PELUANG DAN TANTANGAN WISATA ALAM KABUPATEN MELAWI (DILIHAT DARI PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUTAN) MUHAMMAD YUNAN HAKIM Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura I. Pendahuluan Selama ini, perhatian pengembangan sektor pariwisata masih berorientasi pada wilayah perkotaan. Ini terlihat dari maraknya pembangunan sarana dan prasarana wisata di wilayah perkotaan, seperti makin banyaknya pembangunan mall, restaurant, cafe dan tempat hiburan lainnya. Sebaliknya di pihak lain, pasar-pasar tradisional menjadi semakin stagnan. Paradigma kebijakan program pembangunan wisata tidak hanya terkonsentrasi pada wilayah perkotaan saja, namun sudah semestinya melirik potensi-potensi yang dimiliki oleh wilayah perdesaan. Dengan begitu, konsentrasi ”kue pembangunan” tidak hanya dinikmati oleh penduduk dan masyarakat perkotaan yang bertempat tinggal di kawasan yang jauh dari gemerlap dan hingar-bingarnya kehidupan perkotaan. Ini sangat penting diperhatikan mengingat perlunya perubahan kebijakan yang lebih memperhatikan kehidupan masyarakat perdesaan. Salah satu harapan dengan adanya perubahan kebijkan itu adalah berkaitan dengan kebijakan pemerintah di bidang pengembangan industri pariwisata yang terdapat di masyarakat perdesaan, khususnya wisata lingkungan. Tujuannya adalah menciptakan kesempatan dan peluang kerja bagi masyarakat yang mendiami wilayah perdesaan, dalam kaitannya dengan peningkatan kesejahteraan mereka. Sejak dimulainya era otonomi daerah, sebenarnya perhatian pemerintah pusat dan daerah sudah memberi perhatian lebih luas dalam pengembangan kawasan perdesaan, termasuk membidik peluang-peluang ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya Salah satu program pemerintah yang berkaitan langsung dengan masyarakat perdesaan adalah meningkatkan sektor wisata lingkungan dan agrowisata yang diharapkan perdesaan. Namun dalam kenyataannya tetap muncul kendalakendala sebagai akibat kurang sinerginya kebijakan pemerintah atau dengan kata lain masih egosektoral, dalam arti kurangnya koordinasi dan integrasi antara kebijakan dan peraturan yang diimplementasikannya. Hal ini berdampak pada masih munculnya keragu-raguan dari berbagai pihak yang berminat berinvestasi di sektor pariwisata, terutama dengan masih belum jelas atau masih tumpang tindihnya berbagai peraturan yang berkaitan dengan masalah penataan tata ruang pada kawasan yang dianggap berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata, misalanya wisata lingkungan. Kebijakan yang sudah mulai mengarah pada masyarakat perdesaan, ditengarai akan berakibat pada semakin intensnya pembangunan sarana dan prasarana pariwisata. Ini dikhawatirkan akan dapat mengganggu kawasan-kawasan yang diperuntukkan untuk pelestarian lingkungan dan sebagainya. Kebijakan yang belum terkoordinasi dan terintegrasi itu dikhawatirkan akan menjadi ancaman bagi peraturan yang berkaitan dengan penataan tata ruang di masyarakat perdesaan. Untuk itu, perlu perhatian yang lebih serius dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta komponen masyarakat lainnya untuk lebih mengkonsentrasikan perhatian agar masalah penataan tata ruang itu segera dapat diwujudkan. Bagaimana pun juga, masalah ini adalah masalah yang mendesak untuk diperhatikan agar tidak terjadi perusakan lingkungan yang semakin tidak terkontrol. 2 Pemerintahan Kabupaten Melawi yang baru terbentuk ini, dalam melaksanakan pemerintahannya, masih banyak mengadopsi kebijakan dan peraturan daerah Kabupaten Sintang. Hal ini cukup beralasan dikarenakan sebagian kebijakan dan peraturan daerah Kabupaten Sintang - sebelum pemekaran juga meliputi wilayah yang sekarang menjadi wilayah Kabupaten Melawi. Kabupaten Melawi merupakan salah satu daerah di Propinsi Kalimantan Barat yang memiliki cukup banyak potensi objek wisata yang hingga saat ini masih belum dikembangkan. Diantaranya adalah objek Wisata di Kota Nanga Pinoh – Sungai Melawi - Sungai Pinoh; dan Taman Nasional Bukit Baka – Bukit Raya, merupakan Taman Nasional terbesar kedua di Kalimantan Barat setelah Betung Kerihun serta terletak di dua Propinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Disini terdapat areal air terjun yang mengagumkan dan mengasyikkan sebagai tempat melepas lelah selama berjam - jam trekking di jantung Kalimantan. Sebagai hal baru tumbuh dan berkembang, maka sektor pariwisata masih memerlukan banyak pembenahan yaitu untuk mencapai suatu struktur yang baru. Salah satu aspek di bidang kepariwisataan yang saat ini sangat mendesak untuk ditata, dilengkapi ataupun diseragamkan adalah masalah data. Ini disebabkan karena kelengkapan serta ketepatan data merupakan titik tolak bagi pengambilan suatu keputusan / kebijaksanaan ataupun langkah - langkah yang tepat dan benar di masa mendatang. Berdasarkan pertimbangan - pertimbangan seperti itu, maka dalam rangka penyusunan Perencanaan Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Melawi, dipandang perlu untuk melihat tingkatan penting dalam konsep pengembangan pariwisata, mulai dari visi, misi, maksud, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, sebagai berikut : Visi pariwisata kabupaten Melawi : Pertumbuhan dan Perkembangan Pariwisata selaras dengan segenap aspek pembangunan dan kehidupan serta pemanfaatan potensi yang berwawasan lingkungan bagi terciptanya pemerataan kesejahteraan rakyat. Adapun Misi yang diemban : 1. Menggali potensi pariwisata daerah untuk Memasaran dan promosi yang prospektif. 2. Mengarahkan, Membina, dan Meningkatkan sumber daya manusia pariwisata yang profesional untuk kesejahteraan rakyat yang adil – merata. 3. Mendayagunaan teknologi perangkat keras dan lunak, serta Mencari Inpestor untuk Menanamkan modal yang efektif dan kondusif sesuai potensi dan kemampuan daerah. 4. Saling Menghormati yang didasari saling pengertian dalam kehidupan dan pariwisata. Secara singkat visi dan misi pengembangan pariwisata Kabupaten Melawi adalah mengembangkan pariwisata menjadi sektor yang penting bagi perkembangan ekonomi wilayah Kabupaten Melawi yang berbasis dan berwawasan lingkungan dengan citra tersendiri yang mampu mengakomodasi trend perkembangan wisatawan dunia (mereka ingin menemukan kembali tradisi, spiritualitas dan alam mereka yang telah hilang - back to nature). Artinya, pengembangan dan pembangunan pariwisata dapat sedikit mungkin menggunakan biaya, dan sebanyaknya memanfaatkan potensi alamiah dan budaya daerah yang tetap disertai dengan pelestarian dan perlindungan, untuk tujuan pariwisata. 3 II GAMBARAN UMUM KABUPATEN MELAWI II.1. Administrasi Pemerintahan Kabupaten Melawi mengalami pemekaran kecamatan sejak tahun 2007 yang didasarkan pada Peraturan Daerah No. 32/2007 dimana kabupaten yang awalnya hanya terdiri tujuh kecamatan ini mekar menjadi sebelas kecamatan, kecamatan terluas yang mencakup 14,82 % dan kecamatan terkecil 4,27 % luas kabupaten Melawi, kecamatan – kecamatan baru tersebut antara lain Kecamatan Pinoh Utara dan Pinoh Selatan (pemekaran dari kecamatan Nanga Pinoh), Kecamatan Belimbing Hulu (pemekaran dari kecamatan Belimbing), Kecamatan Tanah Pinoh Barat (pemekaran dari kecamatan Tanah Pinoh) berdampak pula pada pemekaran Desa. Secara administratif, kabupaten Melawi terbagi dalam 11 (sebelas) Kecamatan Terdiri 169 Desa, dan 590 Dusun. terdapat beberapa bagian sungai didaerah perhuluan, sungai besar yang membelah daerah ini Sungai Melawi dan Sungai Pinoh, Kecamatan yang ada di Kabupaten ini antara lain : Tabel 2.1. LUAS WILAYAH DAN JUMLAH DESA KABUPATEN MELAWI No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Kecamatan Ibukota Sokan Tanah Pinoh Sayan Ella Hillir Menukung Nanga Pinoh Belimbing Pinoh Selatan Pinoh Utara Belimbing Hulu Tanah Pinoh Barat Kabupaten Melawi II.2. Nanga Sokan Kota Baru Nanga Sayan Nanga Ella Hillir Menukung Kota Nanga Pinoh Pemuar Manggala Tekellak Tiung Keranji Ulak Muid Nanga Pinoh Luas Area ( Km 2 ) 1.577,20 739,30 1.166,40 1.139.80 1.062.10 617,20 1.238,00 931,00 890,0 454,00 829,00 10.644,00 Jumlah Desa Prosentase terhadap luas Kabupaten ( % ) 17 12 18 19 19 17 17 12 19 8 10 169 14,82 6,95 10,96 10,71 9,98 5,80 11,63 8,75 8,36 4,27 7,79 100,00 Kondisi Fisik Dasar A. Kondisi Geografi Kabupaten Melawi terletak di bagian timur propinsi Kalimantan Barat atau diantara 0º 07’ Lintang Utara serta 1º 21’ Lintang Selatan dan 111º 07’ Bujur Timur serta 112º 27’ Bujur Timur. Sedangkan secara administrative Kabupaten Melawi berbatasan dengan 2 (dua) Kabupaten dan 1 ( satu ) Provinsi. Tabel 2.2. LETAK GEOGRAFI KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN MELAWI NO 1 KECAMATAN ( DISTRICT) 2 Sokan Tanah Pinoh Tanah Pinoh Barat Sayan Ella Hillir Menukung LINTANG (LATITUDE) BUJUR (LONGITUDE) 3 0° 56´ LS – 1° 21´ LS 0° 47´ LS – 0° 85´ LS 0° 41´ LS – 0° 84´ LS 0° 29´ LS – 0° 58´ LS 0° 16´ LS – 0° 48´ LS 0° 11´ LS – 0° 43´ LS 4 111º 07´ BT 111º 31´ BT 111º 29´ BT 111º 33´ BT 111º 32´ BT 111º 48´ BT - 111º 37´ BT 111º 60´ BT 111º 51´ BT 111º 52´ BT 111º 66´ BT 111º 56´ BT 4 0° 07´ LS – 0° 52´ LS 0° 24´ LS – 0° 57´ LS 0° 27´ LS – 0° 58´ LS 0° 14´ LS – 0° 53´ LS 0° 32´ LS – 0° 43´ LS Nanga Pinoh Belimbing Pinoh Selatan Pinoh Utara Belimbing Hulu Kabupaten Melawi 0º 07´ LS - 1º 21´ LS 111º 40´ BT 111º 46´ BT 111º 45´ BT 111º 54´ BT 111º 07´ BT 111º 07´ BT - 111º 04´ BT 111º 90´ BT 112º 15´ BT 112º 13´ BT 112º 27´ BT 112º 27´ BT Batas wilayah Kabupaten Melawi secara administratif adalah sebagai berikut : Utara : Berbatasan dengan Kec. Dedai, Tempunak, Sei Tebelian dan Sepauk Kab. Sintang Selatan : Berbatasan dengan Kec. Tumbang Senamang Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalteng. Timur : Berbatasan dengan Kec. Serawai Kab. Sintang Barat : Berbatasan dengan Kec. Sandai Kab. Ketapang Tabel 2.3. BATAS ADMINISTRASI KABUPATEN MELAWI MENURUT KECAMATAN NO KECAMATAN UTARA TIMUR SELATAN 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sokan Tanah Pinoh Tanah Pinoh Barat Sayan Ella Hillir Menukung Nanga Pinoh Pinoh Selatan Pinoh Utara Belimbing Belimbing Hulu Kab. Melawi Kec.Tn. Pinoh Kec. Belimbing Kec. Belimbing Hulu Kec. Ng Pinoh Kab. Sintang Kec. Menukung Kec. Pinoh Utara Kec. Ng. Pinoh Kab. Sintang Kab. Sintang Kab. Sintang Kab. Sintang Prop. Kalteng Kec. Sayan Kec. Tn Pinoh Prop. Kalteng Kec. Serawai Kec. Belimbing Kec. Ella Hilir Kec. Ella Hilir Kec. Ella Hilir Kec. Ng Pinoh Kec. Belimbing Kab. Sintang Kec. Sayan Kec. Sokan Kec. Sokan Kec. Tn Pinoh Prop. Kalteng Prop. Kalteng Kec. Pinoh Selatan Prop. Kalteng Kec. Nanga Pinoh Kec. Tanah Pinoh Kec. Tanah Pinoh Prop. Kalteng BARAT 6 Kab. Ketapang Kec. Tn Pinoh Barat Kab. Ketapang Kec. Belimbing Kec. Nanga Pinoh Kec. Ella Hilir Kec. Belimbing Kec. Sayan Kec. Belimbing Kab. Sintang Kab. Sintang Kab. Ketapang Sebagian besar wilayah Kabupaten Melawi wilayah perbukitan dengan luas 8.818,70 Km² atau 82,85 persen dari luas wilayah Kabupaten Melawi 10.644 km2. Kedudukan kecamatan Nanga Pinoh yang memiliki wilayah yang paling luas adalah cukup strategis, karena sebagai Ibu Kota Kabupaten Melawi. Dengan memiliki wilayah yang cukup luas, maka pengembangan Kecamatan Nanga Pinoh sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Melawi serta sentra perdagangan lalu lintas barang dan jasa bagi daerah - daerah hinterland lainnya menjadi sangat strategis dan memiliki peluang untuk dikembangkan secara optimal. Dalam arti bahwa penataan Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan – RTRWK Kabupaten Melawi harus memperhatikan aspek - aspek yang terkait dengan fungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat perekonomia serta dinamikia dan mobilitas penduduk, arus barang dan jasa di masa mendatang yang terus berkembang dengan tetap memperhatikan penataan kawasan dengan prinsip prinsip berkelanjutan dan menjaga fungsi - fungsi lingkungan. Kabupaten Melawi dialiri oleh sungai yang cukup besar yaitu Sungai Melawi dan Sungai Pinoh. Sungai Melawi membentang di sebagian kecamatan yaitu, kecamatan Menukung, Ella Hilir dan Nanga Pinoh. Sedangkan sungai Pinoh membentang dari kecamatan Sokan, Tanah Pinoh, 5 Sayan dan bermuara di Nanga Pinoh. Kedua sungai ini merupakan prasarana transportasi yang penting dan strategis bagi beberapa wilayah kecamatan tersebut bagi lau lintas barang dan jasa. Meskipun banyak sekali hambatan hambatan yang sangat mengganggu, jika terjadi musim kemarau sehingga mengganggu kelancaran lalu lintas barang dan jasa bagi kebutuhan dan aktivitas ekonomi penduduk di beberapa wilayah tersebut, namun transportasi sungai hingga saat ini masih menjadi andalan, karena prasarana transportasi darat dan fasilitas jalan darat masih belum memadai untuk dapat digunakan secara efektif. B. Kondisi Geologi dan Hidrologi Secara umum, Kabupaten Melawi merupakan daerah yang telah mengalami pengikisan dan telah mencapai stadium tua. Hal ini ditandai dengan gradient sungai - sungai kecil dan berbelok - belok (sandering). Sebagian besar merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 - 200 meter di atas permukaan laut. Wilayah daratan ini diapit oleh dua pegunungan, yaitu Pegunungan Schawaner sepanjang perbatasan Kalimantan Barat dengan Propinsi Kalimantan Tengah. Dipengaruhi oleh dataran rendah yang amat luas, maka ketinggian gunung-gunung relatif rendah serta non aktif. Gunung yang paling tinggi adalah Bukit Baka di Kecamatan Menukung, berketinggian 1.620 M dari permukaan laut, yang jauh lebih rendah dibanding gunung Semeru, Jawa Timur yang berketinggian 3.676 M atau Gunung Kerinci di Jambi dengan ketinggian 3.805 M. Sedangkan dilihat dari tekstur tanahnya, jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Melawi, terdiri dari : a. Tanah Organosol, biasanya berasosiasi dengan jenis tanah Aluvial, sangat peka terhadap erosi serta menyebar di seluruh Propinsi Kalimantan Barat. b. Tanah Gley, berwarna abu-abu sampai putih, bertekstur liat berdebu dan liat serta berkonsistensi basah atau pekat. Tanah jenis ini banyak