Pengaruh Metode Hypnoquantum Teaching terhadap Motivasi

advertisement
Pengaruh Metode Hypnoquantum Teaching terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa
Netty Herawati1
Prodi Psikologi, FISIB, Universitas Trunojoyo
Abstrak
Pembelajaran hypnoquantum adalah sebuah modifikasi pembelajaran bagi mahasiswa untuk mendapatkan
motivasi dalam belajar. Model ini merupakan kolaborasi dari pembelajaran quantum dan hypnosis. Motivasi
pembelajaran menjadi hal yang paling penting terhadap suksesnya proses pembelajaran dalam kelas. Penelitian
ini menggunakan metode eksperimen dengan menggunakan teknik quota sampling. Untuk menganalisis statistik,
digunakan tes t sampel. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa psikologi Universitas Trunojoyo. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa motivasi belajar mahasiswa meningkat setelah diberikan eksperimen. Pembelajaran
model hypnoquantum dapat digunakan sebagai referensi model pembelajaran.
Kata kunci: motivasi belajar, pembelajaran hypnoquantum
Abstract
Hypnoquantum teaching is modified learning for student to get learning motivation. This is collaboration between
quantum teaching and hypnosis. Learning motivation became most important to succesfull learning process
in the class room. This research used experiment methode with quota sampling technique and paired samples
t test to analysis statistic. The samples is students from psychology faculty of Trunojoyo University.The result
of the study showed that learning motivation of students look at better than before experiment. Hypnoquantum
teaching can be taken as a reference model learning..
Keywords: learning motivation,hypnoquantum teaching
Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Dr
Joko Santoso baru-baru ini mengutarakan soal dua
area hakikat fundamental pendidikan tinggi. Kedua
area itu adalah kompetensi keilmuan dan kegunaan.
Diuraikan sang rektor bahwa kompetensi keilmuan
merupakan syarat perlu bagi solusi pengembangan
pendidikan jangka panjang, sedangkan kompetensi
kegunaan adalah syarat mutlak untuk pembangunan
infrastruktur pendidikan berjangka pendek (forum
Sains, 2008). Untuk mencapai kemajuan pendidikan
tinggi, pendalaman teori dalam studi Ilmu dan
Teknologi penting, tetapi kemampuan logika dan
tingkat responsibilitas pribadi setiap individu juga
harus mendukung. Tidak kalah penting dosen sebagai
tenaga pendidik.
Dosen sebagai tenaga pendidik di perguruan tinggi
memiliki peranan penting untuk mewujudkan tujuan
tersebut melalui interaksi dengan mahasiswa melalui
proses belajar mengajar. Seorang dosen yang baik tidak
hanya mempunyai kemampuan untuk mentransfer
1
ilmu pengetahuan (knowledge) yang dimiliki kepada
mahasiswa, akan tetapi juga mampu membangkitkan
semangat belajar mahasiswa, sehingga mereka
termotivasi belajar dengan kesadarannya sendiri dan
mempunyai rasa keingintahuan yang cukup besar
terhadap pengetahuan. Dengan demikian akan memacu
mahasiswa untuk belajar dengan tidak membatasi
hanya di ruang kuliah, namun juga dapat termotivasi
untuk belajar secara mandiri di luar ruang kuliah.
Mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi
maka ia akan menjadi lebih tergerak dan terarah dalam
melaksanakan kegiatan belajar (Herawati, 2007).
