MENERAPKAN KECERDASAN INTELIGENSI DAN KECERDASAN EMOSIONAL DI TEMPAT KERJA Dewi Laraswati AMIK BSI Jakarta Jalan RS Fatmawati No 24, Pondok Labu, Jakarta 12450 email: [email protected] Abstract One of the things to watch out for each company to manage the functions of management is in terms of improving its human resources (HR) in order to create effectiveness and efficiency in work. Many factors can affect the performance of each employee including through intelligence intelligence (IQ) and emotional intelligence (EQ). Thus the need for managerial or grow the company to generate intelligence intelligence (IQ) and emotional intelligence (EQ) on each individual employee in order to support the company's performance and success. Keywords: Intelligence Intelligence (IQ) and Emotional Intelligence (EQ) I. PENDAHULUAN Salah satu hal yang harus diperhatikan setiap perusahaan dalam mengelola fungsi manajemen adalah dalam hal peningkatan sumber daya manusianya (SDM) guna menciptakan efektifitas dan efisiensi dalam bekerja. Dalam mencapai kesuksesan setiap perusahan secara otomatis menuntut karyawannya untuk dapat bekerja secara optimal yang secara langsung dapat berpengaruh pada kinerja dan keberhasilan perusahaan tersebut. Permasalahan mengenai kinerja merupakan permasalahan yang akan selalu dihadapi oleh pihak manajemen perusahaan, karena itu manajemen perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan tersebut akan membuat manajemen perusahaan dapat mengambil berbagai kebijakan yang diperlukan, sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawannya agar sesuai dengan harapan perusahaan (Habibah, 2001). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja setiap karyawan diantaranya melalui kecerdasan intelegensi (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ). Menurut Martin dalam Fabiola (2005) mengatakan kinerja karyawan tidak hanya dilihat dari kemam puan kerja yang sempur na, tetapi juga kemam puan menguasai dan mengelola diri sendiri serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kemampuan tersebut oleh Daniel Goleman (2005) disebut dengan Emotional Intelligence atau kecerdasan emosi. Melalui penelitiannya mengatakan bahwa kecerdasan emosi menyumbang 80% dari faktor penentu kesuksesan sesorang, sedangkan 20% yang lain ditentukan oleh IQ (Intelligence Quotient). Di sini terlihat dalam mencapai suatu keberhasilan tidak hanya mengandalkan intelektual saja tetapi diperlukan juga keterampilan serta bagaimana seseorang dapat mengontrol dan mengatur emosinya dengan melakukan pemikiran yang tenang tanpa emosi. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kecerdasan Sumber: Goleman, 2002 Banyak definisi dari kecerdasan diantaranya kecerdasan dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan seseorang untuk menguasai kemampuan tertentu atas aneka macam ketrampilan. Menurut Joseph secara umum kecerdasan adalah suatu kemampuan umum yang membedakan kualitas orang yang satu dengan orang yang lain. Dalam wikipedia kecerdasan biasa digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Serta kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Kecerdasan (Inteligensi) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni: 1. Kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. 2. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Menurut L.L. Thurstone dalam wikipedia pembagian spesifikasi kecerdasan meliputi: 1. Pemahaman dan kemampuan verbal 2. Angka dan hitungan 3. Kemampuan visual 4. Daya ingat 5. Penalaran 6. Kecepatan perseptual Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan yaitu: 1. Biologis 2. Lingkungan 3. Budaya 4. Bahasa 5. Masalah etika Intelegensi atau kecerdasan seseorang dengan yang lain cenderung berbeda-beda. Hal ini karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor yang mempengaruhi intelegensi (kecerdasan) antara lain: a. Faktor Bawaan Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. b. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati c. d. e. oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Faktor Pembentukan Segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Contohnya proses belajar di lembaga pendidikan (sekolah). Atau bisa juga pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya. Faktor Kematangan Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masingmasing. Faktor Kebebasan Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya. Kelima faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja semuanya saling berhubungan. B. Kecerdasan Intelektual (IQ) Intelegensi merupakan kemampuan kognitif yang dimiliki organisme untuk menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan yang kompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi oleh faktor genetik. Spearman mengelompokan inteligensi ke dalam dua kategori. Kategori yang pertama adalah g factor atau biasa disebut dengan kemampuan kognitif yang dimiliki individu secara umum, misalnya kemampuan mengingat dan berpikir. Kategori yang kedua disebut dengan s factor yaitu merupakan kemampuan khusus yang dimiliki individu. G faktor lebih merupakan potensi dasar yang dimiliki oleh setiap orang unuk belajar dan beradaptasi. Inteligensi ini dipengaruhi oleh faktor bawaan. Faktor s merupakan intelligensi yang dipengaruhi oleh lingkungan sehingga faktor s yang dimiliki oleh orang yang satu akan berbeda dengan orang yang lain. Kemampuan intelektual ini dapat diukur dengan suatu alat tes yang biasa disebut IQ (Intellegence Quotient). IQ adalah ekspresi dari tingkat kemampuan individu pada saat tertentu, dalam hubungan dengan norma usia yang ada. Setiap tes IQ akan disesuaikan dengan kebutuhan dari penggunaan tes IQ tersebut. Misalnya tes IQ jika ingin masuk kerja. Wiramiharja (2003) mengemukakan indikator-indikator dari kecerdasan Intelektual yaitu: 1. Kemampuan figur yaitu merupakan pemahaman dan nalar dibidang bentuk 2. Kemampuan verbal yaitu merupakan pemahaman dan nalar dibidang bahasa 3. Pemahaman dan nalar dibidang numerik atau yang berkaitan dengan angka biasa disebut dengan kemampuan numerik Dengan memiliki kecerdasan intelektual yang lebih baik maka setiap orang akan mampu memilih strategi pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas. Artinya orang yang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yang kurang cerdas. Menurut para ahli IQ - Intelligence Quotient, dapat ditingkatkan dengan latihan sederhana dan mengubah kebiasaan-kebiasaan tertentu, caranya sebagai berikut: 1. Latihan pernapasan dalam 2. Jaga postur tubuh 3. Perhatikan makanan C. Kecerdasan Intelektual dan Kinerja Karyawan Dunia kerja erat kaitannya dengan kecerdasan intelektual yang dimiliki oleh Seseorang. Dengan memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi diharapkan pekerjaan yang dihasilkan jauh lebih baik dan lebih efektif. Hal ini dikarenakan orang yang memiliki IQ tinggi jauh lebih mudah dalam menyerap ilmu yang diberikan sehingga kemampuannya dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pekerjaanya akan lebih baik (Eysenck, 2005). Penelitian yang pernah dilakukan oleh Wiramiharja (2003) ia memberikan bukti bahwa IQ memberikan kontribusi sebesar 30 % didalam pencapaian prestasi kerja dan kinerja sesorang. Setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang berbeda. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi IQ seseorang diantaranya faktor genetika, faktor lingkungan sekitar (perilaku dan bahasa), asupan gizi dan pendidikan yang sesuai serta tepat. D. Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri sendiri dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara positif. Daniel Goleman mengatakan bahwa EQ merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi secara tepat. EQ akan saling melengkapi dengan IQ, tetapi keduanya tidak selalu berjalan secara parallel dimana tiak semua orang yang memiliki IQ yang menonjol akan memiliki EQ yang menonjol pula. Kecerdasan emosional itu sendiri mencakup beberapa hal diantaranya pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. Menurut Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Di dalam kecerdasan emosional setiap orang dituntut untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Dalam hal ini kecerdasan emosional menuntut seseorang untuk pintar dalam mengendalikan emosinya. Menurut Dio (2003), dalam konteks pekerjaan kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengetahui yang orang lain rasakan, termasuk cara tepat untuk menangani masalah. Orang lain yang dimaksudkan disini bisa meliputi atasan, rekan sejawat, bawahan atau juga pelanggan Kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari Kecerdasan emosional terdiri dari: a. Kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri) b. Kecakapan sosial (menangani suatu hubungan) c. Keterampilan sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain). Bagan Pengaruh Penerapan Emotional Intelligence Dalam Organisasi: Sumber: Anthony Dio Martin, 2000 Dalam bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa kecerdasan emosi memiliki pengaruh positif terhadap hasil kerja dan kinerja seseorang. Kecerdasan emosi dikaitkan dengan sistem manajemen sumber daya manuisia, misalnya untuk pelatihan, dalam hal ini kecerdasan emosi dapat dijadikan dasar untuk memberikan pelatihan secara khusus. Pelatihan tersebut hasil akhirnya dapat meningkatkan kinerja karyawan Menurut Goleman (2001) kecerdasan emosional dapat diukur melalui lima kecerdasan dasar dalam EQ yaitu: 1. Self awareness Merupakan kemampuan sesorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya dan efeknya serta menggunakannya untuk membuat keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis, atau kemampuan diri dan mempunyai kepercayaan diri yang kuat lalu mengkaitkannya dengan sumber penyebabnya. 2. Self management Yaitu merupakan kemampuan menangani emosinya sendiri, mengekspresikan serta mengendalikan emosi, memiliki kepekaan terhadap kata hati, untuk digunakan dalam hubungan dan tindakan sehari-hari. 3. Motivation Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat untuk setiap saat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, mampu bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. 4. Empati (social awareness) Empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif orang lain, dan menimbulkan hubungan saling percaya serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu 5. Relationship management Merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan menciptakan serta mempertahankan hubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan dan bekerja sama dalam tim. Seorang pegawai yang memiliki kecakapan emosi yang menonjol akan memunculkan tingkah laku kerja yang ”smart” (cerdas), terutama dalam berhubungan dengan orang lain. Dia akan menyadari posisinya saat ini serta mampu memimpin dirinya sendiri dalam menyelesaikan pekerjaannya, sekalipun pimpinannya tidak ada di tempat. Cara dia menjalin relasi , baik dalam hubungannya dengan bisnis maupun pertemanan, menunjukkan cara pengelolaan diri (self management) yang proporsional. Seorang peminpin yang memiliki kecakapan emosi proporsional akan mampu ”membagi hidup” kepada pengikutnya sebagai model yang efektif untuk menggerakkan roda organisasi atau unit kerja. Kemampuannya memimpin diri sendiri secara tidak langsung menjadi teladan yang efektif bagi pengikutnya untuk menemukan hikmah tentang bagaimana cara pemberdayaan diri yang optimal. Pemimpin yang memiliki kecakapan emosi yang menonjol akan lebih banyak bekerja daripada memerintah atau sibuk dengan disposisi yang tidah terarah. Pemimpin yang ber EQ optimal juga mampu mengendalikan diri dengan proporsional dan mementingkan kepentingan staff serta organisasinya. Para ahli menemukan bahwa sistem pola asuh ternyata banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan kecerdasan emosi seseorang. Disamping itu faktor kegagalan-kegagalan bertubitubi juga dapat mempengaruhi EQ seseorang. Faktor lingkungan dimana seseorang hidup dan berelasi, ternyata sangat memberi warna terhadap kecerdasan emosi seseorang. Langkah-langkah untuk membangkitkan EQ: 1. Mengenal kekuatan dan kelemahan diri terutama dalam berhubungan dengan orang lain. 2. Membiasakan diri berlatih, bertemu dan berelasi dengan banyak orang dari berbagai latar belakangdan karakter. 3. Belajar memimpin diri sendiri sebelum kelak kita memimpin orang lain. E. Kecerdasan Emosi dan Kinerja Karyawan Dunia kerja mempunyai berbagai masalah dan tantangan yang harus dihadapi oleh karyawan, misalnya persaingan yang ketat, tuntutan tugas, suasana kerja yang tidak nyaman dan masalah hubungan dengan orang lain. Dalam hal ini seseorang tidak bisa hanya mengandalkan kecerdasan intelektualnya saja untuk dapat menyelesaikan masalah denga baik, tetapi disinilah kecerdasan emosional memegang peranan yang sangat penting. Bagaimana seseorang dapat menyelesaikan persoalannya dengan mengatur emosinya sehingga menghasilkan atau menampilkan kinerja dan hasil kerja yang lebih baik. Menurut Daniel Goleman, seorang psikolog ternama pernah mengatakan bahwa untuk mencapai kesuksesan dalam dunia kerja bukan hanya cognitive intelligence saja yang dibutuhkan tetapi juga emotional intelligence. Sehingga seorang pegawai yang lebih menonjolkan kecakapan emosi akan lebih memunculkan perilaku kerja yang cerdas (smart), terlebih lagi dalam berinteraksi dengan orang lain dimana dia lebih mampu dalam memimpin dirinya dalam menyelesaikan pekerjaan dengan baik dalam keadaan ada atau tidak ada atasannya. Perusahaan dapat juga memberikan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan kecerdasan emosi karyawan. Pelatihan-pelatihan tersebut dapat dilakukan oleh manajemen perusahaan sendiri ataupun dengan mengirimkan beberapa karyawan untuk mengikuti pelatihan EQ III. METODE PENELITIAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jika kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) disatukan sangat berpengaruh positif terhadap kinerja seorang karyawan. Kecerdasan intelektual (IQ) memberi pengaruh dalam hal merefleksikan kemampuan seseorang dalam menghadapi situasi-situasi praktis dalam hidupnya. Sedangkan kecerdasan emosional (EQ) sangat berpengaruh dalam hal kecakapan pribadi yaitu bagaimana seseorang bisa mengatur dirinya sendiri serta Kecakapan sosial dimana sangat berperan dalam berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Sehingga dijarapkan dengan dukungan IQ dan EQ dapat meningkatkan profesionalisme seseorang dalam bekerja. Penulis menggunakan metode kepustakaan. Mulai dari rujukan konseptual dan teoritis bagi keseluruhan proses studi diperoleh melalui studi kepustakaan, agar kesahihan hasil studi dapat dipertanggung jawabkan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu agar bisa bertindak secara terarah dan berpikir secara bermakna sehingga dapat memecahkan masalah. Dimana ada tiga indicator yaitu kemampuan figur, kemampuan verbal dan kemampuan numerik. Hal ini membuktikan bahwa kecerdasan intelektual secara langsung akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kinerja karyawan sehingga semakin baik lecerdasan intelektual yang dimiliki oleh karyawan maka hasil kerja dan kinerja karyawan dalam bekerja juga akan baik, begitu juga sebaliknya. Kecerdasan emosi yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri sendiri dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara positif mempunyai lima dimensi, yaitu self awareness (kesadaran diri), self management (cara pengelolaan diri yang proporsional), motivation (motivasi), empathy, relationship management. Oleh karena dengan diterapkannya IQ dan EQ di tempat kerja sangat berpengaruh maka manajerial perusahaan perlu melakukan tolak ukur kinerja. Dimana kinerja tersebut sangat berkaitan dengan kemampuan dan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap karyawan. Adanya tolok ukur yang jelas diharapkan karyawan terpacu untuk bekerja sungguhsungguh dengan memperhatikan kuantitas dan kualitas hasil kerjanya. Perlunya dilakukan pelatihan knowledge dan skill yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tugastugas yang berdasarkan job descriptionnya. Sehingga kemampuannya dalam bekerja, memecahkan masalah, menganalisa, ataupun memutuskan suatu persoalan dapat menjadi lebih baik. V. KESIMPULAN VI. SARAN Untuk setiap individu karyawan diharapkan senantiasa meningkatkan kecerdasan intelegensi dan kemampuan emosionalnya, karena dengan kemampuan emosional yang baik akan dapat meningkatkan kinerjanya dan profesionalisme di tempat mereka bekerja. Bagi perusahaan hendaknya memperhatikan aspek kecerdasan emosional calon karyawan di samping memperhatikan kecerdasan intelektualnya. DAFTAR PUSTAKA Marpaung, Parlindungan. 2006. Setengah Isi Setengah Kosong. Bandung. MQS Publishing. Meirnayati Trihandini, Fabiola. 2005. Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan. Semarang. Goleman, D, 2000, Kecerdasan Emosi: Mengapa Emotional Intelligence Lebih Tinggi Daripada IQ. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Goleman, Daniel. 2002. Ilmu Baru Tentang Hubungan Antarmanusia (Social Intelligence). Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Jaali, H. 2007. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta http://unhalu.ac.id/staff, 24 Juli 2010. http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.52,25 2010. Juli http://geodesy.gd.itb.ac.id, 25 Juli 2010 http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008, 24 Juli 2010. http://id.shvoong.com/medicine-and health/1893533kiat-meningkatkan-iq, 25 Juli 2010