View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan fitoplankton yang dilakukan antara perairan pesisir
pulau Kopoposang dan perairan pesisir pulau Sarappokeke dapat dilihat pada
Gambar 1.
Stress: 0.21
Kappoposang
Sarappo Keke
Gambar 1: nNDS plot fitoplankton antara Pulau Kapoposang dan
Pulau Sarappokeke
Pada gambar 1 diatas terlihat perbedaan hasil struktur komunitas fitoplankton
antara perairan pulau Kapoposang dan perairan pulau Sarappokeke, sehingga
produktifitas yang terjadi antara pulau Kapoposang dan pulau Sarappokeke memiliki
tingkat perbedaan yang tinggi.
Komposisi Jenis dan Kelimpahan Fitoplankton
Berdasarkan hasil identifikasi secara umum yang ada diperairan pulau
Kapoposang Kabupaten Pangkep, di dapat 24 spesies fitoplankton yang terbagi
atas empat kelompok kelas yaitu kelas Bacillariophyceae, Chlorophyceae,
Cyanophyceae, dan Dinophyceae. Sedangkan hasil identifikasi secara umum yang
ada diperairan pulau Sarappokeke Kabupaten Pangkep, didapat 12 spesies
fitoplankton yang terbagi atas dua kelompok kelas yaitu kelas Bacillariophyceae, dan
Dinophyceae. Untuk komposisi jenis fitoplankton yang ada terdapat antara pulau
Kapoposang dan Sarappokeke dapat dilihat pada Gambar 2.
20.00
15.00
10.00
5.00
Kapoposang
0.00
Ampiphorna sp
Asterionlla sp
Bacillaria sp
Biddulphia sp
Chaetoceros sp
Coscinodiscus sp
Dytylum sp
Lauderia sp
Pleurosigma sp
Rhizosilinea sp
Skeletonema sp
Surionella sp
Synedra sp
Thalasionema sp
Thalasiosira sp
Triceratium sp
Ceratium sp
Gymnodinium sp
Phalacroma sp
Piridinium sp
prorocentrium sp
Oocystrus sp
Anabaene sp
Oscillatoria sp
Komposisi Spesies (%)
25.00
Sarappokeke
Spesies Fitoplankton
Gambar 2. Perbandingan komposisi spesies fitoplankton antara Pulau Kapoposang
dan Pulau Sarappokeke
Pada
gambar
2
memperlihatkan
perbandingan
komposisi
spesies
fitoplankton antara Pulau Kapoposang dan Pulau Sarappokeke. Pada pulau
Kapoposang spesies Bacillaria sp dengan porsentase 18,79%, sedangkan pulau
Sarappokeke spesies Bacillaria sp dengan porsentase 23,21%, pada pulau
Kapoposang spesies Dytylum sp dengan porsentase 4,51%, sedangkan pulau
Sarappokeke spesies Dytylum sp dengan porsentase 11,47%, pada pulau
Kapoposang spesies Pleurosigma sp dengan porsentase 6,53 %, sedangkan pulau
Sarappokeke spesies Pleurosigma sp dengan porsentase 4,83%, pada pulau
Kapoposang spesies Rhizosilinea sp dengan porsentase 3,24 %, sedangkan pulau
Sarappokeke spesies Rhizosilinea sp dengan porsentase 11,83 %, pada pulau
Kapoposang spesies Skeletonema sp dengan porsentase 7,67 %, sedangkan pulau
Sarappokeke spesies Skeletonema sp dengan porsentase
6,64 %, pada pulau
Kapoposang spesies Synedra sp dengan porsentase 6,75 %, sedangkan pulau
Sarappokeke spesies Synedra sp dengan porsentase 10,10 %, pada pulau
Kapoposang spesies Thalasionema sp dengan porsentase 2,33 %, sedangkan pulau
Sarappokeke spesies Thalasionema sp dengan porsentase 4,85 %, pada pulau
Kapoposang spesies Thalasiosira sp dengan porsentase 6,70 %, sedangkan pulau
Sarappokeke spesies Thalasiosira sp dengan porsentase
6,11 %, pada pulau
Kapoposang spesies Ceratium sp dengan porsentase 0,50%, sedangkan pulau
Sarappokeke spesies Ceratium sp dengan porsentase 3,06 %, pada pulau
Kapoposang spesies Gymnodinium sp dengan porsentase 2,01 %, sedangkan pulau
Sarappokeke spesies Gymnodinium sp dengan porsentase 8,24 %, pada pulau
Kapoposang spesies Phalacroma sp dengan porsentase 1,36 %, sedangkan pulau
Sarappokeke spesies Phalacroma sp dengan porsentase 4,98 %, pada pulau
Kapoposang spesies Piridinium sp dengan porsentase 1,90 %, sedangkan pulau
Sarappokeke spesies Piridinium sp dengan porsentase 4,67 %.
