bengkulu)
10.
Lampung
: Lukman Hakim (Walikota Metro, Lampung)
Jawa
1.
DKI Jakarta
: Jeffry (Geovani anggota DPR fraksi P-Golkar)
2.
Banten
: Hasan
Maksudi
(Mantan
Ketua
DPRD
Kabupaten Serang, Banten)
3.
Jawa Barat
: Mayjen TNI (Purn) Sudrajat (mantan Duta
Besar Cina)
4.
Jawa Tengah
: Hj Rustriningsih (Wagub jateng ,PDI-P)
5.
DI Yogyakarta
: Gusti Kanjeng Ratu Pambayun (putrid sri sultan
Hamengkubuwono X)
6.
Jawa Timur
: Drs.H.
hasan
amiruddin
m.si
(bupati
probolinggo)
Kepulauan Sunda Kecil
103
1.
Bali
: IGK.Manila (purnawirawan TNI)
2.
Nusa Tenggara Barat : HM Nashar
3.
Nusa Tenggara Timur : Irjen (Purn) Y. Jacki Uly (purnawirawan TNI)
Kalimantan
1.
Kalimantan Barat
: Syarif Abdullah Alkadrie (anggota DPRD Kalbar)
2.
Kalimantan Tengah
: Faridawaty Darland Atjeh (ketua KPUD Kalteng)
3.
Kalimantan Selatan
: Guntur Prawira (dewan penasehat DPD PGolkar)
4.
Kalimantan Timur
: Farid Wadjdy (Wakil Gubernur Kalimantan timur)
Sulawesi
2.
Sulawesi Utara
: NH Eman (PJS kab. tomohon, sulut)
3.
Gorontalo
: Adnan
Dambea
(walikota
gorontalo,
prov.
Gorontalo)
4.
Sulawesi Tengah
: Aswadin Randalembah (bupati kab. Sigi prov.
Sulteng)
5.
Sulawesi Barat
: Ali Baal Masdar (bupati polman, sulbar)
6.
Sulawesi Selatan
: Ilham Arif Sirajuddin (walikota makassar)
7.
Sulawesi Tenggara
: Ali Mazi (mantan gubenur sultra 2002-2008)
Kepulauan Maluku
1.
Maluku
: Elya Muskitta
2.
Maluku Utara
: Dr Abdurahman Marasabessy (Ketua STAIN
Ternate)
Papua bagian barat
1.
Papua Barat
: Alex Hesegem (Wakil Gubernur Provinsi Papua)
2.
Papua
: Rahimin
Katjong
(wakil
gubernur
Provinsi
Papua Barat)
104
Download