UJIAN TENGAH TRIWULAN TAKE HOME MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENERAPAN E-BUSINESS DI INDONESIA Oleh: Erfan Lenawan P056091141.43 Dosen: Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc (CS) PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resolusi industri pada abad 19 merupakan dari titik awal perubahan dunia yang sangat cepat khususnya di bidang teknologi. Peningkatan teknologi telah sangat mempermudah kita sehingga segala kegiatan menjadi lebih efektif dan efisien dalam beraktivitas. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi akan berpengaruh terhadap segala sektor di Indonesia yang sedang melakukan usahanya untuk berpartisipasi dalam pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan teknologi informasi manjadi suatu keharusan yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap perusahaan yang ingin menempatkan dirinya pada posisi paling depan dalam suatu industri. Pada 20 tahun terakhir teknologi internet berkembang dengan pesat. Kemunculan internet telah mengubah banyak hal. Internet telah menjadi bagian penting dalam berbagai macam aplikasi yang digunakan untuk bisnis, termasuk aplikasi sistem informasi. Pada beberapa tahun terakhir, internet telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari suatu sistem informasi Menurut Onno W. Purbo (1996), jumlah pengguna aktif internet di Indonesia sebanyak 20.000 orang dengan komposisi 42,8 % perusahaan, 29,5 % perguruan tinggi, 20,9 % pemerintah, 5,8 & untuk riset dan sisanya adalah lembaga swadaya masyarakat. Melihat komposisi pemakai intemet di lndonesia yang di dominasi oleh perusahaan komersial, ada kecenderungan bahwa perusahaan-perusahaan saat ini akan menggunakan internet sebagai sarana untuk mempromosikan produksinya dan sekaligus untuk melakukan transaksi perdagangan lewat internet (e-business). Istilah sistem informasi dan e-business saat ini sering sekali digunakan untuk menyebutkan teknologi informasi yang digunakan suatu organisasi untuk membantu bisnisnya. Sebagai bukti konkritnya pada tahun 1996-1999, penggunaan PC (personal computer), jumlah internet host dan jumlah pengguna (online users) meningkat masing-masing sebesar 17,85%, 24,11% dan 42,52% (Orbeta 2002). Di indonesia implementasi sistem informasi e-business baik oleh individu maupun kelompok termasuk kalangan organisasi dan khususnya para pengusaha telah meningkat. Hal ini terjadi karena dengan adanya e-business, proses dan sistem bisnis (pertukaran barang atau jasa) menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan cara-cara terdahulu (konvensional). Terutama dilihat dari keuntungan maupun manfaat yang diperoleh bagi semua pihak yang memiliki kepentingan, dalam hal stakeholder. 1.2 Tujuan Pembuatan paper ini bertujuan untuk menganalis bagaimana penggunaan e-business dan fungsi bisnisnya di Indonesia. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Enterprise Application Architecture Sistem Lintas Fungsi Perusahaan atau yang lebih dikenal dengan CrossFunctional Enterprise System adalah sistem informasi yang melintas batas berbagai area fungsional suatu bisnis agar dapat mengintegrasikan serta mengotomatisasikan proses bisnis. Perusahaan-perusahaan software besar mengembangkan aplikasi e-business yang telah terintegrasi dalam produk. untuk mengembangkan sistem perusahaan yang terstruktur dan fungsional, melintasi sistem bisnis tradisional dan meningkatkan kualitas sistem bisnis di seluruh perusahaan. Organisasi-organisasi ini melihat sistem lintas fungsional perusahaan sebagai cara strategis untuk menggunakan Information Technology (IT) sebagai sarana berbagi sumber daya informasi dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses bisnis, serta untuk mengembangkan hubungan strategis dengan pelanggan, pemasok, dan mitra bisnis. Aplikasi e-business ini, kadang disebut juga business solutions, telah terintegrasi bermacam-macam aplikasi pendukung bisnis misalnya CRM (Customer Relationship Management), SCM (Supply Chain Management), ERP (Enterprise Resource Planning), dan lainnya. Sumber: Adapted from Mohan Sawhney and Jeff Zabin, Seven Steps to Nirvana: Strategic Insights into e-Business Transformation (New York: McGrawHill,2001), p. 175. 2.2 Electronic Business System (E-Business) Pada prinsipnya, e-business kerap didefinisikan sebagai “aktivitas yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan proses pertukaran barang dan/atau jasa dengan memanfaatkan internet sebagai medium komunikasi dan transaksi”. Perkembangan teknologi komputer dan telekomunikasi (teknologi informasi) yang sangat pesat dewasa ini telah mengakibatkan terjadinya revolusi di dunia perdagangan dan industri. Jika dahulu transaksi bisnis yang harus dilakukan secara tatap muka (face-to-face),melibatkan sejumlah fasilitas dan sumber daya fisik (office and paper), dan mempertukarkan barang dan jasa terkait dengan uang kertas atau receh; maka pada saat ini transaksi serupa dapat dilakukan oleh siapa saja dan dari mana saja secara fleksibel (tanpa harus bertemu muka), dilakukan dengan menggunakan peralatan