BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Pengertian belajar menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: Belajar adalah: “suatu proses suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003). Belajar adalah: “suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif menetap atau bertahan dalam kemampuan kognitif , afektif, dan psikomotorik” (Winkel, 2004). Belajar adalah: “suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan” (Hamalik, 1990). Tingkah baru yang baru itu misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru, perobohan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional, dan pertumbuhan jasmani. Belajar adalah: “perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain (Pidarta, 2000). Belajar pada hakekatnya merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinu, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan 8 9 yang progresif. Belajar merupakan proses memiliki pengetahuan, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Jadi, belajar merupakan suatu kegiatan atau proses yang dilakukan seseorang melalui pengalaman dan latihan untuk memperoleh perubahan perilaku yang semula belum tahu menjadi tahu supaya mendapatkan suatu kepribadian yang baru yang lebih baik. 2.1.2 Hasil Belajar Syah (1997) menjelaskan bahwa “prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”. Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa dia telah berhasil dalam belajar, demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar dari proses belajar mengajar, seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Menurut Darsono (2000) hasil belajar siswa merupakan perubahan-perubahan yang berhubungan dengan pengetahuan/kognitif, keterampilan/psikomotor, dan nilai sikap/afektif sebagai akibat inetraksi aktif dengan lingkungan. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar dapat dilihat dari tingkah laku siswa dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif setelah mereka memperoleh pengalaman belajar. Menurut Hamalik (2004) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila 10 dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya. Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil yang dapat dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang didapat tersebut diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni penguasaan, perubahan, emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu. Dari beberapa pengertian di atas hasil belajar merujuk pada pencapaian hasil belajar yang diukur dengan tugas – tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar dengan tes dalam bentuk nilai. 2.1.3 Gender Menurut Santrok (2007), gender adalah dimensi psikologis dan sosiokultural yang dimiliki karena seseorang adalah lelaki atau perempuan. Ada dua aspek penting dari gender yaitu identitas gender dan peran gender. Identitas gender adalah perasaan menjadi laki-laki atau perempuan, yang biasanya dicapai anak berusia 3 tahun. Peran gender adalah sebuah set ekspektasi yang menggambarkan bagaimana pria atau wanita seharusnya berfikir, bertindak atau merasa. Dayakisni dan Yuniardi dalam Marisa (2010) mendefisikan gender sebagai perilaku dan pola-pola aktifitas yang dianggap cocok atau pantas bagi pria dan wanita oleh suatu masyarakat atau budaya. Dalam penelitian ini gender didefinisikan sebagai perbedaan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan perbedaan karakteristik biologis dan perbedaan peran sosialnya. Gender merupakan peran dan perbedaan status sosial di mana peran laki-laki dan peran perempuan ditentukan yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan nilai budaya yang berlaku. Dari beberapa pendapat di atas, gender merupakan sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. 11 2.1.3.1 Teori Gender Menurut Santrock dalam Marisa (2010), hal-hal yang mempengaruhi perkembangan gender dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu pengaruh biologis, pengaruh sosial, dan pengaruh kognitif. 1 . Perkembangan Biologis. a. Pandangan psikologi evolusioner, menyatakan bahwa adaptasi yang terjadi pada proses evolusi manusia menghasilkan perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan. Para psikologis evolusioner berpendapat bahwa karena perbedaan peran dalam reproduksi laki-laki dan perempuan menghadapi tantangan yang berbeda ketika manusia berevolusi pada zaman purba. b. Pandangan interaksionis, berpendapat bahwa perilaku anak sebagai lakilaki dan perempuan disebabkan oleh interaksi oleh faktor biologis dan lingkungan. 2. Pengaruh Sosial a. Teori gender psikoanalisis, pandangan ini tumbuh dari pandangan Freud yang menyatakan bahwa anak usia prasekolah mengembangkan ketertarikan seksual terhadap orang tua yang berjenis kelamin berbeda darinya. Pada usia 5 - 6 tahun, anak menghentikan ketertarikan ini karena timbul kecemasan mengidentifikasikan dalam dirinya dirinya. dan secara Kemudian tidak sadar anak akan mengadopsi karakteristik orang tua tersebut. b. Teori gender kognitif sosial, teori ini menekankan bahwa perkembangan gender anak-anak terjadi melalui proses reward dan punishment yang dialami anak untuk perilaku yang sesuai atau tidak sesuai dengan gender tertentu. Orang tua seringkali menggunakan reward dan punishment untuk mengajari anak perempuan untuk menjadi feminim ketika mengajarkan anak laki-laki untuk menjadi maskulin. 