Peluang dan tantangan Wisata Alam Kabupaten

advertisement
PELUANG DAN TANTANGAN WISATA ALAM KABUPATEN MELAWI
(DILIHAT DARI PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUTAN)
MUHAMMAD YUNAN HAKIM
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura
I.
Pendahuluan
Selama ini, perhatian pengembangan sektor pariwisata masih berorientasi pada
wilayah perkotaan. Ini terlihat dari maraknya pembangunan sarana dan prasarana
wisata di wilayah perkotaan, seperti makin banyaknya pembangunan mall, restaurant,
cafe dan tempat hiburan lainnya. Sebaliknya di pihak lain, pasar-pasar tradisional
menjadi semakin stagnan. Paradigma kebijakan program pembangunan wisata tidak
hanya terkonsentrasi pada wilayah perkotaan saja, namun sudah semestinya melirik
potensi-potensi yang dimiliki oleh wilayah perdesaan (Fandeli. 1993). Dengan begitu,
konsentrasi ”kue pembangunan” tidak hanya dinikmati oleh penduduk dan
masyarakat perkotaan yang bertempat tinggal di kawasan yang jauh dari gemerlap dan
hingar-bingarnya kehidupan perkotaan. Ini sangat penting diperhatikan mengingat
perlunya perubahan kebijakan yang lebih memperhatikan kehidupan masyarakat
perdesaan. Salah satu harapan dengan adanya perubahan kebijkan itu adalah berkaitan
dengan kebijakan pemerintah di bidang pengembangan industri pariwisata yang
terdapat di masyarakat perdesaan, khususnya wisata lingkungan (Lindberg dan
Hawkins. 1993). Tujuannya adalah menciptakan kesempatan dan peluang kerja bagi
masyarakat yang mendiami wilayah perdesaan, dalam kaitannya dengan peningkatan
kesejahteraan mereka. Sejak dimulainya era otonomi daerah, sebenarnya perhatian
pemerintah pusat dan daerah sudah memberi perhatian lebih luas dalam
pengembangan kawasan perdesaan, termasuk membidik peluang-peluang ekonomi
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya Salah satu program pemerintah
yang berkaitan langsung dengan masyarakat perdesaan adalah meningkatkan sektor
wisata lingkungan dan agrowisata yang diharapkan perdesaan. Namun dalam
kenyataannya tetap muncul kendala-kendala sebagai akibat kurang sinerginya
kebijakan pemerintah atau dengan kata lain masih egosektoral, dalam arti kurangnya
koordinasi dan integrasi antara kebijakan dan peraturan yang diimplementasikannya.
Hal ini berdampak pada masih munculnya keragu-raguan dari berbagai pihak
yang berminat berinvestasi di sektor pariwisata, terutama dengan masih belum jelas
atau masih tumpang tindihnya berbagai peraturan yang berkaitan dengan masalah
penataan tata ruang pada kawasan yang dianggap berpotensi untuk dikembangkan
sebagai kawasan wisata, misalnya wisata lingkungan. Kebijakan yang sudah mulai
mengarah pada masyarakat perdesaan, ditengarai akan berakibat pada semakin
intensnya pembangunan sarana dan prasarana pariwisata (Siswanto. 2007). Ini
dikhawatirkan akan dapat mengganggu kawasan-kawasan yang diperuntukkan untuk
pelestarian lingkungan dan sebagainya. Kebijakan yang belum terkoordinasi dan
terintegrasi itu dikhawatirkan akan menjadi ancaman bagi peraturan yang berkaitan
dengan penataan tata ruang di masyarakat perdesaan. Untuk itu, perlu perhatian yang
lebih serius dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta komponen masyarakat
lainnya untuk lebih mengkonsentrasikan perhatian agar masalah penataan tata ruang
itu segera dapat diwujudkan. Bagaimana pun juga, masalah ini adalah masalah yang
mendesak untuk diperhatikan agar tidak terjadi perusakan lingkungan yang semakin
tidak terkontrol.
2
Pemerintahan Kabupaten Melawi yang baru terbentuk ini, dalam melaksanakan
pemerintahannya, masih banyak mengadopsi kebijakan dan peraturan daerah
Kabupaten Sintang. Hal ini cukup beralasan dikarenakan sebagian kebijakan dan
peraturan daerah Kabupaten Sintang - sebelum pemekaran juga meliputi wilayah yang
sekarang menjadi wilayah Kabupaten Melawi.
Kabupaten Melawi merupakan salah satu daerah di Propinsi Kalimantan Barat
yang memiliki cukup banyak potensi objek wisata yang hingga saat ini masih belum
dikembangkan. Diantaranya adalah objek Wisata di Kota Nanga Pinoh – Sungai
Melawi - Sungai Pinoh; dan Taman Nasional Bukit Baka – Bukit Raya, merupakan
Taman Nasional terbesar kedua di Kalimantan Barat setelah Betung Kerihun serta
terletak di dua Propinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Disini terdapat
areal air terjun yang mengagumkan dan mengasyikkan sebagai tempat melepas lelah
selama berjam - jam trekking di jantung Kalimantan.
Sebagai hal baru tumbuh dan berkembang, maka sektor pariwisata masih
memerlukan banyak pembenahan yaitu untuk mencapai suatu struktur yang baru.
Salah satu aspek di bidang kepariwisataan yang saat ini sangat mendesak untuk ditata,
dilengkapi ataupun diseragamkan adalah masalah data. Ini disebabkan karena
kelengkapan serta ketepatan data merupakan titik tolak bagi pengambilan suatu
keputusan / kebijaksanaan ataupun langkah - langkah yang tepat dan benar di masa
mendatang.
Berdasarkan pertimbangan - pertimbangan seperti itu, maka dalam rangka
penyusunan Perencanaan Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Melawi,
dipandang perlu untuk melihat tingkatan penting dalam konsep pengembangan
pariwisata, mulai dari visi, misi, maksud, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai,
sebagai berikut :
 Visi pariwisata kabupaten Melawi : Pertumbuhan dan Perkembangan Pariwisata
selaras dengan segenap aspek pembangunan dan kehidupan serta pemanfaatan
potensi yang berwawasan lingkungan bagi terciptanya pemerataan kesejahteraan
rakyat.
 Adapun Misi yang diemban :
1. Menggali potensi pariwisata daerah untuk Memasaran dan promosi yang
prospektif.
2. Mengarahkan, Membina, dan Meningkatkan sumber daya manusia
pariwisata yang profesional untuk kesejahteraan rakyat yang adil – merata.
3. Mendayagunaan teknologi perangkat keras dan lunak, serta Mencari Inpestor
untuk Menanamkan modal yang efektif dan kondusif sesuai potensi dan
kemampuan daerah.
4. Saling Menghormati yang didasari saling pengertian dalam kehidupan dan
pariwisata.
Secara singkat visi dan misi pengembangan pariwisata Kabupaten Melawi
adalah mengembangkan pariwisata menjadi sektor yang penting bagi perkembangan
ekonomi wilayah Kabupaten Melawi yang berbasis dan berwawasan lingkungan
dengan citra tersendiri yang mampu mengakomodasi trend perkembangan wisatawan
dunia (mereka ingin menemukan kembali tradisi, spiritualitas dan alam mereka yang
telah hilang - back to nature).
Artinya, pengembangan dan pembangunan pariwisata dapat sedikit mungkin
menggunakan biaya, dan sebanyaknya memanfaatkan potensi alamiah dan budaya
daerah yang tetap disertai dengan pelestarian dan perlindungan, untuk tujuan
pariwisata.
3
II GAMBARAN UMUM KABUPATEN MELAWI
II.1.
Administrasi Pemerintahan
Kabupaten Melawi mengalami pemekaran kecamatan sejak tahun 2007 yang
didasarkan pada Peraturan Daerah No. 32/2007 dimana kabupaten yang awalnya
hanya terdiri tujuh kecamatan ini mekar menjadi sebelas kecamatan, kecamatan
terluas yang mencakup 14,82 % dan kecamatan terkecil 4,27 % luas kabupaten
Melawi, kecamatan – kecamatan baru tersebut antara lain Kecamatan Pinoh Utara dan
Pinoh Selatan (pemekaran dari kecamatan Nanga Pinoh), Kecamatan Belimbing Hulu
(pemekaran dari kecamatan Belimbing), Kecamatan Tanah Pinoh Barat (pemekaran
dari kecamatan Tanah Pinoh) berdampak pula pada pemekaran Desa.
