Pengaruh Metode Hypnoquantum Teaching terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Netty Herawati1 Prodi Psikologi, FISIB, Universitas Trunojoyo Abstrak Pembelajaran hypnoquantum adalah sebuah modifikasi pembelajaran bagi mahasiswa untuk mendapatkan motivasi dalam belajar. Model ini merupakan kolaborasi dari pembelajaran quantum dan hypnosis. Motivasi pembelajaran menjadi hal yang paling penting terhadap suksesnya proses pembelajaran dalam kelas. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan menggunakan teknik quota sampling. Untuk menganalisis statistik, digunakan tes t sampel. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa psikologi Universitas Trunojoyo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi belajar mahasiswa meningkat setelah diberikan eksperimen. Pembelajaran model hypnoquantum dapat digunakan sebagai referensi model pembelajaran. Kata kunci: motivasi belajar, pembelajaran hypnoquantum Abstract Hypnoquantum teaching is modified learning for student to get learning motivation. This is collaboration between quantum teaching and hypnosis. Learning motivation became most important to succesfull learning process in the class room. This research used experiment methode with quota sampling technique and paired samples t test to analysis statistic. The samples is students from psychology faculty of Trunojoyo University.The result of the study showed that learning motivation of students look at better than before experiment. Hypnoquantum teaching can be taken as a reference model learning.. Keywords: learning motivation,hypnoquantum teaching Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Dr Joko Santoso baru-baru ini mengutarakan soal dua area hakikat fundamental pendidikan tinggi. Kedua area itu adalah kompetensi keilmuan dan kegunaan. Diuraikan sang rektor bahwa kompetensi keilmuan merupakan syarat perlu bagi solusi pengembangan pendidikan jangka panjang, sedangkan kompetensi kegunaan adalah syarat mutlak untuk pembangunan infrastruktur pendidikan berjangka pendek (forum Sains, 2008). Untuk mencapai kemajuan pendidikan tinggi, pendalaman teori dalam studi Ilmu dan Teknologi penting, tetapi kemampuan logika dan tingkat responsibilitas pribadi setiap individu juga harus mendukung. Tidak kalah penting dosen sebagai tenaga pendidik. Dosen sebagai tenaga pendidik di perguruan tinggi memiliki peranan penting untuk mewujudkan tujuan tersebut melalui interaksi dengan mahasiswa melalui proses belajar mengajar. Seorang dosen yang baik tidak hanya mempunyai kemampuan untuk mentransfer 1 ilmu pengetahuan (knowledge) yang dimiliki kepada mahasiswa, akan tetapi juga mampu membangkitkan semangat belajar mahasiswa, sehingga mereka termotivasi belajar dengan kesadarannya sendiri dan mempunyai rasa keingintahuan yang cukup besar terhadap pengetahuan. Dengan demikian akan memacu mahasiswa untuk belajar dengan tidak membatasi hanya di ruang kuliah, namun juga dapat termotivasi untuk belajar secara mandiri di luar ruang kuliah. Mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi maka ia akan menjadi lebih tergerak dan terarah dalam melaksanakan kegiatan belajar (Herawati, 2007). Banyak fakta menunjukkan bahwa banyak dari mahasiswa tersebut ternyata gagal menyelesaikan pendidikannya dalam batas waktu minimal yang telah diprogramkan, atau bahkan gagal sama sekali menyelesaikan studinya. Banyak faktor yang memungkinkan terjadinya kegagalan menyelesaikan studi di perguruan tinggi ini, di antaranya adalah latar belakang mahasiswa, termasuk faktor-faktor Korespondensi: N. Herawati, Prodi Psikologi, FISIB, Universitas Trunojoyo, Jl. Raya Telang PO BOX 2 Kamal Bangkalan, Telp.: 031-3011120. E-mail: [email protected] 58 Pamator, Volume 4, Nomor 1, April 2011 dalam diri individu, serta karakteristik mahasiswa yang bersangkutan. Keberhasilan belajar atau prestasi belajar biasanya diukur melalui tes, yang kemudian dikuantifikasikan dalam bentuk nilai atau indeks prestasi (IP). Apabila kita ingin mengetahui bagaimana proses belajar mahasiswa bisa kita lihat dari nilai yang diperoleh dari setiap semester yang telah diselesaikannya, karena nilai tersebut merupakan cerminan dari proses belajar yang terjadi. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka peran dosen dalam membangkitkan motivasi belajar mahasiswa sangat diperlukan dan menjadi kunci penting berhasilnya proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu diperlukan metode pengajaran yang dapat menjadikan mahasiswa lebih aktif, kreatif dan merangsang munculnya life skills, serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (joyfull learning). Beberapa metode terbaru banyak berkembang dalam proses belajar mengajar. Di antaranya, metode pembelajaran langsung, metode quantum teaching, metode problem solving, dan lain-lainnya. Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang memengaruhi kesuksesan mahasiswa dan mengubah kemampuan dan bakat alamiah mahasiswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Orkestrasi ini merupakan kolaborasi berbagai interaksi belajar yang terdiri dari konteks dan kontens. Konteksnya meliputi (1) suasana pembelajaran, (2) landasan/kerangka kerja (3) lingkungan pembelajaran (4) perancangan pembelajaran yang dinamis. Sedangkan kontensnya meliputi (1) presentasi/cara penyampaian materi (2) pemberdayaan fasilitas (3) keterampilan hidup dan (4) praktik (Jurnalnet.com, 2009). Pada dasarnya metode-metode ini untuk menciptakan suasana kelas lebih aktif dan menarik, sehingga merangsang keinginan belajar yang lebih lama. Yang tidak kalah menariknya, belakangan ini sering terdengar hipnosis sangat baik untuk membentuk perilaku seseorang. Melalui teknik hipnosis, seseorang dapat memodifikasi perilaku orang lain untuk berperilaku sesuai keinginan sehingga perilaku baru yang terbentuk adalah perilaku yang sesuai dengan harapan. Oleh karena itu ada ketertarikan untuk memadukan unsur hypnosis dan metode quantum teaching dalam proses pembelajaran menjadi suatu formula metode baru hypno quantum teaching. Bila dengan quantum teaching, proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan menyenangkan (joyfull learning) maka dengan hipnosis diharapkan ada modifikasi perilaku sehingga terbentuk perilaku baru yang sesuai dengan harapan dosen. Metode hypno quantum teaching sebagai salah satu metode pengajaran yang memfokuskan pada suasana belajar yang menyenangkan menjadi salah satu referensi untuk mengetahui apakah berpengaruh secara signifikan dalam memodifikasi perilaku mahasiswa sehingga mampu meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : apakah ada pengaruh metode hypno quantum teaching terhadap motivasi belajar mahasiswa? Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Latipun (2004) mengatakan bahwa penelitian eksperimen dalam bidang psikologi mempunyai keunggulan jika dibandingkan dengan penelitian lainnya. Penelitian eksperimen didesain untuk dapat mengendalikan secara ketat variabel-variabel ekstra yang tidak berhubungan dengan variabel yang sedang diamati, di samping itu, penelitian eksperimen memiliki efisiensi yang tinggi. Dalam merencanakan dan melaksanakan suatu eksperimen diperlukan desain eksperimen. Desain eksperimen ini mencakup perencanaan eksperimen, langkah-langkah eksperimen dan pelaksanaan eksperimen. Hasil dan Pembahasan Hipnosis, Quantum Teaching dan Motivasi Kata hipnosis berasal dari kata hypnos, yaitu dewa tidur pada mitologi Yunani. Hipnosis adalah ilmunya, hipnotis adalah orang yang melakukan hipnosis, sedangkan hipnotisme sama dengan hipnosis. Hipnotis adalah seseorang yang telah mempelajari dasar-sadar ilmu hipnosis. Hipnoterapis adalah hipnotis yang mempelajari teknik terapi dengan menggunakan kondisi hipnosis. Definisi yang paling banyak digunakan dan diterima berbagai lembaga /asosiasi hipnosis dan hipnoterapi di dunia adalah definisi yang dikeluarkan oleh U.S. Dept. of Education, Human Services