elektronik (komputer, personal digital assistant, dan sebagainya) dan internet, dimana proses pembayaran dilakukan melalui mekanisme transfer informasi keuangan (credit card, digital money,dan sebagainya). E-business adalah praktek pelaksanaan dan pengelolaan proses bisnis utama seperti perancangan produk, pengelolaan pasokan bahan baku, manufaktur, penjualan, pemenuhan pesanan, dan penyediaan servis melalui penggunaan teknologi komunikasi, komputer, dan data yang telah terkomputerisasi ( Alter, 2002). E-Commerce merupakan bagian dari e-business secara menyeluruh. ECommerce adalah kegiatan perdagangan yang banyak dilakukan oleh perusahaan pada umumnya yang memanfaatkan media elektronik. Menurut David Kosiur (1997: 2) bahwa e-commerce adalah lebih dari penanganan transaksi pembelian dan transfer dana (kas) melalui internet. Lebih jauh lagi David mengatakan ecommerce dapat beinteraksi fasilitas intern kantor, untuk memperbaiki hubungan dengan pelanggan dan menghilangkan kendala waktu dan tempat. Selanjutnya Kemal Sudiro (Media Indonesia, 24 Juni 1999), mengatakan bahwa e-commerce sebagai tindakan tindakan produksi, distribusi, pemasaran, penjualan , pengiriman jasa atau produk dengan memaksimalkan atau menggunakan secara elektronik (telepon, televisi, internet, electronic data interchange, dan fax) juga termasuk rekonsiliasi transaksi bisnis. 2.3 Enterprise Resource Planning Dhewanto dan Falahah (2007) mendeskripsikan Enterprise Resource Planning (ERP) sebagai sebuah konsep untuk merencanakan dan mengelola sumber daya organisasi agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menghasilkan nilai tambah bagi seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholder) atas organisasi tersebut. Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa sistem ERP mengintegrasikan informasi dan proses – proses yang berbasis informasi antar bagian dalam suatu organisasi atau perusahaan. Sistem ERP terdiri atas beberapa subsistem (modul) yaitu sistem finansial, sistem distribusi, sistem manufaktur, sistem inventori, dan sistem human resource. Masing-masing subsistem terhubung dengan sebuah database terpusat yang menyimpan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh masing-masing subsistem. Subsistem mewakili sebuah bagian fungsionalitas dari sebuah organisasi perusahaan Konsep ERP adalah sebuah sistem yang mengintegrasikan proses setiap line dalam manajemen perusahaan secara transparansi dan memiliki akuntabilitas yang cukup tinggi. Untuk memasuki pasar internasional, ERP merupakan salah satu yang menjadi pra-syarat dasar bagi setiap perusahaan. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, dimana basis perekonomiannya bertumpu di bidang bisnis, maka efisiensi menjadi salah satu faktor yang cukup penting dalam setiap perusahaan. Manfaat dari ERP ini adalah integrasi bisnis secara keseluruhan, fleksibilitas dalam organisasi untuk bertransformasi dan meningkatkan turn-overnya, menciptakan analisa dan peningkatan kapabilitas yang lebih baik, serta penggunaan teknologi terbaru. Dapat dikatakan ERP merupakan tulang punggung teknologi dari kegiatan bisnis, sebuah kerangka kerja tranksaksi keseluruhan perusahaan dengan berbagai hubungan ke pemrosesan pesanan penjualan, manajemen dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi dan distribusi, serta keuangan. 2.4 Customer Relationship Management Customer Relationship Management (CRM) adalah kolaborasi dengan setiap konsumen untuk menciptakan situasi win-win dengan meningkatkan nilai kehidupan pelanggan setiap harinya agar menjadi loyal (Temporal and Trott, 2001). HRM termasuk desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kerja, kompensasi karyawan dan hubungan karyawan. Gambar. CRM Applications Clusters Aplikasi Customer Relation Management (CRM) : 1. Contract and Account Managements Membantu secara profesional dalam bidang penjualan, pemasaran dan pelayanan. Melacak data tentang masa lalu dan merencanakan kontak dengan pelanggan serta menangkap prospeknya 2. Sales Menyediakan tenaga penjualan dengan perangkat lunak dan data yang mereka butuhkan untuk mendukung dan mengelola kegiatan penjualan. Crossselling adalah mencoba untuk menjual kepada pelanggan dari satu produk dengan produk terkait. Up-selling adalah mencoba untuk menjual kepada pelanggan untuk produk yang lebih baik 3. Marketing and Fulfillment Membantu pemasaran profesional menyelesaikan pemasaran langsung dengan tugas-tugas seperti kualifikasi penjualan untuk target pemasaran, penjadwalan dan pelacakan langsung surat pemasaran. 4. Customer Service and Support Menyediakan tenaga penjualan dengan perangkat lunak dan akses database untuk database pelanggan yang berhubungan langsung dengan sales dan marketing profesional. Membantu membuat, menetapkan dan mengelola permintaan untuk layanan pelanggan. Call center, panggilan pelanggan ke agen melalui perangkat lunak berdasarkan keterampilan dan jenis panggilan. Membantu menyediakan layanan data yang relevan dan saran-saran untuk menyelesaikan masalah bagi pelanggan dan membantu permasalahan pelanggan. 