Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Belajar
Pengertian belajar menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
Belajar adalah: “suatu proses suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto,
2003).
Belajar adalah: “suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang
berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga
menghasilkan perubahan yang relatif menetap atau bertahan dalam kemampuan
kognitif , afektif, dan psikomotorik” (Winkel, 2004).
Belajar adalah: “suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan” (Hamalik, 1990). Tingkah baru yang baru itu misalnya
dari yang tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru,
perobohan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan, kesanggupan
menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional, dan pertumbuhan
jasmani.
Belajar adalah: “perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil
pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa
melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya
kepada orang lain (Pidarta, 2000).
Belajar pada hakekatnya merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dari aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik, yang diperoleh
melalui interaksi individu dengan
lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar,
bersifat kontinu, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan
8
9
yang progresif. Belajar merupakan proses memiliki pengetahuan, dari yang tidak
tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa.
Jadi, belajar merupakan suatu kegiatan atau proses yang dilakukan seseorang
melalui pengalaman dan latihan untuk memperoleh perubahan perilaku yang
semula belum tahu menjadi tahu supaya mendapatkan suatu kepribadian yang
baru yang lebih baik.
2.1.2 Hasil Belajar
Syah (1997) menjelaskan bahwa “prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan
murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran atau pondok pesantren
dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah
materi pelajaran tertentu”.
Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan
belajar seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa
dia telah berhasil dalam belajar, demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam
usaha untuk mencapai suatu hasil belajar dari proses belajar mengajar, seorang
siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun faktor
eksternal.
Menurut Darsono (2000) hasil belajar siswa merupakan perubahan-perubahan
yang berhubungan dengan pengetahuan/kognitif, keterampilan/psikomotor, dan
nilai sikap/afektif sebagai akibat inetraksi aktif dengan lingkungan. Dari pendapat
tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar dapat dilihat dari tingkah laku siswa
dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif setelah mereka memperoleh
pengalaman belajar.
Menurut Hamalik (2004) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan
terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009), hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
10
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru
bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.
Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dengan
melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah
melakukan usaha-usaha belajar. Hasil yang dapat dicapai dari suatu kegiatan atau
usaha yang didapat tersebut diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar
yakni penguasaan, perubahan, emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat
diukur dengan tes tertentu.
Dari beberapa pengertian di atas hasil belajar merujuk pada pencapaian hasil
belajar yang diukur dengan tugas – tugas yang harus dijawab atau diselesaikan
oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar dengan tes dalam
bentuk nilai.
2.1.3 Gender
Menurut Santrok (2007), gender adalah dimensi psikologis dan sosiokultural
yang dimiliki karena seseorang adalah lelaki atau perempuan. Ada dua aspek
penting dari gender yaitu identitas gender dan peran gender. Identitas gender
adalah perasaan menjadi laki-laki atau perempuan, yang biasanya dicapai anak
berusia 3 tahun. Peran gender adalah sebuah set ekspektasi yang menggambarkan
bagaimana pria atau wanita seharusnya berfikir, bertindak atau merasa.
Dayakisni dan Yuniardi dalam Marisa (2010) mendefisikan gender sebagai
perilaku dan pola-pola aktifitas yang dianggap cocok atau pantas bagi pria dan
wanita oleh suatu masyarakat atau budaya. Dalam penelitian ini gender
didefinisikan sebagai perbedaan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan
perbedaan karakteristik biologis dan perbedaan peran sosialnya.
Gender merupakan peran dan perbedaan status sosial di mana peran laki-laki
dan peran perempuan ditentukan yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan
nilai budaya yang berlaku.
Dari beberapa pendapat di atas, gender merupakan sifat yang melekat pada
laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural.
11
2.1.3.1 Teori Gender
Menurut Santrock dalam Marisa (2010), hal-hal yang mempengaruhi
perkembangan gender dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu pengaruh biologis,
pengaruh sosial, dan pengaruh kognitif.