terdapat di daerah tergenang, sehingga cocok untuk tanaman padi. Tanah seperti ini menyebar di Kabupaten Melawi. c. Tanah Humus, biasanya berwarna coklat sampai hitam, daya kapasitas menahan air tinggi dan mempunyai reaksi masam yang tinggi pula. Pada kedalaman kurang dari satu meter, tanah ini bertekstur serat halus. Tanah ini dapat dijadikan tanah sawah dengan bantuan pupuk organik atau abu, karena tingkat produktifitas tanah humus rendah. Tanah ini terdapat diseluruh Kabupaten Melawi. d. Tanah Aluvial, biasanya bewarna kelabu, coklat atau hitam dan tidak peka terhadap erosi serta digunakan sebagai lahan pertanian dan tempat permukiman. Tanah jenis ini terbentuk dari endapan laut, sungai atau danau, dan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Melawi. e. Tanah Podsolet Merah Kuning (PMK), berwarna kuning sampai merah, bereaksi masam dengan tingkat kejenuhan basah rendah. disamping mempunyai daya ikat Posphor (P) dan tingkat keracunan Aluminium (Al) tinggi, tanah ini peka terhadap erosi. Secara umum tanah PMK mempunyai tingkat produktifitas rendah sampai sedang, sehingga toleransi untuk tanaman padi dan palawija. Tanah PMK terdapat hampir diseluruh 6 khususnya di pedalaman Kabupaten Melawi, dan merupakan jenis tanah yang tesebar secara meluas, yaitu sekitar 46,17% dari luas keseluruhan Kabupaten Melawi. f. Tanah Komposisi PMK, pada dasarnya sama dengan jenis tanah PMK tetapi untuk ciri tertentu seperti bereaksi masam dengan kejenuhan basah rendah, daya ikat Posphor (P) dan tingkat keracunan Aluminium (Al) tinggi terlihat pada jenis tanah. Daerah Kabupaten Melawi termasuk salah satu daerah yang terdapat sungai, dan selaras dengan kondisi geografis. Kabupaten Melawi yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dilalui. Beberapa sungai besar angkutan di daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan. Sungai utama adalah Sungai Melawi dan Sungai Pinoh, masih terdapat beberapa anak sungai di Kabupaten Melawi : Tabel 2.4. SUNGAI – SUNGAI DI KAB. MELAWI DAN DAERAH YANG DIALIRI NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 NAMA SUNGAI Melawi Pinoh Mentatai Keruap & Ella Hulu Ella Hulu Belimbing Ella Hilir Sayan Cina Sokan PANJANG 471 km 112,20 km 65 km 45 km DAERAH YG DILALUI Ng. Pinoh, Ella Hilir, Ella Hilir Menukung Sayan, Kotabaru, Sokan Mentatai, Mengkilau, Nanga Juoi Menukung Ella Hulu, Siyai, Belaban, sungkup Pemuar, Kenebak, Menunuk Ng. Ella Hilir, Ng. Nyuruk, Penyuguk Sayan Tanah Pinoh Nanga Sokan Sedangkan untuk keberadaan danau resapan atau rembesan di kabupaten Melawi. Danau – danau (seruk-ceruk) tidak begitu luas dan pada musim kemarau debet air menurun drastis, namun tidak mengurangi kehidupan bawah air dengan ikan air tawar yang cukup banyak speciesnya, seperti jelawat, lais, tengadak, dll. Tabel 2.5. DAFTAR KETINGGIAN GUNUNG DI KABUPATEN MELAWI NO KECAMATAN 1 Nanga Sokan 2 Nanga Sayan 3 Menukung 4 Belimbing GUNUNG Tentudung Batu Tukung Bukit Baka Batu Maherabut Batu Baluran Bukit Alat Bukit Kenapas Batu Sambung TINGGI (M) 1.222 1.175 1.617 1.270 1.556 1.770 7 5 Ella Hilir Bukit Berangin Bukit Saran Bukit Matuk Bukit Menayong 1.608 1.758 690 Sumber Kabupaten Melawi dalam angka 2004 Obyek riam – riam lain yang belum terdata antara lain di daerah Nanga Juoi, Nanga Nua, Nanga Ella, Menukung dan di daerah sepanjang sungai Nanga Pinoh terdapat riam – riam yang bagus untuk arung Jeram. Tabel 2.6. DAFTAR KETINGGIAN AIR TERJUN NO KECAMATAN AIR TERJUN 1 Sokan Air Terjun Saling Lubang Kuter Air Terjun Siling Api Air Terjun Kelayan 2 Ella Hillir 3 Belimbing 4 Nanga Pinoh Air Terjun Sahai Berasap Air Terjun Batu Netak Air Terjun Uong Berasap Air Terjun Gurung Berasap Air Terjun Nibung Air Terjun Sungai Pelayah Air Terjun Gurung Beruk Air Terjun Pancur Aji Air Terjun Sahai Empangai KETINGGIAN ( METER ) 5 3 3 10 5 50 70 70 10 3 30 10 Air terjun yang ada di wilayah Kabupaten Melawi Relatif tidak begitu tinggi, sudah diindifikasi berupa air terjun yang tidak begitu besar akan tetapi berpotensi untuk dijadikan objek wisata. Keberadaan air terjun ini sangat bagus, karena diselingi dengan riam – riam yang menantang untuk dialiri oleh para penggemar arung jeram, hanya sekarang perlu penataan lebih baik untuk masa datang. C. Kondisi Iklim Kabupaten Melawi cukup dikenal sebagai daerah penghujan dengan intesitas yang cukup tinggi. Secara umum mempunyai curah hujan tahunan diatas 3.600 milimeter. Sepanjang tahun 2004 jumlah curah hujan sekitar 4.593,5 milimeter atau rata – rata 382,79 milimeter perbulan menurut stasiun Meteorologi (SM) Nanga Pinoh. Intensitas curah hujan yang cukup tinggi ini terutama dipoengaruhi oleh daerah yang berhutan tropis dan disertai dengan kelembaman udara yang cukup tinggi. Intensitas hujan yang tinggi biasanya saling mempengaruhi terhadap kecepatan angin. Factor angina ini sangat mempengaruhi keselamatan penerbangan dan kegiatan–kegiatan lainnya. Pada tahun 2004 rata – rata temperature udara berkisar antara 26,0 º C sampai dengan 27,3 º C. dimana temperature udara terendah sebesar 8 21,3 º C dan temperature udara tertinggi sebesar 33,6 º C. Kecepatan angin setiap bulannya rata – rata berkecepatan antara 1 knots / jam sampai 3 knots / jam. D. Kependudukan dan Sistem sosial Budaya D.1. Kependudukan dan Sebarannya Biro Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Melawi mencatat bahwa kabupaten ini memiliki karakteristik lain dalam kependudukan, disamping penyebaran penduduk yang tidak merata, adalah tingginya Angka Rata-rata Ketergantungan Penduduk (ARKP) atau Population Dependent Rate Rasio (PDR). ARKP ini dapat dilihat perbandingan rata-rata penduduk yang produktif secara ekonomis, dengan penduduk yang tidak produktif dan ukuran tersebut merupakan indikator ekonomi dari suatu tingkat produktivitas ekonomi. Biro Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Melawi mencatat bahwa kabupaten ini memiliki karakteristik lain dalam kependudukan, disamping penyebaran penduduk yang tidak merata, adalah tingginya Angka Rata-rata Ketergantungan Penduduk (ARKP) atau Population Dependent Rate Rasio (PDR). ARKP ini dapat dilihat perbandingan rata-rata penduduk yang produktif secara ekonomis, dengan penduduk yang tidak produktif dan ukuran tersebut merupakan indikator ekonomi dari suatu tingkat produktivitas ekonomi. Laju pertumbuhan pendudk Kabupaten Melawi pada tahun 2003 sebesar 1,49 persen dan pada tahun 2004 menjadi 1,55 persen, sehingga terjadi peningkatan pertumbuhan sebesar 0,06 persen Tabel 2.7. PENDUDUK KABUPATEN MELAWI MENURUT JENIS KELAMIN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kecamatan Sokan Tanah Pinoh Sayan Nanga Pinoh Belimbing Ella Hilir Menukung Pinoh Selatan Pinoh Utara Belimbing Hulu Tanah Pinoh Barat 2009 2010 Laki-laki 6.944 12.529 7.676 25.348 13.638 7.357 8.795 Perempuan 6.968 12.234 7.496 24.402 12.707 7.206 8.451 Jumlah 13.912 24.763 15.172 49.750 26.345 14.563 17.246 82.287 80.947 79.464 78.093 161.751 159.040 Sumber : Kab. Melawi Dalam Angka, 2006 NO. 1 2 3 KECAMATAN Sokan Tanah Pinoh Sayan LUAS AREA (km) DESA PENDUDUK 1.577,20 1.568,30 1.166,40 8 11 7 13.679 24.348 14.917 KEPADATAN PENDUDUK Per KM² Per-desa 9 16 13 1,553 2,113 1,926 9 4 5 6 7 8 9 10 11 Nanga Pinoh Belimbing Ella Hilir Menukung Pinoh Selatan Pinoh Utara Belimbing Hulu Tanah Pinoh Barat 2004 2003 2.438,20 1.692,00 1.139,80 1.062,10 22 17 8 9 48.916 25.904 14.319 16.957 20 15 13 16 1,717 1,891 2,042 1,904 10.644,00 82 15 1.940 10.644,00 82 159.040 159.323 15 1.906 Tabel 2.8. KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN MELAWI Sumber : Kab. Melawi Dalam Angka, 2009 Berdasarkan angka proyeksi tahun 2005, penduduk Kabupaten Melawi berjumlah 161.751 jiwa atau rata-rata jumlah penduduk per desa sebanyak 1.957 jiwa. Seperti halnya di daerah yang baru berkembang maka penduduk Kabupaten Melawi tergolong muda dengna proporsi penduduk usia muda (dibawah 15 tahun) sekitar 35,02 persen dan penduduk usia lanjut (65 + tahun) sekitar 1,91 persen. Apabila sektor pariwisata telah dapat berkembang di daerah perbatasan ini, akan menjadi lebih baik bila mereka difungsikan sebagai pemandu perjalanan bagi wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan mancanegara (wisman), terutama sekali dalam pelaksanaan wisata agro. Pengalaman hidup di daerah penuh tantangan ini telah menjadikan mereka sebagai tenaga terampil di bidangnya, sehingga keterlibatan mereka dalam kegiatan kepariwisataan sangat eksentrik bagi pemanduan, keselamatan dan keamanan diri pelancong. Dalam daerah ini tercatat sekitar 415 suku kekeluargaan (puak). Kultur, bahasa dan aspek sosial kemasyarakatan antara satu dengan lainnya memiliki beberapa perbedaan, tetapi diantara puak yang satu dengan puak lainnya memiliki ikatan, nilai, tradisi dan budaya yang sama. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Melawi telah dan akan mengambil langkah - langkah pemecahan sebagai berikut : 1. Pengembangan pusat - pusat pemukiman potensial yang berorientasi pada pola pengembangan wilayah Kecamatan. 2. Peningkatan prasarana perhubungan untuk membuka isotasi daerah. 3. Peningkatan perdagangan lintas batas (ekspor dan impor) melalui darat. 4. Pembukaan lapangan kerja yang merata, adil dan seimbang. 5. Meningkatkan pelayanan pendidikan dan pelayanan jasa ekonomi sosial lainnya secara adil dan seimbang. 6. Penataan lingkungan yang dipadukan dengan penataan kembali desa. 7. Peningkatan pelayanan telekomunikasi serta penambahan daya pancar TVRI dan bahkan meningkatkan TV Swasta Nasional. D.2. Perilaku Masyarakat yang Terlibat dalam Kegiatan Pariwisata a. Perilaku Masyarakat di Daerah Kabupaten Melawi Salah satu kritik yang sering muncul sehubungan dengan pengembangan pariwisata di Kabupaten Melawi, adalah menyangkut masalah kebersihan. Ditinjau dari aspek ini, aktivitas dan pelayanan masyarakat yang berhubungan dengan jasa pelayanan umum, masih belum memperhatikan aspek kebersihan. 10 Kondisi ini tampak jelas pada warung makan – minum dan penginapan di sepanjang jalan dari batas Kecamatan, Desa–desa Kawasan Kabupaten Melawi. Daerah perbatasan ini masih memerlukan campur tangan dan perhatian yang sangat besar dari pemerintah tidak hanya terbatas dalam pembangunan infrastruktur kepariwisataan saja tetapi juga peningkatan wawasan peningkatan masyarakat di kawasan ini agar memiliki sikap positif yaitu sadar wisata. b. Perilaku Masyarakat Kota Nanga Pinoh. Sikap dan perepsi masyarakat tentang perlunya melakukan penyegaran jiwa (refresing) setelah melakukan aktivitas rutin sehari-hari tampaknya telah merebak pada masyarakat perkotaan di Kabupaten Melawi pada umumnya dan Kota Nanga Pinoh pada khususnya. Kita dapat melihat kondisi ini pada beberapa tempat peristirahatan atau keadaaan kota Nanga Pinoh, seperti Pinggiran Sungai Melawi dan Pelabuhan Spead - boat. Setiap sore pada kedua tempat ini selalu ramai menjadi tempat santai masyarakat Nanga Pinoh yang memerlukan penyegaran jiwa, namun tempat untuk santai kurang terjaga kebersihannya. Kondisi riil taman (hiburan) saat ini masih sangat diperlukan Secara umum taman di daerah ini tidak ada sama sekali, justru yang menonjol adalah tugu dimana-mana. Dengan demikian, pemanfaatan lahan menjadi tidak efektif dan bahkan ada kesan menyimpang. Dihubungkan dengan pariwisata, kebanyakan para wisman lebih suka melihat langsung ketempat objek wisata daripada jalan di perkotaan, sehingga dampak bagi masyarakat luas justru tidak ada. Pada akhirnya, pihak yang menerima faedah pengembangan pariwisata hanyalah segelintir orang saja dan sektor ini lebih cenderumg sebagai ajang bisnis antar warga negara. Mengapa demikian?. Mereka yang melakukan perjalanan wisata itu tidak sepenuhnya berwisata tetapi hanya sekedar melewatkan masa libur saja dan setelah masa libur itu habis, mereka kembali ke negara asalnya dengan membawa kenangan yang tidak manis. c. Perilaku Masyarakat di Daerah Kawasan Istirahat Pada beberapa lokasi terpilih yang dianggap potensi bagi kegiatan kepariwisataan di sepanjang di Kalimantan Barat masih memerlukan penanganan yang serius, terutama yang menyangkut aspek kebersihan dan penyediaan/pemeliharaan fasilitas. Kawasan Istirahat (Rest area) merupakan tempat istirahat yang terdapat di sepanjang perjalanan yang dapat digunakan maksimal 2 jam. Di kawasan tersebut terdapat kamar mandi/MCK, tempat cuci muka, air bersih yang langsung di minum, restauran atau rumah makan–minum, pelataran parkir yang luas untuk pengendara mobil beristirahat, kebun/taman bunga dan lainlain. Tampaknya daerah rest area ini masih belum ada dan saat ini harus dipersiapkan daerah jangkauan sebelum menuju tempat tujuan di tempat tempat objek wisata. Perlu diupayakan agar pada kawasan - kawasan ini aspek kebersihan, penyediaan sarana telekomunikasi, dan aspek keserasian lingkungan menjadi faktor pertimbangan utama dalam penataannya. Lokasi rest-area sangat berarti sebelum menjangkau lokasi pariwisata. Pada kesempatan inilah masyarakat dapat berperan dalam penyediaan berbagai barang keperluan yang dibutuhkan oleh wisatawan dalam penerusan perjalanannya ke kawasan wisata. 