MODUL PERKULIAHAN DASAR-DASAR KOMUNIKASI ORGANISASI A. Pandangan-pandangan Alternatif B. Organisasi / Pengorganisasian C. Pengertian Komunikasi Organisasi D. Pendekatan dalam Analisis Komunikasi Organisasi Fakultas Program Studi Pascasarjana Magister Ilmu Komunikasi Tatap Muka 01 Kode MK Disusun Oleh MK 52004 Dr. Nur Kholisoh, M.Si Abstract Kompetensi Modul ini menjelaskan tentang konsep utama komunikasi dalam organisasi Melalui pokok bahasan ini dihar apkan mahasiswa dapat memahami konsep dasar dalam komunikasi organisasi. Pembahasan Studi komunikasi organisasi adalah studi mengenai cara orang memandang objekobjek, juga studi mengenai objek-objek itu sendiri. Karena konsep “pengorganisasian” dan konsep “organisasi” begitu lazim dalam kehidupan sehari-hari, maka tidak mengherankan bila orang mengabaikan kepelikannya. Memahami kehidupan organisasi lebih dari sekedar mendefinisikan pengorganisasian, organisasi dan komunikasi organisasi. Konsep-konsep ini dapat digunakan dalam berbagai cara dengan berbagai konsekuensi. A. Pandangan-pandangan Alternatif Setiap orang pada dasarnya mengalami keberadaan objek-objek yang bersifat fisik serta menciptakan pengalaman yang dimiliki bersama orang-orang lain dan objek-objek. Apa yang penting adalah bahwa: 1. Orang-orang yang berbeda berperilaku dengan cara-cara yang berbeda terhadap apa yang mereka anggap objek yang layak diamati. 2. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah berdasarkan pada bagaimana orang-orang berpikir tentang objek-objek itu. Suatu objek sosial adalah sekedar objek yang mempunyai makna bagi suatu kolektivitas atau menuntut tindakan oleh manusia. Dalam pengertian ini, perilaku dan objek adalah konstruksi sosial, karena bergantung pada manusia untuk membuat perilaku dan objek itu signifikan. Bila kita memandang objek dan perilaku sebagai peristiwa yang dikonstruksi oleh manusia, kita juga dapat memandang perilaku manusia sangat bergantung pada prosesproses sosial untuk “mempertahankan dunia bersama-sama”, yaitu: 1. Istilah “objektif” merujuk pada pandangan bahwa objek-objek, perilaku-perilaku, dan peristiwa-peristiwa eksis di suatu dunia “nyata”. Hal-hal itu eksis, terlepas dan independen dari pengamat (perceiver)-nya. 2. Istilah “subjektif” menunjukkan bahwa realitas itu sendiri adalah suatu konstruksi sosial. 2016 2 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Penggunaan istilah “obbjektif” dan “subjektif” tidak untuk menunjukkan mana yang lebih baik. Istilah-istilah itu sekedar untuk merujuk kepada pandangan-pandangan alternatif mengenai dunia. Kita cenderung lebih menyukai istilah “objektif” karena kita telah diingatkan untuk menyingkirkan bias-bias kita dan bersikap “objektif”. Artinya, ada 2 (dua) pandangan, yaitu: 1. Pandangan “objektif” yang mengasumsikan bahwa orang-orang dapat menjauhkan diri mereka dari bias-bias mereka dan bahwa “kebenaran” dapat ditemukan bila kita dapat menyingkirkan campur tangan manusia ketika melakukan penilaian. 2. Pandangan “subjektifitas” menunjukkan bahwa pengetahuan tidak mempunyai sifat yang objektif dan tidak mempunyai sifat yang “tidak dapat berubah”. Studi mengenai persepsi mendukung sifat yang sangat aktif dan selektif dari proses ini. Hal ini dengan sendirinya menimbulkan keraguan mengenai apakah kita akan menemukan sesuatu yang “objektif”. Meskipun demikian, ada orang-orang yang berpendapat bahwa individu-individu tidak menciptakan dunia luar, namun berinteraksi dengannya. Misalnya Brown (1977) berpendapat bahwa objek-objek persepsi merupakan hasil proyeksi teoritis dan tindakan dunia eksternal atas indera-indera kita. Orang yang mendekati realitas secara objektif melihat realitas tersebut sebagai sesuatu yang konkret atau fisik dengan suatu struktur yang harus dan dapat ditemukan. Meskipun tidak ditemukan, struktur itu masih ada di sana dan independen dari mereka yang mencoba untuk menemukannya. Umumnya, apa yang kita sebut “ilmu” (science) berdasarkan pendekatan objektif. Para ilmuwan, orang-orang yang berusaha menemukan sifat realitas, menggunakan teleskop dan mikroskop untuk mengetahuiapa yang membuat segala sesuatu berfungsi. Keberfungsian tersebut mempunyai keteraturan, dan seorang planet-planet, dalam pola-pola dunia hewan, dalam cara bagaimana sel-sel berkembang biak, dan dalam hubungan-hubungan di antara atom-atom dan orang-orang. 