HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN

advertisement
HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN
TEAMWORK PADA GROUP BAND MUSIK
Deta Citrawati
Miftahun Ni’mah Suseno
INTISARI
Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan komunikasi interpersonal dengan teamwork pada group band musik.
Hipotesis dari penelitian ini yaitu ada hubungan positif antara komunikasi
interpersonal dengan teamwork.
Subjek penelitian ini adalah anggota group band musik yang ada di
Yogyakarta. Subyek penelitian ini terdiri dari laki-laki dan perempuan usia 17-30
tahun, berjumlah 30 orang pada saat try out dan 55 orang pada saat pengambilan
data penelitian.
Data dikumpulkan melalui skala yang disebarkan kepada subjek
penelitian. Data tersebut kemudian dianalisis statistik menggunakan analisis
product moment dari Pearson dengan bantuan program SPSS versi 10,0 for
windows. Hasil analisis diperoleh bahwa koefisien korelasi (r) antara komunikasi
interpersonal dan teamwork 0,602 dengan p (one-tailed) = 0,000 (p<0,01). Hasil
lain yang diperoleh adalah nilai koefisien determinan (R-Squared) sebesar 0,363
yang berarti bahwa komunikasi interpersonal memiliki sumbangan efektif sebesar
36,3% terhadap kemampuan teamwork pada group band musik.
Kesimpulan umum dari penelitian ini adalah bahwa ada hubungan positif
yang sangat signifikan antara komunikasi interpersonal dengan teamwork.
Khususnya pada anggota group band semakin tinggi tingkat komunikasi
interpersonal maka semakin tinggi pula tingkat teamwork-nya.
Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, Teamwork
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah
Musik, bagi sebagian orang, merupakan suatu hal yang tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Beberapa orang menganggap bahwa musik
adalah bagian hidup dari dirinya. Dengan mendengarkan musik, maka segala
kegiatannya dapat berjalan lancar. Di saat sedih ataupun senang, sebagian orang
mendengarkan musik, bahkan di segala saat apa pun akan mendengarkan lantunan
lagu tersebut. Tak jarang hal itu dilakukan oleh sebagian orang untuk
mengungkapkan perasaan yang dirasakan saat itu.
Group band yang bermunculan di Indonesia sudah tidak terhitung
jumlahnya, mulai dari band yang terdiri dari anak muda yang hanya ingin
menyalurkan hobinya hingga band yang benar-benar serius bergerak sebagai mata
pencaharian. Menjadikan sebuah band dapat berjalan dengan baik, maka
membutuhkan struktur organisasi yang jelas. Struktur band ada yang kecil dan ada
yang besar, tergantung dari visi dan misi dari band tersebut. Bagian terpenting dan
harus ada dari struktur organisasi band adalah para personil dan manager.
Semakin besar visi dan misinya, maka sebuah band harus memiliki struktur
organisasi yang besar, mulai dari teknisi, crew, personal manager, road manager,
hingga atasan manajer utama.
Menurut Dethu (2008), seorang musikator, salah satu strategi band untuk
menghadapi
dinamika
persaingan di dunia musik
adalah
membangun
teamwork di antara rekan kerja. Ketika ada kendala pada dana, bentuklah struktur
yang paling sederhana dulu, yaitu personel band, manager, dan soundman.
Personel band selain bertugas menjadi penghibur juga bisa merangkap menjadi
crew bagi dirinya sendiri. Manajer selain mengurusi hal-hal administrasi
(menindaklanjuti kesepakatan kontrak, follow up technical riders, dan lain-lain)
lazim beralih fungsi menjadi crew. Posisi soundman sangat vital sebab soundman
adalah sebagai “pengantar pesan” personel band. Seberapa pun cemerlangnya
permainan musik personel band, jika yang keluar dari sound system tidak bagus
maka segala atraksi apa pun dari para player hanya sia-sia.
Sebuah group band musik top 40 asal Yogya bernama Redline memiliki
pamor cukup tinggi di Yogyakarta. Salah satu mantan drummer band Pendy, 22
tahun, mengaku pernah menikmati masa-masa indah bersama Redline, tetapi
dalam kurun waktu 4 bulan, band tersebut harus bubar dikarenakan tidak
terjalinnya kerjasama yang baik di antara personel band, manager, dan crew
lainnya. Hal yang hampir sama juga terjadi pada sebuah band Indie Yogya
bernama Hallo Roro. Awalnya band tersebut memiliki visi dan misi untuk
menaklukkan
industri
musik
di
Indonesia
dengan
menciptakan
dan
mengembangkan aliran musik mereka sendiri dan belum pernah ada, tetapi dalam
kurun waktu 4 bulan dengan dua lagu hasil ciptaan mereka sendiri yang sudah
direkam, band ini terpaksa mengundurkan diri dari dunia musik dikarenakan ada
masalah intern antara salah satu player dengan manajernya.
Idealnya, untuk menjadikan sebuah organisasi group band sukses, maka
diperlukan kerja tim (teamwork) yang baik antara manajer utama dan para
bawahannya seperti player (personel band), crew, teknisi, road manager, dan
personel manager. Adanya teamwork antar anggota band, maka tugas yang pada
awalnya terasa berat akan menjadi ringan, bahkan dapat terselesaikan dengan
cepat dan lancar. Hal ini di dukung oleh penelitian Chen (2004) yang menyatakan
bahwa individu yang memiliki komunikasi interpersonal baik akan menciptakan
teamwork yang berkualitas karena komunikasi interpersonal merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh pada pembelajaran yang efektif dalam teamwork.
Sebagai contoh, suatu saat manajer, soundman, bahkan player bisa beralih fungsi
menjadi crew dalam hal yang berhubungan dengan peralatan, baik pemindahan
alat antar tempat acara maupun perbaikan alat-alat tersebut. Contoh lain ketika
manager personal tidak dapat mendampingi para player dalam sebuah acara,
maka road manager dapat menggantikan posisinya sementara. Sebalikya, jika di
dalam group band tersebut tidak terjalin teamwork yang baik maka dapat terjadi
berbagai hambatan dalam jalannya pekerjaan dan perkembangan band, misalnya
ketika band tersebut akan tampil dalam sebuah acara, masing-masing anggota
hanya terfokus pada tugasnya dan tidak peduli dengan anggota lain, maka bagian
crew kemungkinan besar yang akan terbengkalai karena tidak ada kerjasama dan
menjalin kontak dengan anggota lain.
Dalam sebuah tim para anggota band menjalin tangan, jiwa, dan saling
memancarkan imajinasi dan kreativitas. Tetapi pada kenyataannya, banyak group
band yang tidak berhasil menunjukkan teamwork yang baik. Hal ini
mengakibatkan kemungkinan pergantian personil dalam group band bahkan dapat
membuat group band tersebut tidak efektif dan terancam bubar. Salah satu
penyebab hal ini adalah tidak terjalinnya komunikasi interpersonal yang baik
antara atasan dan bawahan. Komunikasi antara manajer yang menjadi pihak
pengirim pesan dan para bawahannya sebagai penerima pesan dari atasan ataupun
sebaliknya, tidak tersampaikan dengan lancar.
Dari hal tersebut di atas, komunikasi dari pengirim, penerima, dan pesan
adalah pondasi dari komunikasi yang sukses, tetapi juga dapat membuat
kesalahpahaman. Pihak pengirim bisa gagal untuk mengirimkan pesan atau tidak
benar untuk mengirimkan pesan yang bermanfaat. Pihak penerima bisa mengubah
atau salah mengartikan pesan tersebut. Pesan dapat menjadi tidak akurat atau
berubah. Memang terdapat sejumlah masalah yang dapat menganggu komunikasi
dalam sebuah tim (Levi, 2001), oleh karena itu untuk menciptakan teamwork yang
baik, komunikasi harus berjalan dengan baik pula. Semakin baik komunikasi yang
terjalin maka semakin baik pula teamwork yang tercipta dalam group band
tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengangkat permasalahan mengenai
hubungan antara komunikasi interpersonal dengan teamwork pada group band
musik. Apakah ada hubungan antara komunikasi interpersonal dengan teamwork
pada group band musik?
B. Tujuan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara komunikasi interpersonal dengan teamwork pada group band
musik.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Sumbangannya adalah menyumbangkan informasi yang berguna
dalam hal menguatkan komunikasi interpersonal dan meningkatkan teamwork
di dalam sebuah group band musik, khususnya bagi yang ingin dan berada di
dalam dunia musik.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat menambah khasanah teori-teori psikologi,
terutama psikologi industri dan psikologi sosial, yang berkaitan dengan
permasalahan teamwork dan komunikasi interpersonal.
D. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengetahuan peneliti, penelitian-penelitian tentang teamwork
telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Seperti penelitian yang
dilakukan Chen (2004) dengan judul : Testing a New Approach for Learning or
Teamwork Knowledge and Skills in Technical Education yang menggunakan teori
Hertz (2003) dan Mozart (2000), mengungkapkan bahwa teamwork menjadi
penting dalam kekuatan kerja dalam industri. Penelitian ini menggunakan alat
ukur rating scale teamwork yang merupakan hasil dari survey dan subjek yang di
ambil adalah para guru dan murid pada tiga perguruan tinggi di Iowa, Nebraska,
dan Dakota Selatan. Selain itu penelitian lain juga dilakukan oleh oleh Kemp
(2006) dengan judul : Learning about Teamwork in an Online Study Environtment
yang menggunakan teori Barker (1999) dan Borgatti (1996), menyatakan bahwa
tahun 1980an belakangan, kata ”team” menjadi kata yang mendengung dalam
organisasi, dan teamwork menjadi ”jalan untuk mengatur hari ini”. Penelitian ini
menggunakan alat ukur Wilderness Survival Quiz, yaitu berisikan tentang
alternatif-alternatif untuk menyelamatkan diri berupa kuis dan subjek yang
diambil adalah para murid online.
Untuk komunikasi interpersonal, penelitian dilakukan oleh Sischa Dewi
Agustina (2002) dengan judul : Hubungan antara Efektifitas Komunikasi
Interpersonal dengan Kenakalan Remaja pada Siswa SMA yang menggunakan
teori De Vito (1997). Penelitian ini menggunakan alat ukur yang didasarkan pada
teori De Vito (1997) mengenai efektivitas komunikasi interpersonal yaitu
keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan dan subjek
yang diambil adalah remaja siswa SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta. Penelitian
lain juga dilakukan oleh Galuh Edhi Marina (2006) dengan judul : Hubungan
antara Komunikasi Interpersonal dengan Kepuasan Kerja Karyawan Bank
Indonesia Cabang Yogyakarta yang menggunakan teori De Vito (1986).
