GIZI KURANG PENYEBAB STUNTING Indonesia adalah Negara berkembang yang memiliki permasalahan yang kompleks terutama dalam masalah gizi. Gizi di Indonesia atau Negara berkembang lain memiliki kasus gizi yang berbeda dengan Negara maju, yaitu indonesia memiliki masalah gizi gang da yaitu status gizi yang menunjukkan keadaan disatu sisi daerah terdapat gizi kurang dan di sisi lain terdapat gizi lebih . Gizi kurang atau malnutrisi adalah kondisi kekurangan gizi akibat jumlah kandungan mikronutrien dan makronutrien tidak memadai. Kondisi ini dapat disebabkan oleh malabsorbsi (missal fibrosis kistik) yaitu ketidak mampuan mengonsumsi nutrient. Malnutrisi dapat menyebabkan penyakit seperti skorbut (malnutrisi akibat kekurangan asupan vitamin C dalam diet) atau obesitas (malnutrisi akibat asupan energy yang berlebihan). Indonesia telah menunjukkan penurunan kemiskinan secara tetap, tetapi masalah gizi kurang yang berdampak buruk pada anak-anak menunjukkan sedikit perbaikan. Dari tahun 2007 sampai 2011, proporsi penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 16,6 - 12,5 persen, tetapi masalah gizi kurang tidak menunjukkan penurunan secara signifikan. Gizi kurang menyebabakan prevalensi anak pendek sangat tinggi, mempengaruhi satu dari tiga anak balita, yang merupakan proporsi yang menjadi masalah kesehatan masyarakat menurut kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Anak pendek mempengaruhi jauh lebih banyak anak miskin. Proporsi anak pendek dalam kuintil penduduk termiskin hampir dua kali lipat proporsi anak dalam kuintil kekayaan tertinggi. Daerah perdesaan memiliki proporsi yang lebih besar untuk anak pendek (40 persen) dibandingkan dengan daerah perkotaan (33 persen). Prevalensi anak pendek yang tinggal di rumah tangga dengan kepala rumah tangga yang tidak berpendidikan adalah 1,7 kali lebih tinggi daripada prevalensi di antara anak-anak yang tinggal di rumah berpendidikan tinggi. Menkes RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH menyatakan bahwa ada tiga masalah gizi yang sudah dapat dikendalikan, yaitu Kekurangan Vitamin A pada anak Balita, Gangguan Akibat Kurang Iodium dan Anemia Gizi. Menkes menjelaskan bahwa masalah gizi yang belum selesai adalah masalah gizi kurang dan pendek (stunting). Pada tahun 2010 prevalensi anak stunting 35.6 %, artinya 1 diantara tiga anak kita kemungkinan besar pendek. Sementara prevalensi gizi kurang telah turun dari 31% (1989), menjadi 17.9% (2010). Berdasarkan data Surkesdas Kemenkes RI tahun 2013 menyebutkan 9,2 juta dari 24,5 juta anak di bawah lima tahun mengalami stunting (37%). Sementara di Sumatera Selatan data stunting sebesar 38,9%. Tingkat stunting di Sumatera Selatan banyak dihubungkan dengan kurang gizi, kurang higinitas, pola rawat anak misalnya kurang beragamnya asupan makanan, kurang atau jarang pemberian makanan, kurangnya gizi ibu, dekatnya jarak antar kelahiran, kurangnya pemberian ASI Eklusif, perilaku BAB di ruang terbuka, serta kurang ketersediaan pangan di rumah tangga. A. PENGERTIAN STUNTING Menurut data yang dilansir WHO, 178 juta anak di bawah lima tahun mengalami stunted. Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN, 2009). Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak. B. PENYEBAB STUNTING PADA ANAK Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan. Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidaklangsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted Prevalensi anak-anak di provinsi Nangroe Aceh Darussalam yang mengalami stunting, mencapai 44 persen. Penyebab utamanya, adalah banyaknya kesalahan persepsi yang terjadi pada masyarakatnya, sehingga tidak bisa memberikan asupan gizi secara makasimal bagi anak- anaknya . Menurut Community for Development UNICEF Aceh Zone, Nurdahlia Lairing, banyak kebiasaan buruk dan persepsi salah yang masih dilakukan oleh masyarakat di lingkungannya. "Antara lain tak memberikan ASI eksklusif pada bayinya," katanya di kantor UNICEF Aceh, di Banda Aceh, Aceh, . Menurut UNICEF, penyebab utama gizi buruk dan stunting adalah kemiskinan. Bangsa kita agak kesulitan mengatasi masalah ini karena kemiskinan belum bisa diatasi dengan sempurna," kata guru besar Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Ali Khomsan MS, usai gebyar posyandu tumbuh aktif tanggap (TAT) di Gedung Basket, Gelora Bung Karno, Jl Asia Afrika, Senayan, Jakarta, dan ditulis pada Minggu. Dipaparkan Prof Ali satu dari 3 balita memiliki ukuran badan yang lebih pendek dari standar tinggi badan yang diharapkan. Indonesia berada di peringkat ke-lima negara dengan jumlah anak stunting terbanyak, sekitar 7,8 juta anak. Umumnya anak yang stunting karena gizi buruk kemampuan membaca dan belajarnya menurun. Anak stunting juga dikaitkan dengan budaya dan pengetahuan masyarakat akan gizi. Namun kedua faktor ini masih belum menjadi faktor penyebab utama kemiskinan. Pemenuhan gizi yang kurang pada masyarakat dengan kemiskinan merupakan salah satu biang kerok munculnya anak stunting. Karena pola makan sering kali seiring dengan kondisi kesejahteraan. Konsumsi ikan laut masyarakat masih rendah, padahal protein dan omega yang dikandung sangat bermanfaat bagi anak. Sangat ironis memang, karena Indonesia merupakan negara bahari. - - - C. CIRI-CIRI STUNTING PADA ANAK Anak yang stunted, pada usia 8-10 tahun lebih terkekang/tertekan (lebih pendiam, tidak banyak melakukan eye-contact) dibandingkan dengan anak non-stunted jika ditempatkan dalam situasi penuh tekanan. Anak dengan kekurangan protein dan energi kronis (stunting) menampilkan performa yang buruk pada tes perhatian dan memori belajar, tetapi masih baik dalam koordinasi dan kecepatan gerak. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah 5cm/tahun decimal Tanda tanda pubertas terlambat (payudara, menarche, rambut pubis, rambut ketiak, panjangnya testis dan volume testis Wajah tampak lebih muda dari umurnya Pertumbuhan gigi yang terlambat D. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS Riwayat Antenatal, Natal dan Postnatal, adanya keterlambatan pertumbuhan dan masurasi dalam keluarga (pendek, menarche), penyakit infeksi kongential, KMK (kecil masa kehamilan), penyakit kronis pada organ-organ (saluran cerna, kaardiovaskular, organ pernafasan dan ginjal) E. PENGARUH STUNTING PADA ANAK Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunted dan pengaruhnya adalah sebagai berikut: 1. Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah pada anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunted cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa yang akan datang. 2. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak. Faktor dasar yang menyebabkan stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunted mengkonsumsi makanan yang berada di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan komunitas pedesaan. 3. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunted pada usia lima tahun cenderung menetapsepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunted dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan. F. PENCEGAHAN Stunting atau tubuh pendek dapat dicegah dengan beberapa cara, antara lain: 1. Pemberian ASI secara baik dan tepat disertai dengan pengawasan berat badan secara teratur dan terus menerus 2. Menghindari pemberian makanan buatan kepada anak untuk mengganti ASI sepanjang ibu masih mampu menghasilkan ASI, terutama pada usia dibawah empat bulan 3. Meningkatkan pendapatan keluarga yang dapat dilakukan dengan upaya mengikutsertakan para anggota keluarga yang sudah cukup umur untuk bekerja dengan diimbangi dengan penggunaan uang yang terarah dan efisien. Cara lain yang dapat ditempuh ialah pemberdayaan melalui peningkatan keterampilan dan kewirausahaan 4. Meningkatkan intensitas komunikasi informasi edukasi (KIE) kepada masyarakaat, terutama para ibu mengenai pentingnya konsumsi zat besi yang diatur sesuai kebutuhan. Hal ini dapat dikoordinasikan dengan kegiatan posyandu. G. PENANGGULANGAN Periode yang paling kritis dalam penanggulangan stunting dimulai sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun yang disebut dengan periode emas (seribu hari pertama kehidupan). Oleh karena itu perbaikan gizi diprioritaskan pada usia seribu hari pertama kehidupan yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya. Secara langsung masalah gizi disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dan masalah kesehatan. Selain itu asupan gizi dan masalah kesehatan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Adapun pengaruh tidak langsung adalah ketersediaan makanan, pola asuh dan ketersediaan air minum (bersih), sanitasi dan pelayanan kesehatan. Seluruh faktor penyebab ini dipengaruhi oleh beberapa akar masalah yaitu kelembagaan, politik dan ideologi, kebijakan ekonomi, dan sumberdaya, lingkungan, teknologi, serta kependudukan. Berdasarkan faktor penyebab masalah gizi tersebut, maka perbaikan gizi dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara langsung (kegiatan spesifik) dan secara tidak langsung (kegiatan sensitif). Kegiatan spesifik umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti PMT ibu hamil KEK, pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan kehamilan, imunisasi TT, pemberian vitamin A pada ibu nifas. Untuk bayi dan balita dimulai dengan inisiasi menyusu dini (IMD), ASI eksklusif, pemberian vitamin A, pemantauan pertumbuhan, imunisasi dasar, pemberian MP-ASI. Sedangkan kegiatan yang sensitif melibatkan sektor terkait seperti penanggulangan kemiskinan, penyediaan pangan, penyediaan lapangan kerja, perbaikan infrastruktur (perbaikan jalan, pasar), dll Kegiatan perbaikan gizi dimaksudkan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Multicentre Growth Reference Study (MGRS) Tahun 2005 yang kemudian menjadi dasar standar pertumbuhan internasional, pertumbuhan anak sangat ditentukan oleh kondisi sosial ekonomi, riwayat kesehatan, pemberian ASI dan MP-ASI. Untuk mencapai pertumbuhan optimal maka seorang anak perlu mendapat asupan gizi yang baik dan diikuti oleh dukungan kesehatan lingkungan. Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama kehidupan, meliputi : 1. Pada ibu hamil • Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut. • Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan. • Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit 2. Pada saat bayi lahir • Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). • Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif) 3. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun • Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. • Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap. 4. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah tangga.