Banyak fakta menunjukkan bahwa banyak dari
mahasiswa tersebut ternyata gagal menyelesaikan
pendidikannya dalam batas waktu minimal yang
telah diprogramkan, atau bahkan gagal sama sekali
menyelesaikan studinya. Banyak faktor yang
memungkinkan terjadinya kegagalan menyelesaikan
studi di perguruan tinggi ini, di antaranya adalah
latar belakang mahasiswa, termasuk faktor-faktor
Korespondensi: N. Herawati, Prodi Psikologi, FISIB, Universitas Trunojoyo, Jl. Raya Telang PO BOX 2 Kamal Bangkalan,
Telp.: 031-3011120. E-mail: [email protected]
58
Pamator, Volume 4, Nomor 1, April 2011
dalam diri individu, serta karakteristik mahasiswa
yang bersangkutan. Keberhasilan belajar atau
prestasi belajar biasanya diukur melalui tes, yang
kemudian dikuantifikasikan dalam bentuk nilai atau
indeks prestasi (IP). Apabila kita ingin mengetahui
bagaimana proses belajar mahasiswa bisa kita lihat
dari nilai yang diperoleh dari setiap semester yang
telah diselesaikannya, karena nilai tersebut merupakan
cerminan dari proses belajar yang terjadi.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka
peran dosen dalam membangkitkan motivasi belajar
mahasiswa sangat diperlukan dan menjadi kunci
penting berhasilnya proses belajar mengajar di
kelas. Oleh karena itu diperlukan metode pengajaran
yang dapat menjadikan mahasiswa lebih aktif,
kreatif dan merangsang munculnya life skills, serta
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
(joyfull learning).
Beberapa metode terbaru banyak berkembang
dalam proses belajar mengajar. Di antaranya, metode
pembelajaran langsung, metode quantum teaching,
metode problem solving, dan lain-lainnya. Quantum
Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi
yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar.
Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar
efektif yang memengaruhi kesuksesan mahasiswa
dan mengubah kemampuan dan bakat alamiah
mahasiswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat
bagi mereka sendiri dan orang lain. Orkestrasi ini
merupakan kolaborasi berbagai interaksi belajar yang
terdiri dari konteks dan kontens. Konteksnya meliputi
(1) suasana pembelajaran, (2) landasan/kerangka
kerja (3) lingkungan pembelajaran (4) perancangan
pembelajaran yang dinamis. Sedangkan kontensnya
meliputi (1) presentasi/cara penyampaian materi
(2) pemberdayaan fasilitas (3) keterampilan hidup
dan (4) praktik (Jurnalnet.com, 2009). Pada dasarnya
metode-metode ini untuk menciptakan suasana
kelas lebih aktif dan menarik, sehingga merangsang
keinginan belajar yang lebih lama. Yang tidak kalah
menariknya, belakangan ini sering terdengar hipnosis
sangat baik untuk membentuk perilaku seseorang.
Melalui teknik hipnosis, seseorang dapat memodifikasi
perilaku orang lain untuk berperilaku sesuai keinginan
sehingga perilaku baru yang terbentuk adalah perilaku
yang sesuai dengan harapan. Oleh karena itu ada
ketertarikan untuk memadukan unsur hypnosis dan
metode quantum teaching dalam proses pembelajaran
menjadi suatu formula metode baru hypno quantum
teaching. Bila dengan quantum teaching, proses belajar
mengajar dapat berlangsung dengan menyenangkan
(joyfull learning) maka dengan hipnosis diharapkan
ada modifikasi perilaku sehingga terbentuk perilaku
baru yang sesuai dengan harapan dosen.
Metode hypno quantum teaching sebagai salah
satu metode pengajaran yang memfokuskan pada
suasana belajar yang menyenangkan menjadi salah satu
referensi untuk mengetahui apakah berpengaruh secara
signifikan dalam memodifikasi perilaku mahasiswa
sehingga mampu meningkatkan motivasi belajar
mahasiswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka
rumusan masalah dari penelitian ini adalah : apakah ada
pengaruh metode hypno quantum teaching terhadap
motivasi belajar mahasiswa?
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen.
Latipun (2004) mengatakan bahwa penelitian
eksperimen dalam bidang psikologi mempunyai
keunggulan jika dibandingkan dengan penelitian
lainnya. Penelitian eksperimen didesain untuk dapat
mengendalikan secara ketat variabel-variabel ekstra
yang tidak berhubungan dengan variabel yang
sedang diamati, di samping itu, penelitian eksperimen
memiliki efisiensi yang tinggi. Dalam merencanakan
dan melaksanakan suatu eksperimen diperlukan
desain eksperimen. Desain eksperimen ini mencakup
perencanaan eksperimen, langkah-langkah eksperimen
dan pelaksanaan eksperimen.
