makna dukungan sosial bagi gay program studi

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
MAKNA DUKUNGAN SOSIAL BAGI GAY
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Reza
NIM: 119114147
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Siapa yang berhak membuat definisi dan mengklaim diri sebagai yang
paling 'beradab'? Si pemilik pengalaman itulah yang paling berhak atas
definisi dan teori tentang diri dan kehidupannya.
- Maria Hartiningsih
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Kepada mereka yang tersingkirkan
Dan
Mereka yang mau belajar untuk menerima perbedaan
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Juni 2016
Peneliti,
Reza
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
MAKNA DUKUNGAN SOSIAL BAGI GAY
Reza
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman gay saat menerima dukungan
sosial dan makna yang dikonstruksi atas dukungan tersebut. Hasil penelitian diharapkan dapat
menjadi dasar untuk melakukan interaksi yang lebih memanusiakan kelompok gay. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan interpretative phenomenological analysis (IPA).
Tiga laki-laki gay yang telah mengungkap orientasi seksual mereka sekurang-kurangnya pada orang
terdekat dan menerima dukungan dari orang-orang tersebut dipilih untuk menjadi informan
penelitian ini. Data dikumpulkan dengan metode wawancara semi-terstruktur dan dianalisis dengan
metode IPA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga informan dalam penelitian ini memaknai
dukungan yang diterima sebagai bentuk penghargaan atas kehidupan pribadi, cermin untuk
berefleksi, pemacu agar selalu bergerak maju dalam hidup, dan penyemangat hidup. Makna yang
dikonstruksi membuat para informan menyadari bahwa ada koneksi dan pola tertentu dalam hidup
mereka yang membuat mereka dapat mengembangkan perilaku adaptif. Makna yang dikonstruksi
juga membuat para informan merasa berani untuk mengungkap orientasi seksual mereka kepada
orang lain dan merasa nyaman setelahnya.
Kata kunci: makna, dukungan sosial, gay, mengungkap orientasi seksual.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE MEANINGS OF SOCIAL SUPPORT CONSTRUCTED BY GAY
MEN
Reza
ABSTRACT
This study aimed to explore the experiences of receiving social support and the meaning
constructed on it by gay men. The results were expected to be used as a basis of more humane
interactions between gay men and people around them. This study was a qualitative study which
used interpretative phenomenological analysis (IPA) as its approach. Three gay men who have
disclosed their sexual orientation and received social support were chosen as informants in this
study. The data was gathered by semi-structured interviews and analysed by a method called IPA.
The results showed that the informants constructed some meanings from the experiences of receiving
social support, they were a form of respect of others’ privacy, a way to reflect, a way to make them
keep moving forward in life, and something that cheered them up. The meanings the informants
constructed on the experiences made them realized that there were some connections and patterns
in their lives that led them to develop adaptive behaviors. The meaning they constructed also
encouraged them to disclose their sexual orientation that led them to feel better after disclosing their
sexual orientation.
Keywords: meanings, social support, gay, disclosing sexual orientation.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama
: Reza
Nomor Mahasiswa
: 119114147
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Makna Dukungan Sosial Bagi Gay
supaya digunakan untuk kepentingan akademis.
Dengan demikian, saya berikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Yogyakarta
Pada tanggal : 21 Juni 2016
Yang menyatakan,
Reza
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Manusia lahir ke dunia dengan segala persamaan dan perbedaannya.
Persamaan membuat seseorang merasa memiliki teman, perbedaan—pada titik
tertentu—membuat seseorang merasa tidak nyaman sehingga ia merasa tidak perlu
memperlakukan orang yang berbeda tersebut dengan baik. Ketidaknyamanan yang
dirasakan seseorang atas perbedaan yang berujung pada perbuatan tidak
menyenangkan pada orang lain inilah yang memantik ketertarikan peneliti dalam
memulai penelitian ini. Harapannya, apa yang disampaikan oleh target perbuatan
tidak menyenangkan tersebut dapat membawa kesadaran pada pelaku bahwa semua
orang ingin diperlakukan sama, diperlakukan sebagai seorang manusia.
Banyak pihak yang telah terlibat dalam penelitian ini. Tanpa mereka,
penelitian yang dilakukan oleh peneliti pemula ini tak akan sampai pada titik ini,
titik di mana peneliti dapat mengucap “ah, akhirnya selesai”. Oleh karena semua
bantuan yang telah diberikan, peneliti ingin mengucap syukur dan berterima kasih
kepada:
1.
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah menjadi tempat
peneliti mencuri sedikit ilmu tentang psikologi selama 5 tahun.
2.
Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi USD
karena telah menemani 5 tahun perjalanan studi peneliti.
3.
Kepala Program Studi Psikologi yang menjabat selama peneliti menimba
ilmu, Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si. dan Bapak P. Eddy Suhartanto, M. Si.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
karena telah mengizinkan peneliti untuk meninggalkan bangku perkuliahan
di program studi ini.
4.
Bapak C. Wijoyo Adinugroho, M. Psi. selaku Dosen Pembimbing Akademik
peneliti.
5.
Bapak Dr. Y. B. Cahya Widiyanto, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang selalu berusaha membuat suasana bimbingan tidak terlalu kaku.
6.
Dosen-dosen lain, staf administrasi, dan staf laboratorium di Fakultas
Psikologi
USD
yang telah membantu
peneliti
selama berkuliah,
berorganisasi, atau sekadar bercengkerama ringan. Terima kasih karena telah
membantu peneliti untuk sampai pada titik ini.
7.
Kedua orang tuaku, Tan Hwa Nam dan Lusia Ei yang berada di seberang
lautan, yang tidak henti-hentinya menanyakan “kapan skripsinya selesai?”,
bukan karena malu jika anaknya kuliah berlama-lama, namun karena ingin
mendukung, dan tentunya khawatir apakah anaknya dapat menyelesaikan
studi atau tidak. I love you both, walaupun peneliti belum pernah
mengucapkan kata-kata tersebut secara langsung kepada mereka.
8.
Kakak dan adik-adik peneliti, Topan, Jesica, Gita, dan Mikelin yang setia
menjadi teman bersenang-senang, bertengkar—seringnya dimarahi, terutama
oleh kakak peneliti—dan aktivitas lainnya yang pernah kita lakukan bersama.
Thank you guys for being my brother and sisters.
9.
Tama, Gerson, Nina, Rhintan, Rona, dan Bu Polwan Putri yang dari awal
perkuliahan sampai saat ini masih bersedia berteman dengan peneliti.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
10.
Teman-teman sebimbingan, Mbak Tirza, Olga, Ruth, Acil, Bene, Thea, Mas
Efrem, Mas Rio, Mas Damar, Mbak Ros, Kunto, Clara, Beatriks, dan temanteman sebimbingan angkatan 2012, terima kasih karena telah mendukung
peneliti selama kita berproses bersama.
11.
Teman-teman angkatan 2011 Fakultas Psikologi USD, baik yang pernah
sekelas, seorganisasi, atau se-kepanitiaan.
12.
Sahabat-sahabat di OFT! Ghina, Sylvan, Dennis, Ando, Irest, Derry, Chindy,
Shinta, Febby, Yosia, dan Bram yang telah menjadi teman dalam beberapa
perjalanan selama berada di Yogyakarta, yang menjadi teman mengobrol
saru, yang menjadi teman tidur sarden, terima kasih. I just love the moments
I have spent with you guys, they were priceless. Kapan nge-trip lagi?
13.
Teman-teman dari fakultas lain, baik yang pernah seorganisasi, sekepanitiaan, atau bertemu di kegiatan luar kampus yang telah membuat
peneliti berpikir “oh, I can make some friends”.
14.
Teman-teman Staf Pendaftaran dan Promosi USD angkatan 2013, 2014, dan
2015 yang telah memberi pengalaman berkesan selama bertugas di kampus
maupun di lapangan.
15.
Teman-teman angkatan 2012 dan 2013 di Radio Masdha FM yang membuat
2 tahun di situ terasa menyenangkan.
16.
Herlina, sesosok manusia yang baik dan sekaligus menyebalkan, tetapi sangat
membantu dalam hidup peneliti. Jangan pernah berubah.
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
17.
Ketiga manusia berharga yang bersedia meluangkan sedikit waktunya dan
terbuka pada peneliti tentang diri mereka yang sebenarnya untuk menjadi
informan dalam penelitian ini. Terima kasih sebesar-besarnya.
18.
Kamu, kamu, kamu, iya, kamu.
19.
Para pembaca penelitian ini, semoga penelitian ini dapat memberi manfaat
bagi Anda. Terima kasih jika telah menyediakan sedikit waktu untuk
membaca penelitian ini.
20.
Dan yang terakhir, kepada semua orang yang tak bisa peneliti sebut satu
persatu dalam tulisan ini, baik teman KKN, teman kepanitiaan di dalam
maupun luar kampus, teman freelance di event-event luar kampus, dan lainlain. Terima kasih karena telah menjadi bagian dari cerita hidupku.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari kata
sempurna. Akan tetapi, hal itu bukan berarti sebuah keburukan, seperti kata seorang
karakter dalam sebuah komik,
“There is no such thing as perfect in this world. That may sound cliché, but
it is the truth. The average person admires perfection and seeks to obtain it.
But, what is the point of achieving perfection? There is none. Nothing. Not a
single thing. I loathe perfection! If something is perfect, then there is nothing
left. There is no room for imagination. No place left for a person to gain
additional knowledge or abilities. Do you know what that means? For
scientists such as ourselves, perfection only brings despair. It is our job to
create things more wonderful than anything before them, but never to obtain
perfection. A scientist must be a person who finds ecstasy while suffering from
that antimony.” – Kurotsuchi Mayuri dalam Bleach
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Oleh karena itu, peneliti terbuka dengan saran dan kritik terkait penelitian ini.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat.
Yogyakarta, 21 Juni 2016
Peneliti
Reza
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING............................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................. vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xv
DAFTAR SKEMA ......................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 9
1.
Manfaat Teoretis ......................................................................... 9
2.
Manfaat Praktis ........................................................................... 9
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 11
A. Homoseksualitas ................................................................................ 11
1.
Definisi Homoseksual ................................................................. 11
2.
Teori Penyebab Homoseksualitas ............................................... 12
3.
Perkembangan Identitas dan Penerimaan Diri Gay .................... 15
4.
Pengungkapan Identitas Gay ...................................................... 19
5.
Sikap Terhadap Gay.................................................................... 21
B. Dukungan Sosial ................................................................................ 23
1.
Definisi Dukungan Sosial ........................................................... 23
2.
Jenis-jenis Dukungan Sosial ....................................................... 25
3.
Peran Dukungan Sosial ............................................................... 26
4.
Perbedaan Budaya dalam Mencari dan Memberi Dukungan Sosial
.................................................................................................... 29
C. Dukungan Sosial Pada Gay................................................................ 31
D. Pengalaman dan Makna yang Dikonstruksi ....................................... 32
E. Pemaknaan Dukungan Sosial oleh Gay ............................................. 34
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 37
A. Jenis Penelitian................................................................................... 37
B. Pendekatan Penelitian ........................................................................ 37
C. Fokus Penelitian ................................................................................. 38
D. Informan Penelitian ............................................................................ 38
E. Instrumen Penelitian .......................................................................... 39
F. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 39
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
G. Metode Analisis Data ......................................................................... 40
H. Kualitas Penelitian ............................................................................. 42
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 44
A. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 44
B. Profil Informan................................................................................... 45
1.
Informan 1 (B) ............................................................................ 46
2.
Informan 2 (LN).......................................................................... 47
3.
Informan 3 (PRHR) .................................................................... 48
C. Analisis Data dan Hasil ...................................................................... 49
1.
Informan 1 (B) ............................................................................ 49
2.
Informan 2 (LN).......................................................................... 55
3.
Informan 3 (PRHR) .................................................................... 62
D. Pembahasan........................................................................................ 68
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 77
A. Kesimpulan ........................................................................................ 77
B. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 78
C. Saran .................................................................................................. 78
1.
Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................ 78
2.
Bagi Masyarakat Umum dan Orang Berlatarbelakang Keilmuan
Psikologi ..................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80
LAMPIRAN .................................................................................................... 87
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Peran dukungan sosial sebagai stress buffer .................................... 28
Skema 2. Alur berpikir ..................................................................................... 36
Skema 3. Dinamika psikologis yang terjadi ketika informan 1 menerima dukungan
sosial................................................................................................................. 54
Skema 4. Dinamika psikologis yang terjadi ketika informan 2 menerima dukungan
sosial................................................................................................................. 61
Skema 5. Dinamika psikologis yang terjadi ketika informan 3 menerima dukungan
sosial................................................................................................................. 67
Skema 6. Dinamika psikologis yang terjadi secara umum pada para informan saat
menerima dukungan sosial ............................................................................... 76
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed consent ......................................................................... 87
Lampiran 2. Daftar pertanyaan ........................................................................ 89
Lampiran 3. Transkrip wawancara dan contoh analisis ................................... 91
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Awal tahun 2016 menjadi saat yang kurang menyenangkan bagi kelompok
gay. Dimulai dari pernyataan Menristek Dikti, M. Nasir, yang melarang kelompok
gay untuk beraktivitas di lingkungan kampus1, hingga pada pernyataan Ikatan
Psikologi Klinis (IPK-HIMPSI) yang menganggap bahwa homoseksualitas
bertentangan dengan budaya bangsa dan berpotensi merusak tatanan kehidupan
bermasyarakat Indonesia. Pernyataan tersebut tersebar di berbagai media, baik
media daring2 maupun melalui pesan dalam grup media sosial di ponsel pintar.
Sebagai konsekuensi dari pernyataannya, M. Nasir mendapat berbagai
tanggapan dari netizen, terutama pengguna Twitter. Pada akhirnya, M. Nasir
berusaha mengklarifikasi pernyataannya dengan menuliskan pernyataan tambahan
melalui akun Twitter-nya. Hal serupa terjadi pada pernyataan IPK-HIMPSI terkait
sikap organisasi tersebut pada kelompok gay. Pengkategorian homoseksualitas
sebagai gangguan yang dapat dicegah dan disembuhkan mengundang perhatian The
British Psychological Society (BPS) dan American Psychiatric Association (APA).
Kedua organisasi tersebut meminta IPK-HIMPSI untuk mempertimbangkan
1
http://news.detik.com/berita/3125654/menristek-saya-larang-lgbt-di-semuakampus-itu-tak-sesuai-nilai-kesusilaan
2
http://www.sharia.co.id/2016/02/ikatan-psikologi-klinis-menilai-lgbt-perludipulihkan/
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kembali keputusannya dalam memasukkan homoseksualitas ke dalam daftar
gangguan yang dapat disembuhkan3.
Sikap negatif dan tindak diskriminatif pada kelompok gay dalam masyarakat
Indonesia sendiri sebenarnya sudah menjadi lagu lama. Survei yang dilakukan
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) misalnya, mengungkap bahwa 80,6% warga
Indonesia merasa tidak nyaman jika harus hidup berdampingan dengan kelompok
gay4. Angka yang diperoleh dari survei yang dilakukan pada tahun 2012 tersebut
mengalami peningkatan sebanyak 15,9% dari angka yang diperoleh dari survei
yang dilakukan pada tahun 2005 (LSI, 2012). Pew Research Center (2014)
menunjukkan angka yang bahkan lebih besar, yaitu 93% warga Indonesia menolak
keberadaan kelompok gay.
Kenapa kelompok gay ditolak keberadaannya? Hal ini berkaitan dengan
istilah kompleks bernama heteronormativitas. Secara sederhana, heteronormativitas
dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem yang menormalisasi perilaku dan
ekspektasi masyarakat berkaitan dengan asumsi bahwa semua individu adalah
heteroseksual5. Sistem ini menganggap bahwa laki-laki haruslah maskulin,
perempuan haruslah feminin, dan laki-laki serta perempuan saling tertarik satu
sama lain. Anggota kelompok gay yang tidak memenuhi ekspektasi tersebut karena
memiliki ketertarikan pada individu berjenis kelamin sama kemudian dianggap
3
http://www.bps.org.uk/news/bps-denouces-indonesian-classification-lgbtmental-illness; surat dari APA kepada IPK-HIMPSI dapat diunduh di:
http://psychiatry.org/File%20Library/Newsroom/APA-denounces-IPA-LGBTclassification.pdf
4
http://lsi.co.id/lsi/2012/10/22/meningkatnya-populasi-yang-tidak-nyamandengan-keberagaman-2/
5
http://everydayfeminism.com/2015/07/what-is-heteronormativity/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
abnormal. Hal tersebut kemudian berujung pada kelompok gay yang menerima
perlakuan berbeda dari orang-orang di sekitar mereka.
Ada berbagai faktor yang dapat memengaruhi sikap individu terhadap
kelompok gay. Beberapa faktor tersebut antara lain jenis kelamin, generasi
kelahiran, agama, tingkat pendidikan, dan status perkawinan (Adamczyk & Pitt,
2009). Temuan Adamczyk dan Pitt (2009) menunjukkan bahwa laki-laki, orang
yang menikah, orang dengan pendidikan yang rendah, dan orang yang beragama
tertentu menunjukkan sikap negatif kepada kelompok gay. Hasil survei Pew
Research Center (2014) khususnya menunjuk agama sebagai salah satu faktor
pembentuk sikap negatif pada kelompok gay. Menurut survei tersebut, warga di
negara yang menempatkan agama sebagai hal yang penting dalam hidupnya
menunjukkan sikap lebih negatif dibandingkan negara lain (Pew Research Center,
2014). Hal tersebut didukung oleh pernyataan Besen dan Zicklin (2007) bahwa
orang yang tingkat religiositasnya tinggi cenderung menutup diri terhadap
homoseksualitas.
Sikap negatif dan tindakan diskriminatif ini sangat beragam, ia dapat berupa
perilaku seperti mengolok-olok, menghina, memperlakukan kelompok gay dengan
tidak sopan (Mays & Cochran, 2001) hingga mengancam menggunakan senjata,
memukul, dan melakukan kekerasan seksual pada kelompok gay (lihat Ariyanto &
Triawan, 2008; D’Augelli & Grossman, 2001). Perlakuan diskriminatif tersebut
bukan tanpa akibat. Perlakuan diskriminatif yang diterima kelompok gay
berkorelasi dengan tingkat kesehatan mental yang buruk yang meliputi perasaan
bahwa hidup lebih sulit dijalani, harga diri yang lebih rendah, perasaan kesepian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
keinginan untuk bunuh diri, perasaan bersalah, hingga masalah seksual (D’Augelli
& Grossman, 2001; Mays & Cochran, 2001; Meyer, 1995). Pada kelompok lesbian,
perlakuan diskriminatif yang diterima berkorelasi dengan gejala posttraumatic
stress disorder (PTSD; Szymanski & Balsam, 2011).
Hingga titik ini, hasil penelitian yang dilakukan tentang dampak negatif sikap
negatif dan tindak diskriminatif pada kelompok gay tampaknya tidak melunakkan
hati masyarakat Indonesia. Kalaupun ada sekelompok orang atau organisasi yang
memiliki misi untuk mengadvokasi kelompok gay, biasanya mereka akan
menghadapi kesulitan dalam menjalankan misi tersebut. Sebagai contoh, pada awal
tahun 2016, Support Group and Resource Center on Sexuality Studies Universitas
Indonesia (SGRC-UI) yang menawarkan jasa konseling pada kelompok gay
menerima teror dan tuduhan sebagai komunitas LGBT6. Kasus-kasus lain terkait
kelompok gay yang mendapat perlakuan diskriminatif baik dari individu hingga
aparatus negara dapat dilihat dalam tulisan Ariyanto dan Triawan (2008).
Menjadi anggota dari kelompok minoritas yang terstigmatisasi membuat para
gay memiliki kemungkinan besar untuk mengalami stres kronis (Meyer, 1995).
Untuk menetralkan stres dan akibat-akibat lain yang ditimbulkan oleh sikap negatif,
stigma, dan tindak diskriminatif, dukungan sosial menjadi hal yang penting untuk
diberikan. Hal ini terbukti dari temuan Cochran, Sullivan, dan Mays (2003) yang
menunjukkan bahwa kelompok gay lebih sering menggunakan layanan kesehatan
mental, menemui dokter untuk mengeluh tentang keadaan emosional dan mental
6
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/22/o1c80r282-sgrc-uikami-bukan-komunitas-lgbt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
mereka, dan menghadiri pertemuan kelompok pemberdayaan diri (self-help)
dibandingkan dengan heteroseksual. Dalam konteks keluarga misalnya, kelompok
gay yang ditolak oleh orang tuanya akan berusaha untuk mencari dukungan dari
orang lain yang dapat menjadi figur orang tua bagi mereka (Nesmith, Burton, &
Cosgrove, 1999).
Dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai sebuah interaksi sosial atau
hubungan di mana individu menerima bantuan konkret atau interaksi yang
membuatnya merasa memiliki kelekatan dengan orang lain atau kelompok lain
yang dianggap memperhatikan dan mencintainya (Hobfoll & Stokes dalam
Goodwin, Cost, & Adonu, 2004). Dukungan sosial merupakan informasi yang
membuat individu merasa bahwa ia diperhatikan, dicintai, dihargai, dan menjadi
bagian dari sebuah jaringan yang memiliki tanggung jawab bersama (Cobb, 1976).
Dukungan ini bisa datang dari siapa saja, baik itu keluarga, pasangan, teman,
ataupun komunitas (Sarafino, 2008). Akan tetapi, penelitian Nesmith et al. (1999)
menunjukkan bahwa 77% dukungan yang diterima kelompok gay datang dari
orang-orang di luar keluarga.
Bagaimana dukungan sosial dapat membantu kelompok gay dalam
menghadapi kejadian-kejadian yang berpotensi menimbulkan stres dalam
hidupnya? Cohen dan Wills (1985) mengajukan dua konsep: dukungan sosial
sebagai main effect dan dukungan sosial sebagai stress buffer. Sebagai main effect,
dukungan sosial dianggap bermanfaat jika individu berada dalam lingkungan yang
secara teratur memberinya pengalaman positif dan memiliki peran yang dihargai
oleh masyarakat (Cohen & Wills, 1985). Dukungan sosial sebagai main effect
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
berkorelasi dengan kesejahteraan psikologis secara keseluruhan karena memberi
individu afek positif, stabilitas dalam hidup, rekognisi, dan terhindar dari
pengalaman negatif (Cohen & Wills, 1985).
Sebagai stress buffer, dukungan sosial menjadi bermanfaat di saat individu
mengalami kejadian atau masalah yang berpotensi menimbulkan stres (Cohen
&Wills, 1985). Dukungan sosial sebagai stress buffer akan membuat individu
meninjau kembali kejadian yang dialami sehingga ia merasa bahwa ia bisa
mengatasi masalah tersebut, atau membantu dalam mengurangi stres yang dialami
individu dengan beberapa cara, misalnya ketersediaan solusi atas masalah tersebut
(Cohen & Wills, 1985). Di sinilah dukungan sosial dapat berperan dalam membantu
kelompok gay. Konsep dukungan sosial sebagai stress buffer sangat relevan dengan
kondisi kelompok gay yang berkemungkinan besar mengalami stres karena stigma
yang diterima atas statusnya sebagai kelompok minoritas (Meyer, 1995).
Dalam penelitian mengenai dukungan sosial yang telah banyak dilakukan
sebelumnya, diketahui bahwa terdapat korelasi positif antara dukungan sosial
dengan tingkat kesehatan mental kelompok gay (Kwon, 2013; Shilo & Savaya,
2011). Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, hadirnya dukungan sosial dapat
mengurangi tingkat stres (Cohen & Wills, 1985) serta meningkatkan daya lenting
pada kelompok gay (Kwon, 2013). Dukungan sosial juga dapat menjadi moderator
bagi keterbukaan kelompok gay dengan kepuasan atas hidup (Beals, Peplau, &
Gable, 2009). Dalam konteks organisasi, kelompok gay yang menerima dukungan
dari rekan kerjanya merasa lebih puas dengan pekerjaannya (Griffith & Hebl,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2002). Tidak salah jika dukungan sosial dikatakan berfungsi sebagai “tameng” bagi
kelompok gay.
Akan tetapi, tidak selamanya dukungan membuahkan hasil baik.
Ketidaksesuaian antara dukungan yang diberikan dengan dukungan yang
dibutuhkan membuat individu menganggap bahwa hal tersebut didak membantu
(Sarafino, 2008). Dukungan tersebut akan menjadi sia-sia dan berkemungkinan
kecil mengurangi stres (Sarafino, 2008). Selain itu, pemberian dukungan sosial
bukan hanya masalah mencocokkan kebutuhan dengan jenis dukungan, tetapi juga
kecocokan antara pemberi dan penerima dukungan berdasarkan cara berpikir dan
berperilakunya (Sarason & Sarason, 2009). Dalam tataran perbedaan budaya
misalnya, orang berlatarbelakang budaya kolektivis dan individualis menunjukkan
perbedaan dalam jenis dukungan yang diberi dan dicari (Chen, Kim, Mojaverian,
& Morling, 2012; Taylor et al., 2004). Temuan tersebut mendorong peneliti untuk
mencari tahu tentang jenis dukungan yang diterima oleh kelompok gay dan apa
yang dirasakan saat menerima dukungan tersebut.
Penelitian dengan topik sejenis sudah pernah dilakukan sebelumnya.
Wulandari (2015) mewawancarai dua gay dan dua lesbian dalam rangka
mengidentifikasi perilaku-perilaku orang lain yang dipersepsi sebagai dukungan
oleh keempat informan tersebut. Temuan Wulandari (2015) menunjukkan bahwa
mayoritas perilaku yang dipersepsi sebagai dukungan oleh keempat informannya
masuk dalam kategori dukungan emosional dan informasional. Dukungandukungan tersebut bersumber dari teman, keluarga, teman sesama gay, atau orang
asing (Wulandari, 2015). Akan tetapi, hasil penelitian Wulandari (2015) berhenti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
pada pengidentifikasian jenis perilaku yang dipersepsi sebagai dukungan tanpa
menggali lebih dalam tentang makna yang dikonstruksi atas perilaku-perilaku
tersebut. Ketiadaan informasi mengenai makna yang dikonstruksi para informan
menyisakan ruang kosong tentang apa yang dirasakan informan, mengapa mereka
menganggap perilaku tersebut sebagai dukungan, dan bagaimana hal tersebut
memengaruhi hidup mereka. Penelitian ini kemudian dilakukan untuk mengisi
ruang kosong tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengeksplorasi pengalaman
kelompok gay mengenai dukungan sosial yang diterima dan makna yang
dikonstruksi atas dukungan tersebut. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan
dapat menjadi basis alternatif dalam berinteraksi dengan kelompok gay. Dengan
mendengar langsung pengalaman kelompok gay tentang dukungan yang diterima
dan apa yang mereka rasakan, maka gambaran tentang jenis dukungan yang dapat
diberikan akan menjadi lebih jelas. Ketika gambaran tentang jenis dukungan yang
dapat diberikan menjadi lebih jelas, maka interaksi yang dilakukan dan dukungan
yang diberikan pada kelompok gay akan menjadi lebih tepat sasaran dan bermanfaat
bagi kelompok gay tersebut. Berdasarkan paparan di atas, maka penelitian ini harus
dilakukan dan interpretative phenomenological analysis (IPA) dipilih sebagai
pendekatan penelitian penelitian ini.
B.
Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah laki-laki gay memaknai dukungan sosial yang pernah
diterimanya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi pengalaman laki-laki gay
saat menerima dukungan sosial dan makna yang dikonstruksi atas pengalaman
tersebut, kemudian menggunakan temuan penelitian sebagai basis alternatif dalam
berinteraksi dengan laki-laki gay.
D.
1.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis yang didapat dari penelitian ini adalah bertambahnya
kajian di bidang psikologi sosial mengenai dukungan sosial terhadap
kelompok minoritas, khususnya kelompok gay, dan psikologi konseling
mengenai cara alternatif dalam menghadapi klien dari kelompok gay.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi orang-orang yang memiliki anggota keluarga atau teman dari
kelompok gay
Memberikan gambaran mengenai cara alternatif berinteraksi
dengan kelompok gay, bentuk dukungan sosial yang dapat diberikan,
serta peran dukungan sosial yang diberikan baik dalam konteks
interaksi sehari-hari maupun praktik psikologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
b.
Bagi anggota kelompok gay
Menjadi bahan untuk merefleksikan kembali pengalamanpengalaman terkait dukungan sosial yang pernah diterima agar dapat
merasa lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
1.
Homoseksual
Definisi Homoseksual
Homoseksual mengacu kepada ketertarikan erotik dan keinginan untuk
membentuk hubungan romantis dengan individu berjenis kelamin sama
(Rathus,
Nevid,
Fichner-Rathus,
2008).
Homoseksual
juga
dapat
didefinisikan sebagai individu yang perasaan seksualnya terarah pada
individu lain yang berjenis kelamin sama (LeVay & Valente, 2006).
Kemudian, homoseksual juga dapat didefinisikan sebagai individu yang
memiliki ketertarikan secara psikologis, emosional, dan sosial pada individu
lain yang berjenis kelamin sama, walaupun ketertarikan tersebut tidak selalu
ditunjukkan dengan jelas (Martin & Lyon dalam Crooks & Baur, 1983).
Laki-laki homoseksual biasanya disebut sebagai gay, sedangkan
perempuan homoseksual biasanya disebut lesbian (Rathus et al., 2008). Istilah
lesbian dan gay lebih banyak digunakan karena kata “homoseksual”
cenderung diasosiasikan dengan stereotip negatif, patologi, dan pereduksian
identitas individu menjadi sekadar perilaku seksual (APA, 2010). Walaupun
kelompok ini menyukai individu lain yang berjenis kelamin sama, identitas
gender mereka tetap sesuai dengan organ seks biologis mereka (Crooks &
Baur, 1983; Rathus et al., 2008).
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa homoseksual adalah
individu yang merasakan ketertarikan secara erotik, psikologis, emosi, dan
sosial kepada individu berjenis kelamin sama. Ketertarikan tersebut tidak
selalu ditunjukkan dan tidak membuat gay atau lesbian memiliki identitas
gender yang berlawanan dengan organ seks biologis mereka.
2.
Teori Penyebab Homoseksualitas
Para
ahli
mencoba
menjelaskan
kemungkinan
penyebab
homoseksualitas dari beberapa perspektif, yaitu perspektif biologis dan
psikologis (Rathus et al., 2008). Dalam perspektif biologis, para ahli
berspekulasi mengenai faktor penyebab homoseksualitas mulai dari faktor
hereditas dan genetika, hormonal, sampai struktur otak (Rathus et al., 2008).
Sedangkan dalam perspektif psikologis, aliran-aliran utama dalam ilmu
psikologi seperti psikoanalisis dan teori belajar digunakan para ahli untuk
menjelaskan proses terbentuknya homoseksualitas (Rathus et al., 2008).
Contoh penelitian yang dilakukan dalam rangka mencari perbedaan
struktur otak pada kelompok gay dilakukan oleh Simon LeVay pada tahun
1991 (Rathus et al. 2008). Dalam penelitian tersebut, Simon LeVay
menemukan bahwa ukuran salah satu bagian dari hipotalamus di otak gay
lebih kecil jika dibandingkan dengan bagian yang sama dari hipotalamus di
otak laki-laki heteroseksual. Kemudian, penelitian mengenai hormon seks
pranatal dilakukan oleh Meyer-Bahlburg dkk. pada tahun 1995 (dalam Rathus
et al., 2008). Meyer-Bahlburg dkk. mewawancarai para perempuan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
terekspos estrogen sintetis ketika masih di dalam kandungan. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa perempuan-perempuan tersebut cenderung
dinilai sebagai lesbian atau biseksual. Walau begitu, itu hanya sebagian kecil
penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyeknya. Penelitian yang
mendukung pernyataan mengenai kemungkinan pengaruh hormon atas
pembentukan otak menjadi lebih maskulin atau feminin kebanyakan
didasarkan pada penelitian yang dilakukan pada hewan (Rathus et al., 2008).
Oleh karena itu, generalisasi hasil penelitian tidak serta merta dapat
dilakukan.
Teori lain yang datang dari perspektif biologis menyatakan bahwa
semakin banyak jumlah kakak laki-laki yang dimiliki individu (laki-laki),
semakin besar kemungkinan bahwa individu tersebut adalah gay (Lehmiller,
2014). Temuan Blanchard dan Bogaert (1996) menunjukkan bahwa peluang
individu adalah gay meningkat sebesar 34% per kakak laki-laki yang ia
miliki. Blanchard dan Bogaert (1996) berasumsi bahwa hal ini berkaitan
dengan reaksi imun maternal yang dipicu oleh janin laki-laki dan akan
menguat dengan kehamilan bayi laki-laki berikutnya. Jika asumsi tentang
reaksi imun maternal ini terbukti benar, maka kemungkinan hubungan antara
reaksi imun maternal dengan orientasi seksual anak di masa depan merupakan
efek dari antibodi maternal pada perbedaan seksual di otak janin (Blanchard
& Bogaert, 1996). Walau begitu, hasil temuan tersebut tidak selalu dapat
digeneralisasikan. Beberapa anggota kelompok gay merupakan anak pertama
dalam keluarganya (Lehmiller, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Dari perspektif psikologis, salah satu teori penyebab homoseksualitas
datang dari aliran psikoanalisis yang digagas oleh Sigmund Freud. Freud
menyatakan bahwa anak-anak memiliki kemungkinan untuk menjadi
heteroseksual atau homoseksual (dalam Rathus et al. 2008). Namun, anakanak tersebut akan mengembangkan identitas sebagai heteroseksual setelah
mereka berhasil melewati tahap tertentu. Pada anak laki-laki, tahap tersebut
dinamakan Oedipus complex, sedangkan pada anak perempuan dinamakan
Electra complex. Kegagalan melewati tahap tersebut akan membuat anakanak mengembangkan identitas homoseksual (Freud dalam Rathus et al.,
2008).
Teori belajar berpendapat lain. Teori belajar—terutama teori belajar
sosial (social learning)—berasumsi bahwa manusia adalah makhluk sosial
yang selalu memerhatikan lingkungan di sekitarnya (Hogben & Byrne, 1998).
Teori belajar menekankan penguatan (reinforcement) dan hukuman
(punishment) dalam pembentukan perilaku—atau dalam kasus ini adalah
orientasi seksual (Hogben & Byrne, 1998). Penguatan akan membuat
individu mengulangi perilaku, sedangkan hukuman sebaliknya. Namun,
dalam teori belajar sosial, ada hal lain yang perlu diperhatikan. Hal tersebut
adalah ekspektasi akan penguatan/hadiah (reward) yang mengimplikasikan
bahwa perilaku tidak harus selalu menerima penguatan langsung agar dapat
terbentuk (Hogben & Byrne, 1998). Van Wyk dan Geist (dalam Hogben &
Byrne, 1998) melalui penelitiannya mencoba untuk mengkonfirmasi teori ini.
Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pengalaman tertentu (misalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dimasturbasi oleh individu berjenis kelamin sama atau berbeda) dapat
memprediksi kecenderungan orientasi seksual saat individu telah dewasa.
Walau begitu, para pakar behavioristik belum dapat mengidentifikasi
pengalaman belajar spesifik yang dapat berkontribusi pada pembentukan
orientasi seksual (Rathus et al., 2008). Banyak individu heteroseksual yang
pernah memiliki pengalaman seksual dengan individu berjenis kelamin sama
yang tidak mengubah orientasi seksual mereka (Rathus et al., 2008).
Hingga saat ini, belum ada kesepakatan antara para peneliti mengenai
penyebab berkembangnya individu menjadi heteroseksual, gay, atau lesbian
(APA, 2008). Walaupun banyak penelitian telah dilakukan terkait beberapa
faktor seperti genetika, hormon, perkembangan, sosial, dan pengaruh budaya,
belum ada penelitian yang dapat membuat para peneliti berani untuk
menyimpulkan penyebab homoseksualitas (APA, 2008). Lebih jauh,
sebagian besar individu tidak merasa bahwa orientasi seksual adalah sebuah
pilihan (APA, 2008).
3.
Perkembangan Identitas dan Penerimaan Diri Gay
Perkembangan identitas atau pencarian jati diri merupakan salah satu
tugas perkembangan utama dalam hidup manusia, terutama pada saat remaja
(Erikson dalam Rosario & Schrimshaw, 2013). Proses pembentukan identitas
dimulai dari munculnya realitas yang menimbulkan pertanyaan mengenai
identitas diri, eksplorasi mengenai identitas, pembentukan identitas, dan
adanya komitmen atau penerimaan atas identitas tersebut yang mengarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
pada integrasi identitas (Rosario & Schrimshaw, 2013). Identitas yang
terintegrasi menjadi dasar bagi perkembangan lebih lanjut dan kesejahteraan
psikologis (psychological well-being) (Rosario & Schrimshaw, 2013).
Pada kelompok gay, proses perkembangan identitas mereka dapat
dilihat dari tahap-tahap berikut (Troiden, 1988).
a.
Sensitization
Tahap ini ditandai dengan perasaan marjinal yang tergeneralisasi
dan adanya persepsi bahwa individu adalah orang yang berbeda dengan
teman sebaya yang berjenis kelamin sama.
b.
Identity confusion
Pada tahap ini, individu mulai memikirkan kemungkinan bahwa
ia adalah gay. Pemikiran bahwa individu mungkin adalah gay menjadi
tidak sesuai dengan gambaran diri yang telah dipegang sebelumnya
sehingga menciptakan kebingungan identitas, guncangan, dan
kecemasan. Hal-hal yang menyebabkan kebingungan identitas antara
lain adalah persepsi yang berubah mengenai diri, pengalaman seksual
dengan lawan jenis dan sesama jenis, sanksi sosial mengenai
homoseksualitas, dan ketidaktahuan serta kurangnya informasi
mengenai homoseksualitas.
Kebingungan identitas menimbulkan beberapa respons sebagai
berikut. 1) Penolakan, mengingkari komponen homoseksualitas pada
perasaan, fantasi, dan perilaku; 2) perbaikan/pembetulan, usaha untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
membasmi perasaan dan perilaku gay; 3) penghindaran, menghindari
situasi yang menegaskan homoseksualitas; 4) redefinisi, usaha
mengurangi kebingungan identitas dengan cara meredifinisi perilaku
dan perasaan; 5) penerimaan, mengakui bahwa perilaku, perasaan, dan
fantasi kemungkinan merupakan bentuk homoseksualitas dan berusaha
mencari informasi lebih banyak mengenai homoseksualitas.
c.