3. Pengaruh Kognitif a. Teori perkembangan kognitif gender menyatakan bahwa pembagian gender anak terjadi setelah anak berfikir bahwa dirinya laki-laki atau 12 perempuan. setelah merekan konsisten menyadari bahwa dirinya laki-laki atau perempuan, anak memilih aktivitas, objek, dan sikap yang konsisten dengan label ini. b. Teori skema gender, menyatakan bahwa pembagian gender menyatakan bahwa pembagian gender muncul ketika anak secara bertahap mengembangkan skema gender tentang apa yang secara gender sesuai atau tidak sesuai dalam kebudayaan mereka. Skema adalah sebuah struktur kognitif, sebuah jaringan dari asosiasi yang menuntun persepsi individu. Skema gender mengatur dunia dalam bentuk lak-laki dan perempuan. anak secara internal termotivasi untuk mempersepsikan dunia untuk bertindak sesuai dengan skema mereka yang sedang berkembang. Banyak hal yang mempengaruhi perkembangan gender, perkembangan perilaku gender merupakan interaksi atau perbedaan peran dalam diri anak dan lingkungannya, pengaruh dari orang tua, dan adanya pembagian peran sebagai laki-laki dan sebagai perempuan. 2.1.4 Pembelajaran Matematika 2.1.4.1 Matematika Dalam Permendiknas No 22 tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan Matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan Matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. 13 Standar kompetensi dan kompetensi dasar Matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan Matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2010), Matematika adalah bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara deduktif; ilmu tentang keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Menurut Gatot (2007), pembelajaran Matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan Matematika yang dipelajari. Dari pendapat beberapa ahli di atas maka penulis menyimpulkan bahwa Matematika adalah sebuah ilmu pengetahuan tentang penelitian pada angka dan bilangan yang dikelompokkan pada tiga bidang aljabar, analisis, dan geometri yang merupakan pola dan hubungan sebab dari sekumpulan konsep tertentu atau model tertentu yang dapat dibuat generalisasinya untuk dibuktikan kebenarannya secara deduktif. 2.1.4.2 Tujuan Pembelajaran Matematika Dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006, mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika. menyusun bukti, atau 14 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 2.1.4.3 Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika Permendiknas No 22 Tahun 2006, mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek – aspek sebagai berikut: 1. Bilangan, 2. Geometri dan pengukuran, 3. Pengolahan data. 2.1.5 Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin dalam Baharuddin (2010) Cooperatif learning, yaitu strategi yang digunakan untuk proses belajar, di mana siswa akan lebih mudah menemukan secara komperhensif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikannya dengan siswa yang lain tentang problem yang dihadapi. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan (Slavin, 2005). Pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan cara 15 untuk meningkatkan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas perkembangan interpersonal dan keefektifan. 2.1.5.1 Pembelajaran kooperatif tipe TGT Menurut Slavin (2010), Pembelajaran kooperatif model TGT (Team Game Turnament) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktifitas seluruh siswa, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung permainan dan reinforcemen. TGT (Team Game Turnament) menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individual, di mana siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain untuk memperoleh skor tertinggi. Model pembelajaran TGT ini merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan belajar dengan kelompok dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara bersama-sama. Siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran, karena akan dituntut tanggungjawab setiap individu dan tanggung jawab kelompok akan mengikuti game pada akhir pokok bahasan pembelajaran. Dengan demikian akan terjadi suatu kompetisi atau pertarungan dalam hal akademik, setiap siswa berlomba-lomba untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Dengan model pembelajaran tipe TGT diharapkan siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, lebih bisa bekerjasama dengan teman-teman lain, lebih bertanggungjawab dan membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan. Sehinga dengan model pembelajaran TGT akan mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap materi pelajaran, dan kematangan pemahaman sejumlah materi pelajaran, dan kematangan pemahaman terhadap sejumlah materi pelajaran sehingga hasil belajar mencapai optimal. Menurut Robert E Slavin (2010) komponen-komponen dalam TGT adalah penyajian materi, tim, game, dan turnamen dan penghargaan kelompok, yaitu: 1. Presentasi kelas, pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, dan diskusi yang dipimpin guru. Di samping itu, guru juga menyampaikan tugas, 16 2. 3. 4. 5. tujuan, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game/ turnamen karena skor game akan menentukan skor kelompok. Belajar kelompok (tim), guru membagi siswa dalam kelompok kecil. Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 4 - 6 orang anggotanya heterogen. Dengan adanya heterogenitas antar kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa belajar secara kompetitif sengat menyenangkan. Pada saat pembelajaran, fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game/turnamen. Setelah guru menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan modul. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan bersama, saling memberikan jawaban dan mengkoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab. Penataan ruang kelas diatur sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Persiapan permainan atau pertandingan, guru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi. Kemudian guru mempersiapkan alat-alat untuk permainan, yaitu: kartu permainan yang dilengkapi dengan nomor, skor, pertanyaan, dan jawaban mengenai materi. Game dimainkan oleh tiga siswa pada sebuah meja, dan masing-masing siswa mewakili tim yang berbeda yang dipilih secara acak. Turnamen, merupakan struktur game yang dimainkan. Biasanya diselenggarakan pada akhir pekan atau unit, setelah guru melaksanakan penyajian materi dan tim telah berlatih dengan lembar kerja. Turnamen 1, guru menempatkan siswa ke meja turnamen, tiga siswa terbaik pada hasil belajar yang lalu pada meja 1, tiga siswa berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang sama ini memungkinkan siswa dari semua tingkat pada hasil belajar yang lalu memberikan konstribusi pada skor timnya secara maksimal jika mereka melakukan yang terbaik. Rekognisi tim/penghargaan kelompok, tim dimungkinkan mendapat sertifikat dan pengharaan lain apabila skor rata-rata mereka melebihi kriteria tertentu. 17 TEAM A A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah MT 1 MT 2 B-1 B-2 B-3 B-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah MT 3 MT 4 C-1 C-2 C-3 C-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah TEAM B TEAM C Penempatan pada Meja Turnamen Keterangan: MT 1, MT 2, MT 3, MT 4 : Meja Turnamen A-1, B-1, C-1 : Siswa berkemampuan akademik tinggi A-2, B-2, C-2 : Siswa berkemampuan akademik sedang A-3, B-3, C-3 : Siswa berkemampuan akademik sedang A-4, B-4, C-4 : Siswa berkemampuan akademik rendah Sebelum melakukan turnamen terlebih dahulu guru memberikan materi pembelajaran di kelas, siswa dibentuk dalam kelompok yang terdiri dari 4 – 6 anggota secara heterogen berdasarkan kemampuan akademik siswa yang ditempatkan pada meja – meja turnamen. Dalam meja turnamen tersebut sudah disiapkan alat-alat permainan yang dilengkapi dengan pertanyaan, jawaban, kartu permainan bernomor dan lembar skor. Turnamen dilakukan memungkinkan siswa dari semua tingkat kemampuan menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Bagi kelompok yang menyumbangkan poin terbanyak akan diberikan penghargaan. Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. 1. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: 18 a. Menyampaikan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan b. Mengajukan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. 2. Kegiatan Inti Peaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. a. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: 1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik atau tema materi yang akan dipelajari dan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber; 2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; 3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik secara aktif dalam tiap kegiatan pembelajaran; dan 4) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. b. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: 1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna; 2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; 3) Memberikan kesempatan untuk berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; 4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; 5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; 6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; 19 7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok; 8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festifal, serta produk yang dihasilkan; 9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. c. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: 1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, 2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, 3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: a) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang mengalami kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; b) Membantu menyelesaikan masalah; c) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; d) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; e) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang dan belum berpartisipatif aktif. 3. Kegiatan penutup Dalam kegiatan penutup, guru: a. Bersama - sama dengan peserta didk dan atau sendiri membuat rangkuman atau simpulan pelajaran; b. Melakukan penilaian dan atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling dan atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; e. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas terbagi dalam kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan yang ditujukan untuk memberikan motivasi dan menarik perhatian siswa untuk 20 mengikuti pembelajaran. Kegiatan inti dibagi atas kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada kegiatan inti ini merupakan proses pembelajaran yang melibatkan siswa mengalami langsung proses belajar. Kegiatan penutup merupakan kegiatan akhir dalam aktivitas pembelajaran dengan adanya penarikan kesimpulan tentang materi yang dipelajari, evaluasi, umpan balik dan tindak lanjut. Berangkat dari rencana pembelajaran di atas maka kegiatan pembelajaran dengan menggunakan TGT (Team Game Turnament) merupakan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada permainan akademik. Berdasarkan tahapan pembelajaran TGT, maka langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran TGT meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, dan kegiatan penutup. 1. Kegiatan awal - Memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran yang akan dilakukan - Melakukan apersepsi dari pembelajaran sebelumnya - Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan 2. Kegiatan inti a. Eksplorasi - Guru melakukan presentasi kelas dengan menyampaikan materi pelajaran sifat, jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok (Materi); - Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang teriri dari 4-5 siswa yang anggotanya heterogen berdasarkan kemampuan akademiknya (Tim); - Guru meminta siswa melakukan diskusi dalam kelompok untuk memperdalam materi dalam mempersiapkan permainan. - Guru mempersiapkan permainan dengan menempatkan siswa dalam meja-meja turnamen, mempersiapkan peralatan yang digunakan untuk permainan (Game). 21 b. Elaborasi - Guru memfasilitasi siswa melakukan turnamen (game akademik) dengan menempatkan siswa ke meja turnamen. Empat siswa terbaik hasil belajarnya berdasarkan pretest ditempatkan di meja 1, empat siswa berikutnya di meja 2, dan seterusnya (turnamen). c. Konfirmasi - Guru memberikan penguatan dengan memberikan penghargaan terhadap kelompok yang mendapatkan skor tertinggi (Penghargaan kelompok); - Guru melakukan pembahasan terhadap soal yang belum terjawab. 3. Kegiatan akhir - Guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan yang dilakukan; - Guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan; - Evaluasi; - Guru menginformasikan pelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Dalam penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Septiana (2011) dengan judul “ Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Turnament) terhadap hasil belajar Matematika bagi siswa kelas V Sekolah Dasar” menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Turnament) lebih efektif dan nilai hasil belajar lebih tinggi dibanding pembelajaran dengan model konvensional. Keberhasilan tersebut dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar (posttest) kedua kelas diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 82,06 sedangkan kelas kontrol nilai rata-rata kelasnya sebesar 74,12. Adanya selisih antara rata-rata kedua kelas tersebut dimana didapat 82,06 > 74,12, maka pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Turnament) meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran yang dilakukan dengan metode konvensional. 22 Penelitian di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) terbukti mempengaruhi dan meningkatkan hasil belajar peserta didik, karena pembelajaran ini memusatkan pembelajaran kelompok dengan menggunakan turnamen akademik dalam pembelajarannya. Penelitian yang dilakukan Krisna (2010) dengan judul “Pengaruh metode pembelajaran dan jenis kelamin terhadap motivasi belajar penjasorkes materi atletik nomor lompat jauh di SD, menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh anatra pembelajaran dengan jenis kelamin. Hal ini terbukti dengan nilai fhitung sebesar 3,034 < ftabel sebesar 3,94. Berdasarkan penelitian di atas, peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Turnament) pada mata pelajaran Matematika berdasarkan gender untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2.3 Kerangka Berfikir Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah dari metode pembelajaran yang digunakan yang berpengaruh terhadap hasil belajar anak karena metode pembelajaran sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Turnament) ditekankan pada kegiatan pembelajaran yang mudah diterapkan, melibatkan aktifitas seluruh siswa, juga mengandung permainan akademik dan reinforcement. Pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa akan terdorong untuk belajar aktif saling bekerjasama dalam kelompok dan tertarik pada turnamen akademik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 23 Dalam penelitian ini hasil belajar siswa akan didasarkan pada gender, di mana hasil belajar siswa tingkat keberhasilannya terhadap siswa laki-laki atau siswa perempuan. 2.4 Hipotesis Apakah ada pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Turnament) terhadap hasil belajar Matematika berdasarkan gender siswa kelas IV SD Negeri Krapyak Gugus Mendhut Kabupaten Wonogiri Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012. H0 : diduga tidak ada pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Turnament) terhadap hasil belajar Matematika berdasarkan gender siswa kelas IV SD Negeri Krapyak Gugus Mendhut Kabupaten Wonogiri Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012. H1 : diduga ada pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Turnament) terhadap hasil belajar Matematika berdasarkan gender siswa kelas IV SD Negeri Krapyak Gugus Mendhut Kabupaten Wonogiri Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.