1 . Perkembangan Biologis.
a. Pandangan psikologi evolusioner, menyatakan bahwa adaptasi yang terjadi
pada proses evolusi manusia menghasilkan perbedaan psikologis antara
laki-laki dan perempuan. Para psikologis evolusioner berpendapat bahwa
karena perbedaan peran dalam reproduksi laki-laki dan perempuan
menghadapi tantangan yang berbeda ketika manusia berevolusi pada
zaman purba.
b. Pandangan interaksionis, berpendapat bahwa perilaku anak sebagai lakilaki dan perempuan disebabkan oleh interaksi oleh faktor biologis dan
lingkungan.
2. Pengaruh Sosial
a. Teori gender psikoanalisis, pandangan ini tumbuh dari pandangan Freud
yang
menyatakan
bahwa
anak
usia
prasekolah
mengembangkan
ketertarikan seksual terhadap orang tua yang berjenis kelamin berbeda
darinya. Pada usia 5 - 6 tahun, anak menghentikan ketertarikan ini karena
timbul
kecemasan
mengidentifikasikan
dalam
dirinya
dirinya.
dan
secara
Kemudian
tidak
sadar
anak
akan
mengadopsi
karakteristik orang tua tersebut.
b. Teori gender kognitif sosial, teori ini menekankan bahwa perkembangan
gender anak-anak terjadi melalui proses reward dan punishment yang
dialami anak untuk perilaku yang sesuai atau tidak sesuai dengan gender
tertentu. Orang tua seringkali menggunakan reward dan punishment untuk
mengajari anak perempuan untuk menjadi feminim ketika mengajarkan
anak laki-laki untuk menjadi maskulin.
3. Pengaruh Kognitif
a. Teori perkembangan kognitif gender menyatakan bahwa pembagian
gender anak terjadi setelah anak berfikir bahwa dirinya laki-laki atau
12
perempuan. setelah merekan konsisten menyadari bahwa dirinya laki-laki
atau perempuan, anak memilih aktivitas, objek, dan sikap yang konsisten
dengan label ini.
b. Teori skema gender, menyatakan bahwa pembagian gender menyatakan
bahwa
pembagian
gender
muncul
ketika
anak
secara
bertahap
mengembangkan skema gender tentang apa yang secara gender sesuai atau
tidak sesuai dalam kebudayaan mereka. Skema adalah sebuah struktur
kognitif, sebuah jaringan dari asosiasi yang menuntun persepsi individu.
Skema gender mengatur dunia dalam bentuk lak-laki dan perempuan. anak
secara internal termotivasi untuk mempersepsikan dunia untuk bertindak
sesuai dengan skema mereka yang sedang berkembang.
Banyak hal yang mempengaruhi perkembangan gender, perkembangan
perilaku gender merupakan interaksi atau perbedaan peran dalam diri anak dan
lingkungannya, pengaruh dari orang tua, dan adanya pembagian peran sebagai
laki-laki dan sebagai perempuan.
2.1.4 Pembelajaran Matematika
2.1.4.1 Matematika
Dalam Permendiknas No 22 tahun 2006 Matematika merupakan ilmu
universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran
penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
dilandasi oleh perkembangan Matematika di bidang teori bilangan, aljabar,
analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan
teknologi di masa depan diperlukan penguasaan Matematika yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai
dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
13
Standar kompetensi dan kompetensi dasar Matematika dalam dokumen ini
disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan
tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan
menggunakan Matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan
ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.
Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2010), Matematika adalah bahasa
simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara deduktif; ilmu
tentang keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak
didefinisikan, unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke
dalil.
Menurut Gatot (2007), pembelajaran Matematika adalah proses pemberian
pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang
terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan
Matematika yang dipelajari.
Dari pendapat beberapa ahli di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
Matematika adalah sebuah ilmu pengetahuan tentang penelitian pada angka dan
bilangan yang dikelompokkan pada tiga bidang aljabar, analisis, dan geometri
yang merupakan pola dan hubungan sebab dari sekumpulan konsep tertentu atau
model tertentu yang dapat dibuat generalisasinya untuk dibuktikan kebenarannya
secara deduktif.
