ANALISIS STRATEGI USAHA SAYURAN ORGANIK DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA “RR ORGANIC FARM”, KABUPATEN CIANJUR Oleh: SANTI ROSITA A14304026 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SANTI ROSITA. Analisis Strategi Usaha Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur. Di bawah bimbingan AHYAR ISMAIL Sektor pertanian merupakan sektor potensial dalam perekonomian Indonesia karena mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyediaan lapangan pekerjaan, mengurangi angka kemiskinan di perdesaan, dan penyedia kebutuhan pokok masyarakat. Peran sektor pertanian juga perlu menjadi perhatian utama dalam pembangunan bangsa karena kebanyakan penduduk di Indonesia berkecimpung dalam bidang pertanian (Suhardjo, 1988). Pertanian di Indonesia sebagian besar masih dilakukan secara konvensional yaitu penggunaan input berupa bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida kimia. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan akan berdampak kepada penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia. Pemahaman masyarakat akan bahaya bahan kimia tersebut mulai disadari sehingga dicari alternatif bercocok tanam yang dapat menjaga lingkungan yang lebih sehat. Sejak itulah mulai dikembangkan kembali cara pertanian alamiah yaitu pertanian organik dengan slogan back to nature. Bisnis produk pangan organik terus mengalami perkembangan pesat di negara-negara berkembang. Menurut International Trade Centre, nilai perdagangan produk organik di seluruh dunia menunjukkan pertumbuhan yang positif yaitu dengan tingkat pertumbuhan 5 – 20 persen per tahun pada tahun 2003. Sementara itu, IFOAM (International Federation for Organic Agriculture Movement) memprediksi bahwa pertumbuhan pasar organik berada dikisaran 20 – 30 persen setiap tahun pada tahun 2005. Oleh sebab itu, peluang pengembangan produk pertanian organik masih sangat luas dan menjanjikan. Di Indonesia produk yang dapat dikembangkan secara organik dan yang memiliki prospektif adalah subsektor hortikultura, terutama sayuran yang merupakan sumber mineral dan vitamin sebagai pelengkap bagi kebutuhan manusia dan berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan serta peningkatan gizi juga terbukti mempunyai peranan penting dalam menjaga kesehatan tubuh yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Salah satu produsen yang bergerak dibidang sayuran organik adalah PT Anugerah Bumi Persada yang terletak di Desa Galudra Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Jenis-jenis sayuran yang diproduksi oleh perusahaan secara garis besar terdapat 20 jenis sayuran, dimana mayoritas yang diproduksi perusahaan adalah sayuran Jepang organik yang mencapai 70 persen dari total volume usaha. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan mengalami fluktuasi pada volume produksi sayuran, dimana pada bulan Desember 2007 dan April 2008 penurunan volume produksi cukup tinggi. Selain itu, pemahaman masyarakat akan pentingnya pangan sehat mulai disadari dalam jangka waktu lama, sehingga terjadi peningkatan permintaan produk sayuran organik dipasaran. Hal ini, berimplikasi pada tingkat persaingan yang semakin ketat untuk memperebutkan pangsa pasar yang ada. Oleh karena itu, perusahaan perlu merumuskan dan menyusun strategi yang tepat dengan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dalam menjalankan usahanya. Penelitian Analisis Strategi Usaha Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic farm” bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal, dan (2) menganalisis formulasi dan pemilihan strategi usaha yang tepat bagi perusahaan dalam menjalankan usaha sayuran organik. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret hingga April 2008. Pemilihan responden berjumlah 7 orang, diantaranya direktur utama, manajer produksi sebanyak 3 orang, manajer pemasaran sebanyak 2 orang dan staf pekerjaan umum. Ketujuh responden tersebut dianggap ikut serta dalam pengambilan keputusan demi keberlangsungan perusahaan. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan melalui pendekatan Indepth Interview, diskusi dan kuesioner serta observasi. Data sekunder yang digunakan berasal dari sumber dan literatur yang berkenaan dengan masalah yang diteliti seperti sumber dari Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur, Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta, Kantor Desa Galudra, kumpulan data yang dimiliki oleh pihak perusahaan, bahan pustaka, artikel, jurnal, fasilitas internet dan hasil-hasil penelitian terdahulu. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini mengidentifikasi lingkungan faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi perusahaan, sedangkan untuk merumuskan dan menyusun strategi usaha yang tepat terdapat tiga tahapan yang perlu ditempuh. Tahapan-tahapan tersebut meliputi tahap pengumpulan input dasar (the input stage), tahap pemaduan atau pencocokkan (the matching stage), dan tahap keputusan (the decision stage). Berdasarkan hasil identifikasi bahwa kekuatan utama perusahaan adalah ramah lingkungan sedangkan kelemahan utama adalah volume produksi yang masih rendah. Peluang utama perusahaan adalah pangsa pasar sayuran organik yang akan terus meningkat dan loyalitas konsumen dan distributor untuk sayuran organik cukup tinggi. Ancaman utama bagi perusahaan yaitu pangsa pasar pesaing semakin luas, adanya hama dan penyakit yang menyerang tanaman serta perubahan iklim dan gejala alam. Prioritas strategi alternatif yang tepat yang dapat direkomendasikan untuk perusahaan, berdasarkan hasil analisis matriks QSP (Quantitative Strategic Planning) adalah mengoptimalkan dan meningkatkan volume produksi dengan total TAS (Total Attractive Score) tertinggi sebesar 6,63 dengan cara perencanaan tanam yang lebih teliti, penyediaan sarana produksi yang lengkap dan memanfaatkan lahan yang masih kosong atau belum ditanam serta memproduksi sayuran yang bernilai ekonomis. ANALISIS STRATEGI USAHA SAYURAN ORGANIK DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA “RR ORGANIC FARM”, KABUPATEN CIANJUR Oleh : Santi Rosita A14304026 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Judul Nama NRP : Analisis Strategi Usaha Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur. : Santi Rosita : A14304026 Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr NIP 131 878 942 Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP 131 124 019 Tanggal Lulus: PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya mengenai : Analisis Strategi Usaha Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi Persada ”RR Organic farm”, Kabupaten Cianjur adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai tulisan ilmiah pada suatu perguruan tinggi atau lembaga manapun. Bogor, Juli 2008 Santi Rosita A14304026 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 02 Maret 1986 di Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Sarjo Suwirjo dan Ibu Siti Patimah. Penulis mengawali pendidikan akademis di Sekolah Dasar (SD) Negeri Dewi Sartika Tanjung Baru Kabupaten Bekasi pada tahun 1992, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 02 Tanjung Baru Kecamatan Lemah Abang Kabupaten Bekasi. Selanjutnya penulis meneruskan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) 02 Kabupaten Karawang dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis di terima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI, sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya (EPS), jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, angkatan ke-41. Selama kuliah penulis mengikuti kegiatan kampus seperti anggota UKM UKF (Uni Konservasi Fauna) dan anggota OMDA Panatayuda (Organisasi Mahasiswa Daerah) Kabupaten Karawang. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul Analisis Strategi Usaha Sayuran Jepang Organik di PT Anugerah Bumi Persada, “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada program studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemikiran akan pemahaman masyarakat akan bahaya bahan kimia sintetis dalam jangka waktu lama mulai disadari. Sejak itulah dilirik kembali cara pertanian alamiah dengan slogan back to nature, artinya gaya hidup sehat dengan cara kembali ke alam yang menjadi trend baru sebagian masyarakat Indonesia. Judul ini dipilih atas pertimbangan bahwa pada perusahaan seringkali terjadi fluktuasi volume produksi dan tingkat persaingan yang cukup ketat sehingga diperlukan perumusan strategi yang tepat bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan informasi bagi perusahaan dan penulis sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan. Selain itu, ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi penelitian ini. Semoga skripsi penelitian ini bermanfaat dan menjadi dasar pemikiran dalam proses penelitian-penelitian selanjutnya. Bogor, Juli 2008 Penulis UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya dalam melakukan penulisan skripsi ini hingga selesai. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orangtua penulis, mamah dan papah yang selalu memberikan doa, semangat, perhatian dan dukungan baik secara moril maupun materi serta adik penulis Shofiyanti yang telah memberikan warna kehidupan pada penulis. Terima kasih atas semuanya. 2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membimbing dan membantu penulis serta memberikan nasehat untuk penyelesaian penulisan ini. 3. Febriantina Dewi, SE. MSc atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama. 4. Etriya, SP, MM atas kesediaannya menjadi dosen penguji wakil departemen. 5. Bapak Rustam Effendi selaku pemilik PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm” yang telah memberi izin dan membantu penulis dalam melakukan penelitian. 6. Bapak Firmansyah Rustam sebagai direktur utama perusahaan yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm” dan terima kasih atas dukungan serta nasehat yang telah Bapak berikan kepada penulis sampai pada penyelesaian penulisan ini. 7. Para manajer perusahaan dibagian produksi untuk Mas Subur, Mas Maman dan Mas Arif, bagian pemasaran untuk Pak Bambang dan Pak Sis serta staf pekerjaan umum untuk Mas Anto yang selalu membantu penulis dalam melakukan penelitian, pengambilan data dan memberikan nasehat dalam penulisan ini. 8. Seluruh pekerja di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm” yang selalu membantu penulis di lapang dalam mengambil data. 9. Teman-teman EPS’41 yang telah memberikan doa, semangat, perhatian, bantuan dan kebahagiaan kepada penulis selama di IPB. Untuk Wida, Nunung, Puspita, Dylla, Nia, Anggi, Rolas, Retno dan juga teman seperjuangan penulis dalam melakukan penelitian : Mayang, Leni dan Devi. Terima kasih telah memberikan dukungan dan kerjasama. Semoga kita semua diberikan kesuksesan oleh Allah SWT. Amin. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ………………………………………………………… v DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… vi DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… vii I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1 1.2 Perumusan Masalah……………………………………………….. 5 1.3 Tujuan ……………………………………………………………… 8 1.4 Kegunaan Penelitian ……………………………………………….. 8 1.5 Batasan Penelitian ………………………………………………….. 9 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertanian Organik…………………………………………………. 10 2.2 Prinsip-prinsip Pertanian Organik…………………………………. 11 2.2.1 Prinsip Kesehatan ..................................................................... 11 2.2.2 Prinsip Ekologi ……………………………………………… 12 2.2.3 Prinsip Perlindungan ………………………………………… 13 2.2.4 Prinsip Keadilan ……………………………………………… 13 2.3 Keuntungan dan Kelemahan Pertanian Organik……………………… 14 2.4. Definisi Sayuran………………………………………………………. 15 2.5 Usahatani Tanaman Sayuran ………………………………………….. 16 2.6 Hasil Penelitian Terdahulu …………………………………………… 17 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis……………………………………….. 20 3.1.1 Konsep Manajemen Strategi………………………………… . 20 3.1.2 Proses Manajemen Strategi…………………………………… 21 3.1.3 Konsep Pemasaran …………………………………………… 22 3.1.4 Bauran Pemasaran …………………………………………… 23 3.1.4.1 Harga (Price) ………………………………………… 24 3.1.4.2 Produk (Product)……………………………………... 24 3.1.4.3 Tempat (Place) ………………………………………. 24 3.1.4.4 Promosi (Promotion) ………………………………… 25 3.1.5 Analisis Lingkungan …………………………………………. 26 3.1.5.1 Analisis Internal ……………………………………… 26 3.1.5.2 Analisis Eksternal ……………………………………. 27 3.2 Kerangka Operasional ……………………………………………… 32 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………… 36 4.2 Jenis dan Sumber Data …………………………………………… 36 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data…………………………… .. 37 4.3 1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)……………………. 37 4.3.2 Matriks External Factor Evaluation (EFE)…………. ………. 39 4.3.3 Matriks Internal External (IE)……………………… ……….. 41 4.3.4 Matriks Strength, Weakness, Opportunities, and Threats (SWOT) ……………………………………………. 43 4.3.5 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)… …………. 45 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan…………………………… . 48 5.2 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ………………………………… 49 5.3 Lokasi Perusahaan …………………………………………………. 50 5.4 Struktur Organisasi ………………………………………………… 51 VI IDENTIFIKASI FAKTOR LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL 6.1 Analisis Faktor Lingkungan Internal …………………..................... 54 6.1.1 Keuangan ………………………….......................................... 54 6.1.2 Pemasaran ................................................................................ 55 6.1.1.1 Segmentasi Pasar……………………………………... 55 6.1.1.2 Bauran Pemasaran …………………………………… 55 6.1.3 Sumberdaya manusia (SDM) .................................................... 60 6.1.4 Produksi .................................................................................... 61 6.1.5 Manajemen ………………………………………………....... 68 6.2 Analisis Faktor Lingkungan Eksternal………………....................... 68 6.2.1 Lingkungan Makro………………………………… …........... 68 6.2.1.1 Ekonomi ……………………………………................ 68 6.2.1.2 Sosial ............................................................................ 70 6.2.1.3 Teknologi ..................................................................... 72 6.2.1.4 Pemerintah ................................................................... 73 6.2.1.5 Ekologi (Alam) ............................................................ 76 6.2.2 Lingkungan Mikro ………………………................................ 78 6.2.2.1 Pesaing ......................................................................... 78 6.2.2.2 Pelanggan (Pembeli) .................................................... 79 6.2.2.3 Produk Substitusi ......................................................... 80 6.2.2.4 Pemasok ....................................................................... 80 6.2.2.5 Ancaman Pendatang Baru ............................................ 81 6.3 Identifikasi Faktor Lingkungan Internal ……………………............ 82 6.4 Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal ......................................... 84 VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1 Tahap Masukan (The Input Stage) …………………………… 86 7.1.1 Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)……… 86 7.1.2 Analisis Matriks External Factor Evaluation (EFE) .......... 89 7.2 Tahap Pencocokkan (The Matching Stage)……………………… 91 7.2.1 Matriks Internal External (IE)……………………………. 91 7.2.2 Analisis Matriks Strenght, Weakness, Opportunities and Treahts (SWOT) ………………………. 93 7.3 Tahap Keputusan (The Decition Stage)………………………….. 105 7.3.1 Quantitative Planning Strategic Matrix (QSPM)………….. 105 VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 108 8.2 Saran………………………………………………………………... 109 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Besarnya Pangsa Pasar Pangan Organik di Asia Pasifik …………....... 2. Kandungan Nutrisi Beberapa Sayuran Organik dan Anorganik 3 (Setiap 100 gram, berat kering)………………………………………. 4 3. Jenis-jenis Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi Persada............... 5 4. Permintaan dan Produksi Sayuran Organik PT Anugerah Bumi Persada Periode Agustus 2007- Maret 2008………………………… 7 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal…………………………… 38 6. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)............................................ 39 7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal…………………………. 40 8. Matriks EFE (External factor Evaluation)……………………………. 41 Matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats)....... 44 10. Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning ………………………. 46 11. Luas Desa Galudra ……….................................................................. 51 12. Biaya PT Anugerah Bumi Persada Periode 9. Maret 2007- Februari 2008, (Rp 000) ……………………………….. 55 13. Harga Penjualan Sayuran Organik di Swalayan…………………….. 58 14. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), 2001-2004………………… 69 15. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaannya ………...................... 71 16. Daftar Pemasok Bahan Input………………………………………… 81 17. Identifikasi Faktor Lingkungan Internal PT Anugerah Bumi Persada................................................................................................. 84 18. Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal PT Anugerah Bumi Persada……………………………………………………………….. 19. Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) PT Anugerah Bumi Persada ……………………………………………………….. 20. 86 89 Analisis Matriks EFE (External Factor Evaluation) PT Anugerah Bumi Persada ....................................................................................... 90 21. Analisis Matriks SWOT……………………………………………….. 94 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Tahapan pengambilan Keputusan……………………………………. 25 2. Model Kekuatan Porter………………………………………………. 30 3. Kerangka Pemikiran Operasional ……………………………............ 35 4. Matriks Internal-Eksternal (IE)…………………………………….. 42 5. Struktur Organisasi ………………………………………………….. 53 6. Saluran Distribusi Langsung………………………………………… 59 7. Saluran Distribusi Tidak Langsung ………………………………… 59 8. Tahapan Proses Produksi……………………………………………. 62 9. Analisis Matriks Internal-Eksternal (IE)……………………………. 92 DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. Halaman Permintaan dan Produksi Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi Persada Periode Agustus 2007-Maret 2008……………………………………. 2. 113 Biaya PT Anugerah Bumi Persada Periode Maret 2007-Februari 2008 (Rp 000)………………………………………………. …………….. 115 3. Kuesioner Analisis QSPM…………………………………….. …… 116 4. Kuesioner Pemberian Bobot terhadap Faktor-faktor Internal dan Eksternal…………………………………………………………. 5. 122 Kuesioner Pemberian Rating terhadap Faktor-faktor Internal dan Eksternal ………………………………… …………………….. 125 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor potensial dalam perekonomian Indonesia. Hal ini karena sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyediaan lapangan pekerjaan, mengurangi angka kemiskinan di perdesaan, dan penyedia kebutuhan pokok masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi lainnya. Peran sektor pertanian perlu menjadi perhatian utama dalam pembangunan bangsa karena kebanyakan penduduk di negaranegara berkembang dan Asia Tenggara termasuk Indonesia berkecimpung dalam bidang pertanian yang secara langsung mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan perekonomian bangsa (Suhardjo, 1988). Pertanian di Indonesia sebagian besar masih dilakukan secara konvensional. Pertanian secara konvensional menyebabkan tingginya penggunaan input berupa bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida kimia. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan akan berdampak kepada penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia. Pemahaman masyarakat akan bahaya bahan kimia tersebut mulai disadari sehingga dicari alternatif bercocok tanam yang dapat menghasilkan produk yang bebas dari cemaran bahan kimia sintetis serta dapat menjaga lingkungan yang lebih sehat. Sejak itulah mulai dikembangkan kembali cara pertanian alamiah yaitu pertanian organik dengan slogan back to nature yang artinya kembali ke alam yang sedang menjadi trend baru sebagian masyarakat Indonesia. Menurut IFOAM atau International Federation of Organik Agriculture Movements (2005) yang merupakan organisasi yang mewadahi gerakan organik diseluruh dunia, bahwa pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem secara alami sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes)1. Bisnis produk pangan organik terus mengalami perkembangan pesat, untuk negara-negara berkembang produksi pangan organik hanya berkisar pada produk pangan organik primary products atau yang belum diolah. India merupakan produsen utama buah-buahan dan rempah-rempah. Filipina merupakan produsen besar bagi pisang organik, dan Cina sumber madu organik dan sayuran organik. Jepang juga telah mengembangkan bisnis pertanian organik (Winarno dalam Simbolon, 2003). Berikut tabel pangsa pasar organik di Asia Pasifik. 1 Husnain dan Haris Syahbuddin. 2005. Mungkinkah Pertanian Organik di Indonesia:Peluang dan Tantangan. http://www.ifoam.org. Edisi Vol.4/XVII/2005 (Diakses pada 20 Februari 2008) Tabel 1. Besarnya Pangsa Pasar Pangan Organik di Asia Pasifik Negara Nilai (US$) Persentasi (%) Jepang 250 juta 53,2 Australia 165 juta 35,1 Selandia baru 36 juta 7,7 Lainnya (Asia) 19 juta 4,0 Sumber: Oganik Monitor dalam Winarno (2003) Menurut International Trade Centre, nilai perdagangan produk organik di seluruh dunia menunjukkan pertumbuhan yang positif yaitu mencapai angka 16 miliar dollar AS pada tahun 2000 dan terus naik ke angka 23 miliar dollar AS pada tahun 2003 dengan tingkat pertumbuhan 5 – 20 persen per tahun. Sementara itu, IFOAM memprediksi bahwa pertumbuhan pasar organik berada dikisaran 2030 persen setiap tahun.2 Oleh sebab itu, peluang pengembangan produk pertanian organik segar masih sangat luas dan menjanjikan. Beberapa produk pangan yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan. Dari beberapa sektor tersebut subsektor hortikultura merupakan komoditas prosfektif, baik untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun internasional. Subsektor hortikultura mempunyai peluang yang besar untuk memberikan kontribusi dalam upaya pemulihan perekonomian nasional dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Putra (2006) perkembangan komoditas hortikultura memberikan dampak yang positif terhadap pembangunan pertanian dalam rangka mencapai sistem pertanian yang berkelanjutan dan berdaya saing. Salah satu subsektor hortikultura yang merupakan sumber mineral dan vitamin sebagai pelengkap bagi kebutuhan manusia dan berperan dalam 2 Prasari, Maria Epik. 2004. Perdagangan Pertanian Organik Peluang dan Tantangan bagi Petani Kecil. 