1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 13 TAHUN 2009 TLD NO : 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARO JAMBI, Menimbang : a. bahwa Rabies merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan dapat sangat menular kepada manusia melalui gigitan hewan yang terserang virus Rabies, baik hewan liar maupun hewan yang terpelihara oleh masyarakat ; b. bahwa untuk membebaskan Kabupaten Muaro Jambi dari penyakit Rabies sebagaimana dimaksud huruf a, perlu dilakukan kegiatan – kegiatan penanggulangan yang terkoordinir, terarah dan terpadu melakukan observasi hewan tersangka, vaksinasi hewan yang tertular Rabies, pembunuhan, penangkapan, dan penahanan hewan penyebab Rabies yang berkeliaran serta pengawasan lalu lintas hewan penular Rabies ; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu dibentuk Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Penyakit Rabies. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1976 tentang Ketentuan – ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2824 ); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209 ); 3. Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang – undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang – undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; 2 4. Undang – Undang Nomor 54 Tahun 1999, tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3903), sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 14 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3969); 5. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4414); 6. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1973 tentang Pembuatan, Persediaan, Peredaran dan Pemakaian Vaksin, serta Bahan – Bahan Diagnosa Biologis untuk Hewan ( Lembaran Negara Tahun 1973 Nomor 73 ); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan dan Pengobatan Penyakit Hewan (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3101 ); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner ( Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3253 ); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258 ); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4159); 3 13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 14. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.04-P .03 Tahun 1984 tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil; 15. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 413/Kpts/TN.310/7/1992 tentang Pemotongan Hewan Potong dan Penanganan Daging serta Hasil Ikutannya; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI dan BUPATI MUARO JAMBI MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT RABIES. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Muaro Jambi. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Kepala Daerah adalah Bupati Kabupaten Muaro Jambi. 4. Instansi pelaksana adalah Perangkat Pemerintah Kabupaten yang bertanggung dan berwenang melaksanakan urusan di bidang peternakan dan kesehatan hewan. 5. Pemilik adalah pemilik atau pemelihara hewan penular rabies. 6. Petugas adalah orang yang ditunjuk instansi pelaksana untuk melakukan kegiatan vaksinasi rabies/eliminasi (pembunuhan hewan penular rabies). 7. Rabies adalah penyakit hewan menular yang akut dari susunan saraf pusat yang dapat menyerang hewan berdarah panas dan manusia disebabkan oleh virus rabies. 8. Hewan penular rabies adalah hewan yang dapat menularkan virus rabies antara lain; anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya. 4 9. Vaksinasi rabies adalah usaha menimbulkan kekebalan terhadap serangan penyakit rabies. 10. Alat perlengkapan pengamanan adalah rantai, berangus dan tali yang dipakai/dipasangkan pada hewan tersebut. 11. Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan terhadap hewan tersangka rabies dengan cara mengurung hewan tersebut di dalam kandang observasi. 12. Pemasukan/ pengeluaran hewan penular rabies adalah memasukan/mengeluarkan hewan penular rabies ke dan dari Kabupaten Muaro Jambi. 13. Penampungan adalah kegiatan mengumpulkan hewan penular rabies untuk keperluan diperdagangkan atau untuk dikonsumsi. 14. Laboratorium berwenang adalah Laboratorium Kesehatan Hewan type B Propinsi Jambi dan Balai Pengujian dan Penyelidikan Veteriner wilayah II, Bukit Tinggi, Sumatra Barat. 15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang. 16. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. 17. Badan adalah suatu bentuk usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau organisasi yang sejenis, Lembaga Dana Pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk usaha lainnya. 18. Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberi oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi ataupun badan. BAB II PEMELIHARAAN, VAKSINASI DAN OBSERVASI Pasal 2 (1) Setiap orang pribadi atau badan yang memiliki hewan penular rabies wajib melapor dan mendaftarkan hewannya ke Instansi pelaksana. (2) Hewan yang telah didaftarkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan kartu tanda pendaftaran hewan. 