Identity assumption
Pada tahap ini, individu mulai mendefinisikan dirinya sebagai
gay, menoleransi dan menerima identitas sebagai gay, bergaul dengan
gay lain, bereksperimen dengan seksualitas, dan mengeksplorasi
homoseksualitas. Pendefinisian individu sebagai gay dapat terjadi
sebelum, saat, atau setelah berinteraksi dengan gay lain. Interaksi
dengan gay lain menjadi penting di tahap ini. Jika interaksi pertama
dengan gay lain menimbulkan kesan negatif, maka kemungkinan untuk
berinteraksi dengan gay lainnya akan menjadi kecil dan kebingungan
identitas akan bertahan.
d.
Commitment
Pada tahap ini, individu mulai mengadopsi cara hidup gay.
Pengadopsian ini terlihat dari indikasi internal dan eksternal. Indikasi
internal meliputi seksualitas dan emosionalitas yang terintegrasi, makna
dan nilai yang berubah terkait identitas sebagai gay, dan rasa puas atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
identitasnya. Sedangkan indikasi eksternal meliputi keterlibatan dalam
hubungan romantis dengan sesama jenis kelamin, pengungkapan
identitas kepada non-gay, dan perubahan strategi dalam menghadapi
stigma.
Seperti identitas lainnya, perkembangan identitas seksual juga terjadi
dalam konteks sosial (Rosario & Schrimshaw, 2013). Lingkungan melalui
beberapa kelompok sosial mendukung identitas tertentu dan menghukum
identitas lainnya, dalam hal ini identitas sebagai gay (Rosario & Schrimshaw,
2013). Rosario dan Schrimshaw mengatakan bahwa selama proses
perkembangan identitas berlangsung, gay menghadapi tantangan baik dari
sisi internal maupun eksternal. Dari sisi internal, gay mengalami konflik
antara identitas dirinya dengan ekspektasi heteroseksual yang terinternalisasi.
Sedangkan, tantangan dari sisi eksternal merupakan reaksi negatif dari orang
lain.
Menerima identitas sebagai gay menjadi hal yang sulit, terutama jika
gay yang dibesarkan oleh orang tua heteroseksual diharapkan untuk menjadi
heteroseksual juga (Rosario & Schrimshaw, 2013). Menurut Erikson (dalam
Rosario
&
Schrimshaw,
2013),
kegagalan
untuk
menerima
dan
mengintegrasikan identitas akan mengarah ke kebingungan identitas. Rosario
dan Schrimshaw mengatakan bahwa berkomitmen pada identitas yang
bertentangan dengan identitas diri yang sebenarnya akan mengarah pada
identitas buatan atau hilangnya identitas. Gay yang identitasnya kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
berkembang cenderung mengalami tingkat stres yang lebih tinggi dan harga
diri yang lebih rendah (Rosario, Schrimshaw, & Hunter dalam Rosario &
Schrimshaw, 2013). Oleh karena itu, penerimaan diri atas identitas sebagai
gay menjadi penting. Seperti yang telah disampaikan, penerimaan diri atas
identitas mengarah pada identitas yang terintegrasi yang akan menjadi dasar
bagi perkembangan lebih jauh dan kesejahteraan psikologis. Semakin tinggi
tingkat penerimaan diri gay, semakin dekat pula ia dengan tahap keempat
perkembangan identitas yang diajukan oleh Troiden (1988) yang salah satu
indikatornya adalah pengungkapan identitas seksual kepada orang lain.
4.
Pengungkapan Identitas Gay
Coming out of the closet adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan
proses
pengungkapan
identitas
yang
sebelumnya
disembunyikan (LeVay & Valente, 2006). Coming out merupakan bagian
penting dari perkembangan identitas gay (Legate, Ryan, & Weinstein, 2012).
Proses tersebut membuat gay mengembangkan diri yang otentik dan stabil
(Ragins dalam Legate et al., 2012), memperkuat identitas positif sebagai
anggota dari kelompok gay (Wells & Kline dalam Legate et al., 2012), dan
mengurangi efek psikologis negatif dari manajemen identitas (Cain dalam
Legate et al., 2012). Legate et al. juga menemukan bahwa gay yang semakin
terbuka atas orientasi seksualnya menunjukkan tingkat kemarahan dan gejala
depresi yang lebih rendah serta harga diri yang lebih tinggi. LeVay dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Valente menyatakan bahwa proses coming out memiliki beberapa elemen
sebagai berikut.
a.
Coming out kepada diri sendiri, menyadari dan menerima diri sebagai
gay. Tahap ini merupakan tahap yang sangat sulit bagi sebagian gay,
terutama bagi mereka yang tinggal di lingkungan yang sangat
menentang homoseksualitas.
b.
Coming out kepada orang lain, biasanya dimulai dari mengungkap
identitas kepada sesama gay, sahabat, saudara, atau konselor.
Pengungkapan identitas kepada orang tua biasanya dihindari karena
adanya ketakutan tentang penolakan dari orang tua.
c.
Bergabung dengan komunitas gay.
d.
Mengintegrasikan homoseksualitas dengan aspek kehidupan lain,
misalnya agama, suku, atau identitas lain pada diri.
Pengungkapan gay atas orientasi seksualnya dapat berefek positif
maupun negatif, tergantung konteks di mana pengungkapan tersebut
dilakukan. Dalam penelitian Legate et al. (2012), terdapat sebuah konsep,
yaitu autonomy support yang didefinisikan sebagai penerimaan interpersonal
dan dukungan atas ekspresi diri yang otentik (Lynch, La Guardia, & Ryan;
Ryan, La Guardia, Solky-Butzel, Chirkov, & Kim dalam Legate et al., 2012).
Dalam lingkungan dengan autonomy support yang tinggi, individu merasa
diterima sebagai dirinya sendiri, bebas berperilaku dan berekspresi, dan lebih
bisa mengandalkan orang lain (Legate et al., 2012). Sedangkan, dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
lingkungan dengan autonomy support yang rendah (atau lingkungan yang
mengontrol), individu merasa tertekan untuk tampil, berperilaku dalam cara
tertentu (Deci & Ryan dalam Legate et al., 2012), cenderung tertutup dan
defensif (Hodgins et al. dalam Legate et al., 2012). Oleh karena itu, gay
cenderung selektif dalam mengungkapkan orientasi seksualnya (Legate et al.,
2012).
5.
Sikap Terhadap Gay
Sikap didefinisikan sebagai evaluasi individu terhadap berbagai aspek
kehidupan sosial (Baron, Byrne, & Branscombe dalam Sugianto, 2014) dan
dapat ditujukan kepada orang-orang, obyek, ataupun ide-ide (Aronson,
Wilson, & Akert dalam Sugianto, 2014). Dalam hal ini, sikap terhadap gay
dapat diartikan sebagai evaluasi individu atau kelompok terhadap gay yang
dapat berujung positif atau negatif.
Di Amerika Serikat, sikap positif masyarakat akan homoseksualitas
semakin meningkat dari tahun ke tahun (Pew Research Center, 2014),
khususnya pada isu pernikahan sejenis (Baunach, 2012). Akan tetapi, hasil
yang berbanding terbalik ditunjukkan oleh survei yang dilakukan LSI (2012)
dan Pew Research Center (2014) yang menyatakan bahwa sebagian besar
masyarakat Indonesia masih menunjukkan sikap negatif pada kelompok gay.
Pew Research Center (2014) menyatakan bahwa tingkat kepentingan agama
dalam masyarakat menjadi salah satu faktor yang membentuk sikap negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
pada kelompok gay. Segala jenis sikap dan perilaku anti-gay disebut sebagai
homophobia (LeVay & Valente, 2006).
Selain homophobia, ada pula istilah heteroseksisme. Heteroseksisme
mengacu pada ideologi yang melanggengkan stigma buruk pada kelompok
gay dengan cara menolak dan memperburuk citra perilaku, identitas,
hubungan, dan komunitas nonheteroseksual (Herek, 2004). Heteroseksisme
melekat pada institusi dan budaya yang pada akhirnya akan melahirkan
hubungan penuh hierarki di mana kelompok gay memiliki posisi yang lebih
inferior daripada heteroseksual (Herek, 2004). Masyarakat yang heteroseksis
berusaha untuk mengaburkan keberadaan kelompok gay, jika kelompok gay
menunjukkan eksistensinya, maka mereka akan dicap sebagai imoral,
kriminal, sakit, menyimpang, berdosa, bahkan mengancam (Herek, 2004).
Masyarakat heteroseksis kemudian menganggap bahwa kekerasan atau
diskriminasi menjadi hal yang pantas diterima oleh kelompok gay (Herek,
2004).
Lebih jauh, sikap negatif yang ditunjukkan ternyata memiliki tingkat
yang berbeda berdasarkan jenis kelamin target (D’Augelli & Grossman,
2001). Sikap terhadap gay ternyata lebih negatif jika dibandingkan dengan
sikap terhadap lesbian (D’Augelli & Grossman, 2001), terutama ditunjukkan
oleh laki-laki (Nierman, Thompson, Bryan, & Mahaffey, 2007). Jumlah gay
yang menerima ancaman dan diserang secara fisik lebih banyak daripada
lesbian (D’Augelli & Grossman, 2001). Sikap negatif tersebut dapat muncul
karena gay dianggap melanggar peran gender yang ada (Nierman et al.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2007). Standar maskulinitas yang digunakan untuk menggambarkan peran
gender laki-laki yang kaku membuat laki-laki berusaha menghindari hal
berbau feminin dan menunjukkan sikap negatif terhadap gay demi
menegaskan maskulinitasnya (Nierman et al., 2007). Sesuai dengan
pernyataan Kimmel (2004), laki-laki menjadi maskulin ketika ia menolak
nilai-nilai feminin.
B.
1.
Dukungan Sosial
Definisi Dukungan Sosial
Dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai sebuah interaksi sosial
atau hubungan di mana individu menerima bantuan konkret atau interaksi
yang membuatnya merasa memiliki kelekatan dengan orang lain atau
kelompok lain yang dianggap memperhatikan dan mencintainya (Hobfoll &
Stokes dalam Goodwin, Cost, & Adonu, 2004). Dukungan sosial mengacu
kepada diterimanya rasa nyaman, perhatian, penghargaan dan pertolongan
oleh individu dari individu lain atau sebuah kelompok (Sarafino, 2008).
Selain itu, Cobb (1976) dan Cohen dan Wills (1985) menyatakan bahwa
dukungan sosial merupakan interaksi di mana si pemberi dukungan
menyampaikan kepada penerima dukungan bahwa ia dicintai, diperhatikan,
dan merupakan bagian dari suatu jaringan yang saling berkomunikasi dan
memiliki kewajiban bersama (dalam Chen, Kim, Mojaverian, & Morling,
2012). Individu yang menerima dukungan sosial merasa bahwa ia merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
bagian dari kelompok tertentu yang dapat menolongnya ketika ia
membutuhkan bantuan atau sedang menghadapi bahaya (Sarafino, 2008).
Dukungan sosial telah didapatkan oleh individu bahkan ketika ia masih
seorang bayi (Cobb, 1976). Hal ini tercermin terutama ketika bayi sedang
digendong. Menurut Cobb, ketika hidup mulai berjalan, dukungan akan
semakin meningkat, tidak hanya dari keluarga, namun juga dari rekan kerja
ataupun sebuah komunitas. Sarafino (2008) pun berpendapat sama, bahwa
dukungan bisa datang dari berbagai sumber, seperti pasangan, keluarga,
teman, atau komunitas.
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa dukungan sosial
memengaruhi tingkat kesehatan mental atau biologis individu. Namun, tidak
semua orang bisa mendapat dukungan sosial. Menurut Sarafino (2008), hal
ini bisa dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penerima dan sisi pemberi dukungan.
Dari sisi penerima dukungan, Sarafino menyatakan bahwa individu biasanya
tidak mendapat dukungan karena jarang bergaul, tidak pernah menolong
orang lain, tidak memberi tahu orang lain bahwa ia sedang membutuhkan
bantuan, merasa harus menjadi pribadi yang independen dan tidak
menyusahkan orang lain, atau memang tidak tahu harus meminta bantuan
kepada siapa. Sedangkan dari sisi pemberi dukungan, dukungan bisa saja
tidak diberikan karena individu tidak memiliki sumber daya yang cukup,
sedang mengalami stres dan bahkan membutuhkan bantuan, atau karena
memang tidak sensitif dengan kebutuhan orang di sekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial
merupakan interaksi yang membuat individu merasa nyaman, dicintai,
diperhatikan, dihargai, dan menjadi bagian dari sebuah kelompok. Dukungan
sosial dapat berasal dari banyak sumber termasuk keluarga, teman, atau
komunitas. Walau begitu, dukungan sosial tidak selalu dapat diterima atau
diberi karena adanya faktor-faktor penghambat pada diri pemberi ataupun
penerima.
2.
Jenis-jenis Dukungan Sosial
Cutrona dan Gardner (2004), Schaefer, Coyne, dan Lazarus (1981), dan
Wills dan Fegan (2001) membagi dukungan sosial menjadi empat fungsi
dasar sebagai berikut (dalam Sarafino, 2008).
a.
Dukungan emosional atau penghargaan (emotional or esteem) berupa
empati, perhatian, kepedulian, dan dorongan semangat kepada individu.
Hal tersebut memberi kenyamanan dan ketentraman hati karena
membuat individi merasa menjadi bagian dari sebuah kelompok dan
dicintai di saat sedang stres.
b.
Dukungan instrumental atau nyata (instrumental or tangible) berupa
bantuan langsung seperti meminjamkan uang atau barang lainnya.
c.
Dukungan informasional (informational) berupa nasihat, arahan, atau
umpan balik ketika individu melakukan sesuatu.
d.
Dukungan persahabatan (companionship) berupa kehadiran dan
kesediaan orang lain untuk menghabiskan waktu bersama sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
individu merasa menjadi bagian dari kelompok tertentu yang memiliki
ketertarikan dan aktivitas sosial yang sama.
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, jika jenis dukungan yang
dibutuhkan dan diterima oleh kelompok gay tidak sesuai, maka kemungkinan
bahwa dukungan tersebut mengurangi tingkat stres akan semakin kecil
(Sarafino, 2008). Oleh karena itu, menjadi penting untuk mengetahui apa
sebenarnya yang menjadi kebutuhan mereka sebelum memutuskan untuk
memberikan dukungan. Wulandari (2015) menyatakan bahwa keempat
informannya secara umum membutuhkan dukungan emosional atau
informasional. Selain itu, anggota kelompok gay yang masih tergolong
remaja juga cenderung mencari dukungan dari orang lain yang dapat menjadi
figur orang tua, terutama remaja-remaja yang memiliki masalah dengan orang
tua kandung mereka (Nesmith et al., 1999). Apa yang mereka cari dari figur
orang tua ini adalah kesediaan untuk memberi nasihat atau saran tentang
kelompok gay, yang selama ini tidak pernah dilakukan oleh orang tua
kandung mereka (Nesmith et al., 1999).
3.
Peran Dukungan Sosial
Dukungan sosial memengaruhi kesehatan individu, baik fisik maupun
psikologis. Dukungan sosial bekerja dengan dua cara yang diberi istilah main
effect dan stress buffer (Cohen & Wills, 1985; Sarafino, 2008). Dalam konsep
main effect, dukungan sosial dianggap dapat memberikan efek positif pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
penerima dukungan terlepas dari apakah ia sedang mengalami stres atau
tidak. Sedangkan, konsep stress buffer menyatakan bahwa dukungan sosial
akan memberi efek positif ketika penerima dukungan sedang mengalami
kejadian yang berpotensi menimbulkan stres.
Sebagai main effect, Cohen dan Wills (1985) menyatakan bahwa
dukungan sosial memberi efek positif karena jaringan atau kelompok sosial
memberi pengalaman positif dan peran yang dihargai pada individu dalam
kelompok. Adanya afek positif, kestabilan dalam hidup dan pengakuan atas
diri membuat individu dapat menghindari pengalaman negatif yang dapat
menimbulkan gangguan psikologis maupun fisik.
Sebagai stress buffer, penting untuk mengetahui proses terjadinya stres
terlebih dahulu. Secara sederhana, Cohen dan Wilss (1985) menggambarkan
stres terjadi ketika individu menganggap atau menilai bahwa sebuah kejadian
sebagai stresor yang kemudian mengarah ke munculnya afek negatif yang
dirasakan individu atau perilaku yang memperburuk kesehatan seperti
merokok atau mengonsumsi alkohol secara berlebihan. Berikut adalah grafik
yang dikemukakan oleh Cohen dan Wills mengenai cara bekerja dukungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
sosial
sebagai
stress
buffer.
Skema 1. Peran dukungan sosial sebagai stress buffer. (Cohen & Wills, 1985)
Skema Cohen dan Wills (1985) menggambarkan dua titik di mana
dukungan sosial bekerja dalam mengurangi stres. Pada titik pertama,
dukungan sosial berada di antara stresor dan hasil penilaian individu atas
stresor tersebut. Pada titik ini, adanya dukungan sosial akan membuat
individu merasa bahwa ia akan dibantu oleh orang lain sehingga ia merasa
dapat mengatasi stresor tersebut (Cohen & Wills, 1985). Pada titik kedua,
dukungan sosial berada di antara hasil penilaian individu atas stresor dan
dampak yang muncul setelah individu merasa stres. Pada titik ini, dukungan
sosial berperan untuk mengurangi reaksi stres yang timbul. Contohnya,
adanya solusi atas masalah yang ditawarkan oleh keluarga atau teman
sehingga hal tersebut membuat individu lebih tenang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
4.
Perbedaan Budaya dalam Mencari dan Memberi Dukungan Sosial
Dukungan sosial tidak selamanya membuahkan hasil positif. Individu
bisa saja tidak menganggap suatu dukungan sebagai sesuatu yang membantu
jika dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhannya atau ia
memang tidak sedang membutuhkan bantuan (Sarafino, 2008). Menurut
Sarafino, jika hal tersebut terjadi, dukungan sosial memiliki kemungkinan
yang kecil untuk mengurangi stres. Oleh karena itu, pemberian dukungan
sosial bukan hanya masalah mencocokkan kebutuhan dengan jenis dukungan,
tetapi juga kecocokan antara pemberi dan penerima dukungan berdasarkan
cara berpikir dan berperilakunya (Sarason & Sarason, 2009). Jika dilihat dari
perspektif tersebut, latar belakang budaya tentu memengaruhi jenis dukungan
yang dipilih oleh pemberi atau jenis dukungan yang dicari oleh penerima.
Individu berlatarbelakang budaya kolektivistik dan individualistik
ternyata menunjukkan perbedaan dalam hal mencari dukungan sosial.
Menurut Taylor et al. (2004), warga Amerika Serikat yang lebih individualis
lebih banyak mencari dukungan sosial ketika menghadapi masalah
dibandingkan dengan orang Asia yang kolektivis. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh orang-orang individualis menganggap bahwa sebuah
hubungan adalah sarana untuk mencapai tujuan pribadi sehingga mereka
cenderung meminta dukungan agar tujuan tersebut dapat tercapai (Taylor et
al., 2004). Sedangkan, orang-orang kolektivis memandang diri dan orangorang di sekitarnya sebagai kesatuan yang saling bergantung sehingga
penyesuaian diri dan berkompromi adalah hal yang penting untuk menjaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
keharmonisan kelompok (Taylor et al., 2004). Ada ketakutan bahwa
keharmonisan akan terganggu jika individu menunjukkan masalah-masalah
pribadinya.
Dalam hal memberi dukungan sosial, perbedaan juga tampak pada
individu kolektivis dan individualis. Chen et al. (2012) menggolongkan
dukungan menjadi dua kategori, yaitu emotion-focused support dan problemfocused support. Emotion-focused support terdiri dari dukungan emosional
atau penghargaan, sedangkan problem-focused support terdiri dari dukungan
instrumental dan informasional. Menurut Chen et al., emotion-focused
support bertujuan untuk menenangkan dan mengurangi dampak psikologis
dari stresor pada individu. Sedangkan problem-focused support bertujuan
untuk langsung membantu penyelesaian masalah dengan cara memberi solusi
atau memberi barang yang dibutuhkan. Chen et al. menunjukkan bahwa
orang-orang individualis cenderung memberi emotion-focused support yang
menunjukkan bahwa mereka menghargai pikiran dan emosi penerima
dukungan serta tidak ingin melanggar rasa independen penerima dukungan.
Sedangkan, orang-orang kolektivis yang cenderung mengenyampingkan
persoalan pribadi agar tidak merusak keharmonisan kelompok lebih sering
memberi problem-focused support. Hal tersebut dianggap normatif karena
orang-orang kolektivis kurang menghargai ekspresi emosi (Butler, Lee, &
Gross dalam Chen et al., 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
C.
Dukungan Sosial Pada Gay
Gerakan-gerakan yang memperjuangkan kesetaraan bagi gay telah
berlangsung cukup lama. Organisasi pertama di dunia yang memperjuangkan hakhak gay berdiri pada tahun 1897 di Berlin, Jerman dengan nama ScientificHumanitarian Committee (LeVay & Valente, 2006). Setelah hancur dengan
berkuasanya Nazi di Jerman, organisasi yang memperjuangan hak-hak gay muncul
kembali pada tahun 1950 dengan nama Mattachine Society dan tahun 1955 dengan
nama Daughters of Bilitis di Amerika Serikat (LeVay & Valente, 2006). Di
Indonesia, pembentukan organisasi bernama Lambda Indonesia pada tahun 1982
(Boellstorff dalam Ariyanto & Triawan, 2008) dapat dianggap sebagai awal dari
gerakan mendukung gay.
Gerakan-gerakan tersebut menunjukkan kepedulian dan dukungan terhadap
kelompok gay. Dukungan sosial diperlukan oleh gay karena menjadi bagian
kelompok minoritas yang terdiskriminasi dari banyak aspek. Ariyanto dan Triawan
(2008) menyebutkan setidaknya ada lima bentuk diskriminasi yang dialami oleh
gay, yaitu diskriminasi sosial, hukum, politik, ekonomi, dan budaya. Standar ganda
yang diterapkan negara tentu menjadi pengalaman tidak menyenangkan bagi gay.
Bahkan pasal-pasal dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia (UUD) ’45
yang mengatur tentang hak asasi manusia pun terasa mandul ketika yang menjadi
korban pelanggaran HAM adalah kelompok gay. Banyak kasus kekerasan yang
bahkan berujung kematian terjadi pada gay ternyata tidak mendapat perhatian dari
aparatur negara (lihat Ariyanto & Triawan, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Dukungan sosial diperlukan oleh gay karena ternyata dukungan sosial
berkorelasi positif dengan kondisi psikologis dan fungsi interpersonal mereka
(Kwon, 2013). Dukungan sosial akan berfungsi sebagai stress buffer ketika gay
menghadapi situasi yang berpotensi menimbulkan stres. Walaupun begitu, tidak
semua dukungan sosial berbuah positif, terutama jika jenis dukungan yang
diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan atau si pemberi dukungan tidak punya
kapasitas untuk memberi dukungan (Sarafino, 2008). Kesimpulannya, pemberian
dukungan sosial pada kelompok gay adalah adanya upaya untuk membuat mereka
merasa bahwa mereka diterima, dicintai, dihargai, dan menjadi anggota dari
masyarakat.
D.
Pengalaman dan Makna yang Dikonstruksi
Brouwer (1988) menyatakan bahwa ada tiga cara dalam melihat dunia dan
benda. Pertama, cara para naturalis atau orang-orang biasa yang melihat dunia dan
benda sebagai apa adanya dunia dan benda tersebut. Dua lingkaran kecil dalam
lingkaran besar akan dilihat sebagai tiga buah lingkaran yang berbeda ukurannya.
Kedua, cara para ahli sains yang mereduksi dunia dan benda menjadi simbolsimbol. Dua lingkaran kecil dalam lingkaran besar akan dicari keliling dan
diameternya sehingga mereka dapat mendefinisikan lingkaran tersebut berdasarkan
simbol matematis. Ketiga, cara para fenomenologis yang melihat dunia dan benda
dalam sebuah kesatuan yang tak terpisah. Dua lingkaran kecil dalam lingkaran
besar akan dilihat sebagai sepasang mata yang tertanam di wajah seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Dalam kacamata fenomenologis, dunia bukanlah suatu obyek, melainkan
pengalaman-akan-dunia atau subyek (Brouwer, 1988). Pengalaman berarti saya
mengalami dunia atau alam dan berbentuk kesayaan dari dunia. Pengalaman
menjadi subyektif karena selalu mengandung unsur kesayaan. Unsur kesayaan
dalam pengalaman membuat saya mengkonstruksi makna, kenyataan atau
kebenaran subyektif. Hal tersebut membuat pengalaman harus dijelaskan dari sudut
pandang saya sebagai saya-yang-mengalami-dunia atau alam.
Baumeister (dalam Park, 2010) mendefinisikan makna sebagai representasi
mental atas hubungan antara benda-benda, kejadian-kejadian, dan relasi-relasi.
Oleh karena itu, makna menghubungkan banyak hal. Sedangkan Steiger (dalam
Heintzelman & King, 2014) mendefinisikan makna sebagai,
The web of connections, understandings, and interpretations that help us
comprehend our experience and formulate plans directing our energies to the
achievement of our desired future. Meaning provides us with the sense that
our lives matter, that they make sense, and that they are more than the sum
of our seconds, days, and years. (hal. 154)
Seperti yang dikatakan oleh Frankl (1972, hal. 154), usaha untuk menemukan
makna merupakan dorongan utama dalam hidup manusia. Proses pemaknaan
diawali dengan proses penginderaan yang membentuk pengalaman inderawi
(Schutz dalam Hasbiansyah, 2008). Pengalaman inderawi tersebut akan menjadi
bermakna ketika dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya serta
melalui proses interaksi dengan orang lain (Hasbiansyah, 2008). Proses pemaknaan
pengalaman atau fenomena sendiri tidak lepas dari pengaruh konteks sejarah dan
sosial budaya di tempat individu tinggal (Creswell, 2009). Oleh karena itu, makna
dapat menjadi sangat subyektif. Individu kolektivis dapat mengalami hal yang sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dengan individu individualis namun memproduksi makna yang berbeda atas
pengalaman tersebut.
Park (2010) menyatakan bahwa pemaknaan merupakan hal penting dalam
melawan pengalaman yang berpotensi menimbulkan stres. Sedangkan Heintzelman
dan King (2014) menyatakan bahwa makna bertindak sebagai informasi bahwa ada
pola-pola dan koneksi yang sistematik di dunia. Dengan mengetahui pola-pola dan
koneksi tersebut, individu belajar untuk adaptif supaya dapat bertahan hidup di
dunia (Heintzelman & King, 2014).
Berdasarkan paparan di atas, semakin jelas bahwa pengalaman menerima
dukungan sosial dan maknanya bagi gay akan lebih baik jika ditelaah dari kacamata
gay itu sendiri. Pengalaman tersebut menjadi sangat subyektif karena ada unsur
kesayaan yang pasti akan berbeda-beda pada setiap gay. Makna, kenyataan atau
kebenaran yang dikonstruksi para gay menjadi subyektif, tergantung pada
pengalaman hidup, konteks sosial dan budaya di tempat gay itu tinggal.
E. Pemaknaan Dukungan Sosial oleh Gay
Kelompok gay terdiri dari individu-individu yang merasakan ketertarikan
secara erotik, psikologis, emosi, dan sosial kepada individu berjenis kelamin sama.
Mereka menjadi target perilaku tidak menyenangkan karena mereka tidak
memenuhi standar yang ditetapkan masyarakat pada umumnya. Masyarakat yang
heteroseksis bahkan berusaha mengaburkan keberadaan mereka (Herek, 2004).
Oleh karena itu, Meyer (1995) berpendapat bahwa kelompok gay menjadi sangat
rentan pada stres kronis karena mereka kerap distigmatisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Dukungan sosial kemudian berperan sebagai agen penetral stres yang
ditimbulkan akibat sikap negatif yang ditunjukkan oleh orang-orang di sekitar
kelompok gay. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa dukungan sosial
berkontribusi pada meningkatnya tingkat kesehatan mental kelompok gay (lihat
Beals, Peplau, & Gable, 2009; Cohen & Wills, 1985; Griffith & Hebl, 2002; Kwon,
2013; Shilo & Savaya, 2011). Dukungan sosial juga dikatakan sebagai faktor
pembentuk resiliensi pada kelompok gay (Kwon, 2013).
Pengalaman menerima dukungan sosial akan menjadi unik antara gay satu
dengan gay lainnya. Seperti yang pernah dinyatakan oleh Brouwer (1998),
pengalaman selalu mengandung unsur kesayaan yang membuat tiap pengalaman
menjadi subjektif. Subjektivitas pengalaman kemudian akan berkontribusi pada
subjektivitas makna yang dikonstruksi pula. Memaknai pengalaman menerima
dukungan sosial menjadi penting karena pemaknaan membantu kelompok gay
untuk menyadari bahwa ada pola-pola dan koneksi dalam hidup mereka yang dapat
membantu mereka mengembangkan perilaku adaptif dalam menghadapi
lingkungan di sekitarnya (Heintzelman & King, 2014). Pernyataan Park (2010)
mendukung ide tersebut, bahwa pemaknaan merupakan hal penting dalam
menghadapi pengalaman yang berpotensi menimbulkan stres.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Dukungan
sosial
Laki-laki gay
Mengkonstruksi makna
atas pengalaman
menerima dukungan
sosial
Dampaknya pada
kondisi psikologis dan
tindakan kelompok gay
Skema 2. Alur berpikir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan cara untuk mengeksplorasi dan memahami makna
yang dimiliki individu atau kelompok mengenai masalah sosial atau kemanusiaan
(Creswell, 2009). Penelitian kualitatif dilakukan karena ada kebutuhan untuk
mendengarkan suara-suara yang didiamkan (silenced voices) (Creswell, 2007).
Kemudian, kebutuhan untuk memahami isu secara detail yang tidak bisa dijelaskan
oleh statistik hanya dapat dilakukan dengan cara berbicara langsung dengan
individu dan membiarkan mereka bercerita (Creswell, 2007). Penelitian kuantitatif
memang memberikan informasi mengenai gambaran tren, asosiasi, atau hubungan
kausal, namun ia tidak memberi alasan mengapa individu memberikan respons
tertentu, dalam konteks apa individu merespons, dan pikiran apa yang
memunculkan respons tersebut (Creswell, 2007). Oleh karena itu, penelitian
kualitatif diperlukan untuk menggenapi penelitian-penelitian kuantitatif yang telah
banyak dilakukan sebelumnya tentang topik ini.
B.
Pendekaran
penelitian
Pendekatan Penelitian
yang
dipilih
peneliti
adalah
Interpretative
Phenomenological Analysis (IPA). IPA dipilih sebagai pendekatan penelitian untuk
mengeksplorasi bagaimana individu memaknai dunia personal dan sosialnya secara
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
detail (Smith & Osborn, 2008). IPA juga berfokus pada mencoba memahami suatu
fenomena dari sudut pandang individu yang mengalami fenomena tersebut (Smith
& Osborn, 2007). Oleh karena itu, IPA menjadi pendekatan yang tepat untuk
penelitian ini.
C.
Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah eksplorasi pengalaman menerima
dukungan sosial dan makna yang dikonstruksi atas pengalaman tersebut. Jika
selama proses wawancara peneliti menemukan hal lain di luar dua titik fokus utama
penelitian ini, maka data tersebut akan digunakan sebagai data tambahan hasil
penelitian.
D.
Informan
dalam
Informan Penelitian
penelitian
ini
merupakan
tiga
gay
yang
telah
mengungkapkan orientasi seksualnya dan menerima dukungan sosial setidaknya
dari orang terdekat. Kriteria tersebut ditentukan oleh peneliti karena peneliti harus
memilih informan yang paling dapat membantu peneliti dalam memahami masalah
yang diteliti (Creswell, 2009).
Proses pencarian informan dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara.
Pertama, peneliti menghubungi laki-laki gay yang secara terbuka mengungkap
orientasi seksualnya kepada peneliti. Kedua, peneliti menghubungi orang yang
memiliki teman seorang gay. Individu gay yang telah bersedia menjadi informan
penelitian ini kemudian bertemu secara langsung dengan peneliti untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
mendapatkan penjelasan lebih lanjut tentang tujuan penelitian ini. Dalam
pertemuan tersebut, peneliti berusaha membangun kepercayaan informan dengan
banyak bertanya tentang keseharian informan serta menceritakan berbagai hal
tentang peneliti kepada informan. Selain itu, peneliti juga menjelaskan tentang hak
dan kewajiban informan saat berpartisipasi dalam penelitian ini.
E.
Instrumen Penelitian
Data didapatkan dari wawancara semi terstruktur secara personal.
Wawancara semi terstruktur digunakan peneliti agar tetap memiliki panduan yang
jelas tentang topik wawancara, namun juga bebas mengeksplorasi data sesuai
dengan jawaban yang diberikan informan. Oleh karena itu, proses wawancara
menjadi lebih fleksibel. Dua pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah
pertanyaan terkait pengalaman mendapat dukungan sosial dan makna dukungan
sosial yang diterima.
F.
Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan peneliti dalam beberapa tahap sebagai
berikut:
1.
Peneliti mencari dan menentukan informan yang sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan oleh peneliti.
2.
Pembahasan tentang isi dan penandatanganan informed consent. Informed
consent yang telah ditandatangani berisi identitas peneliti, tujuan penelitian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
metode pengumpulan data, hak dan kewajiban informan, kerahasiaan data,
dan pernyataan kesediaan informan untuk berpartisipasi dalam penelitian.
3.
Melakukan wawancara dengan masing-masing informan di waktu dan tempat
yang telah disepakati bersama.
4.
Membuat transkrip wawancara.
5.
Melakukan analisis pada transkrip yang telah diperoleh.
G.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode IPA
berdasarkan buku Smith, Flowers, dan Larkin (2009). Berikut adalah tahap-tahap
analisisnya.
1.
Membaca transkrip
Tahap pertama analisis dimulai dengan membaca dan membaca ulang
transkrip yang telah dibuat. Tahap ini perlu dilakukan karena untuk memasuki
dunia informan, peneliti harus secara aktif berinteraksi dengan data yang telah
dikumpulkan. Membaca ulang juga membantu peneliti untuk memahami
bagaimana narasi mengikat bagian-bagian tertentu dalam hasil wawancara.
2.
Memberi catatan pada transkrip
Tahap kedua pada analisis ini dilakukan dengan memberi catatan
tentang hal yang menarik dari transkrip. Tahap ini membantu peneliti untuk
mengidentifikasi bagaimana informan berbicara, memahami, dan berpikir
tentang suatu fenomena. Catatan yang diberikan dapat berupa hal-hal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
penting bagi informan, kata kunci dari jawaban informan, dan bagaimana
informan memandang hal-hal yang disebutkan dalam jawabannya. Catatan
yang diberikan pada transkrip tersebut disebut exploratory comments/notes.
3.
Mengembangkan tema-tema dari transkrip
Di tahap ketiga, peneliti harus mengembangkan exploratory comments
menjadi tema-tema yang lebih abstrak. Tema-tema tersebut akan digunakan
untuk memetakan hubungan dan pola antara exploratory comments. Di titik
ini, tema tidak hanya merefleksikan pikiran dan pandangan informan, tetapi
juga interpretasi peneliti.
4.
Mencari koneksi antartema
Pada tahap ini, peneliti telah mendapatkan tema-tema yang muncul dari
transkrip informan. Kemudian, peneliti harus mencari hubungan antara tematema tersebut dengan cara mengorganisir tema-tema yang telah didapatkan
menjadi beberapa kelompok tema yang saling berhubungan.
5.
Menganalisis kasus selanjutnya
Pada tahap ini, peneliti harus mengulangi proses di atas pada transkrip
informan kedua, ketiga, dan seterusnya. Smith et al. mengatakan bahwa pada
tahap ini transkrip tiap informan harus dianalisis secara terpisah dan tidak
mencampuradukkan tema-tema yang telah ditemukan sebelumnya dengan
tema pada transkrip yang sedang dianalisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
6.
Menemukan pola pada kasus-kasus yang telah dianalisis
Pada tahap ini, peneliti harus mencari pola yang dapat menghubungkan
tema-tema yang telah didapatkan dari transkrip tiap informan.
H.
Kualitas Penelitian
Yardley (2008) menyatakan bahwa “the validity of research corresponds to
the degree to which it is accepted as sound, legitimate, and authoritative by people
with an interest in research findings” (hlm. 235). Pernyataan tersebut
mengimplikasikan bahwa sebuah penelitian dapat dikatakan berkualitas (atau valid,
kredibel) jika penelitian tersebut dianggap kuat, bebas dari kesalahan, sesuai
dengan tujuan awal, masuk akal, dan menunjukkan pemahaman yang benar atas
topik yang diteliti. Untuk mencapai kualitas tersebut, hal-hal berikut harus
diperhatikan (Yardley, 2008).
1.
Sentivity to context
Sensitivitas pada konteks dapat tampak dari berbagai cara, beberapa di
antaranya adalah penggunaan literatur yang relevan dengan topik dan
pemahaman atas kondisi informan dalam konteks lingkungan di mana
penelitian dilaksanakan. Sebagai contoh, pemilihan lokasi wawancara yang
dapat membuat informan bercerita secara bebas menunjukkan bahwa peneliti
cukup sensitif atas kondisi informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2.
Commitment and rigour
Peneliti dapat menunjukkan komitmen dengan cara memerhatikan
secara sungguh-sungguh apa yang diceritakan oleh informan dan juga data
yang telah diperoleh. Komitmen juga dapat ditunjukkan dengan cara berusaha
secara sungguh-sungguh untuk membuat informan merasa nyaman dalam
proses penelitian. Sedangkan, ketepatan dalam penelitian dapat ditunjukkan
dengan cara mengikuti langkah analisis sesuai dengan prosedur yang terdapat
dalam literatur yang digunakan.
3.
Coherence and transparency
Koherensi dapat dilihat dari komponen-komponen dalam sebuah
penelitian yang saling berkaitan, argumen-argumen yang dibangun haruslah
berhubungan, atau konsistensi penelitian secara keseluruhan. Sedangkan
transparansi berarti orang lain dapat memperoleh gambaran yang jelas
tentang langkah-langkah yang telah dilakukan dalam penelitian.
4.
Impact and importance
Sebuah penelitian dapat dikatakan berkualitas jika penelitian tersebut
dilakukan karena adanya urgensi dan hasil yang diperoleh dapat memberikan
manfaat. Manfaat penelitian dapat berupa manfaat praktis yang bisa langsung
diaplikasikan pada suatu kasus atau manfaat teoretis yang membantu orang
lain untuk memahami suatu kasus lebih jauh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan bantuan tiga informan. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur. Sebelum proses pengumpulan data dilakukan, peneliti telah
berhubungan dengan masing-masing informan. Proses interaksi yang dilakukan
sebelum pengumpulan data dilakukan dalam rangka membangun kepercayaan
informan dan penjelasan isi informed consent. Berikut adalah rangkaian proses
wawancara yang telah dilakukan:
Tabel 1
Jadwal Wawancara yang Telah Dilakukan
Waktu
Kegiatan
24 Januari 2016
Wawancara dengan Informan 1
12 Februari 2016
Wawancara dengan Informan 2
14 Maret 2016
Wawancara dengan Informan 3
44
Tempat
Kafe di wilayah
DIY
Kafe di wilayah
DIY
Perpustakaan di
wilayah DIY
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
B.
Profil Informan
Berikut adalah data demografis para informan dalam penelitian ini:
Informan 1
Informan 2
Informan 3
B
LN
PRHR
Jenis kelamin
Laki-laki
Laki-laki
Laki-Laki
Tanggal lahir
23-03-1990
11-09-1993
11-09-1992
25 tahun
22 tahun
23 tahun
S1
SMA
SMA
Pekerjaan
Karyawan swasta
Mahasiswa
Mahasiswa
Urutan
Anak ke-4 dari 4
Anak ke-3 dari 3
Anak pertama
bersaudara
bersaudara
dari 2 bersaudara
Inisial
Usia
Pendidikan
terakhir
kelahiran
Data Keluarga
Inisial ayah
Usia ayah
Pendidikan
terakhir ayah
Pekerjaan
ayah
Inisial ibu
Usia ibu
Pendidikan
terakhir ibu
Pekerjaan ibu
Inisial anak
pertama
Jenis kelamin
Usia
Pekerjaan
SS
YL (almarhum)
NKT
64 tahun
Meninggal dunia
50 tahun
STM
SMA
SMA
Wiraswasta
Karyawan swasta
Wiraswasta
SL
MM
CS
62 tahun
55 tahun
48 tahun
SMEA
SMA
SMA
PNS (pensiun)
Ibu rumah tangga
Wiraswasta
I
VC
Informan
Perempuan
Perempuan
-
39 tahun
38 tahun
-
Ibu rumah tangga
PNS
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Inisial anak
R
N
MDCH
Perempuan
Laki-laki
Laki-Laki
35 tahun
35 tahun
22 tahun
PNS
PNS
Mahasiswa
S
Informan
-
Perempuan
-
-
30 tahun
-
-
Karyawan Swasta
-
-
Informan
-
-
Jenis kelamin
-
-
-
Usia
-
-
-
Pekerjaan
-
-
-
kedua
Jenis kelamin
Usia
Pekerjaan
Inisial anak
ketiga
Jenis kelamin
Usia
Pekerjaan
Inisial anak
keempat
1.
Informan 1 (B)
Informan 1 adalah seorang laki-laki yang lahir di Purworejo, 25 tahun
silam. Ia adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Tiga kakaknya berjenis
kelamin perempuan dan telah menikah. Saat ini, informan tinggal bersama
kakak keduanya di Yogyakarta sembari berkarier di salah satu perusahaan
swasta di Yogyakarta.
Informan 1 mengaku bahwa ada beberapa orang yang mengetahui
orientasi seksualnya. Orang-orang yang telah mengetahui orientasi
seksualnya adalah beberapa teman dekat, baik di kantor maupun di luar
kantor. Walaupun begitu, Informan 1 mengatakan bahwa ia tidak secara
sengaja mengungkapkan orientasi seksualnya kepada beberapa temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Beberapa teman Informan 1 mengetahui tentang orientasi seksualnya ketika
secara tidak sengaja membaca pesan singkat dari pasangan Informan 1.
Setelah insiden tersebut, akhirnya Informan 1 mengaku bahwa ia adalah
seorang gay ke teman-temannya tersebut. Menurut Informan 1, teman-teman
yang pada akhirnya mengetahui orientasi seksualnya tampak dapat menerima
Informan 1, walaupun salah satu temannya masih menunjukkan sikap tidak
percaya dan cenderung ingin mengubah orientasi seksual Informan 1.
2.
Informan 2 (LN)
Informan 2 adalah seorang mahasiswa tingkat akhir berusia 22 tahun.
Informan 2 yang lahir di salah satu kota di Kalimantan Timur ini adalah anak
bungsu dari tiga bersaudara. Kesibukannya saat ini adalah mengerjakan tugas
akhir untuk mendapat gelar sarjana di salah satu perguruan tinggi swasta di
Yogyakarta.
Informan 2 adalah orang yang cukup terbuka dengan orang lain.
Informan 2 mengaku bahwa sebagian besar orang yang dia kenal telah
mengetahui orientasi seksualnya. Berdasarkan cerita Informan 2, tidak semua
orang yang tahu tentang orientasi seksualnya adalah orang-orang yang secara
sengaja diberitahu oleh Informan 2. Menurut Informan 2, beberapa orang
menebak orientasi seksualnya berdasarkan perilaku Informan 2 yang memang
cukup lemah lembut. Selain itu, Informan 2 juga menceritakan orientasi
seksualnya dengan sengaja ke banyak orang. Informan 2 mengaku bahwa ia
dapat diterima dengan cukup baik oleh teman-temannya yang telah tahu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
terutama oleh teman-teman perempuannya. Sedangkan, Informan 2 merasa
bahwa ia masih harus menjaga sikap ketika berhadapan dengan teman lakilakinya.
3.
Informan 3 (PRHR)
Informan 3 adalah pemuda Bali berusia 23 tahun. Saat ini Informan 3
sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi swasta di
Yogyakarta. Informan 3 adalah anak sulung dari dua bersaudara. Menurut
Informan 3, orang tuanya saat ini telah bercerai dan ia bersama adiknya
tinggal bersama ibunya jika pulang ke Bali.
Sama dengan Informan 2, Informan 3 juga terbuka tentang orientasi
seksualnya. Informan 3 mengaku bahwa sebagian besar teman-temannya di
organisasi dan kampus telah mengetahui orientasi seksualnya. Informan 3
mengaku bahwa ia secara sengaja mengungkapkan orientasi seksualnya.
Walau begitu, menurut Informan 3, ada orang-orang yang tidak mengetahui
orientasi seksualnya langsung darinya, namun dari cerita orang lain. Informan
3 mengatakan bahwa ia sebenarnya tidak terlalu paham apakah
homoseksualitas itu diterima atau ditolak dalam masyarakat. Akan tetapi,
Informan 3 mengaku bahwa sebagian besar orang yang mengetahui tentang
orientasi seksualnya dapat menerimanya dengan baik. Hal tersebut membuat
Informan merasa bahwa ia harus berfokus pada kebaikan-kebaikan yang telah
ia terima dibandingkan dengan sikap negatif yang ditunjukkan beberapa
orang terkait orientasi seksualnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
C.
1.
Analisis Data dan Hasil
Informan 1 (B)
Informan 1 adalah seorang gay yang tidak terlalu terbuka tentang
orientasi seksualnya. Tidak adanya alasan kuat untuk mengungkapkan
orientasi seksual membuat Informan 1 enggan untuk mengungkapkan hal
tersebut kepada orang lain. Namun, Informan 1 mengaku bahwa ada beberapa
orang yang mengetahui orientasi seksualnya. Beberapa orang yang
mengetahui orientasi seksualnya terdiri dari teman-teman baik di tempat ia
bekerja maupun di luar lingkungan kerjanya.
Menurut Informan 1, ia menerima dukungan sekaligus sikap negatif
terkait orientasi seksualnya. Sikap negatif yang ditunjukkan oleh teman
Informan 1 berupa sikap tidak percaya dan upaya pengubahan orientasi
seksual Informan 1. Sikap negatif tersebut ditunjukkan teman Informan 1
karena ia merasa bahwa homoseksualitas adalah hal yang kurang baik.
Adanya sikap negatif dari teman Informan 1 tercermin dalam kalimat-kalimat
seperti “dia nganggep ‘ini’ sesuatu yang kurang baik” dan “dia nyaranin, apa
ya, pacaran sama cewek, misalnya”.
Sikap negatif yang ditunjukkan orang lain tentu menimbulkan efek.
Menurut Informan 1, sikap negatif yang diterima membuatnya merasa tidak
nyaman.
Ketidaknyamanan
Informan
1
diekspresikan
dalam
kata
“terganggu” dan “unstable” ketika bercerita tentang pengalamannya.
Walaupun begitu, Informan 1 memilih untuk tidak mengacuhkan sikap-sikap
negatif yang ditunjukkan orang-orang kepadanya. Informan 1 merasa bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
sikap-sikap negatif tersebut tidak harus selalu didengarkan. Dalam kasus
sikap negatif berupa upaya pengubahan orientasi seksual yang ditunjukkan
teman Informan 1, ia merasa bahwa ia memiliki kontrol untuk memilah
komentar-komentar
yang
diterima
terkait
orientasi
seksualnya.
Ketidaknyamanan dan rasa memiliki kontrol untuk memilah sikap negatif
yang diterima tercermin dalam kalimat-kalimat berikut.
Kalo misalnya yang aku nganggep bukan sebuah dukungan dari orang
yang misalnya dia tau, tapi blaming, menyalahkan, intinya malah itu
bikin aku jadi gak nyaman. Ya otomatis satu sisi hidupku terganggu
dong, unstable, yang pastinya juga bisa merembes ke sisi hidup yang
lain.
Ya itu cuma saran kan. Ujung-ujungnya terserah aku mau, eeh,
nerima, mau nolak atau maksudnya mau nerima tapi nggak
merealisasikan sarannya dia. Ujungnya terserah saya gitu.
Efek negatif yang timbul dari adanya sikap negatif yang ditunjukkan
terkait orientasi seksual Informan 1 berpengaruh atas cara Informan 1
memandang lingkungannya. Informan 1 cenderung tidak mempercayai
orang-orang di sekitarnya sehingga ia enggan untuk mengungkapkan
orientasi seksualnya, bahkan ketika ia sedang berada di lingkungan gay.
Ketidakyakinan bahwa orang-orang di sekitarnya dapat menjaga privasi
menjadi alasan Informan 1 untuk terus menyembunyikan orientasi
seksualnya. Selain itu, Informan 1 juga merasa bahwa ia tidak memiliki
kekuatan untuk mengubah cara pandang orang-orang di sekitarnya tentang
homoseksualitas.
Selain menerima sikap negatif, Informan 1 juga menerima dukungan
dari beberapa orang yang mengetahui orientasi seksualnya. Menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Informan 1, salah satu temannya cenderung terbuka dan tidak mencampuri
urusannya terkait orientasi seksualnya. Sikap teman Informan 1 yang tidak
berusaha untuk terlalu terlibat dalam hidupnya dianggap sebagai bentuk
dukungan oleh Informan 1. Informan 1 bahkan mengatakan bahwa bentuk
dukungan seperti itulah yang ia perlukan, dukungan berupa pembiaran dan
tidak dicampuri urusannya. Dukungan yang diterima dan adanya kebutuhan
untuk menerima dukungan seperti di atas tercermin dalam kalimat-kalimat
berikut.
Yang satunya, eeh, ya udah, eeh, istilahnya hidup, hidup kamu, saya
cukup tau ... Ya se-simple temenku yang tadi. Se-simple kayak temenku
yang, yang, tipe yang satunya tadi yang dia cuma sekedar oke cukup
tau. Itu doang sih menurutku udah cukup sih, dan gak ikut campur,
udah sih menurutku itu cukup.
Efek dari dukungan yang diterima oleh Informan 1 adalah timbulnya
rasa senang. Informan 1 mengatakan bahwa ia merasa bersyukur ketika ada
orang yang mengetahui orientasi seksualnya namun tidak dengan sengaja
membocorkan informasi tersebut kepada orang lain. Upaya orang lain dalam
tidak terlalu mencampuri urusan Informan 1 serta menjaga privasinya
membuat Informan 1 merasa nyaman. Selain rasa nyaman, Informan 1 juga
merasakan keseimbangan dalam hidupnya ketika menerima dukungan dari
orang lain terkait orientasi seksualnya. Kalimat-kalimat seperti “ya seneng aja
ada orang yang bisa menghargai kita apa adanya” dan “ya itu tentu saja berarti
karena dia menghargai aku bisa nyaman, hidupku balance gitu lho, semua
sisinya bisa balance” menggambarkan efek dari dukungan yang diterima oleh
Informan 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Afek positif yang dirasakan Informan 1 ketika menerima dukungan
kemudian membuat ia memaknai dukungan yang diterima dengan positif
pula. Informan 1 memaknai dukungan bukan sekadar diterima sebagai
seorang gay, tetapi juga dibiarkan untuk menjadi diri sendiri tanpa dicampuri
urusannya. Selain itu, Informan 1 juga memaknai dukungan yang diterima
sebagai manifestasi dari adanya pengakuan, penghormatan, dan penghargaan
atas
kehidupan
pribadinya.
Berikut
adalah
kalimat-kalimat
yang
menunjukkan makna yang dikonstruksi Informan 1 atas dukungan yang
diterima.
Aku sih nganggepnya sebagai bentuk ini ya, rasa, rasa hormat, saling
menghargai gitu ya ... Nggak cuma menerima ya, maksudnya sampe ke
level ‘oh ya udah’ gak ikut campur, ‘oh ya udah itu urusan kamu’,
kayak gitu, menurutku malah itu yang aku sebut dukungan.
Pengalaman menerima baik dukungan maupun sikap negatif membawa
kesadaran bahwa tidak semua orang akan menunjukkan penolakan pada
Informan 1 terkait orientasi seksualnya. Informan 1 sadar bahwa di satu sisi
orang-orang akan berusaha mengubah orientasi seksualnya, namun ada juga
orang yang dapat menerimanya dengan baik. Walau begitu, Informan 1 tidak
serta merta mengungkapkan orientasi seksualnya sembarangan. Ketakutan
atas sikap negatif dari orang lain membuat Informan 1 mengaku bahwa ia
tetap akan menyembunyikan orientasi seksualnya, bahkan ketika ia sedang
berada di lingkungan sesama gay. Informan 1 juga merasa nyaman ketika
menyembunyikan orientasi seksualnya karena terhindar dari sikap negatif
yang ditunjukkan orang lain. Informan 1 merasa bahwa ia harus benar-benar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mempercayai seseorang sebelum ia bisa mengungkapkan orientasi
seksualnya. Menurut Informan 1, orang yang boleh tahu tentang orientasi
seksual Informan 1 adalah orang yang menurutnya terbukti bisa menjaga
rahasia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Sikap positif
(dukungan)
Sikap negatif
Informan 1
Keinginan
untuk menjadi
diri sendiri,
diakui,
dihargai
Tekanan
sosial
Bersikap
indifferent
atas sikap
negatif
Merasakan afek
negatif ketika
menerima sikap
negatif
Sulit memercayai
lingkungan; tidak
memiliki power
untuk mengubah
lingkungan
Merasakan afek
positif ketika
didukung; hidup
seimbang
Memaknai
dukungan sebagai
bentuk pengakuan,
penghormatan,
penghargaan
Menyadari
perbedaan reaksi
Ingin privasi terjaga; ketakutan
akan reaksi negatif jika orientasi
seksual terungkap
Memilih untuk tidak
mengungkap orientasi seksual
walaupun di lingkungan yang
mendukung; mengungkap
orientasi seksual secara selektif
Skema 3. Dinamika psikologis yang terjadi ketika Informan 1 menerima dukungan
sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
2.
Informan 2 (LN)
Informan 2 adalah gay yang cukup terbuka pada banyak orang, terutama
teman-teman dekatnya. Informan 2 bahkan merasa bahwa ia terlalu mudah
dalam mempercayai orang lain sehingga seringkali ia merasa menyesal
setelah mengungkapkan orientasi seksualnya kepada orang yang ternyata
tidak dapat menerima dirinya. Walaupun Informan 2 cukup terbuka pada
teman-temannya, hingga saat ini ia masih belum berani mengungkapkan
orientasi seksualnya kepada anggota keluarga intinya. Informan 2 sempat
mencoba untuk mengangkat topik tentang homoseksualitas saat sedang
bersama
saudaranya,
namun
ternyata
saudaranya
menunjukkan
ketidaksukaan pada topik tersebut.
Informan 2 mengaku bahwa ia mendapat baik dukungan maupun sikap
negatif dari orang-orang di sekitarnya. Menurut Informan 2, sikap negatif
yang ditunjukkan orang-orang kepadanya berupa cemoohan dan upaya
pengubahan orientasi seksualnya. Hingga saat ini, sikap negatif yang diterima
oleh Informan 2 sebagian besar ditunjukkan oleh teman laki-lakinya. Upaya
untuk menjaga sikapnya menjadi sebuah keharusan bagi Informan 2 saat ia
sedang bersama teman laki-lakinya. Kalimat-kalimat seperti “trus sudah deh
dari a sampe z yang hina-hinaan” dan “ada perlakuan yang beda sih dari
temen-temen cowok” mencerminkan pengalaman Informan 2 saat menerima
sikap negatif.
Sikap negatif yang ditunjukkan orang lain membawa efek negatif pada
diri Informan 2. Informan 2 menilai bahwa sikap negatif orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
terhadapnya membuat ia tidak nyaman. Hinaan dan stereotip yang menempel
pada kelompok gay membuat ia merasa bingung harus bersikap bagaimana di
tengah masyarakat. Informan 2 bahkan merasa bahwa sikap-sikap negatif
yang ditunjukkan orang lain itu merupakan bentuk dari dehumanisasi. Hal
tersebut membuat Informan 2 melihat lingkungannya sebagai tempat yang
membuatnya cukup tidak nyaman. Informan 2 mengekspresikan perasaannya
saat menerima sikap negatif dengan kalimat “aku kayak gak nyaman gitu kan
sama masyarakat yang, ih, kok judgmental banget” dan “mau nunjukkin,
yaaa, aku juga manusia”.
Adapun sikap negatif tidak hanya datang dari orang lain di sekitar
Informan 2. Informan 2 pun pernah menunjukkan sikap negatif ke orientasi
seksualnya dengan penyangkalan, terutama di saat-saat sebelum menempuh
pendidikan di perguruan tinggi. Namun, penyangkalan tersebut diikuti oleh
rasa tidak nyaman pada diri Informan 2. Perasaan bahwa “ini bukanlah diri
saya yang sebenarnya” kerap muncul saat Informan 2 berusaha untuk
menampilkan citra maskulin di hadapan orang lain. Informan 2 sadar bahwa
ia berperilaku tidak seperti laki-laki lain. Hal tersebut mulai berubah saat
Informan 2 menduduki bangku perkuliahan. Informan 2 mulai berani
mengeksplorasi orientasi seksualnya dan menerima dirinya sendiri.
Pengalaman mengeksplorasi dan menerima diri sendiri menjadi titik awal
sikap Informan 2 yang cenderung tidak mengacuhkan sikap-sikap negatif
yang tertuju pada dirinya. Upaya Informan 2 dalam menyangkal orientasinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
serta perubahan sikapnya terhadap sikap negatif yang muncul tergambarkan
dalam kalimat-kalimat berikut.
Awalnya dulu aku nyoba kayak, uuh, harus act like the man, I’m the
man, so I act like, ya udah kayak, uuh, jantan banget ... Sampe akhirnya
aku yang kuliah ke sini, jauh dari orang tua itu, itu baru rasanya keeksplor, ya, I have to accept myself, ya aku terima diriku kayak apa,
kayak gitu ... Makanya trus aku jadi berani, jadi orang misalnya ngece,
kalo udah gede gini ya, ya terserah, gitu kan, whateveeer. Kayak, apa
sih, it’s so yesterday, I don’t care.
Menunjukkan sikap tidak acuh terhadap sikap-sikap negatif yang
tertuju padanya tidak berarti Informan 2 terbebas dari perasaan-perasaan
negatif akibat dari sikap negatif tersebut. Rasa takut akan sikap negatif jika
orientasinya terungkap masih menghantui Informan 2. Ketakutan tersebut
terutama ditujukan pada sikap negatif yang akan ditunjukkan oleh
keluarganya. Rasa takut ini tentu bukan tanpa alasan. Informan 2 mengaku
bahwa ia pernah mencoba untuk mengangkat topik tentang homoseksualitas
saat berbincang dengan saudaranya. Ternyata, sikap yang ditunjukkan oleh
saudara Informan 2 cenderung negatif. Mereka menolak untuk membahas
topik tersebut. Lebih jauh, Informan takut akan reaksi negatif yang
ditunjukkan oleh orang tuanya. Kesadaran akan sikap orang lain terkait
orientasi seksual dan ketakutan yang muncul akibat kesadaran tersebut
membuat Informan 2 enggan mengungkapkan orientasi seksual tidak hanya
kepada anggota keluarga, namun juga orang lain yang menunjukkan sikap
negatif. Kalimat-kalimat berikut menggambarkan ketakutan yang dirasakan
Informan 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Yang hubungan darahnya dekat malah sebenarnya mereka kayak gak
tau apa-apa gitu. Takut sih sebenarnya bilang sama, eeh, orang tua
atau saudara kandung gitu ... Soalnya pernah sih, nyoba kan, kayak
nyerempet-nyerempet gitu kan, dan kakakku yang paling pertama itu
kayak, kamu ngomong apa sih? Apa lah gitu, pokoknya reaksinya
negatif lah ya ... Belum pernah ngomong, Ma, aku gay. Nanti dia
(memeragakan bunuh diri), belum.
Selain menerima sikap negatif yang membuat Informan 2 tidak
nyaman, ia juga menerima dukungan dari orang-orang di sekitarnya,
khususnya dari teman-teman perempuannya. Informan 2 merasa bahwa
teman-teman
perempuannya
lebih
terbuka
tentang homoseksualitas
dibandingkan dengan teman-teman laki-lakinya. Informan 2 juga merasa
bahwa teman-teman perempuannya bisa menerima kegilaannya. Selain
teman-teman perempuannya, sepupunya juga dapat menerima Informan 2
dengan cukup baik. Dukungan yang dibutuhkan dan diterima Informan 2
sejauh ini berbentuk penerimaan dan didengarkan.
Ada afek positif yang dirasakan Informan 2 saat menerima dukungan
dari orang di sekitarnya. Informan 2 merasa sangat senang dengan adanya
dukungan dari teman-temannya. Rasa syukur dan terima kasih diutarakan
Informan 2 untuk menggambarkan betapa ia senang dengan apa yang telah ia
dapat dari teman-temannya. Dengan dukungan yang diterima, Informan 2
merasa bebas menjadi dirinya sendiri, termotivasi untuk melakukan banyak
hal dan mewujudkan banyak mimpi. Informan 2 merasa termotivasi untuk
melawan stigma yang ditujukan pada kelompok gay. Informan 2 merasa
berdaya. Efek positif yang dirasakan oleh Informan 2 dari dukungan yang
diterima tergambarkan dari kalimat-kalimat berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Bersyukur banget kalau misalnya mereka dengan karakter aku, mereka
bisa berinteraksi kayak biasa aja, nyapa, apa lah pokoknya, itu udah,
udah rasanya udah, oh thanks God, terima kasih ... Aku mau
membuktikan ke orang-orang kalo sebenarnya, ya mereka mungkin
pertama mereka gak terima, aku nunjukkin kalo sebenernya aku gay,
tapi aku ya biasa aja, aku orangnya normal, dalam hal maksudnya, yaa,
aku gak melakukan hal-hal aneh ... Banyak yang nerima rasanya lebih
termotivasi ya, rasanya pengen ngelakuin apa aja, jadi banyak mimpi
dalam hal segala macam.
Dukungan yang diterima Informan 2 dimaknai sebagai beberapa hal.
Pertama, Informan 2 memaknai dukungan yang diterima sebagai hal yang
mengagetkan. Informan 2 tidak menyangka bahwa ia bisa diterima dengan
baik oleh teman-temannya. Kedua, dukungan yang diterima dimaknai sebagai
bentuk diperlakukan sama dengan orang lain. Ketiga, dukungan yang
diterima dimaknai sebagai cermin yang merefleksikan bahwa tidak semua
orang akan menunjukkan sikap negatif maupun positif. Refleksi tersebut
membuat Informan 2 merasa harus lebih hati-hati dalam bertindak. Efek
positif dan pemaknaan Informan 2 atas dukungan yang diterima membuat ia
memandang lingkungannya sebagai tempat yang terbuka. Kalimat-kalimat
berikut sekiranya dapat menggambarkan pemaknaan Informan 2 atas
dukungan yang diterima dan bagaimana ia memandang lingkungannya
setelah menerima dukungan.
Aku juga memandang itu sebagai, eeh, cermin juga buat aku karena
tadi kan aku udah, misal udah terbuka, ada yang terima, ada yang gak
terima, ada yang kaget, dan segala macam kayak gitu kan. Ya aku
merasa berarti ya memang keadaan aku tuh gak semua orang bisa
terima kayak gitu kan. Maka, ya mana mungkin kayak, ya aku harus
lebih hati-hati lagi.
Wah aku diterima, kayak gitu rasanya kayak, oh Tuhanku,
rasanya senang, makanya tuh kayak masa depan tuh ada aja jalan
terbuka. Jadi kayak nggak takut lagi bilang aku gay.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Selain keberanian yang timbul setelah mempersepsi lingkungannya
sebagai tempat yang lebih terbuka, pengungkapan orientasi seksual yang
dilakukan Informan 2 juga dilakukan atas dasar rasa nyaman dan percaya.
Informan 2 akan berusaha untuk mencari tahu terlebih dahulu tentang apakah
lawan interaksinya merupakan orang yang dapat dipercaya atau tidak. Hal
tersebut membuat Informan 2 mulai selektif ketika akan mengungkap
orientasi seksualnya, walaupun ia mengaku bahwa sudah banyak orang yang
mengetahui tentang dirinya. Keinginan untuk mengungkap orientasi
seksualnyapun tidak hanya didasari rasa percaya, namun juga rasa nyaman
ketika ia telah mengungkap identitasnya yang otentik. Ada kelegaan yang
dirasakan Informan 2 saat ia mengatakan yang sebenarnya tentang siapa
dirinya. Perilaku mengungkap orientasi seksual dan apa yang dirasakan
Informan 2 cukup tergambar dalam kalimat-kalimat berikut.
Dari ngobrol sih sampe akhirnya rasanya ini orang kayaknya mudah
dipercaya, eh, bisa dipercaya gitu. Trus sampe ini ya udah mutusin
untuk ngomong ... Jadi kayak ngerasa kalo dengan aku bilang itu
rasanya kayak lega gitu sih. Eeh, jadi kayak kan selama ini istilahnya
kayak disimpan gitu ya, karena kayak disembunyiin gitu kan, takut
orang tau, trus orang cuma berasumsi, sampe akhirnya ngomong
sendiri trus itu, itu kayaknya lega, trus rasanya jadi nyaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Sikap positif
(dukungan)
Sikap negatif
Informan 2
Nonkonformitas
gender;
menyadari
perbedaan sikap
atas
nonkonformitas
gender dan
orientasi seksual
Menghindari
pemicu konflik;
upaya menjaga
harmoni
Denial
Penerimaan
diri
Bersikap
indifferent
atas sikap
negatif
Merasakan afek
negatif ketika
menerima sikap
negatif; merasa
menjadi obyek
dehumanisasi
Merasakan afek
positif ketika
menerima dukungan;
merasa bebas
menjadi diri otentik;
merasa berdaya
Melihat lingkungan
sebagai tempat yang
mengancam
Memaknai dukungan
sebagai penerimaan,
diperlakukan sama,
dan bahan refleksi
Ketakutan akan sikap
negatif jika orientasi
seksual terungkap
Melihat dunia
sebagai tempat yang
lebih ramah setelah
menerima dukungan
Menjaga privasi;
menutup diri;
mengungkap
orientasi seksual
secara selektif
Mengungkap
orientasi seksual atas
dasar kenyamanan
dan kepercayaan
Merasakan afek
positif sebagai efek
dari pengungkapan
orientasi seksual
Skema 4. Dinamika psikologis yang terjadi ketika Informan 2 menerima dukungan
sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
3.
Informan 3 (PRHR)
Informan 3 adalah seorang mahasiswa kelahiran Bali yang cukup aktif
baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus. Saat ini, Informan 3
sudah cukup jarang bertemu dengan teman-teman di kampusnya dikarenakan
mereka telah berada di semester akhir perkuliahan. Kegiatan Informan 3 di
luar kampus adalah berorganisasi di wihara tempat ia beribadah. Informan 3
adalah seorang Buddhis yang cukup taat dalam menjalankan ajaran Buddha.
Terlepas dari ketaatannya beragama, Informan 3 mengaku bahwa ia sudah
nyaman dengan hidupnya dan terbuka tentang dirinya yang sebenarnya
kepada sebagian besar orang yang ditemuinya.
Informan 3 mengaku bahwa sikap negatif yang diterimanya tidak lebih
banyak dari dukungan yang diberikan orang lain. Hingga saat ini, sikap
negatif yang diterima Informan 3 berbentuk saran-saran untuk mengubah
orientasi seksualnya. Meski begitu, Informan 3 merasa tidak terganggu oleh
sikap-sikap negatif yang ditunjukkan orang lain kepadanya. Informan 3
bahkan cenderung bersikap indifferent dan tenang ketika berhadapan dengan
orang-orang yang menunjukkan sikap negatif. Ketidakacuhan Informan 3
disebabkan oleh keyakinannya bahwa setiap orang memiliki hak untuk
mempercayai dan mengungkapkan apapun yang mereka yakini. Informan 3
juga percaya bahwa ketika ia memperlakukan orang lain dengan baik, maka
orang lain juga akan memperlakukannya dengan baik. Kalimat-kalimat
berikut menggambarkan sikap negatif yang ditunjukkan oleh orang lain pada
Informan 3 dan bagaimana ia menghadapinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Ya santai aja. Itu cara aku menghadapi ... Lah aku harus
menanggapinya seperti apa, masa aku harus down gitu kan ... Ketika
kita berteman, ketika kita dekat sama seseorang, seseorang kan akan
lebih melihat apakah kamu merugikan dia atau tidak, kan? Ketika kita
bisa memberikan manfaat dan kita bisa baik sama orang, orang pasti
akan baik kepada kita, seperti itu ... Aku hanya berperilaku bahwa,
kamu membutuhkan bantuan apa, aku akan memberikan bantuan itu,
kamu, saya ingin diperhatikan sama orang, jadi saya akan
memperhatikan orang melebihi apapun itu kan, sistemnya seperti itu.
Jadi, selama kita oke sama orang, orang pasti juga akan baik sama
kita, itu aja sih.
Informan 3 memang tampak tidak terganggu dengan sikap negatif yang
ditunjukkan orang lain. Namun, hal tersebut tidak lantas membuat Informan
3 tidak membutuhkan dukungan dari orang lain. Menurut Informan 3, ia
membutuhkan dukungan saat sedang menghadapi masalah. Salah satu
masalah yang membuat Informan 3 merasa sangat membutuhkan dukungan
adalah saat ia menyukai seseorang. Kebutuhan akan dukungan tersebut
tercermin dalam kebingunan yang dirasakan Informan 3 saat ia menyukai
seseorang, namun ia tidak memiliki teman untuk bercerita dan meminta saran.
Informan 3 merasa ia harus meminta saran kepada teman-temannya tentang
bagaimana harus bertindak terhadap orang yang disukai. Saat Informan 3
sedang menghadapi masalah dan tidak menerima dukungan, maka ia akan
merasa kebingungan. Hal tersebut tercermin dalam kalimat-kalimat berikut
ini.
Apa ya, waktu itu waktu dia di kost-an, karena sudah bingung berat
mau cerita ke siapa, karena kan yang aku punya sekarang di Jogja
waktu dulu pertama kali kan, temenku satu yang dari SD itu aja, sama
satu lagi itu adekku. Nah, pada saat itu kan posisinya aku sedang suka
sama, eeh, koko di wihara, udah lama banget, sekarang udah gak di
Jogja lagi. Saat itu kan aku gak punya temen untuk cerita, satu-satunya
cuman mereka berdua, ya kalo cuma cerita ke satu orang, gak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
menemukan solusi yang pas, gitu pada saat itu. Akhirnya, adekku nanya
kenapa diem, di situlah, udahlah berani ajalah, ngaku-ngakulah, dia
marah, marahlah, bodo amat.
Dukungan dari orang-orang di sekitar terus mengalir dalam hidup
Informan 3. Informan 3 mengaku bahwa sebagian besar orang yang
ditemuinya memberi dukungan terkait orientasi seksualnya. Orang-orang
yang mendukung Informan 3 ini terdiri dari teman-temannya di lingkungan
kampus dan wihara. Hingga saat ini, dukungan yang diterima Informan 3
berbentuk penerimaan atas diri sebenarnya, diberi semangat dan solusi saat
menghadapi masalah, dan didengarkan ceritanya.
Ada perasaan-perasaan positif yang dirasakan oleh Informan 3 saat ia
menerima dukungan. Informan 3 merasa bahwa ia dapat lebih bebas dalam
menjadi dirinya sendiri. Kepura-puraan tidak harus ia lakoni. Topik
pembicaraan yang terkait dengan homoseksualitas pun menjadi lebih cair,
tidak menegangkan. Selain itu, Informan 3 merasa lebih bersemangat dalam
menjalani hidupnya. Informan 3 pun merasa lebih ringan dalam menjalani
hidup. Seakan beban berat yang dipikul Informan 3 terangkat saat ada yang
mendukungnya. Lebih jauh, Informan 3 merasa beruntung karena memiliki
teman-teman yang mau mendukungnya. Nukilan dari percakapan peneliti dan
Informan 3 berikut ini dapat menggambarkan perasaan positif yang dirasakan
Informan 3.
Waktu dulu pertama kali dapat dukungan, temenku itu tau bahwa,
terutama adikku ya, aku merasa lebih ringan aja melangkah. Jadi,
seperti nggak takut gitu lho ... Hidup tanpa harus membohongi orang
lain dan diri sendiri kan suatu kebahagiaan kan. Kita bisa melangkah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
lebih ringan ke mana aja. Mereka, mereka udah tau, aku tidak perlu
berpura-pura, eh, harus suka sama perempuan atau bagaimana.
Makna yang dibangun Informan 3 atas dukungan-dukungan yang
diterimanya sangatlah positif. Dukungan-dukungan yang diterima dimaknai
sebagai pemacu agar Informan 3 selalu bergerak maju tanpa memikirkan
orientasi seksual dan sikap-sikap negatif yang diterimanya. Dukungandukungan yang diterima juga dimaknai sebagai penyemangat hidup Informan
3. Dengan adanya dukungan-dukungan tersebut, pandangan Informan 3
terhadap lingkungannya juga cenderung mengalami perubahan. Informan 3
merasa bahwa tidak semua orang menutup diri akan perbedaan. Lingkungan
yang lebih terbuka dan lebih indah adalah hal yang dirasakan Informan 3
setelah menerima dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Pemaknaan dan
perubahan pandangan Informan 3 tentang lingkungannya tergambar dalam
kalimat berikut.
Sebagai tombak untuk menghancurkan dinding yang besar, jika
diibaratkan. Dalam artian ya, dukungan mereka itu seperti alat pemacu
supaya aku bisa terus maju, gitu lho, tanpa memikirkan bahwa aku ini
apa dan siapa. Dalam artian, ya, penyemangat hidup bisa dikatakan.
Karena kan gak semua orang, gak semua kaum gay yang bisa
mendapatkan orang-orang yang seperti itu ... Aku cuma bisa melihat
bahwa nggak semua orang ternyata tertutup, kayak gitu. Semua orang
mau menerima keadaan orang lain, itu yang bisa aku lihat sih duniaku
sekarang ini. Dan bisa dikatakan duniaku menjadi lebih indah.
Menerima baik sikap negatif maupun dukungan membuat Informan 3
menyadari perbedaan reaksi orang lain terkait orientasi seksualnya.
Terkadang, ada saat-saat di mana Informan 3 dapat menilai apakah orang
yang sedang dihadapinya adalah orang yang dapat menerima dirinya apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
adanya atau tidak. Kesadarannya akan perbedaan reaksi orang lain terhadap
orientasi seksualnya tidak membuat Informan 3 terus berdiam diri. Informan
3 merasa enggan untuk menyembunyikan orientasi seksualnya, walaupun ia
tetap harus selektif dalam mengungkapkan hal tersebut. Keengganan tersebut
didasarkan pada keinginan Informan 3 untuk menjadi dirinya sendiri, tanpa
kepura-puraan, seperti yang tergambar dalam kalimat-kalimat berikut.
Tapi selama ini aku punya temen atau apa, semuanya bisa nerima dan
itu seperti ada feeling-nya kayak, kita ketemu sama seseorang, orang
ini udah, ooh ini orang yang kalo aku jujur, dia bisa nerima, kalo ini
kalo aku jujur dia akan begini, ooh kalo ini gak usah jujur sama yang
ini, yang ini udah, gak usah dideketin, kayak gitu.
Dalam artian seperti kayak menipu diri sendiri sih. Karena
prinsipku selama tidak merugikan orang lain dan diri sendiri, lebih
baik jujur aja. Toh jujur lebih baik ketimbang kita menipu diri sendiri,
apalagi nipu orang, kayak gitu kan, akan membebani diri sendiri.
Keinginan untuk menjadi diri otentik yang tidak harus selalu berpurapura di hadapan orang lain mendorong Informan 3 untuk mengungkap
orientasi seksualnya. Tentu tidak semua orang bisa menerima hal tersebut.
Walau begitu, ada hal positif yang dirasakan Informan 3 setelah ia
mengungkapkan orientasi seksualnya. Informan 3 merasa lebih lega, dapat
melangkah lebih ringan, dan dapat hidup tanpa harus selalu mengenakan
topeng untuk menyembunyikan diri sebenarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Sikap positif
(dukungan)
Sikap negatif
Informan 3
Membutuhkan
dukungan saat
menghadapi
masalah
Merasakan
afek negatif
ketika tidak
menerima
dukungan saat
sedang
menghadapi
masalah
Tidak merasa
terganggu dengan
sikap negatif; bersikap
indifferent terhadap
sikap negatif; menjaga
relasi dengan orang
yang menunjukkan
sikap negatif
Merasa bebas menjadi
diri otentik; merasakan
afek positif ketika
menerima dukungan
Memaknai dukungan
sebagai pendorong dan
penyemangat hidup
Memandang
lingkungan sebagai
tempat yang terbuka
dan indah
Menyadari perbedaan reaksi
terkait orientasi seksual
Keinginan untuk menjadi diri
otentik; keengganan untuk
menyembunyikan orientasi
seksual; kesadaran untuk
mengungkapkan orientasi
seksual secara selektif
Mengungkap orientasi
seksual
Merasakan afek positif
setelah
mengungkapkan
orientasi seksual
Skema 5. Dinamika psikologis yang terjadi ketika Informan 3 menerima dukungan
sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
D.
Pembahasan
Salah satu temuan dalam perpektif biologis menyatakan bahwa urutan
kelahiran berhubungan dengan kemungkinan bahwa individu adalah seorang gay
(Blanchard & Bogaert, 1996). Semakin besar angka urutan kelahiran, maka
semakin besar pula peluang bahwa individu tersebut adalah seorang gay (Blanchard
& Bogaert, 1996). Walau begitu, temuan Blanchard dan Bogaert (1996)
menunjukkan bahwa hal tersebut berlaku lebih kuat pada individu yang memiliki
kakak laki-laki dari pada individu yang memiliki kakak perempuan. Adapun dua
dari tiga informan merupakan anak bungsu dalam keluarganya sehingga hal
tersebut mendukung temuan Blanchard dan Bogaert (1996). Namun, temuan
Blanchard dan Bogaert (1996) tidak sepenuhnya berlaku pada Informan 1 karena
semua kakaknya adalah perempuan. Temuan tersebut juga tidak berlaku pada
Informan 3 yang merupakan anak sulung dalam keluarganya.
Terkait pengalaman informan dengan lingkungannya, hasil wawancara
menunjukkan bahwa dua dari tiga informan dalam penelitian ini merasakan
penolakan dari orang-orang di sekitarnya. Penolakan tersebut seakan tak terelakkan
mengingat hasil survei Pew Research Center (2014) yang menunjukkan bahwa
93% masyarakat Indonesia menunjukkan sikap negatif pada kelompok gay, begitu
juga hasil survei LSI (2012) yang menunjukkan bahwa 80,6% masyarakat
Indonesia merasa tidak nyaman ketika harus bertetangga dengan gay. Ketiganya
menerima usulan untuk mengubah orientasi seksual mereka dengan berbagai cara,
antara lain mencari obat, berpacaran dengan perempuan, atau mendekatkan diri ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tuhan. Tak hanya itu, Informan 2 bahkan menerima hinaan karena ia tidak
memenuhi ekspektasi masyarakat akan peran gender maskulin.
Agama kerap kali menjadi alat yang digunakan untuk memojokkan
homoseksualitas. Informan 2 misalnya, ia menerima usulan agar dirinya
mendekatkan diri ke Tuhan. Berbeda dengan Informan 3, walaupun tidak secara
spesifik menyebut kata Tuhan, ia menerima saran untuk “kembali ke jalan yang
benar”. Di Indonesia yang masyarakatnya masih sangat mengagungkan posisi
agama (Pew Research Center, 2014), hal tersebut seringkali terjadi. Adanya usulan
agar Informan 2 mendekatkan diri ke Tuhan supaya orientasi seksualnya berubah
menunjukkan
bahwa
masyarakat
beragama
cenderung
menganggap
homoseksualitas sebagai dosa yang sengaja dipilih dan dapat dikontrol (HaiderMarkel & Joslyn, 2008). Orang yang tingkat religiositasnya tinggi cenderung
menunjukkan ketertutupan terhadap homoseksualitas (Besen & Zicklin, 2007).
Sebagai konsekuensi atas diterimanya sikap negatif terkait orientasi seksual,
Informan 1 dan 2 merasakan ketidaknyamanan. Memang, sikap negatif dan tindak
diskriminatif dari orang lain menjadi berbahaya bagi kelompok gay (Mays &
Cochran, 2001). Sikap negatif dan tindak diskriminatif yang dilakukan orang lain
membuat hidup kelompok gay terasa lebih sulit dan menghalangi mereka untuk
hidup lebih penuh dan produktif (Mays & Cochran, 2001). Stigma-stigma yang
ditempelkan pada kelompok minoritas inipun berkorelasi dengan buruknya tingkat
kesehatan mental mereka (Meyer, 1995).
Walaupun dua dari tiga informan menunjukkan ketidaknyamanan saat
menerima sikap negatif, ketiga informan cenderung bersikap indifferent. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dimungkinkan untuk terjadi karena ketiga informan telah menerima dukungan.
Kwon (2013) menyatakan bahwa dukungan yang diterima kelompok gay dapat
menurunkan reaktivitas mereka terhadap prasangka-prasangka dan sikap negatif
yang ditunjukkan orang lain. Mekanisme stress buffer yang dinyatakan Cohen dan
Wills (1985) bekerja dalam menurunkan reaktivitas akan prasangka dan sikap
negatif tersebut (Kwon, 2013). Dalam kasus Informan 3, optimisme yang
membuatnya percaya bahwa semua hal yang ia lakukan akan membuahkan hasil
baik menurunkan reaktivitasnya terhadap sikap negatif orang lain (Scheier &
Carver dalam Kwon, 2013).
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, mayoritas masyarakat Indonesia
menunjukkan sikap negatif pada kelompok gay (LSI, 2012; Pew Research Center,
2014). Namun, ketiga informan menerima dukungan dari sebagian kecil orang yang
tidak menunjukkan sikap negatif tersebut. Di Amerika Serikat, sikap positif atas
hubungan sejenis memang mengalami peningkatan, terutama dalam isu pernikahan
sejenis (Baunach, 2012; Lewis & Gossett, 2008). Akan tetapi, peneliti tidak bisa
menyimpulkan bahwa sikap positif masyarakat Indonesia pada kelompok gay juga
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun karena hasil survei LSI dan Pew
Research Center yang menyatakan sebaliknya. Munculnya organisasi-organisasi
yang mengadvokasi hak-hak kelompok gay serta adanya festival bertema
homoseksualitas tidaklah cukup untuk menjadi bukti bahwa sikap positif terhadap
kelompok gay di Indonesia mengalami peningkatan.
Dari pengalaman yang diceritakan oleh ketiga informan, tampak jelas bahwa
hampir seluruh pemberi dukungan adalah orang-orang di luar keluarga. Hal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
sama ditemukan oleh Nesmith et al. (1999) yang menyatakan bahwa 77% pemberi
dukungan berasal dari orang-orang di luar keluarga. Akan tetapi, hal tersebut
menjadi wajar karena jumlah orang di luar keluarga jauh lebih banyak dibandingkan
dengan anggota keluarga yang jumlahnya terbatas. Ketiadaan dukungan dari
keluarga disebabkan oleh kelompok gay yang merasa takut akan reaksi negatif
ketika mereka mengungkapkan orientasi seksual mereka. Dalam beberapa kasus,
orang tua bahkan melakukan pengusiran dari rumah (Nesmith et al., 1999). Selain
orang di luar keluarga, informan juga menerima lebih banyak dukungan dari
perempuan. Survei Adamczyk dan Pitt (2009) mendukung hasil ini dengan
menyatakan bahwa perempuan menunjukkan penerimaan yang lebih tinggi pada
kelompok gay.
Terkait jenis dukungan yang diterima, terdapat perbedaan antara Informan 2
dan 3 dengan Informan 1. Informan 2 dan 3 menerima dukungan berupa
didengarkan dan diberi solusi atas permasalahannya, sesuai dengan konsep
dukungan emosional dan informasional yang dinyatakan oleh Cutrona dan Gardner
(2004), Schaefer, Coyne, dan Lazarus (1981), dan Wills dan Fegan (2001) (dalam
Sarafino, 2008). Berbeda dengan Informan 2 dan 3, Informan 1 menerima
dukungan berupa pembiaran dan tidak dicampuri urusan pribadinya. Bentuk
dukungan tersebut tidak sesuai dengan 4 kategori dukungan yang telah disebutkan
sebelumnya. Lebih jauh, para informan menyatakan bahwa dukungan-dukungan
seperti yang telah mereka terimalah yang mereka butuhkan.
Terlepas dari apakah bentuk dukungan yang diterima ketiga informan sesuai
atau tidak dengan jenis dukungan yang telah disebutkan, dukungan-dukungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
tersebut menimbulkan efek positif pada diri ketiga informan. Dukungan yang
diterima kelompok gay terbukti berkorelasi positif dengan tingkat penerimaan diri,
pengungkapan diri, dan kesejahteraan psikologisnya (Shilo & Savaya, 2011).
Dukungan sosial juga menjadi salah satu faktor dari resiliensi yang dapat
menurunkan tingkat reaktivitas kelompok gay terhadap prasangka dan sikap negatif
(Kwon, 2013). Selain itu, dukungan sosial juga berperan sebagai “tameng” atas
kejadian yang dapat menimbulkan stres melalui mekanisme stress buffer (Cohen &
Wills, 1985).
Perbedaan antara pengalaman menerima dukungan sosial pada kelompok gay
dan heteroseksual terlihat di sini. Pada kelompok gay, dukungan sosial bekerja
dengan mekanisme stress buffer yang dinyatakan Cohen dan Wills (1985) seperti
yang telah disebutkan sebelumnya. Efek dari dukungan sosial sebagai stress buffer
tampak dari sikap tidak acuh para informan pada sikap negatif yang diterima.
Dalam konteks orientasi seksual, heteroseksual yang memenuhi ekspektasi
masyarakat tentang orientasi seksual yang seharusnya dimiliki individu tentu
menerima dukungan yang bekerja dengan mekanisme main effect. Artinya,
heteroseksual tumbuh dalam lingkungan yang selalu memberi pengalaman positif
dan memiliki peran yang dihargai masyarakat (Cohen & Wills, 1985). Lingkungan
yang suportif tersebut tidak dirasakan oleh sebagian besar gay, khususnya dua dari
tiga informan penelitian ini.
Pengalaman menerima dukungan membuat para informan mengkonstruksi
makna tertentu atas dukungan yang diterima. Para informan memaknai dukungan
yang diterima sebagai bentuk penghargaan atas kehidupan pribadi, cermin untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
berefleksi, pemacu agar selalu bergerak maju dalam hidup, dan penyemangat hidup.
Makna yang dikonstruksi atas dukungan yang diterima membuat para informan
menyadari bahwa ada pola-pola dan koneksi tertentu dalam hidup mereka. Polapola dan koneksi ini akan membuat mereka belajar untuk lebih adaptif supaya dapat
bertahan hidup (Heintzelman & King, 2014). Salah satu contoh perilaku adaptif
yang dilakukan para informan adalah mengungkapkan orientasi seksual mereka
secara selektif.
Setelah menerima sikap negatif dan sekaligus dukungan serta memaknainya,
timbul kesadaran pada para informan bahwa reaksi yang ditunjukkan orang lain
terhadap orientasi seksual mereka berbeda-beda. Saat menerima sikap negatif, para
informan merasakan afek negatif yang berujung pada penyembunyian orientasi
seksual.
Di
lingkungan
yang
masyarakatnya
tidak
dapat
menerima
homoseksualitas, pengungkapan orientasi seksual selalu mengandung risiko
(Legate et al., 2012). Kelompok gay menghadapi kemungkinan yang sangat besar
dalam menerima stigma, penilaian negatif dan penolakan yang menghalangi
mereka untuk mengungkapkan orientasi seksual mereka (Legate et al., 2012).
Beberapa kasus bahkan melibatkan kekerasan verbal dan fisik (D’Augelli &
Grossman, 2001). Dalam keadaan seperti itu, penyembunyian orientasi seksual
menjadi strategi coping yang sangat umum digunakan (Meyer, 1995).
Sebaliknya, di lingkungan yang cenderung suportif, pengungkapan orientasi
seksual sangat dimungkinkan untuk terjadi. Dalam konteks organisasi, hasil
penelitian yang dilakukan oleh Griffith dan Hebl (2002) menunjukkan bahwa
organisasi dan rekan kerja yang menunjukkan dukungan pada kelompok gay
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
berkorelasi positif dengan tingkat pengungkapan orientasi seksual para gay yang
bekerja di organisasi tersebut. Para informan mengaku bahwa mereka akan
mengungkapkan orientasi seksual mereka pada orang-orang yang dapat mereka
percaya. Rasa nyaman ketika berinteraksi juga menjadi salah satu pendorong
pengungkapan orientasi seksual para informan. Pernyataan Legate et al. (2012)
sesuai dengan hal ini, bahwa kelompok gay merasa lebih diterima, bebas untuk
berekspresi, dan lebih terbuka pada lingkungan yang menunjukkan penerimaan dan
dukungan atas diri otentik mereka.
Pengungkapan orientasi seksual pun bukan tanpa akibat. Pengungkapan
orientasi seksual dapat berakibat negatif (D’Augelli dalam Legate et al., 2012;
D’Augelli & Grossman, 2001) atau positif (Griffith & Hebl, 2002; Legate et al.,
2012). Apa yang dirasakan oleh informan 2 dan 3 membuktikan bahwa
pengungkapan orientasi seksual memang berakibat positif jika dilakukan di
lingkungan yang mendukung homoseksualitas. Rasa lega, lebih ringan dalam
melangkah, lebih bebas menjadi diri sendiri tanpa harus berpura-pura, dan
hilangnya beban adalah perasaan yang dirasakan informan 2 dan 3. Walaupun
begitu, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pengungkapan orientasi seksual
dapat berakibat negatif dan positif. Dalam kasus ini, dukungan sosial menjadi kunci
atas akibat positif yang dihasilkan oleh pengungkapan orientasi seksual. Dalam
konteks organisasi misalnya, reaksi yang ditunjukkan rekan kerja (dalam hal ini
adalah dukungan) menjadi mediator antara pengungkapan orientasi seksual dengan
tingginya kepuasan kerja dan rendahnya kecemasan yang dialami pekerja gay
(Griffith & Hebl, 2002). Hasil penelitian tersebut semakin menguatkan posisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
dukungan sosial sebagai faktor yang penting dalam meningkatkan kesehatan mental
kelompok gay.
Jika ditinjau dari tahap perkembangan identitas kelompok gay yang diajukan
Troiden (1988), maka ketiga informan dalam penelitian ini sudah berada pada tahap
commitment. Tahap ini menandakan bahwa para informan telah mengadopsi cara
hidup gay. Salah satu indikatornya adalah pengungkapan orientasi seksual kepada
orang lain yang non-gay. Selain itu, tampak indikator lain pada Informan 1, yaitu
hubungan romantis yang sedang dijalin dengan individu lain yang berjenis kelamin
sama.
Hasil penelitian ini dapat dikatakan sebagai pelengkap hasil penelitian
sebelumnya. Makna yang dikonstruksi atas pengalaman menerima dukungan sosial
dapat mengisi ruang kosong yang ditinggal oleh penelitian Wulandari (2015). Hasil
penelitian ini melengkapi penelitian tersebut, terutama dalam hal mengungkap apa
makna yang dikonstruksi anggota kelompok gay atas pengalaman menerima
dukungan sosial serta pengaruhnya dalam hidup mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Sikap positif
(dukungan)
Sikap negatif
Informan
Merasakan afek
negatif ketika
menerima sikap
negatif
Bersikap indifferent
atas sikap negatif
Memandang
lingkungan/dunia
dengan cara yang
lebih negatif
Merasakan afek
positif ketika
menerima dukungan
Memaknai
dukungan yang
diterima
Memandang
lingkungan/dunia
dengan cara yang
lebih positif
Menyadari
perbedaan reaksi
atas orientasi
seksual
Ketakutan atas
reaksi negatif jika
orientasi terungkap
Mengungkap
orientasi seksual
atas dasar rasa
nyaman dan percaya
Menutup diri;
mengungkap
orientasi seksual
secara selektif
Merasakan afek
positif setelah
mengungkapkan
orientasi seksual
Skema 6. Dinamika psikologis yang terjadi secara umum pada para informan saat
menerima dukungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga informan dalam penelitian ini
mengalami berbagai hal terkait orientasi seksual mereka, dimulai dari pengalaman
menerima sikap negatif hingga menerima dukungan. Contoh sikap negatif yang
diterima oleh ketiga informan adalah usulan untuk mengubah orientasi seksual
mereka. Sikap negatif yang ditunjukkan orang lain pada ketiga informan tersebut
menimbulkan ketidaknyamanan yang berujung pada keengganan para informan
untuk membuka diri lebih jauh pada lawan interaksinya.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, para informan juga menerima
dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Bentuk dukungan yang diterima
berbentuk dukungan informasional, emosional, dan bentuk lainnya yang tidak
tergolong dalam kategori dukungan sosial yang telah diajukan sebelumnya.
Dukungan sosial yang diterima juga berasal dari berbagai sumber, di antaranya
adalah saudara kandung, sepupu, dan teman-teman di lingkungan kantor, kampus
atau tempat ibadah. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar dukungan
diterima dari orang-orang di luar keluarga. Dukungan-dukungan yang mereka
terima membuat mereka merasakan afek positif yang selanjutnya dimaknai sebagai
beberapa hal, antara lain sebagai bentuk penghargaan atas kehidupan pribadi,
cermin untuk berefleksi, pemacu agar selalu bergerak maju dalam hidup, dan
penyemangat hidup. Dalam kasus ini, dukungan yang diterima membantu para
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
informan dengan mekanisme stress buffer yang diajukan Cohen & Wills (1985).
Pemaknaan tersebut membantu para informan dalam mengembangkan perilaku
adaptif di lingkungan yang mereka tinggali. Pemaknaan atas dukungan yang
diterima juga membuat para informan memiliki keinginan untuk mengungkap
orientasi seksual mereka ke orang lain. Rasa lega adalah hal yang umum dirasakan
oleh para informan setelah mengungkapkan orientasi seksual mereka.
B.
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini terletak pada penggalian data yang kurang
mendalam. Wawancara hanya dilakukan satu kali per informan dalam waktu yang
tidak terlalu panjang. Hal tersebut membuat data kurang bervariasi dan kurang
detail di beberapa titik.
C.
1.
Saran
Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat memperdalam penggalian data dari para
informan mengenai bagaimana dukungan sosial bekerja dalam hidup mereka
serta perilaku-perilaku seperti apa yang membuat mereka merasa tidak
nyaman dalam hidup sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
2.
Bagi Orang-orang yang Memiliki Anggota Keluarga atau Teman dari
Kelompok Gay
Dukungan sosial ternyata sangat penting bagi kelompok gay, baik
dukungan dari orang di luar keluarga maupun di luar keluarga. Oleh karena
itu, orang-orang yang memiliki anggota keluarga atau teman dari kelompok
gay disarankan untuk meninggalkan perilaku penuh diskriminasi dan
mencoba memberikan dukungan seperti yang telah disebutkan oleh para
informan penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
DAFTAR PUSTAKA
Adamczyk, A., & Pitt, C. (2009). Shaping attitudes about homosexuality: The role
of religion and cultural context. Social Science Research, 38, 338-351.
American Psychological Association. (2008). Answers to your questions: For a
better understanding of sexual orientation and homosexuality. Washington,
DC: Author.
American Psychological Association. (2010). Publication manual of the American
Psychological Association (6th ed.). Washington, DC: Author.
Arif. (2016). Ikatan psikologi klinis menilai LGBT perlu dipulihkan.
http://www.sharia.co.id/2016/02/ikatan-psikologi-klinis-menilai-lgbt-perludipulihkan/, diakses pada 12 Februari 2016.
Ariyanto, & Triawan, R. (2008). Jadi, kau tak merasa bersalah!? Studi kasus
diskriminasi dan kekerasan terhadap LGBTI. Jakarta: Arus Pelangi.
Baunach, D. M. (2012). Changing same-sex marriage attitudes in America from
1988 through 2010. Public Opinion Quarterly, 76(2), 364-378.
Batubara, H. (2016). Menristek: Saya larang LGBT di semua kampus, itu tak sesuai
nilai
kesusilaan!
http://news.detik.com/berita/3125654/menristek-saya-
larang-lgbt-di-semua-kampus-itu-tak-sesuai-nilai-kesusilaan, diakses pada
25 Januari 2016.
Beals, K. P., Peplau, L. A., & Gable, S. L. (2009). Stigma management and wellbeing: The role of perceived social support, emotional processing, and
suppression. Personality and Social Psychology Bulletin, 35(7), 867-879.
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Besen, Y., & Zicklin, G. (2007). Young men, religion and attitudes towards
homosexuality. Journal of Men, Masculinities and Spirituality, 1(3), 250-266.
Blanchard, R., & Bogaert, A. F. (1996). Homosexuality in men and number of older
brothers. The American Journal of Psychiatry, 153(1), 27-31.
Brouwer, M. A. W. (1988). Alam manusia dalam fenomenologi. Jakarta: Gramedia.
Chen, J. M., Kim, H., S., Mojaverian, T., & Morling, B. (2012). Culture and social
support provision: Who gives what and why. Personality and Social
Psychology Bulletin, 38(1), 3-13.
Cobb, S. (1976). Social support as a moderator of life stress. Psychosomatic
Medicine, 38(5), 300-314.
Cochran, S. D., Sullivan, J. G., & Mays, V. M. (2003). Prevalence of mental
disorders, psychological distress, and mental health services use among
lesbian, gay, and bisexual adults in the United States. Journal of Consulting
and Clinical Psychology, 71(1), 53-61.
Cohen, S., & Wills, T. A. (1985). Stress, social support, and the buffering
hypothesis. Psychological Bulletin, 98(2), 310-357.
Creswell, J. W. (2007). Qualitative inquiry & research design: Choosing among
five approaches (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage Publications, Inc.
Creswell, J. W. (2009). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed
method approaches (3rd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage Publications, Inc.
Crooks, R., & Baur, K. (1983). Our sexuality (2nd ed.). Menlo Park, CA: The
Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
D’Augelli, A. R., & Grossman, A. H. (2001). Disclosure of sexual orientation,
victimization, and mental health among lesbian, gay, and bisexual older
adults. Journal of Interpersonal Violence, 16(10), 1008-1027.
Fizriyani, W., & Ucu, K. R. (2016). SGRC UI: Kami bukan komunitas LGBT.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/22/o1c80r282-sgrcui-kami-bukan-komunitas-lgbt, diakses pada 24 Januari 2016.
Goodwin, R., Cost, P., & Adonu, J. (2004). Social support and its consequences:
‘Positive’ and ‘deficiency’ values and their implications for support and selfesteem. British Journal of Social Psychology, 43, 1-10.
Griffith, K. H., & Hebl, M. R. (2002). The disclosure dilemma for gay men and
lesbians: “Coming out” at work. Journal of Applied Psychology, 87(6), 11911199.
Haider-Markel, D. P., & Joslyn, M. R. (2008). Beliefs about the origins of
homosexuality and support for gay rights: An empirical test of attribution
theory. Public Opinion Quarterly, 72(2), 291-310.
Hasbiansyah, O. (2008). Pendekatan fenomenologi: Pengantar praktik penelitian
dalam ilmu sosial dan komunikasi. MediaTor, 9(1), 163-180.
Heintzelman, S. J., & King, L. A. (2014). (The feeling of) Meaning-as-information.
Personality and Social Psychology Review, 18(2), 153-167.
Herek, G. M. (2004). Beyond “homophobia”: Thinking about sexual prejudice and
stigma in the twenty-first century. Sexuality Research & Social Policy, 1(2),
6-24.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Hogben, M., & Byrne, D. (1998). Using social learning theory to explain individual
differences in human sexuality. The Journal of Sex Research, 35(1), 58-71.
Kimmel, M. S. (2004). Masculinity as homophobia: Fear, shame, and silence in the
construction of gender identity. Dalam P. F. Murphy (Ed.), Oxford Readings
in Feminism: Feminism and Masculinities (hlm. 182-199). New York, NY:
Oxford University Press.
Kwon, P. (2013). Resilience in lesbian, gay, and bisexual individuals. Personality
and Social Psychology Review, 17(4), 371-383.
Legate, N., Ryan, R. M., & Weinstein, N. (2012). Is coming out always a “good
thing”? Exploring the relations of autonomy support, outness, and wellness
for lesbian, gay, and bisexual individuals. Social Psychological and
Personality Science, 3(2), 145-152.
Lehmiller, J. J. (2014). The Psychology of Human Sexuality. West Sussex, UK:
John Wiley & Sons, Ltd.
LeVay, S., & Valente, S. M. (2006). Human sexuality (2nd ed.). Sunderland, MA:
Sinauer Associates, Inc.
Lewis, G. B., & Gossett, C. W. (2008). Changing public opinion on same-sex
marriage: The case of california. Politics & Policy, 36(1), 4-30.
Lingkaran Survei Indonesia. (2012). Meningkatnya populasi yang tidak nyaman
dengan keberagaman. http://lsi.co.id/lsi/2012/10/22/meningkatnya-populasiyang-tidak-nyaman-dengan-keberagaman-2/, diakses pada 16 September
2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Mays, V. M., & Cochran, S. D. (2001). Mental health correlates of perceived
discrimination among lesbian, gay, and bisexual adults in the United States.
American Journal of Public Health, 91(11), 1869-1876.
Meyer, I. H. (1995). Minority stress and mental health in gay men. Journal of
Health and Social Behavior, 36(1), 38-56.
Nelson, K. (2015). What is heteronormativity – And how does it apply to your
feminism?
Here
are
4
http://everydayfeminism.com/2015/07/what-is-heteronormativity,
examples.
diakses
pada 3 Agustus 2016.
Nesmith, A. A., Burton, D. L., & Cosgrove, T. J. (1999). Gay, lesbian, and bisexual
youth and young adults: Social support in their own words. Journal of
Homosexuality, 37(1), 95-108.
Nierman, A. J., Thompson, S. C., Bryan, A., & Mahaffey, A. L. (2007). Gender role
beliefs and attitudes toward lesbians and gay men in Chile and the U.S. Sex
Roles, 57, 61-67.
Park, C. L. (2010). Making sense of the meaning literature: An integrative review
of meaning making and its effects on adjustment to stressful life events.
Psychological Bulletin, 136(2), 257-301.
Pew Research Center. (2014). The global divide on homosexuality: Greater
acceptance in more secular and affluent countries. Washington, DC: Author.
Rathus, S. A., Nevid, J. S., & Fichner-Rathus, L. (2008). Human sexuality in a
world of diversity (7th ed.). Boston: Allyn and Bacon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Rosario, M., & Schrimshaw, E. W. (2013). The sexual identity development and
health of lesbian, gay, and bisexual adolescents: An ecological perspective.
Dalam C. J. Patterson & A. R. D’Augelli (Eds.), Handbook of psychology and
sexual orientation (hlm. 87-101). New York, NY: Oxford University Press.
Sarafino, E. P. (2008). Health psychology: Biopsychosocial interactions (6th ed).
Hoboken, NJ: Wiley & Sons, Inc.
Sarason, I. G., & Sarason, B. R. (2009). Social support: Mapping the construct.
Journal of Social and Personal Relationships, 26(1), 113-120.
Shilo, G., & Savaya, R. (2011). Effects of family and friend support on LGB youths’
mental health and sexual orientation milestones. Family Relations, 60, 318330.
Smith, J. A., Flowers, P., & Larkin, M. (2009). Interpretative phenomenological
analysis: Theory, method and research. London: Sage Publications Ltd.
Smith, J. A., & Osborn, M. (2008). Interpretative phenomenological analysis.
Dalam J. A. Smith (Ed.), Qualitative Psychology: A Practical Guide to
Research Methods (hlm. 53-80). London: Sage Publications Ltd.
Sugianto, D. (2014). Perbedaan sikap terhadap homoseksualitas antara murid
sekolah homogen dan heterogen. Skripsi yang tidak diterbitkan, Fakultas
Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Szymanski, D. M., & Balsam, K. F. (2011). Insidious trauma: Examining the
relationship between heterosexism and lesbians’ PTSD symptoms.
Traumatology, 17(2), 4-13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Taylor, S. E., Sherman, D. K., Kim, H. S., Jarcho, J., Takagi, K., Dunagan, M. S.
(2004). Culture and social support: Who seeks it and why?. Journal of
Personality and Social Psychology, 87(3), 354-362.
The British Psychological Society. (2016). BPS denounces Indonesian
classification of LGBT as mental illnesses. http://www.bps.org.uk/news/bpsdenouces-indonesian-classification-lgbt-mental-illness,
diakses
pada
4
Februari 2016.
Troiden, R. R. (1988). Homosexual identity development. Journal of Adolescent
Health Care, 9, 105-113.
Wulandari, N. L. P. R. A. (2015). Persepsi perilaku dukungan sosial menurut kaum
homoseksual. Skripsi yang tidak diterbitkan, Fakultas Psikologi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Yardley, L. (2008). Demonstrating validity in qualitative psychology. Dalam J. A.
Smith (Ed.), Qualitative Psychology: A Practical Guide to Research Methods
(hlm. 235-251). London: Sage Publications Ltd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
LAMPIRAN 1
Informed Consent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
LEMBAR PERSETUJUAN
Salam,
Saya Reza, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang sedang
mengerjakan tugas akhir. Saya memohon bantuan dan kesediaan Anda untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
makna dukungan sosial yang pernah Anda dapatkan.
Metode pengumpulan data yang akan saya gunakan adalah wawancara. Saya akan
meminta Anda untuk menjawab setiap pertanyaan terkait pengalaman hidup Anda. Anda
bebas menyampaikan apapun pikiran dan perasaan Anda sejauh Anda merasa itu
diperlukan. Anda juga berhak untuk tidak menyampaikan apa yang tidak ingin Anda
sampaikan. Seluruh pembicaraan selama wawancara akan saya rekam. Anda berhak
mengundurkan diri dari penelitian ini jika merasa kurang nyaman dengan topik penelitian
maupun proses penelitian yang akan dilakukan. Demi kenyamanan Anda, identitas Anda
akan saya rahasiakan. Saya tidak akan membagikan data kepada siapapun, kecuali pada
dosen pembimbing tugas akhir saya yang memang bertugas menyupervisi penelitian ini.
Wawancara akan berlangsung sekitar 30-60 menit. Namun, saya akan menyesuaikan diri
dengan ketersediaan waktu Anda sebagai informan.
Jika Anda memiliki pertanyaan terkait penelitian ini, silakan hubungi saya di nomor
telepon 085702505894 atau email [email protected]. Terima kasih.
Diisi oleh informan:
Saya yang bertandatangan di bawah ini,
Nama:
Telah membaca, memahami, dan setuju dengan informasi yang diberikan di atas. Dengan
ini, saya BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA* untuk berpartisipasi sebagai informan dalam
penelitian ini.
*coret yang tidak perlu
Yogyakarta, ............................... 2016
Peneliti
Informan Penelitian
Reza
___________________
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
LAMPIRAN 2
Daftar Pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
DAFTAR PERTANYAAN
A.
Pengalaman menerima dukungan sosial
1.
Bagaimana pola sosialisasi/interaksi dengan orang lain?
2.
Apakah ada yang mengetahui orientasi seksual informan?
3.
Bagaimana reaksi mereka ketika mengetahui hal tersebut?
4.
Di saat seperti apa informan merasa membutuhkan dukungan?
5.
Di saat seperti apa informan merasa mendapatkan dukungan?
6.
Siapa saja yang memberikan dukungan pada informan?
7.
Menurut informan, apa alasan yang mendasari orang lain dalam
mendukung informan?
8.
B.
Bentuk dukungan seperti apa yang diterima?
Makna dukungan sosial
1.
Menurut informan, apa makna dari dukungan yang telah diterima?
2.
Apakah makna yang dibangun memengaruhi cara informan melihat
dunia/lingkungannya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
LAMPIRAN 3
Transkrip Wawancara dan Contoh Analisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Informan 1 (B), 25 tahun
Kafe di wilayah DIY
Pukul 16.12-16.58 WIB, 24 Januari 2016
Baris
Transkrip
1
R: Aku pengen ini dulu, pengen minta
2
kamu ceritain soal diri kamu sendiri dulu
3
deh. Cerita dikit tentang dirimu sendiri.
4
B: Apa ini?
5
R: Ya, cerita aja, oh kamu kerja di mana,
6
oh dulu lulusan mana, cerita aja soal diri
7
kamu sendiri.
8
B: Oooh. Apa nih?
9
R: Ya cerita aja.
10 B: Apa ya? Hahaha.
11 R: Oh saya misalnya lahir di keluarga
12 yang gimana, punya berapa sodara,
13 deskripsiin aja. Latar belakangmu.
14 B: Hmm. Iya ya ya. Eeh, aku anak ke-4
15 dari 4 bersaudara. Kakakku eeh, 3 cewek
16 semua. Terus, apa ya. Apa ya? Hehe.
17 R: Apa aja soal keluargamu, soal
18 sekolahmu, soal pekerjaanmu.
19 B: Oooh.
20 R: Deskripsiin aja.
21 B: Sekarang kegiatanku, eeh, kerja di
22 salah satu perusahaan swasta, udah.
23 Hahaha.
24 R: Masa gitu doang? Oh iya, eh, punya ini
25 berarti sekarang, lagi deket sama siapa
26 gitu, punya temen deket atau sahabat atau
27 gimana?
28 B: Iya, eeh, ada temen deket, ada apa ya,
29 eh, temen deket ada, soulmate juga ada,
30 terus?
31 R: Boleh ceritain gak, kira-kira, apa
32 namanya, eeh, pola interaksi kamu, pola
33 sosialisasi kamu dengan orang-orang di
34 sekitar kamu?
35 B: Pola sosialisasi?
36 R: Ya kamu berinteraksinya dengan
37 orang-orang di sekitarmu seperti apa,
38 gitu.
39 B: Hmm. Kalo di lingkungan kantor, di
40 lingkungan temen-temen kerja ya
41 sewajarnya
temen-temen
kerja.
42 Maksudnya interaksinya ya, kalo dalam
Exploratory notes
Tema
Berkali-kali
bertanya ‘apa ini?’,
kesulitan bercerita
tentang diri?
Kebigungan akan
identitas (?)
Interaksi dengan
teman kantor 
sewajarnya, seperti
teman biasa (baik di
Melakukan
interaksi sesuai
konteks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
konteks kerjaan ya interaksi kerjaan. Kalo
misalnya pas di luar konteks kerjaan ya,
hmm, apa ya, ya udah, kayak temen biasa,
gitu lho.
R: Tadi kan bilangnya ada temen deket
nih, temen deketnya di lingkungan kantor
juga atau di luar itu?
B: Temen deketnya ada beberapa, di
lingkungan kantor ada, eeh, yang dulunya
temen kuliah ya ada.
R: Nah kalo, kalo dengan temen deket
kira-kira interaksinya apakah ada
perbedaan atau sama aja nih dengan, apa
namanya, dengan temen-temen di kantor
yang lain, atau temen-temen yang gak
terlalu deket? Kalo ada, kira-kira ada
perbedaan gak?
B: Iya sih, maksudnya ya jelas beda lah.
Soalnya kan, eeh, jadi kayak ada ininya
masing-masing gitu lho, ada, apa ya,
scope-nya masing-masing. Kalo sama
temen-temen kantor sekalipun di luar
konteks kerjaan gitu deketnya ya tetep
ada batasannya. Masalah yang obrolanobrolannya, terus topik-topiknya juga.
R: Boleh tau gak, kira-kira bedanya itu
kayak apa sih? Contohin.
B: Ya banyak hal-hal yang sifatnya, eeh,
private, yang temen-temen kantor gak
perlu tau, ya, gak perlu tau, gitu. Ya
pokoknya beda-beda, ininya beda-beda,
apa namanya, apa sih namanya, apa ya.
Eeh, jadi misalnya aku sama si A, itu ada,
ada yang beda ketika misalnya aku
ngobrol sama si B.
R: Berarti apa yang dibagiin, itu
perbedaannya tergantung orangnya gitu
ya.
B: Iya.
R: Nah kalo, apa namanya, kalo dengan
temen deket sendiri, sering keluar bareng
atau gimana gitu? Sering main bareng?
B: Ya gak sering sih ya, paling, soalnya
kan susah juga kan ngepasin waktunya
juga. Intensitasnya ya gak sering sih, dan
konteks kerjaan atau
tidak)
Perbedaan interaksi
antara dengan teman
kantor dan teman
dekat, membatasi
informasi
Melakukan
interaksi sesuai
konteks;
membatasi
informasi
Tidak membagikan
hal pribadi dengan
teman kantor
Kesulitan
menjelaskan
perbedaan?
Menjaga privasi;
membatasi
informasi
Jarang bertemu
teman dekat karena
susah mencari waktu
yang pas
Intensitas yang
rendah dalam
interaksi dengan
teman dekat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
gak jarang juga. Gak sering dan gak
jarang.
R: Eeh, di antara temen-temen itu tadi,
yang deket maupun yang nggak, yang di
lingkungan kantor maupun yang bukan,
kira-kira ada yang tau gak soal
identitasmu? Yang ‘itu’? Hahaha.
B: Kalo di temen-temen kantor ada yang
tau. Ada yang tau 2 orang. Kalo yang di,
eeh, temen deket yang di luar kantor, ada
juga yang tau. Hahaha. Ada juga yang tau.
Udah. Itu doang.
R: Kira-kira waktu mereka, apa ya, found
out, ketika mereka tau soal identitasmu
itu, kira-kira reaksi mereka gimana sih
waktu itu?
B: Macem-macem, karena kan
penerimaan orang juga beda-beda kan.
Ada yang dia open-minded dengan hal
seperti ini, ada yang masih belum
percaya juga, ya macem-macem.
Contohnya dari 2 temenku yang di
kantor, dua-duanya beda juga
penerimaannya. Yang satunya, eeh, ya
udah, eeh, istilahnya hidup, hidup kamu,
saya cukup tau, gitu. Nah yang satunya,
cenderung ngasih advice, ngasih apa ya,
ya saran, terus apa ya, ngasih masukan,
terus, ya dengan nada yang masih
kayaknya gak percaya.
R: Emang kalo boleh tau kira-kira yang
satunya tadi yang ngasih saran segala
macem, sarannya semacam apa sih?
B: Ya karena apa ya, kan masing-masing
mendefinisikan ‘itu’ juga beda-beda kan.
Nah
kayaknya
sih
dari
cara
penyampaiannya dia, dia mendefinisikan
hal ‘ini’ itu sebagai sesuatu yang, eeh, apa
ya, eeh, kurang baik menurut dia. Jadi ya
sarannya dia tentu saja yo, eeh,
kebalikannya dari yang ia definisikan
tentang ini.
R: Maksudnya? Bisa lebih dijelasin gak?
B: Nggak, simple-nya sih gini, dia
nganggep ‘ini’ sesuatu yang kurang baik,
Ada yang
mengetahui tentang
orientasi seksual 
teman kantor dan
teman dekat di luar
kantor
Pengungkapan
orientasi seksual
kepada orang lain
Menerima reaksi
yang berbeda  ada
yang terbuka, ada
yang cenderung
tidak percaya dan
menasihati
Menerima sikap
positif dan negatif
terkait orientasi
seksual
Dianggap
menyimpang dan
kurang baik oleh
teman; ada kontrol
dari teman
Menerima sikap
negatif terkait
orientasi seksual;
kontrol eksternal
Ketidaknyamanan
karena anggapan
“aneh” dari teman;
Menerima sikap
negatif terkait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
otomatis sarannya juga ya kebalikannya
dari itu.
R: Contohnya?
B: Contohnya apa ya, eeh, contohnya yo,
apa ya. Dia nyaranin, apa ya, pacaran
sama cewek, misalnya.
R: Ooh gitu.
B: Itu salah satu contohnya.
R: Trus kalo kamu sendiri merasa, ketika
mendapat saran kayak gitu, apa yang
kamu rasakan?
B: Ya udah, datar aja. Nggak, apa ya,
nggak menyanggah dan juga gak, iya sih,
cenderung datar.
R: Kenapa emang? Kenapa kamu merasa
gak perlu, bener ya aku bilang kalo kamu
merasa ini gak perlu disanggah atau,
bener gak? Maksudnya, eeh, kenapa
kamu merasa itu gak perlu disanggah atau
‘ya udah biarin aja deh’?
B: Ya karena, ya itu cuma saran kan.
Ujung-ujungnya terserah aku mau, eeh,
nerima, mau nolak atau maksudnya mau
nerima tapi nggak merealisasikan
sarannya dia. Ujungnya terserah saya
gitu.
R: Hmm, tapi kamu ngerasa gak misalnya
ketika kamu di, eeh, apa namanya, tapi
kamu merasa hal itu mempengaruhi kamu
gak? Eh, ternyata ada orang yang kurang
begitu, belum begitu bisa menerima terus
itu mempengaruhi kamu gak?
B: Nggak sih. Nggak.
R: Oke oke. Berarti kamu kan tadi udah
ngomong kalo di antara temen-temenmu,
ada temen yang bisa menerima gitu kan.
ada yang bisa menerima kamu, eeh, apa
adanya. Kemudian, eem, apa, gini, kamu
menganggap itu sebagai suatu, suatu
dukungan gak sih? dukungan di sini
bukan berarti, dukungan di sini bukan
berarti, ooh, aku mendukung orang-orang
untuk menjadi gay, misalnya, bukan
kayak gitu. Ya bukan, intinya bukan
seperti itu. Kamu merasa itu sebuah
dukungan gak sih?
Diberi saran yang
berkebalikan dengan
orientasi seksual
informan; ada
kontrol dari teman
orientasi seksual;
kontrol eksternal;
Bentuk sikap
negatif;
Mengabaikan saran
teman
Bersikap
indifferent atas
reaksi negatif
Independensi
(kemandirian?)
dalam mengambil
keputusan untuk
menerima atau
menolak saran orang
lain
Bersikap
indifferent atas
reaksi negatif;
memiliki kontrol
atas hidup (?);
memiliki kontrol
untuk memilah
reaksi orang lain
(?)
Tidak terpengaruh
dengan orang yang
belum begitu
menerima orientasi
seksual
Tidak terpengaruh
oleh kontrol yang
ditunjukkan teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
B: Iya.
R: Kok bisa?
B: Kan dari 2 temenku yang tau tadi,
malah justru yang menurutku yang
adalah, apa ya, bentuk dukungan, bentuk
dukungan yang dimaksud bukan
dukungan seperti yang tadi itu ya,
maksudnya dukungan yang dimaksud itu
dari temenku yang satunya, yang
responsnya, yang dia cenderung openminded, yang responsnya cenderung
datar dan cukup tau, malah justru
menurutku itu yang, eeh, apa ya, ya
menurutku itu yang jadi, apa ya,
dukungan, kayak gitu. Dengan gak ikut
campur, dengan ‘oh ya udah cukup tau’,
cukup tau tapi juga bukan blaming,
bukan apa ya, ya udah, netral aja. Malah
menurutku yang seperti itu yang, eeh,
yang aku sebut dukungan.
R: Berarti, tapi gini, dia kan merasa
bahwa ini ya hidupmu, gitu, ya ini
hidupmu, aku cukup tau aja, aku gak
menyalahkan kamu. Tapi, dia kalau
ketika misalnya kamu berinteraksi
dengan dia dan ternyata ada topik-topik
tentang gay yang terangkat, kira-kira dia
menolak untuk membicarakan hal itu apa
nggak?
B: Nggak.
R: Nggak ya, maksudnya, kan mungkin
ada orang yang dia sih keliatannya cuek
aja dengan identitas seseorang, tentang
homoseksualitas. Cuman, ketika ada yang
mengangkat tema-tema itu, dia kemudian
memilih untuk tidak membicarakannya.
Yang temenmu yang ini gimana?
B: Dia, apa ya, nggak penasaran, dan
nggak, ya yang kelihatan ya, yang
kelihatan, yang aku lihat dia gak begitu
penasaran dan juga gak begitu
menganggap ini sesuatu yang tabu, gitu.
Hehe.
R: Berarti kamu merasa bahwa sikapnya
yang, apa tadi, yang, eeh, ya membiarkan
Menghargai
keterbukaan teman,
sikap pembiaran,
tidak ikut campur,
tidak menyalahkan,
netral; bukan
dukungan 
menyalahkan
Menerima sikap
positif dan negatif
terkait orientasi
seksual;
menghargai sikap
positif terkait
orientasi seksual;
Teman tidak terlalu
penasaran dan tidak
menganggap
homoseksualitas hal
yang tabu;
menghargai sikap
pembiaran teman
Menerima sikap
positif terkait
orientasi seksual;
menghargai sikap
positif terkait
orientasi seksual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
kamu untuk menjadi kamu apa adanya, itu
sebuah dukungan gitu ya.
B: Iya.
R: Kalau boleh tau, kira-kira selain itu ada
gak sih bentuk dukungan lain yang
menurut kamu, kamu dapetin dari tementemenmu terkait identitasmu?
B: Karena cuma sedikit yang tau ya, ya
paling cuma dari yang aku sebutin tadi.
Kalo orang yang gak tau, berarti kan aku
gak bisa nganggep gitu. Ketika misalnya
mereka ada, apa ya, ada kata-kata yang
menjurus ke topik tertentu, dalam konteks
mereka yang tidak tau, aku gak bisa dong
ngatain dia, eeh, blaming atau support
kayak gitu lho. Karena dia gak tau yang
sebenernya. Jadi sekalipun dia hanya
berasumsi, ya aku nganggep dia gak tau.
Kalau dari yang apa tadi, dari yang tementemen yang tau, trus apa.
R: Kira-kira selain yang tadi itu, yang
kamu bilang membiarkan kamu menjadi
apa adanya, ada gak sih bentuk dukungan
yang lain?
B: Contohnya?
R: Contohnya, eeh, misalnya apa ya,
kalo tadi kan temenmu yang ngasih
advice, misalnya, nah ada gak temenmu
yang tau dan menerima, juga memberi
advice, tapi itu, apa ya, tapi itu berguna
untuk kamu sendiri, bukan yang
menyuruh kamu berbalik atau gimana,
bukan yang bermaksud untuk mengubah
kamu, gitu.
B: Nggak ada. Nggak, sejauh ini
dukungan lainnya nggak ada sih
menurutku.
R: Berarti cuma menunjukkan bahwa oh
dia menerima gitu, baru itu aja sejauh ini,
gitu ya.
B: Menerima, nggak cuma menerima ya,
maksudnya sampe ke level ‘oh ya udah’
gak ikut campur, ‘oh ya udah itu urusan
kamu’, kayak gitu, menurutku malah itu
yang aku sebut dukungan, kayak gitu.
Kalau yang tadi, yang satunya, yang dia
Dukungan 
Keinginan untuk
membiarkan menjadi menjadi diri
diri sendiri
sendiri
Yang tahu sedikit;
tidak bisa
mengatakan bahwa
orang lain
menyalahkan atau
mendukung ketika
mereka tidak tahu
orientasi seksual
Menganggap
orang yang tidak
tahu tentang
orientasi seksual
tidak mendukung
atau menyalahkan;
ketertutupan tidak
mendatangkan
dukungan
Tidak menerima
dukungan dalam
bentuk lain
Tidak menerima
dukungan dalam
bentuk lain
Dukungan  lebih
dari penerimaan,
tidak ikut campur;
bukan dukungan 
memberi saran, ikut
campur; menghargai
Memaknai
dukungan bentuk
penghargaan atas
privasi; terganggu
dengan sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
nyaranin bla bla bla, malah aku gak
nyebut itu sebagai dukungan sih. Karena
dengan gitu otomatis kan, eeh, secara gak
langsung dia ikut campur dong.
Walaupun ujung-ujungnya aku juga
dengerin sarannya dia, gitu lho. Tapi
untuk sampe ke level situ dia ngasih saran
kan, eeh, ya kayak, opo yo, kayak dia
udah masuk terlalu jauh.
R: Emang kira-kira apa sih saran yang
sempet kamu ikutin dari dia? Kan kamu
tadi bilang bahwa oh dia memberi saran
dan ada yang kamu ikutin juga tadi
sarannya. Emang saran-saran seperti apa
yang kira-kira kamu ikutin?
B: Apa ya? Ooh, mungkin tentang yang,
eeh, kalo misalnya memang kamu gak
mau, dia ngomong gini, kalo emang
misalnya kamu gak mau orang lain tau, ya
udah, kamu jangan, eeh, membuka topik,
eeh, pembicaraan ke topik-topik yang
menjurus ke arah situ, kayak gitu. Nah
kadang-kadang kan aku menganggap itu
sebagai obrolan yang ringan yang semua
orang bisa tau. Jadi maksudnya, ya gak
bermaksud juga buat mancing, istilahnya
mancing ya dalam tanda kutip, gak ada
maksud juga buat mancing orang untuk,
eeh, ngebahas tentang kayak gitu.
R: Ya ya ya, oke oke. Ya, kamu sendiri
merasa apa ya, kamu sendiri terkait
identitasmu ya, merasa bahwa oh aku lagi
butuh dukungan nih, itu di saat-saat
seperti apa sih?
B: Hmm, apa ya. Ya paling kalau, kalau
pas apa ya, ya contoh kecil aja. Misalnya
pas jalan sama pacar, itu kan kondisinya
di ruang publik, ya, secara otomatis gak
bisa meng, apa ya, gak bisa
mengekspresikan secara bebas gitu lho.
Gitu sih, maksudnya contoh kecil yang
kayak gitu doang.
R: Ya, berarti ketika kamu merasa kamu
belum, ketika kamu merasa kamu sedang
dalam kondisi, dalam situasi yang itu
membuat
kamu
gak
bisa
dan merasa senang
atas dukungan
negatif yang
mengontrol
Terkadang
mengikuti saran
teman untuk tidak
membicarakan
homoseksualitas;
topik tentang
homoseksualitas
dianggap sebagai
topik yang ringan,
tidak ada maksud
memancing
perhatian
Menganggap
homoseksualitas
bukan sebagai hal
tabu; membatasi
topik
homoseksualitas
demi menjaga
privasi (harmoni?)
Sedih karena tidak
bisa
mengekspresikan
perasaan di ruang
publik
Ketidakbebasan
menjadi diri
sendiri;
konformitas (?)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
mengekspresikan apa yang kamu rasain
gitu, itu adalah saat-saat kamu sedang
membutuhkan
dukungan,
kamu
membutuhkan dukungan di saat seperti
itu apa gimana? Aku belum begitu
mengerti.
B: Eeh, maksudnya dukungan yang ini
kan berarti, kalo kayak gitu kan berarti
misalnya aku di ruang publik, di tempat
umum, trus eh, gak mungkin gandengan
tangan misalnya, gak mungkin, apa ya,
ya gandengan tangan, terus, hehehe, dan
gak mungkin juga, eeh, ini kan,
istilahnya menghimbau orang lain buat,
hello, halo, kayak gitu, biar semuanya
tau kan gak mungkin juga, gitu lho. Ya
kayaknya momen itu sih yang, jadi
kayak semacam apa ya, ya bisa disebut
kayak tadi mungkin ya. Eeh, momen
yang ketika pas apa sih, pas apa sih yang
kamu butuh dukungan, ya mungkin yang
kayak gitu, tapi ujung-ujungnya tetep
gak bisa juga, gak bisa juga
mengharapkan orang lain buat, eh,
ngasih support dalam tanda kutip ya,
support dalam hal ini, kayak gitu. Itu.
R: Aku mencoba ini ya, mencoba
klarifikasi ya, berarti kamu merasa kamu
butuh dukungan ketika kamu merasa
bahwa kamu sedang dalam situasi yang
itu
tidak
mengizinkanmu
untuk
mengekspresikan apa yang kamu rasain
terkait identitasmu.
B: Iya.
R: Oke. Kalau kayak gitu, kira-kira, eh,
menurut kamu sendiri dukungan seperti
apa sih yang kamu butuhkan?
B: Ya se-simple temenku yang tadi. Sesimple kayak temenku yang, yang, tipe
yang satunya tadi yang dia cuma sekedar
oke cukup tau. Itu doang sih menurutku
udah cukup sih, dan gak ikut campur,
udah sih menurutku itu cukup.
R: Terus, ini, kan kamu punya temen
deket yang kebetulan tau soal kamu, gitu
kan, beberapa orang gitu kan. Eeh, kamu
Butuh dukungan di
saat tidak bisa
mengekspresikan
perasaan di ruang
publik, tapi tetap
tidak bisa
mengharapkan orang
lain untuk
mendukung;
ketidakberdayaan
menghadapi
lingkungan yang
tidak mendukung
Ingin diberi
kebebasan
menjadi diri
sendiri; faktor
eksternal (norma?)
yang menghambat
aktualisasi diri;
merasa tidak
memiliki power
untuk mengubah
lingkungan
Dukungan yang
dibutuhkan 
pembiaran, tidak ikut
campur; menghargai
dukungan; senang
ketika hidup tidak
dikontrol
Ingin privasi
terjaga; tidak ingin
hidup dikontrol
orang lain (?);
merasakan afek
positif ketika
didukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
sendiri merasa kamu mendapat dukungan
dari orang-orang itu, dari orang-orang
terdekatmu kira-kira di saat seperti apa
ya?
B: Eeh, apa ya.
R: Kira-kira dapet, oh aku merasa aku
mendapat dukungan ketika aku lagi sedih
misalnya, atau gimana. Kamu merasanya
gimana?
B: Eeh, jadi ketika kalo mendapat support
di waktu yang sebenernya kita gak
mengharapkan support kayak gitu ya, ya
momentumnya beda-beda sih, dan
kadang-kadang gak terduga aja.
R: Tapi kamu pernah gak, eeh, merasa
ketika lagi kenapa gitu terus tiba-tiba
mendapat support? Nah masa, waktu itu
kira-kira itu kamu sedang kenapa sih, gitu
lho.
B: Kalo yang misalnya nih lagi pusing
kerjaan atau lagi, eeh, mood-nya lagi
nggak baik itu ya memang ada support sih
dari pacar, dari temen. Tapi kan itu gak,
konteksnya bukan dalam hal ‘ini’ ya. Nah
kalo yang tadi, yang, eeh, apa namanya,
aku mendapatkan support dari orang yang
ada hubungannya sama identitasku
seperti itu, itu kayaknya lebih ke ini deh,
ya contohnya, support dari pasangan
misalnya. Ya, aku bersyukur ya,
maksudnya dapet pasangan yang bisa
paham, tau, kalo aku gak mau identitasku,
eeh, diketahui banyak orang, misalnya
kayak gitu. Ya bersyukur aja pasanganku
bisa paham dan tau itu. Untungnya juga
nek misale, eh, untungnya juga kalo
misalnya lagi jalan di tempat umum kayak
gitu, ya pasanganku paham kalo itu gak
mungkin, ya intinya dia paham kalo aku,
eeh, gak mungkin membuka identitasku
ke banyak orang, seperti itu. Nah, momen
itu yang, yang kayaknya tepat jadi
jawaban pertanyaan tadi, yang kapan sih,
kapan sih pas kamu mendapat support
gitu ya. Ya itu sih.
Mendapat dukungan
bisa di saat yang tak
terduga
Jawaban agak tidak
sesuai dengan
pertanyaan
Butuh dukungan
ketika berada di
ruang publik, bentuk
dukungannya adalah
tidak mengekspos
identitas; ketakutan
akan orientasi
seksual yang
terungkap
Ingin privasi
dijaga; ketakutan
akan reaksi negatif
jika orientasi
seksual terungkap;
merasakan afek
positif ketika
didukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
433
434
435
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
R: Ooh berarti kamu merasa kamu
mendapat support ketika kamu tidak ingin
ada orang lain yang tau soal identitasmu
dan bentuk support itu adalah orangorang yang tau tentang kamu itu
merahasiakan, bukan merahasiakan tapi
tidak berusaha untuk mengekspos itu.
B: Ya betul.
R: Gitu ya.
B: Bukan merahasiakan.
R: Gitu ya kira-kira.
B: Maksudnya gini, ketika misalnya aku
gak minta seseorang untuk merahasiakan,
tapi dia inisiatif untuk, oke dia cukup tau
bahwa, eeh, itu akan gak baik ketika
misalnya terekspos. Nah, dia punya
inisiatif itu, itu menurutku udah bentuk
support sih, tanpa harus aku meminta.
R: Oke, tadi kamu sempet ngomong
kalau, sempet mention kalau diberi
support di saat yang gak tepat. Nah itu,
kalau boleh tau, emang kira-kira support
yang diberi di saat yang tidak tepat, di
momen yang tidak tepat itu support yang
seperti apa sih?
B: Ya, hehehe.
R: Tadi kan kamu sempet ngomong nih
kan, kan momentumnya beda-beda, nah,
ada support yang diberikan di saat yang
itu tidak seharusnya diberikan, tidak,
tidak tepat, gitu lho. Entah waktunya gak
sesuai atau bentuk support-nya gak
sesuai, gitu. Itu kira-kira pernah gak dapet
yang seperti itu?
B: Kayaknya gak pernah deh.
R: Gak pernah ya.
B: Ya kayaknya gak pernah. Kalaupun itu
misalnya pernah, aku gak nganggep itu
support berarti. Karena aku juga sekarang
bingung kalau misalnya harus nyari
jawaban untuk itu, dan aku gak dapet.
R: Kamu sendiri merasa misalnya nih,
misalnya kita asumsikan kamu suatu saat
bakal mendapatkan yang kayak gitu,
mendapat support yang tidak sesuai
dengan waktunya, tidak sesuai dengan
Menghargai inisiatif
orang lain yang
merahasiakan
identitas; ketakutan
akan orientasi
seksual yang
terungkap
Belum pernah
mendapat dukungan
di saat yang tidak
tepat
Ingin privasi
dijaga; ketakutan
akan reaksi negatif
jika orientasi
seksual terungkap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
457
458
459
460
461
462
463
464
465
467
468
469
470
471
472
473
474
475
476
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
489
490
491
492
493
494
495
496
497
498
499
500
501
502
503
apa yang kamu inginkan, kira-kira yang
kamu akan rasakan itu apa sih? Yang
bakal kamu rasain?
B: Ya kayaknya tergantung kejadiannya
juga kali ya, kejadiannya seperti apa,
terus ya kayaknya tergantung banyak hal
sih. kejadiannya seperti apa, terus di situ
ada siapa aja, trus itu tentang apa dulu.
Nah responsnya juga otomatis akan
beda-beda levelnya sesuai dengan itu
tadi, kondisinya seperti apa.
R: Ya. Berarti sejauh ini, sejauh ini, kirakira yang memberi dukungan terkait
identitasmu sebagai gay itu baru tementemen deket ya.
B: Iya. Tapi sebenernya ada juga yang,
eeh, temen kantor yang dia posisinya gak
tau, tapi dia berasumsi. Tapi dia
sebenernya open-minded dengan hal ‘itu’,
open-minded dengan seperti ‘itu’. Tapi
karena dia gak tau, ya aku stay nggak
ngomong juga sama dia, ngapain, gak ada
kepentingannya juga kan aku ngejelasin
ke dia. Dan gak ada juga yang bisa njamin
kalo misalnya aku cerita ke dia, dia bisa,
eeh, apa ya, bisa tetep seperti yang
sebelum aku cerita, gitu lho. Ya
sebenernya orangnya open-minded dan,
eeh, sering penasaran.
R: Oke oke.
B: Jadi malah kadang yang, nah itu ada
satu temen kantor yang dia berasumsi ya,
tapi itu masih mending, karena dia
berasumsi dan dia gak pernah blaming
dengan orang seperti aku, gak pernah eeh,
nge-judge juga, itu sih masih mending ya.
Ada juga orang yang berasumsi tapi
langsung eeh, blaming, kayak gitu.
R: Hmm. Berarti ya sekali lagi, berarti
kamu sampai saat ini merasa orang yang
memberi kamu dukungan baru tementemen deket ya. Berarti gitu ya, dari
keluarga, dari temen apa gitu belum ada
gitu ya.
B: Keluarga gak ada yang tau soalnya.
Gak ada yang tau.
Merespons
dukungan secara
kontekstual
Merespons
dukungan secara
kontekstual
Memilih untuk tidak
mengungkap
orientasi seksual
walaupun di
lingkungan yang
mendukung;
ketakutan akan
reaksi negatif?
Berkali-kali
menggunakan ‘ini’
atau ‘itu’ sebagai
kata ganti
‘homoseksual/gay’,
kenapa?
Memilih untuk
tidak mengungkap
orientasi seksual
walaupun di
lingkungan yang
mendukung;
ketakutan akan
reaksi negatif (?)
Internalized
homophobia (?)
Menghargai teman
yang berasumsi tapi
tidak menyalahkan,
ada yang
menyalahkan
Menyadari
perbedaan sikap
orang lain
terhadap orientasi
seksual;
menghargai
dukungan
Menutup diri tentang
orientasi seksual
terhadap keluarga
Tidak
mengungkap
orientasi seksual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
504
505
506
507
508
509
510
511
512
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
523
524
525
526
527
528
529
530
531
532
533
534
535
536
537
538
539
540
541
542
543
544
545
546
547
548
549
R: Tadi kamu sempet bilang kalo, kamu
sempet mention kalau ternyata ada orang
yang udah berasumsi tapi dia openminded, ada juga orang yang berasumsi
kemudian dia, apa namanya, berasumsi
tapi dia gak, eeh, berasumsi tapi blaming,
gitu. Nah, kamu trus ngomong lagi kalau
kamu merasa gak punya kepentingan
untuk...
B: ngejelasin.
R: Menjelaskan atau menceritakan yang
sebenarnya. Nah kamu sendiri merasa,
apa namanya, merasa perlu untuk come
out, merasa perlu untuk membuka
identitasmu tuh di saat seperti apa sih?
Atas inisiatifmu sendiri lho, bukan atas
paksaan orang lain.
B: Eeh, maksudnya gimana, bisa diulangi
gak?
R: Maksud aku adalah di situasi seperti
apa sih kamu bersedia untuk secara sadar
mengungkapkan identitasmu sebagai
gay?
B: Kayaknya sih sebisa mungkin kalo
bisa nggak, gitu ya, kalo bisa sih nggak.
Jadi ya, kalo ditanya momen yang kayak
gimana, eeh, aku bisa terbuka gitu ya, ya
sesuai dengan ininya sih, sesuai dengan
momentumnya kali ya. Bahkan sekalipun
misalnya aku di lingkungan temen-temen
gay atau biseks atau, eeh, temen-temen
yang lainnya di kelompok ini, seperti itu,
bahkan kayak gitu pun belum tentu aku
bisa serta merta bisa terbuka gitu lho. Ya
karena, eeh, ini, ya aku perlu make sure
lagi, eeh, orang-orang di situ sekalipun di
kelompok yang sama, dalam satu
kelompok maksudnya, ya aku perlu make
sure lagi apakah semua orang di situ, eeh,
proven bisa menjaga rahasia, bisa, eeh,
respect, kayak gitu.
R: Berarti sebenernya apa yang
membuatmu
enggan
untuk
mengungkapkan identitas seksualmu?
B: Ya intinya sih, eeh, untuk
kepentinganku sendiri ya. Karena, eeh, ya
kepada keluarga;
ketakutan akan
reaksi negatif (?)
Berusaha untuk
menyembunyikan
identitas sekalipun
berada di lingkungan
LGBT, perlu
meyakinkan diri
bahwa orang-orang
tersebut harus bisa
menjaga rahasia,
bisa menghormati 
ketakutan akan
reaksi negatif karena
terbuka?
Memilih untuk
tidak mengungkap
orientasi seksual
walaupun dalam
lingkungan yang
mendukung;
ketakutan akan
rekasi negatif (?);
sulit memercayai
lingkungan
Tidak mengungkap
identitas karena
Ketakutan akan
reaksi negatif;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
550
551
552
553
554
555
556
557
558
559
560
561
562
563
564
565
566
567
568
569
570
571
572
573
574
575
576
577
578
579
580
581
582
583
584
585
586
587
588
589
590
591
592
593
594
595
aku butuh nyaman, nah nyamanku ya
dengan, eeh, nggak terganggu dengan
entah, apa ya, celaan, cercaan, kayak gitu,
dari orang lain yang gak bisa menerima
gitu lho. Nah daripada itu terjadi, aku sih
memutuskan untuk ya lebih baik sebisa
mungkin gak ada orang yang tau. Tapi
kalaupun ada yang tau, itu sebisa
mungkin, sesedikit mungkin, kayak gitu.
Artinya ya melalui, ya orang-orang yang
betul-betul bisa aku percaya. Dan yang
terpenting ya itu tadi, dia punya inisiatif
sendiri untuk bisa menjaga rahasia, untuk
bisa menghargai, kayak gitu.
R: Oke. Kalo gitu, kamu kan tadi udah
cerita kalau ada beberapa temen deket
yang sudah tau, dan apa namanya,
ternyata mereka juga bisa menerima, gitu.
Kira-kira kamu sendiri merasakan apa sih
ketika ada orang yang bisa mendukung
kamu?
B: Ya yang pasti seneng lah ya. Eeh, ada
orang yang tanpa diminta bisa ngerti kita,
bisa menghargai. Ya pastinya seneng, gitu
lho. Iya. Artinya, eeh, ya seneng aja ada
orang yang bisa menghargai kita apa
adanya.
R: Kamu sendiri merasa gak kalau
dukungan-dukungan,
begini,
kamu
menurut kamu, dukungan-dukungan itu
tadi berpengaruh gak dalam hidupmu?
B: Yang jelas sih iya, pasti berpengaruh
ya. Ya pastinya berpengaruh, soalnya,
eeh, hidupku kan gak cuma satu sisi,
banyak sisi gitu lho. Eeh, ada sisi
keluarga, sisi kerjaan, sisi kehidupan
lain, sisi kehidupan sosial lain. Eeh
dukungan itu ya pastinya berpengaruh
karena aku nganggep dukungan itu salah
satu definisinya ya, yaitu dengan ya dia
tau, dia bisa menghargai, dan eeh, bukan
apa ya, nggak menyalahkan, dia respect
dengan itu, bisa menghargai. Eeh, terus,
yang jelas dia cukup tau dan gak ikut
campur lebih dalem. Nah aku
menganggap itu sebagai bentuk dia
butuh kenyamanan,
tidak ingin dicela,
kalaupun ada yang
tahu, yang tahu
adalah orang
terpercaya yang bisa
menghargai dan
menjaga rahasia
selektif dalam
mengungkap
orientasi seksual;
merasa nyaman
ketika tidak
menerima sikap
negatif
Merasa senang
Merasakan afek
ketika didukung,
positif ketika
merasa ada yang bisa didukung
menghargai
Merasa nyaman dan
hidup jadi seimbang
karena adanya
dukungan; merasa
terganggu, tidak
nyaman, dan hidup
tidak stabil jika
menerima sikap
negatif; dukungan 
menghargai, tidak
menyalahkan; bukan
dukungan 
menyalahkan
Merasakan afek
positif karena
didukung;
merasakan
keseimbangan
dalam hidup;
merasakan afek
negatif karena
reaksi negatif yang
diterima; merasa
hidup jadi tidak
stabil; memaknai
dukungan sebagai
penyeimbang
kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
596
597
598
599
600
601
602
603
604
605
606
607
608
609
610
611
612
613
614
615
616
617
618
619
620
621
622
623
624
625
626
627
628
629
630
631
632
633
634
635
636
637
638
639
640
641
menghargai aku dan aku bisa nyaman
dengan itu. Nah, ya itu tentu saja berarti
karena dia menghargai aku bisa nyaman,
hidupku balance gitu lho, semua sisinya
bisa balance. Kalo misalnya yang aku
nganggep bukan sebuah dukungan dari
orang yang misalnya dia tau, tapi
blaming, menyalahkan, intinya malah itu
bikin aku jadi gak nyaman. Ya otomatis
satu sisi hidupku terganggu dong,
unstable, yang pastinya juga bisa
merembet ke sisi hidup yang lain. Nah,
pastinya kalo misalnya ditanya itu berarti
apa nggak ya, berarti banget, gitu.
R: Tadi kan kamu udah bilang kalau
ketika kamu mendapat dukungan, kamu
merasa senang karena dihargai.
B: Ya.
R: Tapi misalnya suatu saat kamu tidak
mendapat dukungan, kira-kira apa yang
kamu rasain?
B: Ya kayaknya biasa aja juga kali ya.
Karena memang awalnya aku juga nggak
terlalu ngarepin dukungan, gitu ya. Nggak
terlalu ngarepin dukungan. Jadi ketika
misalnya nggak ada dukungan, ya
kayaknya aku bakal biasa aja. Tapi ketika
misalnya faktanya ada yang bisa, eeh,
mengerti bisa paham, yang kalau itu
didefinisikan dalam bentuk dukungan itu,
ya, makasih aja gitu ya. Tapi kalaupun
nggak ada, ya karena aku gak
mengharapkan jadinya ya datar-datar aja.
Karena, eeh, kan aku juga mutusin, aku
nggak, nggak open gitu lho, gak terbuka.
Bahkan sampe, eeh, ya istilahnya apa ya,
orang yang bisa tau itu ada, ada
kriterianya, hahaha, ada, eeeh, ya
pokoknya gak sembarang orang boleh
tau. Ya mungkin aku berangkat dari situ
jadinya ketika misalnya nggak ada
dukungan dari orang lain, gak ada
support, ya aku merasa biasa-biasa aja.
R: Emang kalo boleh tau, eeh, kriteria
seperti apa sih yang kamu perlukan
Bersikap tidak acuh
ketika tidak
mendapat dukungan
karena memang
memutuskan untuk
tidak terbuka dan
tidak mengharapkan
dukungan; merasa
nyaman ketika
didukung; orang
yang tahu harus
memenuhi kriteria
tertentu
Bersikap
indifferent ketika
tidak ada sikap
positif atau
negatif;
Tidak
mengharapkan
dukungan karena
dengan sadar
memilih untuk
tertutup;
Muncul afek
positif ketika
didukung;
Mengungkap
orientasi seksual
secara selektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
642
643
644
645
646
647
648
649
650
651
652
653
654
655
656
657
658
659
660
661
662
663
664
665
666
667
668
669
670
671
672
673
674
675
676
677
678
679
680
681
682
683
684
685
686
687
supaya kamu bisa terbuka dengan orang
lain?
B: Apa ya, ya itu, eeh, proven punya
inisiatif sendiri dia bisa, eeh, menjaga
tanpa harus aku minta gitu lho. Gitu. Kalo
misalnya itu udah terbukti, ooh memang,
eeh, orangnya baik, anaknya baik, bisa
ngerti, ya udah.
R: Oke. Gitu ya. Jadi, eeh, sepanjang
pembicaraan itu tadi, kamu udah, kamu
udah bercerita soal hidupmu sedikit ya,
soal latar belakangmu, kamu anak ke-4
dan segala macemnya, kamu punya
temen-temen deket yang tau, ada yang
mendukung, ada juga yang kelihatannya
sih mendukung ya, tapi ternyata pada
akhirnya juga memberi saran yang..
B: menurutku..
R: menurutmu..
B: itu bukan sebuah dukungan.
R: Itu bukan sebuah dukungan.
B: Ya.
R: Gitu. Kamu juga merasa bahwa, apa
namanya, kamu tidak mengharapkan
dukungan, jadi ketika kamu gak
mendapatkan dukungan, kamu ya biasa
aja, tapi ketika mendapat dukungan ya
kamu merasa senang karena ternyata ada
yang menghargai juga.
B: Iya.
R: Identitasmu, gitu. Nah, kalau dari, apa
namanya, dari semua cerita yang udah
kamu ceritain ke aku, dari pengalamanmu
mendapatkan dukungan, pengalamanmu
tidak mendapat dukungan karena orang
lain tidak tau, kira-kira makna apa sih
yang bisa kamu simpulkan mengenai
pengalamanmu itu tadi?
B: Ya yang jelas, eemm, apa ya, saling
menghargai, ya intinya itu sih. Saling
menghargai dan semuanya berangkat dari
inisiatif masing-masing. Tanpa harus
diminta seharusnya kan tau gitu lho. Dan,
ya, itu aja sih. Hehehe.
Mengungkap
orientasi seksual
hanya kepada orang
yang bisa mengerti
keadaan dan
menjaga privasi
Mengungkap
orientasi seksual
secara selektif;
ingin privasi
dijaga; ketakutan
akan reaksi negatif
(?)
Ada teman yang
kelihatan
mendukung, tapi
menunjukkan
perilaku yang tidak
mendukung
Orang lain
mengalami
disonansi kognitif
(?)
Kalau tidak
mendapat dukungan
 datar karena
memang tidak
mengharapkan;
kalau mendapat
dukungan  senang
karena ada yang bisa
menghargai
Indifferent (?)
ketika tidak ada
sikap positif atau
negatif (karena
ketidaktahuan?);
Muncul afek
positif ketika
didukung
Menganggap
dukungan sebagai
bentuk saling
menghargai
Ingin diakui; ingin
dihargai;
memaknai
dukungan sebagai
bentuk saling
menghargai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
688
689
690
691
692
693
694
695
696
697
698
699
700
701
702
703
704
705
706
707
708
709
710
711
712
713
714
715
716
717
718
719
720
721
722
723
724
725
726
727
728
729
730
731
732
733
R: Kalau, begini, menurutmu, sampe
sejauh ini, kemudian dukungan dari orang
lain, itu kamu anggap sebagai apa sih?
B: Sebagai dukungan dari orang lain, eeh,
aku sih nganggepnya sebagai bentuk ini
ya, rasa, rasa hormat, saling menghargai
gitu ya. Ya, bentuk saling menghargai.
R: Berarti kamu memaknai, apa ya,
memaknai dukungan dari orang lain itu
sebagai bentuk saling menghargai sesama
manusia gitu ya.
B: Iya. Kalo penghargaan kan, eeh,
takutnya konotasinya, eeh, penghargaan
ini ya, ya aku lebih seneng nyebut saling
menghargai aja sih.
R: Oke. Kemudian, kamu kan udah
merasa bahwa, ooh, dukungan itu adalah
bentuk saling menghargai antara sesama,
kira-kira, eemm, setelah kamu merasa,
setelah kamu menyimpulkan bahwa itu
adalah makna yang kamu dapatkan
setelah melihat lagi gitu ya, ke belakang
tentang dukungan yang kamu dapat, kirakira itu mempengaruhi kamu gak dalam
melihat hubungan sosialmu, melihat
duniamu?
B: Eeemm, ya pastinya iya. Ya karena
eeh, iya, eeh, jelas pastinya iya ya.
Soalnya kan aku jadi bahwa, ooh ternyata
respons orang terhadap ‘ketahuan’ dia
tentang identitasku, ternyata responsnya
macem-macem. Dan eeh, apa ya,
penerimaannya juga macem-macem. Ya
pastinya bukan mengubah iniku ya, bukan
mengubah pola pikir, tapi, ya jadi
semacam pengetahuan baru aja. Ooh
ternyata respons orang lain macemmacem juga ya. Itu sih. Hehe.
R: Kira-kira setelah mengetahui makna
atau mengetahui, setelah mengalami
bahwa kamu punya pengetahuan baru,
menurutmu ini akan berpengaruh ke
kamu gak ke depannya?
B: Eeemm, iya pastinya. Iya, pastinya iya.
Menganggap
dukungan sebagai
bentuk rasa hormat
dan saling
menghargai
Memaknai
dukungan sebagai
bentuk pengakuan,
penghormatan,
penghargaan
Menyadari
perbedaan respons
terkait orientasi
seksual
Menyadari
perbedaan reaksi
terhadap orientasi
seksual
Pengetahuan baru
yang telah didapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
734
735
736
737
738
739
740
741
742
743
744
745
746
747
748
749
750
751
752
753
754
755
756
757
758
759
R: Menurut kamu sendiri, pengaruh
semacam apa sih yang mungkin akan
muncul?
B: Ya yang jelas, eeh, akan lebih ini ya,
yang sebelumnya udah aku lakukan,
misalnya, eeh, membatasi, membatasi
orang lain untuk tau identitasku ini, itu
juga masih tetep akan aku lakukan gitu
lho. Karena kan ujung-ujungnya, karena
harapanku dengan melakukan itu ya
adalah ujung-ujungnya biar aku sendiri
nyaman gitu lho. Karena aku gak nyaman
kalo misalnya orang lain tau dan malah
justru menjatuhkan. Daripada kayak gitu
mendingan
aku,
eeh,
apa
ya,
membentengi
dari
awal.
Nah,
pengaruhnya ke depan ya pastinya ya
akan tetep sama. Hehehe. Maksudnya, ya
itu aku udah, itu udah aku lakukan gitu
lho. ya besok-besok pastinya aku akan
tetep seperti itu. Tapi kan karena, eeh,
pengalaman baru itu tadi, eeeh,
knowledge baru tentang respons orang bla
bla bla kayak gini, ya paling lebih, eeh,
memahami tipikal orang aja sih.
R: Ya ya. Oke kalau gitu.
berpengaruh bagi
informan
Tetap akan menutup
identitas sebagai
homoseksual demi
kenyamanan, tidak
nyaman ketika ada
yang tahu kemudian
menjatuhkan;
pengetahuan baru
tentang respons
membantu informan
memahami tipikal
(kepribadian?) orang
lain dan
memutuskan untuk
tetap
menyembunyikan
orientasi seksual
Kesadaran
tersebut
memengaruhi
informan dalam
perilaku
mengungkap
orientasi seksual;
Merasakan afek
negatif ketika
menerima reaksi
negatif;
Menyembunyikan
orientasi seksual
demi rasa nyaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Sikap orang lain terkait orientasi seksual
Menerima sikap negatif terkait orientasi seksual (105, 122, 132)
Menerima sikap positif (dukungan) terkait orientasi seksual (105, 183, 218)
Makna dukungan sosial yang diterima
Memaknai dukungan sebagai bentuk pengakuan, penghomartan, penghargaan
(680, 691)
Memaknai dukungan sebagai bentuk penghargaan atas privasi (267)
Memaknai dukungan sebagai penyeimbang kehidupan (581)
Persepsi tentang lingkungan
Sulit memercayai lingkungan (527)
Memiliki kontrol untuk memilah reaksi negatif orang lain (?) (155)
Merasa tidak memiliki power untuk mengubah lingkungan (325)
Efek dari dukungan
Merasakan afek positif ketika didukung (356, 384, 548, 571, 581, 617, 671)
Merasakan keseimbangan dalam hidup (581)
Menghargai dukungan yang diterima (183, 218, 488)
Efek dari sikap negatif
Merasakan afek negatif ketika menerima reaksi negatif (267, 581, 737)
Respons atas reaksi negatif orang lain
Bersikap indifferent atas reaksi negatif (146, 155)
Perilaku menyembunyikan orientasi seksual dan alasannya
Ketakutan akan reaksi negatif jika orientasi seksual terungkap (384, 422, 473,
502, 527, 548, 644)
Ingin privasi terjaga (60, 70, 288, 356, 384, 422, 644)
Menyadari perbedaan sikap orang lain terhadap orientasi seksual (488, 714)
Kesadaran akan perbedaan sikap memengaruhi informan dalam perilaku
mengungkap orientasi seksual (737)
Memilih untuk tidak mengungkap orientasi seksual walaupun di lingkungan yang
mendukung (473, 527)
Tidak mengharapkan dukungan karena dengan sadar memilih untuk tertutup (617)
Bersikap indifferent ketika tidak ada sikap positif atau negatif karena
ketidaktahuan orang lain tentang orientasi seksual (617)
Ketertutupan tidak mendatangkan dukungan (234)
Menyembunyikan orientasi seksual demi rasa nyaman (737)
Perilaku mengungkap orientasi seksual
Mengungkap orientasi seksual secara selektif (548, 617, 644)
Keinginan dan faktor eksternal yang menekan
Keinginan untuk menjadi diri sendiri (229, 325)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Keinginan untuk diakui (680)
Keinginan untuk dihargai (680)
Ketidakbebasan menjadi diri sendiri (307)
Tidak ingin hidup dikontrol orang lain (356)
Tekanan sosial (122, 132, 325)

Sikap orang lain terkait orientasi seksual
”Yang satunya, eeh, ya udah, eeh, istilahnya hidup, hidup kamu, saya cukup
tau...”
“Dia cenderung open-minded, yang responsnya cenderung datar dan cukup
tau...”
“Nah yang satunya, cenderung ngasih advice, ngasih apa ya, ya saran, terus apa
ya, ngasih masukan, terus, ya dengan nada yang masih kayaknya gak
percaya...”
“Dia nganggep ‘ini’ sesuatu yang kurang baik...”
“Dia nyaranin, apa ya, pacaran sama cewek, misalnya...”

Makna dukungan sosial yang diterima
“Aku sih nganggepnya sebagai bentuk ini ya, rasa, rasa hormat, saling
menghargai gitu ya...”
“nggak cuma menerima ya, maksudnya sampe ke level ‘oh ya udah’ gak ikut
campur, ‘oh ya udah itu urusan kamu’, kayak gitu, menurutku malah itu yang
aku sebut dukungan...”

Persepsi tentang lingkungan
“aku butuh nyaman, nah nyamanku ya dengan, eeh, nggak terganggu dengan
entah, apa ya, celaan, cercaan, kayak gitu, dari orang lain yang gak bisa
menerima...”
“Bahkan sekalipun misalnya aku di lingkungan temen-temen gay atau biseks
atau, eeh, temen-temen yang lainnya di kelompok ini, seperti itu, bahkan kayak
gitu pun belum tentu aku bisa serta merta bisa terbuka gitu lho...”
“misalnya aku di ruang publik, di tempat umum, trus eh, gak mungkin
gandengan tangan misalnya, gak mungkin, apa ya, ya gandengan tangan, terus,
hehehe, dan gak mungkin juga, eeh, ini kan, istilahnya menghimbau orang lain
buat, hello, halo, kayak gitu, biar semuanya tau kan gak mungkin juga”

Efek dari dukungan
“Ya itu tentu saja berarti karena dia menghargai aku bisa nyaman, hidupku
balance gitu lho, semua sisinya bisa balance...”
“support dari pasangan misalnya. Ya, aku bersyukur ya, maksudnya dapet
pasangan yang bisa paham, tau, kalo aku gak mau identitasku, eeh, diketahui
banyak orang, misalnya kayak gitu...”
“ya seneng aja ada orang yang bisa menghargai kita apa adanya...”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111

Efek dari sikap negatif
“Kalo misalnya yang aku nganggep bukan sebuah dukungan dari orang yang
misalnya dia tau, tapi blaming, menyalahkan, intinya malah itu bikin aku jadi
gak nyaman. Ya otomatis satu sisi hidupku terganggu dong, unstable, yang
pastinya juga bisa merembes ke sisi hidup yang lain...”
“aku gak nyaman kalo misalnya orang lain tau dan malah justru
menjatuhkan...”

Perilaku menyembunyikan orientasi seksual dan alasannya
“gak ada juga yang bisa njamin kalo misalnya aku cerita ke dia, dia bisa, eeh,
apa ya, bisa tetep seperti yang sebelum aku cerita...”
“aku perlu make sure lagi, eeh, orang-orang di situ sekalipun di kelompok yang
sama, dalam satu kelompok maksudnya, ya aku perlu make sure lagi apakah
semua orang di situ, eeh, proven bisa menjaga rahasia, bisa, eeh, respect...”
“yang sebelumnya udah aku lakukan, misalnya, eeh, membatasi, membatasi
orang lain untuk tau identitasku ini, itu juga masih tetep akan aku lakukan...”

Perilaku mengungkap orientasi seksual
“proven punya inisiatif sendiri dia bisa, eeh, menjaga tanpa harus aku minta
gitu lho. Gitu. Kalo misalnya itu udah terbukti, ooh memang, eeh, orangnya
baik, anaknya baik, bisa ngerti, ya udah...”
“orang yang bisa tau itu ada, ada kriterianya...”

Keinginan dan faktor eksternal yang menekan
“Saling menghargai dan semuanya berangkat dari inisiatif masing-masing.
Tanpa harus diminta seharusnya kan tau...”
“gak ikut campur, udah sih menurutku itu cukup...”
“dan gak mungkin juga, eeh, ini kan, istilahnya menghimbau orang lain buat,
hello, halo, kayak gitu, biar semuanya tau kan gak mungkin juga...”

Respons atas reaksi negatif orang lain
“Ya udah, datar aja. Nggak, apa ya, nggak menyanggah dan juga gak, iya sih,
cenderung datar...”
“ya itu cuma saran kan. Ujung-ujungnya terserah aku mau, eeh, nerima, mau
nolak atau maksudnya mau nerima tapi nggak merealisasikan sarannya dia.
Ujungnya terserah saya gitu...”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Sikap positif
(dukungan)
Sikap negatif
Informan 1
Keinginan
untuk menjadi
diri sendiri,
diakui,
dihargai
Tekanan
sosial
Bersikap
indifferent
atas sikap
negatif
Merasakan afek
negatif ketika
menerima sikap
negatif
Sulit memercayai
lingkungan; tidak
memiliki power
untuk mengubah
lingkungan
Merasakan afek
positif ketika
didukung; hidup
seimbang
Memaknai
dukungan sebagai
bentuk pengakuan,
penghormatan,
penghargaan
Menyadari
perbedaan reaksi
Ingin privasi terjaga; ketakutan
akan reaksi negatif jika orientasi
seksual terungkap
Memilih untuk tidak
mengungkap orientasi seksual
walaupun di lingkungan yang
mendukung; mengungkap
orientasi seksual secara selektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Informan 2 (LN), 22 tahun
Kafe di wilayah DIY
Pukul 19.35-20.23 WIB, 12 Februari 2016
Baris
Transkrip
1
R: Mungkin bisa ceritain tentang diri
2
kamu sendiri, deskripsiin aja.
3
LN: Apa ya?
4
R: Apa aja. Tentang kehidupanmu,
5
tentang keluargamu.
6
LN: Hmm, nama nggak ya?
7
R: Nggak usah. Hahaha.
8
LN: Oke. Apa ya, aku, hmm, aku dah
9
lama di Jogja. Di Jogja itu sekitar 4 tahun
10 setengah kali ya, kayaknya, belum sampe
11 5 tahun.
12 R: Belum, belum.
13 LN: Hmm, dari tahun 2011. Hmm, aku,
14 aku gimana ya orangnya, hahaha. Kalo
15 misalnya karakter, ini ngomongin kayak
16 gitu-gitu gak sih? Karakter aku.
17 R: Terserah kamu.
18 LN: Maksudnya aku mau ngomong
19 apapun terserah aku? Oke.
20 R: Cerita aja.
21 LN: Apa ya, aku orangnya introvert
22 ekstrovert.
23 R: Really? Introvertnya bagian mana?
24 LN: Hahaha. Jadi aku tuh kadang kalo
25 misalnya, eeh, introvertnya pertama aku
26 gak terlalu, sebenernya kalo sama orang
27 yang baru kenal aku pasti orangnya
28 tertutup banget. Aku susah untuk, apa ya,
29 orang liat aku kayak supel, tapi
30 sebenernya gak terlalu sesupel itu.
31 R: Hmm.
32 LN: Kalo sama orang yang baru aku
33 kenal, gitu. Tapi kalo aku udah kenal aku
34 bakalan, wo, udah, hahaha, udah open
35 banget, udah gak tau, gak ada batas sama
36 sekali. Hahaha. Semua a b c sampe z-nya
37 LN udah tau semua.
38 R: Hahaha.
39 LN: Eeh, sedikit antisocial, sedikit,
40 sedikit, aku kurang terlalu suka sosialisasi
41 yang maksudnya, sama masyarakat yang
42 terlalu gimana gitu. Mungkin karena ya
Exploratory notes
Tema
Kepribadian
informan
Mengalami kesulitan
dalam berinteraksi
dengan orang baru;
ketertutupan ketika
berinteraksi dengan
orang baru
Menutup diri dari
orang baru
Mulai membuka diri
seiring berjalannya
waktu; mulai
memercayai lawan
interaksi
Membuka diri
dengan munculnya
kepercayaan
Merasa cemas jika
hal buruk akan
terjadi jika terlalu
terbuka; membatasi
Menjaga privasi;
ketakutan akan
reaksi negatif jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
aku juga punya sedikit pengalaman yang
gak baik gitu dengan masyarakat. Ya
bukannya maksudnya aku diapa-apain,
cuma kayaknya aku yang menahan diri
untuk gak terlalu, karena aku takut
sesuatu kalo aku terlalu open ke
masyarakat, kayak gitu.
R: Kok bisa antisocial, maksudnya
antisocial bentuknya kayak apa?
LN: Jadi kadang, terutama kayak di Jogja
ya, kadang tuh masyarakatnya tuh suka
misal ngajak kayak, ayok 17-an, misalnya
anak-anak kostnya ngapain kayak gitu,
ikut terlibat ya. Aku orangnya gak terlalu
ini ya, duh males ah, kayak gitu kan.
Hahaha. Duh ngapain sih, kayak gitugitu. Tapi kayaknya ya harus aja, cuma
rasanya kayak gak mau, kayak gitu. Ih,
pengennya aku ngelakuin apa yang aku
mau aja gitu kan. Nah trus juga sama
temen-temen di kost kadang-kadang
misalnya mereka ngajak ngumpul apa
gitu. Kadang tuh rasanya gak nyaman gitu
lho kalo di, sama banyak orang, gitu kan.
Ya, di situlah sisi introvertnya, kayak
gitu. Trus ya itu, untuk mee, kadang kan
misal kalo udah diem banget trus tuh
orang tuh gak nyaman juga, LN kamu
kenapa sih kok diem aja, kayak gitu. Ya
udah maksudnya itu langsung kayak
waaa, hahaha. Kayak sok asik, padahal
sebenernya, aaahh, kayak gak nyaman.
R: Ooohh, iya sih ya. Haha, I see I see.
LN: Ya karena itu lah.
R: Tapi kamu, apa namanya, kan tadi
kamu pernah bilang, tadi kamu bilang
sempat punya pengalaman yang mungkin
gak enak, mungkin gak enak. Emang kalo
aku boleh tau, pengalaman apa sih?
LN: Apa ya, karena memang, eeh,
pengalaman gak enaknya mungkin karena
emang dari kecil, jadi aku tuh, aku juga
sadar sih, hehe, kalo aku tuh rada feminin,
gitu ya. Nah jadi kalo anak, hehehe, anak
kecil kan diliat yang feminin dari SD, TK,
eeeh, LN apaan sih, lalala. Trus sudah deh
interaksi, menahan
diri
orientasi seksual
terungkap
Ketidaknyamanan
ketika diminta untuk
melakukan hal yang
tidak diinginkan;
menginginkan
kebebasan dalam
melakukan aktivitas;
keterpaksaan dalam
melakukan apa yang
diminta orang lain
(konformitas?);
berusaha blending in
dengan orang di
sekitar
Ketidaknyamanan
atas tekanan
sosial;
konformitas;
menginginkan
kebebasan
Menyadari
nonkonformitas
gender; menerima
reaksi negatif atas
nonkonformitas
gender;
ketidaknyamanan
Menyadari
nonkonformitas
gender; menerima
sikap negatif atas
nonkonformitas
gender; merasakan
afek negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
dari a sampe z yang hina-hinaan kayak
dibilang apa lah gitu ya. Awalnya sih
kayak gak nyaman gitu kan. Nah itu
sampe akhirnya sekolah, trus ya itu, kok
kayaknya, ih, kok aku dengan keadaan
yang gitu, kok kayaknya gak diterima
kayak gitu kan. Makanya aku kayak gak
nyaman gitu kan sama masyarakat yang,
ih kok, judgmental banget kayak gitu kan,
kayaknya, iihh, ini tu lho, aduh apa ya,
bencong, kayak gitu ya, gitu gitu.
Rasanya, aahhh, awalnya sih, dulu ya,
pokoknya aku masih di Kalimantan itu
kayaknya, aduh sumpah itu rasanya
kayak, ih, gak bebas banget gitu kan, jadi
ngapa-ngapain tuh rasanya, aduuh, gak
tau deh. Sampe akhirnya aku yang kuliah
ke sini, jauh dari orang tua itu, itu baru
rasanya ke-eksplor, ya, I have to accept
myself, ya aku terima diriku kayak apa,
kayak gitu. Makanya trus aku jadi berani,
jadi orang misalnya ngece, kalo udah
gede gini ya, ya terserah, gitu kan,
whateveeer. Kayak, apa sih, it’s so
yesterday, I don’t care, gitu. Eeh, aku
malah, ya apa ya, ngebentuk juga sih
kepribadian aku. Kadang, negatifnya ya
itu, jadi gak peduli sama apapun, trus
kayak, eeh, terserah deh.
R: Oke. Hahaha.
LN: Hahaha. Gimana sih, malah jadi
curhat.
R: Seorang LN gitu ya, seperti, ooohh ya
ya.
LN: Emang aku..
R: maksudnya kalo gak tau, kalo gak
cerita gini gak bakal tau backstory
seseorang.
LN: Emang aku kayak apa sih?
R: Ya gak tau, hahaha.
LN: Emang kamu ngeliat aku kayak apa?
R: Kalo, kalo ini, apa namanya, eeh, kamu
kan tadi ngomong kalo, ini, kalo kamu
memang kurang, kurang mau terlibat gitu
di masyarakat gitu kan..
LN: hmm..
ketika dicemooh;
sempat mengalami
denial; menerima
diri apa adanya;
mengalami
perubahan dari
merasakan
ketidaknyamanan
sampai pada tahap
tidak acuh terhadap
cemoohan; merasa
ditolak oleh
masyarakat; merasa
terkekang
karena menerima
sikap negatif;
transisi dari
mengalami afek
negatif ke bersikap
indifferent atas
sikap negatif;
penerimaan diri;
denial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
R: tapi pola interak, kamu kalo sama
orang-orang di sekitarmu interaksimu
kayak apa sih?
LN: Jadi, apa ya, eeh, modelnya tuh,
image aku bagi orang tuh kayak supel gitu
kan. Gak tau kenapa, hahaha. Akhirnya,
gara-gara image yang kayak gitu, ya udah,
aku interaksinya, udah aku apa adanya.
Awalnya dulu aku nyoba kayak, uuh,
harus act like the man, I’m the man, so I
act like, ya udah kayak, uuh, jantan
banget, gitu kan. Cuman kayak, it’s not
me.
R: Iya iya.
LN: Kayaknya ya udah lah, ya aku apa
adanya, kayak gitu. Terus sama tementemen kost, ya biasa sih, ya apa lah,
gemulai, hahaha. Ke mana-mana
kayaknya ya udah, kayaknya, hmm, aduh
kimcil gitu ya rasanya. Karena awalnya
mungkin mereka, ooh, kok LN kayak
gini, tapi lama-lama mereka terbiasa.
Trus, sampe, itu kan masih di lingkungan
kost, kalo udah keluar, misalnya makan,
atau apa kan ya maksudnya sekitarsekitaran anu ya, kost itu, itu juga, apa ya,
masyarakatnya ya, awalnya sih aku ya
aku lebih ke sopan, apa gitu lah ya.
Maksudnya sama orang yang, ya, yang
santun lah, gitu. Jadi makanya
masyarakatnya sih biasa aja sih kalo
ngeliat aku gitu kan. Bahkan, mungkin
kalo aku liat aku kayak, terlalu lembut,
jadinya ya susah juga orang mau nilainya
jelek gitu kan, karena sopannya kayaknya
keterlaluan gitu kan.
R: Oooh.
LN: Kayak aku tuh, permisi pak.
R: Hahaha. Maksudnya kamu terlalu
sopan gitu sama orang.
LN: He eh, gitu. Jadi orang tuh, kayak,
ooh, ohh LN, udah biasa LN tuh orangnya
lembut kayak gitu, jadi, jadi mereka gak
complain gitu kalo aku ngelakuin yang
aneh-aneh, maksudnya yang aneh-aneh,
ahaha, apa ya, agak rada-rada kayak
Mengalami denial;
merasa bahwa
“jantan” itu bukan
dirinya; ada konflik
dalam diri 
berusaha menjadi
maskulin vs.
perasaan bahwa itu
bukan diri
sebenarnya
Denial;
ketidakselarasan
antara diri ideal
dan diri
sebenarnya;
konflik antara diri
otentik dengan
harapan sosial
Mulai bertindak apa
adanya;
nonkonformitas
gender; berusaha
untuk tidak
melanggar norma
sopan santun
Penerimaan diri;
menjadi diri
otentik; upaya
untuk menjaga
harmoni
Nonkonformitas
gender; merasa
senang ketika
dimaklumi
perilakunya; merasa
tidak nyaman ketika
Merasakan afek
positif ketika
diterima; menjaga
privasi
(menyembunyikan
identitas?)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
cewek gitu. Jadi mereka kayaknya, ooh,
biasa aja, anaknya baik kok, gitu sih. Suka
sih maksudnya kalo komunikasi sama
masyarakat gitu, warga-warga gitu udah
biasa. Cuman gak terlalu, kadang tuh,
misalnya mereka nanyanya udah yang
sampe aduh sampe ke dalam-dalam tuh,
hahaha, duh, boleh pulang gak sih, ooh
iya pak, maaf yaa.
R: Hahaha. Nanya apaan?
LN: Nanya gitu, kayak gimana
keluargamu di sana?
R: Oooh.
LN: Hmm, baik kok pak.
R: Maksudnya something yang udah
privasi..
LN: heeh, personal..
R: personal.
LN: Eeh, mana ceweknya? Haa? Hahaha.
Kok gak pernah diajak, ooh, aku tuh
kayak ngerasa, ini pasti mau dijebak,
hahaha. Tapi kan, ooh ada kok pak, ada
siapa ya? Hahaha.
R: Hahaha. Ya ya ya, itu kalo sama ini ya,
kalo sama temen deket, ada temen deket?
LN: Ada ada, ada lah.
R: Nah kalo sama temen deket tuh
mungkin gimana?
LN: Bukannya kamu temen deket aku?
R: Hahaha, boleh sih.
LN: Ada Za. Temen deket aku, aku temen
deket itu lebih ke cewek ya.
R: Hmm.
LN: Lebih nyaman, gak tau kenapa sih
kalo sama cewek, kayaknya mereka lebih
open kali ya, open-minded sama yang, ya,
gay, boleh kan aku bilang gitu?
R: Ah boleh.
LN: Siapa tau nanti, what is that? Haha.
Kayak gitu, eeh, kayaknya mereka lebih
open-minded, nggak tau sih. Makanya
aku nyaman ya sekitar mereka tuh
kayaknya, aku mau ngobrol, pokoknya
gaya yang, aduh udah gila banget itu
kayaknya nggak wajar, itu mereka, aah,
masih nganggep itu kayak lelucon, jadi ya
orang lain bertanya
terlalu jauh tentang
kehidupan pribadi;
berusaha membatasi
informasi atau
menutup diri
Merasa bahwa
lingkungan berusaha
“menjebak”;
menyembunyikan
orientasi seksual;
ketakutan akan
reaksi negatif
Menunjukkan
kepercayaan yang
cukup cepat;
berteman dekat
dengan perempuan
Merasa nyaman
berteman dengan
perempuan karena
mereka lebih terbuka
dengan orientasi
seksual;
Merasa nyaman
berteman dengan
perempuan karena
mereka lebih
terbuka; bebas
menjadi diri sendiri
karena tidak
Memandang
lingkungan
sebagai tempat
yang mengancam;
menjaga privasi
(menyembunyikan
identitas?);
ketakutan akan
reaksi negatif jika
orientasi seksual
terungkap
Merasakan afek
positif ketika
menerima
dukungan;
menerima sikap
positif dari teman
perempuan
Merasakan afek
positif ketika
menerima
dukungan;
menerima sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
nyaman kayak gitu. Tapi kalo sesama
cowok, kayak, masih jaga sikap juga.
Tapi ada sahabat, ada, akrab. Dia juga
sudah, akunya curhat ke dia lebih
mendalam.
R: Ooh ya ya ya. That’s what friends are
for kan. Kalo sama keluarga gimana? Ini
nih yang complicated ya.
LN: Hmm, iya ini yang rada-rada, cuman
kayak apa ya, kalo aku sama ibuku,
mungkin kayak apa ya, sudah kayak
semacam, sebenarnya udah LN, kalo
orang bilang LN, LN tuh mungkin udah
kayak rahasia umum gitu ya. Udah, oh dia
kayak gini, tapi gak berani. Maksudnya ya
orang tua, orang tua sih yang mungkin
sadar, yang nggak yang, kamu ini ya?
Nggak. Kalo orang tuaku nggak gitu sih,
dari apa, almarhum bapakku dulu dia
biasa aja, maksudnya, ya, keliatan kok.
Maksudnya, kelakukan aku yang di
rumah itu aja aku, namanya juga di rumah
ya, ngapain aja tuh udah yang kayak alaala, aduh udah ala-ala kayak anak gadis
perawan kayak gitu, padahal kamu lakilaki, hahaha, kayak gitu.
R: Eh, kamu sambil makan boleh lho.
LN: He eh, tapi aku lagi mau ngomong.
Hahaha. Kamu sih nyuruh aku ngomong,
jadi aku gak brenti-brenti, hahaha. Gitu.
Cuma yang, yang paling susah
sebenernya sama sodara aku sih. Kan aku
anak bungsu..
R: hmm, dari?
LN: 3 bersaudara. Dari 3 itu, terusnya tuh
susah sih kayak mau open, bilang kalo
gini gini, soalnya mereka berdua juga, apa
ya, udah yang, wah, kayaknya gak bisa di,
soalnya pernah sih, nyoba kan, kayak
nyerempet-nyerempet gitu kan, dan
kakakku yang paling pertama itu kayak,
kamu ngomong apa sih? Apa lah gitu,
pokoknya reaksinya negatif lah ya. Jadi
ya, cuman kalo sama ibu aku, biasa sih,
dia ya namanya anak kali ya, jadi ya,
yaah, begitulah. Hahaha. Belum ada
dihakimi; menjaga
sikap ketika bersama
dengan teman lakilaki
Masih merahasiakan
orientasi seksual
kepada orang tua,
namun merasa
bahwa orang-orang
sudah tahu;
nonkonformitas
gender; merasa
bebas jadi diri
sendiri di tempat
yang tidak
menghakimi
positif dari teman
perempuan;
merasa bebas
menjadi diri
otentik; menerima
reaksi negatif dari
teman laki-laki;
mengontrol diri
dalam interaksi
dengan orang yang
menunjukkan
sikap negatif;
Menutup diri,
menyembunyikan
identitas;
merasakan afek
positif ketika
menerima
dukungan; merasa
bebas menjadi diri
otentik;
ketidakselarasan
antara diri otentik
dan gambaran diri
ideal
Merasa kesulitan
menghadapi saudara
Berusaha untuk
membicarakan
homoseksualitas
dengan saudara;
mengalami
penolakan ketika
ingin berbicara
tentang
homoseksualitas;
menerima reaksi
negatif; masih
merahasiakan
Menerima reaksi
negatif; berusaha
untuk
mengungkap
orientasi seksual;
ketakutan akan
reaksi negatif jika
orientasi seksual
terungkap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
reaksi yang kayak gitu, aku juga belum
pernah ngomong, ma, aku gay. Nanti dia
(memeragakan bunuh diri), belum.
R: Ya memang complicated ya.
LN: Iyaa, kalo sama keluarga. Mungkin
kalo keluarga bule, enak kali ya.
R: Tapi, kalo dari sekian banyak orang
yang kamu kenal nih ya, ada yang tau gak
soal orientasi?
LN: Eemm, sepertinya, hahaha, tak
terhitung yang tau, hahaha. Kayaknya sih
ya. Cuman mereka ya diam-diam juga sih,
ya paling paham, atau emang tau yang
jelas tau, pastinya yang dekat sama aku,
yang dekat sama aku maksudnya ya,
temen-temen kuliah, rata-rata, trus temen
nongkrong juga, ya gitu. Trus juga, ya
paling ada yang nebak-nebak, kayak apa,
tebak-tebak buah manggis. Gara-gara liat,
ah LN, ah LN feminin deh , kayaknya dia
gay deh.
R: Ooh berasumsi gitu.
LN: He eh, asumsi, he eh. Soalnya dulu
awal kuliah kayak ngerasa didiskriminasi,
gimana ya, kayak ada perlakuan yang
beda sih dari temen-temen cowok gitu ya.
Kayak, kalau ada aku tuh kayaknya
reaksinya gimana, cuma aku orangnya ya
itu, udah, udah whatever kayak gitu, jadi
gak ngerasa. Malah yang ngerasa tuh
temen-temen aku, kamu gak apa-apa
digituin? Hah, iya po? Cuma karena aku
luweh, jadi aku tetep aja nyapa, padahal
mereka tuh kayak gak nyaman gitu kan
dengan ada aku. Lama-kelamaan ya
mungkin mereka ngeliat sih, aku nggak,
gimana ya, kan kadang ada tuh yang gay
tapi kayaknya, hmm, gimana ya, gitu lah.
Yang kayak, aduuh, terlalu, gimana gitu
ya. Eeh, terlalu, apa ya, kayak gak paham
situasi gitu kan. Ha, jadinya mereka
mungkin awalnya ngira aku yang kayak
gitu, gitu kan. Gak mungkin juga kali
orang gay gangguin sembarangan orang.
Hahaha. Iya gak suka banget. Kan kadang
ada cowok yang normal gitu kan, trus kalo
orientasi seksual
terhadap orang tua;
ketakutan akan
reaksi negatif jika
orientasi seksual
terungkap
Mengungkap
orientasi seksual
kepada teman dekat;
merasa bahwa
orang-orang tau
tentang orientasi
seksual walaupun
tidak diberi tahu;
nonkonformitas
gender
Mengungkap
orientasi seksual
kepada orang
dekat;
ketidakselarasan
antara diri otentik
dengan gambaran
diri ideal
Mengalami
diskriminasi dari
teman laki-laki;
mengabaikan reaksi
negatif yang
ditunjukkan orang
lain; merasa kesal
karena stereotip
yang ditempelkan
pada gay
Menerima sikap
negatif dari lakilaki; bersikap
indifferent atas
reaksi negatif;
merasakan afek
negatif ketika
menerima sikap
negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
misalnya ih, itu gay, trus mereka takut
gitu, hellooo, I get a type too, hahaha.
Kayak semua cowok bakalan gue ambil
gitu, gak mungkin kali. Stereotype orang
kan gitu ya, kalo gay itu semua sama
semua cowok dia mau, ya sometimes, but,
hahahaha.
R: Tapi kebanyakan berarti saat ini yang
tau kebanyakan..
LN: kebanyakan yang kenal, hmm.
R: Berarti yang kenal, yang deket
terutama ya.
LN: He eh.
R: Yang deket terutama, tapi yang gak
deket juga beberapa ada yang tau.
LN: He eh, iya, mungkin mereka ya,
ngeliat dari akunya ya..
R: ya tadi berasumsi gitu ya..
LN: he eh, asumsi gitu.
R: Trus kalo selama ini, ya, berarti selama
ini ketika kamu, ketika mereka udah tau
soal kamu, reaksinya beda-beda berarti
ya?
LN: Ya, banyak, beda-beda. Iya bedabeda. Jadi, eeh, aku juga kaget sih ya
awalnya, yang paling, apa ya, kayak tau
trus yang kayak nggak shock gitu, ya
kebanyakan yang cewek gitu ya, kayak,
ooh, iya nggak apa-apa, tapi gak tau
ternyata di belakang, hahaha, nooo. Ya
gitu, gak tau sih. Cuman aku juga gak
langsung bilang, eh, aku gay lho. Kayak
ngobrol dulu gitu kan, kayak drama dulu,
hidup aku sedih, kayak gitu, hahaha. Trus
ya itu, mereka tau, ya, ooh, kayak gitu, ya
udah nggak apa-apa. Cuman kalo cowok,
ada kok, temen juga, ya dia awalnya, eem,
cuman jadinya tuh jadi kayak, nanya itu,
nanya-nanya gitu kan, emang kalo gay tuh
gimana? Nanti dia suka gak sama semua
cowok, ya itu sih sama stereotype,
begitulah ketakutan cowok-cowok yang,
yaa, normal gitu lah ya, terhadap gay.
Dikiranya kita suka sama semua cowok.
R: Hahaha. Tapi sejauh ini, menurutmu,
reaksi yang sering kamu terima gimana?
Mengungkap
orientasi seksual
kepada teman dekat
Mengungkap
orientasi seksual
kepada orang
dekat
Merasa bahwa
perilakunya
menunjukkan
orientasi seksual
Menyadari
perbedaan reaksi
dari orang lain;
merasa kaget karena
keterbukaan orang
lain; mengungkap
orientasi seksual
kepada teman
setelah beberapa
waktu;
ketidaknyamanan
ketika ditempeli
stereotip
Menyadari
perbedaan reaksi
atas orientasi
seksual;
penerimaan orang
lain sebagai
sesuatu yang
mengagetkan;
merasakan afek
negatif ketika
menerima sikap
negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
LN: Eemm, cukup baik sih. Jadi aku juga
orangnya terbukanya sama beberapa
orang aja gitu ya. Jadi, ya, mereka juga
kayak welcome, terus sejauh karena, aku
juga gak tau sih, aku juga kaget kok
mereka maksudnya aku bilang aku gay,
suka sama cowok gitu, hah, nggak apaapa, ooh, terus aku, masa gak masalah sih,
rasanya kayak, aaahhh, kayak gitu. Lalu
mereka ooh ya, selalu, oke, terus ya
mereka bilang ya, ooh, kan kamu masih
LN yang biasanya gitu. Kami senang
sama kamu, ya gitulah maksudnya, ya,
anaknya ya baik, apa lah gitu ya, mujimuji, hahaha. Itu lah, cuma reaksinya ya
mayanlah, bagus, cuma ada juga sih yang
suka, eemm, kaget trus..
R: kaget mengarah ke mana nih?
LN: Kagetnya misalnya, hah? Serius?
Kayak, maksudnya kayak, dia responnya
tuh aku juga kaget maksudnya kayak,
kayak misalnya LN gitu ya, feminin, trus
aku bilang aku gay, maksudnya at least
dia udah mungkin LN gay, dia tuh kayak
nggak ada bayangan kalo aku gay sama
sekali, trus hah? Masa? Hah, plis deh
kayak gitu. Trus ya kayak masih shock,
kayak nanya terus, emang bener kamu
itu? Iya, dia bilang, hmm. Trus ada juga
sih temen yang, mungkin kamu bingung.
Hahaha. Mungkin kamu bingung, kamu
butuh lebih dekat sama Tuhan, aaaahhh,
hahahha. Ooh iya, mungkin kali ya.
Hahaha. Ada, ada yang kayak gitu. Trus
ada juga yang kayak ya nggak apa-apa.
Kalo, sebenernya kalo keluarga sih, yang
terbuka sama selain sama temen juga ada
sih sama keluarga. Cuman malah sama ya
misal kayak sepupu, gitu.
R: Berarti bukan keluarga inti ya.
LN: Bukan, bukan yang inti malah. Yang
hubungan darahnya dekat malah
sebenarnya mereka kayak gak tau apa-apa
gitu. Takut sih sebenarnya bilang sama,
eeh, orang tua atau saudara kandung gitu.
Trus jadinya curhatnya ke sepupu,
Menerima reaksi
positif; mengungkap
orientasi seksual
kepada beberapa
orang saja
Merasakan afek
positif ketika
menerima
dukungan;
mengungkap
orientasi seksual
secara selektif
Menerima reaksi
negatif; mengungkap
orientasi seksual
kepada sepupu;
nonkonformitas
gender
Ketidakselarasan
antara diri otentik
dengan diri ideal;
merasakan afek
negatif ketika
menerima sikap
negatif;
keberanian untuk
mengungkap
orientasi seksual
Keberanian
mengungkap
orientasi seksual ke
sepupu; ketakutan
akan reaksi negatif
jika orientasi
Keberanian
mengungkap
orientasi seksual;
ketakutan akan
reaksi negatif jika
orientasi seksual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
433
434
435
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
awalnya mereka juga kaget sih gitu kan,
kayak kagetnya misal, kayak gak nyangka
juga ternyata, mungkin mereka mikirnya
mungkin LN cuma yaaa gayanya doang
kayak cewek, tapi mungkin tetep aja, gitu.
R: Tapi mereka bisa menerima?
LN: Eemm, kalo yang sepupu aku yang
aku curhatin ini, ya bisa sih, malah dia
baik gitu kan, kayak temen tempat aku,
apa, sering juga sih nasihatin karena aku
orangnya, aduh, kalo udah percaya sama
orang, itu dah kayak misalnya a sampe znya aku tuh kebongkar gitu lho, trus nanti
orang ini mungkin entah dia nyebarin apa
nggak aku juga gak peduli. Nah, si sepupu
aku ini sering bilang, kamu kalo percaya
sama orang hati-hati dong, gitu kan. Kan
kamu itu, ya jangan diumbar-umbar.
R: Oooh ya ya.
LN: Padahal aku gak ngumbar-ngumbar
sih. Ya cerita ke temen aku karena aku
percaya sama dia.
R: Jadi kamu, eeh, kan tadi kamu bilang
kalo ini ya, apa namanya, kalo kamu
terbuka juga sama beberapa orang aja,
dan kamu juga bilang kalo kamu cerita
cuma sama orang yang kamu percaya,
berarti, eeh, apa sih yang membuat kamu
merasa kamu bisa cerita soal diri kamu
apa adanya ke orang lain itu? Apa yang
ada di orang lain yang bisa buat kamu, ah
kayaknya aku gak apa-apa nih kalo cerita
sama dia?
LN: He eh, kalo ngomong sama dia.
Pertama sih, yang pertama tuh nyaman
kan. Eeh, terus kayaknya, jadi, karena dia
teman, kan sebelum, maksudnya sebelum
kenal tuh pasti udah, ya semacam, apa ya
namanya, eeh, apa sih namanya, kayak,
eeh, neliti bukan sih, bukan kata yang
tepat, tapi eh ada lah cuma aku lupa
kosakatanya. Habis itu kayak semacam
neliti teman kita, ni orangnya mudah
dipercaya gak ya, terus kayak merhatiin
gitu, sampe akhirnya ngobrol-ngobrol
gitu kan. Awalnya ya dari ngobrol sih
terungkap ke saudara
kandung dan orang
tua; kerenggangan
dengan anggota
keluarga inti
Menerima reaksi
positif dari sepupu;
mengungkap
orientasi seksual ke
teman yang telah
dipercaya; merasa
tidak acuh dan
mengabaikan reaksi
negatif orang lain
terungkap;
kerenggangan
dengan anggota
keluarga yang
menghambat
pengungkapan diri
Bersikap
indifferent
terhadap sikap
negatif;
mengungkap
orientasi seksual
atas dasar rasa
percaya;
menerima
dukungan
Mengungkap
orientasi seksual
hanya kepada teman
yang dipercaya
Mengungkap
orientasi seksual
atas dasar rasa
percaya
Rasa nyaman dan
percaya mendorong
perilaku
mengungkap
orientasi seksual;
ada kelegaan ketika
mengungkapkan apa
yang selama ini
disembunyikan;
merasa tidak nyaman
ketika harus selalu
berpura-pura atau
Mengungkap
orientasi seksual
atas dasar
kenyamanan dan
kepercayaan;
merasakan afek
positif sebagai
efek dari
pengungkapan
orientasi seksual;
merasakan afek
negatif sebagai
efek dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
454
455
456
457
458
459
460
461
462
463
464
465
467
468
469
470
471
472
473
474
475
476
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
489
490
491
492
493
494
495
496
497
498
499
500
sampe akhirnya rasanya ini orang
kayaknya mudah dipercaya, eh, bisa
dipercaya gitu. Trus sampe ini ya udah
mutusin untuk ngomong. Aku, apa ya,
sampe memutuskan untuk sampe
ngomong sama temen aku sendiri,
sebenarnya aku gak bilang pun aku finefine aja gitu, toh gak ada yang peduli
mungkin kayak gitu kan kalo aku pun itu.
Aku mutusin biar mereka tau itu
sebenernya, apa ya, lebih ke akunya
sendiri sih ya. Jadi kayak ngerasa kalo
dengan aku bilang itu rasanya kayak lega
gitu sih. Eeh, jadi kayak kan selama ini
istilahnya kayak disimpan gitu ya, karena
kayak disembunyiin gitu kan, takut orang
tau, trus orang cuma berasumsi, sampe
akhirnya ngomong sendiri trus itu, itu
kayaknya lega, trus rasanya jadi nyaman.
R: Ya ya ya I see. Trus selama ini kamu
kan udah terbuka, maksudnya lumayan
terbuka dengan temen deket misalnya,
dengan beberapa temen juga gitu kan,
dengan saudara juga ada gitu, eeh, dari
orang-orang yang kebetulan tau ini, kirakira, berarti kamu merasakan dukungan
gak dari mereka?
LN: Eeh, kalo dari mereka yang tau
sekitar berapa ya, bisa dipersentasekan
mungkin, ada 75% yang kayak support
kayak gitu, trus sisanya kayak yang
berusaha membenarkan gitu ya, gitu.
R: Eem, emang kalo boleh tau bentuk
support-nya kayak apa sih?
LN: Jadi misalnya, kayak apa ya. Hahaha.
Jadi misalnya, aduh lupa, eeh apa ya.. oh
iya, kayak misalnya kan mereka udah tau
nih kalo aku gay. Terus kan pasti, eeh,
yaaa, ya namanya juga gay ya sama kayak
orang lain juga pasti kadang kayaknya
naksir siapa gitu, nah itu. Jadi misalnya
malah karena mereka tau jadi enak buat
ngobrol, eh aku tuh suka sama ini lho
kayak gitu. Trus mereka, oooh, kayak,
kayak apa lah semacam gitu. Sebenarnya
support yang gitu-gitu doang sih, nggak
menyembunyikan
orientasi seksual
penyembunyian
orientasi seksual
Menerima reaksi
positif dari sebagian
besar orang yang
tahu; menerima
reaksi negatif berupa
pembenaran
Menerima
dukungan;
menerima sikap
negatif
Menerima dukungan
dalam bentuk
didengarkan;
membutuhkan
dukungan berupa
didengarkan; merasa
nyaman ketika
didengarkan
Menerima
dukungan;
membutuhkan
dukungan (bentuk:
didengarkan);
merasakan afek
positif ketika
menerima
dukungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
501
502
503
504
505
506
507
508
509
510
511
512
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
523
524
525
526
527
528
529
530
531
532
533
534
535
536
537
538
539
540
541
542
543
544
545
546
yang sampe, nggak yang sampe yang, LN,
semangat yaaa, nggak. Cuman ya kayak,
dengan mereka dengerin doang aku
ngomong apa, itu dah kayak rasanya
nyaman gitu ya, kayak mereka ya udah
mendukung, maksudnya mendukung
dalam hal ya, sebenernya mendengarkan,
aku juga gak paham sih, entah mereka
yang support yang kayak gimana. Cuma,
bentuk kepedulian mereka dengan cukup
mendengarkan aku, ngobrol, curhat apa,
itu udah menurut aku udah dukungan sih
kayak gitu.
R: Berarti itu menurutmu itu udah cukup
gitu ya?
LN: He eh, udah cukup.
R: Tapi selain, selain, selain mereka
mendengarkan
ceritamu,
kira-kira
menurutmu ada nggak bentuk lain yang
mereka berikan sejauh ini?
LN: Eem, apa ya, ada nggak ya. Dalam
bentuk apa juga ya, kayaknya..
R: jadinya cuma baru itu atau gimana?
LN: Kayaknya sih sejauh ini yang biasabiasa aja sih support-nya. Soalnya aku
juga yang open, maksudnya cerita ke
merekanya
orangnya
pun
yang
maksudnya temen-temen juga gitu kan.
Jadi tuh kayak temen cuma temen main,
kayak gitu. Jadi ya mereka jarang juga
ketemu terus, jadi cuma kayak gitu-gitu
aja. Jadi kalo misalnya lebih ke hal lain,
lebih ke hal lain misalnya, apa ya masalah
pribadi gitu, itu juga, malah mereka gak
terlalu ikut campur juga sih, sampai
akunya yang ngomong gitu kan. Tapi kalo
sampe yang, yang lain-lain, apa ya, kayak
menjodohkan, itu nggak ada, nggak ada,
belum, belum, mungkin belum. Gitu sih.
Ya baru sejauh itu sih support-nya.
R: Iya ya. Tapi, ya, untung ya berarti
punya temen-temen yang kayaknya bisa
menerima kita apa adanya. Berarti sejauh
ini, yang memberi, yang jelas-jelas
kayaknya bisa menerima kamu, bisa
Menerima dukungan
dalam bentuk
didengarkan; belum
menerima dukungan
dalam bentuk lain
Menerima
dukungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
547
548
549
550
551
552
553
554
555
556
557
558
559
560
561
562
563
564
565
566
567
568
569
570
571
572
573
574
575
576
577
578
579
580
581
582
583
584
585
586
587
588
589
590
591
592
mendengarkan kamu itu temen deket
sama tadi sepupumu tadi ya.
LN: He eh, justru malah sebenernya orang
yang di luar gitu ya. Malah yang kayak
baru kenal.
R: Baru kenal?
LN: He eh, maksudnya yang baru kenal
setelah kuliah, gitu.
R: Ooohh, I see I see.
LN: He eh, merasa nyaman, gitu sih.
R: Trus ini, apa namanya, eeh, kamu ya
kita taulah ya maksudnya, ketika menjadi
berbeda..
LN: berbeda..
R: di lingkungan yang kayak gini, yang
biar orang bisa menerima itu agak susah,
kamu merasa di saat-saat seperti apa sih
itu kamu merasa, aduh aku butuh, butuh
didukung nih, butuh didengerin nih, butuh
diterima nih, saat-saat seperti apa sih?
LN: Hmm, kalo misalnya yang kehidupan
sehari-hari sih, kalo yang, sebenarnya
kehidupan sehari-hari sih biasa aja sih ya.
Aku ngerasa udah yang kayak oh udah
cukup sih rasanya gitu, kalo aku untuk
masyarakatnya yang nerima, kayak gitu.
Cuma rasanya tuh masih yang, lebih ke
lingkup besar sih ya, maksudnya jadi
kayak pola pikir sebagian besar
masyarakat sih rasanya tuh yang masih
kayak, ee, sedikit aja menyinggung hal itu
lah, entah gay atau LGBT gitu rasanya tuh
udah kayak, wah, perang dunia kayak gitu
kan, trus rasanya oh my God, maksudnya
kayak, aduh ini udah kayak gak bisa
gimana gitu kan, gitu. Sebenernya kan
kayak, apa ya, apa lagi kan kayak
Amerika udah kayak open banget tuh, dah
menghargai banget LGBT. Nah jadi tuh
kayak Indonesia jadi kayak takut banget
gitu kan, takut banget, juga bakal kayak
gitu. Itu malah jadi kayak, eeh, minoritas
yang bener-bener kayak gak boleh banget
ada, gitu lho, kayak bakalan dibasmi gitu
oleh beberapa oknum sih ya, cuma, ya itu
sih, rasanya tuh kayaknya aduh susah
Merasa diterima oleh Menerima
orang di luar
dukungan dari
keluarga
orang di luar
keluarga
Merasa tidak
nyaman dengan
reaksi negatif yang
ditunjukkan
lingkungan;
kebingungan
berperilaku dalam
lingkungan yang
menunjukkan sikap
negatif
Merasakan afek
negatif ketika
menerima reaksi
negatif;
kebingungan
berperilaku dalam
lingkungan yang
menunjukkan
sikap negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
593
594
595
596
597
598
599
600
601
602
603
604
605
606
607
608
609
610
611
612
613
614
615
616
617
618
619
620
621
622
623
624
625
626
627
628
629
630
631
632
633
634
635
636
637
638
juga, mau berbuat apa gitu. Sebenernya
cuma, apa ya, aduh gak tau nih nyambung
apa nggak dengan pertanyaanmu.
Hahaha. Ini malah jadi kayak curhat, piye
to. Gitu sih, piye ya..
R: tapi gini, berarti gini, berarti kamu
ngerasa kamu ternyata, oh kamu,
sebenernya untuk sehari-hari mah udah,
ya udah lah..
LN: he eh, udah biasa. Tapi sebenernya
aku pengen pergi dari negara ini. Hahaha.
Gitu, gitu, rasanya gitu. Sebenernya
kayak gitu. Soalnya semakin hari rasanya
semakin banyak tentangan.
R: Hahaha, kok bisa?
LN: Jadi, eehh, sebagai gay yang juga
sedikit tertutup, aku kan juga orangnya
gak terlalu, aku tuh malah punya temen,
temennya itu malah ya maksudnya yang
kayak cewek, mereka straight bukan
lesbian apa segala macem, bukan LGBT,
jadinya itu kayak, istilahnya aku satusatunya yang sendiri di antara mereka.
Makanya aku tuh cari info, apa, tentang
aku tuh ya aku sendiri, kayak gitu kan.
Jadi mereka juga gak terlalu paham,
makanya itu kayak, yaaa, tau hal-hal
tentang gay di luar, apa sih yang terjadi
dengan gay-gay di Indonesia rasanya ya
tau sendiri gitu kan. Trus ya sebenernya
mereka juga gak bisa jadi tempat aku
kayak, eh tau gak sih kalo kami itu diginiginiin, dan itu mereka sebenernya belum
jadi tempat untuk aku ngomongin hal itu
sih. Jadi lebih ke mereka tuh ya lebih yang
main yang biasa aja, kayak gitu.
R: Hmmm.
LN: Terus yang, ya tau, ya maksudnya
sampe pengen bisa keluar negeri segala,
sebenernya kayak hal-hal kecil aja udah
dipermasalahin. Kayak misalnya kemarin
aku pernah baca di website gak sengaja
itu, cuma emoticon-nya Line dan
WhatsApp nih yang baru-baru nih itu
dipermasalahin, oh my God, can I just
move from this country? cuma aku gak
Merasa tidak bebas
menjadi diri sendiri;
keinginan untuk
melarikan diri dari
tekanan dari
lingkungan
Merasa sendiri di
tengah-tengah
teman-temannya;
merasa belum bisa
berbicara banyak
tentang
homoseksualitas
kepada teman-teman
Inkonsistensi? Di
awal sempat bilang
kalau cenderung
mudah percaya
dengan orang lain
dan cerita tentang
orientasi seksual
Ketidakbebasan
menjadi diri
otentik; keinginan
untuk bebas dari
tekanan
Merasa tidak
nyaman dan kesal
karena sikap negatif
yang ditunjukkan
lingkungan terhadap
materi berbau
homoseksualitas;
keinginan untuk
meninggalkan
Merasakan afek
negatif ketika
menerima reaksi
negatif; keinginan
untuk bebas dari
tekanan
Merasa kesepian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
639
640
641
642
643
644
645
646
647
648
649
650
651
652
653
654
655
656
657
658
659
660
661
662
663
664
665
666
667
668
669
670
671
672
673
674
675
676
677
678
679
680
681
682
683
684
punya duit. Hahaha. Rasanya tuh kayak,
aduh, please deh, cuma, ah itu.
R: Hahaha.
LN: Cuma, aku kenal, maksudnya orangorang yang gay selain aku, aku kenal.
Cuma aku gak yang dekat malah sama
mereka, sebenernya pengen maksudnya
kayak, hey gay, we are gay, hahaha. But I
don’t think so they want me to be their
company, wuuu, LN, wuuu.
R: Ya ya ya, berarti kamu, apa ya, hahaha.
LN: Pusing lho nanti kamu, nge ini,
ngeanalisis.
R: Tapi gini, apa namanya, berarti, kalau
aku bertanya lagi, kayaknya mungkin hal
yang mirip-mirip ya. Kamu merasa kamu
terdukung, kamu merasa kamu diterima
itu ketika apa sih?
LN: Aku merasa terdukung dan diterima
itu lebih ke misalnya, di kelas, he eh ya,
di kelas gak ada diskriminasi gitu kan.
Misalnya kayak mereka kan udah tau apaapa, sebenernya kadang itu kalau ada
sedikit aja itu menyinggung kata-kata gay
atau LGBT tuh rasanya, heeeh, kayak,
duh ngapain sih ada tema kayak gini
diomongin di kelas tuh rasanya, emmm,
kayak semua orang tuh bakalan, tapi kalo
ya dengan mereka diem aja atau kelas
diem aja kayak gak peduli, gak yang liat
ke LN gitu..
R: ooohh..
LN: he eh gitu-gitu tuh..
R: tanpa disadari gitu..
LN: he eh, berarti mereka, he eh. Cuma
sebenernya gak ada, ya kayak gitu sih. He
eh, trus ya merasa didukung sama, yaa,
orang-orang terdekat, sebenarnya lebih
ke, yaa, yang penting mereka nerima
akunya, ini lebih ke akunya ya,
maksudnya pendapat aku sih. Aahh, lebih
bagaimana mereka nerima aku sih,
sedalam, ya kehidupan sehari-hari lah
paling nggak gitu kan. Jadi ya aku udah
bersyukur banget kalau misalnya mereka
dengan karakter aku, mereka bisa
negara, namun
terkendala masalah
finansial
Kerenggangan
hubungan dengan
teman-teman sesama
gay; merasa tidak
akan diterima
bahkan oleh sesama
gay (inferior?)
Merasa didukung
ketika tidak ada
tindak diskriminasi,
ketika tidak menjadi
pusat perhatian
ketika topik
homoseksualitas
dibahas; merasa
tidak nyaman ketika
topik
homoseksualitas
dibahas karena takut
akan menjadi pusat
perhatian (menjadi
pusat perhatian
karena berbeda?)
Merasa didukung
ketika diterima dan
bisa berinteraksi
tanpa perlakuan
yang berbeda
Merasa terasing
(bahkan dalam
kelompok gay);
inferioritas
Merasakan afek
positif ketika
didukung;
ketakutan akan
reaksi negatif (?)
Memaknai
dukungan sebagai
penerimaan dan
diperlakukan
sama; merasakan
afek positif ketika
menerima
dukungan
(mengekspresikan
rasa terima kasih)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
685
686
687
688
689
690
691
692
693
694
695
696
697
698
699
700
701
702
703
704
705
706
707
708
709
710
711
712
713
714
715
716
717
718
719
720
721
722
723
724
725
726
727
728
729
730
berinteraksi kayak biasa aja, nyapa, apa
lah pokoknya, itu udah, udah rasanya
udah, oh thanks God, terima kasih. Udah
merasa banget kalo di, yaaa, dianggaplah
kayak gitu.
R: Iya, bener-bener. Ya ya ya. Sambil
dimakan dulu, kasihan itu udah dingin
lho. Hahaha.
LN: Eh kamu kalo misal kamu nanya apa,
trus aku jawabnya rada-rada, hahaha,
melebar, tolong dong dipersempit.
Maksudnya, LN, gimana gitu, soalnya ini
gimana aduh. Susah nih, kayaknya
ngobrol sama aku tuh, pulau-pulau apa
selalu terjamah.
R: Nggak kok.
LN: Takutnya kelebaran.
R: Hahaha.
LN: Boleh lho sambil nanya.
R: Sambil ya. Hahaha.
LN: Hmm.
R: Kalo kamu sendiri, ini, kan tadi
ternyata temen deketmu menerima,
sepupumu juga menerima, kamu punya
ini gak sih, punya, ya, menurut kamu,
kira-kira apa sih yang membuat mereka
terbuka tentang diri kamu sendiri gitu?
LN: Maksudnya sampe mereka bisa
nerima gitu ya kalo aku gay gitu ya.
Mungkin, kalo menurut aku sih ya
mungkin lebih karena karakter akunya
sendiri. Jadi, mereka merasa kayak gitu
kan, itu gak merubah aku gitu lho. Jadi
selama ini, akunya sama mereka ya baikbaik aja hubungannya, ya aku juga
mengerti mereka, mereka punya privasi
segala macam apa kayak gitu, ya
maksudnya ya membina hubungan baik
lah dengan teman, keluarga itu tadi,
sampe akhirnya aku terbuka dan mereka
kayaknya, ooh, ya udah gitu lho. Mungkin
selama aku nggak, nggak gimana gitu ya,
nggak, ya mungkin semacam aneh kayak
gitu, atau nggak berubah lah gitu
istilahnya, bukan jadi LN yang jahat atau
apa lah gitu istilahnya, gitu.
Menjaga hubungan
baik dengan teman
dan saudara dengan
cara tidak berubah
atau tidak
melakukan hal yang
di luar “kewajaran”;
menjaga harmoni
(kolektivis);
berusaha
menyesuaikan diri
dengan lingkungan
(konformitas?)
Menjaga harmoni;
berusaha
menyesuaikan diri
dengan
lingkungan
(konformitas?)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
731
732
733
734
735
736
737
738
739
740
741
742
743
744
745
746
747
748
749
750
751
752
753
754
755
756
757
758
759
760
761
762
763
764
765
766
767
768
769
770
771
772
773
774
775
776
R: I see I see.
LN: Cuma, aku juga masih agak, gimana
ya mungkin mereka nerima karena ya aku
masih biasa aja gitu. Lain hal mungkin
kalo aku bilang, hei aku dah punya pacar
cowok lho, bulan depan kami bakalan
nikah. Itu mungkin mereka, whaatt? Itu
mungkin begitu, itu sih mungkin karena
aku cuma terbuka, yang maksudnya aku
gay, oohh gitu, emang itu apa? Ya itu aku
suka tertariknya sama cowok. Oohh ya,
dan mereka masih mikir mungkin karena,
oh ya mungkin dia hanya sesaat, mungkin
lho aku juga gak tau gitu kan, mungkin
dia cuma sesaat, masih bingung. Mereka
belum mikir kalo sebenernya itu adalah
apa yang udah aku pilih gitu, istilahnya
gitu, itu udah ada di aku. Mungkin itu
mungkin mereka bakalan kaget kalo aku
bilang aku udah punya pacar cowok dan
bulan depan aku akan nikah. Itu tuh
mungking mereka bakalan gila gitu.
Hahaha. Mungkin ya, aku juga gak tau.
Soalnya selama aku terbuka, ya aku cuma
ngomong kalo aku gitu. Cuma ada sih
yang nanya, trus kamu punya pacar? Aku
bilang ada sih yang dekat, oohh, he eh,
jadi mereka oohh, masih, mungkin ya,
gimana lah gitu. Karakter, mungkin itu
sih jadi lebih ke, kalo selama aku gak
berubah menjadi misalnya dengan aku
terbuka, aku gay, aku ke mana-mana
bawa cowok aku, hahaha, terus nanti
mereka, eeemm, LN, nah itu mungkin
mereka agak risih gitu. Yang penting aku
tau tempat kali ya, tau tempat dan situasi
jadi mereka juga nyaman, akunya juga
nyaman, begitu. Hahaha.
R: Tapi gini, tadi kan kamu pernah, tadi
kamu bilang kalo ternyata ada temenmu
yang ketika tau, ternyata malah berusaha
melakukan, membenarkan, tadi ada ya.
Nah, berarti, apa ya..
LN: secara halus sebenernya ditolak.
R: Ooh, berarti sebenernya mereka
kayaknya keliatannya menerima tapi..
Berusaha
menyesuaikan diri
dengan lingkungan;
menjaga harmoni
dengan tidak
melakukan hal yang
di luar “kewajaran”;
ketakutan akan
reaksi negatif
Berusaha
menyesuaikan diri
dengan
lingkungan
(konformitas);
menghindari
pemicu konflik
demi menjaga
harmoni;
ketakutan akan
reaksi negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
777
778
779
780
781
782
783
784
785
786
787
788
789
790
791
792
793
794
795
796
797
798
799
800
801
802
803
804
805
806
807
808
809
810
811
812
813
814
815
816
817
818
819
820
821
822
LN: menolak sebenernya, mungkin secara
halus. Mungkin istilahnya, LN, kamu
kenapa? Mungkin, kamu sakit? Kan
sering banget tuh dibilang sakit, penyakit
gitu, hello, hahaha. Eeh, mereka pasti
mungkin kaget gitu, kok LN kayak gitu,
trus kayaknya berusaha membenarkan.
Mungkin sebenernya niat mereka baik
kayak gitu kan, karena mereka merasa
mereka teman gitu kan, dan mungkin aku
sedang dalam kesusahan, mereka
merasanya kayak gitu, dan itu dari sudut
pandang mereka. Padahal sebenarnya aku
gak dalam kesusahan, aku bersuka ria.
Hahaha. Dan aku mau berbagi
kebahagiaan, tapi malah mereka
menganggap itu kabar buruk gitu kan.
Mungkin ya itu, mungkin sebenarnya
memang dari, yaa, pola pikir mereka gitu.
Cuma ya mereka ngomong yang eh, kamu
mungkin kurang dekat sama Tuhan,
diajak apa lah gitu, trus akunya kayak,
kayak apa ya, lebih ke reaksi yang, eeh,
semacam menjauh juga sih dari orang itu..
R: he eh..
LN: modelnya menjauh yang kayak,
masih berteman, tapi nggak mengungkit
itu lagi.
R: Ooohh.
LN: Trus, karena merasa kok, ooh, orang
ini mungkin gak terlalu bisa menerima
aku yang berbeda karena aku di, ya aku,
dia nerima aku sebagai temannya, tapi
kan aku gak mau dianggap sebagai teman
yang sakit, kayak gitu kan. Gitu, makanya
aku yang, aku ingin teman yang sehat.
Hahaha. Jadi kayak kalo teman yang sakit
kan, sini aku bantu cari obat, eemm, I
don’t need the cure, gitu-gitu lah ya.
R: I see I see, berarti, menurutmu itu
sendiri, itu sendiri, menurutmu reaksinya
positif apa negatif?
LN: Eemm, reaksinya temen-temen yang
misal kalo membawa, mengajak, ayo ayo,
yang mungkin kamu kurang dekat dengan
Tuhan, mungkin negatif ya, negatif.
Merasa ditolak
ketika teman
melakukan
pembenaran
Ketidaknyamanan
ketika dianggap
“sakit” oleh teman;
tidak nyaman ketika
teman melakukan
pembenaran;
mengabaikan reaksi
teman dengan
menjauhi teman
tersebut
Merasakan afek
negatif ketika
menerima reaksi
negatif; bersikap
indifferent atas
sikap negatif yang
diterima
Merasa kesal ketika
dianggap “sakit”
Merasakan afek
negatif ketika
menerima reaksi
negatif
Berusaha untuk tidak
membahas
homoseksualitas
dengan teman yang
Menghindari
pemicu konflik;
merasakan afek
negatif ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
823
824
825
826
827
828
829
830
831
832
833
834
835
836
837
838
839
840
841
842
843
844
845
846
847
848
849
850
851
852
853
854
855
856
857
858
859
860
861
862
863
864
865
866
867
868
Makanya itu aku berusaha untuk tidak
terlalu dekat lagi. Eem, dalam artian, yang
ngomongin itu lagi sama mereka, jadi
mereka juga gak terlalu, eeh, kaget
mungkin kali ya mereka. Terus, apa lagi?
R: Berarti, kamu sendiri, menurutmu,
ketika kamu, eh bukan, ketika kamu
ternyata menemukan orang yang oooh
bisa menerima, ooh bisa mendengarkan
aku, bisa apa ya, bisa mendukung aku lah
istilahnya ya, yang kamu rasain apa sih?
LN: Yang aku rasain pertama pasti
senang. Terus, kedua, senang. Ketiga,
senang. Keempat, senang. Hahaha. Jadi
kayak senang sih. Inti dari semuanya tuh
kayak wow gitu, ternyata ada orang yang
mau menerima aku karena aku merasa
kayak, mungkin semacam kayak karena
udah ada stigma dari masyarakat kan ya,
itu adalah suatu penyakit, jadi aku kayak
merasa aku membawa sebuah penyakit
kayak gitu kan. Terus dengan aku bilang
ke dia, trus dia bilang gak apa-apa kok,
kayak gitu kan, kamu bukan, kamu
meskipun kamu gay kamu tetep LN yang
aku kenal, LN yang aku sayang karena
kamu temen aku. Itu rasanya wow, senang
banget, terharu gitu kan. Ini ada orang
kayak gini, rasanya, makanya tuh kayak,
gak boleh disia-siakan.
R: Iya, bener bener.
LN: Hehehe.
R: Berarti, kalau ini, kalau, kan tadi kamu
eeh, kamu juga pernah mendapatkan
reaksi yang gak begitu baik ya. Kamu
sendiri ketika menemukan reaksi kayak
gitu, yang kamu rasain apa?
LN: Eemm, merasa kayak ya sedih, trus
kayak kecewa, kecewanya juga lebih ke
aku sendiri, ngapain aku bilang, hahaha.
Kayak gitu. Aduuuhh, kayaknya aku
kurang ini nih, ini nih aku sembarangan
ngomong sama orang, jadinya dia bakalan
apa, kayak, aduuh, gawat nih, nanti dia
bakal bocorin gak ya, rasanya kayak gitugitu kan. Cuma untungnya sih, sekalipun
menunjukkan reaksi
negatif karena tidak
nyaman
menerima reaksi
negatif
Merasa senang dan
terharu karena
diterima; merasa
harus menjaga teman
yang bisa menerima
diri apa adanya
Merasakan afek
positif ketika
didukung;
menghargai orang
yang memberi
dukungan
Merasa sedih ketika
menerima reaksi
negatif; kecewa pada
diri sendiri karena
mudah percaya
dengan orang lain;
sadar akan
perbedaan reaksi
terhadap orientasi
Merasakan afek
negatif ketika
menerima reaksi
negatif;
menyalahkan diri
atas
pengungkapan
orientasi seksual
ke orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
869
870
871
872
873
874
875
876
877
878
879
880
881
882
883
884
885
886
887
888
889
890
891
892
893
894
895
896
897
898
899
900
901
902
903
904
905
906
907
908
909
910
911
912
913
914
mereka reaksinya negatif, ya aku gak tau
sih mungkin juga mereka ngomong di
belakang, tapi mereka tetep biasa aja sih
sama akunya. Cuma merasa ya sedih, trus
yang begonya di aku kayak gitu. Kok
percaya sama dia. Hahaha. Kayak gitu.
Cuma ya ngapain juga, pasti ada yang pro,
ada yang kontra.
R: Iya sih ya.
LN: He eh.
R: Kamu menganggap dukungandukungan yang sudah ada itu sebagai apa
sih?
LN: Ooh, aku menganggap, misal mereka
mendukung aku gitu kan. Cuma aku
merasa kayak diterima di ya paling nggak
masyarakat lah istilahnya kayak gitu,
sekalipun itu hanya lingkup kecil, gitu ya.
Terus aku juga memandang itu sebagai,
eeh, cermin juga buat aku karena tadi kan
aku udah, misal udah terbuka, ada yang
terima, ada yang gak terima, ada yang
kaget, dan segala macam kayak gitu kan.
Ya aku merasa berarti ya memang
keadaan aku tuh gak semua orang bisa
terima kayak gitu kan. Maka, ya mana
mungkin kayak, ya aku harus lebih hatihati lagi, kayak gitu kan. Hati-hati dalam
arti maksudnya ya, selektif juga mungkin,
eeh, dalam mengungkapkan sesuatu,
kalau selektif berteman mungkin nggak
ya, teman mah sama siapa aja, cuma lebih
ke mengungkapkan yang ke hal pribadi,
itu sih, gitu. Yaa, itu sih. Juga sebagai apa
ya, sebenernya bagi aku, motivasi juga sih
kadang. Jadi aku mau membuktikan ke
orang-orang kalo sebenarnya, ya mereka
mungkin pertama mereka gak terima, aku
nunjukkin kalo sebenernya aku gay, tapi
aku ya biasa aja, aku orangnya normal,
dalam hal maksudnya, yaa, aku gak
melakukan hal-hal aneh, kayak gitu, apa
segala macam, kayak gitu. Terus aku juga
mau kayak apa ya, nunjukkin ke mereka
kalo stigma mereka yang gay berarti oh
kamu berarti desainer, oh berarti kamu
seksual; mengamini
bahwa ada yang pro
dan kontra atas
homoseksualitas
Inkonsistensi? Di
awal sempat bilang
kalo gak peduli kalo
orang lain
menyebarkan kabar
tentang orientasi
seksual, namun di
sini kelihatan cemas
tidak tepat;
kesadaran akan
perbedaan reaksi;
bersikap
indifferent atas
reaksi negatif
Menganggap
dukungan sebagai
bentuk penerimaan,
reflektif; menyadari
perbedaan reaksi
terhadap orientasi
seksual; kesadaran
tersebut menuju
pada pikiran bahwa
harus lebih hati-hati
dan selektif dalam
mengungkapkan hal
yang pribadi;
menganggap
dukungan sebagai
motivasi untuk
menunjukkan bahwa
gay itu juga manusia
biasa, normal, dan
tidak selalu seperti
stereotip yang
ditempelkan selama
ini; merasa tidak
nyaman dan kesal
ketika ditempeli
stereotip; merasa
menjadi obyek
dehumanisasi
Memaknai
dukungan sebagai
bahan refleksi;
kesadaran akan
perbedaan reaksi;
kesadaran untuk
mengungkapkan
orientasi seksual
secara selektif;
merasakan afek
negatif ketika
menerima reaksi
negatif; merasa
termotivasi untuk
mematahkan
stereotip yang
ditempelkan pada
gay; keinginan
untuk melawan
dan
mempertahankan
eksistensi; merasa
berdaya; merasa
menjadi obyek
dehumanisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
915
916
917
918
919
920
921
922
923
924
925
926
927
928
929
930
931
932
933
934
935
936
937
938
939
940
941
942
943
944
945
946
947
948
949
950
951
952
953
954
955
956
957
958
959
960
fashion nih aliranmu. Ya gak kayak gitu
juga kali, gay is everywhere, gitu. Kayak
motivasi juga sih, kayak mau nunjukkin,
yaa, aku juga manusia, kayak gitu kan,
punya kelebihan, punya kekurangan.
R: Setelah kamu tau nih ternyata ada
banyak orang yang ternyata bisa
menerima kamu juga, bagaimana
pandanganmu soal dunia, soal hidupmu?
LN: Soal dunia.. eehh, banyak yang
nerima rasanya lebih termotivasi ya,
rasanya pengen ngelakuin apa aja, jadi
banyak mimpi dalam hal segala macam,
terutama, ya dalam semester depan kali
ya, kayaknya lebih yang, wah, kayak gitu
kan, peluang kayaknya ada aja. Kayaknya
lebih, sebenernya lebih ke semua
kayaknya sih semua orang di dunia
kayaknya selama ini, semenjak yang
maksudnya kayak terbuka ya, yang di
Amerika Serikat lah ya, karena mereka
kayaknya, sebenernya negara lain juga
udah banyak yang terbuka, lebih dulu dari
Amerika, cuma karena Amerika Serikat
yang kayak patokannya dunia gitu ya,
global, pusatnya, jadinya mereka terbuka
dengan itu trus kayak semua orang yang
gay itu jadi kayak, wah, kayak gitu kan,
kayak termotivasi, kayak aku diterima,
kayak gitu kan. Kayak, apa ya, supaya,
sebenarnya paling pengen tuh kayak
menyuarakan stop diskriminasi gitu kan,
karena kasian kalo di-bully gitu kan. Ya
untuk beberapa orang yang bisa bertahan
mungkin ya bisa, gitu.
R: Contohnya misalnya?
LN: Kayak aku, aku, yaa, mungkin karena
udah, ya istilahnya kebal kali ya, jadi gak
peduli orang mau ngomong apa. Tapi kan
kasian juga kalo orang yang gak tahan,
pengen bunuh diri segala macam lah, kan
paling sering kasus kayak gitu, gitu sih.
Ya melihat dunia, semenjak banyak yang
pro ya, terutama yang semenjak ini apa
Amerika Serikat itu menyuarakan LGBT
itu ya, itu kan banyak banget yang
Melihat dunia
dengan cara yang
lebih positif setelah
didukung, lebih
diterima; merasa
termotivasi untuk
menjadi orang yang
lebih baik dan
melakukan banyak
hal; ingin
menyuarakan antibullying
Merasakan afek
positif ketika
menerima
dukungan; merasa
berdaya; melihat
dunia sebagai
tempat yang lebih
ramah setelah
menerima
dukungan; timbul
motivasi untuk
berjuang melawan
diskriminasi
Melihat dunia
sebagai tempat yang
lebih terbuka;
merasa senang
ketika diterima dan
didukung; rasa takut
yang mulai
berkurang karena
didukung
Melihat dunia
sebagai tempat
yang lebih ramah
setelah menerima
dukungan;
merasakan afek
positif ketika
didukung;
semakin berani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
961
962
963
964
965
966
967
968
969
970
971
972
973
termasuk mendukung lah gitu kayak
aktor, idola-idola kita lah, waaah mereka
ternyata, itu kayak, wah aku diterima,
kayak gitu rasanya kayak, oh Tuhanku,
rasanya senang, makanya tuh kayak masa
depan tuh ada aja jalan terbuka. Jadi
kayak nggak takut lagi bilang aku gay.
R: Bener bener, iya sih. Iya. Oke. Itu dulu
aja ya.
LN: Hah? Gak ada yang lain? I don’t
wanna stop it. Masa cuma itu?
R: Hahaha, itu dulu. Nanti kalau ada
wawancara tambahan aku kabarin.
menghadapi
lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Informan 3 (PRHR), 23 tahun
Perpustakaan salah satu universitas swasta di wilayah DIY
Pukul 10.32-11.06 WIB, 14 Maret 2016
Baris
Transkrip
Exploratory notes
1
R: Oke, eeh, aku pengen mulai dari ini
2
dulu, bisa tolong ceritain gak tentang
3
dirimu sendiri, apapun itu.
4
H: Cerita tentang nama, alamat, atau apa?
5
R: Ya cerita tentang, kamu sekarang
6
sedang ngapain, sedang kuliah mungkin,
7
atau sedang apa.
8
H: Hmm, kalo tentang pribadi paling ya
9
sekarang ini kan aku lagi kuliah, udah
10 semester 8, berarti udah tingkat akhir.
11 Selain kuliah kesibukannya juga ikut
12 organisasi di sebuah wihara di Jogjakarta.
13 Kemudian saya juga, eeh, aku juga punya
14 usaha online sih yang baru mulai sekitar
15 kurang lebih 3 minggu yang lalu.
16 R: Ooh masih baru?
17 H: Masih baru banget. Ya sebenernya
18 udah lama, sebulan. Tapi karena ada
19 permasalahan jadi diulangi lagi dan baru
20 mulai itu sekitar 3 minggu yang lalu.
21 R: Ooo ya ya.
22 H: Kurang lebih kesibukannya itu.
23 R: Oke oke. Eeh, online-nya sama, apa
24 namanya, ngurusinnya sama temen apa
25 sendirian sih?
26 H: Sama, apa ya namanya, bisa dibilang
27 temen, bisa dibilang kakak, bisa dibilang
28 orang yang disukai juga, hahaha.
29 R: Ya ya. Trus kalo itu kan kesibukanmu
30 sekarang ya, eeh, kalau dengan teman31 teman mungkin, apa namanya, saat ini
32 semester 8 toh, udah jarang-jarangnya
33 kuliah, tapi dengan teman sendiri gimana?
34 Masih sering interaksi?
35 H: Sama temen-temen sekarang udah
36 mulai jarang, soalnya pada sibuk sendiri
37 juga.
Paling
cuma
ketemu
itu
38 kemungkinan ketemu 2 minggu sekali
39 atau 3 minggu sekali dan kadang ada
40 beberapa temen yang udah gak bisa
41 ketemu lagi karena sibuk sendiri-sendiri,
42 kalau untuk temen kampus. Tapi kalau
Tema
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
temen-temen di kost ya masih karena kan
di kost-an kan, setiap hari masih bisa
ketemu. Kalau temen-temen di organisasi
juga udah mulai jarang ketemu juga
karena kesibukan sendiri itu, kayak gitu.
Tapi masih tetep interaksi masih lancar,
lewat sosmed atau lewat chat itu masih
lancar-lancar aja.
R: Trus kalau menurut kamu sendiri, eeh,
interaksimu dengan, pola interaksimu
dengan teman-temanmu itu seperti apa
sih? Kan maksudnya pasti ada temen yang
ooh deket, ada temen yang biasa aja, cuma
sekadar temen kampus, sekadar temen di
organisasi, eeh, interaksimu dengan
mereka tuh apakah ada perbedaan atau
gimana?
H: Kalau interaksi dengan temen-temen
ada perbedaan. Misal dari temen kampus
ada yang jadi temen deket itu paling
sekitar 6-7 orang. Kalau temen-temen di
organisasi deket semua. Kalau tementemen di kost, ya cuma beberapa orang aja
sih. Tapi masih bisa dibilang deket juga.
Urusan permasalahan atau apa banyak
cerita ke temen kampus ataupun tementemen di organisasi, gitu.
R: Ooh berarti kalau, apa namanya, itu
yang temen-temen deket itu ya, ceritacerita gitu. Emang biasanya ceritanya
tentang masalah apa sih yang diceritain?
H: Banyak, masalah galau, masalah tugas,
masalah lagi berantem lah atau apalah,
kayak gitu.
R: Tapi dari sekian banyak temenmu itu
ada yang tau soal orientasimu?
H: Hampir semua kayaknya.
R: Hampir semua?
H: Iya hampir semua. Apalagi terutama
temen-temen di organisasi itu, kan tiap
tahun berganti, karena kan ada maba
diajak lagi, ada maba diajak gabung. Ya
kalau dihitung-hitung udah 4 tahun
berorganisasi, paling cuma maba-maba
yang belum tau, dan itupun cuma
beberapa orang, 2 atau 3 orang, sisanya
Menceritakan
masalah pada teman
dekat di kampus
maupun organisasi;
mencari dukungan
dari teman-teman
Terbuka
pada
orang-orang
dekat;
membutuhkan
dukungan
saat
menghadapi
masalah
Menceritakan
Terbuka
pada
berbagai
masalah orang-orang
kepada teman
dekat;
membutuhkan
Mengungkap
dukungan
saat
orientasi
seksual menghadapi
hampir ke semua masalah;
teman;
Mengungkap
Mengungkap
orientasi seksual
orientasi
seksual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
udah tau semua. Kalau temen-temen
kampus, kurang lebih hampir satu
angkatan udah tau.
R: Apa, apa yang membuatmu merasa,
gini, itu mereka bisa tau karena kamu
sengaja memberitau atau gimana?
H: Eeh, kalau diceritakan sih dulunya itu
gak berani ngomong sebenernya. Tapi
waktu ikut organisasi di wihara itu, ada 1
orang yang aku suka. Nah, berhubung
waktu itu aku belum pengurus kan, aku
ngomong sama orangnya, tapi aku
ngomongnya hanya sekadar bilang kalo
aku suka sama kamu, kayak gitu. Nah
setelah itu, tak pikir mereka akan jauh atau
akan benci karena hal-hal kayak gitu
dianggap orang sebagai sesuatu yang
tidak benar. Tapi dari pihak orangnya
ternyata tidak mempermasalahkan hal itu
dan dia bilang, dia bilang, eeh, ya hal
seperti itu memang wajar ada, dan tidak
ada bedanya dengan kita yang ini, cuman
ya, kalo untuk semua orang punya
perasaan yang sama, nggak bisa. Dan
semenjak itu, dan orang itu ternyata
bercerita ke temen-temen yang ada di
wihara dan temen-temen di wihara
semuanya bisa nerima. Semenjak itu aku
berani membuka diri, gitu. Dan
kebanyakan sih memang beberapa mereka
sudah tau, sudah tau karena melihat
sendiri, sudah tau karena diberi tau, dan
sudah tau karena ya gosip. Hahaha.
R: Trus, berarti kan orang-orang tau itu
karena ada berbagai macam cara, berbagai
macam ya, ada yang kamu kasih tau
sendiri, ada yang mereka dikasih tau
orang lain. Ketika kamu memberi tau
secara sukarela ke orang lain, apa sih yang
mendorongmu untuk melakukan itu?
H: Males sembunyi aja.
R: Males sembunyi.
H: Dalam artian seperti kayak menipu diri
sendiri sih. Karena prinsipku selama tidak
merugikan orang lain dan diri sendiri,
lebih baik jujur aja. Toh jujur lebih baik
hampir ke semua ke hampir semua
teman di kampus teman
maupun organisasi
Ketidakberanian
untuk mengungkap
orientasi
seksual;
mendapat
penerimaan
dari
teman-teman
di
wihara; keberanian
untuk mengungkap
orientasi
seksual
setelah diterima
Ketakutan
atas
reaksi negatif jika
orientasi seksual
terungkap;
menerima
dukungan
dari
teman; keberanian
untuk
mengungkap
orientasi seksual
setelah menerima
dukungan
Enggan
menyembunyikan
identitas;
Keengganan
untuk
menyembunyikan
orientasi seksual;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
ketimbang kita menipu diri sendiri,
apalagi nipu orang, kayak gitu kan, akan
membebani diri sendiri, kayak gitu. Dan
selama ini juga berteman pun, temen juga
ngerasanya tidak pernah dirugikan, malah
memba, terbalik seperti merasa dibantu
terus. Toh juga, kita membantu orang
ketika bersosialisasi di kehidupan seharihari tidak ada hubungannya apakah dia itu
suka sesama jenis ataupun suka lawan
jenis, kayak gitu.
R: Trus apa yang kamu rasakan ketika
kamu berani, ketika kamu membuka diri?
H: Awalnya sih takut, takut gak punya
temen atau apa. Tapi, ooh iya, gini,
sebenernya orang yang pertama kali tau
aku suka sama sejenis itu temen deketku
banget yang dulu udah dari SD temenan.
Nah, awalnya itu, dia kan temen ceritaku,
temen curhatlah bisa dibilang, cuman dia,
dia belum tau kalo aku suka sama cowok.
Terus suatu ketika dia sendiri yang nebak
dan dia sendiri yang bilang ya udah tidak
apa-apa, hal seperti itu gak apa-apa, kayak
gitu kan. Akhirnya dari situ mulai berani
sedikit, tapi gak berani membuka diri,
masih belum berani. Akhirnya di Jogja,
saat ikut organisasi, ketemu orang di
organisasi, suka sama orang itu, dan dia
bilang itu biasa aja, dan banyak orang
yang bisa menerima, akhirnya dari situ
mulai berani ngomong. Awal-awal sih
memang takut untuk membuka diri atau
gimana karena takut semua orang gak bisa
nerima kan. Tapi selama ini aku punya
temen atau apa, semuanya bisa nerima dan
itu seperti ada feeling-nya kayak, kita
ketemu sama seseorang, orang ini udah,
ooh ini orang yang kalo aku jujur, dia bisa
nerima, kalo ini kalo aku jujur dia akan
begini, ooh kalo ini gak usah jujur sama
yang ini, yang ini udah, gak usah
dideketin, kayak gitu. Jadi seperti kayak
insting serangga kali ya. Jadi bisa tau
mana-mana orang yang tepat untuk
dijadikan temen dan mana-mana orang
Merasa
bahwa
menyembunyikan
orientasi
seksual
adalah sama dengan
menipu diri sendiri;
merasa
bahwa
menyembunyikan
orientasi
seksual
akan membebani diri
sendiri;
merasa
bahwa
orientasi
seksual
bukan
penghalang
untuk
membantu orang lain
Keinginan untuk
menjadi
diri
otentik; merasa
terbebani ketika
menyembunyikan
orientasi seksual;
mengabaikan
orientasi seksual
ketika berinteraksi
dengan orang lain
Merasa takut tidak
punya teman dan
tidak diterima jika
mengungkap
orientasi
seksual;
keberanian
untuk
mengungkap
orientasi
seksual
yang timbul setelah
mendapat
penerimaan
dari
teman-teman;
kesadaran
akan
perbedaan
reaksi
yang diterima terkait
orientasi
seksual;
kesadaran
untuk
mengungkap
orientasi
seksual
secara selektif
Ketakutan akan
reaksi negatif jika
orientasi seksual
terungkap;
keberanian untuk
mengungkap
orientasi seksual
setelah menerima
dukungan;
menyadari
perbedaan reaksi
atas
orientasi
seksual;
kesadaran untuk
mengungkap
orientasi seksual
secara selektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
yang bisa kita kasih tau, bisa terbuka
banget, mana yang nggak.
R: Berarti kamu gak membuka diri kepada
semua orang kalo kayak gitu?
H: Iya, bisa jadi sih. Karena ingin
membuka diri tapi beberapa orang juga,
bukannya mereka tidak bisa nerima, ada
yang, selama ini sih bertemu orang,
mereka bisa menerima. Tapi, ada seperti
kayak, ya kalo bisa beginilah, kalo bisa
begitulah, janganlah, inilah, seperti oh iya,
oh iya. Ada beberapa. Tapi beberapa
selama ini kebanyakan bisa nerima,
bahkan sudah melebihi seperti temen
deket sendiri.
R: Oke oke, berarti tadi ya ketika sama
temen deket tuh cerita banyak ya soal
masalah-masalahmu. Kalo sama tementemen yang biasa aja gimana? Maksudnya
temen-temen yang itu gak terlalu intens
berhubungan sama kamu. Apakah kamu
juga membuka diri ke mereka?
H: Karena aku orangnya suka cerita dan
juga cerewet, ya, cerita-cerita aja sih. Aku
merasa kalo sudah nyaman sudah cerita
aja, gak masalah, kayak gitu. Terlalu
gampang percaya sama orang sih
tepatnya. Jadi gak peduli dia deket banget
atau jauh banget ataupun baru kenal kayak
gitu kan, tapi kalo udah merasa dia itu, oh
ini gak apa-apa diajak cerita, aku akan
cerita.
R: Hmm ya ya. Tapi sejauh ini banyak
yang menerima?
H: He eh.
R: Oke oke. Eeh, menurutmu sendiri apa
sih yang membuat orang-orang itu, apa sih
yang membuat temen-temenmu itu bisa
menerima kamu apa adanya?
H: Hmm, apa ya, mungkin karena selama
ini yang dilihat mereka itu bukanlah aku
ini suka cowok apa suka cewek. Tapi apa
yang bisa kuberikan sama mereka. Ketika
kita berteman, ketika kita dekat sama
seseorang, seseorang kan akan lebih
melihat apakah kamu merugikan dia atau
Mendapat
penerimaan
dari
sebagian besar orang
yang
ditemui;
keinginan
untuk
membuka
diri
terhambat oleh sikap
orang lain yang
cenderung
mengontrol; merasa
tidak nyaman dengan
usaha orang lain
untuk
mengontrol
perilaku
informan
sehingga informan
enggan
membuka
diri
Menerima
dukungan; faktor
eksternal
yang
menghambat
pengungkapan
orientasi seksual;
menerima sikap
negatif
Keberanian dalam
mengungkapkan
orientasi seksual atas
dasar rasa nyaman
dalam
interaksi
dengan orang lain
Keberanian untuk
mengungkap
orientasi seksual
setelah menerima
dukungan
Merasa bahwa orang
lain akan bersikap
baik jika informan
bersikap baik kepada
orang lain; tidak
menuntut orang lain
untuk menerima diri
Memandang
lingkungan
dengan cara yang
positif;
tidak
meminta
orang
lain
untuk
mendukung;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
tidak, kan? Ketika kita bisa memberikan
manfaat dan kita bisa baik sama orang,
orang pasti akan baik kepada kita, seperti
itu. Karena selama berteman juga aku
tidak banyak, aku tidak banyak untuk,
tidak banyak menuntut mereka harus
bagaimana, harus menerimaku apa tidak.
Aku hanya berperilaku bahwa, kamu
membutuhkan bantuan apa, aku akan
memberikan bantuan itu, kamu, saya ingin
diperhatikan sama orang, jadi saya akan
memperhatikan orang melebihi apapun itu
kan, sistemnya seperti itu. Jadi, selama
kita oke sama orang, orang pasti juga akan
baik sama kita, itu aja sih.
R: Hmm. Berarti selama, apa namanya,
selama kamu bisa bermanfaat bagi orang
lain, selama tidak merugikan orang lain,
kamu merasa identitasmu sebagai gay itu
bukan sesuatu yang perlu dibahas gitu ya.
Sejauh ini orang-orang yang bisa
menerimamu itu siapa aja?
H: Sejauh ini temen-temen di kampus,
temen-temen di organisasi, kemudian
temen-temen deket, trus adikku..
R: saudara?
H: Saudara, teman dekatku, partner-ku,
kayak gitu.
R: Kamu berapa bersaudara sih?
H: Cuma berdua.
R: Ooh berarti kamu anak pertama? Ohh
ya ya ya. Terus, apa namanya, di saat-saat
seperti apa sih kamu merasa kamu butuh
penerimaan, butuh dukungan?
H: Di saat-saat apa ya, suka sama orang
mungkin.
R: Di saat-saat suka sama orang? Kok bisa
gitu?
H: Karena ketika aku suka sama orang itu
aku bener-bener kayak suka sama dia dan
gak mau bilang ke, apa, minimal
hubungan pertemanan kami gak hilang
gitu lho. Karena selama ini pengalamanku
ini aku suka sama orang tapi orang itu kan
sukanya sama cewek, bukan sama cowok,
di situ perkaranya kan. Nah, di saat seperti
informan; memiliki
intensi yang besar
untuk
membantu
orang lain tanpa
pandang bulu
Mendapat
penerimaan
teman-teman
saudara
kebutuhan untuk
menjaga
relasi
dan
menolong
orang lain
Menerima
dari dukungan
dan
Membutuhkan
dukungan di saat
sedang
menyukai
seseorang;
Membutuhkan
bantuan
dalam
bentuk didengarkan,
diberi saran tentang
Membutuhkan
dukungan di saat
menyukai
seseorang;
ketakutan
akan
ditinggalkan jika
orientasi seksual
terungkap;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
itu yang membuat aku suka sama, jadi tuh
kan bukan fisiknya dia, tapi bagaimana
kepribadian dia dan itu yang kadangkadang bikin sebel sendiri kan. Nah, di
saat-saat seperti itu aku butuh dukungan
orang, kayak gitu. Kayak seperti bisa
menjadi
temen
curhatku,
terus
memberikan solusi, setelah itu aku bisa
tetep temenan sama dia. Makanya kadangkadang aku kalo sudah dekat sama
seseorang, agak jaga jarak sendiri. Jadi
bukan orang yang jaga jarak ya, tapi aku
sendiri yang jaga jarak, kalo bisa menjauh,
aku yang menjauh. Karena takutnya kalo
aku sudah nyaman sama dia, malah
jadinya suka kan. Karena rasa suka yang
diawali dengan rasa nyaman itu yang
susah hilang kan. Mungkin bagi beberapa
orang, suka-suka mereka hanyalah suka,
oh ketika lihat fisiknya, ih ganteng banget
aku suka sama dia kan. Tapi aku, ketika
dekat sama orang, kenal sama dia,
berteman dengan dia, di pertengahan jalan
sampe punya rasa suka sama dia, di situ
aku merasa bahwa aku akan jatuh dan
butuh pertolongan orang, butuh dukungan
orang-orang, dalam artian dukungan
seperti
memberikan
solusi,
terus
kemudian memberikan saran bagaimana
seharusnya bertindak, seperti itu. Dan
pengalaman selama ini, ketika aku suka
sama orang, kebanyakan aku ngomong sih
ke orang itu. Dan setelah itu udah, lega.
R: Hmm. Apa yang membuatmu berani
langsung ngomong ke orangnya tuh lho?
H: Sudah percaya kalo orangnya gak
bakalan pergi.
R: Oooh.
H: Kayak gitu. Ya kecuali yang terakhir
kemaren sih, yang sekarang jadi partner
kerjaku ini, awalnya sih agak takut. Tapi
merasa karena, orangnya sendiri juga
tipenya maksa ketika, karena, aku kan
berubahnya drastis ketika aku sudah mulai
ke tahap yang takut, itu aku dari cerewet
banget, hiperaktif banget jadi pasif
bagaimana
harus
bertindak,
dan
diberikan
solusi
ketika
sedang
menyukai seseorang;
sengaja
menjaga
jarak dengan orang
yang disukai karena
takut mengalami rasa
suka yang lebih
dalam; merasa lega
setelah
mengungkapkan
perasaan
merasakan afek
positif
setelah
mengungkapkan
orientasi seksual
dan perasaan
Keberanian
untuk
mengungkap
orientasi seksual dan
perasaan
didasari
rasa percaya pada
orang lain;
Mengungkapkan
perasaan
ketika
Mengungkap
orientasi seksual
berdasarkan rasa
percaya;
Ketakutan akan
reaksi negatif jika
orientasi seksual
terungkap;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
banget, kayak gitu. Dan di situ dia
bertanya, dan akhirnya mau gak mau
ngomong. Ya awalnya dia ngerasa takut
atau gimana, tapi akhirnya sampe
sekarang malah tinggalnya satu kost
bareng, gitu. Udah lama sahabatan.
Dukungan-dukungan ya seperti itu.
R: Tapi sejauh ini yang, sejauh ini yang
kamu dapatkan dukungannya bentuknya
seperti apa?
H: Penerimaan, bisa menerima tanpa
menuntut aku harus bagaimana, ya kamu
jangan terlalu terbuka sama orang lah, gak
semua orang bisa nerima, gitu katanya
kayak gitu, terutama yang ini, partner-ku
ini. Terus yang kedua, ketika saat down,
banyak support seperti ngasih semangat
atau apa, kayak gitu.
R: Selain itu ada nggak bentuk dukungan
yang lain?
H: Ada sih, tapi gak tau itu dukungan apa
bukan.
R: Seperti apa?
H: Nih, partner kerjaku ini. Kan dia
awalnya takut, trus tiba-tiba beberapa
minggu lalu, eh bulan ya, sebulan yang
lalu atau beberapa minggu yang lalu, tibatiba entah ada angin atau apa, dia tiba-tiba
kita bercanda-bercanda, trus dia bilang,
ya, apa namanya, dukungannya itu seperti
kayak memberikan support, ya aku
memang gak bisa jadi pacarmu atau apa,
tapi aku bisa menyayangimu, gitu. Dia
seperti itu bilangnya. Gak tau sih
dukungan atau apa, tapi bagiku itu seperti
sebuah penyemangat aja, gitu. Karena kan
selama ini, eeh, ya memang kadangkadang agak gimana gitu, gak semangat,
gak semangat, tiba-tiba denger itu, aku
merasa semangat.
R: Terus di saat-saat seperti apa sih kamu
merasa kamu mendapat dukungan?
H: Saat-saat seperti apa ya? Paling di saat
galau, itu sih Ko, aku juga kurang tau e.
Saat-saat ada masalah berat, pastinya itu
dapet dukungan. Di saat kata orang bahwa
dipaksa oleh orang
yang disukai; merasa
enggan
untuk
mengungkapkan
perasaan karena takut
ditinggalkan; sempat
menerima
reaksi
negatif,
namun
kemudian
reaksi
tersebut
berubah
menjadi penerimaan;
Menerima dukungan
dalam
bentuk
pemberian saran dan
pemberian semangat
di saat sedang down
menerima
negatif
sikap
Menerima dukungan
dari orang yang
disukai; menganggap
dukungan
yang
diterima
sebagai
penyemangat;
merasa
semangat
ketika
mendapat
dukungan
Menerima
dukungan;
memaknai
dukungan sebagai
penyemangat;
merasakan afek
positif
ketika
menerima
dukungan
Menerima
dukungan
Mendapat dukungan Menerima
ketika
sedang dukungan
mengalami masalah
berat;
mendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
LGBT itu bisa bagaimana, tapi tementemenku selama ini menganggap aku
biasa-biasa aja, kayak gitu, mungkin itu
dukungan-dukungan yang kurasakan,
saat-saat seperti itu.
R: Ya, ya. Ketika kamu mendapat
dukungan, ketika kamu diterima,
disemangati, yang kamu rasakan apa?
H: Yang pasti sih waktu dulu pertama kali
dapat dukungan, temenku itu tau bahwa,
terutama adikku ya, aku merasa lebih
ringan aja melangkah. Jadi, seperti nggak
takut gitu lho. Kan dulu itu juga
sebenernya takut ngomong jujur ke orangorang, takut adikku yang kena, diejek atau
apa. Karena kan ya di tempatku orangorangnya juga, ya bisa dibilang agak udik
sih. Jadi, yang kayak gitu ya dipakenya
bahan ledekan to. Nah, akhirnya setelah di
Jogja aku tau, aku bergaul, dan ternyata
bisa menerima orang-orang, dan adekku
sudah tau, dan adekku bilang gak masalah,
gak apa-apa, bahkan dia bilang
memangnya kenapa kalo aku senengnya
cowok, kayak gitu kan, gak masalah dia
bilang. Trus di situ aku merasa lebih
ringan aja melangkah, jadi seperti kayak,
oh ya sudahlah adekku ternyata bukanlah
orang yang nge-judge aku seperti apa
juga, aku bisa lebih santai lagi sekarang,
gitu. Karena dulu kan lebih banyak
sembunyi-sembunyi dan itu menekan kan,
jadinya menekan diri sendiri juga. Setelah
bisa terbuka kayak gitu dan mereka
mendukung, aku bisa lebih senang,
melangkah lebih ringan tanpa beban,
kayak gitu.
R: Apa yang membuatmu, apa ya, apa sih
yang membuatmu berani ngomong ke
adekmu?
H: Apa ya, waktu itu waktu dia di kost-an
karena sudah bingung berat mau cerita ke
siapa, karena kan yang aku punya
sekarang di Jogja waktu dulu pertama kali
kan, temenku satu yang dari SD itu aja,
sama satu lagi itu adekku. Nah, pada saat
dukungan
dari
teman-teman di saat
orang-orang
menganggap bahwa
LGBT itu hal yang
negative
Merasa senang, lebih
ringan
dalam
melangkah,
tidak
takut lagi, tidak
terbebani dan lebih
santai
ketika
menerima dukungan;
sempat enggan untuk
mengungkap
orientasi
seksual
karena takut adik
menjadi
target
ejekan;
merasa
tertekan ketika harus
selalu
menyembunyikan
orientasi seksual
Merasakan afek
positif
ketika
menerima
dukungan;
ketakutan
atas
reaksi negatif jika
orientasi seksual
terungkap;
merasakan afek
negatif
ketika
harus
selalu
menyembunyikan
orientasi seksual
Kebingungan ketika
menghadapi masalah
mendorong informan
untuk
mencari
dukungan
yang
melibatkan
Membutuhkan
dukungan
saat
menghadapi
masalah;
merasakan afek
negatif
ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
433
434
435
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
457
itu kan posisinya aku sedang suka sama,
eeh, koko di wihara, udah lama banget,
sekarang udah gak di Jogja lagi. Saat itu
kan aku gak punya temen untuk cerita,
satu-satunya cuman mereka berdua, ya
kalo cuma cerita ke satu orang, gak
menemukan solusi yang pas, gitu pada
saat itu. Akhirnya, adekku nanya kenapa
diem, di situlah, udahlah berani ajalah,
ngaku-ngakulah, dia marah, marahlah,
bodo amat, waktu itu kan. Cerita, ngaku,
dia seperti itu jawabnya, ya udah.
R: Waktu itu responsnya kayak gimana?
H: Dia cuma bilang kayak gini sambil
main PS, trus emang kenapa? Diem lagi,
trus gak ada respons apa-apa lagi, trus dia
ketawa-ketawa. Jadi aku merasa, ini
adekku bukan ya? Hahaha.
R: Berarti, apa namanya, dia cuek ya?
H: Tipikalnya cuek banget. Cuek tapi dia
penyayang.
R: Ooo baguslah. Hahaha. Lagi kuliah
sekarang.
H: Kuliah.
R: Di?
H: UKDW.
R: Semester?
H: Angkatan sama.
R: Angkatannya sama? Kok bisa?
H: Kan kuliahnya bareng.
R: Hah, gimana? Aku gak ngerti.
H: Eeh, aku sama adekku SMP-nya
bareng, karena dulu papa mamaku kan
cerai. Dulu papa mamaku cerai itu, aku
sempet berhenti sekolah, trus akhirnya
aku sekolahnya barengan sama adekku.
R: Ooh begitu. Ya ya. Oo berarti sekarang
kalo balik ke Bali tinggalnya sama?
H: Mama.
R: Sama mama. Berarti tadi ketika kamu
mendapat dukungan ya, kamu merasa
seneng, kamu merasa langkahmu lebih
ringan karena gak ada beban. Kemudian
ketika kamu gak mendapat dukungan,
ketika kamu, ya itu tadi bertemu orang-
pengungkapan
orientasi
seksual
informan;
membutuhkan
dukungan
dalam
bentuk didengarkan
dan saran; merasa
bingung dan tidak
nyaman ketika tidak
memiliki
teman
cerita saat sedang
menghadapi masalah
Menerima
tidak
acuh
saudara
tidak menerima
dukungan di saat
sedang
menghadapi
masalah
sikap Menerima
dari dukungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
458
459
460
461
462
463
464
465
466
467
468
469
470
471
472
473
474
475
476
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
489
490
491
492
493
494
495
496
497
498
499
500
501
502
503
orang yang ternyata gak bisa menerima,
apa yang kamu rasain?
H: Paling cuma mikir, oh dia gak bisa
nerima, ya udahlah.
R: Gitu? cuek aja?
H: Cuek aja. Karena satu di antara sekian
orang dan kebetulan orangnya memang,
feeling dari awal bukanlah tipikal, oh ini
bukan tipe temenku, kayak gitu. Jadi, ya
udah aku cuek. Ibarat kata ya dari, apa ya,
dia punya haknya sendiri, aku punya
hakku sendiri, kayak gitu. Jadi ya sudah
dia mau berkomentar apa pun, dah
terserah, silakan. Karena kan prinsip
orang juga berbeda dan pengertian orang
juga berbeda-beda. Mungkin bagi mereka
karena dulunya dia pernah diganggu atau
diapakan sama kaum LGBT, dia
menganggap hal seperti itu menjadi
sebuah pengganggu atau apa, gitu kan.
Tapi bagi temen-temenku selama ini,
karena aku berteman sama mereka gak
pernah apa-apain mereka juga, gitu kan,
jadi mereka akan baik-baik aja. Jadi ya,
responsku cuman, oh gitu yaudah.
Hahaha.
R: Tapi pernah menerima respons yang
negatif?
H: Eeh, respons negatif selama ini sih
belum. Paling kemaren ketika KKP,
kebetulan temenku itu ada yang, waktu
aku cerita tentang bahwa dulu pernah, ya
aku sendiri juga walaupun salah satu dari
kaum LGBT itu tapi kalo digangguin
sama banci ya agak gimana gitu. hahaha.
R: Hahaha. Trus trus?
H: Ya aku pernah cerita kalo dulu pernah
diganggu
kayak
gitu,
dan
dia
meresponsnya bahwa aku bagaimana
banget gitu. Trus aku bilang, oh gitu ya,
oh ya udah, gitu. Karena yang tau aku
seperti apa adalah temen-temenku selama
ini yang aku ajak kan, dia kan orang yang
baru aku ketemu saat ini, gitu lho. Dan dia
belum tau aku seperti apa, mungkin kalo
dia merespons seperti itu ya udah, gak,
Bersikap tidak acuh
ketika tidak diterima;
menyadari perbedaan
reaksi orang lain
terkait
orientasi
seksual
Bersikap
indifferent
terhadap
sikap
negatif;
Bersikap
indifferent
terhadap
sikap
negatif;
menyadari
perbedaan reaksi
terkait orientasi
seksual;
tidak
merasa terganggu
dengan
sikap
negatif;
Merasa
terganggu Merasakan afek
jika diganggu oleh negatif
ketika
orang transgender
menerima
perlakuan tidak
menyenangkan
dari
sesama
LGBT
Bersikap tidak acuh
pada reaksi negatif
yang
ditunjukkan
orang lain; menerima
respons
negatif
berupa saran untuk
kembali ke “jalan
yang benar”
Bersikap
indifferent pada
reaksi
negatif;
menerima sikap
negatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
504
505
506
507
508
509
510
511
512
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
523
524
525
526
527
528
529
530
531
532
533
534
535
536
537
538
539
540
541
542
543
545
546
547
548
549
550
gak mempermasalahkan. Gitu aja.
Karena, ya kemaren ketika KKP
kebetulan 3 orang sih anak akuntansi,
tiga-tiganya mereka seperti apa, ada yang
bilang lah, sudah kembalilah ke jalan yang
benar.
R: Hahaha.
H: Aku butuh penjelasan, seperti itu kan.
Trus kemudian, udah kamu harus sembuh,
oh gitu, ya udah besok cari obat, aku
bilang gitu. hahaha. Yang satu malah, apa
kamu mau aku ajak ke Sarkem? Oh boleh
kapan-kapan ya. Hahaha. Ya santai aja.
Itu cara aku menghadapi.
R: Oke oke. Menarik sekali ya.
H: Hahaha. Lah aku harus menanggapinya
seperti apa, masa aku harus down gitu kan,
sedangkan diriku harus KKP dan
sebenernya ya memang dari awal bertemu
sama mereka, oh 3 orang ini tipe orang
yang bukan open-minded banget, kayak
gitu. Walaupun mereka bilang aku ini
open-minded, kayak gitu.
R: Ooh ya, berarti mungkin cuma katakata aja gitu ya.
H: Iya, kata-kata aja, kayak gitu.
R: Nah trus, eeh, berarti selama ini kamu
kan menerima banyak dukungan ya dari
temen organisasi kampus, temen deket.
Kamu menganggap dukungan dari
mereka itu sebagai apa?
H: Sebagai tombak untuk menghancurkan
dinding yang besar, jika diibaratkan.
Dalam artian ya, dukungan mereka itu
seperti alat pemacu supaya aku bisa terus
maju, gitu lho, tanpa memikirkan bahwa
aku ini apa dan siapa. Dalam artian, ya,
penyemangat hidup bisa dikatakan.
Karena kan gak semua orang, gak semua
kaum gay yang bisa mendapatkan orangorang yang seperti itu. Ya seperti contoh
yang kita tau kan kayak dulu si Rian
Jombang itu kan kenapa dia bisa
berperilaku seperti itu bisa jadi karena
penolakan sosial temen-temennya kan
bisa jadi kan. Dia tidak memiliki teman
Menerima
reaksi
negatif
berupa
anggapan
bahwa
informan
“sakit”;
menghadapi reaksi
negatif dengan sikap
santai dan penuh
humor
Menerima sikap
negatif;
menghadapi sikap
negatif
dengan
tenang;
tidak
merasa terganggu
dengan
sikap
negatif
Merasa bahwa reaksi
negatif
harus
dihadapi
dengan
santai;
menyadari
perbedaan
reaksi
orang lain terkait
orientasi seksual
Menghadapi sikap
negatif
dengan
tenang; menyadari
perbedaan reaksi
terkait orientasi
seksual
Menganggap
dukungan
sebagai
tombak penghancur
dinding,
pemacu
supaya dapat terus
maju, penyemangat
hidup;
merasa
beruntung
karena
tidak semua gay
memiliki
temanteman
yang
mendukung;
menganggap bahwa
mengalami
penolakan dari orang
Memaknai
dukungan sebagai
pendorong
dan
penyemangat
hidup;
merasa
beruntung karena
mendapat
dukungan; merasa
bahwa orientasi
seksual bukanlah
penghambat
dalam
berinteraksi;
menganggap
bahwa penolakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
551
552
553
554
555
556
557
558
559
560
561
562
563
564
565
566
567
568
569
570
571
572
573
574
575
576
577
578
579
580
581
582
583
584
585
586
587
588
589
590
591
592
593
594
595
596
yang mendukung dia, dia tidak memiliki
sahabat yang bisa mendengarkan ceritacerita dia sehingga dia mungkin bingung,
depresi, tertekan, segala macem dan
akhirnya terjadilah kasus-kasus seperti itu
yang bukannya malah membuat orang
semakin mau menerima kaum LGBT, tapi
malah semakin takut dengan kaumnya,
seperti itu kan, karena yang dilakukan itu
salah. Tapi selama ini aku bisa
mendapatkan dukungan dan sahabatsahabat yang seperti ini, di situ aku merasa
bahwa, oh hal seperti ini bukanlah sesuatu
yang bisa menjadi penghalang buat kamu.
Tapi malah sebagai, apa, sebagai kamu
bisa menjadi lebih maju lagi, lebih
bagaimana, meskipun kamu berbeda dari
mereka, mereka bisa menerima kamu, itu
berarti bahwa itu bukanlah sebuah
masalah. Itu hanyalah, wajarlah ada
perbedaan, seperti itu. Karena ya itu
namanya proses dari kehidupan kan, kita
gak tau kan, seperti apa seperti apa,
bahkan orang cacatpun masih bisa
bekerja, kayak gitu ibaratnya. Jadi ya bisa
dikatakan dukungan mereka itu sebagai
pemacu hidupku. Udah bijak banget gak?
Hahaha.
R: Hahaha. Dukungan-dukungan itu
berarti membuatmu lebih semangat gitu
ya, dalam menjalani hidup. Eeh,
kemudian dukungan-dukungan itu punya
pengaruh gak dalam cara pandangmu
melihat lingkungan, melihat tementemenmu?
H: Eem, sepertinya punya ya, cuman aku
yang gak sadar kali ya. Cara pandang
temen-temenku kayak seperti bahwa, oh
ini orang yang terbuka, ini yang masih,
eeh, setengah terbuka, ini yang tertutup.
Kayak ibaratnya ya memang, aku gak tau
sih, sebenernya itu apakah LGBT itu bisa
dibenarkan atau dipersalahkan, aku masih
gak tau itu, baik itu dari segi agama,
sosial, atau apapun itu. Tapi yang jelas
ketika aku mendapat dukungan itu, ya
di sekitar dapat
menyebabkan
depresi dan perasaan
tertekan;
merasa
bahwa
orientasi
seksual tidak menjadi
penghalang dalam
berinteraksi dengan
orang
lain
dan
mengerjakan sesuatu
akan
menimbulkan
efek negatif pada
diri
Menyadari
perbedaan
reaksi
orang lain terkait
orientasi
seksual;
merasa
bahwa
dukungan
yang
diterima membuat
informan menyadari
perbedaan
reaksi
orang
lain
atas
orientasi seksualnya;
Menyadari
perbedaan reaksi
terkait orientasi
seksual
setelah
menerima
dukungan;
keinginan untuk
tetap
menjaga
relasi
dengan
orang
yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
597
598
599
600
601
602
603
604
605
606
607
608
609
610
611
612
613
614
615
616
617
618
619
620
621
622
623
624
625
626
627
628
629
630
631
632
633
634
635
636
637
638
639
640
641
642
pengaruhnya seperti melihat bahwa temen
yang satu ini dia bener-bener bisa terbuka
ataupun
orangnya
bagaimana,
bagaimanapun orangnya mau dia itu gay,
lesbian, transgender atau apapun, bahkan
cacat sekalipun dia masih bisa menerima
orang itu, berarti dia tipikal yang, bisa
dikatakan bijak lah, gitu. Ini yang masih
setengah, oh setengahnya dalam artian,
dia bisa menerima kaum LGBT, tapi dia
sendiri masih agak takut kalo misalnya dia
yang disukai, kayak gitu. Yang ini, sama
sekali gak bisa menerima karena mungkin
ada pengalaman apa dulunya, atau
masalah apa dulunya, seperti itu. Ya
seperti dalam membagi-bagi tapi tetep aku
gak bisa membedakan. Teteplah mereka
temen, tapi ada yang terbuka 100%, ada
yang terbuka 50%, ada yang sama sekali
gak mau terbuka, seperti itu.
R: Ya ya ya. Eh, kalo dulu kan kamu
merasa takut ya, takut ngomong karena
kamu takut ditolak, iya nggak? Tapi
setelah sekarang ternyata banyak orang
yang memberimu dukungan, how,
bagaimana
pandanganmu
tentang
lingkunganmu,
tentang
duniamu
sekarang?
H: Pandangan lingkunganku tentang
duniaku itu...
R: pandanganmu.
H: Paling aku cuma bisa melihat bahwa
nggak semua orang ternyata tertutup,
kayak gitu. Semua orang mau menerima
keadaan orang lain, itu yang bisa aku lihat
sih duniaku sekarang ini. Dan bisa
dikatakan duniaku menjadi lebih indah.
R: Lebih indah?
H: Dalam artian ya, hidup tanpa harus
membohongi orang lain dan diri sendiri
kan suatu kebahagiaan kan. Kita bisa
melangkah lebih ringan ke mana aja.
Mereka, mereka udah tau, aku tidak perlu
berpura-pura, eh, harus suka sama
perempuan
atau
bagaimana.
Ya
sebenarnya kan itu menyebalkan, ih
tetap
berteman menunjukkan
dengan orang yang sikap negatif;
tidak bisa menerima
orientasi
seksual
informan
Merasa
bahwa Melihat
lingkungan
lebih lingkungan
terbuka, lebih indah sebagai
tempat
yang terbuka dan
indah
Kebahagiaan yang
dirasakan
ketika
tidak
harus
membohongi orang
lain dan diri sendiri;
merasa lebih ringan
dalam melangkah;
senang karena tidak
Merasakan afek
positif
ketika
mengungkapkan
orientasi seksual;
merasa
bebas
menjadi
diri
otentik;
merasakan afek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
643
644
645
646
647
648
649
650
651
652
653
654
655
656
657
658
659
kenapa sih kamu gak punya-punya pacar,
sekarang jadi bisa lebih mengaku, ya
kamu kan tau kalo susahlah mencari
sesama, kayak gitu kan. Karena kan
seringlah, temen-temen di kampus
bercanda, ih jones sampe sekarang gak
punya-punya pacar. Ya lu tau lah sendiri,
susahlah cowok cari cowok, tak bilang
kayak gitu kan, bisalah ngomong kayak
gitu. Kamu kan gampang, kamu cewek
cari cowok, kamu cowok cari cewek,
gampang. Seperti itu, hehehe.
R: Oke oke. Berarti kamu merasa
duniamu lebih indah ya sekarang. Hahaha.
Ya itu dulu aja sekarang, nanti kalo aku
butuh data tambahan, aku hubungi kamu
lagi ya. Terima kasih.
harus berpura-pura;
menjadi
lebih
terbuka dan bebas
menjadi diri sendiri
di hadapan orang lain
negatif
ketika
harus
selalu
menyembunyikan
orientasi seksual
Download