2.1.4.2 Tujuan Pembelajaran Matematika
Dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006, mata pelajaran Matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
Matematika
dalam
membuat
generalisasi,
menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.
menyusun
bukti,
atau
14
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
2.1.4.3 Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika
Permendiknas No 22 Tahun 2006, mata pelajaran Matematika pada satuan
pendidikan SD/MI meliputi aspek – aspek sebagai berikut:
1. Bilangan,
2. Geometri dan pengukuran,
3. Pengolahan data.
2.1.5 Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin dalam Baharuddin (2010) Cooperatif learning, yaitu strategi
yang digunakan untuk proses belajar, di mana siswa akan lebih mudah
menemukan secara komperhensif konsep-konsep yang sulit jika mereka
mendiskusikannya dengan siswa yang lain tentang problem yang dihadapi.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di
mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu
satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif,
para
siswa
diharapkan
dapat
membantu,
saling
mendiskusikan
dan
berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan
menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Tujuan yang paling
penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa
pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan
(Slavin, 2005).
Pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan
untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan cara
15
untuk meningkatkan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial di dalam kelas, yang
merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas perkembangan
interpersonal dan keefektifan.
2.1.5.1 Pembelajaran kooperatif tipe TGT
Menurut Slavin (2010), Pembelajaran kooperatif model TGT (Team Game
Turnament) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang
mudah diterapkan, melibatkan aktifitas seluruh siswa, melibatkan peran siswa
sebagai tutor sebaya dan mengandung permainan dan reinforcemen.
TGT (Team Game Turnament) menggunakan turnamen akademik, dan
menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individual, di mana siswa
berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain untuk memperoleh
skor tertinggi.
Model pembelajaran TGT ini merupakan model pembelajaran yang
menitikberatkan belajar dengan kelompok dan mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru secara bersama-sama. Siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran,
karena akan dituntut tanggungjawab setiap individu dan tanggung jawab
kelompok akan mengikuti game pada akhir pokok bahasan pembelajaran. Dengan
demikian akan terjadi suatu kompetisi atau pertarungan dalam hal akademik,
setiap siswa berlomba-lomba untuk memperoleh hasil belajar yang optimal.
Dengan model pembelajaran tipe TGT diharapkan siswa lebih aktif dalam
mengikuti pembelajaran, lebih bisa bekerjasama dengan teman-teman lain, lebih
bertanggungjawab dan membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan.
Sehinga dengan model pembelajaran TGT akan mempengaruhi tingkat
konsentrasi, kecepatan menyerap materi pelajaran, dan kematangan pemahaman
sejumlah materi pelajaran, dan kematangan pemahaman terhadap sejumlah materi
pelajaran sehingga hasil belajar mencapai optimal.
Menurut Robert E Slavin (2010) komponen-komponen dalam TGT adalah
penyajian materi, tim, game, dan turnamen dan penghargaan kelompok, yaitu:
1. Presentasi kelas, pada awal pembelajaran guru menyampaikan
materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan
pengajaran langsung atau dengan ceramah, dan diskusi yang
dipimpin guru. Di samping itu, guru juga menyampaikan tugas,
16
2.
3.
4.
5.
tujuan, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan
memberikan motivasi. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus
benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang
disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih
baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game/ turnamen
karena skor game akan menentukan skor kelompok.
Belajar kelompok (tim), guru membagi siswa dalam kelompok
kecil. Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 4 - 6
orang anggotanya heterogen. Dengan adanya heterogenitas antar
kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling
membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan yang
berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal
ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri
siswa belajar secara kompetitif sengat menyenangkan. Pada saat
pembelajaran, fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami
materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan
optimal
pada
saat
game/turnamen.
Setelah
guru
menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran, kelompok
berdiskusi dengan menggunakan modul. Dalam kelompok
terjadi diskusi untuk memecahkan bersama, saling memberikan
jawaban dan mengkoreksi jika ada anggota kelompok yang
salah dalam menjawab. Penataan ruang kelas diatur sedemikian
rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
baik.
Persiapan permainan atau pertandingan, guru mempersiapkan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi.
Kemudian guru mempersiapkan alat-alat untuk permainan,
yaitu: kartu permainan yang dilengkapi dengan nomor, skor,
pertanyaan, dan jawaban mengenai materi. Game dimainkan
oleh tiga siswa pada sebuah meja, dan masing-masing siswa
mewakili tim yang berbeda yang dipilih secara acak.