5. Retention and Loyalty Programs Membantu perusahaan mengidentifikasi dan memberi penghargaan serta memasarkan kepada pelanggan yang paling setia dan menguntungkan 2.5 Supply Chain Management Supply Chain Management (SCM) adalah sebuah proses dimana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen. Dari sudut struktural, sebuah Supply Chain Management merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan dimana organisasi mempertahankan dengan partner bisnis untuk memperoleh bahan baku, produksi dan menyampaikannya kepada konsumen (Kalakota, 2001) Manajemen rantai suplai melakukan pendekatan antar-fungsi (cross functional) untuk mengatur pergerakan material mentah kedalam sebuah organisasi dan pergerakan dari barang jadi keluar organisasi menuju konsumen akhir. Sebagaimana korporasi lebih fokus dalam kompetensi inti dan lebih fleksibel, mereka harus mengurangi kepemilikan mereka atas sumber material mentah dan kanal distribusi. Fungsi ini meningkat menjadi kekurangan sumber ke perusahaan lain yang terlibat dalam memuaskan permintaan konsumen, sementara mengurangi kontrol manajemen dari logistik harian. Pengendalian lebih sedikit dan partner rantai suplai menuju ke pembuatan konsep rantai suplai. Tujuan dari manajemen rantai suplai ialah meningkatkan kepercayaan dan kolaborasi diantara rekanan rantai suplai, dan meningkatkan inventaris dalam kejelasannya dan meningkatkan percepatan inventori. Prinsip terpenting yang harus diperhatikan dalam sinkronisasi aktivitasaktivitas sebuah supply chain adalah menciptakan hasil yang lebih besar, tidak hanya bagi tiap anggota rantai tetapi bagi keseluruhan sistem. Kesuksesan implementasi dari prinsip ini membutuhkan perubahan- perubahan pada tingkatan strategis maupun taktis. Sebaliknya kegagalan biasanya ditandai oleh ketidakmampuan manajemen mendefinisikan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menggiring komponen- komponen supply chain yang kompleks ke arah yang sama. E-Supply Chain Management adalah suatu konsep manajemen dimana perusahaan berusaha memanfaatkan teknologi internet untuk mengintegrasikan seluruh mitra kerja perusahaan, terutama yang berhubungan dengan sistem pemasok bahan baku atau sumber daya yang dibutuhkan dalam proses produksi (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). III. PEMBAHASAN 3.1 Enterprise Application Architecture di Indonesia Banyak perusahaan yang kini menggunakan teknologi informasi untuk mengembangkan sistem lintas fungsional perusahaan terintegrasi, yang melintasi batas fungsi tradisional bisnis agar dapat merekayasa ulang dan meningkatkan proses bisnis yang penting di semua lintas fungsional perusahaan. Hampir semua perusahaan yang menggunakan sistem berbasis komputerisasi ke aplikasi klien/server sistem lintas fungsional perusahaan. Hal ini biasanya terlihat dengan instalasi atau pemasangan software ERP, SCM, CRM dan lainnya. Sebagai pengganti untuk berfokus pada kebutuhan pemprosesan informasi dari berbagai fungsi bisnis, software perusahaan semacam ini berfokus untuk mendukung berbagai kelompok proses bisnis yang terlibat dalam operasional bisnis. Pada prinsipnya Integrasi Aplikasi Enterprise adalah perangkat lunak/software yang menggunakan prinsip-prinsip arsitektur sistem komputer untuk satu set komputer aplikasi dalam suatu perusahaan dalam mengelola suatu proses. Keuntungan dan kekurangan implementasi Integrasi Aplikasi Enterprise adalah sebagai berikut. Keuntungan : a) Mengakses sistem informasi secara real time b) Meningkatkan organisasi dan proses bisnis yang mendukung c) Memudahkan pengembangan kegiatan perusahaan. Kekurangan : a) Biaya pembangunan terlalu tinggi, terutama untuk usaha kecil dan menengah (UKM) b) EAI dalam pelaksanaannya memerlukan waktu yang lama dan banyak sumber daya c) Memerlukan banyak tenaga professional. Walaupun Enterprise Application Architecture memiliki banyak keuntungan yang secara jangka panjang akan memberikan manfaat bagi perusahaan, namun bagi perusahaan-perusahaan kecil dan UKM penyediaan sarana dan prasarana untuk mendukung Enterprise Application Architecture dirasakan cukup sulit. Hal tersebut dapat disiasati dengan mengaplikasikan Enterprise Application Architecture sesuai kebutuhan, artinya implementasi Enterprise Application Architecture akan lebih tepat apabila sesuai core competensi perusahaan sehingga tidak terkesan terlalu memaksakan, perusahaan dapat menggunakan hanya salah satu software Enterprise Application Architecture yang dirasakan sangat diperlukan bagi perusahaan. 