64.203.71.11/kompas-cetak/0411/08/ilpeng/1370325.htm2004. (Diakses pada 13 Maret 2008) pemenuhan kebutuhan pangan serta peningkatan gizi adalah tanaman sayuran. Sayuran merupakan sumber serat makanan (dietary fiber) yang telah terbukti mempunyai peranan penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Selain itu, sayuran juga merupakan salah satu sumber provitamin A dan vitamin C, sumber kalsium dan zat besi, dan menyumbang sedikit kalori serta sejumlah elemen mikro yang lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran konvensional yang ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Nutrisi Beberapa Sayuran Organik dan Anorganik (Setiap 100 gram, berat kering) Jenis Kalsium Buncis Organik Buncis Magne- Potassium Sodium Thiamin Zat Temsium besi baga 40,5 60 99,7 8,6 60 227 69 15,5 14,8 29,1 <1 2 10 3 96 203,9 257 69,5 117 1584 32 47,5 46,9 84 <1 1 19 <1 60 43,6 148,3 20,4 13 94 48 17,5 15,6 53,7 <1 2 20 <1 Slada Organik Slada 71 49,3 175,5 12,2 169 516 60 16 13,1 53,7 <1 1 1 <1 Tomat Organik Tomat 23 59,2 148 6,5 68 1938 53 4,5 4,5 28,6 <1 1 1 <1 Bayam Organik Bayam Kol Organik Kol Sumber: Majalah Fit dalam Yulia (2006) PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm” adalah salah satu perusahaan pertama yang bergerak dalam budidaya sayuran organik di Indonesia. Perusahaan tersebut terletak di Desa Galudra Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Perusahaan ini memproduksi komoditi yang diinginkan pasar (market oriented) seperti dipasarkan pada Ranch market (Pondok Indah, Jakarta Selatan), Papaya Swalayan (Jakarta Selatan), Kamome Swalayan (Jakarta Selatan), Ranch Market (Kebun Jeruk, Jakarta Barat), Ranch Market (Grand Wijaya), Ranch Market (Darmawangsa Square), Ribbon, dan Dapur Palembang. Selain ditawarkan kebeberapa swalayan tersebut, perusahaan juga melayani para pelanggan yang langsung memesan ditempat. Jenis-jenis sayuran yang diproduksi oleh perusahaan secara garis besar terdapat 20 jenis sayuran yang ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 3. Jenis-jenis Sayuran Organik di PT Anugerah Bumi Persada Jenis-jenis Sayuran produksi PT Anugerah Bumi Persada “ RR Organic Farm” Horenso (bayam jepang) Negi (bawang jepang) Tomat apel momotaru Daikon (lobak putih jepang) Brokoli Baby buncis Hakusai (sawi putih) Tomat cherry Kol Kabocha (waluh jepang) Wortel Asparagus Komatsuna (sawi hijau) Kokabu Pakcoi hijau Nira (kucai) Kyuri (timun jepang) Cabe rawit/keriting Daun Selada Kangkung Sumber: Produksi Komoditi Sayuran Organik PT Anugerah Bumi Persada Untuk mendukung pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan berdaya saing serta menjaga keberlangsungan perusahaan dalam menjalankan usahanya, diperlukan penyusunan rencana dan strategi usaha yang handal dan efektif untuk mencapai sasaran bisnis yang telah ditetapkan, sehingga dapat meningkatkan profit perusahaan. 1.2 Perumusan Masalah Potensi dan peluang pengembangan pertanian organik pada subsektor hortikultura, terutama pada tanaman sayuran memiliki prospek yang baik dan telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Dengan kemajuan perekonomian, pendidikan, peningkatan pendapatan dan kesadaran masyarakat untuk kesehatan dan lingkungan menyebabkan permintaan produk sayuran organik semakin meningkat, sehingga potensi dan peluang pengembangan pertanian organik di bidang hortikultura untuk sayur cukup terbuka di masa mendatang. Salah satu produsen komoditi sayur organik di Indonesia adalah PT Anugerah Bumi Persada yang terletak di Desa Galudra Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur. Perusahaan tersebut lebih banyak bergerak pada budidaya sayuran jepang organik, dimana sayuran jepang organik yang dihasilkan oleh perusahaan mencapai 70 persen dari total volume usaha, sehingga sayuran jepang organik merupakan produk yang utama dalam memberi pendapatan dan keuntungan bagi perusahaan. Banyaknya masyarakat yang sadar akan pemenuhan gizi dan pelestarian lingkungan mengakibatkan konsumsi terhadap sayur organik meningkat, sehingga memberikan peluang kepada perusahaan sekaligus menghadapkan perusahaan pada satu ancaman dalam menjalankan usahanya. Beberapa bulan terakhir volume produksi perusahaan mengalami fluktuasi, dimana penurunan produksi cukup tinggi terjadi pada bulan Desember 2007 dan April 2008 yaitu sekitar 315 Kg. Perubahan iklim, hama dan penyakit tanaman merupakan faktor terbesar yang mengakibatkan volume produksi perusahaan tersebut menurun. Data permintaan dan produksi sayuran organik perusahaan secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 1 dan ringkasannya ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Permintaan dan Produksi Sayuran Organik PT Anugerah Bumi Persada Periode Agustus 2007- Maret 2008 Waktu Permintaan (Kg) Produksi (Kg) Agustus 2007 1885 1840 September 2007 1885 2050 Oktober 2007 1885 1755 Nopember 2007 1885 1440 Desember 2007 1885 1185 Januari 2008 3415 1345 Pebruari 2008 3415 1730 Maret 2008 3415 2050 Total 19670 13395 Sumber: PT Anugerah Bumi Persada, 2008 Data terbaru untuk volume produksi perusahaan pada bulan April 2008 mencapai 1700-an Kg. Hal ini mengalami penurunan yang cukup tinggi dibandingkan dengan volume produksi pada bulan sebelumnya. Sementara tingkat permintaan akan sayuran organik di pasar relatif sama yaitu mencapai 3.415 Kg. Dengan pemahaman masyarakat akan pangan sehat, permintaan produk sayuran organik meningkat cukup pesat. Hal ini memicu para produsen untuk membuka usaha dengan menerapkan sistem bertaninya secara organik yang berimplikasi dengan semakin tingginya tingkat persaingan. Begitupun usaha yang dijalankan oleh PT Anugerah Bumi Persada yang tak luput dari persaingan yang ditunjukkan dengan pangsa pasar perusahaan relatif kecil (hasil wawancara) sedangkan untuk pangsa pasar pesaing sudah memasuki pasar internasional. Sampai awal tahun 2006, terdapat sekitar 40 produsen organik di daerah JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi) yang terdaftar di Dinas Pertanian dan Asosiasi Pertanian Organik (APO, Maporina atau Masyarakat Pertanian Organik Indonesia), dimana 24 produsen diantaranya bergerak di bidang usaha sayuran organik (Deptan dalam Yanti, 2006). Pesaing yang cukup potensial bagi perusahaan yaitu Agatho, Amani, dan Ranch Organik. Berdasarkan uraian diatas, maka perusahaan perlu merumuskan strategi usaha yang tepat dengan mengenali lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha perusahaan untuk mencapai tujuan usaha. Adapun permasalahan yang akan dianalisis adalah sebagai berikut: 1. apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta ancaman dan peluang yang akan dihadapi oleh PT Anugerah Bumi Persada; 2. bagaimana strategi usaha sayuran organik yang tepat yang dapat diterapkan oleh PT Anugerah Bumi Persada; 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penelitian terhadap permasalahan diatas adalah: 1. mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta ancaman dan peluang yang akan dihadapi PT Anugerah Bumi Persada; 2. menganalisis formulasi dan pemilihan strategi usaha sayuran organik yang tepat yang dapat direkomendasikan kepada PT Anugerah Bumi Persada; 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Sebagai masukan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam menyusun strategi usaha untuk keberlangsungan perusahaan pada masa yang akan datang. 2. Sebagai referensi atau sumber informasi untuk penelitian lebih lanjut. 1.5 Batasan Penelitian Penelitian ini ditekankan pada analisis lingkungan internal dan eksternal serta mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan tersebut dan merumuskan strategi yang tepat melalui pendekatan konsep manajemen strategi dalam proses manajemen strategi yaitu tahap formulasi strategi, sehingga menjawab permasalahan dan tujuan penelitian. Konsep manajemen strategi adalah untuk mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif suatu perusahaan. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertanian Organik Pertanian organik di Indonesia bukan merupakan sistem baru yang diterapkan oleh petani. Selama beribu tahun sampai tahun 1900-an para petani selalu menerapkan sistem pertanian organik dengan penggunaan pupuk dari kotoran hewan atau sisa-sisa hasil panenan atau tanam, adalah hal yang selalu digunakan sebagai penyubur tanah. Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Pertanian organik berbeda dengan penanaman secara konvensional yang memberi unsur hara secara cepat dan langsung dalam membentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman (Afifi, 2007). Langkah pencegahan dari kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia yang biasa dilakukan untuk pengolahan tanah, pengendalian hama dan penyakit tanaman yaitu dengan dilakukannya sistem pertanian secara organik. Sistem pertanian organik yang dilakukan tidak menimbulkan pencemaran berbahaya dan tidak meracuni tubuh serta bahan input dengan sistem organik mudah untuk diperoleh. Selain itu, pertanian organik ramah akan lingkungan sehingga kelestarian lingkungan yang ada akan tetap terjaga. 2.2 Prinsip-prinsip Pertanian Organik Prinsip-prinsip berikut merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan pertanian organik. Prinsip-prinsip ini berisi tentang sumbangan yang dapat diberikan pertanian organik bagi dunia, dan merupakan sebuah visi untuk meningkatkan keseluruhan aspek pertanian secara global. Prinsip-prinsip tersebut mengilhami gerakan organik dengan segala keberagamannya. Prinsipprinsip ini menjadi panduan bagi pengembangan posisi, program dan standarstandar IFOAM. Selanjutnya, prinsip-prinsip ini diwujudkan dalam visi yang digunakan di seluruh dunia 3. 2.2.1 Prinsip Kesehatan Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan. Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem. Tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia. Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan. Hal ini tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi juga dengan memelihara kesejahteraan fisik, mental, sosial dan ekologi. Ketahanan tubuh, keceriaan dan pembaharuan diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat. Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia. Secara 3 Husnain dan Haris Syahbuddin. 2005. Prinsip-prinsip Pertanian Organik. http://www.ifoam.org/about_ifoam/pdfs/POA_folder_indonesian.pdf (Diakses pada 20 Februari 2008) khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obatobatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan. 2.2.2 Prinsip Ekologi Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan produksi yang khusus sebagai contoh, tanaman membutuhkan tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan. Pengelolaan organik harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi, budaya dan skala lokal. Bahan-bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan-bahan dan energi secara efisien guna memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam. Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola sistem pertanian. Dalam menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi produk-produk organik harus melindungi dan memberikan keuntungan bagi lingkungan secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman hayati, udara dan air. 2.2.3 Prinsip Perlindungan Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup. Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya. Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak utuh. Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab merupakan hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan pemilihan teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Dengan pengalaman praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional menjadi solusi tepat dalam mengembangkan pertanian organik. Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan dengan menerapkan teknologi tepat guna. Segala keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan dari semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses-proses yang transparan dan partisipatif. 2.2.4 Prinsip Keadilan Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan makhluk hidup yang lain.Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen. Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan. Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan ketersediaan pangan maupun produk lainnya dengan kualitas yang baik. Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya. 2.3 Keuntungan dan Kelemahan Pertanian Organik Penerapan sistem pertanian organik memiliki keuntungan dan kelemahan dalam pelaksanaannya. Keuntungan dari pertanian organik adalah sebagai berikut: (1) menghindari pemakaian pestisida secara berlebihan akan dapat mengurangi resiko keracunan zat pembasmi hama penyakit dan masyarakat dapat mengkonsumsi makanan yang lebih sehat, (2) dapat menghemat biaya operasional karena tidak menggunakan pupuk dan pestisida sintetik serta pengolahan tanah secara organik yaitu melalui pengolahan tanah secara minimum (minimum tillage) akan mengurangi biaya operasional juga, (3) penerapan pertanian organik memungkinkan keseimbangan tanah terjaga, (4) meningkatnya kesadaran masyarakat akan jaminan kesehatan produk pertanian akan menaikkan jumlah yang ingin dibayar terhadap komoditi tersebut dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Sedangkan kelemahan dalam penerapan pertanian organik adalah sebagai berikut: (1) membutuhkan pengelolaan yang cukup rumit, (2) membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasilnya, (3) biasanya pada awal pengolahan dengan sistem ini membutuhkan biaya yang cukup besar, dan (4) tidak dapat dihindari kerusakan pada saat awal penerapan sistem ini. 2.4 Definisi Sayuran Awalnya istilah hortikultura dikenal di Eropa pada abad 17 yaitu di Italia dan Eropa Tengah. Hortikultura berasal dari bahasa latin yaitu hortus yang berarti kebun dan colore yang berarti membudidayakan. Secara harfiah, hortikultura berarti ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun (Ashari, 1995). Sayuran sebagai salah satu jenis komoditas hortikultura selain buahbuahan, tanaman hias, dan tanaman obat. Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan vitamin sebagai pelengkap bagi kebutuhan manusia yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Menurut Soedharoedjian (1993), bahwa sayuran merupakan sumber seluruh vitamin seperti vitamin A yang banyak terdapat pada jenis sayuran yang berwarna merah dan kuning seperti wortel dan waluh. Untuk vitamin B1, B2, dan B6 terdapat pada sayuran yang daunnya berwarna hijau tua dan kacang-kacangan. Untuk vitamin C hampir semua sayuran mengandung vitamin tersebut seperti tomat, kentang, lombok, dan sayuran yang berwarna tua, sedangkan untuk vitamin E dan K banyak terdapat pada sayuran daunan dan pucuk tunas seperti bayam, asparagus, dan kubis. Beberapa mineral penting yang terdapat pada sayuran adalah besi, kalsium, dan fosfor. Selain itu, sayuran juga merupakan sumber utama mineral dalam diet. Sayuran dibutuhkan manusia untuk beberapa macam manfaat salah satunya untuk membantu metabolisme tubuh. Selain kandungan vitamin, sayuran juga mengandung karbohidrat yang berbentuk selulosa, gula, dan zat tepung. Menurut Setyati (1989) sayuran memiliki ciri-ciri antara lain: 1. dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan segar atau hidup sehingga bersifat mudah rusak; 2. komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air bukan kandungan bahan kering seperti halnya tanaman agronomi seperti jagung dan tanaman perkebunan; 3. harga sayuran ditentukan oleh mutu atau kualitas bukan jumlahnya; 2.5 Usahatani Tanaman Sayuran Berdasarkan tujuannya, usahatani tanaman sayuran dibagi menjadi lima kategori (Ashari, 1995), yaitu: 1. Budidaya pekarangan hasil panen digunakan untuk keperluan sendiri dan aktivitas usaha dilakukan disekitar rumah tinggal atau pekarangan. Jenis dan jumlah tanaman tidak banyak dan pemeliharaan kurang intensif. 2. Budidaya sayuran komersial Aktivitas usaha dilakukan pada sebidang tanah yang cukup luas dan hasil panen dijual ke pasar. Jenis dan jumlah tanaman lebih banyak dibandingkan dengan budidaya pekarangan. Pemeliharaan tanaman dilakukan secara intensif dengan mempertimbangkan biaya produksi dan perkiraan pendapatan. 3. Budidaya agribisnis Usahatani ini sama dengan budidaya sayuran komersial, perbedaannya hanya dalam skala usaha yang luas dan tranportasi. Aktivitas usaha dilakukan ditempat yang jauh dari pasar, sehingga memerlukan unit pengangkutan yang cukup besar. Perhitungan biaya produksi lebih kompleks karena jenis pekerjaan lebih bervariasi. 4. Budidaya sayuran olahan atau agroindustri Areal usahatani ini sangat luas dengan menggunakan peralatan mesin pertanian yang canggih. Hasil panen akan diolah lebih lanjut, misalnya diawetkan dalam kaleng. 2.6 Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Yanti (2006) mengenai strategi pengembangan usaha sayuran organik di pertanian organik “Kebonku” terlihat bahwa pangsa pasar sayuran organik masih luas serta loyalitas konsumen dan distributor cukup meningkat merupakan peluang dari usaha tersebut. Sedangkan ancamannya adalah sengketa kepemilikan lahan dan perkembangan jenis hama dan penyakit pada tanaman. Untuk kekuatan adalah perencanaan tanam sudah baik dan adanya hubungan atasan dengan karyawan yang terjalin dengan baik. Kelemahannya adalah volume produksi kurang optimal dan lokasi perusahaan yang sulit dijangkau. Hasil yang diperoleh dari matriks IFE sebesar 2,321 yang menggambarkan perusahaan berada dalam kondisi internal rata-rata, tidak terlalu kuat dan lemah sedangkan hasil matriks EFE sebesar 2,950 bahwa respon yang diberikan oleh ”Kebonku” kepada lingkungan eksternal tergolong sedang untuk mengatasi ancaman dan memanfaatkan peluang yang ada. Dengan matriks IE menunjukkan perusahaan saat ini berada di posisi kuadran V yaitu strategi hold dan maintain. Hasil penelitian Kaharuddin (2006) yang berjudul Analisis Strategi Pemasaran Jambu Biji Organik di PT Sawangan Bumi Makmur, Parung Bogor menyatakan hasil analisis perusahaan memiliki kondisi internal rata-rata dan kemampuan sedang (rata-rata) dalam merespon faktor eksternal. Matriks IE memposisikan perusahaan pada sel V merupakan posisi hold dan maintain artinya strategi yang diterapkan pada posisi ini adalah strategi penetrasi dan pengembangan produk. Berdasarkan analisis SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi, pemilihan alternatif strategi terbaik melalui pendekatan QSPM yang merekomendasikan strategi bekerjasama dengan pihak lain untuk mengolah jambu biji organik agar dapat memberi nilai tambah karena strategi ini memiliki nilai TAS (Total Attractive Score) sebesar 5,430. Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha sayuran organik pada Kelompok Tani “Usahatani bersama” di Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat oleh Putri (2006) menjelaskan penerapan konsep manajemen strategi dalam pengembangan usaha. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, EFE, SWOT, dan QSPM. Berdasarkan identifikasi faktor internal dan eksternal maka skor total analisis internal adalah 2,312 menunjukkan kemampuan ”Usahatani Bersama” mengatasi kelemahan dengan menggunakan kekuatan yang ada berada di bawah rata-rata. Skor pada analisis eksternal sebesar 3,324 berarti kemampuan kelompok tani ”Usahatani Bersama” dalam memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman tergolong tinggi. Peluang yang paling direspon oleh kelompok tani adalah program kawasan agropolitan (0,476). Ancaman utamanya persaingan yang cukup tinggi (0,454). Inti strategi yang dapat diterapkan adalah strategi tumbuh dan kembangkan. Salah satu alternatif strategi yang dapat diimplementasikan dan dikembangkan pada posisi ini adalah strategi intensif atau strategi integrasi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Manajemen Strategi Strategi berasal dari kata Yunani strategos dan strategia, istilah strategi yang dipakai berarti pengetahuan dan seni menangani sumber-sumber yang tersedia dari suatu perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang diinginkan. Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar. selain itu, strategi mempengaruhi kemakmuran perusahaan dalam jangka panjang, khususnya untuk lima tahun, dan berorientasi ke masa depan. Strategi memiliki konsekuensi yang perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi perusahaan (David, 2006). Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Manajemen strategi berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi untuk mencapai keberhasilan organisasi. Selain itu, manajemen strategi adalah sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Manajemen strategi sangat penting bagi kesuksesan suatu perusahaan baik kecil maupun besar, proses manajemen strategi secara signifikan dapat memperkuat pertumbuhan dan kemakmuran suatu perusahaan. Menurut Jauch dan Glueck (1988) bahwa manajemen strategi akan membantu perusahaan dalam melihat ancaman dan peluang di masa mendatang, sehingga memungkinkan organisasi untuk dapat mengantisipasi kondisi yang selalu berubah. Selain itu, manajemen strategi menyediakan sasaran serta arah yang jelas bagi perusahaan/organisasi masa yang depan perusahaan/organisasi, mengembangkan sistem sehingga manajemen strategi mempunyai kemungkinan tingkat keberhasilan yang lebih besar daripada yang tidak menggunakan sistem tersebut. 3.1.2 Proses Manajemen Strategi Proses manajemen strategi adalah alur dimana penyusun strategi menentukan sasaran dan menyusun keputusan strategi. Menurut David (2006) proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1. Perumusan atau formulasi strategi Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. 2. Implementasi strategi Mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi, dan menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi. 3. Evaluasi strategi Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategi. Tiga aktivitas dasar evaluasi strategi, yaitu (1) meninjau ulang faktor eksternal dan internal, (2) mengukur kinerja, dan (3) mengambil tindakan korektif. 3.1.3 Konsep Pemasaran Konsep pemasaran muncul pada pertengahan tahun 1950-an. Pemasaran adalah kegiatan untuk menyampaikan barang dan jasa mulai dari titik produksi ke titik konsumen. Secara umum, pemasaran merupakan kegiatan sebelum berproduksi artinya sudah direncanakan sebelumnya. Pemasaran adalah suatu kegiatan ekonomi dalam melakukan koordinasi dari produksi sampai konsumsi. (Dahl dan Hammond, 1977) Menurut Kotler (2005), pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Tujuan pemasaran menurut Peter Drucker dalam Kotler (2005) adalah mengetahui dan memahami pelanggan dengan baik sehingga produk atau jasa cocok dengan pelanggan dan selanjutnya mampu menjual dirinya sendiri. idealnya, pemasaran harus menghasilkan pelanggan yang siap membeli. Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler (2005) mendefinisikan pemasaran merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, dan penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. Pemasaran juga dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa, ada tujuh fungsi dasar pemasaran: (1) analisis pelanggan, (2) penjualan produk/jasa, (3) perencanaan produk dan jasa, (4) penetapan harga, (5) distribusi, (6) riset pemasaran, dan (7) analisis peluang. pemahaman fungsi-fungsi ini membantu penyusun strategi mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan pemasaran (David, 2006). 