2016 3 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Seorang subjektivitas memandang realitas sebagai suatu proses kreatif yang memungkinkan orang-orang menciptakan apa yang ada “di luar sana”. Berdasarkan pandangan seorang subjektivitas, orang-orang menciptakan suatu keteraturan dengan harapan menemukan keteraturan objek-objek. Dunia, dan semua hal yang ada di dalamnya, pada dasarnya tidak terstruktur, atau sekurang-kurangnya berperilaku dengan cara-cara yang tidak memahami dirinya sendiri. Tatanan dan keteraturan adalah cara suatu hal mengikuti suatu hal lainnya dengan suatu urutan peristiwa tertentu. Dalam biologi, misalnya, keteraturan adalah subdivisi kelas dan subkelas dalam klasifikasi sistem bagi tumbuhan dan hewan. Pertanyaan yang diajukan oleh seorang subjektivitas, “Apakah tumbuhan dan hewan tersusun secara alamiah dengan cara yang sama sebagaimana kaum biolog menyusun makhluk itu?” Tentu saja, jawaban seorang subjektivitas adalah tumbuhan dan hewan tidak tersusun seperti itu; para biolog menciptakan susunan itu dan menerapkannya pada tumbuhan dan hewan. Bila anda mempelajari sistem klasifikasi yang diciptakan para biolog, anda mungkin berpikir bahwa dunia disusun dengan cara seperti itu, namun realitasnya para ilmuwan menciptakan sistem tersebut dan menghasilkan keteraturan. Dunia tumbuhan dan hewan, menurut kaum subjektivitas tidak tersusun seperti itu. B. Organisasi / Pengorganisasian Cara kita menyusun atau mengatur orang, objek, dan gagasan dipengaruhi oleh cara pandang kita, apakah kita mulai dari pandangan objektif atau pandangan subjektif. 1. Pendekatan objektif menyarankan bahwa sebuah organisasi adalah sesuatu yang bersifat fisik dan konkret, dan merupakan sebuah struktur dengan batas-batas yang pasti. Istilah “organisasi” mengisyaratkan bahwa sesuatu yang nyata merangkum orang-orang, hubungan-hubungan dan tujuan-tujuan. Sebagian orang menyebut pendekatan ini sebagai pandangan yang menganggap organisasi sebagai wadah (container view of 2016 4 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id organisations). Organisasi eksis seperti sebuah keranjang, dan semua unsur-unsur yang membentuk organisasi tersebut ditempatkan dalam wadah itu. 2. Suatu pendekatan subjektif memandang organisasi sebagai kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang. Organisasi terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi dan transaksi yang melibatkan orang-orang. Organisasi diciptakan dan dipupuk melalui kontak-kontak yang terus menerus berubah yang dilakukan oleh orang-orang antara yang satu dengan yang lainnya dan tidak eksis secara terpisah dari orang-orang yang perilakunya membentuk organisasi tersebut. Berdasarkan pandangan objektif, organisasi berarti struktur; berdasarkan pandangan subjektif, organisasi berarti proses. Penekanan pada perilaku atau struktur bergantung pada pandangan mana yang anda anut. “Organisasi” (Organization) secara khas dianggap sebagai kata benda, sementara “pengorganisasian” (organizing) dianggap sebagai kata kerja (Weick, 1979). Sementara itu, kaum subjektivis menganggap organisasi sebagai mengorganisasikan perilaku. Kaum objektivis menganggap organisasi sebagai struktur, sesuatu yang stabil. Penggunaan kata “pengorganisasian” untuk merujuk kepada suatu organisasi mungkin tampak aneh terlepas dari pandangan mana yang anda anut. Apakah yang kita maksudkan dengan “organisasi”? Jawabannya bergantung pada perspektif yang diambil, namun untuk tujuan studi ini, penting untuk disadari bahwa tidak ada satu perspektif pun yang menjawab pertanyaan ini secara lengkap. Alat yang digunakan untuk menggambarkan organisasi memberikan pandangan mengenai tantangan untuk memahami apa sebenarnya organisasi itu. Suatu alat deskriptif yang primer adalah metafora (kiasa). Suatu metafora membandingkan (mengumpamakan) suatu hal dengan suatu hal lainnya dengan membicarakan hal pertama seolah-olah hal pertama itu adalah hal kedua. Misalnya, 2016 5 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mengatakan bahwa “hidup adalah permainan”, adalah menggunakan metafora yang membandingkan hidup dengan permainan. Kita dapat mengatakan “hidup seperti sebuah permainan”, namun metafora memberikan perbandingan yang lebih kuat. Metafora membantu kita melihat kemiripan dan perbedaan. Ketika seseorang mengatakan, “Meyudutkan seorang birokrat sama seperti memakukan jeli ke dinding”, suatu citra yang khas muncul. Metafora memberikan perumpamaan untuk mengkaji suatu persoalan. Mengkaji sesuatu, seperti organisasi, dapat berdasarkan pada penelaahan ciri-ciri metafora yang ditemukan dalam persoalan yang dikaji. Morgan dan Smircich (1980) berpendapat bahwa teoritisi memilih metafora yang didasarkan atas asumsi-asumsi mengenai realitas dan sifat manusia yang melibatkan mereka dalam jenis-jenis dan bentukbentuk pengetahuan tertentu. Metafora memiliki pengaruh yang membatasi dan memudahkan atas proses berpikir teoritisi. Penggunaan metafora untuk mempelajari suatu subjek mensyaratkan bahwa unsurunsur tertentu perbandingan diabaikan sementara unsur-unsur lainnya ditekankan. Misalnya, bila anda mempunyai metafora “hidup adalah suatu permainan” secara harfiah, akan sulit untuk sekedar menguraikan apa aturan-aturan bagi permainan hidup tersebut. Morgan (1980) berpendapat bahwa suatu metafora didasarkan atas suatu kebenaran parsial, dan ekspresi metafora yang paling kreatif bergantung pada “kekeliruan konstruktif” (constructive falsehood), yang menekankan ciri-ciri tertentu. Implikasi utama dari gagasan ini, menurut Morgan adalah bahwa “tidak ada metafora yang dapat menangkap sifat kehidupan organisasi secara total”, dan bahwa “metafora yang berbeda dapat merupakan dan menangkap sifat kehidupan organisasi dengan cara yang berbeda, setiap metafora menciptakan cara pandang yang kuat, khas, namun pada dasarnya parsial. Mengakui bahwa teori organisasi bersifat metaforis adalah mengakui bahwa teori organisasi adalah suatu usaha yang pada dasarnya subjektif, yang berkaitan dengan produksi analisis satu sisi atas kehidupan organisasi”. 