3.2 E-Business di Indonesia Fenomena e-business telah menjadi tren yang mewarnai aktivitas bisnis di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang. Berawal dari kebangkitan internet dan world wide web (WWW), kemunculan internet telah mengubah banyak hal. Internet telah menjadi bagian penting dalam berbagai macam aplikasi yang digunakan untuk bisnis, termasuk aplikasi sistem informasi. Menurut perkiraan, perdagangan melalui internet di tahun 1999 nilainya mencapai $500 miliar. Pada beberapa tahun terakhir, internet telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari suatu sistem informasi Menurut Onno W. Purbo (1996), jumlah pengguna aktif internet di Indonesia sebanyak 20.000 orang dengan komposisi 42,8 % perusahaan, 29,5 % perguruan tinggi, 20,9 % pemerintah, 5,8 & untuk riset dan sisanya adalah lembaga swadaya masyarakat. Orbeta (2002) menambahkan bahwa tahun 1996-1999, penggunaan PC (personal computer), jumlah internet host dan jumlah pengguna (online users) meningkat masingmasing sebesar 17,85%, 24,11% dan 42,52%. Dari data tersebut terlihat bahwa internet di Indonesia semakin meningkat karena internet memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Namun untuk lebih memperjelas apakah peningkatan baik pengguna sistem informasi dan perkembangan sistem informasi diatas sudah ideal apa tidak, berikut ini adalah inisiatif yang dilakukan negara-negara di Asia untuk membangun sistem informasi, internet, e-business dan e-commerce. a) India Pada tahun 1998 lndia mencanangkan Project Information Technology Super Power 2008, dalam waktu 10 tahun lndia mengharapkan menjadi salah satu eksportir terbesar di dunia untuk perangkat lunak, beberapa langkah yang dilakukan antara lain : pengembangan jaringan infrastruktur telekomunikasi fiber optic dan satelit di seluruh lndia yang terhubung dengan jaringan infrastruktur informasi global (GII). lndia juga akan mempercepat penggunaan PC dari 500 orang per PC menjadi 50 orang per PC pada tahun 2008. b) Korea Memiliki Project Cyber Korea 21 yang bertujuan menjadikan Korea sebagai salah satu negara berbasis informasi dan pengetahuan. Untuk itu Korea akan mempercepat pertumbuhan pengguna internet menjadi 100 kali lipat pada tahun 2002 dan pada tahun 2001 paling tidak pengguna internet di Korea sudah harus mencapai 10 Juta orang. Korea juga mewajibkan penggunaan komputer di sekolah, juga mengharuskan sektor pemerintahan menggunakan solusi dan aplikasi e-government dalam upaya menciptakan pemerintahan yang transparan dan bersih, melakukan reformasi di bidang - bidang lainnya untuk mengakomodasi interaksi dan transaksi elektronik c) Malaysia Malaysia dengan Vision 2020 mengharapkan pada tahun 2020 akan menjadi salah satu anggota negara maju dimana teknologi inforrnasi dijadikan sarana strategis untuk mencapai tujuan tersebut. Karena Malaysia membangun Project Multi Media Supercoridor dengan memprioritaskan pada 7 aplikasi, yaitu : E- Government Smart School Jelemedicine, National Smart Card, E-Commerce, Worldwide Manufacturing Web dan R & D Web. d) Philipina Kebijakan nasional teknologi Philipina bertujuan untuk menjadikan Philipina sebagai pusat pengetahuan di Asia di awal abad ke 21 ini. Memasuki tahun 2000 Piliphina bertekad membangun infrastruktur telekomunikasi dan jaringan maya ke seluruh bagian negara khususnya agar mudah diakses oleh pelaku bisnis, pemerintah, mahasiswa bahkan setiap rumah. Pada tahun 2005 diharapkan masyarakat philipina sudah menjadikan teknologi informasi sebagai bagian dari kegiatan sehari-hari Dibandingkan dengan Negara-negara lain, Indonesia masih tertinggal jauh, meskipun lndonesia sudah memiliki konsep "Nusantara 21 dan Telematika", perkembangan pemanfaatan jaringan telekomunikasi dan informasi global masih relatif lambat. Dilihat dari sisi pengguna internet, kontribusi lndonesia masih sangat jauh yaitu sekitar 0,07 % dari 200 juta pengguna internet dunia. Memang sudah ada 40 perusahaan sebagai penyedia jasa internet (Internet Service Provider), namun yang aktif tinggal 8 perusahaan saja. Tabel. Indikator TIK Indonesia, Asia, dan Dunia Sumber : International Communication Union (2007) Dengan informasi perkembangan global masih pemanfaatan relatif lambat jaringan telekomunikasi berdasarkan data-data dan diatas, menggambarkan bahwa implementasi e-business dan e-commerce di indonesia belum maksimal. Perkembangan teknologi sistem informasi masih berkesan terpusat, hanya terasa pada kota-kota besar di Indonesia, sedangkan kota-kota kecil yang belum tersentuh oleh teknologi sistem informasi masih menerapkan sistem informasi yang tradisional (konvensional) dimana waktu, tempat, tenaga, dan biaya akan banyak terbuang. Hal-hal tersebut yang mengakibatkan Indonesia masih relatif lambat dan akan sulit untuk mengimbangi perkembangan sistem informasi di negara-negara Asia 3.3 Enterprise Resource Planning (ERP) di Indonesia Kesuksesan Astra International dalam mengimplementasikan SAP di periode 90-an, mengakibatkan perkembangan ERP package di Indonesia tumbuh dengan pesat seiring dengan perkembangan platform dan hardware yang lebih baik. Software pendukung ERP umumnya pasar didominasi dengan package SAP, OracleDB, Unix, dan lainnya yang memang punya pengalaman besar di manufacturing process yang merupakan cikal bakal SAP itu sendiri. Di level global sendiri SAP mendominasi diikuti Oracle Finance dibelakangnya dan saat ini Microsoft pun mulai bergabung dengan Axapta/Dynamics AX untuk medium market. Dalam 10 tahunan belakangan ini package ERP menjadi alat wajib yang harus dimiliki setiap perusahaan. Walaupun demikian beberapa perusahaan