3.1.4 Bauran Pemasaran Strategi pemasaran terdiri dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi manajemen untuk mencapai tujuan usaha, salah satunya adalah bauran pemasaran. Menurut Kotler (2000), bauran pemasaran sebagai seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasaran. Bauran pemasaran merupakan satu perangkat yang akan menentukan tingkat keberhasilan pemasaran bagi perusahaan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada segmen pasar atau konsumen yang akan dipilih. Bauran pemasaran juga merupakan sekelompok variabel yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi pembeli atau konsumen dalam pasar sasarannya (Ariani, 2006). Terdapat empat variabel dalam bauran pemasaran yang disebut sebagai 4P yaitu harga (price), produk(product), tempat (place) dan promosi (promotion). 3.1.4.1 Harga (price) Strategi penetapan harga suatu barang atau jasa oleh perusahaan memberikan pengaruh yang tidak sedikit bagi perusahaan karena harga merupakan penentu bagi permintaan pasar. Selain itu, harga mempengaruhi posisi persaingan perusahaan dan mempengaruhi market share. 3.1.4.2 Produk (product) Perencanaan bauran pemasaran yang efektif pada dasarnya berawal dari perumusan suatu konsep produk yang efektif dan efisien yang mengarah kepada pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen yang dituju. Unsur-unsur dari bauran produk terbagi atas sepuluh unsur yang masing-masing terdiri dari: kualitas, desain, bentuk, merek, kemasan, ukuran, keanekaragaman produk, pelayanan, jaminan, dan pengembalian. 3.1.4.3 Tempat (place) Kotler (2002) menjelaskan pada level tempat atau distribusi perusahaan perlu memiliki pandangan saluran yang menyeluruh atas tantangan perusahaan dalam mendistribusikan atau memasarkan produknya kepada konsumen. Menurut Angipora (2002), rantai saluran distribusi dibagi kedalam dua bentuk, yaitu: 1. saluran distribusi langsung (direct channel of distribution) adalah bentuk penyaluran barang-barang atau jasa dari produsen ke konsumen dengan tidak melalui perantara; 2. saluran distribusi tidak langsung (indirect channel of distribution) adalah bentuk saluran distribusi yang menggunakan jasa perantara dan agen untuk menyalurkan barang atau jasa kepada konsumen. Perantara tersebut bergerak di bidang perdagangan besar dan pengecer; 3.1.4.4 Promosi (promotion) Kegiatan promosi pada dasarnya tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu dana atau keuangan, sifat pasar, sifat produk, dan tahap dalam daur hidup produk. Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan promosi. Pertama, komunikasi pemasaran merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pembeli dan penjual untuk mengarahkan pertukaran agar lebih memuaskan. Kedua, bauran promosi (promotional mix) merupakan kombinasi strategi dari variabel-variabel periklanan, personal selling, dan alat promosi lainnya untuk mencapai tujuan program penjualan. Teknik perumusan strategi dapat diintegrasikan dalam tiga tahap kerangka pengambilan keputusan, yaitu tahap pengumpulan input (the input stage), tahap pemaduan atau pencocokan (the matching stage), dan tahap keputusan (the decision stage), seperti yang disajikan pada Gambar 1. Tahap pertama: The Input Stage Tahap Kedua: The Matching Stage Tahap Ketiga: The Decision Stage Gambar 1. Tahapan pengambilan Keputusan Tahap pertama meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk menentukan strategi, terdiri dari matriks Internal Factor Evaluation (IFE), matriks External Factor Evaluation (EFE), dan Competitive Profile Matrix. Tahap kedua, untuk menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktorfaktor internal dan eksternal yang diperoleh dari tahap input. Teknik pada tahap dua adalah matriks Strength, Weakness, Opportunities, and Threats (SWOT), matriks Internal External (IE), matriks Grand Strategy, matriks Strategy Position and Action Evaluation (SPACE), dan matriks Boston Consulting Group (BCG). Pada tahap ketiga akan diambil keputusan strategi mana yang menjadi prioritas dengan menggunakan Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM) atau matriks perencanaan strategi kuantitatif. QSPM didesain untuk menentukan daya tarik relatif dan alternatif tindakan yang layak. 3.1.5 Analisis Lingkungan Analisis lingkungan ini memainkan peran sentral dalam manajemen strategi karena dapat mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal maupun kekuatan dan kelemahan internal suatu perusahaan atau organisasi. Analisis lingkungan dapat membantu perusahaan untuk memposisikan dirinya dalam perkembangan lingkungan secara kontinyu (Shrivastava, 1994). 3.1.5.1 Analisis Internal Analisis internal adalah proses perencanaan strategi yang menentukan letak kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Kajian proses analisis internal adalah sebagai berikut: 1. Sumberdaya dan Tenaga Kerja Sumberdaya dan tenaga kerja dapat memberikan keunggulan bersaing bagi perusahaan diantaranya, meliputi citra dan prestise perusahaan, struktur organisasi dan suasana yang efektif, sejarah perusahaan dalam mencapai tujuan, pengaruh terhadap pemerintah, kebijakan hubungan kerja yang efisien dan efektif. 2. Keuangan Keuangan meliputi total sumberdaya keuangan dan kekuatannya, struktur modal yang efektif, perencanaan keuangan, modal kerja, dan prosedur penganggaran modal yang efisien dan efektif. 3. Produksi dan Operasi Produksi dan operasi meliputi biaya operasi total, kapasitas untuk memenuhi pasar, fasilitas yang efisien dan efektif, ketersediaan bahan baku yang mencukupi, lokasi fasilitas dan kantor yang strategis. 4. Pemasaran Pemasaran memerlukan riset pasar, pengembangan produk, pengujian reaksi konsumen, perhitungan produksi dan biayanya, penentuan keperluan distribusi dan pelayanan, dan memutuskan cara pengiklanan dan promosi. 5. Manajemen. Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar, yaitu perencanaan, pengorganisasian, memotivasi, penyusunan staf, dan pengawasan (David, 2004). Perencanaan semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan menghadapi masa depan. Pengorganisasian bertujuan untuk mencapai usaha secara terkoordinasi dengan menetapkan hubungan antara tugas dan wewenang. Memotivasi adalah suatu proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai sasaran tertentu. Penyusunan staf berkaitan dengan pengelolaan sumberdayyaitu administrasi gaji dan upah, keamanan karyawan, dan pelatihan. Fungsi pengawasan termasuk semua aktivitas yang dilakukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan operasi sesuai yang direncanakan. 3.1.5.2 Analisis Eksternal Umumnya unit bisnis harus memantau kekuatan lingkungan makro yang menjadi penentu (demografi-ekonomi, teknologi, politik-hukum, dan sosialbudaya) dan pelaku lingkungan mikro utama (pelanggan, pesaing, ancaman pendatang baru, produk substitusi dan pemasok) yang berdampak pada kemampuannya memperoleh laba (Kotler, 2005). 1. Lingkungan Makro Lingkungan makro biasanya tidak berhubungan secara langsung dengan situasi operasional perusahaan atau lingkungan yang tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan. a. Faktor Ekonomi Keadaan perekonomian pada waktu sekarang dan di masa yang akan datang dapat mempengaruhi keuntungan dan strategi perusahaan (Jauch dan Glueck, 1988). Faktor-faktor ekonomi yang dianalisis kebanyakan perusahaan termasuk tahapan gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga, dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing, kebijakan fiscal, dan neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri. b. Faktor Sosial Faktor ini terpusat pada nilai dan sikap orang, khususnya pelanggan dan karyawan yang dapat mempengaruhi strategi. Nilai-nilai ini terwujud kedalam perubahan gaya hidup yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawannya. c. Faktor Teknologi Menurut Pearce dan Robinson (1997), untuk menghindari keusangan mendorong inovasi, perusahaan harus mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi industri. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan produk yang sudah ada atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran. d. Faktor Pemerintah Tindakan pemerintah dapat memperbesar peluang dan hambatan usaha, maupun memperkecil keduanya. Tindakan pemerintah tersebut meliputi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dan umumnya berhubungan dengan faktor ekonomi dan politik. Oleh karena itu, perusahaan harus meneliti lingkungan dan mencoba mempengaruhi kebijakan pemerintah serta memanfaatkan peluang dan meredakan ancaman yang ditimbulkan kebijakan pemerintah. e. Faktor Ekologi atau Alam Istilah ekologi mengacu pada hubungan antar manusia dan makhluk hidup lainnya dengan udara, tanah, dan air yang mendukung kehidupan mereka. Perhatian perusahaan yang semakin besar untuk melindungi lingkungan dibuktikan oleh upaya perusahaan untuk menetapkan kebijakan yang mendukung ekologi (Hutagalung, 2006). Perusahaan juga harus mewaspadai ancaman dan peluang yang berhubungan dengan kecenderungan dalam lingkungan alam seperti kekurangan bahan baku, peningkatan biaya energi, peningkatan level polusi, dan perubahan peran pemerintah dalam perlindungan lingkungan hidup (Kotler, 2000), 2. Lingkungan Mikro Lingkungan mikro disebut juga sebagai lingkungan industri. Menurut Jauch dan Glueek (1988) lingkungan industri merupakan faktor lingkungan eksternal terdekat yang berinteraksi langsung dengan perusahaan dalam pelaksanaan operasional. Struktur industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan aturan persaingan dan strategi yang secara potensial tersedia bagi perusahaan. Terdapat lima kekuatan yang menjadi faktor penentu kemampuan suatu industri yang dinyatakan Porter dalam David (2006), dimana suatu industri dikenal dengan sebutan sebagai analisis persaingan/analisis kompetitif, terdiri dari: (1) pemasok; (2) pembeli; (3) ancaman pendatang baru ; (4) produk substitusi; dan (5) tingkat pesaing di dalam industri. Produk substitusi Pemasok Persaingan antar perusahaan sejenis Pembeli/pelanggan Ancaman pendatang baru Gambar 2. Model Kekuatan Porter 1. Pemasok Produk pemasok bersifat unik atau terdiferensiasi, pemasok tidak bersaing dengan produk-produk lain dalam industri, pemasok memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi maju ke industri pembelinya, artinya pemasok melibatkan kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau pengecer. 2. Pembeli Pembeli atau pelanggan menuntut kualitas yang lebih tinggi atau layanan yang lebih baik dan dapat menekan harga. Kelompok pembeli kuat jika pembeli terkonsentrasi atau membeli dalam jumlah yang besar, dan pembeli menerima laba yang rendah. 3.Ancaman Pendatang Baru Pendatang baru pada suatu indutri membawa keinginan untuk merebut bagian pasar, akibatnya harga menjadi turun atau biaya membengkak sehingga mengurangi kemampuan laba. Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri tergantung pada rintangan masuk yang ada. Ada beberapa sumber utama hambatan masuk, yaitu: a. Skala ekonomis menghalangi masuknya pendatang baru dengan memaksa mereka untuk masuk pada skala besar dan mengambil resiko menghadapi reaksi yang keras dari pesaing yang ada atau masuk dengan skala kecil dan beroperasi dengan tingkat biaya yang tidak menguntungkan. b. Diferensiasi produk. Perusahaan tertentu mempunyai identifikasi merek dan kesetian pelanggan yang disebabkan oleh periklanan. Diferensiasi menciptakan hambatan masuk dengan memaksa pendatang baru mengeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi kesetiaan pelanggan. c. Kebutuhan modal. Kebutuhan untuk menanamkan sumber daya keuangan yang besar agar dapat bersaing menciptakan hambatan masuk. d. Kebutuhan untuk mendapatkan teknologi dan pengetahuan khusus serta kurangnya pengalaman. e. Akses ke saluran distribusi. Hambatan masuk dapat ditimbulkan dengan adanya kebutuhan dari pendatang baru untuk mengamankan distribusi produknya. f. Kebijakan pemerintah. pemerintah dapat membatasi atau bahkan melarang masuknya pendatang baru ke dalam industri melalui tindakan-tindakan seperti keharusan adanya ijin dan pembatasan akses ke bahan baku. 4. Produk Substitusi Produk substitusi atau jasa substitusi dapat membatasi potensi suatu industri dengan cara menetapkan batas harga tertinggi. Jika industri tidak mampu meningkatkan kualitas produk atau mendiferensiasikannya, laba dan pertumbuhan industri dapat terancam. 5. Tingkat Pesaing didalam Industri Menurut David (2004), strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya jika strategi itu memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Tingkat persaingan didalam industri terjadi karena ada perebutan posisi dengan menggunakan persaingan harga, perkenalan produk, dan persaingan iklan atau promosi. 3.2 Kerangka Operasional Saat ini produk organik mulai berkembang dan diminati banyak orang, bisa dilihat dari semakin banyaknya produsen yang mulai menerapkan bertaninya secara organik serta peningkatan konsumsi masyarakat yang ingin bergaya hidup sehat. Dari beberapa komoditas yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia, komoditas hortikultura merupakan komoditas prosfektif, terutama untuk komoditi sayuran baik untuk mengisi kebutuhan domestik maupun internasional. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam usaha produk sayuran jepang organik di Indonesia adalah PT Anugerah Bumi Persada. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan mengalami fluktuasi pada volume produksi sayuran, dimana pada bulan Desember 2007 dan April 2008 penurunan volume produksi cukup tinggi. Selain itu, pemahaman masyarakat akan pentingnya pangan sehat mulai disadari dalam jangka waktu lama, sehingga terjadi peningkatan permintaan produk sayuran organik dipasaran. Hal ini, berimplikasi pada tingkat persaingan yang semakin ketat untuk memperebutkan pangsa pasar yang ada. Oleh karena itu, perusahaan perlu merumuskan dan menyusun strategi yang tepat dengan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi jalannya usaha, sehingga dapat meningkatkan keuntungan demi keberlangsungan perusahaan. Penelitian ini mengidentifikasi lingkungan faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi perusahaan, sedangkan untuk merumuskan dan menyusun strategi usaha yang tepat terdapat tiga tahapan yang perlu ditempuh. Tahapan-tahapan tersebut meliputi tahap pengumpulan input dasar (the input stage), tahap pemaduan atau pencocokkan (the matching stage), dan tahap keputusan (The Decision Stage). Tahap pertama meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk menentukan strategi, terdiri dari matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks External Factor Evaluation (EFE). Pada tahap ini dilakukan identifikasi informasi terhadap faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang akan diteliti terdiri dari keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia, produksi, dan manajemen, sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan mikro. Lingkungan makro meliputi ekonomi, sosial, teknologi, pemerintah, dan ekologi (alam). Untuk lingkungan mikro meliputi pesaing, pelanggan/pembeli, produk substitusi, ancaman pendatang baru dan pemasok. Tahap kedua, untuk menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor internal dan eksternal yang diperoleh dari tahap input atau tahap pertama dari matiks IFE dan EFE. Teknik pada tahap dua adalah matriks Internal External (IE) yang digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan saat ini dan matriks Strength, Weakness, Opportunities, and Threats (SWOT) untuk menghasilkan strategi alternatif yang layak. Pada tahap ketiga akan diambil keputusan strategi mana yang menjadi prioritas dengan menggunakan matriks perencanaan strategi kuantitatif atau QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) sebagai rekomendasi strategi yang harus dijalankan suatu perusahaan. Matriks QSP didesain untuk menentukan daya tarik relatif dan alternatif tindakan yang layak. Berdasarkan uraian diatas maka bagan pemikiran operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. PT ANUGERAH BUMI PERSADA, “RR ORGANIC FARM” Volume produksi sayuran organik masih rendah dan tingginya tingkat persaingan antar perusahaan sejenis Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan Faktor Internal: ● Keuangan ● Pemasaran; bauran pemasaran ● SDM ● Produksi ● Manajemen Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Faktor Eksternal: ● Ekonomi ● Sosial ● Teknologi ● Pemerintah ● Ekologi (alam) ● Analisis Persaingan Lingkungan Makro Lingkungan Mikro Matriks EFE (External Factor Evaluation) Matriks IE (Internal, External) Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats) Analisis QSPM (Quantity Strategic Planning Matrix) Alternatif dan Rekomendasi Strategi Usaha yang tepat Gambar 3. Bagan Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT Anugerah Bumi Persada ”RR Organic Farm", Kabupaten Cianjur, Kecamatan Cugenang Desa Galudra. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan salah satu perusahaan pertama yang mengusahakan produk sayuran organik di Indonesia. Waktu penelitian dari bulan Maret hingga April 2008. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan melalui pendekatan berikut. 1) Wawancara Mendalam (Indepth Interview) Hal ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan pihak-pihak manajemen perusahaan yang terkait untuk memperjelas data yang diperoleh. 2) Diskusi dan Kuesioner Hal ini dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan kepada direktur utama perusahaan dan para pekerja, terdiri dari 22 responden yaitu 16 pekerja harian dan 6 pekerja tetap/bulanan yang ditujukan pada bagian-bagian yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti. 3) Pengamatan Langsung (Observasi) Hal ini dilakukan melalui pengamatan dan peninjauan secara langsung ke perusahaan, dimana proses produksi dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran keseluruhan tentang kegiatan perusahaan guna melengkapi data yang diperoleh melalui wawancara dan kuesioner. Data sekunder yang digunakan berasal dari sumber dan literatur yang berkenaan dengan masalah yang diteliti seperti sumber dari Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur, Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta, Kantor Desa Galudra, kumpulan data yang dimiliki oleh pihak perusahaan, bahan pustaka, artikel, jurnal, fasilitas internet dan hasil-hasil penelitian terdahulu. 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan menganalisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif melalui tiga tahapan. Pertama disebut pengumpulan data (the input stage), kedua tahap pencocokan (the matching stage), dan terakhir tahap keputusan (the decision stage). Dalam mengidentifikasi permasalahan satu digunakan tahap pengumpulan data yaitu dengan strategi matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) sedangkan untuk menganalisis permasalahan selanjutnya digunakan tahapan dua yaitu dengan strategi matriks SWOT (Strength, weakness, Opportunities and Treaths) dan IE (Internal and External). Untuk pemilihan strategi yang tepat menggunakan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)pada tahap ketiga. 4.3 1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Analisis matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Dalam pembuatan matriks IFE terdapat beberapa tahapan sebagai berikut: 1. menuliskan faktor utama penentu kekuatan dan kelemahan perusahaan; 2. penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah 1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikatr horisontal sama penting dengan indikatr vertikal 3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal Bentuk dari penentuan bobot setiap variabel terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Strategis Internal A B C ….. A B C ….. Total Sumber: David, 2000 Total Bobot Menurut Kinnear dan Taylor (1991) bahwa penentuan bobot setiap variabel diperoleh dengan menggunakan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: αi = Xi n ∑X i =1 i Keterangan: αi = Bobot variabel ke-i Xi = Nilai variabel ke-i i = 1,2,3…..,n n = Jumlah variabel Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. 3. memberikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama (peringkat = 1), atau kelemahan kecil (peringkat = 2), kekuatan kecil (peringkat = 3), atau kekuatan utama (peringkat = 4); 4. mengalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk memperoleh skor untuk setiap variabel; 5. menjumlahkan skor untuk mendapatkan nilai total skor. Jika total rata-rata skor dibawah 2,5 menggambarkan perusahaan memiliki posisi yang lemah secara internal. Sedangkan jika total skor diatas 2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat. Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Faktor Strategis Internal Bobot Kekuatan 1……… 2……… 3……… Peringkat Skor Kelemahan 1…….. 2……… 3……… Total Sumber: David, 2006 4.3.2 Matriks External Factor Evaluation (EFE) Matriks EFE memungkinkan strategi untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik dan pemerintah, hukum, teknologi, dan analisis persaingan. Matriks EFE dapat dibuat dengan lima tahapan sebagai berikut: 1. Menentukan faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan; 2. Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah 1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal; 2 = jika indikatr horisontal sama penting dengan indikatr vertikal 3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal Bentuk dari penentuan bobot setiap variabel terlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal A B C ….. Faktor Strategis Eksternal A B C ….. Total Sumber: David, 2000 Total Bobot Menurut Kinnear dan Taylor (1991) bahwa penentuan bobot setiap variabel diperoleh dengan menggunakan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: αi = Xi n ∑X i =1 i Keterangan: αi = Bobot variabel ke-i Xi = Nilai variabel ke-i i = 1,2,3…..,n n = Jumlah variabel Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. 3. memberikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor eksternal utama tentang seberapa efektif strategi perusahaan dalam merespon faktor tersebut, dimana 4 = respon perusahaan bagus, 3 = respon perusahaan diatas rata-rata, 2 = respon perusahaan rata-rata, 1= respon perusahaan buruk; 4. mengalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai skor; 5. menjumlahkan skor untuk mendapatkan nilai total skor. Jika total ratarata skor dibawah 2,5 menggambarkan perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman tergolong rendah. Sedangkan jika total skor diatas 2,5 menunjukkan perusahaan dapat merespon peluang dan ancaman tergolong sedang. Matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Matriks EFE (External factor Evaluation) Faktor Strategis Eksternal Bobot Peringkat Peluang 1……… 2……… 3……… Ancaman 1…….. 