Turnamen, merupakan struktur game yang dimainkan. Biasanya
diselenggarakan pada akhir pekan atau unit, setelah guru
melaksanakan penyajian materi dan tim telah berlatih dengan
lembar kerja. Turnamen 1, guru menempatkan siswa ke meja
turnamen, tiga siswa terbaik pada hasil belajar yang lalu pada
meja 1, tiga siswa berikutnya pada meja 2, dan seterusnya.
Kompetisi yang sama ini memungkinkan siswa dari semua
tingkat pada hasil belajar yang lalu memberikan konstribusi
pada skor timnya secara maksimal jika mereka melakukan yang
terbaik.
Rekognisi
tim/penghargaan kelompok, tim dimungkinkan
mendapat sertifikat dan pengharaan lain apabila skor rata-rata
mereka melebihi kriteria tertentu.
17
TEAM A
A-1
A-2 A-3 A-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
MT
1
MT
2
B-1
B-2
B-3
B-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
MT
3
MT
4
C-1
C-2
C-3
C-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
TEAM B
TEAM C
Penempatan pada Meja Turnamen
Keterangan:
MT 1, MT 2, MT 3, MT 4
: Meja Turnamen
A-1, B-1, C-1
: Siswa berkemampuan akademik tinggi
A-2, B-2, C-2
: Siswa berkemampuan akademik sedang
A-3, B-3, C-3
: Siswa berkemampuan akademik sedang
A-4, B-4, C-4
: Siswa berkemampuan akademik rendah
Sebelum melakukan turnamen terlebih dahulu guru memberikan materi
pembelajaran di kelas, siswa dibentuk dalam kelompok yang terdiri dari 4 – 6
anggota secara heterogen berdasarkan kemampuan akademik siswa yang
ditempatkan pada meja – meja turnamen. Dalam meja turnamen tersebut sudah
disiapkan alat-alat permainan yang dilengkapi dengan pertanyaan, jawaban, kartu
permainan bernomor dan lembar skor. Turnamen dilakukan memungkinkan siswa
dari semua tingkat kemampuan menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Bagi
kelompok yang menyumbangkan poin terbanyak akan diberikan penghargaan.
Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
18
a. Menyampaikan peserta didik secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran;
pertanyaan-pertanyaan
yang
mengaitkan
b. Mengajukan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang
akan dicapai;
d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti
Peaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat melalui
proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan
dalam tentang topik atau tema materi yang akan dipelajari dan
menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar
dari aneka sumber;
2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik secara
aktif dalam tiap kegiatan pembelajaran; dan
4) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau lapangan.
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi,
dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara
lisan maupun tertulis;
3) Memberikan kesempatan untuk berfikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual
maupun kelompok;
19
7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja
individual maupun kelompok;
8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festifal, serta produk yang dihasilkan;
9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta
didik.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk
lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan
peserta didik,
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan
elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar:
a) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang mengalami
kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar;
b) Membantu menyelesaikan masalah;
c) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan
pengecekan hasil eksplorasi;
d) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
e) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang
dan belum berpartisipatif aktif.
3. Kegiatan penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. Bersama - sama dengan peserta didk dan atau sendiri membuat
rangkuman atau simpulan pelajaran;
b. Melakukan penilaian dan atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran;
d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remidi, program pengayaan, layanan konseling dan atau
memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar peserta didik;
e. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas terbagi dalam kegiatan
pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan yang
ditujukan untuk memberikan motivasi dan menarik perhatian siswa untuk
20
mengikuti pembelajaran. Kegiatan inti dibagi atas kegiatan eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi. Pada kegiatan inti ini merupakan proses pembelajaran yang
melibatkan siswa mengalami langsung proses belajar. Kegiatan penutup
merupakan kegiatan akhir dalam aktivitas pembelajaran dengan adanya penarikan
kesimpulan tentang materi yang dipelajari, evaluasi, umpan balik dan tindak
lanjut.
Berangkat dari rencana pembelajaran di atas maka kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan TGT (Team Game Turnament) merupakan kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada permainan akademik. Berdasarkan tahapan
pembelajaran TGT, maka langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran TGT
meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang terdiri dari eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi, dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan awal
-
Memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran yang akan
dilakukan
-
Melakukan apersepsi dari pembelajaran sebelumnya
-
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan
2. Kegiatan inti
a. Eksplorasi
-
Guru melakukan presentasi kelas dengan menyampaikan materi
pelajaran sifat, jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok
(Materi);
-
Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang teriri dari 4-5
siswa yang anggotanya heterogen berdasarkan kemampuan
akademiknya (Tim);
-
Guru meminta siswa melakukan diskusi dalam kelompok untuk
memperdalam materi dalam mempersiapkan permainan.
