MODUL PERKULIAHAN Produksi Berita Televisi DAYA PENGARUH SIARAN TV 2012 1 Fakultas Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi Penyiaran Tatap Muka 11 Kode MK Disusun Oleh 41034 Syaefurrahman Al-Banjary Abstract Kompetensi Modul ini berisi penjelasan tentang daya pengaruh siaran televisi, baik terhadap sikap, perilaku dan watak seseorang hingga pengaruh terhadap gaya hidup. Modul ini juga menjelaskan daya pancar dan lama siaran yang melakukan penetrasi terhadap pemirsanya. Setelah mempelajari modul ini, mahasisswa diharapkan mengetahui betapa besar pengaruh siaran terlevisi dalam kehidupan masyarakat. Karena itu terkait dengan produksi berita, maka mahasiswa diharapkan paham dan mampu memproduksi berita seperti apa yang layak siar bagi publik Produksi Berita TV Syaefurrahman Al-Banjary Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Daya Pancar Siaran Televisi Daya pancar dan jangkauan siaran televisi dalam sejaran pertelevisian Indonesia berubah dari tahun ke tahun. Lihatlah ketika dalam pembahasan RUU Penyiaran tahun 1997, siaran televisi dirancang hanya boleh melakukan siaran dengan jangkauan tidak boleh lebih dari 50 persen dari populasi nasional. Klausul ini jelas menghambat televisi milik keluarga Cendana antara lain TPI yang waktu itu sudah bersiaran nasional dengan meminjam transmisi milik TVRI. Presiden Soeharto mampu diyakinkan oleh anak-anaknya, antara lain Siti hardiyanti Indra Rukmana, dan akhirnya Soeharto tidak menandatangani RUU Penyiaran. Ketika Rancangan Undang-undang dimasukkan lagi ke DPR kahirnya klausul itu dihapus. Masuklah era baru secara resmi bahwa siaran tv swasta boleh bersiaran nasional. RCTI di Jakarta bersiaran nasional. ANTV di Lampung dan SCTV di Surabaya pun kemudian mendapat izin siaran nasional. Demikian juga televisi swasta lainnya seperti Indosiar, dan Metrotv. Namun sejarah berubah. Sejak reformasi bergulir sebagai bentuk perjuangan demokrasi penyiaran, justeru melokalkan tv swasta. Ada pembatasan jangkauan siaran. Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 mengatur empat jasa penyiaran televisi yang masing-masing memiliki daya pancar dan coverage area yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristiknya. Televisi Publik, adalah televisi yang berbadan hukum, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Televisi publik stasiun pusat penyiarannya berada di ibukota Negara Republik Indonesia. Di daerah provinsi, kabupaten, atau kota dapat didirikan Lembaga Penyiaran Publik lokal. UU juga menentukan bahwa sumber pembiayaan lembaga Penyiaran Publik (TVRI dan Radio) berasal dari iuran penyiaran; Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; sumbangan masyarakat; siaran iklan (terbatas); dan usaha lain yang sah yang terkait dengan penyelenggaraan penyiaran. Jangkauan siaran TV Publik (TVRI) mencakup seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Hanya TVRI-lah yang boleh menyiarkan siarannya hingga seluruh penjuru negeri. Sedangkan TV lainnya (swasta) jangkauannya terbaras. Televisi Swasta Televisi swasta atau lembaga penyiaran swasta adalah lembaga penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi. TV Swasta ini didirikan dengan modal awal yang seluruhnya dimiliki oleh warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia. Untuk penambahan dan pengembangan modal, undang-undang membolehkan penambahan modal dari modal asing, yang jumlahnya tidak lebih dari 20% (dua puluh per seratus) dari seluruh modal dan minimum dimiliki oleh 2 (dua) pemegang saham. 