Humanisme dalam pendidikan itu perlu agar para peserta didik mampu membangun empati dan simpati atas penderitaan orang lain. Pendidikan harus lebih mampu menggali kearifan lokal dan ajaran agama yang mendukung konsep Rahmatan lil’alamin bagi semua makhluk. Pendidikan adalah memanusiakan manusia dimana peserta didik nyaman belajar harus diciptakan untuk menggali potensi humanisme pendidikan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi di era globalisasi mau tidak mau disertai pergeseran nilai-nilai manusia dalam kehidupannya. Dalam dunia pendidikan, seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, peran-peran tradisional orang tua dan guru sebagai pendidik paling berpengaruh semakin berkurang. Untuk itu diperlukan suatu paradigma baru untuk menjawab tantangan jaman. Sebuah pertanyaan yang sangat inheren dalam dunia pendidikan adalah : Bagaimana seorang anak dipersiapkan untuk menjalani kehidupannya di masa depan? Seperti kita ketahui setiap pendidikan harus berorientasi ke masa depan. Padahal masa depan adalah sesuatu yang sulit dipastikan. Meskipun demikian tidak perlu pesimis, karena bagaimanapun masa depan masih dapat diperkirakan dari sejarah dan kehidupan masa sekarang. HUMANISME PENDIDIKAN A. Humanisme Pendidikan Humanisme dalam arti filsafat di artikan sebagai paham filsafat yang menjunjung tinggi nilai dan martabat manusia sedemikian rupa sehingga manusia menempati posisi yang sangat sentral dan penting dalam hidup sehari-hari.1 Pendidikan yang humanis menekankan bahwa pendidikan pertama-tama dan utama adalah bagaimana menjalin komunikasi dan relasi personal antara pribadi-pribadi dan antar pribadi dan kelompok didalam komunitas sekolah.mendidik yang efektif pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang menghadirkan diri sedemikian sehingga pendidik memiliki relasi bermakna pendidikan dengan para peserta didik sehingga mampu menumbuhkembangkan diri menjadi pribadi dewasa dan matang. 1 Zaenal Abidin, Filsafat Manusia, PT Remaja Rosdakarya, 2006 hlm. 29 1|Sosiologi Pendidikan Pendidikan yang efektif adalah yang berpusat pada siswa. Dasar pendidikannya adalah apa yang menjadi dunia, minat dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik. Pendidik membantu peserta didik untuk menemukan, mengembangkan dan mencoba mempraktekan kemampuankemampuan yang mereka miliki (the learner centered teaching). Ciri utama pendidikan yang berpusat pada siswa bahwa siswa menghormati, menghargai dan menerima siswa sebagai mana adanya komunikasi dan relasi yang efektif sangat diperlukan sebab suasana komunikasi yang efektif peserta didik akan dapat mengeksplorasi dirinya, mengembangkan dirinya dan kemudian memfungsikan dirinya dalam masyarakat secara optimal. Namun, demikian beragamnya latar belakang sumber daya sekolah baik peserta didik, guru dan sumber daya disekolah. Latar belakang pendidik secara ekonomi, budaya dan kondisi keluarga serta lingkungan disetiap sekolah membuat prestasi yang dicapai oleh masing-masing sekolah berbeda. Untuk mengatasi hal itu, dibutuhkan perlakuan sekolah (manajemen) melalui rancang bangun yang menerapkan dan membangun tingkat disiplin peserta didik dan guru. Penerapan disiplin bukan hanya sekedar reward dan punishment namun lebih jauh perlu yang dilakukan secara humanisme. B. Pentingnya Humanisme Pendidikan Pendidikan humanisme sebgaai contoh penerapan yang menekankan pada kedisiplinan. Sekolah melalui pendekatan dan penerapan disiplin kasih saying bertujuan antara lain: a. Menumbuhkembangkan proses pembelajaran yang humanis para guru pada saat melaksanakan KBM. b. Menumbuhkembangkan diri peserta didik secara utuh sehingga mereka menjadi pribadi dewasa yang matang dan mapan mampu menghadapi berbagai masalah dan konflik dalam kehidupan sehari-hari dengan penerapan disiplin kasih saying. c. Penerapan kondisi proses belajar mengajar yang optimal didukung kedisiplinan siswa dan guru.2 Pendidikan akan menemukan tujuannya jika nilai-nilai humanis masuk dalam diri peserta didik. Peserta didik akan memiliki motivasi yang kuat untuk belajar agar bermanfaat bagi sesame. Peserta didik yang belajar terus agar memiliki pikiran yang cerdas, kreatif, hati yang 2 http://nazwadzulfa.wordpress.com/2009/09/1 humanisme pendidikan di akses tanggal 21 Desember 2010 2|Sosiologi Pendidikan bersih, tingkat spiritual yang tinggi dan kekuatan fisik yang prima. Semua keunggulan tersebut dimaksudkan untuk diabdikan kepada Tuhan dan untuk memberikan kemaslahatan individual dan sosial yang optimal.3 C. Beberapa Teori Humanisme Tentang Pendidikan 1. Abraham Marslow (1908-1970) Bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang terkecil adalah hierarchy of needs (hierarki kebutuhan) bahwa manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan rasa aman), love and belonging need (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri) dan self actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri). 2. Carl Ransom Rogers (1902-1987) Menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka. Rogers menegaskan dalam pengembangan diri seseorang pribadi akan berusaha keras demi aktualisasi diri (self aktualisasi), pemeliharaan diri (self maintenance) dan meningkatkan diri (self inhancement). 3. Charles Boville (sekitar 1475-1553) Dalam bukunya sapience, ia mensejajarkan manusia yang cerdas dengan Phyromitos. Kesejajaran ini terletak pada akal yang diberikan kepada manusia agar bisa menyempurnakan tabiatnya. 4. As Rollo May (Psikolog kelahiran 1909) Bahwa manusia sebagai wujud yang menggenggam pengalaman ini termasuk manifestasi untuknya. Menurut Marslow, pertama kali pendidikan harus memfokuskan diri pada aspek fisologis dan keamanan yang dibutuhkan peserta didik. Contohnya, menciptakan lingkungan nyaman untuk pembelajaran. Ini adalah awal untuk terciptanya pendidikan yang humanis.4 3 4 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, PT. Lkis Printing Cemerlang, 2009, hlm. 31 Barbara. J. Gruendermann dan Bille Fernsebner, Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, Jakarta: EGC, 2005, hlm. 26 3|Sosiologi Pendidikan Dari teori diatas terlihat bahwa humanis melihat pribadi manusia sebagai wujud yang sepenuhnya terpusat pada diri sendiri dalam proses aktualisasi diri, pemeliharaan diri dan peningkatan diri. Sebagai aktualisasi makna dari pendidikan humanisme dalam proses pembelajaran Sugihartono, dkk (2004) menyatakan bahwa teori humanisme adlah suatu teori yang bertujuan memanusiakan manusia dan tujuan utama para pendidik adalah membantu para siswa untuk mengembangkan dirinya, mengenal dirinya sendiri sebagai maunsia yang unik dan membantu mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.5 BAB II KESIMPULAN Humanisme pendidikan merupakan pendidikan untuk memanusiakan manusia sebagaimana gagasan Paulo Freire, pendidikan yang memanusiakan manusia adalah proses membimbing, mengembangkan dan mengarahkan potensi dasar manusia baik jasmani maupun rohani secara seimbang dengan menghormati nilai humanisme. Pendidikan humanisme ini bertujuan untuk mengembangkan potensi dasar manusia secara maksimal yang dibutuhkan oleh bangsa. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dasar yang sama, yaitu mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan adalah kepuasankepuasan emosi yang timbul dalam pergaulan dengan sesama manusia, dengan alam dan dengan Sang Pencipta. Pengalaman pribadi seseorang dalam menerima penghargaan, pujian, perlindungan akan menimbulkan rasa percaya diri dan rasa aman dalam kehidupan. Jadi pendidikan haruslah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasar ini. Jadi, humanisme pendidikan tidak akan menghambat perkembangan manusia. Justru mengajarkan manusia menghargai pribadi maupun orang lain karena nilai-nilai humanisme berada pada pemuliaan seorang manusia yang diterima dan dihargai lingkungannya. 5 http://nazwadzulfa.wordpress.com/2009/09/1 humanisme pendidikan di akses tanggal 21 Desember 2010 4|Sosiologi Pendidikan BAB III DAFTAR PUSTAKA Abidin, Zaenal. Filsafat Manusia. 2006. PT Remaja Rosdakarya Moh. Roqib. Ilmu Pendidikan Islam. 2009. PT. Lkis Printing Cemerlang J. Gruendermann, Barbara dan Bille Fernsebner. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif. 2005. Jakarta: EGC http://nazwadzulfa.wordpress.com/2009/09/1 humanisme pendidikan di akses tanggal 21 Desember 2010 5|Sosiologi Pendidikan