-
Guru mempersiapkan permainan dengan menempatkan siswa
dalam meja-meja turnamen, mempersiapkan peralatan yang
digunakan untuk permainan (Game).
21
b. Elaborasi
-
Guru memfasilitasi siswa melakukan turnamen (game akademik)
dengan menempatkan siswa ke meja turnamen. Empat siswa
terbaik hasil belajarnya berdasarkan pretest ditempatkan di meja 1,
empat siswa berikutnya di meja 2, dan seterusnya (turnamen).
c. Konfirmasi
-
Guru memberikan penguatan dengan memberikan penghargaan
terhadap kelompok yang mendapatkan skor tertinggi (Penghargaan
kelompok);
-
Guru melakukan pembahasan terhadap soal yang belum terjawab.
3. Kegiatan akhir
-
Guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan yang dilakukan;
-
Guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan;
-
Evaluasi;
-
Guru menginformasikan pelajaran yang akan dilakukan pada
pertemuan selanjutnya
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Septiana (2011) dengan
judul “ Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game
Turnament) terhadap hasil belajar Matematika bagi siswa kelas V Sekolah Dasar”
menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game
Turnament) lebih efektif dan nilai hasil belajar lebih tinggi dibanding
pembelajaran dengan model konvensional.
Keberhasilan tersebut dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar (posttest) kedua
kelas diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 82,06 sedangkan kelas
kontrol nilai rata-rata kelasnya sebesar 74,12. Adanya selisih antara rata-rata
kedua kelas tersebut dimana didapat 82,06 > 74,12, maka pembelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Turnament)
meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran yang dilakukan
dengan metode konvensional.
22
Penelitian di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe
TGT (Teams Games Tournament) terbukti mempengaruhi dan meningkatkan hasil
belajar peserta didik, karena pembelajaran ini memusatkan pembelajaran
kelompok dengan menggunakan turnamen akademik dalam pembelajarannya.
Penelitian yang dilakukan Krisna (2010) dengan judul “Pengaruh metode
pembelajaran dan jenis kelamin terhadap motivasi belajar penjasorkes materi
atletik nomor lompat jauh di SD, menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh anatra
pembelajaran dengan jenis kelamin. Hal ini terbukti dengan nilai fhitung sebesar
3,034 < ftabel sebesar 3,94.
Berdasarkan penelitian di atas, peneliti melakukan penelitian dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Turnament) pada
mata pelajaran Matematika berdasarkan gender untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
2.3 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
adalah dari metode pembelajaran yang digunakan yang berpengaruh terhadap
hasil belajar anak karena metode pembelajaran sangat penting dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar.
Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Turnament) ditekankan
pada kegiatan pembelajaran yang mudah diterapkan, melibatkan aktifitas seluruh
siswa, juga mengandung permainan akademik dan reinforcement. Pembelajaran
kooperatif tipe TGT ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa akan
terdorong untuk belajar aktif saling bekerjasama dalam kelompok dan tertarik
pada turnamen akademik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe TGT
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
23
Dalam penelitian ini hasil belajar siswa akan didasarkan pada gender, di mana
hasil belajar siswa tingkat keberhasilannya terhadap siswa laki-laki atau siswa
perempuan.
2.4 Hipotesis
Apakah ada pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team
Game Turnament) terhadap hasil belajar Matematika berdasarkan gender siswa
kelas IV SD Negeri Krapyak Gugus Mendhut Kabupaten Wonogiri Semester 2
Tahun Pelajaran 2011/2012.
H0 : diduga tidak ada pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Team Game Turnament) terhadap hasil belajar Matematika berdasarkan
gender siswa kelas IV SD Negeri Krapyak Gugus Mendhut Kabupaten
Wonogiri Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.
H1 : diduga ada pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team
Game Turnament) terhadap hasil belajar Matematika berdasarkan gender
siswa kelas IV SD Negeri Krapyak Gugus Mendhut Kabupaten Wonogiri
Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.
Download