11 D.3 Kegiatan Sektor Pariwisata Dilihat dari potensi fisik, Kabupaten Melawi kaya dengan potensi wisata mulai dari alam, budaya, barang produksi lokal yang belum semuanya tergarap. Saat ini kegiatan pariwisata di Kabupaten Melawi dilihat dalam konteks ekonomi relatif belum dapat menjadi sektor basis bagi Kabupaten Melawi maupun dalam konteks wilayah tingkat Kecamatan. Namun demikian dalam konteks perekonomian global dan regional yang berubah, hal ini dapat menjadi momentum yang penting dan menentukan bagi berkembang maupun tenggelamnya suatu sektor kegiatan. Seperti diketahui saat ini Kalimantan Barat telah menjadi bagian dari 2 segitiga, pertumbuhan ekonomi yaitu IMS – GT (Indonesia, Malaysia, Singapura – Growth Triangle) dan juga BIMP – EAGA (Brunei, Indonesia, Malaysia, Philipina – East Asean Growing Area). Hali ini berarti internasionalisasi wilayah Kalimantan Barat, khususnya wilayah yang berbatasan langsung antara negara akan semakin meningkat intensif dan semakin terbuka untuk pergerakan baik barang maupun manusia dari wilayah anggota segitiga pertumbuhan yang lain. Dalam hal ini Kabupaten Melawi sebagai salah satu daerah batas negara, perlu mempersiapkan produk apa yang potensial sebagai pasar. Pariwisata sebagai salah satu kegiatan ekonomi dapat memanfaatkan peluang ini dengan menyediakan berbagai produk wisata yang potensial di Kabupaten Melawi. III. PELUANG OBJEK WISATA ALAM KABUPATEN MELAWI Tabel 3.1. DAFTAR OBJEK WISATA YANG DIKETAHUI DI KABUPATEN MELAWI NO 1 NAMA OBJEK Danau Lintah JENIS Alam/Buatan LOKASI Desa Penatap ATRAKSI Memancing 2 Bukit Matuk Alam Belimbing Trekking 3 Alam Ella Hilir Ketinggian 20 M Alam Nanga Pinoh Ketinggian 20 M 5 Gurung Sarai Berasap Gurung Sarai Empangai Sungai Pinoh Alam Arung Jeram 6 Sungai Ella Alam 7 Gurung Nibung Alam 8 Pancur Aji Alam SayanKotabaru KM 39 Singkop Desa Ng. Keberak Desa Poring 9 Gurung Sahai Empangel Uong Berasap Alam Ella Hilir Ketinggian 20 M Alam Desa Pemuar Ketinggian 50 M Alam Nanga Nuak Alam Batas Kalbar / kalteng Hutan tropis Habitat Flora / Fauna Bermacam – macam Buah-buahan 13 TN. Bukit Baka/Raya Kebun Buah Osamma Bin Laden Kebun Obat Alam 14 Air Terjun Bukit Alam Batas Kalbar / kalteng Batas Kalbar / Bermacam – macam Tanaman Obat Ketinggian 80 M 4 10 11 12 Arung Jeram Ketinggian 70 M Ketinggian 30 M KET. Belum Di kembangkan Belum Di kembangkan Belum Di kembangkan Belum Di kembangkan Belum Di kembangkan Belum Di kembangkan Belum Di kembangkan Belum Di kembangkan Belum Di kembangkan Belum Di kembangkan Terjaga Dirawat Dirawat Belum Di 12 Asing kalteng kembangkan Potensi Obyek-obyek wisata tersebut di atas sudah dikenal cukup luas baik di Kalimantan Barat, maupun Nasional. Dijaga dan dilestarikan Dibangun dan digali Dikenalkan dan dipromosikan Didatangi dan dikunjungi Dari potensi – potensi objek wisata yang terdapat pada tabel diatas, ada beberapa objek yang benar- benar berpotensi – pontensial dan sudah dikelola. IV. TANTANGAN OBJEK WISATA KAB. MELAWI IV.1. Sistem Transportasi Tansportasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengembangan pariwisata. Perbaikan fasilitas transportasi akan mendorong pariwisata dan pengembangan pariwisata juga akan mendorong transportasi. Pertumbuhan yang pesat tingkat pemilikan kendaraan bermotor sangat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan jumlah wisatawan. Kalau diperhatikan perkembangan pola perjalanan pariwisata di Kabupaten Melawi dalam kaitannya dengan transportasi, maka tampak ditandai oleh perubahan perubahan. Perubahan yang sangat penting adalah perubahan dari perjalanan dengan angkutan umum kearah perjalanan dengan kendaraan pribadi. Salah satu aspek yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata saat ini adalah penyediaan jaringan jalan ke dan di daerah tujuan wisata dan objek wisata. Jaringan jalan tersebut akan memberikan keuntungan - keuntungan tidak hanya bagi wisatawan tetapi juga bagi penduduk lokal. Transportasi internal di daerah tujuan wisata juga sangat penting. Sebagian sarana dan prasarana transport juga diorientasikan hanya untuk melayani wisatawan (misalnya untuk sightseeing) sedangkan beraneka ragam angkutan umum yang dipakai wisatawan sebenarnya berfungsi untuk melayani penduduk lokal. Komponen - komponen yang perlu dikaji dalam analisis aspek perhubungan untuk menunjang pengembangan pariwisata di Kabupaten Melawi. Analisis tingkat kemudahan ke Kabupaten Melawi melalui jalur darat, udara, dan air, termasuk dalam hal ini kapasitas yang tersedia, kenyamanan fasilitas yang tersedia. Analisis sistem transportasi internal dari fasiltas - fasiltas dan jasa yang digunakan dalam pariwisata. Luar wilayah yang sudah dihubungkan langsung dengan kabupaten ini adalah Kota – kota kabupaten. Pelayanan penerbangan dari luar wilayah ini dapat dirasakan cukup, namun pada musim ramai seperti pertengahan tahun kapasitas yang tersedia dirasakan masih terbatas. Di dalam wilayah Kabupaten Melawi, transportasi dilayani oleh perhubungan darat, sungai,. Secara kuantitas, sarana yang tersedia untuk kebutuhan seharI - hari dapat dikatakan sudah mencukupi. Perjalanan darat masih harus mengalami kerusakan jalan yang cukup berarti, karena sebagian besar masih dalam kondisi rusak dan rusak berat. Hal ini menyebabkan perjalanan memakan waktu yang lama, tidak sebanding 13 dengan jarak perjalanan di ruas - ruas tertentu. Perjalanan melalui sungai sudah cukup memadai, dan dapat melayani sampai ke daerah yang terpencil. Rambu - rambu sungai sudah tersedia untuk menjaga tertib lalu lintas sungai. IV.1.1. Transportasi Jalan Raya Jalan merupakan prasarana untuk mempengaruhi mobilitas penduduk dan perdagangan antar daerah sehingga mempunyai peranan penting dalam mempelancar kegiatan ekonomi secara umum. Dalam kegiatan pariwisata, jalan sangat berperan dalam hal kemudahan ketercapaian suatu tempat atau lokasi objek wisata, serta sebagai prasarana penghubung antar fasilitas-fasilitas pendukung pariwisata. Kabupaten Melawi melalui jalan darat yang tersedia masih sangat kurang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis transportasi adalah : Jaringan jalan utama dan sekunder ke daerah tujuan wisata dan ke objek-objek wisata. Panjang dan kualitas jalan yang tersedia. Sarana dan transportasi yang tersedia dan distribusinya, misalnya rute dan jumlah angkutan umum ke objek-objek wisata. Perlu juga diperhatikan ketersediaan taxi. Jaringan jalan mempunyai peranan yang penting dalam menunjang kelancaran kegiatan ekonomi, terutama untuk pengangkutan barang antar daerah dan untuk mobilitas penduduk, termasuk diantaranya perjalanan untuk pariwisata. Walaupun secara umum kondisi jaringan jalan di daerah - daerah luar jawa, terutama daerah pedalaman, masih kurang memadai, namun dibandingkan dengan kondisi pada periode 1990-an, maka kondisi prasarana transportasi di Kabupaten Melawi saat ini sudah jauh lebih baik. pada tahun 2004 sudah mencapai lebih pajan jalan di wilayah Kabupaten Melawi sepanjang 610,90 kilometer dimana permukaan jalan 4,81 persen jalan beraspal, 1,31 persen batu, 3.03 persen berkerikil dan 90,85 persen masih jalan tenah. Ditinjau dari kondisinya, 15,78 persen jalan di Kabupaten Melawi kondisinya baik. 11,97 persen kondisi sedang, 35,13 persen kondisinya rusak dan 37,11 persen kondisi rusak berat. Dari sisi pengembangan pariwisata hal ini ada segi positipnya karena sebagian besar objek-objek wisata di Kabupaten Melawi berada pada jaringan jalan kecamatan. Dengan makin bertambah panjangnya jalan Kabupaten Melawi diharapkan dapat meningkatkan jumlah pengunjung ke objek-objek wisata yang ada. Jalan menghubungkan Kota Melawi. Berdasarkan data jumlah penumpang dan jumlah angkutan umum tampak bahwa tingkat mobilitas penduduk Kabupaten Melawi ternyata cukup tinggi. Bila mobilitas penduduk setempat akan mempunyai kecenderungan yang sama di tahun mendatang, maka jumlah sarana angkutan penumpang juga akan megalami penambahan di tahun mendatang. NO 1 2 3 4 5 Tabel 4.1 BANYAKNYA ANGKUTAN DARAT MENURUT JENISNYA 2003 – 2004 JENIS KENDARAAN 2003 2004 OPLET 15 18 26 28 BUS 59 59 PICK – UP 65 65 TRUCK 42 42 BECAK 207 JUMLAH 212 14 Berdasarkan rencana tata ruang wikayah nasional, pentahapan pengembangan sistem jaringan transportasi jalan raya di Kabupaten Melawi sampai dengan tahun 2018 diprioritaskan berdasarkan kebutuhan prasarana pendukung kegiatan ekonomi, untuk menghubungkan kota yang mempunyai potensi ekonomi yaitu Nanga Pinoh, dan kota - kota penyebar kegiatan ekonomi yaitu Pemuar, Nanga Sokan, dan Kotabaru. IV.1.2. Transportasi Sungai Transportasi air merupakan bagian yang sangat baik bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten seribu sungai di Kalimantan Barat, atau di daerah seperti Kabupaten Melawi dimana prasarana penghubung darat masih sangat terbatas sedangkan wilayah perairannya masih sangat luas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis transportasi air adalah jenis, rute, frekuensi, jumlah, dan kapasitas sarana dan hambatan - hambatan yang sering dihadapai dalam pengembangan transportasi air. Perlu juga diperhatikan keter-sediaan alat angkut sungai. Jumlah kapal motor dan penumpang serta barang yang diangkut mengalami peningkatan yang cukup tinggi selama periode 2000 sampai 2004 Bila pada tahun 2000, hanya 200 buah kapal motor dengan angka tersebut telah meningkat menjadi 500 buah kapal motor dengan muatan sebanyak 7,2 juta ton per- tahun Selain Pontianak, pelabuhan lainnya yang berperan adalah pelabuhan Sanggau, Tayan dan Sekadau. Dalam empat yang disinggahi kapal motor tersebut, pelabuhan Pontianak merupakan pelabuhan terbesar. Hal ini karena Pontianak merupakan ibukota propinsi yang menjadi pusat segala macam aktivitas ekonomi, terutama kegiatan perdagangan. maka mulai sekarang perlu dipikirkan kemungkinan pengembangan wisata sungai antara lain pelayaran dengan kapal-kapal yang sederhana tapi aman dan nyaman untuk tujuan pesiar baik bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Wilayah Kabupaten Melawi banyak dialiri oleh sungai dan anak - anak sungai. Keadaan tersebut menjadikan angkutan sungai ke tempat - tempat yang relatif jauh/terpencil memegang peranan yang cukup penting sebagai prasarana kelancaran kegiatan ekonomi dan keterhubungan antar bagian wilayah. Banyak jenis kendaraan pedalaman yang dikenal di Kabupaten Melawi, seperti : bandung bermotor, motorboat, tongkang, tug-boat, dan beberapa jenis kendaraan air lainnya. Tabel 4.2. JUMLAH ANGKUTAN KAPAL PEDALAMAN MENURUT JENISNYA TAHUN 2000, -2004. No 1 2 3 4 6 7 8 9 Jenis kapal Bandung bermotor Bandung tidak bermotor Kapal motor Tongkang gandeng Tanker bermotor Tanker tidak bermotor Long boat Speed boat 2000 45 65 538 10 5 25 2001 46 65 540 10 5 25 2002 47 70 540 10 4 25 2003 47 72 542 10 3 25 Kalbar Dalam Angka, 2004 IV.1.3. Transportasi Udara Beberapa hal yang diperhatikan dalam analisis transportasi udara : Jalur penerbangan ke / dari Kabupaten Melawi, dan frekuensinya. 2004 50 75 600 10 2 25 15 Ukuran, jenis dan kapasitas pesawat. Fasilitas Airport. Tingkat kemudahan ke / dari airport. Jaringan angkutan udara di Kalimantan Barat dilayani oleh 5 (lima) bandar udara dengan Bandara Supadio sebagai pintu gerbang lalu lintas udara nasional dan internasional, serta beberapa bandar udara perintis yang tersebar di Kabupaten Ketapang (Rahadi Usman), Sintang, Nanga Pinoh, dan Kapuas Hulu / Putussibau (Pangsuma). Kebijaksanaan dibukanya Kalimantan Barat sebagai salah satu pelabuhan pendaratan internasional di Indonesia, walaupun dengan route dan jumlah penerbangan yang masih terbatas, ikut mempengaruhi perkembangan industri pariwisata di propinsi ini. Hal ini antara lain dapat dilihat dari meningkatnya jumlah kunjungan ke propinsi ini. Maskapai penerbangan asing yang sudah melayani penerbangan ke Pontianak antara lain MAS. Jumlah penumpang yang dilayani oleh Bandara Supadio Pontianak telah meningkat 250.000 penumpang pada tahun 2000 menjadi sekitar 600.000 penumpang pada tahun 2004. Frekuensi kedatangan dan keberangkatan pesawat udara melalui lapangan udara Supadio pada tahun 2000 rata - rata sebanyak 28 penerbangan per hari atau sekitar 9.443 penerbangan. Disamping Bandara Supadio, beberapa lapangan terbang kecil yang ikut berperan dalam menunjang kepariwisataan adalah Ketapang, Nangapinoh, Sintang dan Putussibau. Selain terjadinya peningkatan jumlah penumpang di lapangan udara Supadio, hal yang sama juga terjadi di pelabuhan udara antar wilayah di Kalimantan Barat tersebut. Sedangkan pada tahun 2004, jumlah kedatangan dan keberangkatan mengalami kenaikan. Tabel 4.3. KONDISI PRASARANA/PENGEMBANGAN BANDAR UDARA KALBAR. Bandar Udara Jenis Fasilitas Keterangan Supadio Kelas Runway Apron pesawat jenis Kelas I 1,655 x 30 m2 90 x 60 m2 147 x 80 m2 1.414 (D) m2 599 (I) m2 271 (C) m2 F-28 & F-100 IV Runway Apron Terminal Didarati pesawat jenis 1.400 x 30 m2 40 x 120 m2 540,100 m2 CN-235 Kelas Runway Apron Terminal Didarati pesawat jenis Kelas Runway IV 850 x 23 m2 60 x 40 m2 50 m2 BN-2A IV 1,000 x 30 x m2 60 x 40 m2 Terminal Rahadi Usman Nanga Pinoh Sosilo Apron Pengembangan Repelita VI 16 Pangsuma Terminal pesawat jenis Kelas Runway Apron Terminal pesawat jenis 120 m2 BN-2A IV 1,000 x 30 m2 80 x 45 m2 50 m2 BN-2A Dari data tahun 2000, yang diperoleh adalah data kedatangan dan keberangkatan penumpang di Bandara Supadio dan di Bandara Putussibau : Supadio :350.963 penumpang(keluar) 249.744 penumpang datang .Melawi : 0 penumpang berangkat 0 penumpang datang Putussibau :3.069 penumpang (keluar) ; 3.038 penumpang datang. Ketapang : 5.560 penumpang berangkat, 6.200 penumpang datang Jumlah penumpang pada waktu yang sama mencapai 600.707 orang, terdiri dari : internasional, datang 20,159 orang dan berangkat 23.504 orang. domestik, datang 229.585 orang dan berangkat 327.459 orang.. Dengan presentase 3,28% penumpang internasional 96,52% penumpang domestik, dan penumpang transit secara kumulatif 0,19%. Dibandingkan dengan semester I tahun 1994 jumlah penumpang internasional turun 3,15% dan penumpang domestik naik 8,32%. Jika transportasi udara Pontinanak - Jakarta oleh pesawat jenis F-28 dan Boing 200 dari perusahaan penerbangan Garuda, Batavia Air, Sriwijaya Air, Adam Air, Jatayu Air. Malaysia Air Service, dengan kapasitas masing-masing 85 dan 48 orang. Frekuensi penerbangan ke Jakarta ini mencapai 12 penerbangan sehari, sedangkan ke Balikpapan dan Batam masing-masing 4 kali seminggu, dan ke Medan 2 kali seminggu. Selain ada juga penerbangan ke Kuching 7 kali seminggu. IV.2. JARINGAN PERHUBUNGAN Sistem transportasi merupakan kerangka utama pembentuk struktur ruang wilayah, terutama dikaitkan dengan proses pengembangan dan pertumbuhan pusatpusat pemukiman. Pada satu sisi, pengembangan system transportasi mendorong pertumbuhan dan diversifikasi pusat - pusat pemukiman yang telah ada, sedang disisi lain pengembangan system transportasi dapat merangsang tumbuhnya pusat-pusat baru. IV.2.2. Jaringan Perhubungan Darat Untuk mencapai kabupaten Melawi melalui jalan darat di dalam Propinsi Kalimantan Barat dapat ditempuh dari banyak kota atau desa yang ada di propinsi ini. Dari beberapa kota penting yang sudah dapat dilalui dengan jalan darat dengan lancar, jarak tempuh paling jauh adalah dari kota Singkawang, Sanggau dan Pontianak sebagai pintu masuk utama ke wilayah propinsi. 17 Tabel 4.4. JARAK KOTA – KOTA PENTING DI KALIMANTAN BARAT MELALUI JARINGAN PERHUBUNGAN DARAT Ng. Pinoh 14 65 Belimbing 51 Tebelian 132 118 67 Sekadau 147 133 82 15 162 148 97 30 Peniti 15 Semuntai 180 166 115 481 33 18 Sanggau 232 218 167 100 85 70 52 252 238 187 120 105 90 72 20 270 256 205 138 123 108 90 Sosok Jelimpo 38 18 296 282 231 164 149 134 116 64 44 26 Ngabang 328 314 263 196 181 166 148 96 76 58 32 341 327 276 209 194 179 161 109 89 71 45 13 359 345 294 227 212 197 179 127 107 89 63 31 18 372 358 307 240 225 210 192 140 120 102 76 44 71 17 382 368 317 250 235 220 202 150 130 112 86 54 41 23 10 397 383 332 265 250 235 217 165 145 127 101 69 56 38 25 15 447 433 382 315 300 285 267 215 195 177 151 119 106 88 35 65 Sidas Senakin Sebadu Mandor Ngarak Anjungan 50 Sei. Pinyuh Pontianak IV.3. Daya saing parawisata Gambaran daya saing pariwisata suatu daerah ditujukan untuk melihat optimisme dan pesimisme tindakan pengembangan. Mengukur tingkat daya saing pariwisata dapat memakai metoda perbandingan kunjungan wisata Melawi terhadap daerah pariwisata unggulan di Indonesia. Kriteria kunjungan meliputi : Kunjungan wisman Kunjungan wisnus Kunjungan wisman-wisnus Melawi tidak patut dibandingkan dengan Bali, tetapi cukup salah satu kabupaten di Bali yang menerima kunjungan wisata paling besar dari wisman, misalnya Kabupaten Badung. Kalbar boleh dibandingkan dengan Bali. Da ya Sa ing Wisma n = Da ya Sa ing Wisnus = Da ya Sa ing Wisma nWisnus n kunjungan wism an di Kab. Melawi x 100 % N kunjunga n wisman d i Ka b. Bad ung (Bali) n kunjungan wisnus di Kab. Melawi x 100 % N kunjunga n wisnus d i Jaka rta Utara = n kunjungan wism an-wisnus di Kab. Melawi x 100 % N kunjunga n wisman-wisnus di Jogjakarta 18 Gambaran pesimis untuk melihat daya saing Melawi secara mudah diperoleh dengan memasukkan data dan menghitung rumusan di atas. Optimisme bisa diperoleh bila kita meninjau pula sebaran daya saing pariwisata daerah di luar Kab. Badung, Jakarta Utara dan Jogjakarta. Potensi positif objek wisata yang dimiliki Melawi dan kemungkinan rasa bosan dari wisatawan mengunjungi tempat yang sama, menjadi peluang membangkitkan optimisme. Kunjungan Wism an Daya Saing Mela wi Ko ta Pontia na k Supaya efektif, hendaknya mempertimbangkan posisi daya saing ini. rencana Ka b . Ba d ung (Ba li) pengembangan pariwisata IV.4. Trend Adanya kecenderungan wisatawan dari mancanegara untuk berwisata ke daerah yang masih alami - back to nature – dalam rangka kerinduan mereka atas tradisi, spiritualitas dan alam mereka yang telah hilang, dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata yang berbasis dan berwawasan lingkungan alami. Dalam hal ini Melawi banyak sekali memiliki potensi alam yang cocok untuk maksud tersebut. Hal yang paling menguntungkan dari trend ini adalah bahwa pengembangan dan pembangunan pariwisata dapat sesedikit mungkin menggunakan biaya, sementara sebanyak-banyaknya memanfaatkan potensi alamiah dan budaya daerah yang tetap disertai dengan pelestarian dan perlindungan. Wisatawan petualang menyukai tantangan dan petualangan. Apalagi di daerah yang masih perawan – belum banyak tersentuh oleh manusia. Namun mereka tetap mempertimbangkan aspek keamanan dan keselamatan, meskipun itu memang resiko yang mereka hadapi. IV.5. Pendukung Produk Pariwisata Pendukung produk pariwisata adalah pelengkap yang memungkinkan pariwisata sebagai produk bisa berjalan minimal hingga maksimal. Diklasifikasikan sebagai berikut : Kondisi Usulan Tahap Elemen, contoh: PENDUKUNG Jaring transportasi, PRODUK PRIMER Informasi, Industri kecil PARIWISATA Industri besar kerajinan seni1 budaya yang menjadi ciri / 3P 19 andalan produk pariwisata, pemukiman penduduk SEKUNDER Akomodasi, infrastruktur, pos & telekomunikasi. 2 Registrasi, Kesehatan, TERSIER Keselamatan, assuransi, 3 Keamanan, Money-Changer Pada pendukung produk parwisata tahap PRIMER, adalah elemen-elemen wajib, yang terlebih dahulu harus ada sebelum melaksanakan pemasaran / promosi dengan benar. Dilanjutkan kepada tahap SEKUNDER dan TERSIER. Pada skema di atas terlihat komponen apa saja yang perlu dibenahi mulai dari awal sebagai strategi pengembangan pariwisata. Untuk identifikasi klasifikasi elemen, dipermudah dengan simbol, contoh : Money-Changer – 3P3. Identifikasi dan perincian lebih lanjut elemen produk dan elemen pendukung pariwisata di atas harus dilakukan oleh instansi berwenang. Sedangkan usulan pengembangannya dapat dilaksanakan oleh instansi / pihak terkait dalam koordinasi. Uraian kondisi dan usulan bisa dilakukan secara umum ataupun secara detail per elemen. Daftar panjang dari elemen produk dan elemen pendukung perlu dibuat dan disusun dalam database untuk menjadi pedoman atau peta kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang yang menjadi strategi pelaksanaan pada setiap tahap / Tahun Anggaran pembangunan. IV.6. Faktor Penentu Kwalitas dan Kwantitas Fisik Alam Kependudukan P R O D UK & P E ND UKUNG PAR I WI S ATA Kwa lita s : - trad isional - nasional - internasiona l Pendidikan Kesehatan Kwa ntita s : - kurang - c ukup - leb ih Perekonomian La innya... Aspek kondisi fisik alam (geografi & geologi), kependudukan, pendidikan, kesehatan, perekonomian, dan lainnya, akan mempengaruhi kwalitas dan kwantitas produk & pendukung pariwisata. IV.7. Fisik Alam Kondisi fisik alam yang akan mempengaruhi kwalitas dan kwantitas pariwisata (produk & pendukung), dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : Alam buatan – ditata, dibina, dan diarahkan – contoh : kota, desa, … Alam rusak – direhabilitasi, lindungi, - contoh : bekas penebangan, ladang berpindah, penambangan liar, … 20 Alam alamiah – dilindungi, tambahkan fungsi wisata – contoh : badan sungai, hutan lindung, taman nasional, air terjun, … Kondisi alam ini menjadi aspek yang dinilai dalam kwalitas lingkungan. Pada alam buatan meliputi semua aspek penataan ruang kota-desa, struktur hirarkhi kota, infrastruktur, fasilitas. Semuanya dapat dinilai sebagai berkualitas tradisional, nasional, internasional. Bisa jadi sebuah desa dinilai berkualitas internasional, apabila kriteria yang dipakai mengacu pada bentukan desa umumnya di dunia. Artinya, desa tidak harus seperti kota untuk berkelas internasional. Mungkin sebagai kriteria dapat dipakai dari kebetahan orang asing (wisman) berada pada suatu desa yang menjadi objek wisata (suasana dan fasilitas telah cukup memadai). Kemampuan suatu kota atau desa menampung sejumlah tamu (wisnus, wisman) dapat pula menjadi kriteria penilaian mutu dan kapasitasnya. Contohnya daya tampung akomodasi di Bali dan Jogjakarta pada musim-musim libur tergolong berkelas internasional, karena mampu menampung sejumlah besar wisnus dan wisman pada saat bersamaan. Kota Pontianak sebagai contoh, telah mencanangkan dirinya di dalam visi, sebagai kota yang bertaraf internasional. Namun saat ini jika dilihat dari kondisi fisik alam buatan (penataan kota) masih tergolong dalam kelas nasional. Alam rusak tergolong sebagai kelas tradisional / mutu paling rendah. Kerusakan alam yang disebabkan ulah manusia mengeksploitasi alam secara tidak teratur, tidak dengan manajemen yang baik, dan tidak ada upaya rehabilitasi menunjukkan citra tradisional. Prosentase luas alam rusak ditambah alam buatan kelas tradisional terhadap keseluruhan luas wilayah (alam buatan, alam rusak dan alam alamiah) akan menunjukkan kelas mutu alam pariwisata kabupaten Melawi. Mutu kondisi fisik-alam Kab. Melawi Luas (Alam rusak + Alam buatan tradisional) = Luas (Alam buatan + Alam rusak + Alam alamiah) x 100 % internasional < = 30% 30% < nasional < = 60% 60% < tradisional Perkiraan luas kota kecamatan, desa-desa tertinggal, kawasan rawan pencemaran air, kawasan kritis, kawasan penunjang perekonomian dengan manajemen yang kurang baik yang ditunjukkan dalam Peta Kawasan Prioritas RUTRW 2005-2015 Kab . Melawi berkisar antara 30% - 60%. Prosentase ini tergolong bermutu tradisional-nasional. Oleh sebab itu secara keseluruhan Kabupaten Melawi memiliki kondisi alam yang bermutu/kwalitas pariwisata tradisional-nasional. IV.8. Himpunan Produk dan Pendukung sebagai Program Parwisata Tabel Produk Pariwisata dan Tabel Pendukung Produk Pariwisata, memuat keseluruhan elemen yang terkait dengan kepariwisataan. Untuk maksud pengembangan suatu jenis wisata, belum tentu keseluruhan elemen diperlukan. Oleh karena itu perlu dilakukan pembedaan himpunan untuk beberapa tujuan : Program jenis wisata – menyusun elemen produk & pendukung menjadi paket wisata Target pasar dan promosi – pengelompokan kwalitas Tahap pengembangan – peningkatan kwalitas dan prioritas tahap 21 MODEL MAKRO PROGRAM PARIWISATA perangkat lunak dan perangkat keras PROMOSI AKOMODASI AKSES OBJEK / ATRAKSI feed-ba ck KUNJUNGAN WISATA OUT-PUT Melihat skema model makro program pariwisata di atas, dalam rangka melaksanakan suatu program pariwisata, masing-masing komponen terkait (objek, akomodasi, askes, promosi) perlu disusun secara sistematis. Himpunan ini dituangkan ke dalam tabel khusus yang diturunkan dari Tabel Produk dan Tabel Pendukung Produk Pariwisata (Tabel /Database Induk). Antara tabel turunan dan tabel induk terkait dalam suatu relasi sedemikian rupa jika terjadi up-dating data pada tabel turunan, data pada tabel induk juga berubah. Sebagai contoh tabel turunan untuk jenis paket wisata berikut ini : Tabel 4.5. Usulan Komponen Program Pariwisata TA 2007 Program Wisata Wisata trekking TN Anu Elemen Produk & Pendukung PRODUK : - Taman Nasional (PPTU) - Restoran (PPTP) - Cinderamata (PPBT) - Transportasi (PPBH) * bus (PPBH) * oplet (PPBH) - leaflet, brosur, baliho (PPBH) PENDUKUNG : - Jaring rute transportasi (3P1) - Akomodasi (3P2) - Tim SAR (3P3) - Money changer (3P3) Kondisi I, peraturan N, kurang T, kurang N, cukup T, kurang N, kurang Rusak berat Belum representatif Belum ada Belum ada Usulan Tata rute dalam Tingkatkan, tambah Tingkatkan, variasi Pelihara Selain itu, Tambah Tingkatkan, tambah Perbaiki segera Tingkatkan bertahap Tunjuk petugas Undang investor I = internasional, N = nasional, T = tradisional Suatu jenis wisata, sebagai contoh : wisata trekking pada lokasi Taman Nasional, elemen-elemen yang diperlukan disusun berdasarkan data dari tabel induk menjadi komponen program pariwisata. Maksud dari pembuatan Tabel ini adalah untuk mempersiapkan secara matang komponen-komponen apa saja untuk suatu pengembangan program wisata trekking yang memadai. 22 V. KESIMPULAN Umumnya kondisi produk dan pendukung parwisata Melawi telah tersedia, tetapi masih perlu ditingkatkan kwalitasnya dan juga jumlah atau macamnya. Program peningkatan produk dan pendukung ini harus segera disusun dengan jelas dan terpadu melalui penyusunan database yang terutama harus dilakukan serta dimiliki oleh instansi yang berwenang (Bappeda dan Dinas Perhubungan dan Parwisata), diusulkan kegiatannya dan dilaksanakan secara bertahap. Melakukan promosi yang diperlukan untuk kwalitas dan kwantitas produk atau pendukung yang dinilai telah cukup memadai. Melaksanakan pengembangan produk & pendukung pariwisata secara teratur dan terpadu, disertai dengan pemeliharaan fasilitas yang telah ada. Secara akumulasi tentunya akan menjadi bagian dari kemajuan pembangunan daerah yang tanpa disadari mungkin akan menarik minat wisatawan dari penjuru daerah atau bahkan dunia. Kebijakan yang belum terkoordinasi dan terintegrasi itu dikhawatirkan akan menjadi ancaman bagi peraturan yang berkaitan dengan penataan tata ruang di masyarakat perdesaan. Untuk itu, perlu perhatian yang lebih serius dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta komponen masyarakat lainnya untuk lebih mengkonsentrasikan perhatian agar masalah penataan tata ruang itu segera dapat diwujudkan. Bagaimana pun juga, masalah ini adalah masalah yang mendesak untuk diperhatikan agar tidak terjadi perusakan lingkungan yang semakin tidak terkontrol. DAFTAR PUSTAKA Ashley, C. and Roe, D. 1997. Community Involvement in Wildlife Tourism: Strengths, Weaknesses and Challenges. London: Evaluating Eden Project, International Institute for Environment and Development. Ceballos-Lascurain, H. 1996. Tourism, Ecotourism and Protected Areas. Gland, Switzerland: IUCN (World Conservation Union) Departemen Kehutanan, 1987, Wisata Dalam Beberapa Aspek, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat, Pontianak. Departemen Kehutanan. 2007. Buku Informasi 50 Taman Nasional di Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konsevasi Alam, Republik Indonesia. Departemen Dalam Negeri, 2000, Pengembangan Sektor Pariwisata Indonesia, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat, Pontianak. Fandeli.C., 1993, Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam, Yayasan Obor, Jakarta. Lindberg.K., D.E. Hawkins, 1993, Ekoturisme : Petunjuk untuk Perencana dan Pengelola, The Ecotourism Society, Jakarta. Nawawi, H, 1985, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjahmada University Press, Yogyakarta. Salahudin. M., 1998, Pariwisata Indonesia, Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Barat, Pontianak. Siswanto. 2007. Pariwisata dan Pelestarian Budaya. Berkala Arkelogi. Weintré J. 2004. Beberapa Penggal Kehidupan Dayak Kanayatan: Kekayaan Ritual dan Keaneka-Ragaman Pertanian di Hutan Kalimantan Barat. Yogyakarta : Pusat Studi Kebudayaan Universitas Gadjah Mada. 23