Penelitian ini menggunakan alat ukur yang mengacu pada aspek-aspek
komunikasi interpersonal menurut De Vito (1986) dan subjek yang diambil adalah
seluruh karyawan Bank Indonesia cabang Yogyakarta.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, terdapat perbedaan-perbedaan
sebagai berikut :
1. Keaslian topik
Penelitian ini mengangkat topik tentang hubungan antara komunikasi
interpersonal dengan teamwork pada group band musik.
2. Keaslian Teori
Teori yang digunakan untuk teamwork dalam penelitian ini adalah
Huszczo (1990) yang menyatakan bahwa sebuah tim perlu kerja sama dari
sekelompok orang untuk meraih tujuan dan mencapai hasil, sedangkan
komunikasi interpersonal menggunakan teori De Vito (1995) yang
menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses transaksional.
3. Keaslian alat ukur
Alat ukur yang digunakan untuk teamwork dalam penelitian ini adalah
skala yang didasarkan pada teori Huszczo (1990), sedangkan komunikasi
interpersonal menggunakan alat ukur De Vito (1995).
4. Keaslian Subjek
Subjek yang digunakan untuk teamwork dalam penelitian ini adalah
para anggota band yang ada di Yogyakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teamwork
1. Pengertian Teamwork
Fancies and Young (1979) menjelaskan sebuah tim sebagai sekelompok
orang giat yang bekerja untuk meraih sasaran umum, di mana bekerja bersama
dengan baik dan menikmatinya, dan menghasilkan hasil kualitas tinggi.
Johnson and Johnson’s (1991) mengartikan sebuah tim adalah seperangkat
struktur hubungan interpersonal untuk mencapai tujuan, sementara itu Lanza
(1985) mengartikan sebuah tim sebagai sekelompok orang yang bekerja bersama
dimana kesuksesan dari setiap individu bergantung pada kesuksesan dari
keselirihan kelompok. Unsur dari definisi tersebut didukung oleh Johnson (1986)
siapa yang melihat sebuah tim sebagai beberapa individu yang harus bekerja sama
untuk memenuhi suatu misi.
Konsep yang berhubungan erat dari “tim” dan “kelompok” sering dibahas
secara sinonim, walaupun beberapa pengarang sudah mencoba untuk menjelaskan
perbedaannya. Hitt (1988), sebagai contohnya, mendiskusikan definisi dari Dyer
bahwa tim adalah koleksi dari orang yang harus mempercayakan pada kerjasama
kelompok jika setiap anggota adalah untuk mengalami jumlah maksimum dari
kesuksesan dan pretasi tujuan, dan point keluar bahwa tidak semua koleksi dari
orang menemukan persyaratan ini. Kazemek dan Albert (1988) berusaha untuk
menunjukkan perbedaan di antara karakterisitik kelompok dan tim : Kelompok
berfungsi seperti tim yang secara khas memiliki sebuah tujuan yang bersih dan
umum. Anggota tim mengerti dimana mereka saling ketergantungan pada
kepalsuan lain.
Huszczo (1990) mengemukakan pendapat bahwa teamwork merupakan
lambungan gagasan dari satu orang ke orang lainnya dan mendatangkan solusi
untuk permasalahan kritis, dan organisasi tersebut dimulai dengan mengambil
strategi team untuk bekerja dengan kompetisi.
Tarkenton (1986) menawarkan sebuah definisi praktis dari tim dengan
memfokuskan dalam aktivitas khas dari “teamwork” : Teamwork memiliki arti
bahwa kita mengenali nilai dari para anggota dari tim di luar hanya mengerjakan
pekerjaan mereka, bahwa kita ingin mereka menjadi terlibat dalam strategi kita.
Ini berarti mendorong level kreativitas dan membuat keputusan lebih lanjut.
Teamwork adalah terdiri dari berbagai macam kelompok kecil orang, setiap orang
memiliki derajat yang sama dan penting dalam organisasi. Setiap kelompok
berhubungan dengan tiap kelompok lain melalui seorang pemimpin yang
ditetapkan (Lau, 1988). Sedangkan menurut Gwyne (1990) teamwork adalah
sebuah jalan penting untuk menaikkan efektifitas organisasi. Teamwork adalah
sekumpulan keterampilan yang dibutuhkan untuk dikembangkan selama latihan
(Levi, 2001). Pendapat lain juga dikemukakan oleh Harry A. Cosgriffe dan
Richard T. Dailey (1969) yang menyatakan bahwa teamwork merupakan
perbuatan dua orang atau lebih yang bekerja sama ke arah tujuan umum, saling
membagi waktu, bakat, dan pengetahuan dan menggunakan metode yang cocok
untuk semua anggota tim.
Berdasarkan teori-teori di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan
bahwa teamwork adalah keterampilan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang
saling berhubungan satu sama lain dan giat bekerja, yang di dalamnya
mengandung unsur kepercayaan, kejujuran, tanggung jawab, dukungan, harapan
yang tinggi untuk memperoleh tujuan bersama, dan saling memberikan gagasan
untuk penyelesaian berbagai masalah yang ada di dalam team yang bertujuan
untuk menaikkan efekktifitas organisasi.
2. Aspek-aspek dan Karakteristik Teamwork
Hitt (1988) mengutarakan atribut-atribut dari sebuah tim yang produktif :
a. Persetujuan umum dalam harapan tinggi untuk tim.
b. Suatu komitmen untuk tujuan umum.
c. Tanggung jawab di asumsikan untuk kerja yang harus dilakukan.
d. Jujur dan komunikasi terbuka.
e. Akses untuk informasi.
f. Iklim kepercayaan.
g. Perasaan umum bahwa seseorang dapat mempengaruhi apa yang terjadi.
h. Dukungan untuk keputusan yang telah dibuat.
i. Suatu pendekatan yang sama-sama untung untuk pengendalian konflik.
j. Suatu fokus pada proses seperti hasil.
Huszczo (1990), seperti Hitt sebelumnya, memberikan daftar karakteristik
yang lebih luas dan memiliki penjelasan yang lebih kritis yang dapat membentuk
dasar dari penilaian team yang sistematis, yaitu :
a. Tujuan.
Arah harus jelas dan berhubungan dengan organisasi paling luas.
Hal ini juga harus menjadi komitmen dari para anggota.
b. Bakat.
Team harus memiliki bakat dan keterampilan yang melengkapi
untuk tugas. Hal ini harus menjadi dorongan anggota untuk perkembangan
selanjutnya.
c. Tugas.
Para anggota harus mengerti tugas mereka dalam keikutsertaan
untuk kesuksesan team. Mereka harus memiliki komitmen terhadap tugastugas tersebut dan kejelasan tentang kontribusi individu.
d. Pelaksanaan.
Menjalankan pelaksanaan yang efektif dan berguna harus ada di
dalam team. Pertemuan dan perencanaan harus efektif, dan para anggota
harus mengetahu bagaimana membuat keputusan, mengatasi masalah, dan
membagi serta menerima informasi sebagai sebuah team.
e. Hubungan Interpersonal.
Para anggota team perlu untuk berhubungan baik dengan satu
dengan yang lain, komunikasi dan memecahkan konflik. Mereka harus
saling mendukung satu sama lain. Mereka harus menunjukkan perhatian
sehingga level keterampilan semakin tinggi.
f. Penguatan.
Sistem penguatan yang efektif dibutuhkan untuk peningkatan
teamwork. Pada level personal, apresiasi harus tegas, dan ini sangat
penting untuk pembentukan perilaku team. Organisasi juga bertanggung
jawab untuk penguatan ini.
g. Hubungan external.
Pembentukan hubungan external dengan lingkungan external harus
ada, dan ini harus juga harus menjadi hubungan yang sehat dengan unit
lain dalam organisasi itu sendiri. Team juga perlu untuk meninjau
lingkungan tersebut untuk mengenali yang menyangkut ancaman dan
kesempatan.
Zapp (1987) mengidentifikasi 3 karakteristik, dalam kasus ini disebut
‘tema’, terdapat dalam tipe bekerjanya team sukses :
a. Anggota – anggota tim memiliki misi dan mengeset tinggi dirinya-harapan
prestasi.
b. Mereka tahu apa yang mereka butuhkan untuk sukses.
c. Penghargaan dibagikan dan anggota merasakan mereka menyokong untuk
kesuksesan tim.
Terkait 3 tema di atas ditambahkan kepercayaan, komunikasi, pembuatan
keputusan kelompok, dan pembersihan prosedur (faktor telah jelas dalam
beberapa daftar di atas). Hal ini diklaim bahwa tema tersebut didasarkan pada
temuan penelitian, tapi kita telah diisyaratkan pada masalah metodologis yang
dihubungkan dengan penelitian ke dalam tim dan perkembangan mereka, oleh
karena itu, karakteristik-karakteristik tersebut seperti ini didasarkan lebih pada
pemahaman individu dari kesuksesan tim dan akal sehat yang baik daripada
pemeriksaan kaku.
Kinerja tim tentu saja harus merencanakan suatu rencana. Ends dan Page
(1977) menyokong, 5 aspek utama yang harus secara positif direncanakan :
a. Penetapan tujuan kinerja tim.
b. Merencanakan kerja.
c. Negosiasi peraturan-peraturan.
d. Penetapan kriteria kinerja, dan
e. Merencanakan umpan balik kinerja.
Thamhain (1990) memperhatikan produk baru kinerja tim, diidentifikasi
sejumlah ‘faktor mengemudi’ dimana dapat dihubungkan dengan kinerja efektif,
digambarkan dalam terminologi umum sebagai produk sukses baru. Ini adalah
sasaran bersih, rangsangan kerja, potensi pertumbuhan profesional, arah dan
kepemimpinan, kepercayaan timbal balik dan hubungan interpersonal yang baik,
rencana sesuai, komunikasi yang baik di dalam dan di luar tim, stabilitas dan
keamanan organisasi, sumberdaya cukup, dan keterlibatan manajemen.
Berdasarkan teori-teori di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan
bahwa tujuan, bakat, tugas, pelaksanaan, hubungan interpersonal, penguatan, dan
hubungan external digunakan sebagai dasar membentuk teamwork dalam suatu
organisasi.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Teamwork
Hackman (1978), mendaftarkan lima faktor sebagai kebutuhan untuk
perkembangan menjadi sukses dari team :
1. Tujuan dan arah yang jelas.
Tim butuh tujuan untuk memusatkan untuk memusatkan tujuan
mereka dan mengevaluasi kinerja mereka.
2. Pimpinan yang baik.
Pemimpin dibutuhkan untuk mengatur hubungan internal dan
eksternal dari tim dan untuk menghadapkan tim ke tujuan mereka.
3. Tugas yang sesuai dengan teamwork.
Tugas harus kompleks, penting, dan menantang sehingga anggota
tim memerlukan usaha dan tidak sanggup bekerja individu.
4. Catatan kebutuhan untuk melakukan pekerjaan.
Sumber penghasilan bahwa tim butuh memasukkan kedua sumber
alat dan pelatihan dan sumber penghasilan personil.
