i HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN

advertisement
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU
ALTRUISTIK PADA SISWA SISWI ANGGOTA PRAMUKA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
JAYANTI PUSPITASARI
F 100 110 165
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU
ALTRUISTIK PADA SISWA SISWI ANGGOTA PRAMUKA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
JAYANTI PUSPITASARI
F 100 110 165
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
ABSTRAKSI
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU
ALTRUISTIK PADA SISWA SISWI ANGGOTA PRAMUKA
Jayanti Puspitasari
[email protected]
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lisnawati Ruhaena
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan
emosi dengan perilaku altruistik pada siswa siswi anggota pramuka, untuk
mengetahui tingkat perilaku altruistik, untuk mengetahui tingkat kecerdasan
emosi, dan untuk mengetahui sumbangan efektif kecerdasan emosi terhadap
perilaku altruistik. Peneliti memilih metode kuantitatif untuk mencapai tujuan
penelitian ini. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Jatisrono yang terdiri dari empat kelas yaitu
kelas XI MIA 2, X MIA 3, dan X MIA 5, dan X IIS 1 yang berjumlah 111 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri/sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Penelitian ini menggunakan skala
perilaku altruistik dan skala kecerdasan emosi yang dianalisis dengan
menggunakan korelasi product moment Pearson. Hasil nilai koefisien korelasi (r)
sebesar 0,686 dengan p value = 0,000 < 0,01 yang berarti ada hubungan positif
yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku altruistik.
Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel kecerdasan emosi mempunyai rerata
empirik (RE) sebesar 99,67 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 77,5 yang berarti
kecerdasan emosi subjek penelitian tergolong tinggi. Variabel perilaku altruistik
mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 55,37 dan rerata hipotetik (RH) sebesar
42,5 yang berarti perilaku altruistik pada subjek penelitian tergolong sangat tinggi.
Sumbangan efektif kecerdasan emosi terhadap perilaku altruistik sebesar 47%.
Hal ini menunjukkan variable kecerdasan emosi mempengaruhi variabel perilaku
altruistik.
Kata kunci : perilaku altruistik, kecerdasan emosi
v
manusia, di dalam Pramuka diatur
PENDAHULUAN
Pramuka merupakan sebutan
dalam Dasa Dharma Pramuka kelima
bagi anggota gerakan Pramuka yang
yang berbunyi “rela menolong dan
merupakan
Praja
tabah” yang artinya bahwa seseorang
Muda Karana yang mempunyai arti
dalam melakukan tindakan/perbuatan
orang-orang yang berjiwa muda dan
menolong itu harus rela, ikhlas lahir
suka berkarya. Kata “berjiwa muda”
batin tanpa mengharap balas jasa dan
disini merupakan ukuran semangat
tabah
untuk maju dengan sasaran gerakan
tantangan serta rintangan yang ada.
singkatan
dari
pramuka tertuju pada pembentukan
dalam
menghadapi
Perilaku
menolong
watak, akhlak dan budi pekerti luhur
sering
seseorang. Pendidikan kepramukaan
altruisme/altruistik
sebagai salah satu wadah pembinaan
seseorang
generasi
kecenderungan
pemuda
yang
berbasis
segala
disebut
dengan
perilaku
adalah
yang
sifat
memiliki
untuk
menolong
satuan pendidikan sebagai salah satu
demi
lini terdepannya juga telah jelas
ditolong, tanpa membawa pamrih
dirumuskan dalam UU No.12 tahun
pribadi (unselfish; selfess). Orang
2010
pasal
“Pendidikan
proses
1
ayat
4
bahwa
yang
kepramukaan
adalah
disebut
pembentukan
kesejahteraan
atau
memiliki
orang
sifat
altruis,
yang
demikian
sedangkan
kepribadian,
perilakunya
disebut
altruisme
kecakapan hidup, dan akhlak mulia
(Widyarini,
2009).
Altruisme
Pramuka melalui penghayatan dan
merupakan bentuk dari tingkah laku
pengamalan
nilai-nilai
prososial. Tingkah laku prososial
kepramukaan”. Salah satu prinsip
merupakan suatu tindakan menolong
penting dasar kepramukaan yaitu
yang menguntungkan orang lain
bahwa
tanpa
seseorang
harus
peduli
harus
menyediakan
suatu
terhadap bangsa dan tanah air,
keuntungan langsung pada orang
sesama manusia, semasa hidupnya
yang melakukan tindakan tersebut.
dan alam seisinya.