2……… 3……… Total Sumber: david, 2006 4.3.3 Matriks IE (Internal External) Skor Matriks IE digunakan untuk menentukan posisi organisasi atau perusahaan saat ini. Kemudian berdasarkan posisi tersebut, perusahaan dapat menentukan strategi yang tepat untuk diterapkan yang mencerminkan harapan tentang masa depan suatu perusahaan. Matriks IE merupakan matriks portofolio, artinya adalah bahwa alat analisis ini dapat menggambarkan bagaimana posisi suatu unit bisnis strategis dalam suatu organisasi. Matriks IE disusun berdasarkan nilai total skor matriks IFE dan EFE. Dimana pada sumbu horisontal merupakan total skor IFE dan pada sumbu vertikal merupakan total skor EFE. Titik perpotongan antara kedua sumbu tersebut akan menunjukkan strategi yang dianggap tepat untuk diterapkan oleh perusahaan dalam tampilan sembilan sel. Berikut gambar matriks IE. NILAI TOTAL SKOR IFE 4,0 2,0 lemah 1,0 II III 3,0 IV V VI 2,0 VII VIII IX sedang rendah EFE I NILAI TOTAL SKOR tinggi kuat 3,0 rata-rata 1,0 Gambar 4. Matriks Internal-Eksternal (IE) Nilai total skor IFE yang ditunjukkan oleh sumbu x sebesar 1.0 hingga 1.99 menggambarkan posisi internal yang lemah, skor 2.0 hingga 2.99 merupakan pertimbangan rata-rata, dan skor 3.0 hingga 4.0 adalah kuat. Begitu pun dengan nilai total skor EFE yang ditunjukkan oleh sumbu y, dari 1.0 hingga 1.99 adalah pertimbangan rendah, skor 2.0 hingga 2.99 adalah sedang, dan skor 3.0 hingga 4.0 adalah tinggi. Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda. Pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan produk, dan pengembangan pasar) atau integratif (integrasi kebelakang, integrasi kedepan, dan integrasi horisontal). Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V, VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan. Penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum digunakan untuk divisi ini. Ketiga, rekomendasi yang diberikan untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, IX adalah tuai dan divestasi. 4.3.4 Matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats) Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (Strength- Weakness-Opportunities-Threats-SWOT Matrix) adalah ringkasan yang menganalisis kekuatan dan kelemahan internal dalam hubungannya dengan peluang dan ancaman eksternal organisasi (Mc Donald dan Keegan, 1999) yang digunakan untuk membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi yang merupakan alternatif strategi pemasaran yang dapat diimplementasikan oleh perusahaan berdasarkan hasil kombinasi antara faktor eksternal dan internal yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu S-O (Strength-Oportunities), W-O (Weakness-Opportunities),S-T (Strength- Threaths), dan W-T (Weakness-Threaths). Tahap pencocokkan faktor internal dan eksternal kunci merupakan bagian yang sulit dalam mengembangkan analisis ini dan membutuhkan penilaian yang baik. Model analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats) STRENGTHS-S WEAKNESS-W Daftar faktor-faktor Daftar faktor-faktor kekuatan kelemahan STRATEGI S-O OPPORTUNITIES-O kekuatan Daftar faktor-faktor Gunakan untuk memanfaatkan peluang peluang STRATEGI S-T THREATS-T kekuatan Daftar faktor-faktor Gunakan untuk menghindari ancaman ancaman Sumber: David, 2006 STRATEGI W-O Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang STRATEGI W-T Meminimalkan kelemahan dan hindari ancaman Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun analisis matriks SWOT adalah sebagai berikut: 1. menuliskan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan; 2. menuliskan faktor-faktor ancaman eksternal perusahaan; 3. menuliskan faktor-faktor kekuatan internal perusahaan; 4. menuliskan faktor-faktor kelemahan internal perusahaan; 5. mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S-O yang tepat; 6. mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi W-O yang tepat; 7. mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S-T yang tepat; 8. mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi W-T yang tepat; Menganalisis data dengan menggunakan analisis SWOT memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: Kelebihannya yaitu analisis SWOT membantu perusahaan dalam menyusun strategi manajemen pemasaran yang efektif untuk mengelola sarana usaha secara lebih terarah, sehingga dapat mencegah aktivitas pemborosan seoptimal mungkin, sekaligus mampu menempatkan diri secara wajar dan meningkatkan daya saing. Sedangkan kelemahannya bahwa analisis SWOT merupakan metode dengan pendekatan yang cenderung kearah kualitatif atau subyektif yang perlu diperkuat ketajaman analisanya dengan data pendukung kuantitatif, agar menghasilkan kajian analisis yang lebih baik (Daud, 2003). 4.3.5 QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Teknik ini secara objektif mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik untuk diimplementasikan oleh perusahaan. QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Analisis ini membutuhkan penilaian intuitif yang baik dalam menyeleksi strategi. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Enam langkah yang dibutuhkan untuk mengembangkan QSPM sebagai berikut: 1. membuat daftar peluang dan ancaman kunci eksternal serta kekuatan dan kelemahan kunci internal perusahaan; 2. memberikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal yang dipakai dalam matriks IFE dan EFE; 3. mengevaluasi matriks pada tahap dua atau pencocokkan dan identifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan organisasi atau perusahaan untuk diimplementasikan; 4. menetapkan nilai daya tarik (Attractiveness Scores-AS) pada setiap strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif dari suatu strategi atas strategi lain dengan mempertimbangkan faktor penentu. Nilai daya tarik dimulai dari nilai 1 = tidak menarik, 2 = kurang menarik, 3 = menarik, dan 4 = sangat menarik; 5. menghitung nilai total daya tarik (Total Attractiveness Scores-TAS) merupakan hasil kali dari kolom bobot dan nilai daya tarik (AS) dalam setiap baris. Semakin tinggi nilai TAS, maka semakin menarik alternatif strategi itu. 6. menghitung jumlah total daya tarik dengan cara menjumlahkan nilai total daya tarik dalam setiap kolom strategi QSPM. Jumlah nilai total daya tarik mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dalam setiap set strategi. Besarnya perbedaan antar jumlah total daya tarik dalam suatu set alternatif strategi tertentu menunjukkan seberapa besar sebuah strategi lebih diinginkan relatif terhadap yang lain. Tabel 9 berikut merupakan model matriks perencanaan strategi quantitatif (QSPM). Tabel 10. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Faktor Kunci Bobot ALTERNATIF STRATEGI Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 AS TAS AS TAS AS TAS Faktor kunci Eksternal Faktor kunci Internal Jumlah Nilai Total Daya Tarik Sumber: David, 2006 Keunggulan QSPM adalah bahwa set strategi dapat dievaluasi secara bertahap atau bersama-sama dan tidak ada batasan untuk jumlah strategi yang dapat dievaluasi dan memanfaatkan semua informasi eksternal dan internal yang dimiliki. Selain itu, QSPM dapat diadaptasikan untuk digunakan oleh organisasi besar, kecil, berorientasi laba maupun nirlaba dan dapat diaplikasikan untuk hampir semua tipe organisasi. Keterbatasan QSPM selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang mendasar yaitu didasarkan kepada informasi yang objektif serta QSPM hanya dapat bermanfaat sebagai informasi pendahuluan dan analisis pencocokan yang mendasari penyusunannya serta subjektivitas sangat tinggi, artinya bergantung pada pengalaman pengambil keputusan (David, 2006). V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT Anugerah Bumi Persada adalah perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis hortikultura melalui sistem pertanian organik terutama pada budidaya sayuran jepang organik. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2000 oleh Bapak Rustam Efendi sebagai pemilik perusahaan dibantu dengan staf ahli dari IPB serta beberapa mahasiswa. Awalnya perusahaan dinamakan PPHO (Proyek Pengembangan Hidroponik Organik) dan setelah mengalami perkembangan maka PPHO menjadi PT (Perseroan Terbatas). Awal berdirinya perusahaan hanya sekedar hobi, mulanya Bapak Rustam dan istri mencoba menanam sayuran jepang di halaman rumahnya pada tahun 1995. Ternyata, sayuran tersebut menghasilkan produk yang sama kualitasnya dengan sayuran jepang pada umumnya. Informasi yang beredar dari mulut ke mulut, menghantarkan beberapa pemasar tertarik untuk bekerjasama dengan Bapak Rustam dalam mengembangkan dan membudidayakan sayuran jepang. Selain itu, melihat bahwa pemahaman masyarakat akan pemenuhan pangan sehat cukup tinggi dan pertanian organik belum banyak berkembang di Indonesia memberikan peluang yang cukup besar untuk agribisnis sayuran tersebut sehingga Bapak Rustam membuka lahan untuk membudidayakan sayuran organik di Cianjur khususnya di Kecamatan Cugenang Desa Galudra. Modal yang digunakan dalam membudidayakan sayuran organik adalah modal pribadi. Dalam membudidayakan dan mengembangkan usaha sayuran ini dibutuhkan modal yang tidak sedikit. Bapak Rustam sendiri telah mengeluarkan dana sekitar Rp 1 Milyar untuk usaha ini. Dengan berjalannya waktu, perusahaan mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Distributor untuk penjualan sayuran organik semakin bertambah. Awalnya hanya Papaya Swalayan yang menjadi distributor perusahaan dalam memasarkan produknya ke konsumen. Namun, sekarang ini sudah ada tujuh swalayan yang menjadi distributor tetap perusahaan diantaranya Ranch market (Pondok Indah, Jakarta Selatan), Papaya Swalayan (Jakarta Selatan), Kamome Swalayan (Jakarta Selatan), Ranch Market (Kebun Jeruk, Jakarta Barat), Ranch Market (Grand Wijaya), Ranch Market (Darmawangsa Square) dan Ribbon. Pertama kali perusahaan berdiri, produk yang diproduksi hampir 30 jenis sayuran yang sebagian besarnya adalah sayuran jepang organik. Namun, saat ini perusahaan hanya memproduksi 20 jenis sayuran. Hal ini dilihat dari nilai ekonomis sayuran tersebut dengan mempertimbangkan permintaan konsumen yang paling banyak di pasar. 5.2 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan Pentingnya pernyataan visi dan misi dapat memperlihatkan edukasi suatu perusahaan dan membedakannya dengan perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis. Visi dari PT Anugerah Bumi Persada adalah pada pentingnya kesehatan manusia yaitu “menjadikan masyarakat Indonesia sehat dan menjunjung tinggi kejujuran dalam industri yang relevan”. Sementara misi perusahaan adalah memperbaiki lingkungan juga membantu dan menjaga kesehatan masyarakat akan pengkonsumsian pangan khususnya sayuran melalui sistem organik. Perusahaan sayuran organik yang didirikan oleh Bapak Rustam bertujuan untuk memperoleh profit dan pentingnya kesehatan manusia. Untuk menuju sehat, banyak cara yang bisa dilakukan salah satunya adalah menghindari konsumsi makanan yang mangandung bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia yang menumpuk dalam tubuh akan menyebabkan berbagai penyakit terutama penyakit kanker. Oleh karena itu, perusahaan membudidayakan sayurannya dengan cara pertanian organik. 5.3 Lokasi Perusahaan PT Anugerah Bumi Persada terletak di Kabupaten Cianjur Kecamatan Cugenang Desa Galudra. Secara geografis Desa Galudra terletak di dataran tinggi, tepatnya di kaki Gunung Gede Pangrango yaitu 700-1200 dpl dengan suhu rata-rata 18 - 300 C dan curah hujan 2800 Mm sehingga cocok untuk menanam sayuran organik. Kabupaten Cianjur yang berbatasan dengan Kota Bandung dan Bogor serta cukup dekat dengan kota Jakarta merupakan lokasi yang strategis untuk memasarkan produknya, begitupun dengan sarana dan prasarana transportasi yang ada cukup mendukung bagi perusahaan dalam memasarkan juga produknya. Luas lahan yang dimiliki Desa Galudra Kecamatan Cugenang sebagian besar di bidang pertanian yaitu sekitar 360 Ha yang ditunjukkan pada Tabel 11. Hal ini berpotensi juga bagi perusahaan dalam mengembangkan dan membudidayakan sayuran organik, dimana kondisi tanah di Desa Galudra pun cukup subur dengan teskstur tanah yang berpasir. Luas lahan perusahaan yang berada di Desa Galudra sekitar 2,8 Ha yang dibudidayakan sayuran organik dengan fasilitas green house. Tabel 11. Luas Desa Galudra Jenis Lahan Desa No Tanah sawah 1. Tanah kering 2. Tanah perkebunan 3. Tanah fasilitas umum 4. Tanah hutan 5. Total Luas tanah Sumber: Kantor Desa Galudra, Potensi Desa 2006 Luas (Ha) 46 174 100 414 40 774 Tenaga kerja merupakan faktor penggerak proses produksi lainnya. Ditinjau dari tenaga kerja yang ada di Desa Galudra, perusahaan secara tidak langsung mengurangi jumlah pengangguran yang ada di desa tersebut yaitu mencapai 1.110 orang pengangguran (Tingkat Perkembangan Desa Galudra, 2006). Pekerja yang direkrut perusahaan kebanyakan berasal dari masyarakat sekitar karena sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani sayur dan sudah terbiasa untuk melakukan budidaya sayuran, sehingga perusahaan tidak kesulitan dalam memberikan pengarahan kepada pekerja sebelum turun langsung ke lapang. 5.4 Struktur Organisasi PT Anugerah bumi Persada merupakan perusahaan keluarga. Perusahaan dipimpin oleh komisaris utama dan direktur yang berwenang dalam setiap pengambilan keputusan dan memegang kendali penuh atas jalannya usaha, antara lain mengawasi pemasukan dan pengeluaran keuangan perusahaan, menentukan komoditas yang akan diproduksi serta dalam penentuan jumlah pekerja (Syafaruddin, 2006). Struktur organisasi perusahaan tertinggi dipegang oleh komisaris perusahaan yaitu Bapak Rustam Efendi sebagai penanam modal utama dan direktur utama sebagai penanam modal kedua sekaligus direktur manajemen perusahaan yang dipegang oleh Bapak Firmansyah Rustam. Dalam menjalankan perusahaan, direktur utama dibantu oleh beberapa staf divisi diantaranya divisi produksi, pemasaran, dan pekerjaan umum. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi PT Anugerah bumi Persada dapat dilihat pada gambar berikut. KOMISARIS UTAMA DIREKTUR UTAMA DIVISI PRODUKSI DIVISI PEMASARAN DIVISI PEKERJAAN UMUM PEKERJA HARIAN Gambar 5. Struktur Organisasi Divisi produksi, divisi pemasaran dan divisi pekerjaan umum sangat berpengaruh terhadap seluruh kegiatan proses produksi. Divisi produksi bertugas untuk mengkoordinir, mengamati dan mengawasi proses tanam sayuran mulai dari persiapan media tanam sampai pasca panen yaitu, persiapan media tanam, perbenihan/pembibitan dan penyemaian, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan (penyiraman, pemupukan, perompesan/penyiangan dan penyulaman serta pengendalian terhadap hama dan penyakit yang menyerang tanaman), pemanenan dan pasca panen. Sementara divisi pemasaran bertugas mengurus seluruh kegiatan pemasaran dan bertanggung jawab atas penyerahan produk hingga ke tangan distributor maupun pelanggan serta mencari dan mengumpulkan informasi pasar untuk pengembangan produk. Selain itu, divisi pemasaran bertugas untuk mempromosikan dan memberitahukan produk perusahaan kepada konsumen. Selanjutnya divisi pekerjaan umum berfungsi untuk mengkoordinir kegiatan di lapang dan mengambil tindakan yang perlu dilakukan untuk perkembangan dan kemajuan perusahaan. VI. IDENTIFIKASI FAKTOR LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL 6.1 Analisis Faktor Lingkungan Internal Analisis internal adalah proses perencanaan strategi yang menentukan kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Kajian proses analisis lingkungan internal dapat dilihat dari faktor-faktor seperti keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia, produksi, dan manajemen. Adapun kajian dan identifikasi lingkungan internal PT Anugerah Bumi Persada ”RR Organic Farm” adalah sebagai berikut: 6.1.1 Keuangan PT Anugerah Bumi Persada didirikan sebagai perusahaan keluarga, sehingga modal yang digunakan dalam usaha sayuran organik adalah modal pribadi. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan membutuhkan modal yang tidak sedikit. Hal ini terlihat dari total komponen biaya yang diperlukan dalam menjalankan usaha sayuran organik yang ditunjukkan pada Tabel 12 (untuk lebih jelasnya data biaya untuk usaha sayuran organik dapat dilihat pada lampiran 2). Tabel 12. Biaya PT Anugerah Bumi Persada Periode Maret 2007- Februari 2008 Jumlah (Rp 000) Jenis Biaya 203 400 Biaya Produksi 83 600 Biaya Penjualan 129 600 Biaya Administrasi 416 600 Total Sumber: PT Anugerah Bumi Persada Kelemahan perusahaan adalah tidak adanya pihak yang ditunjuk sebagai sekretaris untuk penyusunan pembukuan usahatani maupun laporan keuangan, sehingga terjadi tumpang tindih tugas yang mengakibatkan penyusunan pembukuan perusahaan masih belum tertata rapi. Penyusunan pembukuan usahatani maupun laporan keuangan sangat diperlukan dalam suatu usaha sebagai acuan dalam mengevaluasi jalannya usaha tersebut. 6.1.2 Pemasaran Konsep dan alat pemasaran inti dilihat dari pasar sasaran dan segmentasi, tempat pasar, produk dan merek serta saluran pemasaran. Pemasaran juga memegang peranan penting suatu usaha (Kotler, 2005). Strategi pemasaran berhubungan dengan segmentasi pasar dan bauran pemasaran yang dikenal dengan sebutan 4P yaitu Produk (product), harga (price), tempat (place), promosi (promotion). 6.1.2.1 Segmentasi Pasar Pasar yang menjadi sasaran utama perusahaan adalah konsumen golongan menengah dan atas, dimana tempat penjualan yang dilakukan perusahaan adalah di swalayan yang bekerjasama dengan pihak Ranch Market dan Papaya serta Kamome market yang ada di sekitar Jakarta. 6.1.2.2 Analisis Bauran Pemasaran 1. Produk (product) Kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan dalam membudidayakan sayuran adalah dengan sistem pertanian organik. Komoditi yang dihasilkan oleh perusahaan sekitar 20 jenis sayuran yang didominasi oleh sayuran jepang organik. Sayuran organik memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran konvensional yang terlampir pada Tabel 4. Oleh karena itu, perusahaan sangat memperhatikan dan menjaga kualitas produk yang akan dipasarkan kepada konsumen. Produk perusahaan dikenal dengan merek RR Organik yang merupakan singkatan dari nama pemilik perusahaan yaitu Rustam Reiko. Merek tersebut sudah dikenal oleh konsumen karena perusahaan merupakan old supplyer produk sayuran organik terutama sayuran jepang organik. Ukuran dan jenis sayuran juga disesuaikan dengan permintaan konsumen di pasar dan pelayanan yang memuaskan terlihat dari loyalitas konsumen yang cukup tinggi. Namun, loyalitas konsumen tersebut tidak berdasarkan merek suatu perusahaan. kelemahan perusahaan adalah belum memiliki sertifikasi produk organik. Sertifikat adalah dokumen yang menyatakan hasil pemeriksaan lapangan dan atau pengujian laboratorium. Dengan sertifikat organik tersebut produk yang dipasarkan dapat lebih memberikan kepuasan kepada konsumen, sehingga konsumen tidak ragu untuk membeli produk tersebut. Menurut Deptan dalam Yanti (2006) tercatat 24 produsen organik yang bergerak dibidang hortikultura sayuran, dimana sudah ada yang memiliki sertifikat organik yang diperoleh dari pihak asing maupun dari lembaga sertifikasi yang ada di Indonesia yaitu PT Sucofindo dan M-Briotekindo. 2. Harga (Price) Penetapan harga jual produk sayuran ditentukan oleh perusahaan dengan negosiasi dari pihak swalayan hingga disepakati standar harga yang menguntungkan kedua belah pihak. Penetapan harga standar tersebut bisa lebih tinggi apabila produk dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti berat dan ukuran sayuran, masa tanam yang relatif lama, pemeliharaan yang cukup sulit (hama dan penyakit yang menyerang tanaman), dan berkali-kalinya tanaman tersebut berbuah serta kemasan. Berikut daftar harga sayuran organik di Swalayan. Tabel 13. Harga Penjualan Sayuran Organik di Swalayan Jenis Sayuran Nett Price (Kg) No Horenso (bayam jepang) 27000 - 32000 1. Tomat apel momotaru 25000 - 30000 2. Brokoli 50000 - 55000 3. Hakusai (sawi putih) 20000 - 25000 4. Kol 20000 - 25000 5. Wortel 25000 - 30000 6. Komatsuna (Sawi hijau) 7. Pakcoi hijau 8. Kyuri (timun jepang) 9. Daun Selada 10. Negi (bawang jepang) 11. Daikon (lobak putih jepang) 12. Baby buncis 13. Tomat cherry 14. Kabocha (waluh jepang) 15. Asparagus 16. Kokabu 17. Nira (kucai) 18. Cabe rawit/keriting 19. Kangkung 20. Sumber: PT Anugerah Bumi Persada 25000 - 30000 25000 - 30000 25000 - 30000 25000 - 30000 42000 - 47000 20000 - 25000 27000 - 32000 27000 - 32000 20000 – 25000 57000 – 62000 20000 – 25000 42000 – 47000 25000 – 30000 20000 - 25000 Kelemahan dari perusahaan adalah penetapan harga yang tinggi dibandingkan dengan produk sejenisnya. Hal ini disesuaikan dengan kualitas produk terjamin tanpa bahan kimia dan sasaran utama yang dituju perusahaan adalah golongan menengah dan atas. Berdasarkan Tabel 13 bahwa setiap swalayan yang menawarkan produk perusahaan memiliki tingkat diskon yang berbeda-beda, sehingga harga yang ditampilkan merupakan harga kisaran untuk masing-masing swalayan. 3. Tempat (place) Pada level tempat atau distribusi, perusahaan telah menjalankan rantai saluran pemasaran dengan sangat baik. Menurut Angipora (2002), ada dua saluran distribusi yaitu direct channel of distribution dan indirect channel of distribution. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan menggunakan kedua saluran tersebut. → Saluran distribusi langsung (direct channel of distribution) Perusahaan menyalurkan produk langsung ke konsumen/pelanggan yang ditunjukkan pada Gambar 6. Biasanya konsumen/pelanggan memesan ditempat atau biasa dikenal dengan delivery order yaitu pemesanan dengan cara dikirim sesuai dengan permintaan dan keinginan pelanggan. Selain itu, pemilik perusahaan memiliki restoran yaitu Dapur Palembang yang terletak di Jakarta. Produk dari perusahaan biasanya digunakan untuk menu restoran. Perusahaan Pelanggan Gambar 6. Saluran Distribusi Langsung → Saluran distribusi tidak langsung (indirect channel of distribution) Perusahaan menggunakan jasa perantara untuk menyalurkan produk kepada konsumen melalui beberapa distributor. Distributor dalam hal ini adalah swalayan yang ada di Jakarta seperti Ranch Market (Pondok indah, Jakarta Selatan), Papaya Swalayan (Jakarta Selatan), Kamome Swalayan (Jakarta Selatan), Ranch Market (Kebun Jeruk, Jakarta Barat), Ranch Market (Grand Wijaya), Ranch Market (Darmawangsa Square) dan Ribbon. Lokasi Kabupaten Cianjur yang dekat dengan kota besar yaitu Jakarta, Bogor dan Bandung serta sarana dan prasarana transportasi yang baik sangat menunjang kestrategisan untuk memasarkan produk, sehingga tidak ada hambatan dalam penyaluran dan produk masih tetap terjamin kualitasnya. Berikut saluran pemasaran perusahaan. Perusahaan Distributor (Swalayan) Gambar 7. Saluran Distribusi Tidak Langsung 4. Promosi (promotion) Konsumen Perusahaan telah menjalani usaha sayuran organik sejak tahun 2000 dan menjadi old supplier pada beberapa swalayan yang telah menjadi pelanggan tetap perusahaan. Konsumen sudah mengenal sejak lama produk RR Organic ini. Penyebaran brosur dan sample sayuran langsung ke setiap rumah juga sebagai promosi yang telah dilakukan oleh perusahaan. Namun, hanya masyarakat golongan menengah dan atas yang mengenal produk tersebut. 