2016 6 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id C. Sifat Manusia Gagasan-gagasan mengenai bagaimana sifat manusia dan sifat realitas adalah saling berhubungan. Hal ini dapat dilihat dari 2 (dua) pendekatan, yaitu: 1. Pendekatan objektif Pandekatan objektif sangat menekankan lingkungan sebagai suatu faktor penentu dalam menjelaskan perilaku manusia. Manusia dibentuk oleh lingkungan, dan keberhasilan serta kelangsungan hidup mereka bergantung pada seberapa baik mereka beradaptasi dengan realitas nyata. Suatu bagian penting proses adaptif adalah mendefinisikan lingkungan secara layak dan memenuhi persyaratannya. Karena lingkungan dan organisasi mempunyai struktur, penting untuk mencocokkan keduanya, sehingga adaptasi maksimal berlangsung. Kelangsungan hidup suatu organisasi bergantung pada kemampuannya untuk beradaptasi dan bertransaksi dengan lingkungannya. Manusia dilihat sebagai pemroses informasi yang memberikan respons terhadap informasi yang ditemukan dalam lingkungan. Hubungan antara individu dan konteks orang tersebut ditentukan oleh pertukaran informasi. 2. Pendekatan Subjektif Pendekatan subjektif menekankan bahwa manusia mempunyai peranan yang lebih aktif dan kreatif. Kreasi mereka sendiri bukanlah produk lingkungan, namun mereka menciptakan lingkungan tersebut. Kreasi mereka sendiri mungkin saja berbalik kepada mereka, namun itu sangat berbeda dengan pendapat bahwa suatu lingkungan konkret eksis secara independen dari tindakan manusia. Manusia hidup dalam dunia simbolik, dan lingkungan simbolik itu berubah serta dapat ditafsirkan dengan berbagai cara. Manusia menciptakan, memelihara, dan memutuskan realitas melalui penggunaan simbol. Manusia tidak hanya merespons dan beradaptasi dengan apa yang ada di luar sana. Mereka menciptakan lingkungan dan beradaptasi dalam proses sosial penciptaan 2016 7 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id itu. Bagian besar tantangan manusia adalah mengenal dan beradaptasi dengan proses sosial itu sendiri. D. Tindakan Manusia Kaum objektivitas dan kaum subjektivitas menggunakan perspektif yang berbeda dalam memandang tindakan manusia. 1. Kaum objektivitas Berdasarkan pandangan kaum objektivitas, tindakan itu bertujuan, intensional, goaloriented, dan rasional. Mereka bertindak berdasarkan tujuan, mempertimbangkan konsekuensi tujuan mereka secara hati-hati. Selain itu, tindakan secara ketat dipaksa dan dikendalikan oleh lingkungan. Tindakan ditentukan oleh lingkungan, dan sang aktor dipaksa untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu. 2. Kaum subjektivitas Bagi kaum subjektivitas, tindakan muncul dari proses sosial dalam interaksi manusia. Fokusnya adalah perilaku yang berkembang (emergent) yang bergantung pada konstruksi sosial yang terjadi selama proses interaksi. Perbedaan antara kedua pandangan mengenai tindakan manusia ini berpengaruh terhadap konsep-konsep keteramalan (predictability) dan control. Menjadi objektivitas berarti mempercayai bahwa organisasi dapat dikelola dan dikendalikan oleh keputusan-keputusan rasional yang menstrukturkan aktivitas sesuai dengan tuntunan lingkungan dan kemampuan individu. Rencana dibuat terlebih dahulu dan orang harus dapat meramalkan hasilnya. Banyak kepustakaan menganai gaya menajerial didasarkan atas gagasan bahwa perilaku seorang manajer menghasilkan jenis-jenis respons tertentu dari bawahan. Sementara itu, pengalaman dan pandangan subjektivitas menyarankan bahwa perilaku manajerial yang disarankan dapat menghasilkan respons pegawai yang berbeda. Adalah menyenangkan berpikir bahwa para manajer mungkin dapat memasuki suatu situasi dengan 2016 8 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id aturan-aturan universal mengenai bagaimana mengelola organisasi. Namun, bahkan situasisituasi yang paling rutin pun mungkin problematic dan tidak dapat diramalkan. Di samping itu, para manajer jarang mempunyai waktu untuk merenungkan keputusan mereka secara menyeluruh seperti yang disarankan oleh pandangan yang objektif, rasional. Kedua pandangan tersebut sama-sama “berorientasikan manusia”, namun memandang manusia dengan cara yang berbeda. 