Pendahuluan Selain itu, Eye Disease Prevalence Group Age-related degeneration melaporkan bahwa dalam populasi Amerika (AMD) adalah suatu penyakit pada makula Serikat terdapat prevalensi drusen ukuran retina yang merupakan penyebab utama minimal 125 m sebesar 6.12%, dan hilangnya penglihatan secara permanen prevalensi AMD tahap lanjut adalah 1.47%. pada orang yang berusia lebih dari 50 Sesuai dengan Framingham Eye Study, tahun. AMD pertama kali dikemukakan oleh kelompok ini juga menemukan bahwa pada Hutchison pustaka pasien yang berumur diatas 80 tahun yang memiliki prevalensi 6 kali lipat lebih tinggi dengan dibandingkan dengan kelompok umur 60-64 sentral tahun. Diperkirakan bahwa jumlah penderita orang AMD akan meningkat 60% pada tahun dalam 2020. dan kedokteran yang tahun yang 1875 penyakit simetris Penyakit International dalam sebagai choroidoretinal dewasa. Tay pada digambarkan kelainan macular pada menyerang ini tercatat Classification of Diseases, Klasifikasi AMD ditetapkan berdasarkan revisi ke-10 (ICD-10) dengan kode penyakit kriteria H35.5 yang diterbitkan oleh World Health International ARM Epidemiological Study Organization. Group. Cheng, 2009 menyatakan See, oleh The bahwa AMD adalah gangguan pada daerah makula prevalensi dan penyebab kebutaan pada retina yang secara klinis paling sering berbagai negara termasuk Indonesia dan dijumpai pada pasien yang berumur diatas negara berkembang lainnya pada umumnya 50 disebabkan oleh katarak. Hal berbeda kliniknya, AMD dibedakan menjadi terjadi pada negara-negara yang lebih maju yaitu non-neovascular atau dry AMD, dan bahwa gangguan penglihatan di Inggris, neovascular atau wet AMD. dan melaporkan digambarkan bahwa Australia, 1998 yang USA pada tahun. Berdasarkan manifestasi 2 tipe umumnya Regillo, 2008 menyatakan bahwa tanda disebabkan oleh AMD. Di Indonesia, hingga khas dari dry AMD adalah terdapatnya saat ini belum ada data pasti tentang drusen, dan kelainan pada retinal pigment insidens dan angka morbiditas AMD. epithelium (RPE) berupa atrofi geografik Risiko AMD meningkat sesuai dengan pertambahan menyatakan umur. bahwa Wang, 2007 Framingham Eye dan area hiperpigmentasi. Diagnosis wet AMD dapat ditegakkan jika ditemukan neovaskularisasi yang ditandai dengan Study, menemukan 6.4% pasien dengan adanya umur 65-74 tahun dan 19.7% pada usia pertumbuhan pembuluh darah baru yang diatas 75 tahun memiliki gejala-gejala AMD. muncul dari koroid bertumbuh ke daerah 1 jaringan proliferasi dan retina atau makula. Akibat dari eksisi membran dari choroidal pertumbuhan ini akan muncul perdarahan neovascularization (CNV) dan pada sel-sel yang bisa disertai terbentuknya jaringan epitel pigmen makula pada stadium awal fibrosis sub-atau-intraretina yang merusak AMD. sel-sel fotoreseptor, sehingga terjadi Beberapa peneliti telah menemukan kebutaan permanen. hubungan Nowak, 2006 menyatakan bahwa pada yang bermakna antara polimorfisme gen VEGF (daerah promoter - AMD terjadi penurunan difusi oksigen atau 460 metabolit ke makula, dan hal ini telah berbagai penyakit dan memegang peranan dikemukakan sebagai awal pembentukan pada beberapa keadaan yang disertai pembuluh darah baru. Hal terpenting dalam angiogenesis, seperti yang telah diteliti di pertumbuhan pembuluh darah baru adalah Makassar oleh Abdullah N, 2007 pada vascular endothelial growth factor (VEGF), penyakit endometriosis, Punagi Q, 2007 mencegah pada karsinoma nasofaring, dan Esa T, VEGF berikatan dengan reseptornya dapat menyebabkan supresi dan +405) dengan patogenesis 2008 pada penyakit retinopati diabetika. dan regresi pembuluh darah yang baru Sepanjang pengetahuan kami, hingga terbentuk. saat ini belum ada studi di Indonesia yang Penyebab dari wet AMD masih belum melaporkan hubungan polimorfisme gen diketahui secara pasti, namun demikian VEGF dan kadar VEGF serum dengan perkembangannya kejadian dan tipe AMD. Hasil yang diperoleh sering dihubungkan dengan kebiasaan merokok, (Wong, 2008; dari Hughes, 2000; Tuo, 2008) stres oksidatif, memberikan tambahan informasi dalam (Seddon, 2007) diet tinggi lemak, (Ishida, diagnostik 2006) dan faktor genetik. (Scholl, 2007; De perkembangan penyakit AMD. Almeida, 2009) penelitian dan ini, diharapkan prognostik dapat terhadap Penelitian genetik telah memperlihatkan adanya hubungan gen-gen Metode proinflamasi, seperti: complement factors H Penelitian ini merupakan penelitian and B terhadap risiko terjadinya AMD, observasional-eksploratif dengan uji statistik sekitar 75 %. Fang, 2009 melakukan kasus-kontrol untuk mengetahui hubungan penelitian terhadap