PROPOSAL KERJASAMA PENELITIAN DAN KAJIAN ARKEOLOGI PUBLIK DI DATARAN TINGGI DIENG Diajukan Kepada Yth : BAPAK GUBERNUR JAWA TENGAH DI SEMARANG Diajukan oleh : YAYASAN TAMAN SYAILENDRA AKTA NOTARIS :No. 44 Tanggal 29 September 2014 KEMENKUMHAM No. 08280.50.10.2014 Kantor :DiengKulonKecamatan BaturKabupatenBanjarnegara Telp. 085327123714/085643727000/085226699313/08122994043 e-mail. [email protected] YAYASAN TAMAN SYAILENDRA AKTA NOTARIS : No. 44 Tanggal 29 September 2014 KEMENKUMHAM No. 08280.50.10.2014 Kantor :DiengKulonKecamatan BaturKabupatenBanjarnegara Telp. 085327123714/085643727000/085226699313/08122994043 e-mail. [email protected] No. Lamp Hal : 05/YTS-D/PROP/I/2015 Dieng, 18 Mei 2015 : 1 Bendel : Permohonan Kerjasama Penelitian dan Kajian Arkeologi Publik di Dataran Tinggi Dieng Kepada : Yth.Bapak Gubernur Jawa tengah di- SEMARANG Dengan hormat, Dieng merupakan kawasan wisata budaya dan arkeologi yang membutuhkan peranserta Pemerintah Provinsi dalam usaha pengembangan kegiatan Arkeologi yang bertujuan untuk melestarikan aset budaya yang tak ternilai. Beberapa tahun terakhir ini, sistem pengelolaan sumberdaya arkeologi sektor penelitian arkeologi terasa “terpinggirkan” apabila dibandingkan dengan sektor-sektor pelestarian dan pemanfaatannya disebabkan oleh dua faktor yang sangat dominan mempengaruhi terjadinya disharmonisasi dalam sistem pengelolaan sumberdaya arkeologi Indonesia, hampir semua hasil penelitian arkeologi selama satu dasawarsa (1994 –2014) belum mampu memasuki “ranah implementatif”. yang akibatnya substansi. Dengan semangat paradigma baru, setiap penelitian arkeologi dan Antropologi perlu melibatkan masyarakat. Bersama ini kami mengajukan kerjasama bidang kajian dan penelitian benda cagar budaya di kawasan dataran tinggi Dieng dengan Pemerintah Provinsi Jawa tengah. Berikut kami sampaikan Kerangka Kerja Logis pengamatan benda cagar budaya. Demikian permohonan ini kami sampaikan, Atas kerjasamanya kami sampaikan terima kasih. PENGURUS YAYASAN TAMAN SYAILENDRA KERJASAMA PENELITIAN DAN KAJIAN ARKEOLOGI PUBLIK DI DATARAN TINGGI DIENG A. LATAR BELAKANG Peninggalan budaya berupa Candi Hindu tertua di Indonesia pertama di temukan oleh J.Vans.Kinsbergen pada tahun 1814, pada saat tersebut candi-candi yang ada di dataran tinggi dieng tersebut dalam kondisi terendam air, yang kemudian pada tahun 1856 candi tersebut diselamatkan oleh Vans Erp dengan proses yang sangat sulit, dan ternyata belum semuanya terungkap, barangkali hal tersebut karena keterbatasan berbagai hal pada saat itu, sehingga peninggalan lain yang ada diperbukitan belum sempat di eksplorasi lebih jauh, padahal diperbukitan sekitar dataran tinggi Dieng terdapat bangunan-bangunan cukup banyak dan besar yang dulu saat terjadi letusan gunung api purba menutup kawasan Dieng dan menjadi beberapa bukit. Untuk itu mulai tahun 2014 Yayasan Taman Syailendra mencoba melakukan pengamatan disekitar bukit Reca gedhe dan bukit Pangonan ternyata banyak peninggalan bersejarah yang masih terpendam dalam tanah, yang perlu adanya kegiatan penelitian dan kajian lanjutan. Melalui kegiatan Penelitian dan Kajian diharapkan dapat mengungkap peninggalan sejarah yang masih terpendam dalam tanah, sehingga bukti sejarah yang ada di Bukit Reca Gede dan Pangonan dapat diungkap sebagai bukti peradaban Dieng pada masa itu. Adanya program kajian arkeologi tersebut merupakan jawaban yang tepat untuk kegiatan pengembangan wisata, sehingga akan berlanjut pada kegiatan penyelamatan lingkungan, serta masyarakat diposisikan sebagai subyek pelaksana agar kegiatan penelitian dan kajian benar-benar tepat sasaran, tepat waktu dan tepat guna masyarakat berperanserta terhadap penyelamatan dan pemeliharaan sehingga kegiatan ini akan dapat berkelanjutan. B. KONSEP PELAKSANAAN Nama Program : Kerjasama Penelitian Dan Kajian Arkeologi Publik. Tema Kegiatan : Penyelamatan peninggalan sejarah, untuk meningkatkan kualitas pariwisata sejarah dan budaya di Dieng. 1. Dasar Pemikiran Secara geografis Dataran Tinggi Dieng merupakan Wilayah Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Dataran Tinggi Dieng mempunyai ketinggian mencapai 2.090 meter diatas permukaan laut. Keadaan suhu disekitar Dataran Tinggi Dieng antara 15-20 0C pada musim kemarau dan pada musim hujan berkabut pada malam hari mencapai 5 – 10 0C. Secara administratif kawasan wisata Dataran Tinggi Dieng merupakan objek wisata yang ditempuh dari kota Wonosobo 26 Km dan terletak disebelah Utara kota. Dataran Tinggi Dieng merupakan tujuan wisata nomor dua di Jawa Tengah setelah Borobudur. Daerah wisata ini mampu menarik perhatian wisatawan bukan hanya dari dalam negeri tapi juga sampai keluar negeri. Yang menyebabkan Dataran Tinggi Dieng ini terkenal karena keunikannya yang merupakan tempat pertemuan antara keajaiban, keindahan alam dan hasil seni budaya nenek moyang . adapun keunikan alam yang ada di Dieng seperti Telaga Warna dan Pengilon, telaga Cebong , Bukit Sikunir dengan Sun Risenya dan diwilayah Banjarnegara seperti Balekambang, Merdada, Swiwi, Dringo, Nila, Sumur Jalatunda, Goa Jimat, Gangsiran Aswatama, Sumber Air Panas Bitingan, Musium Purbakala, Kawah (Sileri, Candradimuka, Sikumbang, Sikidang), banyak candi-candi hindu (Gatut Kaca, Bima, Dwarawati), komplek candi Pendawa lima (Arjuna, Srikandi, Semar, Sembadra, dan Puntadewa), bahkan banyak yang akhirnya hilang karena dimanfaatkan oleh penduduk yang tidak memahami nilai sejarah atau tidak adanya perhatian dari pemerintah. Dieng juga merupakan tempat pendidikan agama hindu tertua di Indonesia. Selain itu Dataran Tinggi Dieng mempunyai potensi yang bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak berupa pusat listrik tenaga panas bumi, dan masih ada lokasi wisata terkenal dan terletak di daerah Kabupaten Wonosobo yang mendukung daya tarik Dataran Tinggi Dieng-seperti Telaga Warna dan Pengilon, Telaga Cebong/sembungan, Mata Air Bimalukar. Begitu banyak peninggalan benda-benda cagar budaya di Kawasan dataran tinggi Dieng, sehingga masih banyak yang belum dikelola/dimanfaatkan secara maksimal. Masih ada yang tercecer dimana-mana, ada yang masih terpendam apabila tidak segera dilakukan tindakan penyelamatan. Benda-benda tersebut akan rusak bahkan mungkin bisa hilang. Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain penelitian dan pendataan (database) serta penyelamatan benda-benda cagar budaya (Arkeologi). Disamping benda-benda cagar budaya tersebut di Dieng juga tersimpan banyak cerita-cerita rakyat yang menceritakan tentang berdirinya Dieng, cerita-cerita tentang benda-benda cagar budaya (Antropologi). Hal ini juga perlu dilakukan pendataan dan Pembukuan sehingga ceritanya tidak putus pada Orang tua saja.Namun bisa meregenerasi ke Generasi muda. Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya.Antropologi adalah istilah kata bahasa Yunani yang berasal dari kata Anthropos dan Logos. Anthropos berarti manusia dan Logos memiliki arti cerita atau kata. Objek dari antropologi adalah manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan perilakunya.Ilmu pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri. Arkeologi, berasal dari bahasa Yunani, Archaeo yang berarti "kuna" dan Logos, "ilmu".Nama alternatif arkeologi adalah ilmu sejarah kebudayaan material.Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan.Kajian sistematis meliputi penemuan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi data berupa artefak (budaya bendawi, seperti kapak batu dan bangunan candi) dan ekofak (benda lingkungan, seperti batuan, rupa muka bumi, dan fosil) maupun fitur (artefaktual yang tidak dapat dilepaskan dari tempatnya (situs arkeologi). Tujuan arkeologi beragam menyusun sejarah kebudayaan, memahami perilaku manusia, serta mengerti proses perubahan budaya. Karena bertujuan untuk memahami budaya manusia, maka ilmu ini termasuk ke dalam kelompok ilmu humaniora. Meskipun demikian, terdapat berbagai ilmu bantu yang digunakan, antara lain sejarah, antropologi, menjadi acuan relatif umur suatu temuan arkeologis), geografi, arsitektur. Secara khusus, arkeologi mempelajari budaya masa silam, yang sudah berusia tua, baik pada masa prasejarah (sebelum dikenal tulisan), maupun pada masa sejarah (ketika terdapat bukti-bukti tertulis).Karena bergantung pada benda-benda peninggalan masa lalu, maka arkeologi sangat membutuhkan kelestarian benda-benda tersebut sebagai sumber data. Penelitian di bidang Antropologi dan Arkeologi selama ini hanya dilakukan oleh para Ahli dan Akademisi saja belum banyak yang melibatkan masyarakat, masyarakat hanya dijadikan Obyek penelitian, dengan Era Sekarang ini menurut Undang Undang No 11 tahun 2010 tentang Pelestarian benda-benda cagar budaya masyarakat mempunyai peranan penting dalam rangka melestarikan,memelihara benda-benda peninggalan termasuknya didalamnya mengadakan penelitian dan Pengkajian Publik. Penelitian ini juga bertujuan untuk memahami hubungan masyarakat kawasan dataran tinggi Dieng dan kawasan benda cagar budaya Dieng serta isu-isu penting terkait dengan pengelolaan.Penelitian dalam rangka mengimplemtasikan paradigma pengelolaan cagar budaya (arkeologi).Sedangkan fungsi para pakar/ahli arkeologi sebagai pendamping membantu dalam mempresentasikan hasil penelitian. 2. Dasar Hukum Undang-undang Dasar 1945 hasil amandemen; Undang Undang Dasar 1945 Pasal 32 dan 33; dengan paradigma baru yaitu Orientasi Benda Cagar Budaya dan Sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat; Undang-undang No.5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya; Undang-undang No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; Peraturan pemerintah RI No 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Daerah dan Propinsi sebagai Daerah Otonomi; Peraturan Pemerintah RI No 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 12 tahun 1994 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan; Peraturan Daerah Propinsi Daerah I Jawa Tengah No 1 tahun 1990 tentang pengelolaan lingkungan hidup tingkat I Jawa Tengah C. PERMASALAHAN 1. Pembagian wilayah situs berada di dua Kabupaten ( Wonosobo dan Banjarnegara) 2. Dengan meningkatnya wisatawan ke Dieng memacu pengembangan program pariwisata akan bertemu dengan program konservasi situs purbakala, 3. Banyak benda-benda cagar budaya yang tercecer dimana-mana belum dikelola secara maksimal. 4. Pemanfaatan Benda Cagar Budaya yang Kurang berorientasi pada Pelestarian 5. Belum Optimalnya kinerja Program Pelestarian 6. Belum Meratanya Kepedulian dan Peran serta Masyarakat terhadap Pelestarian Benda-benda Cagar Budaya. 7. Keterbatasan Anggaran Program Pelestarian Benda-benda Cagar Budaya. D. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan diadakan Kegiatan Penelitian dan Pengkajian Arkeologi Publik (Antropologi dan Arkeologi) tentang benda-benda cagar budaya dan cerita rakyat kawasan dataran tinggi Dieng adalah sebagai berikut ; 1. Melestarikan benda-benda cagar budaya dikawasan dataran tinggi Dieng. 2. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian dan pemeliharaan Benda-benda cagar budaya. 3. Mengimplementasikan paradigma baru arkeologi bersama masyarakat (berbagi tugas dan fungsi) dalam rangka menyelamatkan dan memelihara benda-benda cagar budaya. 4. Sinerginya antara pemerintah, arkeolog dan masyarakat dalam melestarikan benda cagar budaya. 5. Inventarisasi benda-benda cagar budaya di kawasan dataran tinggi Dieng E. OUT PUT YANG DIHARAPKAN 1. Terlaksananya Penelitian dan Kajian Arkeologi di Bukit Reca Gede dan Bukit Pangonan untuk mengungkap peninggalan sejarah yang terpendam; 2. Terwujudnya peranserta masyarakat terhadap pentingnya pelestarian cagar budaya dan lingkungan untuk kelangsungan hidup masyarakat dieng pada umumnya; 3. Inventarisasi Benda-benda Cagar Budaya; 4. Mapping dan Koordinat ( Pemetaan dan Penentuan titik koordinat Lokasi Benda Cagar Budaya); 5. Terbangunnya Sebuah Museum Kerakyatan; 6. Tersedianya solusi ekonomi untuk masyarakat melalui pelestarian lingkungan dari aspek wisata; 7. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan; 8. Terwujudnya kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan; 9. Terwujudnya sikap kepemimpinan dan kepeloporan masyarakat; 10. Terwujudnya masyarakat yang memiliki sikap dan tindakan melindungi dan melestarikan lingkungan dan budaya; 11. Terjaminnya kepentingan generasi sekarang dan generasi masa depan; 12. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana. F. METODE PENELITIAN 1. Observasi (Pengamatan) Pengumpulan data lansekap (alam,budaya,arkeologi), Penelusuran yang dilakukan bersama dengan beberapa orang yang mengetahui apa yang kita tanyakan. Misal aparat desa,tokoh masyarakat, para pelaku pariwissata, penjaga/pemelihara museum tokoh pemuda, Petani pemilik lahan yang ada situsnya. Hasil penelusuran itu dicatat, digambar dan dipetakan. 2. Wawancara. Pengumpulan data melalui wawancara /dialog langsung dengan nara sumber (contoh orang-orang tersebut diatas) Pertanyaan memungkin untuk dikembangakan tidak mengacu pada lembar pertanyaan yang telah disediakan atau terpaku pada Interview guide saja tapi bisa dikembangkan mengikuti nara sumber selama masih dalam topic penelitian. 3. Kajian Referensi Penelitian dilakukan juga dengan referensi-referensi Buku tentang sejarah Dieng ( Serat Pareden Dieng) 4. Kajian tindak lanjut Pengamatan Ke Obyek Setelah melakukan wawancara ke nara sumber pengamatan selanjutnya adalah mengamati obyek-obyek penelitian (Bila memungkinkan melakukan penggalian terhadap benda-benda yang masih terpendam, Pendataan benda-benda cagar budaya.Penelitian etnoarkeologi masih kabur dan rancu dengan pengertian etnografi, sehingga sasaran penelitian pada data etnografis tanpa ada analogi dengan tinggalan arkeologis, seperti penelitian etnoarkeologi pada umumnya. 5. Evaluasi Hasil Penelitian . Sebagian besar penelitian tidak mencapai sasaran kesinambungan dengan kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya.Sehingga tidak ada kemajuan antara penelitian yang satu dengan penelitian berikutnya.Sehingga setiap penelitian perlu upaya tindak lanjut yang berkesinambungan. Dari proses pengamatan sampai pada akhir kegiatan. 6. Mapping dan Positioning Setelah Pendataan Benda-benda Cagar budaya perlu langkah tindak lanjut dengan melakuakan pembuatan Peta dan titik Koordinat/Penentuan titik Posisi Lokasi Benda-benda Cagar Budaya G. LOKASI KEGIATAN 1. Bukit Reca Gede Bukit Reca adalah sebuah bukit yang terletak disebelah barat komplek Candi Arjuna pada titik koordinat garis lintang selatan 7.12.223, sampai 7.12.336 dan bujur timur 109.54.069 sampai 109.54.124. pada ketinggian 2110 m Dpl, bukit reca gede merupakan lahan pertanian dan banyak tercecer reruntuhan batu Candi dan arca peninggalan jaman kuno. Menurut para pemilik lahan di Bukit Reca Gede disamping banyaknya batu reruntuhan Candi terdapat 7 sumur. Keberadaan bukit reca gede perlu tindakan penelitian lebih lanjut, dimana begitu banyak peninggalan benda cagar budaya berupa reruntuhan batu candi, arca dan sumur-sumur tua, bahkan menurut Bisro didalam sumur terdapat lorong-lorong menuju sebuah ruangan yang sangat luas didalam. Reruntuhan candi ini belum bisa diidentifikasi bekas dari candi apa karena belum pernah dilakukan penelitian dibukit reca Gede. Menurut dari pendapat dari beberapa ahli arkeologi ( jajang agus sonjaya) peneliti dari UGM Yogyakarta bahwa bukit Reca Gede merupakan sebuah taman Kepatihan dan ada sebuah bangunan candi besar ditengah-tengah taman tersebut. Sedangkan untuk sumur-sumur belum bisa dipastikan karena sumur tersebut menuju ke sebuah ruangan bawah tanah. Menurut pemilik lahan dibukit reca gede pada tahun 2009 pernah jatuh di salah satu lubang sumur dan keluar lagi lewat sumur yang lainnya.Dan didalamnya ruangan yang luas dan gelap. 2. Bukit Pangonan Bukit Pangonan adalah Bukit yang terletak di sebelah Selatan Komplek Candi Arjuna pada titik koordinat Garis lintang selatan 7.12,417 sampai 7.12,639 dan bujur timur 109.53,866 sampai 109.54,226, pada ketinggian 2.196 m dpl, dan merupakan kawasan hutan lindung, disini banyak terdapat bangunan candi yang belum terungkap. Disebut Pangonan dalam bahasa jawa panggonan atau tempat.Sehingga warga menyebut pangonan karena disini merupakan tempat yang mempunyai nilai history yang sangat luar biasa.Ditemukan candi ini pada tahun 2012 Oleh seorang Petani yang bernama Bejo dan ditemani oleh Turno Dan pernah dipublikasikan, sehingga banyak pengunjung yang penasaran ingin melihat candi bentuk candi ini. Menurut salah satu ahli arkeologi dari UGM (Jajang Agus Sonjaya) menyatakan bahwa candi ini meski bentuknya kecil merupakan tempat tertinggi mencapai nirwana atau sarana mencapai mukti, Pengamatan kami menggunakan GPS dalam pemetaan lokasi menggambarkan bahwa kawasan Dieng merupakan Peradaban Hindu, dibuktikan dengan bangunan candi dan banyak ditemukannya arca serta peninggalan kuno lain yang memiliki nilai history yang luar biasa. Ditemukan tatanan batu yang mirip dengan bangunan candi yang runtuh, ditemukan oleh bejo melalui meditasi dan berangkat ke bukit pangonan pada pukul 12 malam dan berhenti sesuai dengan petunjuk yang dia dapatkan untuk istirahat, setelah dilakukan penggalian tanah muncul bangunan tersebut.Pagar pembatas candi yang tertata rapi membentuk bentangan dengan panjang sekitar 8 m dengan kedalaman yang belum diketahui, menurut Petani yang menemukan bangunan ini merupakan dinding yang membentang disekeliling bangunan yang mirip candi dan baru dapat ditemukan sekitar 8 m. Gambar kegiatan di Bukit Pangonan H. RENCANA STRATEGI KEGIATAN Penjelasan Singkat Pelestarian benda cagar budaya melalui kegiatan Penelitian dan kajian arkeologi publik TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS Melestarikan benda-benda cagar budaya dikawasan dataran tinggi Dieng. Mengimplementasikan paradigma baru arkeologi bersama masyarakat dalam rangka menyelamatkan dan memelihara benda-benda cagar budaya. Sinerginya antara pemerintah, arkeolog dan masyarakat dalam melestarikan benda cagar budaya. Inventarisasi benda cagar budaya di kawasan Dieng Indikator Terjalinya kerja sama Yayasan Taman Syailendra dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah membangun sistem penelitian dan kajian arkeologi di Dataran Dieng. Adanya integritas multi sektoral dalam pelaksanaanya; Terbangunnya Musium kerakyatan yang menyuguhkan hasil pengamatan dan penelitian yang dikemas secara apik Adanya sistem yang terarah dan terintegrasi. Adanya kesadaran petani dan masyarakat sekitar terhadap benda cagar budaya. Adanya kegiatan yang dilaksanakan di Bukit Reca Gedhe dan Pangonan Terwujudnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya bukti sejarah peradaban Dieng Adanya pola agroforestry yang sesuai dengan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial di kawasan Dieng Target 2015-2016 - 2016-2018 2015-2018 2015-2016 2015-2017 2016-2018 2017-2018 Hasil Asumsi Terwujudnya kerjasama antara Yayasan Taman Syailendra dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah secara berkelanjutan. Terlaksananya Penelitian dan Kajian Arkeologi di Bukit Reca Gede dan Bukit Pangonan untuk mengungkap peninggalan sejarah yang terpendam Pengamatan oleh Tim. Benda cagar budaya yang mempunyai nilai sejarah Infentarisir benda cagar budaya. Catatan kegiatan penelitian dan pengamatan. Terwujudnya kerjasama dengan dinas dan Instansi Terkait dalam rangka Pelestarian Cagar Budaya. Adanya peranserta masyarakat sekitar kawasan mendukung kegiatan ini Dokumentasi kegiatan dan Perencanaan berbasis Masyarakat sekitar. Perubahan pada pola pertanian lebih bijaksana dalam menjaga kelestarian alam. Adanya kesepakatan dengan Dinas terkait untuk Penelitian yang berkelanjutan. Dukungan dana selama kegiatan berlangsung. Adanya langkah nyata melalui kegiatan penggalian dan penelitian lanjutan. I. PENUTUP Demikian Proposal Rencana Kerjasama Kegiatan Penelitian dan Kajian Arkeologi Di bukit Reca Gede dan Bukit Pangonan bersama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam rangka Penyelamatan peninggalan sejarah yang bernilai untuk mengungkap sejarah dan peradaban Dieng. Dalam menyusun proposal ini tentunya masih banyak kekurangan baik segi bahasa atau standar proposal untuk kegiatan penelitian. Sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran. Akhirnya melalui rencana penyusunan proposal ini kami mengharap dukungan dan peran serta dari Badan Arkeologi Nasional untuk membantu terwujudnya harapan kami dan terwujudnya pengembangan wisata dieng menjadi lebih menarik dan lebih dinikmati sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat kawasan dieng secara umum. Semoga apa yang kami rencanakan dapat menggugah hati kita untuk terlibat dan peduli terhadap permasalahan lingkungan, budaya dan ekonomi secara seimbang. Dan mudah-mudahan realisasi dari program ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan kerja sama dapat terjalin selama-lamanya untuk kehidupan sekarang dan masa depan. Dieng, 18 Mei 2015 Yayasan Taman Syailendra Ketua