1. Kaum objektivis menyarankan bahwa manusia dapat diramalkan, selama kekuatankekuatan pokok keteraturan alamiah (natural order) dapat diuraikan. Tujuan utamanya adalah berperilaku secara rasional dan menentukan bagaimana orang-orang beradaptasi dengan situasi. 2. Kaum subjektivis menekankan bahwa manusia menciptakan keteraturan dan situasi. Alihalih mencoba menemukan suatu keteraturan alamiah (yang baik mereka tidak eksis), lebih bermanfaat untuk bersikap peka atas bagaimana manusia menciptakan keteraturan, makna bagi mereka, dan konsekuensi penciptaan mereka. Pendekatan objektivis mengisyaratkan mereka bahwa keteraturan eksis di dunia nyata. Keteraturan itu dapat ditemukan, dan dunia, juga perilaku manusia, dapat diramalkan. Berdasarkan perspektif ini, model bagi perilaku manusia menekankan keteraturan, kesederhanaan, dan didasarkan atas bagaimana organisasi harus beroperasi. Namun langkah pendek berikutnya adalah gagasan bahwa setelah keteraturan ditemukan, para peserta organisasi dapat diatur dan dikendalikan. Pemikiran demikian telah merangsang kemunculan banyak teori motivasi dan pencarian cara untuk memotivasi pegawai yang dapat digeneralisasikan ke semua situasi. Berdasarkan pandangan subjektivis, pemahaman atas motivasi menuntut pengetahuan mengenai aspek-aspek unik peserta organisasi dan dunia yang mereka ciptakan. Ini membutuhkan pengetahuan mengenai dunia mereka dan apa maknanya bagi mereka. 2016 9 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Istilah pandangan dunia (World view) merujuk kepada asumsi-asumsi seseorang mengenai realitas dan sifat manusia. Tampak jelas bahwa organisasi manusia bersifat sangat rumit, dan meskipun kita menggunakan metafora sebagai alat untuk memahami organisasi, setiap metafora tidak secara penuh membantu kita memahami bagaimana organisasi bekerja. Adalah juga jelas bahwa metafora yang digunakan bergantung kepada pandangan dunia seseorang. Pertanyaan yang paling provokatif adalah, “apakah pengaruh pandangan dunia dan pandangan dunia yang mana yang harus diikuti?”. E. Pengaruh Pandangan Dunia Atas Definisi dan Analisis Pandangan dunia seseorang mempunyai pengaruh atas bagaimana seseorang mendefinisikan konsep organisasi. 1. Objektivis. Seorang objektivis melihat sebuah organisasi sebagai suatu struktur yang nyata. Organisasi adalah sebuah wadah yang menampung orang-orang dan objek-objek; orangorang dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama. Bila organisasi sehat, maka bagian-bagian yang interdependen bekerja dengan cara yang sistematik untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pengetahuan mengenai organisasi meliputi pengenalan akan struktur atau rancangan apa menghasilkan apa. Kaum objektivis menekankan struktur, perencanaan, control, dan tujuan, serta menempatkan faktor-faktor utama ini dalam suatu skema adaptasiorganisasi. Lingkungan menentukan prinsip-prinsip pengorganisasian. Kaum objektivis mencari “bentuk terbaik” organisasi, berdasarkan kondisi-kondisi lingkungan. Pendekatan ini menyebabkan pencarian kesesuaian optimal antara struktur organisasi dan faktor-faktor tertentu dalam lingkungan, seperti teknologi, situasi atau ketidakpastian. Organisasi dianggap sebagai pemroses informasi besar dengan input, throughput, dan output. Sistem terstruktur atas 2016 10 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id perilaku ini mengandung jabatan-jabatan (posisi-posisi) dan peranan-peranan yang dapat dirancang sebelum peranan-peranan tersebut diisi oleh aktor-aktor (Stogdill, 1966). 2. Subjektivis. Kaum objektivis mendefinisikan organisasi sebagai perilaku pengorganisasian (organizing behavior). Berdasarkan definisi ini, pengetahuan mengenai organisasi harus diperoleh dengan melihat perilaku-perilaku khusus tersebut dan apa makna perilakuperilaku itu bagi mereka yang melakukannya. Struktur penting hanya sejauh struktur tersebut diciptakan dan diciptakan ulang oleh kaum subjektivis dapat digunakan dengan berbagai cara, penggunaannya yang utama adalah memahami kehidupan organisasi sebagaimana dipahami dan diwujudkan oleh para peserta organisasi. Seorang subjektivis tidak akan berusaha mengendalikan berbagai kekuatan (struktur, perencanaan, tujuan) namun menerangkan hal-hal tersebut. Ketika yang ditekankan adalah interaksi antara para peserta, seperti yang dilihat oleh seorang subjektivis, konsep organisasi tidak terbatas pada industri-industri atau badanbadan yang besar. Sebuah keluarga dapat dianggap sebagai sebagai sebuah organisasi, seperti juga General Motors. Unit analisisnya adalah individu, bukan entitas yang disebut organisasi. Organisasi tidak berperilaku; hanya orang yang berperilaku (Weick, 1979). Kaum subjektivis tertarik pada tindakan-tindakan para peserta dan akibat tindakantindakan mereka dan apa makna akibat tersebut bagi mereka. Kaum subjektivis secara khas memandang organisasi sebagai suatu entitas besar dengan suatu struktur kendali yang terdiri dari prosedur dan kebijakan. Sistem