salah satu faktor genetik antara polimorfisme promoter gen VEGF yang akhir-akhir ini banyak diteliti, yaitu dan kadar VEGF serum dengan kejadian tentang vascular endothelial growth factor-A dan tipe AMD. Yang termasuk dalam (VEGF-A). adanya kelompok kasus adalah penderita dry atau peningkatan level VEGF-A pada jaringan wet AMD, sedangkan kelompok kontrol Dia menemukan 2 adalah kelompok umur diatas 50 tahun di poli mata RS. Wahidin Sudirohusodo dan yang tidak menderita AMD. Klinik Spesialis Mata Celebes Eye Center gen ”Orbita”. Sampel darah yang telah terkumpul VEGF posisi -460 dan +405 menggunakan dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar VEGF pasangan sebagai serum yang dilakukan di Laboratorium Klinik berikut : Posisi -460(C-T) : sense=5`-CCT ”Prodia”, analisis genetik berupa Polymerase CTT TAG CCA GAG CCG GGG-3`dan Chain antisense = 5`-TGG CCT Fragment Identifikasi polimorfisme primer promoter berturut-turut TCT CCC CGC Reaction (PCR) Length dan Restriction Polymorphism (RFLP) TCC GAC-3`. Posisi+405 (G-C) : sense=5`- dilaksanakan di Pusat Kegiatan Penelitian CGA CGG CTT GGG GAG ATT GC-3`dan UNHAS antisense = 5`-GGG CGG TGT CTG TCT Kedokteran, GTC TG -3`, dengan kondisi PCR Pre- sekuensing denaturation step 94°c (5 menit), diikuti 35 Molekuler siklus PCR dengan denaturasi 94°c (30 pemeriksaan kadar VEGF serum dan analisis detik), annealing 62°c (30 detik) dan genetik berlangsung dalam kurun waktu 3 extensi 72°c (30 detik), serta ekstensi final 5 bulan, dari bulan September hingga Nopember menit 2010. pada suhu 72°c. Untuk mengidentifikasi polimorfisme -460, maka produk PCR diinkubasi dan Unit dan Penelitian yang DNA di ”Eijkman”, Fakultas terakhir Laboratorium Jakarta. adalah Biologi Rangkaian Gambar 1 adalah foto polos dan foto dengan enzim fluoresens retina pada penderita AMD. Pada BsaH1 dan FaqI untuk +405, lalu dilakukan gambar 1A kita dapat melihat adanya drusen visualisasi pada 2% gel elektroforesis. pada daerah makula, yang setelah dilanjutkan dengan pemeriksaan fluoresen angiografi (1B) Hasil Penelitian Telah memperlihatkan adanya bayangan submacular dilakukan observasional penelitian kasus- bahwa hubungan antara sehingga dapat ditegakkan diagnosis sebagai polimorfisme promoter gen VEGF dan kadar dry AMD. Hal berbeda ditunjukkan oleh foto VEGF serum dengan kejadian dan tipe Age- fundus related Penelitian memperlihatkan adanya soft confluent drusen terhadap 66 orang yang terdiri dari 12 wet yang disertai perdarahan submakula. Keadaan AMD, 17 dry AMD, dan 37 kelompok kontrol ini mendukung diagnosis wet AMD. untuk macular melihat uji hyperfluorescence. Hal tersebut menunjukkan statistik kontrol dengan eksploratif- degeneration. belum pasien terjadi pada neovaskularisasi, gambar 1C, yang yang dilakukan pada beberapa tempat sesuai Tabel 1 adalah data karakteristik sampel dengan tahapan penelitian. Seleksi subyek sebanyak 66 orang yang terdiri dari laki-laki 30 penelitian dilakukan sejak bulan Januari 2010 orang (45.45%) dan perempuan 36 orang 3 (54.55%) dengan kelompok umur 51-60 tahun dilakukan pengelompokan tipe AMD untuk sebanyak 31 orang (46.97%), 61-70 tahun mengetahui distribusi polimorfisme gen VEGF sejumlah 28 orang (42.42%), dan 71-80 tahun pada kelompok dry AMD, wet AMD, dan sebanyak 7 orang (10.61%). Jumlah sampel kelompok kontrol. juga terdiri atas wet AMD 12 orang (18.18%), Pada tabel 4 dapat dilihat hubungan yang dry AMD 17 orang (25.76%) sebagai kelompok bermakna kasus, dan 37 orang (50.06%) yang tidak polimorfisme gen VEGF dengan tipe AMD menderita AMD sebagai kelompok kontrol. yang menunjukkan bahwa variasi gen CC Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi adanya dengan nilai p=0.004 antara hanya ditemukan pada wet AMD dan tidak hubungan ditemukan pada dry AMD dan kontrol. antara polimorfisme promoter gen VEGF Pada tabel 5 dapat terlihat bahwa dengan kejadian dan tipe AMD. Sebelum subyek dengan genotipe CC dan CT dilakukan pemotongan rantai DNA pada posisi mempunyai risiko 3.1 kali lebih besar untuk -460 maka dilakukan amplifikasi DNA dengan menderita menggunakan dengan teknik polimerase chain wet AMD genotipe TT daripada sampel (95%CI 1.1-8.6). reaction (PCR). Hasil PCR dan pemotongan Subyek dengan polimorfisme CC dan CT rantai DNA secara restriction fragment length mempunyai risiko 4.9 kali lebih besar untuk polimorfism (RFLP) dengan menggunakan menderita enzim restriksi BSAH1 secara berturut-turut dengan wild-type TT (95%CI 1.1 - 21.3). dapat dilihat pada gambar 2 dan 3. Sampel dengan polimorfisme CC dan