5 Pasal 3 (1) Instansi pelaksana berwenang menangkap dan memasukan ke tempat pengurungan hewan penular rabies yang berkeliaran di luar pekarangan pemilik atau pemelihara. (2) Hewan penular rabies yang ditangkap sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dikembalikan kepada pemiliknya atau pemeliharanya dengan membayar biaya pemeliharaan selama dalam penahanan. (3) Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sesudah hari penangkapan tidak ada permintaan dari pemilik atau pemeliharanya maka hewan tersebut dapat dibunuh dan bangkainya dikuburkan. Pasal 4 (1) Hewan penular rabies yang berkeliaran di luar pekarangan pemilik atau pemelihara yang tidak dapat ditangkap, dapat dibunuh dan bangkainya dikuburkan. (2) Hewan penular rabies sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada saat dilakukan kegiatan pembunuhan, tidak dapat dimintakan tuntutan ganti rugi. Pasal 5 (1) Pemilik atau pemelihara hewan penular rabies dapat membawa hewan penular rabies berjalan-jalan di jalan umum dengan ketentuan menggunakan alat perlengkapan pengamanan. (2) Dalam hal hewan penular rabies menggigit orang dan hasil pemeriksaan positif tertular virus rabies, maka pemilik atau pemilihara hewan penular rabies dimaksud wajib menanggung seluruh biaya pengobatan orang yang digigit hingga sembuh. Pasal 6 (1) Setiap hewan penular rabies harus dilakukan vaksinasi rabies setiap setahun sekali. (2) Vaksinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Dokter Hewan atau petugas yang ditunjuk dan atau Dokter Hewan yang memiliki izin praktek dari instansi pelaksana. (3) Dokter Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memiliki tempat penyimpanan vaksin. Pasal 7 Setiap pemasukan dan pengeluaran hewan rabies ke dan dari luar Kabupaten Muaro Jambi harus dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan dan Surat Keterangan Vaksinasi Rabies dari instansi pelaksana atau Dokter Hewan. 6 Pasal 8 (1) Hewan penular rabies yang telah menggigit manusia wajib diserahkan kepada instansi pelaksana oleh pemilik atau pemeliharanya. (2) Hewan penular rabies yang diserahkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan observasi selama 14 (empat belas) hari. Pasal 9 (1) Hewan penular rabies selama masa observasi, ternyata tidak menunjukan gejala rabies dapat dikembalikan kepada pemilik atau pemelihara setelah setelah dilakukan vaksinasi. (2) Apabila berdasarkan hasil observasi hewan penular rabies menunjukan gejala terserang rabies, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (3) Pemilik atau pemelihara hewan penular rabies sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib membayar biaya pemeriksaan Laboratorium. BAB III PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 10 (1) Pemerintah Daerah melaksanakan pembinaan, pengawasan, penertiban dan pengendalian terhadap pelaksanaan penanggulangan penyakit rabies. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan instansi pelaksana bekerjasama dengan instansi terkait. (3) Dalam melaksanakan pembinaan, pengawasan, penertiban dan pengendalian dibentuk tim yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB IV RETRIBUSI Bagian Pertama Nama, Objek dan Subjek serta Golongan Retribusi Pasal 11 Dengan nama Retribusi Penanggulangan Penyakit Rabies dipungut biaya retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan pemeliharaan dan pemeriksaan hewan penular rabies. Pasal 12 Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan pemeliharaan dan pemeriksaan hewan penular rabies. Pasal 13 Objek retribusi adalah pelayanan pemeliharaan dan pemeriksaan hewan penular rabies. 7 Pasal 14 Retribusi Penanggulangan Penyakit Rabies digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum. Bagian Kedua Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 15 Tingkat penggunaan jasa Pelayanan Penanggulangan Penyakit Rabies didasarkan atas jenis dan ras hewan, jangka waktu pemeliharaan dan observasi. Bagian Ketiga Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Retribusi Pasal 16 Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi dimaksudkan untuk menutupi biaya pemeliharaan pemeriksaan, observasi, laboraturium dan pelayanan klinik. Bagian Keempat Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 17 (1) Struktur dan besarnya tarif dibedakan berdasarkan jasa pelayanan yang diberikan. (2) Besarnya tarif retribusi adalah sebagai berikut : a. Biaya pemeliharaan dan observasi hewan tersangka rabies : Rp. 3.000,/ekor/hari. b. Biaya Pemeriksaan Kesehatan selama observasi : Rp. 5.000,-/ekor. c. Biaya pemeriksaan laboratorium/klinik hewan dan luar klinik hewan. - Biaya Laboratorium : 1. Pemeriksaan Patologi Rp. 8.000,-/ekor. 2. Pemeriksaan FAT Rp. 17.500,-/ekor. 3. Pemeriksaan Histopatologi Rp. 20.000,-/ekor. 4. Pemeriksaan Biologi Rp. 17.000,-/ekor. d. Vaksinasi. 1. Anjing/Kucing (ras) Rp. 5.000,-/ekor. 2. Anjing/Kucing bukan ras dan Kera Rp. 2.000,-/ekor. Bagian Kelima Wilayah dan Tata Cara Pemungutan Pasal 18 Wilayah pemungutan adalah Kabupaten Muaro Jambi. 