STRUKTUR KOMUNITAS DAN POLA DISTRIBUSI VERTIKAL FITOPLANKTON DI RANU KLAKAH DESA TEGALRANDU KABUPATEN LUMAJANG Melia Dwi Wulandriyani, Agus Dharmawan, dan Hawa Tuarita Universitas Negeri Malang E- mail: [email protected] Abstrak: Ranu Klakah dimanfaatkan sebagai tempat budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung. Kegiatan tersebut dapat menyebabkan eutrofikasi yang dapat menimbulkan perubahan struktur komunitas fitoplankton. Penelitian bertujuan mengetahui distribusi vertikal fitoplankton, struktur komunitas, hubungan faktor abiotik terhadap kepadatan populasi fitoplankton. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga kedalaman (0 cm, 100 cm, 200 cm) dengan tiga periode waktu (pagi, siang, sore) secara vertikal. Hasil penelitian ditemukan 35 jenis fitoplankton. Perhitungan struktur komunitas menunjukkan bahwa nilai penting tertinggi adalah spesies Fragilaria sp, Agmenellum, Synedra acus. Fitoplankton melakukan distribusi vertikal di kedalaman 0 cm pada pagi hari, sedangkan pada siang dan sore melakukan distribusi secara vertikal pada kedalaman 100 cm hingga 200 cm. Perhitungan regresi diketahui faktor abiotik (suhu, DO, pH, kekeruhan, konduktivitas, nitrat dan pospat) berpengaruh terhadap kepadatan fitoplankton. Kata kunci: struktur komunitas, distribusi vertikal, fitoplankton. Ranu Klakah terletak di Desa Tegalrandu, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang. Secara geografis ranu tersebut berada pada 113°16’18.64” BT dan 7°59’08.02” LS, dengan luas area sekitar 600 hektar dan ranu ini berada pada ketinggian 900 meter dpl dengan kedalaman 28 m yang dilatar belakangi gunung Lamongan (Anonim, 2012) Ranu Klakah memiliki manfaat bagi masyarakat di sekitar ranu yaitu sebagai tempat wisata, irigasi pertanian, dan tempat budidaya ikan. Manfaat utama dari Ranu Klakah sebagai budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung. Kegiatan keramba jaring apung dapat memperkirakan perubahan lingkungan perairan, salah satunya akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi sehingga menimbulkan blooming fitoplankton dan perubahan distribusi fitoplakton pada setiap lapiasan perairan. Fitoplankton merupakan organisme autotrof dan menjadi sumber utama bagi seluruh organisme perairan, yang mampu menjadi pondasi dalam piramida makanan (Saputra, 2012). Winarni (2004) bahwa pertumbuhan fitoplankton dipengaruhi oleh beberapa faktor fisika, kimia dan biologi, seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, strafikasi suhu, ketersediaan unsur hara N dan P. Kegiatan ini untuk memperkaya informasi mengenai fitoplankton di Ranu Klakah yang dapat dijadikan sebagai acuan mengenai kondisi ekologi, seperti tingkat kesuburan perairan dari ranu tersebut. Berdasarkan hal tersebut dilakukan pengamatan untuk mengetahui jenis-jenis fitoplankton, struktur komunitas fitoplankton, pola distribusi vertikal fitoplankton, hubungan faktor fisika-kimia 1 (abiotik) terhadap kepadatan fitoplankton yang terdapat di Ranu Klakah Kabupaten Lumajang. METODE Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif dalam bentuk pengamatan langsung, pengukuran kondisi lingkungan serta analisis data dan akan diinterpretasikan dalam bentuk uraian atau naratif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga Juli 2013 dan berlokasi di Ranu Klakah, Kabupaten Luamjang. Objek penelitian ini adalah semua jenis fitoplankton yang terambil menggunakan water bottle sample. Prosedur kerja penelitian terbagi menjadi tiga tahapan:1) tahap observasi untuk menentukan lokasi pengambilan titik terbagi menjadi 5 stasiun (Gambar 1) dengan tiga kedalaman yaitu kedalaman 1 (0 cm), kedalaman 2 (100 cm) , kedalaman 3 (200 cm) dalam tiga periode waktu (pagi, siang dan sore), 2) tahap pengambilan sampel fitoplankton dan pengukuran faktor abiotik, 3) tahap pengamatan serta identifikasi fitoplankton. Analisis data terdiri dari perhitungan kepadatan, dominansi, frekuensi dan nilai penting. Selanjutnya dianalisis menggunakan analisis regresi untuk mengetahui hubungan faktor abiotik terhadap kepadatan fitoplankton. Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Fitoplankton di Perairan Ranu Klakah, Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang (Stasiun 1 berdekatan dengan outlet dan pemukiman penduduk, stasiun 2 bagian tengah ranu, stasiun 3 dan 4 sekitar KJA, stasiun 5 sekitar hutan) HASIL Berdasarkan hasil pengamatan di Ranu Klakah, Lumajang ditemukan 35 jenis fitoplankton yaitu Cosmarium sp, Desmococcus sp, Treubaria crassispina, Golenkinia sp, Chlorococcum sp, Tetraedron sp, Ulothrix sp, Scenedesmus armatus, Asterococcus, Closterium rectimarginatum, Scenedesmus sp, Chlorella, Palmella, Scenedesmus bijuga, Pediastrum sp, Chroomonas nordstedtii, Staurastrum natator, Fragilaria sp, Synedra acus, Brachysira aponina, Amphora sp, Bacillaria sp, Synedra sp 1, Cyembella sp, Synedra sp, Amphora acutiuscula, Spirulina major, Cylindrospermum, Chaetoceros sp, Agmenellum sp, Oscillatoria sp dan Anabaena, Peridinium sp dan Gyminidonium sp. Berdasarkan hasil pehitungan kepadatan, dominansi, frekuensi dan nilai penting pada masing- masing stasiun, kedalaman serta tiga periode waktu yang 2 berbeda menunjukkan bahwa terdapat tiga spesies yaitu Fragilaria sp, Agmenellum sp, dan Synedra acus memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan spesies yang lain dapat di lihat pada tabel ringkasan yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Analisis Perhitungan Struktur Komunitas Kedalaman 1 2 3 Spesies Fragilaria sp Agmenellum Synedra acus Fragilaria sp Agmenellum Synedra acus Fragilaria sp Agmenellum Synedra acus Pagi n (ind/cc) INP 1876 185 1584 124 1612 130 1824 167 1388 133 1436 131 1460 147 1392 179 1400 174 Siang n (ind/cc) 960 1116 1052 1084 1032 932 1020 992 1344 INP 196 204 198 214 206 200 172 176 207 Sore n (ind/cc) 1372 1104 1264 988 932 1328 1044 1080 1104 INP 195 175 195 225 207 283 217 228 241 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pagi hari Fragilaria sp kepadatan tertinggi pada kedalaman 1 (0 cm) sebesar 1876 ind/ cc, siang hari dikedalaman 2 (100 cm), sore hari pada kedalaman 1 (0 cm) 1372 ind/ cc. Untuk Agmenellum pada kedalaman kedalaman 1 (0 cm) sebesar 1612 ind/ cc, siang hari kedalaman 1 (0 cm) 1116 ind/cc, sore hari kedalaman 1 (0 cm). Sedangkan Synedra acus pada kedalaman 1 (0 cm), siang hari kedalaman 3 (200 cm), sore hari pada kedalaman 1 (0 cm). Hasil perhitungan kepadatan, dominansi, frekuensi dan nilai penting diketahui bahwa terdapat tiga spesies tertinggi yaitu Fragilaria sp, Agmenellum sp, Synedra acus. Selanjutnya untuk mengetahui distribusi vertikal fitoplankton yang dilihat berdasarkan perubahan kepadatan tertinggi dari ketiga spesies Fragilaria sp, Agmenellum sp, Synedra acus pada setiap lapisan perairan. Berdasarkan pengamatan diperoleh bahwa distribusi dari ketiga fitoplankton banyak ditemukan pada kedalaman 0 cm di pagi. Selanjutnya pada siang dan sore hari fitoplankton pada permukaan tidak terlalu banyak dikarenakan melakukan distribusi pada kedalaman 100 cm hingga 200 cm, lihat Gambar 2, 3, 4, 5 dan 6 berikut. 3 Gambar 2. Grafik Distribusi Vertikal Fitoplankton Stasiun I di Tiga Kedalaman Pada Waktu Pagi , Siang Dan Sore Hari Gambar 3. Grafik Distribusi Vertikal Fitoplankton Stasiun 2 di Tiga Kedalaman Pada Waktu Pagi , Siang Dan Sore Hari 4 Gambar 4. Grafik Distribusi Vertikal Fitoplankton Stasiun 3 di Tiga Kedalaman Pada Waktu Pagi, Siang Dan Sore Hari Gambar 5. Grafik Distribusi Vertikal Fitoplankton Stasiun 4 di Tiga Kedalaman Pada Waktu Pagi, Siang Dan Sore Hari 5 Gambar 6. Grafik Distribusi Vertikal Fitoplankton Stasiun 5 di Tiga Kedalaman Pada Waktu Pagi, Siang Dan Sore Hari Berdasarkan gambar di atas diketahui perubahan kepadatan secara vertikal pada waktu pagi, siang, sore hari di setiap stasiun cenderung mengalami penurunan dengan bertambah kedalaman. Untuk mengetahui perbedaan perubahan kepadatan secara vertikal tersebut dilanjutkan dengan uji Duncan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis Kepadatan Distribusi Vertikal Fitoplankton Stasiun Kedalaman Spesies Pagi Notasi 396 a 336 a 500 a 480 a 468 a 252 a 164 a 172 a 200 a 336 a 192 a 348 a 500 a 380 a 312 a 332 a 332 a 356 a 428 a 220 a 400 a 272 a 272 a 244 a n 1 1 2 3 4 5 1 2 3 2 Fragilaria sp Agmenellum Synedra acus Fragilaria sp Agmenellum Synedra acus Fragilaria sp Agmenellum Synedra acus Fragilaria sp Agmenellum Synedra acus Fragilaria sp Agmenellum Synedra acus Fragilaria sp Agmenellum Synedra acus Fragilaria sp Agmenellum Synedra acus Fragilaria sp Agmenellum Synedra acus 6 Siang Notasi 152 a 144 a 160 a 108 a 116 a 108 a 196 a 344 a 280 a 212 a 304 a 252 a 292 a 208 a 252 a 124 a 144 a 124 a 144 a 140 a 108 a 300 a 268 a 220 a n Sore Notasi 448 a 268 a 372 a 460 a 312 a 360 a 192 a 176 a 188 a 164 a 248 a 236 a 108 a 100 a 108 a 356 a 388 a 400 a 184 a 164 a 304 a 108 a 108 a b 204 n 4 5 1 2 3 4 5 3 Fragilaria sp Agmenellum Synedra acus Fragilaria sp Agmenellum Synedra acus Fragilaria sp Agmenellum Synedra acus Fragilaria sp Agmenellum Synedra acus Fragilaria sp Agmenellum Synedra acus Fragilaria sp Agmenellum Synedra acus Fragilaria sp Agmenellum Synedra acus 452 296 244 340 268 192 364 268 316 188 372 348 172 300 148 336 148 360 400 304 228 a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a 272 240 292 244 240 188 164 148 152 128 144 160 252 232 440 280 280 404 196 188 188 a a a a a a a a a a a a ab a b a a a a a a 200 100 272 140 172 148 136 436 388 340 208 248 164 140 156 224 136 116 180 160 196 ab a b a a a a a a a a a a a a a a a a a a Keterangan: Notasi yang sama tidak menunjukkan beda nyata Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pagi hari stasiun 1 sampai stasiun 5 dari kedalaman 1 (0 cm), 2 (100 cm), 3 (200 cm) kepadatan distribusi vertikal Fragilaria sp, Agmenellum dan Synedra acus tidak berbeda nyata. Siang hari stasiun 3 kedalaman 3 (200 cm) kepadatan distribusi vertikal Fragilaria sp tidak bebrbeda nyata dengan Agmenellum dan Synedra acus tetapi Synedra acus berbeda nyata dengan Agmenellum. Untuk sore hari stasiun 3 kedalaman 2 (100 cm) kepadatan distribusi vertikal Fragilari sp tidak berbeda nyata dengan Agmenellum,sedangkan Synedra acus berbeda nyata dengan Fragilaria sp dan Agmenellum. Berdasarkan hasil anlisis regresi diketahui bahwa faktor abiotik (suhu, DO, pH, kekeruhan, konduktivitas, nitrat dan pospat) memberikan pengaruh terhadap kepadatan fitoplankton sebesar 45%. Hasil analisis dari sumbangan relatif diketahui bahwa pada kecerahan 0,43%, suhu 0,85%, oksigen terlarut 19,6%, pH 0,04%, konduktiviti 0,20%, nitrat 0,45% dan pospat 0,57%. PEMBAHASAN Hasil pengamatan ditemukan 35 jenis fitoplankton yang terdiri dari 4 divisi yaitu Chlorophyta, Crysophyta, Cyanophyta, dan Phyrrophyta. Divisi Chlorophyta (Agmenellum) adalah jenis yang banyak ditemukan pada saat pengamatan, hal ini dikarenakan Chlorophyta sebagian besar hidupnya di daerah perairan tawar. Selain itu, jenis ini memiliki warna hijau mengandung klorofil yang mampu melakukan fotosintesis sehingga menjadi produsen utama didalam ekosistem perairan. Kondisi perairan di ranu tersebut tergolong ranu yang terbuka sehingga dimungkinkan cahaya matahri dapat menembus pada dasar perairan yang dapat membantunya dalam fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saptasari, dkk (2007) mengatakan bahwa jenis dari Chlorophyta merupakan kelompok terbesar penyusun fitoplankton yang biasanya hidup di perairan tawar. 7 Fitoplankton jenis ini memiliki pigmen klorofil yang lebih efektif melakukan fotosintesis sehingga merupakan sumber energi utama bagi ekosistem perairan. Chrysophyta dari hasil pengamatan ditemukan 10 jenis, salah satu spesies yang cenderung banyak ditemukan yaitu Fragilaria sp dan Synedra acus selama pengamatan pada waktu pagi, siang, sore hari mulai dari stasiun 1 sampai stasiun 5. Jenis dari Chrysophyta menurut Gilbert (1950) bahwa Chrysophyta mudah beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan yang memiliki sebaran yang luas dan dapat hidup pada berbagai tipe habitat yang berbeda, seperti air yang bersuhu dingin, genangan lumpur, tanah basah atau air tawar. Sedangkan Cyanophyta dan Phyrrophyta cenderung sedikit ditemukan karena dapat menghasilkan zat beracun dapat menyebabkan kematian bagi organisme perairan. Berdasarkan perhitungan kepadatan, dominansi, frekuensi dan nilai penting menunjukkan hasil yang berbeda pada setiap waktu, kedalaman bahkan stasiun. Kepadatan mengalami kenaikan bahkan penurunan dengan perubahan waktu dan kedalaman, hal ini dimungkinkan karena sifat khusus dari fitoplankton yang melayang-layang pada kolom perairan dan fitoplankton tidak dapat menentang arus sehingga mengikuti aliran air didalam perairan. Hal ini dikemukan oleh Sachlan (1973) dalam Saputra (2012), fitoplankton bergerak dengan menggunakan flagel dan tidak bisa menentang arus, mempunyai sifat yaitu melayang. Selain itu, dinyatakan oleh Listiawati (2001) mengatakan bahwa setiap jenis fitoplankton berada pada kedalaman-kedalaman tertentu setiap kolom air yang dapat membantunya untuk mendapatkan cahaya dan suhu yang optimum (200C- 300C) sehingga mampu melakukan fotosintesis. Perhitungan nilai penting tertinggi diketahui bahwa terdiri dari tiga spesies yaitu Fragilaria sp, Agmenellum dan Syenedra acus. Ketiga spesies tersebut adalah produsen utama dalam rantai makanan bagi organisme akuatik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hastuti bahwa fitoplankton yang Bacillariophyceae dan Chlorophyceae yang lebih banyak digunakan sebagai pakan ikan, selain itu juga mengandung nilai gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral kompleks. Distribusi vertikal fitoplankton dari ketiga jenis fitoplankton tersebut banyak ditemukan pada kedalaman 0 cm pada pagi hari dibandingkan pada siang dan sore hari yang melakukan distribusi pada kedalaman 100 cm dan 200 cm. Suhu air merupakan faktor penunjang dalam produktivitas fitoplankton yang dapat mempengaruhi fotosintesis dan pertumbuhannya. Hasil pengukuran faktor abiotik yang diukur berkisar dari 280C- 300C. Suhu yang sesuai bagi fitoplankton di perairan tropis berkisar dari 20-30o C (Reynold 1990 dalam Dwi 2004). Hasil pengukuran oksigen terlarut di Ranu Klakah berkisar antara 3,710,6 mg/l. Oksigen telarut merupakan salah satu unsur pokok pada proses metabolisme organisme, terutama untuk proses respirasi dan dapat digunakan sebagai petunjuk kualitas air. Sedangkan suhu dari hasil pengukuran diperoleh antara 280C- 300C yang masih dalam katagori suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton, tinggi rendahnya suhu dipengaruhi oleh intesitas cahaya matahari yang diterima oleh perairan. Handayani, dkk (2005) mengatakan bahwa oksigen terlarut berhubungan dengan proses fotosintesis, dengan adanya fotosintesis dapat meningkat ketersediaan oksigen. Oksigen dalam perairan dapat mengalami flutuasi harian ataupun musiman yang dipengaruhi oleh perubahan suhu dan proses fotosintesis dari fitoplankton yang menghasilkan oksigen. Suhu air dapat 8 mempengaruhi aktivitas metabolisme yaitu melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen dalam air, semakin tinggi suhu air maka daya oksigen terlarut semakin rendah dan semakin rendah suhu maka daya oksigen terlarut akan meningkat (Boyd, 1988 dalam Saputra, 2012). KESIMPULAN Hasil pengamatan fitoplankton di Ranu Klakah Lumajang, dari lima stasiun ditemukan 35 jenis fitoplankton. Hasil perhitungan kepadatan, dominansi, frekuensi dan nilai penting, yang dilakukan pada tiga periode waktu dan kedalaman berbeda yaitu pada spesies Fragilaria sp, Agmenellum,dan Synedra sp. Pola distribusi vertikal yang dilakukan fitoplankton pada waktu pagi hari, fitoplankton melakukan distribusi vertikal ke arah permukaan, pada waktu siang dan sore, fitoplankton melakukan distribusi cenderung turun ke dasar permukaan atau menjauhi permukaan. Analisis regresi diperoleh bahwa faktor abiotik (meliputi: DO, suhu, pH, kekeruhan, konduktivi) dapat berpengaruh terhadap kepadatan fitoplankton. SARAN Pemerintah Daerah dan masyarakat sekitar dapat melakukan pemantauan bahkan pengendalian mengenai budidaya ikan dalam keramba jaring apung agar tidak merusakan kestabilan ekosistem ranu. Penelitian ini masih hanya terbatas pada fitoplankton, diharapkan pada penelitian berikutnya lebih mengkaji organisme perairan lainnya yang dapat memberikan informasi mengenai pentingnya organisme tersebut dalam ekosistem perairan sehingga dapat digunakan untuk mengetahui kualitas perairan. DAFTAR RUJUKAN Anonim. Tanpa tahun. Potensi Wisata. (Online), http://www.lumajang.go.id/wisata.php?op=Ranu%20Klakah, diakses 13 September 2012 Dwi, W. H. 2004. Distribusi Spasial Fitoplankton Pada Kawasan Keramba Jaring Apung di Waduk Ir. H. Juanda Jatiluhur Purwakarta Jawa Barat. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor Erlina, A. 2006. Kualitas Perairan di Sekitar BBPBAP Jepara Ditinjau Dari Aspek Produktivitas Primer Sebagai Landasan Operasional Pengembangan Budidaya Udang dan Ikan. Universitas Diponegoro Semarang Handayani, S & M.P. Patria. 2005. Komunitas Zooplankton di Perairan Krenceng, Cilegon, Banten. Makara Sains. Hastuti, W. Tanpa tahun. Konsep Dasar Dan Peranan Pakan Alami pdf Smith, M, Gilbert. 1950. The Fresh Water Algae Of The United State. MC GrawHill Book Company, INC. New York, London Saputra, F. 2012. Pola Distribusi Vertikal Fitoplankton Di Pesisir Muncar Banyuwangi Jawa Timur. Skripsi. Universitas Brawijaya (tidak diterbitkan) Saptasari, M, dkk. 2007. Botani Tumbuhan Bertalus. Unversitas Negeri Malang Jurusan Biologi 9