CT Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil PCR wet AMD daripada sampel mempunyai risiko 2.3 kali lebih besar untuk panjang 200 bp dengan pemotongan metode menderita RFLP terbagi atas 3 kelompok, yaitu yang dengan wild-type TT (95% CI 0.7-7.6). tidak terpotong merupakan wild-type dengan Sampel dengan polimorfisme CC dan CT genotipe TT, mempunyai risiko 2.1 kali lebih besar untuk terpotong sebagian dengan dry dan dengan wild-type TT (95% CI 0.4-10.6). sempurna dengan genotipe CC adalah mutan homosigot. daripada sampel menderita terpotong AMD daripada genotipe CT merupakan mutan heterosigot, yang wet AMD sampel Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat Selanjutnya pada tabel 3 dapat diketahui adanya hubungan antara kadar VEGF serum frekuensi polimorfisme gen VEGF, yaitu TT dengan kejadian dan tipe AMD. Darah vena sebanyak 33 orang (50%), CT 31 orang yang (46.97%), dan CC sebanyak 2 orang (3.03%). selanjutnya diperiksa kadar VEGF serumnya Setelah rantai DNA berhasil terpotong dengan dengan menggunakan metode Enzyme-Linked menggunakan enzim restriksi BSAH1, maka Immunosorbent 4 diambil dari Assay subyek (ELISA). penelitian, Tabel 6 memperlihatkan kadar VEGF serum dari tipe AMD. Pada tabel 9 terlihat bahwa pada seluruh subyek penelitian. Dapat dilihat bahwa kelompok kadar adalah (83.33%) dengan kadar VEGF > 100pg/ml dan 263.73+164.46 pg/ml, pada dry AMD sebesar 2 orang (16.67%) dengan kadar <100pg/ml. 582+557.54 pg/ml, dan pada kontrol sebesar Sementara pada kelompok kontrol, terdapat 37 65.52+24.28 pg/ml. orang (100%) yang mempunyai kadar VEGF VEGF pada wet AMD Untuk memudahkan analisis statistik, maka wet <100pg/ml. AMD Terdapat terdapat hubungan 10 orang bermakna kadar VEGF serum dikelompokkan atas kadar dengan nilai p<0.001 antara kadar VEGF VEGF serum > 100 pg/ml dan < 100 pg/ml. dengan wet AMD. Pada tabel yang sama juga Batasan ini diajukan oleh karena hingga saat terlihat bahwa terdapat hubungan bermakna ini belum ada nilai baku tentang kadar normal dengan nilai p<0.001 antara kadar VEGF VEGF, sehingga yang menjadi patokan kadar dengan VEGF serum yang normal dalam penelitian ini dibandingkan kadar VEGF serum pada wet adalah kadar VEGF serum pada kelompok dan dry AMD, maka terlihat bahwa pada wet kontrol (mean = 65.52 + 24.28pg/ml), seperti AMD terdapat 10 orang (83.33%) dengan yang tampak pada tabel 7. kadar VEGF > 100pg/ml dan hanya 2 orang dry AMD. Akan tetapi jika Pada tabel 8 dapat dilihat peningkatan (16.67%) dengan kadar <100pg/ml. Sementara kadar VEGF > 100 pg/ml ditemukan pada pada kelompok dry AMD terdapat 17 orang kelompok wet dan dry AMD, sedangkan pada (100%) dengan kadar VEGF > 100pg/ml. kelompok kontrol kadar VEGF < 100 pg/ml Terdapat hubungan yang tidak bermakna sebesar 37 (100%). Secara statistik, hubungan dengan nilai p=0.081 antara kadar VEGF distribusi kadar VEGF pada sampel penelitian dengan tipe AMD. dinyatakan bermakna dengan nilai p<0.001. Dapat dilihat pada tabel 10 bahwa Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa pada kelompok TT, kadar VEGF > 100 pg/ml kelompok AMD terdapat 27 orang (93.10%) 27.27%, dan < 100 pg/ml sebesar 72.73%. dengan kadar VEGF > 100pg/ml dan hanya 2 Pada kelompok CT kadar VEGF > 100 pg/ml orang <100pg/ml. 51.61%, dan < 100 pg/ml sebesar 48.39%. Sementara pada kelompok kontrol, terdapat 37 Pada kelompok CC kadar VEGF > 100 pg/ml orang (100%) yang mempunyai kadar VEGF < 100%, dan tidak ditemukan pada kadar < 100 100pg/ml. pg/ml. (6.90%) dengan kadar Terdapat hubungan bermakna dengan nilai p<0.001 antara kadar VEGF Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa sampel dengan kejadian AMD. dengan polimorfisme CC dan CT mempunyai Selanjutnya dilakukan uji statistik untuk risiko 3.2 kali lebih besar untuk memiliki kadar melihat hubungan kadar VEGF serum dengan VEGF serum > 100 pg/ml daripada sampel 5 dengan variasi gen TT. Confidence interval Diskusi 95% antara 1.1-8.9. Age-related macular degeneration (AMD) Selanjutnya dilakukan uji statistik untuk melihat utama gangguan penglihatan dan kebutaan permanen pada polimorfisme gen VEGF dan kadar VEGF orang dewasa, dan masih tetap akan menjadi serum dengan tipe AMD. Pada tabel 12 dapat ancaman pada dekade berikutnya. Penelitian dilihat genotipe TT gen VEGF pada kelompok tentang AMD berkembang pesat pada akhir kontrol yang memiliki kadar < 100 pg/ml abad 20, dan memberikan informasi penting sebesar 95.83% dan tidak ditemukan pada bagi arah penelitian berikutnya. > 100 bersama penyebab antara kadar hubungan merupakan pada Pada beberapa penelitian observasional wet AMD termasuk