Hasil dan Pembahasan
Hipnosis, Quantum Teaching dan Motivasi
Kata hipnosis berasal dari kata hypnos, yaitu dewa
tidur pada mitologi Yunani. Hipnosis adalah ilmunya,
hipnotis adalah orang yang melakukan hipnosis,
sedangkan hipnotisme sama dengan hipnosis. Hipnotis
adalah seseorang yang telah mempelajari dasar-sadar
ilmu hipnosis. Hipnoterapis adalah hipnotis yang
mempelajari teknik terapi dengan menggunakan
kondisi hipnosis.
Definisi yang paling banyak digunakan dan diterima
berbagai lembaga /asosiasi hipnosis dan hipnoterapi di
dunia adalah definisi yang dikeluarkan oleh U.S. Dept.
of Education, Human Services Division: ”hypnosis is
the by-pass of the critical factor of the conscious mind
followed by the establishment acceptable selective
thinking” atau “hipnosis adalah penembusan faktor
kritis pikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu
pemikiran selektif (sugesti).”
Netty Herawati, Pengaruh Metode Hypnoquantum Teaching
Kondisi hipnosis sebenarnya identik dengan
gelombang otak alfa dan theta. Gelombang alfa berada
pada kisaran 8��12 Hz dan theta pada 4��8 Hz. Saat
seseorang berada dalam kondisi trance maka kisaran
gelombang otaknya pasti berada di antara alfa dan
theta. Setiap orang dalam satu hari minimal pasti
berada dalam kisaran gelombang ini yaitu saat mau
tidur dan saat baru bangun tidur. Secara alamiah saat
kita mau tidur gelombang otak akan turun dari beta, ke
alfa, ke theta, dan akhirnya di delta (tidur pulas tanpa
mimpi). Demikian pula sebaliknya. Saat kita bangun
tidur maka gelombang otak akan naik dari delta, ke
theta, ke alfa, dan akhirnya di beta atau sadar penuh.
Oleh karena itu Hipnosis berhubungan dengan kondisi
kesadaran seseorang pada satu waktu tertentu. Hipnosis
sebenarnya merupakan seni komunikasi dengan pikiran
bawah sadar.
Manusia mempunyai dua jenis pikiran yang bekerja
secara simultan dan saling memengaruhi, yaitu pikiran
sadar dan pikiran bawah sadar. Besarnya pengaruh
pikiran sadar terhadap seluruh aspek kehidupan
seseorang, misalnya sikap, kepribadian, perilaku,
kebiasaan, cara pikir, dan kondisi mental seseorang
hanya 12%. Sedangkan besarnya pengaruh pikiran
bawah sadar adalah 88%. Dari sini dapat kita ketahui
bahwa pikiran bawah sadar mengendalikan diri kita 9
kali lebih kuat dibandingkan pikiran sadar.
Semenjak periode ’60-an, ribuan artikel mengenai
hipnosis telah muncul. Berdasarkan sejumlah penelitian
laboratorium yang terkontrol dan studi klinis, sebagian
peneliti menyepakati hal-hal berikut (Krisch & Lynn,
1995; Nash & Nadon, 1997).
Reaksi hipnosis lebih tergantung pada usaha dan
kualitas orang yang sedang hipnotis dibandingkan
dengan keterampilan penghipnotis. Beberapa orang
lebih responsif terhadap hipnotis dibandingkan dengan
orang lain, dan reaksi ini bersifat stabil sepanjang waktu.
Meskipun demikian, secara mengejutkan, kerentanan
terhadap hipnotis tidak berhubungan dengan sifat
kepribadian umum seperti keluguan, kepercayaan,
submisif, atau konformitas (Nash & Nadon, 1997).
Orang yang mudah terhipnotis memang cenderung
memiliki kemampuan untuk mudah terserap dalam
aktivitas mereka dan terlibat dalam dunia imajinasi,
tapi kemampuan ini memiliki hubungan yang sangat
lemah dengan kerentanan terhadap hipnotis (Council,
Kirsch, & Grant, 1996, Nash & Nadon, 1997).