Secara administratif, kabupaten Melawi terbagi dalam 11 (sebelas) Kecamatan
Terdiri 169 Desa, dan 590 Dusun. terdapat beberapa bagian sungai didaerah
perhuluan, sungai besar yang membelah daerah ini Sungai Melawi dan Sungai Pinoh,
Kecamatan yang ada di Kabupaten ini antara lain :
Tabel 2.1. LUAS WILAYAH DAN JUMLAH DESA
KABUPATEN MELAWI
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Kecamatan
Ibukota
Sokan
Tanah Pinoh
Sayan
Ella Hillir
Menukung
Nanga Pinoh
Belimbing
Pinoh Selatan
Pinoh Utara
Belimbing Hulu
Tanah Pinoh Barat
Kabupaten Melawi
II.2.
Nanga Sokan
Kota Baru
Nanga Sayan
Nanga Ella Hillir
Menukung Kota
Nanga Pinoh
Pemuar
Manggala
Tekellak
Tiung Keranji
Ulak Muid
Nanga Pinoh
Luas Area
( Km 2 )
1.577,20
739,30
1.166,40
1.139.80
1.062.10
617,20
1.238,00
931,00
890,0
454,00
829,00
10.644,00
Jumlah Desa
Prosentase terhadap luas
Kabupaten ( % )
17
12
18
19
19
17
17
12
19
8
10
169
14,82
6,95
10,96
10,71
9,98
5,80
11,63
8,75
8,36
4,27
7,79
100,00
Kondisi Fisik Dasar
A. Kondisi Geografi
Kabupaten Melawi terletak di bagian timur propinsi Kalimantan Barat
atau diantara 0º 07’ Lintang Utara serta 1º 21’ Lintang Selatan dan 111º 07’
Bujur Timur serta 112º 27’ Bujur Timur. Sedangkan secara administrative
Kabupaten Melawi berbatasan dengan 2 (dua) Kabupaten dan 1 ( satu )
Provinsi.
Tabel 2.2. LETAK GEOGRAFI KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN MELAWI
NO
1
KECAMATAN
( DISTRICT)
2
Sokan
Tanah Pinoh
Tanah Pinoh Barat
Sayan
Ella Hillir
Menukung
LINTANG
(LATITUDE)
BUJUR
(LONGITUDE)
3
0° 56´ LS – 1° 21´ LS
0° 47´ LS – 0° 85´ LS
0° 41´ LS – 0° 84´ LS
0° 29´ LS – 0° 58´ LS
0° 16´ LS – 0° 48´ LS
0° 11´ LS – 0° 43´ LS
4
111º 07´ BT
111º 31´ BT
111º 29´ BT
111º 33´ BT
111º 32´ BT
111º 48´ BT
-
111º 37´ BT
111º 60´ BT
111º 51´ BT
111º 52´ BT
111º 66´ BT
111º 56´ BT
4
0° 07´ LS – 0° 52´ LS
0° 24´ LS – 0° 57´ LS
0° 27´ LS – 0° 58´ LS
0° 14´ LS – 0° 53´ LS
0° 32´ LS – 0° 43´ LS
Nanga Pinoh
Belimbing
Pinoh Selatan
Pinoh Utara
Belimbing Hulu
Kabupaten Melawi
0º 07´ LS - 1º 21´ LS
111º 40´ BT
111º 46´ BT
111º 45´ BT
111º 54´ BT
111º 07´ BT
111º 07´ BT
-
111º 04´ BT
111º 90´ BT
112º 15´ BT
112º 13´ BT
112º 27´ BT
112º 27´ BT
Batas wilayah Kabupaten Melawi secara administratif adalah sebagai berikut :
 Utara
:
Berbatasan dengan Kec. Dedai, Tempunak, Sei Tebelian
dan Sepauk Kab. Sintang
 Selatan :
Berbatasan dengan Kec. Tumbang Senamang Kabupaten
Kotawaringin Timur Provinsi Kalteng.
 Timur
:
Berbatasan dengan Kec. Serawai Kab. Sintang
 Barat
:
Berbatasan dengan Kec. Sandai Kab. Ketapang
Tabel 2.3. BATAS ADMINISTRASI KABUPATEN MELAWI MENURUT
KECAMATAN
NO
KECAMATAN
UTARA
TIMUR
SELATAN
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Sokan
Tanah Pinoh
Tanah Pinoh Barat
Sayan
Ella Hillir
Menukung
Nanga Pinoh
Pinoh Selatan
Pinoh Utara
Belimbing
Belimbing Hulu
Kab. Melawi
Kec.Tn. Pinoh
Kec. Belimbing
Kec. Belimbing Hulu
Kec. Ng Pinoh
Kab. Sintang
Kec. Menukung
Kec. Pinoh Utara
Kec. Ng. Pinoh
Kab. Sintang
Kab. Sintang
Kab. Sintang
Kab. Sintang
Prop. Kalteng
Kec. Sayan
Kec. Tn Pinoh
Prop. Kalteng
Kec. Serawai
Kec. Belimbing
Kec. Ella Hilir
Kec. Ella Hilir
Kec. Ella Hilir
Kec. Ng Pinoh
Kec. Belimbing
Kab. Sintang
Kec. Sayan
Kec. Sokan
Kec. Sokan
Kec. Tn Pinoh
Prop. Kalteng
Prop. Kalteng
Kec. Pinoh Selatan
Prop. Kalteng
Kec. Nanga Pinoh
Kec. Tanah Pinoh
Kec. Tanah Pinoh
Prop. Kalteng
BARAT
6
Kab. Ketapang
Kec. Tn Pinoh Barat
Kab. Ketapang
Kec. Belimbing
Kec. Nanga Pinoh
Kec. Ella Hilir
Kec. Belimbing
Kec. Sayan
Kec. Belimbing
Kab. Sintang
Kab. Sintang
Kab. Ketapang
Sebagian besar wilayah Kabupaten Melawi wilayah perbukitan dengan
luas 8.818,70 Km² atau 82,85 persen dari luas wilayah Kabupaten Melawi
10.644 km2.
Kedudukan kecamatan Nanga Pinoh yang memiliki wilayah yang paling
luas adalah cukup strategis, karena sebagai Ibu Kota Kabupaten Melawi.
Dengan memiliki wilayah yang cukup luas, maka pengembangan Kecamatan
Nanga Pinoh sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Melawi serta sentra
perdagangan lalu lintas barang dan jasa bagi daerah - daerah hinterland
lainnya menjadi sangat strategis dan memiliki peluang untuk dikembangkan
secara optimal.
Dalam arti bahwa penataan Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan –
RTRWK Kabupaten Melawi harus memperhatikan aspek - aspek yang terkait
dengan fungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat perekonomia serta dinamikia
dan mobilitas penduduk, arus barang dan jasa di masa mendatang yang terus
berkembang dengan tetap memperhatikan penataan kawasan dengan prinsip prinsip berkelanjutan dan menjaga fungsi - fungsi lingkungan.
Kabupaten Melawi dialiri oleh sungai yang cukup besar yaitu Sungai
Melawi dan Sungai Pinoh. Sungai Melawi membentang di sebagian
kecamatan yaitu, kecamatan Menukung, Ella Hilir dan Nanga Pinoh.
Sedangkan sungai Pinoh membentang dari kecamatan Sokan, Tanah Pinoh,
5
Sayan dan bermuara di Nanga Pinoh. Kedua sungai ini merupakan prasarana
transportasi yang penting dan strategis bagi beberapa wilayah kecamatan
tersebut bagi lau lintas barang dan jasa. Meskipun banyak sekali hambatan hambatan yang sangat mengganggu, jika terjadi musim kemarau sehingga
mengganggu kelancaran lalu lintas barang dan jasa bagi kebutuhan dan
aktivitas ekonomi penduduk di beberapa wilayah tersebut, namun transportasi
sungai hingga saat ini masih menjadi andalan, karena prasarana transportasi
darat dan fasilitas jalan darat masih belum memadai untuk dapat digunakan
secara efektif.
B.
Kondisi Geologi dan Hidrologi
Secara umum, Kabupaten Melawi merupakan daerah yang telah
mengalami pengikisan dan telah mencapai stadium tua. Hal ini ditandai
dengan gradient sungai - sungai kecil dan berbelok - belok (sandering).
Sebagian besar merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 - 200 meter di
atas permukaan laut.
Wilayah daratan ini diapit oleh dua pegunungan, yaitu Pegunungan
Schawaner sepanjang perbatasan Kalimantan Barat dengan Propinsi
Kalimantan Tengah (Departemen Kehutanan. 2007). Dipengaruhi oleh dataran
rendah yang amat luas, maka ketinggian gunung-gunung relatif rendah serta
non aktif. Gunung yang paling tinggi adalah Bukit Baka di Kecamatan
Menukung, berketinggian 1.620 M dari permukaan laut, yang jauh lebih
rendah dibanding gunung Semeru, Jawa Timur yang berketinggian 3.676 M
atau Gunung Kerinci di Jambi dengan ketinggian 3.805 M.