5. Lingkungan organisasi yang mendukung
Organisasi
harus
cukup
bertenaga
dan
berwibawa
untuk
mengizinkan anggota tim untuk membuat dan melaksanakan keputusan
mereka.
Levi dan Slem (1995) adalah ahli psikolog yang meneliti teamwork dalam
perusahaan yang berteknik tinggi. Mereka mempelajari faktor tim yang produktif
dan penelitian teknik mesin, dan perkembangan tim untuk menetapkan
sekumpulan faktor yang berkenaan dengan tim yang sukses. Mereka menemukan
lima faktor berikut :
1. Evaluasi dan penghargaan.
Tim butuh keadilan dan criteria tujuan untuk evaluasi, evaluasi
kinerja anggota tim harus berkenaan untuk sumbangan mereka untuk tim
mereka, dan anggota harus diberi penghargaan ketika tim mereka sukses.
2. Hubungan Sosial.
Tim butuh pelatihan dalam keterampilan sosial sehingga mereka
bisa memecahkan fungsi dan konflik internal dengan tenang.
3. Dukungan Organisasi.
Management, sistem organisasi, dan budaya organisasi harus
mendukung kegunaan tim.
4. Karakterisitik tugas.
Tim perlu tujuan dan arah yang jelas, tugas yang tepat untuk
teamwork, dan kerja yang menantang dan penting.
5. Pemimpin
Pemimpin
butuh
untuk
memfasilitasi
interaksi
tim
dan
menyediakan bantuan untuk tim ketika terjadi masalah.
Berdasarkan teori-teori di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan
bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi teamwork. Evaluasi dan
penghargaan, hubungan sosial untuk memecahkan konflik internal, dukungan
organisasi, tugas dan tujuan yang jelas, lingkungan organisasi, serta pemimpin
yang berguna untuk memfasilitasi interaksi tim diperlukan untuk untuk
menciptakan team yang sukses.
B. Komunikasi Interpersonal
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicare yang berarti
memberi sesuatu dengan seseorang, memberikan sebagian kepada seseorang,
tukar-menukar, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, membicarakan
sesuatu dengan seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan,
berteman (Hardjana, 2003). Lingkungan meliputi komunikasi interpersonal,
komunikasi interpersonal, hubungan yang mengandung unsur memberitahukan
atau berpartisipasi. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi
kehidupan komunikasi kelompok, dan komunikasi massa (Myers dan Myers,
1992).
Dance (1967) mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi
behaviorisme sebagai usaha menimbulkan respons melalui lambing-lambang
verbal, ketika lambing-lambang verbal tersebut bertindak sebagai stimuli.Menurut
bahasanya interpersonal berarti hubungan antar perseorangan. Hubungan antar
perseorangan tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut dengan hubungan antara dua
orang atau lebih dan hubungan ini bersifat lebih mendalam karena dipengaruhi
oleh sifat masing-masing individu (interpersonal). Setiap komunikasi melibatkan
unsur isi dan hubungan sekaligus. Pada komunikasi interpersonal, unsur hubungan
sangat
penting.
Yang
menentukan
efektifitas
adalah
aspek
hubungan
manusiawinya, yaitu bagaimana pesan disampaikan (Kirana, 1998). Myers dan
Myers (1992) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai transaksi antara
seseorang dengan lingkungannya yang mencakup orang-orang sebagai teman,
keluarga, anak-anak, rekan sekerja, bahkan orang asing. Komunikasi interpersonal
adalah interaksi antara satu individu dengan individu lainnya baik dalam bentuk
verbal seperti komunikasi langsung maupun non verbal seperti gerakan bahu, ibu
jari, anggukan atau gelengan (Vitalaya, 2003).
Fisher (1978) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal dapat berarti
sama dengan hubungan antar manusia karena akan selalu melibatkan orang lain
pada sebuah hubungan dalam bentuk apapun. Agar komunikasi interpersonal yang
dilakukan menghasilkan hubungan interpersonal yang efektif dan kerjasama bisa
ditingkatkan, kita perlu bersikap terbuka dan menggantikan sikap dogmatis.
Komunikan dan komunikator perlu juga memiliki sikap percaya, sikap
mendukung, dan terbuka yang mendorong timbulnya sikap saling memahami,
menghargai dan saling mengembangkan kualitas. Komunikasi interpersonal perlu
ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperbaiki hubungan dan kerjasama
antara berbagai pihak, tidak terkecuali dalam lembaga pendidikan (Gunarsa,
2003). De Vito (1995) dan Cangara (1998) mengatakan bahwa komunikasi
interpersonal juga berfungsi untuk memperoleh informasi, berbagi pengetahuan
dan pengalaman dengan orang lain. Barnard (1983: 91) menyatakan bahwa dalam
teori organisasi yang lengkap, komunikasi menduduki tempat sentral karena
struktur, luasnya, dan lingkup organisasi hampir sepenuhnya ditentukan oleh
teknik komunikasinya.
Berdasarkan teori-teori di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan
bahwa komunikasi interpersonal adalah transaksi antara seseorang dengan
lingkungannya dalam bentuk verbal seperti komunikasi langsung maupun non
verbal yang perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperbaiki hubungan
dan kerjasama antara berbagai pihak yang juga berfungsi untuk memperoleh
informasi, berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain dimana
pertukaran makna ini dilakukan secara timbal balik.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi
dalam
organisasi
dipengaruhi
oleh
beberapa
faktor
(Guetzkow, 1965; Hall, 1972; Porter & Roberts, 1976), yaitu :
1. Komunikasi adalah suatu proses sosial. Dalam hal demikian ini, ada berbagai
pengaruh sosial yang jelas dapat mempengaruhi ketepatan berita yang
dimaksud. Misalnya, norma yang lazim berlaku dan jabatan dapat
mengharuskan digunakannya bentuk-bentuk panggilan yang berbeda (resmi
versus tak resmi) untuk komunikasi ke atas dan ke samping. Senjang status di
antara tingkat-tingkat dalam hirarki organisasi juga dapat mempengaruhi cara
penyampaian dan kejelasan berita.
2. Komunikasi dipengaruhi oleh proses persepsi seseorang. Sebagai contoh,
penerimaan seorang pekerja atas instruksi penyelianya dapat dipengaruhi oleh
opininya mengenai si penyelia, kadar sifat kontroversalnya atau ancaman
perintah itu, hal-hal lain yang sedang dipikirkannya pada waktu itu, minatnya
pada topik itu, dan seterusnya. Proses perepsi pekerja memperlancar atau
menghambat komunikasi yang efektif dalam organisasi, dalam berbagai cara.
Yang paling menonjol di antara proses-proses ini adalah “pen-stereotip-an”
(peng-klise-an) dan halo effect yang menggambarkan usaha pribadi untuk
mengatur lingkungan persepsi mereka melalu penyederhanaan. Manusia atau
barang dikelompokkan ke dalam kategori yang umum (misalnya, hitam-putih,
pria-wanita) dan sifat kategori ini kemudian berfungsi sebagai petunjuk bagi
tingkah laku si penerima berita.
3. Proses komunikasi dipengaruhi oleh sifat dan struktur organisasi itu sendiri.
Argumentasi utama yang seringkali dikemukakan untuk membela struktur
desentralisasi ialah bahwa strukrtur semacam ini memperlancar peningkatan
komunikasi. Jika berita harus melalui beberapa tingkatan dalam hierarkhi,
kemungkinan besar terjadi pemutar-balikan berita dan mengakibatkan
timbulnya masalah yang seharusnya dapat dihindari jika komunikasi dapat
dilakukan dengan bertemu muka.
De Vito (1995) menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal adalah suatu
proses transaksional yang mengandung hal-hal sebagai berikut :
a. Suatu proses : segala kegiatan dalam komunikasi intrepersonal bukanlah
suatu yang statis tapi merupakan proses yang dinamis dan selalu dalam
kondisi yang berubah.
b. Komponen yang saling berhubungan : setiap elemen dalam komunikasi
interpersonal secara keseluruhan berkaitan satu sama lain. Tidak akan ada
sumber tanpa penerima dan sebaliknya tanpa adanya sumber tidak akan
ada pesan jadi tidak akan pernah ada umpan balik tanpa adanya penerima.
c. Ada saksi dan reaksi : komunikasi intrpersonal memandang hubungan aksi
dan reaksi terjadi antar partisipan dalam komunikasi sebagai suatu
kesatuan
yang
menyeluruh.
Reaksi
individu
dalam
komunikasi
interpersonal tidak hanya berdasarkan pada apa yang dikatakan oleh
gerakan tubuhnya tapi juga pada seluruh kejadiannya, pengalaman awa,
emosi, pengetahuan, kesehatan fisik dan hal-hal lainnya dari individu.
Menurut Yulia S. Gunarsa (2008), untuk menumbuhkan dan meningkatkan
hubungan interpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah:
1. Percaya/trust. Bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan
dirugikan, tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah
membuka dirinya. Percaya pada orang lain akan tumbuh bila ada faktorfaktor sebagai berikut:
a. Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang tersebut
memiliki kemampuan, ketrampilan, pengalaman dalam bidang
tertentu. orang itu memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan,
jujur dan konsisten.
b. Hubungan kekuasaan, artinya apabila seseorang mempunyai
kekuasaan terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan tunduk.
c. Kualitas komunikasi
dan sifatnya menggambarkan
adanya
keterbukaan. Bila maksud dan tujuan sudah jelas, harapan sudah
dinyatakan, maka sikap percaya akan tumbuh.
2. Prilaku suportif akan meningkatkan komunikasi. Beberapa ciri perilaku
suportif yaitu:
a. Deskripsi: penyampaian pesan, perasaan dan persepsi tanpa
menilai atau mengecam kelemahan dan kekurangannya.
b. Orientasi masalah: mengkomunikasikan keinginan untuk kerja
sama, mencari pemecahan masalah. Mengajak orang lain bersamasama menetapkan tujuan dan menentukan cara mencapai tujuan.
c. Spontanitas: sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif
yang terpendam.
d. Empati: menganggap orang lain sebagai persona.
e. Persamaan: tidak mempertegas perbedaan, komunikasi tidak
melihat perbedaan walaupun status berbeda, penghargaan dan rasa
hormat terhadap perbedaan-perbedaan pandangan dan keyakinan.
f. Profesionalisme: kesediaan untuk meninjau kembali pendapat
sendiri.
3. Sikap terbuka, kemampuan menilai secara objektif, kemampuan
membedakan dengan mudah, kemampuan melihat nuansa, orientasi ke isi,
pencarian
informasi
dari
berbagai
sumber,
kesediaan
mengubah
keyakinannya, profesional dan lain sebagainya.
Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan menghasilkan hubungan
interpersonal yang efektif dan kerja sama bisa ditingkatkan, kita perlu bersikap
terbuka dan menggantikan sikap dogmatis. Kita perlu juga memiliki sikap
percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang mendorong timbulnya sikap saling
memahami, menghargai dan saling mengembangkan kualitas. Hubungan
interpersonal perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperbaiki hubungan
dan kerjasama antara berbagai pihak, tidak terkecuali dalam lembaga pendidikan.
Levi (2001), menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses di mana
seseorang atau group mengirimkan beberapa tipe dari informasi ke orang lain atau
group. Pengertian ini menyoroti tiga bagian utama dari komunikasi : pengirim,
penerima, dan pesan.
1. Pengirim
Karakteristik dari pengirim atau komunikator mengakibatkan
sejumlah pengaruh bahwa suatu komunikasi memiliki pendengar.
Bagaimana pendengar merasa komunikator mempengaruhi bagaimana
pendengar menafsirkan pesan tersebut, bagaimana banyak perhatian
pendengar membayarnya, dan banyak pengaruh ini akan berada pada
kepercayaan pendengar. Dua karakteristik utama dari pengirim adalah
menarik dan bisa dipercaya.
2. Penerima
Penerima atau pendengar dari komunikasi dapat berubah dalam
sejumlah jalan yang mengakibatkan sejumlah pengaruh dari komunikasi.
Untuk contohnya, terdapat karakteristik kepribadian dari penerima seperti
kecerdasan, keterampilan bahasa, dan harga diri yang memperngaruhi
komunikasi. Persoalan kecerdasan dan bahasa berkenaan terhadap
bagaimana suatu komunikasi butuh untuk dikatakan kepada pendengar.
Komunikator yang dapat dipercaya lebih mudah mempengaruhi orangorang.
3. Pesan
Pengaruh dari berbagai macam karakteristik pesan saling
mempengaruhi dengan karakteristik pendengar. Pesan dapat berubah
dalam pengalaman, emosional, dan estetis. Apakah perbedaan ini
mempengaruhi pendengar mempercayai di atas bagaimana mereka
merasakan.
Dari teori-teori di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa banyak
faktor yang mempengaruhi jalannya suatu komunikasi interpersonal, di mana satu
faktor akan mempengaruhi faktor yang lain, baik yang berasal dari dalam diri
individu sendiri maupun yang berasal dari luar individu. Proses sosial dan
persepsi sesorang, rasa percaya, serta sikap sportif diperlukan untuk mendukung
komunikasi interpersonal.
3. Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal
Kemampuan komunikasi adalah keterampilan dalam mengirim pesan,
menerima pesan, dan memberikan umpan balik baik secara verbal dan non verbal.
Aspek-aspek kemampuan komunikasi tersebut bertolak dari pendapat De Vito
(1995) :
a. Keterbukaan (openness)
Keterbukaan yang dimaksud adalah mencakup keinginan untuk
saling memberi informasi mengenai diri sendiri, keinginan untuk
bereaksi secara jujur terhadap pesan yang disampaikan orang lain, dan
bertanggung jawab terhadap perasaan-perasaan yang dimiliki dalam
arti tidak mengkambinghitamkan orang lain. Kualitas keterbukaan dari
komunikasi interpersonal meliputi beberapa aspek yaitu kesediaan
untuk mengungkap diri (self disclose) pada orang lain yang
berinteraksi dengan lingkungannya, kesediaan untuk menanggapi serta
jujur pada setiap stimuli yang diterima serta mengalami dan
bertanggung
jawab
diungkapkannya.
atas
segala
Keterbukaan
pikiran
dalam
dan
perasaan
komunikasi
yang
interpersonal
memungkinkan para pelakuknya untuk membicarakan masalahmasalah yang dialami oleh kedua belah pihak.
b. Empati (empathy)
Empati
merupakan
kemampuan
untuk
merasakan
dan
mengalami apa yang dirasakan orang lain yaitu mencoba merasakan
dalam cara yang sama dengan perasaan orang lain. Jika seorang
mampu berempati dengan orang lain maka orang tersebut akan merasa
dalam posisi yang lebih baik untuk memahami orang lain. Pemahaman
yang terjadi dalam empati ini bisa diungkapkan oleh seseorang tanpa
kehilangan identitas diri. Keakuratan berempati meliputi sensitifitas
untuk merasakan kejadian-kejadian saat ini dan mampu mengerti katakata yang diucapkan ketika komunikasi interpersonal berlangsung.
c. Dukungan (suportiveness)
Dua hal yang diperlukan dalam hal ini adalah lebih bersikap
deskriptif dalam berkomunikasi dibanding evaluatif, sebab sikap yang
evaluatif cenderung menimbulkan reaksi defence pada orang lain. Hal
yang kedua adalah kesediaan untuk mendengarkan dan membuka diri
terhadap pendapat yang berbeda. Dukungan yang diperlukan dalam
komunikasi
interpersonal,
meliputi
empat
aspek
yaitu
(1) descriptiveness, lingkungan yang deskriptif yaitu lingkungan yang
tidak mengevaluasi orang secara evaluatif sehingga membuat orang
cenderung menjadi defisit. Orang yang merasa dievaluasi akan malu
mengungkapkan perasaan-perasaannya secara bebas dan merasakan
terus-menerus dikritik, (2) spontanity, individu yang berkomunikasi
secara spontan yaitu yang memiliki pandangan ke depan dan terbaik
dalam mengungkapkan pemikirannya, (3) provisionalism, menjadi
professional
berarti
memiliki
pemikiran
yang
terbuka
(open
mindedeness), bersedia menerima pandangan orang lain dan bersedia
merubah posisi atau pandangannya jika memang diperlukan,
(4) dukungan yang tidak terucapkan berupa gerakan-gerakan
menganggukkan kepala, mengedipkan mata, tersenyum.
d. Kepositifan (positiveness)
Berkomunikasi
secara
positif
di
dalam
komunikasi
interpersonal sekurang-kurangnya melalui dua jalan, yaitu berdasarkan
sikap positif dan menghargai orang lain. Terdiri dari tiga hal yaitu
(1) perhatian yang positif terhadap orang lain sangat mendukung
keberhasilan komunikasi interpersonal, (2) perasaan yang positif
sangat bermanfaat untuk mengefektifkan kerjasama, (3) perhatian dan
perasaan yang positif itu harus dikomunikasikan sehingga komunikasi
interpersonal dapat terpelihara dengan baik. Mencakup sikap positif
terhadap diri sendiri, orang lain, dan situasi komunikasi. Perasaanperasaan negatif biasanya membuat komunikasi menjadi lebih sulit dan
dapat menyebabkan perpecahan atau konflik. Sikap positif juga bisa
diungkapkan lewat kalimat-kalimat yang diutarakan.
e. Kesamaan (equality)
Komunikasi akan lebih efektif dalam suasana kesamaan
walaupun tidak ada orang yang secara absolut sama dengan orang lain
dalam segala hal. Adapun dalam kesamaan terkandung unsur
keinginan untuk saling bekerjasama dalam memecahkan masalah, hal
ini terwujud dalam memandang ketidaksetujuan dan perselisihan di
antara individu yang berkomunikasi, lebih sebagai usaha untuk
memahami perbedaan yang ada, daripada memandangnya sebagai
kesempatan untuk saling menjatuhkan. Komunikasi interpersonal akan
lebih efektif bila setiap perbedaan atau konflik tidak dipandang sebagai
usaha untuk menjatuhkan orang lain atau mendapatkan posisi menang.
f. Keyakinan (confidence)
Seorang komunikator yang efektif menunjukkan keyakinan
(kemantapan dan rasa nyaman dalam berkomunikasi dengan orang
lain), rasa malu, khawatir dan cemas dalam berkomunikasi dapat
dikendalikan
oleh
komunikator
yang
efektif
sehingga
tidak
mengganggu proses komunikasi. Keyakinan atau kemantapan dalam
berkomunikasi diwujudkan dalam bentuk rasa rileks, tidak canggung,
sikap badan dan suara yang fleksibel, tidak terpaku pada gerakan atau
nada suara tertentu.
g. Kesiapan (immediacy)
Menunjukkan pada kesiapan melakukan komunikasi lewat
penciptaan rasa tertarik dan perhatian terhadap lawan bicara berupa
pemberian respon atau umpan balik dengan segera, menciptakan
kebersamaan antara pembicara dan pendengar secara verbal maupun
non verbal. Secara verbal misalnya dengan langsung menyebut nama
orang yang diajak berbicara, sedangkan secara non verbal ditunjukkan
dengan memperhatikan lawan bicara dan tidak melihat ke arah lain.
Dari berbagai macam teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
komunikasi interpersonal adalah suatu proses sosial di mana di dalamnya
mengandung unsur keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, kesamaan,
keyakinan, kesiapan, yang kemudian timbul kepercayaan, sikap mendukung, dan
mendorong timbulnya sikap saling memahami dan menghargai.
C. Hubungan antara Komunikasi Interpersonal dengan Teamwork pada
Group Band Musik
Pengirim pesan khususnya membuat pesan kepada pendengar mereka,
sehingga pesan-pesan tersebut mungkin menjadi lebih pendek atau lebih panjang
tergantung pada anggapan penerima tentang pesan tersebut. Ketika orang-orang
memberikan petunjuk, mereka memberikan petunjuk yang panjang kepada orang
lain yang tidak terlalu mengenal suatu bidang (Krauss & Fussel, 1991). Sebagai
contoh, suatu team band management mengadakan meeting untuk membicarakan
kerja tim yang akan dilakukan pada berbagai acara dan tour band. Kemungkinan
akan terjadi kesalahpahaman dan ketidakjelasan dalam pelaksanaan tugas
dikarenakan penyampaian dari ketua team, yang dalam hal ini adalah manajer
salah menyampaikan informasi atau menganggap semua anggota team sudah
paham dengan benar akan perannya masing-masing. Ends dan Page (1977)
menyediakan daftar lima karakteristik pemimpin yang bisa menunjukkan efek
positif pada komunikasi team. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah
kejujuran, keterbukaan, pembangunan, kedewasaan, dan saling menghargai. Kata
lain, seorang manajer band harus dapat mengarahkan group band untuk dapat
bekerja dengan teamwork yang baik.
Dalam sebuah team, pengirim sering mengirimkan pesan lebih singkat
daripada yang diperlukan karena mereka menaksir terlalu tinggi seberapa tahu
penerima dengan informasi tersebut. Penelitian juga memberi kesan bahwa
pengirim pesan sering tidak baik dalam mengambil perspektif. Mereka berpura-
pura seolah-olah penerima memiliki latar belakang informasi yang lebih banyak
pada topik daripada yang benar-benar mereka lakukan (Keysar, 1998).
Kekurangan dari pengambilan perspektif ini adalah salah satu alasan mengapa
seorang manajer band yang profesional memiliki kesulitan memberikan
pengarahan dalam sebuah team. Mereka menganggap bahwa penerima tersebut
memiliki latar belakang informasi yang cukup untuk membuat pengertian dari
pesan yang singkat.