masih tetap mempertahankan aplikasi custom developmentnya yang telah ada. Secara umum ERP sistem memberikan berapa manfaat, diantaranya : Waktu yang jauh lebih singkat dalam proses planning Tingkat kesalahan menjadi berkurang (kualitas data meningkat) Data yang terpusat Planning yang terpusat Mudah dalam maintenance Cost Efficiency Sistem ERP di indonesia digunakan oleh perusahaan yang mempunyai transaksi yang besar dan penjualan yang tinggi. Boleh dikatakan perusahaan dengan orientasi menengah keatas yang hanya menggunakan aplikasi Oracle. Karena kendala yang telah disebutkan diatas tersebut, banyak perusahaanperusahaan dengan orientasi menengah kebawah mulai melirik package ERP kelas dua (second layer). Package ERP tersebut memiliki fungsi yang hampir mirip dengan software yang umum digunakan seperti SAP, Oracle, dan lainnya, namun harga software dan biaya pelatihan yang perlu dikeluarkan untuk mengadopsi package ERP kelas dua tersebut lebih sedikit. Berikut adalah beberapa ERP package kelas dua/second layer. Mapics Platinum Based on Windows/Pervasive SQL Intentia Movex based on AS400/DB2 (saat ini Intentia merger dengan Lawson) SUN Accounting System APAC ERP Dan beberapa custom application dari .NET, Oracle Developer, dan open source (PHP, Java) atau pun Cobol Saat ini perusahaan-perusahaan besar di Indonesia mengaplikasikan MRP dan terdapat lebih dari 350 pengguna sistem ini di Indonesia.Semua proses procurement saat ini dilakukan secara elektronik, mulai dari manajemen pemesanan, perencanaan produksi, logistik, akuntansi dan keuangan, sumber daya manusia, distribusi hingga penjualan. Sistem ERP ini memungkinkan proses yang terkontrol secara real time mulai dari gudang, hingga akhirnya ke tangan konsumen di seluruh Indonesia. Saat ini ERP adalah salah satu kunci utama dalam proses bisnis dan berbagai pekerjaan lainnya. Sistem ERP menyediakan sistem yang dibutuhkan oleh perusahaan ini untuk kemajuannya di masa depan. 3.4 Customer Relationship Management (CRM) di Indonesia Pada prinsipnya CRM atau Customer Relation Management merupakan suatu program perusahaan untuk menjaga kedekatannya dengan para pelanggan. Selain itu CRM juga dapat digunakan sebagai alat (tool) untuk memperoleh datadata guna pengembangan pelayanan yang lebih baik yang membuat pelanggan puas. Di Indonesia, belum banyak perusahaan yang "aware akan CRM" sebagai teknologi sistem informasi yang dapat mendukung perkembangan bisnis. Pada awal perkembangannya, CRM masuk ke Indonesia hanya dapat diimplementasikan oleh beberapa perusahaan besar di indonesia. Hanya perusahaan-perusahaan berskala besar dengan budget pembelanjaan IT yang besar pula, perusahaan besar seperti itu juga memiliki program atau divisi R&D yang mandiri sehingga perusahaan dapat mengejar perkembangan sistem yang ada di luar negeri untuk mendukung kemajuan perusahaan. Oleh karena itu CRM yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia masih berasal dari software CRM buatan luar negeri. Harganya pun relatif masih tinggi, belum lagi biaya adopsi/penyesuaian terhadap sistem tersebut yang cukup besar. Implementasi CRM berarti pelayanan yang mewah untuk pelanggan yang akhirnya memerlukan investasi yang besar oleh perusahaan terutama dalam bidang IT Saat ini, dengan kemajuan IT yang semakin berkembang, perusahaanperusahaan menengah kebawah dapat menikmati sistem/konsep CRM dalam memperoleh kepuasan pelanggan dan berujung kepada loyalitas pelanggan. Bagi perusahaan, penggunaan CRM adalah sangat luar biasa. Dengan penggunaan IT yang terintegrasi, perusahaan akan lebih mudah mendata keinginan para pelanggan, sehingga perusahaan dapat melakukan perubahan-perubahan yang dianggap perlu guna memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan. Pelanggan yang mendapatkan kepuasan akan menjadikan dirinya pelanggan yang loyal terhadap perusahaan, sehingga pada akhirnya akan membuat airlines tersebut mendapatkan profit. Oleh sebab itu data akan konsumen merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Database pelanggan merupakan jantung dari setiap strategi CRM. Esensi dari CRM adalah mengenal pelanggan. Mengenal perilaku pelanggan sebagai grup atau individu. Tidak ada yang lebih powerful dari pengenalan pelanggan melalui database. Esensi kedua dari CRM adalah mempengaruhi pelanggan agar semakin loyal kepada perusahaan. Pentingnya database konsumen dan dengan adopsi perusahaan terhadap media digital, peran database pelanggan justru akan semakin kritikal. Kesulitan dalam membangun database pelanggan ini, justru akan menjadi daya saing bagi perusahaan yang kemudian benar-benar melakukan dengan komitmen dan strategi yang benar. Bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia yang baru mengenal program CRM menjaga database konsumen tersebut bukanlah hal yang mudah. Secara umum, kesulitan-kesulitan dengan pembentukan maupun menjaga database pelanggan bisa dikelompokkan dalam 4 kelompok besar (Irawan, 2011) : 1. Kesulitan perusahaan untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat sejak awal. Ini seperti terjadi di industri otomotif di Indonesia. Data dan informasi sulit diakses atau bila bisa diakses, tingkat akurasinya relatif rendah. 2. Kemampuan perusahaan untuk melakukan updating data. Perusahaan banyak yang mempunyai semangat untuk membangun database tetapi kemudian tidak mampu untuk melakukan updating data secara terus menerus. Sudah pasti, hal ini terjadi karena rendahnya komitmen dari manajemen sejak awal. Selain itu, perusahaan juga tidak menginvestasikan infrastruktur dan mempersiapkan tenaga yang memadai untuk melakukan proses updating ini. Belum lagi pada perusahaan yang turnover karyawannya tinggi, database dari karyawan sebelumnya terkadang tidak teralirkan kepada karyawan baru. Rendahnya komitman dari manajemen terhadap database ini kemudian membuat perusahaan tidak memiliki perencanaan jangka panjang. Pada kenyataannya, membangun database pelanggan bukan seperti membangun rumah yang sekali membangun kemudian semuanya selesai. Diperlukan upaya terus menerus untuk melakukan pembersihan dan renovasi. 3. Kemampuan perusahaaan untuk melakukan integrasi. Banyak data yang bisa diperoleh dari berbagai kontak. Mereka memiliki data dari call center, atau memiliki data dari pelanggan yang melakukan transaksi. Perusahaan kemudian tidak mampu mengintegrasikan karena tidak adanya sistem IT yang memadai. Biasanya, perusahaan kemudian merasa frustasi dan tidak akan mampu untuk berbuat banyak terhadap database. Setiap departemen akan cenderung untuk mempunyai program masing-masing dalam menggunakan database. 4. Masalah analisa dan penggunaan database itu sendiri. Ini sangat banyak dijumpai di perusahaan-perusahaan yang relatif kecil. Mereka tidak memiliki kualitas sumber daya manusia yang memadai untuk melakukan analisa. Bisa juga terjadi, karena perusahaan tidak memiliki peranti lunak untuk melakukan analisa. Investasi di bidang IT terlalu minim dan perusahaan cenderung untuk memilih melakukan investasi yang mendatangkan penjualan dalam jangka pendek. Kalaupun sebagian perusahaan melakukan analisa, tantangan berikutnya adalah menggunakan data tersebut untuk menjadi informasi dan knowledge untuk mengambil keputusan. Inilah proses pengelolaan informasi yang sering terputus. Tidak mengherankan, banyak keputusan kemudian menjadi tidak efektif. Sebagai contoh dari kesuksesan suatu perusahaan dalam menggunakan CRM adalah pada industri layanan pesawat terbang/airlines. Pengumpulan data oleh perusahaan airlines menjadi penting untuk di analisis dan diinterpretasikan untuk mendapatkan masukan guna pengembangan pelayanan di masa depan. CRM pada airlines dilakukan dengan program Frequent Flier yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data penumpang yang sering terbang bersama maskapai bersangkutan yang diaplikasikan secara menyeluruh dari bottom-up. Fasilitas kemudahan bagi para member frequent flier unutk melakukan check in dengan telepon atau SMS, penggunaan e-ticketing dengan card foto pada saat penumpang memasuki Boarding Gate. Untuk beberapa perusahaan yang lain, penggunaan CRM justru dapat menghindari pengeluaran biaya yang lebih besar. Misalnya, dengan penggunaan CRM, perusahaan airlines akan mudah menghubungi para pelanggan pada saat terjadi pesawat delay atau cancel (irregularities) karena perusahaan airlines tidak lagi memerlukan biaya-biaya untuk menyediakan hotel, makanan, dan transportasi kepada penumpang, karena sebelumnya penumpang telah ditelpon tentang pemberitahuan irregularities tersebut. 3.5 Supply Chain Management di Indonesia Konsep SCM yaitu suatu mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi waktu, lokasi dan aliran kuantitas bahan. Supply chain merupakan sebuah jaringan dari berbagai organisasi dan proses bisnis untuk melakukan pengadaan bahan mentah, mengubah bahan tersebut menjadi barang antara dan barang jadi, dan mendistribusikan barang jadi tersebut pada pelanggan. Barang, informasi, dan pembayaran mengalir dalam supply chain secara dua arah. Awal dari supply chain adalah bahan mentah yang digerakan oleh pengangkutan dan mengalami proses produksi sehingga akhirnya mencapai pelanggan. Barang yang dikembalikan mengalir dengan arah yang berkebalikan, yaitu dari pelanggan, kembali pada penjual Tujuan utama dari SCM adalah pernyerahan atau pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan konsumen, mengurangi biaya, meningkatkan segala hasil dari seluruh supply chain (bukan hanya satu perusahaan), mengurangi waktu, memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi. Secara global, tidak ada perusahaan yang bisa lepas dari kebutuhan untuk memahami konsep-konsep SCM, terlebih apabila perusahaan tersebut masih ingin beroperasi secara kompetitif di dunia bisnis yang serba turbulen ini. Meskipun istilah dan pendekatan SCM sudah berkembang belasan tahun, perkembangannya di Indonesia masih relatif lambat dan masih banyak sekali kebingungan tentang apa yang dimaksud dengan SCM dan bagaimana konsep-konsep SCM ini bisa diterapkan di lapangan. Penggunaan SCM bagi perusahaan-perusahaan beberapa bidang di negaranegara berkembang, termasuk Indonesia, saat ini masih sangat terbatas. Dimana hubungan antara setiap sub sistem yang terlibat pada umumnya masih tersekatsekat, sehingga sulit untuk bersaing di pasar bebas. Hal tersebut dapat dilihat dari terpisahnya operasional antara sub sistem hulu sampai dengan sub sistem hilir yang disebabkan oleh sub sistem banyak diperankan oleh pengusaha dalam skala produksi kecil, dan tidak memiliki posisi tawar yang kuat. Kendala lainnya yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia adalah yang datangnya dari lingkungan eksternal seperti kondisi infrastruktur di Indonesia yang kurang baik, faktor budaya, dan lainnya. Kendala-kendala tersebut membuat SCM tidak se-efektif dan se-efiseien yang seharusnya. Salah satu dampak yang kerapkali terjadi yaitu “Bullwhip Effect”, hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi dalam pertukaran informasi antara toko retail, distributor dan perusahaan. Bagaikan bola salju yang menggelundung dari atas kebawah yang semakin lama semakin besar. Di Indonesia SCM bisa diterapkan secara maksimal dengan memperbaiki beberapa kekurangan yang menghambat sistem ini, dalam hal ini solusi yang dapat dilakukan yaitu harus mentransformasikan struktur yang tersekat dan terpisah tersebut kepada struktur integrasi yang vertikal. Hal tersebut dimaksudkan untuk memadukan sub sistem hulu sampai dengan hilir dalam satu keputusan manajemen. Pembangunan sistem yang terintegrasi dalam industri merupakan upaya untuk meningkatkan daya saing. Upaya tersebut dikembangkan dengan bentuk-bentuk yang mampu mengakomodasi pelaku-pelaku industri dari setiap sub sistem yang ada. Beberapa langkah yang bisa diambil dan menjadi perhatian bagi stakeholder yang terkait untuk perbaikan system sehingga SCM ini dapat berkembang secara baik di Indonesia antara lain: 1. Penekanan pada upaya pembangunan dan pemeliharaan dalam rantai, yaitu pembentukan hubungan antar rantai agar lebih spesifik, misalnya pada volume, mutu, distribusi, tergantung kekurangan pada bidang usaha sehingga terbentuk pola yang terpadu dan saling terkait 2. Pengontrolan terhadap persediaan pasokan harus dilakukan sehingga effisien dalam biaya, misalnya dalam hal ini jumlah pasokan disesuaikan dengan jumlah produk yang dapat dijual yang menghasilkan kestabilan persediaan bahan baku dan tidak terjadi penumpukan stok yang berakibat pada peningkatan biaya penyimpanan 3. Dalam penentuan lokasi dan transportasi dalam rantai jaringan dibuat dengan perhitungan dan memeperhatikan dampak terhadap biaya persediaan, dalam hal ini akan berpengaruh pada tingkat kepekaan konsumen, oleh karena itu evaluasi terhadap hal ini sangat perlu dilakukan 4. Pembentukan sistem informasi antara yang bertugas dalam pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebarluasan informasi kepada setiap stakeholder yang dilandasi dengan kepercayaan diantaranya, dengan ini akan mendukung kinerja dan produktivitas dari masing masing anggota rantai. Perkembangan teknologi dan komunikasi data yang pesat semakin memudahkan dalam bertukar informasi apalagi setelah penggunaan teknologi internet diterapkan disegala bidang termasuk bisnis terutama dalam pengelolaan supply chain. Menurut Elizabeth (2003) Tujuan dari teknologi informasi dalam SCM adalah : Menyediakan informasi yang berguna dan nyata Memungkinkan untuk kontak data tunggal Memberikan keputusan berdasarkan total informasi supply chain Memungkinkan kerjasama dengan supply chain patner Di Indonesia konsep SCM telah menjadi paradigma yang populer. Akibat adanya perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi (ICT) yang memuat didalamnya teknologi perpindahan data elektronik (EDI), internet dan World Wide Web (WWW), kompleksitas dari sistem SCM meningkat. Meningkatnya komlpleksitas SCM juga dipengaruhi oleh perusahaan yang melakukan kegiata bisnis secara online (E-Commerce). Peran teknologi informasi dalam SCM adalah mengurangi selisih biaya transaksi antar supply chain patner dan biaya dalam mendapatkan aliran informasi. Dengan kata lain, teknologi informasi lebih mempunyai peran dalam mendukung kolaborasi dan koordinasi supply chain melalui pemanfaatan bersama informasi. Teknologi informasi juga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Dalam hal inilah, dibutuhkan kekuatan analitis dari komputer untuk menyediakan bantuan untuk mengambil keputusan. Teknologi informasi mempunyai peranan penting dalam mendukung kinerja perusahaan yaitu akan menciptakan strategi yang bermanfaat dengan memungkinkan perencanaan strategi secara terpusat dengan operasi terpusat. Teknologi informasi mempunyai dampak yang sangat besar dalam SCM. Untuk memperjelas, dapat terlihat dalam framework teknologi informasi SCM 3.5.1 Strategic Planning IT Peran dari manajemen tingkat atas sangat penting dalam membuat strategi dan keputusan berdasarkan fakta dan data. Jaman globalisasi menuntut untuk menerapkan teknologi informasi dalam proses bisnis. Tentu saja penerapan teknologi informasi dalam sistem SCM, tidak hanya diterapkan dalam bentuk software saja tetapi juga dilakukan perubahan dalam proses bisnis dan cara kerja perusahaan. Dalam membuat perubahan sangat penting untuk berinvestasi baik dalam dana maupun orang yang memiliki kemampuan. Apabila sebuah perusahaan tidak menerapkan teknologi informasi dalam kegiatan mereka, sangat dimungkinkan beberapa tahun kedepan perusahaan tersebut akan kehilangan posisi dalam pasar. Tentu saja dalam penerapan Teknologi Informasi dalam proses bisnis terutama dalam SCM perlu adanya strategi yang efektif akan perusahaan dapat berkembang dan tidak kehilangan posisi dalam pasar. Beberapa strategi tersebut adalah : 1. Perusahaan menerapkan teknologi informasi dalam proses kecepatan delivery barang atau jasa serta kualitas dari pelayanan 2. Perusahaan menerapkan teknologi informasi untuk mengembangkan performa supply chain dengan berusaha mendapatkan kebutuhan finansial dan dukungan dari pemerintah 3. Penggunaan teknologi informasi untuk meminimalkan biaya dengan menggunakan Internet dalam proses supply chain 4. Perusahaan berusaha mengembangkan e-commerce untuk menciptakan image yang baik bagi pelanggan 3.5.2 Virtual Enterprise(VE) Pengembangan Virtual Enterprise merupakan salah satu hal terpenting dalam menerapkan teknologi informasi dalam SCM. Tanpa adanya penggunaan teknologi informasi, sangat sulit untuk mengembangkan VE karena Virtual Enterprise terdiri atas kolaborasi beberapa perusahaan yang menawarkan produk dan jasa yang berbeda dengan penerapan teknologi serta sistem yang berdeba pula tergantung core bisnis perusahaan. Sebelum menerapkan. Virtual Enterprise dalam proses bisnis, perusahaan harus melakukan evaluasi mengenai sistem teknologi supply chain apakah mendukung untuk diintegrasikan dengan teknologi supply chain perusahaan patner. 3.5.3 E-Commerce Dampak adanya e-commerce dalam SCM adalah meluasnya fasilitas dalam komunikasi dalam organisasi serta mengurangi waktu proses dan berkembangnya kerja sama. E-commerce menyediakan kesempatan bagi sebuah organisasi untuk meluaskan pasar mereka ke seluruh dunia sehingga dapat menaikan tingkat permintaan dalam penggunaan barang atau jasa. Hal ini membutuhkan SCM yang efektif salah satunya dengan menerapkan VE dan Enterprise Rosource Planning (ERP). Tren saat ini dalam proses bisnis adalah ecommerce yang diterapkan dalam proses Business-to-Consumen (B2C), Businessto-Businnes(B2B), dan Costumer-to-Costumer(C2C). Dalam meningkatkan proses komunikasi antara supplier dan pelanggan sangat diperlukan penggunaan internet, web, EDI. 3.5.4 Infrastructure Sejak kebutuhan terhadap kecepatan pelayanan internet untuk memproses banyak data, banyak Internet Service Provider (ISP) yang menawarkan kecepatan internet yang tinggi sehingga dalam menjalankan sistem informasi berbasis teknologi informasi tidak lambat dan pelanggan tidak menunggu terlalu lama. Memang dalam mengembangkan infrastuktur membutuhkan investasi dalam pelayanan internet, pengembangan dan pembaharuan web site sehingga diperlukan strategi dalam proses bisnis seperti bekerja sama dengan perusahaan yang bekerja dalam bidang teknologi informasi atau perusahaan lainya yang dapat memecahkan masalah. 3.5.5 Knowledge dan IT Management (KM) Knowledge and IT Management (KM) telah menjadi salah satu hal penting dalam pemanfaatan teknologi informasi dalam proses dan lingkungan bisnis untuk memperoleh data dan informasi yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan dan strategi perusahaan. Dalam menerapkan KM diperlukan perencanaan, koordinasi dan pengontrolan aktifitas. 3.5.6 Implentation IT Dalam melakukan implementasi untuk mendapatkan kecepatan dalam suppy chain diperlukan tim yang kuat yangmengetahui kunci dan pengetahuan teknologi informasi. Dokumentasi yang rapih sangat diperlukan dalam membuat perencanaan dan pengembangan teknologi dalam supply chain. DAFTAR PUSTAKA Dhewanto, Wawan; & Falahah. 2007. ERP (Enterprise Resource Planning) Menyelaraskan Teknologi Informasi dengan Strategi Bisnis (Dilengkapi dengan 18 Ulasan Fitur Berbagai Software ERP Terkemuka). Bandung: Informatika Bandung. Indrajit, Richardus Eko dan Djokopranoto. 2003. Konsep Manajemen Supply Chain : Strategi Mengelola Manajemen Rantai Pasokan Bagi Perusahaan Modern di Indonesia, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta International Communication Union, http://www.itu.int diakses pada tanggal 26 September 2007 Irawan, Handi. 2011. CRM Tanpa Database : Mission Imposible. http://www.handiirawan.com/articles/archives/2011/07/04/artikeljuly4/. Diakses 10 Juli 2011 Kosiur, David. 1997. Understanding Washington, Microsoft Press Electronic Commerce, Redmond, Orbeta, A., C., 2002, ‘E-commerce in Southeast Asia: A Review of Developments, Challenges, and Issues’, in Information Technology in Asia, by Yue, Siow, Chia & Lim, Jerome, Jamus, Institute of Southeast Asian Studies, Singapore, p. 111-146. Temporal, Paul and Martin Trott, 2001. Memaksimalkan Nilai Merek Melalui Kekuatan Relationship Management. Salemba Empat. Jakarta Elizabeth A Williamson, David K Harrison, Mike Jordan.2004. Information System development within supply chain management. Elsevier Ltd.