Sedangkan dilihat dari tekstur tanahnya, jenis tanah yang terdapat di
wilayah Kabupaten Melawi, terdiri dari :
a. Tanah Organosol, biasanya berasosiasi dengan jenis tanah Aluvial, sangat
peka terhadap erosi serta menyebar di seluruh Propinsi Kalimantan Barat.
b. Tanah Gley, berwarna abu-abu sampai putih, bertekstur liat berdebu dan
liat serta berkonsistensi basah atau pekat. Tanah jenis ini banyak terdapat
di daerah tergenang, sehingga cocok untuk tanaman padi. Tanah seperti ini
menyebar di Kabupaten Melawi.
c. Tanah Humus, biasanya berwarna coklat sampai hitam, daya kapasitas
menahan air tinggi dan mempunyai reaksi masam yang tinggi pula. Pada
kedalaman kurang dari satu meter, tanah ini bertekstur serat halus. Tanah
ini dapat dijadikan tanah sawah dengan bantuan pupuk organik atau abu,
karena tingkat produktifitas tanah humus rendah. Tanah ini terdapat
diseluruh Kabupaten Melawi.
d. Tanah Aluvial, biasanya bewarna kelabu, coklat atau hitam dan tidak peka
terhadap erosi serta digunakan sebagai lahan pertanian dan tempat
permukiman. Tanah jenis ini terbentuk dari endapan laut, sungai atau
danau, dan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Melawi.
e. Tanah Podsolet Merah Kuning (PMK), berwarna kuning sampai merah,
bereaksi masam dengan tingkat kejenuhan basah rendah. disamping
mempunyai daya ikat Posphor (P) dan tingkat keracunan Aluminium (Al)
tinggi, tanah ini peka terhadap erosi. Secara umum tanah PMK mempunyai
tingkat produktifitas rendah sampai sedang, sehingga toleransi untuk
tanaman padi dan palawija. Tanah PMK terdapat hampir diseluruh
6
khususnya di pedalaman Kabupaten Melawi, dan merupakan jenis tanah
yang tesebar secara meluas, yaitu sekitar 46,17% dari luas keseluruhan
Kabupaten Melawi.
f. Tanah Komposisi PMK, pada dasarnya sama dengan jenis tanah PMK
tetapi untuk ciri tertentu seperti bereaksi masam dengan kejenuhan basah
rendah, daya ikat Posphor (P) dan tingkat keracunan Aluminium (Al)
tinggi terlihat pada jenis tanah.
Daerah Kabupaten Melawi termasuk salah satu daerah yang terdapat
sungai, dan selaras dengan kondisi geografis. Kabupaten Melawi yang
mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dilalui.
Beberapa sungai besar angkutan di daerah pedalaman, walaupun prasarana
jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan. Sungai utama
adalah Sungai Melawi dan Sungai Pinoh, masih terdapat beberapa anak sungai
di Kabupaten Melawi :
Tabel 2.4. SUNGAI – SUNGAI DI KAB. MELAWI DAN DAERAH YANG
DIALIRI
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
NAMA SUNGAI
Melawi
Pinoh
Mentatai
Keruap & Ella Hulu
Ella Hulu
Belimbing
Ella Hilir
Sayan
Cina
Sokan
PANJANG
471 km
112,20 km
65 km
45 km
DAERAH YG DILALUI
Ng. Pinoh, Ella Hilir, Ella Hilir Menukung
Sayan, Kotabaru, Sokan
Mentatai, Mengkilau, Nanga Juoi
Menukung
Ella Hulu, Siyai, Belaban, sungkup
Pemuar, Kenebak, Menunuk
Ng. Ella Hilir, Ng. Nyuruk, Penyuguk
Sayan
Tanah Pinoh
Nanga Sokan
Sedangkan untuk keberadaan danau resapan atau rembesan di kabupaten
Melawi. Danau – danau (seruk-ceruk) tidak begitu luas dan pada musim
kemarau debet air menurun drastis, namun tidak mengurangi kehidupan bawah
air dengan ikan air tawar yang cukup banyak speciesnya, seperti jelawat, lais,
tengadak, dll.
Tabel 2.5. DAFTAR KETINGGIAN GUNUNG DI KABUPATEN
MELAWI
NO
KECAMATAN
1 Nanga Sokan
2 Nanga Sayan
3 Menukung
4
Belimbing
GUNUNG
Tentudung
Batu Tukung
Bukit Baka
Batu Maherabut
Batu Baluran
Bukit Alat
Bukit Kenapas
Batu Sambung
TINGGI (M)
1.222
1.175
1.617
1.270
1.556
1.770
7
5
Ella Hilir
Bukit Berangin
Bukit Saran
Bukit Matuk
Bukit Menayong
1.608
1.758
690
Sumber Kabupaten Melawi dalam angka 2004
Obyek riam – riam lain yang belum terdata antara lain di daerah Nanga
Juoi, Nanga Nua, Nanga Ella, Menukung dan di daerah sepanjang sungai
Nanga Pinoh terdapat riam – riam yang bagus untuk arung Jeram.
Tabel 2.6. DAFTAR KETINGGIAN AIR TERJUN
NO
KECAMATAN
AIR TERJUN
1
Sokan
Air Terjun Saling Lubang Kuter
Air Terjun Siling Api
Air Terjun Kelayan
2
Ella Hillir
3
Belimbing
4
Nanga Pinoh
Air Terjun Sahai Berasap
Air Terjun Batu Netak
Air Terjun Uong Berasap
Air Terjun Gurung Berasap
Air Terjun Nibung
Air Terjun Sungai Pelayah
Air Terjun Gurung Beruk
Air Terjun Pancur Aji
Air Terjun Sahai Empangai
KETINGGIAN
( METER )
5
3
3
10
5
50
70
70
10
3
30
10
Air terjun yang ada di wilayah Kabupaten Melawi Relatif tidak begitu
tinggi, sudah diindifikasi berupa air terjun yang tidak begitu besar akan tetapi
berpotensi untuk dijadikan objek wisata. Keberadaan air terjun ini sangat bagus,
karena diselingi dengan riam – riam yang menantang untuk dialiri oleh para
penggemar arung jeram, hanya sekarang perlu penataan lebih baik untuk masa
datang.
C.
Kondisi Iklim
Kabupaten Melawi cukup dikenal sebagai daerah penghujan dengan intesitas
yang cukup tinggi. Secara umum mempunyai curah hujan tahunan diatas 3.600
milimeter. Sepanjang tahun 2004 jumlah curah hujan sekitar 4.593,5 milimeter atau
rata – rata 382,79 milimeter perbulan menurut stasiun Meteorologi (SM) Nanga Pinoh.
Intensitas curah hujan yang cukup tinggi ini terutama dipoengaruhi oleh daerah yang
berhutan tropis dan disertai dengan kelembaman udara yang cukup tinggi.
Intensitas hujan yang tinggi biasanya saling mempengaruhi terhadap kecepatan
angin. Factor angina ini sangat mempengaruhi keselamatan penerbangan dan
kegiatan–kegiatan lainnya. Pada tahun 2004 rata – rata temperature udara berkisar
antara 26,0 º C sampai dengan 27,3 º C. dimana temperature udara terendah sebesar
8
21,3 º C dan temperature udara tertinggi sebesar 33,6 º C. Kecepatan angin setiap
bulannya rata – rata berkecepatan antara 1 knots / jam sampai 3 knots / jam.
D.
Kependudukan dan Sistem sosial Budaya
D.1. Kependudukan dan Sebarannya
Biro Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Melawi
mencatat bahwa kabupaten ini memiliki karakteristik lain dalam kependudukan,
disamping penyebaran penduduk yang tidak merata, adalah tingginya Angka Rata-rata
Ketergantungan Penduduk (ARKP) atau Population Dependent Rate Rasio (PDR).
ARKP ini dapat dilihat perbandingan rata-rata penduduk yang produktif secara
ekonomis, dengan penduduk yang tidak produktif dan ukuran tersebut merupakan
indikator ekonomi dari suatu tingkat produktivitas ekonomi.
Biro Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Melawi
mencatat bahwa kabupaten ini memiliki karakteristik lain dalam kependudukan,
disamping penyebaran penduduk yang tidak merata, adalah tingginya Angka Rata-rata
Ketergantungan Penduduk (ARKP) atau Population Dependent Rate Rasio (PDR).
ARKP ini dapat dilihat perbandingan rata-rata penduduk yang produktif secara
ekonomis, dengan penduduk yang tidak produktif dan ukuran tersebut merupakan
indikator ekonomi dari suatu tingkat produktivitas ekonomi.
Laju pertumbuhan pendudk Kabupaten Melawi pada tahun 2003 sebesar 1,49
persen dan pada tahun 2004 menjadi 1,55 persen, sehingga terjadi peningkatan
pertumbuhan sebesar 0,06 persen
Tabel 2.7. PENDUDUK KABUPATEN MELAWI MENURUT JENIS KELAMIN
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kecamatan
Sokan
Tanah Pinoh
Sayan
Nanga Pinoh
Belimbing
Ella Hilir
Menukung
Pinoh Selatan
Pinoh Utara
Belimbing Hulu
Tanah Pinoh Barat
2009
2010
Laki-laki
6.944
12.529
7.676
25.348
13.638
7.357
8.795
Perempuan
6.968
12.234
7.496
24.402
12.707
7.206
8.451
Jumlah
13.912
24.763
15.172
49.750
26.345
14.563
17.246
82.287
80.947
79.464
78.093
161.751
159.040
Sumber : Kab. Melawi Dalam Angka, 2006
NO.
1
2
3
KECAMATAN
Sokan
Tanah Pinoh
Sayan
LUAS AREA
(km)
DESA
PENDUDUK
1.577,20
1.568,30
1.166,40
8
11
7
13.679
24.348
14.917
KEPADATAN
PENDUDUK
Per KM²
Per-desa
9
16
13
1,553
2,113
1,926
9
4
5
6
7
8
9
10
11
Nanga Pinoh
Belimbing
Ella Hilir
Menukung
Pinoh Selatan
Pinoh Utara
Belimbing Hulu
Tanah Pinoh Barat
2004
2003
2.438,20
1.692,00
1.139,80
1.062,10
22
17
8
9
48.916
25.904
14.319
16.957
20
15
13
16
1,717
1,891
2,042
1,904
10.644,00
82
15
1.940
10.644,00
82
159.040
159.323
15
1.906
Tabel 2.8. KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN MELAWI
Sumber : Kab. Melawi Dalam Angka, 2009
Berdasarkan angka proyeksi tahun 2005, penduduk Kabupaten Melawi
berjumlah 161.751 jiwa atau rata-rata jumlah penduduk per desa sebanyak 1.957 jiwa.
Seperti halnya di daerah yang baru berkembang maka penduduk Kabupaten Melawi
tergolong muda dengna proporsi penduduk usia muda (dibawah 15 tahun) sekitar
35,02 persen dan penduduk usia lanjut (65 + tahun) sekitar 1,91 persen.
Apabila sektor pariwisata telah dapat berkembang di daerah perbatasan ini,
akan menjadi lebih baik bila mereka difungsikan sebagai pemandu perjalanan bagi
wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan mancanegara (wisman), terutama
sekali dalam pelaksanaan wisata agro.
Pengalaman hidup di daerah penuh tantangan ini telah menjadikan mereka
sebagai tenaga terampil di bidangnya, sehingga keterlibatan mereka dalam kegiatan
kepariwisataan sangat eksentrik bagi pemanduan, keselamatan dan keamanan diri
pelancong.
Dalam daerah ini tercatat sekitar 415 suku kekeluargaan (puak). Kultur,
bahasa dan aspek sosial kemasyarakatan antara satu dengan lainnya memiliki
beberapa perbedaan, tetapi diantara puak yang satu dengan puak lainnya memiliki
ikatan, nilai, tradisi dan budaya yang sama. (Weintré J. 2004)
Dalam hal ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Melawi telah dan akan
mengambil langkah - langkah pemecahan sebagai berikut :
1. Pengembangan pusat - pusat pemukiman potensial yang berorientasi pada
pola pengembangan wilayah Kecamatan.
2. Peningkatan prasarana perhubungan untuk membuka isotasi daerah.
3. Peningkatan perdagangan lintas batas (ekspor dan impor) melalui darat.
4. Pembukaan lapangan kerja yang merata, adil dan seimbang.
5. Meningkatkan pelayanan pendidikan dan pelayanan jasa ekonomi sosial
lainnya secara adil dan seimbang.
6. Penataan lingkungan yang dipadukan dengan penataan kembali desa.
7. Peningkatan pelayanan telekomunikasi serta penambahan daya pancar
TVRI dan bahkan meningkatkan TV Swasta Nasional.
D.2.
Perilaku Masyarakat yang Terlibat dalam Kegiatan Pariwisata
a. Perilaku Masyarakat di Daerah Kabupaten Melawi
Salah satu kritik yang sering muncul sehubungan dengan pengembangan
pariwisata di Kabupaten Melawi, adalah menyangkut masalah kebersihan.
Ditinjau dari aspek ini, aktivitas dan pelayanan masyarakat yang berhubungan
dengan jasa pelayanan umum, masih belum memperhatikan aspek kebersihan.
10
Kondisi ini tampak jelas pada warung makan – minum dan penginapan di
sepanjang jalan dari batas Kecamatan, Desa–desa Kawasan Kabupaten
Melawi.
Daerah perbatasan ini masih memerlukan campur tangan dan perhatian
yang sangat besar dari pemerintah tidak hanya terbatas dalam pembangunan
infrastruktur kepariwisataan saja tetapi juga peningkatan wawasan
peningkatan masyarakat di kawasan ini agar memiliki sikap positif yaitu sadar
wisata.
b. Perilaku Masyarakat Kota Nanga Pinoh.
Sikap dan perepsi masyarakat tentang perlunya melakukan penyegaran
jiwa (refresing) setelah melakukan aktivitas rutin sehari-hari tampaknya telah
merebak pada masyarakat perkotaan di Kabupaten Melawi pada umumnya dan
Kota Nanga Pinoh pada khususnya. Kita dapat melihat kondisi ini pada
beberapa tempat peristirahatan atau keadaaan kota Nanga Pinoh, seperti
Pinggiran Sungai Melawi dan Pelabuhan Spead - boat. Setiap sore pada kedua
tempat ini selalu ramai menjadi tempat santai masyarakat Nanga Pinoh yang
memerlukan penyegaran jiwa, namun tempat untuk santai kurang terjaga
kebersihannya.
Kondisi riil taman (hiburan) saat ini masih sangat diperlukan Secara
umum taman di daerah ini tidak ada sama sekali, justru yang menonjol adalah
tugu dimana-mana. Dengan demikian, pemanfaatan lahan menjadi tidak
efektif dan bahkan ada kesan menyimpang. Dihubungkan dengan pariwisata,
kebanyakan para wisman lebih suka melihat langsung ketempat objek wisata
daripada jalan di perkotaan, sehingga dampak bagi masyarakat luas justru
tidak ada. Pada akhirnya, pihak yang menerima faedah pengembangan
pariwisata hanyalah segelintir orang saja dan sektor ini lebih cenderumg
sebagai ajang bisnis antar warga negara. Mengapa demikian?. Mereka yang
melakukan perjalanan wisata itu tidak sepenuhnya berwisata tetapi hanya
sekedar melewatkan masa libur saja dan setelah masa libur itu habis, mereka
kembali ke negara asalnya dengan membawa kenangan yang tidak manis.
c. Perilaku Masyarakat di Daerah Kawasan Istirahat
Pada beberapa lokasi terpilih yang dianggap potensi bagi kegiatan
kepariwisataan di sepanjang di Kalimantan Barat masih memerlukan
penanganan yang serius, terutama yang menyangkut aspek kebersihan dan
penyediaan/pemeliharaan fasilitas.
Kawasan Istirahat (Rest area) merupakan tempat istirahat yang terdapat
di sepanjang perjalanan yang dapat digunakan maksimal 2 jam. Di kawasan
tersebut terdapat kamar mandi/MCK, tempat cuci muka, air bersih yang
langsung di minum, restauran atau rumah makan–minum, pelataran parkir
yang luas untuk pengendara mobil beristirahat, kebun/taman bunga dan lainlain. Tampaknya daerah rest area ini masih belum ada dan saat ini harus
dipersiapkan daerah jangkauan sebelum menuju tempat tujuan di tempat tempat objek wisata.
Perlu diupayakan agar pada kawasan - kawasan ini aspek kebersihan,
penyediaan sarana telekomunikasi, dan aspek keserasian lingkungan menjadi
faktor pertimbangan utama dalam penataannya. Lokasi rest-area sangat berarti
sebelum menjangkau lokasi pariwisata.
Pada kesempatan inilah masyarakat dapat berperan dalam penyediaan
berbagai barang keperluan yang dibutuhkan oleh wisatawan dalam penerusan
perjalanannya ke kawasan wisata.
11
D.3
Kegiatan Sektor Pariwisata
Dilihat dari potensi fisik, Kabupaten Melawi kaya dengan potensi wisata
mulai dari alam, budaya, barang produksi lokal yang belum semuanya tergarap. Saat
ini kegiatan pariwisata di Kabupaten Melawi dilihat dalam konteks ekonomi relatif
belum dapat menjadi sektor basis bagi Kabupaten Melawi maupun dalam konteks
wilayah tingkat Kecamatan. Namun demikian dalam konteks perekonomian global
dan regional yang berubah, hal ini dapat menjadi momentum yang penting dan
menentukan bagi berkembang maupun tenggelamnya suatu sektor kegiatan.
Seperti diketahui saat ini Kalimantan Barat telah menjadi bagian dari 2
segitiga, pertumbuhan ekonomi yaitu IMS – GT (Indonesia, Malaysia, Singapura –
Growth Triangle) dan juga BIMP – EAGA (Brunei, Indonesia, Malaysia, Philipina –
East Asean Growing Area). Hali ini berarti internasionalisasi wilayah Kalimantan
Barat, khususnya wilayah yang berbatasan langsung antara negara akan semakin
meningkat intensif dan semakin terbuka untuk pergerakan baik barang maupun
manusia dari wilayah anggota segitiga pertumbuhan yang lain. Dalam hal ini
Kabupaten Melawi sebagai salah satu daerah batas negara, perlu mempersiapkan
produk apa yang potensial sebagai pasar. Pariwisata sebagai salah satu kegiatan
ekonomi dapat memanfaatkan peluang ini dengan menyediakan berbagai produk
wisata yang potensial di Kabupaten Melawi.
III. PELUANG OBJEK WISATA ALAM KABUPATEN MELAWI
Tabel 3.1. DAFTAR OBJEK WISATA YANG DIKETAHUI DI KABUPATEN MELAWI
NO
1
NAMA OBJEK
Danau Lintah
JENIS
Alam/Buatan
LOKASI
Desa Penatap
ATRAKSI
Memancing
2
Bukit Matuk
Alam
Belimbing
Trekking
3
Alam
Ella Hilir
Ketinggian 20 M
Alam
Nanga Pinoh
Ketinggian 20 M
5
Gurung Sarai
Berasap
Gurung Sarai
Empangai
Sungai Pinoh
Alam
Arung Jeram
6
Sungai Ella
Alam
7
Gurung Nibung
Alam
8
Pancur Aji
Alam
SayanKotabaru
KM 39 Singkop
Desa Ng.
Keberak
Desa Poring
9
Gurung Sahai
Empangel
Uong Berasap
Alam
Ella Hilir
Ketinggian 20 M
Alam
Desa Pemuar
Ketinggian 50 M
Alam
Nanga Nuak
Alam
Batas Kalbar /
kalteng
Hutan tropis Habitat
Flora / Fauna
Bermacam – macam
Buah-buahan
13
TN. Bukit
Baka/Raya
Kebun Buah
Osamma Bin
Laden
Kebun Obat
Alam
14
Air Terjun Bukit
Alam
Batas Kalbar /
kalteng
Batas Kalbar /
Bermacam – macam
Tanaman Obat
Ketinggian 80 M
4
10
11
12
Arung Jeram
Ketinggian 70 M
Ketinggian 30 M
KET.
Belum
Di
kembangkan
Belum Di
kembangkan
Belum Di
kembangkan
Belum Di
kembangkan
Belum Di
kembangkan
Belum Di
kembangkan
Belum Di
kembangkan
Belum Di
kembangkan
Belum Di
kembangkan
Belum Di
kembangkan
Terjaga
Dirawat
Dirawat
Belum Di
12
Asing
kalteng
kembangkan
Potensi Obyek-obyek wisata tersebut di atas sudah dikenal cukup luas baik di
Kalimantan Barat, maupun Nasional.
 Dijaga dan dilestarikan
 Dibangun dan digali
 Dikenalkan dan dipromosikan
 Didatangi dan dikunjungi
Dari potensi – potensi objek wisata yang terdapat pada tabel diatas, ada
beberapa objek yang benar- benar berpotensi – pontensial dan sudah dikelola.
IV. TANTANGAN OBJEK WISATA KAB. MELAWI
IV.1. Sistem Transportasi
Tansportasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengembangan pariwisata.
Perbaikan fasilitas transportasi akan mendorong pariwisata dan pengembangan
pariwisata juga akan mendorong transportasi. Pertumbuhan yang pesat tingkat
pemilikan kendaraan bermotor sangat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan
jumlah wisatawan.
Kalau diperhatikan perkembangan pola perjalanan pariwisata di Kabupaten
Melawi dalam kaitannya dengan transportasi, maka tampak ditandai oleh perubahan perubahan. Perubahan yang sangat penting adalah perubahan dari perjalanan dengan
angkutan umum kearah perjalanan dengan kendaraan pribadi. Salah satu aspek yang
sangat penting dalam pengembangan pariwisata saat ini adalah penyediaan jaringan
jalan ke dan di daerah tujuan wisata dan objek wisata. Jaringan jalan tersebut akan
memberikan keuntungan - keuntungan tidak hanya bagi wisatawan tetapi juga bagi
penduduk lokal.
Transportasi internal di daerah tujuan wisata juga sangat penting. Sebagian
sarana dan prasarana transport juga diorientasikan hanya untuk melayani wisatawan
(misalnya untuk sightseeing) sedangkan beraneka ragam angkutan umum yang
dipakai wisatawan sebenarnya berfungsi untuk melayani penduduk lokal.
Komponen - komponen yang perlu dikaji dalam analisis aspek perhubungan
untuk menunjang pengembangan pariwisata di Kabupaten Melawi.
 Analisis tingkat kemudahan ke Kabupaten Melawi melalui jalur darat, udara, dan
air, termasuk dalam hal ini kapasitas yang tersedia, kenyamanan fasilitas yang
tersedia.
 Analisis sistem transportasi internal dari fasiltas - fasiltas dan jasa yang digunakan
dalam pariwisata.
Luar wilayah yang sudah dihubungkan langsung dengan kabupaten ini adalah
Kota – kota kabupaten. Pelayanan penerbangan dari luar wilayah ini dapat dirasakan
cukup, namun pada musim ramai seperti pertengahan tahun kapasitas yang tersedia
dirasakan masih terbatas.
Di dalam wilayah Kabupaten Melawi, transportasi dilayani oleh perhubungan
darat, sungai,. Secara kuantitas, sarana yang tersedia untuk kebutuhan seharI - hari
dapat dikatakan sudah mencukupi. Perjalanan darat masih harus mengalami kerusakan
jalan yang cukup berarti, karena sebagian besar masih dalam kondisi rusak dan rusak
berat. Hal ini menyebabkan perjalanan memakan waktu yang lama, tidak sebanding
13
dengan jarak perjalanan di ruas - ruas tertentu. Perjalanan melalui sungai sudah
cukup memadai, dan dapat melayani sampai ke daerah yang terpencil. Rambu - rambu
sungai sudah tersedia untuk menjaga tertib lalu lintas sungai.
IV.1.1. Transportasi Jalan Raya
Jalan merupakan prasarana untuk mempengaruhi mobilitas penduduk dan
perdagangan antar daerah sehingga mempunyai peranan penting dalam mempelancar
kegiatan ekonomi secara umum. Dalam kegiatan pariwisata, jalan sangat berperan
dalam hal kemudahan ketercapaian suatu tempat atau lokasi objek wisata, serta
sebagai prasarana penghubung antar fasilitas-fasilitas pendukung pariwisata.
Kabupaten Melawi melalui jalan darat yang tersedia masih sangat kurang.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis transportasi adalah :
 Jaringan jalan utama dan sekunder ke daerah tujuan wisata dan ke objek-objek
wisata.
 Panjang dan kualitas jalan yang tersedia.
 Sarana dan transportasi yang tersedia dan distribusinya, misalnya rute dan jumlah
angkutan umum ke objek-objek wisata.
 Perlu juga diperhatikan ketersediaan taxi.
Jaringan jalan mempunyai peranan yang penting dalam menunjang kelancaran
kegiatan ekonomi, terutama untuk pengangkutan barang antar daerah dan untuk
mobilitas penduduk, termasuk diantaranya perjalanan untuk pariwisata.
Walaupun secara umum kondisi jaringan jalan di daerah - daerah luar jawa,
terutama daerah pedalaman, masih kurang memadai, namun dibandingkan dengan
kondisi pada periode 1990-an, maka kondisi prasarana transportasi di Kabupaten
Melawi saat ini sudah jauh lebih baik. pada tahun 2004 sudah mencapai lebih pajan
jalan di wilayah Kabupaten Melawi sepanjang 610,90 kilometer dimana permukaan
jalan 4,81 persen jalan beraspal, 1,31 persen batu, 3.03 persen berkerikil dan 90,85
persen masih jalan tenah. Ditinjau dari kondisinya, 15,78 persen jalan di Kabupaten
Melawi kondisinya baik. 11,97 persen kondisi sedang, 35,13 persen kondisinya rusak
dan 37,11 persen kondisi rusak berat.
Dari sisi pengembangan pariwisata hal ini ada segi positipnya karena sebagian
besar objek-objek wisata di Kabupaten Melawi berada pada jaringan jalan kecamatan.
Dengan makin bertambah panjangnya jalan Kabupaten Melawi diharapkan dapat
meningkatkan jumlah pengunjung ke objek-objek wisata yang ada. Jalan
menghubungkan Kota Melawi.
Berdasarkan data jumlah penumpang dan jumlah angkutan umum tampak bahwa
tingkat mobilitas penduduk Kabupaten Melawi ternyata cukup tinggi. Bila mobilitas
penduduk setempat akan mempunyai kecenderungan yang sama di tahun mendatang,
maka jumlah sarana angkutan penumpang juga akan megalami penambahan di tahun
mendatang.
NO
1
2
3
4
5
Tabel 4.1 BANYAKNYA ANGKUTAN DARAT MENURUT JENISNYA
2003 – 2004
JENIS KENDARAAN
2003
2004
OPLET
15
18
26
28
BUS
59
59
PICK – UP
65
65
TRUCK
42
42
BECAK
207
JUMLAH
212
14
Berdasarkan rencana tata ruang wikayah nasional, pentahapan pengembangan
sistem jaringan transportasi jalan raya di Kabupaten Melawi sampai dengan tahun
2018 diprioritaskan berdasarkan kebutuhan prasarana pendukung kegiatan ekonomi,
untuk menghubungkan kota yang mempunyai potensi ekonomi yaitu Nanga Pinoh,
dan kota - kota penyebar kegiatan ekonomi yaitu Pemuar, Nanga Sokan, dan Kotabaru.
IV.1.2. Transportasi Sungai
Transportasi air merupakan bagian yang sangat baik bagi pengembangan
pariwisata di Kabupaten seribu sungai di Kalimantan Barat, atau di daerah seperti
Kabupaten Melawi dimana prasarana penghubung darat masih sangat terbatas
sedangkan wilayah perairannya masih sangat luas. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam analisis transportasi air adalah jenis, rute, frekuensi, jumlah, dan
kapasitas sarana dan hambatan - hambatan yang sering dihadapai dalam
pengembangan transportasi air. Perlu juga diperhatikan keter-sediaan alat angkut
sungai.
Jumlah kapal motor dan penumpang serta barang yang diangkut mengalami
peningkatan yang cukup tinggi selama periode 2000 sampai 2004 Bila pada tahun
2000, hanya 200 buah kapal motor dengan angka tersebut telah meningkat menjadi
500 buah kapal motor dengan muatan sebanyak 7,2 juta ton per- tahun Selain
Pontianak, pelabuhan lainnya yang berperan adalah pelabuhan Sanggau, Tayan dan
Sekadau. Dalam empat yang disinggahi kapal motor tersebut, pelabuhan Pontianak
merupakan pelabuhan terbesar. Hal ini karena Pontianak merupakan ibukota propinsi
yang menjadi pusat segala macam aktivitas ekonomi, terutama kegiatan perdagangan.
maka mulai sekarang perlu dipikirkan kemungkinan pengembangan wisata
sungai antara lain pelayaran dengan kapal-kapal yang sederhana tapi aman dan
nyaman untuk tujuan pesiar baik bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan
mancanegara.
Wilayah Kabupaten Melawi banyak dialiri oleh sungai dan anak - anak sungai.
Keadaan tersebut menjadikan angkutan sungai ke tempat - tempat yang relatif
jauh/terpencil memegang peranan yang cukup penting sebagai prasarana kelancaran
kegiatan ekonomi dan keterhubungan antar bagian wilayah. Banyak jenis kendaraan
pedalaman yang dikenal di Kabupaten Melawi, seperti : bandung bermotor, motorboat, tongkang, tug-boat, dan beberapa jenis kendaraan air lainnya.
Tabel 4.2. JUMLAH ANGKUTAN KAPAL PEDALAMAN MENURUT JENISNYA
TAHUN 2000, -2004.
No
1
2
3
4
6
7
8
9
Jenis kapal
Bandung bermotor
Bandung tidak bermotor
Kapal motor
Tongkang gandeng
Tanker bermotor
Tanker tidak bermotor
Long boat
Speed boat
2000
45
65
538
10
5
25
2001
46
65
540
10
5
25
2002
47
70
540
10
4
25
2003
47
72
542
10
3
25
Kalbar Dalam Angka, 2004
IV.1.3.
Transportasi Udara
Beberapa hal yang diperhatikan dalam analisis transportasi udara :
 Jalur penerbangan ke / dari Kabupaten Melawi, dan frekuensinya.
2004
50
75
600
10
2
25
15



Ukuran, jenis dan kapasitas pesawat.
Fasilitas Airport.
Tingkat kemudahan ke / dari airport.
Jaringan angkutan udara di Kalimantan Barat dilayani oleh 5 (lima) bandar
udara dengan Bandara Supadio sebagai pintu gerbang lalu lintas udara nasional dan
internasional, serta beberapa bandar udara perintis yang tersebar di Kabupaten
Ketapang (Rahadi Usman), Sintang, Nanga Pinoh, dan Kapuas Hulu / Putussibau
(Pangsuma).
Kebijaksanaan dibukanya Kalimantan Barat sebagai salah satu pelabuhan
pendaratan internasional di Indonesia, walaupun dengan route dan jumlah
penerbangan yang masih terbatas, ikut mempengaruhi perkembangan industri
pariwisata di propinsi ini. Hal ini antara lain dapat dilihat dari meningkatnya jumlah
kunjungan ke propinsi ini. Maskapai penerbangan asing yang sudah melayani
penerbangan ke Pontianak antara lain MAS.
Jumlah penumpang yang dilayani oleh Bandara Supadio Pontianak telah
meningkat 250.000 penumpang pada tahun 2000 menjadi sekitar 600.000 penumpang
pada tahun 2004. Frekuensi kedatangan dan keberangkatan pesawat udara melalui
lapangan udara Supadio pada tahun 2000 rata - rata sebanyak 28 penerbangan per hari
atau sekitar 9.443 penerbangan.
Disamping Bandara Supadio, beberapa lapangan terbang kecil yang ikut
berperan dalam menunjang kepariwisataan adalah Ketapang, Nangapinoh, Sintang
dan Putussibau. Selain terjadinya peningkatan jumlah penumpang di lapangan udara
Supadio, hal yang sama juga terjadi di pelabuhan udara antar wilayah di Kalimantan
Barat tersebut. Sedangkan pada tahun 2004, jumlah kedatangan dan keberangkatan
mengalami kenaikan.
Tabel 4.3. KONDISI PRASARANA/PENGEMBANGAN BANDAR UDARA KALBAR.
Bandar Udara
Jenis Fasilitas
Keterangan
Supadio
Kelas
Runway
Apron
pesawat jenis
Kelas
I
1,655 x 30 m2
90 x 60 m2
147 x 80 m2
1.414 (D) m2
599 (I) m2
271 (C) m2
F-28 & F-100
IV
Runway
Apron
Terminal
Didarati pesawat jenis
1.400 x 30 m2
40 x 120 m2
540,100 m2
CN-235
Kelas
Runway
Apron
Terminal
Didarati pesawat jenis
Kelas
Runway
IV
850 x 23 m2
60 x 40 m2
50 m2
BN-2A
IV
1,000 x 30 x
m2
60 x 40 m2
Terminal
Rahadi Usman
Nanga Pinoh
Sosilo
Apron
Pengembangan
Repelita VI
16
Pangsuma
Terminal
pesawat jenis
Kelas
Runway
Apron
Terminal
pesawat jenis
120 m2
BN-2A
IV
1,000 x 30 m2
80 x 45 m2
50 m2
BN-2A
Dari data tahun 2000, yang diperoleh adalah data kedatangan dan keberangkatan
penumpang di Bandara Supadio dan di Bandara Putussibau :




Supadio :350.963 penumpang(keluar) 249.744 penumpang datang
.Melawi : 0 penumpang berangkat 0 penumpang datang
Putussibau :3.069 penumpang (keluar) ; 3.038 penumpang datang.
Ketapang : 5.560 penumpang berangkat, 6.200 penumpang datang
Jumlah penumpang pada waktu yang sama mencapai 600.707 orang, terdiri
dari :
 internasional, datang 20,159 orang dan berangkat 23.504 orang.
 domestik, datang 229.585 orang dan berangkat 327.459 orang..
Dengan presentase 3,28% penumpang internasional 96,52% penumpang
domestik, dan penumpang transit secara kumulatif 0,19%. Dibandingkan dengan
semester I tahun 1994 jumlah penumpang internasional turun 3,15% dan penumpang
domestik naik 8,32% (Salahudin. 1998).
Jika transportasi udara Pontinanak - Jakarta oleh pesawat jenis F-28 dan Boing 200 dari perusahaan penerbangan Garuda, Batavia Air, Sriwijaya Air, Adam Air,
Jatayu Air. Malaysia Air Service, dengan kapasitas masing-masing 85 dan 48 orang.
Frekuensi penerbangan ke Jakarta ini mencapai 12 penerbangan sehari, sedangkan ke
Balikpapan dan Batam masing-masing 4 kali seminggu, dan ke Medan 2 kali
seminggu. Selain ada juga penerbangan ke Kuching 7 kali seminggu.
IV.2. JARINGAN PERHUBUNGAN
Sistem transportasi merupakan kerangka utama pembentuk struktur ruang
wilayah, terutama dikaitkan dengan proses pengembangan dan pertumbuhan pusatpusat pemukiman. Pada satu sisi, pengembangan system transportasi mendorong
pertumbuhan dan diversifikasi pusat - pusat pemukiman yang telah ada, sedang disisi
lain pengembangan system transportasi dapat merangsang tumbuhnya pusat-pusat
baru.
IV.2.2.
Jaringan Perhubungan Darat
Untuk mencapai kabupaten Melawi melalui jalan darat di dalam Propinsi
Kalimantan Barat dapat ditempuh dari banyak kota atau desa yang ada di propinsi ini.
Dari beberapa kota penting yang sudah dapat dilalui dengan jalan darat dengan lancar,
jarak tempuh paling jauh adalah dari kota Singkawang, Sanggau dan Pontianak
sebagai pintu masuk utama ke wilayah propinsi.
17
Tabel 4.4. JARAK KOTA – KOTA PENTING DI KALIMANTAN BARAT MELALUI
JARINGAN PERHUBUNGAN DARAT
Ng. Pinoh
14
65
Belimbing
51
Tebelian
132 118 67
Sekadau
147 133 82
15
162 148 97
30
Peniti
15
Semuntai
180 166 115 481 33
18
Sanggau
232 218 167 100 85
70
52
252 238 187 120 105 90
72
20
270 256 205 138 123 108 90
Sosok
Jelimpo
38
18
296 282 231 164 149 134 116 64
44
26
Ngabang
328 314 263 196 181 166 148 96
76
58
32
341 327 276 209 194 179 161 109 89
71
45
13
359 345 294 227 212 197 179 127 107 89
63
31
18
372 358 307 240 225 210 192 140 120 102 76
44
71
17
382 368 317 250 235 220 202 150 130 112 86
54
41
23
10
397 383 332 265 250 235 217 165 145 127 101 69
56
38
25
15
447 433 382 315 300 285 267 215 195 177 151 119 106
88
35
65
Sidas
Senakin
Sebadu
Mandor
Ngarak
Anjungan
50
Sei. Pinyuh
Pontianak
IV.3. Daya saing parawisata
Gambaran daya saing pariwisata suatu daerah ditujukan untuk melihat
optimisme dan pesimisme tindakan pengembangan. Mengukur tingkat daya saing
pariwisata dapat memakai metoda perbandingan kunjungan wisata Melawi terhadap
daerah pariwisata unggulan di Indonesia. Kriteria kunjungan meliputi :
 Kunjungan wisman
 Kunjungan wisnus
 Kunjungan wisman-wisnus (Ashley dan Roe. 1997)
Melawi tidak patut dibandingkan dengan Bali, tetapi cukup salah satu kabupaten
di Bali yang menerima kunjungan wisata paling besar dari wisman, misalnya
Kabupaten Badung. Kalbar boleh dibandingkan dengan Bali.
Da ya
Sa ing
Wisma n
=
Da ya
Sa ing
Wisnus
=
Da ya
Sa ing
Wisma nWisnus
n kunjungan wism an di Kab. Melawi
x 100 %
N kunjunga n wisman d i Ka b. Bad ung (Bali)
n kunjungan wisnus di Kab. Melawi
x 100 %
N kunjunga n wisnus d i Jaka rta Utara
=
n kunjungan wism an-wisnus di Kab. Melawi
x 100 %
N kunjunga n wisman-wisnus di Jogjakarta
18
Gambaran pesimis untuk melihat daya saing Melawi secara mudah diperoleh
dengan memasukkan data dan menghitung rumusan di atas. Optimisme bisa diperoleh
bila kita meninjau pula sebaran daya saing pariwisata daerah di luar Kab. Badung,
Jakarta Utara dan Jogjakarta.
Potensi positif objek wisata yang dimiliki Melawi dan kemungkinan rasa bosan
dari wisatawan mengunjungi tempat yang sama, menjadi peluang membangkitkan
optimisme.
Kunjungan Wism an
Daya Saing
Mela wi
Ko ta
Pontia na k
Supaya
efektif,
hendaknya
mempertimbangkan posisi daya saing ini.
rencana
Ka b . Ba d ung
(Ba li)
pengembangan
pariwisata
IV.4. Trend
Adanya kecenderungan wisatawan dari mancanegara untuk berwisata ke daerah
yang masih alami - back to nature – dalam rangka kerinduan mereka atas tradisi,
spiritualitas dan alam mereka yang telah hilang, dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan pariwisata yang berbasis dan berwawasan lingkungan alami. Dalam
hal ini Melawi banyak sekali memiliki potensi alam yang cocok untuk maksud
tersebut.
Hal yang paling menguntungkan dari trend ini adalah bahwa pengembangan
dan pembangunan pariwisata dapat sesedikit mungkin menggunakan biaya, sementara
sebanyak-banyaknya memanfaatkan potensi alamiah dan budaya daerah yang tetap
disertai dengan pelestarian dan perlindungan.
Wisatawan petualang menyukai tantangan dan petualangan. Apalagi di daerah
yang masih perawan – belum banyak tersentuh oleh manusia. Namun mereka tetap
mempertimbangkan aspek keamanan dan keselamatan, meskipun itu memang resiko
yang mereka hadapi.
IV.5. Pendukung Produk Pariwisata
Pendukung produk pariwisata adalah pelengkap yang memungkinkan pariwisata
sebagai produk bisa berjalan minimal hingga maksimal. Diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kondisi
Usulan
Tahap
Elemen, contoh:
PENDUKUNG
Jaring transportasi,
PRODUK
PRIMER
Informasi, Industri kecil
PARIWISATA
Industri besar kerajinan seni1
budaya yang menjadi ciri /
3P
19
andalan produk pariwisata,
pemukiman penduduk
SEKUNDER Akomodasi, infrastruktur,
pos & telekomunikasi.
2
Registrasi, Kesehatan,
TERSIER
Keselamatan, assuransi,
3
Keamanan, Money-Changer
Pada pendukung produk parwisata tahap PRIMER, adalah elemen-elemen wajib,
yang terlebih dahulu harus ada sebelum melaksanakan pemasaran / promosi dengan
benar. Dilanjutkan kepada tahap SEKUNDER dan TERSIER. Pada skema di atas
terlihat komponen apa saja yang perlu dibenahi mulai dari awal sebagai strategi
pengembangan pariwisata. Untuk identifikasi klasifikasi elemen, dipermudah dengan
simbol, contoh : Money-Changer – 3P3.
Identifikasi dan perincian lebih lanjut elemen produk dan elemen pendukung
pariwisata di atas harus dilakukan oleh instansi berwenang. Sedangkan usulan
pengembangannya dapat dilaksanakan oleh instansi / pihak terkait dalam koordinasi.
Uraian kondisi dan usulan bisa dilakukan secara umum ataupun secara detail per
elemen. Daftar panjang dari elemen produk dan elemen pendukung perlu dibuat dan
disusun dalam database untuk menjadi pedoman atau peta kekuatan, kelemahan,
ancaman dan peluang yang menjadi strategi pelaksanaan pada setiap tahap / Tahun
Anggaran pembangunan.
IV.6. Faktor Penentu Kwalitas dan Kwantitas
Fisik Alam
Kependudukan
P R O D UK & P E ND UKUNG
PAR I WI S ATA
Kwa lita s :
- trad isional
- nasional
- internasiona l
Pendidikan
Kesehatan
Kwa ntita s :
- kurang
- c ukup
- leb ih
Perekonomian
La innya...
Aspek kondisi fisik alam (geografi & geologi), kependudukan, pendidikan,
kesehatan, perekonomian, dan lainnya, akan mempengaruhi kwalitas dan kwantitas
produk & pendukung pariwisata.
IV.7. Fisik Alam
Kondisi fisik alam yang akan mempengaruhi kwalitas dan kwantitas
pariwisata (produk & pendukung), dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
 Alam buatan – ditata, dibina, dan diarahkan – contoh : kota, desa, …
 Alam rusak – direhabilitasi, lindungi, - contoh : bekas penebangan,
ladang berpindah, penambangan liar, …
20

Alam alamiah – dilindungi, tambahkan fungsi wisata – contoh : badan
sungai, hutan lindung, taman nasional, air terjun (Departemen
Kehutanan. 1987)
Kondisi alam ini menjadi aspek yang dinilai dalam kwalitas lingkungan. Pada
alam buatan meliputi semua aspek penataan ruang kota-desa, struktur hirarkhi kota,
infrastruktur, fasilitas. Semuanya dapat dinilai sebagai berkualitas tradisional,
nasional, internasional. Bisa jadi sebuah desa dinilai berkualitas internasional, apabila
kriteria yang dipakai mengacu pada bentukan desa umumnya di dunia. Artinya, desa
tidak harus seperti kota untuk berkelas internasional. Mungkin sebagai kriteria dapat
dipakai dari kebetahan orang asing (wisman) berada pada suatu desa yang menjadi
objek wisata (suasana dan fasilitas telah cukup memadai). Kemampuan suatu kota
atau desa menampung sejumlah tamu (wisnus, wisman) dapat pula menjadi kriteria
penilaian mutu dan kapasitasnya. Contohnya daya tampung akomodasi di Bali dan
Jogjakarta pada musim-musim libur tergolong berkelas internasional, karena mampu
menampung sejumlah besar wisnus dan wisman pada saat bersamaan.
Kota Pontianak sebagai contoh, telah mencanangkan dirinya di dalam visi,
sebagai kota yang bertaraf internasional. Namun saat ini jika dilihat dari kondisi fisik
alam buatan (penataan kota) masih tergolong dalam kelas nasional.
Alam rusak tergolong sebagai kelas tradisional / mutu paling rendah.
Kerusakan alam yang disebabkan ulah manusia mengeksploitasi alam secara tidak
teratur, tidak dengan manajemen yang baik, dan tidak ada upaya rehabilitasi
menunjukkan citra tradisional (Ceballos. 1996). Prosentase luas alam rusak ditambah
alam buatan kelas tradisional terhadap keseluruhan luas wilayah (alam buatan, alam
rusak dan alam alamiah) akan menunjukkan kelas mutu alam pariwisata kabupaten
Melawi.
Mutu kondisi
fisik-alam
Kab. Melawi
Luas (Alam rusak + Alam buatan tradisional)
=
Luas (Alam buatan + Alam rusak + Alam alamiah)
x 100 %
internasional < = 30%
30% < nasional < = 60%
60% < tradisional
Perkiraan luas kota kecamatan, desa-desa tertinggal, kawasan rawan
pencemaran air, kawasan kritis,
kawasan penunjang perekonomian dengan
manajemen yang kurang baik yang ditunjukkan dalam Peta Kawasan Prioritas
RUTRW 2005-2015 Kab . Melawi berkisar antara 30% - 60%. Prosentase ini
tergolong bermutu tradisional-nasional. Oleh sebab itu secara keseluruhan Kabupaten
Melawi memiliki kondisi alam yang bermutu/kwalitas pariwisata tradisional-nasional.
IV.8. Himpunan Produk dan Pendukung sebagai Program Parwisata
Tabel Produk Pariwisata dan Tabel Pendukung Produk Pariwisata, memuat
keseluruhan elemen yang terkait dengan kepariwisataan. Untuk maksud
pengembangan suatu jenis wisata, belum tentu keseluruhan elemen diperlukan. Oleh
karena itu perlu dilakukan pembedaan himpunan untuk beberapa tujuan :
 Program jenis wisata – menyusun elemen produk & pendukung menjadi paket
wisata
 Target pasar dan promosi – pengelompokan kwalitas
 Tahap pengembangan – peningkatan kwalitas dan prioritas tahap
21
MODEL MAKRO
PROGRAM PARIWISATA
perangkat lunak dan perangkat keras
PROMOSI
AKOMODASI
AKSES
OBJEK / ATRAKSI
feed-ba ck
KUNJUNGAN WISATA
OUT-PUT
Melihat skema model makro program pariwisata di atas, dalam rangka
melaksanakan suatu program pariwisata, masing-masing komponen terkait (objek,
akomodasi, askes, promosi) perlu disusun secara sistematis (Departemen Dalam
Negeri. 2000).
Himpunan ini dituangkan ke dalam tabel khusus yang diturunkan dari Tabel
Produk dan Tabel Pendukung Produk Pariwisata (Tabel /Database Induk). Antara
tabel turunan dan tabel induk terkait dalam suatu relasi sedemikian rupa jika terjadi
up-dating data pada tabel turunan, data pada tabel induk juga berubah. Sebagai contoh
tabel turunan untuk jenis paket wisata berikut ini :
Tabel 4.5. Usulan Komponen Program Pariwisata TA 2007
Program
Wisata
Wisata
trekking
TN Anu
Elemen Produk & Pendukung
PRODUK :
- Taman Nasional (PPTU)
- Restoran (PPTP)
- Cinderamata (PPBT)
- Transportasi (PPBH)
* bus (PPBH)
* oplet (PPBH)
- leaflet, brosur, baliho (PPBH)
PENDUKUNG :
- Jaring rute transportasi (3P1)
- Akomodasi (3P2)
- Tim SAR (3P3)
- Money changer (3P3)
Kondisi
I, peraturan
N, kurang
T, kurang
N, cukup
T, kurang
N, kurang
Rusak berat
Belum representatif
Belum ada
Belum ada
Usulan
Tata rute dalam
Tingkatkan,
tambah
Tingkatkan,
variasi
Pelihara
Selain itu,
Tambah
Tingkatkan,
tambah
Perbaiki segera
Tingkatkan
bertahap
Tunjuk petugas
Undang investor
I = internasional, N = nasional, T = tradisional
Suatu jenis wisata, sebagai contoh : wisata trekking pada lokasi Taman Nasional,
elemen-elemen yang diperlukan disusun berdasarkan data dari tabel induk menjadi
komponen program pariwisata. Maksud dari pembuatan Tabel ini adalah untuk
mempersiapkan secara matang komponen-komponen apa saja untuk suatu
pengembangan program wisata trekking yang memadai.
22
V. KESIMPULAN
Umumnya kondisi produk dan pendukung parwisata Melawi telah tersedia,
tetapi masih perlu ditingkatkan kwalitasnya dan juga jumlah atau macamnya. Program
peningkatan produk dan pendukung ini harus segera disusun dengan jelas dan terpadu
melalui penyusunan database yang terutama harus dilakukan serta dimiliki oleh
instansi yang berwenang (Bappeda dan Dinas Perhubungan dan Parwisata), diusulkan
kegiatannya dan dilaksanakan secara bertahap. Melakukan promosi yang diperlukan
untuk kwalitas dan kwantitas produk atau pendukung yang dinilai telah cukup
memadai.
Melaksanakan pengembangan produk & pendukung pariwisata secara teratur
dan terpadu, disertai dengan pemeliharaan fasilitas yang telah ada. Secara akumulasi
tentunya akan menjadi bagian dari kemajuan pembangunan daerah yang tanpa
disadari mungkin akan menarik minat wisatawan dari penjuru daerah atau bahkan
dunia.
Kebijakan yang belum terkoordinasi dan terintegrasi itu dikhawatirkan akan
menjadi ancaman bagi peraturan yang berkaitan dengan penataan tata ruang di
masyarakat perdesaan. Untuk itu, perlu perhatian yang lebih serius dari pemerintah
pusat dan pemerintah daerah serta komponen masyarakat lainnya untuk lebih
mengkonsentrasikan perhatian agar masalah penataan tata ruang itu segera dapat
diwujudkan. Bagaimana pun juga, masalah ini adalah masalah yang mendesak untuk
diperhatikan agar tidak terjadi perusakan lingkungan yang semakin tidak terkontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Ashley, C. and Roe, D. 1997. Community Involvement in Wildlife Tourism: Strengths,
Weaknesses and Challenges. London: Evaluating Eden Project, International
Institute for Environment and Development.
Ceballos-Lascurain, H. 1996. Tourism, Ecotourism and Protected Areas. Gland,
Switzerland: IUCN (World Conservation Union)
Departemen Dalam Negeri, 2000, Pengembangan Sektor Pariwisata Indonesia, Dinas
Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat, Pontianak.
Departemen Kehutanan, 1987, Wisata Dalam Beberapa Aspek, Dinas Kehutanan
Provinsi Kalimantan Barat, Pontianak.
Departemen Kehutanan. 2007. Buku Informasi 50 Taman Nasional di Indonesia.
Jakarta : Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konsevasi Alam, Republik
Indonesia.
Fandeli.C., 1993, Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam, Yayasan Obor,
Jakarta.
Lindberg.K., D.E. Hawkins, 1993, Ekoturisme : Petunjuk untuk Perencana dan
Pengelola, The Ecotourism Society, Jakarta.
Nawawi, H, 1985, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjahmada University Press,
Yogyakarta.
Salahudin. M., 1998, Pariwisata Indonesia, Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan
Barat, Pontianak.
Siswanto. 2007. Pariwisata dan Pelestarian Budaya. Berkala Arkelogi.
23
Weintré J. 2004. Beberapa Penggal Kehidupan Dayak Kanayatan: Kekayaan Ritual
dan Keaneka-Ragaman Pertanian di Hutan Kalimantan Barat. Yogyakarta : Pusat
Studi Kebudayaan Universitas Gadjah Mada.
Download