bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.1.1. Penjelasan Singkat Supply Chain Management dan Asessment Tool
Dunia perekonomian hingga kini semakin mengglobal dan semakin tidak
mengenal perbatasan antar negara. Persaingan perusahaan dalam memberikan
barang dan jasa semakin kuat dan dengan adanya jaringan internet, akses
semakin terbuka, mudah dan murah. Karena hal ini pula perusahaan semakin
fokus dalam meningkatkan proses produksinya untuk memberikan proses
pengiriman yang lebih cepat dan tepat. Responsifitas dan fleksibilitas menjadi
hal yang essensial agar perusahaan dapat berkembang dan berjalan efisien.
Salah satu kegiatan utama sebagai manajer operasi yang dianggap remeh
adalah pengadaan barang logistik kepada pelanggan akhir. Cenderung orangorang pergi ke toko berharap barang akan tersedia dan segar, namun pada
penerapannya untuk memenuhi ini tidak semudah yang dibayangkan. Kegiatan
manufaktur dan pemasaran hampir tak bisa dilepaskan dengan pengadaan
logistik (Sharma, 2015). Kegiatan ini sudah dikenal sejak dahulu kala dan
menjadi salah satu bentuk persaingan yang menantang pada dunia bisnis masa
kini.
Pengelolaan logistik (logistics management) adalah sebuah pendekatan
yang mencari efisiensi operasi dengan mengintegrasikan seluruh bahan
perolehan, pergerakan, dan aktivitas penyimpanan (Heizer & Render, 2014).
Menurut Dewan manajemen logistik seperti yang tertulis dalam Sharma (2015)
“Logistik adalah proses perencanaan, pengimplementasian, dan pengendalian
keefektifan dan efisiensi aliran dan penyimpanan barang, jasa dan informasi
yang terkait dari titik mula hingga ke titik konsumsi demi menyesuaikan
kebutuhan konsumen”. Pengelolaan logistik adalah ilmu yang berkaitan dengan
mendesain, membeli, dan mengimplementasi alur material dalam perusahaan
untuk memenuhi permintaan pelanggan. Pengelolaan logistik yang baik akan
menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan, peningkatan terhadap kepuasan
pelanggan dan memotong biaya tambahan yang tidak diperlukan alias
memberikan efisiensi yang lebih pada proses produksi, penyimpanan, dan
pengiriman barang. Tujuan utama dari pengelolaan logistik adalah
mengkoordinasi seluruh upaya perusahaan untuk menjaga biaya alur barang
yang efektif (Sharma, 2015).
Setelah pengelolaan logistik, terdapat perspektif yang lebih luas yang
berkembang, yakni rantai pasokan. Rantai pasokan adalah jaringan global
organisasi dan aktivitas-aktivitas yang memasok sebuah perusahaan dengan
barang dan jasa (Heizer & Render, 2014). Mencakup hal-hal dalam pengelolaan
logistik ditambah dengan proses yang mempertimbangkan aspek internal (e.g
pemasaran, layanan pelanggan) dan eksternal (e.g hubungan dengan pemasok
dan pelanggan langsung) perusahaan. Lebih jelasnya adalah segala proses yang
berkaitan dengan menghasilkan nilai lebih untuk diberikan kepada pelanggan
akhir. Apabila menurut Russel dan Taylor (2011) supply chain adalah fasilitas,
fungsi, dan aktivitas yang menyangkut dalam menghasilkan dan mengantarkan
barang atau jasa dari pemasok (dan pemasoknya mereka) ke pelanggan (dan
pelanggan mereka). Supply chain meliputi seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan aliran dan transformasi barang dan jasa dari tahap bahan mentah hingga
ke pemakai akhir (pelanggan), termasuk juga didalamnya aliran informasi yang
terkait. Pada dasarnya adalah seluruh asset, informasi, dan proses yang
menyediakan “pasokan” (Russel & Taylor, 2011). Seperti yang disebutkan
dalam buku Heizer dan Render (2014) bahwa kini kita dapat lihat bahwa
semakin maraknya pertumbuhan spesialisasi pengetahuan khusus dan
komunikasi instan, dan transportasi yang semakin murah membantu
perkembangan spesialisasi dan rantai pasokan yang mencakup seluruh dunia.
Sudah tidak memungkinkan lagi sebuah perusahaan berusaha untuk
melakukan segala hal dengan sendirinya, persaingan sudah mencapai level
rantai pasokan dan bukan dengan sesama perusahaan (Heizer & Render, 2014).
Sudah menjadi tugas pengelola rantai pasokan untuk mengkolaborasikan rantai
pasokan untuk mencapai efisiensi dan kepuasan tingkat tinggi. Hal ini
menekankan pentingnya pengelolaan (management) dalam perusahaan untuk
mengatur, mengawasi, dan meningkatkan kinerja rantai pasokannya demi
keberlanjutan. Maka dari itu pengelolaan rantai pasokan (supply-chain
management) menjadi penting untuk diperdalam dan diaplikasikan kedalam
proses operasi perusahaan. Pengelolaan rantai pasokan memiliki berbagai
pengertian, dalam buku oleh Heizer dan Render (2014) menyatakan bahwa
supply-chain management (SCM) mendeskripsikan koordinasi terhadap seluruh
kegiatan rantai pasokan dimulai dari bahan mentah dan berakhir pada pelanggan
yang puas. Dalam buku edisi sebelumnya, Heizer (2011) menjelaskan bahwa
SCM adalah integrasi dari kegiatan yang mendapatkan material atau bahan dan
layanan, merubahnya menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, dan
mengantarkannya kepada pelanggan. Aktivitas-aktivitas tersebut termasuk
pembelian bahan dan aktivitas outsourcing, dan banyak fungsi lainnya yang
penting bagi hubungan dengan pemasok dan pendistributor.
Bagi Chopra dan Meindl (2013) pengelolaan rantai pasokan tidak hanya
berkaitan
dengan
pemanufaktur
dan
pemasok,
namun
pengangkut,
pergudangan, pedagang eceran, dan bahkan pelanggannya sendiri juga
termasuk. Rantai pasokan bersifat dinamis dan melibatkan aliran informasi,
produk, dan dana secara konstan diantara tahapan yang berbeda, dan tujuan
utama dari rantai pasokan apapun adalah untuk memuaskan kebutuhan
pelanggan dan, dalam prosesnya, menghasilkan keuntungan bagi dirinya
sendiri.
Kunci pandangan dari Chopra dan Meindl (2013) mengenai rantai
pasokan adalah proses memaksimalkan nilai (value) untuk meningkatkan
profitabilitas rantai pasokan (supply chain profitability). Menurutnya, value
atau bisa juga disebut supply chain surplus yang dihasilkan oleh rantai pasokan
adalah perbedaan antara nilai produk akhir yang dipandang pelanggan dengan
biaya yang terkena untuk menghasilkan permintaan pelanggan tersebut. Maka
semakin besar nilai yang dihasilkan pada produk akhir, semakin besar juga
profit yang dihasilkan atau semakin besarnya kepuasan pelanggan saat membeli
barang tersebut.
Untuk meningkatkan value dalam rantai pasokan, manajemen perlu
memperhatikan kinerja tiap tahap bagian dalam rantai pasokan karena tiap
keputusan yang diambil memberikan dampak besar dalam pendapatan yang
dihasilkan dan biaya yang dikeluarkan. Dua hal tersebut merupakan inti dari
proses operasi bisnis, maka proses rantai pasokan merupakan hal yang sangat
penting dalam sukses atau tidaknya sebuah perusahaan. Manajemen rantai
pasokan yang hebat adalah yang dapat memberikan value yang tinggi bagi
perusahaan dan pelanggan dan secara bersamaan menjaga biaya relatif rendah.
Implementasian SCM dalam bisnis memiliki dampak yang baik, baik itu
bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa. Penerapan SCM yang baik
dapat berpengaruh langsung dalam pendapatan yang dihasilkan dan juga biaya
yang dikeluarkan. Manfaat yang dapat dirasakan juga adalah keunggulan
kompetitif dan juga kinerja organisasi yang berdampak positif seiringnya
praktik SCM yang tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian S. Li, et al. (2006)
bahwa implementasian SCM memiliki pengaruh dasar terhadap kinerja
organisasi dan pengaruh langsung terhadap keunggulan kompetitif perusahaan.
Kini pengimplementasian SCM tidak asing lagi bagi banyak perusahaan,
dan telah dikembangkan berbagai alat atau tools untuk menilai dan
mengevaluasi
kinerja
SCM
dalam
suatu
perusahaan.
Alat-alat
ini
dikembangkan oleh para ahli atau lembaga khusus yang bergerak di bidang
manajemen operasi. Dalam artikel Banomyong dan Supatn (2011) setidaknya
disebutkan ada tujuh alat yang telah dikembangkan untuk mengukur kinerja
SCM suatu perusahaan dengan berbagai perspektif. Diantaranya ada Enkawa
supply chain logistics scorecard (www.ie.me.titech.ac.jp), lalu model yang
paling terkenal dan kerap digunakan Supply Chain Operations Reference
(SCOR) model yang dikembangkan oleh Dewan Rantai Pasokan pada 1996
(www.supply-chain.org) memungkinkan perusahaan untuk membandingkan
kinerja mereka dengan perusahaan lainnya, serta The Supply Chain Diagnostic
Tool yang dikembangkan oleh Foggin, et al. pada tahun 2004.
Namun, pada nyatanya alat-alat diagnostik yang ada sulit untuk
diterapkan dalam bisnis nyata terutama pada usaha kecil dan menengah. Karena
alasan ini Banomyong dan Supatn (2011) menyusun alat assessment rantai
pasokan yang disebut Supply Chain Performance Assessment Tool (SCPAT).
Alat ini dikembangkan agar mudah untuk digunakan oleh perusahaan di
Thailand dan tetap mengenai kunci-kunci utama dalam performa rantai pasokan
pada perusahaan kecil dan menengah.
Dalam telaahan Banomyong dan Supatn (2011) sembilan kunci aktivitas
internal rantai pasokan yang diusulkan oleh Grant et al. pada tahun 2006
digunakan sebagai inti dari kerangka penilaian dan menggunakan tiga dimensi:
biaya, waktu, dan keandalan (reliability) sebagai alat ukur kinerja.
Penelitian ini berfokus pada membantu dalam pengembangan alat
penilaian kinerja SCM yang mudah dilakukan oleh pelaku usaha, dapat
diterapkan dalam bisnis riil, dan terutama aplikatif terhadap usaha kecil dan
menengah. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan ilmu dalam bidang rantai pasokan pada umumnya dan pada
penerapan manajemen rantai pasokan bagi unit usaha kecil dan menengah di
Indonesia.
1.1.2.
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Ketentuan mengenai usaha mikro, kecil, dan menengah sudah diatur
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008. Pasal 1 menjelaskan bahwa jenis
usaha terbagi menjadi empat bagian yakni usaha mikro, usaha kecil, usaha
menengah, dan usaha besar. Kriteria jenis UMKM dijelaskan dalam Pasal 6 dan
dikategorikan dalam sisi kepemilikan, jumlah modal atau aset, dan omset yang
dihasilkan dalam setahun.
Peranan UMKM di Indonesia memiliki posisi yang sangat penting bagi
perekonomian negara karena UMKM berkontribusi besar dalam penyerapan
tenaga kerja dalam negri, dan menjadi sumber pendapatan utama bagi sebagian
besar masyarakat. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan depkop tahun
2010-2011 bahwa pada tahun 2011 jumlah UMKM mencapai 55,21 juta unit
usaha dan merupakan 99,99 persen dari pelaku usaha nasional. Kontribusi
penyerapan tenaga kerjanya pada tahun 2012 mencapai 97,16 persen dan
Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai sekitar 59 persen dari PDB nasional
atau sekitar Rp 4.869,56 triliun (Kemenkop dan UKM, 2012).
UMKM yang memegang peranan penting ini didorong untuk
meningkatkan daya saing dan mengembangkan kemampuan yang tangguh dan
mandiri seperti yang disebutkan dalam UU No. 20 Tahun 2008 demi
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan rakyat dari
kemiskinan. Ditambah lagi dengan tekanan APEC mendatang yang mendorong
persaingan lebih tinggi lagi diantara pelaku usaha dalam ASEAN. Para pelaku
UKM yang berkembang telah berupaya mengaplikasikan beberapa metode dan
ilmu yang dipelajari dalam ilmu ekonomika dan bisnis termasuk konsep
manajemen rantai pasokan kedalam usaha mereka.
Perusahaan yang diteliti bernama Dradjat Laksana yang bergerak di
industri fesyen. Lebih spesifiknya adalah fesyen busana Muslim wanita.
Apabila dikategorikan dalam klasifikasi ketentuan pemerintahan, Malida
Indonesia termasuk dalam Industri Pengolahan. Berlokasi di Pancoran, Jakarta
Selatan. Jumlah karyawan yang dipekerjakan berjumlah lima belas orang
dengan total aset sekitar ± 350.000.000 rupiah tidak termasuk tanah dan
bangunan. Informasi tersebut menyatakan bahwa Dradjat Laksana termasuk
dalam Usaha Kecil dengan jumlah aset berkisar antara 50.000.000 hingga
500.000.000 rupiah. Omset yang diraih Malida Indonesia saat ini mencapai ratarata 500.000.000 rupiah per-tahunnya.
Isu kontekstual dalam penelitian ini berupa perusahaan UMKM bernama
Dradjat Laksana yang mengalami pertumbuhan pendapatan sebesar 36% pada
tahun 2015 lalu, sedangkan rata-rata pertumbuhan UMKM di Indonesia sebesar
18.18% dihitung dari tahun 2013 hingga tujuh tahun sebelumnya (Asian
Development Bank, 2015). Terdapat gap yang cukup jauh antara persentase
yang diraih Dradjat Laksana dengan rata-rata pertumbuhan UMKM lainnya.
Perusahaan ini bergerak di bidang busana jilbab Muslim bermerk Malida
Indonesia dan dengan pertumbuhan yang teraih, kinerja rantai pasokannya
butuh dievaluasi. Agar penulis dapat menjabarkan proses rantai dari Malida
Indonesia secara terstruktur melalui pendekatan kualitatif berupa penelitian
studi kasus, yang kemudian diberikan penilaian pada kinerja rantai pasokan
secara kuantitatif. Dengan analisis dan evaluasi tersebut, pemilik unit bisnis
dapat mengetahui gambaran operasi rantai pasokannya, melakukan evaluasi,
serta melakukan perbaikan terhadap praktik pengelolaan rantai pasokan
UMKM tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Terdapat gap diantara pertumbuhan yang dialami Dradjat Laksana pada
tahun 2015 yang sebesar 36% dengan rata-rata UMKM di Indonesia pada tahun
2007 hingga 2013 yang hanya mencapai 18,18%.
1.3. Pertanyaan Riset
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, pertanyaan riset yang ingin dikaji
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengelolaan rantai pasokan perusahaan saat ini?
2. Bagaimana kinerja rantai pasokan yang dijalankan saat ini?
3. Apa kendala-kendala yang dihadapi dalam pengelolaan rantai
pasokan perusahaan tersebut?
1.4. Lingkup Riset
1. Wilayah
Penelitian dilakukan pada UKM industri pengolahan di daerah
Pancoran Timur, Kecamatan Pancoran, Kota Jakarta-Selatan.
2. Waktu
Waktu penelitian ini bersifat cross-sectional yang berarti penelitian
ini dilakukan dalam satu periode waktu saja
3. Objek Penelitian
Objek yang dipilih untuk penelitian pengelolaan rantai pasokan dan
pengevaluasian kinerja adalah UKM yang bergerak dalam industri
pengolahan yaitu usaha kecil Dradjat Laksana dengan produk
busana Muslim jadi untuk wanita. Karena UKM ini memiliki potensi
perkembangan yang besar meskipun mengalami hambatan internal.
4. Model Penelitian
Penelitian menggunakan model Supply Chain Performance
Assessment Tool (SCPAT) untuk evaluasi data kuantitatif, oleh
Banomyong dan Supatn. Yaitu alat penilaian yang dikembangkan
khusus untuk mengevaluasi kinerja pengelolaan rantai pasokan pada
UKM atau small and medium enterprises (SME).
1.5. Tujuan Riset
Dari rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari riset ini
adalah:
1.
Menggambarkan proses pengelolaan rantai pasokan yang
dijalankan oleh usaha kecil Dradjat Laksana dengan metode studi
kasus.
2.
Mengevaluasi kinerja rantai pasokan dengan menggunakan alat
Supply Chain Performance Assessment Tool (SCPAT)
3.
Mengidentifikasi kendala-kendala potensial yang dihadapi oleh
perusahaan dalam proses rantai pasokannya menggunakan
analisis konten.
1.6. Manfaat Riset
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa
pihak, antara lain:
1. Bagi Akademisi:
Melalui penelitian ini, akademisi dapat memberikan informasi dan
pengetahuan mengenai proses rantai pasokan pada UKM industri
pengolahan secara lebih mendalam dan jelas serta memberikan
gambaran atas cara penggunaan model SCPAT - alat penilaian
pengelolaan rantai pasokan untuk UKM.
2. Bagi Praktisi:
Para pelaku UKM terutama di bidang mode diharapkan, melalui
hasil penelitian ini, dapat menilai, mengevaluasi, dan mengambil
gambaran pengelolaan rantai pasokan yang jelas, dan terstruktur
serta dapat di aplikasikan kepada perusahaannya untuk membantu
dalam perkembangan dan keberlanjutan terutama kepada pelaku
usaha Dradjat Laksana.
1.7. Sistematika Penulisan Laporan
Bab I Pendahuluan
Bab ini membahas isu konseptual dan kontekstual yang menjadi dasar
perumusan masalah dalam penelitian ini. Isu konseptual yang dibahas adalah
peranan pengelolaan rantai pasokan terhadap bisnis, alat penilaian yang
digunakan untuk menilai dan mengevaluasi kinerja pengelolaan rantai pasokan,
serta pentingnya bagi UMKM untuk mengevaluasi kinerja pengelolaan rantai
pasokannya. Isu kontekstual yang dibahas dalam penelitian ini mencakup
kinerja pengelolaan rantai pasokan usaha kecil Dradjat Laksana di bidang
industri pengolahan. Kedua isu ini digunakan untuk merumuskan masalah yang
kemudian dikembangkan lagi untuk menjabarkan pertanyaan penelitian, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian.
Bab II Landasan Teori
Bab ini membahas tinjauan-tinjauan penelitian terdahulu yang dipakai
sebagai acuan penelitian dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian,
seperti definisi logistik, definisi pengelolaan rantai pasokan, dan model SCPAT
sebagai alat penilaian kinerja pengelolaan rantai pasokan.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan bagaimana penelitian akan dijalankan. Sebagai
permulaan peneliti menjabarkan desain penelitian, seperti jenis penelitian, dan
objek penelitian. Kemudian peneliti menjelaskan bagaimana analisis yang
dijalankan seperti metode pengumpulan data, dan alat analisis data dan
informasi.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Bab empat adalah bab yang menjawab pertanyaan yang dirumuskan
dalam bab satu. Terdiri dari profil lengkap perusahaan, gambaran jelas
mengenai proses rantai pasokan Dradjat Laksana, penilaian dan evaluasi kinerja
pengelolaan rantai pasokan menggunakan model SCPAT serta analisis kendala
yang dialami perusahaan.
Bab V Simpulan dan Saran
Bab terakhir berisi mengenai simpulan penelitian, dan saran. Simpulan
penelitian berisi tentang rantai pasokan yang telah dijalankan Dradjat Laksana,
hambatan yang dialami perusahaan dalam penerapan rantai pasokan serta
simpulan dari hasil penilaian dan evaluasi performa pengelolaan rantai pasokan.
Saran bagi pelaku usaha perusahaan Dradjat Laksana dan bagi peneliti
selanjutnya dimuat juga dalam bab ini.
Download