MODUL PERKULIAHAN IX Kewarganegaraan Geopolitik Fakultas Program studi MKCU MKCU Tatap Muka 10 Kode MK Disusun oleh 90003 Drs. Sugeng Baskoro, M.M Abstract Kompetensi Materi dalam modul ini mempelajari tentang pengertian dan makna geopolitik, latar belakang filosofi Wawasan Nusantara, serta kedudukan, fungsi, tujuan, bentuk, wadah, isi dan tata laku Wawasan Nusantara Tujuan instruksional pembelajaran yang hendak dicapai adalah agar mahasiswa mampu memahami dan menguraikan tentang pengertian dan makna geopolitik dan mampu menjelaskan tentang kedudukan, fungsi, tujuan, bentuk, wadah, isi dan tata laku Wawasan Nusantara Geopolitik 1. Pengertian Geopolitik Kata Geopolitik berasal dari kata geo dan politik. Geo berarti bumi, dan politik berasal dari bahasa Yunani politiea, yang berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri. Dalam bahasa Inggris, politik dimaknai sebagai suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan, cara dan alat yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu. Dalam konteks keindonesian, politik mempunyai makna kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Jadi geopolitik adalah kebijakan (politik) negara yang dikaitkan dengan masalah geogarfi suatu bangsa berada. Pada abad ke-19, untuk pertama kalinya Frederich Ratzel merumuskan tentang ilmu bumi politik sebagai hasil penelitiannya secara ilmiah dan universal. Pokok-pokok ajaran F. Ratzel adalah: a. Dalam hal-hal pertumbuhan negara dapat dianalogikan dengan pertumbuhan organisme yang memerlukan ruang lingkup, melalui proses lahir, tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup, tetapi dapat menyusut dan mati b. Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh kelompok politik dalam arti kekuatan. Makin luas potensi ruang tersebut makin memungkinkan kelompok politik itu tumbuh c. Suatu bangsa dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas dari hukum alam. Hanya bangsa yang unggul saja yang dapat bertahan hidup terus dan langgeng d. Semakin tinggi suatu bangsa, semakin besar kebutuhan akan sumber daya alam yang diperlukannya. Apabila wilayah/ruang hidup tidak memenuhi/mendukung maka bangsa tersebut akan mencari pemenuhan kebutuhan kekayaan alamnya di luar dengan ekspansi. Konsep geopolitik ini memainkan peran yang sangat penting dalam pembinaan kerja sama dan penyelesaian konflik antarnegara yang mungkin muncul dalam proses pencapaian tujuan. Geopolitik atau wawasan nasional Indonesia dinamakan Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara merupakan cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai dirinya yang bhineka, dan lingkunan geografinya yang berwujud negara kepulauan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Wawasan Nusantara ini dijiwai dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap menghargai serta menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional. 2. Latar Belakang Wawasan Nusantara Latar belakang filosofi pengembangan Wawasan Nasional ditinjau dari: a) Falsafah Pancasila Nilai-nilai Pancasila mendasari pengembangan Wawasan Nasional, antara lain memberi kesempatan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masingmasing, sebagai wujud nyata penerapan HAM. Mengedepankan kepentingan masyarakat yang lebih luas harus lebih diutamakan, tanpa mematikan kepentingan golongan. Pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan bersama diusahakan melalui musyawarah. Kemakmuran yang hendak dicapai oleh masing-masing warganya tidak merugikan orang lain. Sikap tersebut mewarnai Wawasan Nasional yang dianut dan dikembangkan bangsa Indonesia. b) Aspek Kewilayahan Nusantara Kondisi objektif geografi Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau, memiliki karakteristik yang berbeda dengan negara lain. Pengaruh geografi merupakan suatu fenomena yang mutlak diperhitungkan karena mengandung beraneka ragam kekayaan alam dan jumlah penduduk yang besar c) Aspek Sosial Budaya Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang masing-masing memiliki adat istiadat, bahasa, agama dan kepercayaan. Oleh karena itu, tata kehidupan nasional yang berhubungan dengan interaksi antargolongan masyarakat mengandung potensi konflik yang besar, terlebih lagi kesadaran nasional masyarakat masih relative rendah dan jumlah masyarakat yang terdidik relatif rendah. d) Aspek Historis Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita-cita pada umumnya tumbuh dan berkembang dari latar belakang sejarahnya. Dengan semangat kebangsaan yang menghasilkan kemerdekaan, maka semangat itu harus tetap dipertahankan dengan semangat persatuan yang esensinya adalah mempertahankan persatuan bangsa dan menjaga wilayah kesatuan Indonesia. 3. Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Wawasan Nusantara I. Kedudukan Wawasan Nusantara a. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional Bangsa Indonesia merupakan ajaran yang diyakini kebenaran oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian, Wawasan Nusantara menjadi landasan visional dalam menyelenggarakan kehidupan nasional. b. Wawasan Nusantara dan paradigm nasional dapat dilihat dari spesifikasinya sebagai berikut: Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa dan dasar negara; berkedudukan sebagai landasan idiil UUD 1945 sebagai landasan konstitusi negara; berkedudukan sebagai landasan konstitusional Wawasan Nusantara sebagai visi nasional; berkedudukan sebagai landasan konsepsional Ketahanan Nasional sebagai konsepsi nasional; berkedudukan sebagai landasan konsepsional GBHN sebagai politik dan strategi nasional sebagai kebijakan dasar nasional; berkedudukan sebagai landasan operasional II. Fungsi Wawasan Nusantara Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-rambu dalam menentukan segala kebijakan, keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah, maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara III. Tujuan Wawasan Nusantara Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia dalam segala bidang kehidupan. Demi tercapainya tujuan nasional tersebut merupakan pancaran dari makin meningkatnya rasa, pemahaman, dan semangat kebersamaan dalam jiwa bangsa Indonesia sebagai hasil pemahaman dan penghayatan Wawasan Nusantara. Konsep Kewilayahan WAWASAN NUSANTARA Wawasan Nusantara sebagai Doktrin Nasional Dimensi: Wawasan Nusantara Sebagai Konsepsi Politik -Darat -Laut -Udara Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan: Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Hankam Mewujudkan Doktrin Nasionalisme yang positif dan inklusif: Menetapkan persatuan dan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara Cinta tanah air dan bangsa Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia Mewujudkan pergaulan demi persatuan bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika 4. Konsepsi Wawasan Nusantara Wawasan Nusantara dimaknai sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bermartabat, serta menjiwai tata hidup dan tindak pelaksanaannya dalam mencapai tujuan perjuangan nasional. Istilah Wawasan Nusantara mencakup lima pokok perwujudan negara kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan wilayah, yaitu satu kesatuan politik, satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial budaya dan satu kesatuan pertahanan keamanan. 1. Wilayah Batas astronomisnya 6`08’ Lu, 11`15’ Ls, 94`45’ BB, dan 141`05’ BT, jarak Utara-Selatan 1.888 Km dan jarak Barat-Timur 5.110 Km. Kondisi geografis Indonesia merupakan untaian 17.508 pulau yang tersebar dan terbentang di khatulistiwa serta terletak pada posisi silang, yaitu 2 benua; Asia dan Australia dan 2 samudra: Hindia dan Pasifik. Wilayah Indonesia pada saat proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 masih mengikuti Territoriale Zee En Maritime Kringen Ordonantie 1939 no.442/1939, dimana lebar laut wilayah Indonesia adalah 3 mil dari garis air rendah dari masing-masing pantai di Indonesia. Luas Indonesia menjadi 2 juta Km persegi. Deklarasi Juanda 13 Desember 1957, yang diperkuat dengan PERPu no 4/1960 Indonesia adalah negara kepulauan, laut di antara dua pulau menjadi satu kesatuan/bukan pemisah, lebar laut wilayah 12 mil (laut territorial), sehingga luas wilayah NKRI menjadi 5,9 juta Km persegi. Deklarasi Pemerintah RI tanggal 17 Pebruari 1969 (landas Kontinen), diperkuat dengan UU No. 1 tahun 1973 tentang Landas Kontinen luas NKRI menjadi 6,7 juta Km persegi. Selanjutnya pemerintah Indonesia menggunakan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEE) sebesar 200 mil dari garis dasar. Akibatnya dari ZEE ini, wilayah Indonesia bertambah luas menjadi 9,2 juta km persegi. Asas Wawasan Nusantara Asas wawasan nusantara merupakan ketentuan-ketentuan atau kaidahkaidah dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara dan diciptakan demi taat dan setianya komponen pembentuk bangsa Indonesia terhadap kesepakatan bersama. Asas wawasan nusantara terdiri dari atas: kepentingan bersama, tujuan yang sama, keadilan, kejujuran, solidaritas, kerjasama dan kesetian terhadap ikrar atau kesepakatan bersama demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan. Sasaran implementasi Wawasan Nusantara Sebagai cara pandang dan visi nasional Indonesia, wawasan nusantara harus dijadikan pedoman, arahan, acuan dan tuntunan bagi setiap bangsa Indonesia dalam membangun dan memelihara NKRI. Oleh karena itu penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan Negara daripada kepentingan pribadi atau golongan 2. Prospek Geopolitik Indonesia Dewasa ini kita menyaksikan bahwa kehidupan individu dalam bermasyarakat, berbangsa, dan dalam bernegara sedang mengalami perubahan. Dan kita juga menyadari faktor utama yang mendorong terjadinya proses perubahan tersebut adalah nilai-nilai kehidupan baru yang dibawa oleh negara maju dengan kekuatan penetrasi globalnya. Apabila kita menengok sejarah kehidupan manusia dan alam semesta, perubahan dalam kehidupan itu adalah suatu hal yang wajar, alamiah. Dalam dunia ini, yang abadi dan kekal itu adalah perubahan. Berkaitan dengan wawasan nusantara yang serat dengan nilai-nilai budaya bangsa dan dibentuk dalam proses panjang sejarah perjuangan bangsa, apakah wawasan bangsa Indonesia tentang persatuan kesatuan itu akan hanyut tanpa bekas atau akan tetap kokoh dan mampu bertahan dalam terpaan nilai global yang menantang wawasan persatuan bangsa? Tantangan itu antara lain adalah pemberdayaan rakyat yang optimal, dunia tanpa batas, era baru kapitalime dan kesadarn warga negara. Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Dekla-rasi tanggal 13 Desember 1957 mengajukan NKRI perlu laut wilayah (territory water) selebar 12 mil laut dari Garis Pangkal/Garis Dasar (Base Line) atas dasar “Point to point theory”. Dengan demikian laut antar pu-lau menjadi Perairan Pedalaman (internal waters). Selanjutnya laut wilayah dan laut pedalaman dikenalkan sebagai laut Nusantara. Sebagai akibat konvensi hukum laut timbul bermacam tipe per-airan, hal ini tidak terlepas karena perhatian orang yang besar pada laut. Untuk itu dibahas beberapa masalah yang menyangkut hukum laut : 1) Laut Teritorial/Laut Wilayah (Territorial Sea) : wilayah laut yang le-barnya tidak melebihi 12 mil dari garis pangkal/garis dasar (base line). Garis dasar adalah garis yang menghubungkan titik-titik terluar pulau terluar. 2) Perairan Pedalaman (Internal waters) : wilayah laut sebelah dalam dari da-ratan/sebelah dalam dari GP. Negara pantai mempunyai kedaulatan penuh. 3) Zona Tambahan (Contiguous Zone) : wilayah laut yang lebarnya ti-dak boleh melebihi 12 mil dari Laut Teritorial, merupakan wilayah Negara Pantai untuk melakukan pengawasan pabean, fiskal, imi-grasi, sanitasi dalam wilayah laut territorial. 4) Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone) : wilayah laut yang tidak melebihi 200 mil dari GP. Negara yang bersangkutan mempunyai hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi dan eksploi-tasi, konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan hayati perairan. 5) Landas Kontinen (Continental Shelf) : wilayah laut Negara Pantai meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya, terletak di luar laut teritorial sepanjang merupakan kelanjutan alamiah wilayah. Jarak 200 mil GP atau maksimal 350 mil, atau tidak melebihi 100 mil dari kedalaman 2.500 m. 6) Laut Lepas (High Seas) dikenal pula sebagai laut bebas/laut Internasional : Wilayah laut > 200 mil dari Garis Pangkal. Dengan adanya ketentuan di atas negara lain menuntut beberapa hak—yang sebenarnya adalah jaminan—dari negara kepulauan : 1) Lintas : berlayar/bernavigasi melalui laut territorial, termasuk masuk dan keluar perairan pedalaman untuk singgah di salah satu pelabuhan. 2) Lintas Damai : bernavigasi melalui laut teritorial suatu negara sepanjang tidak merugikan kedamaian, ketertiban, atau keamananan negara yang bersangkutan. 3) Lintas Transit : bernavigasi melintasi pada selat yang digunakan untuk pelayaran internasional antara laut lepas/ZEE yang satu dan laut lepas/ZEE yang lain. 4) Alur Laut Kepulauan : a. Alur yang ditentukan oleh Negara Kepulauan untuk alur laut dan jalur penerbangan diatasnya yang cocok digunakan untuk lintas kapal dan pesawat terbang asing. b. Alur ditentukan dengan merangkai garis sumbu pada peta, kapal dan pesawat terbang tidak boleh melintas lebih dari 25 mil kiri/kanan dari garis sumbu 5. Laut Lepas : a. semua bagian laut yang tak termasuk laut territorial, perairan pedalaman maupun ZEE. b. laut terbuka untuk semua negara baik berpantai maupun tidak berpantai. c. dalam laut lepas semua negara berhak berlayar, terbang, riset ilmiah dan menangkap ikan. Daftar Pustaka 1. Srijanti, A. Rahman H.I, Purwanto S.K, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009 2. Syahrial Syarbaini, Rusdiyanta, Fatkhuri, Pendidikan Kewarganegaraan: Implementasi Karakter Bangsa, Jakarta: Hartomo Media Pustaka, 2012 3. Sutoyo, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011