tersebut ditata berdasarkan logika untuk mencapai suatu tujuan dan mengandung derajat-derajat otoritas (kewenangan) berbeda pada berbagai tingkat dan juga kegiatan-kegiatan tertentu yang dilakukan oleh individu-individu (Tosi, 1975). Sebaliknya, kaum subjektivis menganut suatu pandangan yang lebih luas mengenai organisasi. Misalnya, Pacanowsky dan O’Donnell-Trujillo mendefinisikan organisasi sebagai “tindakan-tindakan bertautan 2016 11 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (interlocked) suatu kolektivitas”. Suatu kolektivitas mungkin kecil mungkin besar; aspek penting dari definisi tersebut adalah “tindakan-tindakan bertautan” dan makna yang diberikan pada tindakan-tindakan tersebut. F. Pengertian Komunikasi Organisasi Banyak terdapat definisi mengenai komunikasi organisasi yang dikemukakan oleh para pakar baik dalam bidang ilmu komunikasi maupun ilmu manajemen. Joseph DeVito dalam bukunya Human Communication menyatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan baik dalam organisasi di dalam kelompok formal mapun informal organisasi. Sedangkan komunikasi organisasional adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang berada di dalam organisasi itu sendiri, juga antara orang-orang yang berada di dalam organisasi dengan public luar, dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa komunikasi dalam suatu organisasi itulah yang disebut dengan pengertian komunikasi organisasional, hal ini dapat dilihat dari peristiwa komunikasi yang terjadi, seperti instruksi pimpinan suatu organisasi yang harus dilakukan oleh karyawan. Peristiwa lainnya yang bias dikategorikan sebagai kegiatan komunikasi di dalam organisasi adalah seorang karyawan menyampaikan masukan kepada pimpinan untuk kemajuan organisasinya. Contoh lain adalah berupa pemogokan kerja dan demonstrasi yang dilakukan oleh sekumpulan karyawan yang merasa tidak puas dengan kebijakan pimpinan. Contoh yang terakhir ini merupakan peristiwa komunikasi organisasional yang dapat dikatakan negatiif dari segi manajemen, tetapi baik untuk dianalisis sebagai suatu fenomena yang nyata dari segi keilmuan. 2016 12 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id G. Beberapa Pendekatan dalam Analisis Komunikasi Organisasi. Berdasarkan uraian di atas, maka studi mengenai komunikasi organisasi juga dapat dilakukan menurut berbagai sudut pandang yang berbeda. Karena itu, muncullah bermacam-macam pendekatan dalam teori organisasi, yang masing-masing dipengaruhi oleh cara yang digunakan untuk meninjau masalah organisasi. Keseluruhan pendekatan ini bias dikelompokkan menjadi tiga aliran utama, sesuai dengan kurun waktu pemunculan masing-masing pendekatan tersebut. Tiga aliran utama tersebut adalah pendekatan klasik (perspektif The Scientific Management School), pendekatan neo-klasik (perspektif Human Relations School), dan pendekatan modern (perspektif The System School). 1. Pendekatan Klasik Pendekatan ini biasa disebut dengan Machine Theory (The Sciebtific Management School). Munculnya pendekatan Klasik dalam teori organisasi diilhami oleh beberapa konsep yang dikemukakan oleh Frederick W. Taylor pada tahun 1919, yang ia rumuskan berdasarkan pengalamannya bekerja pada sebuah perusahaan baja, Bethlehem Steel, di Amerika Serikat. Walaupun konsep-konsep Taylor ini tidak secara langsung menyangkut permasalahan organisasi, tetapi pada perkembangannya, akhirnya melahirkan pandangan Klasik yang terutama berbicara mengenai anatomi organisasi. Konsep Taylor membahas pengaturan cara bekerja, khususnya untuk pekerja pelaksana seperti tukang-tukang, operator mesin, dan sebagainya. Konsep ini mencoba merumuskan cara kerja yang paling efesien, yang didasarkan pada beberapa pandangan berikut : a. Setiap pekerja bias dianalisis secara alamiah (scientific) untuk menemukan cara terbaik dalam melaksanakannya, berupa metode kerja baku yang paling efesien, yang mampu 2016 13 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id memberikan hasil yang maksimal. Adanya metode kerja baku ini membuka kemungkinan untuk menetapkan pekerja yang paling cocok untuk setiap jenis pekerjaan. b. Cara atau metode kerja baku ini belum tentu sesuai dengan keinginan pekerja, tetapi para pekerja bisa dirangsang dengan imbalan finansial agar bersedia melaksanakannya. Karena pekerja pelaksana diharapkan memberikan hasil yang maksimal, maka dalam pendekatan ini mereka secara khusus hanya ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan pelaksanaan saja. Tugas untuk merencanakan metode kerja, mengkoordinasikan maupun mengorganisasikan pekerjaan dilakukan oleh pihak manajemen. Dengan kekhususan tersebut, pekerja maupun pihak manajemen diharapkan akan menjadi lebih ahli dalam melaksanakan tugasnya, sehingga bisa bekerja secara efisien. Keuntungan lain karena adanya metode kerja yang baku adalah terbukanya kesempatan untuk menetapkan waktu baku