Division: ”hypnosis is the by-pass of the critical factor of the conscious mind followed by the establishment acceptable selective thinking” atau “hipnosis adalah penembusan faktor kritis pikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran selektif (sugesti).” Netty Herawati, Pengaruh Metode Hypnoquantum Teaching Kondisi hipnosis sebenarnya identik dengan gelombang otak alfa dan theta. Gelombang alfa berada pada kisaran 8��12 Hz dan theta pada 4��8 Hz. Saat seseorang berada dalam kondisi trance maka kisaran gelombang otaknya pasti berada di antara alfa dan theta. Setiap orang dalam satu hari minimal pasti berada dalam kisaran gelombang ini yaitu saat mau tidur dan saat baru bangun tidur. Secara alamiah saat kita mau tidur gelombang otak akan turun dari beta, ke alfa, ke theta, dan akhirnya di delta (tidur pulas tanpa mimpi). Demikian pula sebaliknya. Saat kita bangun tidur maka gelombang otak akan naik dari delta, ke theta, ke alfa, dan akhirnya di beta atau sadar penuh. Oleh karena itu Hipnosis berhubungan dengan kondisi kesadaran seseorang pada satu waktu tertentu. Hipnosis sebenarnya merupakan seni komunikasi dengan pikiran bawah sadar. Manusia mempunyai dua jenis pikiran yang bekerja secara simultan dan saling memengaruhi, yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Besarnya pengaruh pikiran sadar terhadap seluruh aspek kehidupan seseorang, misalnya sikap, kepribadian, perilaku, kebiasaan, cara pikir, dan kondisi mental seseorang hanya 12%. Sedangkan besarnya pengaruh pikiran bawah sadar adalah 88%. Dari sini dapat kita ketahui bahwa pikiran bawah sadar mengendalikan diri kita 9 kali lebih kuat dibandingkan pikiran sadar. Semenjak periode ’60-an, ribuan artikel mengenai hipnosis telah muncul. Berdasarkan sejumlah penelitian laboratorium yang terkontrol dan studi klinis, sebagian peneliti menyepakati hal-hal berikut (Krisch & Lynn, 1995; Nash & Nadon, 1997). Reaksi hipnosis lebih tergantung pada usaha dan kualitas orang yang sedang hipnotis dibandingkan dengan keterampilan penghipnotis. Beberapa orang lebih responsif terhadap hipnotis dibandingkan dengan orang lain, dan reaksi ini bersifat stabil sepanjang waktu. Meskipun demikian, secara mengejutkan, kerentanan terhadap hipnotis tidak berhubungan dengan sifat kepribadian umum seperti keluguan, kepercayaan, submisif, atau konformitas (Nash & Nadon, 1997). Orang yang mudah terhipnotis memang cenderung memiliki kemampuan untuk mudah terserap dalam aktivitas mereka dan terlibat dalam dunia imajinasi, tapi kemampuan ini memiliki hubungan yang sangat lemah dengan kerentanan terhadap hipnotis (Council, Kirsch, & Grant, 1996, Nash & Nadon, 1997). Orang yang terhipnotis tidak dapat dipaksa melakukan hal yang bertentangan dengan keinginan mereka sendiri. Seperti mabuk, hipnosis dapat 59 digunakan untuk membenarkan pelepasan rasa malu (“Saya tahu ini terlihat konyol, tapi bagaimanapun juga, saya sedang terhipnotis”). Individu yang terhipnotis mungkin bahkan menuruti sugesti untuk melakukan sesuatu yang tampak memalukan atau berbahaya. Tetapi orang yang terhipnotis ini memilih untuk mengembalikan tanggung jawab pada orang yang menghipnotis dan bersifat koperatif terhadap sugesti dari orang yang menghipnotis (Lynn, Rhue, & Weeks, 1990). Tidak ada bukti bahwa orang yang terhipnotis dapat melakukan hal-hal yang sungguhsungguh melanggar moral mereka atau membawa mereka kepada bahaya nyata pada diri mereka sendiri maupun orang lain (Laurence & Perry, 1988). Tindakan-tindakan yang dilakukan di bawah pengaruh hipnosis dapat juga dilakukan oleh orang yang termotivasi, tanpa harus menggunakan hipnosis. Orang yang terhipnotis terkadang melakukan tindakan yang luar biasa, baik yang sifatnya mental ataupun fisik. Tapi hipnosis sesungguhnya tidak membuat mereka mampu melakukan hal-hal yang tidak mungkin. Dengan motivasi, dukungan, dan dorongan yang cukup, orang yang sama dapat melakukan hal-hal serupa tanpa harus dihipnotis (Chaves, 