Istilah altruisme (altruism) kadang-
Salah
satu
prinsip
dasar
kadang digunakan secara bergantian
tentang kepedulian terhadap sesama
dengan tingkah laku prososial. Tetapi
1
altruisme
yang
adalah
Nilai-nilai budaya Indonesia
kepedulian yang tidak mementingkan
idealnya sangat konsisten dengan
diri
keberagaman
sendiri
sejati
melainkan
untuk
perilaku
altruisme,
kebaikan orang lain (Baron dan
sangat ironis jika kemudian realitas
Byrne, 2005).
yang terjadi meperlihatkan hal yang
Altruisme merupakan bagian
sebaliknya, perilaku individu jauh
terpenting dari diri manusia, hal ini
dari
dapat dianggap sebagai fenomena
Nilai-nilai
universal karena selalu ada dalam
seperti sifat dan perilaku sopan
setiap
santun, kebersamaan, gotong royong,
budaya
masyarakat.
dan
lapisan
Altruisme
biasanya
nilai-nilai
dan
reflektif
dasar
tolong
budaya.
kemasyarakatan
menolong
seiring
mengacu
pada
pengambilan
berkembangnya jaman mulai luntur
keputusan
yang
membutuhkan
dan bahkan telah diabaikan oleh
pertimbangan. Menurut Comte dalam
sebagian
pandangannya,
kalangan remaja (Nadhim, 2013)
individu
dalam
masyarakat
terutama
menolong memiliki dua motif yang
Banyaknya pergeseran pada
berbeda yaitu egoisme dan altruisme
keadaan sosial, ekonomi, politik dan
sejati (dalam Yeung, 2006).
seiring kemajuan jaman, perilaku
Post
(Nadhim,
mengatakan
bahwa
pada
2013)
altruistik mulai jarang ditemui dan
masa
bahkan
mungkin
sesekali
untuk
sekarang sangat mudah bagi seorang
dilupakan, dan seperti bukan menjadi
individu untuk melupakan perilaku
rahasia pribadi atau hanya kalangan
altruisme.
seperti
tertentu saja, karna ini adalah rahasia
materialisme
publik yang masyarakat sudah tahu
Budaya
individualisme
saat
ini
serta
sedikit
memberikan
luar
banyak
pengaruh
telah
bahwa
remaja
pada
melakukan
sekarang
pelanggaran
banyak
dan
bagaimana cara orang berperilaku.
penyimpangan norma serta nilai-nilai
Menurut
manusia
adat masyarakatnya. Pelanggaran dan
sekarang lebih cenderung berpikir
penyimpangan remaja tersebut mulai
tentang apa yang didapatkan atas
dari
interaksinya dengan orang lain.
antisosial,
Blau
sendiri
2
kenakalan
remaja,
sampai
perilaku
menurunnya
kualitas karakter yng ada di dalam
menjatuhkan citra instansi terkait
diri mereka. Perilaku antisosial saat
seperti
ini yang sering ditemui di kalangan
menimba ilmu atau instansi gerakan
remaja yaitu semakin menurunnya
Pramuka. Menurut kepala BKKBN
jiwa sosial mereka atau perilaku
yaitu Siti fathonah remaja saat ini
altruistik,
untuk
telah kehilangan karakter baiknya
sekedar bersikap empati terhadap
karena tidak mampu bersikap yang
sesama dirasa sudah
baik
bahkan
penurunan,
hanya
mengalami
seperti
lebih
sekolah
di
Beliau
tempat
lingkungan
remaja
masyarakat.
mencontohkan,
saat
ini
mementingkan diri sendiri, bersikap
banyak remaja mengenakan seragam
acuh, tidak memiliki rasa belas
Pramuka.
kasihan. Seperti pada potret situasi
remaja tersebut tidak mencerminkan
remaja masa kini ini membuktikan
dirinya seorang Pramuka. Sebagai
bahwa mayoritas generasi muda
seorang
Indonesia telah mengalami krisis
mengenakan seragam Pramuka harus
karakter.
tunduk
Indonesia
seolah-olah
Sayangnya,
Pramuka,
pada
perilaku
mereka
yang
ketentuan
moral
kehilangan jati diri sebagai bangsa
sebagaimana termaktub dalam Dasa
yang berideologi dan berkebudayaan
Darma
dengan tata karma, sopan santun,
2014).
toleransi,
gotong
nasionalisme
royong,
(Tribun
dan
Pramuka
Perilaku remaja yang akhir-
Pekanbaru,
akhir
2015).
ini
menjadi
pembicaraan
Remaja kehilangan karakter
baiknya
karena
tidak
(Duaanak.com,
di
sorotan
media
dan
sosial
(Merdeka.com, 2015) yaitu perilaku
mampu
yang di duga anak SD tengah
bersikap dengan benar di tengah
berciuman di tengah banjir, foto yang
masyarakat.
di unggah oleh seseorang tersebut
Sikap
yang
paling
mencolok terlihat oleh masyarakat
menuai
yaitu
tersebut
pengguna jejaring facebook tersebut,
sekolahnya
banyak yang mencemooh kelakuan
ketika
mengenakan
remaja
seragam
banyak
dua
Pramuka,
dilakukan seumuran mereka, terlebih
itu
akan
sangat
3
yang
tidak
dari
yang ada logonya atau seragam
hal
remaja
komentar
pantas
salah satu remaja tersebut masih
diasumsikan
mengenakan seragam yaitu seragam
besar terhadap munculnya perilaku
Pramuka.
tersebut
altruistik. Menurut Myres (Sarwono
mengindikasikan bahwa kurangnya
& Meinarno, 2012) mengungkapkan
kegiatan kepramukaan yang berjalan
faktor
disetiap sekolah, padahal kegiatan
mempengaruhi
perilaku
Pramuka
jika
yaitu
hati,
dengan
Dasa
Hal
dijalankan
sesuai
Dharma
akan
memberi
dari
dalam
suasana
itu
siswa menjadi berkarakter.
mengungkapkan
gambaran
diatas,
Desmita
dalam
tentang
kepribadian,
masyarakat
yang
altruistik
sifat,
jenis
(2009)
bahwa
juga
altruisme
dipengaruhi oleh banyak faktor dari
sekiranya memberi sedikit gambaran
kondisi
diri
kelamin, dan tempat tinggal. Selain
menjadikan seorang individu atau
Dari
pengaruh
kita
diri
manusia
misalnya,
kemampuan
moral,
khususnya kehidupan para remaja
kognitif, dan empati. Kedua, faktor
akhir. Remaja sebagai generasi muda
dari yang ada di luar diri manusia
diharapkan menjadi generasi penerus
misalnya
bangsa yang memiliki akhlak mulia
norma-norma, dan situasi tempat
dan berbudi luhur terhadap sesama,
kejadian.
yang bisa menunjukkan nilai-nilai
kehadiran
Menurut
Baron,
Meinarno,
lain,
dkk.,
kemanuasiaan yang beradab, serta
(Sarwono
diharapkan dapat mengembangkan
suasana hati seseorang berkaitan
sifat-sifat sosial sebagaimana kita
dengan emosi dapat mempengaruhi
dilahirkan untuk saling membantu.
kecenderungan
Untuk mencari penyebab dari
&
orang
untuk
2012)
menolong.
Abraham & Stanley (1997) perilaku
keadaan ini, yaitu keadaan dimana
sosial
seorang
kehilangan
dipengaruhi oleh beberapa faktor
sentuhan kemanusiaan atau seorang
salah satunya suasana hati, karena
individu bahkan rela berkorban demi
seseorang yang memiliki suasana
kesejahteraan orang lain yang bahkan
hati yang baik akan cenderung
belum dia kenal, kita harus mencari
membantu dan mengatasi situasi
berbagai
yang darurat dengan tepat.
individu
faktor
pendorong
yang
4
(perilaku
menolong)
Seseorang
memiliki
menangani frustasi, mengendalikan
susasana hati yang baik menurut
emosi mereka dan bergaul dengan
Goleman (Sabiq & Djalali, 2012)
orang lain.
merupakan
yang
suatu
mengenali
emosi
kemampuan
diri
Seseorang yang mempunyai
sendiri,
kecerdasan
emosional
biasanya
kemampuuan mengenali emosi orang
optimal pada nilai-nilai belas kasihan
lain (empati) dan mengelola emosi
(empati), yang dengannya seseorang
yang
bisa merasakan apa yang dirasakan
merupakan
aspek
dari
kecerdasan emosi.
oleh orang lain. John Donne (dalam
Baron dan Byrne (2005) juga
Goleman, 1999) menjelaskan inti
mengungkapkan salah satu faktor
hubungan
disposisional
menyusun
kepedulian: kepedihan orang lain
kepribadian altruistik adalah empati.
merupakan kepedihan diri sendiri.
