GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN BAYI

advertisement
GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT
LAHIR RENDAH DI RSUD PRABUMULIH TAHUN 2014
Oleh
Tri Restu Handayani
ABSTRACT
Baby with low birth weight is babies born weighing less than 2500 grams. Based on data from RSUD
Prabumulih, the incidence of low birth weight babies in 2011 was 121 (13,35%), in 2012 was120
(12,25%) in 2013 increased to 185 (15,08%), and in 2014 decline to 119 (10,10%).
The objective of the research is aimed to know the description of characteristic mothers with the
incidence of low birth weight babies in RSUD Prabumulih 2014. The method of the research uses a
descriptive method, by using seconder data that was gained from medical record. The population of
the research was all mothers with the incidence of low birth weight babies in RSUD Prabumulih 2014
were 119. The samples taken were the total samplings.
The result in this research is baby born with low birth weight in RSUD prabumulih 2014 was 119
(10,10%) with the most number of cases occurred in the age <20 atau >35 years was 84 (70,59%)
from 119 respondens, while most prevalent in parity >3 kali was 71 (59,67%) from 119 respondens,
and nutritional status is most prevalent in mother with LILA ≥23,5 cm was 66 (55,46%) from 119
respondens.
Improved antenatal care counseling on an ongoing basis is expected to decrease the incidence of low
birth weight. Mother pregnant are expected to actively chekups at least 4 time during pregnancy
The incidence of preterm birth can be prevented with antenatak care at least 4 times during
pregnancy to detect complications of labor especially preterm birth.
Keywords : Low birth weight
Bibliography : 23 ( 2005 – 2014 )
ABSTRAK
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram (mencapai 2499). Berdasarkan data dari rekam medik RSUD Kota Prabumulih, kelahiranBayi
Berat Lahir Rendah (BBLR)pada kelahiran tahun 2011 sebanyak 121 (13,35%) kelahiran BBLR, pada
tahun 2012 sebanyak 120 (12,25%) kelahiran BBLR, pada tahun 2013 mengalami peningkatan
menjadi 185 (15,08%) kelahiran BBLR, dan pada tahun 2014 menurun menjadi 119 (10,10%)
kelahiran BBLR.
Tujuan penelitian ini diketahuinya gambaran karakteristik ibu dengan kejadian Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Kota Prabumulih Tahun 2014. Desain penelitian menggunakan
metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah <2500 gram di RSUD Kota Prabumulih tahun 2014 yang berjumlah 119 kelahiran
BBLR. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total populasi dimana semua sampel
berjumlah 119 bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
Hasil penelitian didapatkan kejadian bayi dengan berat lahir rendah di RSUD Kota
Prabumulih tahun 2014 yaitu berjumlah 119 (10,10%) dari 1178 kelahiran dengan kasus paling
banyak terjadi pada usia <20 atau >35 tahun sebanyak 84 (70,59%) dari 119 responden, sedangkan
paritas ibu paling banyak terjadi pada paritas >3 kali sebanyak 71 (59,67%) dari 119 responden, dan
status gizi ibu paling banyak terjadi pada ukuran LILA ≥23,5 cm sebanyak 66 (55,46%) dari 119
responden.
Peningkatan penyuluhan pemeriksaan kehamilan secara berkesinambungan diharapkan dapat
menurunkan kejadian BBLR. Ibu hamil diharapkan aktif untuk memeriksakan kehamilannya minimal
4 kali selama kehamilan.
Kata kunci
Daftar Bacaan
: Bayi Berat Lahir Rendah
: 23 (2005-2014)
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) menurut
WHO (Word Health Organization) ialah
sebesar sebesar 10 juta jiwa pertahun
khususnya pada neonatus. Kematian bayi
tersebut terjadi terutama di negara
berkembang sebesar 99%, seperti di
Negara Afrika angka kematian bayi
disebabkan oleh bayi prematur 126.000
(21%),
Negara
Asia
Tenggara
diperkirakan ada 220.000 kematian bayi
diakibatkan oleh bayi prematur serta
disebabkan oleh kelainan-kelainan pada
bayi seperti BBLR (Berat Bayi Lahir
Rendah) yang menyebabkan hipotermi,
infeksi pernapasan 1.
Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia menurut Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, angka
kematian neonatal sebesar 19 per 1000
kelahiran hidup. Dalam 1 tahun,sekitar
86.000 bayi usia 1 bulan meninggal.
Artinya setiap 6 menit ada 1 (satu)
neonatus yang meninggal. Sedangkan
AKB di Indonesia menurut SDKI 2012,
Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar
19 per 1000 kelahiran hidup, Angka
Kematian Bayi (AKB)sebesar 32 per 1000
kelahiran hidup, dan Angka Kematian
Balita (AKABA) sebesar 40 per 1000
kelahiran hidup 2.
Angka Kematian Bayi (AKB) di
Sumatera Selatan pada Tahun 2009 yaitu
36 per 100.000 kelahiran hidup, pada
Tahun 2010 mencapai 31 per 100.000
kelahiran hidup, pada Tahun 2011 yaitu 42
per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan
pada tahun 2012 yaitu 29 per 1.000
kelahiran hidup. Penyebab utama dari
kematian tersebut antara lain kasus tetanus
neonatorum, sepsis, BBLR, hipotermi,
asfiksia, pneumonia, dan penyebab
lainnya3.
Angka Kematian Bayi (AKB) yang
disebabkan karena BBLR di kota
Palembang, berdasarkan Data Dinas
Kesehatan Kota Palembang pada tahun
2010 terdapat 21 per 1000 kelahiran bayi
(2,1%), pada tahun 2011 terdapat 16 per
1000 kelahiran bayi (1,6%), dan pada
tahun 2012 yaitu sebanyak 32 per 1000
kelahiran bayi (3,2%) yang disebabkan
oleh
berbagai
masalah
gangguan
pernapasan, bayi yang terinfeksi, BBLR,
dan hipotermi4.
Target Millenium Development Goals
sampai dengan tahun 2015 adalah
mengurangi angka kematian bayi dan
balita sebesar dua per tiga dari tahun 1990
yaitu sebesar 20 per 1000 kelahiran
hidup4.
Di negara berkembang termasuk
Indonesia, tingginya angka kesakitan
(Morbiditas) dan kematian (Mortalitas)
bayi berat lahir rendah (bayi dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram) masih
menjadi masalah utama. Bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram
beresiko kematian dengan 35 kali lebih
besar dibandingkan dengan bayi yang
berat badannya di atas 2500 gram.
Penyebab utama kesakitan dan kematian
bayi berat lahir rendah (BBLR) antara lain
adalah asfiksia, sindrom gangguan napas,
infeksi, serta terjadinya hipotermia5.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
ialah bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai
dengan 2.499 gram) (Prawironardjo,
2006)6.
BBLR juga berakibat jangka panjang
terhadap tumbuh kembang anak di masa
yang akan datang. Dampak dari bayi berat
lahir rendah ini adalah pertumbuhannya
akan lambat dan kecenderungan memiliki
penampilan intelektual yang lebih rendah
dari pada bayi yang berat lahirnya normal.
Selain itu BBLR juga dapat berdampak
serius pada kualitas generasi mendatang,
yaitu akan memperlambat pertumbuhan
dan
perkembangan
anak,
serta
berpengaruh pada penurunan kecerdasan7.
Beberapa faktor yang mempunyai
pengaruh terhadap kejadian bayi lahir
khususnya bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) dilihat dari karakteristik
sosial ekonomi (pendidikan ibu, pekerjaan
ibu, status ekonomi), riwayat persalinan
(umur ibu, BBLR pada anak sebelumnya,
keguguran/ lahir mati dan pelayanan
antenatal), dan faktor biomedis (paritas,
jarak kehamilan, umur kehamilan,kadar
Hb menjelang persalinan, tekanan darah
ibu sewaktu hamil) pelayanan medis,
perilaku dan lingkungan 8.
Kehamilan seorang ibu dipengaruhi
oleh karakteristik ibu berdasarkan usia
sangat berpengaruh terhadap komplikasi
terjadinya BBLR, dimana semakin muda
usia ibu hamil maka akan beresiko
gangguan selama kehamilan karena sistem
reproduksi yang belum matang dan
ketidaksiapan dalam menerima kehamilan.
Persalinan lebih dari 3 kali beresiko
terjadinya komplikasi perdarahan dan
infeksi sehingga ada kecenderungan bayi
lahir dengan kondisi BBLR. Seorang ibu
yang tidak memiliki ataupun kekurangan
gizi selama masa kehamilan maka bayi
yang dikandungnya akan menderita
kekurangan gizi. Apabila hal ini
berlangsung terus- menerus dan tidak
segera diatasi maka bayi akan lahir dengan
berat badan rendah (dibawah 2500 gram)
9
.
Berdasarkan data Rekam Medik
RSUD Kota Prabumulih kelahiran BBLR
pada tahun 2011 sebanyak 121 (13,35%)
kelahiran BBLR dimana bayi yang
meninggal akibat BBLR sebanyak 17 bayi
(14,05%) , kelahiran BBLR pada tahun
2012 yaitu 120 (12,25%) kelahiran BBLR
dimana bayiyang meninggal akibat BBLR
sebanyak 19 bayi (15,83%), dan kelahiran
BBLR pada tahun 2013 mengalami
peningkatan yaitu sebanyak 185 (15,08%)
kelahiran BBLR dimana bayi yang
meninggal akibat BBLR sebanyak 38 bayi
(20,54%), serta pada tahun 2014 sedikit
menurun yaitu sebanyak 119 (10,10%)
dimana bayiyang meninggal akibat BBLR
sebanyak 25 bayi(21,01%) 10.
Berdasarkan latar belakang diatas
maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian
tentang
“Gambaran
Karakteristik Ibu dengan Kejadian BBLR
di RSUD Kota Prabumulih Tahun 2014”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan data Rekam Medik
RSUD Kota Prabumulih kelahiran BBLR
pada tahun 2011 sebanyak 121 bayi dengan
berat <2500 gram dan 17 diantaranya
meninggal dunia (14,05%), kelahiran
BBLR pada tahun 2012 yaitu sebanyak
120bayi dengan berat <2500 gram dan 19
diantaranya meninggal dunia (15,83%),
kelahiran BBLR pada tahun 2013
mengalami peningkatan yaitu sebanyak 185
kelahiran bayi dengan berat<2500 gram
dan 38 diantaranya meninggal dunia
(20,54%), dan pada tahun 2014 sedikit
menurun yaitu sebanyak 119 bayi dengan
berat <2500 gram dan 25 diantaranya
meninggal dunia (21,01%) 8. Artinya masih
tingginya angka kejadian bayi dengan berat
lahir rendah yang ditemukan dan besarnya
resiko serta komplikasi yang ditimbulkan
yang berdampak pada kematian maka
penulis dapat merumuskan masalah yaitu
“Bagaimana Gambaran Karakteristik Ibu
dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) di RSUD Kota Prabumulih Tahun
2014 ?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran karakteristik ibu
dengan kejadian bayi berat lahir rendah di
RSUD Prabumulih tahun 2014
1.3.2 Tujuan khusus
Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian
bendungan ASI di BPM Yohanah
Palembang tahun 2013 berdasarkan usia,
paritas dan status gizi.
1.4 Manfaat Penelitian
Diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi
kesehatan terkait, bagi petugas kesehatan
dan ibu hamil dalam mencegah kejadian
bayi berat lahir rendah.
2. METODE PENELITIAN
2.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif yaitu metode penelitian dengan
tujuan utama membuat gambar tentang suatu
keadaan secara objektif.
2.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah semua ibu
bersalin yang melahirkan bayi berat lahir
rendah di RSUD Prabumulih tahun 2014 yang
tercatat di rekam medik. Teknik Pengumpulan
sampel mengunakan total populasi berjumlah
119 responden.
2.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
dilakukan
di
RSUD
Prabumulih tahun 2014
2.4 Pengumpulan dan Pengelolaan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan mengamati data responden yang
tercatat di rekam medik RSUD Prabumulih.
2.5 Analisa Data
Analisa data yang digunakan adalah analisa
univariat
3.
HASIL PENELITIAN
Usia dibagi menjadi 2 kategori yaitu
Beresiko (<20 dan >35) tidak Beresiko (2035). Dapat dilihat ada tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kejadian BBLR
Berdasarkan Usia Ibu
No
1.
2.
Umur
f
%
Resiko
84
70,59
Tidak Resiko
35
29,41
Jumlah
119
100
Sumber : RM RSUD Prabumulih 2014
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kejadian
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) lebih
banyak terjadi pada responden yang berusia
<20 atau>35 tahunsebanyak 84 orang atau
70,59 %dari 119 responden.
Hasil penelitian di atas sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan Dian Oktaviani
(2009) dengan judul Gambaran Karakteristik
Ibu Bersalin dengan Bayi Berat Lahir Rendah,
dimana ia melaporkan bahwa lebih banyak ibu
yang berusia <20 dan >35 tahun yaitu 187
orang (59,55 %) yang melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah di bandingkan ibu yang
berusia 20-35 tahun yaitu 127 orang (40,44 %)
dari 314 responden16.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori
Joeharno (2006) yang menyebutkan bahwa
usia tua (>35 tahun) merupakan salah satu
faktor resiko yang mengkibatkan BBLR,
karena semakin bertambahnya usia seseorang
maka lebih mudah terserang penyakit dan
fisiologis
organ
kandungannya
lebih
mengalami penurunan sehingga jalan lahirnya
juga bertambah kaku. Dan wanita yang berusia
<20 tahun juga memiliki resiko karena pada
usia tersebut kondisi fisik panggul ibu dan
sistem alat reproduksi belum terbentuk dengan
sempurna. Oleh karena itu sebaiknya hamil
saat berumur 20-35 tahun yang merupakan
usia yang aman untuk hamil dan melahirkan
atau yang disebut dengan usia reproduksi15.
Usia ibu merupakan salah satu faktor
penyebab BBLR, dimana usia ibu yang rentan
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
yaitu <20 atau >35 tahun. Usia<20 tahun
memiliki resiko karena pada usia tersebut
kondisi fisik panggul ibu dan sistem alat
reproduksi belum terbentuk dengan sempurna.
Selain itu umur yang terlalu muda seringkali
secara emosional dan fisik belum matang,
serta ibu yang masih muda masih tergantung
pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR lebih
tinggi terjadi pada ibu yang berusia <20 tahun
karena mereka belum memiliki sistem transfer
plasenta seefisien wanita dewasa. Usiatua>35
tahun lebih mudah terserang penyakit dan
fisiologis
organ
kandungannya
lebih
mengalami penurunan serta ibu dengan usia
>35
tahun
meskipun
mereka
telah
berpengalaman tetapi kondisi badannnya serta
kesehatannya sudah mulai menurun sehingga
dapat mempengaruhi perkembangan janin
dalam rahim dan dapat menyebabkan
kelahiran BBLR. Hal ini sesuai dengan
penelitian serta penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya dan teori yang ada bahwa lebih
banyak ibu yang berusia <20 atau >35 tahun
melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah<2500 gram yaitu sebanyak 84 orang
atau 70,59 %dibandingkan dengan ibu yang
berusia 20- 35 tahun yaitu sebanyak 35 orang
atau 29,41% dari 119 responden.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kejadian BBLR
Berdasarkan Paritas Ibu
No
1.
2.
Umur
f
> 3 kali
71
≤ 3 kali
48
Jumlah
119
Sumber : RM RSUD Prabumulih
%
59,67
40,33
100
Tabel 4.2 menunjukan menunjukkan
bahwa kejadian BBLR lebih banyak terjadi
pada responden yang memilikiparitas>3 kali
sebanyak 71 orang atau 59,66 %dari 119
responden.
Hasil penelitian di atas sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan Dian Oktaviani
(2009) dengan judul Gambaran Karakteristik
Ibu Bersalin dengan Bayi Berat Lahir Rendah,
dimana ia melaporkan bahwa lebih banyak ibu
yang melahirkan >3 kali yaitu 183 orang
(58,28%) yang melhirkan bayi dengan berat
lahir rendah
di bandingkan ibu yang
≤3
kali
melahirkan
yaitu 131 orang (41,71%)
dari 314 responden16.
Joeharno (2006) menyebutkan paritas
yang tinggi akan berdampak pada timbulnya
berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu
maupun bagi bayi yang dilahirkan. Salah satu
dampak kesehatan yang mungkin timbul dari
paritas yang tinggi adalah bayi berat lahir
rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
paritas merupakan faktor resiko yang
signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga
ibu dengan paritas lebih dari 3 anak beresiko
2,4 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR
16
.
Paritas yang tinggi merupakan salah satu
penyebab BBLR. Ibu yang melahirkan anak
>3 kali dapat menimbulkan gangguan
pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat
persalinan karena keadaan rahim biasanya
sudah lemah. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian serta penelitian yang telah dilakukan
sebelumnyadan teori yang ada, bahwa lebih
banyak ibu dengan paritas >3 kaliyang
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
<2500 gram yaitu sebanyak 71 orang atau
59,67% dibandingkan dengan ibu yang
mempunyai paritas ≤3 kali yaitu sebanyak 48
orang atau 40,33% dari 119 responden.
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kejadian BBLR Status
Gizi
No
1.
2.
Umur
f
%
LILA < 23,5 cm
53
44,54
LILA ≥ 23,5 cm
66
55,46
Jumlah
119
100
Sumber : RM RSUD Prabumulih 2014
Tabel
4.3
menunjukkan
bahwa
kejadianbayi berat lahir rendah (BBLR) lebih
banyak terjadi pada responden yang
mempunyai ukuran LILA ≥23,5 cm sebanyak
66 orang atau 55,46 %dari 119 responden.
Hasil penelitian di atas sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan Eddyman W.
Ferial
(2009)
dengan
judul
HubunganAntaraStatusGiziIbuHamilDenganB
eratBadanBayiLahirRendah,
dimana
ia
menyatakan bahwa lebih banyak ibu yang
ukuran LILA ≥23,5 cm yaitu 148 orang (77,1
%)yang melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah di bandingkan ibu yang ukuran LILA
<23,5 cm yaitu 44 orang (22,9 %) dengan 192
responden23.
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi
lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan,
anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati
dalam kandungan), lahir dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) 18.
Ibu hamil harus memiliki gizi yang cukup
karena gizi yang didapatnya akan digunakan
untuk dirinya sendiri dan juga janinnya.
Seorang ibu yang tidak memiliki ataupun
kekurangan gizi selama masa kehamilan maka
bayi yang dikandungnya akan menderita
kekurangan gizi, hal ini dikarenakan giizi pada
ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan
janin dalam kandungan. Apabila hal ini
berlangsung terus- menerus dan tidak segera
diatasi maka akan menyebabkan bayi lahir
dengan berat badan rendah (dibawah 2500
gram). Hal ini sesuai dengan penelitian dan
penelitian
yang
telah
dilakukan
sebelumnyaserta teori yang ada maka lebih
banyak ibu yang mempunyai ukuran LILA
<23,5 cm yang melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah <2500 gram yaitu sebanyak 66
orang atau 55,46%dibandingkan dengan ibu
yang mempunyai ukuran LILA ≥23,5 cm yaitu
sebanyak 53 orang atau 44,53% dari 119
responden.
4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
tentang karakteristik ibu dengan kejadian
BBLR di RSUD Prabumulih tahun 2014 dapat
disimpulkan :
1. Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) pada tahun 2014 sebanyak 119
(10,10%) dari angka kelahiran 1178 bayi.
2. Ibu yang melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah (BBLR) tertinggi terjadi pada
kelompok usia <20 dan>35 tahun
sebanyak
84
orang
(70,59%)
dibandingkan dengan kelompok usia 2035 tahun sebanyak 35 orang (29,415%)
dari 119 responden.
3. Ibu yang melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah (BBLR) tertinggi terjadi pada
kelompok jumlah paritas >3 kali
sebanyak
71
orang
(59,67%)
dibandingkan dengan kelompok jumlah
paritas ≤3 kali sebanyak 48 orang
(40,33%) dari 119 responden.
4. Ibu yang melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah (BBLR) tertinggi terjadi pada
kelompok yang mempunyai ukuran LILA
≥23,5 cm sebanyak 66 orang (55,46%)
dibandingkan dengan kelompok yang
mempunyai ukuran LILA <23,5 cm
sebanyak 53 orang (44,53%) dari 119
responden.
4.2 Saran
Saran ditujukan untuk pengembangan
pelayanan dan penelitian kesehatan yang
berhubungan dengan kejadian BBLR.
1. Diharapkan kepada petugas kesehatan
untuk melakukan penyuluhan yang
berkesinambungan tentang bayi berat lahir
rendah.
2. Diharapkan kepada ibu hamil untuk
memeriksakan
kehamilan
sebanyak
minimal 4 kali selama hamil agar dapat
mendeteksi komplikasi persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. 2010. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. EGC : Jakarta
Depkes RI. (2009). Data Angka Kematian
Bayi di Indonesia
Dinkes. 2010. Profil Dinkes Kota Palembang :
Dinas Kesehatan Palembang
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.
(2012). Profil Dinkes Kota Palembang.
Dinas Kesehatan : Palembang
Proverawati Atikah, Cahyo. 2010. Berat
Badan Lahir Rendah. Yogyakarta : Muha
Medika
Rukiyah Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2013. Asuhan
Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
CV. Trans Info Media
Depkes RI. (2005). Pengertian BBLR
Sudarti, Afroh Fauziah. Asuhan Neonatus
Resiko Tinggi dan Kegawatdaruratan. 2013.
Yogyakarta : Nuha Medika
Laila Nurfi. (2012). Gambaran Karkteristik
Ibu dengan Kejadian BBLR. (Online).
(http://NURFI_LAILA-kti-1.pdf) ( Diakses
pada tanggal 12 Desember 2014)
Data Rekam Medik RSUD Kota Prabumulih
tahun 2014
Sisca. (2009). Meneropong Penyebab BBLR.
(Online).
(http://kuliahbidan.wordpress.com/2010/07/1
6/bayi -berat-lahir-rendah-bblr/, diakses
tanggal 11 Desember 2014)
Saifuddin Abdul Bari. 2010. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwona Prawihardjo
Pantiawati Ika. 2010. Bayi dengan BBLR.
Yogyakarta : Nuha Medika
Arief, Weni Kristiyana. 2009. Neonatus dan
Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta.
Nuha Medika
Lubis Lumongga Namora. 2013. Psikologi
Kespro
Wanita
dan
Perkembangan
Reproduksinya. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group
Dian
Oktaviani.
2009.
Gambaran
KarakteristikIbu Bersalin dengan Bayi Berat
Lahir Rendah di IRNA Kebidanan dan
Penyakit Kandungan Rumah Sakit Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009
Marmi. 2014. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita,
dan Anak Prasekolah. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Kristiyanasari Weni. Gizi Ibu Hamil.
Yogyakarta. Mulia Medika : 2010
Moehji Sjahmien. 2009. Ilmu Gizi 2. Jakarta :
PT Bhratara Niaga Media
Notoatmodjo Soekidjo. 2005. Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Reneka
Cipta
Sugiono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung : Alfabeta
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif. Bandung : Alfabeta
http :// www. Repository. unhas. ac.
idHubungan_Antara_Status_Gizi_Ibu_Hamil
_Dengan_Berat_Badan_Bayi_Lahir_Rendah
pdf (diakses tanggal 17 Desember 2014).
Cakupan pemberian ASI ekslusif Tingkat Kota Palembang tahun 2010 yaitu 73%, dan tahun 2011
menurun dari tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 66%. Cakupan ASI ekslusif tahun 2012 sebesar
63% menurun dibandingkan capaian tahun 2011. Artinya jika dibandingkan target nasional (80%)
cakupan tersebut belum mencapai target. Pemberian informasi tentang pentingnya ASI ekslusif pada
bayi oleh tenaga kesehatan perlu ditingkatkan lagi[5].
Bahaya atau kerugian jika anak tidak diberikan ASI yaitu dapat meningkatkan resiko asma,
meningkatkan resiko alergi, meningkatkan resiko infeksi saluran pernapasan akut,
meningkatkan resiko oklusi pada gigi anak, meeningkatkan resiko infeksi dari susu formula
yang terkontaminasi. Resiko pada ibu dapat terjadi bendungan ASI[6].
Bendungan ASI terjadi karena penyempitan duktus laktiferus atau oleh kelenjer- kelenjer
yang tidak di kosongkan dengan sempurna, terjadi bendungan air susu[8]
Berdasarkan data di BPS Yohanah Palembang, jumlah ibu nifas yang mengalami bendungan
ASI pada tahun 2011 ibu nifas yang berkunjung sebanyak 104 orang yang mengalami
bendungan ASI mencapai 8 orang atau sebanyak (7,6%), pada tahun 2012 ibu nifas yang
berkunjung sebanyak 109 orang yang mengalami bendungan ASI mencapai 13 orang atau
sebanyak (11,9%), pada tahun 2013 ibu nifas yang berkunjung sebanyak 78 orang dan ibu
yang mengalami bendungan ASI mencapai 6 orang atau sebanyak (7,6%), pada tahun
2014 ibu nifas yang berkunjung 3
sebanyak 105 orang yang mengalami bendungan ASI sebanyak 34orang atau sebanyak
(32,3%)
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Gambaran Karakteristik Ibu Nifas Dengan Kejadian Bendungan ASI di Bidan Praktik
Swasta Yohanah Palembang Tahun 2014”.
Download