Secara keseluruhan spesies Bacillaria sp yang tergolong dalam kelas
Bacillariophyceae
mendominasi
komposisi
jenis
fitoplankton
antara
pulau
Kapoposang dan pulau Sarappokeke sedangkan spesies Ceratium sp yang
tergolong
dalam
kelas
Dinophyceae
pada
pulau
Kapoposang
dan
pulau
Sarappokeke komposisi jenis fitoplanktonnya paling rendah. Hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Basmi (1999) bahwa diatom (Bacillariophyceae) dan
Ceratium sp (Dinophyceae) merupakan jenis fitoplankton yang paling penting dan
umum terdapat di laut.
Dominasi kelas Bacillariophyceae disebabkan adanya kesesuaian dengan
kondisi lingkungan perairan untuk perkembangannya, salah satunya adalah
Bacillariophyceae mempunyai toleransi yang kuat terhadap perubahan salinitas di
banding kelas yang lainnya oleh karena sifatnya yang euryhalin. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Raymont (1963) dan Arinardi dkk., (1994) dalam
Tambunan (2003) bahwa kelas fitoplankton yang sering dijumpai di laut dalam
jumlah yang besar adalah kelas Bacillariophyceae.
Kelimpahan fitoplankton di perairan pesisir antara pulau Kapoposang dan
pulau Sarappokeke di temukan bervariasi. Secara umum kisaran kelimpahan yang
didapat dilihat pada Gambar 3.
Kelimpahan Spesies (Ind/L)
800000
700000
600000
500000
400000
300000
Kapoposang
200000
Sarappokeke
100000
Ampiphorna sp
Asterionela sp
Bacillaria sp
Biddulphia sp
Chaetoceros sp
Coscinodiscus sp
Dytylum sp
Lauderia sp
Pleurosigma sp
Rhizosilinea sp
Skeletonema sp
Surionella sp
Synedra sp
Thalasionema sp
Thalasiosira sp
Triceratium sp
Ceratium sp
Gymnodinium sp
Phalacroma sp
Piridinium sp
prorocentrium sp
Oocystrus sp
Anabaene sp
Oscillatoria sp
0
Spesies Fitoplankton
Gambar
3.
Perbandingan
kelimpahan
spesies
Kapoposang dan Pulau Sarappokeke
fitoplankton
antara
Pulau
Pada
gambar
3
memperlihatkan
perbandingan
kelimpahan
spesies
fitoplankton antara Pulau Kapoposang dan Pulau Sarappokeke. Pada pulau
Kapoposang spesies Bacillaria sp dengan kelimpahan 13640 plankton/L, sedangkan
pulau Sarappokeke spesies Bacillaria sp dengan kelimpahan 10480 plankton/L,
pada pulau Kapoposang spesies Dytylum sp dengan kelimpahan 3271 plankton/L,
sedangkan pulau Sarappokeke spesies Dytylum sp dengan kelimpahan 5180
plankton/L, pada pulau Kapoposang spesies Pleurosigma sp dengan kelimpahan
4740 plankton/L, sedangkan pulau Sarappokeke spesies Pleurosigma sp dengan
kelimpahan 1380 plankton/L, pada pulau Kapoposang spesies Rhizosilinea sp
dengan kelimpahan 2351 plankton/L, sedangkan pulau Sarappokeke spesies
Rhizosilinea sp dengan kelimpahan 5341 plankton/L, pada pulau Kapoposang
spesies Skeletonema sp dengan kelimpahan 5570 plankton/L, sedangkan pulau
Sarappokeke spesies Skeletonema sp dengan kelimpahan 5570 plankton/L, pada
pulau Kapoposang spesies Synedra sp dengan kelimpahan 4900 plankton/L,
sedangkan pulau Sarappokeke spesies Synedra sp dengan kelimpahan 4560
plankton/L, pada pulau Kapoposang spesies Thalasionema sp dengan kelimpahan
1690 plankton/L, sedangkan pulau Sarappokeke spesies Thalasionema sp dengan
kelimpahan 2190 plankton/L, pada pulau Kapoposang spesies Thalasiosira sp
dengan kelimpahan 4860 plankton/L, sedangkan pulau Sarappokeke spesies
Thalasiosira sp dengan kelimpahan
2760 plankton/L, pada pulau Kapoposang
spesies Ceratium sp dengan kelimpahan 360 plankton/L, sedangkan pulau
Sarappokeke spesies Ceratium sp dengan kelimpahan 1380 plankton/L, pada pulau
Kapoposang spesies Gymnodinium sp dengan kelimpahan 1460 plankton/L,
sedangkan pulau Sarappokeke spesies Gymnodinium sp dengan kelimpahan 3720
plankton/L, pada pulau Kapoposang spesies Phalacroma sp dengan kelimpahan 990
plankton/L, sedangkan pulau Sarappokeke spesies Phalacroma sp dengan
kelimpahan 2250 plankton/L, pada pulau Kapoposang spesies Piridinium sp dengan
kelimpahan 1380 plankton/L, sedangkan pulau Sarappokeke spesies Piridinium sp
dengan kelimpahan 2110 plankton/L.
Secara keseluruhan kelimpahan tertinggi pada pulau Kapoposang yaitu
spesies Bacillaria sp dengan jumlah 13640 plankton/L yang tergolong pada kelas
Bacillariophyceae, kelimpahan terendahnya pada spesies Ceratium sp dengan
jumlah 360 plankton/L yang tergolong kelas Dinophyceae, sedangkan kelimpahan
tertinggi pada pulau Sarappokeke yaitu spesies Bacillaria sp dengan jumlah 10480
plankton/L tergolong pada kelas Bacillariophyceae, kelimpahan terendahnya pada
spesies Ceratium sp dengan jumlah 1380 plankton/L yang tergolong kelas
Dinophyceae.
Indeks Dominansi, Keanekaragaman dan Keseragaman
Hasil perhitungan indeks dominansi (C), indeks keanekaragaman (H’) dan
indeks keseragaman (E) fitoplankton pada setiap pulau di perairan pulau
Kapoposang dan pulau Sarappokeke dapat dilihat pada Gambar 4.
3.0000
Nilai Indeks
2.5000
2.0000
1.5000
Kapoposang
1.0000
0.5000
0.0000
Keanekaragaman
Keseragaman
Dominansi
Indeks Ekologi
Gambar 4. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan indeks Dominansi antara
Pulau Kapoposang dan Pulau Sarappokeke
Nilai indeks keanekaragaman yang ditemukan antara pesisir perairan pulau
Kapoposang adalah 2,8512, sedangkan pesisir perairan pulau Sarappokeke adalah
2,3205. Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiever (Wardoyo,
1974) menyatakan bahwa jika nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 0,0 –
1,0 maka perairan tersebut tergolong tercemar berat (tekanan lingkungan tinggi), jika
nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 1,0 – 2,0 maka perairan tersebur
tergolong sedang (tekanan lingkungan sedang), dan nilai indeks keanekaragaman
berkisar antara 2,0 – 3,0 maka perairan tersebur tergolong ringan (tekanan
lingkungan ringan). Kondisi yang terjadi di pulau Kapoposang dan di pulau
Sarappokeke berdasarkan nilai keanekaragaman yang didapat maka perairannya
terjadi pencemaran ringan (tekanan lingkungan ringan). Semakin tinggi nilai indeks
keanekaragaman maka semakin banyak jenis organisme yang menghuni daerah
tersebut, dan begitupula sebaliknya.
Nilai indeks keseragaman yang ditemukan antara pesisir perairan pulau
Kapoposang berkisar 0,8971, sedangkan pesisir perairan pulau Sarappokeke
berkisar 0,9338. Dari kisaran tersebut maka antara pulau Kapoposang dan pulau
Sarappokeke memiliki indeks keseragaman yang kecil, ini berarti penyebaran jumlah
individu spesies relatif merata atau tidak didominasi oleh genus tertentu. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Pasengo (1995), bahwa indeks keseragaman mencapai
nilai maksimum jika penyebaran jumlah individu setiap spesies tidak merata.
Semakin kecil nilai indeks keseragaman, semakin kecil pula keseragaman spesies
dalam komunitas dan begitupula sebaliknya. Hal ini berarti bahwa penyebaran
individu setiap spesies tidak sama dan kecenderungan bahwa komunitas akan
didominasi oleh spesies tertentu.
Nilai indeks dominansi yang ditemukan antara antara pesisir perairan pulau
Kapoposang berkisar 0,0474, sedangkan pesisir perairan pulau Sarappokeke
berkisar 0,1165. Berdasarkan kisaran tersebut, nilai indeks dominansi pada pulau
Kapoposang dan pulau Sarappokeke mendekati satu (1), artinya bahwa antara
pulau Kapoposang dan pulau Sarappokeke terdapat spesies yang mendominasi. Hal
ini sesuai dengan peryataan Odum (1971) bahwa nilai indeks dominansi mendekati
satu (1) apabila komunitas didominasi oleh jenis atau spesies tertentu dan jika
indeks dominansi mendekati nol (0) maka tidak ada jenis atau spesies yang
mendominasi. Banyak sedikitnya spesies yang terdapat dalam suatu contoh air akan
mempengaruhi indeks dominansi, meskipun nilai ini sangat tergantung dari jumlah
individu masing-masing spesies (Kaswadji, 1976).
Parameter Kualitas Air
Pada lokasi pengambilan sampel yang berada di pesisir perairan pulau
Kapoposang dan pesisir perairan pulau Sarappokeke parameter kualitas air
menentukan tingkat kesuburan suatu perairan.
Suhu
Kisaran suhu antara pulau Kapoposang dan pulau Sarappokeke dapat dilihat
pada Gambar 5.
29.35
29.3
(0C)
29.25
29.2
29.15
29.1
29.05
29
Kapoposang
Sarappokeke
Gambar 5 : Kisaran Suhu antara perairan pulau Kapoposang dan pulau
````````Sarappokeke
Pada gambar 5 kisaran suhu untuk perairan pulau Kapoposang 29,1 oC,
sedangkan kisaran suhu untuk perairan pulau Sarappokeke 29,3 oC. Perbedaan
suhu yang terjadi antara pulau Kapoposang dan pulau Sarappokeke disebabkan
oleh kondisi cuaca. Pada saat penggambilan sampel di pulau Kapoposang kondisi
cuaca mendung sedangkan pengambilan sampel di pulau Sarappokeke kondisi
cuacanya cerah. Terjadinya peningkatan ataupun penurunan suhu karena waktu
pengukuran disebabkan oleh waktu pengambilan sampel yang berbeda tiap hari dan
saat intensitas sinar matahari optimal sampai tidak optimal lagi. Suhu sangat
berperan terhadap metabolisme dan pertumbuhan organisme, juga berpengaruh
terhadap jumlah oksigen terlarut dalam perairan (Kaswadji et al, 1996 dalam Kasim,
2006),
karena
suhu
berkaitan
dengan
intensitas
cahaya
sehingga
akan
meningakatkan produktifitas dari proses fotosintesis dan distribusi fitoplankton
(Tomascik et al, 1997).
Arus
Kisaran kecepatan arus antara pulau Kapoposang dan pulau Sarappokeke
dapat dilihat pada Gambar 6.
2.000
m/s
1.500
1.000
0.500
0.000
Kapoposang
Sarappokeke
Gambar 6 : Kisaran kecapatan arus antara perairan pulau Kapoposang dan pulau
Sarappokeke
Pada gambar 6 kecapatan arus untuk perairan pulau Kapoposang 0,097 m/s,
sedangkan kisaran arus untuk perairan pulau Sarappokeke 1,983 m/s. Perbedaan
kecapatan arus yang terjadi antara pulau Kapoposang dan pulau Sarappokeke
dipengaruhi oleh letak geografis dan kecapatan angin. Nyabakken (1998)
menyatakan bahwa arus ikut berpengaruh terhadap pola distribusi fitoplankton,
dimana dengan adanya arus permukaan maupun arus dasar perairan menyebabkan
fitoplankton tersebar tidak merata dalam perairan laut. Wickstead (1965),
mengatakan arus sangat penting artinya bagi sebaran plankton di laut. Arus
permukaan maupun arus dasar perairan menyebabkan plankton dapat tersebar tidak
merata dalam volume air laut.
pH (Keasaman)
Kisaran pH antara pulau Kapoposang dan pulau Sarappokeke dapat dilihat
pada Gambar 7.
7.46
7.44
7.42
7.4
7.38
7.36
7.34
7.32
7.3
7.28
7.26
Kapoposang
Sarappokeke
Gambar 7: Kisaran pH antara perairan pulau Kapoposang dan pulau Sarappokeke
Pada gambar 7 pH (keasaman) untuk perairan pulau Kapoposang 7,45,
sedangkan kisaran pH untuk perairan pulau Sarappokeke 7,34. Nilai pH yang di
dapat antara pulau Kapoposang dan pulau Sarapppokeke baik untuk pertumbuhan
fitoplankton. Hal ini berdasarkan Tambaru (2003) bahwa pH yang ideal untuk
kehidupan fitoplankton berkisar antara 6,5 – 8,0. Pascod (1973) dalam Tambaru
(2003) mengatakan bahwa batas toleransi organisme terhadap pH bervariasi
tergantung pada faktor fisika, kimia, biologi.
Oksigen Terlarut /Dissolved Oxygen (DO)
Kisaran DO antara pulau Kapoposang dan pulau Sarappokeke dapat dilihat
pada Gambar 8.
mg/l
4.80
4.70
4.60
4.50
4.40
4.30
4.20
4.10
Kapoposang
Sarappokeke
Gambar 8 : Kisaran DO antara perairan pulau Kapoposang dan pulau Sarappokeke
Pada gambar 8 oksigen terlarut (DO) untuk perairan pulau Kapoposang 4,73
mg/l, sedangkan kisaran oksigen terlarut (DO) untuk perairan pulau Sarappokeke
4,36 mg/l. Penggunaan oksigen yang terlarut dalam air sangat sedikit disebabkan
kurangnya intensitas cahaya yang kurang. Hal ini didukung oleh Effendi (2003), yaitu
kadar oksigen terlarut akan rendah bila intensitas matahari rendah dan oksigen
terlarut akan digunakan oleh organism untuk respirasi.
Salinitas
Kisaran salinitas antara pulau Kapoposang dan pulau Sarappokeke dapat
dilihat pada Gambar 9.
29
ppm
28.5
28
27.5
27
Kapoposang
Sarappokeke
Gambar 9 : Kisaran salinitas antara perairan pulau Kapoposang dan pulau
,Sarappokeke
Pada gambar 9 salinitas untuk perairan pulau Kapoposang 28,8 ppm,
sedangkan kisaran salinitas untuk perairan pulau Sarappokeke 27,6 ppm. Nyabaken
(2003) menyatakan bahwa pada daerah pesisir pantai merupakan perairan yang
dinamis, yang menyebabkan variasi salinitas tidak begitu besar sehingga organisme
yang hidup cenderung mempunyai toleransi terhadap perubahan dan penyebab
akibat adanya perbedaan evaporasi, respirasi dari daratan.
Kedalaman
Kisaran kedalaman antara pulau Kapoposang dan pulau Sarappokeke dapat
dilihat pada Gambar 10.
.
112
111
(m)
110
109
108
107
106
Kapoposang
Sarappokeke
Gambar 10 : Kisaran kedalaman antara perairan pulau Kapoposang dan pulau ,,,
Sarappokeke
Pada gambar 10 kedalaman untuk perairan pulau Kapoposang 110,9 m,
sedangkan kisaran kedalaman untuk perairan pulau Sarappokeke 107,8 m.
Kedalaman disebabkan perbedaan topografi antara pulau sehingga intensitas sinar
matahari yang masuk dalam kolom air berbeda. Kecerahan juga dipengaruhi bahan
anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain ALPHA
(1976) dalam Effendi (2003).
Download