1989; Spanos, Stenstrom, & Johnson, 1988). Hipnosis tidak meningkatkan ketepatan ingatan. Banyak orang yang menduga bahwa hipnosis dapat meningkatkan kemampuan untuk memperoleh kembali ingatan yang terlupakan. Dalam kasus-kasus yang sangat langka, hipnosis dapat digunakan dengan sukses untuk mengangkat kembali ingatan korban kasus kriminal. Tapi biasanya, ingatan dari orang yang ada di bawah pengaruh hipnosis telah salah. Walaupun hipnosis dapat meningkatkan jumlah informasi yang dapat diingat kembali, hipnosis juga meningkatkan terjadinya kesalahan, karena orang yang ada di bawah pengaruh hipnosis sepertinya lebih berani menebak, atau karena mereka telah salah mengira khayalan yang tampak nyata sebagai ingatan aktualnya (Dinges dkk., 1992., Kihlstrom, 1994). Kendati demikian, orang yang berada di bawah pengaruh hipnotis sering kali merasa yakin sepenuhnya bahwa “ingatannya” adalah benar. Karena pseudomemori dan kesalahan sering ditemukan pada pemerolehan kembali ingatan di bawah pengaruh hipnotis, American Psychological Association dan American Medical Association telah menentang penggunaan hipnosis sebagai kesaksian di persidangan. Hipnosis tidak menghasilkan pengulangan kembali pengalaman kejadian di masa lalu. Ketika 60 Pamator, Volume 4, Nomor 1, April 2011 Michael Yapko (1994), seorang psikolog klinis yang menggunakan hipnosis dalam prakteknya, melakukan survei terhadap 869 anggota American Association of Mariage and Family Therapiests, dia menemukan bahwa lebih dari separoh orang yang di survei percaya bahwa “hipnotis dapat digunakan memunculkan kembali ingatan sejauh mungkin hingga saat dilahirkan.” Kepercayaan ini tentu saja sangat salah. Ketika orang-orang mundur ke usia mereka sebelumnya, kinerja mental dan moral mereka tetaplah orang dewasa (Nash, 1987). Pola gelombang otak dan refleks tidak berubah menjadi seperti anak kecil; mereka juga tidak menggunakan penalaran seperti anak kecil atau menunjukkan kecerdasan seperti anak kecil. Mereka mungkin menggunakan Baby Talk atau melaporkan mereka merasa seperti anak berumur 4 tahun lagi, tapi penalarannya jelas tidak menunjukkan mereka berusia 4 tahun, mereka hanya mau memainkan peran seperti anak berusia 4 tahun. Sugesti hipnosis telah digunakan secara efektif untuk banyak tujuan psikologis atau medis. Walaupun hipnosis tidak banyak berguna untuk menemukan apa yang terjadi di masa lampau, hipnosis dapat berguna untuk menangani masalah psikologis ataupun medis. Kesuksesannya yang paling besar adalah dalam managemen rasa sakit; beberapa orang secara dramatis merasakan hilangnya rasa sakit yang disebabkan oleh luka bakar, kanker, dan proses persalinan; yang lain belajar untuk menghadapi rasa sakit yang kronis secara emosional dengan lebih baik. Sugesti hipnosis telah digunakan untuk mengurangi stres, kecemasan, obesitas, asma, gangguan usus, mual karena kemoterapi, dan bahkan gangguan kulit (Nash & Barnier, 2007; Patterson & Jensen, 2003). Adapun pengertian Quantum Teaching menurut Bobby De Porter yaitu: “Quantum Teaching adalah konsep yang menguraikan cara-cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan. Quantum Teaching menjadikan segala sesuatu berarti dalam proses belajar mengajar, setiap kata, pikiran, tindakan asosiasi dan sampai sejauhmana mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran. Sebagaimana ungkapan di atas, Colin Rose juga berpendapat bahwa Quantum Teaching adalah panduan praktis dalam mengajar yang berusaha mengakomodir setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap siswa. Metode ini sarat dengan penemuan-penemuan terkini yang menimbulkan antusiasme siswa. Quantum Teaching menjadikan ruang-ruang kelas ibarat sebuah konser musik yang memadukan berbagai instrumen sehingga tercipta komposisi yang menggerakkan dari keberagaman tersebut. Sebagai guru yang akan memengaruhi kehidupan murid, anda seolah-olah memimpin konser saat berada di ruang kelas. Adapun asas Quantum Teaching adalah bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal ini mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama. Memasuki terlebih dahulu dunia mereka berarti akan memberi izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Dengan mengaitkan apa yang diajarkan oleh guru dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang didapatkan dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, dengan mudah dunia siswa dibawa ke dunia guru atau pengajar. Guru akan memberikan pemahaman tentang isi dunia itu. Adapun tujuan Quantum Teaching adalah untuk meraih ilmu pengetahuan yang luas dengan berdasarkan prinsip belajar yang menyenangkan dan menggairahkan. Terdapat perbedaan antara tujuan dan prioritas. Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin diraih. Sedangkan prioritas merupakan tahapantahapan yang akan dilalui dalam mencapai tujuan. Menciptakan suasana yang dinamis dalam belajar, dengan memadukan berbagai unsur-unsurnya serta melakukan penggubahan, merupakan tahapan-tahapan untuk mencapai ilmu pengetahuan yang luas sebagai tujuan. Adapun prinsip Quantum Teaching adalah sebagai berikut: 1) Segalanya berbicara, 2) Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar, 3) Segalanya bertujuan semua yang terjadi dalam penggubahan kita, mempunyai tujuan. Oleh karena itu, Kathy Wagone membuat istilah yang memotivasi: “tetapkanlah sasaran tersebut agar bisa berprestasi setiap harinya”, 4) Pengalaman sebelum pemberian nama otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses yang paling baik terjadi ketika siswa telah mendapatkan informasi sebelum memperoleh kesimpulan dari apa yang mereka pelajari, 5) Akui setiap usaha, belajar mengandung risiko. Netty Herawati, Pengaruh Metode Hypnoquantum Teaching Belajar berarti keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Seperti kata Noelle C. Nelson bahwa pujian atau penghargaan kepada seseorang atas karyanya memunculkan suatu energi yang membangkitkan emosi positif, 6) Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan. Perayaan adalah sarapan para pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan minat dalam belajar. Sehubungan dengan itu, Dryden berpesan bahwa ingatlah selalu untuk merayakan setiap keberhasila Kata motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu. Tidak bisa dipungkiri, setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat). Purwanto (1990) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menunjang tingkah laku seseorang agar terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Pendapat ini didukung oleh Sardiman (2001) yang menjelaskan bahwa motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila individu tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan perasaan tidak suka tersebut. Seseorang yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi akan tergerak untuk melakukan kegiatan belajar secara optimal. Ia akan berusaha untuk dapat mencapai hasil belajar dengan prestasi yang tinggi. Ketika mendapat tugas belajar, ia berusaha menyelesaikan secara baik dan tidak menyia-nyiakan waktu belajarnya. Wlodkowski dan Jaynes (2004) memandang motivasi belajar sebagai sistem bimbingan internal yang berusaha untuk menetapkan fokus siswa dalam hal belajar, namun harus berdiri pada dirinya sendiri dan berkompetisi melawan semua hal menarik lain pada eksistensi keseharian. Dari pengertian-pengertian motivasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai tujuannya. 