8 Pasal 19 (1) Pemungutan dilakukan dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Pemungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetor secara bruto ke Kas Daerah. (3) Instansi Pemungut adalah Dinas yang membidangi Peternakan Kabupaten Muaro Jambi. Bagian Keenam Tata Cara Pembayaran Pasal 20 (1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus. (2) Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Daerah atau di tempat lain yang di tunjuk oleh Bupati sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka hasil retribusi harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati. BAB V KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 21 Setiap Pemilik atau Pemelihara hewan penular rabies diwajibkan : a. memelihara hewan penular rabies di dalam rumah atau pekarangan rumahnya. b. melakukan vaksinasi secara teratur sekali dalam setahun. c. melaporkan kepada instansi pelaksana apabila ada hewan penular rabies, yang diduga terserang penyakit rabies. d. menyerahkan hewan penular rabies yang telah menggigit manusia kepada instansi pelaksana. e. melaporkan kejadian sebagaimana dimaksud dalam huruf d paling lama 24 (dua puluh empat) jam sejak kejadian. f. memberikan kemudahan bagi petugas untuk melakukan pemeriksaan dan vaksinasi hewan penular rabies. Pasal 22 Setiap pemilik atau pemelihara hewan penular rabies dilarang : a. menelantarkan hewan penular rabies. b. membiarkan hewan penular rabies berkeliaran di luar perkarangan rumah. c. membawa anjing atau hewan penular rabies keluar perkarangan tanpa dilengkapi alat perlengkapan pengamanan. d. memperjualbelikan atau memindahtangankan sebelum dilakukan vaksinasi. hewan penular rabies 9 e. mempersulit/menghalangi petugas dalam melakukan pemeriksaan dan vaksinasi hewan penular rabies. f. dengan sengaja atau karena kelalaian pemilik atau pemelihara yang mengakibatkan orang lain digigit oleh hewan penular rabies. BAB VI SANKSI ADMINISTRASI Pasal 23 (1) Setiap pemilik atau pemelihara hewan penular rabies yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah). (2) Setiap pemilik atau pemelihara hewan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah). BAB VII PENYIDIKAN Pasal 24 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Muaro Jambi diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Penanggulangan Penyakit Rabies. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang hewan penular rabies; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang hewan penular rabies; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang hewan penular rabies; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang hewan penular rabies; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyelidikan tindak pidana di bidang hewan penular rabies; g. menyuruh berhenti atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; 10 h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana hewan penular rabies; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang dianggap perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang hewan penular rabies menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil penyelidikannya kepada Penuntut Umum melalui koordinasi Polisi Republik Indonesia (Polri). BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 25 (1) Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 22 huruf e dan huruf f dapat diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Hal – hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 27 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Muaro Jambi. Ditetapkan di Sengeti. pada tanggal 18 Mei 2009. BUPATI MUARO JAMBI, Dto. H.BURHANUDDIN MAHIR Diundangkan di Sengeti pada tanggal 18 Mei 2009 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI, Dto. H. SYAIFUDDIN ANANG LEMBARAN DAERAH NOMOR 13. KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2009 11 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT RABIES I. PENJELASAN UMUM. Pemerintah Kabupaten dalam penyelenggaraan roda pemerintahan perlu menggali serta meningkatkan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara maksimal, salah satunya adalah dari penyediaan jasa dan fasilitas penunjang yang disediakan bagi Penanggulangan Penyakit Rabies. Bahwa jasa dan penggunaan fasilitas – fasilitas Penunjang Pelayanan Kesehatan adalah jasa dan fasilitas penunjang yang disediakan untuk Penanggulangan Penyakit Rabies yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien dan penggunaan fasilitas kesehatan untuk kegiatan yang berhubungan dengan Penanggulangan Penyakit Rabies. Penetapan Peraturan Daerah ini adalah untuk memberikan landasan hukum yang jelas dalam penggunaan jasa dan fasilitas penunjang kesehatan dan guna menjamin terlaksananya usaha pemerintah Kabupaten Muaro Jambi dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2 Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup Jelas. Pasal 4 Cukup Jelas. Pasal 5 Cukup Jelas. Pasal 6 Cukup Jelas. 12 Pasal 7 Cukup Jelas. Pasal 8 Cukup Jelas. Pasal 9 Cukup Jelas. Pasal 10 Cukup Jelas. Pasal 11 Cukup Jelas. Pasal 12 Cukup Jelas. Pasal 13 Cukup Jelas. Pasal 14 Cukup Jelas. Pasal 15 Cukup Jelas. Pasal 16 Cukup Jelas. Pasal 17 Cukup Jelas. Pasal 18 Cukup Jelas. Pasal 19 Cukup Jelas. Pasal 20 Cukup Jelas. Pasal 21 Cukup Jelas. Pasal 22 Cukup Jelas. 13 Pasal 23 Cukup Jelas. Pasal 24 Cukup Jelas. Pasal 25 Cukup Jelas. Pasal 26 Cukup Jelas. Pasal 27 Cukup Jelas. TAMBAHAN NOMOR 12. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBII