DIVERSIFIKASI USAHATANI KACANG TANAH (Arachys hypogeae L) MENJADI USAHA PENGOLAHAN KACANG GARING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI KACANG TANAH Nila Farisa Sinambela *), Thomson Sebayang**), Sri Fajar Ayu **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan. 085207118626, [email protected] **) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Secara prinsip, diversifikasi usahatani merupakan upaya pengembangan produk pokok usahatani setelah panen, di dalamnya termasuk kegiatan pengolahan hasil. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan tingkat produksi usahatani Kacang Tanah, menjelaskan pendapatan bersih usahatani Kacang Tanah, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani Kacang Tanah, serta menjelaskan pendapatan bersih usaha pengolahan Kacang Garing, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha pengolahan Kacang Garing, menjelaskan kontribusi usaha pengolahan Kacang Garing terhadap total pendapatan diversifikasi usaha serta menganalisis perbedaan ratarata pendapatan sebelum dan sesudah adanya diversifikasi usaha. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, dengan besar sampel untuk masing-masing sampel petani dan sampel pengolah adalah 33 sampel. Untuk menjelaskan tingkat produksi usahatani Kacang Tanah dan menganalisis pendapatan usahatani dan pendapatan usaha pengolahan digunakan metode analisis deskriptif. Untuk menganalisis faktor-faktor mempengaruhi usahatani dan faktor-faktor mempengaruhi usaha pengolahan digunakan metode regresi linear berganda. Untuk menjelaskan kontribusi usaha pengolahan digunakan metode analisis deskriptif dan untuk uji beda rata-rata digunakan analisis statistik yaitu metode paired sample t-test. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tingkat produksi usahatani Kacang Tanah tergolong tinggi. Tingkat pendapatan per bulan usahatani Kacang Tanah tergolong rendah. Secara serempak, faktor luas lahan, harga jual, jumlah produksi dan biaya tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani, namun secara parsial, faktor luas lahan dan biaya tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani. Tingkat pendapatan per bulan usaha pengolahan Kacang Garing tergolong tinggi. Secara serempak maupun parsial, faktor jumlah bahan baku, biaya tenaga kerja, harga jual, dan jumlah produksi berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha pengolahan Kacang Garing. Kontribusi pendapatan usaha pengolahan terhadap total pendapatan diversifikasi usaha adalah 48,22%. Ada perbedaan nyata antara rata-rata pendapatan sebelum dan sesudah adanya diversifikasi usaha. Terjadi peningkatan rata-rata pendapatan petani kacang tanah per bulan sesudah adanya diversifikasi usaha pengolahan kacang garing. Kata Kunci : Kacang Tanah, Kacang Garing, Usahatani, diversifikasi usaha. Penerimaan, Pendapatan. DIVERSIFICATION OF PEANUT FARMING BUSINESS (Arachys hypogeae L) TO BE CRUNCHY PEANUT PRODUCTION AS AN ATTEMPT TO INCREASE PEANUT FARMERS’ INCOME ABSTRACT Principally, farming business diversification is an attempt to develop farming products after harvests, including the product processing activity. The aims of the research are to describe the production level of peanut farming business, to describe the net income of peanut farming business, and to analyze the factors that influence the income of peanut farming business as well as to describe the net income of crunchy peanut processing business and to analyze the factors that influence the income of crunchy peanut processing business, to describe the contribution of processing business of crunchy peanut towards total income of business diversification and to analyze the difference of average income before and after business diversification. This research was conducted in Sipoholon Subdisctrict, Tapanuli Utara District, with 33 samples of peanut farmers and 33 samples of processors. A descriptive analysis was used to describe the production level of peanut farming business, to analyze the income of farming business and the income of processing business. Multiple linear regression method was used to analyze the factors that influence farming business and the factors influence the processing business. A descriptive analysis was used to describe the contribution on processing business and to test the average differences, a statistic analysis namely paired sample t-test method was used. The results of the research concluded that production level of peanut farming business is considered high. Monthly income of peanut farming business is considered low. Simultaneously, the factors of land width, selling prices, production volume and labor costs have real effects on farming business, but partially, the factors of land width and labor cost do not have real effects on farmers income. Monthly income level of crunchy peanut processing is considered high. Fully or partially, the factors of raw material volume, labor costs, selling prices, and production volume have real effects on the income of crunchy peanut processing business. The contribution of processing business income towards the total income of business diversification is 48.22%. There is a clear difference between the averaged income before and after business diversification. There is an increase of peanut farmers’ income rate per month after diversification of crunchy peanut processing business. Keywords: Peanut, Crunchy Peanut, Farming Diversification, Revenue and Income Business, Business PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas agribisnis tidak lagi sekedar berorientasi pada produksi semata, sebagaimana yang dilakukan agribisnis tradisional. Agribisnis bukan saja sematamata dalam konteks pemenuhan kebutuhan masyarakat pedesaan, tetapi juga dalam rangka memperoleh nilai tambah yang lebih besar, sehingga kegiatan offfarm seperti agroindustri dan marketing menjadi sangat penting (Siagian, 2003). Nilai tambah, kualitas hasil, penyerapan tenaga kerja, peningkatan ketrampilan dan peningkatan pendapatan merupakan dampak dari adanya aktivitas pengolahan hasil pertanian (agroindustri). Usaha pengolahan Kacang Tanah menjadi Kacang Garing merupakan salah satu contoh industri kecil yang telah mampu memberi penghasilan bagi masyarakat dan banyak ditemukan di Kecamatan Sipoholon. Keberadaan usaha kecil ini sangat berdampak terhadap masyarakat khususnya penyerapan tenaga kerja yang pada akhirnya peningkatan pendapatan masyarakat itu sendiri. Disamping itu pasokan untuk bahan baku juga mudah di dapatkan, karena luasnya areal pertanian kacang tanah di daerah sekitar yang menjamin ketersediaan bahan baku pembuatan Kacang Garing. Sipoholon adalah suatu kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Sipoholon memiliki 14 Desa/kelurahan, dimana Desa Hutaraja merupakan desa yang memiliki produksi Kacang Tanah yang tinggi. Sedangkan Desa Pagar Batu merupakan salah satu Desa di Kecamatan Sipoholon yang mayoritas terdapat usaha rumah tangga pengolahan Kacang Garing. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis terhadap usahatani Kacang Tanah dan analisis usaha pengolahan Kacang Garing, ditinjau dari biaya, penerimaan dan pendapatan dari usahatani dan usaha pengolahan di daerah penelitian, sehingga dapat dilihat bagaimana peranan pengolahan Kacang Garing ini dapat meningkatkan pendapatan petani Kacang Tanah. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: bagaimana tingkat produksi usahatani Kacang Tanah di daerah penelitian; berapa besar biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan bersih pada usahatani Kacang Tanah di daerah penelitian; faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani Kacang Tanah di daerah penelitian; berapa besar biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan bersih pada usaha pengolahan Kacang Garing di daerah penelitian; faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha pengolahan Kacang Garing di daerah penelitian; berapa besar kontribusi pendapatan usaha pengolahan Kacang Garing terhadap total pendapatan diversifikasi usaha dan bagaimana perbedaan rata-rata pendapatan sebelum dan sesudah adanya diversifikasi usaha di daerah penelitian. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan tingkat produksi usahatani Kacang Tanah di daerah penelitian; untuk menjelaskan biaya produksi dan pendapatan bersih usahatani Kacang Tanah di daerah penelitian; untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani Kacang Tanah di daerah penelitian; Untuk menjelaskan biaya produksi dan pendapatan bersih usaha pengolahan Kacang Garing di daerah penelitian; Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha pengolahan Kacang Garing di daerah penelitian; untuk menjelaskan kontribusi pendapatan usaha pengolahan Kacang Garing terhadap total pendapatan diversifikasi usaha dan menganalisis perbedaan rata-rata pendapatan sebelum dan sesudah adanya diversifikasi usaha di daerah penelitian. TINJAUAN PUSTAKA Kacang Tanah merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup penting dalam pola menu makanan penduduk. Meskipun produksi dan produktivitas Kacang Tanah di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, namun tetap belum dapat mengimbangi konsumsi dalam negeri (Adisarwanto, 2008). Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan sebagai berikut: meningkatkan nilai tambah; kualitas hasil; penyerapan tenaga kerja; meningkatkan ketrampilan; dan meningkatkan pendapatan. Industri pengolahan hasil pertanian dapat menciptakan nilai tambah. Jadi konsep nilai tambah adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input fungsional seperti perlakuan dan jasa yang menyebabkan bertambahnya kegunaan dan nilai komoditas selama mengikuti arus komoditas pertanian (Hardjanto, 1993). Menurut Muzhar (1994), Industri pengolahan hasil pertanian juga dapat memberikan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan petani. Industri pengolahan hasil pertanian memiliki daya saing yang kuat, karena memiliki keunggulan komparatif (sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tenaga kerja yang banyak dan murah serta berdaya tahan lama) dan kompetitif (segmen pasar dan diferensiasi produk). Pengolahan hasil menjadi salah satu bentuk kegiatan agroindustri yang utama. Usaha pengolahan hasil akan memberikan beberapa keuntungan, antara lain: mengurangi kerugian ekonomi akibat kerusakan hasil pertanian; meningkatkan nilai ekonomi hasil pertanian; memperpanjang masa ketersediaan hasil pertanian, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan; meningkatkan keanekaragaman produk pertanian; dan mempermudah penyimpanan dan pengangkutan. LANDASAN TEORI Pendapatan Pendapatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menentukan laba atau rugi dari suatu usaha. Laba atau rugi tersebut diperoleh dengan melakukan perbandingan antara pendapatan dengan beban atau biaya yang dikeluarkan atas pendapatan tersebut. Pendapatan dapat digunakan sebagai ukuran dalam menilai keberhasilan suatu usaha dan juga faktor yang menentukan dalam kelangsungan suatu usaha. Pendapatan dapat diartikan sebagai suatu jumlah uang yang diterima oleh seseorang atau badan usaha selama jangka waktu tertentu (Pahlevi, 2007). Produksi Dalam ilmu ekonomi mikro, telah dirumuskan suatu model abstrak dari produksi. Dalam model ini, hubungan antara input dan output dirumuskan dalam sebuah fungsi produksi sebagai berikut. Q = f (K, L, M,.....) Dimana Q menunjukkan output atau jumlah produksi suatu barang tertentu selama satu periode, K menunjukkan pemakaian mesin (modal) selama periode tersebut, L menunjukkan input jam kerja, M nenunjukkan bahan mentah yang dipergunakan, dan notasi titik menunjukkan kemungkinan variabel-variabel lain yang mempengaruhi proses produksi (Sarnowo, 2013). Output merupakan suatu hasil akhir dari suatu proses produksi. Produk produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi, antara lain disebabkan karena adanya perbedaan kualitas. Proses produksi yang dilaksanakan dengan baik akan menghasilkan kualitas yang baik dan juga sebaliknya, apabila proses produksinya dilaksanakan dengan kurang baik, maka kualitas yang dihasilkan juga akan kurang baik (Soekartawi, 1995). Biaya Produksi Menurut Nuraini, 2001, Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi yang dijual. Biaya produksi dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap (FC = fixed cost), yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi (Y) dan biaya variabel (VC = variable cost), yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi. Total jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel ini berupa biaya total (TC = total cost) yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi. Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC). Keuntungan merupakan intensif bagi produsen untuk melakukan proses produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen untuk mengalokasikan sumber daya ke proses produksi tertentu. Produsen bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan dengan kendala yang dihadapi (Sunaryo, 2001). Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produk yang diperoleh dengan harga jual. Sedangkan pendapatan usahatani diperoleh dengan cara mengurangi keseluruhan penerimaan dengan biaya. Diversifikasi Usaha Diversifikasi usahatani secara vertikal merupakan upaya pengembangan produk pokok menjadi produk baru untuk keperluan pada tingkat konsumsi. Diversifikasi usahatani secara vertikal berarti menganekaragamkan produk usahatani disertai dengan peningkatan mutu dan menghasilkan produk yang memberikan nilai tambah dan lebih kompetitif. Secara Prinsip diversifikasi vertikal adalah merupakan upaya pengembangan produk setelah panen, di dalamnya termasuk kegiatan pengolahan hasil pertanian. Diversifikasi vertikal dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas pangan agar lebih berdayaguna bagi kebutuhan manusia (Anonimous, 2015). METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu di Kecamatan Sipoholon. Kecamatan Sipoholon dipilih karena merupakan salah satu sentra produksi Kacang Tanah (memiliki produksi tinggi pada tahun 2012) di Kabupaten Tapanuli Utara. Kecamatan Sipoholon juga dipilih karena merupakan daerah sentra usaha pengolahan Kacang Tanah. Lokasi penelitian ditentukan pada daerah/desa yang memiliki luas panen dan produksi tinggi, yaitu Desa Hutaraja. Di Kecamatan Sipoholon banyak ditemukan industri rumah tangga pengolahan Kacang Garing, antara lain yang memproduksi kacang sihobuk dan martabe. Lokasi penelitian untuk meneliti pengolah Kacang Garing yaitu Desa Pagar Batu. Metode Penentuan Sampel Sampel Petani Sampel petani adalah petani yang melakukan usahatani Kacang Tanah. Menurut PPL Desa Hutaraja, terdapat 50 KK yang melakukan usahatani Kacang Tanah. Metode yang digunakan dalam menentukan besar sampel adalah metode Slovin. Dalam hal ini besar sampel petani Kacang Tanah, peneliti memilih sebanyak 33 KK yang melakukan usahatani Kacang Tanah di daerah penelitian. Penarikan sampel dilakukan secara simple random sampling. Sampel Pengolah Sampel pengolah dalam penelitian ini adalah industri rumah tangga yang melakukan usaha pengolahan sekaligus pemasaran Kacang Garing. Pemilihan sampel untuk tingkat pengolah digunakan teknik nonprobability sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang tidak berdasarkan probabilitas atau peluang. Hal ini dikarenakan jumlah populasi pengolah Kacang Garing di Desa Pagar Batu tidak diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, metode nonprobability sampling yang digunakan adalah Snowball Sampling. Roscoe dalam Sugiyono (2010) memberikan saran tentang penelitian, salah satunya adalah ukuran sampel yang layak dalam penelitian minimal 30 sampel. Maka untuk besar sampel pengolah, peneliti juga memilih besar sampel sebanyak 33 usaha pengolahan Kacang Garing. Pemilihan sampel ini juga didasari oleh pernyataan Walpole RE (1995) yang menyatakan bahwa besar sampel minimal sebanyak 30 orang telah menyebar normal. Penentuan sampel minimal 30 orang secara empiris sudah memiliki distribusi peluang rata-rata yang akan mengikuti distribusi normal dan sampel tersebut sudah besar. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden di daerah penelitian, dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari lembaga/ instansi yang terkait, literatur, buku dan media lain yang sesuai dengan penelitian ini. Metode Analisis Data Untuk menjelaskan tingkat produksi usahatani Kacang Tanah digunakan analisis deskriptif, yaitu dengan menghitung jumlah produksi panen Kacang Tanah per petani di daerah penelitian selama satu periode usahatani Kacang Tanah. Untuk menjelaskan biaya produksi dan pendapatan bersih usahatani Kacang Tanah dan usaha pengolahan Kacang Garing, digunakan analisis deskriptif yaitu dengan menghitung biaya, penerimaan dan pendapatan usaha. Untuk manganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani Kacang Tanah dan saha pengolahan Kacang Garing, digunakan metode regresi linear berganda dengan model OLS (Ordinary Least Square). Untuk menjelaskan kontribusi pendapatan usaha pengolahan Kacang Garing terhadap total pendapatan diversifikasi usaha digunakan analisis deskriptif dan untuk menganalisis perbedaan rata-rata pendapatan petani sebelum dan sesudah adanya diversifikasi usaha, digunakan analisis statistik yaitu dengan menggunakan metode paired sample t-test. HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Produksi Tanaman Kacang Tanah di Desa Hutaraja, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara Tingkat Produksi lahan usahatani Kacang Tanah di Desa Hutaraja Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara diperoleh bahwa dari 33 sampel petani Kacang Tanah di daerah penelitian dengan rata-rata luas lahan 0,16 Ha, memiliki rata-rata tingkat produksi 303,97 Kg Kacang Tanah. Rata-rata tingkat produksi tanaman Kacang Tanah per 0,25 hektar adalah sebesar 480,26 Kg. Sedangkan rata-rata tingkat produsi tanaman Kacang Tanah per hektar adalah sebesar 1.899Kg. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Produksi Usahatani Kacang Tanah di Desa Hutaraja, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara Biaya Usahatani Dari hasil analisis data primer, diperoleh bahwa rata-rata biaya sarana produksi per petani di Desa Hutaraja adalah sebesar Rp 315.806,- dan rata-rata biaya sarana produksi per 0,25 hektar adalah Rp 504.026,-, dan Rp 1.106 untuk per 1 Kilogram produksi Kacang Tanah. Adapun yang termasuk ke dalam biaya sarana produksi ini adalah biaya pembelian bibit, pupuk, dan obat-obatan. Biaya sarana produksi yang banyak dikeluarkan yaitu pada pembelian bibit. Tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga, baik menggunakan tenaga kerja pria maupun wanita. Pada usahatani Kacang Tanah, pemakaian tenaga kerja terdiri dari beberapa kegiatan yaitu pengolahan lahan, mempersiapkan bibit, penanaman, penyiangan, pemupukan, pemberantasan HPT, panen dan pengolahan pasca penen. Rata-rata biaya tenaga kerja per petani di Desa Hutaraja sebesar Rp 636.364,- dan rata-rata biaya tenaga kerja per 0,25 hektar sebesar Rp 1.134.620,-, dan untuk Rp 2.635,- per kilogram produksi Kacang Tanah. Pada Desa Hutaraja terdapat rata-rata biaya penyusutan per petani per musim tanam sebesar Rp 53.168,-, rata-rata biaya penyusutan per 0,25 hektar per musim tanam sebesar Rp 87.328,- dan Rp 196,- per kilogram produksi Kacang Tanah. Penerimaan Usahatani Rata-rata produksi per petani adalah sebesar 303,97 Kg, dan rata-rata produksi per 0,25 Hektar 480,26 Kg, dengan rata-rata harga jual Rp 10.606,-/Kg, maka dapat diketahui bahwa rata-rata penerimaan di Desa Hutaraja per petani per musim tanam Rp 3.160.909,- dan per hektar Rp 5.063.810,-. Pendapatan Usahatani Dari hasil olahan data primer diketahui bahwa rata-rata pendapatan petani per 0,25 hektar adalah Rp 3.337.836,- per musim tanam (3,5 bulan). Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa pendapatan petani Kacang Tanah per bulan di Desa Hutaraja adalah Rp 953.667,-. Ini lebih kecil daripada standar UMK (Upah Minimun Kabupaten) di Kabupaten Tapanuli Utara, yaitu Rp 1.551.000,- per orang per bulan. Melihat kecilnya pendapatan yang diterima petani, maka petani kacang perlu didorong untuk melakukan usaha pengolahan Kacang Tanah lebih lanjut untuk meningkatkan pendapatan petani. Hasil Analisis Pengaruh Luas Lahan, Harga Jual, Jumlah Produksi, dan Biaya Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Desa Hutaraja, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara Hasil regresi pengaruh variabel luas lahan (X1), harga jual (X2), jumlah produksi (X3), biaya tenaga kerja (X4), terhadap pendapatan usahatani (Y) secara simultan diperoleh tingkat signifikansi F adalah sebesar 0,000 (≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya variabel bebas luas lahan (X1), harga jual (X2), jumlah produksi (X3), dan biaya tenaga kerja (X4), secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat pendapatan petani. Sedangkan secara parsial, masing-masing variabel harga jual (X2) dan variabel jumlah produksi (X3) berpengaruh nyata terhadap variabel terikat pendapatan petani. Sedangkan luas lahan (X1) dan biaya tenaga kerja (X4) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat pendapatan petani. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Produksi Usaha Pengolahan Kacang Garing di Desa Pagar Batu, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara Biaya Usaha Pengolahan Dari hasil olahan data primer, diperoleh rata-rata biaya produksi per pengolah Kacang Garing di Desa Pagar Batu adalah sebesar Rp 675.883,-. Rata-rata biaya produksi per 480,26 Kg bahan baku (0,25 hektar hasil usahatani Kacang Tanah) adalah Rp 7.794.315,-, dan rata-rata biaya produksi per kilogram hasil produksi Kacang Garing adalah Rp 18.873,-. Adapun yang termasuk ke dalam biaya input produksi ini adalah biaya pembelian bahan baku dan biaya pembelian bahan penunjang seperti bensin dan kayu bakar. Biaya PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) di daerah penelitian tidak ada, karena lahan tersebut belum dibebankan oleh biaya pajak. Biaya input produksi yang banyak dikeluarkan yaitu pada untuk pembelian bahan baku Kacang Tanah. Tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga, baik menggunakan tenaga kerja pria maupun wanita. Dari hasil olahan data primer lampiran 26, rata-rata biaya tenaga kerja per pengolah Kacang Garing di Desa Pagar Batu sebesar Rp 43.333,-, rata-rata biaya tenaga kerja untuk bahan baku per 0,25 hektar hasil usahatani Kacang Tanah adalah sebesar Rp 495.356,-, dan Rp 1.195,- untuk biaya rata-rata tenaga kerja per kilogram produksi Kacang Garing. Pada Desa Pagar Batu terdapat rata-rata biaya penyusutan sebesar Rp.3.534,- per satu kali produksi per pengolah Kacang Garing, rata-rata biaya penyusutan untuk 480,26 Kg bahan baku (0,25 hektar hasil usahatani Kacang Tanah) adalah Rp 42.546,-, dan rata-rata biaya penyusutan per kilogram hasil produksi Kacang Garing adalah Rp 103,-. Penerimaan Usaha Pengolahan Dari hasil olahan data primer diketahui bahwa total penerimaan dari produksi pengolahan Kacang Garing adalah sebesar Rp 947.333,- dengan rata-rata produksi 35,81 Kg Kacang Garing dan rata-rata harga jual Kacang Garing per kilogram sebesar Rp 26.407,-. Sedangkan untuk 480,12 Kg bahan baku (0,25 hektar hasil usahatani Kacang Tanah) diperoleh penerimaan sebesar Rp. 10.912.926 dengan rata-rata produksi 413,02 Kg Kacang Garing. Pendapatan Usaha Pengolahan Dengan rata-rata bahan baku 42 Kg per pengolah, maka rata-rata pendapatan yang diperoleh Pengolah di Desa Pagar Batu yaitu sebesar Rp 271.451,- per pengolah per 1 kali produksi, dan rata-rata pendapatan per kilogram hasil produksi Kacang Garing adalah sebesar Rp 7.535,-. Jika seluruh hasil produksi 0,25 Ha usahatani Kacang Tanah diolah (480,26 Kg Kacang Tanah) maka dihasilkan pendapatan seperti terlihat pada Tabel 20. Dari Tabel 20 diketahui bahwa rata-rata penerimaan pengolahan Kacang Garing untuk 1 kali produksi (0,5 bulan) adalah sebesar Rp 10.912.926,-. Rata-rata total biaya adalah sebesar Rp 7.794.315,- sehingga diperoleh pendapatan rata-rata dari pengolahan Kacang Garing adalah sebesar Rp 3.118.612,- per 1 kali produksi atau Rp 6.237.224,- per bulan. Maka nilai pendapatan yang diperoleh tersebut, sudah berada diatas standar UMK untuk Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2014 (Rp 1.551.000,-). Hasil Analisis Pengaruh Jumlah Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja, Harga Jual, dan Jumlah Produksi Terhadap Pendapatan Usaha Pengolahan Kacang Garing di Desa Pagar Batu, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara Hasil regresi pengaruh variabel jumlah bahan baku (X1), biaya tenaga kerja (X2), harga jual (X3), dan jumlah produksi (X4) terhadap pendapatan usaha secara simultan diperoleh tingkat signifikansi F adalah sebesar 0,00 (≤ 0,05) (Tabel 26). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya variabel bebas jumlah bahan baku (X1), biaya tenaga kerja (X2), harga jual (X3), dan jumlah produksi (X4) secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat pendapatan usaha pengolahan. Secara parsial, masing-masing variabel bebas jumlah bahan baku (X1), biaya tenaga kerja (X2), harga jual (X3), dan jumlah produksi (X4) juga berpengaruh nyata terhadap variabel terikat pendapatan usaha pengolahan. Pendapatan Diversifikasi Usahatani Kacang Tanah Dengan Pengolahan Kacang Garing Untuk Meningkatkan Pendapatan Usaha Dari hasil olahan data primer diperoleh bahwa pendapatan dari usahatani Kacang Tanah dengan rata-rata tingkat produksi 480,26 Kg Kacang Tanah adalah sebesar Rp 3.337.836,- per 0,25 hektar per musim tanam (3,5 bulan) dan pendapatan dari usaha pengolahan Kacang Garing adalah sebesar Rp 3.111.623,- per 1 kali produksi (0,5 bulan) per 480,26 Kg bahan baku Kacang Tanah (0,25 hektar hasil usahatani Kacang Tanah) dengan rata-rata tingkat produksi 413,02 Kg Kacang Garing, maka diperoleh pendapatan dari Diversifikasi Usaha per 1 kali produksi (4 bulan) yaitu sebesar Rp 6.449.459,-. Untuk menghitung pendapatan Diversifikasi Usaha selama 1 bulan, maka diperoleh Rp 1.612.365,-. Pendapatan yang diperoleh ini sudah berada diatas UMK (Upah Minimum Kabupaten) Kabupaten Tapanuli Utara (Rp 1.551.000,-). Hal ini berarti petani Kacang Tanah di daerah penelitian dapat meningkatkan pendapatannya dengan melakukan Diversifikasi Usahatani Kacang Tanah menjadi usaha pengolahan Kacang Garing. Besar persentase kontribusi usaha pengolahan terhadap total pendapatan Diversifikasi Usaha adalah sebesar 48,25%. Untuk menjelaskan bagaimana perbedaan antara rata-rata pendapatan sebelum dan sesudah adanya Diversifikasi Usaha, maka dilakukan analisis uji beda rata-rata berpasangan dengan metode paired sample t test. Hasil analisis uji beda rata-rata berpasangan pendapatan sebelum dan sesudah adanya Diversifikasi Usaha diperoleh bahwa rata-rata pendapatan secara umum sebelum dan sesudah adanya Diversifikasi Usaha, meningkat dari Rp 3.337.836,- per 1 kali produksi usahatani (3,5 bulan) menjadi Rp 6.449.459,- per 1 kali produksi Diversifikasi Usaha (4 bulan). Untuk menguji