61 Motivasi untuk belajar, jauh lebih penting daripada semua bakat dan kemampuan dalam bidangbidang tertentu. Mempunyai motivasi diri dan hasrat untuk belajar merupakan permasalahan kritis bagi keberhasilan anak di masa depannya, baik di sekolah, kerja dan kehidupan pada umumnya. Bahwa anak-anak yang memiliki motivasi belajar dengan rasa senang secara murni, berpeluang sangat besar di berbagai pelajaran yang diikutinya. Mereka akan memiliki sarana untuk mengatasi rintangan yang ada dan mendorong diri sendiri untuk mengoptimalkan potensi terbaik yang mereka punyai, sehingga berpeluang mengubah kegagalan menjadi sebuah keberhasilan. Namun demikian, Lebih lanjut Wlodkowski dan Jaynes (2004) mengatakan bahwa hal utama yang memengaruhi motivasi belajar anak adalah karena faktor budaya, keluarga, sekolah dan diri anak itu sendiri. Tiap hal tersebut merepresentasikan sebuah sistem yang dapat memunculkan pengaruh yang menekan dari perspektif yang mencakup sudut pandang psikologis, sosiologis, antropologis dan historis. Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya: 1) Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual, 2) Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual, 3) Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya, 4) Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain, 5) Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu: Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan. Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan. Analisis Eksperimen Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan program SPSS versi 17.0. data yang 62 Pamator, Volume 4, Nomor 1, April 2011 Tabel 1. Hasil Analisis kelompok eksperimen Pair 1 Pair 1 Pre-test Pos-test Paired Samples Statistics Mean N 48.5294 17 82.0588 17 pre-est & pos-test Paired Samples Correlations N Correlation 17 .629 diperoleh dari pre-test dan post-tes dilakukan analisis dengan menggunakan Paired-Samples T-test. Adapun Hasil pre-test dan post test pada kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 1. Jumlah subjek penelitian dalam kelompok eksperimen adalah 17 orang. Dengan rata-rata kemampuan sebelum diberi perlakuan 48,5294 dan setelah diberi perlakuan sebesar 82,0588. Adapun untuk menguji hubungan antara kemampuan sebelum dan sesudah diberi perlakuan diperoleh nilai koefisien korelasi r = 0,629 dengan signifikansi 0,000 yang berarti ada korelasi antara kemampuan sebelum diberi perlakuan dan sesudah mendapatkan perlakuan. Hal ini berarti ada perbedaan hasil pre-test dan post-test. Hasil yang diperoleh dari post-test menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari pre-test. Std. Deviation 23.03290 11.86629 Std. Error Mean 5.58630 2.87800 Sig. .007 Adapun Tabel 1 adalah hasil analisis T-test, yang menunjukkan perolehan nilai t = -7,640 dengan signifikansi 0,000 yang berarti ada perbedaan kemampuan belajar sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan. Perbedaan rata-rata kemampuan sebelum diberi perlakuan sebesar 48,5294 dan kemampuan sesudah diberi perlakuan sebesar 82,0588. Tabel 2 adalah hasil analisis statistik kelompok kontrol. Uji hubungan antara pre test dan post test pada kelompok kontrol diperoleh nilai koefisien korelasi r = 0,470 dengan signifikansi 0,057 yang berarti tidak signifikan karena nilai signifikansinya lebih dari 0,05, artinya tidak ada korelasi antara kemampuan belajar antara sebelum dan sesudahnya. Adapun Tabel 3 adalah hasil analisis T-test, yang menunjukkan diperoleh nilai t = -3,463 dengan Tabel 2. Hasil analisis kelompok kontrol Pair 1 Pair 1 Paired Samples Statistics Mean N 48.2353 17 70.0000 17 pre-test pos-test pre-test & pos-test Paired Samples Correlations N Correlation 17 .470 Std. Deviation 29.31196 12.24745 Std. Error Mean 7.10920 2.97044 Sig. .057 Tabel 3. Hasil Analisis T-Test Mean Pair 1 pre-test-pos-test -21.76471 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Sig. Interval of the Std. Error T df (2-tailed) Std. Difference Mean Deviation Lower Upper 25.91701 6.28580 -35.09000 -8.43941 -3.463 16 .003 Netty Herawati, Pengaruh Metode Hypnoquantum Teaching 63 Tabel 4. Perbandingan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Pair 1 pre-test 1-pre-test 2 Pair 2 pos-test 1-pos-test 2 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Sig. t df (2-tailed) Difference Std. Error Std. Mean Lower Upper Deviation Mean 2.94118 44.44304 10.77902 -19.90933 25.79168 .273 16 .788 9.41176 17.84327 4.32763 .23760 18.58593 2.175 16 .045 signifikansi 0,003 yang berarti ada perbedaan kemampuan belajar sebelum dan sesudah diuji. Tabel 4 adalah perbandingan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel 4 adalah hasil analisis T-test yang membandingkan nilai pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perbandingan pre-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh nilai t = 0,273 dengan signifikansi 0,788 yang berarti tidak signifikan, artinya tidak ada perbedaan hasil pre-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sedangkan perbandingan post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan hasil t = 2,175 dengan signifikansi 0,045 yang berarti signifikan, artinya ada perbedaan yang signifikan hasil post-test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa perlakuan dalam eksperimen dapat meningkatkan kemampuan belajar subjek. Dengan meningkatnya kemampuan belajar subjek mengindikasikan bahwa motivasi belajar subjek meningkat. Seperti pendapat dari Sardiman (2001) yang menjelaskan bahwa motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila individu tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan perasaan tidak suka tersebut. Seseorang yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi akan tergerak untuk melakukan kegiatan belajar secara optimal. Ia akan berusaha untuk dapat mencapai hasil belajar dengan prestasi yang tinggi. Ketika mendapat tugas belajar, ia berusaha menyelesaikan secara baik dan tidak menyia-nyiakan waktu belajarnya. Hal ini didukung pula dengan Gray (Ahira, 2010) lebih suka menyebut pengertian motivasi sebagai sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Lain lagi dengan Henry Simamora (Ahira, 2010) pengertian motivasi menurutnya adalah Sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu akan menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan membuahkan imbalan atau hasil yang dikehendaki. Simpulan Berdasarkan pendapat yang didukung oleh beberapa ahli tersebut di atas menunjukkan bahwa metode pembelajaran dengan menggunakan hypno quantum merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menimbulkan antusiasme dalam belajar pada mahasiswa, sehingga dalam melaksanakan kegiatan belajar tergerak untuk belajar secara optimal. Di samping itu berusaha menyelesaikan secara baik dan tidak menyia-nyiakan waktu belajarnya. Hal ini dikategorikan sebagai motivasi belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh Simamora. Saran Disarankan menggunakan metode hypno quantum untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Daftar Pustaka Herawati, N. (2007) Upaya meningkatkan motivasi belajar melalui pendekatan individual dan support therapy pada mahasiswa universitas trunojoyo. Jurnal Pamator, Volume 4 nomor 1, Januari. Latipun. (2004) Psikologi Eksperimen. Ed 2. Malang: UMM Press. Muhajir, Noeng. (1998) Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. Purwanto, M. Ngalem. (1990) Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 64 Pamator, Volume 4, Nomor 1, April 2011 Poerwandari, E. Kristi. (2001) Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI. Sardiman, AM. (2001) Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Wlodkowski RJ, and Jaynes JH. (2004) Motivasi Belajar. Jakarta: Cerdas Pustaka. http://www.jurnalnet.com/konten.php?nama=BeritaU tama&topik=2&id=1538 http://www.AnneAhira.com h t t p : / / o n e . i n d o s k r i p s i . c o m/ j u d u l - s k r i p s i - t u g a s - makalah/ilmu-logika/pendekatan-quantumteaching http://kihariyadi.jogja.bloghi.com/2005/05/25/metodequantum-teaching.html h t t p : / / w w w. q u a n t u m - h y p n o s i s . c o m / i n d e x . php?pid=faq http://trainersclub.or.id/index.php?option=com_conte nt&task=view&id=17&Itemid=59 http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/quantumteaching-sebagai-strategi-belajar-mengajar/ http://www.forumsains.com/pendidikan/kemajuanpendidikan-tinggi-indonesia-sebuah-mimpi/