bagi setiap pekerja untuk menyelesaikan suatu tugas. Dengan demikian, jika jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh suatu organisasi telah diketahui, dan juga kapasitas setiap jenis pekerja telah diukur (ditunjukkan dengan waktu baku bagi seorang pekerja untuk menyelesaikan suatu tugas), maka dapatlah ditetapkan jenis dan jumlah pekerja yang diperlukan dan juga pendistribusian pekerja-pekerja tersebut dalam organisasi. Uraian tersebut memperlihatkan bahwa konsep Taylor, walaupun bukan merupakan suatu studi mengenai organisasi, tetapi berpengaruh terhadap bentuk atau anatomi organisasi, dan juga terhadap cara pengorganisasian, misalnya : a. Memisahkan secara tegas tugas-tugas yang coraknya berbeda, seperti antara perencanaan dengan pelaksanaan, sehingga berpengaruh terhadap pembagian tugas dalam organisasi. b. Memperkenalkan penggunaan standar, baik untuk metode kerja maupun untuk waktu kerja, yang dapat digunakan untuk mengontrol performansi pekerja. 2016 14 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id c. Adanya standar tersebut membuka kemungkinan untuk menetapkan besarnya upah dan upah perangsang secara adil, sebagai alat untuk memotivasi pekerja. Cara pengorganisasian yang didasari oleh konsep Taylor ini kemudian dipergunakan secara luas walaupun pada permulaannya mendapat tantangan dari berbagai pihak, baik dari para pekerja maupun dari pihak manajemen. Keberatan pihak manajemen terutama berkaitan dengan cara pelaksanaan analisis ilmiah terhadap pekerjaan, yang seringkali tidak mempertimbangkan pendapat para manajer mengenai metode kerja yang sebaiknya digunakan. Keberatan para pekerja muncul karena mereka merasa diperlakukan sebagai mesin, yaitu bekerja secara mekanistis menurut suatu metode kerja tertentu, tanpa kebebasan untuk memilih cara kerja sendiri yang dianggap lebih sesuai dengan karakteristik fisik maupun kepribadian masing-masing. Keberatan lain dari para pekerja muncul karena sebagian keuntungan yang diperoleh sebagai hasil dari peningkatan efisiensi kerja, ternyata diambil oleh pihak perusahaan. 2. Pendekatan Neo-Klasik Pendekatan ini biasa disebut dengan Human Relations School. Pendekatan NeoKlasik ini muncul dari serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Elton Mayo antara tahun 1927 hingga 1932 pada pabrik Hawthorne, milik perusahaan elektronika Western Electric Company di Amerika. Percobaan-percobaan yang dilakukan sesungguhnya masih sejalan dengan konsep-konsep Taylor, walaupun hasilnya ternyata menunjukkan kesimpulan yang berbeda dari konsep tersebut. Percobaan Howthorne dilakukan untuk mempelajari pengaruh kondisi fisik ruangan tempat bekerja terhadap prestasi pekerja. Pada mulanya, kondisi ruangan yang diteliti pengaruhnya adalah kuat penerangan. Percobaan ini dilakukan dengan cara menempatkan enam orang pekerja assembling peralatan elektronika pada suatu ruangan kerja khusus, yang kuat penerangannya bisa diatur besarnya. Para pekerja tersebut sebelumnya bekerja 2016 15 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pada suatu ruangan besar bersama ratusan pekerja assembling lainnya. Hasil percobaan ternyata menunjukkan bahwa prestasi pekerja selalu meningkat walaupun kuat penerangan di tempat kerja diubah, baik menjadi lebih terang maupun menjadi lebih gelap. Secara tidak sengaja, percobaan ini menunjukkan bahwa selain kondisi fisik ruangan ada faktor lain yang juga berpengaruh terhadap prestasi pekerja, yaitu ikatan sosial. Ikatan ini menjadi lebih erat karena mereka dipisahkan menjadi kelompok kecil dan ditempatkan pada ruangan khusus yang terpisah dari para pekerja lainnya. Ikatan psikologis dan sosial yang erat rupanya merupakan perangsang untuk bekerja lebih giat, sehingga prestasi mereka selalu meningkat walaupun kuat penerangan di ruang kerja berubah-ubah besarnya. Percobaan Howthorne ini akhirnya melahirkan pendekatan Neo-Klasik atau disebut juga sebagai pendekatan Human Relation karena perhatiannya terpusat pada aspek hubungan antar manusia dalam organisasi. Pendekatan Neo-Klasik ini bertumpu pada beberapa prinsip berikut : a. Organisasi adalah suatu sistem sosial di mana hubungan antara para anggotanya merupakan interaksi social b. Interaksi sosial ini menyebabkan munculnya kelompok non-formal dalam organisasi, yang memiliki norma sendiri dan berlaku serta menjadi pegangan bagi seluruh anggota kelompok. Norma kelompok tersebut berpengaruh terhadap sikap maupun prestasi anggota kelompok. c. Interaksi sosial antar anggota organisasi perlu diarahkan agar pengaruhnya positif bagi prestasi individu maupun kelompok. Karena itu diperlukan saluran komunikasi yang efektif yang memudahkan untuk mengarahkan interaksi sosial anggota organisasi demi peningkatan prestasi. d. Kelompok-kelompok non-formal tersebut bisa saja mempunyai tujuan yang berbeda dengan kepentingan organisasi. Karena itu, pola kepemimpinan yang