apakah ada perbedaan secara nyata antara rata-rata pendapatan sebelum dan sesudah dilakukan Diversifikasi Usaha, dilihat dari nilai signifikansi Paired Samples Test yaitu sebesar 0,000 (<0,05), maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya ada perbedaan secara nyata rata-rata pendapatan petani sebelum dan sesudah adanya Diversifikasi Usaha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ratarata pendapatan sebelum dan sesudah adanya Diversifikasi Usaha di daerah penelitian adalah tidak sama atau berbeda secara nyata dengan tingkat signifikansi 5%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Tingkat produksi usahatani Kacang Tanah di Desa Hutaraja, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara tergolong tinggi. Pendapatan per bulan yang diterima dari usahatani Kacang Tanah di Desa Hutaraja, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara tergolong rendah. Faktor luas lahan, harga jual, jumlah produksi Kacang Tanah dan biaya tenaga kerja, secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani Kacang Tanah di Desa Hutaraja, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara. Secara parsial, faktor luas lahan dan biaya tenaga kerja tidak berpengaruh nyata. Hanya harga jual dan jumlah produksi yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani Kacang Tanah. Pendapatan per bulan yang diterima dari usaha pengolahan Kacang Garing tergolong tinggi. Faktor jumlah bahan baku, biaya tenaga kerja, harga jual dan jumlah produksi, baik secara serempak maupun parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha pengolahan Kacang Garing di Desa Pagar Batu, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara. Kontribusi pendapatan usaha pengolahan terhadap total pendapatan Diversifikasi Usahatani adalah sebesar 48,25%. Ada perbedaan nyata antara rata-rata pendapatan sebelum melakukan Diversifikasi Usahatani dengan sesudah melakukan Diversifikasi Usahatani. Terjadi peningkatan rata-rata pendapatan petani kacang tanah per bulan sesudah adanya diversifikasi usaha pengolahan Kacang Garing. Saran Diharapkan kepada petani agar meningkatkan produksi usahataninya melalui intensifikasi dengan menggunakan teknologi usahatani yang dapat mengefisienkan penggunaan tenaga kerja. Petani perlu meningkatkan skala produksi usahatani dengan meningkatkan luas lahan atau luas tanam usahataninya. Diharapkan petani tidak menjual hasil produksi usahataninya dalam bentuk Kacang Tanah segar, tetapi menjualnya dalam bentuk Kacang Garing. Diharapkan pemerintah melalui dinas terkait agar meningkatkan kemampuan berusaha dan kemampuan teknis para petani untuk melakukan usaha pengolahan Kacang Garing. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2011. Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah (APBD)2011. http://dpjk.kemenkeu.go.id Anonimous. 2012. Display Ekonomi PDRB Kabupaten Taput 2011. http://regionalinvestment.bkpm.go.id Anonimous. 2014. Bertanam Kacan Tanah. http://www.satwa.net/932/mengenalkacang-tanah.html BPS. 2014. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. Medan. Mangunwidjaja,D. dan Illah S. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta. Pahlevi. R. 2013. Jurnal ‘Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sawah’ . Univesitas Negeri Padang. Padang. PAD & APBD Kemenkeu. 2011. Pendapatan Asli daerah dan Anggaran Belanja dan Pendapatan Pemerintah Daerah. www.djpk.kemenkeu.go.id PDRB. 2012. Display Ekonomi PDRB www.regionalinvestment.bkpm.go.id. daerah Taput. Siagian. 2003. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Asdi Mahasatya. Jakarta. Soekartawi. 1999. Analisis Usahatani. UI Press, Jakarta. Soekartawi. 2000. Ilmu Usahatani. UI Press, Jakarta. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suryana. 1990. Diversifikasi Pertanian dalam proses mempercepat laju Pembangunan Nasional. Pustaka Sinar Harapan, jakarta.