Orang yang terhipnotis tidak dapat dipaksa
melakukan hal yang bertentangan dengan keinginan
mereka sendiri. Seperti mabuk, hipnosis dapat
59
digunakan untuk membenarkan pelepasan rasa malu
(“Saya tahu ini terlihat konyol, tapi bagaimanapun
juga, saya sedang terhipnotis”). Individu yang
terhipnotis mungkin bahkan menuruti sugesti untuk
melakukan sesuatu yang tampak memalukan atau
berbahaya. Tetapi orang yang terhipnotis ini memilih
untuk mengembalikan tanggung jawab pada orang
yang menghipnotis dan bersifat koperatif terhadap
sugesti dari orang yang menghipnotis (Lynn, Rhue,
& Weeks, 1990). Tidak ada bukti bahwa orang yang
terhipnotis dapat melakukan hal-hal yang sungguhsungguh melanggar moral mereka atau membawa
mereka kepada bahaya nyata pada diri mereka sendiri
maupun orang lain (Laurence & Perry, 1988).
Tindakan-tindakan yang dilakukan di bawah
pengaruh hipnosis dapat juga dilakukan oleh orang
yang termotivasi, tanpa harus menggunakan hipnosis.
Orang yang terhipnotis terkadang melakukan tindakan
yang luar biasa, baik yang sifatnya mental ataupun
fisik. Tapi hipnosis sesungguhnya tidak membuat
mereka mampu melakukan hal-hal yang tidak
mungkin. Dengan motivasi, dukungan, dan dorongan
yang cukup, orang yang sama dapat melakukan hal-hal
serupa tanpa harus dihipnotis (Chaves, 1989; Spanos,
Stenstrom, & Johnson, 1988).
Hipnosis tidak meningkatkan ketepatan ingatan.
Banyak orang yang menduga bahwa hipnosis dapat
meningkatkan kemampuan untuk memperoleh kembali
ingatan yang terlupakan. Dalam kasus-kasus yang
sangat langka, hipnosis dapat digunakan dengan sukses
untuk mengangkat kembali ingatan korban kasus
kriminal. Tapi biasanya, ingatan dari orang yang ada
di bawah pengaruh hipnosis telah salah. Walaupun
hipnosis dapat meningkatkan jumlah informasi yang
dapat diingat kembali, hipnosis juga meningkatkan
terjadinya kesalahan, karena orang yang ada di bawah
pengaruh hipnosis sepertinya lebih berani menebak,
atau karena mereka telah salah mengira khayalan
yang tampak nyata sebagai ingatan aktualnya (Dinges
dkk., 1992., Kihlstrom, 1994). Kendati demikian,
orang yang berada di bawah pengaruh hipnotis sering
kali merasa yakin sepenuhnya bahwa “ingatannya”
adalah benar. Karena pseudomemori dan kesalahan
sering ditemukan pada pemerolehan kembali ingatan
di bawah pengaruh hipnotis, American Psychological
Association dan American Medical Association telah
menentang penggunaan hipnosis sebagai kesaksian di
persidangan.
Hipnosis tidak menghasilkan pengulangan
kembali pengalaman kejadian di masa lalu. Ketika
60
Pamator, Volume 4, Nomor 1, April 2011
Michael Yapko (1994), seorang psikolog klinis
yang menggunakan hipnosis dalam prakteknya,
melakukan survei terhadap 869 anggota American
Association of Mariage and Family Therapiests, dia
menemukan bahwa lebih dari separoh orang yang
di survei percaya bahwa “hipnotis dapat digunakan
memunculkan kembali ingatan sejauh mungkin hingga
saat dilahirkan.” Kepercayaan ini tentu saja sangat
salah. Ketika orang-orang mundur ke usia mereka
sebelumnya, kinerja mental dan moral mereka tetaplah
orang dewasa (Nash, 1987). Pola gelombang otak
dan refleks tidak berubah menjadi seperti anak kecil;
mereka juga tidak menggunakan penalaran seperti
anak kecil atau menunjukkan kecerdasan seperti anak
kecil. Mereka mungkin menggunakan Baby Talk atau
melaporkan mereka merasa seperti anak berumur
4 tahun lagi, tapi penalarannya jelas tidak menunjukkan
mereka berusia 4 tahun, mereka hanya mau memainkan
peran seperti anak berusia 4 tahun.
