PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk yang tinggi menyebabkan kebutuhan akan bahan pangan meningkat pesat sehingga membutuhkan peningkatan produksi pangan yang cepat dan banyak. Menurut Sutanto (2002), salah satu cara peningkatan produksi pangan tersebut adalah dengan menerapkan paket teknologi pertanian modern yang terdiri dari penggunaan varietas unggul berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan penggunaan mesin-mesin pertanian untuk mengolah tanah dan memanen hasil. Paket teknologi pertanian modern ini telah memberikan hasil panen yang tinggi dalam waktu singkat. Namun penerapan paket pertanian modern tersebut menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan maupun kesehatan manusia. Oleh karena itu beberapa negara maju seperti Amerika dan negara-negara Eropa mulai mencari alternatif pertanian lain yang lebih ramah lingkungan serta menghasilkan produk yang lebih aman untuk dikonsumsi. Salah satunya dengan menerapkan sistem pertanian secara organik. Perkembangan pertanian organik ini semakin meluas tidak hanya di negara-negara maju tetapi juga di negaranegara berkembang. Di Indonesia sendiri, selama lima tahun terakhir ini banyak petani yang mengalihkan usahanya dari sistem pertanian konvensional ke sistem pertanian ramah lingkungan bernuansa organik. Munculnya fenomena ini berkaitan dengan semakin banyaknya masyarakat yang menyadari bahwa produk pertanian yang mengandung pestisida dan bahan kimia sintesis lainnya terbukti menimbulkan gangguan pada kesehatan manusia yang mengkonsumsinya. Disamping itu, fenomena ini juga dipicu oleh adanya trend gaya hidup sehat dengan slogan ”Back to Nature” di masyarakat yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus mempunyai atribut aman dikonsumsi dan ramah lingkungan. Dan produk pertanian yang dianggap mampu memenuhi persyaratan tersebut adalah produk pertanian organik. Menurut SNI 01-6729-2002 tentang sistem pangan organik, pertanian organik adalah sistem manajemen produksi holistik yang dapat meningkatkan dan memelihara agro-ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pertanian organik harus menghindari 2 penggunaan bahan-bahan kimia sehingga menghasilkan bahan pangan yang alami dan aman secara kimiawi untuk dikonsumsi. Banyak ahli gizi yang menganjurkan untuk mengkonsumsi sayuran 5 porsi per hari. Namun bila sistem pertanian sayuran mengikuti pola konvensional maka ini akan berarti adanya kemungkinan bahwa semakin banyak sayuran yang dikonsumsi semakin banyak pula pestisida yang akan masuk ke dalam tubuh. Hal ini justru dapat mengganggu kesehatan. Oleh karena itu diperlukan sayuran organik yang bebas dari bahan kimia dan pestisida, sehingga konsumen dapat memperoleh manfaat dari sayuran tersebut dengan aman dan dapat meningkatkan keikutsertaan masyarakat untuk mengikuti anjuran konsumsi sayuran 5 porsi sehari tanpa diliputi kekhawatiran. Pangan organik selain aman juga dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan mengandung gizi yang dapat mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Sebagian masyarakat percaya bahwa pangan organik lebih tinggi kandungan gizinya, lebih aman dan lebih menyehatkan dibandingkan pangan konvensional. Namun belum diketahui apakah penyimpanan akan berpengaruh nyata terhadap kandungan gizi, sifat fisik dan kimia serta daya terima dari produk hasil sistem pertanian organik maupun non-organik, karena umumnya umur simpan dapat menurunkan nilai gizi dan daya tahan suatu produk sedangkan sayuran setelah dipanen akan masuk ke dalam alur distribusi yang panjang untuk sampai ke tangan konsumen dimana sayuran akan mengalami masa penyimpanan. Selain itu, setelah sayuran dibeli tidak semua langsung diolah namun ada juga yang disimpan untuk persediaan. Bertitik tolak dari hal tersebut maka kajian mengenai kandungan zat gizi dan daya terima pada pangan organik terhadap lama simpannya di suhu rendah, menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut. Terutama untuk pangan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat seperti wortel. Beberapa penelitian menyatakan suhu terbaik untuk penyimpanan wortel agar dapat mempertahankan kesegarannya adalah pada suhu <40C. Wortel (Daucus carota L.) merupakan tanaman yang dapat ditanam sepanjang tahun. Sayuran ini banyak diminati masyarakat karena harganya yang relatif murah, rasanya enak dan mudah dalam pengolahannya baik dalam bentuk makanan maupun minuman. Selain itu wortel juga kaya akan vitamin dan mineral yang baik untuk kesehatan tubuh. Provitamin A karotenoid banyak terdapat pada sayuran berwarna kuning atau orange seperti wortel. Beberapa karotenoid 3 mempunyai aktivitas pro-vitamin A, namun -karoten merupakan karotenoid yang mempunyai keaktifan paling tinggi untuk membentuk vitamin A di dalam tubuh (Gibson 2005). -karoten mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan tubuh.Penelitian dari National Cancer Institute mengaitkan kandungan tinggi -karoten dengan pencegahan kanker, karena sifat antioksidannya yang melawan kerja destruktif sel-sel kanker. Di samping itu -karoten membantu dalam sistem kekebalan tubuh dan kesehatan mata (DRI 2001). Oleh karena itu cukupnya kandungan βkaroten dalam suatu wortel sangat penting untuk kesehatan tubuh. Banyak faktor yang mempengaruhi kandungan β-karoten pada wortel, antara lain cara penanaman dan lama simpan dari wortel tersebut. Diperlukan cara penanaman yang baik untuk meningkatkan mutu dari sayuran tersebut, salah satunya dengan cara pertanian organik. Namun konsumsi wortel organik oleh masyarakat masih rendah. Sehingga perlu ada suatu penelitian yang dapat menunjukan manfaat yang lebih besar dari wortel organik dibandingkan dengan wortel non-organik. Perumusan Masalah Perumusan Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan kandungan β-karoten, sifat fisik dan kimia serta mutu organoleptik dari wortel organik dan non-organik 2. Apakah penyimpanan mempengaruhi kandungan β-karoten, sifat fisik dan kimia serta mutu organoleptik pada wortel organik dan non-organik 3. Apakah daya terima wortel organik lebih baik dibandingkan dengan wortel non-organik Tujuan Tujuan Umum : Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kandungan β-karoten, sifat fisik, sifat kimia dan mutu organoleptik wortel yang ditanam secara organik dan non-organik, serta pengaruh penyimpanan suhu dingin terhadap sifat-sifat tersebut. Tujuan khusus : 1. Menganalisis kandungan β-karoten, karakteristik fisik dan kimia wortel organik dan wortel non-organik. 2. Mempelajari perbedaan mutu hedonik dan tingkat kesukaan (hedonik) panelis terhadap wortel organik dan non-organik. 4 3. Menganalisis pengaruh lama penyimpanan dalam suhu dingin terhadap kadar β-karoten, karakteristik fisik dan kimia serta sifat organoleptik dari wortel organik dan wortel non-organik. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat mengenai karakteristik pangan organik (wortel) yang terdiri dari kadar β-karoten, sifat fisik dan kimia serta mutu organoleptik dari wortel organik. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi sayuran yang lebih aman dan sehat terutama wortel yang dapat berperan sebagai sumber vitamin A dan sumber antioksidan, sehingga konsumsi masyarakat akan sayuran dapat meningkat. Adapun kegunaan lainnya adalah memberi keyakinan kepada petani untuk beralih ke pertanian organik yang lebih sehat dan ramah lingkungan serta dapat menjaga keseimbangan alam.