PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI i MAKNA DUKUNGAN SOSIAL BAGI GAY Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh: Reza NIM: 119114147 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iv Siapa yang berhak membuat definisi dan mengklaim diri sebagai yang paling 'beradab'? Si pemilik pengalaman itulah yang paling berhak atas definisi dan teori tentang diri dan kehidupannya. - Maria Hartiningsih iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI v Kepada mereka yang tersingkirkan Dan Mereka yang mau belajar untuk menerima perbedaan v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 21 Juni 2016 Peneliti, Reza vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vii MAKNA DUKUNGAN SOSIAL BAGI GAY Reza ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman gay saat menerima dukungan sosial dan makna yang dikonstruksi atas dukungan tersebut. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar untuk melakukan interaksi yang lebih memanusiakan kelompok gay. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan interpretative phenomenological analysis (IPA). Tiga laki-laki gay yang telah mengungkap orientasi seksual mereka sekurang-kurangnya pada orang terdekat dan menerima dukungan dari orang-orang tersebut dipilih untuk menjadi informan penelitian ini. Data dikumpulkan dengan metode wawancara semi-terstruktur dan dianalisis dengan metode IPA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga informan dalam penelitian ini memaknai dukungan yang diterima sebagai bentuk penghargaan atas kehidupan pribadi, cermin untuk berefleksi, pemacu agar selalu bergerak maju dalam hidup, dan penyemangat hidup. Makna yang dikonstruksi membuat para informan menyadari bahwa ada koneksi dan pola tertentu dalam hidup mereka yang membuat mereka dapat mengembangkan perilaku adaptif. Makna yang dikonstruksi juga membuat para informan merasa berani untuk mengungkap orientasi seksual mereka kepada orang lain dan merasa nyaman setelahnya. Kata kunci: makna, dukungan sosial, gay, mengungkap orientasi seksual. vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI viii THE MEANINGS OF SOCIAL SUPPORT CONSTRUCTED BY GAY MEN Reza ABSTRACT This study aimed to explore the experiences of receiving social support and the meaning constructed on it by gay men. The results were expected to be used as a basis of more humane interactions between gay men and people around them. This study was a qualitative study which used interpretative phenomenological analysis (IPA) as its approach. Three gay men who have disclosed their sexual orientation and received social support were chosen as informants in this study. The data was gathered by semi-structured interviews and analysed by a method called IPA. The results showed that the informants constructed some meanings from the experiences of receiving social support, they were a form of respect of others’ privacy, a way to reflect, a way to make them keep moving forward in life, and something that cheered them up. The meanings the informants constructed on the experiences made them realized that there were some connections and patterns in their lives that led them to develop adaptive behaviors. The meaning they constructed also encouraged them to disclose their sexual orientation that led them to feel better after disclosing their sexual orientation. Keywords: meanings, social support, gay, disclosing sexual orientation. viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ix LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Reza Nomor Mahasiswa : 119114147 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Makna Dukungan Sosial Bagi Gay supaya digunakan untuk kepentingan akademis. Dengan demikian, saya berikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Yogyakarta Pada tanggal : 21 Juni 2016 Yang menyatakan, Reza ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI x KATA PENGANTAR Manusia lahir ke dunia dengan segala persamaan dan perbedaannya. Persamaan membuat seseorang merasa memiliki teman, perbedaan—pada titik tertentu—membuat seseorang merasa tidak nyaman sehingga ia merasa tidak perlu memperlakukan orang yang berbeda tersebut dengan baik. Ketidaknyamanan yang dirasakan seseorang atas perbedaan yang berujung pada perbuatan tidak menyenangkan pada orang lain inilah yang memantik ketertarikan peneliti dalam memulai penelitian ini. Harapannya, apa yang disampaikan oleh target perbuatan tidak menyenangkan tersebut dapat membawa kesadaran pada pelaku bahwa semua orang ingin diperlakukan sama, diperlakukan sebagai seorang manusia. Banyak pihak yang telah terlibat dalam penelitian ini. Tanpa mereka, penelitian yang dilakukan oleh peneliti pemula ini tak akan sampai pada titik ini, titik di mana peneliti dapat mengucap “ah, akhirnya selesai”. Oleh karena semua bantuan yang telah diberikan, peneliti ingin mengucap syukur dan berterima kasih kepada: 1. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah menjadi tempat peneliti mencuri sedikit ilmu tentang psikologi selama 5 tahun. 2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi USD karena telah menemani 5 tahun perjalanan studi peneliti. 3. Kepala Program Studi Psikologi yang menjabat selama peneliti menimba ilmu, Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si. dan Bapak P. Eddy Suhartanto, M. Si. x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xi karena telah mengizinkan peneliti untuk meninggalkan bangku perkuliahan di program studi ini. 4. Bapak C. Wijoyo Adinugroho, M. Psi. selaku Dosen Pembimbing Akademik peneliti. 5. Bapak Dr. Y. B. Cahya Widiyanto, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu berusaha membuat suasana bimbingan tidak terlalu kaku. 6. Dosen-dosen lain, staf administrasi, dan staf laboratorium di Fakultas Psikologi USD yang telah membantu peneliti selama berkuliah, berorganisasi, atau sekadar bercengkerama ringan. Terima kasih karena telah membantu peneliti untuk sampai pada titik ini. 7. Kedua orang tuaku, Tan Hwa Nam dan Lusia Ei yang berada di seberang lautan, yang tidak henti-hentinya menanyakan “kapan skripsinya selesai?”, bukan karena malu jika anaknya kuliah berlama-lama, namun karena ingin mendukung, dan tentunya khawatir apakah anaknya dapat menyelesaikan studi atau tidak. I love you both, walaupun peneliti belum pernah mengucapkan kata-kata tersebut secara langsung kepada mereka. 8. Kakak dan adik-adik peneliti, Topan, Jesica, Gita, dan Mikelin yang setia menjadi teman bersenang-senang, bertengkar—seringnya dimarahi, terutama oleh kakak peneliti—dan aktivitas lainnya yang pernah kita lakukan bersama. Thank you guys for being my brother and sisters. 9. Tama, Gerson, Nina, Rhintan, Rona, dan Bu Polwan Putri yang dari awal perkuliahan sampai saat ini masih bersedia berteman dengan peneliti. xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xii 10. Teman-teman sebimbingan, Mbak Tirza, Olga, Ruth, Acil, Bene, Thea, Mas Efrem, Mas Rio, Mas Damar, Mbak Ros, Kunto, Clara, Beatriks, dan temanteman sebimbingan angkatan 2012, terima kasih karena telah mendukung peneliti selama kita berproses bersama. 11. Teman-teman angkatan 2011 Fakultas Psikologi USD, baik yang pernah sekelas, seorganisasi, atau se-kepanitiaan. 12. Sahabat-sahabat di OFT! Ghina, Sylvan, Dennis, Ando, Irest, Derry, Chindy, Shinta, Febby, Yosia, dan Bram yang telah menjadi teman dalam beberapa perjalanan selama berada di Yogyakarta, yang menjadi teman mengobrol saru, yang menjadi teman tidur sarden, terima kasih. I just love the moments I have spent with you guys, they were priceless. Kapan nge-trip lagi? 13. Teman-teman dari fakultas lain, baik yang pernah seorganisasi, sekepanitiaan, atau bertemu di kegiatan luar kampus yang telah membuat peneliti berpikir “oh, I can make some friends”. 14. Teman-teman Staf Pendaftaran dan Promosi USD angkatan 2013, 2014, dan 2015 yang telah memberi pengalaman berkesan selama bertugas di kampus maupun di lapangan. 15. Teman-teman angkatan 2012 dan 2013 di Radio Masdha FM yang membuat 2 tahun di situ terasa menyenangkan. 16. Herlina, sesosok manusia yang baik dan sekaligus menyebalkan, tetapi sangat membantu dalam hidup peneliti. Jangan pernah berubah. xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xiii 17. Ketiga manusia berharga yang bersedia meluangkan sedikit waktunya dan terbuka pada peneliti tentang diri mereka yang sebenarnya untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Terima kasih sebesar-besarnya. 18. Kamu, kamu, kamu, iya, kamu. 19. Para pembaca penelitian ini, semoga penelitian ini dapat memberi manfaat bagi Anda. Terima kasih jika telah menyediakan sedikit waktu untuk membaca penelitian ini. 20. Dan yang terakhir, kepada semua orang yang tak bisa peneliti sebut satu persatu dalam tulisan ini, baik teman KKN, teman kepanitiaan di dalam maupun luar kampus, teman freelance di event-event luar kampus, dan lainlain. Terima kasih karena telah menjadi bagian dari cerita hidupku. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Akan tetapi, hal itu bukan berarti sebuah keburukan, seperti kata seorang karakter dalam sebuah komik, “There is no such thing as perfect in this world. That may sound cliché, but it is the truth. The average person admires perfection and seeks to obtain it. But, what is the point of achieving perfection? There is none. Nothing. Not a single thing. I loathe perfection! If something is perfect, then there is nothing left. There is no room for imagination. No place left for a person to gain additional knowledge or abilities. Do you know what that means? For scientists such as ourselves, perfection only brings despair. It is our job to create things more wonderful than anything before them, but never to obtain perfection. A scientist must be a person who finds ecstasy while suffering from that antimony.” – Kurotsuchi Mayuri dalam Bleach xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xiv Oleh karena itu, peneliti terbuka dengan saran dan kritik terkait penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat. Yogyakarta, 21 Juni 2016 Peneliti Reza xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING............................ ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................. vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii ABSTRACT ..................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... ix KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xv DAFTAR SKEMA ......................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 8 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 9 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 9 1. Manfaat Teoretis ......................................................................... 9 2. Manfaat Praktis ........................................................................... 9 xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xvi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 11 A. Homoseksualitas ................................................................................ 11 1. Definisi Homoseksual ................................................................. 11 2. Teori Penyebab Homoseksualitas ............................................... 12 3. Perkembangan Identitas dan Penerimaan Diri Gay .................... 15 4. Pengungkapan Identitas Gay ...................................................... 19 5. Sikap Terhadap Gay.................................................................... 21 B. Dukungan Sosial ................................................................................ 23 1. Definisi Dukungan Sosial ........................................................... 23 2. Jenis-jenis Dukungan Sosial ....................................................... 25 3. Peran Dukungan Sosial ............................................................... 26 4. Perbedaan Budaya dalam Mencari dan Memberi Dukungan Sosial .................................................................................................... 29 C. Dukungan Sosial Pada Gay................................................................ 31 D. Pengalaman dan Makna yang Dikonstruksi ....................................... 32 E. Pemaknaan Dukungan Sosial oleh Gay ............................................. 34 BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 37 A. Jenis Penelitian................................................................................... 37 B. Pendekatan Penelitian ........................................................................ 37 C. Fokus Penelitian ................................................................................. 38 D. Informan Penelitian ............................................................................ 38 E. Instrumen Penelitian .......................................................................... 39 F. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................. 39 xvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xvii G. Metode Analisis Data ......................................................................... 40 H. Kualitas Penelitian ............................................................................. 42 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 44 A. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 44 B. Profil Informan................................................................................... 45 1. Informan 1 (B) ............................................................................ 46 2. Informan 2 (LN).......................................................................... 47 3. Informan 3 (PRHR) .................................................................... 48 C. Analisis Data dan Hasil ...................................................................... 49 1. Informan 1 (B) ............................................................................ 49 2. Informan 2 (LN).......................................................................... 55 3. Informan 3 (PRHR) .................................................................... 62 D. Pembahasan........................................................................................ 68 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 77 A. Kesimpulan ........................................................................................ 77 B. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 78 C. Saran .................................................................................................. 78 1. Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................ 78 2. Bagi Masyarakat Umum dan Orang Berlatarbelakang Keilmuan Psikologi ..................................................................................... 79 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80 LAMPIRAN .................................................................................................... 87 xvii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xviii DAFTAR SKEMA Skema 1. Peran dukungan sosial sebagai stress buffer .................................... 28 Skema 2. Alur berpikir ..................................................................................... 36 Skema 3. Dinamika psikologis yang terjadi ketika informan 1 menerima dukungan sosial................................................................................................................. 54 Skema 4. Dinamika psikologis yang terjadi ketika informan 2 menerima dukungan sosial................................................................................................................. 61 Skema 5. Dinamika psikologis yang terjadi ketika informan 3 menerima dukungan sosial................................................................................................................. 67 Skema 6. Dinamika psikologis yang terjadi secara umum pada para informan saat menerima dukungan sosial ............................................................................... 76 xviii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Informed consent ......................................................................... 87 Lampiran 2. Daftar pertanyaan ........................................................................ 89 Lampiran 3. Transkrip wawancara dan contoh analisis ................................... 91 xix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Awal tahun 2016 menjadi saat yang kurang menyenangkan bagi kelompok gay. Dimulai dari pernyataan Menristek Dikti, M. Nasir, yang melarang kelompok gay untuk beraktivitas di lingkungan kampus1, hingga pada pernyataan Ikatan Psikologi Klinis (IPK-HIMPSI) yang menganggap bahwa homoseksualitas bertentangan dengan budaya bangsa dan berpotensi merusak tatanan kehidupan bermasyarakat Indonesia. Pernyataan tersebut tersebar di berbagai media, baik media daring2 maupun melalui pesan dalam grup media sosial di ponsel pintar. Sebagai konsekuensi dari pernyataannya, M. Nasir mendapat berbagai tanggapan dari netizen, terutama pengguna Twitter. Pada akhirnya, M. Nasir berusaha mengklarifikasi pernyataannya dengan menuliskan pernyataan tambahan melalui akun Twitter-nya. Hal serupa terjadi pada pernyataan IPK-HIMPSI terkait sikap organisasi tersebut pada kelompok gay. Pengkategorian homoseksualitas sebagai gangguan yang dapat dicegah dan disembuhkan mengundang perhatian The British Psychological Society (BPS) dan American Psychiatric Association (APA). Kedua organisasi tersebut meminta IPK-HIMPSI untuk mempertimbangkan 1 http://news.detik.com/berita/3125654/menristek-saya-larang-lgbt-di-semuakampus-itu-tak-sesuai-nilai-kesusilaan 2 http://www.sharia.co.id/2016/02/ikatan-psikologi-klinis-menilai-lgbt-perludipulihkan/ 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 kembali keputusannya dalam memasukkan homoseksualitas ke dalam daftar gangguan yang dapat disembuhkan3. Sikap negatif dan tindak diskriminatif pada kelompok gay dalam masyarakat Indonesia sendiri sebenarnya sudah menjadi lagu lama. Survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) misalnya, mengungkap bahwa 80,6% warga Indonesia merasa tidak nyaman jika harus hidup berdampingan dengan kelompok gay4. Angka yang diperoleh dari survei yang dilakukan pada tahun 2012 tersebut mengalami peningkatan sebanyak 15,9% dari angka yang diperoleh dari survei yang dilakukan pada tahun 2005 (LSI, 2012). Pew Research Center (2014) menunjukkan angka yang bahkan lebih besar, yaitu 93% warga Indonesia menolak keberadaan kelompok gay. Kenapa kelompok gay ditolak keberadaannya? Hal ini berkaitan dengan istilah kompleks bernama heteronormativitas. Secara sederhana, heteronormativitas dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem yang menormalisasi perilaku dan ekspektasi masyarakat berkaitan dengan asumsi bahwa semua individu adalah heteroseksual5. Sistem ini menganggap bahwa laki-laki haruslah maskulin, perempuan haruslah feminin, dan laki-laki serta perempuan saling tertarik satu sama lain. Anggota kelompok gay yang tidak memenuhi ekspektasi tersebut karena memiliki ketertarikan pada individu berjenis kelamin sama kemudian dianggap 3 http://www.bps.org.uk/news/bps-denouces-indonesian-classification-lgbtmental-illness; surat dari APA kepada IPK-HIMPSI dapat diunduh di: http://psychiatry.org/File%20Library/Newsroom/APA-denounces-IPA-LGBTclassification.pdf 4 http://lsi.co.id/lsi/2012/10/22/meningkatnya-populasi-yang-tidak-nyamandengan-keberagaman-2/ 5 http://everydayfeminism.com/2015/07/what-is-heteronormativity/ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 abnormal. Hal tersebut kemudian berujung pada kelompok gay yang menerima perlakuan berbeda dari orang-orang di sekitar mereka. Ada berbagai faktor yang dapat memengaruhi sikap individu terhadap kelompok gay. Beberapa faktor tersebut antara lain jenis kelamin, generasi kelahiran, agama, tingkat pendidikan, dan status perkawinan (Adamczyk & Pitt, 2009). Temuan Adamczyk dan Pitt (2009) menunjukkan bahwa laki-laki, orang yang menikah, orang dengan pendidikan yang rendah, dan orang yang beragama tertentu menunjukkan sikap negatif kepada kelompok gay. Hasil survei Pew Research Center (2014) khususnya menunjuk agama sebagai salah satu faktor pembentuk sikap negatif pada kelompok gay. Menurut survei tersebut, warga di negara yang menempatkan agama sebagai hal yang penting dalam hidupnya menunjukkan sikap lebih negatif dibandingkan negara lain (Pew Research Center, 2014). Hal tersebut didukung oleh pernyataan Besen dan Zicklin (2007) bahwa orang yang tingkat religiositasnya tinggi cenderung menutup diri terhadap homoseksualitas. Sikap negatif dan tindakan diskriminatif ini sangat beragam, ia dapat berupa perilaku seperti mengolok-olok, menghina, memperlakukan kelompok gay dengan tidak sopan (Mays & Cochran, 2001) hingga mengancam menggunakan senjata, memukul, dan melakukan kekerasan seksual pada kelompok gay (lihat Ariyanto & Triawan, 2008; D’Augelli & Grossman, 2001). Perlakuan diskriminatif tersebut bukan tanpa akibat. Perlakuan diskriminatif yang diterima kelompok gay berkorelasi dengan tingkat kesehatan mental yang buruk yang meliputi perasaan bahwa hidup lebih sulit dijalani, harga diri yang lebih rendah, perasaan kesepian, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 keinginan untuk bunuh diri, perasaan bersalah, hingga masalah seksual (D’Augelli & Grossman, 2001; Mays & Cochran, 2001; Meyer, 1995). Pada kelompok lesbian, perlakuan diskriminatif yang diterima berkorelasi dengan gejala posttraumatic stress disorder (PTSD; Szymanski & Balsam, 2011). Hingga titik ini, hasil penelitian yang dilakukan tentang dampak negatif sikap negatif dan tindak diskriminatif pada kelompok gay tampaknya tidak melunakkan hati masyarakat Indonesia. Kalaupun ada sekelompok orang atau organisasi yang memiliki misi untuk mengadvokasi kelompok gay, biasanya mereka akan menghadapi kesulitan dalam menjalankan misi tersebut. Sebagai contoh, pada awal tahun 2016, Support Group and Resource Center on Sexuality Studies Universitas Indonesia (SGRC-UI) yang menawarkan jasa konseling pada kelompok gay menerima teror dan tuduhan sebagai komunitas LGBT6. Kasus-kasus lain terkait kelompok gay yang mendapat perlakuan diskriminatif baik dari individu hingga aparatus negara dapat dilihat dalam tulisan Ariyanto dan Triawan (2008). Menjadi anggota dari kelompok minoritas yang terstigmatisasi membuat para gay memiliki kemungkinan besar untuk mengalami stres kronis (Meyer, 1995). Untuk menetralkan stres dan akibat-akibat lain yang ditimbulkan oleh sikap negatif, stigma, dan tindak diskriminatif, dukungan sosial menjadi hal yang penting untuk diberikan. Hal ini terbukti dari temuan Cochran, Sullivan, dan Mays (2003) yang menunjukkan bahwa kelompok gay lebih sering menggunakan layanan kesehatan mental, menemui dokter untuk mengeluh tentang keadaan emosional dan mental 6 http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/22/o1c80r282-sgrc-uikami-bukan-komunitas-lgbt PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 mereka, dan menghadiri pertemuan kelompok pemberdayaan diri (self-help) dibandingkan dengan heteroseksual. Dalam konteks keluarga misalnya, kelompok gay yang ditolak oleh orang tuanya akan berusaha untuk mencari dukungan dari orang lain yang dapat menjadi figur orang tua bagi mereka (Nesmith, Burton, & Cosgrove, 1999). Dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai sebuah interaksi sosial atau hubungan di mana individu menerima bantuan konkret atau interaksi yang membuatnya merasa memiliki kelekatan dengan orang lain atau kelompok lain yang dianggap memperhatikan dan mencintainya (Hobfoll & Stokes dalam Goodwin, Cost, & Adonu, 2004). Dukungan sosial merupakan informasi yang membuat individu merasa bahwa ia diperhatikan, dicintai, dihargai, dan menjadi bagian dari sebuah jaringan yang memiliki tanggung jawab bersama (Cobb, 1976). Dukungan ini bisa datang dari siapa saja, baik itu keluarga, pasangan, teman, ataupun komunitas (Sarafino, 2008). Akan tetapi, penelitian Nesmith et al. (1999) menunjukkan bahwa 77% dukungan yang diterima kelompok gay datang dari orang-orang di luar keluarga. Bagaimana dukungan sosial dapat membantu kelompok gay dalam menghadapi kejadian-kejadian yang berpotensi menimbulkan stres dalam hidupnya? Cohen dan Wills (1985) mengajukan dua konsep: dukungan sosial sebagai main effect dan dukungan sosial sebagai stress buffer. Sebagai main effect, dukungan sosial dianggap bermanfaat jika individu berada dalam lingkungan yang secara teratur memberinya pengalaman positif dan memiliki peran yang dihargai oleh masyarakat (Cohen & Wills, 1985). Dukungan sosial sebagai main effect PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 berkorelasi dengan kesejahteraan psikologis secara keseluruhan karena memberi individu afek positif, stabilitas dalam hidup, rekognisi, dan terhindar dari pengalaman negatif (Cohen & Wills, 1985). Sebagai stress buffer, dukungan sosial menjadi bermanfaat di saat individu mengalami kejadian atau masalah yang berpotensi menimbulkan stres (Cohen &Wills, 1985). Dukungan sosial sebagai stress buffer akan membuat individu meninjau kembali kejadian yang dialami sehingga ia merasa bahwa ia bisa mengatasi masalah tersebut, atau membantu dalam mengurangi stres yang dialami individu dengan beberapa cara, misalnya ketersediaan solusi atas masalah tersebut (Cohen & Wills, 1985). Di sinilah dukungan sosial dapat berperan dalam membantu kelompok gay. Konsep dukungan sosial sebagai stress buffer sangat relevan dengan kondisi kelompok gay yang berkemungkinan besar mengalami stres karena stigma yang diterima atas statusnya sebagai kelompok minoritas (Meyer, 1995). Dalam penelitian mengenai dukungan sosial yang telah banyak dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa terdapat korelasi positif antara dukungan sosial dengan tingkat kesehatan mental kelompok gay (Kwon, 2013; Shilo & Savaya, 2011). Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, hadirnya dukungan sosial dapat mengurangi tingkat stres (Cohen & Wills, 1985) serta meningkatkan daya lenting pada kelompok gay (Kwon, 2013). Dukungan sosial juga dapat menjadi moderator bagi keterbukaan kelompok gay dengan kepuasan atas hidup (Beals, Peplau, & Gable, 2009). Dalam konteks organisasi, kelompok gay yang menerima dukungan dari rekan kerjanya merasa lebih puas dengan pekerjaannya (Griffith & Hebl, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 2002). Tidak salah jika dukungan sosial dikatakan berfungsi sebagai “tameng” bagi kelompok gay. Akan tetapi, tidak selamanya dukungan membuahkan hasil baik. Ketidaksesuaian antara dukungan yang diberikan dengan dukungan yang dibutuhkan membuat individu menganggap bahwa hal tersebut didak membantu (Sarafino, 2008). Dukungan tersebut akan menjadi sia-sia dan berkemungkinan kecil mengurangi stres (Sarafino, 2008). Selain itu, pemberian dukungan sosial bukan hanya masalah mencocokkan kebutuhan dengan jenis dukungan, tetapi juga kecocokan antara pemberi dan penerima dukungan berdasarkan cara berpikir dan berperilakunya (Sarason & Sarason, 2009). Dalam tataran perbedaan budaya misalnya, orang berlatarbelakang budaya kolektivis dan individualis menunjukkan perbedaan dalam jenis dukungan yang diberi dan dicari (Chen, Kim, Mojaverian, & Morling, 2012; Taylor et al., 2004). Temuan tersebut mendorong peneliti untuk mencari tahu tentang jenis dukungan yang diterima oleh kelompok gay dan apa yang dirasakan saat menerima dukungan tersebut. Penelitian dengan topik sejenis sudah pernah dilakukan sebelumnya. Wulandari (2015) mewawancarai dua gay dan dua lesbian dalam rangka mengidentifikasi perilaku-perilaku orang lain yang dipersepsi sebagai dukungan oleh keempat informan tersebut. Temuan Wulandari (2015) menunjukkan bahwa mayoritas perilaku yang dipersepsi sebagai dukungan oleh keempat informannya masuk dalam kategori dukungan emosional dan informasional. Dukungandukungan tersebut bersumber dari teman, keluarga, teman sesama gay, atau orang asing (Wulandari, 2015). Akan tetapi, hasil penelitian Wulandari (2015) berhenti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 pada pengidentifikasian jenis perilaku yang dipersepsi sebagai dukungan tanpa menggali lebih dalam tentang makna yang dikonstruksi atas perilaku-perilaku tersebut. Ketiadaan informasi mengenai makna yang dikonstruksi para informan menyisakan ruang kosong tentang apa yang dirasakan informan, mengapa mereka menganggap perilaku tersebut sebagai dukungan, dan bagaimana hal tersebut memengaruhi hidup mereka. Penelitian ini kemudian dilakukan untuk mengisi ruang kosong tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengeksplorasi pengalaman kelompok gay mengenai dukungan sosial yang diterima dan makna yang dikonstruksi atas dukungan tersebut. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi basis alternatif dalam berinteraksi dengan kelompok gay. Dengan mendengar langsung pengalaman kelompok gay tentang dukungan yang diterima dan apa yang mereka rasakan, maka gambaran tentang jenis dukungan yang dapat diberikan akan menjadi lebih jelas. Ketika gambaran tentang jenis dukungan yang dapat diberikan menjadi lebih jelas, maka interaksi yang dilakukan dan dukungan yang diberikan pada kelompok gay akan menjadi lebih tepat sasaran dan bermanfaat bagi kelompok gay tersebut. Berdasarkan paparan di atas, maka penelitian ini harus dilakukan dan interpretative phenomenological analysis (IPA) dipilih sebagai pendekatan penelitian penelitian ini. B. Pertanyaan Penelitian Bagaimanakah laki-laki gay memaknai dukungan sosial yang pernah diterimanya? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi pengalaman laki-laki gay saat menerima dukungan sosial dan makna yang dikonstruksi atas pengalaman tersebut, kemudian menggunakan temuan penelitian sebagai basis alternatif dalam berinteraksi dengan laki-laki gay. D. 1. Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis Manfaat teoretis yang didapat dari penelitian ini adalah bertambahnya kajian di bidang psikologi sosial mengenai dukungan sosial terhadap kelompok minoritas, khususnya kelompok gay, dan psikologi konseling mengenai cara alternatif dalam menghadapi klien dari kelompok gay. 2. Manfaat Praktis a. Bagi orang-orang yang memiliki anggota keluarga atau teman dari kelompok gay Memberikan gambaran mengenai cara alternatif berinteraksi dengan kelompok gay, bentuk dukungan sosial yang dapat diberikan, serta peran dukungan sosial yang diberikan baik dalam konteks interaksi sehari-hari maupun praktik psikologi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 b. Bagi anggota kelompok gay Menjadi bahan untuk merefleksikan kembali pengalamanpengalaman terkait dukungan sosial yang pernah diterima agar dapat merasa lebih baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Homoseksual Definisi Homoseksual Homoseksual mengacu kepada ketertarikan erotik dan keinginan untuk membentuk hubungan romantis dengan individu berjenis kelamin sama (Rathus, Nevid, Fichner-Rathus, 2008). Homoseksual juga dapat didefinisikan sebagai individu yang perasaan seksualnya terarah pada individu lain yang berjenis kelamin sama (LeVay & Valente, 2006). Kemudian, homoseksual juga dapat didefinisikan sebagai individu yang memiliki ketertarikan secara psikologis, emosional, dan sosial pada individu lain yang berjenis kelamin sama, walaupun ketertarikan tersebut tidak selalu ditunjukkan dengan jelas (Martin & Lyon dalam Crooks & Baur, 1983). Laki-laki homoseksual biasanya disebut sebagai gay, sedangkan perempuan homoseksual biasanya disebut lesbian (Rathus et al., 2008). Istilah lesbian dan gay lebih banyak digunakan karena kata “homoseksual” cenderung diasosiasikan dengan stereotip negatif, patologi, dan pereduksian identitas individu menjadi sekadar perilaku seksual (APA, 2010). Walaupun kelompok ini menyukai individu lain yang berjenis kelamin sama, identitas gender mereka tetap sesuai dengan organ seks biologis mereka (Crooks & Baur, 1983; Rathus et al., 2008). 11 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa homoseksual adalah individu yang merasakan ketertarikan secara erotik, psikologis, emosi, dan sosial kepada individu berjenis kelamin sama. Ketertarikan tersebut tidak selalu ditunjukkan dan tidak membuat gay atau lesbian memiliki identitas gender yang berlawanan dengan organ seks biologis mereka. 2. Teori Penyebab Homoseksualitas Para ahli mencoba menjelaskan kemungkinan penyebab homoseksualitas dari beberapa perspektif, yaitu perspektif biologis dan psikologis (Rathus et al., 2008). Dalam perspektif biologis, para ahli berspekulasi mengenai faktor penyebab homoseksualitas mulai dari faktor hereditas dan genetika, hormonal, sampai struktur otak (Rathus et al., 2008). Sedangkan dalam perspektif psikologis, aliran-aliran utama dalam ilmu psikologi seperti psikoanalisis dan teori belajar digunakan para ahli untuk menjelaskan proses terbentuknya homoseksualitas (Rathus et al., 2008). Contoh penelitian yang dilakukan dalam rangka mencari perbedaan struktur otak pada kelompok gay dilakukan oleh Simon LeVay pada tahun 1991 (Rathus et al. 2008). Dalam penelitian tersebut, Simon LeVay menemukan bahwa ukuran salah satu bagian dari hipotalamus di otak gay lebih kecil jika dibandingkan dengan bagian yang sama dari hipotalamus di otak laki-laki heteroseksual. Kemudian, penelitian mengenai hormon seks pranatal dilakukan oleh Meyer-Bahlburg dkk. pada tahun 1995 (dalam Rathus et al., 2008). Meyer-Bahlburg dkk. mewawancarai para perempuan yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 terekspos estrogen sintetis ketika masih di dalam kandungan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perempuan-perempuan tersebut cenderung dinilai sebagai lesbian atau biseksual. Walau begitu, itu hanya sebagian kecil penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyeknya. Penelitian yang mendukung pernyataan mengenai kemungkinan pengaruh hormon atas pembentukan otak menjadi lebih maskulin atau feminin kebanyakan didasarkan pada penelitian yang dilakukan pada hewan (Rathus et al., 2008). Oleh karena itu, generalisasi hasil penelitian tidak serta merta dapat dilakukan. Teori lain yang datang dari perspektif biologis menyatakan bahwa semakin banyak jumlah kakak laki-laki yang dimiliki individu (laki-laki), semakin besar kemungkinan bahwa individu tersebut adalah gay (Lehmiller, 2014). Temuan Blanchard dan Bogaert (1996) menunjukkan bahwa peluang individu adalah gay meningkat sebesar 34% per kakak laki-laki yang ia miliki. Blanchard dan Bogaert (1996) berasumsi bahwa hal ini berkaitan dengan reaksi imun maternal yang dipicu oleh janin laki-laki dan akan menguat dengan kehamilan bayi laki-laki berikutnya. Jika asumsi tentang reaksi imun maternal ini terbukti benar, maka kemungkinan hubungan antara reaksi imun maternal dengan orientasi seksual anak di masa depan merupakan efek dari antibodi maternal pada perbedaan seksual di otak janin (Blanchard & Bogaert, 1996). Walau begitu, hasil temuan tersebut tidak selalu dapat digeneralisasikan. Beberapa anggota kelompok gay merupakan anak pertama dalam keluarganya (Lehmiller, 2014). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 Dari perspektif psikologis, salah satu teori penyebab homoseksualitas datang dari aliran psikoanalisis yang digagas oleh Sigmund Freud. Freud menyatakan bahwa anak-anak memiliki kemungkinan untuk menjadi heteroseksual atau homoseksual (dalam Rathus et al. 2008). Namun, anakanak tersebut akan mengembangkan identitas sebagai heteroseksual setelah mereka berhasil melewati tahap tertentu. Pada anak laki-laki, tahap tersebut dinamakan Oedipus complex, sedangkan pada anak perempuan dinamakan Electra complex. Kegagalan melewati tahap tersebut akan membuat anakanak mengembangkan identitas homoseksual (Freud dalam Rathus et al., 2008). Teori belajar berpendapat lain. Teori belajar—terutama teori belajar sosial (social learning)—berasumsi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang selalu memerhatikan lingkungan di sekitarnya (Hogben & Byrne, 1998). Teori belajar menekankan penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment) dalam pembentukan perilaku—atau dalam kasus ini adalah orientasi seksual (Hogben & Byrne, 1998). Penguatan akan membuat individu mengulangi perilaku, sedangkan hukuman sebaliknya. Namun, dalam teori belajar sosial, ada hal lain yang perlu diperhatikan. Hal tersebut adalah ekspektasi akan penguatan/hadiah (reward) yang mengimplikasikan bahwa perilaku tidak harus selalu menerima penguatan langsung agar dapat terbentuk (Hogben & Byrne, 1998). Van Wyk dan Geist (dalam Hogben & Byrne, 1998) melalui penelitiannya mencoba untuk mengkonfirmasi teori ini. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pengalaman tertentu (misalnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 dimasturbasi oleh individu berjenis kelamin sama atau berbeda) dapat memprediksi kecenderungan orientasi seksual saat individu telah dewasa. Walau begitu, para pakar behavioristik belum dapat mengidentifikasi pengalaman belajar spesifik yang dapat berkontribusi pada pembentukan orientasi seksual (Rathus et al., 2008). Banyak individu heteroseksual yang pernah memiliki pengalaman seksual dengan individu berjenis kelamin sama yang tidak mengubah orientasi seksual mereka (Rathus et al., 2008). Hingga saat ini, belum ada kesepakatan antara para peneliti mengenai penyebab berkembangnya individu menjadi heteroseksual, gay, atau lesbian (APA, 2008). Walaupun banyak penelitian telah dilakukan terkait beberapa faktor seperti genetika, hormon, perkembangan, sosial, dan pengaruh budaya, belum ada penelitian yang dapat membuat para peneliti berani untuk menyimpulkan penyebab homoseksualitas (APA, 2008). Lebih jauh, sebagian besar individu tidak merasa bahwa orientasi seksual adalah sebuah pilihan (APA, 2008). 3. Perkembangan Identitas dan Penerimaan Diri Gay Perkembangan identitas atau pencarian jati diri merupakan salah satu tugas perkembangan utama dalam hidup manusia, terutama pada saat remaja (Erikson dalam Rosario & Schrimshaw, 2013). Proses pembentukan identitas dimulai dari munculnya realitas yang menimbulkan pertanyaan mengenai identitas diri, eksplorasi mengenai identitas, pembentukan identitas, dan adanya komitmen atau penerimaan atas identitas tersebut yang mengarah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 pada integrasi identitas (Rosario & Schrimshaw, 2013). Identitas yang terintegrasi menjadi dasar bagi perkembangan lebih lanjut dan kesejahteraan psikologis (psychological well-being) (Rosario & Schrimshaw, 2013). Pada kelompok gay, proses perkembangan identitas mereka dapat dilihat dari tahap-tahap berikut (Troiden, 1988). a. Sensitization Tahap ini ditandai dengan perasaan marjinal yang tergeneralisasi dan adanya persepsi bahwa individu adalah orang yang berbeda dengan teman sebaya yang berjenis kelamin sama. b. Identity confusion Pada tahap ini, individu mulai memikirkan kemungkinan bahwa ia adalah gay. Pemikiran bahwa individu mungkin adalah gay menjadi tidak sesuai dengan gambaran diri yang telah dipegang sebelumnya sehingga menciptakan kebingungan identitas, guncangan, dan kecemasan. Hal-hal yang menyebabkan kebingungan identitas antara lain adalah persepsi yang berubah mengenai diri, pengalaman seksual dengan lawan jenis dan sesama jenis, sanksi sosial mengenai homoseksualitas, dan ketidaktahuan serta kurangnya informasi mengenai homoseksualitas. Kebingungan identitas menimbulkan beberapa respons sebagai berikut. 1) Penolakan, mengingkari komponen homoseksualitas pada perasaan, fantasi, dan perilaku; 2) perbaikan/pembetulan, usaha untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 membasmi perasaan dan perilaku gay; 3) penghindaran, menghindari situasi yang menegaskan homoseksualitas; 4) redefinisi, usaha mengurangi kebingungan identitas dengan cara meredifinisi perilaku dan perasaan; 5) penerimaan, mengakui bahwa perilaku, perasaan, dan fantasi kemungkinan merupakan bentuk homoseksualitas dan berusaha mencari informasi lebih banyak mengenai homoseksualitas. c. Identity assumption Pada tahap ini, individu mulai mendefinisikan dirinya sebagai gay, menoleransi dan menerima identitas sebagai gay, bergaul dengan gay lain, bereksperimen dengan seksualitas, dan mengeksplorasi homoseksualitas. Pendefinisian individu sebagai gay dapat terjadi sebelum, saat, atau setelah berinteraksi dengan gay lain. Interaksi dengan gay lain menjadi penting di tahap ini. Jika interaksi pertama dengan gay lain menimbulkan kesan negatif, maka kemungkinan untuk berinteraksi dengan gay lainnya akan menjadi kecil dan kebingungan identitas akan bertahan. d. Commitment Pada tahap ini, individu mulai mengadopsi cara hidup gay. Pengadopsian ini terlihat dari indikasi internal dan eksternal. Indikasi internal meliputi seksualitas dan emosionalitas yang terintegrasi, makna dan nilai yang berubah terkait identitas sebagai gay, dan rasa puas atas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 identitasnya. Sedangkan indikasi eksternal meliputi keterlibatan dalam hubungan romantis dengan sesama jenis kelamin, pengungkapan identitas kepada non-gay, dan perubahan strategi dalam menghadapi stigma. Seperti identitas lainnya, perkembangan identitas seksual juga terjadi dalam konteks sosial (Rosario & Schrimshaw, 2013). Lingkungan melalui beberapa kelompok sosial mendukung identitas tertentu dan menghukum identitas lainnya, dalam hal ini identitas sebagai gay (Rosario & Schrimshaw, 2013). Rosario dan Schrimshaw mengatakan bahwa selama proses perkembangan identitas berlangsung, gay menghadapi tantangan baik dari sisi internal maupun eksternal. Dari sisi internal, gay mengalami konflik antara identitas dirinya dengan ekspektasi heteroseksual yang terinternalisasi. Sedangkan, tantangan dari sisi eksternal merupakan reaksi negatif dari orang lain. Menerima identitas sebagai gay menjadi hal yang sulit, terutama jika gay yang dibesarkan oleh orang tua heteroseksual diharapkan untuk menjadi heteroseksual juga (Rosario & Schrimshaw, 2013). Menurut Erikson (dalam Rosario & Schrimshaw, 2013), kegagalan untuk menerima dan mengintegrasikan identitas akan mengarah ke kebingungan identitas. Rosario dan Schrimshaw mengatakan bahwa berkomitmen pada identitas yang bertentangan dengan identitas diri yang sebenarnya akan mengarah pada identitas buatan atau hilangnya identitas. Gay yang identitasnya kurang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 berkembang cenderung mengalami tingkat stres yang lebih tinggi dan harga diri yang lebih rendah (Rosario, Schrimshaw, & Hunter dalam Rosario & Schrimshaw, 2013). Oleh karena itu, penerimaan diri atas identitas sebagai gay menjadi penting. Seperti yang telah disampaikan, penerimaan diri atas identitas mengarah pada identitas yang terintegrasi yang akan menjadi dasar bagi perkembangan lebih jauh dan kesejahteraan psikologis. Semakin tinggi tingkat penerimaan diri gay, semakin dekat pula ia dengan tahap keempat perkembangan identitas yang diajukan oleh Troiden (1988) yang salah satu indikatornya adalah pengungkapan identitas seksual kepada orang lain. 4. Pengungkapan Identitas Gay Coming out of the closet adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses pengungkapan identitas yang sebelumnya disembunyikan (LeVay & Valente, 2006). Coming out merupakan bagian penting dari perkembangan identitas gay (Legate, Ryan, & Weinstein, 2012). Proses tersebut membuat gay mengembangkan diri yang otentik dan stabil (Ragins dalam Legate et al., 2012), memperkuat identitas positif sebagai anggota dari kelompok gay (Wells & Kline dalam Legate et al., 2012), dan mengurangi efek psikologis negatif dari manajemen identitas (Cain dalam Legate et al., 2012). Legate et al. juga menemukan bahwa gay yang semakin terbuka atas orientasi seksualnya menunjukkan tingkat kemarahan dan gejala depresi yang lebih rendah serta harga diri yang lebih tinggi. LeVay dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 Valente menyatakan bahwa proses coming out memiliki beberapa elemen sebagai berikut. a. Coming out kepada diri sendiri, menyadari dan menerima diri sebagai gay. Tahap ini merupakan tahap yang sangat sulit bagi sebagian gay, terutama bagi mereka yang tinggal di lingkungan yang sangat menentang homoseksualitas. b. Coming out kepada orang lain, biasanya dimulai dari mengungkap identitas kepada sesama gay, sahabat, saudara, atau konselor. Pengungkapan identitas kepada orang tua biasanya dihindari karena adanya ketakutan tentang penolakan dari orang tua. c. Bergabung dengan komunitas gay. d. Mengintegrasikan homoseksualitas dengan aspek kehidupan lain, misalnya agama, suku, atau identitas lain pada diri. Pengungkapan gay atas orientasi seksualnya dapat berefek positif maupun negatif, tergantung konteks di mana pengungkapan tersebut dilakukan. Dalam penelitian Legate et al. (2012), terdapat sebuah konsep, yaitu autonomy support yang didefinisikan sebagai penerimaan interpersonal dan dukungan atas ekspresi diri yang otentik (Lynch, La Guardia, & Ryan; Ryan, La Guardia, Solky-Butzel, Chirkov, & Kim dalam Legate et al., 2012). Dalam lingkungan dengan autonomy support yang tinggi, individu merasa diterima sebagai dirinya sendiri, bebas berperilaku dan berekspresi, dan lebih bisa mengandalkan orang lain (Legate et al., 2012). Sedangkan, dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 lingkungan dengan autonomy support yang rendah (atau lingkungan yang mengontrol), individu merasa tertekan untuk tampil, berperilaku dalam cara tertentu (Deci & Ryan dalam Legate et al., 2012), cenderung tertutup dan defensif (Hodgins et al. dalam Legate et al., 2012). Oleh karena itu, gay cenderung selektif dalam mengungkapkan orientasi seksualnya (Legate et al., 2012). 5. Sikap Terhadap Gay Sikap didefinisikan sebagai evaluasi individu terhadap berbagai aspek kehidupan sosial (Baron, Byrne, & Branscombe dalam Sugianto, 2014) dan dapat ditujukan kepada orang-orang, obyek, ataupun ide-ide (Aronson, Wilson, & Akert dalam Sugianto, 2014). Dalam hal ini, sikap terhadap gay dapat diartikan sebagai evaluasi individu atau kelompok terhadap gay yang dapat berujung positif atau negatif. Di Amerika Serikat, sikap positif masyarakat akan homoseksualitas semakin meningkat dari tahun ke tahun (Pew Research Center, 2014), khususnya pada isu pernikahan sejenis (Baunach, 2012). Akan tetapi, hasil yang berbanding terbalik ditunjukkan oleh survei yang dilakukan LSI (2012) dan Pew Research Center (2014) yang menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih menunjukkan sikap negatif pada kelompok gay. Pew Research Center (2014) menyatakan bahwa tingkat kepentingan agama dalam masyarakat menjadi salah satu faktor yang membentuk sikap negatif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 pada kelompok gay. Segala jenis sikap dan perilaku anti-gay disebut sebagai homophobia (LeVay & Valente, 2006). Selain homophobia, ada pula istilah heteroseksisme. Heteroseksisme mengacu pada ideologi yang melanggengkan stigma buruk pada kelompok gay dengan cara menolak dan memperburuk citra perilaku, identitas, hubungan, dan komunitas nonheteroseksual (Herek, 2004). Heteroseksisme melekat pada institusi dan budaya yang pada akhirnya akan melahirkan hubungan penuh hierarki di mana kelompok gay memiliki posisi yang lebih inferior daripada heteroseksual (Herek, 2004). Masyarakat yang heteroseksis berusaha untuk mengaburkan keberadaan kelompok gay, jika kelompok gay menunjukkan eksistensinya, maka mereka akan dicap sebagai imoral, kriminal, sakit, menyimpang, berdosa, bahkan mengancam (Herek, 2004). Masyarakat heteroseksis kemudian menganggap bahwa kekerasan atau diskriminasi menjadi hal yang pantas diterima oleh kelompok gay (Herek, 2004). Lebih jauh, sikap negatif yang ditunjukkan ternyata memiliki tingkat yang berbeda berdasarkan jenis kelamin target (D’Augelli & Grossman, 2001). Sikap terhadap gay ternyata lebih negatif jika dibandingkan dengan sikap terhadap lesbian (D’Augelli & Grossman, 2001), terutama ditunjukkan oleh laki-laki (Nierman, Thompson, Bryan, & Mahaffey, 2007). Jumlah gay yang menerima ancaman dan diserang secara fisik lebih banyak daripada lesbian (D’Augelli & Grossman, 2001). Sikap negatif tersebut dapat muncul karena gay dianggap melanggar peran gender yang ada (Nierman et al., PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 2007). Standar maskulinitas yang digunakan untuk menggambarkan peran gender laki-laki yang kaku membuat laki-laki berusaha menghindari hal berbau feminin dan menunjukkan sikap negatif terhadap gay demi menegaskan maskulinitasnya (Nierman et al., 2007). Sesuai dengan pernyataan Kimmel (2004), laki-laki menjadi maskulin ketika ia menolak nilai-nilai feminin. B. 1. Dukungan Sosial Definisi Dukungan Sosial Dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai sebuah interaksi sosial atau hubungan di mana individu menerima bantuan konkret atau interaksi yang membuatnya merasa memiliki kelekatan dengan orang lain atau kelompok lain yang dianggap memperhatikan dan mencintainya (Hobfoll & Stokes dalam Goodwin, Cost, & Adonu, 2004). Dukungan sosial mengacu kepada diterimanya rasa nyaman, perhatian, penghargaan dan pertolongan oleh individu dari individu lain atau sebuah kelompok (Sarafino, 2008). Selain itu, Cobb (1976) dan Cohen dan Wills (1985) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan interaksi di mana si pemberi dukungan menyampaikan kepada penerima dukungan bahwa ia dicintai, diperhatikan, dan merupakan bagian dari suatu jaringan yang saling berkomunikasi dan memiliki kewajiban bersama (dalam Chen, Kim, Mojaverian, & Morling, 2012). Individu yang menerima dukungan sosial merasa bahwa ia merupakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 bagian dari kelompok tertentu yang dapat menolongnya ketika ia membutuhkan bantuan atau sedang menghadapi bahaya (Sarafino, 2008). Dukungan sosial telah didapatkan oleh individu bahkan ketika ia masih seorang bayi (Cobb, 1976). Hal ini tercermin terutama ketika bayi sedang digendong. Menurut Cobb, ketika hidup mulai berjalan, dukungan akan semakin meningkat, tidak hanya dari keluarga, namun juga dari rekan kerja ataupun sebuah komunitas. Sarafino (2008) pun berpendapat sama, bahwa dukungan bisa datang dari berbagai sumber, seperti pasangan, keluarga, teman, atau komunitas. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa dukungan sosial memengaruhi tingkat kesehatan mental atau biologis individu. Namun, tidak semua orang bisa mendapat dukungan sosial. Menurut Sarafino (2008), hal ini bisa dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penerima dan sisi pemberi dukungan. Dari sisi penerima dukungan, Sarafino menyatakan bahwa individu biasanya tidak mendapat dukungan karena jarang bergaul, tidak pernah menolong orang lain, tidak memberi tahu orang lain bahwa ia sedang membutuhkan bantuan, merasa harus menjadi pribadi yang independen dan tidak menyusahkan orang lain, atau memang tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa. Sedangkan dari sisi pemberi dukungan, dukungan bisa saja tidak diberikan karena individu tidak memiliki sumber daya yang cukup, sedang mengalami stres dan bahkan membutuhkan bantuan, atau karena memang tidak sensitif dengan kebutuhan orang di sekitarnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan interaksi yang membuat individu merasa nyaman, dicintai, diperhatikan, dihargai, dan menjadi bagian dari sebuah kelompok. Dukungan sosial dapat berasal dari banyak sumber termasuk keluarga, teman, atau komunitas. Walau begitu, dukungan sosial tidak selalu dapat diterima atau diberi karena adanya faktor-faktor penghambat pada diri pemberi ataupun penerima. 2. Jenis-jenis Dukungan Sosial Cutrona dan Gardner (2004), Schaefer, Coyne, dan Lazarus (1981), dan Wills dan Fegan (2001) membagi dukungan sosial menjadi empat fungsi dasar sebagai berikut (dalam Sarafino, 2008). a. Dukungan emosional atau penghargaan (emotional or esteem) berupa empati, perhatian, kepedulian, dan dorongan semangat kepada individu. Hal tersebut memberi kenyamanan dan ketentraman hati karena membuat individi merasa menjadi bagian dari sebuah kelompok dan dicintai di saat sedang stres. b. Dukungan instrumental atau nyata (instrumental or tangible) berupa bantuan langsung seperti meminjamkan uang atau barang lainnya. c. Dukungan informasional (informational) berupa nasihat, arahan, atau umpan balik ketika individu melakukan sesuatu. d. Dukungan persahabatan (companionship) berupa kehadiran dan kesediaan orang lain untuk menghabiskan waktu bersama sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 individu merasa menjadi bagian dari kelompok tertentu yang memiliki ketertarikan dan aktivitas sosial yang sama. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, jika jenis dukungan yang dibutuhkan dan diterima oleh kelompok gay tidak sesuai, maka kemungkinan bahwa dukungan tersebut mengurangi tingkat stres akan semakin kecil (Sarafino, 2008). Oleh karena itu, menjadi penting untuk mengetahui apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan mereka sebelum memutuskan untuk memberikan dukungan. Wulandari (2015) menyatakan bahwa keempat informannya secara umum membutuhkan dukungan emosional atau informasional. Selain itu, anggota kelompok gay yang masih tergolong remaja juga cenderung mencari dukungan dari orang lain yang dapat menjadi figur orang tua, terutama remaja-remaja yang memiliki masalah dengan orang tua kandung mereka (Nesmith et al., 1999). Apa yang mereka cari dari figur orang tua ini adalah kesediaan untuk memberi nasihat atau saran tentang kelompok gay, yang selama ini tidak pernah dilakukan oleh orang tua kandung mereka (Nesmith et al., 1999). 3. Peran Dukungan Sosial Dukungan sosial memengaruhi kesehatan individu, baik fisik maupun psikologis. Dukungan sosial bekerja dengan dua cara yang diberi istilah main effect dan stress buffer (Cohen & Wills, 1985; Sarafino, 2008). Dalam konsep main effect, dukungan sosial dianggap dapat memberikan efek positif pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 penerima dukungan terlepas dari apakah ia sedang mengalami stres atau tidak. Sedangkan, konsep stress buffer menyatakan bahwa dukungan sosial akan memberi efek positif ketika penerima dukungan sedang mengalami kejadian yang berpotensi menimbulkan stres. Sebagai main effect, Cohen dan Wills (1985) menyatakan bahwa dukungan sosial memberi efek positif karena jaringan atau kelompok sosial memberi pengalaman positif dan peran yang dihargai pada individu dalam kelompok. Adanya afek positif, kestabilan dalam hidup dan pengakuan atas diri membuat individu dapat menghindari pengalaman negatif yang dapat menimbulkan gangguan psikologis maupun fisik. Sebagai stress buffer, penting untuk mengetahui proses terjadinya stres terlebih dahulu. Secara sederhana, Cohen dan Wilss (1985) menggambarkan stres terjadi ketika individu menganggap atau menilai bahwa sebuah kejadian sebagai stresor yang kemudian mengarah ke munculnya afek negatif yang dirasakan individu atau perilaku yang memperburuk kesehatan seperti merokok atau mengonsumsi alkohol secara berlebihan. Berikut adalah grafik yang dikemukakan oleh Cohen dan Wills mengenai cara bekerja dukungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 sosial sebagai stress buffer. Skema 1. Peran dukungan sosial sebagai stress buffer. (Cohen & Wills, 1985) Skema Cohen dan Wills (1985) menggambarkan dua titik di mana dukungan sosial bekerja dalam mengurangi stres. Pada titik pertama, dukungan sosial berada di antara stresor dan hasil penilaian individu atas stresor tersebut. Pada titik ini, adanya dukungan sosial akan membuat individu merasa bahwa ia akan dibantu oleh orang lain sehingga ia merasa dapat mengatasi stresor tersebut (Cohen & Wills, 1985). Pada titik kedua, dukungan sosial berada di antara hasil penilaian individu atas stresor dan dampak yang muncul setelah individu merasa stres. Pada titik ini, dukungan sosial berperan untuk mengurangi reaksi stres yang timbul. Contohnya, adanya solusi atas masalah yang ditawarkan oleh keluarga atau teman sehingga hal tersebut membuat individu lebih tenang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 4. Perbedaan Budaya dalam Mencari dan Memberi Dukungan Sosial Dukungan sosial tidak selamanya membuahkan hasil positif. Individu bisa saja tidak menganggap suatu dukungan sebagai sesuatu yang membantu jika dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhannya atau ia memang tidak sedang membutuhkan bantuan (Sarafino, 2008). Menurut Sarafino, jika hal tersebut terjadi, dukungan sosial memiliki kemungkinan yang kecil untuk mengurangi stres. Oleh karena itu, pemberian dukungan sosial bukan hanya masalah mencocokkan kebutuhan dengan jenis dukungan, tetapi juga kecocokan antara pemberi dan penerima dukungan berdasarkan cara berpikir dan berperilakunya (Sarason & Sarason, 2009). Jika dilihat dari perspektif tersebut, latar belakang budaya tentu memengaruhi jenis dukungan yang dipilih oleh pemberi atau jenis dukungan yang dicari oleh penerima. Individu berlatarbelakang budaya kolektivistik dan individualistik ternyata menunjukkan perbedaan dalam hal mencari dukungan sosial. Menurut Taylor et al. (2004), warga Amerika Serikat yang lebih individualis lebih banyak mencari dukungan sosial ketika menghadapi masalah dibandingkan dengan orang Asia yang kolektivis. Perbedaan tersebut disebabkan oleh orang-orang individualis menganggap bahwa sebuah hubungan adalah sarana untuk mencapai tujuan pribadi sehingga mereka cenderung meminta dukungan agar tujuan tersebut dapat tercapai (Taylor et al., 2004). Sedangkan, orang-orang kolektivis memandang diri dan orangorang di sekitarnya sebagai kesatuan yang saling bergantung sehingga penyesuaian diri dan berkompromi adalah hal yang penting untuk menjaga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 keharmonisan kelompok (Taylor et al., 2004). Ada ketakutan bahwa keharmonisan akan terganggu jika individu menunjukkan masalah-masalah pribadinya. Dalam hal memberi dukungan sosial, perbedaan juga tampak pada individu kolektivis dan individualis. Chen et al. (2012) menggolongkan dukungan menjadi dua kategori, yaitu emotion-focused support dan problemfocused support. Emotion-focused support terdiri dari dukungan emosional atau penghargaan, sedangkan problem-focused support terdiri dari dukungan instrumental dan informasional. Menurut Chen et al., emotion-focused support bertujuan untuk menenangkan dan mengurangi dampak psikologis dari stresor pada individu. Sedangkan problem-focused support bertujuan untuk langsung membantu penyelesaian masalah dengan cara memberi solusi atau memberi barang yang dibutuhkan. Chen et al. menunjukkan bahwa orang-orang individualis cenderung memberi emotion-focused support yang menunjukkan bahwa mereka menghargai pikiran dan emosi penerima dukungan serta tidak ingin melanggar rasa independen penerima dukungan. Sedangkan, orang-orang kolektivis yang cenderung mengenyampingkan persoalan pribadi agar tidak merusak keharmonisan kelompok lebih sering memberi problem-focused support. Hal tersebut dianggap normatif karena orang-orang kolektivis kurang menghargai ekspresi emosi (Butler, Lee, & Gross dalam Chen et al., 2012). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 C. Dukungan Sosial Pada Gay Gerakan-gerakan yang memperjuangkan kesetaraan bagi gay telah berlangsung cukup lama. Organisasi pertama di dunia yang memperjuangkan hakhak gay berdiri pada tahun 1897 di Berlin, Jerman dengan nama ScientificHumanitarian Committee (LeVay & Valente, 2006). Setelah hancur dengan berkuasanya Nazi di Jerman, organisasi yang memperjuangan hak-hak gay muncul kembali pada tahun 1950 dengan nama Mattachine Society dan tahun 1955 dengan nama Daughters of Bilitis di Amerika Serikat (LeVay & Valente, 2006). Di Indonesia, pembentukan organisasi bernama Lambda Indonesia pada tahun 1982 (Boellstorff dalam Ariyanto & Triawan, 2008) dapat dianggap sebagai awal dari gerakan mendukung gay. Gerakan-gerakan tersebut menunjukkan kepedulian dan dukungan terhadap kelompok gay. Dukungan sosial diperlukan oleh gay karena menjadi bagian kelompok minoritas yang terdiskriminasi dari banyak aspek. Ariyanto dan Triawan (2008) menyebutkan setidaknya ada lima bentuk diskriminasi yang dialami oleh gay, yaitu diskriminasi sosial, hukum, politik, ekonomi, dan budaya. Standar ganda yang diterapkan negara tentu menjadi pengalaman tidak menyenangkan bagi gay. Bahkan pasal-pasal dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia (UUD) ’45 yang mengatur tentang hak asasi manusia pun terasa mandul ketika yang menjadi korban pelanggaran HAM adalah kelompok gay. Banyak kasus kekerasan yang bahkan berujung kematian terjadi pada gay ternyata tidak mendapat perhatian dari aparatur negara (lihat Ariyanto & Triawan, 2008). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 Dukungan sosial diperlukan oleh gay karena ternyata dukungan sosial berkorelasi positif dengan kondisi psikologis dan fungsi interpersonal mereka (Kwon, 2013). Dukungan sosial akan berfungsi sebagai stress buffer ketika gay menghadapi situasi yang berpotensi menimbulkan stres. Walaupun begitu, tidak semua dukungan sosial berbuah positif, terutama jika jenis dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan atau si pemberi dukungan tidak punya kapasitas untuk memberi dukungan (Sarafino, 2008). Kesimpulannya, pemberian dukungan sosial pada kelompok gay adalah adanya upaya untuk membuat mereka merasa bahwa mereka diterima, dicintai, dihargai, dan menjadi anggota dari masyarakat. D. Pengalaman dan Makna yang Dikonstruksi Brouwer (1988) menyatakan bahwa ada tiga cara dalam melihat dunia dan benda. Pertama, cara para naturalis atau orang-orang biasa yang melihat dunia dan benda sebagai apa adanya dunia dan benda tersebut. Dua lingkaran kecil dalam lingkaran besar akan dilihat sebagai tiga buah lingkaran yang berbeda ukurannya. Kedua, cara para ahli sains yang mereduksi dunia dan benda menjadi simbolsimbol. Dua lingkaran kecil dalam lingkaran besar akan dicari keliling dan diameternya sehingga mereka dapat mendefinisikan lingkaran tersebut berdasarkan simbol matematis. Ketiga, cara para fenomenologis yang melihat dunia dan benda dalam sebuah kesatuan yang tak terpisah. Dua lingkaran kecil dalam lingkaran besar akan dilihat sebagai sepasang mata yang tertanam di wajah seseorang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 Dalam kacamata fenomenologis, dunia bukanlah suatu obyek, melainkan pengalaman-akan-dunia atau subyek (Brouwer, 1988). Pengalaman berarti saya mengalami dunia atau alam dan berbentuk kesayaan dari dunia. Pengalaman menjadi subyektif karena selalu mengandung unsur kesayaan. Unsur kesayaan dalam pengalaman membuat saya mengkonstruksi makna, kenyataan atau kebenaran subyektif. Hal tersebut membuat pengalaman harus dijelaskan dari sudut pandang saya sebagai saya-yang-mengalami-dunia atau alam. Baumeister (dalam Park, 2010) mendefinisikan makna sebagai representasi mental atas hubungan antara benda-benda, kejadian-kejadian, dan relasi-relasi. Oleh karena itu, makna menghubungkan banyak hal. Sedangkan Steiger (dalam Heintzelman & King, 2014) mendefinisikan makna sebagai, The web of connections, understandings, and interpretations that help us comprehend our experience and formulate plans directing our energies to the achievement of our desired future. Meaning provides us with the sense that our lives matter, that they make sense, and that they are more than the sum of our seconds, days, and years. (hal. 154) Seperti yang dikatakan oleh Frankl (1972, hal. 154), usaha untuk menemukan makna merupakan dorongan utama dalam hidup manusia. Proses pemaknaan diawali dengan proses penginderaan yang membentuk pengalaman inderawi (Schutz dalam Hasbiansyah, 2008). Pengalaman inderawi tersebut akan menjadi bermakna ketika dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya serta melalui proses interaksi dengan orang lain (Hasbiansyah, 2008). Proses pemaknaan pengalaman atau fenomena sendiri tidak lepas dari pengaruh konteks sejarah dan sosial budaya di tempat individu tinggal (Creswell, 2009). Oleh karena itu, makna dapat menjadi sangat subyektif. Individu kolektivis dapat mengalami hal yang sama PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 dengan individu individualis namun memproduksi makna yang berbeda atas pengalaman tersebut. Park (2010) menyatakan bahwa pemaknaan merupakan hal penting dalam melawan pengalaman yang berpotensi menimbulkan stres. Sedangkan Heintzelman dan King (2014) menyatakan bahwa makna bertindak sebagai informasi bahwa ada pola-pola dan koneksi yang sistematik di dunia. Dengan mengetahui pola-pola dan koneksi tersebut, individu belajar untuk adaptif supaya dapat bertahan hidup di dunia (Heintzelman & King, 2014). Berdasarkan paparan di atas, semakin jelas bahwa pengalaman menerima dukungan sosial dan maknanya bagi gay akan lebih baik jika ditelaah dari kacamata gay itu sendiri. Pengalaman tersebut menjadi sangat subyektif karena ada unsur kesayaan yang pasti akan berbeda-beda pada setiap gay. Makna, kenyataan atau kebenaran yang dikonstruksi para gay menjadi subyektif, tergantung pada pengalaman hidup, konteks sosial dan budaya di tempat gay itu tinggal. E. Pemaknaan Dukungan Sosial oleh Gay Kelompok gay terdiri dari individu-individu yang merasakan ketertarikan secara erotik, psikologis, emosi, dan sosial kepada individu berjenis kelamin sama. Mereka menjadi target perilaku tidak menyenangkan karena mereka tidak memenuhi standar yang ditetapkan masyarakat pada umumnya. Masyarakat yang heteroseksis bahkan berusaha mengaburkan keberadaan mereka (Herek, 2004). Oleh karena itu, Meyer (1995) berpendapat bahwa kelompok gay menjadi sangat rentan pada stres kronis karena mereka kerap distigmatisasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 Dukungan sosial kemudian berperan sebagai agen penetral stres yang ditimbulkan akibat sikap negatif yang ditunjukkan oleh orang-orang di sekitar kelompok gay. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa dukungan sosial berkontribusi pada meningkatnya tingkat kesehatan mental kelompok gay (lihat Beals, Peplau, & Gable, 2009; Cohen & Wills, 1985; Griffith & Hebl, 2002; Kwon, 2013; Shilo & Savaya, 2011). Dukungan sosial juga dikatakan sebagai faktor pembentuk resiliensi pada kelompok gay (Kwon, 2013). Pengalaman menerima dukungan sosial akan menjadi unik antara gay satu dengan gay lainnya. Seperti yang pernah dinyatakan oleh Brouwer (1998), pengalaman selalu mengandung unsur kesayaan yang membuat tiap pengalaman menjadi subjektif. Subjektivitas pengalaman kemudian akan berkontribusi pada subjektivitas makna yang dikonstruksi pula. Memaknai pengalaman menerima dukungan sosial menjadi penting karena pemaknaan membantu kelompok gay untuk menyadari bahwa ada pola-pola dan koneksi dalam hidup mereka yang dapat membantu mereka mengembangkan perilaku adaptif dalam menghadapi lingkungan di sekitarnya (Heintzelman & King, 2014). Pernyataan Park (2010) mendukung ide tersebut, bahwa pemaknaan merupakan hal penting dalam menghadapi pengalaman yang berpotensi menimbulkan stres. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 Dukungan sosial Laki-laki gay Mengkonstruksi makna atas pengalaman menerima dukungan sosial Dampaknya pada kondisi psikologis dan tindakan kelompok gay Skema 2. Alur berpikir. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan cara untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dimiliki individu atau kelompok mengenai masalah sosial atau kemanusiaan (Creswell, 2009). Penelitian kualitatif dilakukan karena ada kebutuhan untuk mendengarkan suara-suara yang didiamkan (silenced voices) (Creswell, 2007). Kemudian, kebutuhan untuk memahami isu secara detail yang tidak bisa dijelaskan oleh statistik hanya dapat dilakukan dengan cara berbicara langsung dengan individu dan membiarkan mereka bercerita (Creswell, 2007). Penelitian kuantitatif memang memberikan informasi mengenai gambaran tren, asosiasi, atau hubungan kausal, namun ia tidak memberi alasan mengapa individu memberikan respons tertentu, dalam konteks apa individu merespons, dan pikiran apa yang memunculkan respons tersebut (Creswell, 2007). Oleh karena itu, penelitian kualitatif diperlukan untuk menggenapi penelitian-penelitian kuantitatif yang telah banyak dilakukan sebelumnya tentang topik ini. B. Pendekaran penelitian Pendekatan Penelitian yang dipilih peneliti adalah Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). IPA dipilih sebagai pendekatan penelitian untuk mengeksplorasi bagaimana individu memaknai dunia personal dan sosialnya secara 37 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 detail (Smith & Osborn, 2008). IPA juga berfokus pada mencoba memahami suatu fenomena dari sudut pandang individu yang mengalami fenomena tersebut (Smith & Osborn, 2007). Oleh karena itu, IPA menjadi pendekatan yang tepat untuk penelitian ini. C. Fokus Penelitian Fokus dalam penelitian ini adalah eksplorasi pengalaman menerima dukungan sosial dan makna yang dikonstruksi atas pengalaman tersebut. Jika selama proses wawancara peneliti menemukan hal lain di luar dua titik fokus utama penelitian ini, maka data tersebut akan digunakan sebagai data tambahan hasil penelitian. D. Informan dalam Informan Penelitian penelitian ini merupakan tiga gay yang telah mengungkapkan orientasi seksualnya dan menerima dukungan sosial setidaknya dari orang terdekat. Kriteria tersebut ditentukan oleh peneliti karena peneliti harus memilih informan yang paling dapat membantu peneliti dalam memahami masalah yang diteliti (Creswell, 2009). Proses pencarian informan dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara. Pertama, peneliti menghubungi laki-laki gay yang secara terbuka mengungkap orientasi seksualnya kepada peneliti. Kedua, peneliti menghubungi orang yang memiliki teman seorang gay. Individu gay yang telah bersedia menjadi informan penelitian ini kemudian bertemu secara langsung dengan peneliti untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 mendapatkan penjelasan lebih lanjut tentang tujuan penelitian ini. Dalam pertemuan tersebut, peneliti berusaha membangun kepercayaan informan dengan banyak bertanya tentang keseharian informan serta menceritakan berbagai hal tentang peneliti kepada informan. Selain itu, peneliti juga menjelaskan tentang hak dan kewajiban informan saat berpartisipasi dalam penelitian ini. E. Instrumen Penelitian Data didapatkan dari wawancara semi terstruktur secara personal. Wawancara semi terstruktur digunakan peneliti agar tetap memiliki panduan yang jelas tentang topik wawancara, namun juga bebas mengeksplorasi data sesuai dengan jawaban yang diberikan informan. Oleh karena itu, proses wawancara menjadi lebih fleksibel. Dua pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah pertanyaan terkait pengalaman mendapat dukungan sosial dan makna dukungan sosial yang diterima. F. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dilakukan peneliti dalam beberapa tahap sebagai berikut: 1. Peneliti mencari dan menentukan informan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. 2. Pembahasan tentang isi dan penandatanganan informed consent. Informed consent yang telah ditandatangani berisi identitas peneliti, tujuan penelitian, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 metode pengumpulan data, hak dan kewajiban informan, kerahasiaan data, dan pernyataan kesediaan informan untuk berpartisipasi dalam penelitian. 3. Melakukan wawancara dengan masing-masing informan di waktu dan tempat yang telah disepakati bersama. 4. Membuat transkrip wawancara. 5. Melakukan analisis pada transkrip yang telah diperoleh. G. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode IPA berdasarkan buku Smith, Flowers, dan Larkin (2009). Berikut adalah tahap-tahap analisisnya. 1. Membaca transkrip Tahap pertama analisis dimulai dengan membaca dan membaca ulang transkrip yang telah dibuat. Tahap ini perlu dilakukan karena untuk memasuki dunia informan, peneliti harus secara aktif berinteraksi dengan data yang telah dikumpulkan. Membaca ulang juga membantu peneliti untuk memahami bagaimana narasi mengikat bagian-bagian tertentu dalam hasil wawancara. 2. Memberi catatan pada transkrip Tahap kedua pada analisis ini dilakukan dengan memberi catatan tentang hal yang menarik dari transkrip. Tahap ini membantu peneliti untuk mengidentifikasi bagaimana informan berbicara, memahami, dan berpikir tentang suatu fenomena. Catatan yang diberikan dapat berupa hal-hal yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 penting bagi informan, kata kunci dari jawaban informan, dan bagaimana informan memandang hal-hal yang disebutkan dalam jawabannya. Catatan yang diberikan pada transkrip tersebut disebut exploratory comments/notes. 3. Mengembangkan tema-tema dari transkrip Di tahap ketiga, peneliti harus mengembangkan exploratory comments menjadi tema-tema yang lebih abstrak. Tema-tema tersebut akan digunakan untuk memetakan hubungan dan pola antara exploratory comments. Di titik ini, tema tidak hanya merefleksikan pikiran dan pandangan informan, tetapi juga interpretasi peneliti. 4. Mencari koneksi antartema Pada tahap ini, peneliti telah mendapatkan tema-tema yang muncul dari transkrip informan. Kemudian, peneliti harus mencari hubungan antara tematema tersebut dengan cara mengorganisir tema-tema yang telah didapatkan menjadi beberapa kelompok tema yang saling berhubungan. 5. Menganalisis kasus selanjutnya Pada tahap ini, peneliti harus mengulangi proses di atas pada transkrip informan kedua, ketiga, dan seterusnya. Smith et al. mengatakan bahwa pada tahap ini transkrip tiap informan harus dianalisis secara terpisah dan tidak mencampuradukkan tema-tema yang telah ditemukan sebelumnya dengan tema pada transkrip yang sedang dianalisis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 6. Menemukan pola pada kasus-kasus yang telah dianalisis Pada tahap ini, peneliti harus mencari pola yang dapat menghubungkan tema-tema yang telah didapatkan dari transkrip tiap informan. H. Kualitas Penelitian Yardley (2008) menyatakan bahwa “the validity of research corresponds to the degree to which it is accepted as sound, legitimate, and authoritative by people with an interest in research findings” (hlm. 235). Pernyataan tersebut mengimplikasikan bahwa sebuah penelitian dapat dikatakan berkualitas (atau valid, kredibel) jika penelitian tersebut dianggap kuat, bebas dari kesalahan, sesuai dengan tujuan awal, masuk akal, dan menunjukkan pemahaman yang benar atas topik yang diteliti. Untuk mencapai kualitas tersebut, hal-hal berikut harus diperhatikan (Yardley, 2008). 1. Sentivity to context Sensitivitas pada konteks dapat tampak dari berbagai cara, beberapa di antaranya adalah penggunaan literatur yang relevan dengan topik dan pemahaman atas kondisi informan dalam konteks lingkungan di mana penelitian dilaksanakan. Sebagai contoh, pemilihan lokasi wawancara yang dapat membuat informan bercerita secara bebas menunjukkan bahwa peneliti cukup sensitif atas kondisi informan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 2. Commitment and rigour Peneliti dapat menunjukkan komitmen dengan cara memerhatikan secara sungguh-sungguh apa yang diceritakan oleh informan dan juga data yang telah diperoleh. Komitmen juga dapat ditunjukkan dengan cara berusaha secara sungguh-sungguh untuk membuat informan merasa nyaman dalam proses penelitian. Sedangkan, ketepatan dalam penelitian dapat ditunjukkan dengan cara mengikuti langkah analisis sesuai dengan prosedur yang terdapat dalam literatur yang digunakan. 3. Coherence and transparency Koherensi dapat dilihat dari komponen-komponen dalam sebuah penelitian yang saling berkaitan, argumen-argumen yang dibangun haruslah berhubungan, atau konsistensi penelitian secara keseluruhan. Sedangkan transparansi berarti orang lain dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang langkah-langkah yang telah dilakukan dalam penelitian. 4. Impact and importance Sebuah penelitian dapat dikatakan berkualitas jika penelitian tersebut dilakukan karena adanya urgensi dan hasil yang diperoleh dapat memberikan manfaat. Manfaat penelitian dapat berupa manfaat praktis yang bisa langsung diaplikasikan pada suatu kasus atau manfaat teoretis yang membantu orang lain untuk memahami suatu kasus lebih jauh. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan bantuan tiga informan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur. Sebelum proses pengumpulan data dilakukan, peneliti telah berhubungan dengan masing-masing informan. Proses interaksi yang dilakukan sebelum pengumpulan data dilakukan dalam rangka membangun kepercayaan informan dan penjelasan isi informed consent. Berikut adalah rangkaian proses wawancara yang telah dilakukan: Tabel 1 Jadwal Wawancara yang Telah Dilakukan Waktu Kegiatan 24 Januari 2016 Wawancara dengan Informan 1 12 Februari 2016 Wawancara dengan Informan 2 14 Maret 2016 Wawancara dengan Informan 3 44 Tempat Kafe di wilayah DIY Kafe di wilayah DIY Perpustakaan di wilayah DIY PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 B. Profil Informan Berikut adalah data demografis para informan dalam penelitian ini: Informan 1 Informan 2 Informan 3 B LN PRHR Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-Laki Tanggal lahir 23-03-1990 11-09-1993 11-09-1992 25 tahun 22 tahun 23 tahun S1 SMA SMA Pekerjaan Karyawan swasta Mahasiswa Mahasiswa Urutan Anak ke-4 dari 4 Anak ke-3 dari 3 Anak pertama bersaudara bersaudara dari 2 bersaudara Inisial Usia Pendidikan terakhir kelahiran Data Keluarga Inisial ayah Usia ayah Pendidikan terakhir ayah Pekerjaan ayah Inisial ibu Usia ibu Pendidikan terakhir ibu Pekerjaan ibu Inisial anak pertama Jenis kelamin Usia Pekerjaan SS YL (almarhum) NKT 64 tahun Meninggal dunia 50 tahun STM SMA SMA Wiraswasta Karyawan swasta Wiraswasta SL MM CS 62 tahun 55 tahun 48 tahun SMEA SMA SMA PNS (pensiun) Ibu rumah tangga Wiraswasta I VC Informan Perempuan Perempuan - 39 tahun 38 tahun - Ibu rumah tangga PNS - PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 Inisial anak R N MDCH Perempuan Laki-laki Laki-Laki 35 tahun 35 tahun 22 tahun PNS PNS Mahasiswa S Informan - Perempuan - - 30 tahun - - Karyawan Swasta - - Informan - - Jenis kelamin - - - Usia - - - Pekerjaan - - - kedua Jenis kelamin Usia Pekerjaan Inisial anak ketiga Jenis kelamin Usia Pekerjaan Inisial anak keempat 1. Informan 1 (B) Informan 1 adalah seorang laki-laki yang lahir di Purworejo, 25 tahun silam. Ia adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Tiga kakaknya berjenis kelamin perempuan dan telah menikah. Saat ini, informan tinggal bersama kakak keduanya di Yogyakarta sembari berkarier di salah satu perusahaan swasta di Yogyakarta. Informan 1 mengaku bahwa ada beberapa orang yang mengetahui orientasi seksualnya. Orang-orang yang telah mengetahui orientasi seksualnya adalah beberapa teman dekat, baik di kantor maupun di luar kantor. Walaupun begitu, Informan 1 mengatakan bahwa ia tidak secara sengaja mengungkapkan orientasi seksualnya kepada beberapa temannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 Beberapa teman Informan 1 mengetahui tentang orientasi seksualnya ketika secara tidak sengaja membaca pesan singkat dari pasangan Informan 1. Setelah insiden tersebut, akhirnya Informan 1 mengaku bahwa ia adalah seorang gay ke teman-temannya tersebut. Menurut Informan 1, teman-teman yang pada akhirnya mengetahui orientasi seksualnya tampak dapat menerima Informan 1, walaupun salah satu temannya masih menunjukkan sikap tidak percaya dan cenderung ingin mengubah orientasi seksual Informan 1. 2. Informan 2 (LN) Informan 2 adalah seorang mahasiswa tingkat akhir berusia 22 tahun. Informan 2 yang lahir di salah satu kota di Kalimantan Timur ini adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kesibukannya saat ini adalah mengerjakan tugas akhir untuk mendapat gelar sarjana di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Informan 2 adalah orang yang cukup terbuka dengan orang lain. Informan 2 mengaku bahwa sebagian besar orang yang dia kenal telah mengetahui orientasi seksualnya. Berdasarkan cerita Informan 2, tidak semua orang yang tahu tentang orientasi seksualnya adalah orang-orang yang secara sengaja diberitahu oleh Informan 2. Menurut Informan 2, beberapa orang menebak orientasi seksualnya berdasarkan perilaku Informan 2 yang memang cukup lemah lembut. Selain itu, Informan 2 juga menceritakan orientasi seksualnya dengan sengaja ke banyak orang. Informan 2 mengaku bahwa ia dapat diterima dengan cukup baik oleh teman-temannya yang telah tahu, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 terutama oleh teman-teman perempuannya. Sedangkan, Informan 2 merasa bahwa ia masih harus menjaga sikap ketika berhadapan dengan teman lakilakinya. 3. Informan 3 (PRHR) Informan 3 adalah pemuda Bali berusia 23 tahun. Saat ini Informan 3 sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Informan 3 adalah anak sulung dari dua bersaudara. Menurut Informan 3, orang tuanya saat ini telah bercerai dan ia bersama adiknya tinggal bersama ibunya jika pulang ke Bali. Sama dengan Informan 2, Informan 3 juga terbuka tentang orientasi seksualnya. Informan 3 mengaku bahwa sebagian besar teman-temannya di organisasi dan kampus telah mengetahui orientasi seksualnya. Informan 3 mengaku bahwa ia secara sengaja mengungkapkan orientasi seksualnya. Walau begitu, menurut Informan 3, ada orang-orang yang tidak mengetahui orientasi seksualnya langsung darinya, namun dari cerita orang lain. Informan 3 mengatakan bahwa ia sebenarnya tidak terlalu paham apakah homoseksualitas itu diterima atau ditolak dalam masyarakat. Akan tetapi, Informan 3 mengaku bahwa sebagian besar orang yang mengetahui tentang orientasi seksualnya dapat menerimanya dengan baik. Hal tersebut membuat Informan merasa bahwa ia harus berfokus pada kebaikan-kebaikan yang telah ia terima dibandingkan dengan sikap negatif yang ditunjukkan beberapa orang terkait orientasi seksualnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 C. 1. Analisis Data dan Hasil Informan 1 (B) Informan 1 adalah seorang gay yang tidak terlalu terbuka tentang orientasi seksualnya. Tidak adanya alasan kuat untuk mengungkapkan orientasi seksual membuat Informan 1 enggan untuk mengungkapkan hal tersebut kepada orang lain. Namun, Informan 1 mengaku bahwa ada beberapa orang yang mengetahui orientasi seksualnya. Beberapa orang yang mengetahui orientasi seksualnya terdiri dari teman-teman baik di tempat ia bekerja maupun di luar lingkungan kerjanya. Menurut Informan 1, ia menerima dukungan sekaligus sikap negatif terkait orientasi seksualnya. Sikap negatif yang ditunjukkan oleh teman Informan 1 berupa sikap tidak percaya dan upaya pengubahan orientasi seksual Informan 1. Sikap negatif tersebut ditunjukkan teman Informan 1 karena ia merasa bahwa homoseksualitas adalah hal yang kurang baik. Adanya sikap negatif dari teman Informan 1 tercermin dalam kalimat-kalimat seperti “dia nganggep ‘ini’ sesuatu yang kurang baik” dan “dia nyaranin, apa ya, pacaran sama cewek, misalnya”. Sikap negatif yang ditunjukkan orang lain tentu menimbulkan efek. Menurut Informan 1, sikap negatif yang diterima membuatnya merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan Informan 1 diekspresikan dalam kata “terganggu” dan “unstable” ketika bercerita tentang pengalamannya. Walaupun begitu, Informan 1 memilih untuk tidak mengacuhkan sikap-sikap negatif yang ditunjukkan orang-orang kepadanya. Informan 1 merasa bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 sikap-sikap negatif tersebut tidak harus selalu didengarkan. Dalam kasus sikap negatif berupa upaya pengubahan orientasi seksual yang ditunjukkan teman Informan 1, ia merasa bahwa ia memiliki kontrol untuk memilah komentar-komentar yang diterima terkait orientasi seksualnya. Ketidaknyamanan dan rasa memiliki kontrol untuk memilah sikap negatif yang diterima tercermin dalam kalimat-kalimat berikut. Kalo misalnya yang aku nganggep bukan sebuah dukungan dari orang yang misalnya dia tau, tapi blaming, menyalahkan, intinya malah itu bikin aku jadi gak nyaman. Ya otomatis satu sisi hidupku terganggu dong, unstable, yang pastinya juga bisa merembes ke sisi hidup yang lain. Ya itu cuma saran kan. Ujung-ujungnya terserah aku mau, eeh, nerima, mau nolak atau maksudnya mau nerima tapi nggak merealisasikan sarannya dia. Ujungnya terserah saya gitu. Efek negatif yang timbul dari adanya sikap negatif yang ditunjukkan terkait orientasi seksual Informan 1 berpengaruh atas cara Informan 1 memandang lingkungannya. Informan 1 cenderung tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya sehingga ia enggan untuk mengungkapkan orientasi seksualnya, bahkan ketika ia sedang berada di lingkungan gay. Ketidakyakinan bahwa orang-orang di sekitarnya dapat menjaga privasi menjadi alasan Informan 1 untuk terus menyembunyikan orientasi seksualnya. Selain itu, Informan 1 juga merasa bahwa ia tidak memiliki kekuatan untuk mengubah cara pandang orang-orang di sekitarnya tentang homoseksualitas. Selain menerima sikap negatif, Informan 1 juga menerima dukungan dari beberapa orang yang mengetahui orientasi seksualnya. Menurut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 Informan 1, salah satu temannya cenderung terbuka dan tidak mencampuri urusannya terkait orientasi seksualnya. Sikap teman Informan 1 yang tidak berusaha untuk terlalu terlibat dalam hidupnya dianggap sebagai bentuk dukungan oleh Informan 1. Informan 1 bahkan mengatakan bahwa bentuk dukungan seperti itulah yang ia perlukan, dukungan berupa pembiaran dan tidak dicampuri urusannya. Dukungan yang diterima dan adanya kebutuhan untuk menerima dukungan seperti di atas tercermin dalam kalimat-kalimat berikut. Yang satunya, eeh, ya udah, eeh, istilahnya hidup, hidup kamu, saya cukup tau ... Ya se-simple temenku yang tadi. Se-simple kayak temenku yang, yang, tipe yang satunya tadi yang dia cuma sekedar oke cukup tau. Itu doang sih menurutku udah cukup sih, dan gak ikut campur, udah sih menurutku itu cukup. Efek dari dukungan yang diterima oleh Informan 1 adalah timbulnya rasa senang. Informan 1 mengatakan bahwa ia merasa bersyukur ketika ada orang yang mengetahui orientasi seksualnya namun tidak dengan sengaja membocorkan informasi tersebut kepada orang lain. Upaya orang lain dalam tidak terlalu mencampuri urusan Informan 1 serta menjaga privasinya membuat Informan 1 merasa nyaman. Selain rasa nyaman, Informan 1 juga merasakan keseimbangan dalam hidupnya ketika menerima dukungan dari orang lain terkait orientasi seksualnya. Kalimat-kalimat seperti “ya seneng aja ada orang yang bisa menghargai kita apa adanya” dan “ya itu tentu saja berarti karena dia menghargai aku bisa nyaman, hidupku balance gitu lho, semua sisinya bisa balance” menggambarkan efek dari dukungan yang diterima oleh Informan 1. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 Afek positif yang dirasakan Informan 1 ketika menerima dukungan kemudian membuat ia memaknai dukungan yang diterima dengan positif pula. Informan 1 memaknai dukungan bukan sekadar diterima sebagai seorang gay, tetapi juga dibiarkan untuk menjadi diri sendiri tanpa dicampuri urusannya. Selain itu, Informan 1 juga memaknai dukungan yang diterima sebagai manifestasi dari adanya pengakuan, penghormatan, dan penghargaan atas kehidupan pribadinya. Berikut adalah kalimat-kalimat yang menunjukkan makna yang dikonstruksi Informan 1 atas dukungan yang diterima. Aku sih nganggepnya sebagai bentuk ini ya, rasa, rasa hormat, saling menghargai gitu ya ... Nggak cuma menerima ya, maksudnya sampe ke level ‘oh ya udah’ gak ikut campur, ‘oh ya udah itu urusan kamu’, kayak gitu, menurutku malah itu yang aku sebut dukungan. Pengalaman menerima baik dukungan maupun sikap negatif membawa kesadaran bahwa tidak semua orang akan menunjukkan penolakan pada Informan 1 terkait orientasi seksualnya. Informan 1 sadar bahwa di satu sisi orang-orang akan berusaha mengubah orientasi seksualnya, namun ada juga orang yang dapat menerimanya dengan baik. Walau begitu, Informan 1 tidak serta merta mengungkapkan orientasi seksualnya sembarangan. Ketakutan atas sikap negatif dari orang lain membuat Informan 1 mengaku bahwa ia tetap akan menyembunyikan orientasi seksualnya, bahkan ketika ia sedang berada di lingkungan sesama gay. Informan 1 juga merasa nyaman ketika menyembunyikan orientasi seksualnya karena terhindar dari sikap negatif yang ditunjukkan orang lain. Informan 1 merasa bahwa ia harus benar-benar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 mempercayai seseorang sebelum ia bisa mengungkapkan orientasi seksualnya. Menurut Informan 1, orang yang boleh tahu tentang orientasi seksual Informan 1 adalah orang yang menurutnya terbukti bisa menjaga rahasia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 Sikap positif (dukungan) Sikap negatif Informan 1 Keinginan untuk menjadi diri sendiri, diakui, dihargai Tekanan sosial Bersikap indifferent atas sikap negatif Merasakan afek negatif ketika menerima sikap negatif Sulit memercayai lingkungan; tidak memiliki power untuk mengubah lingkungan Merasakan afek positif ketika didukung; hidup seimbang Memaknai dukungan sebagai bentuk pengakuan, penghormatan, penghargaan Menyadari perbedaan reaksi Ingin privasi terjaga; ketakutan akan reaksi negatif jika orientasi seksual terungkap Memilih untuk tidak mengungkap orientasi seksual walaupun di lingkungan yang mendukung; mengungkap orientasi seksual secara selektif Skema 3. Dinamika psikologis yang terjadi ketika Informan 1 menerima dukungan sosial. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 2. Informan 2 (LN) Informan 2 adalah gay yang cukup terbuka pada banyak orang, terutama teman-teman dekatnya. Informan 2 bahkan merasa bahwa ia terlalu mudah dalam mempercayai orang lain sehingga seringkali ia merasa menyesal setelah mengungkapkan orientasi seksualnya kepada orang yang ternyata tidak dapat menerima dirinya. Walaupun Informan 2 cukup terbuka pada teman-temannya, hingga saat ini ia masih belum berani mengungkapkan orientasi seksualnya kepada anggota keluarga intinya. Informan 2 sempat mencoba untuk mengangkat topik tentang homoseksualitas saat sedang bersama saudaranya, namun ternyata saudaranya menunjukkan ketidaksukaan pada topik tersebut. Informan 2 mengaku bahwa ia mendapat baik dukungan maupun sikap negatif dari orang-orang di sekitarnya. Menurut Informan 2, sikap negatif yang ditunjukkan orang-orang kepadanya berupa cemoohan dan upaya pengubahan orientasi seksualnya. Hingga saat ini, sikap negatif yang diterima oleh Informan 2 sebagian besar ditunjukkan oleh teman laki-lakinya. Upaya untuk menjaga sikapnya menjadi sebuah keharusan bagi Informan 2 saat ia sedang bersama teman laki-lakinya. Kalimat-kalimat seperti “trus sudah deh dari a sampe z yang hina-hinaan” dan “ada perlakuan yang beda sih dari temen-temen cowok” mencerminkan pengalaman Informan 2 saat menerima sikap negatif. Sikap negatif yang ditunjukkan orang lain membawa efek negatif pada diri Informan 2. Informan 2 menilai bahwa sikap negatif orang lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 terhadapnya membuat ia tidak nyaman. Hinaan dan stereotip yang menempel pada kelompok gay membuat ia merasa bingung harus bersikap bagaimana di tengah masyarakat. Informan 2 bahkan merasa bahwa sikap-sikap negatif yang ditunjukkan orang lain itu merupakan bentuk dari dehumanisasi. Hal tersebut membuat Informan 2 melihat lingkungannya sebagai tempat yang membuatnya cukup tidak nyaman. Informan 2 mengekspresikan perasaannya saat menerima sikap negatif dengan kalimat “aku kayak gak nyaman gitu kan sama masyarakat yang, ih, kok judgmental banget” dan “mau nunjukkin, yaaa, aku juga manusia”. Adapun sikap negatif tidak hanya datang dari orang lain di sekitar Informan 2. Informan 2 pun pernah menunjukkan sikap negatif ke orientasi seksualnya dengan penyangkalan, terutama di saat-saat sebelum menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Namun, penyangkalan tersebut diikuti oleh rasa tidak nyaman pada diri Informan 2. Perasaan bahwa “ini bukanlah diri saya yang sebenarnya” kerap muncul saat Informan 2 berusaha untuk menampilkan citra maskulin di hadapan orang lain. Informan 2 sadar bahwa ia berperilaku tidak seperti laki-laki lain. Hal tersebut mulai berubah saat Informan 2 menduduki bangku perkuliahan. Informan 2 mulai berani mengeksplorasi orientasi seksualnya dan menerima dirinya sendiri. Pengalaman mengeksplorasi dan menerima diri sendiri menjadi titik awal sikap Informan 2 yang cenderung tidak mengacuhkan sikap-sikap negatif yang tertuju pada dirinya. Upaya Informan 2 dalam menyangkal orientasinya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 serta perubahan sikapnya terhadap sikap negatif yang muncul tergambarkan dalam kalimat-kalimat berikut. Awalnya dulu aku nyoba kayak, uuh, harus act like the man, I’m the man, so I act like, ya udah kayak, uuh, jantan banget ... Sampe akhirnya aku yang kuliah ke sini, jauh dari orang tua itu, itu baru rasanya keeksplor, ya, I have to accept myself, ya aku terima diriku kayak apa, kayak gitu ... Makanya trus aku jadi berani, jadi orang misalnya ngece, kalo udah gede gini ya, ya terserah, gitu kan, whateveeer. Kayak, apa sih, it’s so yesterday, I don’t care. Menunjukkan sikap tidak acuh terhadap sikap-sikap negatif yang tertuju padanya tidak berarti Informan 2 terbebas dari perasaan-perasaan negatif akibat dari sikap negatif tersebut. Rasa takut akan sikap negatif jika orientasinya terungkap masih menghantui Informan 2. Ketakutan tersebut terutama ditujukan pada sikap negatif yang akan ditunjukkan oleh keluarganya. Rasa takut ini tentu bukan tanpa alasan. Informan 2 mengaku bahwa ia pernah mencoba untuk mengangkat topik tentang homoseksualitas saat berbincang dengan saudaranya. Ternyata, sikap yang ditunjukkan oleh saudara Informan 2 cenderung negatif. Mereka menolak untuk membahas topik tersebut. Lebih jauh, Informan takut akan reaksi negatif yang ditunjukkan oleh orang tuanya. Kesadaran akan sikap orang lain terkait orientasi seksual dan ketakutan yang muncul akibat kesadaran tersebut membuat Informan 2 enggan mengungkapkan orientasi seksual tidak hanya kepada anggota keluarga, namun juga orang lain yang menunjukkan sikap negatif. Kalimat-kalimat berikut menggambarkan ketakutan yang dirasakan Informan 2. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 Yang hubungan darahnya dekat malah sebenarnya mereka kayak gak tau apa-apa gitu. Takut sih sebenarnya bilang sama, eeh, orang tua atau saudara kandung gitu ... Soalnya pernah sih, nyoba kan, kayak nyerempet-nyerempet gitu kan, dan kakakku yang paling pertama itu kayak, kamu ngomong apa sih? Apa lah gitu, pokoknya reaksinya negatif lah ya ... Belum pernah ngomong, Ma, aku gay. Nanti dia (memeragakan bunuh diri), belum. Selain menerima sikap negatif yang membuat Informan 2 tidak nyaman, ia juga menerima dukungan dari orang-orang di sekitarnya, khususnya dari teman-teman perempuannya. Informan 2 merasa bahwa teman-teman perempuannya lebih terbuka tentang homoseksualitas dibandingkan dengan teman-teman laki-lakinya. Informan 2 juga merasa bahwa teman-teman perempuannya bisa menerima kegilaannya. Selain teman-teman perempuannya, sepupunya juga dapat menerima Informan 2 dengan cukup baik. Dukungan yang dibutuhkan dan diterima Informan 2 sejauh ini berbentuk penerimaan dan didengarkan. Ada afek positif yang dirasakan Informan 2 saat menerima dukungan dari orang di sekitarnya. Informan 2 merasa sangat senang dengan adanya dukungan dari teman-temannya. Rasa syukur dan terima kasih diutarakan Informan 2 untuk menggambarkan betapa ia senang dengan apa yang telah ia dapat dari teman-temannya. Dengan dukungan yang diterima, Informan 2 merasa bebas menjadi dirinya sendiri, termotivasi untuk melakukan banyak hal dan mewujudkan banyak mimpi. Informan 2 merasa termotivasi untuk melawan stigma yang ditujukan pada kelompok gay. Informan 2 merasa berdaya. Efek positif yang dirasakan oleh Informan 2 dari dukungan yang diterima tergambarkan dari kalimat-kalimat berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 Bersyukur banget kalau misalnya mereka dengan karakter aku, mereka bisa berinteraksi kayak biasa aja, nyapa, apa lah pokoknya, itu udah, udah rasanya udah, oh thanks God, terima kasih ... Aku mau membuktikan ke orang-orang kalo sebenarnya, ya mereka mungkin pertama mereka gak terima, aku nunjukkin kalo sebenernya aku gay, tapi aku ya biasa aja, aku orangnya normal, dalam hal maksudnya, yaa, aku gak melakukan hal-hal aneh ... Banyak yang nerima rasanya lebih termotivasi ya, rasanya pengen ngelakuin apa aja, jadi banyak mimpi dalam hal segala macam. Dukungan yang diterima Informan 2 dimaknai sebagai beberapa hal. Pertama, Informan 2 memaknai dukungan yang diterima sebagai hal yang mengagetkan. Informan 2 tidak menyangka bahwa ia bisa diterima dengan baik oleh teman-temannya. Kedua, dukungan yang diterima dimaknai sebagai bentuk diperlakukan sama dengan orang lain. Ketiga, dukungan yang diterima dimaknai sebagai cermin yang merefleksikan bahwa tidak semua orang akan menunjukkan sikap negatif maupun positif. Refleksi tersebut membuat Informan 2 merasa harus lebih hati-hati dalam bertindak. Efek positif dan pemaknaan Informan 2 atas dukungan yang diterima membuat ia memandang lingkungannya sebagai tempat yang terbuka. Kalimat-kalimat berikut sekiranya dapat menggambarkan pemaknaan Informan 2 atas dukungan yang diterima dan bagaimana ia memandang lingkungannya setelah menerima dukungan. Aku juga memandang itu sebagai, eeh, cermin juga buat aku karena tadi kan aku udah, misal udah terbuka, ada yang terima, ada yang gak terima, ada yang kaget, dan segala macam kayak gitu kan. Ya aku merasa berarti ya memang keadaan aku tuh gak semua orang bisa terima kayak gitu kan. Maka, ya mana mungkin kayak, ya aku harus lebih hati-hati lagi. Wah aku diterima, kayak gitu rasanya kayak, oh Tuhanku, rasanya senang, makanya tuh kayak masa depan tuh ada aja jalan terbuka. Jadi kayak nggak takut lagi bilang aku gay. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 Selain keberanian yang timbul setelah mempersepsi lingkungannya sebagai tempat yang lebih terbuka, pengungkapan orientasi seksual yang dilakukan Informan 2 juga dilakukan atas dasar rasa nyaman dan percaya. Informan 2 akan berusaha untuk mencari tahu terlebih dahulu tentang apakah lawan interaksinya merupakan orang yang dapat dipercaya atau tidak. Hal tersebut membuat Informan 2 mulai selektif ketika akan mengungkap orientasi seksualnya, walaupun ia mengaku bahwa sudah banyak orang yang mengetahui tentang dirinya. Keinginan untuk mengungkap orientasi seksualnyapun tidak hanya didasari rasa percaya, namun juga rasa nyaman ketika ia telah mengungkap identitasnya yang otentik. Ada kelegaan yang dirasakan Informan 2 saat ia mengatakan yang sebenarnya tentang siapa dirinya. Perilaku mengungkap orientasi seksual dan apa yang dirasakan Informan 2 cukup tergambar dalam kalimat-kalimat berikut. Dari ngobrol sih sampe akhirnya rasanya ini orang kayaknya mudah dipercaya, eh, bisa dipercaya gitu. Trus sampe ini ya udah mutusin untuk ngomong ... Jadi kayak ngerasa kalo dengan aku bilang itu rasanya kayak lega gitu sih. Eeh, jadi kayak kan selama ini istilahnya kayak disimpan gitu ya, karena kayak disembunyiin gitu kan, takut orang tau, trus orang cuma berasumsi, sampe akhirnya ngomong sendiri trus itu, itu kayaknya lega, trus rasanya jadi nyaman. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 Sikap positif (dukungan) Sikap negatif Informan 2 Nonkonformitas gender; menyadari perbedaan sikap atas nonkonformitas gender dan orientasi seksual Menghindari pemicu konflik; upaya menjaga harmoni Denial Penerimaan diri Bersikap indifferent atas sikap negatif Merasakan afek negatif ketika menerima sikap negatif; merasa menjadi obyek dehumanisasi Merasakan afek positif ketika menerima dukungan; merasa bebas menjadi diri otentik; merasa berdaya Melihat lingkungan sebagai tempat yang mengancam Memaknai dukungan sebagai penerimaan, diperlakukan sama, dan bahan refleksi Ketakutan akan sikap negatif jika orientasi seksual terungkap Melihat dunia sebagai tempat yang lebih ramah setelah menerima dukungan Menjaga privasi; menutup diri; mengungkap orientasi seksual secara selektif Mengungkap orientasi seksual atas dasar kenyamanan dan kepercayaan Merasakan afek positif sebagai efek dari pengungkapan orientasi seksual Skema 4. Dinamika psikologis yang terjadi ketika Informan 2 menerima dukungan sosial. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 3. Informan 3 (PRHR) Informan 3 adalah seorang mahasiswa kelahiran Bali yang cukup aktif baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus. Saat ini, Informan 3 sudah cukup jarang bertemu dengan teman-teman di kampusnya dikarenakan mereka telah berada di semester akhir perkuliahan. Kegiatan Informan 3 di luar kampus adalah berorganisasi di wihara tempat ia beribadah. Informan 3 adalah seorang Buddhis yang cukup taat dalam menjalankan ajaran Buddha. Terlepas dari ketaatannya beragama, Informan 3 mengaku bahwa ia sudah nyaman dengan hidupnya dan terbuka tentang dirinya yang sebenarnya kepada sebagian besar orang yang ditemuinya. Informan 3 mengaku bahwa sikap negatif yang diterimanya tidak lebih banyak dari dukungan yang diberikan orang lain. Hingga saat ini, sikap negatif yang diterima Informan 3 berbentuk saran-saran untuk mengubah orientasi seksualnya. Meski begitu, Informan 3 merasa tidak terganggu oleh sikap-sikap negatif yang ditunjukkan orang lain kepadanya. Informan 3 bahkan cenderung bersikap indifferent dan tenang ketika berhadapan dengan orang-orang yang menunjukkan sikap negatif. Ketidakacuhan Informan 3 disebabkan oleh keyakinannya bahwa setiap orang memiliki hak untuk mempercayai dan mengungkapkan apapun yang mereka yakini. Informan 3 juga percaya bahwa ketika ia memperlakukan orang lain dengan baik, maka orang lain juga akan memperlakukannya dengan baik. Kalimat-kalimat berikut menggambarkan sikap negatif yang ditunjukkan oleh orang lain pada Informan 3 dan bagaimana ia menghadapinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 Ya santai aja. Itu cara aku menghadapi ... Lah aku harus menanggapinya seperti apa, masa aku harus down gitu kan ... Ketika kita berteman, ketika kita dekat sama seseorang, seseorang kan akan lebih melihat apakah kamu merugikan dia atau tidak, kan? Ketika kita bisa memberikan manfaat dan kita bisa baik sama orang, orang pasti akan baik kepada kita, seperti itu ... Aku hanya berperilaku bahwa, kamu membutuhkan bantuan apa, aku akan memberikan bantuan itu, kamu, saya ingin diperhatikan sama orang, jadi saya akan memperhatikan orang melebihi apapun itu kan, sistemnya seperti itu. Jadi, selama kita oke sama orang, orang pasti juga akan baik sama kita, itu aja sih. Informan 3 memang tampak tidak terganggu dengan sikap negatif yang ditunjukkan orang lain. Namun, hal tersebut tidak lantas membuat Informan 3 tidak membutuhkan dukungan dari orang lain. Menurut Informan 3, ia membutuhkan dukungan saat sedang menghadapi masalah. Salah satu masalah yang membuat Informan 3 merasa sangat membutuhkan dukungan adalah saat ia menyukai seseorang. Kebutuhan akan dukungan tersebut tercermin dalam kebingunan yang dirasakan Informan 3 saat ia menyukai seseorang, namun ia tidak memiliki teman untuk bercerita dan meminta saran. Informan 3 merasa ia harus meminta saran kepada teman-temannya tentang bagaimana harus bertindak terhadap orang yang disukai. Saat Informan 3 sedang menghadapi masalah dan tidak menerima dukungan, maka ia akan merasa kebingungan. Hal tersebut tercermin dalam kalimat-kalimat berikut ini. Apa ya, waktu itu waktu dia di kost-an, karena sudah bingung berat mau cerita ke siapa, karena kan yang aku punya sekarang di Jogja waktu dulu pertama kali kan, temenku satu yang dari SD itu aja, sama satu lagi itu adekku. Nah, pada saat itu kan posisinya aku sedang suka sama, eeh, koko di wihara, udah lama banget, sekarang udah gak di Jogja lagi. Saat itu kan aku gak punya temen untuk cerita, satu-satunya cuman mereka berdua, ya kalo cuma cerita ke satu orang, gak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 menemukan solusi yang pas, gitu pada saat itu. Akhirnya, adekku nanya kenapa diem, di situlah, udahlah berani ajalah, ngaku-ngakulah, dia marah, marahlah, bodo amat. Dukungan dari orang-orang di sekitar terus mengalir dalam hidup Informan 3. Informan 3 mengaku bahwa sebagian besar orang yang ditemuinya memberi dukungan terkait orientasi seksualnya. Orang-orang yang mendukung Informan 3 ini terdiri dari teman-temannya di lingkungan kampus dan wihara. Hingga saat ini, dukungan yang diterima Informan 3 berbentuk penerimaan atas diri sebenarnya, diberi semangat dan solusi saat menghadapi masalah, dan didengarkan ceritanya. Ada perasaan-perasaan positif yang dirasakan oleh Informan 3 saat ia menerima dukungan. Informan 3 merasa bahwa ia dapat lebih bebas dalam menjadi dirinya sendiri. Kepura-puraan tidak harus ia lakoni. Topik pembicaraan yang terkait dengan homoseksualitas pun menjadi lebih cair, tidak menegangkan. Selain itu, Informan 3 merasa lebih bersemangat dalam menjalani hidupnya. Informan 3 pun merasa lebih ringan dalam menjalani hidup. Seakan beban berat yang dipikul Informan 3 terangkat saat ada yang mendukungnya. Lebih jauh, Informan 3 merasa beruntung karena memiliki teman-teman yang mau mendukungnya. Nukilan dari percakapan peneliti dan Informan 3 berikut ini dapat menggambarkan perasaan positif yang dirasakan Informan 3. Waktu dulu pertama kali dapat dukungan, temenku itu tau bahwa, terutama adikku ya, aku merasa lebih ringan aja melangkah. Jadi, seperti nggak takut gitu lho ... Hidup tanpa harus membohongi orang lain dan diri sendiri kan suatu kebahagiaan kan. Kita bisa melangkah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 lebih ringan ke mana aja. Mereka, mereka udah tau, aku tidak perlu berpura-pura, eh, harus suka sama perempuan atau bagaimana. Makna yang dibangun Informan 3 atas dukungan-dukungan yang diterimanya sangatlah positif. Dukungan-dukungan yang diterima dimaknai sebagai pemacu agar Informan 3 selalu bergerak maju tanpa memikirkan orientasi seksual dan sikap-sikap negatif yang diterimanya. Dukungandukungan yang diterima juga dimaknai sebagai penyemangat hidup Informan 3. Dengan adanya dukungan-dukungan tersebut, pandangan Informan 3 terhadap lingkungannya juga cenderung mengalami perubahan. Informan 3 merasa bahwa tidak semua orang menutup diri akan perbedaan. Lingkungan yang lebih terbuka dan lebih indah adalah hal yang dirasakan Informan 3 setelah menerima dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Pemaknaan dan perubahan pandangan Informan 3 tentang lingkungannya tergambar dalam kalimat berikut. Sebagai tombak untuk menghancurkan dinding yang besar, jika diibaratkan. Dalam artian ya, dukungan mereka itu seperti alat pemacu supaya aku bisa terus maju, gitu lho, tanpa memikirkan bahwa aku ini apa dan siapa. Dalam artian, ya, penyemangat hidup bisa dikatakan. Karena kan gak semua orang, gak semua kaum gay yang bisa mendapatkan orang-orang yang seperti itu ... Aku cuma bisa melihat bahwa nggak semua orang ternyata tertutup, kayak gitu. Semua orang mau menerima keadaan orang lain, itu yang bisa aku lihat sih duniaku sekarang ini. Dan bisa dikatakan duniaku menjadi lebih indah. Menerima baik sikap negatif maupun dukungan membuat Informan 3 menyadari perbedaan reaksi orang lain terkait orientasi seksualnya. Terkadang, ada saat-saat di mana Informan 3 dapat menilai apakah orang yang sedang dihadapinya adalah orang yang dapat menerima dirinya apa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 adanya atau tidak. Kesadarannya akan perbedaan reaksi orang lain terhadap orientasi seksualnya tidak membuat Informan 3 terus berdiam diri. Informan 3 merasa enggan untuk menyembunyikan orientasi seksualnya, walaupun ia tetap harus selektif dalam mengungkapkan hal tersebut. Keengganan tersebut didasarkan pada keinginan Informan 3 untuk menjadi dirinya sendiri, tanpa kepura-puraan, seperti yang tergambar dalam kalimat-kalimat berikut. Tapi selama ini aku punya temen atau apa, semuanya bisa nerima dan itu seperti ada feeling-nya kayak, kita ketemu sama seseorang, orang ini udah, ooh ini orang yang kalo aku jujur, dia bisa nerima, kalo ini kalo aku jujur dia akan begini, ooh kalo ini gak usah jujur sama yang ini, yang ini udah, gak usah dideketin, kayak gitu. Dalam artian seperti kayak menipu diri sendiri sih. Karena prinsipku selama tidak merugikan orang lain dan diri sendiri, lebih baik jujur aja. Toh jujur lebih baik ketimbang kita menipu diri sendiri, apalagi nipu orang, kayak gitu kan, akan membebani diri sendiri. Keinginan untuk menjadi diri otentik yang tidak harus selalu berpurapura di hadapan orang lain mendorong Informan 3 untuk mengungkap orientasi seksualnya. Tentu tidak semua orang bisa menerima hal tersebut. Walau begitu, ada hal positif yang dirasakan Informan 3 setelah ia mengungkapkan orientasi seksualnya. Informan 3 merasa lebih lega, dapat melangkah lebih ringan, dan dapat hidup tanpa harus selalu mengenakan topeng untuk menyembunyikan diri sebenarnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 Sikap positif (dukungan) Sikap negatif Informan 3 Membutuhkan dukungan saat menghadapi masalah Merasakan afek negatif ketika tidak menerima dukungan saat sedang menghadapi masalah Tidak merasa terganggu dengan sikap negatif; bersikap indifferent terhadap sikap negatif; menjaga relasi dengan orang yang menunjukkan sikap negatif Merasa bebas menjadi diri otentik; merasakan afek positif ketika menerima dukungan Memaknai dukungan sebagai pendorong dan penyemangat hidup Memandang lingkungan sebagai tempat yang terbuka dan indah Menyadari perbedaan reaksi terkait orientasi seksual Keinginan untuk menjadi diri otentik; keengganan untuk menyembunyikan orientasi seksual; kesadaran untuk mengungkapkan orientasi seksual secara selektif Mengungkap orientasi seksual Merasakan afek positif setelah mengungkapkan orientasi seksual Skema 5. Dinamika psikologis yang terjadi ketika Informan 3 menerima dukungan sosial. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 D. Pembahasan Salah satu temuan dalam perpektif biologis menyatakan bahwa urutan kelahiran berhubungan dengan kemungkinan bahwa individu adalah seorang gay (Blanchard & Bogaert, 1996). Semakin besar angka urutan kelahiran, maka semakin besar pula peluang bahwa individu tersebut adalah seorang gay (Blanchard & Bogaert, 1996). Walau begitu, temuan Blanchard dan Bogaert (1996) menunjukkan bahwa hal tersebut berlaku lebih kuat pada individu yang memiliki kakak laki-laki dari pada individu yang memiliki kakak perempuan. Adapun dua dari tiga informan merupakan anak bungsu dalam keluarganya sehingga hal tersebut mendukung temuan Blanchard dan Bogaert (1996). Namun, temuan Blanchard dan Bogaert (1996) tidak sepenuhnya berlaku pada Informan 1 karena semua kakaknya adalah perempuan. Temuan tersebut juga tidak berlaku pada Informan 3 yang merupakan anak sulung dalam keluarganya. Terkait pengalaman informan dengan lingkungannya, hasil wawancara menunjukkan bahwa dua dari tiga informan dalam penelitian ini merasakan penolakan dari orang-orang di sekitarnya. Penolakan tersebut seakan tak terelakkan mengingat hasil survei Pew Research Center (2014) yang menunjukkan bahwa 93% masyarakat Indonesia menunjukkan sikap negatif pada kelompok gay, begitu juga hasil survei LSI (2012) yang menunjukkan bahwa 80,6% masyarakat Indonesia merasa tidak nyaman ketika harus bertetangga dengan gay. Ketiganya menerima usulan untuk mengubah orientasi seksual mereka dengan berbagai cara, antara lain mencari obat, berpacaran dengan perempuan, atau mendekatkan diri ke PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 Tuhan. Tak hanya itu, Informan 2 bahkan menerima hinaan karena ia tidak memenuhi ekspektasi masyarakat akan peran gender maskulin. Agama kerap kali menjadi alat yang digunakan untuk memojokkan homoseksualitas. Informan 2 misalnya, ia menerima usulan agar dirinya mendekatkan diri ke Tuhan. Berbeda dengan Informan 3, walaupun tidak secara spesifik menyebut kata Tuhan, ia menerima saran untuk “kembali ke jalan yang benar”. Di Indonesia yang masyarakatnya masih sangat mengagungkan posisi agama (Pew Research Center, 2014), hal tersebut seringkali terjadi. Adanya usulan agar Informan 2 mendekatkan diri ke Tuhan supaya orientasi seksualnya berubah menunjukkan bahwa masyarakat beragama cenderung menganggap homoseksualitas sebagai dosa yang sengaja dipilih dan dapat dikontrol (HaiderMarkel & Joslyn, 2008). Orang yang tingkat religiositasnya tinggi cenderung menunjukkan ketertutupan terhadap homoseksualitas (Besen & Zicklin, 2007). Sebagai konsekuensi atas diterimanya sikap negatif terkait orientasi seksual, Informan 1 dan 2 merasakan ketidaknyamanan. Memang, sikap negatif dan tindak diskriminatif dari orang lain menjadi berbahaya bagi kelompok gay (Mays & Cochran, 2001). Sikap negatif dan tindak diskriminatif yang dilakukan orang lain membuat hidup kelompok gay terasa lebih sulit dan menghalangi mereka untuk hidup lebih penuh dan produktif (Mays & Cochran, 2001). Stigma-stigma yang ditempelkan pada kelompok minoritas inipun berkorelasi dengan buruknya tingkat kesehatan mental mereka (Meyer, 1995). Walaupun dua dari tiga informan menunjukkan ketidaknyamanan saat menerima sikap negatif, ketiga informan cenderung bersikap indifferent. Hal ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 dimungkinkan untuk terjadi karena ketiga informan telah menerima dukungan. Kwon (2013) menyatakan bahwa dukungan yang diterima kelompok gay dapat menurunkan reaktivitas mereka terhadap prasangka-prasangka dan sikap negatif yang ditunjukkan orang lain. Mekanisme stress buffer yang dinyatakan Cohen dan Wills (1985) bekerja dalam menurunkan reaktivitas akan prasangka dan sikap negatif tersebut (Kwon, 2013). Dalam kasus Informan 3, optimisme yang membuatnya percaya bahwa semua hal yang ia lakukan akan membuahkan hasil baik menurunkan reaktivitasnya terhadap sikap negatif orang lain (Scheier & Carver dalam Kwon, 2013). Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, mayoritas masyarakat Indonesia menunjukkan sikap negatif pada kelompok gay (LSI, 2012; Pew Research Center, 2014). Namun, ketiga informan menerima dukungan dari sebagian kecil orang yang tidak menunjukkan sikap negatif tersebut. Di Amerika Serikat, sikap positif atas hubungan sejenis memang mengalami peningkatan, terutama dalam isu pernikahan sejenis (Baunach, 2012; Lewis & Gossett, 2008). Akan tetapi, peneliti tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap positif masyarakat Indonesia pada kelompok gay juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun karena hasil survei LSI dan Pew Research Center yang menyatakan sebaliknya. Munculnya organisasi-organisasi yang mengadvokasi hak-hak kelompok gay serta adanya festival bertema homoseksualitas tidaklah cukup untuk menjadi bukti bahwa sikap positif terhadap kelompok gay di Indonesia mengalami peningkatan. Dari pengalaman yang diceritakan oleh ketiga informan, tampak jelas bahwa hampir seluruh pemberi dukungan adalah orang-orang di luar keluarga. Hal yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 sama ditemukan oleh Nesmith et al. (1999) yang menyatakan bahwa 77% pemberi dukungan berasal dari orang-orang di luar keluarga. Akan tetapi, hal tersebut menjadi wajar karena jumlah orang di luar keluarga jauh lebih banyak dibandingkan dengan anggota keluarga yang jumlahnya terbatas. Ketiadaan dukungan dari keluarga disebabkan oleh kelompok gay yang merasa takut akan reaksi negatif ketika mereka mengungkapkan orientasi seksual mereka. Dalam beberapa kasus, orang tua bahkan melakukan pengusiran dari rumah (Nesmith et al., 1999). Selain orang di luar keluarga, informan juga menerima lebih banyak dukungan dari perempuan. Survei Adamczyk dan Pitt (2009) mendukung hasil ini dengan menyatakan bahwa perempuan menunjukkan penerimaan yang lebih tinggi pada kelompok gay. Terkait jenis dukungan yang diterima, terdapat perbedaan antara Informan 2 dan 3 dengan Informan 1. Informan 2 dan 3 menerima dukungan berupa didengarkan dan diberi solusi atas permasalahannya, sesuai dengan konsep dukungan emosional dan informasional yang dinyatakan oleh Cutrona dan Gardner (2004), Schaefer, Coyne, dan Lazarus (1981), dan Wills dan Fegan (2001) (dalam Sarafino, 2008). Berbeda dengan Informan 2 dan 3, Informan 1 menerima dukungan berupa pembiaran dan tidak dicampuri urusan pribadinya. Bentuk dukungan tersebut tidak sesuai dengan 4 kategori dukungan yang telah disebutkan sebelumnya. Lebih jauh, para informan menyatakan bahwa dukungan-dukungan seperti yang telah mereka terimalah yang mereka butuhkan. Terlepas dari apakah bentuk dukungan yang diterima ketiga informan sesuai atau tidak dengan jenis dukungan yang telah disebutkan, dukungan-dukungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 tersebut menimbulkan efek positif pada diri ketiga informan. Dukungan yang diterima kelompok gay terbukti berkorelasi positif dengan tingkat penerimaan diri, pengungkapan diri, dan kesejahteraan psikologisnya (Shilo & Savaya, 2011). Dukungan sosial juga menjadi salah satu faktor dari resiliensi yang dapat menurunkan tingkat reaktivitas kelompok gay terhadap prasangka dan sikap negatif (Kwon, 2013). Selain itu, dukungan sosial juga berperan sebagai “tameng” atas kejadian yang dapat menimbulkan stres melalui mekanisme stress buffer (Cohen & Wills, 1985). Perbedaan antara pengalaman menerima dukungan sosial pada kelompok gay dan heteroseksual terlihat di sini. Pada kelompok gay, dukungan sosial bekerja dengan mekanisme stress buffer yang dinyatakan Cohen dan Wills (1985) seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Efek dari dukungan sosial sebagai stress buffer tampak dari sikap tidak acuh para informan pada sikap negatif yang diterima. Dalam konteks orientasi seksual, heteroseksual yang memenuhi ekspektasi masyarakat tentang orientasi seksual yang seharusnya dimiliki individu tentu menerima dukungan yang bekerja dengan mekanisme main effect. Artinya, heteroseksual tumbuh dalam lingkungan yang selalu memberi pengalaman positif dan memiliki peran yang dihargai masyarakat (Cohen & Wills, 1985). Lingkungan yang suportif tersebut tidak dirasakan oleh sebagian besar gay, khususnya dua dari tiga informan penelitian ini. Pengalaman menerima dukungan membuat para informan mengkonstruksi makna tertentu atas dukungan yang diterima. Para informan memaknai dukungan yang diterima sebagai bentuk penghargaan atas kehidupan pribadi, cermin untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 berefleksi, pemacu agar selalu bergerak maju dalam hidup, dan penyemangat hidup. Makna yang dikonstruksi atas dukungan yang diterima membuat para informan menyadari bahwa ada pola-pola dan koneksi tertentu dalam hidup mereka. Polapola dan koneksi ini akan membuat mereka belajar untuk lebih adaptif supaya dapat bertahan hidup (Heintzelman & King, 2014). Salah satu contoh perilaku adaptif yang dilakukan para informan adalah mengungkapkan orientasi seksual mereka secara selektif. Setelah menerima sikap negatif dan sekaligus dukungan serta memaknainya, timbul kesadaran pada para informan bahwa reaksi yang ditunjukkan orang lain terhadap orientasi seksual mereka berbeda-beda. Saat menerima sikap negatif, para informan merasakan afek negatif yang berujung pada penyembunyian orientasi seksual. Di lingkungan yang masyarakatnya tidak dapat menerima homoseksualitas, pengungkapan orientasi seksual selalu mengandung risiko (Legate et al., 2012). Kelompok gay menghadapi kemungkinan yang sangat besar dalam menerima stigma, penilaian negatif dan penolakan yang menghalangi mereka untuk mengungkapkan orientasi seksual mereka (Legate et al., 2012). Beberapa kasus bahkan melibatkan kekerasan verbal dan fisik (D’Augelli & Grossman, 2001). Dalam keadaan seperti itu, penyembunyian orientasi seksual menjadi strategi coping yang sangat umum digunakan (Meyer, 1995). Sebaliknya, di lingkungan yang cenderung suportif, pengungkapan orientasi seksual sangat dimungkinkan untuk terjadi. Dalam konteks organisasi, hasil penelitian yang dilakukan oleh Griffith dan Hebl (2002) menunjukkan bahwa organisasi dan rekan kerja yang menunjukkan dukungan pada kelompok gay PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 berkorelasi positif dengan tingkat pengungkapan orientasi seksual para gay yang bekerja di organisasi tersebut. Para informan mengaku bahwa mereka akan mengungkapkan orientasi seksual mereka pada orang-orang yang dapat mereka percaya. Rasa nyaman ketika berinteraksi juga menjadi salah satu pendorong pengungkapan orientasi seksual para informan. Pernyataan Legate et al. (2012) sesuai dengan hal ini, bahwa kelompok gay merasa lebih diterima, bebas untuk berekspresi, dan lebih terbuka pada lingkungan yang menunjukkan penerimaan dan dukungan atas diri otentik mereka. Pengungkapan orientasi seksual pun bukan tanpa akibat. Pengungkapan orientasi seksual dapat berakibat negatif (D’Augelli dalam Legate et al., 2012; D’Augelli & Grossman, 2001) atau positif (Griffith & Hebl, 2002; Legate et al., 2012). Apa yang dirasakan oleh informan 2 dan 3 membuktikan bahwa pengungkapan orientasi seksual memang berakibat positif jika dilakukan di lingkungan yang mendukung homoseksualitas. Rasa lega, lebih ringan dalam melangkah, lebih bebas menjadi diri sendiri tanpa harus berpura-pura, dan hilangnya beban adalah perasaan yang dirasakan informan 2 dan 3. Walaupun begitu, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pengungkapan orientasi seksual dapat berakibat negatif dan positif. Dalam kasus ini, dukungan sosial menjadi kunci atas akibat positif yang dihasilkan oleh pengungkapan orientasi seksual. Dalam konteks organisasi misalnya, reaksi yang ditunjukkan rekan kerja (dalam hal ini adalah dukungan) menjadi mediator antara pengungkapan orientasi seksual dengan tingginya kepuasan kerja dan rendahnya kecemasan yang dialami pekerja gay (Griffith & Hebl, 2002). Hasil penelitian tersebut semakin menguatkan posisi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 dukungan sosial sebagai faktor yang penting dalam meningkatkan kesehatan mental kelompok gay. Jika ditinjau dari tahap perkembangan identitas kelompok gay yang diajukan Troiden (1988), maka ketiga informan dalam penelitian ini sudah berada pada tahap commitment. Tahap ini menandakan bahwa para informan telah mengadopsi cara hidup gay. Salah satu indikatornya adalah pengungkapan orientasi seksual kepada orang lain yang non-gay. Selain itu, tampak indikator lain pada Informan 1, yaitu hubungan romantis yang sedang dijalin dengan individu lain yang berjenis kelamin sama. Hasil penelitian ini dapat dikatakan sebagai pelengkap hasil penelitian sebelumnya. Makna yang dikonstruksi atas pengalaman menerima dukungan sosial dapat mengisi ruang kosong yang ditinggal oleh penelitian Wulandari (2015). Hasil penelitian ini melengkapi penelitian tersebut, terutama dalam hal mengungkap apa makna yang dikonstruksi anggota kelompok gay atas pengalaman menerima dukungan sosial serta pengaruhnya dalam hidup mereka. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 Sikap positif (dukungan) Sikap negatif Informan Merasakan afek negatif ketika menerima sikap negatif Bersikap indifferent atas sikap negatif Memandang lingkungan/dunia dengan cara yang lebih negatif Merasakan afek positif ketika menerima dukungan Memaknai dukungan yang diterima Memandang lingkungan/dunia dengan cara yang lebih positif Menyadari perbedaan reaksi atas orientasi seksual Ketakutan atas reaksi negatif jika orientasi terungkap Mengungkap orientasi seksual atas dasar rasa nyaman dan percaya Menutup diri; mengungkap orientasi seksual secara selektif Merasakan afek positif setelah mengungkapkan orientasi seksual Skema 6. Dinamika psikologis yang terjadi secara umum pada para informan saat menerima dukungan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga informan dalam penelitian ini mengalami berbagai hal terkait orientasi seksual mereka, dimulai dari pengalaman menerima sikap negatif hingga menerima dukungan. Contoh sikap negatif yang diterima oleh ketiga informan adalah usulan untuk mengubah orientasi seksual mereka. Sikap negatif yang ditunjukkan orang lain pada ketiga informan tersebut menimbulkan ketidaknyamanan yang berujung pada keengganan para informan untuk membuka diri lebih jauh pada lawan interaksinya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, para informan juga menerima dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Bentuk dukungan yang diterima berbentuk dukungan informasional, emosional, dan bentuk lainnya yang tidak tergolong dalam kategori dukungan sosial yang telah diajukan sebelumnya. Dukungan sosial yang diterima juga berasal dari berbagai sumber, di antaranya adalah saudara kandung, sepupu, dan teman-teman di lingkungan kantor, kampus atau tempat ibadah. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar dukungan diterima dari orang-orang di luar keluarga. Dukungan-dukungan yang mereka terima membuat mereka merasakan afek positif yang selanjutnya dimaknai sebagai beberapa hal, antara lain sebagai bentuk penghargaan atas kehidupan pribadi, cermin untuk berefleksi, pemacu agar selalu bergerak maju dalam hidup, dan penyemangat hidup. Dalam kasus ini, dukungan yang diterima membantu para 77 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 informan dengan mekanisme stress buffer yang diajukan Cohen & Wills (1985). Pemaknaan tersebut membantu para informan dalam mengembangkan perilaku adaptif di lingkungan yang mereka tinggali. Pemaknaan atas dukungan yang diterima juga membuat para informan memiliki keinginan untuk mengungkap orientasi seksual mereka ke orang lain. Rasa lega adalah hal yang umum dirasakan oleh para informan setelah mengungkapkan orientasi seksual mereka. B. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini terletak pada penggalian data yang kurang mendalam. Wawancara hanya dilakukan satu kali per informan dalam waktu yang tidak terlalu panjang. Hal tersebut membuat data kurang bervariasi dan kurang detail di beberapa titik. C. 1. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat memperdalam penggalian data dari para informan mengenai bagaimana dukungan sosial bekerja dalam hidup mereka serta perilaku-perilaku seperti apa yang membuat mereka merasa tidak nyaman dalam hidup sehari-hari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 2. Bagi Orang-orang yang Memiliki Anggota Keluarga atau Teman dari Kelompok Gay Dukungan sosial ternyata sangat penting bagi kelompok gay, baik dukungan dari orang di luar keluarga maupun di luar keluarga. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki anggota keluarga atau teman dari kelompok gay disarankan untuk meninggalkan perilaku penuh diskriminasi dan mencoba memberikan dukungan seperti yang telah disebutkan oleh para informan penelitian ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 DAFTAR PUSTAKA Adamczyk, A., & Pitt, C. (2009). Shaping attitudes about homosexuality: The role of religion and cultural context. Social Science Research, 38, 338-351. American Psychological Association. (2008). Answers to your questions: For a better understanding of sexual orientation and homosexuality. Washington, DC: Author. American Psychological Association. (2010). Publication manual of the American Psychological Association (6th ed.). Washington, DC: Author. Arif. (2016). Ikatan psikologi klinis menilai LGBT perlu dipulihkan. http://www.sharia.co.id/2016/02/ikatan-psikologi-klinis-menilai-lgbt-perludipulihkan/, diakses pada 12 Februari 2016. Ariyanto, & Triawan, R. (2008). Jadi, kau tak merasa bersalah!? Studi kasus diskriminasi dan kekerasan terhadap LGBTI. Jakarta: Arus Pelangi. Baunach, D. M. (2012). Changing same-sex marriage attitudes in America from 1988 through 2010. Public Opinion Quarterly, 76(2), 364-378. Batubara, H. (2016). Menristek: Saya larang LGBT di semua kampus, itu tak sesuai nilai kesusilaan! http://news.detik.com/berita/3125654/menristek-saya- larang-lgbt-di-semua-kampus-itu-tak-sesuai-nilai-kesusilaan, diakses pada 25 Januari 2016. Beals, K. P., Peplau, L. A., & Gable, S. L. (2009). Stigma management and wellbeing: The role of perceived social support, emotional processing, and suppression. Personality and Social Psychology Bulletin, 35(7), 867-879. 80 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 Besen, Y., & Zicklin, G. (2007). Young men, religion and attitudes towards homosexuality. Journal of Men, Masculinities and Spirituality, 1(3), 250-266. Blanchard, R., & Bogaert, A. F. (1996). Homosexuality in men and number of older brothers. The American Journal of Psychiatry, 153(1), 27-31. Brouwer, M. A. W. (1988). Alam manusia dalam fenomenologi. Jakarta: Gramedia. Chen, J. M., Kim, H., S., Mojaverian, T., & Morling, B. (2012). Culture and social support provision: Who gives what and why. Personality and Social Psychology Bulletin, 38(1), 3-13. Cobb, S. (1976). Social support as a moderator of life stress. Psychosomatic Medicine, 38(5), 300-314. Cochran, S. D., Sullivan, J. G., & Mays, V. M. (2003). Prevalence of mental disorders, psychological distress, and mental health services use among lesbian, gay, and bisexual adults in the United States. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 71(1), 53-61. Cohen, S., & Wills, T. A. (1985). Stress, social support, and the buffering hypothesis. Psychological Bulletin, 98(2), 310-357. Creswell, J. W. (2007). Qualitative inquiry & research design: Choosing among five approaches (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage Publications, Inc. Creswell, J. W. (2009). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed method approaches (3rd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage Publications, Inc. Crooks, R., & Baur, K. (1983). Our sexuality (2nd ed.). Menlo Park, CA: The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 D’Augelli, A. R., & Grossman, A. H. (2001). Disclosure of sexual orientation, victimization, and mental health among lesbian, gay, and bisexual older adults. Journal of Interpersonal Violence, 16(10), 1008-1027. Fizriyani, W., & Ucu, K. R. (2016). SGRC UI: Kami bukan komunitas LGBT. http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/22/o1c80r282-sgrcui-kami-bukan-komunitas-lgbt, diakses pada 24 Januari 2016. Goodwin, R., Cost, P., & Adonu, J. (2004). Social support and its consequences: ‘Positive’ and ‘deficiency’ values and their implications for support and selfesteem. British Journal of Social Psychology, 43, 1-10. Griffith, K. H., & Hebl, M. R. (2002). The disclosure dilemma for gay men and lesbians: “Coming out” at work. Journal of Applied Psychology, 87(6), 11911199. Haider-Markel, D. P., & Joslyn, M. R. (2008). Beliefs about the origins of homosexuality and support for gay rights: An empirical test of attribution theory. Public Opinion Quarterly, 72(2), 291-310. Hasbiansyah, O. (2008). Pendekatan fenomenologi: Pengantar praktik penelitian dalam ilmu sosial dan komunikasi. MediaTor, 9(1), 163-180. Heintzelman, S. J., & King, L. A. (2014). (The feeling of) Meaning-as-information. Personality and Social Psychology Review, 18(2), 153-167. Herek, G. M. (2004). Beyond “homophobia”: Thinking about sexual prejudice and stigma in the twenty-first century. Sexuality Research & Social Policy, 1(2), 6-24. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 Hogben, M., & Byrne, D. (1998). Using social learning theory to explain individual differences in human sexuality. The Journal of Sex Research, 35(1), 58-71. Kimmel, M. S. (2004). Masculinity as homophobia: Fear, shame, and silence in the construction of gender identity. Dalam P. F. Murphy (Ed.), Oxford Readings in Feminism: Feminism and Masculinities (hlm. 182-199). New York, NY: Oxford University Press. Kwon, P. (2013). Resilience in lesbian, gay, and bisexual individuals. Personality and Social Psychology Review, 17(4), 371-383. Legate, N., Ryan, R. M., & Weinstein, N. (2012). Is coming out always a “good thing”? Exploring the relations of autonomy support, outness, and wellness for lesbian, gay, and bisexual individuals. Social Psychological and Personality Science, 3(2), 145-152. Lehmiller, J. J. (2014). The Psychology of Human Sexuality. West Sussex, UK: John Wiley & Sons, Ltd. LeVay, S., & Valente, S. M. (2006). Human sexuality (2nd ed.). Sunderland, MA: Sinauer Associates, Inc. Lewis, G. B., & Gossett, C. W. (2008). Changing public opinion on same-sex marriage: The case of california. Politics & Policy, 36(1), 4-30. Lingkaran Survei Indonesia. (2012). Meningkatnya populasi yang tidak nyaman dengan keberagaman. http://lsi.co.id/lsi/2012/10/22/meningkatnya-populasiyang-tidak-nyaman-dengan-keberagaman-2/, diakses pada 16 September 2015. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 Mays, V. M., & Cochran, S. D. (2001). Mental health correlates of perceived discrimination among lesbian, gay, and bisexual adults in the United States. American Journal of Public Health, 91(11), 1869-1876. Meyer, I. H. (1995). Minority stress and mental health in gay men. Journal of Health and Social Behavior, 36(1), 38-56. Nelson, K. (2015). What is heteronormativity – And how does it apply to your feminism? Here are 4 http://everydayfeminism.com/2015/07/what-is-heteronormativity, examples. diakses pada 3 Agustus 2016. Nesmith, A. A., Burton, D. L., & Cosgrove, T. J. (1999). Gay, lesbian, and bisexual youth and young adults: Social support in their own words. Journal of Homosexuality, 37(1), 95-108. Nierman, A. J., Thompson, S. C., Bryan, A., & Mahaffey, A. L. (2007). Gender role beliefs and attitudes toward lesbians and gay men in Chile and the U.S. Sex Roles, 57, 61-67. Park, C. L. (2010). Making sense of the meaning literature: An integrative review of meaning making and its effects on adjustment to stressful life events. Psychological Bulletin, 136(2), 257-301. Pew Research Center. (2014). The global divide on homosexuality: Greater acceptance in more secular and affluent countries. Washington, DC: Author. Rathus, S. A., Nevid, J. S., & Fichner-Rathus, L. (2008). Human sexuality in a world of diversity (7th ed.). Boston: Allyn and Bacon. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 Rosario, M., & Schrimshaw, E. W. (2013). The sexual identity development and health of lesbian, gay, and bisexual adolescents: An ecological perspective. Dalam C. J. Patterson & A. R. D’Augelli (Eds.), Handbook of psychology and sexual orientation (hlm. 87-101). New York, NY: Oxford University Press. Sarafino, E. P. (2008). Health psychology: Biopsychosocial interactions (6th ed). Hoboken, NJ: Wiley & Sons, Inc. Sarason, I. G., & Sarason, B. R. (2009). Social support: Mapping the construct. Journal of Social and Personal Relationships, 26(1), 113-120. Shilo, G., & Savaya, R. (2011). Effects of family and friend support on LGB youths’ mental health and sexual orientation milestones. Family Relations, 60, 318330. Smith, J. A., Flowers, P., & Larkin, M. (2009). Interpretative phenomenological analysis: Theory, method and research. London: Sage Publications Ltd. Smith, J. A., & Osborn, M. (2008). Interpretative phenomenological analysis. Dalam J. A. Smith (Ed.), Qualitative Psychology: A Practical Guide to Research Methods (hlm. 53-80). London: Sage Publications Ltd. Sugianto, D. (2014). Perbedaan sikap terhadap homoseksualitas antara murid sekolah homogen dan heterogen. Skripsi yang tidak diterbitkan, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Szymanski, D. M., & Balsam, K. F. (2011). Insidious trauma: Examining the relationship between heterosexism and lesbians’ PTSD symptoms. Traumatology, 17(2), 4-13. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 Taylor, S. E., Sherman, D. K., Kim, H. S., Jarcho, J., Takagi, K., Dunagan, M. S. (2004). Culture and social support: Who seeks it and why?. Journal of Personality and Social Psychology, 87(3), 354-362. The British Psychological Society. (2016). BPS denounces Indonesian classification of LGBT as mental illnesses. http://www.bps.org.uk/news/bpsdenouces-indonesian-classification-lgbt-mental-illness, diakses pada 4 Februari 2016. Troiden, R. R. (1988). Homosexual identity development. Journal of Adolescent Health Care, 9, 105-113. Wulandari, N. L. P. R. A. (2015). Persepsi perilaku dukungan sosial menurut kaum homoseksual. Skripsi yang tidak diterbitkan, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Yardley, L. (2008). Demonstrating validity in qualitative psychology. Dalam J. A. Smith (Ed.), Qualitative Psychology: A Practical Guide to Research Methods (hlm. 235-251). London: Sage Publications Ltd. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 LAMPIRAN 1 Informed Consent PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 LEMBAR PERSETUJUAN Salam, Saya Reza, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang sedang mengerjakan tugas akhir. Saya memohon bantuan dan kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi makna dukungan sosial yang pernah Anda dapatkan. Metode pengumpulan data yang akan saya gunakan adalah wawancara. Saya akan meminta Anda untuk menjawab setiap pertanyaan terkait pengalaman hidup Anda. Anda bebas menyampaikan apapun pikiran dan perasaan Anda sejauh Anda merasa itu diperlukan. Anda juga berhak untuk tidak menyampaikan apa yang tidak ingin Anda sampaikan. Seluruh pembicaraan selama wawancara akan saya rekam. Anda berhak mengundurkan diri dari penelitian ini jika merasa kurang nyaman dengan topik penelitian maupun proses penelitian yang akan dilakukan. Demi kenyamanan Anda, identitas Anda akan saya rahasiakan. Saya tidak akan membagikan data kepada siapapun, kecuali pada dosen pembimbing tugas akhir saya yang memang bertugas menyupervisi penelitian ini. Wawancara akan berlangsung sekitar 30-60 menit. Namun, saya akan menyesuaikan diri dengan ketersediaan waktu Anda sebagai informan. Jika Anda memiliki pertanyaan terkait penelitian ini, silakan hubungi saya di nomor telepon 085702505894 atau email [email protected]. Terima kasih. Diisi oleh informan: Saya yang bertandatangan di bawah ini, Nama: Telah membaca, memahami, dan setuju dengan informasi yang diberikan di atas. Dengan ini, saya BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA* untuk berpartisipasi sebagai informan dalam penelitian ini. *coret yang tidak perlu Yogyakarta, ............................... 2016 Peneliti Informan Penelitian Reza ___________________ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 LAMPIRAN 2 Daftar Pertanyaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 DAFTAR PERTANYAAN A. Pengalaman menerima dukungan sosial 1. Bagaimana pola sosialisasi/interaksi dengan orang lain? 2. Apakah ada yang mengetahui orientasi seksual informan? 3. Bagaimana reaksi mereka ketika mengetahui hal tersebut? 4. Di saat seperti apa informan merasa membutuhkan dukungan? 5. Di saat seperti apa informan merasa mendapatkan dukungan? 6. Siapa saja yang memberikan dukungan pada informan? 7. Menurut informan, apa alasan yang mendasari orang lain dalam mendukung informan? 8. B. Bentuk dukungan seperti apa yang diterima? Makna dukungan sosial 1. Menurut informan, apa makna dari dukungan yang telah diterima? 2. Apakah makna yang dibangun memengaruhi cara informan melihat dunia/lingkungannya? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 LAMPIRAN 3 Transkrip Wawancara dan Contoh Analisis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 Informan 1 (B), 25 tahun Kafe di wilayah DIY Pukul 16.12-16.58 WIB, 24 Januari 2016 Baris Transkrip 1 R: Aku pengen ini dulu, pengen minta 2 kamu ceritain soal diri kamu sendiri dulu 3 deh. Cerita dikit tentang dirimu sendiri. 4 B: Apa ini? 5 R: Ya, cerita aja, oh kamu kerja di mana, 6 oh dulu lulusan mana, cerita aja soal diri 7 kamu sendiri. 8 B: Oooh. Apa nih? 9 R: Ya cerita aja. 10 B: Apa ya? Hahaha. 11 R: Oh saya misalnya lahir di keluarga 12 yang gimana, punya berapa sodara, 13 deskripsiin aja. Latar belakangmu. 14 B: Hmm. Iya ya ya. Eeh, aku anak ke-4 15 dari 4 bersaudara. Kakakku eeh, 3 cewek 16 semua. Terus, apa ya. Apa ya? Hehe. 17 R: Apa aja soal keluargamu, soal 18 sekolahmu, soal pekerjaanmu. 19 B: Oooh. 20 R: Deskripsiin aja. 21 B: Sekarang kegiatanku, eeh, kerja di 22 salah satu perusahaan swasta, udah. 23 Hahaha. 24 R: Masa gitu doang? Oh iya, eh, punya ini 25 berarti sekarang, lagi deket sama siapa 26 gitu, punya temen deket atau sahabat atau 27 gimana? 28 B: Iya, eeh, ada temen deket, ada apa ya, 29 eh, temen deket ada, soulmate juga ada, 30 terus? 31 R: Boleh ceritain gak, kira-kira, apa 32 namanya, eeh, pola interaksi kamu, pola 33 sosialisasi kamu dengan orang-orang di 34 sekitar kamu? 35 B: Pola sosialisasi? 36 R: Ya kamu berinteraksinya dengan 37 orang-orang di sekitarmu seperti apa, 38 gitu. 39 B: Hmm. Kalo di lingkungan kantor, di 40 lingkungan temen-temen kerja ya 41 sewajarnya temen-temen kerja. 42 Maksudnya interaksinya ya, kalo dalam Exploratory notes Tema Berkali-kali bertanya ‘apa ini?’, kesulitan bercerita tentang diri? Kebigungan akan identitas (?) Interaksi dengan teman kantor sewajarnya, seperti teman biasa (baik di Melakukan interaksi sesuai konteks PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 konteks kerjaan ya interaksi kerjaan. Kalo misalnya pas di luar konteks kerjaan ya, hmm, apa ya, ya udah, kayak temen biasa, gitu lho. R: Tadi kan bilangnya ada temen deket nih, temen deketnya di lingkungan kantor juga atau di luar itu? B: Temen deketnya ada beberapa, di lingkungan kantor ada, eeh, yang dulunya temen kuliah ya ada. R: Nah kalo, kalo dengan temen deket kira-kira interaksinya apakah ada perbedaan atau sama aja nih dengan, apa namanya, dengan temen-temen di kantor yang lain, atau temen-temen yang gak terlalu deket? Kalo ada, kira-kira ada perbedaan gak? B: Iya sih, maksudnya ya jelas beda lah. Soalnya kan, eeh, jadi kayak ada ininya masing-masing gitu lho, ada, apa ya, scope-nya masing-masing. Kalo sama temen-temen kantor sekalipun di luar konteks kerjaan gitu deketnya ya tetep ada batasannya. Masalah yang obrolanobrolannya, terus topik-topiknya juga. R: Boleh tau gak, kira-kira bedanya itu kayak apa sih? Contohin. B: Ya banyak hal-hal yang sifatnya, eeh, private, yang temen-temen kantor gak perlu tau, ya, gak perlu tau, gitu. Ya pokoknya beda-beda, ininya beda-beda, apa namanya, apa sih namanya, apa ya. Eeh, jadi misalnya aku sama si A, itu ada, ada yang beda ketika misalnya aku ngobrol sama si B. R: Berarti apa yang dibagiin, itu perbedaannya tergantung orangnya gitu ya. B: Iya. R: Nah kalo, apa namanya, kalo dengan temen deket sendiri, sering keluar bareng atau gimana gitu? Sering main bareng? B: Ya gak sering sih ya, paling, soalnya kan susah juga kan ngepasin waktunya juga. Intensitasnya ya gak sering sih, dan konteks kerjaan atau tidak) Perbedaan interaksi antara dengan teman kantor dan teman dekat, membatasi informasi Melakukan interaksi sesuai konteks; membatasi informasi Tidak membagikan hal pribadi dengan teman kantor Kesulitan menjelaskan perbedaan? Menjaga privasi; membatasi informasi Jarang bertemu teman dekat karena susah mencari waktu yang pas Intensitas yang rendah dalam interaksi dengan teman dekat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 gak jarang juga. Gak sering dan gak jarang. R: Eeh, di antara temen-temen itu tadi, yang deket maupun yang nggak, yang di lingkungan kantor maupun yang bukan, kira-kira ada yang tau gak soal identitasmu? Yang ‘itu’? Hahaha. B: Kalo di temen-temen kantor ada yang tau. Ada yang tau 2 orang. Kalo yang di, eeh, temen deket yang di luar kantor, ada juga yang tau. Hahaha. Ada juga yang tau. Udah. Itu doang. R: Kira-kira waktu mereka, apa ya, found out, ketika mereka tau soal identitasmu itu, kira-kira reaksi mereka gimana sih waktu itu? B: Macem-macem, karena kan penerimaan orang juga beda-beda kan. Ada yang dia open-minded dengan hal seperti ini, ada yang masih belum percaya juga, ya macem-macem. Contohnya dari 2 temenku yang di kantor, dua-duanya beda juga penerimaannya. Yang satunya, eeh, ya udah, eeh, istilahnya hidup, hidup kamu, saya cukup tau, gitu. Nah yang satunya, cenderung ngasih advice, ngasih apa ya, ya saran, terus apa ya, ngasih masukan, terus, ya dengan nada yang masih kayaknya gak percaya. R: Emang kalo boleh tau kira-kira yang satunya tadi yang ngasih saran segala macem, sarannya semacam apa sih? B: Ya karena apa ya, kan masing-masing mendefinisikan ‘itu’ juga beda-beda kan. Nah kayaknya sih dari cara penyampaiannya dia, dia mendefinisikan hal ‘ini’ itu sebagai sesuatu yang, eeh, apa ya, eeh, kurang baik menurut dia. Jadi ya sarannya dia tentu saja yo, eeh, kebalikannya dari yang ia definisikan tentang ini. R: Maksudnya? Bisa lebih dijelasin gak? B: Nggak, simple-nya sih gini, dia nganggep ‘ini’ sesuatu yang kurang baik, Ada yang mengetahui tentang orientasi seksual teman kantor dan teman dekat di luar kantor Pengungkapan orientasi seksual kepada orang lain Menerima reaksi yang berbeda ada yang terbuka, ada yang cenderung tidak percaya dan menasihati Menerima sikap positif dan negatif terkait orientasi seksual Dianggap menyimpang dan kurang baik oleh teman; ada kontrol dari teman Menerima sikap negatif terkait orientasi seksual; kontrol eksternal Ketidaknyamanan karena anggapan “aneh” dari teman; Menerima sikap negatif terkait PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 otomatis sarannya juga ya kebalikannya dari itu. R: Contohnya? B: Contohnya apa ya, eeh, contohnya yo, apa ya. Dia nyaranin, apa ya, pacaran sama cewek, misalnya. R: Ooh gitu. B: Itu salah satu contohnya. R: Trus kalo kamu sendiri merasa, ketika mendapat saran kayak gitu, apa yang kamu rasakan? B: Ya udah, datar aja. Nggak, apa ya, nggak menyanggah dan juga gak, iya sih, cenderung datar. R: Kenapa emang? Kenapa kamu merasa gak perlu, bener ya aku bilang kalo kamu merasa ini gak perlu disanggah atau, bener gak? Maksudnya, eeh, kenapa kamu merasa itu gak perlu disanggah atau ‘ya udah biarin aja deh’? B: Ya karena, ya itu cuma saran kan. Ujung-ujungnya terserah aku mau, eeh, nerima, mau nolak atau maksudnya mau nerima tapi nggak merealisasikan sarannya dia. Ujungnya terserah saya gitu. R: Hmm, tapi kamu ngerasa gak misalnya ketika kamu di, eeh, apa namanya, tapi kamu merasa hal itu mempengaruhi kamu gak? Eh, ternyata ada orang yang kurang begitu, belum begitu bisa menerima terus itu mempengaruhi kamu gak? B: Nggak sih. Nggak. R: Oke oke. Berarti kamu kan tadi udah ngomong kalo di antara temen-temenmu, ada temen yang bisa menerima gitu kan. ada yang bisa menerima kamu, eeh, apa adanya. Kemudian, eem, apa, gini, kamu menganggap itu sebagai suatu, suatu dukungan gak sih? dukungan di sini bukan berarti, dukungan di sini bukan berarti, ooh, aku mendukung orang-orang untuk menjadi gay, misalnya, bukan kayak gitu. Ya bukan, intinya bukan seperti itu. Kamu merasa itu sebuah dukungan gak sih? Diberi saran yang berkebalikan dengan orientasi seksual informan; ada kontrol dari teman orientasi seksual; kontrol eksternal; Bentuk sikap negatif; Mengabaikan saran teman Bersikap indifferent atas reaksi negatif Independensi (kemandirian?) dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak saran orang lain Bersikap indifferent atas reaksi negatif; memiliki kontrol atas hidup (?); memiliki kontrol untuk memilah reaksi orang lain (?) Tidak terpengaruh dengan orang yang belum begitu menerima orientasi seksual Tidak terpengaruh oleh kontrol yang ditunjukkan teman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 B: Iya. R: Kok bisa? B: Kan dari 2 temenku yang tau tadi, malah justru yang menurutku yang adalah, apa ya, bentuk dukungan, bentuk dukungan yang dimaksud bukan dukungan seperti yang tadi itu ya, maksudnya dukungan yang dimaksud itu dari temenku yang satunya, yang responsnya, yang dia cenderung openminded, yang responsnya cenderung datar dan cukup tau, malah justru menurutku itu yang, eeh, apa ya, ya menurutku itu yang jadi, apa ya, dukungan, kayak gitu. Dengan gak ikut campur, dengan ‘oh ya udah cukup tau’, cukup tau tapi juga bukan blaming, bukan apa ya, ya udah, netral aja. Malah menurutku yang seperti itu yang, eeh, yang aku sebut dukungan. R: Berarti, tapi gini, dia kan merasa bahwa ini ya hidupmu, gitu, ya ini hidupmu, aku cukup tau aja, aku gak menyalahkan kamu. Tapi, dia kalau ketika misalnya kamu berinteraksi dengan dia dan ternyata ada topik-topik tentang gay yang terangkat, kira-kira dia menolak untuk membicarakan hal itu apa nggak? B: Nggak. R: Nggak ya, maksudnya, kan mungkin ada orang yang dia sih keliatannya cuek aja dengan identitas seseorang, tentang homoseksualitas. Cuman, ketika ada yang mengangkat tema-tema itu, dia kemudian memilih untuk tidak membicarakannya. Yang temenmu yang ini gimana? B: Dia, apa ya, nggak penasaran, dan nggak, ya yang kelihatan ya, yang kelihatan, yang aku lihat dia gak begitu penasaran dan juga gak begitu menganggap ini sesuatu yang tabu, gitu. Hehe. R: Berarti kamu merasa bahwa sikapnya yang, apa tadi, yang, eeh, ya membiarkan Menghargai keterbukaan teman, sikap pembiaran, tidak ikut campur, tidak menyalahkan, netral; bukan dukungan menyalahkan Menerima sikap positif dan negatif terkait orientasi seksual; menghargai sikap positif terkait orientasi seksual; Teman tidak terlalu penasaran dan tidak menganggap homoseksualitas hal yang tabu; menghargai sikap pembiaran teman Menerima sikap positif terkait orientasi seksual; menghargai sikap positif terkait orientasi seksual PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 kamu untuk menjadi kamu apa adanya, itu sebuah dukungan gitu ya. B: Iya. R: Kalau boleh tau, kira-kira selain itu ada gak sih bentuk dukungan lain yang menurut kamu, kamu dapetin dari tementemenmu terkait identitasmu? B: Karena cuma sedikit yang tau ya, ya paling cuma dari yang aku sebutin tadi. Kalo orang yang gak tau, berarti kan aku gak bisa nganggep gitu. Ketika misalnya mereka ada, apa ya, ada kata-kata yang menjurus ke topik tertentu, dalam konteks mereka yang tidak tau, aku gak bisa dong ngatain dia, eeh, blaming atau support kayak gitu lho. Karena dia gak tau yang sebenernya. Jadi sekalipun dia hanya berasumsi, ya aku nganggep dia gak tau. Kalau dari yang apa tadi, dari yang tementemen yang tau, trus apa. R: Kira-kira selain yang tadi itu, yang kamu bilang membiarkan kamu menjadi apa adanya, ada gak sih bentuk dukungan yang lain? B: Contohnya? R: Contohnya, eeh, misalnya apa ya, kalo tadi kan temenmu yang ngasih advice, misalnya, nah ada gak temenmu yang tau dan menerima, juga memberi advice, tapi itu, apa ya, tapi itu berguna untuk kamu sendiri, bukan yang menyuruh kamu berbalik atau gimana, bukan yang bermaksud untuk mengubah kamu, gitu. B: Nggak ada. Nggak, sejauh ini dukungan lainnya nggak ada sih menurutku. R: Berarti cuma menunjukkan bahwa oh dia menerima gitu, baru itu aja sejauh ini, gitu ya. B: Menerima, nggak cuma menerima ya, maksudnya sampe ke level ‘oh ya udah’ gak ikut campur, ‘oh ya udah itu urusan kamu’, kayak gitu, menurutku malah itu yang aku sebut dukungan, kayak gitu. Kalau yang tadi, yang satunya, yang dia Dukungan Keinginan untuk membiarkan menjadi menjadi diri diri sendiri sendiri Yang tahu sedikit; tidak bisa mengatakan bahwa orang lain menyalahkan atau mendukung ketika mereka tidak tahu orientasi seksual Menganggap orang yang tidak tahu tentang orientasi seksual tidak mendukung atau menyalahkan; ketertutupan tidak mendatangkan dukungan Tidak menerima dukungan dalam bentuk lain Tidak menerima dukungan dalam bentuk lain Dukungan lebih dari penerimaan, tidak ikut campur; bukan dukungan memberi saran, ikut campur; menghargai Memaknai dukungan bentuk penghargaan atas privasi; terganggu dengan sikap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 nyaranin bla bla bla, malah aku gak nyebut itu sebagai dukungan sih. Karena dengan gitu otomatis kan, eeh, secara gak langsung dia ikut campur dong. Walaupun ujung-ujungnya aku juga dengerin sarannya dia, gitu lho. Tapi untuk sampe ke level situ dia ngasih saran kan, eeh, ya kayak, opo yo, kayak dia udah masuk terlalu jauh. R: Emang kira-kira apa sih saran yang sempet kamu ikutin dari dia? Kan kamu tadi bilang bahwa oh dia memberi saran dan ada yang kamu ikutin juga tadi sarannya. Emang saran-saran seperti apa yang kira-kira kamu ikutin? B: Apa ya? Ooh, mungkin tentang yang, eeh, kalo misalnya memang kamu gak mau, dia ngomong gini, kalo emang misalnya kamu gak mau orang lain tau, ya udah, kamu jangan, eeh, membuka topik, eeh, pembicaraan ke topik-topik yang menjurus ke arah situ, kayak gitu. Nah kadang-kadang kan aku menganggap itu sebagai obrolan yang ringan yang semua orang bisa tau. Jadi maksudnya, ya gak bermaksud juga buat mancing, istilahnya mancing ya dalam tanda kutip, gak ada maksud juga buat mancing orang untuk, eeh, ngebahas tentang kayak gitu. R: Ya ya ya, oke oke. Ya, kamu sendiri merasa apa ya, kamu sendiri terkait identitasmu ya, merasa bahwa oh aku lagi butuh dukungan nih, itu di saat-saat seperti apa sih? B: Hmm, apa ya. Ya paling kalau, kalau pas apa ya, ya contoh kecil aja. Misalnya pas jalan sama pacar, itu kan kondisinya di ruang publik, ya, secara otomatis gak bisa meng, apa ya, gak bisa mengekspresikan secara bebas gitu lho. Gitu sih, maksudnya contoh kecil yang kayak gitu doang. R: Ya, berarti ketika kamu merasa kamu belum, ketika kamu merasa kamu sedang dalam kondisi, dalam situasi yang itu membuat kamu gak bisa dan merasa senang atas dukungan negatif yang mengontrol Terkadang mengikuti saran teman untuk tidak membicarakan homoseksualitas; topik tentang homoseksualitas dianggap sebagai topik yang ringan, tidak ada maksud memancing perhatian Menganggap homoseksualitas bukan sebagai hal tabu; membatasi topik homoseksualitas demi menjaga privasi (harmoni?) Sedih karena tidak bisa mengekspresikan perasaan di ruang publik Ketidakbebasan menjadi diri sendiri; konformitas (?) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 mengekspresikan apa yang kamu rasain gitu, itu adalah saat-saat kamu sedang membutuhkan dukungan, kamu membutuhkan dukungan di saat seperti itu apa gimana? Aku belum begitu mengerti. B: Eeh, maksudnya dukungan yang ini kan berarti, kalo kayak gitu kan berarti misalnya aku di ruang publik, di tempat umum, trus eh, gak mungkin gandengan tangan misalnya, gak mungkin, apa ya, ya gandengan tangan, terus, hehehe, dan gak mungkin juga, eeh, ini kan, istilahnya menghimbau orang lain buat, hello, halo, kayak gitu, biar semuanya tau kan gak mungkin juga, gitu lho. Ya kayaknya momen itu sih yang, jadi kayak semacam apa ya, ya bisa disebut kayak tadi mungkin ya. Eeh, momen yang ketika pas apa sih, pas apa sih yang kamu butuh dukungan, ya mungkin yang kayak gitu, tapi ujung-ujungnya tetep gak bisa juga, gak bisa juga mengharapkan orang lain buat, eh, ngasih support dalam tanda kutip ya, support dalam hal ini, kayak gitu. Itu. R: Aku mencoba ini ya, mencoba klarifikasi ya, berarti kamu merasa kamu butuh dukungan ketika kamu merasa bahwa kamu sedang dalam situasi yang itu tidak mengizinkanmu untuk mengekspresikan apa yang kamu rasain terkait identitasmu. B: Iya. R: Oke. Kalau kayak gitu, kira-kira, eh, menurut kamu sendiri dukungan seperti apa sih yang kamu butuhkan? B: Ya se-simple temenku yang tadi. Sesimple kayak temenku yang, yang, tipe yang satunya tadi yang dia cuma sekedar oke cukup tau. Itu doang sih menurutku udah cukup sih, dan gak ikut campur, udah sih menurutku itu cukup. R: Terus, ini, kan kamu punya temen deket yang kebetulan tau soal kamu, gitu kan, beberapa orang gitu kan. Eeh, kamu Butuh dukungan di saat tidak bisa mengekspresikan perasaan di ruang publik, tapi tetap tidak bisa mengharapkan orang lain untuk mendukung; ketidakberdayaan menghadapi lingkungan yang tidak mendukung Ingin diberi kebebasan menjadi diri sendiri; faktor eksternal (norma?) yang menghambat aktualisasi diri; merasa tidak memiliki power untuk mengubah lingkungan Dukungan yang dibutuhkan pembiaran, tidak ikut campur; menghargai dukungan; senang ketika hidup tidak dikontrol Ingin privasi terjaga; tidak ingin hidup dikontrol orang lain (?); merasakan afek positif ketika didukung PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 sendiri merasa kamu mendapat dukungan dari orang-orang itu, dari orang-orang terdekatmu kira-kira di saat seperti apa ya? B: Eeh, apa ya. R: Kira-kira dapet, oh aku merasa aku mendapat dukungan ketika aku lagi sedih misalnya, atau gimana. Kamu merasanya gimana? B: Eeh, jadi ketika kalo mendapat support di waktu yang sebenernya kita gak mengharapkan support kayak gitu ya, ya momentumnya beda-beda sih, dan kadang-kadang gak terduga aja. R: Tapi kamu pernah gak, eeh, merasa ketika lagi kenapa gitu terus tiba-tiba mendapat support? Nah masa, waktu itu kira-kira itu kamu sedang kenapa sih, gitu lho. B: Kalo yang misalnya nih lagi pusing kerjaan atau lagi, eeh, mood-nya lagi nggak baik itu ya memang ada support sih dari pacar, dari temen. Tapi kan itu gak, konteksnya bukan dalam hal ‘ini’ ya. Nah kalo yang tadi, yang, eeh, apa namanya, aku mendapatkan support dari orang yang ada hubungannya sama identitasku seperti itu, itu kayaknya lebih ke ini deh, ya contohnya, support dari pasangan misalnya. Ya, aku bersyukur ya, maksudnya dapet pasangan yang bisa paham, tau, kalo aku gak mau identitasku, eeh, diketahui banyak orang, misalnya kayak gitu. Ya bersyukur aja pasanganku bisa paham dan tau itu. Untungnya juga nek misale, eh, untungnya juga kalo misalnya lagi jalan di tempat umum kayak gitu, ya pasanganku paham kalo itu gak mungkin, ya intinya dia paham kalo aku, eeh, gak mungkin membuka identitasku ke banyak orang, seperti itu. Nah, momen itu yang, yang kayaknya tepat jadi jawaban pertanyaan tadi, yang kapan sih, kapan sih pas kamu mendapat support gitu ya. Ya itu sih. Mendapat dukungan bisa di saat yang tak terduga Jawaban agak tidak sesuai dengan pertanyaan Butuh dukungan ketika berada di ruang publik, bentuk dukungannya adalah tidak mengekspos identitas; ketakutan akan orientasi seksual yang terungkap Ingin privasi dijaga; ketakutan akan reaksi negatif jika orientasi seksual terungkap; merasakan afek positif ketika didukung PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 R: Ooh berarti kamu merasa kamu mendapat support ketika kamu tidak ingin ada orang lain yang tau soal identitasmu dan bentuk support itu adalah orangorang yang tau tentang kamu itu merahasiakan, bukan merahasiakan tapi tidak berusaha untuk mengekspos itu. B: Ya betul. R: Gitu ya. B: Bukan merahasiakan. R: Gitu ya kira-kira. B: Maksudnya gini, ketika misalnya aku gak minta seseorang untuk merahasiakan, tapi dia inisiatif untuk, oke dia cukup tau bahwa, eeh, itu akan gak baik ketika misalnya terekspos. Nah, dia punya inisiatif itu, itu menurutku udah bentuk support sih, tanpa harus aku meminta. R: Oke, tadi kamu sempet ngomong kalau, sempet mention kalau diberi support di saat yang gak tepat. Nah itu, kalau boleh tau, emang kira-kira support yang diberi di saat yang tidak tepat, di momen yang tidak tepat itu support yang seperti apa sih? B: Ya, hehehe. R: Tadi kan kamu sempet ngomong nih kan, kan momentumnya beda-beda, nah, ada support yang diberikan di saat yang itu tidak seharusnya diberikan, tidak, tidak tepat, gitu lho. Entah waktunya gak sesuai atau bentuk support-nya gak sesuai, gitu. Itu kira-kira pernah gak dapet yang seperti itu? B: Kayaknya gak pernah deh. R: Gak pernah ya. B: Ya kayaknya gak pernah. Kalaupun itu misalnya pernah, aku gak nganggep itu support berarti. Karena aku juga sekarang bingung kalau misalnya harus nyari jawaban untuk itu, dan aku gak dapet. R: Kamu sendiri merasa misalnya nih, misalnya kita asumsikan kamu suatu saat bakal mendapatkan yang kayak gitu, mendapat support yang tidak sesuai dengan waktunya, tidak sesuai dengan Menghargai inisiatif orang lain yang merahasiakan identitas; ketakutan akan orientasi seksual yang terungkap Belum pernah mendapat dukungan di saat yang tidak tepat Ingin privasi dijaga; ketakutan akan reaksi negatif jika orientasi seksual terungkap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 457 458 459 460 461 462 463 464 465 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500 501 502 503 apa yang kamu inginkan, kira-kira yang kamu akan rasakan itu apa sih? Yang bakal kamu rasain? B: Ya kayaknya tergantung kejadiannya juga kali ya, kejadiannya seperti apa, terus ya kayaknya tergantung banyak hal sih. kejadiannya seperti apa, terus di situ ada siapa aja, trus itu tentang apa dulu. Nah responsnya juga otomatis akan beda-beda levelnya sesuai dengan itu tadi, kondisinya seperti apa. R: Ya. Berarti sejauh ini, sejauh ini, kirakira yang memberi dukungan terkait identitasmu sebagai gay itu baru tementemen deket ya. B: Iya. Tapi sebenernya ada juga yang, eeh, temen kantor yang dia posisinya gak tau, tapi dia berasumsi. Tapi dia sebenernya open-minded dengan hal ‘itu’, open-minded dengan seperti ‘itu’. Tapi karena dia gak tau, ya aku stay nggak ngomong juga sama dia, ngapain, gak ada kepentingannya juga kan aku ngejelasin ke dia. Dan gak ada juga yang bisa njamin kalo misalnya aku cerita ke dia, dia bisa, eeh, apa ya, bisa tetep seperti yang sebelum aku cerita, gitu lho. Ya sebenernya orangnya open-minded dan, eeh, sering penasaran. R: Oke oke. B: Jadi malah kadang yang, nah itu ada satu temen kantor yang dia berasumsi ya, tapi itu masih mending, karena dia berasumsi dan dia gak pernah blaming dengan orang seperti aku, gak pernah eeh, nge-judge juga, itu sih masih mending ya. Ada juga orang yang berasumsi tapi langsung eeh, blaming, kayak gitu. R: Hmm. Berarti ya sekali lagi, berarti kamu sampai saat ini merasa orang yang memberi kamu dukungan baru tementemen deket ya. Berarti gitu ya, dari keluarga, dari temen apa gitu belum ada gitu ya. B: Keluarga gak ada yang tau soalnya. Gak ada yang tau. Merespons dukungan secara kontekstual Merespons dukungan secara kontekstual Memilih untuk tidak mengungkap orientasi seksual walaupun di lingkungan yang mendukung; ketakutan akan reaksi negatif? Berkali-kali menggunakan ‘ini’ atau ‘itu’ sebagai kata ganti ‘homoseksual/gay’, kenapa? Memilih untuk tidak mengungkap orientasi seksual walaupun di lingkungan yang mendukung; ketakutan akan reaksi negatif (?) Internalized homophobia (?) Menghargai teman yang berasumsi tapi tidak menyalahkan, ada yang menyalahkan Menyadari perbedaan sikap orang lain terhadap orientasi seksual; menghargai dukungan Menutup diri tentang orientasi seksual terhadap keluarga Tidak mengungkap orientasi seksual PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 545 546 547 548 549 R: Tadi kamu sempet bilang kalo, kamu sempet mention kalau ternyata ada orang yang udah berasumsi tapi dia openminded, ada juga orang yang berasumsi kemudian dia, apa namanya, berasumsi tapi dia gak, eeh, berasumsi tapi blaming, gitu. Nah, kamu trus ngomong lagi kalau kamu merasa gak punya kepentingan untuk... B: ngejelasin. R: Menjelaskan atau menceritakan yang sebenarnya. Nah kamu sendiri merasa, apa namanya, merasa perlu untuk come out, merasa perlu untuk membuka identitasmu tuh di saat seperti apa sih? Atas inisiatifmu sendiri lho, bukan atas paksaan orang lain. B: Eeh, maksudnya gimana, bisa diulangi gak? R: Maksud aku adalah di situasi seperti apa sih kamu bersedia untuk secara sadar mengungkapkan identitasmu sebagai gay? B: Kayaknya sih sebisa mungkin kalo bisa nggak, gitu ya, kalo bisa sih nggak. Jadi ya, kalo ditanya momen yang kayak gimana, eeh, aku bisa terbuka gitu ya, ya sesuai dengan ininya sih, sesuai dengan momentumnya kali ya. Bahkan sekalipun misalnya aku di lingkungan temen-temen gay atau biseks atau, eeh, temen-temen yang lainnya di kelompok ini, seperti itu, bahkan kayak gitu pun belum tentu aku bisa serta merta bisa terbuka gitu lho. Ya karena, eeh, ini, ya aku perlu make sure lagi, eeh, orang-orang di situ sekalipun di kelompok yang sama, dalam satu kelompok maksudnya, ya aku perlu make sure lagi apakah semua orang di situ, eeh, proven bisa menjaga rahasia, bisa, eeh, respect, kayak gitu. R: Berarti sebenernya apa yang membuatmu enggan untuk mengungkapkan identitas seksualmu? B: Ya intinya sih, eeh, untuk kepentinganku sendiri ya. Karena, eeh, ya kepada keluarga; ketakutan akan reaksi negatif (?) Berusaha untuk menyembunyikan identitas sekalipun berada di lingkungan LGBT, perlu meyakinkan diri bahwa orang-orang tersebut harus bisa menjaga rahasia, bisa menghormati ketakutan akan reaksi negatif karena terbuka? Memilih untuk tidak mengungkap orientasi seksual walaupun dalam lingkungan yang mendukung; ketakutan akan rekasi negatif (?); sulit memercayai lingkungan Tidak mengungkap identitas karena Ketakutan akan reaksi negatif; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 550 551 552 553 554 555 556 557 558 559 560 561 562 563 564 565 566 567 568 569 570 571 572 573 574 575 576 577 578 579 580 581 582 583 584 585 586 587 588 589 590 591 592 593 594 595 aku butuh nyaman, nah nyamanku ya dengan, eeh, nggak terganggu dengan entah, apa ya, celaan, cercaan, kayak gitu, dari orang lain yang gak bisa menerima gitu lho. Nah daripada itu terjadi, aku sih memutuskan untuk ya lebih baik sebisa mungkin gak ada orang yang tau. Tapi kalaupun ada yang tau, itu sebisa mungkin, sesedikit mungkin, kayak gitu. Artinya ya melalui, ya orang-orang yang betul-betul bisa aku percaya. Dan yang terpenting ya itu tadi, dia punya inisiatif sendiri untuk bisa menjaga rahasia, untuk bisa menghargai, kayak gitu. R: Oke. Kalo gitu, kamu kan tadi udah cerita kalau ada beberapa temen deket yang sudah tau, dan apa namanya, ternyata mereka juga bisa menerima, gitu. Kira-kira kamu sendiri merasakan apa sih ketika ada orang yang bisa mendukung kamu? B: Ya yang pasti seneng lah ya. Eeh, ada orang yang tanpa diminta bisa ngerti kita, bisa menghargai. Ya pastinya seneng, gitu lho. Iya. Artinya, eeh, ya seneng aja ada orang yang bisa menghargai kita apa adanya. R: Kamu sendiri merasa gak kalau dukungan-dukungan, begini, kamu menurut kamu, dukungan-dukungan itu tadi berpengaruh gak dalam hidupmu? B: Yang jelas sih iya, pasti berpengaruh ya. Ya pastinya berpengaruh, soalnya, eeh, hidupku kan gak cuma satu sisi, banyak sisi gitu lho. Eeh, ada sisi keluarga, sisi kerjaan, sisi kehidupan lain, sisi kehidupan sosial lain. Eeh dukungan itu ya pastinya berpengaruh karena aku nganggep dukungan itu salah satu definisinya ya, yaitu dengan ya dia tau, dia bisa menghargai, dan eeh, bukan apa ya, nggak menyalahkan, dia respect dengan itu, bisa menghargai. Eeh, terus, yang jelas dia cukup tau dan gak ikut campur lebih dalem. Nah aku menganggap itu sebagai bentuk dia butuh kenyamanan, tidak ingin dicela, kalaupun ada yang tahu, yang tahu adalah orang terpercaya yang bisa menghargai dan menjaga rahasia selektif dalam mengungkap orientasi seksual; merasa nyaman ketika tidak menerima sikap negatif Merasa senang Merasakan afek ketika didukung, positif ketika merasa ada yang bisa didukung menghargai Merasa nyaman dan hidup jadi seimbang karena adanya dukungan; merasa terganggu, tidak nyaman, dan hidup tidak stabil jika menerima sikap negatif; dukungan menghargai, tidak menyalahkan; bukan dukungan menyalahkan Merasakan afek positif karena didukung; merasakan keseimbangan dalam hidup; merasakan afek negatif karena reaksi negatif yang diterima; merasa hidup jadi tidak stabil; memaknai dukungan sebagai penyeimbang kehidupan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 596 597 598 599 600 601 602 603 604 605 606 607 608 609 610 611 612 613 614 615 616 617 618 619 620 621 622 623 624 625 626 627 628 629 630 631 632 633 634 635 636 637 638 639 640 641 menghargai aku dan aku bisa nyaman dengan itu. Nah, ya itu tentu saja berarti karena dia menghargai aku bisa nyaman, hidupku balance gitu lho, semua sisinya bisa balance. Kalo misalnya yang aku nganggep bukan sebuah dukungan dari orang yang misalnya dia tau, tapi blaming, menyalahkan, intinya malah itu bikin aku jadi gak nyaman. Ya otomatis satu sisi hidupku terganggu dong, unstable, yang pastinya juga bisa merembet ke sisi hidup yang lain. Nah, pastinya kalo misalnya ditanya itu berarti apa nggak ya, berarti banget, gitu. R: Tadi kan kamu udah bilang kalau ketika kamu mendapat dukungan, kamu merasa senang karena dihargai. B: Ya. R: Tapi misalnya suatu saat kamu tidak mendapat dukungan, kira-kira apa yang kamu rasain? B: Ya kayaknya biasa aja juga kali ya. Karena memang awalnya aku juga nggak terlalu ngarepin dukungan, gitu ya. Nggak terlalu ngarepin dukungan. Jadi ketika misalnya nggak ada dukungan, ya kayaknya aku bakal biasa aja. Tapi ketika misalnya faktanya ada yang bisa, eeh, mengerti bisa paham, yang kalau itu didefinisikan dalam bentuk dukungan itu, ya, makasih aja gitu ya. Tapi kalaupun nggak ada, ya karena aku gak mengharapkan jadinya ya datar-datar aja. Karena, eeh, kan aku juga mutusin, aku nggak, nggak open gitu lho, gak terbuka. Bahkan sampe, eeh, ya istilahnya apa ya, orang yang bisa tau itu ada, ada kriterianya, hahaha, ada, eeeh, ya pokoknya gak sembarang orang boleh tau. Ya mungkin aku berangkat dari situ jadinya ketika misalnya nggak ada dukungan dari orang lain, gak ada support, ya aku merasa biasa-biasa aja. R: Emang kalo boleh tau, eeh, kriteria seperti apa sih yang kamu perlukan Bersikap tidak acuh ketika tidak mendapat dukungan karena memang memutuskan untuk tidak terbuka dan tidak mengharapkan dukungan; merasa nyaman ketika didukung; orang yang tahu harus memenuhi kriteria tertentu Bersikap indifferent ketika tidak ada sikap positif atau negatif; Tidak mengharapkan dukungan karena dengan sadar memilih untuk tertutup; Muncul afek positif ketika didukung; Mengungkap orientasi seksual secara selektif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106 642 643 644 645 646 647 648 649 650 651 652 653 654 655 656 657 658 659 660 661 662 663 664 665 666 667 668 669 670 671 672 673 674 675 676 677 678 679 680 681 682 683 684 685 686 687 supaya kamu bisa terbuka dengan orang lain? B: Apa ya, ya itu, eeh, proven punya inisiatif sendiri dia bisa, eeh, menjaga tanpa harus aku minta gitu lho. Gitu. Kalo misalnya itu udah terbukti, ooh memang, eeh, orangnya baik, anaknya baik, bisa ngerti, ya udah. R: Oke. Gitu ya. Jadi, eeh, sepanjang pembicaraan itu tadi, kamu udah, kamu udah bercerita soal hidupmu sedikit ya, soal latar belakangmu, kamu anak ke-4 dan segala macemnya, kamu punya temen-temen deket yang tau, ada yang mendukung, ada juga yang kelihatannya sih mendukung ya, tapi ternyata pada akhirnya juga memberi saran yang.. B: menurutku.. R: menurutmu.. B: itu bukan sebuah dukungan. R: Itu bukan sebuah dukungan. B: Ya. R: Gitu. Kamu juga merasa bahwa, apa namanya, kamu tidak mengharapkan dukungan, jadi ketika kamu gak mendapatkan dukungan, kamu ya biasa aja, tapi ketika mendapat dukungan ya kamu merasa senang karena ternyata ada yang menghargai juga. B: Iya. R: Identitasmu, gitu. Nah, kalau dari, apa namanya, dari semua cerita yang udah kamu ceritain ke aku, dari pengalamanmu mendapatkan dukungan, pengalamanmu tidak mendapat dukungan karena orang lain tidak tau, kira-kira makna apa sih yang bisa kamu simpulkan mengenai pengalamanmu itu tadi? B: Ya yang jelas, eemm, apa ya, saling menghargai, ya intinya itu sih. Saling menghargai dan semuanya berangkat dari inisiatif masing-masing. Tanpa harus diminta seharusnya kan tau gitu lho. Dan, ya, itu aja sih. Hehehe. Mengungkap orientasi seksual hanya kepada orang yang bisa mengerti keadaan dan menjaga privasi Mengungkap orientasi seksual secara selektif; ingin privasi dijaga; ketakutan akan reaksi negatif (?) Ada teman yang kelihatan mendukung, tapi menunjukkan perilaku yang tidak mendukung Orang lain mengalami disonansi kognitif (?) Kalau tidak mendapat dukungan datar karena memang tidak mengharapkan; kalau mendapat dukungan senang karena ada yang bisa menghargai Indifferent (?) ketika tidak ada sikap positif atau negatif (karena ketidaktahuan?); Muncul afek positif ketika didukung Menganggap dukungan sebagai bentuk saling menghargai Ingin diakui; ingin dihargai; memaknai dukungan sebagai bentuk saling menghargai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107 688 689 690 691 692 693 694 695 696 697 698 699 700 701 702 703 704 705 706 707 708 709 710 711 712 713 714 715 716 717 718 719 720 721 722 723 724 725 726 727 728 729 730 731 732 733 R: Kalau, begini, menurutmu, sampe sejauh ini, kemudian dukungan dari orang lain, itu kamu anggap sebagai apa sih? B: Sebagai dukungan dari orang lain, eeh, aku sih nganggepnya sebagai bentuk ini ya, rasa, rasa hormat, saling menghargai gitu ya. Ya, bentuk saling menghargai. R: Berarti kamu memaknai, apa ya, memaknai dukungan dari orang lain itu sebagai bentuk saling menghargai sesama manusia gitu ya. B: Iya. Kalo penghargaan kan, eeh, takutnya konotasinya, eeh, penghargaan ini ya, ya aku lebih seneng nyebut saling menghargai aja sih. R: Oke. Kemudian, kamu kan udah merasa bahwa, ooh, dukungan itu adalah bentuk saling menghargai antara sesama, kira-kira, eemm, setelah kamu merasa, setelah kamu menyimpulkan bahwa itu adalah makna yang kamu dapatkan setelah melihat lagi gitu ya, ke belakang tentang dukungan yang kamu dapat, kirakira itu mempengaruhi kamu gak dalam melihat hubungan sosialmu, melihat duniamu? B: Eeemm, ya pastinya iya. Ya karena eeh, iya, eeh, jelas pastinya iya ya. Soalnya kan aku jadi bahwa, ooh ternyata respons orang terhadap ‘ketahuan’ dia tentang identitasku, ternyata responsnya macem-macem. Dan eeh, apa ya, penerimaannya juga macem-macem. Ya pastinya bukan mengubah iniku ya, bukan mengubah pola pikir, tapi, ya jadi semacam pengetahuan baru aja. Ooh ternyata respons orang lain macemmacem juga ya. Itu sih. Hehe. R: Kira-kira setelah mengetahui makna atau mengetahui, setelah mengalami bahwa kamu punya pengetahuan baru, menurutmu ini akan berpengaruh ke kamu gak ke depannya? B: Eeemm, iya pastinya. Iya, pastinya iya. Menganggap dukungan sebagai bentuk rasa hormat dan saling menghargai Memaknai dukungan sebagai bentuk pengakuan, penghormatan, penghargaan Menyadari perbedaan respons terkait orientasi seksual Menyadari perbedaan reaksi terhadap orientasi seksual Pengetahuan baru yang telah didapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108 734 735 736 737 738 739 740 741 742 743 744 745 746 747 748 749 750 751 752 753 754 755 756 757 758 759 R: Menurut kamu sendiri, pengaruh semacam apa sih yang mungkin akan muncul? B: Ya yang jelas, eeh, akan lebih ini ya, yang sebelumnya udah aku lakukan, misalnya, eeh, membatasi, membatasi orang lain untuk tau identitasku ini, itu juga masih tetep akan aku lakukan gitu lho. Karena kan ujung-ujungnya, karena harapanku dengan melakukan itu ya adalah ujung-ujungnya biar aku sendiri nyaman gitu lho. Karena aku gak nyaman kalo misalnya orang lain tau dan malah justru menjatuhkan. Daripada kayak gitu mendingan aku, eeh, apa ya, membentengi dari awal. Nah, pengaruhnya ke depan ya pastinya ya akan tetep sama. Hehehe. Maksudnya, ya itu aku udah, itu udah aku lakukan gitu lho. ya besok-besok pastinya aku akan tetep seperti itu. Tapi kan karena, eeh, pengalaman baru itu tadi, eeeh, knowledge baru tentang respons orang bla bla bla kayak gini, ya paling lebih, eeh, memahami tipikal orang aja sih. R: Ya ya. Oke kalau gitu. berpengaruh bagi informan Tetap akan menutup identitas sebagai homoseksual demi kenyamanan, tidak nyaman ketika ada yang tahu kemudian menjatuhkan; pengetahuan baru tentang respons membantu informan memahami tipikal (kepribadian?) orang lain dan memutuskan untuk tetap menyembunyikan orientasi seksual Kesadaran tersebut memengaruhi informan dalam perilaku mengungkap orientasi seksual; Merasakan afek negatif ketika menerima reaksi negatif; Menyembunyikan orientasi seksual demi rasa nyaman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109 Sikap orang lain terkait orientasi seksual Menerima sikap negatif terkait orientasi seksual (105, 122, 132) Menerima sikap positif (dukungan) terkait orientasi seksual (105, 183, 218) Makna dukungan sosial yang diterima Memaknai dukungan sebagai bentuk pengakuan, penghomartan, penghargaan (680, 691) Memaknai dukungan sebagai bentuk penghargaan atas privasi (267) Memaknai dukungan sebagai penyeimbang kehidupan (581) Persepsi tentang lingkungan Sulit memercayai lingkungan (527) Memiliki kontrol untuk memilah reaksi negatif orang lain (?) (155) Merasa tidak memiliki power untuk mengubah lingkungan (325) Efek dari dukungan Merasakan afek positif ketika didukung (356, 384, 548, 571, 581, 617, 671) Merasakan keseimbangan dalam hidup (581) Menghargai dukungan yang diterima (183, 218, 488) Efek dari sikap negatif Merasakan afek negatif ketika menerima reaksi negatif (267, 581, 737) Respons atas reaksi negatif orang lain Bersikap indifferent atas reaksi negatif (146, 155) Perilaku menyembunyikan orientasi seksual dan alasannya Ketakutan akan reaksi negatif jika orientasi seksual terungkap (384, 422, 473, 502, 527, 548, 644) Ingin privasi terjaga (60, 70, 288, 356, 384, 422, 644) Menyadari perbedaan sikap orang lain terhadap orientasi seksual (488, 714) Kesadaran akan perbedaan sikap memengaruhi informan dalam perilaku mengungkap orientasi seksual (737) Memilih untuk tidak mengungkap orientasi seksual walaupun di lingkungan yang mendukung (473, 527) Tidak mengharapkan dukungan karena dengan sadar memilih untuk tertutup (617) Bersikap indifferent ketika tidak ada sikap positif atau negatif karena ketidaktahuan orang lain tentang orientasi seksual (617) Ketertutupan tidak mendatangkan dukungan (234) Menyembunyikan orientasi seksual demi rasa nyaman (737) Perilaku mengungkap orientasi seksual Mengungkap orientasi seksual secara selektif (548, 617, 644) Keinginan dan faktor eksternal yang menekan Keinginan untuk menjadi diri sendiri (229, 325) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110 Keinginan untuk diakui (680) Keinginan untuk dihargai (680) Ketidakbebasan menjadi diri sendiri (307) Tidak ingin hidup dikontrol orang lain (356) Tekanan sosial (122, 132, 325) Sikap orang lain terkait orientasi seksual ”Yang satunya, eeh, ya udah, eeh, istilahnya hidup, hidup kamu, saya cukup tau...” “Dia cenderung open-minded, yang responsnya cenderung datar dan cukup tau...” “Nah yang satunya, cenderung ngasih advice, ngasih apa ya, ya saran, terus apa ya, ngasih masukan, terus, ya dengan nada yang masih kayaknya gak percaya...” “Dia nganggep ‘ini’ sesuatu yang kurang baik...” “Dia nyaranin, apa ya, pacaran sama cewek, misalnya...” Makna dukungan sosial yang diterima “Aku sih nganggepnya sebagai bentuk ini ya, rasa, rasa hormat, saling menghargai gitu ya...” “nggak cuma menerima ya, maksudnya sampe ke level ‘oh ya udah’ gak ikut campur, ‘oh ya udah itu urusan kamu’, kayak gitu, menurutku malah itu yang aku sebut dukungan...” Persepsi tentang lingkungan “aku butuh nyaman, nah nyamanku ya dengan, eeh, nggak terganggu dengan entah, apa ya, celaan, cercaan, kayak gitu, dari orang lain yang gak bisa menerima...” “Bahkan sekalipun misalnya aku di lingkungan temen-temen gay atau biseks atau, eeh, temen-temen yang lainnya di kelompok ini, seperti itu, bahkan kayak gitu pun belum tentu aku bisa serta merta bisa terbuka gitu lho...” “misalnya aku di ruang publik, di tempat umum, trus eh, gak mungkin gandengan tangan misalnya, gak mungkin, apa ya, ya gandengan tangan, terus, hehehe, dan gak mungkin juga, eeh, ini kan, istilahnya menghimbau orang lain buat, hello, halo, kayak gitu, biar semuanya tau kan gak mungkin juga” Efek dari dukungan “Ya itu tentu saja berarti karena dia menghargai aku bisa nyaman, hidupku balance gitu lho, semua sisinya bisa balance...” “support dari pasangan misalnya. Ya, aku bersyukur ya, maksudnya dapet pasangan yang bisa paham, tau, kalo aku gak mau identitasku, eeh, diketahui banyak orang, misalnya kayak gitu...” “ya seneng aja ada orang yang bisa menghargai kita apa adanya...” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111 Efek dari sikap negatif “Kalo misalnya yang aku nganggep bukan sebuah dukungan dari orang yang misalnya dia tau, tapi blaming, menyalahkan, intinya malah itu bikin aku jadi gak nyaman. Ya otomatis satu sisi hidupku terganggu dong, unstable, yang pastinya juga bisa merembes ke sisi hidup yang lain...” “aku gak nyaman kalo misalnya orang lain tau dan malah justru menjatuhkan...” Perilaku menyembunyikan orientasi seksual dan alasannya “gak ada juga yang bisa njamin kalo misalnya aku cerita ke dia, dia bisa, eeh, apa ya, bisa tetep seperti yang sebelum aku cerita...” “aku perlu make sure lagi, eeh, orang-orang di situ sekalipun di kelompok yang sama, dalam satu kelompok maksudnya, ya aku perlu make sure lagi apakah semua orang di situ, eeh, proven bisa menjaga rahasia, bisa, eeh, respect...” “yang sebelumnya udah aku lakukan, misalnya, eeh, membatasi, membatasi orang lain untuk tau identitasku ini, itu juga masih tetep akan aku lakukan...” Perilaku mengungkap orientasi seksual “proven punya inisiatif sendiri dia bisa, eeh, menjaga tanpa harus aku minta gitu lho. Gitu. Kalo misalnya itu udah terbukti, ooh memang, eeh, orangnya baik, anaknya baik, bisa ngerti, ya udah...” “orang yang bisa tau itu ada, ada kriterianya...” Keinginan dan faktor eksternal yang menekan “Saling menghargai dan semuanya berangkat dari inisiatif masing-masing. Tanpa harus diminta seharusnya kan tau...” “gak ikut campur, udah sih menurutku itu cukup...” “dan gak mungkin juga, eeh, ini kan, istilahnya menghimbau orang lain buat, hello, halo, kayak gitu, biar semuanya tau kan gak mungkin juga...” Respons atas reaksi negatif orang lain “Ya udah, datar aja. Nggak, apa ya, nggak menyanggah dan juga gak, iya sih, cenderung datar...” “ya itu cuma saran kan. Ujung-ujungnya terserah aku mau, eeh, nerima, mau nolak atau maksudnya mau nerima tapi nggak merealisasikan sarannya dia. Ujungnya terserah saya gitu...” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112 Sikap positif (dukungan) Sikap negatif Informan 1 Keinginan untuk menjadi diri sendiri, diakui, dihargai Tekanan sosial Bersikap indifferent atas sikap negatif Merasakan afek negatif ketika menerima sikap negatif Sulit memercayai lingkungan; tidak memiliki power untuk mengubah lingkungan Merasakan afek positif ketika didukung; hidup seimbang Memaknai dukungan sebagai bentuk pengakuan, penghormatan, penghargaan Menyadari perbedaan reaksi Ingin privasi terjaga; ketakutan akan reaksi negatif jika orientasi seksual terungkap Memilih untuk tidak mengungkap orientasi seksual walaupun di lingkungan yang mendukung; mengungkap orientasi seksual secara selektif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113 Informan 2 (LN), 22 tahun Kafe di wilayah DIY Pukul 19.35-20.23 WIB, 12 Februari 2016 Baris Transkrip 1 R: Mungkin bisa ceritain tentang diri 2 kamu sendiri, deskripsiin aja. 3 LN: Apa ya? 4 R: Apa aja. Tentang kehidupanmu, 5 tentang keluargamu. 6 LN: Hmm, nama nggak ya? 7 R: Nggak usah. Hahaha. 8 LN: Oke. Apa ya, aku, hmm, aku dah 9 lama di Jogja. Di Jogja itu sekitar 4 tahun 10 setengah kali ya, kayaknya, belum sampe 11 5 tahun. 12 R: Belum, belum. 13 LN: Hmm, dari tahun 2011. Hmm, aku, 14 aku gimana ya orangnya, hahaha. Kalo 15 misalnya karakter, ini ngomongin kayak 16 gitu-gitu gak sih? Karakter aku. 17 R: Terserah kamu. 18 LN: Maksudnya aku mau ngomong 19 apapun terserah aku? Oke. 20 R: Cerita aja. 21 LN: Apa ya, aku orangnya introvert 22 ekstrovert. 23 R: Really? Introvertnya bagian mana? 24 LN: Hahaha. Jadi aku tuh kadang kalo 25 misalnya, eeh, introvertnya pertama aku 26 gak terlalu, sebenernya kalo sama orang 27 yang baru kenal aku pasti orangnya 28 tertutup banget. Aku susah untuk, apa ya, 29 orang liat aku kayak supel, tapi 30 sebenernya gak terlalu sesupel itu. 31 R: Hmm. 32 LN: Kalo sama orang yang baru aku 33 kenal, gitu. Tapi kalo aku udah kenal aku 34 bakalan, wo, udah, hahaha, udah open 35 banget, udah gak tau, gak ada batas sama 36 sekali. Hahaha. Semua a b c sampe z-nya 37 LN udah tau semua. 38 R: Hahaha. 39 LN: Eeh, sedikit antisocial, sedikit, 40 sedikit, aku kurang terlalu suka sosialisasi 41 yang maksudnya, sama masyarakat yang 42 terlalu gimana gitu. Mungkin karena ya Exploratory notes Tema Kepribadian informan Mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang baru; ketertutupan ketika berinteraksi dengan orang baru Menutup diri dari orang baru Mulai membuka diri seiring berjalannya waktu; mulai memercayai lawan interaksi Membuka diri dengan munculnya kepercayaan Merasa cemas jika hal buruk akan terjadi jika terlalu terbuka; membatasi Menjaga privasi; ketakutan akan reaksi negatif jika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 aku juga punya sedikit pengalaman yang gak baik gitu dengan masyarakat. Ya bukannya maksudnya aku diapa-apain, cuma kayaknya aku yang menahan diri untuk gak terlalu, karena aku takut sesuatu kalo aku terlalu open ke masyarakat, kayak gitu. R: Kok bisa antisocial, maksudnya antisocial bentuknya kayak apa? LN: Jadi kadang, terutama kayak di Jogja ya, kadang tuh masyarakatnya tuh suka misal ngajak kayak, ayok 17-an, misalnya anak-anak kostnya ngapain kayak gitu, ikut terlibat ya. Aku orangnya gak terlalu ini ya, duh males ah, kayak gitu kan. Hahaha. Duh ngapain sih, kayak gitugitu. Tapi kayaknya ya harus aja, cuma rasanya kayak gak mau, kayak gitu. Ih, pengennya aku ngelakuin apa yang aku mau aja gitu kan. Nah trus juga sama temen-temen di kost kadang-kadang misalnya mereka ngajak ngumpul apa gitu. Kadang tuh rasanya gak nyaman gitu lho kalo di, sama banyak orang, gitu kan. Ya, di situlah sisi introvertnya, kayak gitu. Trus ya itu, untuk mee, kadang kan misal kalo udah diem banget trus tuh orang tuh gak nyaman juga, LN kamu kenapa sih kok diem aja, kayak gitu. Ya udah maksudnya itu langsung kayak waaa, hahaha. Kayak sok asik, padahal sebenernya, aaahh, kayak gak nyaman. R: Ooohh, iya sih ya. Haha, I see I see. LN: Ya karena itu lah. R: Tapi kamu, apa namanya, kan tadi kamu pernah bilang, tadi kamu bilang sempat punya pengalaman yang mungkin gak enak, mungkin gak enak. Emang kalo aku boleh tau, pengalaman apa sih? LN: Apa ya, karena memang, eeh, pengalaman gak enaknya mungkin karena emang dari kecil, jadi aku tuh, aku juga sadar sih, hehe, kalo aku tuh rada feminin, gitu ya. Nah jadi kalo anak, hehehe, anak kecil kan diliat yang feminin dari SD, TK, eeeh, LN apaan sih, lalala. Trus sudah deh interaksi, menahan diri orientasi seksual terungkap Ketidaknyamanan ketika diminta untuk melakukan hal yang tidak diinginkan; menginginkan kebebasan dalam melakukan aktivitas; keterpaksaan dalam melakukan apa yang diminta orang lain (konformitas?); berusaha blending in dengan orang di sekitar Ketidaknyamanan atas tekanan sosial; konformitas; menginginkan kebebasan Menyadari nonkonformitas gender; menerima reaksi negatif atas nonkonformitas gender; ketidaknyamanan Menyadari nonkonformitas gender; menerima sikap negatif atas nonkonformitas gender; merasakan afek negatif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 dari a sampe z yang hina-hinaan kayak dibilang apa lah gitu ya. Awalnya sih kayak gak nyaman gitu kan. Nah itu sampe akhirnya sekolah, trus ya itu, kok kayaknya, ih, kok aku dengan keadaan yang gitu, kok kayaknya gak diterima kayak gitu kan. Makanya aku kayak gak nyaman gitu kan sama masyarakat yang, ih kok, judgmental banget kayak gitu kan, kayaknya, iihh, ini tu lho, aduh apa ya, bencong, kayak gitu ya, gitu gitu. Rasanya, aahhh, awalnya sih, dulu ya, pokoknya aku masih di Kalimantan itu kayaknya, aduh sumpah itu rasanya kayak, ih, gak bebas banget gitu kan, jadi ngapa-ngapain tuh rasanya, aduuh, gak tau deh. Sampe akhirnya aku yang kuliah ke sini, jauh dari orang tua itu, itu baru rasanya ke-eksplor, ya, I have to accept myself, ya aku terima diriku kayak apa, kayak gitu. Makanya trus aku jadi berani, jadi orang misalnya ngece, kalo udah gede gini ya, ya terserah, gitu kan, whateveeer. Kayak, apa sih, it’s so yesterday, I don’t care, gitu. Eeh, aku malah, ya apa ya, ngebentuk juga sih kepribadian aku. Kadang, negatifnya ya itu, jadi gak peduli sama apapun, trus kayak, eeh, terserah deh. R: Oke. Hahaha. LN: Hahaha. Gimana sih, malah jadi curhat. R: Seorang LN gitu ya, seperti, ooohh ya ya. LN: Emang aku.. R: maksudnya kalo gak tau, kalo gak cerita gini gak bakal tau backstory seseorang. LN: Emang aku kayak apa sih? R: Ya gak tau, hahaha. LN: Emang kamu ngeliat aku kayak apa? R: Kalo, kalo ini, apa namanya, eeh, kamu kan tadi ngomong kalo, ini, kalo kamu memang kurang, kurang mau terlibat gitu di masyarakat gitu kan.. LN: hmm.. ketika dicemooh; sempat mengalami denial; menerima diri apa adanya; mengalami perubahan dari merasakan ketidaknyamanan sampai pada tahap tidak acuh terhadap cemoohan; merasa ditolak oleh masyarakat; merasa terkekang karena menerima sikap negatif; transisi dari mengalami afek negatif ke bersikap indifferent atas sikap negatif; penerimaan diri; denial PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 R: tapi pola interak, kamu kalo sama orang-orang di sekitarmu interaksimu kayak apa sih? LN: Jadi, apa ya, eeh, modelnya tuh, image aku bagi orang tuh kayak supel gitu kan. Gak tau kenapa, hahaha. Akhirnya, gara-gara image yang kayak gitu, ya udah, aku interaksinya, udah aku apa adanya. Awalnya dulu aku nyoba kayak, uuh, harus act like the man, I’m the man, so I act like, ya udah kayak, uuh, jantan banget, gitu kan. Cuman kayak, it’s not me. R: Iya iya. LN: Kayaknya ya udah lah, ya aku apa adanya, kayak gitu. Terus sama tementemen kost, ya biasa sih, ya apa lah, gemulai, hahaha. Ke mana-mana kayaknya ya udah, kayaknya, hmm, aduh kimcil gitu ya rasanya. Karena awalnya mungkin mereka, ooh, kok LN kayak gini, tapi lama-lama mereka terbiasa. Trus, sampe, itu kan masih di lingkungan kost, kalo udah keluar, misalnya makan, atau apa kan ya maksudnya sekitarsekitaran anu ya, kost itu, itu juga, apa ya, masyarakatnya ya, awalnya sih aku ya aku lebih ke sopan, apa gitu lah ya. Maksudnya sama orang yang, ya, yang santun lah, gitu. Jadi makanya masyarakatnya sih biasa aja sih kalo ngeliat aku gitu kan. Bahkan, mungkin kalo aku liat aku kayak, terlalu lembut, jadinya ya susah juga orang mau nilainya jelek gitu kan, karena sopannya kayaknya keterlaluan gitu kan. R: Oooh. LN: Kayak aku tuh, permisi pak. R: Hahaha. Maksudnya kamu terlalu sopan gitu sama orang. LN: He eh, gitu. Jadi orang tuh, kayak, ooh, ohh LN, udah biasa LN tuh orangnya lembut kayak gitu, jadi, jadi mereka gak complain gitu kalo aku ngelakuin yang aneh-aneh, maksudnya yang aneh-aneh, ahaha, apa ya, agak rada-rada kayak Mengalami denial; merasa bahwa “jantan” itu bukan dirinya; ada konflik dalam diri berusaha menjadi maskulin vs. perasaan bahwa itu bukan diri sebenarnya Denial; ketidakselarasan antara diri ideal dan diri sebenarnya; konflik antara diri otentik dengan harapan sosial Mulai bertindak apa adanya; nonkonformitas gender; berusaha untuk tidak melanggar norma sopan santun Penerimaan diri; menjadi diri otentik; upaya untuk menjaga harmoni Nonkonformitas gender; merasa senang ketika dimaklumi perilakunya; merasa tidak nyaman ketika Merasakan afek positif ketika diterima; menjaga privasi (menyembunyikan identitas?) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 cewek gitu. Jadi mereka kayaknya, ooh, biasa aja, anaknya baik kok, gitu sih. Suka sih maksudnya kalo komunikasi sama masyarakat gitu, warga-warga gitu udah biasa. Cuman gak terlalu, kadang tuh, misalnya mereka nanyanya udah yang sampe aduh sampe ke dalam-dalam tuh, hahaha, duh, boleh pulang gak sih, ooh iya pak, maaf yaa. R: Hahaha. Nanya apaan? LN: Nanya gitu, kayak gimana keluargamu di sana? R: Oooh. LN: Hmm, baik kok pak. R: Maksudnya something yang udah privasi.. LN: heeh, personal.. R: personal. LN: Eeh, mana ceweknya? Haa? Hahaha. Kok gak pernah diajak, ooh, aku tuh kayak ngerasa, ini pasti mau dijebak, hahaha. Tapi kan, ooh ada kok pak, ada siapa ya? Hahaha. R: Hahaha. Ya ya ya, itu kalo sama ini ya, kalo sama temen deket, ada temen deket? LN: Ada ada, ada lah. R: Nah kalo sama temen deket tuh mungkin gimana? LN: Bukannya kamu temen deket aku? R: Hahaha, boleh sih. LN: Ada Za. Temen deket aku, aku temen deket itu lebih ke cewek ya. R: Hmm. LN: Lebih nyaman, gak tau kenapa sih kalo sama cewek, kayaknya mereka lebih open kali ya, open-minded sama yang, ya, gay, boleh kan aku bilang gitu? R: Ah boleh. LN: Siapa tau nanti, what is that? Haha. Kayak gitu, eeh, kayaknya mereka lebih open-minded, nggak tau sih. Makanya aku nyaman ya sekitar mereka tuh kayaknya, aku mau ngobrol, pokoknya gaya yang, aduh udah gila banget itu kayaknya nggak wajar, itu mereka, aah, masih nganggep itu kayak lelucon, jadi ya orang lain bertanya terlalu jauh tentang kehidupan pribadi; berusaha membatasi informasi atau menutup diri Merasa bahwa lingkungan berusaha “menjebak”; menyembunyikan orientasi seksual; ketakutan akan reaksi negatif Menunjukkan kepercayaan yang cukup cepat; berteman dekat dengan perempuan Merasa nyaman berteman dengan perempuan karena mereka lebih terbuka dengan orientasi seksual; Merasa nyaman berteman dengan perempuan karena mereka lebih terbuka; bebas menjadi diri sendiri karena tidak Memandang lingkungan sebagai tempat yang mengancam; menjaga privasi (menyembunyikan identitas?); ketakutan akan reaksi negatif jika orientasi seksual terungkap Merasakan afek positif ketika menerima dukungan; menerima sikap positif dari teman perempuan Merasakan afek positif ketika menerima dukungan; menerima sikap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 nyaman kayak gitu. Tapi kalo sesama cowok, kayak, masih jaga sikap juga. Tapi ada sahabat, ada, akrab. Dia juga sudah, akunya curhat ke dia lebih mendalam. R: Ooh ya ya ya. That’s what friends are for kan. Kalo sama keluarga gimana? Ini nih yang complicated ya. LN: Hmm, iya ini yang rada-rada, cuman kayak apa ya, kalo aku sama ibuku, mungkin kayak apa ya, sudah kayak semacam, sebenarnya udah LN, kalo orang bilang LN, LN tuh mungkin udah kayak rahasia umum gitu ya. Udah, oh dia kayak gini, tapi gak berani. Maksudnya ya orang tua, orang tua sih yang mungkin sadar, yang nggak yang, kamu ini ya? Nggak. Kalo orang tuaku nggak gitu sih, dari apa, almarhum bapakku dulu dia biasa aja, maksudnya, ya, keliatan kok. Maksudnya, kelakukan aku yang di rumah itu aja aku, namanya juga di rumah ya, ngapain aja tuh udah yang kayak alaala, aduh udah ala-ala kayak anak gadis perawan kayak gitu, padahal kamu lakilaki, hahaha, kayak gitu. R: Eh, kamu sambil makan boleh lho. LN: He eh, tapi aku lagi mau ngomong. Hahaha. Kamu sih nyuruh aku ngomong, jadi aku gak brenti-brenti, hahaha. Gitu. Cuma yang, yang paling susah sebenernya sama sodara aku sih. Kan aku anak bungsu.. R: hmm, dari? LN: 3 bersaudara. Dari 3 itu, terusnya tuh susah sih kayak mau open, bilang kalo gini gini, soalnya mereka berdua juga, apa ya, udah yang, wah, kayaknya gak bisa di, soalnya pernah sih, nyoba kan, kayak nyerempet-nyerempet gitu kan, dan kakakku yang paling pertama itu kayak, kamu ngomong apa sih? Apa lah gitu, pokoknya reaksinya negatif lah ya. Jadi ya, cuman kalo sama ibu aku, biasa sih, dia ya namanya anak kali ya, jadi ya, yaah, begitulah. Hahaha. Belum ada dihakimi; menjaga sikap ketika bersama dengan teman lakilaki Masih merahasiakan orientasi seksual kepada orang tua, namun merasa bahwa orang-orang sudah tahu; nonkonformitas gender; merasa bebas jadi diri sendiri di tempat yang tidak menghakimi positif dari teman perempuan; merasa bebas menjadi diri otentik; menerima reaksi negatif dari teman laki-laki; mengontrol diri dalam interaksi dengan orang yang menunjukkan sikap negatif; Menutup diri, menyembunyikan identitas; merasakan afek positif ketika menerima dukungan; merasa bebas menjadi diri otentik; ketidakselarasan antara diri otentik dan gambaran diri ideal Merasa kesulitan menghadapi saudara Berusaha untuk membicarakan homoseksualitas dengan saudara; mengalami penolakan ketika ingin berbicara tentang homoseksualitas; menerima reaksi negatif; masih merahasiakan Menerima reaksi negatif; berusaha untuk mengungkap orientasi seksual; ketakutan akan reaksi negatif jika orientasi seksual terungkap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 reaksi yang kayak gitu, aku juga belum pernah ngomong, ma, aku gay. Nanti dia (memeragakan bunuh diri), belum. R: Ya memang complicated ya. LN: Iyaa, kalo sama keluarga. Mungkin kalo keluarga bule, enak kali ya. R: Tapi, kalo dari sekian banyak orang yang kamu kenal nih ya, ada yang tau gak soal orientasi? LN: Eemm, sepertinya, hahaha, tak terhitung yang tau, hahaha. Kayaknya sih ya. Cuman mereka ya diam-diam juga sih, ya paling paham, atau emang tau yang jelas tau, pastinya yang dekat sama aku, yang dekat sama aku maksudnya ya, temen-temen kuliah, rata-rata, trus temen nongkrong juga, ya gitu. Trus juga, ya paling ada yang nebak-nebak, kayak apa, tebak-tebak buah manggis. Gara-gara liat, ah LN, ah LN feminin deh , kayaknya dia gay deh. R: Ooh berasumsi gitu. LN: He eh, asumsi, he eh. Soalnya dulu awal kuliah kayak ngerasa didiskriminasi, gimana ya, kayak ada perlakuan yang beda sih dari temen-temen cowok gitu ya. Kayak, kalau ada aku tuh kayaknya reaksinya gimana, cuma aku orangnya ya itu, udah, udah whatever kayak gitu, jadi gak ngerasa. Malah yang ngerasa tuh temen-temen aku, kamu gak apa-apa digituin? Hah, iya po? Cuma karena aku luweh, jadi aku tetep aja nyapa, padahal mereka tuh kayak gak nyaman gitu kan dengan ada aku. Lama-kelamaan ya mungkin mereka ngeliat sih, aku nggak, gimana ya, kan kadang ada tuh yang gay tapi kayaknya, hmm, gimana ya, gitu lah. Yang kayak, aduuh, terlalu, gimana gitu ya. Eeh, terlalu, apa ya, kayak gak paham situasi gitu kan. Ha, jadinya mereka mungkin awalnya ngira aku yang kayak gitu, gitu kan. Gak mungkin juga kali orang gay gangguin sembarangan orang. Hahaha. Iya gak suka banget. Kan kadang ada cowok yang normal gitu kan, trus kalo orientasi seksual terhadap orang tua; ketakutan akan reaksi negatif jika orientasi seksual terungkap Mengungkap orientasi seksual kepada teman dekat; merasa bahwa orang-orang tau tentang orientasi seksual walaupun tidak diberi tahu; nonkonformitas gender Mengungkap orientasi seksual kepada orang dekat; ketidakselarasan antara diri otentik dengan gambaran diri ideal Mengalami diskriminasi dari teman laki-laki; mengabaikan reaksi negatif yang ditunjukkan orang lain; merasa kesal karena stereotip yang ditempelkan pada gay Menerima sikap negatif dari lakilaki; bersikap indifferent atas reaksi negatif; merasakan afek negatif ketika menerima sikap negatif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 misalnya ih, itu gay, trus mereka takut gitu, hellooo, I get a type too, hahaha. Kayak semua cowok bakalan gue ambil gitu, gak mungkin kali. Stereotype orang kan gitu ya, kalo gay itu semua sama semua cowok dia mau, ya sometimes, but, hahahaha. R: Tapi kebanyakan berarti saat ini yang tau kebanyakan.. LN: kebanyakan yang kenal, hmm. R: Berarti yang kenal, yang deket terutama ya. LN: He eh. R: Yang deket terutama, tapi yang gak deket juga beberapa ada yang tau. LN: He eh, iya, mungkin mereka ya, ngeliat dari akunya ya.. R: ya tadi berasumsi gitu ya.. LN: he eh, asumsi gitu. R: Trus kalo selama ini, ya, berarti selama ini ketika kamu, ketika mereka udah tau soal kamu, reaksinya beda-beda berarti ya? LN: Ya, banyak, beda-beda. Iya bedabeda. Jadi, eeh, aku juga kaget sih ya awalnya, yang paling, apa ya, kayak tau trus yang kayak nggak shock gitu, ya kebanyakan yang cewek gitu ya, kayak, ooh, iya nggak apa-apa, tapi gak tau ternyata di belakang, hahaha, nooo. Ya gitu, gak tau sih. Cuman aku juga gak langsung bilang, eh, aku gay lho. Kayak ngobrol dulu gitu kan, kayak drama dulu, hidup aku sedih, kayak gitu, hahaha. Trus ya itu, mereka tau, ya, ooh, kayak gitu, ya udah nggak apa-apa. Cuman kalo cowok, ada kok, temen juga, ya dia awalnya, eem, cuman jadinya tuh jadi kayak, nanya itu, nanya-nanya gitu kan, emang kalo gay tuh gimana? Nanti dia suka gak sama semua cowok, ya itu sih sama stereotype, begitulah ketakutan cowok-cowok yang, yaa, normal gitu lah ya, terhadap gay. Dikiranya kita suka sama semua cowok. R: Hahaha. Tapi sejauh ini, menurutmu, reaksi yang sering kamu terima gimana? Mengungkap orientasi seksual kepada teman dekat Mengungkap orientasi seksual kepada orang dekat Merasa bahwa perilakunya menunjukkan orientasi seksual Menyadari perbedaan reaksi dari orang lain; merasa kaget karena keterbukaan orang lain; mengungkap orientasi seksual kepada teman setelah beberapa waktu; ketidaknyamanan ketika ditempeli stereotip Menyadari perbedaan reaksi atas orientasi seksual; penerimaan orang lain sebagai sesuatu yang mengagetkan; merasakan afek negatif ketika menerima sikap negatif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 LN: Eemm, cukup baik sih. Jadi aku juga orangnya terbukanya sama beberapa orang aja gitu ya. Jadi, ya, mereka juga kayak welcome, terus sejauh karena, aku juga gak tau sih, aku juga kaget kok mereka maksudnya aku bilang aku gay, suka sama cowok gitu, hah, nggak apaapa, ooh, terus aku, masa gak masalah sih, rasanya kayak, aaahhh, kayak gitu. Lalu mereka ooh ya, selalu, oke, terus ya mereka bilang ya, ooh, kan kamu masih LN yang biasanya gitu. Kami senang sama kamu, ya gitulah maksudnya, ya, anaknya ya baik, apa lah gitu ya, mujimuji, hahaha. Itu lah, cuma reaksinya ya mayanlah, bagus, cuma ada juga sih yang suka, eemm, kaget trus.. R: kaget mengarah ke mana nih? LN: Kagetnya misalnya, hah? Serius? Kayak, maksudnya kayak, dia responnya tuh aku juga kaget maksudnya kayak, kayak misalnya LN gitu ya, feminin, trus aku bilang aku gay, maksudnya at least dia udah mungkin LN gay, dia tuh kayak nggak ada bayangan kalo aku gay sama sekali, trus hah? Masa? Hah, plis deh kayak gitu. Trus ya kayak masih shock, kayak nanya terus, emang bener kamu itu? Iya, dia bilang, hmm. Trus ada juga sih temen yang, mungkin kamu bingung. Hahaha. Mungkin kamu bingung, kamu butuh lebih dekat sama Tuhan, aaaahhh, hahahha. Ooh iya, mungkin kali ya. Hahaha. Ada, ada yang kayak gitu. Trus ada juga yang kayak ya nggak apa-apa. Kalo, sebenernya kalo keluarga sih, yang terbuka sama selain sama temen juga ada sih sama keluarga. Cuman malah sama ya misal kayak sepupu, gitu. R: Berarti bukan keluarga inti ya. LN: Bukan, bukan yang inti malah. Yang hubungan darahnya dekat malah sebenarnya mereka kayak gak tau apa-apa gitu. Takut sih sebenarnya bilang sama, eeh, orang tua atau saudara kandung gitu. Trus jadinya curhatnya ke sepupu, Menerima reaksi positif; mengungkap orientasi seksual kepada beberapa orang saja Merasakan afek positif ketika menerima dukungan; mengungkap orientasi seksual secara selektif Menerima reaksi negatif; mengungkap orientasi seksual kepada sepupu; nonkonformitas gender Ketidakselarasan antara diri otentik dengan diri ideal; merasakan afek negatif ketika menerima sikap negatif; keberanian untuk mengungkap orientasi seksual Keberanian mengungkap orientasi seksual ke sepupu; ketakutan akan reaksi negatif jika orientasi Keberanian mengungkap orientasi seksual; ketakutan akan reaksi negatif jika orientasi seksual PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 awalnya mereka juga kaget sih gitu kan, kayak kagetnya misal, kayak gak nyangka juga ternyata, mungkin mereka mikirnya mungkin LN cuma yaaa gayanya doang kayak cewek, tapi mungkin tetep aja, gitu. R: Tapi mereka bisa menerima? LN: Eemm, kalo yang sepupu aku yang aku curhatin ini, ya bisa sih, malah dia baik gitu kan, kayak temen tempat aku, apa, sering juga sih nasihatin karena aku orangnya, aduh, kalo udah percaya sama orang, itu dah kayak misalnya a sampe znya aku tuh kebongkar gitu lho, trus nanti orang ini mungkin entah dia nyebarin apa nggak aku juga gak peduli. Nah, si sepupu aku ini sering bilang, kamu kalo percaya sama orang hati-hati dong, gitu kan. Kan kamu itu, ya jangan diumbar-umbar. R: Oooh ya ya. LN: Padahal aku gak ngumbar-ngumbar sih. Ya cerita ke temen aku karena aku percaya sama dia. R: Jadi kamu, eeh, kan tadi kamu bilang kalo ini ya, apa namanya, kalo kamu terbuka juga sama beberapa orang aja, dan kamu juga bilang kalo kamu cerita cuma sama orang yang kamu percaya, berarti, eeh, apa sih yang membuat kamu merasa kamu bisa cerita soal diri kamu apa adanya ke orang lain itu? Apa yang ada di orang lain yang bisa buat kamu, ah kayaknya aku gak apa-apa nih kalo cerita sama dia? LN: He eh, kalo ngomong sama dia. Pertama sih, yang pertama tuh nyaman kan. Eeh, terus kayaknya, jadi, karena dia teman, kan sebelum, maksudnya sebelum kenal tuh pasti udah, ya semacam, apa ya namanya, eeh, apa sih namanya, kayak, eeh, neliti bukan sih, bukan kata yang tepat, tapi eh ada lah cuma aku lupa kosakatanya. Habis itu kayak semacam neliti teman kita, ni orangnya mudah dipercaya gak ya, terus kayak merhatiin gitu, sampe akhirnya ngobrol-ngobrol gitu kan. Awalnya ya dari ngobrol sih terungkap ke saudara kandung dan orang tua; kerenggangan dengan anggota keluarga inti Menerima reaksi positif dari sepupu; mengungkap orientasi seksual ke teman yang telah dipercaya; merasa tidak acuh dan mengabaikan reaksi negatif orang lain terungkap; kerenggangan dengan anggota keluarga yang menghambat pengungkapan diri Bersikap indifferent terhadap sikap negatif; mengungkap orientasi seksual atas dasar rasa percaya; menerima dukungan Mengungkap orientasi seksual hanya kepada teman yang dipercaya Mengungkap orientasi seksual atas dasar rasa percaya Rasa nyaman dan percaya mendorong perilaku mengungkap orientasi seksual; ada kelegaan ketika mengungkapkan apa yang selama ini disembunyikan; merasa tidak nyaman ketika harus selalu berpura-pura atau Mengungkap orientasi seksual atas dasar kenyamanan dan kepercayaan; merasakan afek positif sebagai efek dari pengungkapan orientasi seksual; merasakan afek negatif sebagai efek dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500 sampe akhirnya rasanya ini orang kayaknya mudah dipercaya, eh, bisa dipercaya gitu. Trus sampe ini ya udah mutusin untuk ngomong. Aku, apa ya, sampe memutuskan untuk sampe ngomong sama temen aku sendiri, sebenarnya aku gak bilang pun aku finefine aja gitu, toh gak ada yang peduli mungkin kayak gitu kan kalo aku pun itu. Aku mutusin biar mereka tau itu sebenernya, apa ya, lebih ke akunya sendiri sih ya. Jadi kayak ngerasa kalo dengan aku bilang itu rasanya kayak lega gitu sih. Eeh, jadi kayak kan selama ini istilahnya kayak disimpan gitu ya, karena kayak disembunyiin gitu kan, takut orang tau, trus orang cuma berasumsi, sampe akhirnya ngomong sendiri trus itu, itu kayaknya lega, trus rasanya jadi nyaman. R: Ya ya ya I see. Trus selama ini kamu kan udah terbuka, maksudnya lumayan terbuka dengan temen deket misalnya, dengan beberapa temen juga gitu kan, dengan saudara juga ada gitu, eeh, dari orang-orang yang kebetulan tau ini, kirakira, berarti kamu merasakan dukungan gak dari mereka? LN: Eeh, kalo dari mereka yang tau sekitar berapa ya, bisa dipersentasekan mungkin, ada 75% yang kayak support kayak gitu, trus sisanya kayak yang berusaha membenarkan gitu ya, gitu. R: Eem, emang kalo boleh tau bentuk support-nya kayak apa sih? LN: Jadi misalnya, kayak apa ya. Hahaha. Jadi misalnya, aduh lupa, eeh apa ya.. oh iya, kayak misalnya kan mereka udah tau nih kalo aku gay. Terus kan pasti, eeh, yaaa, ya namanya juga gay ya sama kayak orang lain juga pasti kadang kayaknya naksir siapa gitu, nah itu. Jadi misalnya malah karena mereka tau jadi enak buat ngobrol, eh aku tuh suka sama ini lho kayak gitu. Trus mereka, oooh, kayak, kayak apa lah semacam gitu. Sebenarnya support yang gitu-gitu doang sih, nggak menyembunyikan orientasi seksual penyembunyian orientasi seksual Menerima reaksi positif dari sebagian besar orang yang tahu; menerima reaksi negatif berupa pembenaran Menerima dukungan; menerima sikap negatif Menerima dukungan dalam bentuk didengarkan; membutuhkan dukungan berupa didengarkan; merasa nyaman ketika didengarkan Menerima dukungan; membutuhkan dukungan (bentuk: didengarkan); merasakan afek positif ketika menerima dukungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124 501 502 503 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 545 546 yang sampe, nggak yang sampe yang, LN, semangat yaaa, nggak. Cuman ya kayak, dengan mereka dengerin doang aku ngomong apa, itu dah kayak rasanya nyaman gitu ya, kayak mereka ya udah mendukung, maksudnya mendukung dalam hal ya, sebenernya mendengarkan, aku juga gak paham sih, entah mereka yang support yang kayak gimana. Cuma, bentuk kepedulian mereka dengan cukup mendengarkan aku, ngobrol, curhat apa, itu udah menurut aku udah dukungan sih kayak gitu. R: Berarti itu menurutmu itu udah cukup gitu ya? LN: He eh, udah cukup. R: Tapi selain, selain, selain mereka mendengarkan ceritamu, kira-kira menurutmu ada nggak bentuk lain yang mereka berikan sejauh ini? LN: Eem, apa ya, ada nggak ya. Dalam bentuk apa juga ya, kayaknya.. R: jadinya cuma baru itu atau gimana? LN: Kayaknya sih sejauh ini yang biasabiasa aja sih support-nya. Soalnya aku juga yang open, maksudnya cerita ke merekanya orangnya pun yang maksudnya temen-temen juga gitu kan. Jadi tuh kayak temen cuma temen main, kayak gitu. Jadi ya mereka jarang juga ketemu terus, jadi cuma kayak gitu-gitu aja. Jadi kalo misalnya lebih ke hal lain, lebih ke hal lain misalnya, apa ya masalah pribadi gitu, itu juga, malah mereka gak terlalu ikut campur juga sih, sampai akunya yang ngomong gitu kan. Tapi kalo sampe yang, yang lain-lain, apa ya, kayak menjodohkan, itu nggak ada, nggak ada, belum, belum, mungkin belum. Gitu sih. Ya baru sejauh itu sih support-nya. R: Iya ya. Tapi, ya, untung ya berarti punya temen-temen yang kayaknya bisa menerima kita apa adanya. Berarti sejauh ini, yang memberi, yang jelas-jelas kayaknya bisa menerima kamu, bisa Menerima dukungan dalam bentuk didengarkan; belum menerima dukungan dalam bentuk lain Menerima dukungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125 547 548 549 550 551 552 553 554 555 556 557 558 559 560 561 562 563 564 565 566 567 568 569 570 571 572 573 574 575 576 577 578 579 580 581 582 583 584 585 586 587 588 589 590 591 592 mendengarkan kamu itu temen deket sama tadi sepupumu tadi ya. LN: He eh, justru malah sebenernya orang yang di luar gitu ya. Malah yang kayak baru kenal. R: Baru kenal? LN: He eh, maksudnya yang baru kenal setelah kuliah, gitu. R: Ooohh, I see I see. LN: He eh, merasa nyaman, gitu sih. R: Trus ini, apa namanya, eeh, kamu ya kita taulah ya maksudnya, ketika menjadi berbeda.. LN: berbeda.. R: di lingkungan yang kayak gini, yang biar orang bisa menerima itu agak susah, kamu merasa di saat-saat seperti apa sih itu kamu merasa, aduh aku butuh, butuh didukung nih, butuh didengerin nih, butuh diterima nih, saat-saat seperti apa sih? LN: Hmm, kalo misalnya yang kehidupan sehari-hari sih, kalo yang, sebenarnya kehidupan sehari-hari sih biasa aja sih ya. Aku ngerasa udah yang kayak oh udah cukup sih rasanya gitu, kalo aku untuk masyarakatnya yang nerima, kayak gitu. Cuma rasanya tuh masih yang, lebih ke lingkup besar sih ya, maksudnya jadi kayak pola pikir sebagian besar masyarakat sih rasanya tuh yang masih kayak, ee, sedikit aja menyinggung hal itu lah, entah gay atau LGBT gitu rasanya tuh udah kayak, wah, perang dunia kayak gitu kan, trus rasanya oh my God, maksudnya kayak, aduh ini udah kayak gak bisa gimana gitu kan, gitu. Sebenernya kan kayak, apa ya, apa lagi kan kayak Amerika udah kayak open banget tuh, dah menghargai banget LGBT. Nah jadi tuh kayak Indonesia jadi kayak takut banget gitu kan, takut banget, juga bakal kayak gitu. Itu malah jadi kayak, eeh, minoritas yang bener-bener kayak gak boleh banget ada, gitu lho, kayak bakalan dibasmi gitu oleh beberapa oknum sih ya, cuma, ya itu sih, rasanya tuh kayaknya aduh susah Merasa diterima oleh Menerima orang di luar dukungan dari keluarga orang di luar keluarga Merasa tidak nyaman dengan reaksi negatif yang ditunjukkan lingkungan; kebingungan berperilaku dalam lingkungan yang menunjukkan sikap negatif Merasakan afek negatif ketika menerima reaksi negatif; kebingungan berperilaku dalam lingkungan yang menunjukkan sikap negatif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126 593 594 595 596 597 598 599 600 601 602 603 604 605 606 607 608 609 610 611 612 613 614 615 616 617 618 619 620 621 622 623 624 625 626 627 628 629 630 631 632 633 634 635 636 637 638 juga, mau berbuat apa gitu. Sebenernya cuma, apa ya, aduh gak tau nih nyambung apa nggak dengan pertanyaanmu. Hahaha. Ini malah jadi kayak curhat, piye to. Gitu sih, piye ya.. R: tapi gini, berarti gini, berarti kamu ngerasa kamu ternyata, oh kamu, sebenernya untuk sehari-hari mah udah, ya udah lah.. LN: he eh, udah biasa. Tapi sebenernya aku pengen pergi dari negara ini. Hahaha. Gitu, gitu, rasanya gitu. Sebenernya kayak gitu. Soalnya semakin hari rasanya semakin banyak tentangan. R: Hahaha, kok bisa? LN: Jadi, eehh, sebagai gay yang juga sedikit tertutup, aku kan juga orangnya gak terlalu, aku tuh malah punya temen, temennya itu malah ya maksudnya yang kayak cewek, mereka straight bukan lesbian apa segala macem, bukan LGBT, jadinya itu kayak, istilahnya aku satusatunya yang sendiri di antara mereka. Makanya aku tuh cari info, apa, tentang aku tuh ya aku sendiri, kayak gitu kan. Jadi mereka juga gak terlalu paham, makanya itu kayak, yaaa, tau hal-hal tentang gay di luar, apa sih yang terjadi dengan gay-gay di Indonesia rasanya ya tau sendiri gitu kan. Trus ya sebenernya mereka juga gak bisa jadi tempat aku kayak, eh tau gak sih kalo kami itu diginiginiin, dan itu mereka sebenernya belum jadi tempat untuk aku ngomongin hal itu sih. Jadi lebih ke mereka tuh ya lebih yang main yang biasa aja, kayak gitu. R: Hmmm. LN: Terus yang, ya tau, ya maksudnya sampe pengen bisa keluar negeri segala, sebenernya kayak hal-hal kecil aja udah dipermasalahin. Kayak misalnya kemarin aku pernah baca di website gak sengaja itu, cuma emoticon-nya Line dan WhatsApp nih yang baru-baru nih itu dipermasalahin, oh my God, can I just move from this country? cuma aku gak Merasa tidak bebas menjadi diri sendiri; keinginan untuk melarikan diri dari tekanan dari lingkungan Merasa sendiri di tengah-tengah teman-temannya; merasa belum bisa berbicara banyak tentang homoseksualitas kepada teman-teman Inkonsistensi? Di awal sempat bilang kalau cenderung mudah percaya dengan orang lain dan cerita tentang orientasi seksual Ketidakbebasan menjadi diri otentik; keinginan untuk bebas dari tekanan Merasa tidak nyaman dan kesal karena sikap negatif yang ditunjukkan lingkungan terhadap materi berbau homoseksualitas; keinginan untuk meninggalkan Merasakan afek negatif ketika menerima reaksi negatif; keinginan untuk bebas dari tekanan Merasa kesepian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127 639 640 641 642 643 644 645 646 647 648 649 650 651 652 653 654 655 656 657 658 659 660 661 662 663 664 665 666 667 668 669 670 671 672 673 674 675 676 677 678 679 680 681 682 683 684 punya duit. Hahaha. Rasanya tuh kayak, aduh, please deh, cuma, ah itu. R: Hahaha. LN: Cuma, aku kenal, maksudnya orangorang yang gay selain aku, aku kenal. Cuma aku gak yang dekat malah sama mereka, sebenernya pengen maksudnya kayak, hey gay, we are gay, hahaha. But I don’t think so they want me to be their company, wuuu, LN, wuuu. R: Ya ya ya, berarti kamu, apa ya, hahaha. LN: Pusing lho nanti kamu, nge ini, ngeanalisis. R: Tapi gini, apa namanya, berarti, kalau aku bertanya lagi, kayaknya mungkin hal yang mirip-mirip ya. Kamu merasa kamu terdukung, kamu merasa kamu diterima itu ketika apa sih? LN: Aku merasa terdukung dan diterima itu lebih ke misalnya, di kelas, he eh ya, di kelas gak ada diskriminasi gitu kan. Misalnya kayak mereka kan udah tau apaapa, sebenernya kadang itu kalau ada sedikit aja itu menyinggung kata-kata gay atau LGBT tuh rasanya, heeeh, kayak, duh ngapain sih ada tema kayak gini diomongin di kelas tuh rasanya, emmm, kayak semua orang tuh bakalan, tapi kalo ya dengan mereka diem aja atau kelas diem aja kayak gak peduli, gak yang liat ke LN gitu.. R: ooohh.. LN: he eh gitu-gitu tuh.. R: tanpa disadari gitu.. LN: he eh, berarti mereka, he eh. Cuma sebenernya gak ada, ya kayak gitu sih. He eh, trus ya merasa didukung sama, yaa, orang-orang terdekat, sebenarnya lebih ke, yaa, yang penting mereka nerima akunya, ini lebih ke akunya ya, maksudnya pendapat aku sih. Aahh, lebih bagaimana mereka nerima aku sih, sedalam, ya kehidupan sehari-hari lah paling nggak gitu kan. Jadi ya aku udah bersyukur banget kalau misalnya mereka dengan karakter aku, mereka bisa negara, namun terkendala masalah finansial Kerenggangan hubungan dengan teman-teman sesama gay; merasa tidak akan diterima bahkan oleh sesama gay (inferior?) Merasa didukung ketika tidak ada tindak diskriminasi, ketika tidak menjadi pusat perhatian ketika topik homoseksualitas dibahas; merasa tidak nyaman ketika topik homoseksualitas dibahas karena takut akan menjadi pusat perhatian (menjadi pusat perhatian karena berbeda?) Merasa didukung ketika diterima dan bisa berinteraksi tanpa perlakuan yang berbeda Merasa terasing (bahkan dalam kelompok gay); inferioritas Merasakan afek positif ketika didukung; ketakutan akan reaksi negatif (?) Memaknai dukungan sebagai penerimaan dan diperlakukan sama; merasakan afek positif ketika menerima dukungan (mengekspresikan rasa terima kasih) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128 685 686 687 688 689 690 691 692 693 694 695 696 697 698 699 700 701 702 703 704 705 706 707 708 709 710 711 712 713 714 715 716 717 718 719 720 721 722 723 724 725 726 727 728 729 730 berinteraksi kayak biasa aja, nyapa, apa lah pokoknya, itu udah, udah rasanya udah, oh thanks God, terima kasih. Udah merasa banget kalo di, yaaa, dianggaplah kayak gitu. R: Iya, bener-bener. Ya ya ya. Sambil dimakan dulu, kasihan itu udah dingin lho. Hahaha. LN: Eh kamu kalo misal kamu nanya apa, trus aku jawabnya rada-rada, hahaha, melebar, tolong dong dipersempit. Maksudnya, LN, gimana gitu, soalnya ini gimana aduh. Susah nih, kayaknya ngobrol sama aku tuh, pulau-pulau apa selalu terjamah. R: Nggak kok. LN: Takutnya kelebaran. R: Hahaha. LN: Boleh lho sambil nanya. R: Sambil ya. Hahaha. LN: Hmm. R: Kalo kamu sendiri, ini, kan tadi ternyata temen deketmu menerima, sepupumu juga menerima, kamu punya ini gak sih, punya, ya, menurut kamu, kira-kira apa sih yang membuat mereka terbuka tentang diri kamu sendiri gitu? LN: Maksudnya sampe mereka bisa nerima gitu ya kalo aku gay gitu ya. Mungkin, kalo menurut aku sih ya mungkin lebih karena karakter akunya sendiri. Jadi, mereka merasa kayak gitu kan, itu gak merubah aku gitu lho. Jadi selama ini, akunya sama mereka ya baikbaik aja hubungannya, ya aku juga mengerti mereka, mereka punya privasi segala macam apa kayak gitu, ya maksudnya ya membina hubungan baik lah dengan teman, keluarga itu tadi, sampe akhirnya aku terbuka dan mereka kayaknya, ooh, ya udah gitu lho. Mungkin selama aku nggak, nggak gimana gitu ya, nggak, ya mungkin semacam aneh kayak gitu, atau nggak berubah lah gitu istilahnya, bukan jadi LN yang jahat atau apa lah gitu istilahnya, gitu. Menjaga hubungan baik dengan teman dan saudara dengan cara tidak berubah atau tidak melakukan hal yang di luar “kewajaran”; menjaga harmoni (kolektivis); berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan (konformitas?) Menjaga harmoni; berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan (konformitas?) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129 731 732 733 734 735 736 737 738 739 740 741 742 743 744 745 746 747 748 749 750 751 752 753 754 755 756 757 758 759 760 761 762 763 764 765 766 767 768 769 770 771 772 773 774 775 776 R: I see I see. LN: Cuma, aku juga masih agak, gimana ya mungkin mereka nerima karena ya aku masih biasa aja gitu. Lain hal mungkin kalo aku bilang, hei aku dah punya pacar cowok lho, bulan depan kami bakalan nikah. Itu mungkin mereka, whaatt? Itu mungkin begitu, itu sih mungkin karena aku cuma terbuka, yang maksudnya aku gay, oohh gitu, emang itu apa? Ya itu aku suka tertariknya sama cowok. Oohh ya, dan mereka masih mikir mungkin karena, oh ya mungkin dia hanya sesaat, mungkin lho aku juga gak tau gitu kan, mungkin dia cuma sesaat, masih bingung. Mereka belum mikir kalo sebenernya itu adalah apa yang udah aku pilih gitu, istilahnya gitu, itu udah ada di aku. Mungkin itu mungkin mereka bakalan kaget kalo aku bilang aku udah punya pacar cowok dan bulan depan aku akan nikah. Itu tuh mungking mereka bakalan gila gitu. Hahaha. Mungkin ya, aku juga gak tau. Soalnya selama aku terbuka, ya aku cuma ngomong kalo aku gitu. Cuma ada sih yang nanya, trus kamu punya pacar? Aku bilang ada sih yang dekat, oohh, he eh, jadi mereka oohh, masih, mungkin ya, gimana lah gitu. Karakter, mungkin itu sih jadi lebih ke, kalo selama aku gak berubah menjadi misalnya dengan aku terbuka, aku gay, aku ke mana-mana bawa cowok aku, hahaha, terus nanti mereka, eeemm, LN, nah itu mungkin mereka agak risih gitu. Yang penting aku tau tempat kali ya, tau tempat dan situasi jadi mereka juga nyaman, akunya juga nyaman, begitu. Hahaha. R: Tapi gini, tadi kan kamu pernah, tadi kamu bilang kalo ternyata ada temenmu yang ketika tau, ternyata malah berusaha melakukan, membenarkan, tadi ada ya. Nah, berarti, apa ya.. LN: secara halus sebenernya ditolak. R: Ooh, berarti sebenernya mereka kayaknya keliatannya menerima tapi.. Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan; menjaga harmoni dengan tidak melakukan hal yang di luar “kewajaran”; ketakutan akan reaksi negatif Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan (konformitas); menghindari pemicu konflik demi menjaga harmoni; ketakutan akan reaksi negatif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130 777 778 779 780 781 782 783 784 785 786 787 788 789 790 791 792 793 794 795 796 797 798 799 800 801 802 803 804 805 806 807 808 809 810 811 812 813 814 815 816 817 818 819 820 821 822 LN: menolak sebenernya, mungkin secara halus. Mungkin istilahnya, LN, kamu kenapa? Mungkin, kamu sakit? Kan sering banget tuh dibilang sakit, penyakit gitu, hello, hahaha. Eeh, mereka pasti mungkin kaget gitu, kok LN kayak gitu, trus kayaknya berusaha membenarkan. Mungkin sebenernya niat mereka baik kayak gitu kan, karena mereka merasa mereka teman gitu kan, dan mungkin aku sedang dalam kesusahan, mereka merasanya kayak gitu, dan itu dari sudut pandang mereka. Padahal sebenarnya aku gak dalam kesusahan, aku bersuka ria. Hahaha. Dan aku mau berbagi kebahagiaan, tapi malah mereka menganggap itu kabar buruk gitu kan. Mungkin ya itu, mungkin sebenarnya memang dari, yaa, pola pikir mereka gitu. Cuma ya mereka ngomong yang eh, kamu mungkin kurang dekat sama Tuhan, diajak apa lah gitu, trus akunya kayak, kayak apa ya, lebih ke reaksi yang, eeh, semacam menjauh juga sih dari orang itu.. R: he eh.. LN: modelnya menjauh yang kayak, masih berteman, tapi nggak mengungkit itu lagi. R: Ooohh. LN: Trus, karena merasa kok, ooh, orang ini mungkin gak terlalu bisa menerima aku yang berbeda karena aku di, ya aku, dia nerima aku sebagai temannya, tapi kan aku gak mau dianggap sebagai teman yang sakit, kayak gitu kan. Gitu, makanya aku yang, aku ingin teman yang sehat. Hahaha. Jadi kayak kalo teman yang sakit kan, sini aku bantu cari obat, eemm, I don’t need the cure, gitu-gitu lah ya. R: I see I see, berarti, menurutmu itu sendiri, itu sendiri, menurutmu reaksinya positif apa negatif? LN: Eemm, reaksinya temen-temen yang misal kalo membawa, mengajak, ayo ayo, yang mungkin kamu kurang dekat dengan Tuhan, mungkin negatif ya, negatif. Merasa ditolak ketika teman melakukan pembenaran Ketidaknyamanan ketika dianggap “sakit” oleh teman; tidak nyaman ketika teman melakukan pembenaran; mengabaikan reaksi teman dengan menjauhi teman tersebut Merasakan afek negatif ketika menerima reaksi negatif; bersikap indifferent atas sikap negatif yang diterima Merasa kesal ketika dianggap “sakit” Merasakan afek negatif ketika menerima reaksi negatif Berusaha untuk tidak membahas homoseksualitas dengan teman yang Menghindari pemicu konflik; merasakan afek negatif ketika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131 823 824 825 826 827 828 829 830 831 832 833 834 835 836 837 838 839 840 841 842 843 844 845 846 847 848 849 850 851 852 853 854 855 856 857 858 859 860 861 862 863 864 865 866 867 868 Makanya itu aku berusaha untuk tidak terlalu dekat lagi. Eem, dalam artian, yang ngomongin itu lagi sama mereka, jadi mereka juga gak terlalu, eeh, kaget mungkin kali ya mereka. Terus, apa lagi? R: Berarti, kamu sendiri, menurutmu, ketika kamu, eh bukan, ketika kamu ternyata menemukan orang yang oooh bisa menerima, ooh bisa mendengarkan aku, bisa apa ya, bisa mendukung aku lah istilahnya ya, yang kamu rasain apa sih? LN: Yang aku rasain pertama pasti senang. Terus, kedua, senang. Ketiga, senang. Keempat, senang. Hahaha. Jadi kayak senang sih. Inti dari semuanya tuh kayak wow gitu, ternyata ada orang yang mau menerima aku karena aku merasa kayak, mungkin semacam kayak karena udah ada stigma dari masyarakat kan ya, itu adalah suatu penyakit, jadi aku kayak merasa aku membawa sebuah penyakit kayak gitu kan. Terus dengan aku bilang ke dia, trus dia bilang gak apa-apa kok, kayak gitu kan, kamu bukan, kamu meskipun kamu gay kamu tetep LN yang aku kenal, LN yang aku sayang karena kamu temen aku. Itu rasanya wow, senang banget, terharu gitu kan. Ini ada orang kayak gini, rasanya, makanya tuh kayak, gak boleh disia-siakan. R: Iya, bener bener. LN: Hehehe. R: Berarti, kalau ini, kalau, kan tadi kamu eeh, kamu juga pernah mendapatkan reaksi yang gak begitu baik ya. Kamu sendiri ketika menemukan reaksi kayak gitu, yang kamu rasain apa? LN: Eemm, merasa kayak ya sedih, trus kayak kecewa, kecewanya juga lebih ke aku sendiri, ngapain aku bilang, hahaha. Kayak gitu. Aduuuhh, kayaknya aku kurang ini nih, ini nih aku sembarangan ngomong sama orang, jadinya dia bakalan apa, kayak, aduuh, gawat nih, nanti dia bakal bocorin gak ya, rasanya kayak gitugitu kan. Cuma untungnya sih, sekalipun menunjukkan reaksi negatif karena tidak nyaman menerima reaksi negatif Merasa senang dan terharu karena diterima; merasa harus menjaga teman yang bisa menerima diri apa adanya Merasakan afek positif ketika didukung; menghargai orang yang memberi dukungan Merasa sedih ketika menerima reaksi negatif; kecewa pada diri sendiri karena mudah percaya dengan orang lain; sadar akan perbedaan reaksi terhadap orientasi Merasakan afek negatif ketika menerima reaksi negatif; menyalahkan diri atas pengungkapan orientasi seksual ke orang yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132 869 870 871 872 873 874 875 876 877 878 879 880 881 882 883 884 885 886 887 888 889 890 891 892 893 894 895 896 897 898 899 900 901 902 903 904 905 906 907 908 909 910 911 912 913 914 mereka reaksinya negatif, ya aku gak tau sih mungkin juga mereka ngomong di belakang, tapi mereka tetep biasa aja sih sama akunya. Cuma merasa ya sedih, trus yang begonya di aku kayak gitu. Kok percaya sama dia. Hahaha. Kayak gitu. Cuma ya ngapain juga, pasti ada yang pro, ada yang kontra. R: Iya sih ya. LN: He eh. R: Kamu menganggap dukungandukungan yang sudah ada itu sebagai apa sih? LN: Ooh, aku menganggap, misal mereka mendukung aku gitu kan. Cuma aku merasa kayak diterima di ya paling nggak masyarakat lah istilahnya kayak gitu, sekalipun itu hanya lingkup kecil, gitu ya. Terus aku juga memandang itu sebagai, eeh, cermin juga buat aku karena tadi kan aku udah, misal udah terbuka, ada yang terima, ada yang gak terima, ada yang kaget, dan segala macam kayak gitu kan. Ya aku merasa berarti ya memang keadaan aku tuh gak semua orang bisa terima kayak gitu kan. Maka, ya mana mungkin kayak, ya aku harus lebih hatihati lagi, kayak gitu kan. Hati-hati dalam arti maksudnya ya, selektif juga mungkin, eeh, dalam mengungkapkan sesuatu, kalau selektif berteman mungkin nggak ya, teman mah sama siapa aja, cuma lebih ke mengungkapkan yang ke hal pribadi, itu sih, gitu. Yaa, itu sih. Juga sebagai apa ya, sebenernya bagi aku, motivasi juga sih kadang. Jadi aku mau membuktikan ke orang-orang kalo sebenarnya, ya mereka mungkin pertama mereka gak terima, aku nunjukkin kalo sebenernya aku gay, tapi aku ya biasa aja, aku orangnya normal, dalam hal maksudnya, yaa, aku gak melakukan hal-hal aneh, kayak gitu, apa segala macam, kayak gitu. Terus aku juga mau kayak apa ya, nunjukkin ke mereka kalo stigma mereka yang gay berarti oh kamu berarti desainer, oh berarti kamu seksual; mengamini bahwa ada yang pro dan kontra atas homoseksualitas Inkonsistensi? Di awal sempat bilang kalo gak peduli kalo orang lain menyebarkan kabar tentang orientasi seksual, namun di sini kelihatan cemas tidak tepat; kesadaran akan perbedaan reaksi; bersikap indifferent atas reaksi negatif Menganggap dukungan sebagai bentuk penerimaan, reflektif; menyadari perbedaan reaksi terhadap orientasi seksual; kesadaran tersebut menuju pada pikiran bahwa harus lebih hati-hati dan selektif dalam mengungkapkan hal yang pribadi; menganggap dukungan sebagai motivasi untuk menunjukkan bahwa gay itu juga manusia biasa, normal, dan tidak selalu seperti stereotip yang ditempelkan selama ini; merasa tidak nyaman dan kesal ketika ditempeli stereotip; merasa menjadi obyek dehumanisasi Memaknai dukungan sebagai bahan refleksi; kesadaran akan perbedaan reaksi; kesadaran untuk mengungkapkan orientasi seksual secara selektif; merasakan afek negatif ketika menerima reaksi negatif; merasa termotivasi untuk mematahkan stereotip yang ditempelkan pada gay; keinginan untuk melawan dan mempertahankan eksistensi; merasa berdaya; merasa menjadi obyek dehumanisasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133 915 916 917 918 919 920 921 922 923 924 925 926 927 928 929 930 931 932 933 934 935 936 937 938 939 940 941 942 943 944 945 946 947 948 949 950 951 952 953 954 955 956 957 958 959 960 fashion nih aliranmu. Ya gak kayak gitu juga kali, gay is everywhere, gitu. Kayak motivasi juga sih, kayak mau nunjukkin, yaa, aku juga manusia, kayak gitu kan, punya kelebihan, punya kekurangan. R: Setelah kamu tau nih ternyata ada banyak orang yang ternyata bisa menerima kamu juga, bagaimana pandanganmu soal dunia, soal hidupmu? LN: Soal dunia.. eehh, banyak yang nerima rasanya lebih termotivasi ya, rasanya pengen ngelakuin apa aja, jadi banyak mimpi dalam hal segala macam, terutama, ya dalam semester depan kali ya, kayaknya lebih yang, wah, kayak gitu kan, peluang kayaknya ada aja. Kayaknya lebih, sebenernya lebih ke semua kayaknya sih semua orang di dunia kayaknya selama ini, semenjak yang maksudnya kayak terbuka ya, yang di Amerika Serikat lah ya, karena mereka kayaknya, sebenernya negara lain juga udah banyak yang terbuka, lebih dulu dari Amerika, cuma karena Amerika Serikat yang kayak patokannya dunia gitu ya, global, pusatnya, jadinya mereka terbuka dengan itu trus kayak semua orang yang gay itu jadi kayak, wah, kayak gitu kan, kayak termotivasi, kayak aku diterima, kayak gitu kan. Kayak, apa ya, supaya, sebenarnya paling pengen tuh kayak menyuarakan stop diskriminasi gitu kan, karena kasian kalo di-bully gitu kan. Ya untuk beberapa orang yang bisa bertahan mungkin ya bisa, gitu. R: Contohnya misalnya? LN: Kayak aku, aku, yaa, mungkin karena udah, ya istilahnya kebal kali ya, jadi gak peduli orang mau ngomong apa. Tapi kan kasian juga kalo orang yang gak tahan, pengen bunuh diri segala macam lah, kan paling sering kasus kayak gitu, gitu sih. Ya melihat dunia, semenjak banyak yang pro ya, terutama yang semenjak ini apa Amerika Serikat itu menyuarakan LGBT itu ya, itu kan banyak banget yang Melihat dunia dengan cara yang lebih positif setelah didukung, lebih diterima; merasa termotivasi untuk menjadi orang yang lebih baik dan melakukan banyak hal; ingin menyuarakan antibullying Merasakan afek positif ketika menerima dukungan; merasa berdaya; melihat dunia sebagai tempat yang lebih ramah setelah menerima dukungan; timbul motivasi untuk berjuang melawan diskriminasi Melihat dunia sebagai tempat yang lebih terbuka; merasa senang ketika diterima dan didukung; rasa takut yang mulai berkurang karena didukung Melihat dunia sebagai tempat yang lebih ramah setelah menerima dukungan; merasakan afek positif ketika didukung; semakin berani PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134 961 962 963 964 965 966 967 968 969 970 971 972 973 termasuk mendukung lah gitu kayak aktor, idola-idola kita lah, waaah mereka ternyata, itu kayak, wah aku diterima, kayak gitu rasanya kayak, oh Tuhanku, rasanya senang, makanya tuh kayak masa depan tuh ada aja jalan terbuka. Jadi kayak nggak takut lagi bilang aku gay. R: Bener bener, iya sih. Iya. Oke. Itu dulu aja ya. LN: Hah? Gak ada yang lain? I don’t wanna stop it. Masa cuma itu? R: Hahaha, itu dulu. Nanti kalau ada wawancara tambahan aku kabarin. menghadapi lingkungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135 Informan 3 (PRHR), 23 tahun Perpustakaan salah satu universitas swasta di wilayah DIY Pukul 10.32-11.06 WIB, 14 Maret 2016 Baris Transkrip Exploratory notes 1 R: Oke, eeh, aku pengen mulai dari ini 2 dulu, bisa tolong ceritain gak tentang 3 dirimu sendiri, apapun itu. 4 H: Cerita tentang nama, alamat, atau apa? 5 R: Ya cerita tentang, kamu sekarang 6 sedang ngapain, sedang kuliah mungkin, 7 atau sedang apa. 8 H: Hmm, kalo tentang pribadi paling ya 9 sekarang ini kan aku lagi kuliah, udah 10 semester 8, berarti udah tingkat akhir. 11 Selain kuliah kesibukannya juga ikut 12 organisasi di sebuah wihara di Jogjakarta. 13 Kemudian saya juga, eeh, aku juga punya 14 usaha online sih yang baru mulai sekitar 15 kurang lebih 3 minggu yang lalu. 16 R: Ooh masih baru? 17 H: Masih baru banget. Ya sebenernya 18 udah lama, sebulan. Tapi karena ada 19 permasalahan jadi diulangi lagi dan baru 20 mulai itu sekitar 3 minggu yang lalu. 21 R: Ooo ya ya. 22 H: Kurang lebih kesibukannya itu. 23 R: Oke oke. Eeh, online-nya sama, apa 24 namanya, ngurusinnya sama temen apa 25 sendirian sih? 26 H: Sama, apa ya namanya, bisa dibilang 27 temen, bisa dibilang kakak, bisa dibilang 28 orang yang disukai juga, hahaha. 29 R: Ya ya. Trus kalo itu kan kesibukanmu 30 sekarang ya, eeh, kalau dengan teman31 teman mungkin, apa namanya, saat ini 32 semester 8 toh, udah jarang-jarangnya 33 kuliah, tapi dengan teman sendiri gimana? 34 Masih sering interaksi? 35 H: Sama temen-temen sekarang udah 36 mulai jarang, soalnya pada sibuk sendiri 37 juga. Paling cuma ketemu itu 38 kemungkinan ketemu 2 minggu sekali 39 atau 3 minggu sekali dan kadang ada 40 beberapa temen yang udah gak bisa 41 ketemu lagi karena sibuk sendiri-sendiri, 42 kalau untuk temen kampus. Tapi kalau Tema PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 temen-temen di kost ya masih karena kan di kost-an kan, setiap hari masih bisa ketemu. Kalau temen-temen di organisasi juga udah mulai jarang ketemu juga karena kesibukan sendiri itu, kayak gitu. Tapi masih tetep interaksi masih lancar, lewat sosmed atau lewat chat itu masih lancar-lancar aja. R: Trus kalau menurut kamu sendiri, eeh, interaksimu dengan, pola interaksimu dengan teman-temanmu itu seperti apa sih? Kan maksudnya pasti ada temen yang ooh deket, ada temen yang biasa aja, cuma sekadar temen kampus, sekadar temen di organisasi, eeh, interaksimu dengan mereka tuh apakah ada perbedaan atau gimana? H: Kalau interaksi dengan temen-temen ada perbedaan. Misal dari temen kampus ada yang jadi temen deket itu paling sekitar 6-7 orang. Kalau temen-temen di organisasi deket semua. Kalau tementemen di kost, ya cuma beberapa orang aja sih. Tapi masih bisa dibilang deket juga. Urusan permasalahan atau apa banyak cerita ke temen kampus ataupun tementemen di organisasi, gitu. R: Ooh berarti kalau, apa namanya, itu yang temen-temen deket itu ya, ceritacerita gitu. Emang biasanya ceritanya tentang masalah apa sih yang diceritain? H: Banyak, masalah galau, masalah tugas, masalah lagi berantem lah atau apalah, kayak gitu. R: Tapi dari sekian banyak temenmu itu ada yang tau soal orientasimu? H: Hampir semua kayaknya. R: Hampir semua? H: Iya hampir semua. Apalagi terutama temen-temen di organisasi itu, kan tiap tahun berganti, karena kan ada maba diajak lagi, ada maba diajak gabung. Ya kalau dihitung-hitung udah 4 tahun berorganisasi, paling cuma maba-maba yang belum tau, dan itupun cuma beberapa orang, 2 atau 3 orang, sisanya Menceritakan masalah pada teman dekat di kampus maupun organisasi; mencari dukungan dari teman-teman Terbuka pada orang-orang dekat; membutuhkan dukungan saat menghadapi masalah Menceritakan Terbuka pada berbagai masalah orang-orang kepada teman dekat; membutuhkan Mengungkap dukungan saat orientasi seksual menghadapi hampir ke semua masalah; teman; Mengungkap Mengungkap orientasi seksual orientasi seksual PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 udah tau semua. Kalau temen-temen kampus, kurang lebih hampir satu angkatan udah tau. R: Apa, apa yang membuatmu merasa, gini, itu mereka bisa tau karena kamu sengaja memberitau atau gimana? H: Eeh, kalau diceritakan sih dulunya itu gak berani ngomong sebenernya. Tapi waktu ikut organisasi di wihara itu, ada 1 orang yang aku suka. Nah, berhubung waktu itu aku belum pengurus kan, aku ngomong sama orangnya, tapi aku ngomongnya hanya sekadar bilang kalo aku suka sama kamu, kayak gitu. Nah setelah itu, tak pikir mereka akan jauh atau akan benci karena hal-hal kayak gitu dianggap orang sebagai sesuatu yang tidak benar. Tapi dari pihak orangnya ternyata tidak mempermasalahkan hal itu dan dia bilang, dia bilang, eeh, ya hal seperti itu memang wajar ada, dan tidak ada bedanya dengan kita yang ini, cuman ya, kalo untuk semua orang punya perasaan yang sama, nggak bisa. Dan semenjak itu, dan orang itu ternyata bercerita ke temen-temen yang ada di wihara dan temen-temen di wihara semuanya bisa nerima. Semenjak itu aku berani membuka diri, gitu. Dan kebanyakan sih memang beberapa mereka sudah tau, sudah tau karena melihat sendiri, sudah tau karena diberi tau, dan sudah tau karena ya gosip. Hahaha. R: Trus, berarti kan orang-orang tau itu karena ada berbagai macam cara, berbagai macam ya, ada yang kamu kasih tau sendiri, ada yang mereka dikasih tau orang lain. Ketika kamu memberi tau secara sukarela ke orang lain, apa sih yang mendorongmu untuk melakukan itu? H: Males sembunyi aja. R: Males sembunyi. H: Dalam artian seperti kayak menipu diri sendiri sih. Karena prinsipku selama tidak merugikan orang lain dan diri sendiri, lebih baik jujur aja. Toh jujur lebih baik hampir ke semua ke hampir semua teman di kampus teman maupun organisasi Ketidakberanian untuk mengungkap orientasi seksual; mendapat penerimaan dari teman-teman di wihara; keberanian untuk mengungkap orientasi seksual setelah diterima Ketakutan atas reaksi negatif jika orientasi seksual terungkap; menerima dukungan dari teman; keberanian untuk mengungkap orientasi seksual setelah menerima dukungan Enggan menyembunyikan identitas; Keengganan untuk menyembunyikan orientasi seksual; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 ketimbang kita menipu diri sendiri, apalagi nipu orang, kayak gitu kan, akan membebani diri sendiri, kayak gitu. Dan selama ini juga berteman pun, temen juga ngerasanya tidak pernah dirugikan, malah memba, terbalik seperti merasa dibantu terus. Toh juga, kita membantu orang ketika bersosialisasi di kehidupan seharihari tidak ada hubungannya apakah dia itu suka sesama jenis ataupun suka lawan jenis, kayak gitu. R: Trus apa yang kamu rasakan ketika kamu berani, ketika kamu membuka diri? H: Awalnya sih takut, takut gak punya temen atau apa. Tapi, ooh iya, gini, sebenernya orang yang pertama kali tau aku suka sama sejenis itu temen deketku banget yang dulu udah dari SD temenan. Nah, awalnya itu, dia kan temen ceritaku, temen curhatlah bisa dibilang, cuman dia, dia belum tau kalo aku suka sama cowok. Terus suatu ketika dia sendiri yang nebak dan dia sendiri yang bilang ya udah tidak apa-apa, hal seperti itu gak apa-apa, kayak gitu kan. Akhirnya dari situ mulai berani sedikit, tapi gak berani membuka diri, masih belum berani. Akhirnya di Jogja, saat ikut organisasi, ketemu orang di organisasi, suka sama orang itu, dan dia bilang itu biasa aja, dan banyak orang yang bisa menerima, akhirnya dari situ mulai berani ngomong. Awal-awal sih memang takut untuk membuka diri atau gimana karena takut semua orang gak bisa nerima kan. Tapi selama ini aku punya temen atau apa, semuanya bisa nerima dan itu seperti ada feeling-nya kayak, kita ketemu sama seseorang, orang ini udah, ooh ini orang yang kalo aku jujur, dia bisa nerima, kalo ini kalo aku jujur dia akan begini, ooh kalo ini gak usah jujur sama yang ini, yang ini udah, gak usah dideketin, kayak gitu. Jadi seperti kayak insting serangga kali ya. Jadi bisa tau mana-mana orang yang tepat untuk dijadikan temen dan mana-mana orang Merasa bahwa menyembunyikan orientasi seksual adalah sama dengan menipu diri sendiri; merasa bahwa menyembunyikan orientasi seksual akan membebani diri sendiri; merasa bahwa orientasi seksual bukan penghalang untuk membantu orang lain Keinginan untuk menjadi diri otentik; merasa terbebani ketika menyembunyikan orientasi seksual; mengabaikan orientasi seksual ketika berinteraksi dengan orang lain Merasa takut tidak punya teman dan tidak diterima jika mengungkap orientasi seksual; keberanian untuk mengungkap orientasi seksual yang timbul setelah mendapat penerimaan dari teman-teman; kesadaran akan perbedaan reaksi yang diterima terkait orientasi seksual; kesadaran untuk mengungkap orientasi seksual secara selektif Ketakutan akan reaksi negatif jika orientasi seksual terungkap; keberanian untuk mengungkap orientasi seksual setelah menerima dukungan; menyadari perbedaan reaksi atas orientasi seksual; kesadaran untuk mengungkap orientasi seksual secara selektif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 yang bisa kita kasih tau, bisa terbuka banget, mana yang nggak. R: Berarti kamu gak membuka diri kepada semua orang kalo kayak gitu? H: Iya, bisa jadi sih. Karena ingin membuka diri tapi beberapa orang juga, bukannya mereka tidak bisa nerima, ada yang, selama ini sih bertemu orang, mereka bisa menerima. Tapi, ada seperti kayak, ya kalo bisa beginilah, kalo bisa begitulah, janganlah, inilah, seperti oh iya, oh iya. Ada beberapa. Tapi beberapa selama ini kebanyakan bisa nerima, bahkan sudah melebihi seperti temen deket sendiri. R: Oke oke, berarti tadi ya ketika sama temen deket tuh cerita banyak ya soal masalah-masalahmu. Kalo sama tementemen yang biasa aja gimana? Maksudnya temen-temen yang itu gak terlalu intens berhubungan sama kamu. Apakah kamu juga membuka diri ke mereka? H: Karena aku orangnya suka cerita dan juga cerewet, ya, cerita-cerita aja sih. Aku merasa kalo sudah nyaman sudah cerita aja, gak masalah, kayak gitu. Terlalu gampang percaya sama orang sih tepatnya. Jadi gak peduli dia deket banget atau jauh banget ataupun baru kenal kayak gitu kan, tapi kalo udah merasa dia itu, oh ini gak apa-apa diajak cerita, aku akan cerita. R: Hmm ya ya. Tapi sejauh ini banyak yang menerima? H: He eh. R: Oke oke. Eeh, menurutmu sendiri apa sih yang membuat orang-orang itu, apa sih yang membuat temen-temenmu itu bisa menerima kamu apa adanya? H: Hmm, apa ya, mungkin karena selama ini yang dilihat mereka itu bukanlah aku ini suka cowok apa suka cewek. Tapi apa yang bisa kuberikan sama mereka. Ketika kita berteman, ketika kita dekat sama seseorang, seseorang kan akan lebih melihat apakah kamu merugikan dia atau Mendapat penerimaan dari sebagian besar orang yang ditemui; keinginan untuk membuka diri terhambat oleh sikap orang lain yang cenderung mengontrol; merasa tidak nyaman dengan usaha orang lain untuk mengontrol perilaku informan sehingga informan enggan membuka diri Menerima dukungan; faktor eksternal yang menghambat pengungkapan orientasi seksual; menerima sikap negatif Keberanian dalam mengungkapkan orientasi seksual atas dasar rasa nyaman dalam interaksi dengan orang lain Keberanian untuk mengungkap orientasi seksual setelah menerima dukungan Merasa bahwa orang lain akan bersikap baik jika informan bersikap baik kepada orang lain; tidak menuntut orang lain untuk menerima diri Memandang lingkungan dengan cara yang positif; tidak meminta orang lain untuk mendukung; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 tidak, kan? Ketika kita bisa memberikan manfaat dan kita bisa baik sama orang, orang pasti akan baik kepada kita, seperti itu. Karena selama berteman juga aku tidak banyak, aku tidak banyak untuk, tidak banyak menuntut mereka harus bagaimana, harus menerimaku apa tidak. Aku hanya berperilaku bahwa, kamu membutuhkan bantuan apa, aku akan memberikan bantuan itu, kamu, saya ingin diperhatikan sama orang, jadi saya akan memperhatikan orang melebihi apapun itu kan, sistemnya seperti itu. Jadi, selama kita oke sama orang, orang pasti juga akan baik sama kita, itu aja sih. R: Hmm. Berarti selama, apa namanya, selama kamu bisa bermanfaat bagi orang lain, selama tidak merugikan orang lain, kamu merasa identitasmu sebagai gay itu bukan sesuatu yang perlu dibahas gitu ya. Sejauh ini orang-orang yang bisa menerimamu itu siapa aja? H: Sejauh ini temen-temen di kampus, temen-temen di organisasi, kemudian temen-temen deket, trus adikku.. R: saudara? H: Saudara, teman dekatku, partner-ku, kayak gitu. R: Kamu berapa bersaudara sih? H: Cuma berdua. R: Ooh berarti kamu anak pertama? Ohh ya ya ya. Terus, apa namanya, di saat-saat seperti apa sih kamu merasa kamu butuh penerimaan, butuh dukungan? H: Di saat-saat apa ya, suka sama orang mungkin. R: Di saat-saat suka sama orang? Kok bisa gitu? H: Karena ketika aku suka sama orang itu aku bener-bener kayak suka sama dia dan gak mau bilang ke, apa, minimal hubungan pertemanan kami gak hilang gitu lho. Karena selama ini pengalamanku ini aku suka sama orang tapi orang itu kan sukanya sama cewek, bukan sama cowok, di situ perkaranya kan. Nah, di saat seperti informan; memiliki intensi yang besar untuk membantu orang lain tanpa pandang bulu Mendapat penerimaan teman-teman saudara kebutuhan untuk menjaga relasi dan menolong orang lain Menerima dari dukungan dan Membutuhkan dukungan di saat sedang menyukai seseorang; Membutuhkan bantuan dalam bentuk didengarkan, diberi saran tentang Membutuhkan dukungan di saat menyukai seseorang; ketakutan akan ditinggalkan jika orientasi seksual terungkap; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 itu yang membuat aku suka sama, jadi tuh kan bukan fisiknya dia, tapi bagaimana kepribadian dia dan itu yang kadangkadang bikin sebel sendiri kan. Nah, di saat-saat seperti itu aku butuh dukungan orang, kayak gitu. Kayak seperti bisa menjadi temen curhatku, terus memberikan solusi, setelah itu aku bisa tetep temenan sama dia. Makanya kadangkadang aku kalo sudah dekat sama seseorang, agak jaga jarak sendiri. Jadi bukan orang yang jaga jarak ya, tapi aku sendiri yang jaga jarak, kalo bisa menjauh, aku yang menjauh. Karena takutnya kalo aku sudah nyaman sama dia, malah jadinya suka kan. Karena rasa suka yang diawali dengan rasa nyaman itu yang susah hilang kan. Mungkin bagi beberapa orang, suka-suka mereka hanyalah suka, oh ketika lihat fisiknya, ih ganteng banget aku suka sama dia kan. Tapi aku, ketika dekat sama orang, kenal sama dia, berteman dengan dia, di pertengahan jalan sampe punya rasa suka sama dia, di situ aku merasa bahwa aku akan jatuh dan butuh pertolongan orang, butuh dukungan orang-orang, dalam artian dukungan seperti memberikan solusi, terus kemudian memberikan saran bagaimana seharusnya bertindak, seperti itu. Dan pengalaman selama ini, ketika aku suka sama orang, kebanyakan aku ngomong sih ke orang itu. Dan setelah itu udah, lega. R: Hmm. Apa yang membuatmu berani langsung ngomong ke orangnya tuh lho? H: Sudah percaya kalo orangnya gak bakalan pergi. R: Oooh. H: Kayak gitu. Ya kecuali yang terakhir kemaren sih, yang sekarang jadi partner kerjaku ini, awalnya sih agak takut. Tapi merasa karena, orangnya sendiri juga tipenya maksa ketika, karena, aku kan berubahnya drastis ketika aku sudah mulai ke tahap yang takut, itu aku dari cerewet banget, hiperaktif banget jadi pasif bagaimana harus bertindak, dan diberikan solusi ketika sedang menyukai seseorang; sengaja menjaga jarak dengan orang yang disukai karena takut mengalami rasa suka yang lebih dalam; merasa lega setelah mengungkapkan perasaan merasakan afek positif setelah mengungkapkan orientasi seksual dan perasaan Keberanian untuk mengungkap orientasi seksual dan perasaan didasari rasa percaya pada orang lain; Mengungkapkan perasaan ketika Mengungkap orientasi seksual berdasarkan rasa percaya; Ketakutan akan reaksi negatif jika orientasi seksual terungkap; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 banget, kayak gitu. Dan di situ dia bertanya, dan akhirnya mau gak mau ngomong. Ya awalnya dia ngerasa takut atau gimana, tapi akhirnya sampe sekarang malah tinggalnya satu kost bareng, gitu. Udah lama sahabatan. Dukungan-dukungan ya seperti itu. R: Tapi sejauh ini yang, sejauh ini yang kamu dapatkan dukungannya bentuknya seperti apa? H: Penerimaan, bisa menerima tanpa menuntut aku harus bagaimana, ya kamu jangan terlalu terbuka sama orang lah, gak semua orang bisa nerima, gitu katanya kayak gitu, terutama yang ini, partner-ku ini. Terus yang kedua, ketika saat down, banyak support seperti ngasih semangat atau apa, kayak gitu. R: Selain itu ada nggak bentuk dukungan yang lain? H: Ada sih, tapi gak tau itu dukungan apa bukan. R: Seperti apa? H: Nih, partner kerjaku ini. Kan dia awalnya takut, trus tiba-tiba beberapa minggu lalu, eh bulan ya, sebulan yang lalu atau beberapa minggu yang lalu, tibatiba entah ada angin atau apa, dia tiba-tiba kita bercanda-bercanda, trus dia bilang, ya, apa namanya, dukungannya itu seperti kayak memberikan support, ya aku memang gak bisa jadi pacarmu atau apa, tapi aku bisa menyayangimu, gitu. Dia seperti itu bilangnya. Gak tau sih dukungan atau apa, tapi bagiku itu seperti sebuah penyemangat aja, gitu. Karena kan selama ini, eeh, ya memang kadangkadang agak gimana gitu, gak semangat, gak semangat, tiba-tiba denger itu, aku merasa semangat. R: Terus di saat-saat seperti apa sih kamu merasa kamu mendapat dukungan? H: Saat-saat seperti apa ya? Paling di saat galau, itu sih Ko, aku juga kurang tau e. Saat-saat ada masalah berat, pastinya itu dapet dukungan. Di saat kata orang bahwa dipaksa oleh orang yang disukai; merasa enggan untuk mengungkapkan perasaan karena takut ditinggalkan; sempat menerima reaksi negatif, namun kemudian reaksi tersebut berubah menjadi penerimaan; Menerima dukungan dalam bentuk pemberian saran dan pemberian semangat di saat sedang down menerima negatif sikap Menerima dukungan dari orang yang disukai; menganggap dukungan yang diterima sebagai penyemangat; merasa semangat ketika mendapat dukungan Menerima dukungan; memaknai dukungan sebagai penyemangat; merasakan afek positif ketika menerima dukungan Menerima dukungan Mendapat dukungan Menerima ketika sedang dukungan mengalami masalah berat; mendapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 LGBT itu bisa bagaimana, tapi tementemenku selama ini menganggap aku biasa-biasa aja, kayak gitu, mungkin itu dukungan-dukungan yang kurasakan, saat-saat seperti itu. R: Ya, ya. Ketika kamu mendapat dukungan, ketika kamu diterima, disemangati, yang kamu rasakan apa? H: Yang pasti sih waktu dulu pertama kali dapat dukungan, temenku itu tau bahwa, terutama adikku ya, aku merasa lebih ringan aja melangkah. Jadi, seperti nggak takut gitu lho. Kan dulu itu juga sebenernya takut ngomong jujur ke orangorang, takut adikku yang kena, diejek atau apa. Karena kan ya di tempatku orangorangnya juga, ya bisa dibilang agak udik sih. Jadi, yang kayak gitu ya dipakenya bahan ledekan to. Nah, akhirnya setelah di Jogja aku tau, aku bergaul, dan ternyata bisa menerima orang-orang, dan adekku sudah tau, dan adekku bilang gak masalah, gak apa-apa, bahkan dia bilang memangnya kenapa kalo aku senengnya cowok, kayak gitu kan, gak masalah dia bilang. Trus di situ aku merasa lebih ringan aja melangkah, jadi seperti kayak, oh ya sudahlah adekku ternyata bukanlah orang yang nge-judge aku seperti apa juga, aku bisa lebih santai lagi sekarang, gitu. Karena dulu kan lebih banyak sembunyi-sembunyi dan itu menekan kan, jadinya menekan diri sendiri juga. Setelah bisa terbuka kayak gitu dan mereka mendukung, aku bisa lebih senang, melangkah lebih ringan tanpa beban, kayak gitu. R: Apa yang membuatmu, apa ya, apa sih yang membuatmu berani ngomong ke adekmu? H: Apa ya, waktu itu waktu dia di kost-an karena sudah bingung berat mau cerita ke siapa, karena kan yang aku punya sekarang di Jogja waktu dulu pertama kali kan, temenku satu yang dari SD itu aja, sama satu lagi itu adekku. Nah, pada saat dukungan dari teman-teman di saat orang-orang menganggap bahwa LGBT itu hal yang negative Merasa senang, lebih ringan dalam melangkah, tidak takut lagi, tidak terbebani dan lebih santai ketika menerima dukungan; sempat enggan untuk mengungkap orientasi seksual karena takut adik menjadi target ejekan; merasa tertekan ketika harus selalu menyembunyikan orientasi seksual Merasakan afek positif ketika menerima dukungan; ketakutan atas reaksi negatif jika orientasi seksual terungkap; merasakan afek negatif ketika harus selalu menyembunyikan orientasi seksual Kebingungan ketika menghadapi masalah mendorong informan untuk mencari dukungan yang melibatkan Membutuhkan dukungan saat menghadapi masalah; merasakan afek negatif ketika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 itu kan posisinya aku sedang suka sama, eeh, koko di wihara, udah lama banget, sekarang udah gak di Jogja lagi. Saat itu kan aku gak punya temen untuk cerita, satu-satunya cuman mereka berdua, ya kalo cuma cerita ke satu orang, gak menemukan solusi yang pas, gitu pada saat itu. Akhirnya, adekku nanya kenapa diem, di situlah, udahlah berani ajalah, ngaku-ngakulah, dia marah, marahlah, bodo amat, waktu itu kan. Cerita, ngaku, dia seperti itu jawabnya, ya udah. R: Waktu itu responsnya kayak gimana? H: Dia cuma bilang kayak gini sambil main PS, trus emang kenapa? Diem lagi, trus gak ada respons apa-apa lagi, trus dia ketawa-ketawa. Jadi aku merasa, ini adekku bukan ya? Hahaha. R: Berarti, apa namanya, dia cuek ya? H: Tipikalnya cuek banget. Cuek tapi dia penyayang. R: Ooo baguslah. Hahaha. Lagi kuliah sekarang. H: Kuliah. R: Di? H: UKDW. R: Semester? H: Angkatan sama. R: Angkatannya sama? Kok bisa? H: Kan kuliahnya bareng. R: Hah, gimana? Aku gak ngerti. H: Eeh, aku sama adekku SMP-nya bareng, karena dulu papa mamaku kan cerai. Dulu papa mamaku cerai itu, aku sempet berhenti sekolah, trus akhirnya aku sekolahnya barengan sama adekku. R: Ooh begitu. Ya ya. Oo berarti sekarang kalo balik ke Bali tinggalnya sama? H: Mama. R: Sama mama. Berarti tadi ketika kamu mendapat dukungan ya, kamu merasa seneng, kamu merasa langkahmu lebih ringan karena gak ada beban. Kemudian ketika kamu gak mendapat dukungan, ketika kamu, ya itu tadi bertemu orang- pengungkapan orientasi seksual informan; membutuhkan dukungan dalam bentuk didengarkan dan saran; merasa bingung dan tidak nyaman ketika tidak memiliki teman cerita saat sedang menghadapi masalah Menerima tidak acuh saudara tidak menerima dukungan di saat sedang menghadapi masalah sikap Menerima dari dukungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500 501 502 503 orang yang ternyata gak bisa menerima, apa yang kamu rasain? H: Paling cuma mikir, oh dia gak bisa nerima, ya udahlah. R: Gitu? cuek aja? H: Cuek aja. Karena satu di antara sekian orang dan kebetulan orangnya memang, feeling dari awal bukanlah tipikal, oh ini bukan tipe temenku, kayak gitu. Jadi, ya udah aku cuek. Ibarat kata ya dari, apa ya, dia punya haknya sendiri, aku punya hakku sendiri, kayak gitu. Jadi ya sudah dia mau berkomentar apa pun, dah terserah, silakan. Karena kan prinsip orang juga berbeda dan pengertian orang juga berbeda-beda. Mungkin bagi mereka karena dulunya dia pernah diganggu atau diapakan sama kaum LGBT, dia menganggap hal seperti itu menjadi sebuah pengganggu atau apa, gitu kan. Tapi bagi temen-temenku selama ini, karena aku berteman sama mereka gak pernah apa-apain mereka juga, gitu kan, jadi mereka akan baik-baik aja. Jadi ya, responsku cuman, oh gitu yaudah. Hahaha. R: Tapi pernah menerima respons yang negatif? H: Eeh, respons negatif selama ini sih belum. Paling kemaren ketika KKP, kebetulan temenku itu ada yang, waktu aku cerita tentang bahwa dulu pernah, ya aku sendiri juga walaupun salah satu dari kaum LGBT itu tapi kalo digangguin sama banci ya agak gimana gitu. hahaha. R: Hahaha. Trus trus? H: Ya aku pernah cerita kalo dulu pernah diganggu kayak gitu, dan dia meresponsnya bahwa aku bagaimana banget gitu. Trus aku bilang, oh gitu ya, oh ya udah, gitu. Karena yang tau aku seperti apa adalah temen-temenku selama ini yang aku ajak kan, dia kan orang yang baru aku ketemu saat ini, gitu lho. Dan dia belum tau aku seperti apa, mungkin kalo dia merespons seperti itu ya udah, gak, Bersikap tidak acuh ketika tidak diterima; menyadari perbedaan reaksi orang lain terkait orientasi seksual Bersikap indifferent terhadap sikap negatif; Bersikap indifferent terhadap sikap negatif; menyadari perbedaan reaksi terkait orientasi seksual; tidak merasa terganggu dengan sikap negatif; Merasa terganggu Merasakan afek jika diganggu oleh negatif ketika orang transgender menerima perlakuan tidak menyenangkan dari sesama LGBT Bersikap tidak acuh pada reaksi negatif yang ditunjukkan orang lain; menerima respons negatif berupa saran untuk kembali ke “jalan yang benar” Bersikap indifferent pada reaksi negatif; menerima sikap negatif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 545 546 547 548 549 550 gak mempermasalahkan. Gitu aja. Karena, ya kemaren ketika KKP kebetulan 3 orang sih anak akuntansi, tiga-tiganya mereka seperti apa, ada yang bilang lah, sudah kembalilah ke jalan yang benar. R: Hahaha. H: Aku butuh penjelasan, seperti itu kan. Trus kemudian, udah kamu harus sembuh, oh gitu, ya udah besok cari obat, aku bilang gitu. hahaha. Yang satu malah, apa kamu mau aku ajak ke Sarkem? Oh boleh kapan-kapan ya. Hahaha. Ya santai aja. Itu cara aku menghadapi. R: Oke oke. Menarik sekali ya. H: Hahaha. Lah aku harus menanggapinya seperti apa, masa aku harus down gitu kan, sedangkan diriku harus KKP dan sebenernya ya memang dari awal bertemu sama mereka, oh 3 orang ini tipe orang yang bukan open-minded banget, kayak gitu. Walaupun mereka bilang aku ini open-minded, kayak gitu. R: Ooh ya, berarti mungkin cuma katakata aja gitu ya. H: Iya, kata-kata aja, kayak gitu. R: Nah trus, eeh, berarti selama ini kamu kan menerima banyak dukungan ya dari temen organisasi kampus, temen deket. Kamu menganggap dukungan dari mereka itu sebagai apa? H: Sebagai tombak untuk menghancurkan dinding yang besar, jika diibaratkan. Dalam artian ya, dukungan mereka itu seperti alat pemacu supaya aku bisa terus maju, gitu lho, tanpa memikirkan bahwa aku ini apa dan siapa. Dalam artian, ya, penyemangat hidup bisa dikatakan. Karena kan gak semua orang, gak semua kaum gay yang bisa mendapatkan orangorang yang seperti itu. Ya seperti contoh yang kita tau kan kayak dulu si Rian Jombang itu kan kenapa dia bisa berperilaku seperti itu bisa jadi karena penolakan sosial temen-temennya kan bisa jadi kan. Dia tidak memiliki teman Menerima reaksi negatif berupa anggapan bahwa informan “sakit”; menghadapi reaksi negatif dengan sikap santai dan penuh humor Menerima sikap negatif; menghadapi sikap negatif dengan tenang; tidak merasa terganggu dengan sikap negatif Merasa bahwa reaksi negatif harus dihadapi dengan santai; menyadari perbedaan reaksi orang lain terkait orientasi seksual Menghadapi sikap negatif dengan tenang; menyadari perbedaan reaksi terkait orientasi seksual Menganggap dukungan sebagai tombak penghancur dinding, pemacu supaya dapat terus maju, penyemangat hidup; merasa beruntung karena tidak semua gay memiliki temanteman yang mendukung; menganggap bahwa mengalami penolakan dari orang Memaknai dukungan sebagai pendorong dan penyemangat hidup; merasa beruntung karena mendapat dukungan; merasa bahwa orientasi seksual bukanlah penghambat dalam berinteraksi; menganggap bahwa penolakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147 551 552 553 554 555 556 557 558 559 560 561 562 563 564 565 566 567 568 569 570 571 572 573 574 575 576 577 578 579 580 581 582 583 584 585 586 587 588 589 590 591 592 593 594 595 596 yang mendukung dia, dia tidak memiliki sahabat yang bisa mendengarkan ceritacerita dia sehingga dia mungkin bingung, depresi, tertekan, segala macem dan akhirnya terjadilah kasus-kasus seperti itu yang bukannya malah membuat orang semakin mau menerima kaum LGBT, tapi malah semakin takut dengan kaumnya, seperti itu kan, karena yang dilakukan itu salah. Tapi selama ini aku bisa mendapatkan dukungan dan sahabatsahabat yang seperti ini, di situ aku merasa bahwa, oh hal seperti ini bukanlah sesuatu yang bisa menjadi penghalang buat kamu. Tapi malah sebagai, apa, sebagai kamu bisa menjadi lebih maju lagi, lebih bagaimana, meskipun kamu berbeda dari mereka, mereka bisa menerima kamu, itu berarti bahwa itu bukanlah sebuah masalah. Itu hanyalah, wajarlah ada perbedaan, seperti itu. Karena ya itu namanya proses dari kehidupan kan, kita gak tau kan, seperti apa seperti apa, bahkan orang cacatpun masih bisa bekerja, kayak gitu ibaratnya. Jadi ya bisa dikatakan dukungan mereka itu sebagai pemacu hidupku. Udah bijak banget gak? Hahaha. R: Hahaha. Dukungan-dukungan itu berarti membuatmu lebih semangat gitu ya, dalam menjalani hidup. Eeh, kemudian dukungan-dukungan itu punya pengaruh gak dalam cara pandangmu melihat lingkungan, melihat tementemenmu? H: Eem, sepertinya punya ya, cuman aku yang gak sadar kali ya. Cara pandang temen-temenku kayak seperti bahwa, oh ini orang yang terbuka, ini yang masih, eeh, setengah terbuka, ini yang tertutup. Kayak ibaratnya ya memang, aku gak tau sih, sebenernya itu apakah LGBT itu bisa dibenarkan atau dipersalahkan, aku masih gak tau itu, baik itu dari segi agama, sosial, atau apapun itu. Tapi yang jelas ketika aku mendapat dukungan itu, ya di sekitar dapat menyebabkan depresi dan perasaan tertekan; merasa bahwa orientasi seksual tidak menjadi penghalang dalam berinteraksi dengan orang lain dan mengerjakan sesuatu akan menimbulkan efek negatif pada diri Menyadari perbedaan reaksi orang lain terkait orientasi seksual; merasa bahwa dukungan yang diterima membuat informan menyadari perbedaan reaksi orang lain atas orientasi seksualnya; Menyadari perbedaan reaksi terkait orientasi seksual setelah menerima dukungan; keinginan untuk tetap menjaga relasi dengan orang yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148 597 598 599 600 601 602 603 604 605 606 607 608 609 610 611 612 613 614 615 616 617 618 619 620 621 622 623 624 625 626 627 628 629 630 631 632 633 634 635 636 637 638 639 640 641 642 pengaruhnya seperti melihat bahwa temen yang satu ini dia bener-bener bisa terbuka ataupun orangnya bagaimana, bagaimanapun orangnya mau dia itu gay, lesbian, transgender atau apapun, bahkan cacat sekalipun dia masih bisa menerima orang itu, berarti dia tipikal yang, bisa dikatakan bijak lah, gitu. Ini yang masih setengah, oh setengahnya dalam artian, dia bisa menerima kaum LGBT, tapi dia sendiri masih agak takut kalo misalnya dia yang disukai, kayak gitu. Yang ini, sama sekali gak bisa menerima karena mungkin ada pengalaman apa dulunya, atau masalah apa dulunya, seperti itu. Ya seperti dalam membagi-bagi tapi tetep aku gak bisa membedakan. Teteplah mereka temen, tapi ada yang terbuka 100%, ada yang terbuka 50%, ada yang sama sekali gak mau terbuka, seperti itu. R: Ya ya ya. Eh, kalo dulu kan kamu merasa takut ya, takut ngomong karena kamu takut ditolak, iya nggak? Tapi setelah sekarang ternyata banyak orang yang memberimu dukungan, how, bagaimana pandanganmu tentang lingkunganmu, tentang duniamu sekarang? H: Pandangan lingkunganku tentang duniaku itu... R: pandanganmu. H: Paling aku cuma bisa melihat bahwa nggak semua orang ternyata tertutup, kayak gitu. Semua orang mau menerima keadaan orang lain, itu yang bisa aku lihat sih duniaku sekarang ini. Dan bisa dikatakan duniaku menjadi lebih indah. R: Lebih indah? H: Dalam artian ya, hidup tanpa harus membohongi orang lain dan diri sendiri kan suatu kebahagiaan kan. Kita bisa melangkah lebih ringan ke mana aja. Mereka, mereka udah tau, aku tidak perlu berpura-pura, eh, harus suka sama perempuan atau bagaimana. Ya sebenarnya kan itu menyebalkan, ih tetap berteman menunjukkan dengan orang yang sikap negatif; tidak bisa menerima orientasi seksual informan Merasa bahwa Melihat lingkungan lebih lingkungan terbuka, lebih indah sebagai tempat yang terbuka dan indah Kebahagiaan yang dirasakan ketika tidak harus membohongi orang lain dan diri sendiri; merasa lebih ringan dalam melangkah; senang karena tidak Merasakan afek positif ketika mengungkapkan orientasi seksual; merasa bebas menjadi diri otentik; merasakan afek PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149 643 644 645 646 647 648 649 650 651 652 653 654 655 656 657 658 659 kenapa sih kamu gak punya-punya pacar, sekarang jadi bisa lebih mengaku, ya kamu kan tau kalo susahlah mencari sesama, kayak gitu kan. Karena kan seringlah, temen-temen di kampus bercanda, ih jones sampe sekarang gak punya-punya pacar. Ya lu tau lah sendiri, susahlah cowok cari cowok, tak bilang kayak gitu kan, bisalah ngomong kayak gitu. Kamu kan gampang, kamu cewek cari cowok, kamu cowok cari cewek, gampang. Seperti itu, hehehe. R: Oke oke. Berarti kamu merasa duniamu lebih indah ya sekarang. Hahaha. Ya itu dulu aja sekarang, nanti kalo aku butuh data tambahan, aku hubungi kamu lagi ya. Terima kasih. harus berpura-pura; menjadi lebih terbuka dan bebas menjadi diri sendiri di hadapan orang lain negatif ketika harus selalu menyembunyikan orientasi seksual