Sugesti hipnosis telah digunakan secara efektif
untuk banyak tujuan psikologis atau medis. Walaupun
hipnosis tidak banyak berguna untuk menemukan apa
yang terjadi di masa lampau, hipnosis dapat berguna
untuk menangani masalah psikologis ataupun medis.
Kesuksesannya yang paling besar adalah dalam
managemen rasa sakit; beberapa orang secara dramatis
merasakan hilangnya rasa sakit yang disebabkan
oleh luka bakar, kanker, dan proses persalinan;
yang lain belajar untuk menghadapi rasa sakit yang
kronis secara emosional dengan lebih baik. Sugesti
hipnosis telah digunakan untuk mengurangi stres,
kecemasan, obesitas, asma, gangguan usus, mual
karena kemoterapi, dan bahkan gangguan kulit (Nash
& Barnier, 2007; Patterson & Jensen, 2003).
Adapun pengertian Quantum Teaching menurut
Bobby De Porter yaitu:
“Quantum Teaching adalah konsep yang
menguraikan cara-cara baru dalam memudahkan
proses belajar mengajar, lewat pemaduan unsur seni
dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun
mata pelajaran yang diajarkan. Quantum Teaching
menjadikan segala sesuatu berarti dalam proses belajar
mengajar, setiap kata, pikiran, tindakan asosiasi dan
sampai sejauhmana mengubah lingkungan, presentasi
dan rancangan pengajaran.
Sebagaimana ungkapan di atas, Colin Rose juga
berpendapat bahwa Quantum Teaching adalah panduan
praktis dalam mengajar yang berusaha mengakomodir
setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap
siswa. Metode ini sarat dengan penemuan-penemuan
terkini yang menimbulkan antusiasme siswa. Quantum
Teaching menjadikan ruang-ruang kelas ibarat sebuah
konser musik yang memadukan berbagai instrumen
sehingga tercipta komposisi yang menggerakkan
dari keberagaman tersebut. Sebagai guru yang akan
memengaruhi kehidupan murid, anda seolah-olah
memimpin konser saat berada di ruang kelas.
Adapun asas Quantum Teaching adalah bawalah
dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia
kita ke dunia mereka. Hal ini mengingatkan kita
pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai
langkah pertama. Memasuki terlebih dahulu dunia
mereka berarti akan memberi izin untuk memimpin,
menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka
menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih
luas. Dengan mengaitkan apa yang diajarkan oleh
guru dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan
yang didapatkan dari kehidupan rumah, sosial, atletik,
musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah
kaitan itu terbentuk, dengan mudah dunia siswa dibawa
ke dunia guru atau pengajar. Guru akan memberikan
pemahaman tentang isi dunia itu.
Adapun tujuan Quantum Teaching adalah
untuk meraih ilmu pengetahuan yang luas dengan
berdasarkan prinsip belajar yang menyenangkan dan
menggairahkan. Terdapat perbedaan antara tujuan
dan prioritas. Tujuan merupakan hasil akhir yang
ingin diraih. Sedangkan prioritas merupakan tahapantahapan yang akan dilalui dalam mencapai tujuan.
Menciptakan suasana yang dinamis dalam belajar,
dengan memadukan berbagai unsur-unsurnya serta
melakukan penggubahan, merupakan tahapan-tahapan
untuk mencapai ilmu pengetahuan yang luas sebagai
tujuan.
Adapun prinsip Quantum Teaching adalah sebagai
berikut: 1) Segalanya berbicara, 2) Segalanya dari
lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas
yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya
mengirim pesan tentang belajar, 3) Segalanya
bertujuan semua yang terjadi dalam penggubahan kita,
mempunyai tujuan. Oleh karena itu, Kathy Wagone
membuat istilah yang memotivasi: “tetapkanlah
sasaran tersebut agar bisa berprestasi setiap harinya”,
4) Pengalaman sebelum pemberian nama otak
kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan
kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu.