6.1.3 Sumberdaya Manusia (SDM) Sumberdaya manusia merupakan penggerak faktor produksi lainnya. Keseluruhan tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan sebanyak 22 orang yang terdiri dari tenaga kerja harian dan tenaga kerja bulanan atau tetap. Tenaga kerja harian terdiri dari 16 orang pekerja dan tenaga kerja bulanan sebanyak 6 orang yang terdiri dari dari staf produksi dipegang oleh 1 orang, pemasaran dipegang oleh 2 orang, perbenihan I orang, dan produksi strawberi serta pekerjaan umum. Tenaga kerja bulanan yang menjadi staf perusahaan adalah tenaga kerja terdidik dan terlatih serta berpengalaman dalam pembudidayaan tanaman yang merupakan lulusan dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Sementara itu, pekerja harian berasal dari masyarakat sekitar, sehingga perusahaan berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan mengurangi jumlah penganguran yang ada di Desa tersebut. Masyarakat sekitar tersebut juga sudah terlatih untuk melakukan budidaya sayuran karena masyarakat setempat sudah terbiasa melakukan bertani tersebut. Tapi dari pihak perusahaan juga memberikan pengarahan kepada pekerja harian sebelum turun langsung ke lapang. Keseluruhan jumlah tenaga kerja pada perusahaan cukup efisien dalam menjalankan budidaya sayuran, tetapi untuk makan, sakit dan hamil tidak ada tunjangan dari perusahaan bagi pekerja harian. Tunjangan tersebut diperuntukkan hanya bagi pekerja tetap/bulanan. Pada hari libur nasional pun perusahaan tetap memberlakukan masuk kerja untuk setiap pekerja, namun pekerja tersebut tidak mendapatkan bonus upah pada hari libur tersebut. 6.1.4 Produksi Perusahaaan memiliki luas lahan sekitar 2,8 Ha. lahan tersebut dibudidayakan untuk komoditi sayuran dengan sistem pertanian organik di mulai dari persiapan media tanam hingga panen, karena perusahaan sangat memperhatikan kelestarian lingkungan. Adapun kelemahan perusahaan dari segi produksi yaitu volume produksi yang masih rendah seperti tomat apel momotaro, pakcoi hijau, daun selada, tomat cherry, asparagus dan kabocha (lihat lampiran 1). Perubahan iklim dan serangan hama dan penyakit tanaman merupakan faktor terbesar yang mengakibatkan produksi menurun sehingga pemenuhan sayuran di pasaran tidak maksimal. Selain itu, Pembukuan usahatani dan pengarsipan data masih belum lengkap dan tersusun rapi, sehingga tidak bisa mengevaluasi kinerja yang sudah berjalan. Kegiatan pembudidayaan sayuran organik di perusahaan meliputi persiapan media tanam, pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman (pemupukan, penyiraman, penyiangan atau perompesan dan penyulaman, serta pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen. Peralatan yang digunakan dalam pengolahan secara umum sama dengan pertanian lainnya dan masih sederhana yaitu masih menggunakan cangkul, kored, pisau, gunting, pinset dan sebagainya. Perusahaan juga memiliki sarana transportasi yaitu mobil box untuk memasarkan produk. Sementara itu, pengarsipan data-data produksi masih belum lengkap dan tersusun rapi. Penggunaan obat-obatan dalam sistem pertanian organik memang masih sederhana seperti urine kelinci dan penggunaan pupuk bokashi yang berasal dari kotoran kambing atau ayam, sekam padi, EM 4. Selain itu, perusahaan juga menggunakan pestisida organik cair yang telah beredar di pasar. Secara umum proses kegiatan pertanian di perusahaan untuk komoditi sayuran organik adalah sebagai berikut. Persiapan media Pembimbita Persiapan Penanam Pemeliharaan Pemupuka Penyirama Penyulaman dan penyiangan/perompesan Pemanena Pengendalian hama dan penyakit Pasca Gambar 8. Tahapan Proses Produksi a. Persiapan media tanam Proses awal adalah persiapan media tanam menggunakan sekam. Pembakaran sekam biasanya dilakukan pada sore hari dan selesai pada pagi harinya. Sekam didinginkan dengan penyiraman air dan diserakkan agar sekam tidak menjadi abu. Sekam yang telah didinginkan dicampur dengan tanah, pupuk bokashi, dolomit atau kapur, kocoran EM 4 dan urine kelinci atau urine kambing/sapi diaduk hingga merata menggunakan cangkul dan sekop. Media tanam tersebut dimasukkan kedalam polibag dan siap digunakan. Terdapat media tanam baru yang digunakan perusahaan yaitu memanfaatkan media tanam yang telah digunakan dalam proses produksi sebelumnya pada beberapa jenis sayuran seperti horenso, haksai, brokoli dan kol yang merupakan sayuran daun. Media tanam tersebut dicampur kembali dengan tanah, pupuk bokashi, dolomit, EM 4, dan urine kelinci. Untuk jenis sayuran buah seperti tomat, kyuri (timun Jepang), nasubi (terong Jepang) harus menggunakan media tanam yang benar-benar baru. b. Pembibitan Pembibitan dilakukan secara terjadwal dan biasanya setelah proses pemanenan. Sayuran buah dan daun pembibitannya dipisahkan dalam green house yang berbeda. Awal dari pembibitan yaitu penyemaian. Sebelum disemai, benih terlebih dahulu direndam dengan air hangat selama 1-2 jam untuk menghilangkan sisa-sisa bakteri dan cendawan yang bisa mengganggu proses pertumbuhan tanaman. Dalam perendaman jika ada benih yang tergenang atau mengapung harus dibuang. Benih yang telah direndam kemudian dibungkus dengan kain basah dan ditimbun didalam tanah beserta sekam selama 2-3 hari dan benih siap ditanam didalam media. Penyemaian untuk sayuran buah dan sayuran daun berbeda. Penyemaian sayuran buah menggunakan polibag sedangkan sayuran daun tempatnya menggunakan kotak kayu yang berbentuk persegi. Hal ini untuk mengantisipasi adanya hama yang dapat merusak tanaman. Pada penyemaian sayuran dilakukan penyiraman hingga umur tanaman mencukupi untuk ditanam di lahan. Jumlah benih yang disemai disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan pasar. c. Persiapan Lahan Persiapan lahan meliputi pembersihan lahan, pengolahan tanah, pemberian dolomit (kapur), pemupukan dan pembuatan bedengan serta penyiraman. Fungsi pembersihan lahan adalah untuk menghilangkan gulma yang mengganggu pertumbuhan. Pengolahan tanah dilakukan agar terjadi pertukaran unsur hara setelah digunakan dalam proses produksi sebelumnya dengan unsur hara baru yang terkandung didalam lapisan tanah. Kemudian pemupukan dilakukan untuk menetralkan kadar keasaman tanah, perlakuan pemupukan tergantung pada jenis tanamannya. Terakhir dalam proses penyiapan lahan adalah dengan membuat bedengan dengan tinggi sekitar 30 cm. Setelah lahan diolah dan bedengan dibentuk, lalu ditaburkan pupuk bokashi sebanyak dua kali dan disiram secara merata. d. Penanaman Cara penanaman komoditi sayuran berbeda- beda antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga harus memperhatikan karakteristik tanaman yang akan ditanam. Penanaman diawali dengan pembuatan lubang tanaman pada bedengan dengan jarak dan kedalaman sesuai dengan jenis sayuran yang akan ditanam. Penanaman yang dilakukan perusahaan menerapkan sistem rotasi secara bertahap dan tumpangsari dalam satu bedengan. Tujuan dari sistem tersebut dapat mempertahankan unsur hara yang ada dalam tanah dan memutuskan siklus hidup hama yang dapat menyerang tanaman. Pada satu green house terdapat beberapa bedengan dan jenis sayuran. Kombinasi tanaman yang dilakukan bisa sesama family dan bisa juga dari jenis family yang berbeda seperti brokoli dengan haksai/horenso, tomat apel momotaro dengan salada. Tetapi untuk brokoli dan kol tidak dapat dikombinasikan karena memiliki umur tanaman yang lama sehingga unsur hara dalam tanah terkuras. e. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan adalah suatu upaya yang direalisasikan untuk mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan pada saat panen. Pemeliharaan merupakan aspek utama dalam control keberhasilan produksi (Awal et all, 2007). Kegiatan dalam pemeliharaan tanaman terdiri dari pemberian pupuk atau nutrisi yang berimbang, penyiraman, penyiangan/perompesan dan penyulaman serta pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) secara tepat. ● Pemupukan Perusahaan melakukan pemupukan dengan dua cara. Pertama dengan sistem kocor, bahan-bahan yang dikocorkan dengan berbagai variasi tiap tanaman terdiri dari rendaman bokashi (kotoran ayam, kambing atau sapi), dolomit, abu kayu atau sekam dan belerang. Semua bahan tersebut dicampur dengan air. Kedua, dengan sistem tabur. Penaburan menggunakan bahan-bahan yang sama yaitu rendaman bokashi (kotoran ayam, kambing atau sapi), dolomit, abu kayu atau sekam dan belerang diaduk hingga merata tapi tidak menggunakan air. Cara dan dosis pemberian dolomit berbeda-beda, tergantung pada PH tanah. ● Penyiraman Teknik penyiraman dilakukan secara manual menggunakan ember dan selang disertakan dengan pemberian nutrisi (pupuk cair organik). Ketika menghadapi musim kemarau penyiraman dilakukan secara rutin. Tapi untuk musim-musim biasanya penyiraman dilakukan dalam satu minggu sebanyak tiga kali. ● Penyiangan/perompesan dan penyulaman Penyiangan/perompesan adalah membuang bagian tanaman baik berupa daun maupun buah yang terkena penyakit dan membuang tanaman liar. Proses penyiangan/perompesan tanaman dari berbagai tanaman pengganggu dilakukan diluar dan didalam bedengan. Penyulaman hanya untuk mengganti kembali tanaman yang sudah rusak. ● Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) Alternatif yang dilakukan perusahaan terhadap pengendalian OPT adalah dengan penyemprotan menggunakan pestisida cair organik, mengambil langsung serangga maupun ulat yang menempel pada sayuran dengan pinset, biasanya pengambilan serangga dan ulat tersebut dilakukan setiap hari Rabu oleh pekerja dan menjaga kebersihan lingkungan semua tanaman. f. Pemanenan Penentuan jadwal panen ditentukan oleh manajer kebun, panen dilakukan setelah tanaman masak dengan kriteria ketinggian tanaman, umur tanaman, berat rata-rata, tidak cacat dan warna buah sesuai dengan jenis tanaman. Pemanenan dilakukan dua kali dalam satu minggu yaitu pada hari Senin dan Jumat, biasanya untuk pemanenan, waktu untuk pekerja wanita lebih cepat dimulai dari Pkl 07.00-14.00 WIB sedangkan pekerja pria mulai dari Pkl 07.00-15.30 WIB pada hari Jumat saja. Untuk hari biasanya pekerja mulai bekerja pada Pkl 07.00-16.00 WIB. Alat pemanenan yang biasa digunakan masih sederhana yaitu gunting dan pisau. Pengangkutan sayuran dari green house ke tempat pasca panen pun masih sederhana dengan menggunakan jaringan net, panggulan dan ember. Semua hasil panen per komoditi dikumpulkan di tempat yang telah disediakan. g. Pasca Panen Kegiatan pasca pemanenan dilakukan dengan penimbangan awal pada tiap jenis sayuran dari masing-masing blok di tempat pasca panen yang telah disediakan oleh perusahaan, pembersihan dan pencucian sayuran, penyortiran, dan penimbangan produk sesuai ketentuan. Pembersihan dan pencucian tiap sayuran yang fungsinya untuk menghilangkan kotoran- kotoran yang menempel pada sayuran. Penyortiran dilakukan untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang terbaik yang akan dipasarkan dengan cara memilih sayuran sesuai dengan permintaan pasar. Selanjutnya penimbangan produk sesuai dengan ketentuan seperti horenso seberat 250 gr. Pengemasan produk dan pengepakan langsung dilakukan ditempat pasca panen. Terdapat berbagai pengemasan untuk tiap jenis sayuran, ada yang menggunakan styrofoam, palstik film, dan plastik biasa yang sudah dikemas dengan label milik perusahaan yaitu RR organic. Untuk tomat apel momotaro menggunakan styrofoam, kol dan brokoli serta haksai menggunakan plastik film dan sayuran lainnya seperti nasubi, horenso, kyuri, negi, wortel dan sebagainya menggunakan plastik biasa yang sudah berlabel RR Organic. Selesai pengemasan dan pengepakan sayuran langsung diantarkan ke swalayan yang telah menjadi distributor tetap perusahaan. Penyimpanan sayuran yang akan diantarkan menggunakan box sayuran, masing-masing box per komoditi dan tidak boleh terlalu bertumpuk yang dapat membuat sayuran rusak. 5. Manajemen Kegiatan suatu usaha memerlukan manajemen yang baik untuk keberlangsungan perusahaan yang akan datang. Fungsi manajemen yaitu pengorganisasian, penyusunan staf, perencanaan, memotivasi dan pengawasan. Pengorganisasian bertujuan untuk mencapai usaha secara terkoordinasi dengan menetapkan hubungan antara tugas dan wewenang. Strukutur pengorganisasian perusahaan masih belum jelas dan dibakukan. Dalam pelaksanaannya, pengorganisasian tersebut masih tumpang tindih, dimana pekerjaan bendahara dan sekretaris dilakukan oleh pekerja di bagian produksi, sehingga tugas tersebut tidak efisien. 6.2 Analisis Faktor Lingkungan Eksternal 6.2.1 Lingkungan makro 6.2.1.1 Ekonomi Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun yaitu pada tahun 1980 terdapat 147.490.298 jiwa menjadi 218.868.791 jiwa tahun 2005 (Data Statistik Indonesia, 2008) mengakibatkan kebutuhan akan pangan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan Malthus yaitu Pertumbuhan penduduk sesuai dengan deret ukur sedangkan kebutuhan pangan sesuai deret hitung. Sejalan dengan hal itu, perekonomian Indonesia saat ini berangsur-angsur pulih yang ditunjukkan dengan laju pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha yang semakin meningkat yaitu sebesar 5,13 persen pada tahun 2004 (BPS, 2004) yang berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat. Pada tahun sebelumnya laju pertumbuhan PDB mencapai 4,88 persen tahun 2003. Hal ini menjadi peluang besar bagi kegiatan usaha dibidang pertanian yang menghasilkan produk kebutuhan pangan. Tabel 14. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha (persen), 2001-2004 2001 2002 2003 2004 Lapangan Usaha 3,23 4,34 4,06 1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 4,08 0,33 1,00 -0,89 -4,61 2. Pertambangan dan penggalian 3,30 5,29 5,33 6,19 3. Industri pengolahan 7,92 8,94 5,88 5,91 4. Listrik, gas, dan air bersih 4,58 5,48 6,67 8,17 5. Bangunan 4,38 3,90 5,30 5,80 6. Perdagangan, hotel, restoran 8,10 8,39 11,56 12,70 7. Pengangkutan dan komunikasi 6,60 6,37 7,02 7,72 8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 3,24 3,75 3,87 4,91 9. Jasa-jasa 3,83 4,38 4,88 5,13 Produk Domestik Bruto Sumber: Badan Pusat Statistik, 2004 Pangsa pasar produk sayuran organik selama beberapa tahun ini mengalami peningkatan yang cukup pesat. Menurut IFOAM (2005) bahwa pertumbuhan pangsa pasar produk organik mencapai 20 – 30 persen setiap tahun. Bisnis produk pangan segar organik juga, khususnya sayuran masih sangat luas dan mengalami perkembangan yang cukup pesat di kawasan Asia Pasifik yang ditunjukkan pada Tabel 1. Hal ini merupakan peluang bagi perusahaan dalam mengembangkan usahanya dan memperluas pangsa pasar yang sudah ada. Budidaya sayuran dengan sistem pertanian organik yang dilakukan perusahaan bisa lebih efektif dan efisien dalam hal biaya. Bahan input yang tidak menggunakan kimia membuat perusahaan tidak terlalu besar mengeluarkan biaya pada proses produksi. Menjelang akhir tahun 2007, pupuk urea sudah menembus harga 400 dollar AS per ton, SP 36 mencapai 300 dollar AS per ton, dan potash mencapai 500 dollar AS per ton. Kenaikan ini sangat luar biasa karena pada awal tahun 2007 harga urea masih 210 dollar AS per ton, SP 36 masih 150 dollar AS per ton, dan potash masih 135 dollar AS per ton. Jika mengacu pada harga internasional tersebut, berarti harga urea sudah Rp 3.800 per kilogram, SP 36 Rp 2.800 per kilogram, dan potash Rp 4.700 per kilogram. Kenaikan harga pupuk disebabkan dengan adanya pertumbuhan usaha perkebunan yang berkaitan dengan sumber minyak nabati seperti kelapa sawit dan jagung.4 Meningkatnya permintaan dan ketatnya pasokan serta kenaikan biaya pengiriman turut memicu naiknya harga pupuk. Dengan naiknya harga pupuk kimia menjadikan peluang bagi produsen organik dalam bersaing pada harga penjualan. 6.2.1.2 Sosial Pulihnya perekonomian dan peningkatan pendapatan serta pendidikan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat akan pemenuhan pangan sehat. Tren back to nature yang mengantarkan kesadaran masyarakat akan bahaya yang ditimbulkan bahan sintetik mengakibatkan perubahan gaya hidup masyarakat menjadi lebih sehat dan lebih memperhatikan kualitas lingkungan. Pengkonsumsian dengan bahan pangan non organik yang tertimbun dalam tubuh secara tidak disadari dalam waktu jangka panjang akan berdampak pada meningkatnya resiko kanker. Produk dengan sistem organik memang relatif lebih mahal, namun manfaat yang didapat cukup besar bagi kesehatan. Kandungan gizi dalam produk organik telah terbukti 4 Hamzirwan. 2007. Awas Lampu Kuning untuk Pupuk. http://els.bappenas.go.id/upload/kliping/Awas-Kps.pdf (Diakses pada 12 April 2008) lebih tinggi dibandingkan dengan produk konvensinal seperti terlampir pada Tabel 2. Peningkatan kesadaran masyarakat tersebut akan kebutuhan pangan sehat memberikan peluang bagi produsen yang menerapkan bertaninya secara organik untuk meraih keuntungan. Namun, dengan berkembangnya issue bahwa beberapa produk sayuran yang beredar di pasaran tidak 100 persen organik yaitu dengan cara perusahaan memplasma petani sayuran konvensional yang hanya memberikan label pada sayuran tersebut membuat konsumen ragu untuk membeli sayuran organik dan dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Sebagian besar penduduk di Desa Galudra Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur bermatapencaharian sebagai buruh tani dan petani. Berikut tabel penduduk Desa Galudra menurut pekerjaannya. Tabel 15. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaannya Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (Orang) No Petani 300 1. Pedagang/wiraswasta/pengusaha 40 2. Pengrajin 2 3. PNS (Pegawai Negeri Sipil) 18 4. Buruh tani 400 5. TNI/POLRI 1 6. Pensiunan 4 7. Penjahit 4 8. Montir 2 9. Karyawan swasta 50 10. Tukang kayu 15 11. Tukang batu 16 12. Guru swasta 33 13. Lainnya 715 14. Sumber: Kantor Desa Galudra, 2006 Berdasarkan data tersebut bahwa penduduk sekitar banyak berkecimpung dalam pertanian khususnya budidaya sayuran yang merupakan andalan Desa Galudra, sehingga memudahkan perusahaan untuk merekrut pakerja dalam proses produksi yang diusahakan. 6.2.1.3 Teknologi Teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang memiliki pengaruh terhadap organisasi maupun perusahaan. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, yang menghasilkan penciptaan produk baru dan produk yang lebih baik. kemajuan teknologi juga meningkatkan industri transportasi, fasilitas umum, komputer dan internet (David, 2006). Perkembangan teknologi dari segi sarana dan prasarana transportasi memberikan dampak yang sangat baik bagi perusahaan untuk memasarkan produk, sehingga perusahaan dengan mudah menyalurkan produk dan sayuran agar tidak cepat layu dan rusak. Kemajuan teknologi informasi di Indonesia juga semakin berkembang dan mempengaruhi kegiatan usaha diantaranya penggunaan alat komunikasi seperti telepon, penggunaan jaringan internet dan komputer. Perkembangan teknologi yang semakin canggih memberikan peluang bagi pelaku bisnis dalam memanfaatkan jasa tersebut untuk transaksi dan negosiasi dalam memasarkan produk. Pembudidayaan sayuran organik yang dilakukan perusahaan mengikuti perkembangan teknologi yaitu perusahaan memiliki timbangan, baik untuk penentuan sayuran yang akan dikemas dan dikepak maupun penentuan berat sayuran yang sudah dimasukkan ke dalam box perkomoditi untuk dipasarkan. Selain itu, perusahaan juga menerapkan sistem green house. Fungsi green house adalah sebagai berikut: 1. menghindari terpaan air hujan yang dapat merusak tanaman; 2. menghindarkan lahan dari kondisi yang becek ; 3. mencegah masuknya air hujan ke dalam media tumbuh (karena dapat mengencerkan larutan hara); 4. mengurangi intensitas cahaya yang masuk sehingga daun tidak terbakar pada saat terik; 5. mengurangi tingkat serangan OPT; dan 6. fotosintesis dapat berlangsung sempurna; 6.2.1.4 Pemerintah Gaya hidup masyarakat yang telah mengalami perubahan dengan menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida kimia sintetis serta hormon tumbuh dalam produksi pertanian ternyata menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Adanya preferensi konsumen inilah yang menyebabkan permintaan produk pertanian organik diseluruh dunia tumbuh rata-rata 20 persen pertahun. Data WTO (World Trade Organization) menunjukkan bahwa dalam tahun 2000 perdagangan produk pertanian organik dunia telah mencapai nilai US$17, 5 milyar . Diperkirakan pada tahun 2010 pangsa pasar dunia produk pertanian organik akan mencapai US$ 100 milyar. Sebagai negara yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, maka Indonesia pun yang modal dasar yang luar biasa besarnya yang upaya percepatan transformasi keunggulan komparatif ini menjadi keunggulan kompetitif agar peluang pasar tersebut dapat benar-benar kita rebut untuk kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. Untuk mewujudkan hal tersebut diatas Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (Ditjen BPPHP) telah menyusun Agenda Nasional Pengembangan Pertanian Organik dengan slogan “Go Organic 2010“5. Program “Go Organic 2010” yang telah disusun oleh menteri pertanian Anton Apriyantono dan Ditjen BPPHP merupakan salah satu pilihan program untuk mempercepat terwujudnya pembangunan agribisnis berwawasan lingkungan (eco-agribisnis) guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. Misi dalam program ini adalah: "Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan alam Indonesia dengan mendorong berkembangnya pertanian organik yang berdaya saing dan berkelanjutan" Sedangkan yang ingin dicapai dalam program ini adalah mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen dan pengekspor pangan organik utama di dunia pada tahun 2010. Adapun tujuan dan keuntungan dari program tersebut adalah sebagai berikut: 1. meningkatkan pendapatan petani karena adanya efisiensi pemanfaatan sumberdaya dan produk; 5 Departemen Pertanian. Agenda nasional Pengembangan pertanian Organik. 2001. http://agribisnis.deptan.go.id/Pustaka/BabI&II_4thGO.pdf (Diakses pada 23 Maret 2008) 2. menghasilkan pangan yang cukup, aman dan berkualitas sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis; 3. menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani; 4. meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian; 5. meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, serta memelihara kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan; 6. menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan sosial dipedesaan; Dengan demikian, pengembangan pertanian organik melalui program “Go Organic 2010” akan berujung pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat serta lestarinya lingkungan alam Indonesia. Kesadaran masyarakat akan pola hidup dan pola makan sehat melalui pengkonsumsian pangan organik memberikan peluang bagi kegiatan usaha yang dibentuk atas dasar keinginan untuk menghimpun potensi sekaligus kerjasama dari berbagai pihak untuk mengembangkan potensi pertanian organik di Indonesia yaitu dengan adanya Asosiasi pertanian Organik (APO, maporina atau masyarakat pertanian organik Indonesia). Maporina, sebagai organisasi yang peduli terhadap konsep dan implementasi pertanian organik di pengetahuan Indonesia, dan merasa pemahaman berkewajiban para birokrat untuk meningkatkan (penentu kebijakan) akademisi, peneliti dan pengurus organisasi profesi tentang pertanian organik. Menurut Ketua umum maporina Zaenal Soedjais (2005), menjelaskan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki potensi luar biasa besar untuk mengembangkan pertanian organik. Potensi ini ada pada luasnya lahan pertanian tropis yang dimiliki Indonesia yang sangat beragam serta juga ketersediaan bahan organik yang melimpah yaitu sekitar 20 persen lahan pertanian yang ada di Indonesia, ternyata yang baru dimanfaatkan hanya 40.000 hektar atau sekitar 0,09 persen.6 Sejalan dengan upaya peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura, peredaran benih dan pupuk serta pestisida cenderung terus meningkat. Benih merupakan salah satu faktor penentu dalam menentukan keberhasilan pembangunan pertanian, karena mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan segala aktivitas pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam upaya meningkatkan penggunaan dan penyediaan benih unggul bermutu pemerintah perlu melakukan pengawasan pengadaan, penggunaan dan peredaran benih dengan memberikan sertifikat setelah melalui pemeriksaan lapangan, hal ini sesuai dengan keputusan Menteri Pertanian Nomor 803/Kpts/OT.210/7/97 tentang Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih Bina dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 517/Kpts/TP.270/9/2002 tentang Pengawasan Pestisida. Pada kenyataannya banyak benih yang ditawarkan efektivitasnya tidak sesuai dengan yang termuat pada label kemasan, bahkan tidak sedikit yang dipalsukan7. Beredarnya benih palsu tersebut dipasaran merupakan Kongres maporina. 2005. Potensi Pertanian Organik Dikembangkan. www.brawijaya.ac.id/main/news/id/event/detail.php?id=77 - 16k 2003 (Diakses pada 23 Maret 2008). 7 Perda Prov Jawa Barat. Retribusi Pelayanan Pengujian Mutu Benih, Pestisida serta Pupuk Tanaman Pangan dan Holtikultura. 6 ancaman bagi perusahaan yang dapat mengurangi produksi dan kualitas produk menjadi rendah serta merugikan perusahaan. 6.2.1.5 Ekologi (Alam) Kabupaten Cianjur yang beribukota di Cianjur adalah sebuah kabupaten di Propinsi Jawa Barat. Sebagian besar wilayah Cianjur adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit. Lapangan atau pekerjaan penduduk Kabupaten Cianjur di sektor pertanian yaitu sekitar 62,99 persen. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu sekitar 42,80 persen. Sektor lainnya yang cukup banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan dan jasa yaitu sekitar 14,60 persen 8 . PT Anugerah Bumi Persada terletak di Kabupaten Cianjur Kecamatan Cugenang Desa Galudra yang merupakan daerah dataran tinggi dengan curah hujan 2800 Mm, suhu 18 - 300 C antara ketinggian 700-1200 dpl. Jenis dan tekstur tanah di desa tersebut adalah andosol dan berpasir sehingga cocok untuk memproduksi dan membudidayakan sayuran karena tanah tersebut cukup subur. http://birohukum.jabarprov.go.id/data/perundangan/5-4-2004-doc (Diakses pada 23 Maret 2008). 8 Pemda Kabupaten Cianjur. 2008. Pembagian Administratif. http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Cianjur , 25 Januari 2008(Diakses pada 23 Maret 2008) Perubahan iklim dan gejala alam di Desa Galudra Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur sering tidak dapat diperkirakan yang menyebabkan perusahaan mengalami kerugian dalam produksi maupun reinvestasi untuk mengganti peralatan yang rusak seperti angin kencang yang dapat merusak green house, terjadinya longsor yang mengakibatkan terhambatnya aliran air, dan perubahan iklim yang berkepanjangan. Pada musim hujan produksi sayuran rendah sedangkan permintaan di pasar cukup tinggi, sehingga perusahaan mengalami pengurangan keuntungan. Namun pada musim kemarau, produksi yang dihasilkan sebaliknya, Produksi sayuran yang terlalu tinggi membuat perusahaan juga mengalami kerugian karena stok persediaan sayuran lebih besar dibandingkan dengan permintaan di pasar sehingga banyak sayuran yang tidak dapat dijual. Kerugian perusahaan diakibatkan juga dengan adanya hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Hal ini karena perusahaan membudidayakan sayuran dengan sistem organik yang dituntut dalam mengendalikan hama dan penyakit tidak menggunakan pestisida atau pun obat lainnya yang berbahan kimia, sehingga perusahaan mengalami kesulitan dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman tersebut. 6.2.2 Lingkungan Mikro 6.2.2.1 Pesaing Sistem pertanian organik yang mulai diterapkan oleh berbagai produsen menjadikan ancaman bagi perusahaan dalam mengambil pangsa pasar. Hal ini terjadi seiring dengan kepedulian konsumen yang semakin kuat terhadap isu kesehatan dan perubahan gaya hidup masyarakat yang menimbulkan kesadaran masyarakat umum akan pentingnya mempertahankan kualitas lingkungan, telah mendorong melonjaknya permintaan produk organik di Asia Pasifik.9 Perkembangan tersebut memberikan peluang bagi produsen yang mengusahakan sayuran organik. Banyaknya produsen yang mengusahakan sayuran organik, mengimplikaiskan tingkat persaingan yang ketat. Hal ini merupakan ancaman bagi perusahaan dan peluang bagi pesaing dalam memperluas pangsa pasarnya. Selain itu, Seperti pesaing potensialnya yaitu Agatho dan Amani, pangsa pasar produk tersebut sudah memasuki tingkat internasional yaitu dengan mengekspor produk sayuran organik ke kawasan Asia tenggara. 6.2.2.2 Pelanggan (Pembeli) Memasuki abad 21, masyarakat mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan back to nature telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami seperti pupuk dan pestisida kimia dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan pertanian organik. Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik meningkat pesat dan juga sangat beragam baik dari ukuran sayuran, penampilan 9 Winarno, FG. 2003. Pangan Organik di Kawasan Asia Pasifik dalam Kompas Senin, 30 Juni 2003 (Diakses pada 12 April 2008) (kualitas), dan kuantitas, sehingga perencanaan tanam dan panen harus dilakukan dengan teliti agar sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Dengan memproduksi sayuran yang berkualitas sesuai keinginan pasar, perusahaan dapat mempertahankan posisi tawar produk dan terjalin hubungan yang baik terhadap distributor dan konsumen. Dalam hal ini, untuk loyalitas konsumen dan distributor bukan pada suatu merek perusahaan, melainkan pada komoditi sayuran organik itu sendiri. Sayuran organik dianggap sebagai komoditi yang menyehatkan untuk dikonsumsi. Harga sayur organik di pasaran berbeda beberapa kali lipat dibandingkan dengan sayur konvensional tetapi hal ini sebanding dengan manfaat yang diterima, sehingga berbagai jenis sayur organik semakin banyak diminati pasar saat ini. Namun sayangnya karena jumlah produksi yang masih terbatas, permintaan pasar akan sayur organik belum bisa terpenuhi secara maksimal. 6.2.2.3 Produk Subtitusi Menurut Awal, et all (2007) kemajuan teknologi terutama dalam bidang pangan yang mampu menciptakan pengganti serat yang dihasilkan oleh sayuran, khususnya serat buatan yang gencar dipromosikan diberbagai media dan adanya pendapat dari beberapa dokter yang mengatakan bahwa dengan mengkonsumsi salah satu serat buatan tersebut mampu menggantikan konsumsi serat yang dihasilkan dari sayuran dan buah. Selain itu, serat tersebut mampu mengatasi dan meredakan masalah pemcernaan dalam tubuh. Hal ini merupakan ancaman bagi perusahaan yang dapat membentuk bahkan merubah pemikiran sebagian masyarakat terutama bagi masyarakat yang memang tidak begitu menyukai sayuran bahwa konsumsi serat buatan sudah cukup sehingga konsumsi masyarakat akan sayur dan buah menurun. Harga yang ditawarkan sayuran organik memang relatif lebih mahal namun manfaat yang diberikan cukup besar bagi kesehatan dan persediaan produk juga terbatas karena proses produksi melalui sistem organik lebih lama dibandingkan dengan konvensional serta konsumen yang belum begitu menyadari pentingnya pangan sehat dan belum bisa membedakan antara sayuran organik dan anorganik. Hal ini menjadikan sayuran anorganik sebagai produk substitusi dari sayuran organik, dimana semua kalangan dapat membelinya dan dengan mudah menemukannya. 6.2.2.4 Pemasok Pemasok merupakan salah satu komponen penting dalam menjalankan suatu usaha. Bahan input adalah bahan atau komponen yang digunakan sebagai sarana dalam berlangsungnya proses produksi suatu kegiatan. Untuk memenuhi kebutuhan proses produksi, perusahaan memperoleh bahan input dari penjual di pasar lokal maupun luar. Dari pasar lokal perusahaan memperoleh bahan input seperti urine kelinci, sekam padi, EM4, plastik UV, pestisida cair organik, dolomite, alat-alat dan sarana pertanian sedangkan dari pasar luar perusahaan memperoleh benih sayuran Jepang karena perusahaan secara garis besar memproduksi jenis sayuran Jepang. Berikut daftar pemasok perusahaan. Tabel 16. Daftar Pemasok Bahan Input No Jenis Komponen Pemasok 1. Plastik UV 2. Sekam padi 3. Kotoran ayam 4. EM4 5. Benih 6. Kemasan 7. Urine kelinci Sumber: PT Anugerah Bumi Persada, 2008 PT Sinar Plastik Cianjur Sukabumi Jakarta PT Winon Intercotinental Jakarta Cianjur 6.2.2.5 Ancaman Pendatang Baru Berdasarkan skala ekonomi, dalam memproduksi sayuran organik memerlukan biaya yang relatif tidak sedikit dan juga dibutuhkan pengetahuan, teknologi serta pengalaman yang baik mengenai proses produksi maupun pemasaran. Selain itu, loyalitas konsumen yang cukup tinggi terhadap suatu merek produk menjadikan hambatan masuk bagi pendatang baru untuk memasuki industry karena pendatang baru harus mengeluarkan biaya yang besar kembali untuk mengatasi kesetiaan konsumen. Akses saluran distribusi untuk memasuki pasar atau swalayan cukup sulit terutama untuk masuk ke swalayan Ranch Market Jakarta (Pondok Indah, Kebon Jeruk, Grand Wijaya, dan Darmawangsa Square), Kamome dan Papaya market yang menetapkan kualitas tinggi. Kebijakan pemerintah terhadap industri sayuran organik tidak membatasi atau melarang pendatang baru untuk masuk dalam industri bahkan pemerintah sangat mendukung dan mendorong untuk mengembangkan usaha dengan pertanian organik yaitu dengan dibentuknya program “Go Organic 2010” yang tujuannya adalah untuk mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen dan pengekspor pangan organik utama di dunia pada tahun 2010. 6.3 Identifikasi Faktor Lingkungan Internal Berdasarkan hasil analisis faktor internal, maka selanjutnya akan diidentifikasi beberapa hal yang menjadi kekuatan dan kelamahan perusahaan. Hasil identifikasi tersebut digunakan untuk menyusun matriks IFE (Internal Factor Evaluation). Aspek-aspek yang ditinjau adalah sebagai berikut: (1) faktor keuangan; (2) faktor pemasaran melalui bauran pemasaran; (3) faktor sumberdaya manusia; (4) faktor produksi; (5) faktor manajemen. Identifikasi tentang faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh PT Anugerah Bumi Persada dapat dilihat pada Tabel 17. Perusahaan memiliki keunggulan dalam membudidayakan pertanian khususnya dibidang hortikultura yaitu sayuran dengan cara sistem pertanian organik yang tidak menimbulkan degradasi lingkungan karena perusahaan sangat memperhatikan kualitas produk. Modal untuk mengembangkan usaha sayuran organik dari proses produksi hingga pasca panen merupakan modal pribadi perusahaan. Selain itu, perusahaan memiliki staf pekerja yang merupakan tenaga kerja terdidik dan terlatih serta berpengalaman yang merupakan alumnus Institut Pertanian Bogor. Keunggulan lain perusahaan adalah sebagai penetap harga melalui negosiasi dengan pihak distributor (swalayan), memiliki sarana transportasi yang menunjang untuk memasarkan produknya yaitu dengan mobil box, image produk sudah dikenal konsumen karena perusahaan merupakan old supplier, dan lokasi proses produksi sayuran organik perusahaan cukup strategis karena berdekatan dengan Kota Jakarta. Kelemahan yang dimiliki perusahaan diantaranya belum memiliki label sertifikat produk, tidak ada tunjangan bagi pekerja harian seperti hamil, makan, sakit dan hari libur nasional, pembukuan usahatani dan pengarsipan data masih belum tersusun rapi dan lengkap, masih rendahnya volume produksi yang diusahakan perusahaan. Selain itu, tingkat harga yang tinggi dibandingkan dengan produk sayuran organik lain dan struktur organisasi belum tertulis dan dibakukan. Tabel 17. Identifikasi Faktor Lingkungan Internal PT Anugerah Bumi Persada Faktor-faktor Internal 1. Keuangan 2. Pemasaran 3. SDM Kekuatan - Posisi keuangan yang kuat dengan modal pribadi. - Penetapan harga oleh perusahaan melalui negosiasi dengan pihak swalayan. - Kualitas dan kontinuitas produk terjamin. - Keanekaragaman produk sayuran. - Memiliki sarana transportasi yang menunjang untuk memasarkan produk. - Staf pekerja perusahaan Kelemahan - Belum memiliki label sertifikasi organik. - Tidak adanya tunjangan merupakan tenaga kerja terdidik dan terlatih serta berpengalaman. 4. Produksi - Ramah lingkungan. - Image produk sudah dikenal oleh konsumen 5. Manajemen bagi pekerja harian seperti sakit, hamil, makan dan hari libur nasional. - Volume produksi yang masih rendah (seperti tomat apel momotaro, tomat cherry, pakcoi hijau, asparagus, kabocha dan daun selada). - Pembukuan usahatani dan pengarsipan data masih belum tersusun rapi dan lengkap. - Struktur organisasi belum tertulis dan dibakukan. 6.4 Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal Hasil analisis faktor lingkungan eksternal yang telah dikaji sebelumnya, kemudian dapat diidentifikasi untuk menentukan peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan dengan menggunakan matriks EFE (External Factor Evaluation). Aspek-aspek yang ditinjau adalah sebagai berikut: (1) faktor ekonomi, (2) faktor sosial, (3) faktor teknologi, (4) faktor pemerintah, (5) faktor ekologi/alam, (6) analisis persaingan yaitu pesaing, pelanggan/pembeli, produk substitusi, pemasok, dan ancaman pendatang baru. Peluang bagi perusahaan dalam mengembangkan produk sayuran jepang organik adalah pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi makanan sehat yang dikenal dengan slogan back to nature, semakin meningkatnya jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan serta pendidikan yang mempengaruhi daya beli masyarakat sehingga memungkinkan perusahaan untuk lebih mengoptimalkan upaya memperluas pangsa pasar. Pangsa pasar untuk sayuran organik akan terus meningkat baik ditingkat lokal maupun internasional yang setiap tahunnya meningkat 20 - 30 persen dan loyalitas konsumen dan distributor cukup tinggi untuk komoditi sayuran organik. Peluang lainnya adalah tersedia tenaga kerja masyarakat sekitar, pasokan bahan baku dan perkembangan teknologi yang semakin maju sehingga dapat mengembangkan memperlancar usahanya, proses dan produksi dukungan dari perusahaan dalam pemerintah untuk mengembangkan pertanian secara organik yaitu dengan program Go Organic 2010 dan APO dan Maporina, kenaikan harga bahan baku konvensional serta pendatang baru tidak mudah masuk dalam industri. Ancaman yang dihadapi perusahaan adalah adanya issue bahwa sayuran organik yang beredar di pasar tidak 100 persen organik yang mengakibatkan konsumen ragu untuk membeli sayuran organik dan beralih pada produk substitusinya seperti suplemen dan sayuran konvensional. Ancaman lainnya adalah perubahan iklim dan gejala alam yang terjadi serta hama dan penyakit yang menyerang tanaman dapat mengurangi kuantitas dan kualitas produk perusahaan. Berikut tabel identifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Tabel 18. Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal PT Anugerah Bumi Persada Faktor-faktor Eksternal 1. Ekonomi Peluang - Peningkatan pendapatan, pendidikan dan daya beli masyarakat. - Pangsa pasar sayuran organik Ancaman akan terus meningkat. - Kenaikan harga bahan baku sayuran konvensional. - Tersedianya tenaga kerja masyarakat sekitar. - Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. 2. Sosial - Adanya isue bahwa kebanyakan sayuran organik yang beredar di pasaran tidak 100 persen organik (free kimia). - Perkembangan teknologi seperti sarana transportasi dan telekomunikasi serta informasi. - Adanya Asosiasi Pertanian Organik (APO, maporina). - Program “Go Organic 2010” 3. Teknologi 4. Pemerintah - Perubahan iklim dan gejala alam seperti angin kencang dan longsor - Adanya hama dan penyakit tanaman yang menyerang. - Pangsa pasar pesaing semakin luas. 5. Ekologi (alam) 6. Pesaing - Loyalitas konsumen dan distributor cukup tinggi. 7. Pelanggan - Adanya produk substitusi. 8. Produk substitusi 9. Pemasok 10. Ancaman pendatang baru - Tersedia pasokan bahan baku. - Pendatang baru tidak mudah masuk dalam industri. VII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1 Tahap Masukan (The Input Stage) Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) merupakan tahap masukan (the input stage) atau tahap pertama setelah identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal sebelumnya. Analisis Matriks IFE dan EFE pada PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm” akan dibahas sebagai berikut: 7.1.1 Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Analisis internal mengidentifikasi faktor kunci kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) perusahaan. Berdasarkan informasi pada identifikasi tersebut, maka disusun matriks IFE untuk mendapatkan total skor yang dibobot. Total skor didapat dari hasil penjumlahan skor, dimana skor tersebut merupakan perkalian dari bobot faktor dengan peringkat/rangking masing-masing faktor strategis internal. Pembobotan dan pemberian peringkat dilakukan oleh tujuh orang responden dari pihak perusahaan, terdiri dari direktur utama perusahaan, staf produksi sebanyak 3 orang, bagian pemasaran sebanyak 2 orang dan staf pekerjaan umum. Ketujuh responden tersebut dianggap ikut serta dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan usaha dan pemasaran sayuran organik. Secara garis besar dari total perhitungan melalui matriks IFE yang ditunjukkan pada Tabel 19 menghasilkan total skor yang dibobot sebesar 3,11. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk mengatasi kelemahan dengan menggunakan kekuatannya adalah tinggi. Kekuatan utama perusahaan yaitu dengan skor rata-rata 0,4 adalah ramah lingkungan. Perusahaan sangat memperhatikan lingkungan sekitar, yaitu dengan menerapkan sistem pertanian organik, sehingga lingkungan tidak tercemar dari bahan-bahan sintetik yang dapat merusak struktur tanah dan menguras unsur hara di dalam tanah dan degradasi lingkungan dalam jangka waktu lama. Pertanian organik yang diterapkan perusahaan juga memberi dampak positif terhadap para pekerja di lapang dalam menjaga kesehatan untuk menghirup udara tanpa tercemar bahan-bahan kimia. Dengan mengusahakan sayuran organik yang ramah lingkungan merupakan salah satu visi dan misi dari perusahaan yang mengutamakan kesehatan. Kekuatan utama lain yang dimiliki perusahaan adalah staf pekerja yang merupakan tenaga kerja terdidik dan terlatih serta berpengalaman yang merupakan alumni dari Institut Pertanian Bogor. Dengan staf pekerja yang merupakan tenaga kerja terdidik dan terlatih serta berpengalaman akan dapat menghasilkan produk yang berkualitas dari proses perencanaan tanam yang baik hingga pasca panen. Kelemahan utama yang dimiliki perusahaan ditunjukkan dengan skor rata-rata 0,07 yaitu volume produksi yang masih rendah seperti tomat apel momotaro, tomat cherry, horenso dan brokoli. Jenis sayuran tersebut merupakan sayuran yang banyak diminta oleh pihak distributor dan diminati konsumen. Kondisi tersebut menyebabkan permintaan konsumen dan distributor tidak dapat terpenuhi secara maksimal. Berikut tabel analisis matriks IFE (Internal Factor Evaluation). Tabel 19. Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) PT Anugerah Bumi Persada Bobot Peringkat Skor Faktor Strategis Internal Kekuatan 0,08 4 0,32 1. Posisi keuangan yang kuat dengan modal pribadi 0,08 3 0,24 2. Kualitas dan kontinuitas produk terjamin 0,05 4 0,2 3. Keanekaragaman produk sayuran 0,06 3 0,18 4. Lokasi strategis dan dekat dengan distributor 4 0,24 5. Penetapan harga oleh perusahaan melalui 0,06 kesepakatan dengan pihak swalayan 0,09 4 0,36 6. Staf pekerja merupakan tenaga kerja terdidik dan terlatih serta berpengalaman 0,1 4 7. Ramah lingkungan 0,4 0,08 4 0,32 8. Memiliki sarana transportasi yang menunjang untuk memasarkan produk 0,08 4 0,32 9. Image produk sudah dikenal oleh konsumen Kelemahan 1.Tingkat harga yang tinggi dibandingkan dengan produk lain 2. Belum memiliki label sertifikasi 3. Tidak adanya tunjangan bagi pekerja harian seperti hamil, sakit, makan dan hari libur nasional 4. Volume produksi masih rendah (seperti apel tomat momotaro, horenso dan brokoli) 5. Pembukuan usahatani dan pengarsipan data masih belum tersusun rapi dan lengkap 6. Struktur organisasi belum tertulis dan dibakukan Total 0,06 2 0,12 0,04 0,04 2 2 0,08 0,08 0,07 1 0,07 0,05 2 0,1 0,04 2 0,08 1,00 3,11 7.1.2 Analisis Matriks EFE (External Factor Evaluation) Penyusunan analisis matriks EFE hampir sama dengan langkah penyusunan matris IFE. Perbedaannya pada faktor strategis yang dimasukkan pada matriks EFE yaitu faktor kunci peluang (opportunities) dan ancaman (threaths) yang dihadapi perusahaan. Berdasarkan informasi pada identifikasi tersebut, maka disusun matriks EFE untuk mendapatkan total skor yang dibobot. Total skor didapat dari hasil penjumlahan skor, dimana skor tersebut merupakan perkalian dari bobot faktor dengan peringkat/rangking masing-masing faktor strategis eksternal. Berikut susunan analisis matriks EFE. Tabel 20. Analisis Matriks EFE (External Factor Evaluation) PT Anugerah Bumi Persada Bobot Peringkat Skor Faktor Strategis Eksternal Peluang 0,07 4 0,28 1. Peningkatan pendapatan, pendidikan dan daya beli masyarakat serta pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat 0,09 4 0,36 2. Pangsa pasar sayuran organik terus meningkat 0,07 2 0,14 3. Kenaikan harga bahan baku konvensional 0,08 3 0,24 5. Tersedianya tenaga kerja masyarakat sekitar 0,09 4 0,36 6. Loyalitas konsumen dan distributor cukup tinggi 0,04 3 0,12 7. Perkembangan teknologi (seperti sarana transportasi, telekomunikasi, dan informasi) 0,04 2 0,08 8. Adanya Asosiasi Pertanian Organik (APO, Maporina) dan program “Go Organic 2010” 0,07 3 0,21 9. Tersedia pasokan bahan baku 0,06 3 0,18 10. Pendatang baru tidak mudah masuk dalam industri Ancaman 1. Adanya issue bahwa kebanyakan sayuran organik yang beredar dipasaran tidak 100 persen organik 3. Perubahan iklim dan gejala alam 4. Adanya hama dan penyakit tanaman yang menyerang 5. Pangsa pasar pesaing semakin luas 6. Adanya produk subtitusi Total 0,06 2 0,12 0,1 0,1 2 2 0,2 0,2 0,08 0,04 1,00 3 2 0,24 0,08 2,81 Hasil analisis matriks EFE menunjukkan total skor rata-rata yaitu 2,81 menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam merespon/memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman tergolong sedang. Berdasarkan analisis matriks EFE tersebut bahwa peluang utama perusahaan dalam menjalankan usahanya adalah pangsa pasar sayuran organik akan terus meningkat dan loyalitas konsumen dan distributor cukup tinggi (skor rata-rata sebesar 0,36). Ancaman yang ditunjukkan dengan skor rata-rata sebesar 0,24 adalah pangsa pasar pesaing yang semakin luas. Banyaknya produsen yang mulai menerapkan bertaninya secara organik mengindikasikan persaingan dalam industri sejenis semakin ketat dalam menarik perhatian konsumen. Ancaman lainnya yang dihadapi oleh perusahaan adalah perubahan iklim dan gejala alam dengan skor rata-rata sebesar 0,2 seperti angin kencang yang dapat merusak green house, longsor yang mengakibatkan pipa air tersendat atau pun rusak, sehingga perlu reinvestasi untuk keberlangsungan perusahaan yang membutuhkan biaya cukup besar. Selain itu, perubahan iklim dan adanya hama dan penyakit tanaman yang menyerang, penyakitpenyakit tanaman tersebut jika tidak ditangani dapat menular ke tanaman lain yang belum terserang sehingga dapat mempengaruhi proses produksi tanaman dan mengakibatkan kegagalan panen. 