hanya memperhatikan struktur formal perlu dilengkapi dengan perhatian terhadap aspek psiko- 2016 16 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sosial pekerja, agar tujuan kelompok-kelompok non-formal tersebut dapat diarahkan sesuai dengan kepentingan organisasi. Untuk itu, manajemen perlu memiliki keterampilan sosial di samping keterampilan teknis, agar mampu membina munculnya ikatan sosial yang baik dalam organisasi. Prinsip tersebut memperlihatkan bahwa perhatian pendekatan Neo-Klasik ini terpusat pada aspek hubungan antar manusia dalam organisasi dan kurang memperhatikan struktur pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab ataupun anatomi organisasi. Hal yang terakhir ini seringkali dianggap sebagai kelemahan utama dari pendekatan Neo-Klasik. 3. Pendekatan Modern Pendekatan ini biasa disebut dengan System School. Perkembangan teori organisasi pada mulanya menunjukkan gejala “menyebar”. Berbagai pendekatan yang muncul seingkali tidak ada hubungannya satu sama lain, bahkan saling berlawanan. Pendekatan Klasik dan Neo-Klasik misalnya, memberikan gambaran yang jelas mengenai gejala menyebar tersebut. Pendekatan Klasik memusatkan perhatian pada anatomi organisasi dan tidak memperhatikan aspek sosial, sedangkan pendekatan Neo-Klasik justru mementingkan aspek sosial tetapi kurang memperhatikan anatomi organisasi. Karena itu, antara berbagai pendekatan tersebut tidak bisa tercapai suatu kesatuan pandangan mengenai masalah organisasi. Akibatnya, solusi yang muncul dalam analisis terhadap suatu masalah organisasi seringkali berbeda-beda tergantung pada jenis pendekatan yang digunakan sebagai dasar dalam analisis yang dilakukan. Akhirnya, muncul pendekatan Modern dalam teori organisasi yang seringkali dianggap sebagai pendekatan yang mampu menyatukan keseluruhan pandangan dalam analisis organisasi. Pendekatan ini munculnya diawali oleh suatu penelitian yang dilakukan oleh Joan Woodward pada akhir tahun 1950-an, terhadap 100 buah perusahaan industri di South Essex – Inggris. 2016 17 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Penelitian Woodward ini berusaha mempelajari penggunaan prinsip-prinsip manajemen klasik (seperti tentang kendali, rasio karyawan langsung terhadap karyawan tidak langsung, dll.) dan penggunaannya pada berbagai perusahaan untuk menemukan ciriciri organisasi perusahaan yang sukses. Pada mulanya, penelitian ini memperlihatkan bahwa jenis teknologi berpengaruh terhadap bentuk organisasi perusahaan, yang berarti bahwa untuk setiap jenis teknologi terdapat suatu jenis organisasi tertentu yang sesuai. Penelitian Woodward ini segera diikuti oleh beberapa penelitian lainnya yang sejenis, yang keseluruhannya menunjukkan bahwa selain teknologi terdapat juga aspek-aspek lain yang berpengaruh terhadap karakteristik organisasi yaitu : faktor-faktor lain yang terdapat dalam lingkungan organisasi. Hal ini berarti bahwa organisasi dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya, dan hanya organisasi yang bisa beradaptasi secara tepat terhadap tuntunan lingkungan yang akan dapat mencapai keberhasilan. Karena itu, bentuk dan cara pengelolaan organisasi haruslah disesuaikan dengan keadaan lingkungannya agar organisasi itu bisa mencapai keberhasilan. Ketergantungan ini menyebabkan pendekatan Modern ini sering juga disebut sebagai pendekatan “ketergantungan” (contingency). Pendekatan Modern mempunyai beberapa perbedaan yang mendasar jika dibandingkan dengan dua pendekatan sebelumnya, yaitu : a. Pendekatan Modern memandang organisasi sebagai suatu sistem terbuka, yang berarti bahwa organisasi merupakan bagian (sub-sistem) dari lingkungannya, sehingga organisasi bisa dipengaruhi maupun mempengaruhi lingkungannya. Pendekatanpendekatan sebelumnya selalu memandang orgnasasi sebagai suatu sistem tertutup yang tidak dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Karena pandangan ini, pendekatan Modern juga sering disebut sebagai pendekatan sistem. b. Keterbukaan dan ketergantungan organisasi terhadap lingkungannya menyebabkan bentuk organisasi harus disesuaikan dengan lingkungan di mana organisasi itu berbeda. Pendekatan lainnya, karena tidak melihat keterbukaan organisasi, beranggapan bahwa 2016 18 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bentuk organisasi yang ideal bisa berlaku secara umum tanpa memperlihatkan keadaan lingkungan di mana organisasi itu berbeda. Pendekatan Modern, karena perhatiannya terhadap keterbukaan dan ketergantungan organisasi terhadap lingkungannya, seringkali merupakan satu-satunya pendekatan yang mampu menjelaskan fenomena-fenomena nyata yang terjadi di sekeliling kita. Hanya pendekatan Modern saja misalnya, yang sanggup menjelaskan mengapa pada suatu lingkungan tertentu hanya perusahaan yang memberikan uang “pelican” saja yang bisa berkembang baik H. Organisasi Sebagai Sistem Dalam rangka keterbukaan organisasi