Goleman (Sabiq & Djalali, 2012)
Dengan merasakan kepedihan orang
mengatakan bahwa faktor empati
lain akan mendorong diri seseorang
merupakan kemampuan untuk ikut
untuk menolong dengan sukarela
merasakan perasaan atau pengalaman
atau biasa disebut perilaku altruistik.
yang
orang lain, yang merupakan aspek
antara
Goleman
empati
(Salarzehi,
dkk.,
dari kecerdasan emosi. Selain faktor-
2011)
faktor yang sudah disebutkan diatas,
emosi sebagai kemampuan kita untuk
kecerdasan emosi juga merupakan
memotivasi
diri
sendiri
salah satu faktor yang memediasi
mengelola
emosi
kita
terjadinya
altruisme
berinteraksi dengan orang lain, serta
Nadhim,
menggunakan perasaan-perasaan itu
perilaku
(Zeidner,
dkk.,
dalam
mendefinisikan
dan
dan
ketika
2013). Dalam penelitian Modassir
untuk
(2008)
tindakan. Dia menyarankan bahwa
menunjukkan
bahwa
memandu
kecerdasan
pikiran
kecerdasan emosi adalah elemen
emotional
umum yang mempengaruhi cara
multidimensi yang terdiri atas lima
dimana
komponen: kesadaran diri, regulasi
orang
mengembangkan
dalam kehidupan, pekerjaan, dan
diri,
ketrampilan
keterampilan
sosial
mereka:
5
intelligence
dan
motivasi,
memiliki
empati,
sosial.
dan
Dipilihnya
kecerdasan
emosional
sebagai
digunakan adalah siswa-siswi kelas
variabel bebasnya karena peneliti
X
mengacu bahwa aspek-aspek yang
Kabupaten Wonogiri yang berjumlah
ada dimungkinkan dapat melihat
111 orang. Teknik sampling yang
berbagai potensi-potensi yang ada
digunakan
pada diri remaja sesuai dengan yang
sampel ini adalah Quota Sampling
diinginkan. Kecerdasan emosi sendiri
yaitu pengambilan anggota sampel
juga
berdasarkan jumlah yang diinginkan
merupakan
kemampuan,
serangkaian
Negeri
1
dalam
Jatisrono
pengambilan
dan
oleh peneliti. Pengabilan sampel atau
yang
subjek penelitian yaitu dengan cara
untuk
mengambil setengah dari populasi
dapat berhasil mengatasi tuntutan
yang ada, dari 230 siswa diantaranya
dan tekanan lingkungan, yang hal ini
terdapat 154 siswa perempuan dan
biasa terjadi pada masa remaja
76 siswa laki-laki, maka diambil
(Baron, dalam Arbadiati, 2007).
setengahnya
kecakapan
kompetensi
SMA
non
mempengaruhi
kognitif
seseorang
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui
hubungan
yaitu
111
dengan
jumlah subjek perempuan sebanyak
antara
76
siswa
dan
subjek
laki-laki
kecerdasan emosi dengan perilaku
sebanyak 37 siswa, jadi sampel yang
altruistik, untuk mengetahui tingat
terambil yaitu dari kelas X MIA 2,
perilaku altruistik, untuk mengetahui
kelas X MIA 3, kelas X MIA 5, dan
tingakat kecerdasan emosi, serta
kelas X IIS 1.
untuk
mengetahuin
sumbangan
Skala perilaku altruistik yang
efektif kecerdasan emosi terhadap
digunakan
dalam
penelitian
ini
perilaku altruistik.
menggunakan skala altruisme yang
disusun peneliti berdasarkan aspekaspek,
METODE PENELITIAN
yaitu
keinginan
untuk
Penelitian ini menggunkan dua
membantu orang lain dan sukarela.
variabel, yaitu perilaku altruistik
Terdapat 17 aitem valid dan 7 aitem
sebagai
gugur.
variabel
tergantung
dan
Aitem
valid
mempunyai
item-total
correlation
kecerdasan emosi sebagai variabel
corrected
bebas.
bergerak dari 0,322 sampai 0,596
Subjek
penelitian
yang
6
dan koefisien reliabilitas alpha (α) =
HASIL DAN PEMBAHASAN
0,797.
Berdasarkan hasil analisis
Skala kecerdasan emosi yang
digunakan
dalam
menggunakan
emosi
penelitian
skala
yang
ini
product
peneliti
aspek-aspek
telah
dilakukan
dengan
teknik
korelasi
menggunakan
keceradasan
disusun
berdasarkan
yang
moment
diperoleh
hasil
Pearson
nilai
maka
koefisien
dari
korelasi (r) sebesar 0,686 dengan p
Goleman (2009) mengenali emosi
value = 0,000 < 0,01 yang berarti ada
diri
emosi,
hubungan positif sangat signifikan
memotivasi diri sendiri, mengenali
antara kecerdasan emosi dengan
emosi orang lain, dan membina
perilaku altruistik. Hal ini sesuai
hubungan
dengan teori yang dikemukakan oleh
sendiri,
mengelola
dengan
orang
lain.Terdapat 23 aitem valid dan 15
Zeidner,
dkk.,
aitem gugur. Namun dikarenakan
bahwa
kecerdasan
terdapat indikator yang pernyataan
merupakan salah satu faktor yang
aitemnya gugur semua jadi ada 8
dapat memediasi terjadinya perilaku
pernyataan
dirubah
altruisme. Menurut Abraham (dalam
kalimatnya, sehingga terdapat 31
Chin, dkk., 2011) kecerdasan emosi
aitem pernyataan yang digunakan
dapat
sebagai
valid
altruistik individu.
item-total
Pendapat
aitem
yang
penelitian.
mempunyai
Aitem
corrected
disampaikan
0,487 dan koefisien reliabilitas alpha
bahwa
(α) = 0,793.
kecerdasan
ini
menggunakan
perilaku
senada
Arbadiati
individu
2013)
emosional
meningkatkan
correlation bergerak dari 0,308 –
Penelitian
(Nadhim,
yang
emosi
kemampuan
dalam
mengelola
(2007)
memiliki
memiliki
merasakan
analisis
statistik
teknik
korelasi
emosi,
product
moment
untuk
menguji
memanfaatkan emosi secara tepat
hipotesis.
sehingga memberikan
dan
kemudahan
dalam menjalani kehidupan sebagai
makhluk sosial (dalam Sabiq &
Djalali, 2012). Kecerdasan emosi
7
menentukan
potensi
kita
untuk
(menolong), karena seseorang yang
ketrampilan-
memiliki suasana hati yang baik akan
keterampilan praktis yang didasarkan
cenderung membantu dan mengatasi
pada lima unsurnya: kesadaran diri,
situasi darurat yang tepat. Pendapat
motivasi, pengaturan diri, empati,
lain
dan
pernyataan
mempelajari
kecakapan
hubungan
dalam
dengan
membina
dapat
mendukung
tersebut
diungkapkan
lain
oleh Baron (dalam Sarwono &
(Goleman, 2001). Menurut Batson,
Meinarno, 2009) menyatakan bahwa
dkk.,
emosi
(Sabiq&
orang
yang
Djalali,
2012)
seseorang
berdasarkan
beberapa
penelitian
mempengaruhi
mengenai
perilaku
prososial,
untuk menolong.
menemukan adanya hubungan erat
dapat
kecenderungannya
Emosi
seseorang
dapat
antara perilaku menolong dengan
mempengaruhi kecenderungan untuk
kecerdasan
memberikan
emosional
empati. Artinya,
khususnya
Emosi
yang
positif secara umum meningkatkan
empatinya lebih tinggi cenderung
perilaku menolong. Namun, jika
mudah
situasinya tidak jelas (ambigu), maka
menolong
orang
pertolongan.
orang
lain.
Sebaliknya, orang yang empatinya
orang
lebih
cenderung
rendah,
lebih
sedikit
yang
sedang
untuk
bahagia
mengasumsikan
kemungkinannya menolong orang
bahwa tidak ada keadaan darurat
lain.
sehingga
Goleman
(2006)
emosi
tidak
menolong.
Pada
negatif,
seseorang
yang
mengungkapkan bahwa empati yang
sednag
merupakan kemampuan untuk ikut
kemungkinan menolong yang lebih
merasakan perasaan atau pengalaman
kecil. Namun, jika dengan menolong
orang lain merupakan aspek dari
dapat membuat suasana hati lebih
kecerdasan emosi (dalam Sabiq &
baik, maka dia akan memberikan
Djalali). Abraham & Stanley (1997)
pertolongan (Baron, dalam Sarwono
juga mengungkapkan bahwa suasana
& Meinarno, 2012).
hati merupakan salah satu faktor
sedih
Berdasarkan
yang mempengaruhi perilaku sosial
mempunyai
kategorisasi
skala kecerdasan emosi diketahui
8
bahwa kecerdasan emosi memiliki
berkonsentrasi,
rerata empirik (RE) sebesar 99,67
bekerjasama dengan orang lain yang
dan rerata hipotetik (RH) sebesar
mempunyai
77,5 dengan rincian, subjek yang
beragam.
berada di kategori sangat rendah
serta
mampu
latar belakang
Hasil
penelitian
yang
tersebut
sebesar 0%, siswa yang termasuk
dapat dikatakan bahwa penerapan
kategori rendah sebesar 0%, siswa
kegiatan
dalam kategori sedang sebesar 2,7%
yang di wajibkan di SMA Negeri 1
(3 orang), sedangkan untuk kategori
Jatisrono
tinggi sebesar 52,2% (58 siswa), dan
yang baik bagi perkembangan siswa
siswa yang kecerdasan emosinya
siswinya. Orang yang bergabung
berada di kategori sangat tinggi
dalam sebuah organisasi dengan
sebesar
Hasil
kecerdasan emosi yang tinggi akan
menunjukkan
mendahulukan kepentingan bersana,
45%
penelitian
bahwa
sebagian
(50
tersebut
kecerdasan
besar
siswa).