Oleh karena itu, proses yang paling baik terjadi
ketika siswa telah mendapatkan informasi sebelum
memperoleh kesimpulan dari apa yang mereka pelajari,
5) Akui setiap usaha, belajar mengandung risiko.
Netty Herawati, Pengaruh Metode Hypnoquantum Teaching
Belajar berarti keluar dari kenyamanan. Pada saat
siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat
pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri
mereka. Seperti kata Noelle C. Nelson bahwa pujian
atau penghargaan kepada seseorang atas karyanya
memunculkan suatu energi yang membangkitkan emosi
positif, 6) Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan.
Perayaan adalah sarapan para pelajar juara. Perayaan
memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan
meningkatkan minat dalam belajar. Sehubungan
dengan itu, Dryden berpesan bahwa ingatlah selalu
untuk merayakan setiap keberhasila
Kata motif seringkali diartikan dengan istilah
dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan
gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif
tersebut merupakan suatu driving force yang
menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku, dan
di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu.
Tidak bisa dipungkiri, setiap tindakan yang dilakukan
oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat).
Purwanto (1990) mengatakan bahwa motivasi
adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,
mengarahkan dan menunjang tingkah laku seseorang
agar terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu
sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Pendapat
ini didukung oleh Sardiman (2001) yang menjelaskan
bahwa motivasi adalah serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan
bila individu tidak suka maka akan berusaha untuk
meniadakan perasaan tidak suka tersebut.
Seseorang yang mempunyai motivasi belajar
yang tinggi akan tergerak untuk melakukan kegiatan
belajar secara optimal. Ia akan berusaha untuk
dapat mencapai hasil belajar dengan prestasi yang
tinggi. Ketika mendapat tugas belajar, ia berusaha
menyelesaikan secara baik dan tidak menyia-nyiakan
waktu belajarnya.
Wlodkowski dan Jaynes (2004) memandang
motivasi belajar sebagai sistem bimbingan internal
yang berusaha untuk menetapkan fokus siswa dalam
hal belajar, namun harus berdiri pada dirinya sendiri
dan berkompetisi melawan semua hal menarik lain
pada eksistensi keseharian.
Dari pengertian-pengertian motivasi di atas maka
dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu
keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang
atau menggerakkan seseorang untuk melakukan
sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia
dapat mencapai tujuannya.
61
Motivasi untuk belajar, jauh lebih penting
daripada semua bakat dan kemampuan dalam bidangbidang tertentu. Mempunyai motivasi diri dan hasrat
untuk belajar merupakan permasalahan kritis bagi
keberhasilan anak di masa depannya, baik di sekolah,
kerja dan kehidupan pada umumnya. Bahwa anak-anak
yang memiliki motivasi belajar dengan rasa senang
secara murni, berpeluang sangat besar di berbagai
pelajaran yang diikutinya. Mereka akan memiliki
sarana untuk mengatasi rintangan yang ada dan
mendorong diri sendiri untuk mengoptimalkan potensi
terbaik yang mereka punyai, sehingga berpeluang
mengubah kegagalan menjadi sebuah keberhasilan.
Namun demikian, Lebih lanjut Wlodkowski dan
Jaynes (2004) mengatakan bahwa hal utama yang
memengaruhi motivasi belajar anak adalah karena
faktor budaya, keluarga, sekolah dan diri anak itu
sendiri. Tiap hal tersebut merepresentasikan sebuah
sistem yang dapat memunculkan pengaruh yang
menekan dari perspektif yang mencakup sudut pandang
psikologis, sosiologis, antropologis dan historis.
Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak
memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaan
motivasi belajar pada diri masing-masing orang, di
antaranya: 1) Perbedaan fisiologis (physiological
needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual,
2) Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara
mental, fisik, dan intelektual, 3) Perbedaan kasih
sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya,
4) Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya
prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan,
dan lain-lain, 5) Perbedaan aktualisasi diri (self
actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang
untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam
dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat
termotivasi untuk belajar, yaitu: Pertama, motivasi
belajar berasal dari faktor internal.
Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri
atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk
mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani
kehidupan. Kedua, motivasi belajar dari faktor
eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari
orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat
memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.
Analisis Eksperimen
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan
menggunakan program SPSS versi 17.0. data yang
62
Pamator, Volume 4, Nomor 1, April 2011
Tabel 1. Hasil Analisis kelompok eksperimen
Pair 1
Pair 1
Pre-test
Pos-test
Paired Samples Statistics
Mean
N
48.5294
17
82.0588
17
pre-est & pos-test
Paired Samples Correlations
N
Correlation
17
.629
diperoleh dari pre-test dan post-tes dilakukan analisis
dengan menggunakan Paired-Samples T-test.
Adapun Hasil pre-test dan post test pada kelompok
eksperimen dapat dilihat pada Tabel 1.
Jumlah subjek penelitian dalam kelompok
eksperimen adalah 17 orang. Dengan rata-rata
kemampuan sebelum diberi perlakuan 48,5294 dan
setelah diberi perlakuan sebesar 82,0588. Adapun
untuk menguji hubungan antara kemampuan sebelum
dan sesudah diberi perlakuan diperoleh nilai koefisien
korelasi r = 0,629 dengan signifikansi 0,000 yang
berarti ada korelasi antara kemampuan sebelum diberi
perlakuan dan sesudah mendapatkan perlakuan. Hal
ini berarti ada perbedaan hasil pre-test dan post-test.
Hasil yang diperoleh dari post-test menunjukkan
peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan
dengan hasil yang diperoleh dari pre-test.
Std. Deviation
23.03290
11.86629
Std. Error Mean
5.58630
2.87800
Sig.
.007
Adapun Tabel 1 adalah hasil analisis T-test, yang
menunjukkan perolehan nilai t = -7,640 dengan
signifikansi 0,000 yang berarti ada perbedaan
kemampuan belajar sebelum dan sesudah mendapatkan
perlakuan. Perbedaan rata-rata kemampuan sebelum
diberi perlakuan sebesar 48,5294 dan kemampuan
sesudah diberi perlakuan sebesar 82,0588.
Tabel 2 adalah hasil analisis statistik kelompok
kontrol.
Uji hubungan antara pre test dan post test pada
kelompok kontrol diperoleh nilai koefisien korelasi
r = 0,470 dengan signifikansi 0,057 yang berarti tidak
signifikan karena nilai signifikansinya lebih dari 0,05,
artinya tidak ada korelasi antara kemampuan belajar
antara sebelum dan sesudahnya.
Adapun Tabel 3 adalah hasil analisis T-test,
yang menunjukkan diperoleh nilai t = -3,463 dengan
Tabel 2. Hasil analisis kelompok kontrol
Pair 1
Pair 1
Paired Samples Statistics
Mean
N
48.2353
17
70.0000
17
pre-test
pos-test
pre-test & pos-test
Paired Samples Correlations
N
Correlation
17
.470
Std. Deviation
29.31196
12.24745
Std. Error Mean
7.10920
2.97044
Sig.
.057
Tabel 3. Hasil Analisis T-Test
Mean
Pair 1 pre-test-pos-test -21.76471
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Sig.
Interval of the
Std. Error
T
df (2-tailed)
Std.
Difference
Mean
Deviation
Lower
Upper
25.91701 6.28580 -35.09000 -8.43941 -3.463 16
.003
Netty Herawati, Pengaruh Metode Hypnoquantum Teaching
63
Tabel 4. Perbandingan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Pair 1 pre-test 1-pre-test 2
Pair 2 pos-test 1-pos-test 2
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Sig.
t
df (2-tailed)
Difference
Std. Error
Std.
Mean
Lower
Upper
Deviation Mean
2.94118 44.44304 10.77902 -19.90933 25.79168 .273 16
.788
9.41176 17.84327 4.32763
.23760 18.58593 2.175 16
.045
signifikansi 0,003 yang berarti ada perbedaan
kemampuan belajar sebelum dan sesudah diuji.
