PERBEDAAN RATA-RATA HASIL PENGUKURAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR HB SAHLI DAN HB ELEKTRIK Diah Andriani K. Indah Risnawati Nor Asiyah STIKES Muhammadiyah Kudus Korespondensi: [email protected] ABSTRAK Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Anemia pada kehamilan merupakan masalah besar yang berdampak buruk terhadap kehamilan maupun persalinan baik bagi ibu dan bayinya serta memerlukan penanganan hati-hati, termasuk pemeriksaan untuk mencari penyebab. Zat besi merupakan bahan baku pembuat sel darah merah. Ibu hamil mempunyai tingkat metabolisme yang tinggi misalnya untuk membuat jaringan tubuh janin, membentuknya menjadi organ dan juga untuk memproduksi energi agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal sehari-hari (Sin sin, 2010). Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/ dl darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia. Penelitian ini merupakan penelitian merupakan analitik komparatif dengan pendekatan crosssectional yang menilai perbedaan hasil ukur alat pemeriksaan hemoglobin Hb sahli dan alat Hb elektrik. Dalam penelitian ini 1 responden di lakukan pemeriksaan 2 kali dengan alat pengukur hemoglobin yang berbeda dalam sekali waktu. Hasil presentase perbedaan rerata pemeriksaan Hb sahli dengan Hb elektrik terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan selisih rerata 1,20 yaitu (11,8 %) lebih besar daripada responden dengan selisih rerata yang lainnya. presentase perbedaan rerata pemeriksaan Hb sahli dengan Hb elektrik terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan selisih rerata 1,20 yaitu (11,8 %) sedangkan lebih besar daripada responden dengan selisih rerata yang lainnya, sedangkan selisih rerata tertinggi 6,10 yaitu (2 %). Pada pendertita anemia lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah atau hemoglobin dibawah normal. Penyebabnya bisa karena kekurangan zat besi, asam folat dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi Kata Kunci : Haemoglobin,Hb Sahli,Hb Elektrik PENDAHULUAN Kehamilan merupakan kondisi dimana ibu memiliki resiko yang berdampak pada kesehatan ibu dan janin, seperti resiko anemia. Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar hemoglobin dalam darah di bawah normal. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, seperti kekurangan zat besi, asam folat ataupun vitamin B12 (WHO, 2001). Anemia yang paling sering terjadi terutama pada ibu hamil adalah anemia karena kekurangan zat besi (Fe). Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Anemia pada kehamilan merupakan masalah besar yang berdampak buruk terhadap kehamilan maupun persalinan baik bagi ibu dan bayinya serta memerlukan penanganan hati-hati, termasuk pemeriksaan untuk mencari penyebab (Allen, 2000). Standar pelayanan kebidanan keenam membahas tentang pengelolaan anemia pada kehamilan yang bertujuan untuk menemukan anemia pada kehamilan secara dini dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung. Selama proses bidan harus memeriksa kadar Hb pada kunjungan pertama dan minggu ke-28, memberikan sedikitnya satu tablet zat besi selama 90 hari, penyuluhan tentang gizi zat besi, memberikan ibu hamil terduga anemia satu tablet zat besi 2-3 kali perhari rujuk ibu dengan anemia berat, menyarankan ibu untuk konsumsi tablet zat besi 4-6 bulan postpartum (Allen, 2001). Hemoglobin (Hb) adalah komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses metabolisme. Menurut Manuaba (2001), haemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah (Ethiopia, 2004). Zat besi merupakan bahan baku pembuat sel darah merah. Ibu hamil mempunyai tingkat metabolisme yang tinggi misalnya untuk membuat jaringan tubuh janin, membentuknya menjadi organ dan juga untuk memproduksi energi agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal sehari-hari (Sin sin, 2010). Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/ dl darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia (Ames, 2001). Pada pemeriksaan dan pengawasan haemoglobin dapat dilakukan dengan mengunakan metode sahli yang dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I (umur kehamilan sebelum 12 seminggu) dan trimester III (umur kehamilan 28 sampai 36 minggu). Hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain metode sahli, metode oksihemoglobin, atau metode sianmethemoglobin. Metode sahli tidak dianjurkan karena mempunyai kesalahan yang besar, alatnya tidak dapat distandarisasi, dan tidak semua jenis hemoglobin dapat ditetapkan sebagai contoh karboksihemoglobin, methemoglobin, dan sulfahemoglobin. Hanya ada 2 metode yang dapat diterima dalam hemoglobinometri klinik, yaitu oksihemoglobin, dan sianmethemoglobin. Keduanya merupakan cara spektrofotometrik. Metode oksihemoglobin hanya mengukur semua hemoglobin yang dapat diubah menjadi oksihemoglobin, sedang karboksihemoglobin dan senyawa hemoglobin yang lain tidak terukur.Internasional Committe for Standarization in Hematology (ICSH) merekomendasikan metode sianmethemoglobin, sebab selain mudah dilakukan juga mempunyai standar yang stabil dan hampir semua jenis hemoglobin terukur kecuali sulfahemoglobin (Allen, 2001) Metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih adalah metode sianmethemoglobin, pemeriksaan Hb elektrik. Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang segera bereaksi dengan ion CI membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar (de la Calle, 2003) Konsekuensi yang merugikan bagi kesehatan mempengaruhi orang-orang dengan derajat bervariasi kemakmuran dan dari semua kelompok umur, terutama wanita usia subur dan anak-anak 1. Sekitar dua miliar orang yang kekurangan zat besi, dengan setengah dari mereka memanifestasikan tanda-tanda klinis anemia (Allen, 2000). Status mikronutrien dari populasi berisiko tinggi baru-baru ini mendapat perhatian luas karena merugikan mempengaruhi hasil kehamilan, kemampuan kerja, kapasitas intelektual, dan kekebalan, termasuk sosial ekonomi (Allen, 2001). Anemia dikarenakan dari faktor non-gizi, seperti perdarahan, infeksi, penyakit kronis, atau toksisitas obat, dan dari yang gizi, termasuk kekurangan zat besi, vitamin tertentu, tembaga, dan protein (Gu L, et all, 2002). Kekurangan zat besi tetap menjadi penyebab utama terjadinya anemia adalah kekurangan gizi yang paling luas di dunia ini. Diperkirakan bahwa 75% dari anemia adalah kekurangan zat besi terkait, diikuti dengan folat dan kekurangan vitamin B12 (Haidar et all, 2003). Pelayanan terhadap ibu hamil dapat dilakukan dengan cara antenatal care yaitu pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatanmental dan fisik ibu hamilsehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.Dalam pelayanan Antenatal Care (ANC) pada dasarnya ibu hamil seharusnya mendapatkan pelayanan pemeriksaan kadar hemoglobin.Pada pemeriksaan dan pengawasan.hemoglobin dapat dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Pemeriksaan kadar hemoglobin bertujuan untuk mendeteksi kejadian anemia pada ibu hamil. Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yangmemiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) danangka kesakitan dan kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidananyang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi denganberlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenagakesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yangmembutuhkannya, kapan dan dimanapun dia berada. Untukmenjamin kualitas tersebutdiperlukan suatu standar profesi sebagai acuan untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek pengabdian profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek input, proses dan output. Kesehatan ibu hamil dapat dicapai jika kehamilan diperiksa secara teratur dan resiko yang ditemukan ditangani secara memadai.Tindakan yang diberikanoleh petugas kesehatan (bidan) pada saat pemeriksaan kehamilan akan sangat banyak berpengaruhterhadap kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya karena dengan pemeriksaan yang lengkap akan mudah mendeteksi kelainankelainan yang mungkin terjadi kurangnya kadar haemoglobin dalam kehamilan dapat menyebabkan Abortus,Partus imatur/ prematur,Kelainan kongenital, Perdarahan antepartum., Gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, Kematian perinatal (Hidar et all, 2003). METODE PENELITIAN Studi pengaturan dan desain Penelitian ini merupakan penelitian merupakan analitik komparatif dengan pendekatan cross-sectional yang menilai perbedaan hasil ukur alat pemeriksaan hemoglobin Hb sahli dan alat Hb elektrik. Dalam penelitian ini 1 responden di lakukan pemeriksaan 2 kali dengan alat pengukur hemoglobin yang berbeda dalam sekali waktu. Kriteria Inklusinya adalah Ibu hamil ≥ 28 minggu berdasarkan penghitungan HPHT, Ibu yang bersedia di periksa kadar hemoglobinnya sedangkan Kriteria Eksklusinya adalah Ketika diambil darahnya untuk pemeriksaan hemoglobin, darah cepat mengering. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester tiga yang melakukan pemeriksaan ANC di BPM Nor Asiyah Karangampel RT.4 RW 3 Kaliwungu Kudus. Ukuran sampel ditentukan berdasarkan rumus uji hipotesis beda proporsi. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer. Data diperoleh dengan cara melakukan intervensi langsung kepada pasien berupa pengambilan darah melalui tusukan lancet pada jari pasien, kemudian darah akan diambil untuk di periksa dengan menggunakan Hb sahli dan dengan alat Hb elektrik. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai perbedaan hasil ukur antara Hb sahli dengan Hb Elektrik terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil, di lakukan di BPS Nor Asiyah dengan alamat praktik Desa Karangampel 4/3 Kaliwungu Kudus. Dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2014 dengan alat Hb Sahli dan Hb Elektrik sebagai alat pengumpul data penelitian. Hasil ukur yang diperoleh meliputi karakteristik responden: Umur, tingkat pendidikan, tingkat gravida serta perbedaan rerata pemeriksaan Hb sahli dengan Hb elektrik terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil. A. Karakteristik responden. Dari 51 responden ibu hamil diperoleh data karakteristik sebagai berikut: 1. Berdasarkan umur responden Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan umur responden di BPS Nor Asiyah Umur (tahun) Frekuensi Presentase (%) < 20 1 2,0 21-25 17 33,3 26-30 20 39,2 31-35 11 21,5 >35 2 4,0 Total 51 100 Tabel 1 Menunjukkan bahwa presentase umur responden antara 26-30 tahun adalah (39,2 %) lebih besar daripada responden yang berusia < 20 tahun ( 2,0 %). 2. Berdasarkan tingkat pendidikan responden Tabel 2 Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan responden di BPS Nor Asiyah Pendidikan Frekuensi Presentase (%) SD 12 23,5 SMP 18 35,3 SMA/SMU 16 31,4 PT 5 9,8 Total 51 100 Tabel 2 Menunjukkan bahwa presentase tingkat pendidikan responden SMP adalah (35,3 %) lebih besar daripada responden yang tamat Perguruan Tinggi (PT) yaitu (9,8 %). 3. Berdasarkan tingkat gravida responden Tabel 3 Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat gravida responden di BPS Nor Asiyah Gravida Frekuensi Presentase (%) 1 22 43,1 2 22 43,1 3 6 11,8 4 1 2,0 Total 51 100 Tabel 3 Menunjukkan bahwa presentase tingkat gravida responden Gravida 1 dan 2 besarnya sama yaitu (43,1 %) lebih besar daripada responden yang Gravida 4 yaitu (2,0%). Analisis data yang didapatkan dari perbedaan rerata pemeriksaan Hb sahli dengan Hb elektrik terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan menggunakan distribusi frekuensi adalah sebagai berikut. Tabel 4 Distribusi frekuensi berdasarkan perbedaan rerata pemeriksaan Hb sahli dengan Hb elektrik terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil responden di BPS Nor Asiyah Perbedaan rerata pemeriksaan Hb sahli dengan Hb elektrik Frekuensi Presentase (%) ,10 1 2,0 ,20 1 2,0 ,40 1 2,0 ,50 3 5,9 ,60 2 3,9 ,80 1 2,0 ,90 1 2,0 1,10 2 3,9 1,20 6 11,8 1,30 1 2,0 1,40 1 2,0 1,50 1 2,0 1,60 1 2,0 1,70 1 2,0 2,00 2 3,9 2,10 1 2,0 2,30 1 2,0 2,40 2 3,9 2,60 1 2,0 2,70 1 2,0 2,90 2 3,9 3,20 1 2,0 3,30 1 2,0 3,40 1 2,0 3,70 3 5,9 3,80 2 3,9 4,00 1 2,0 4,10 2 3,9 5,20 1 2,0 5,50 3 5,9 5,80 2 3,9 6,10 1 2,0 Total 51 100 Tabel 4 Menunjukkan bahwa presentase perbedaan rerata pemeriksaan Hb sahli dengan Hb elektrik terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan selisih rerata 1,20 yaitu (11,8 %) lebih besar daripada responden dengan selisih rerata yang lainnya. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada tabel 4 Distribusi frekuensi berdasarkan perbedaan rerata pemeriksaan Hb sahli dengan Hb elektrik terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil responden di BPS Nor Asiyah Menunjukkan bahwa presentase perbedaan rerata pemeriksaan Hb sahli dengan Hb elektrik terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan selisih rerata 1,20 yaitu (11,8 %) sedangkan lebih besar daripada responden dengan selisih rerata yang lainnya, sedangkan selisih rerata tertinggi 6,10 yaitu (2 %). Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringanjaringan.Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan globin (tetra phirin) menyebabkan warna darah merah karena Fe ini. Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah merah (Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen” (Evelyn, 2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin. Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisi dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas sangat berpengaruh. Di samping faktor mata, faktor lain, misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode sahli ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telat terlatih hasilnya dapat diandalkan. Pada pendertita anemia lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah atau hemoglobin dibawah normal. Penyebabnya bisa karena kekurangan zat besi, asam folat dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali KEPUSTAKAAN Allen LH. Anemia and iron deficiency: effects on pregnancy outcome. Am J Clin Nutr. 2000;71:1280S–4S. [PubMed] World Health Organization. Iron deficiency anemia: assessment, prevention and control. A guide for programme managers. Geneva: World Health Organization; 2001. p. 114. (WHO/NHD/01.3). Allen L, Casterline-Sabel J. Prevalence and causes of nutritional anemias. In: Ramakrishnan U, editor. Nutritional anemias. Boca Raton, FL: CRC Press; 2001. pp. 7–21. Ethiopia. Federal Ministry of Health. National guideline for control and prevention of micronutrient deficiencies. Addis Ababa: Family Health Department, Federal Ministry of Health, Government of Ethiopia; 2004. p. 26. Zhang SM, Willett WC, Selhub J, Hunter DJ, Giovannucci EL, Holmes MD, et al. Plasma folate, vitamin B6, vitamin B12, homocysteine, and risk of breast cancer. J Natl Cancer Inst. 2003;95:373–80. [PubMed] de la Calle M, Usandizaga R, Sancha M, Magdaleno F, Herranz A, Cabrillo E. Homocysteine, folic acid and B-group vitamins in obstetrics and gynaecology. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2003;107:125–34. [PubMed] Gu L, Wu J, Qiu L, Jennings CD, Li GM. Involvement of DNA mismatch repair in folate deficiency-induced apoptosis small star, filled. J Nutr Biochem. 2002;13:355–63. [PubMed] Ames BN. DNA damage from micronutrient deficiencies is likely to be a major cause of cancer. Mutat Res. 2001;475:7–20. [PubMed Haidar J, Muroki NM, Omwega AM, Ayana G. Malnutrition and iron deficiency in lactating women in urban slum communities from Addis Ababa, Ethiopia. East Afr Med J. 2003;80:191–4. [PubMed Leveno KJ, Cunningham FG, Gant NF, Alexander JM, Bloom SL, Casey BM, et al., editors. Williams Obstetrics Jakarta: EGC; 2003. L R, GML G, LG C. Treatments for Iron-deficiency Anemia in Pregnancy (Review). Cochrane Database of Systematic Review. 2007(2). Haider BA, Olofin I, Wang M, Spiegelman D, Ezzati M, Fawzi WW. Anaemia, Prenatal Iron Use, and Risk of Adverse Pregnancy Outcomes: Systematic Review and Meta-Analysis. British Medical Journal. 2013. Kozuki N, Lee AC, Katz J. Moderate to Severe, but Not Mild, Maternal Anemia Is Associated with Increased Risk of Small-for-Gestational-Age Outcomes1–3. The Journal of Nutrition. 2012. Lubis Z, Tarumingkeng RC, Coto Z. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi yang Dilahirkan. Bogor Institut Pertanian Bogor; 2003. Levono KJ, Cunningham FG, Gant NF, Alexander JM, Bloom SL, Casey BM, et al., editors. William Obstetri : Panduan Ringkas Jakarta: EGC; 2003. H.Allen L. Anemia and Iron Deficiency : Effect on Pregnancy Outcome. The American Journal of Clinical Nutrition. 2000;71.