2012 2 Produksi Berita TV Syaefurrahman Al-Banjary Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sumber pembiayaan Lembaga Penyiaran Swasta diperoleh dari siaran iklan; dan/atau usaha lain yang sah yang terkait dengan penyelenggaraan penyiaran. Lembaga Penyiaran Swasta dapat menyelenggarakan siaran melalui sistem stasiun jaringan dengan jangkauan wilayah terbatas. Sistem jaringan adalah sitem yang dirancang KPI yang membolehkan stasiun televise swata bekerjasama dengan televise swasta lokal lainnya di sejumah daerah. Intinya adalah kerjasama siaran agar jangkauan siaran tv swasta (lokal) yang ada dapat disiarkan pula di daerah lain. Meski demikian tetap dibatasi jangkauan siarannya. Ketentuan lebih lanjut mengenai hal ini diatur oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bersama pemerintah. TV Komunitas TV komunits adalah lembaga penyiaran berbasis komunitas. Lembaga penyiaran ini didirikan berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. Lembaga Penyiaran Komunitas sebagaimana dimaksud tidak untuk mencari laba atau keuntungan atau tidak merupakan bagian perusahaan yang mencari keuntungan semata, melainkan untuk mendidik dan memajukan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan, dengan melaksanakan program acara yang meliputi budaya, pendidikan, dan informasi yang menggam-barkan identitas bangsa. Lembaga Penyiaran Komunitas merupakan komunitas nonpartisan yang keberadaan organisasinya; tidak mewakili organisasi atau lembaga asing serta bukan komunitas internasional; tidak terkait dengan organisasi terlarang; dan tidak untuk kepentingan propaganda bagi kelompok atau golongan tertentu. Begitu besar pengakuan Negara terhadap komunitas, maka sekarang sudah banyak TV komunitas berdir. Ini merupakan bentuk keragaman kepemilkan dan konten siaran, sehingga menambah warna siaran di televise kita. UU juga mengatur keberadaan tv komunitas, bahwa TV ini didirikan atas biaya yang diperoleh dari kontribusi komunitas tertentu dan menjadi milik komunitas tersebut. Lembaga Penyiaran Komunitas dapat memperoleh sumber pembiayaan dari sumbangan, hibah, sponsor, dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat. TV Komunitas dilarang menerima bantuan dana awal mendirikan dan dana operasional dari pihak asing. TV Komunitas juga dilarang melakukan siaran iklan dan/atau siaran komersial lainnya, kecuali iklan layanan masyarakat. TV Berlangganan Televisi berlangganan atau yang di dalam UU Penyiaran dikatakan sebagai lembaga penyiaran berlangganan adalah lembaga penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan dan wajib terlebih dahulu memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran berlangganan. Lemaga Penyiaran berlangganan memancarluaskan atau menyalurkan materi siarannya secara khusus kepada pelanggan melalui radio, televisi, multi-media, atau media informasi lainnya. Ada tiga jenis cara penyiaran TV berlangganan, yaitu pemancaran siarannya melalui satelit, melalui kabel dan melalui terrestrial. Pembiayaan Lembaga Penyiaran Berlangganan berasal dari iuran berlangganan; dan usaha lain yang sah dan terkait dengan penyelenggaraan penyiaran. Jangkauan siarannya TV Berlangganan diatur sebagai berikut: Lembaga Penyiaran Berlangganan melalui satelit harus memenuhi ketentuan a) memiliki jangkauan siaran yang dapat diterima di wilayah Negara Republik Indonesia; 2012 3 Produksi Berita TV Syaefurrahman Al-Banjary Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id b) c) d) e) memiliki stasiun pengendali siaran yang berlokasi di Indonesia; memiliki stasiun pemancar ke satelit yang berlokasi di Indonesia; menggunakan satelit yang mempunyai landing right di Indonesia; dan menjamin agar siarannya hanya diterima oleh pelanggan. Lembaga Penyiaran Berlangganan melalui kabel dan melalui terestrial harus memenuhi ketentuan: a) memiliki jangkauan siaran yang meliputi satu daerah layanan sesuai dengan izin yang diberikan; dan b) menjamin agar siarannya hanya diterima oleh pelanggan. 2. Lama Siaran Lama siaran televisi beragam antara satu stasiun Tv dengan stasiun TV yang lain. Tapi tampaknya saat ini mereka berlomba memanjakan pemirsanya dengan beragam program, mulai dari program informasi, dokumenter, hingga beragam hiburan. Rata-rata lama jam siaran TV swasta yang ada 20-24 jam. Ini berbeda keika dua puluh tahun lalu, ketika TVRI tutup jam 12 malam dan buka kembali jam 05.00. Siaran TV lokal di daerah saat ini juga tak kalah seru dalam persaingan merebut pemirsa. Mereka bersiaran antara 5 hingga 10 jam sehari. Apa yang hendak disampaikan dalam hal lama siaran adalah bahwa ternyata siaran televisi masuk ke rumah-rumah kita hampir 24 jam penuh setiap hari selama seminggu. Mereka membawa kabar dan pesana-pesan siaran beragam jenisnya. Mulai dari pesan biak hingga pesan buruk. Yang paling dikeluhkan adalah tayangan anak-anak, karena merekalah yang paling banyak terkena dampak siaran, baik yang positif maupun negatif. Sebuah penelitian tentang televisi menjelaskan sbb: 1. Tahun 2002 jam tonton televisi anak-anak 30-35 jam/hari atau 1.560 – 1.820 jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya kurang dari 1.000jam/tahun. 2. Sebanyak 85% acara televisi tidak aman untuk anak, karena banyak mengandung adegan kekerasan, seks dan mistis yang berlebihan dan terbuka. 3. Saat ini ada 800 judual acara anak, dengan 300 kali tayang selama 170jam/minggu padahal satu minggu hanya ada 24 jam X 7 hari = 168 jam. 2012 4 Produksi Berita TV Syaefurrahman Al-Banjary Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Sebanyak 40 % waktu tayang diisi iklan yang jumlahnya 1.200 iklan/minggu, jauh di atas rata-rata dunia 561 iklan/minggu. Berdasarkan data di atas, dapat dibayangkan apabila anak-anak yang merupakan aset-aset bangsa yang akan meneruskan perjuangan bangsa ini serta yang akan memajukan bangsa ini, sejak kecil telah terbiasa dengan hal yang tidak bermanfaat, maka negara ini yang sudah tertinggal dan terpuruk ini akan semakin terpuruk dan tertinggal dan akhirnya akan menjadi negara yang akan dilecehkan oleh negara lain. 3. Pengaruh Siaran TV: Berkah atau Musibah? Diakuai atau tidak siaran televisi ibarat pedang bermata dua, jika dipakai untuk kebaikan akan berbuah kebaikan, sebaliknya jika digunakan untu kejahatan maka akan berakibat pada keburukan. Semuanya tergantung pada bagaimana menggunakannya. Sama halnya dengan televisi. Kehadiran televisi bisa menjadi berkah, bisa juga menjadi musibah. Sebagai berkah, kehadiran siaran televisi, sesuai dengan fungsinya sebagai alat komunikasi, memiliki beberapa fungsi, yaitu : a) Fungsi rekreatif. Pada dasarnya fungsi televisi adalah memberikan hiburan yang sehat kepada pemirsanya, karena manusia adalah makhluk yang membutuhkan hiburan. b) Fungsi educatif Selain untuk menghibur, televisi juga berperan memberikan pengetahuan kepada pemirsanya lewat tayangan yang ditampilkan. c) Fungsi informative Televisi dapat mengerutkan dunia dan menyebarkan berita sangat cepat. Dengan adanya media televisi manusia memperoleh kesempatan untuk memperoleh informasi yang lebih baik tentang apa yang terjadi di daerah lain. Dengan menonton televisi akan menambahkan wawasan. 2012 5 Produksi Berita TV Syaefurrahman Al-Banjary Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id d) Dalam perkembangannya, kehadiran siaran televisi juga berdampak pada segi ekonomi. Banyak orang terinspirasi dari tayangan bisnis, dan kegiatan ekonomi kreatif lainnya. TV juga sumber ekonomi sehingga memajukan industri dan perdagangan. e) Bahkan secara politis juga bermanfaat buat meraih kesuksesan secara politik. Ahmad Raihan dalam tulisannya tentang Pengaruh Televisi Terhadap Tumbuh Kembang Anak menulis bahwa menonton televisi sering mengganggu jadwal makan dan tidur. Pencernaan akan terganggu dan kurang tidur. Pengaruh lainnya adalah: a) Televisi menyajikan informasi dengan cara yang menggairahkan dan hidup sehingga buku pelajaran hampir tidak dapat menyainginya untuk menarik minat anak. Akibatnya, mereka sering menganggap buku dan pekerjaan sekolah mernbosankan. b) Menonton televisi sering membatasi interaksi sosial antar anggota keluarga dan membatasi percakapan. c) Beberapa anak termotivasi untuk mengikuti apa yang dilihatnya di layar televisi dengan mernbaca untuk mengisi kesenjangan pengetahuan mengenai hal tersebut. d) Tokoh di televisi biasanya digarnbarkan dengan berbagai stereotip. Anak kemudian berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang di layar televisi. Ini mempengaruhi sikap anak terhadap mereka. e) Menu acara yang terus-menerus menunjukkan adegan pembunuhan, penyiksaan, dan kekejaman pada saatnya akan menumpulkan kepekaan dan mendorong pengembangan nilai anak yang tidak sejalan dengan nilai mayoritas kelompok sosial. Apabila anak terbiasa dan tidak peka terhadap kekerasan, mereka akan menerima perilaku itu sebagai pola hidup yang normal. f) Karena anak suka meniru, mereka merasa bahwa apa saja yang disajikan dalam acara televisi tentunya merupakan cara yang dapat diterima baginya dalam bersikap seharihari. Karena para pahlawan yang patuh kepada hukum kurang menonjol ketimbang mereka yang memenangkan perhatian dengan kekerasan dan tindakan, sosial lainnya, anakanak cenderung menggunakan cara yang terakhir untuk mengidentifikasi diri dan menirunya. g) Cara berbicara anak sangat dipengaruhi oleh apa yang didengarnya diucapkan orang di televisi dan bagaimana ca.-a mengucapkannya. Ini akan meningkatnya pelafalan dan tata bahasa, namun belum tentu akan memberi pola yang baik dalam pengungkapan hal-hal yang dikatakan anak. 2012 6 Produksi Berita TV Syaefurrahman Al-Banjary Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id h) Tokoh televisi memberi model untuk berbagai peran dalam kehidupan, perilaku yang sesuai dengan jenis kelamin, dan karir. Hal ini memberi mereka wawasan mengenai apa yang diharapkan kelompok sosial dari mereka. i) Pengaruh pada keyakinan. Banyak anak yakin bahwa apa saja yang dikatakan di televisi merupakan hal yang benar dan bahwa penyiar televisi Iebih mengetahui segala sesuatu ketimbang para orang tua, guru, dan dokter. Hal ini cenderung membuat anak mudah tertipu. j) Sayang sekali, bimbingan dan kendali ini sering kurang. Jika tema gambar komik merusak, para orang tua dan guru mencoba menjauhkannya dari jangkauan anak. Tekanan sosial di berbagai masyarakat telah memaksa para pedagang untuk meniadakan komik yang merusak dari pasaran. Sayang bahwa masih terlalu sedikit orang tua yang memprihatinkan kualitas televisi yang ditonton anak. Mereka mendorong anak untuk menonton bila merasa lelah atau sedang sibuk tanpa memperlihatkan siaran yang sedang ditayangkan. Karena banyak orang tua yakin bahwa televisi mempunyai nilai mendidik, mereka membiarkan anak dari segala usia untuk lebih banyak menghabiskan waktu dengan menonton ketimbang memilihkan yang baik baginya. Orang tua dari kelompok sosioekonomi rendah lebih mengizinkan menonton televisi ketimbang mereka yang berasal dari kelompok menengah atas. 4. Kekuatan Hidup Matinya TV Hidup matinya siaran televisi swasta ada pada iklan, karena iklanlah yang akan menghidupi siaran dan program. Ini berbeda dengan TV Publik seperti TVRI, dan juga RRI, ada sumber pendanaan dari APBN dan APBD, sehingga iklan bukan satu-satunya sumber keuangan yang menghidupi dan mematikan siaran. Sebagai gambaran betapa besar angka biaya siaran tiap jamnya. Satu program 30 menit ratarata biaya program Rp50 juta rupiah. Kalau satu jam berarti 100 juta rupiah. Kalau 24 jam maka akan ketemu angka biaya program 2,4 miliar perhari. Angka ini belum termasuk biaya operasional dan gaji dan pemeliharaan infrastruktur yang harus dirawat secara rutin. Itulah sebabnya, dalam sehari siaran TV paling tidak untuk yang bersiaran nasional, harus mendapatkan iklan Rp 10 miliar rupiah agar dapat menopang kehidupan siaran TV. Sekadar melihat gambaran pertumbuhan bisnis periklanan kita lihat angka yang dirilis perusahaan periklanan AC Neilson pada februari 2015 sebagai berikut: Pertumbuhan belanja iklan di akhir tahun 2015 ini bergerak positif dengan angka pertumbuhan sebesar 7% untuk total TV dan media cetak, dan mencapai angka 118 Triliun. Pada kuartal 2012 7 Produksi Berita TV Syaefurrahman Al-Banjary Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id empat 2015 saja, belanja iklan TV dan media cetak meningkat sebesar 17% dibandingkan dengan pada kuartal empat tahun 2014. Jika dilihat dari jenis medianya, pertumbuhan belanja iklan di tahun 2015 lebih didorong oleh pergerakan yang positif di TV yaitu secara total meningkat sebesar 12%. Pertumbuhan belanja iklan koran di kuartal empat tahun 2015 menunjukkan pergerakan yang positif, yaitu tumbuh sebesar 1%. Walaupun angka pertumbuhan tahunan masih menurun sebesar -4%, namun kecenderungannya sudah membaik dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya. Total belanja iklan koran di akhir tahun 2015 mencapai Rp30,8 Triliun. Tahun-tahun mendatang, di saat media elektronik khususnya dunia maya tumbuh cepat, maka sangat dimungkinkan, iklan media cetak akan terus menurun, demikian juga kueh iklan televisi akan bergeser ke iklan-iklan di e-commerce, yang bermain di dunia maya seperti bisnis aplikasi dan media internet lainnya. 5. Solusi Program Secara umum pengiklan menaruh perhatian pada acara yang memiliki rating bagus, dan biasanya dimenangkan oleh acara hiburan. Urutan berikutnya adalah olah raga dan informasi. Oleh karena itu menjadi tantangan bagi produser berita, bagaimana agar acara informasi mampu mendatangkan rating dan iklan. Tetapi persoalan news sesungguhnya bukan pada rating dan iklan, melainkan pada bagaimana mewujudkan news yang independen dan kredibel beritanya sehingga mendapat kepercayaan publik. Iklan pada akhirnya akan mengikuti. Karena daya pengaruh siaran televisi luar biasa besarnya, apalagi terhadap anak-anak, maka sudah menjadi kewajiban produser untuk menyeleksi benar berita mana yang perlu dan tidak perlu bagi publik. Menghindari tayangan kekerasan, seks, horor dan yang menimbulkan trauma, akan menjadi sumbangan berarti bagi terhindarnya pemirsa dari tayangan yang negatif. (End) Daftar Pustaka 2012 8 Produksi Berita TV Syaefurrahman Al-Banjary Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Al-Banjary, Syaefurrahman, 2014, Teknik Reportase dan Produksi Berita Televisi. Yogyakarta, Deepublish Boyd, Andrew, 1990, Broadcast Journalism, Technique of radio & Television News. London: Heinemann Publ. Fahmi, Alatas, 1997, Bersama Televisi Merenda Wajah Bangsa, Yayasan Pengkajian Komuniksi Masa Depan (YPKMD), Jakarta Hanshal, Peter & David Ingram, 2011, Menjadi Jurnalis (terjemahan ISAI). Jakarta: ISAI Idris, Soewardi, 1987, Jurnalistik Televisi. Bandung: CV Remaja Karya. Iskandar Muda, Deddy, 2003, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rosenthal, Allan, 1996, Writing, Directing and Producing Documentary Film and Video, Revised Edition. USA: Southern Illionis University Press. Salajan, Horea, Russell Peasgood dan Imelda Reynold. ABC Paket Berita TV. Jakarta: PJTV – Internews Indonesia. Sudibyo, Agus, 2004, Ekonomi Politik Media Penyiaran, ISAI Jakarta dan LKIS Yogyakarta. 2012 9 Produksi Berita TV Syaefurrahman Al-Banjary Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id