Tabel 4 adalah perbandingan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4 adalah hasil analisis T-test yang
membandingkan nilai pre-test dan post-test pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Perbandingan pre-test kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol diperoleh nilai t = 0,273 dengan
signifikansi 0,788 yang berarti tidak signifikan, artinya
tidak ada perbedaan hasil pre-test pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Sedangkan
perbandingan post-test kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol menunjukkan hasil t = 2,175 dengan
signifikansi 0,045 yang berarti signifikan, artinya
ada perbedaan yang signifikan hasil post-test antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Hasil ini menunjukkan bahwa perlakuan dalam
eksperimen dapat meningkatkan kemampuan belajar
subjek. Dengan meningkatnya kemampuan belajar
subjek mengindikasikan bahwa motivasi belajar subjek
meningkat. Seperti pendapat dari Sardiman (2001)
yang menjelaskan bahwa motivasi adalah serangkaian
usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,
sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu,
dan bila individu tidak suka maka akan berusaha untuk
meniadakan perasaan tidak suka tersebut. Seseorang
yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi akan
tergerak untuk melakukan kegiatan belajar secara
optimal. Ia akan berusaha untuk dapat mencapai hasil
belajar dengan prestasi yang tinggi. Ketika mendapat
tugas belajar, ia berusaha menyelesaikan secara baik
dan tidak menyia-nyiakan waktu belajarnya. Hal
ini didukung pula dengan Gray (Ahira, 2010) lebih
suka menyebut pengertian motivasi sebagai sejumlah
proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi
seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap
antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu. Lain lagi dengan Henry
Simamora (Ahira, 2010) pengertian motivasi
menurutnya adalah Sebuah fungsi dari pengharapan
individu bahwa upaya tertentu akan menghasilkan
tingkat kinerja yang pada gilirannya akan membuahkan
imbalan atau hasil yang dikehendaki.
Simpulan
Berdasarkan pendapat yang didukung oleh
beberapa ahli tersebut di atas menunjukkan bahwa
metode pembelajaran dengan menggunakan hypno
quantum merupakan suatu usaha yang dilakukan
untuk menimbulkan antusiasme dalam belajar pada
mahasiswa, sehingga dalam melaksanakan kegiatan
belajar tergerak untuk belajar secara optimal.
Di samping itu berusaha menyelesaikan secara baik
dan tidak menyia-nyiakan waktu belajarnya. Hal ini
dikategorikan sebagai motivasi belajar sebagaimana
yang dikemukakan oleh Simamora.
Saran
Disarankan menggunakan metode hypno quantum
untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
Daftar Pustaka
Herawati, N. (2007) Upaya meningkatkan motivasi
belajar melalui pendekatan individual dan
support therapy pada mahasiswa universitas
trunojoyo. Jurnal Pamator, Volume 4 nomor 1,
Januari.
Latipun. (2004) Psikologi Eksperimen. Ed 2. Malang:
UMM Press.
Muhajir, Noeng. (1998) Metodologi Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Purwanto, M. Ngalem. (1990) Psikologi Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
64
Pamator, Volume 4, Nomor 1, April 2011
Poerwandari, E. Kristi. (2001) Pendekatan Kualitatif
untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran
dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI.
Sardiman, AM. (2001) Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Wlodkowski RJ, and Jaynes JH. (2004) Motivasi
Belajar. Jakarta: Cerdas Pustaka.
http://www.jurnalnet.com/konten.php?nama=BeritaU
tama&topik=2&id=1538
http://www.AnneAhira.com
h t t p : / / o n e . i n d o s k r i p s i . c o m/ j u d u l - s k r i p s i - t u g a s -
makalah/ilmu-logika/pendekatan-quantumteaching
http://kihariyadi.jogja.bloghi.com/2005/05/25/metodequantum-teaching.html
h t t p : / / w w w. q u a n t u m - h y p n o s i s . c o m / i n d e x .
php?pid=faq
http://trainersclub.or.id/index.php?option=com_conte
nt&task=view&id=17&Itemid=59
http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/quantumteaching-sebagai-strategi-belajar-mengajar/
http://www.forumsains.com/pendidikan/kemajuanpendidikan-tinggi-indonesia-sebuah-mimpi/
Download