ekstrakurikuler
memberikan
pramuka
kontribusi
emosi
siswa
dapat menyeleseikan permasalahan
termasuk
dalam
bersama
melalui
empati
yang
kategori tinggi. Tingkat kecerdasan
dimiliki masing-masing individu dan
emosi yang tergolong tinggi dalam
simpati serta dapat
kondisi ini dapat diinterpretasikan
perubahan yang positif dalam setiap
bahwa subjek dalam bertingkah laku
diri individu (So-Jung & Kyeong-
atau dalam melakukan suatu tindakan
Seok,
akan dipikirkan baik buruknya akan
menyatakan
dipikirkan sisi positif dan negatif
ekstrakurikuler keterlibatan prososial
yang didapat dari tindakan yang akan
lebih bertujuan untuk meningkatkan
dilakukannya. Orang yang memiliki
kemampuan
kecerdasan emosi yang tinggi akan
mengembangkan
berupaya menciptakan keseimbangan
emosional dan kecerdasan spiritual
diri dan lingkungannya, emosinya
untuk
lebih stabil, tegas, dan bertanggung
yang
jawab, memiliki keterampilan dalam
diri sendiri dan terhadap semua
menyeleseikan
pihak. Kegiatan ini dimaksudkan
masalah,
mudah
9
2014).
mendorong
Mahoney
bahwa
kegiatan
kepemimpinan,
kecerdasan
menciptakan
efektif,
(2005)
lingkungan
harmonis terhadap
agar siswa terbiasa berinteraksi dan
sehingga empati terhadap apa yang
saling
dirasakan orang lain meningkat.
kerjasama
dengan
orang
lain. Selain itu kegiatan terebut
Kepekaan
dapat menumbuhkan
kecerdasan
lain ini yang mendorong seseorang
dengan
untuk mengasihi sepenuh hati dan
emosi
siswa
kegiatan
karena
tersebut
menghargai
orang
mengendalikan
anak
lain,
emosi,
akan
terhadap emosi
orang
berusaha menolongnya.
belajar
Berdasarkan
kategorisasi
berempati
skala perilaku altruistik diketahui
dengan orang lain, saling tolong
bahwa variabel perilaku altruistik
menolong dan bekerjasama dalam
mempunyai
mengerjakan
tugas (dalam Dazeva
sebesar 55,37 dan rerata hipotetik
& Tarmidi, 2012). Hasil penelitian
(RH) sebesar 42,5 dengan rincian,
Deniz (2008) yang dilakukan pada
subjek yang berada dikategori sangat
siswa di Turki menunjukkan hasil
rendah tidak ada (0%), siswa yang
bahwa
mengikuti
termasuk kategori rendah sebesar
memiliki
0%, siswa dalam kategori sedang
kompetensi kecerdasan emosional
sebesar 0,9% (1 orang), sedangkan
yang baik pada kesadaran diri,
untuk kategori tinggi sebesar 47,7%
kemampuan mengatasi masalah, dan
(53 siswa), dan siswa yang perilaku
belajar berperilaku empatik (Dazeva
altruistiknyanya berada di kategori
& Tarmidi, 2012). Penelitian yang
sangat tinggi sebesar 51,3% (57
dilakukan oleh Cahyaningtyas (2010)
siswa).
bahwa siswa yang ikut serta dalam
menunjukkan
kegiatan ekstrakurikuler memiliki
altruistik
siswa
sebagian
besar
kecerdasan emosional yang lebih
termasuk
dalam
kategori
sangat
tinggi dibandingkan dengan siswa
tinggi. Tingkat perilaku altruistik
yang
dalam
yang tergolong sangat tinggi dalam
kegiatan ekstrakurikuler (Dazeva &
kondisi ini dapat diinterpretasikan
Tarmidi, 2012). Proses
tersebutlah
bahwa subjek memiliki kemampuan
terbentuknya
untuk merasakan, memahami dan
siswa
yang
kepanduan/Pramuka
tidak
ikut
yang
mendukung
suatu
empati
dari
serta
tiap siswa,
peduli
10
rerata
Hasil
empirik (RE)
penelitian
tersebut
bahwa
perilaku
terhadap
perasaan
atau
penderitaan yang dialami oleh orang
norma-norma,
lain.
keadaan sekitar.
Faktor
lingkungan
dan
situasi
atau
akan
Berdasarkan hasil penelitian
berpengaruh pada perilaku seseorang
dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
dalam
emosi
bertindak
Meinarno,
2012)
(Sarwono
&
memberikan
kontribusi
seperti
adanya
terhadap perilaku altruistik sehingga
seseorang
dalam
dapat dijadikan tolak ukur dalam
dapat
perilaku altruistik, meskipun masih
membuat seseorang menjadi lebih
ada faktor lain yang mempengaruhi
berempati kepada orang lain dan
perilaku altruistik selain variabel
adanya rasa saling tolong menolong
kecerdasan emosional, tetapi tidak
(dalam Daeva & Tarmidi, 2012).
bisa dipungkiri dalam hal ini peneliti
keikutsertaan
kegiatan
ekstrakurikuler
Berdasarkan
hasil
analisis
tidak terlepas dari kesulitan dan
yang menunjukkan bahwa variabel
kendala dalam melakukan penelitian.
kecerdasan
Penelitian
emosi
memberikan
ini
terdapat
beberapa
sumbangan efektif sebesar 47% yang
kelemahan seperti penelitian terbatas
di tunjukkan oleh R Square sebesar
pada
0,470 terhadap variabel perilaku
selanjutnya yang ingin melakukan
altruistik.
penelitian dengan tema yang sama
Hal
bahwa
ini
menunjukkan
kecerdasan
populasi
sehingga
peneliti
emosi
perlu melakukan pada ruang lingkup
altruistik
yang lebih luas dengan karakteristik
sebesar 47% sehingga terdapat 53%
yang berbeda dengan menggunakan
faktor
atau
mempengaruhi
lain
perilaku
yang
mempengaruhi
menambah
variabel-variabel
perilaku altruistik selain variabel
lain yang belum disertakan. Peneliti
kecerdasan emosi. Faktor lain yang
tidak mengetahui kondisi subjek
mempengaruhi
yang sesungguhnya sehingga dalam
selain
perilaku
kecerdasan
altruistik
emosi
yang
pengisian skala dimungkinkan terjadi
diantaranya yaitu faktor dalam diri
pengisian yang tidak jujur dengan
seperti
empati,
kondisi subjek yang sesungguhnya
mood dan jenis kelamin. Sedangkan
sehingga cenderung menutup-nutupi
faktor
informasi.
kepribadian/sifat,
dari
luar
seperti
adanya
11
KESIMPULAN
SARAN
1. Ada hubungan positif yang sangat
signifikan
antara
Berdasarkan
kesimpulan
kecerdasan
yang telah dikemukakan di atas,
emosi dengan perilaku altruistik.
maka peneliti memberikan beberapa
Semakin tinggi kecerdasan emosi
saran
semakin tinggi perilaku altruistik
memberikan manfaat yaitu:
pada
1. Bagi
siswa
siswi
anggota
yang
diharapkan
siswa
yang
dapat
kecerdasan
pramuka, begitu juga sebaliknya.
emosinya dalam kategori sedang
2. Tingkat perilaku altruistik pada
atau tinggi diharapkan dapat
siswa siswi anggota pramuka
mempertahankan
termasuk dalam kategori sangat
emosinya dengan terus ikut aktif
tinggi
dalam kegiatan ekstrakurikuler
3. Tingkat kecerdasan emosi pada
dan
kecerdasan
selanjutnya
dapat
siswa siswi anggota pramuka
mengaplikasikan apa yang di
temasuk dalam kategori tinggi.
dapat
4. Sumbangan
efektif
emosional
terhadap
kecerdasan
ke
dalam
masyarakat
sekitar tempat tinggalnya.
perilaku
2. Bagi guru diharapkan dapat terus
altruistik adalah 51,7, yang berarti
mengawasi dan mendorong anak
masih ada 48,3% faktor lain yang
untuk
mempengaruhi perilaku altruistik
kecerdasan
selain
kecerdasan
kegiatan-kegiatan baik di dalam
emosional yang diantaranya faktor
sekolah maupun kegiatan di luar
dalam
sekolah.
faktor
diri
seperti
kepribadian/sifat, empati, mood
terasah
kemampuan
emosinya
melalui
3. Bagi peneliti lain yang akan
dan jenis kelamin. Sedangkan
melakukan
faktor dari luar seperti adanya
tema
norma-norma, dan situasi atau
mampu memperbaiki kelemahan
keadaan sekitar.
yang terdapat dalam penelitian
yang
penelitian
sama
dengan
diharapkan
ini yaitu dengan memperluas
sampel penelitian serta dapat
mengaitkan dengan faktor lain
12
Emosional Siswa ditinjau dari
Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler.
Psikologia-online, 7(2), 81-92.
selain kecerdasan emosi, seperti
adanya efek bystander, tempat
tinggal, jenis kelamin, adanya
Desmita.
(2009).
Psikologi
Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
model, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Goleman, D. (1999). Working with
Emotional Intelligence. New
York, NY: Bantam Books.
_______.
(2001).
Kecerdasan
Emosional untuk Mencapai
Puncak
Prestasi
(Penerjemah: Widodo dan
Alex Tri Kantjono). Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Umum.
_______. (2009).
Kecerdasan
Emosional : Mengapa EI
lebih penting daripada IQ
(Penerjemah: Hermaya, T).
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Abraham, C. & Shanley, E. (1997).
Psikologi
Sosial
untuk
Perawat (Penerjemah: Leoni
Sally Maitimu). Jakarta:
EGC.
Afolabi, O.A. (2012). Roles of
Personality Types, Emotional
Intellegence and Gender
Differences on Prosocial
Behavior.
Psychological
Thought, Vol. 6 (1), 34-234.
Arbadiati,
C.W.
&
Kurniati,
Taganing. (2007). Hubungan
antara Kecerdasan Emosional
dengan
Kecenderungan
Problem Focused Coping
pada Sales. Pesat, 2(2), 2427.
Garliah, L. & Wulandari, B. (2003).
Hubungan Antara Religiusitas
dengan
Altruisme
pada
Mahasiswa
Universitas
Sumatera
Utara
yang
Beragama
Islam.
Jurnal
Pemikiran dan Penelitian
Psikologi, 1(2) 115-127.
Baron & Byrne. (2005). Psikologi
Sosial. Alih Bahasa: Ratna
Djuwita. Jakarta: Erlangga.
http://duaanak.com/berita-utama/dihadapan-remaja-fathonahsentil-pramuka-danpesantren/ , diakses 20 Juni
2015.
Chin, Susan T.E, Anantharaman R.N
& Tong, David Y.K. (2011).
Analysis of the Level of
Emotional Intelligence among
Executives in Small and
Medium Sized Enterprises.
Journal of Human Resources
Management
Research 2,
2011(2011), 2-7.
Kim, So-Jong & Kim, Kyoung-Seok.
(2014). A Critical Review of
the Advanced Research on
Emotional Intellegence in
Management. The Standard
International Journals (The
SIJ), 2(4), 233-239.
Dazeva, Vety & Tarmidi. (2012).
Perbedaan
Kecerdasan
13
Kitonanma, Alee & Ridho, M.
(2015). Putera Sampoerna
Foundation dan Alfamart
Gelar Seminar Pendidikan.
http://pekanbaru.tribunnews.co
m/2015/03/12/puterasampoerna-foundation-danalfamart-gelar-seminarpendidikan, diunduh pada
tanggal 13 Mei 2105.
Sarwono, Sarlito W., & Meinarno,
Eko A. (2009). Psikologi
Sosial.
Jakarta:
Salemba
Humanika.
_______. (2012). Psikologi Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Sears, David O., Freedman, Jonathan
L. & Peplau, L. Anne. (1994).
Psikologi
Sosial.
Edisi
Kelima. Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Lestari, Mustiana. (2015). Foto Anak
SD Ciuman di Tengah Banjir
di
Hujat
Netizen.
http://www.merdeka.com/peris
tiwa/foto-anak-sd-ciuman-ditengah-banjir-dihujatnetizen.html, diakses 21 Juni
2015.
Modassir, Atika & Singh, Tripti.
(2008).
Relationship
of
Emotional Inteelegence with
Transformational Leadership
add Organizational Citizenship
Behavior.
International
Journal of Leadership Studies
(IJLS), Vol. 4(1), 3-21.
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2010, pasal 1
(4)
tentang
Gerakan
Pramuka.(2012).
Jakarta:
Kementrian Pemuda dan Olah
Raga Republik Indonesia.
Widyarini, N. (2009). Seri Psikologi
Populer: Relasi Orangtua
Anak: Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Yeung, Anne, B. (2006). In Search of
a Good Society: Introduction to
Altruism Theories and Their
Links with Civil Society. Civil
Society Working Paper No. 25
Sabiq, Z & Djalali, M. A. (2012).
Kecerdasan Emosi, Kecerdasan
Spiritual & Perilaku Prososial
Pondok Pesantren Nasyrul
Ulum
Pamekasan.
Jurnal
Psikologi Indonesia, 1(2), 1.
Salarzehi, Habibollah, S., Yaghoubi,
Nou, M., Naroei, M., Sin,
Liem, G. (2011). A Survey of
Relationship
Between
Emotional Intelligence and
Orgazational
Citizenship
Behaviour in Iran. International
Business & Management, 3(1),
130-135.
14
Download