7.2 Tahap Pencocokkan (The Matching Stage) Matriks IE ( Internal External) dan SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities, Treahts) merupakan tahap pemaduan/pencocokan atau tahap kedua dalam formulasi. Fungsi dari kedua matriks tersebut untuk mencocokkan peluang dan ancaman dari matriks EFE (External Factor Evaluation) dengan kekuatan dan kelemahan dari matriks IFE (Internal Factor Evaluaiton). 7.2.1 Matriks IE (Internal External) Berdasarkan hasil analisis dari matriks IFE dan EFE yaitu pada matriks IFE skor rata-rata sebesar 3,11 yang menggambarkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi internal yang kuat sedangkan pada matriks EFE skor rata-rata sebesar 2,81 menggambarkan bahwa respon perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman tergolong sedang. Total nilai yang dibobot pada matriks IFE dan EFE, selanjutnya disusun pada matriks IE sehingga dapat diketahui posisi perusahaan saat ini, kemudian baru dirumuskan alternatif strategi yang sesuai dengan posisi perusahaan di matriks IE. Berikut gambar matriks IE secara lengkap untuk mengetahui posisi perusahaan. NILAI TOTAL SKOR IFE 4,0 tinggi kuat 3,0 rata-rata 2,0 lemah 1,0 II III IV V VI VII VIII IX 3,0 sedang 2,0 NILAI TOTAL SKOR EFE I rendah 1,0 (IE) Gambar 9. Analisis Matriks Internal-Eksternal Total skor rata-rata yang telah dihitung melalui matriks IFE dan EFE pada Gambar 9, menunjukkan bahwa posisi perusahaan berada pada kotak sel IV yaitu menggambarkan tumbuh dan kembangkan (Growth and Build). Tumbuh dan kembangkan tersebut untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, asset, keuntungan. Strategi yang cocok untuk daerah tersebut adalah strategi intensif seperti penetrasi pasar, pengembangan produk, dan pengembangan pasar. Penetrasi pasar adalah memperluas pangsa pasar, menjalankan penetrasi pasar melalui usaha pemasaran yang gencar yaitu perusahaan melakukan pemasaran yang lebih aktif dengan cara promosi, baik melalui pameran-pameran, brosur atau menggunakan promosi menggunakan internet. Pengembangan produk adalah peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa saat ini dan mempertahankan kualitas produk suatu perusahaan. Pengembangan pasar adalah perkenalan produk yang ada saat ini ke area yang baru. Hasil matriks IE merupakan kondisi perusahaan saat ini. Mengetahui kondisi perusahaan, maka akan lebih memudahkan pengelola dan karyawan untuk melakukan perubahan yang mengarah pada faktor perbaikanperbaikan guna meningkatkan penjualan dan menghadapi faktor-faktor internal dan eksternal. Strategi yang dihasilkan pada matriks IE hanya menghasilkan alternatif strategi secara umum tanpa adanya implementasi strategi yang lebih teknis pada tingkat perusahaan. Oleh karena itu, matriks IE dilengkapi dengan matriks SWOT yang berupa langkah-langkah konkrit yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan berdasarkan pengembangan dari STRENGTHS-S 1. Ramah lingkungan. 2. Staf pekerja perusahaan merupakan tenaga kerja terdidik dan terlatih serta berpengalaman. 3. Kualitas dan kontinuitas produk terjamin. 4. Image produk sudah dikenal oleh konsumen. WEAKNESS-W 1. Volume produksi yang masih rendah (seperti brokoli, tomat apel momotaro, dan horenso). 2. Pembukuan usahatani dan pengarsipan data masih belum tersusun rapi dan lengkap. matriks IE (Yulia, 2006). 7.2.2 Analisis Matriks SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities, Treahts) Setelah mengetahui posisi perusahaan, selanjutnya adalah memformulasikan strategi yang sesuai dengan mencocokkan faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi perusahaan melalui penyusunan matriks SWOT. Hasil analisis dari matriks SWOT terdapat beberapa alternatif strategi yang dapat diimplementasikan oleh perusahaan berdasarkan kombinasi antara faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 21. Analisis SWOT OPPORTUNITIES-O 1. Pangsa pasar sayuran organik akan terus meningkat. 2. Tersedianya tenaga kerja masyarakat sekitar. 3. Tersedia pasokan bahan baku 4. Pendatang baru tidak mudah masuk dalam industri. 5. Perkembangan teknologi seperti sarana transportasi dan telekomunikasi serta informasi 6. Program “Go Organic 2010” dan Adanya Asosiasi Pertanian Organik (APO, maporina). 7. Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat. serta pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. 8. Kenaikan harga bahan baku sayuran konvensional. THREATS-T 1. Pangsa pasar pesaing semakin luas 2. Perubahan iklim dan gejala alam seperti angin kencang dan longsor 3. Adanya hama dan penyakit yang menyerang. 4. Adanya isue bahwa kebanyakan sayuran organik yang beredar di pasaran tidak 100 persen organik (free kimia). 5. Adanya produk substitusi. 5. Keanekaragaman produk sayuran. 6. Penetapan harga oleh perusahaan melalui kesepakatan dengan pihak Swalayan. 7. Lokasi strategis dan dekat dengan distributor. 8. Posisi keuangan yang kuat dengan modal pribadi. 9. Memiliki sarana transportasi yang menunjang untuk memasarkan produk. STRATEGI S-O 3. Struktur organisasi belum tertulis dan dibakukan. 4. Tidak adanya tunjangan bagi pekerja harian seperti sakit, hamil, makan dan hari libur nasional. 5. Belum memiliki label sertifikasi. 6. Tingkat harga yang tinggi dibanding dengan produk lain. STRATEGI W-O Penetrasi pasar (S3, S4, S5, S6, S7, S8, S9, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7, O8) Mengoptimalkan dan meningkatkan volume produksi sayuran (W1, W2, W3, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7, O8, O9) Pengembangan pasar (S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, S8, S9 O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7) Pengembangan produk (S1, S2, S3, S4, S5, S8, O1, O2, O3, O5, O6) Memperluas lahan pembudidayaan sayuran organik (S2, S3, S4, S5, S6, S7, S8, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7, O8) Memperbaiki struktur organisasi dan pembukuan serta mengusahakan staf manajemen litbang (penelitian dan pengembangan) (W1, W2, W3, O1, O5, O 6) Mengusahakan label sertifikasi organik (W5, O1, O4, O6, O7) Mempertahankan dan meningkatkan image produk (Positioning) pada konsumen (S1, S3, S4, O1, O6) STRATEGI W-T STRATEGI S-T Memperbaiki label kemasan produk (S3, S4, S6, S8, T1, T4, T5) Menetapkan harga penjualan yang efisien (W5, W6, T1, T4, T5) Mempertahankan dan meningkatkan kerjasama dengan pemasok maupun distributor. (S3, S5, S7, S8, S9, T1, T2, T3, T4, T5). Menciptakan benih berkualitas dan menjalin kerjasama dengan lembaga penelitian/akademisi. (W1, T1, T2, T3, T4, T5) Menjalin kerjasama dengan perusahaan lain dalam mengembangkan sayuran organik serta dapat meningkatkan bargaining position perusahaan (S1, S3, S7, S8, T5) Penjelasan secara lengkap mengenai alternatif strategi yang diperoleh berdasarkan analisis matriks SWOT adalah sebagai berikut: → Strategi S-O (Strength-Opportunities) Strategi S-O adalah strategi yang berusaha untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk memanfaatkan peluang yang ada. 1. Penetrasi Pasar Strategi penetrasi pasar (market penetration) berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk/jasa saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Pangsa pasar PT Anugerah Bumi Persada masih relatif kecil (hasil wawancara). Hal ini terlihat dari pemasaran produk hanya ke beberapa swalayan yang ada di Jakarta dan sasaran bagi perusahaan adalah kalangan menengah dan atas. Untuk memperluas pangsa pasar, perusahaan harus meningkatkan jumlah tenaga penjual yaitu menambah distributor untuk memasarkan produk, meningkatkan jumlah iklan agar masyarakat mengenal produk RR Organik, menawarkan promosi penjualan yang ekstensif melalui pameran-pameran, brosur, pamflet atau menggunakan internet. Strategi Penetrasi pasar yang direkomendasikan berdasarkan kekuatan yang dimiliki perusahaan yaitu memiliki staf pekerja yang terdidik dan terlatih serta berpengalaman terutama dibidang pemasaran, kualitas dan kontinuitas produk terjamin, image produk pun sudah dikenal oleh konsumen, memiliki keanekaragaman produk sayuran yaitu sekitar 20 jenis sayuran organik, lokasi strategis dan dekat dengan distributor. Untuk pengembangan strategi ini karena adanya peluang bahwa pangsa pasar sayuran organik akan terus meningkat, loyalitas konsumen dan distributor yang cukup tinggi akan sayur organik, tersedianya pasokan bahan baku serta kenaikan harga bahan baku konvensional, dimana harga jual sayur konvensional pun akan tinggi sehingga harga dapat bersaing. Selanjutnya peluang bagi perusahaan untuk memperluas pangsa pasar yaitu pendatang baru tidak mudah masuk dalam industry. Selain itu, perkembangan teknologi seperti sarana transportasi dan telekomunikasi serta informasi sudah berkembang dengan pesat dan adanya program “Go Organic 2010” yang dicanangkan pemerintah serta berdirinya Asosiasi Pertanian Organik (APO, maporina). Peningkatan pendapatan, pendidikan dan daya beli masyarakat serta pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat juga merupakan peluang bagi perusahaan dalam memperluas pangsa pasarnya. 2. Pengembangan Pasar Pengembangan pasar (market development) melibatkan perkenalan produk yang ada saat ini ke area geografi yang baru. Perusahaan dapat memperluas distribusi pemasarannya selain di Jakarta dengan cara meningkatkan kerjasama dengan distributor yang memiliki tempat strategis misalnya perusahaan mengembangkan pemasarannya di Bandung atau pun di Bogor yang memang daerahnya dekat dan dapat dijangkau oleh perusahaan. Perluasan jaringan distribusi pemasaran sangat diperlukan agar produk perusahaan semakin banyak dikenal oleh konsumen (selain di Jakarta). Hal ini didukung dengan kekuatan perusahaan dalam membudidayakan sayuran dengan sistem organik yang ramah lingkungan serta kualitas dan kontinuitas produk yang terjamin keorganikannya, image produk juga sudah dikenal oleh konsumen untuk kalangan menengah dan atas, keanekaragaman produk sayuran yang diproduksi perusahaan cukup bervariasi dan biasanya usaha dalam bertani secara organik lebih mahal, perusahaan memiliki keuangan yang kuat dengan modal pribadi, memiliki sarana transportasi yang menunjang untuk memasarkan produk. Selain itu, strategi pengembangan pasar juga didukung oleh adanya peluang pangsa pasar sayuran organik akan terus meningkat dan peningkatan pendapatan, pendidikan serta pertumbuhan penduduk yang memicu meningkatnya daya beli masyarakat. Selanjutnya loyalitas konsumen dan distributor cukup tinggi untuk sayur organik, pemerintah juga mendukung untuk mengkampanyekan pertanian secara organik dalam program “Go Organic 2010” dan adanya Asosiasi Pertanian Organik (APO, maporina). 3. Pengembangan Produk Pengembangan produk (product development) adalah strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa saat ini. Untuk strategi pengembangan produk, kualitas produk perusahaan sudah bagus sehingga perusahaan perlu mempertahankan dan lebih memperhatikan kualitas dan mutu produk untuk memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Perusahaan juga dapat menerapkan strategi pengembangan produk dengan memodifikasi sayuran sortiran yang masih utuh dan cukup bagus untuk dijadikan salad, dimana pemilik perusahaan juga membuka usaha rumah makan atau restoran di Jakarta, sehingga sayuran dapat dimanfaatkan secara maksimal. 4. Memperluas lahan pembudidayaan sayuran organik Pemenuhan permintaan akan sayuran organik oleh perusahaan masih belum maksimal karena volume produksi yang diproduksi perusahaan masih rendah, dimana luas areal yang dimiliki perusahaan saat ini sekitar 2,8 Ha. Oleh karena itu, perusahaan perlu menambah luas areal untuk pembudidayaan sayuran organik tersebut, sehingga volume produksi yang dihasilkan dapat memenuhi permintaan konsumen. Perluasan areal tersebut dapat diterapkan oleh perusahaan, jika dilihat dari kekuatan yang dimiliki perusahaan yaitu staf pekerja perusahaan merupakan tenaga kerja terdidik dan terlatih serta berpengalaman, kualitas dan kontinuitas produk terjamin, keanekaragaman produk sayuran, penetapan harga oleh perusahaan melalui kesepakatan dengan pihak Swalayan, posisi keuangan yang kuat dengan modal pribadi. Selain itu, adanya peluang bahwa pangsa pasar sayuran organik akan terus meningkat, loyalitas konsumen dan distributor yang cukup tinggi akan sayur organik, pendapatan, pendidikan dan daya beli masyarakat juga pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, tersedia pasokan bahan baku, perkembangan teknologi seperti sarana transportasi dan telekomunikasi serta informasi dan terjadinya kenaikan harga bahan baku sayuran konvensional. 5. Mempertahankan dan meningkatkan image produk (positioning) kepada konsumen Perusahaan perlu mempertahankan dan meningkatkan image produk kepada konsumen dengan cara menjaga dan memperhatikan kualitas produk dengan sistem pertanian organik melalui perencanaan tanam yang teliti. Strategi tersebut diterapkan karena adanya peluang program “Go Organic 2010” oleh pemerintah dan adanya Asosiasi Pertanian Organik (APO, maporina) serta kekuatan yang dimiliki perusahaan adalah ramah lingkungan dengan sistem pertanian organik, kualitas dan kontinuitas produk juga terjamin dan image produk sudah dikenal oleh konsumen. → STRATEGI W-O (Weakness-Opportunities) Strategi W-O adalah strategi yang berusaha mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada. 1. Mengoptimalkan dan meningkatkan volume produksi sayuran Permintaan yang semakin tinggi dan masih rendahnya produksi akan sayur organik (lihat Tabel 4) menyebabkan pemenuhan kebutuhan konsumen oleh perusahaan tidak maksimal. Oleh karena itu, diusahakan peningkatan dan pengoptimalan produksi sayur organik dengan semaksimal mungkin yaitu dengan cara memanfaatkan lahan yang masih belum ditanam dan perencanaan tanam yang lebih baik dan teliti serta penyediaan sarana produksi yang lengkap dari awal hingga pasca panen sehingga diharapkan volume produksi dapat meningkat. Selain itu, perusahaan harus lebih memfokuskan pada perencanaan tanam sayuran yang bernilai ekonomis yaitu untuk sayuran yang permintaan di pasarnya cukup tinggi. Peningkatan volume produksi harus dilakukan karena kelemahan perusahaan adalah volume produksi yang masih rendah seperti brokoli, tomat apel momotaro, dan horenso, pembukuan usahatani dan pengarsipan data masih belum tersusun rapi dan lengkap serta struktur organisasi belum tertulis dan dibakukan. Selain itu, adanya peluang bahwa pangsa pasar sayuran organik akan terus meningkat, loyalitas konsumen dan distributor yang cukup tinggi akan sayur organik, tersedianya tenaga kerja masyarakat sekitar, tersedia pasokan bahan baku, pendatang baru tidak mudah masuk dalam industri, perkembangan teknologi seperti sarana transportasi dan telekomunikasi serta informasi, program “Go Organic 2010”, adanya Asosiasi Pertanian Organik (APO, maporina), peningkatan pendapatan, pendidikan dan daya beli masyarakat serta pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan kenaikan harga bahan baku sayuran konvensional. 2. Memperbaiki struktur organisasi dan pembukuan serta mengusahakan staf manajemen litbang (penelitian dan pengembangan) Perbaikan struktur organisasi dengan dibakukannya hal tersebut dapat lebih meningkatkan kinerja pada masing-masing tugas dan wewenangnya tiap divisi sehingga tidak terjadi tumpang tindih tugas yang menyebabkan kurang optimalnya kinerja. Pembukuan sangat diperlukan dalam suatu usaha untuk mengevaluasi perencanaan yang sudah ada. Oleh karena itu, pembukuan harus tertata rapi dan lengkap sehingga dalam mengevaluasi permasalahan menjadi lebih mudah. Selain itu, perusahaan sangat memerlukan kegiatan litbang (penelitian dan pengembangan) untuk mendukung usaha yang ada, membantu meluncurkan usaha baru, mengembangkan produk baru, meningkatkan mutu produksi, memperbaiki efisiensi proses manufaktur dan memperdalam atau memperluas kemampuan teknologi perusahaan sehingga diharapkan dapat meningkatkan volume produksi dan kualitas produk. 3. Mengusahakan label sertifikasi organik Untuk menyatakan suatu komoditas telah diproduksi menggunakan sistem pertanian secara organik, maka perlu adanya pelabelan atau sertifikasi yang dikeluarkan oleh suatu badan resmi dan diakui secara nasional maupun internasional (Rohmiatin, 2006). Perusahaan sebaiknya mulai mengusahakan sertifikat organik agar konsumen dan distributor lebih percaya akan kualitas produk dan memberikan rasa aman terhadap produk yang dikonsumsinya, karena issue yang berkembang bahwa kebanyakan sayuran organik yang dijual di pasaran tidak free kimia sehingga konsumen ragu untuk membeli sayur organik. → STRATEGI S-T Strategi S-T adalah strategi yang berusaha menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman yang ada. 1. Memperbaiki label kemasan produk Pengemasan (packaging) sebagai semua kegiatan merancang dan memproduksi wadah untuk produk. Kebanyakan produk fisik oleh pemasar harus dikemas dan diberi label. Kemasan yang dirancang dengan baik dapat menciptakan kenyamanan dan nilai promosi. Pengembangan kemasan yang efektif membutuhkan beberapa keputusan. Keputusan pertama adalah menyusun konsep kemasan yaitu menentukan seperti apa kemasan tersebut pada dasarnya atau apa yang seharusnya dilakukan kemasan tersebut bagi produk tertentu. Kedua, harus mengambil keputusan tentang unsur-unsur tambahan seperti ukuran, bentuk, bahan, warna tulisan, dan tanda merek, unsur-unsur kemasan juga harus diselaraskan dengan keputusan tentang penetapan harga dan iklan atau pomosi (Kotler, 2005). Perusahaan harus dapat memilih dengan cermat kemasan seperti apa yang dapat menarik perhatian konsumen misalnya warna menurut Kotler (2005) bahwa biru dianggap sejuk dan tenang, merah dianggap aktif dan hidup, kuning dianggap puncat dan lemah, warna fastel dianggap feminim, dan hitam dianggap maskulin. Perusahaan juga harus memperhatikan masalah lingkungan dan keselamatan akan dampak dari kemasan tersebut. Kekuatan yang dimiliki perusahaan anatara lain kualitas dan kontinuitas produk terjamin, image produk sudah dikenal oleh konsumen, dan keanekaragaman produk sayuran. Dengan menggunakan kekuatan tersebut untuk mengatasi ancaman bahwa pangsa pasar pesaing semakin luas dan adanya issue bahwa kebanyakan sayuran organik yang beredar di pasaran tidak 100 persen organik (free kimia) membuat perusahaan harus cermat dalam memilih pengemasan. Setelah perusahaan mendesain kemasannya, maka kemasan tersebut harus diuji. Menurut Kotler (2005) terdapat beberapa pengujian terhadap kemasan yang efektif agar produk dapat bersaing di pasaran. ● Uji teknis: dilakukan untuk memastikan bahwa kemasan tersebut tahan dalam kondisi normal. ● Uji visual: dilakukan untuk memastikan bahwa tulisannya dapat dibaca dan warna-warnanya selaras. ● Uji penyalur: dilakukan untuk memastikan bahwa penyalur menganggap kemasan tersebut menarik dan mudah ditangani. ● Uji konsumen: dilakukan untuk memastikan tanggapan konsumen yang positif. Pengembangan kemasan yang efektif mungkin memerlukan biaya yang cukup besar dan membutuhkan waktu cukup lama untuk menyelesaikannya. Namun, hal itu dapat terbayar jika konsumen merasa puas. 2. Mempertahankan dan meningkatkan kerjasama dengan pemasok dan distributor Pangsa pasar pesaing semakin luas, perubahan iklim dan gejala alam seperti angin kencang dan longsor yang dapat merusakkan prasarana pembudidayaan, adanya hama dan penyakit yang menyerang, adanya issue bahwa kebanyakan sayuran organik yang beredar di pasaran tidak 100 persen organik (free kimia) merupakan ancaman bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mempertahankan dan lebih meningkatkan kerjasama dengan pemasok dan distributor dalam menjalankan usahanya agar menjaga kontinyuitas pasokan bahan baku sekaligus menjaga keberlangsungan produksi dan penjualan. Dengan kekuatan yang dimiliki perusahaan diantaranya kualitas dan kontinuitas produk terjamin, keanekaragaman produk sayuran, lokasi strategis dan dekat dengan distributor, posisi keuangan yang kuat dengan modal pribadi, dan memiliki sarana transportasi yang menunjang untuk memasarkan produk, sehingga strategi tersebut dapat dijalankan sebaik-baiknya. 3. Menjalin kerjasama dengan perusahaan lain dalam mengembangkan sayuran organik serta dapat meningkatkan bargaining position perusahaan. Kekuatan yang dimiliki perusahaan dalam menjalankan budidaya sayuran seperti ramah lingkungan melalui sistem pertanian organik, kualitas dan kontinuitas produk terjamin, lokasi strategis dan dekat dengan distributor serta posisi keuangan yang kuat dengan modal pribadi dapat meningkatkan bargaining position perusahaan di tingkat persaingan antar industri sejenis. Namun, dengan adanya produk substitusi, dimana persaingan semakin ketat, maka perusahaan dapat menjalin kerjasama dengan perusahaan lain untuk memperoleh profit yang lebih besar dan mengurangi tingkat kerugian serta biaya operasional dalam mengembangkan sayuran organik. → STRATEGI W-T (Weakness-Threats) Strategi W-T adalah strategi yang berusaha untuk meminimalkan kelemahan perusahaan dan menghindari ancaman. 1. Menetapkan harga penjualan yang efisien Dalam memilih produk, terdapat beberapa konsumen yang peka terhadap harga maupun kualitas dan mutu produk tersebut. Konsumen yang peka terhadap harga akan melihat harga penjualan yang ditawarkan pemasar relatif lebih murah dibandingkan dengan produk lainnya, sedangkan konsumen yang peka terhadap kualitas dan mutu produk akan bersedia membayar berapa saja untuk mendapatkannya. Kelemahan yang dimiliki perusahaan adalah penetapan harga yang cukup tinggi dibandingkan dengan produk lain sehingga pangsa pasar pesaing akan semakin luas seperti Agatho, Amani, dan Ranch organik. Saat ini banyak produk substitusi dari sayuran organik seperti suplemen ataupun sayuran non organik. Dengan adanya berbagai ancaman tersebut, perusahaan dapat meminimalkan harga penjualan dengan cara meminimalkan biaya proses produksi sehingga harga penjualan produk tidak jauh berbeda dengan harga produk lain. 2. Menciptakan benih berkualitas dan menjalin kerjasama dengan lembaga penelitian/akademisi. Berkembangnya benih maupun bibit palsu yang beredar mengakibatkan kualitas produk rendah yang berdampak pada pengurangan keuntungan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan diharapkan dapat menciptakan dan menjalin kerjasama dengan lembaga penelitian/akademisi untuk menghasilkan benih yang berkualitas. Dengan menciptakan benih sendiri dapat menghemat biaya produksi dan kualitas produk terjamin serta dapat memberikan nilai ekonomis dengan menawarkan benih ataupun bibit kepada konsumen. 7.3 Tahap Keputusan (The Decition Stage) Tahap keputusan atau tahap pemilihan strategi merupakan tahap ketiga dari proses manajemen strategi. Pada tahap keputusan dilakukan pemilihan strategi terhadap alternatif strategi yang diperoleh dari matriks IE (Internal External) dan SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats) yang telah dianalisis. Alat analisis yang digunakan pada tahap keputusan strategi adalah Quantitative Strategic Planning Matrix atau biasa disebut dengan matriks QSP. 7.3 1 Quantitative Planning Strategic Matrix (QSPM) Matriks QSP digunakan untuk mengevaluasi pilihan strategi alternatif secara obyektif dan didesain untuk menentukan daya tarik relatif dan alternatif tindakan yang layak berdasarkan hasil analisis pada tahap pertama (The Input Stage) dan kedua (The Matching Stage) yaitu matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation), IE (Internal External) dan matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats). matriks QSP juga digunakan sebagai rekomendasi strategi yang harus dijalankan bagi keberlangsungan perusahaan pada masa yang akan datang. Berdasarkan analisis sebelumnya pada matriks IE dan SWOT, beberapa strategi alternatif yang layak yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. penetrasi pasar, artinya memperluas pangsa pasar; 2. pengembangan pasar, artinya memperkenalkan produk ke area yang baru; 3. pengembangan produk, artinya mempertahankan kualitas produk, memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa saat ini; 4. memperluas lahan pembudidayaan sayuran organik; 5. mempertahankan dan meningkatkan image produk (positioning) kepada konsumen; 6. memperbaiki label kemasan produk; 7. mempertahankan dan meningkatkan kerjasama dengan pemasok dan distributor; 8. menjalin kerjasama dengan perusahaan lain dalam mengembangkan sayuran organik serta meningkatkan bargaining position perusahaan yang sudah ada; 9. mengoptimalkan dan meningkatkan volume produksi sayuran 10. memperbaiki struktur organisasi dan pembukuan serta mengusahakan staf manajemen litbang (penelitian dan pengembangan) 11. mengusahakan label sertifikasi organik; 12. menetapkan harga penjualan yang efisien; 13. menciptakan benih berkualitas dan menjalin kerjasama dengan pihak/lembaga penelitian/akademisi Alternatif strategi tersebut, kemudian dimasukkan kedalam matriks QSP. Pemberian ranking dan nilai daya tarik (Attractive Score-AS) mengharuskan keputusan subyektif yang kemudian bobot masing-masing faktor dari matriks IFE dan EFE sebelumnya dikalikan dengan AS. Strategi yang dipilih merupakan total nilai daya tarik (Total Attractive Score-TAS) terbesar yang merupakan strategi yang paling sesuai untuk diimplementasikan perusahaan dalam rangka pengembangan dan perluasan pasar usaha. Semakin tinggi nilai TAS menunjukkan strategi ini semakin menarik dengan mempertimbangkan semua faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi keputusan strategi. Berdasarkan hasil analisis matriks QSP pada Lampiran 3, terlihat bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan sekarang oleh perusahaan adalah mengoptimalkan dan meningkatkan volume produksi dengan total TAS tertinggi yaitu 6,55. Urutan prioritas strategi perusahaan hasil analisis QSPM berdasarkan total TAS tertinggi sampai terendah adalah sebagai berikut: 1. mengoptimalkan dan meningkatkan volume produksi sayuran (TAS:6,63); 2. penetrasi pasar (TAS:6,62); 3. memperluas lahan pembudidayaan sayuran organik (TAS:6,25); 4. pengembangan produk (TAS:6,22); 5. pengembangan pasar (TAS:5,88); 6. menetapkan harga penjualan yang efisien (TAS:5,18); 7. mempertahankan dan meningkatkan kerjasama dengan pemasok dan distributor (TAS:5,17); 8. memperbaiki label kemasan produk (TAS:5,05); 9. mempertahankan dan meningkatkan image produk (positioning) kepada konsumen (TAS:4,80); 10. mengusahakan label sertifikasi organik (TAS:4,77); 11. menjalin kerjasama dengan perusahaan lain dalam mengembangkan sayuran organik serta meningkatkan bargaining position perusahaan yang sudah ada (TAS:4,71); 12. memperbaiki struktur organisasi dan pembukuan serta mengusahakan staf manajemen litbang atau penelitian dan pengembangan (TAS:4,49) 13. menciptakan benih berkualitas dan menjalin kerjasama dengan pihak/lembaga penelitian/akademisi (TAS:4,56); VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 1. Kekuatan utama perusahaan adalah ramah lingkungan sedangkan kelemahan utama adalah volume produksi yang masih rendah. Peluang utama perusahaan adalah pangsa pasar sayuran organik yang akan terus meningkat dan loyalitas konsumen dan distributor untuk sayuran organik cukup tinggi. Ancaman utama bagi perusahaan yaitu pangsa pasar pesaing semakin luas, adanya hama dan penyakit yang menyerang tanaman serta perubahan iklim dan gejala alam. 2. Prioritas strategi alternatif yang tepat yang dapat direkomendasikan untuk perusahaan, berdasarkan hasil analisis matriks QSP (Quantitative Strategic Planning) adalah mengoptimalkan dan meningkatkan volume produksi dengan total TAS (Total Attractive Score) tertinggi sebesar 6,63 dengan cara perencanaan tanam yang lebih teliti, penyediaan sarana produksi yang lengkap dan memanfaatkan lahan yang masih kosong atau belum ditanam serta memproduksi sayuran yang bernilai ekonomis. 8.2 Saran 1. Perusahaan harus mengkomunikasikan atau menyampaikan strategi yang diterapkan, kemudian menjabarkannya dan berkoordinasi pada semua staf/bagian yang terlibat didalam perusahaan dalam bentuk langkahlangkah operasional yang akan dijalankan. 2. Perusahaan disarankan untuk memperbaiki label kemasan harus disertai dengan pernyataan misi dan visi perusahaan serta kandungan gizi dari produk organik, sehingga konsumen mengetahui tujuan perusahaan dan menambah pengetahuan agar konsumen dapat lebih tertarik mengkonsumsi sayuran organik. 3. Perusahaan disarankan dalam mengoptimalkan dan meningkatkan volume produksi harus lebih memperhatikan mutu dan kelestarian lingkungan dalam mencapai pertanian secara berkelanjutan. DAFTAR PUSTAKA Afifi, Mohammad Fahrul. 2007. Analisis Kepuasan Konsumen terhadap Atribut Sayuran Organik dan Penerapan Personal Selling Benny’s Organic Garden. Skripsi. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Angipora, M.P. 2002. Dasar-dasar Pemasaran. Rajawali Press. Jakarta. Ariani, Runie Sari. 2006. Strategi Pengembangan Identitas Merek Produk Sayuran Organik ”AGATHO” Melalui Bauran Pemasaran Pada Yayasan Bina Sarana bakti, Cisarua, Bogor. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. Awal, et all. 2008. Kajian Lingkungan Bisnis Sayuran Jepang Organik pada PT Anugerah Bumi Persada Kabupaten Cianjur. PKL Program Keahlian Manajemen Agribisnis Diploma Institut Pertanian bogor. Badan Pusat Statistik. 2004. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha 2001-2004. Jakarta. Data Statistik Indonesia. 2008. Jumlah Penduduk Menurut Provinsi. Jakarta David, Fred. R. 2000. Manajemen Strategi Edisi Jilid I. Kelompok Gramedia. Jakarta. . PT INDEKS 2004. Manajemen Strategi Edisi Kesembilan. PT INDEKS Kelompok Gramedia. Jakarta. 2006. Manajemen Strategi Edisi Kesepuluh. Kelompok Gramedia. Jakarta. PT INDEKS Daud, Darmayanti. 2003. Strategi Pemasaran PT Bogor Indah Untuk Meningkatkan Pangsa Pasar Roti. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Fitri, Mes Ayu Aliza. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik Pada Kelompok Tani ”USAHATANI BERSAMA” Kabupaten Tanah datar Sumatera Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hammond, J.W dan D.C. Dahl. 1977. Market Analysis The Agricultural Industry. Mc Grow Hill Book Company. New York. Hutagalung, Silvia P. Hasiana. 2006. Analisis Strategi Pengembangan Usaha sayuran Segar di PT Abdoellah bastari Agriculture. Skripsi. Program Studi Manjemen Agribisnis. Fakultas pertanian. Institut Pertanian Bogor. Jauch, L.R dan Glueck W.F. 1988. Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta. Kaharuddin, Sylvia Revitha. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Jambu Biji Organik di PT Sawangan Bumi Makmur, Parung Bogor. Skripsi. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Kinnear, T.C dan J. R. Taylor. 1991. Marketing Research: An Applied Approach. Mc Graw Hill. New york. Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran Jilid I. PT INDEKS Kelompok Gramedia. Jakarta. 2005. Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid 1. PT INDEKS Kelompok Gramedia. Jakarta. 2005. Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid 2. PT INDEKS Kelompok Gramedia. Jakarta. Mc. Donald, M dan Keegan W. 1999. Kiat Mencapai Pertumbuhan dan Profitabilitas melalui Prencanaan pemasaran yang Efektif. Erlangga. Jakarta. Pearce, John. A dan Richard B. Robinson. 1997. Management Strategic: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Binarupa aksara. Jakarta. Putra, Ade. 2006. Analisis Pemasaran Sayuran Organik di Kawasan Agropolitan Kota Baru. Skripsi. Program Studi Manjemen Agribisnis. Fakultas pertanian. Institut Pertanian Bogor. Rohmiatin, Elmi. 2006. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Beras Organik Lembaga Pertanian Sehat di Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Skripsi. Program Studi Manjemen Agribisnis. Fakultas pertanian. Institut Pertanian Bogor. Setyati,Sri. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Departemen Budidaya pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian bogor. Shrivastava, Paul. 1994. Strategic mangement: Concept and Practice. Southwestern Publishing Co. Simbolon, H.B. 2003. Peranan Pertanian Organik dalam Pertanian Berkelanjutan dan Peluang Penerapannya di Indonesia. Makalah Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana/S3. Institut Pertanian Bogor. Soedharoedjian, Ronoprawiro. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Suhardjo. 1988. Pangan, Gizi dan Pertanian. Direktorat Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Syafaruddin. 2006. Kajian Pengembangan Bisnis peningkatan Kapasitas Produksi Sayuran Jepang Horenso dan Brokoli Jepang Organik pada PT Anugerah Bumi Persada Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Skripsi. Program Diploma III Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Yanti, Mayzar. 2006. Strategi Pengembangan Usaha Sayuran Organik di Pertanian Organik ”KEBONKU”. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Yulia. 2006. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Rajungan di PT Muara Bahari Internasional Kabupaten Cirebon, Jawa barat. Skripsi. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Lampiran 1. Daftar Permintaan dan Produksi Sayuran Organik PT Anugerah Bumi Persada Periode Agustus 2007 – Maret 2008 No Jenis Sayuran 1. Horenso (bayam Jepang) 2. Tomat apel momotaru 3. Brokoli 4. Hakusai (sawi putih) 5. Kol (cabbage) 6. Wortel (carrot) 7. Komatsuna (Sawi hijau) 8. Pakcoi hijau 9. Kyuri (timun Jepang) 10. Daun Selada 11. Negi (bawang Jepang) 12. Daikon (lobak putih Jepang) 13. Baby buncis 14 Tomat cherry 15. Kabocha (pumpkin) 16. Asparagus 17. Kokabu 18. Nira (kucai) 19. Cabe rawit/keriting 20. Kangkung Total Agustus 2007 Current Supply Market 300 250 300 600 200 60 200 200 200 200 100 40 60 40 60 20 70 100 100 60 50 20 50 60 0 40 60 40 40 20 40 50 30 20 25 20 0 1885 1840 September 2007 Current Supply Market 300 400 300 700 200 80 200 200 200 150 100 40 60 40 60 20 70 100 100 40 50 20 50 60 0 40 60 40 30 20 40 50 30 20 25 40 0 1885 2050 Oktober 2007 Current Supply market 300 400 300 500 200 100 200 150 200 120 100 40 60 40 60 20 70 80 100 20 50 20 50 60 0 40 60 40 30 20 5 40 50 30 20 25 40 0 1885 1755 Nopember 2007 Current Supply Market 300 350 300 200 200 150 200 200 200 80 100 50 60 40 60 20 70 80 100 30 50 30 50 60 0 40 40 40 20 20 10 40 40 30 20 25 20 0 1885 1440 Desember 2007 Current Supply market 300 200 300 100 200 200 200 250 200 30 100 60 60 40 60 20 70 50 100 20 50 30 50 80 0 40 20 40 20 20 40 40 30 25 25 0 1885 1185 Lanjutan Daftar Permintaan dan Produksi Sayuran Organik PT Anugerah Bumi Persada Periode Agustus 2007 – Maret 2008 No Jenis Sayuran 1. Horenso (bayam Jepang) 2. Tomat apel momotaru 3. Brokoli 4. Hakusai (sawi putih) 5. Kol (cabbage) 6. Wortel (carrot) 7. Komatsuna (Sawi hijau) 8. Pakcoi hijau 9. Kyuri (timun Jepang) 10. Daun Selada 11. Negi (bawang Jepang) 12. Daikon (lobak putih Jepang) 13. Baby buncis 14 Tomat cherry 15. Kabocha (pumpkin) 16. Asparagus 17. Kokabu 18. Nira (kucai) 19. Cabe rawit/keriting 20. Kangkung Total Januari 2008 Current Potential Supply market Market 500 200 250 500 200 40 400 150 250 300 100 300 250 100 50 200 100 60 120 70 40 120 70 30 150 50 60 200 100 20 120 50 40 100 50 100 50 50 5 60 30 70 30 50 20 10 50 10 40 50 10 30 25 10 100 50 20 1450 3415 1345 Pebruari 2008 Current Potential Supply market Market 500 200 300 500 200 40 400 150 300 300 100 300 250 100 160 200 100 80 120 70 60 120 70 50 150 50 100 200 100 30 120 50 50 100 50 100 50 50 15 60 30 70 30 30 50 20 5 50 10 50 50 10 30 25 10 100 50 30 1450 3415 1730 Maret 2008 Current Potential market Market 500 200 500 200 400 150 300 100 250 100 200 100 120 70 120 70 150 50 200 100 120 50 100 50 50 50 60 30 70 30 50 20 50 10 50 10 25 10 100 50 1450 3415 Supply 400 40 350 300 250 100 80 60 120 80 50 80 10 5 20 5 50 25 5 25 2050 Lampiran 2. Daftar Biaya PT Anugerah Bumi Persada Periode Maret 2007-Februari 2008 (Rp 000) Jenis Biaya Jumlah Biaya Produksi 203 400 Gaji tenaga ahli 41 500 Gaji pegawai lapangan 43 400 Kesejahteraan pegawai 21 100 Pembelian benih 13 500 Pembelian pupuk 12 300 Pembelian peralatan kerja 8 100 Perbaikan fasilitas kebun 40 200 Biaya transfort karyawan 1 600 Biaya listrik 7 700 Biaya keamanan 10 000 Biaya komunikasi 1 200 Biaya lain-lain 2 800 Biaya penjualan Gaji karyawan Kesejahteraan karyawan Biaya kemasan Biaya transportasi Maintenance kendaraan Biaya komunikasi Biaya promosi Biaya listrik Chiller dan tempat Biaya lain-lain 83 600 18 500 4 900 24 200 15 100 8 500 1 700 5 900 3 600 1 200 Biaya administrasi Gaji manajemen Gaji karyawan Kesejahteraan karyawan Biaya peralatan kantor dan kerja Biaya transportasi Biaya lain-lain Total 129 600 105 000 8 000 1 800 6 000 7 200 1 600 416 600 Lampiran 3. Kuesioner QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks) Kuesioner Penentuan Prioritas Strategi dengan Matriks QSP Nama : Jabatan: Petunjuk Pengisian: ● Tentukan Attractive Score (AS) atau daya tarik dari masing-masing faktor internal dan eksternal untuk masing-masing alternative strategi dengan memberikan tanda ceklis (√) pada plihan bapak. Pilihan AS didasarkan pada keterangan berikut: 1 = Tidak menarik 2 = Kurang menarik 3 = Menarik 4 = Sangat menarik ● Alternatif strategi yang terpilih dari analisis SWOT adalah sebagai berikut: 1. penetrasi pasar, artinya memperluas pangsa pasar; 2. pengembangan pasar, artinya memperkenalkan produk ke area yang baru; 3. pengembangan produk, artinya mempertahankan kualitas produk, memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa saat ini; 4. memperluas lahan pembudidayaan sayuran organik; 5. mempertahankan dan meningkatkan image produk (positioning) kepada konsumen; 6. memperbaiki label kemasan produk; 7. mempertahankan dan meningkatkan kerjasama dengan pemasok dan distributor; 8. menjalin kerjasama dengan perusahaan lain dalam mengembangkan sayuran organik serta meningkatkan bargaining position perusahaan yang sudah ada; 9. mengoptimalkan dan meningkatkan volume produksi sayuran 10. memperbaiki struktur organisasi dan pembukuan serta mengusahakan staf manajemen litbang (penelitian dan pengembangan) 11. mengusahakan label sertifikasi organik; 12. menetapkan harga penjualan yang efisien; 13.menciptakan benih penelitian/akademisi berkualitas dan menjalin kerjasama dengan pihak/lembaga Lampiran 4. Kuesioner Pemberian Bobot terhadap Faktor-faktor Internal dan Eksternal Kuesioner Pemberian Bobot terhadap Faktor-faktor Internal dan Eksternal Nama : Jabatan : Pendidikan terakhir : Petunjuk Pengisian ● Pemberian nilai bobot pada perbandingan berpasangan antara 2 faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap usaha. ● Cara membaca perbandingan dimulai dari faktor pada baris horizontal (y) terhadap kolom vertikal (x) dan harus konsisten. ● Petunjuk nilai perbandingan 1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal. 2 = jika indikatr horisontal sama penting dengan indikatr vertikal. 3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal. Keterangan: A = Posisi keuangan yang kuat dengan modal pribadi; B = Kualitas dan kontinuitas produk terjamin; C = Keanekaragaman produk sayuran; D = Lokasi strategis dan dekat dengan distributor; E = Penetapan harga oleh perusahaan melalui kesepakatan dengan pihak swalayan; F = Staf pekerja (pekerja bulanan/tetap) perusahaan merupakan tenaga kerja terdidik dan terlatih serta berpengalaman; G = Ramah lingkungan; H = Memiliki sarana transportasi yang menunjang untuk memasarkan produk; I = Image produk sudah dikenal oleh konsumen; J = Tingkat harga yang tinggi dibandingkan dengan produk lain; K = Belum memiliki label sertifikasi; L = Tidak adanya tunjangan bagi pekerja harian seperti sakit, hamil, makan dan hari libur. nasional; M = Volume produksi yang masih rendah (seperti brokoli, tomat apel momotaro dan horenso); N = Pembukuan usahatani dan pengarsipan data masih belum tersusun rapi dan lengkap; O = Struktur organisasi belum tertulis dan dibakukan; 1. Pemberian Bobot terhadap Faktor-faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Faktor A B C D E F G H I J K L M N O Strategi Internal A 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 3 B 2 3 3 3 2 2 1 3 2 3 3 3 2 3 C 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 3 3 2 3 D 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2 3 3 2 3 E 2 1 3 3 1 2 1 1 1 2 3 3 2 3 F 2 2 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 G 2 2 3 3 2 1 1 1 1 2 3 3 1 3 H 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 I 2 1 3 3 3 1 3 1 1 3 3 3 2 3 J 2 2 3 3 3 1 3 1 3 3 3 3 2 3 K 2 1 3 2 2 1 2 1 1 1 3 3 1 3 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 M 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 N 1 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 3 3 2 O 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 2 Keterangan: A = Peningkatan pendapatan, pendidikan dan daya beli masyarakat serta pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat; B = Pangsa pasar sayuran organik akan terus meningkat; C = Kenaikan harga bahan baku konvensional; D = Tersedianya tenaga kerja masyarakat sekitar; E = Perkembangan teknologi seperti sarana transportasi, telekomunikasi dan informasi; F = Adanya Asosiasi Pertanian Organik (APO, maporina) dan program “Go Organic 2010”; G = Tersedia pasokan bahan baku; H = Pendatang baru tidak mudah masuk dalam industri; I = Loyalitas konsumen dan distributor cukup tinggi; J = Adanya issue bahwa kebanyakan sayuran organik di pasaran tidak 100 persen organik; K = Perubahan Iklim dan gejala alam seperti angin kencang dan longsor; L = Adanya hama dan penyakit yang menyerang; M = Pangsa pasar pesaing semakin luas; N = Adanya produk substitusi; II. Pemberian Bobot terhadap Faktor-faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) A B C D E F G H I J K L Faktor Strategi Internal A 1 3 3 3 3 2 1 3 2 1 1 B 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2 C 1 1 3 3 3 3 3 1 3 1 1 D 1 1 2 3 3 3 3 2 3 1 1 E 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 F 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 G 2 1 1 3 3 3 2 2 3 1 1 H 3 1 1 3 3 3 2 1 2 1 1 I 1 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 J 2 1 1 3 3 3 1 2 1 1 1 K 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 L 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 M 2 2 2 3 3 3 3 3 1 3 1 1 N 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 M N 2 2 2 2 1 1 1 1 3 1 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 1 Lampiran 5. Kuesioner Pemberian Rating terhadap Faktor-faktor Internal dan Eksternal Kuesioner Pemberian Rating terhadap Faktor-faktor Internal dan Eksternal Nama : Jabatan : Pendidikan Terakhir : I. Pemberian rating Terhadap Faktor-faktor Internal Petunjuk Pengisian ● Pemberian nilai rating atau peringkat didasarkan pada kekuatan dan kelemahan perusahaan dibandingkan dengan pesaing atau usaha sejenis ● Pemberian nilai rating didasarkan pada keterangan berikut 1 = Jika faktor tersebut merupakan kelemahan utama bagi perusahaan 2 = Jika faktor tersebut merupakan kelemahan kecil bagi perusahaan 3 = Jika faktor tersebut merupakan kekuatan kecil bagi perusahaan 4 = Jika faktor tersebut merupakan kekuatan utama bagi perusahaan ● Pemberian rating pada masing-masing faktor strategis dilakukan dengan memberikan tanda ceklis (√) pada tingkat kepentingan antara 1 sampai 4 yang sesuai menurut responden. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Kekuatan dan Kelemahan Posisi keuangan yang kuat dengan modal pribadi Kualitas dan kontinuitas produk terjamin Keanekaragaman produk sayuran Lokasi strategis dan dekat dengan distributor Penetapan harga oleh perusahaan melalui kesepakatan dengan pihak swalayan Staf pekerja merupakan tenaga kerja terdidik dan terlatih serta berpengalaman Ramah Lingkungan Memiliki sarana transportasi yang menunjang untuk memasarkan produk Image produk sudah dikenal oleh konsumen Tingkat harga yang tinggi dibandingkan dengan produk lain Belum memiliki label sertifikasi Tidak adanya tunjangan bagi pekerja harian seperti hamil dan sakit Volume produksi masih rendah Pembukuan usahatani dan data masih belum tersusun rapi dan lengkap Struktur organisasi belum tertulis dan dibakukan 1 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ II. Pemberian Rating Terhadap Faktor-faktor Eksternal Petunjuk pengisian ● Pemberian nilai rating atau peringkat berdasarkan peluang dan ancaman yang akan dihadapi perusahaan pada waktu jangka pendek maupun jangka panjang ● Pemberian rating didasarkan pada keterangan berikut: 1 = Respon perusahaan buruk; 2 = Respon perusahaan rata-rata; 3 = Respon perusahaan di atas rata-rata; 4 = Respon perusahaan bagus; ● Pemberian rating pada masing-masing faktor strategis dilakukan dengan memberikan tanda ceklis (√) pada tingkat kepentingan antara 1 sampai 4 yang sesuai menurut responden No 1. 2. 3. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Peluang dan Ancaman Peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat serta pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat Pangsa pasar sayuran organik terus meningkat Kenaikan harga bahan baku konvensional Tersedianya tenaga kerja masyarakat sekitar Loyalitas konsumen dan distributor cukup tinggi Perkembangan teknologi seperti sarana transportasi, telekomunikasi dan informasi Adanya Asosiasi Pertanian Organik (APO, maporina) dan program “Go Organic 2010” Tersedia pasokan bahan baku secara kontinu Pendatang baru tidak mudah masuk dalam industri Adanya issue bahwa kebanyakan sayuran organik yang beredar di pasaran tidak 100 persen organik Perubahan iklim dan gejala alam seperti angin kencang dan longsor Adanya hama dan penyakit yang menyerang tanaman Adanya produk subtitusi 1 2 3 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √