Penistaan Al-Aqsha dan Standar Ganda AS

advertisement
Penistaan Al-Aqsha dan Standar Ganda AS
Written by Admin
Senin, 03 Juni 2013
Kemuliaan Al-Aqsha
Pada bulan Rajab ini Allah SWT memperjalankan hamba-Nya, Rasulullah Muhammad saw
dari masjidilharam menuju Masjid Al-Aqsha dan dilanjutkan menuju ke langit tujuh menghadap
keharibaan-Nya. “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam
dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.
(QS. Al-Israa’: 1).
Siapapun memahami bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah Saw. tidak bisa dipisahkan dari
keagungan Masjid Al-Aqsha. Sebagai tempat persinggahan dalam peristiwa mulia tersebut,
Al-Aqsha tentu memiliki keutamaan tersendiri. Persinggahan Rasulullah Saw. di Masjid
Al-Aqsha bukan kebetulan. Jika saja Al-Aqsha tidak menjadi tempat khusus yang dituju, maka
perjalanan bersejarah tersebut bisa dilakukan dari Mekkah langsung menuju ke langit.
Persinggahan Rasulullah di Masjid Al-Aqsa menyimpan keutamaan dan isyarat tersendiri.
Ada keterkaitan sangat erat antara tempat permulaaan Isra’ dengan tempat berakhirnya.
Keterkaitan antara MasjidilHaram dan Masjid Al-Aqsa mengisyaratkan tentang kesucian kedua
masjid tersebut. Tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Siapa yang memuliakan Masjidil haram,
ia juga harus memuliakan “saudara kandung”nya yang lebih muda empat puluh tahun
sebagaimana penjelasan Rasulullah Saw. ketika ditanya oleh Sahabat Abu Dzar bahwa jarak
pendirian antara kedua masjid mulia tersebut adalah selama empat puluh tahun.
1/5
Penistaan Al-Aqsha dan Standar Ganda AS
Written by Admin
Senin, 03 Juni 2013
Sepanjang sejarah, Al-Aqsha menjadi simbol kemuliaan Umat Islam. Sejarawan Muslim Ibnu
Hisyam, menuturkan bahwa Masjid Al-Aqsa dibangun sejak zaman manusia pertama, Adam
As. Kemudian diperbaharui oleh bapak para nabi, Ibrahim As.dan selanjutnya oleh Nabi
Sulaiman As. Dalam konteks pembahasan peristiwa Isra’, Allah SWT dalam ayat pertama surat
Al-israa’ menggambarkan Al-Aqsha dengan keberkahan yang ada di sekelilingnya. Jika
sekeliling Masjid Al-Aqsha diberkahi, bagaimana dengan Masjidnya?
Kaum Muslimin shalat menghadap ke Masjid Al-Aqsha sejak diwajibkannya shalat pada
malam Isra’ dan Mi’raj Rasulullah saw pada tahun kesepuluh kenabian, tepatnya tiga tahun
sebelum peristiwa hijrah Rasulullah saw. Adapun perintah menghadap Masjidil Haram dalam
shalat baru datang enam belas bulan setelah Rasulullah melakukan hijrah, ketika turun firman
Alah SWT: “Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil
Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya”.
(Al-Baqarah: 150). Sampai saat ini, di kota Madinah terdapat peninggalan sejarah yang
membuktikan peristiwa perpindahan kiblat ini yaitu Masjid Kiblatain. Di tempat ini, Rasul saw
dan para Sahabat melakukan satu shalat dengan menghadap dua kiblat, ke Masjid Al-Aqsha
dan Masjidilharam.
Betapa tinggi posisi Masjid Al-Aqsha sebagai simbol kemuliaan Islam. Rasulullah saw dalam
hadits yang disepakati kesahihannya bersabda: “Tidak ditekankan bepergian kecuali kepada
tiga Masjid: Masjidilharam, Masjid Al-Aqsa dan Masjid Nabawi”.
(HR. Bukhari-Muslim).
Sungguh mendatangi Masjid Al-Aqsa bisa memberikan spirit bagi seorang Muslim untuk bisa
memahami dan meresapi kondisi Al-Aqsa dan tempat di sekelilingnya, Al-Quds dan Palestina,
termasuk kondisi Kaum Muslimin yang berada di sana tentunya. Namunpun tidak
mendatanginya secara langsung, perintah Rasulullah saw dalam hadits tersebut sepatutnya
membuat Muslim bertanya-tanya, dan mencari tahu ada apa gerangan dengan Masjid Al-Aqsa
2/5
Penistaan Al-Aqsha dan Standar Ganda AS
Written by Admin
Senin, 03 Juni 2013
dan tempat di sekelilingnya. Dengan sikap ini, ia akan mengetahui apa yang terjadi dengan
Masjid Al-Aqsha, terutama dalam konteks kekinian, dan bagaimana sikap yang diwakili oleh
Negara Adidaya, Amerika. Tulisan ini akan sedikit mengulas data penistaan Yahudi terhadap
Al-Aqsha dan standar ganda yang diterapkan AS dalam menyikapi konflik antara Israel dan
Muslimin di Palestina.
Penistaan Al-Aqsha dan Sikap AS
Saat ini Al-Aqsha dalam bahaya.Penodaan dan penistaan yang dilakukan Israel terhadap
Masjid Al-Aqsha sudah berlangsung sejak lama. Semua itu untuk tujuan merobohkan dan
menghancukan Masjid mulia tersebut sebagai kiblat pertama kaum Muslimin. Pada tahun 1969,
terjadi kerusakan parah, disebabkan Yahudi menggencarkan pembakaran terhadap masjid
Al-Aqsha. Sedangkan hingga saat ini, penggalian terowongan terus berlanjut di bawah dan
sekitar Masjid. Sampai dengan agustus 2012 penggalian terowongan mencapai 47 pos. Mereka
juga menodai masjid suci Al-Aqsha dengan cara mendirikantempat-tempat hiburan seperti cafe,
bar dan lainnya tepat di depan masjidtersebut. Dan masih banyak lagi sederetan peristiwa
penistaan yang mereka lakukan.
Bagaimana sikap AS terhadap penistaan Al-Aqsha yang dilakukan Israel? Data dan fakta
menjelaskan bahwa AS tidak hanya bersikap acuh tak acuh terhadap penistaan tersebut, lebih
dari itu, begitu terlihat keberpihakan AS terhadap Yahudi untuk mengokohkan eksistensi
mereka di Bumi Palestina.
Jika dilakukan perbandingan dengan sikap AS terhadap salah satu simbol sakral
keberagaman Yahudi, maka bisa dipahami keberpihakan AS terhadap mereka berdasar kepada
standar ganda dalam menyikapi konflik ini.
Bandingkan sikapnya terhadap salah satu peristiwa bersejarah Yahudi, Holocaust misalnya.
3/5
Penistaan Al-Aqsha dan Standar Ganda AS
Written by Admin
Senin, 03 Juni 2013
Holocaust sebagai simbol sakral ideologi Yahudi didefinisikan sebagai peristiwa penganiayaan
dan pemusnahan (genosida) orang Eropa keturunan Yahudi secara sistematis yang disponsori
negara Jerman Nazi dan sekutunya dibawah pimpinan Adolf Hitler yang meletus pada tahun
1933-1945, yang menyebabkan tewasnya sekitar enam juta orang Yahudi dalam peristiwa
tersebut.
Peristiwa holocaust hanya sebagai klaim Israel untuk memuluskan rencana besar mereka
mendirikan Negara Israel di Palestina, dan selanjutnya menguasai kawasan Timur Tengah.
Banyak pihak yang meragukan dan menyatakan bahwa holocaust hanya mitos belaka.
Ada yang meragukan, benarkah Hitler pernah memerintahkan pembantaian massal terhadap
orang-orang Yahudi? Karena untuk membunuh massal sebanyak enam juta orang
membutuhkan dana yang sangat besar, sementara ketika itu Nazi Jerman sedang menghadapi
perang yang membutuhkan biaya sangat besar. Selanjutnya, mengapa Hitler membantai
orang-orang Yahudi secara besar-besaran ketika itu? Apakah Yahudi dianggap menjadi
ancaman besar bagi eksistensi Nazi Jerman? Padahal saat itu Yahudi tidak mempunyai Negara
dan militer. Dan masih banyak lagi sederetanpertanyaan yang menggantungdi balik mitos
holocaust Yahudiini.
Namun demikian, AS mengeluarkan UU Gitto untuk mengokohkan holocaust. Bahwa siapa
yang menolak peristiwa tragedi holocaust, maka ia akan dianggap anti-Yahudi (anti-Semit) dan
akan diganjar hukuman penjara dan denda.
Mungkin UU Gitto bisa disebut sebagai representasi UU penistaan yang dikeluarkan AS,
tetapi UU penistaan itu hanya untuk melindungi simbol sakral Yahudi, tidak dengan Al-Aqsha.
Itulah standar ganda Amerika. Selain tentunya mengisyaratkan betapa besar pengaruh lobi
Yahudi di sana.
Diantara ilmuan yang menjadi korban diberlakukannya UU Gitto adalah Robert Forison.
Robert Forison menyatakan, “Sampai sekarang, mereka tidak bisa menjawab argumentasi
penolakan kita atas kebenaran tragedi Holocaust, justru mereka menyerang kita dengan
menyeret kita ke pengadilan, menindak dan menyiksa.” Forison dipecat dari mengajar di
Universitas Lion pada 1978 akibat mempertanyakan kebenaran holocaust. Ilmuan lain, Profesor
Roger Garudy sempat menolak kisah Holocaust, sehingga ia diseret ke pengadilan dan dijatuhi
hukuman.
4/5
Penistaan Al-Aqsha dan Standar Ganda AS
Written by Admin
Senin, 03 Juni 2013
Seorang peneliti asal Australia, Fredick Toban, dihukum enam bulan penjara karena menolak
peristiwa holocaust. Menurutnya, “Di Eropa, setiap orang bisa menghujat Yesus dan Maryam
yang suci, namun tidak dapat mengkritik Yahudi dan holocaust.”
Penyikapan AS terkait penistaan terhadap simbol kemuliaan Umat Islam merupakan satu sisi
dari seluruh penyikapan terhadap konflik Palestina-Israel. Penyikapan yang berdasar standar
ganda AS. Namun, Al-Aqsha sebagai simbol kemuliaan bagi seluruh Umat Islam dimanapun
mereka berada, menjadi simbol yang bisa menyatukan logika dan gerak mereka. Lintas tempat,
waktu dan madzhab. Selama mereka masih sebagai muslim. Wallahu a’lam.
Ahmad Yani MA.
Dept Dakwah PP IKADI
5/5
Download