studi kasus-kontrol berbasis klinis ditemukan kadar > 100 pg/ml sebesar 100% dan survei berbasis populasi, secara konsisten dan tidak ditemukan pada kadar < 100 pg/ml. menunjukkan bahwa riwayat keluarga memiliki polimorfisme pg/ml. CC Sebaliknya dengan tipe Pada polimorfisme CT dengan wet AMD faktor risiko terhadap kejadian AMD. Individu ditemukan kadar > 100 pg/ml sebesar 37.5% dengan riwayat keluarga menderita AMD dan pada kadar < 100 pg/ml sebesar 6.67%. mempunyai risk ratio 3 kali lebih tinggi Pada polimorfisme CT dengan dry AMD tidak dibandingkan ditemukan pada kadar < 100 pg/ml. Sebaliknya riwayat keluarga. (Wang, 2007) pada kelompok kontrol tidak ditemukan pada orang yang tidak memiliki Scholl dan kawan-kawan pada tahun 2007 kadar > 100 pg/ml. melaporkan beberapa kandidat gen yang Hubungan antara genotipe TT gen VEGF sering diteliti sebagai faktor genetik yang dan kadar VEGF serum dengan kontrol berhubungan dengan AMD. Diantara kandidat dinyatakan sangat bermakna secara statistik gen yang mereka amati, VEGF merupakan dengan nilai p<0.001, demikian pula halnya salah satu gen yang memberikan hasil yang pada positif terhadap kejadian AMD. hubungan antara genotipe CT polimorfisme gen VEGF dan kadar VEGF Penelitian ini dilakukan untuk menjawab serum dengan kejadian dry AMD. pertanyaan tentang hubungan polimorfisme Tidak dapat dilakukan uji statistik pada promoter gen VEGF dan kadar VEGF serum kelompok polimorfisme gen VEGF genotipe dengan kejadian dan tipe AMD. Analisis CC yang polimorfisme gen VEGF meliputi genotipe dan ditemukan sangat sedikit dan hanya terdapat frekuensi pada posisi -460 T/C, sedangkan pada wet AMD. analisis kadar VEGF meliputi pemeriksaan oleh karena jumlah sampel kadar VEGF serum, dan hubungan bersama polimorfisme gen VEGF dan kadar VEGF 6 serum dengan kejadian dan tipe AMD. Berdasarkan (25.76%). Kelompok kontrol adalah individu karakteristik sampel yang tidak menderita AMD sebanyak 37 orang penelitian (tabel 1), terlihat bahwa rasio (56.06%). Kadar VEGF serum dengan nilai > perempuan dibandingkan laki-laki sebesar 100 pg/ml sebanyak 27 orang (40.91%), dan 55:45. Evans, 2005 dan Wang 2007 secara yang kurang dari 100 pg/ml adalah 39 orang terpisah menyatakan pooling analisis bahwa berdasarkan (59.09%). Terdapat data kepustakaan pada varian wild-type TT sejumlah 33 orang memperlihatkan perempuan memiliki risiko (50%), mutan- heterosigot CT 31 orang sedikit lebih tinggi untuk menderita AMD. (46.97%), dan mutan-homosigot CC 2 orang Apakah hal ini disebabkan oleh usia harapan (3.03%). dan distribusi polimorfisme hidup yang lebih panjang pada perempuan, Pada penelitian ini diidentifikasi adanya atau oleh pengaruh hormonal, atau oleh polimorfisme promoter gen VEGF pada posisi - karena 460, meskipun hal yang sama tidak bisa faktor pertanyaan lainnya yang masih dan diungkapkan pada posisi +450. Oleh sebab itu memerlukan analisis yang lebih mendalam. untuk selanjutnya hanya dibahas tentang Umur polimorfisme gen VEGF -460. penderita sulit merupakan yang terjawab dijadikan sampel penelitian adalah diatas 50 tahun. Hal ini Gambar 2 memperlihatkan hasil amplifikasi sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan oleh DNA dengan cara polymerase chain reaction The International ARM Epidemiological Study (PCR). Group. Pada penelitian ini terdapat kelompok adanya pita putih (band) dengan panjang umur 51-60 tahun sebesar 46.97%. Meskipun 200bp pada setiap slot yang diisi oleh DNA secara bermakna sampel penelitian. Selanjutnya, pada hasil dengan kelompok umur 61-70 tahun (42.42%), PCR tersebut dilakukan Restriction Fragment akan tetapi hal serupa dilaporkan oleh The Length Polimorfism (RFLP) dengan enzim Baltimore Eye Survey tentang data prevalensi restriksi BSAH1. Gambar 3 menunjukkan hasil penderita drusen dengan diameter > 125m RFLP, terlihat adanya 3 jenis karakteristik pada ras kulit putih. Mereka melaporkan band. Hasil ini sebagai interpretasi adanya bahwa penderita drusen pada kelompok usia variasi genetik pada DNA subyek penelitian. 55-59 tahun sedikit lebih tinggi daripada Band yang tidak terpotong pada slot 3 dan 5 kelompok umur 60-64 tahun, yang selanjutnya adalah variasi genetik normal (TT) dengan meningkat pesat hingga umur diatas 80 tahun. panjang 200bp. Slot 1,2 dan 4 berisi DNA (Wang, sebagai terpotong secara parsial dengan panjang 200, kelompok kasus terdiri atas wet AMD 12 orang 178 dan 22 bp. Hal ini menandakan bahwa (18.18%), dan dry AMD sebanyak 17 orang pada slot tersebut berisi variasi genetik statistik 2007) tidak berbeda Penderita AMD 7 Tampak pada hasil elektroforesis CT/heterosigot. Variasi yang terakhir adalah dan Churchill, 2006 yang meneliti tentang CC/homosigot yang tampak pada slot 6 hubungan polimorfisme VEGF dengan wet merupakan DNA yang terpotong sempurna AMD. Yang membedakan antara hasil yang dengan panjang 178 dan 22bp. Hasil PCR dan diperoleh dari penelitian dengan RFLP dapat dilihat pada tabel 2. dilakukan oleh Churchill adalah penelitian ini Tabel 3 memperlihatkan frekuensi variasi hanya ditemukan yang dalam hasil genetik CC/homosigot dengan jumlah 2 polimorfisme VEGF -460 saja, sementara (3.03%) dari populasi penelitian. Churchill dan kawan-kawan memberikan hasil Frekuensi seluruh yang pada 14 single nucleotide polymorphisms dari ditemukan oleh sejumlah peneliti di Makassar. 45 pasien AMD dan 94 kelompok kontrol Abdullah N, 2008 menemukan 17.9% pada dengan umur yang sama (p=0.0074). kasus ini lebih kecil endometriosis; daripada 2008 Pada penelitian ini ditemukan odds ratio melaporkan 15.62% pada kasus karsinoma (OR) polimorfisme gen VEGF -460 pada nasofaring; yang genotipe CT dan CC 3.1 kali lebih besar mengidentifikasi frekuensi polimorfisme ini daripada genotipe TT, seperti yang tampak sebesar 7% pada pasien diabetik retinopati. pada tabel 5. Wang pada tahun 2007 juga Pada dan tabel Punagi Esa dapat 2008 distribusi menemukan pada individu dengan riwayat genotipe VEGF -460. Terlihat bahwa frekuensi keluarga menderita AMD mempunyai risiko 3 genotipe pada wet AMD adalah TT=3 (9.09%), kali lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak CT=7 (22.58%), dan CC=2 (100%); pada Dry memiliki riwayat keluarga. Selanjutnya, pada AMD adalah TT=7 (21.21%), CT=10 (32.26%), tabel yang sama dapat dilihat dan CC 0 (0%); sementara pada kelompok gen VEGF genotipe CT dan CC 4.9 kali kontrol memiliki adalah 4 T, Q, TT=23 dilihat (69.70%), CT=14 risiko menderita polimorfisme wet AMD (45.16%), dan CC 0 (0%). Dengan tidak dibandingkan kontrol, 2.3 kali menderita dry ditemukannya polimorfisme homosigot (CC) AMD dibandingkan kontrol, dan 2.1 kali pada kelompok dry AMD maupun kontrol, menderita wet AMD dibandingkan dengan dry dapat polimorfisme AMD. Szaflik, 2009 yang secara khusus mempunyai meneliti distribusi polimorfisme gen VEGF -460 hubungan yang bermakna dengan kejadian pada penderita AMD menemukan bahwa dan tipe AMD (p=0.004). Hubungan bermakna terdapat hubungan yang bermakna (OR 3.04, antara polimorfisme gen VEGF -460 juga telah 95% CI 1.65-5.60) pada genotipe mutan dikemukakan oleh beberapa peneliti, antara (CC+CT) lain hubungannya dibandingkan kelompok dengan genotipe TT. dengan kejadian retinopathy of prematurity, Mereka menyimpulkan bahwa polimorfisme menjelaskan promoter gen Vannay, bahwa VEGF 2005 -460 tentang 8 untuk menderita wet AMD gen VEGF -460 dapat dipertimbangkan pada kelompok kasus sebesar 334.18 pg/ml sebagai tanda potensial terhadap kejadian wet dibandingkan AMD. Papis, 2009 yang meneliti kejadian AMD sebesar 91.36 pg/ml. Ozturk dkk, 2009 yang pada populasi Polandia dengan jumlah sampel melakukan penelitian pengaruh serum sitokin 177 penderita wet AMD, 88 sampel dengan dry dan kadar VEGF terhadap diabetik retinopati AMD, dan 136 sampel sebagai kelompok (DR) dan ketebalan makula juga memperoleh kontrol, melaporkan bahwa terdapat hubungan hasil yang sama dengan penelitian kami. antara kejadian dry AMD dengan genotipe C/T Mereka memperoleh hasil kadar VEGF pada (OR 3.77), dan hubungan yang lemah antara kelompok kejadian dry AMD dengan genotipe TT (OR dibandingkan dengan pasien DM tanpa DR 0.19). sebesar Tabel 6 menunjukkan perbandingan kadar dengan kontrol 125.37 kelompok sebesar pg/ml, kontrol 98.20 kelompok pg/ml, NPDR 153.07 pg/ml, dan pada kelompok PDR VEGF serum pada penderita wet dan dry AMD sebesar dengan kelompok kontrol. Kadar VEGF pada melaporkan wet AMD sebanyak 263.73 + 164.46 pg/ml, dry penderita wet AMD sebesar 256.0 pg/ml dan AMD sebanyak 582.46 + 557.54 pg/ml, dan kontrol sebesar 82.8 + 168.2 pg/ml. kelompok kontrol 65.52 + 24.28 149.12 pg/ml. kadar Tsai, VEGF 2006 serum juga pada pg/ml. Tabel 8 menunjukkan distribusi kadar Tingginya kadar VEGF serum pada dry AMD VEGF > 100 pg/ml dan < 100 pg/ml pada tipe dibandingkan wet AMD akibat hipoksia pada AMD. Kadar VEGF yang tinggi dan rendah retinal pigment epithelium (RPE). Kwak, 2000 diberi batasan pada nilai 100 pg/ml, karena yang melakukan penelitian tentang kadar hingga saat ini belum ada nilai baku tentang VEGF melaporkan kadar VEGF serum yang normal. Kadar VEGF bahwa hipoksia RPE meningkatkan kejadian > 100 pg/ml pada wet AMD sebesar 83.33%, CNV. Tschirch, 2009 menyatakan bahwa dry AMD 100%, dan kontrol 0%. Kadar VEGF VEGF mengalami upregulasi pada jaringan < 100 pg/ml pada wet AMD sebesar 16.67%, yang hipoksia. Peningkatan kadar VEGF dapat dry AMD 0%, dan kontrol 100%. Hasil ini menjadi alarm untuk terjadinya kompensasi menunjukkan bahwa seluruh kelompok kontrol hemodinamik, dan jika kadar VEGF mulai memiliki kadar VEGF < 100 pg/ml. Meskipun menurun menandakan bahwa pada jaringan terdapat 16.67% panderita wet AMD yang tersebut telah tercapai oksigenasi. memiliki kadar VEGF < 100 pg/ml, tetapi pada tikus transgenik Abdullah N pada tahun 2008 yang secara statistik terdapat perbedaan bermakna melakukan penelitian tentang kadar VEGF antara kadar VEGF pada wet dan dry AMD pada penderita endometriosis di Makassar dibandingkan kelompok kontrol (p<0.001). Hal memperoleh hasil bahwa kadar VEGF serum yang sama ditemukan oleh Abdullah N, 2008, 9 bahwa kadar VEGF serum secara bermakna dibandingkan 42 kontrol (p<0.001), akan tetapi lebih tinggi pada penderita endometriosis terdapat perbedaan signifikan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. (p=0.000). pada Pada penelitian ini juga ditemukan kelompok wet AMD dibandingkan dengan dry AMD (p=0,004). hubungan yang bermakna antara kadar VEGF Tabel 10 memperlihatkan distribusi kadar serum dengan wet AMD dan dry AMD jika VEGF > 100 pg/ml dan kurang dari 100 pg/ml dibandingkan terhadap dengan kelompok kontrol polimorfisme gen VEGF -460. (p<0.001). Selanjutnya dilakukan uji statistik Tampak bahwa pada genotipe CC terdapat untuk melihat hubungan antara kadar VEGF 100% kadar VEGF > 100 pg/ml, sementara serum pada penderita wet dan dry AMD. pada genotipe TT terdapat 24 (72.73%) kadar Diperoleh VEGF yang kurang dari 100 pg/ml. (p=0.011). hasil bahwa terdapat 83.33% penderita wet AMD dengan kadar VEGF Pada tabel 11 dapat kita lihat bahwa serum > 100 pg/ml, dan 16.67% dengan kadar polimorfisme gen VEGF genotipe CT dan CC < 100 pg/ml. Hal berbeda ditunjukkan pada mempunyai hubungan dengan meningkatnya penderita dry AMD, bahwa terdapat 100% kadar VEGF serum. (OR 3.2, 95% CI 1.1-8.9). dengan kadar serum > 100p g/ml. Dengan uji Pada tabel 12 terlihat bahwa kadar VEGF pearson chi-square ditemukan hubungan yang serum yang kurang dari 100 pg/ml dan tidak bermakna antara kadar VEGF serum genotipe dengan kejadian wet AMD jika dibandingkan kelompok kontrol yaitu 95.83% (p<0.001). dengan dry AMD. (p=0.081), seperti yang Kadar VEGF serum > 100 pg/ml dan genotipe dapat dilihat pada tabel 9. CC ditemukan pada penderita wet AMD Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini memperkuat hasil terbanyak ditemukan pada sebanyak 100%. Uji statistik tidak dapat sebelumnya dilakukan pada kelompok CC karena kurang dilaporkan oleh Lip dan kawan-kawan yang jumlah sampel, meskipun demikian dapat meneliti dalam dilihat bahwa pada kelompok CC hanya 2001 ditemukan pada penderita wet AMD dengan peranan perkembangan yang TT kadar penyakit VEGF AMD. Lip, mengemukakan bahwa kadar VEGF serum lebih tinggi pada 78 pasien AMD dibandingkan kadar VEGF > 100 pg/ml. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dengan age-matched controls (p = 0.0196). menerima Mereka juga menemukan bahwa tidak terdapat polimorfisme promoter gen VEGF dan kadar perbedaan bermakna antara dry dan wet AMD. VEGF serum mempunyai hubungan dengan Hasil yang berbeda dikemukakan oleh Tsai, AMD, 2006. menemukan mempunyai hubungan dengan meningkatnya peningkatan kadar VEGF pada 77 pasien AMD kadar VEGF serum yang pada akhirnya secara Meskipun mereka 10 hipotesis polimorfisme yang promoter diuji gen bahwa VEGF bersama-sama terhadap mempunyai kejadian dan tipe hubungan age-related macular degeneration. gen VEGF dan kadar VEGf serum dengan kejadian dan tipe age-related macular degeneration. Namun demikian terdapat beberapa hal yang merupakan keterbatasan penelitian, antara lain : Desain penelitian kasus-kontrol Kesimpulan dan Saran Dari hasil yang diperoleh dalam bersifat eksploratif observasional. Untuk lebih penelitian ini, maka dapat disimpulkan memahami hubungan polimorfisme gen VEGF bahwa : Ditemukan adanya polimorfisme dan kadar VEGF serum dengan kejadian dan gen VEGF -460 yaitu nukleotida thymine (T) tipe AMD, dibutuhkan penelitian cohort yang digantikan oleh nukleotida Cytosine (C), dan bersifat longitudinal. Pada penelitian ini hanya polimorfisme gen VEGF genotipe CT dan ditemukan jenis polimorfisme gen VEGF pada CC memiliki hubungan yang bermakna posisi -460, sehingga diperlukan uji genetik terhadap kejadian dan tipe AMD (p=0.004, biomolekuler yang lebih luas untuk meneliti OR=3.1, 95% CI 1.1-8.6). Kadar VEGF haplotipe gen VEGF yang tersebar pada lebih serum lebih tinggi pada kelompok dry dan dari 14 posisi. Pada penelitian ini hanya diuji wet AMD dibandingkan dengan kelompok hubungan polimorfisme gen VEGF dengan kontrol (p<0.001). Terdapat hubungan yang kejadian dan tipe AMD, yang merupakan salah bermakna satu gen yang terlibat dengan AMD. Gen-gen penderita wet AMD dengan kontrol, serta lain yang memiliki hubungan yang kuat dengan pada penderita dry AMD (p<0.001). Akan AMD adalah gen CFH, LOC, CFB/C2, APOE, tetapi dan CX3CR1. Jumlah sampel yang terkumpul bermakna sangat terbatas, terdiri dari 12 penderita wet penderita wet AMD dibandingkan dengan AMD, 17 dry AMD, dan 37 kelompok kontrol, dry AMD (p=0.081). Terdapat hubungan sehingga terdapat keterbatasan dalam uji yang bermakna antara polimorfisme gen statistik. Untuk menemukan hubungan yang VEGF bermakna, diperlukan jumlah sampel yang (p=0.011). lebih besar. kadar antara tidak kadar terdapat antara dengan hubungan kadar kadar Terdapat VEGF VEGF VEGF VEGF risiko serum pada serum yang serum serum peningkatan kelompok Meskipun terdapat beberapa keterbatasan genotipe CC dan CT (OR 3.2, 95% CI 1.1- penelitian seperti yang diuraikan diatas akan 8.9). Terdapat hubungan bersama antara tetapi polimorfisme sepanjang pengetahuan kami dan gen VEGF -460 dan berdasarkan penelusuran pustaka, hingga saat peningkatan kadar VEGF serum dengan ini belum ada karya ilmiah di Indonesia yang kejadian dan tipe AMD. melaporkan tentang hubungan polimorfisme 11 Agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik untuk penelitian selanjutnya maupun untuk kepentingan Cheng CL, Saw SM, Pang CE, et al. 2009. Age-related macular degeneration in Singapore. Singapore Med J. 50:126-131 pelayanan medik, maka disarankan : Perlu Churchill AJ, Carter JG, Lovell HC, et al. 2006. VEGF polymorphisms are associated with neovascular age-related macular degeneration. Human Molecular Genetics. 15:2955-2961 penelitian lebih lanjut untuk konfirmasi peranan dan pengaruh gen VEGF, terutama gen VEGF -460 terhadap patogenesis AMD, sehingga bisa dijelaskan kecenderungan Coleman HR, Chan CC, Ferris FL, et al. 2008. Age-related macular degeneration. Lancet. 372:1835-1845 seseorang untuk menderita AMD. Kajian yang lebih mendalam dengan jumlah De Almeida LNF, Carolino RM, Sperandio DC, et al. 2009. The role of molecular genetic factors in age-related macular degeneration. Arq Bras Oftalmol. 72:567572 sampel yang lebih besar diperlukan untuk menjelaskan mekanisme polimorfisme gen VEGF-460 produksi dalam kaitannya dengan protein VEGF. Dengan Ding X, Patel M, and Chan CC. 2009. Molecular pathology of age-related macular degeneration. Prog Retin Eye Res. 28:1-18 diperolehnya hubungan yang bermakna antara polimorfisme gen VEGF dengan kejadian dan tipe AMD (p=0.004, OR=3.1, Ehrlich R, Harris A, Kheradiya NS, et al. 2008. Age-related macular degeneration and the aging eye. Clinical Interventions in Aging. 3:473-482 95% CI 1.1-8.6), maka pada keluarga penderita AMD sebaiknya juga dilakukan analisis gen VEGF untuk deteksi dini dan Esa T. 2008. Peranan gen vascular endothelial growth factor (VEGF) terhadap patogenesis retinopati diabetika. Laporan Penelitian Risbin Iptekdok, Depkes keperluan preventif terhadap faktor risiko eksternal guna mencegah atau menghambat perkembangan penyakit AMD. Mengingat tingginya aktifitas angiogenesis Ethen CM, Xiao F, Olsen TW, et al. 2005. Declines in arrestin and rhodopsin in the macula with progression of age-related macular degeneration. Invest Ophthalmol Vis Sci. 46:769-775 yang ditandai dengan meningkatnya kadar VEGF serum pada kelompok AMD, maka pengobatan AMD perlu dikaji lebih dalam lagi terutama penggunaan obat-obatan Evans J, 2005. Age-related macular degeneration. In: The epidemiology of eye disease, 2nd Ed. antiangiogenesis. Daftar Pustaka Fang AM, Lee AY, Kulkarni M, et al. 2009. Polymorphisms in the VEGFA and VEGFR2 genes and neovascular age-related macular degeneration. Molecular Vision. 15:2710-2719 Abdullah N. 2007. Peran polimorfisme gen vascular endothelial growth factor (VEGF) pada endometriosis. Disertasi Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin 12 Felmeden DC, Blain AD, and Lip GYH. 2003. Angiogenesis: Basic pathophysiology and implications for disease. European Heart Journal. 24:588-590 Nowak JZ. 2006. Age-related macular degeneration (AMD): pathogenesis and therapy. Pharmacological Reports. 58:353363 Ozturk BT, Bozkurt B, Kerimoglu H, et al. 2009. Effect of serum cytokines and VEGF levels on diabetic retinopathy and macular thickness. Molecular Vision. 15; 1906-1914 Hughes AE, Orr N, Patterson C, Esfandiary H, et al. 2007. Neovascular age-related macular degeneration risk based on CFH, LOC387715/HTRA1, and smoking. PLoS Medicine. 4:1993-2000 Ishida BY, Duncan KG, Bailey KR, et al. 2006. High density lipoprotein mediated lipid efflux from retinal pigment epithelial cells in culture. Br J Ophthalmol. 90:616-620 Papis JK, Zaras M, Krzyzanowska, et al. 2009. Association between vascular endothelial growth factor gene polymorphisms and age-related macular degeneration in a Polish population. Exp Mol Pathol. 87; 234-238 Joussen AM and Bornfeld N. 2009. The treatment of wet age-related macular degeneration. Dtsch Arztebl Int. 106:312317 Punagi AQ. 2007, Polimorfisme gen vascular endothelial growth factor (VEGF) dan risiko karsinoma nasofaring. Disertasi Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Kwak N, Okamoto N, Wood JM, and Campochiaro PA. 2000. VEGF is major stimulator model of choroidal neovascularization. Invest. Ophthalmol. Vis. Sci. 41:3158-3164 Ray D. 2004. Association of the VEGF gene with proliferative diabetic retinopathy but not diabetic proteinuria in diabetes. Diabetes. 53:861-869 Regillo C, Holekamp N, Johnson MW, et al. 2008. Retina and Vitreous, Basic and Clinical Science Course, Sect. 12. American Academy of Ophthalmology Lee SJ. 2005. Vascular endothelial growth factor gene polymorphism and risk of primary lung cancer. Cancer Epidemiology Biomarkers Preventeion. 14:571-575 Sarks SH, Arnold JJ, Killingsworth MC, et al. 1999. Early drusen formation in the normal and aging eye and their relation to age related maculopathy: a clinicopathological study. Br J Ophthalmol. 83:358-368 Leveziel N, Zerbib J, Richard F, et al. 2008. Genotype–phenotype correlations for exudative age-related macular degeneration associated with homozygous HTRA1 and CFH genotypes. Invest Ophthalmol Vis Sci. 49:3090-3094 Scholl HPN, Fleckenstein M, Issa PC, et al. 2007. An update on the genetics of agerelated macular degeneration. Molecular Vision. 13:196-205 Lin CC. 2003. Vascular endothelial growth factor gene -460C/T polymorphism is a biomarker for prostate cancer. Urology. 62:374-377 Seddon JM. 2007. Multivitaminmultimineral supplements and eye disease: age-related macular degeneration and cataract. Am J Clin Nutr. 85:304-307S Mitchell J and Bradley C. 2006. Quality of life in age-related macular degeneration: a review of the literature. Health and Quality of Life Outcomes. 4:1-20 13 See JLS, Wong TY and Yeo KT. 1998. Trends in the pattern of blindness and major ocular diseases in Singapore and Asia. Annals Academy of Medicine. 27:540-546 Xie K, Wei D and Shi Q. 2004. Constitutive and inducible expression and regulation of vascular endothelial growth factor. Cytokine and Growth Factor Reviews. 15; 297-324 Simonelli F, Frisso G, Testa F, et al. 2006. Polymorphism p.402Y.H in the complement factor H protein is a risk factor for age related macular degeneration in an Italian population. Br J Ophthalmol. 90:1142-1145 Xu Y, Guan Y, Xu J, et al. 2008. Association of CFH, LOC387715, and HTRA1 polymorphism with exudative age-related macular degeneration in a Northern Chinese population. Molecular Vision, 14; 1373-1381 Smith TC and Lee L. 2007. Age related macular degeneration, New developments in treatment. Australian Family Physician. 36:359-361 Stevens A, Saden J and Brebchley PE. 2003. Haplotype analysis of the polymorphic human vascular endothelial growth factor gene promoter. Cancer Research. 63:812816 Szaflik JP, Blasiak J, Krzyanowska A, et al. 2009. Distribution of the C-460T polymorphism of the vascular endothelial growth factor gene in age-related macular degeneration. Klin Oczna. 111; 125-127 Tuo J, Ross RJ, Reed GF, et al. 2008. The HtrA1 promoter polymorphism, smoking, and age-related macular degeneration in multiple case-control samples. Ophthalmology. 115:1891-1898 Tschirch E, Weber B, Koehne P, et al. 2009. Vascular endothelial growth factor as marker for tissue hypoxia and transfusion need in anemic infants: A prospective clinical study. Pediatrics. 123:784-790 Wang JJ, Mitchell P and Klein R. 2007. Epidemiology of age-related macular degeneration early in the 21st Century, In: Retinal Degenerations: Biology, Diagnostics, and Therapeutics. New Jersey: Human Press Inc. 23-59 Wong TY, Klein R, Sun C, et al. 2006. Agerelated macular degeneration and risk for stroke. Annals of Internal Medicine. 145:98106 14