terhadap lingkungannya tampak bahwa organisasi merupakan suatu sistem, yaitu terdiri dari elemen-elemen yang saling berhubungan, yang memerlukan input, melakukan transformasi input menjadi output yang dikeluarkan pada lingkungan di luar organisasi. Dalam rangka hubungannya dengan lingkungan terjadi proses dalam organisasi. Proses tersebut dilaksanakan melalui subsistem organisasi yaitu sistem-sistem yang terdapat pada organisasi, yang masing-masing mengerjakan fungsi yang khas. Suatu organisasi terdiri dari subsistem-subsistem berikut : 1. Subsistem Produksi Subsistem yang melakukan pembuatan produk ataupun jasa yang merupakan output organisasi 2. Subsistem (Boundary Spanning) Subsistem yang menangani transaksi yang terjadi pada batas antara organisasi dengan lingkungannya, yang terdiri dari dua jenis yaitu : 2016 19 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a. Perbatasan pada sis input, seperti pembelian b. Perbatasan pada sisi output, seperti pemasaran 3. Subsistem Pemeliharaan (Maintenance) Subsistem yang bertugas menjaga kelancaran operasi organisasi, baik menjaga perakatan, manusia, dll. 4. Subsistem Penyesuaian (Adaptasi) Subsistem yang melakukan perubahan (adaptasi organisasi terhadap perubahan lingkungannya. Subsistem ini melakukan pengamatan terhadap lingkungan untuk melihat permasalahan, kesempatan, perubahan, dll yang terjadi pada lingkungan, dan mengatur adaptasi terhadap perubahan-perubahan tersebut. 5. Subsistem Pengarah (Manajamen) Merupakan subsistem yang terpisah, berfungsi sebagai pengarah dari keseluruhan subsistem lainnya (dalam penentuan arah, strategi, tujuan dan bijaksanaan), mengembangkan organisasi dan mengatur serta mengkoordinasikan seluruh subsistem lainnya. I. Dimensi Organisasi Dalam analisis terhadap permasalahan organisasi seringkali kita terpaksa mencoba menetapkan karakteristik organisasi. Penetapan karakteristik itu hanya dapat dilakukan jika telah diketahui dimensi-dimensi organisasi, yang merupakan landasan untuk merumuskan karakteristik tersebut. Dimensi organisasi ini terdiri dari dimensi structural dan dimensi kontekstual, yang masing-masing mempunyai sifat sebagai berikut : 1. Dimensi Struktural Menggunakan karakteristik internal suatu organisasi, dan terdiri dari dimensi-dimensi berikut : 2016 20 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a. Formalisasi Menunjukkan tingkat penggunaan dokumen tertulis dalam organisasi yang menggambarkan perilaku serta kegiatan organisasi. b. Spesialisasi Menunjukkan derajat pembagian pekerjaan dalam organisasi c. Standarisasi Menggambarkan derajat kesamaan dalam pelaksanaan kerja d. Sentralisasi Menunjukkan pembagian kekuasaan menurut tingkatan (hirarki) dalam organisasi, antara lain ditunjukkan dengan jenis dan jumlah keputusan yang boleh ditetapkan pada setiap tingkatan e. Hirarki kekuasaan Menggambarkan pola pembagian kekuasaan serta rentang kendali secara umum f. Komplekssitas Menunjukkan banyaknya kegiatan (subsistem) dalam organisasi, yang terdiri dari : 1) Kompleksitas vertikal : Menunjukkan jumlah tingkatan yang ada dalam organisasi 2) Kompleksitas horisontal : Menunjukkan pembagian kegiatan secara horisontal, yaitu menjadi bagian-bagian yang secara vertikal berada pada tingkatan yang sama. g. Profesionalisme Menunjukkan tingkat pendidikan formal ataupun tidak formal rata-rata yang dimiliki oleh anggota organisasi h. Konfigurasi Menunjukkan bentuk pembagian anggota organisasi ke dalam bagian-bagian, baik secara vertikal, maupun horizontal. 2016 21 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Dimensi Kontekstual Menggambarkan karakteristik keseluruhan suatu organisasi yang mencakup lingkungannya dan terdiri dari : a. Ukuran organisasi Menunjukkan jumlah anggota (personil) organisasi b. Teknologi organisasi Menunjukkan jenis dan tingkat teknologi dari sistem produksi suatu organisasi c. Lingkungan Menggambarkan keadaan semua elemen lingkungan yang terdapat di luar batasbatas organisasi, terutama elemen-elemen lingkungan yang berpengaruh terhadap organisasi. 2016 22 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Arni Muhammad (2002), Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, Fredric M. Jablin, Linda L. Putnam, Editors (2001) The New Handbook of Organizational Communication: Advances in Theory, Research and Methods, Sage Publications, USA Goldhaber, Gerald (1993), Organizational Communication, Six Edition, McGraw Hill,. R. Wayne Pace, Don F. Faules (1998), Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Remaja Rosdakarya Stephen P. Robbin (2002), Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi dan Aplikasi, Jilid 1 dan Jilid 2, Prenhallindo, Jakarta Suminar, Yenny Ratna (2004), Buku Materi Pokok Komunikasi Organisasional, Universitas Terbuka, Jakarta 2016 23 Komunikasi Organisasi Dr. Nur Kholisoh, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id