Pesan-pesan juga bisa berubah dalam diskusi team. Semua anggota team
memiliki sebuah prasangka untuk informasi yang ada yang mungkin akan
diterima dengan sungguh-sungguh (Higgins, 1999). Hal ini menyebabkan team
tersebut mengabaikan masalah ini karena topik yang tidak menyenangkan tidak
pernah dibicarakan. Anggota team juga sering percaya bahwa penyebab
dibelakang pernyataan mereka adalah nyata, sehingga mereka tidak sepenuhnya
menjelaskan persoalan (Gilovich, Savitsky, & Medvec, 1998). Hal ini
menghitamkan pandangan bahwa terdapat komunikasi yang jelas ketika, dalam
kenyataan, ini tidak ada. Team yang sukses melakukan tindakan sebagai berikut :
penerima pelaksanaan, umpan balik, komunikasi closed-loop, dan dukungan
perilaku. Para anggota dari team yang sukses menerima pelaksanaan dari team
yang lain dan melangkah ke dalam ketika diperlukan. Selama sesi wawancara
resmi, semua anggota team memberikan umpan balik kepada setiap orang lainnya
untuk membantu memperbaiki pelaksanannya. Sebagai contoh, suatu group band
kurang memiliki komunikasi yang lancar dikarenakan kurangnya mengadakan
sesi breafing setelah penampilan band tersebut berakhir untuk membicarakan dan
menyampaikan koreksi selama acara berlangsung. Komunikasi internal adalah
closed-loop; dalam kata lain, pengirim dan penerima menyatakan dan membuat
sungguh-sungguh bahwa makna dari pesan sudah diterima dengan benar
(McIntyre & Sallas, 1995). Dengan adanya hubungan komunikasi yang terjalin
akan mendorong para anggotanya baik itu atasan, rekan kerja maupun bawahan
untuk saling bertindak, yang dapat berwujud pengaruh atau perintah untuk
menjalankan aktivitas. Bila terjadi kesulitan dalam mempengaruhi atau
memberikan perintah kepada pihak lain seperti munculnya rasa tidak puas pada
pihak yang menerima perintah, rasa tersinggung akibat tidak adanya sikap
menghargai, maka dapat saja terjadi kegagalan dalam berinteraksi sehingga
menimbulkan berbagai macam konflik.
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa
komunikasi interpersonal diperlukan dalam suatu band untuk melancarkan segala
kegiatan yang berhubungan dengan band tersebut dan tidak ada hambatan dalam
pelaksanaannya. Semakin adanya keterbukaan dan tingginya rasa empati masingmasing anggota pada saat interaksi dengan anggota lain dalam menyampaikan
segala informasi tentang dirinya dan mampu mengerti kata-kata yang diucapkan
ketika komunikasi berlangsung, maka akan membuat teamwork yang ada semakin
berjalan lancar karena proses penyampaian pesan tidak mengalami hambatan yang
berarti. Dalam komunikasi itu pula, sikap dan perasaan positif dapat juga
meningkatkan hubungan yang positif sehingga kerjasama dalam tim menjadi
efektif, karena bila ada unsur negatif dalam hubungan tersebut akan membuat
perpecahan atau konflik dalam tim tersebut dan dapat menghambat komunikasi
sehingga mengakibatkan kerja dalam tim juga terhambat. Selain itu, komunikasi
pun akan lebih efektif bila dalam suasana kesamaan, dengan kata lain segala
perbedaan atau konflik tidak dipandang sebagai usaha untuk menjatuhkan orang
lain sehingga membuat kerja tim semakin meningkat karena anggota-anggota di
dalamnya dapat bersatu. Hal terakhir yang perlu diperhatikan adalah ketika proses
pembicaraan sedang berlangsung, perlu diwujudkan rasa rileks dan tidak
canggung, serta rasa kebersamaan yang tinggi untuk menciptakan suasana yang
nyaman sehingga teamwork yang ada menjadi semakin meningkat dikarenakan
hubungan antar anggota di dalam tim tersebut sangat kokoh.
Oleh karena itu, dengan adanya komunikasi interpersonal yang tidak
terhambat maka akan mencegah timbulnya berbagai konflik, sehingga mempererat
hubungan antar anggota di dalam band tersebut dan terciptalah teamwork yang
dapat diandalkan dan dapat selalu ditingkatkan dalam mempertahankan suatu
group band musik.
D. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan positif antara komunikasi interpersonal dengan teamwork.
Semakin tinggi kemampuan komunikasi interpersonal maka semakin tinggi
teamwork yang tercipta, begitu juga sebaliknya, semakin rendah kemampuan
komunikasi interpersonal maka semakin rendah pula teamwork yang tercipta.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Tergantung
: Teamwork
2. Variabel Bebas
: Komunikasi Interpersonal
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Teamwork
Adalah keterampilan yang dimiliki oleh para anggota group band yang
saling berhubungan satu sama lain dan giat bekerja, mengandung unsur
kepercayaan, kejujuran, tanggung jawab, dukungan, harapan yang tinggi untuk
memperoleh tujuan bersama, dan saling memberikan gagasan untuk penyelesaian
berbagai masalah yang ada di dalam team yang bertujuan untuk menaikkan
efektifitas group band tersebut. Teamwork harus memiliki tujuan yang jelas, bakat
untuk dikembangkan, tugas yang dapat dimengerti, pelaksanaan pertemuan,
menjalin hubungan interpersonal sesama anggota band, penguatan efektif, dan
menjalin hubungan baik dengan anggota team lain. Teamwork diketahui dengan
skor yang diperoleh subjek setelah mengisi skala teamwork yang mengacu pada
pendapat Huszczo (1990). Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin
tinggi kualitas teamwork. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka
semakin rendah kualitas teamwork.
2. Komunikasi Interpersonal
Adalah transaksi antar anggota group band dengan lingkungan di dalam
group band tersebut dalam bentuk verbal maupun non verbal yang perlu
ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperbaiki hubungan dan kerjasama
antara berbagai pihak yang juga berfungsi untuk memperoleh informasi, berbagi
pengetahuan dan pengalaman dengan anggota group band lain dimana pertukaran
makna ini dilakukan secara timbal balik. Komunikasi interpersonal harus
memiliki keterbukaan dalam menyampaikan informasi tentang diri, empati dengan
anggota group band lain, saling memberi dukungan, perhatian dan perasaan
positif, kesamaan untuk menghindari konflik, keyakinan menciptakan suasana
nyaman, dan siap dalam berhubungan dengan anggota group band lain.
Komunikasi interpersonal diketahui dengan skor yang diperoleh subjek setelah
mengisi skala komunikasi interpersonal yang mengacu pada pendapat De Vito
(1995). Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi kualitas
komunikasi interpersonal. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka
semakin rendah kualitas komunikasi interpersonal.
C. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggota group band
musik yang terdapat di kota Yogyakarta, berjenis kelamin laki-laki maupun
perempuan yang berusia 17-30 tahun dan masih aktif di dalam dunia musik agar
pertanyaan dalam skala ukur berdasarkan pengalaman nyata yang sedang atau
belum lama terjadi.
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode skala. Metode skala ini digunakan untuk mengungkap taraf teamwork dan
komunikasi interpersonal.
1. Skala Teamwork
Skala teamwork yang disusun berdasar tujuh karakteristik teamwork
yang mengacu pada pendapat Huszczo (1990) terdiri dari aitem-aitem yang
berbentuk pernyataan yang kemudian dituangkan sebagai blue print, meliputi
beberapa aspek seperti (1) tujuan, (2) bakat, (3) tugas, (4) pelaksanaan, (5)
hubungan interpersonal, (6) penguatan, (7) hubungan external. Subjek
diharapkan untuk menjawab berdasarkan kecocokan pernyataan itu dengan
dirinya. Skala itu terdiri dari 56 aitem yang dikelompokkan dalam butir-butir
favorable sebanyak 28 butir dan unfavorable sebanyak 28 butir.
Tabel 1
Sebaran Aitem
Skala Teamwork Sebelum Uji Coba
Aspek
Tujuan
Bakat
Tugas
Pelaksanaan
Hubungan Interpersonal
Penguatan
Hubungan External
Total
Favorable
1, 15, 26, 38
3, 16, 27, 40
14, 29, 48, 56
6, 7, 13, 30
9, 20, 44, 49
10, 34, 35, 42
23, 36, 51, 53
28
Unfavorable
2,18, 41, 47
17, 28, 39, 54
4, 5, 33, 52,
19, 21, 32, 55
8, 31, 45, 46
12, 22, 25, 50
11, 24, 37, 43
28
Total
8
8
8
8
8
8
8
56
Pada skala teamwork disediakan empat alternatif jawaban yaitu Sangat
Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Pemberian skor bergerak dari satu sampai empat. Pernyataan favorable nilai
tertinggi empat diberikan pada jawaban SS (Sangat Sesuai), nilai tiga untuk
jawaban S (Sesuai), nilai dua untuk jawaban TS (Tidak Sesuai), dan nilai satu
untuk STS (Sangat Tidak Sesuai). Adapun untuk pernyataan unfavorable nilai
tertinggi empat diberikan untuk jawaban STS (Sangat Tidak Sesuai), nilai tiga
untuk jawaban TS (Tidak Sesuai), nilai dua untuk S (Sesuai), dan nilai satu
untuk SS (Sangat Sesuai).
2. Skala Komunikasi Interpersonal
Skala Komunikasi Interpersonal disusun berdasar tujuh karakteristik
komunikasi interpersonal yang mengacu pada pendapat De Vito (1995) seperti
yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, yang kemudian dituangkan
sebagai blue print, yaitu (1) keterbukaan, (2) empati, (3) dukungan, (4)
kepositifan, (5) kesederajatan, (6) keyakinan, (7) kesiapan. Skala ini memuat
aitem-aitem
yang
digunakan
untuk
mengukur
kualitas
komunikasi
interpersonal yang ditunjukkan dari respon-respon subjek terhadap pernyataan
dalam skala. Skala itu terdiri dari 56 aitem pernyataan yang dikelompokkan
dalam butir-butir favorable sebanyak 28 butir dan unfavorable sebanyak 28
butir.
Tabel 2
Sebaran Aitem
Skala Komunikasi Interpersonal Sebelum Uji Coba
Aspek
Keterbukaan
Empati
Dukungan
Kepositifan
Kesamaan
Keyakinan
Kesiapan
Total
Favorable
1, 14, 42, 28
3, 29, 30, 34
44, 46, 48, 56
8, 37, 45, 54
18, 25, 40, 52
10, 20, 32, 49
13, 21, 33, 47
28
Unfavorable
2, 15, 23, 26
4, 16, 35, 43
5, 36, 38, 55
6, 37, 51, 50
9, 17, 31, 39
11, 19, 24, 53
12, 22, 27, 41
28
Total
8
8
8
8
8
8
8
56
Skala komunikasi interpersonal menyajikan empat kategori jawaban
yang terentang dari Tidak Pernah, Jarang, Sering, Selalu. Masing-masing
karakteristik tersebut dijabarkan dalam aitem-aitem pernyataan yang bersifat
mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable). Pemberian skor
untuk aitem yang bersifat favorable adalah nilai satu untuk pilihan Tidak
Pernah, dua untuk pilihan Jarang, tiga untuk Sering dan empat untuk pilihan
jawaban Selalu. Adapun untuk aitem-aitem yang bersifat unfavorable,
jawaban Tidak Pernah mendapat skor empat, skor tiga untuk Jarang, dua untuk
Sering, dan satu untuk pilihan jawaban Selalu.
E. Metode Analisis Data
Model analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah
analisis product moment dari Pearson. Analisis product moment dari Pearson
digunakan karena analisis korelasional yang dapat dipakai untuk menguji
hubungan antara dua variabel. Sesuai dengan analisis ini, uji asumsi yang
diperlukan adalah uji normalitas sebaran, yaitu asumsi bahwa variabel
dependen Y mengikuti sebaran normal dari Gauss, dan uji linieritas hubungan,
yaitu bahwa korelasi antara X dan Y adalah linier. Perhitungan statistik ini
dilakukan dengan komputasi melalui bantuan program Statistical Package for
Social Sciencess (SPSS) 10 for Windows.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah
Group Band merupakan sekelompok orang yang bekerjasama untuk
meraih tujuan bersama dalam bidang musik. Menurut Leo (2008), seorang
anggota Dewan Juri KFC Talent Search Satu Bintang, jumlah grup band Indie di
Yogyakarta sangat banyak dan boleh dibilang Yogya sebagai kota seribu band.
Sedangkan menurut hasil wawancara dengan Agus Raka, seorang Ketua Forum
Band Jogja (FBJ), band-band yang terdaftar dalam keanggotaan FBJ hanya
berjumlah 50 band, sehingga bisa dikatakan hanya 50 band yang selalu aktif di
dalam dunia musik dan mengikuti berbagai acara di Yogyakarta.
Berdasarkan data tersebut, peneliti mengambil beberapa nama band yang
juga menjadi anggota dalam FBJ untuk dijadikan subjek dalam data try out. Ada 4
band yang diambil untuk dijadikan data try out, yaitu : Lain Dunia sebanyak 8
orang, Toys sebanyak 7 orang, Topfor Band sebanyak 7 orang, dan Groofy Band
berjumlah sebanyak 8 orang. Kelima band tersebut di ambil karena memiliki
koneksi yang cukup mudah dengan peneliti. Peneliti memiliki hubungan
pertemanan dengan beberapa anggota di dalam band-band tersebut dan juga
berpartisipasi dalam keanggotaan FBJ sehingga dalam proses pengambilan data
tidak begitu mengalami hambatan. Subjek-subjek yang diambil pun juga termasuk
dalam kriteria subjek penelitian, yaitu terdiri dari anggota band yang berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan berusia 17-30 tahun dan masih aktif di dalam
dunia musik.
2. Perijinan Penelitian
Suatu proses penelitian yang baik diperlukan adanya persiapan yang harus
dilakukan dengan tujuan agar penelitian tersebut berhasil dan berjalan dengan
baik. Persiapan dalam penelitian itu sendiri meliputi surat ijin penelitian dan
persiapan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini. Surat ijin penelitian
untuk melakukan pengambilan data subjek dikeluarkan oleh Dekan Fakultas
Psikologi UII. Untuk penelitian ini, peneliti mendapatkan ijin dari Dekan Fakultas
Psikologi UII dengan nomor 03/Dek/70/Akd/I/2009.
3. Persiapan Alat Ukur
Sebelum digunakan sebagai alat ukur, kedua skala dalam penelitian ini
diuji cobakan terlebih dahulu. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui validitas
dan reabilitas alat ukurnya sehingga dapat diperkirakan tingkat kelayakannya. Uji
coba alat ukur dilakukan pada 30 subjek. Tiap subjek diminta untuk mengisi satu
bendel yang terdiri dari skala satu dan skala dua. Skala satu adalah skala
teamwork sedangkan skala dua adalah skala komunikasi interpersonal.
Hasil uji coba skala satu yaitu skala teamwork diperoleh reliabilitas 0,957
dengan koefisien item total bergerak antara 0,3221-0,795 dari 56 aitem yang duji
cobakan didapat 47 aitem sahih dan 9 aitem gugur.
Tabel 3
Sebaran Aitem
Skala Teamwork Setelah Uji Coba
Aspek
Tujuan
Bakat
Tugas
Pelaksanaan
Hubungan Interpersonal
Penguatan
Hubungan External
Total
Favorable
1, 12, 21, 31
3, 13, 22, 33
11, 24, 39, 47
10, 25
7, 17, 35, 40
8, 28, 29,
42, 44,
23
Unfavorable
2, 15, 34, 38
14, 23, 32, 45
4, 5, 43
16, 18, 27, 46
6, 26, 36, 37
19, 41
9, 20, 30
24
Total
8
8
7
6
8
5
5
47
Hasil uji coba skala dua yaitu skala komunikasi interpersonal diperoleh
reabilitas 0,939 dengan koefisien item total bergerak antara 0,315-0,791 dari 56
aitem yang diuji cobakan didapat 43 aitem sahih dan 13 aitem gugur.
Tabel 4
Sebaran Aitem
Skala Komunikasi Interpersonal Setelah Uji Coba
Aspek
Keterbukaan
Empati
Dukungan
Kepositifan
Kesamaan
Keyakinan
Kesiapan
Total
Favorable
1, 10, 20, 30
2, 21, 22, 24
31, 33, 35, 43
27, 32, 41
13, 18, 29, 39
6, 36,
9, 15, 34,
24
Unfavorable
17, 19
11, 25
3, 26, 28, 42
4, 37, 38
5, 12, 23
7, 14, 40
8, 16,
19
Total
6
6
8
6
7
5
5
43
Aitem-aitem yang diterima atau sahih kemudian dijadikan skala untuk
penelitian ini yaitu 47 aitem untuk skala teamwork dan 43 aitem untuk skala
komunikasi interpersonal.
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 21-26 Desember 2008 baik itu untuk
skala teamwork maupun komunikasi interpersonal. Penulis tidak mengalami
hambatan yang berarti, hal itu karena adanya kerjasama yang baik dari subjek
penelitian. Pengumpulan data penelitian ini dalam pelaksanaannya didapat 55
orang subjek penelitian, keseluruhan data tersebut didapat dalam waktu 6 hari.
Pada hari pertama peneliti berhasil mengambil data sebanyak 28 orang, pada hari
kedua sebanyak 6 orang, pada hari ketiga tidak ada, pada hari keempat peneliti
sebanyak 8 orang, pada hari kelima sebanyak 8 orang, dan pada hari yang terakhir
peneliti berhasil mendapat subjek sebanyak 5 orang. Dari 55 skala yang dibagikan
terdapat 2 angket yang dianggap gugur karena subjek penelitian tidak mengisi
aitem pernyataan secara lengkap sehingga menjadi 53 skala yang dinyatakan
layak untuk dianalisis.
C. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Subjek Penelitian
Setelah dilakukan pengambilan data terhadap subjek penelitian maka dapat
dilihat gambaran umum tentang karakteristik subjek penelitian yang dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 5
Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Group Band
Nama Band
Saturasi
Harajuku
Posfor
Komik
Harakiri
Sent Item
Havenezde
Partomos
Total
Jumlah Anggota
6
6
8
8
6
8
8
5
55
2. Deskripsi Data Penelitian
Kriteria kategorisasi ditetapkan peneliti guna mendapatkan informasi
tentang keadaan kelompok subjek pada variabel yang diteliti. Cara ini dilakukan
berdasarkan suatu asumsi bahwa skor subjek dalam kelompoknya merupakan
estimasi terhadap skor subjek dalam populasinya dan skor tersebut terdistribusi
secara normal. Azwar (1997) menyatakan bahwa kriteria kategori dapat
digunakan sebagai acuhan dalam mengelompokkan keadaan subjek pada skor data
empiris yang telah diperoleh. Tujuan deskripsi ini adalah untuk mengetahui tinggi
dan rendahnya hasil subjek dalam penelitian (Azwar, 1997).
Pelaksanaan penelitian ini penulis memanfaatkan deskripsi data penelitian
yaitu dengan membuat kategorisasi masing-masing variabel di atas dengan
menggolongkan subjek dalam 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kategori
tinggi, sedang dan rendah ini dibuat berdasarkan Mean Hipotetik dan Standar
Deviasi. Untuk Mean Hipotetik, diperoleh dari skor maksimal ditambah dengan
skor minimal kemudian hasilnya dibagi dua, sedangkan untuk Standar Deviasi
diperoleh dari skor maksimum dikurangi dengan skor minimum kemudian
hasilnya dibagi enam. Skor yang diperoleh dapat dijadikan kategorisasi pada
penelitian ini sehingga terbagi menjadi 3 kriteria, yaitu:
1. Tinggi, dengan skor > m + 1 sd
2. Sedang, dengan skor m-1 s <X ≤ m + 1 sd
3. Rendah, dengan skor ≤ m-1 sd
Keterangan : m = mean hipotetik
S = standar deviasi
Tabel 6
Deskripsi Data Empirik dan Hipotetik
Skor Empirik
Teamwork
Komunikasi
Interpersonal
X Min
108
105
X Max
188
172
Mean
146.17
131.57
Skor Hipotetik
SD
19.667
17.579
X Min
47
43
X Max
188
172
Mean
117.5
107.5
SD
23.5
21.5
a. Skala Teamwork
Skala Teamwork terdiri atas 47 aitem dengan skor aitem minimum 1 dan
maksimum 4, rentangan skor minimum-maksimum adalah 47-188 dengan jarak
sebaran sebesar 141. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa deviasi
standar (s) skala Teamwork adalah 141 : 6 = 23,5 sedangkan mean hipotetik
(mean) sebesar 117,5 dan mean empiris (M) 146,17. Maka batas kelompok tinggi
adalah 117,5 + 1 (23,5) = 141 dan batas kelompok rendah 117,5 – 1 (23,5) = 94.
Setelah mendapat batas kelompok tinggi dan batas kelompok rendah maka
subjek yang mendapat skor di bawah 94 dalam skala teamwork dapat dikatakan
memiliki tingkat teamwork taraf rendah. Sebaliknya subjek yang memiliki skor di
atas 141 dikatakan memiliki tingkat teamwork taraf tinggi.
Berdasarkan sebaran skor hipotetik dari skala teamwork dapat diuraikan
hasil kategorisasi untuk mengetahui keadaan kelompok subjek penelitian sebagai
berikut :
Tabel 7
Kriteria Kategorisasi Skala Teamwork
Kategori
Tinggi
Sedang
rendah
Skor
>141
94 <X ≤141
≤ 94
Frekuensi
36
17
0
%
68%
32%
0
Melihat kriteria yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa subjek penelitian yang memiliki mean empirik sebesar 146,17 termasuk
dalam kategori tinggi.
b. Skala Komunikasi Interpersonal
Skala komunikasi interpersonal pada penelitian ini terdiri atas 43 aitem
dengan skor minimal aitem sebesar 1 dan skor maksimal sebesar 4 dengan rentang
minimal dan maskimal adalah 43-172, sehingga memiliki jarak sebaran 129.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa deviasi standar (s) pada skala
komuniaksi interpersonal adalah 129 : 6 = 21,5 sedangkan mean hipotetik sebesar
107,5 dan mean empirik (M) sebesar 131,57. Maka batas kelompok tinggi adalah
107,5 + 1 (21,5) = 129 dan batas kelompok rendah 107,5 – 1 (21,5) = 86. Setelah
mendapatkan batas kelompok tinggi dan batas kelompok rendah, maka subjek
yang mendapat skor di bawah 86 dalam skala komunikasi interpersonal dapat
dikatakan memiliki tingkat komunikasi interpersonal dalam taraf rendah.
Sebaliknya subjek yang memiliki skor di atas 129 dalam skala komunikasi
interpersonal dapat dikatakan memiliki tingkat komunikasi interpersonal dalam
taraf tinggi.
Berdasarkan sebaran skor hipotetik dari skala komunikasi interpersonal
dapat diuraikan hasil kategorisasi untuk mengetahui keadaan kelompok subjek
penelitian sebagai berikut :
Tabel 8
Kriteria Kategorisasi Skala Komunikasi Interpersonal
Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah
Skor
> 129
86 < X ≤ 129
≤ 86
Frekuensi
29
24
0
%
55%
45%
0
Melihat kriteria yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa subjek yang memiliki mean empirik sebesar M = 131,57 termasuk dalam
kategori tinggi.
3. Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan oleh peneliti yang terdiri dari uji normalitas dan uji
linearitas. Uji normalitas dan linearitas merupakan syarat sebelum melakukan
pengetesan terhadap nilai korelasi dengan maksud agar kesimpulan yang ditarik
tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya (Hadi S, 1994).
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat bentuk sebaran empiris skala
penelitian yang diharapkan mengikuti bentuk distribusi normal teoritis. Uji
normalitas dilakukan pada masing-masing variabel yaitu variabel teamwork dan
komunikasi interpersonal dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov
dengan SPSS 10.
Tabel 9
Hasil Uji Normalitas
Variabel
Teamwork
Komunikasi Interpersonal
Skor K-S-Z
0,873
0,904
p
0,431
0,387
Kategori
Normal
Hasil uji normalitas sebaran data menunjukkan bahwa sebaran untuk
variabel teamwork dengan K-S-Z = 0,873 ; p = 0,431 (p>0,05), sehingga sebaran
untuk variabel ini normal.
Hasil uji normalitas sebaran data menunjukkan bahwa sebaran untuk
variabel komunikasi interpersonal sengan K-S-Z = 0,904 ; p = 0,387 (p>0,05),
sehingga sebaran untuk variabel ini normal.
b) Uji Linearitas
Uji linearitas merupakan pengujian garis regresi antara variabel bebas dan
variabel tergantung. Uji linearitas bertujuan untuk melihat sebaran dari tingkattingkat yang merupakan nilai dari variabel-variabel penelitian sehingga dapat
ditarik garis lurus yang menunjukkan sebuah hubungan linear antara variabelvariabel tersebut. Dua variabel dikatakan linier jika anova tabel menunjukkan p
Linearity < 0,05 dan p Df Linearity > 0,05 (Hadi S, 1994).
Tabel 10
Hasil uji Linearitas
Variabel
Komunikasi
Interpersonal*Teamwork
F
28,497
p
0,000
Keterangan
Linier
Hasil uji linearitas dalam penelitian ini menunjukkan hubungan antara
komunikasi interpersonal dan teamwork menghasilkan nilai F=28,497 dengan
p=0,000 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara komunikasi
interpersonal bersifat linier.
4. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji linearitas, tahap selanjutnya
adalah melakukan analisis terhadap data untuk melakukan uji terhadap hipotesis.
Hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah ada hubungan positif antara
komunikasi interpersonal denga teamwork pada group band musik.
Hasil analisis yang telah dilakukan dengan korelasi Product Moment
bahwa koefisien korelasi (r) antara komunikasi interpersonal dan teamwork 0,602
dengan p (one-tailed) = 0,000 (p<0,01). Hal ini menunjukkan ada hubungan
positif yang sangat signifikan antara komunikasi interpersonal dengan teamwork
khususnya pada group band musik.
Hasil lain yang diperoleh adalah nilai koefisien determinan (R-Squared)
sebesar 0,363 yang berarti bahwa komunikasi interpersonal memiliki sumbangan
efektif sebesar 36,3% terhadap kemampuan teamwork pada group band musik.
D. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara komunikasi interpersonal dengan teamwork pada group band
musik. Analisis data variabel komunikasi interpersonal dan variabel teamwork
yang menggunakan teknik korelasi product moment Pearson menunjukkan
adanya hubungan positif yang sangat signifikan dilihat dari hasil korelasi (rxy)
sebesar 0,602 dan p = 0,000 atau p = < 0,01. Hal ini menunjukkan adanya
hubungan positif yang sangat signifikan antara komunikasi interpersonal dengan
teamwork pada groupband. Semakin tinggi tingkat komunikasi interpersonal
makan semakin tinggi pula tingkat teamwork, sebaliknya semakin rendah tingkat
komunikasi interpersonal maka semakin rendah pula tingkat teamwork group
band tersebut.
Tingginya hubungan antara komunikasi interpersonal dengan teamwork
menunjukkan betapa besarnya pengaruh komunikasi terhadap kemampuan
teamwork pada diri anggota group band. Hal ini dapat dipahami karena
komunikasi interpersonal sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi untuk
terciptanya
teamwork yang berkualitas. Sesuai dengan hasil penelitian ini,
semakin tinggi tingkat komunikasi interpersonal maka semakin tinggi pula tingkat
teamwork. Individu yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
akan bersikap lebih terbuka (open mindedness) dan memandang ketidaksetujuan
dan perselisihan diantara individu yang berkomunikasi lebih sebagai usaha untuk
memahami perbedaan yang ada daripada memandangnya sebagai kesempatan
untuk saling menjatuhkan (De Vito, 1995).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cosgriffe dan Dailey (1969)
menyatakan bahwa salah satu perhatian utama pada teamwork adalah komunikasi
interpersonal, karena dari banyak kemungkinan hubungan antar staf dalam sebuah
institusi, komunikasi interpersonal merupakan suatu hal paling besar yang harus
diperhatikan. Jika jumlah staf yang memiliki komunikasi interpersonal semakin
banyak, maka semakin tinggi pula kemungkinan komunikasi interpersonal di
antara mereka menjadi kokoh. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Satya
(2003), komunikasi interpersonal sebagai kemampuan yang dirasakan dapat
membantu dalam pengelolaan perilaku seseorang ketika berhubungan dengan
orang lain. Individu yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
akan lebih bersikap terbuka (open mindedness) terhadap pandangan-pandangan
orang lain dengan dukungan dan memandang positif individu lain, serta dapat
menjadi seorang pendengar yang baik secara aktif maupun pasif sehingga mampu
menyelaraskan diri dengan orang lain pada sebuah hubungan dalam bentuk apa
pun.
Berdasarkan kriteria kategorisasi dan data penelitian yang diperoleh, skor
subjek penelitian untuk variabel teamwork bergerak lebih dari 141. Kenyataan
tersebut menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini dikategorikan memiliki
tingkat teamwork yang tinggi. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa anggota
group band yang menjadi subjek penelitian ini mempunyai kemampuan untuk
saling berhubungan satu sama lain dan giat bekerja, yang di dalamnya
mengandung unsur kepercayaan, kejujuran, tanggung jawab, dukungan, harapan
yang tinggi untuk memperoleh tujuan bersama, yang bertujuan untuk menaikkan
efekktifitas
organisasi.
Selain
itu
keterampilan
dan
pengetahuan
yang
beranekaragam yang dimiliki oleh anggota kelompok juga merupakan nilai
tambah yang membuat teamwork lebih menguntungkan jika dibandingkan
seorang individu yang brilian sekalipun.
Secara umum teamwork dapat didefinisikan sebagai kumpulan individu
yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Kumpulan individu-individu
tersebut memiliki aturan dan mekanisme kerja yang jelas serta saling tergantung
antara satu dengan yang lain. Ketika seseorang bekerja didalam kelompok (tim),
akan ada dua isu yang muncul. Pertama adalah adanya tugas-tugas (task) dan
masalah-masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
Hal ini
seringkali merupakan topik utama yang menjadi perhatian tim. Kedua adalah
proses yang terjadi di dalam teamwork itu sendiri, misalnya bagaimana
mekanisme kerja atau aturan main sebuah tim sebagai suatu unit kerja dari
perusahaan, proses interaksi di dalam tim, dan lain-lain. Dengan kata lain proses
menunjuk pada semangat kerjasama, koordinasi, prosedur yang harus dilakukan
dan disepakati seluruh anggota, dan hal-hal lain yang berguna untuk menjaga
keharmonisan hubungan antar individu dalam kelompok itu. Jika proses tersebut
ada dalam sekumpulan orang yang bekerjasama, maka performance mereka akan
meningkat karena akan mendapat dukungan secara teknis maupun moral (Johanes
Papu, 2000). Hal tersebut di atas tentunya dapat memberi pengertian lebih pada
kita bahwa teamwork sangatlah memegang peranan penting dalam sebuah group
band dalam rangka membangun hubungan interpersonal antar anggota sehingga
dapat meningkatkan keefektifan tim mereka.
Seseorang yang berada dalam suatu organisasi ataupun bagian dari tim
kerja harus mempunyai usaha untuk menyesuaikan diri dengan keadaan
organisasi, baik yang meliputi penyesuaian diri dengan individu lain sebagai
bagian dari tim kerja maupun iklim lingkungan kerja itu sendiri. Individu dalam
berhubungan dengan lingkungan sosial maupun dengan lingkungan fisik tentunya
mempunyai suatu gaya individual yang tidak sama dengan individu lain. Hal ini
dikarenakan setiap orang berbeda, baik karakter maupun tujuan hidupnya, maka
kita sebagai individu diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
dimana individu tersebut berada. Hasil analisis data dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal memiliki sumbangan efektif
sebesar 36,3% terhadap kemampuan teamwork atau dengan pengertian lain bahwa
komunikasi interpersonal memiliki kontribusi untuk meningkatkan kemampuan
teamwork khususnya anggota group band. Hasil tersebut juga mengandung
pengertian bahwa ada faktor-faktor lain sebesar 63,7% yang dapat mempengaruhi
tinggi rendahnya kemampuan teamwork pada anggota group band seperti
karakteristik anggota band yang terdiri dari keterampilan atau bakat, kondisi
pribadi, tingkat pendidikan, dan perbedaan latar belakang sosial budaya serta
faktor lingkungan.
Penelitian juga menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal memiliki
hubungan positif dengan teamwork. Hal ini berarti anggota band yang komunikasi
interpersonalnya tinggi tentu memiliki kemampuan teamwork yang baik karena
tingginya kemampuan teamwork menunjukkan semakin efektifnya rasa saling
ketergantungan untuk bekerja sama sehingga situasi kerja di dalam tim yang ada
semakin menyenangkan. Sebaliknya individu dengan komunikasi interpersonal
rendah akan memiliki kemampuan teamwork yang rendah akibat dari
ketidakmampuan mereka dalam bekerja sama dan penyesuaian diri sehingga
orang lain tidak dapat menangkap maksud dari perilaku mereka dan akhirnya
umpan balik yang positif sulit tercapai. Teamwork yang semakin tidak efektif
tentu saja menyebabkan rasa saling ketergantungan dan kerja sama semakin tidak
tercipta sehingga situasi kerja di dalam tim yang ada takkan menyenangkan serta
menutup diri. Bagi individu yang tingkat komunikasi interpersonalnya dalam taraf
sedang, dalam artian bahwa individu tersebut sebenarnya mampu dalam teamwork
secara baik namun tidak menggali lagi potensi kemampuan teamwork sampai
optimal.
Komunikasi interpersonal merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam memelihara teamwork anggota group band baik group band kecil
maupun group band besar. Adanya kemampuan komunikasi interpersonal pada
diri anggota group band maka diharapkan mereka dapat mengembangkan
kemampuan teamwork sehingga dapat bekerja sama secara baik.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dilanjutkan dengan
analisis tambahan yang menghasilkan data bahwa terdapat aspek komunikasi
interpersonal yang paling berpengaruh terhadap teamwork, yaitu aspek kesamaan
memiliki sumbangan efektif sebesar 33,8% terhadap kemampuan teamwork
khususnya pada anggota band. Kesamaan mengandung unsur untuk saling
bekerjasama dalam memecahkan masalah dan memahami perbedaan yang ada
sehingga mencegah perselisihan dan konflik terjadi. Dengan adanya perasaan
kesamaan yang mendalam dalam sebuah tim, maka segala hal yang dapat
mengakibatkan perpecahan dalam suatu tim akan terhindari, ditandai dengan
adanya saling menghargai perbedaan pendapat dan keinginan untuk saling
bekerjasama yang tinggi sehingga menumbuhkan teamwork yang juga semakin
tinggi.
Kelemahan penelitian ini adalah pada saat pengambilan data tidak terlalu
memperhatikan keadaan kondisi fisik dan waktu para anggota group band
sehingga kemungkinan dalam pengisian angket, mereka mengisi secara terburuburu dan merasa tidak nyaman. Kelemahan lain dalam penelitian ini adalah dari
segi angket yang cenderung mengandung unsur social desirability yang cukup
tinggi, seperti contoh aitem ”saya berusaha untuk membantu sesama anggota tim
lain” atau ”saya berusaha mengatakan hal yang sebenarnya kepada teman”. Dari
contoh aitem ini subjek cenderung mengisi angket berdasar kesesuaian dengan
norma-norma sosial atau ingin dianggap baik oleh lingkungan dan diterapkan
pada anggota group band.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara komunikasi
interpersonal dengan teamwork. Khususnya pada anggota group band semakin
tinggi tingkat komunikasi interpersonal maka semakin tinggi pula tingkat
teamwork group band tersebut.
Selain itu hasil analisis tambahan menunjukkan aspek kesamaan
merupakan aspek dari komunikasi interpersonal yang paling berpengaruh terhadap
teamwork di antara aspek lain seperti keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan,
keyakinan, dan kesiapan.
B. Saran-saran
Berdasar hasil penelitian dan analisis serta kensimpulan data-data yang
dipergunakan dalam penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai
berikut :
1. Bagi Anggota dan Manajer Group Band Musik.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa komunikasi interpersonal
memilih hubungan positif dengan teamwork pada anggota band, oleh karena itu
anggota band yang berperan dalam dunia hiburan Indonesia maupun hingga
manca negara diharapkan dapat menguatkan komunikasi interpersonalnya untuk
teamwork dalam segala kegiatan yang berkaitan dengan entertaintment di mana
pun ia berada. Selain itu para manajer group band dapat memfasilitasi para
anggota band dengan baik sehingga kerja tim di dalam group band tersebut dapat
berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
2. Bagi peneliti selanjutnya.
Dilihat dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa komunikasi interpersonal
telah memberikan sumbangan efektif 36,3% terhadap teamwork. Hal ini berarti
bahwa masih terdapat sumbangan efektif lain yang dapat mempengaruhi
teamwork. Saran yang dapat diberikan oleh peneliti selanjutnya adalah dapat
menambah variasi lain yang mungkin dapat mempengaruhi teamwork. Selain itu
perlu dikontrol lagi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini dan
penelitian mengenai hubungan antara komunikasi interpersonal dengan teamwork
tersebut diharapkan dapat diterapkan pada subjek penelitian lain dan bukan
anggota group band musik saja. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka bagi
peneliti selanjutnya sebaiknya menambah metode lain selain angket ketika akan
melakukan penelitian sejenis baik dalam bentuk metode observasi maupun
wawancara.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, S. D. 2002. Hubungan antara Efektivitas Komunikasi Interpersonal
dengan Kenakalan Remaja pada Siswa SMA. Skripsi (tidak diterbitkan).
Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Azwar, S. 1997. Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
Barker, J. R. 1999. The Discipline of Teamwork, Participation and Coercive
Control. London : Sage
Borgatti,
S. P. 1996. Teams. Retrieved February
http://www.analytictech.com/mb021/teamnotes.htm
24,
2006
from
Cangara, H. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Chen Joseph & Jacob. 2004. Testing a New Approach for LearningTeamwork
Knowledge and Skills in Technical Education. Journal of Industrial
Technology, 20 (February) 2.
Dethu, 2008. Strategi Band Lokal Go-National. http://www.sokamti.com
De Vito, J. 1995. The Interpersonal Communication Book. Fourth Edition, New
York : Harper and Row Edition.
De Vito, J. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : Professional Books.
Ends, E. and Page C. 1977. Organizational Team Buliding. Massachussetts :
Winthrop.
Francis, D. and Young, D. 1979. Improving Work Group: A Practical Manual for
Teambuilding. California : University Associates.
Fisher, B. A. 1978. Teori-Teori Komunikasi. Bandung : CV Remadja Karya.
Gilovich, T. Savitsky, K. & Medvec. V. C. 1998. The Illusion of Transparency :
Biased Assessments of Other’s Ability to Read One’s Emotional States
Journal of Personality and Social Psychology. 75, 332-346.
Gunarsa,
D.
2003.
Tips
Komunikasi
http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/019
Interpersonal.
Gunarsa,
Y.
2008.
Tips
Komunikasi
http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/019
Interpersonal.
Gwyne, S. 1990. The Right Stuff. Time, pp.74-84.
Hackman, R. 1987. The Design of Work Teams. Inj.Lorsch (Ed.), Handbook of
Organizational Cliff. NJ : Prentice Hall.
Hardjana, A. M. 2003. Komunikasi Interpersonal dan Komunikasi Interpersonal.
Yogyakarta : Kanisius.
Harry, A & Richard, D. 1969. Teamwork in Problem Solving. Journal of
Cooperative Extension : Summer.
Higgins, E. 1999. Saying is Believing Effects : When Sharing Reality About
Something Biases Knowledge and Evaluations.In L.Thompsons,
J.Levine, & D.Messick (Eds.).Shared edition in Organization : The
Management of Knowledge.Mahwah, NJ : Lawrence Erlbaum.
Hitt, W. 1998. The Leader-Manager : Guideliness for Action. Ohio : Battelle.
Huszco, G. 1990. Training for Team Building. Training and Development
Journal, 44 (2), 37-43.
Johnson, C. 1986. An Outline for Team Buliding: Cooperation, Collaboration,
and Communication are the Ingredients of an Effective Team. Training:
The Magazine of Human Resources Development, 23 (January), 48.
Johnson, D. and Johnson, F. 1991. Joining Together : Group Theory and Group
Skills. New Jersey : Prentice Hall.
Kazemek, E. and Albert, B. 1998. Learning the Secret to Teamwork. Healthcare
Financial Management. 42 (9), 108-10.
Kemp, Linzi J. 2006. Learning about Teamwork in an Online Study Environment.
Journal of Online Learning and Teaching, 2 (March), 1.
Kirana, C. 1998. Komunikasi Interpersonal. www.bsp.kemala.or.id/aug99
Lanza, P. 1985. Team Appraisals. Personnel Journal, 64 (March), 47.
Lau, B. 1998. Reducing Job Stress Through Team Building and Positive
Management, part II. Management Quarterly, 29 (Winter), 13.
Leo, B. 2008. Yogya Kita Seribu Band. Koran Kedaulatan Rakyat Yogyakarta.
Levi, D. & Slem, C. 1995. Teamwork in Research and Development
Organizations : The Characteristics of Successful Teams. International
Journal of Industrial Ergonomics. 16, 29-42.
Levi, Dl. 2001, Group Dynamics for Teams. London : Sage
Marina, G. E. 2006. Hubungan antara Komunikasi Interpersonal dengan
Kepuasan Kerja Karyawan Bank Indonesia Cabang Yogyakarta. Skripsi
(tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam
Indonesia.
Myers , G. E & Myers, M. T. 1992. The Dynamics of Human Communication : A
Laboratory Approach. Singapore : Mc Grawhill.
Papu, J. 2000. Teamwork. http://www.e-psikologi.com
Pratiwi, S. 2003. Hubungan antara Asertivitas dengan Komunikasi Interpersonal
pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Skripsi (tidak
diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam
Indonesia
Tarkenton , F. 1986. Tarkenton on Teambuliding. Management Solutions, 31
(October), 30.
Thamhain, H. 1990. Managing Technologically Innovative Team Efforts Toward
New Product Success. Journal of Product Information Management. 7
(1), 5-18.
Vitalaya, A dkk. 2003. Pengertian Komunikasi Interpersonal. www.ut.ac.id/olsupp/fisip/kom 4 101/page 15 .
Zapp, T. 1987. How to Build a Winning Team: Here’s a Refresher Course in
Good Old-Fashioned Teamwork. Managers Magazine, 62 (June), 7.
Download